cara menghitung pajak penghasilan

25
TARIF PAJAK PENGHASILAN 2013&2014 DAN CARA PENGHITUNGANNYA Tarif Pajak Penghasilan (PPh) Terbaru Tahun 2013 - Ada beberapa Jenis- jenis Pajak yang Berlaku di Indonesia , slah satunya adalah Pajak Penghasilan (PPh) yang dari tahun ke tahun selalu mengalami perubahan, berikut ini informasi terbaru mengenai Tarif Pajak, PTKP dan Cara perhitungannya PPh. Pengertian Tarif pajak Tarif Pajak adalah dasar pengenaan pajak terhadap objek pajak yang menjadi tanggungannya. Tarif pajak biasanya berupa persentase (%). Dasar Pengenaan Pajak adalah Nilai berupa uang yang dijadikan dasar untuk menghitung pajak yang terutang. Beberapa jenis tarif pajak yang dikenal, antara lain: 1. Tarif Progresif (a progressive tax rate) 2. Tarif Proporsional (a proportional tax rate) 3. Tarif Degresif (a degressive tax rate) 4. Tarif Tetap (a fixed tax rate) 5. Tarif Advalorem 6. Tarif spesifik 7. Tarif Efektif Pengertian PTKP PTKP (Penghasilan Tidak Kena Pajak) adalah penghasilan yang menjadi batasan tidak kena pajak bagi Wajib Pajak Orang Pribadi, dengan kata lain apabila penghasilan neto Wajib Pajak Orang Pribadi jumlahnya dibawah PTKP tidak akan terkena Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 25/29 dan apabila berstatus sebagai pegawai atau penerima penghasilan sebagai objek PPh Pasal 21, maka penghasilan tersebut tidak akan dilakukan pemotongan PPh Pasal 21. Besarnya PTKP Untuk Tahun Pajak 2013 Besarnya penghasilan tidak kena pajak (PTKP) untuk tahun pajak 2013 sebagai berikut : 1. Rp.24.300.000,00 (dua puluh empat juta tiga ratus ribu rupiah) untuk diri Wajib Pajak orang pribadi; 2. Rp2.025.000,00 (dua juta dua puluh lima ribu rupiah) tambahan untuk Wajib Pajak yang kawin;

description

cara

Transcript of cara menghitung pajak penghasilan

Page 1: cara menghitung pajak penghasilan

TARIF PAJAK PENGHASILAN 2013&2014 DAN CARA PENGHITUNGANNYA

Tarif Pajak Penghasilan (PPh) Terbaru Tahun 2013 - Ada beberapa Jenis-jenis Pajak yang Berlaku di Indonesia, slah satunya adalah Pajak Penghasilan (PPh) yang dari tahun ke tahun selalu mengalami perubahan, berikut ini informasi terbaru mengenai Tarif Pajak, PTKP dan Cara perhitungannya PPh.

Pengertian Tarif pajakTarif Pajak adalah dasar pengenaan pajak terhadap objek pajak yang menjadi tanggungannya. Tarif pajak biasanya berupa persentase (%).Dasar Pengenaan Pajak adalah Nilai berupa uang yang dijadikan dasar untuk menghitung pajak yang terutang.

Beberapa jenis tarif pajak yang dikenal, antara lain: 1. Tarif Progresif (a progressive tax rate)2. Tarif Proporsional (a proportional tax rate)3. Tarif Degresif (a degressive tax rate)4. Tarif Tetap (a fixed tax rate)5. Tarif Advalorem6. Tarif spesifik7. Tarif Efektif

Pengertian PTKPPTKP (Penghasilan Tidak Kena Pajak) adalah penghasilan yang menjadi batasan tidak kena pajak bagi Wajib Pajak Orang Pribadi, dengan kata lain apabila penghasilan neto Wajib Pajak Orang Pribadi jumlahnya dibawah PTKP tidak akan terkena Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 25/29 dan apabila berstatus sebagai pegawai atau penerima penghasilan sebagai objek PPh Pasal 21, maka penghasilan tersebut tidak akan dilakukan pemotongan PPh Pasal 21.

Besarnya PTKP Untuk Tahun Pajak 2013 Besarnya penghasilan tidak kena pajak (PTKP) untuk tahun pajak 2013 sebagai berikut :

1. Rp.24.300.000,00 (dua puluh empat juta tiga ratus ribu rupiah) untuk diri Wajib Pajak orang pribadi;

2. Rp2.025.000,00 (dua juta dua puluh lima ribu rupiah) tambahan untuk Wajib Pajak yang kawin;3. Rp.24.300.000,00 (dua puluh empat juta tiga ratus ribu rupiah) tambahan untuk seorang isteri

yang penghasilannya digabung dengan penghasilan suami sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1) Undang-Undang Nomor 7 TAHUN 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan  Undang-Undang Nomor 36 TAHUN 2008;

4. Rp.2.025.000,00 (dua juta dua puluh lima ribu rupiah) tambahan untuk setiap anggota keluarga sedarah dan keluarga semenda dalam garis keturunan lurus serta anak angkat, yang menjadi tanggungan sepenuhnya, paling banyak 3 (tiga) orang untuk setiap keluarga.

PTKP ini mulai berlaku efektif sejak tanggal 1 Januari 2013 bagi Wajib Pajak Orang Pribadi dalam menjalankan kewajiban PPh Pasal 21 dan PPh Orang Pribadi.Tarif Pajak Penghasilan (PPh) yang digunakan untuk menghitung penghasilan kena pajak adalah sebagai berikut:

Page 2: cara menghitung pajak penghasilan

(1) Tarif pajak yang diterapkan atas Penghasilan Kena Pajak bagi:

Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Negeri adalah sebagai berikut:

Lapisan Penghasilan Kena Pajak Tarif PajakSampai dengan Rp 50.000.000,- 5%di atas Rp 50.000.000,- sampai dengan Rp 250.000.000,- 15%di atas Rp 250.000.000,- sampai dengan Rp 500.000.000,- 25%di atas Rp 500.000.000,- 30%

  Penerapan PTKP Dalam Perhitungan PPh Pasal 21 Dan PPh Orang Pribadi Tahun 2013Penerapan ketentuan tersebut ditentukan oleh keadaan pada awal tahun pajak atau awal bagian tahun pajak.Contoh Penghitungan Pajak Penghasilan Orang Pribadi:Tahun 2013 Pak Joko status Kawin anak 1 .Pada Pebruari Tahun 2013 Isteri Pak Joko melahirkan anak.PTKP Tahun 2013 untuk status Pak Joko adalah Kawin anak 1

Penerapan PTKP Tahun 2013 untuk satu tahun :PTKP Untuk Laki-laki Tidak Kawin dan Wanita (Kawin/tidak kawin)

STATUS TK/0 TK/1 TK/2 TK/3Wajib Pajak

(Laki-laki tidak kawin & Wanita)

24.300.000 26.325.000 28.350.000 30.375.000

Penjelasan  :

Status Wanita meskipun sudah kawin tetap mempunyai PTKP tidak kawin kecuali dapat membuktikan bahwa suami tidak bekerja (dari Instansi terkait/kelurahan)

TK/0  = Tidak Kawin tidak ada tanggungan ( 24.300.000 ) TK/1  = Tidak Kawin memiliki 1 (satu) tanggungan ( 24.300.000 + 2.025.000) TK/2  = Tidak Kawin memiliki 2 (dua) tanggungan ( 24.300.000 + 2.025.000 + 2.025.000) TK/3  = Tidak Kawin memiliki 3 (tiga) tanggungan ( 24.300.000 + 2.025.000 + 2.025.000 +

2.025.000)

PTKP Untuk Laki-Laki Kawin Isteri Tidak Bekerja/Tidak UsahaSTATUS K/0 K/1 K/2 K/3

Istri Tdk Kerja/ Tdk Usaha

26.325.000 28.350.000 30.375.000 32.400.000

Penjelasan Isteri Tidak Bekerja:

K/0  = Kawin tidak ada tanggungan ( 24.300.000 + 2.025.000 ) K/1  = Kawin memiliki 1 (satu) tanggungan ( 24.300.000 + 2.025.000+2.025.000) K/2  = Kawin memiliki 2 (dua) tanggungan ( 24.300.000 + 2.025.000+2.025.000+2.025.000) K/3  = Kawin memiliki 3 (tiga) tanggungan ( 24.300.000 +

2.025.000+2.025.000+2.025.000+2.025.000)

Page 3: cara menghitung pajak penghasilan

PTKP Untuk Laki-Laki Kawin Isteri Bekerja/UsahaSTATUS K/I/0 K/I/1 K/I/2 K/I/3

Istri Kerja/Usaha 50.625.00 52.650.000 54.675.000 56.700.000

Penjelasan Isteri Bekerja pada lebih dari satu pemberi kerja atau usaha :

PTKP untuk isteri yang bekerja pada satu pemberi kerja tidak digabung dengan suami, yang digabung dengan PTKP suami hanya yang bekerja pada lebih dari satu pemberi kerja dan/atau isteri yang usaha (penghasilan digabung dengan penghasilan suami)

K/I/0  = Kawin Isteri Bekerja/Usaha tidak ada tanggungan ( 24.300.000 + 24.300.000+2.025.000 )

K/I/1  = Kawin Isteri Bekerja/Usaha memiliki 1 (satu) tanggungan ( 24.300.000 + 24.300.000+2.025.000+2.025.000)

K/I/2  = Kawin Isteri Bekerja/Usaha memiliki 2 (dua) tanggungan ( 24.300.000 +24.300.000+ 2.025.000+2.025.000+2.025.000)

K/I/3  = Kawin Isteri Bekerja/Usaha memiliki 3 (tiga) tanggungan ( 24.300.000 + 24.300.000+2.025.000+2.025.000+2.025.000+2.025.000)

Tarif PPH pasal 21 tahun 2015

Tarif PPh 21 dijelaskan pada Pasal 17 ayat (1) huruf a Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-32/PJ/2015. Tarif PPh 21 berikut ini berlaku pada Wajib Pajak yang memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP):

WP dengan penghasilan tahunan sampai dengan Rp 50.000.000,- adalah 5% WP dengan penghasilan tahunan di atas Rp 50.000.000,- sampai dengan Rp

250.000.000,- adalah 15% WP dengan penghasilan tahunan di atas Rp 250.000.000,- sampai dengan Rp

500.000.000,- adalah 25% WP dengan penghasilan tahunan di atas Rp 500.000.000,- adalah 30% Untuk Wajib Pajak yang tidak memiliki NPWP, dikenai tarif 20% lebih tinggi dari

mereka yang memiliki NPWP.

 

Page 4: cara menghitung pajak penghasilan

Tarif PTKP PPh pasal 21 tahun 2015

Tarif PTKP terbaru selama setahun untuk perhitungan PPh Pasal 21 berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan No. 122/PMK010/2015 dan Peraturan Direktorat Jenderal Pajak No. PER-32/PJ/2015 adalah sebagai berikut:

Rp 36.000.000,- untuk diri Wajib Pajak orang pribadi dan istri yang penghasilannya digabung dengan penghasilan suami.

Rp 3.000.000,- tambahan untuk Wajib Pajak yang kawin; Rp 3.000.000,- tambahan untuk setiap anggota keluarga sedarah dan keluarga semenda dalam 

garis keturunan lurus serta anak angkat yang menjadi tanggungan sepenuhnya, paling banyak 3 rang untuk setiap keluarga.

Tarif PPh Pasal 22

Pajak Penghasilan Pasal 22 atau disingkat PPh Pasal 22 adalah salah satu bentuk pemotongan dan pemungutan Pajak Penghasilan yang dilakukan oleh fihak lain terhadap Wajib Pajak. Pengenaan PPh Pasal 22 dikenakan terhadap kegiatan perdagangan barang. Titik pengenaannya ada yang dilakukan pada saat penjualan ada pula pada saat pembelian. Pada umumnya pengenaan PPh Pasal 22 ini dikenakan terhadap perdagangan barang yang dianggap “menguntungkan” sehingga penjual atau pembelinya kemungkinan besar akan mengalami keuntungan dan dengan demikian, pantaslah atas Wajib Pajak tersebut dikenakan cicilan pembayaran Pajak Penghasilan.

Ketentuan PPh Pasal 22 relatif lebih sulit dibandingkan dengan ketentuan tentang pemotongan PPh yang lain seperti PPh Pasal 23 ataupun PPh Pasal 21. Hal ini disebabkan karena sangat bervariasinya objek, pemungut dan bahkan tarifnya. Di bawah ini saya coba ringkaskan objek, tarif dan Pemungut PPh Pasal 22 tersebut.

Pemungut dan Objek PPh Pasal 22

1. Bank Devisa dan Direktorat Jenderal Bea dan cukai, atas impor barang 2. Direktorat Jenderal Perbendaharaan, Bendahara Pemerintah baik di tingkat pusat maupun di

tingkat Daerah, yang melakukan pembayaran atas pembelian barang.3. Badan Usaha Milik Negara dan Badan Usaha Milik Daerah, yang melakukan pembelian barang

dengan dana yang bersumber dari belanja negara (APBN) dan atau belanja daerah (APBD), kecuali badan-badan tersebut pada angka 4.

4. Bank Indonesia (BI), PT Perusahaan Pengelola Aset (PPA), Perum Badan Urusan Logistik (BULOG), PT Telekomunikasi Indonesia (Telkom), PT Perusahaan Listrik Negara (PLN), PT Garuda Indonesia, PT Indosat, PT Krakatau steel, PT Pertamnina, dan bank-bank BUMN  yang melakukan pembelian barang yang dananya bersumber dari APBN maupun non-APBN.

5. Badan Usaha yang bergerak dalam bidang usaha industri semen, industri rokok, industri kertas, Industri baja, dan industri otomotif, yang ditunjuk oleh Kepala Kantor Pelayanan Pajak, atas penjualan hasil produksinya didalam negeri.

6. Produsen atau importir bahan bakar minyak, gas, dan pelumas atas penjualan bahan bakar minyak, gas, dan pelumas.

Page 5: cara menghitung pajak penghasilan

7. Industri dan eksportir yang bergerak dalam sektor perhutanan, perkebunan, pertanian, dan perikanan yang ditunjuk oleh Direktur Jenderal Pajak atas pembelian bahan-bahan untuk keperluan industri atau ekspor mereka dari pedagang pengumpul.

Tarif PPh Pasal 22

1. Atas impor  yang menggunakan Angka Pengenal Impor (API), sebesar 2,5% (dua setengah persen) dari nilai impor;  yang tidak menggunakan API, sebesar 7,5% (tujuh setengah persen) dari nilai impor; dan barang yang tidak dikuasai, sebesar 7,5% (tujuh setengah persen) dari harga jual lelang;

2. Atas pembelian barang atau pembayaran yang dilakukan oleh Direktorat Jenderal Perbendaharaan, Bendahara Pemerintah baik di tingkat pusat maupun di tingkat Daerah sebesar 1,5% (satu setengah persen) dari harga pembelian.

3. Atas pembelian barang yang dilakukan oleh Badan Usaha Milik Negara dan Badan Usaha Milik Daerah dengan dana yang bersumber dari belanja negara (APBN) dan atau belanja daerah (APBD) sebesar 1,5% (satu setengah persen) dari harga pembelian.

4. Atas pembelian barang yang dilakukan oleh  Bank Indonesia (BI), PT Perusahaan Pengelola Aset (PPA), Perum Badan Urusan Logistik (BULOG), PT Telekomunikasi Indonesia (Telkom), PT Perusahaan Listrik Negara (PLN), PT Garuda Indonesia, PT Indosat, PT Krakatau steel, PT Pertamnina, dan bank-bank BUMN yang dananya bersumber dari APBN maupun non-APBN sebesar 1,5% (satu setengah persen) dari harga pembelian.

5. Atas penjualan semen oleh Badan Usaha yang bergerak dalam bidang usaha industri semen sebesar 0,25% dari Dasar Pengenaan Pajak (DPP)  PPN

6. Atas penjualan semen oleh Badan Usaha yang bergerak dalam bidang usaha industri rokok sebesar 0,15% dari Harga Bandrol dan bersifat final.

7. Atas penjualan semen oleh Badan Usaha yang bergerak dalam bidang usaha industri kertas sebesar 0,1% dari Dasar Pengenaan Pajak (DPP)  PPN

8. Atas penjualan semen oleh Badan Usaha yang bergerak dalam bidang usaha industri baja sebesar 0,3% dari Dasar Pengenaan Pajak (DPP)  PPN

9. Atas penjualan semen oleh Badan Usaha yang bergerak dalam bidang usaha industri otomotif sebesar 0,45% dari Dasar Pengenaan Pajak (DPP)  PPN

10. Besarnya Pungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 atas penjualan hasil produksi oleh Pertamina serta badan usaha lainnya yang bergerak dalam bidang bahan bakar minyak jenis premix, super TT dan gas adalah sebagai berikut:                             SPBU Swastanisasi              SPBU Pertamina————————–  —————————-Premium                 0,3% dari penjualan             

Solar                      0,3% dari penjualan            0,25% dari penjualanPremix/Super TT      0,3% dari penjualan             0,25% dari penjualanMinyak Tanah          0,3 dari penjualanGas LPG                 0,3 % dari penjualanPelumas                 0,3 % dari penjualan

Page 6: cara menghitung pajak penghasilan

Contoh Perhitungan PPh Pasal 22

CONTOH 1---PT Pasaribu Motors mengimpor barang dari Korea. PT Pasaribu Motors adalah importir mobil yang telah memiliki Angka Pengenal Impor. PT KIA mengimpor unit 50 mobil, dengan harga faktur $ 10.000 per unit. Biaya asuransi dan biaya angkut yang berkaitan dengan impor mobil tersebut masing-masing adalah 2% dan 3%. Bea masuk yang dibayar oleh PT KIA Motors sebesar 5% dari CIF dan bea masuk tambahan sebesar 20% dari CIF. Kurs pada saat itu ditetapkan oleh Menteri Keuangan sebesar $1 = Rp 9.000. Berapa PPh pasal 22 yang harus dibayar?Harga faktur : 50 unit x $10.000                     $500.000Biaya asuransi(2%)                                                       $   10.000Biaya angkut(3%)                                                         $   15.000                                                                                      --------------CIF                                                                                $525.000Bea masuk: 5% x $525.000                                          $  26.250Bea masuk tambahan:20% x $525.000                         $105.000                                                                                       -------------Nilai Impor                                                                  $ 656.250

Nilai Impor dalam rupiah:$656.250 x Rp 9.000 =  Rp   5.906.250.000,-PPh 22 yang harus dipungut (memiliki API)2,5%xRp  5.906.250.000=Rp147.656.250,-

Impor, adalah perusahaan percetakan yang mengimpor mesin Fotokopi dari Jepang sebanyak 20

unit barang. Harga faktur per unit sebesar US$500. Biaya asuransi dan biaya angkut antar daerah

pabean masing-masing 5% dan 10% dari harga faktur. Pungutan pabean lain yang sah adalah Rp

22.500.000,-. Kurs yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan pada waktu itu adalah Rp 9.000.

Berapa PPh 22 yang harus dibayar?

Harga faktur 20 x $500                                                     $10.000Biaya asuransi 5% x $10.000                                            $    500Biaya angkut 10% x $10.000                                            $  1.000                                                                                         ------------CIF                                                                                    $11.500CIF dalam Rupiah $11.500 x Rp 9.000          =      Rp 103.500.000Pungutan pabean lainnya                                        Rp   22.500.000                                                                                ---------------------Nilai Impor                                                               Rp 126.000.000PPh 22 yang harus dipungut (tidak memiliki API):Rp 126.000.000 x 7,5% = Rp 9.450.000

Page 7: cara menghitung pajak penghasilan

Pengertian Pajak Penghasilan ( PPh ) Pasal 23

Menurut situs Dirjen Pajak, Pajak Penghasilan pasal 23 adalah pajak yang dikenakan pada penghasilan atas modal, penyerahan jasa, atau hadiah dan penghargaan, selain yang telah dipotong PPh Pasal 21.

Umumnya penghasilan jenis ini terjadi saat adanya transaksi antara dua pihak. Pihak yang menerima penghasilan atau penjual atau pemberi jasa akan dikenakan PPh pasal 23. Pihak pemberi penghasilan atau pembeli atau penerima jasa akan memotong dan melaporkan PPh pasal 23 tersebut kepada kantor pajak.

Tarif PPh pasal 23 Tahun 2013

Tarif yang dikenakan nilai Dasar Pengenaan Pajak (DPP) atau jumlah bruto dari penghasilan. Ada dua jenis tarif yang dikenakan pada penghasilan yaitu 15% dan 2%, tergantung dari objeknya. Berikut ini adalah daftar tarif dan objek PPh Pasal 23:

1. Tarif 15% dari jumlah bruto atas:

a. Dividen, kecuali pembagian dividen kepada orang pribadi dikenakan final, bunga dan royalti;

b. Hadiah dan penghargaan, selain yang telah dipotong PPh pasal 21;

2. Tarif 2% dari jumlah bruto atas sewa dan penghasilan lain yang berkaitan dengan penggunaan harta kecuali sewa tanah dan/atau bangunan.

3. Tarif 2% dari jumlah bruto atas imbalan jasa teknik, jasa manajemen, jasa konstruksi dan jasa konsultan.

4. Tarif 2% dari jumlah bruto atas imbalan jasa lainnya adalah yang diuraikan dalam Peraturan Menteri Keuangan No. 141PMK.03/2015 dan efektif mulai berlaku pada tanggal 24 Agustus 2015. Berikut ini adalah daftar jasa lainnya tersebut: 

a. Penilai (appraisal);b. Aktuaris;c. Akuntansi, pembukuan, dan atestasi laporan keuangan;d. Hukum;e. Arsitektur;f. Perencanaan kota dan arsitektur landscape; g. Perancang (design);h. Pengeboran (drilling) di bidang penambangan minyak dan gas bumi (migas) kecuali yang

dilakukan oleh Badan Usaha Tetap (BUT);i. Penunjang di bidang usaha panas bumi dan penambangan minyak dan gas bumi (migas);

Page 8: cara menghitung pajak penghasilan

j. Penambangan dan jasa penunjang di bidang usaha panas bumi dan penambangan minyak dan gas bumi (migas);

k. Penunjang di bidang penerbangan dan bandar udara;l. Penebangan hutan;m. Pengolahan limbah;n. Penyedia tenaga kerja dan/atau tenaga ahli (outsourcing services);o. Perantara dan/atau keagenan;p. Bidang perdagangan surat-surat berharga, kecuali yang dilakukan Bursa Efek, Kustodian

Sentral Efek Indonesia (KSEI) dan Kliring Penjaminan Efek Indonesia (KPEI);q. Kustodian/penyimpanan/penitipan, kecuali yang dilakukan oleh KSEI;r. Pengisian suara (dubbing) dan/atau sulih suara;s.  Mixing film;t. Pembuatan sarana promosi film, iklan, poster, foto, slide, klise, banner, pamphlet, baliho

dan folder;u. Jasa sehubungan dengan software atau hardware atau sistem komputer, termasuk

perawatan, pemeliharaan dan perbaikan.v. Pembuatan dan/atau pengelolaan website;w. Internet termasuk sambungannya;x. Penyimpanan, pengolahan dan/atau penyaluran data, informasi, dan/atau program;y. Instalasi/pemasangan mesin, peralatan, listrik, telepon, air, gas, AC dan/atau TV Kabel,

selain yang dilakukan oleh Wajib Pajak yang ruang lingkupnya di bidang konstruksi dan mempunyai izin dan/atau sertifikasi sebagai pengusaha konstruksi; 

z. Perawatan/perbaikan/pemeliharaan mesin, peralatan, listrik, telepon, air, gas, AC dan/atau TV kabel, selain yang dilakukan oleh Wajib Pajak yang ruang lingkupnya di bidang konstruksi dan mempunyai izin dan/atau sertifikasi sebagai pengusaha konstruksi;

aa. Perawatan kendaraan dan/atau alat transportasi darat.bb. Maklon;cc. Penyelidikan dan keamanan;dd. Penyelenggara kegiatan atau event organizer;ee. Penyediaan tempat dan/atau waktu dalam media massa, media luar ruang atau media lain

untuk penyampaian informasi, dan/atau jasa periklanan;ff. Pembasmian hama;gg. Kebersihan atau cleaning service;hh. Sedot septic tank;ii. Pemeliharaan kolam;jj. Katering atau tata boga;kk.  Freight forwarding;ll. Logistik;mm. Pengurusan dokumen;nn. Pengepakan;oo. Loading dan unloading;pp. Laboratorium dan/atau pengujian kecuali yang dilakukan oleh lembaga atau institusi

pendidikan dalam rangka penelitian akademis;qq. Pengelolaan parkir;rr. Penyondiran tanah;ss. Penyiapan dan/atau pengolahan lahan;

Page 9: cara menghitung pajak penghasilan

tt. Pembibitan dan/atau penanaman bibit;uu. Pemeliharaan tanaman;vv. Permanenan;ww. Pengolahan hasil pertanian, perkebunan, perikanan, peternakan dan/atau

perhutanan;xx. Dekorasi;yy. Pencetakan/penerbitan;zz. Penerjemahan;aaa. Pengangkutan/ekspedisi kecuali yang telah diatur dalam Pasal 15 Undang-Undang

Pajak Penghasilan;bbb. Pelayanan pelabuhan;ccc. Pengangkutan melalui jalur pipa;ddd. Pengelolaan penitipan anak;eee. Pelatihan dan/atau kursus;fff. Pengiriman dan pengisian uang ke ATM;ggg. Sertifikasi;hhh. Survey;iii. Tester;

Tarif dan jenis penghasilan yang merupakan obyek PPh Pasal 23

Tarif PPh pasal 23 adalah sebesar 15% dan 2% dari jumlah bruto.

a. Tarif sebesar 15% (lima belas persen) dari jumlah bruto dikenakan atas penghasilan berupa :

1. dividen sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf g UU PPh;2. bunga sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf f UU PPh;3. royalti;4. hadiah, penghargaan, bonus, dan sejenisnya selain yang telah dipotong Pajak Penghasilan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21

b. sedangkan tariff sebesar 2% (dua persen) dari jumlah bruto dikenakan atas penghasilan berupa :

1. sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta, kecuali sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta yang telah dikenai Pajak Penghasilan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2); dan2. imbalan sehubungan dengan jasa teknik, jasa manajemen, jasa konstruksi, jasa konsultan, dan jasa lain selain jasa yang telah dipotong Pajak Penghasilan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21.

Jenis-jenis jasa lain yang merupakan obyek PPh pasal 23, terakhir diatur melalui PMK-141/PMK.03/2015 (“PMK-141”) yang ditetapkan tgl 24 juli 2015 dan diundangkan pada tgl 27 Juli 2015 dan akan berlaku 30 hari sejak diundangkan

Page 10: cara menghitung pajak penghasilan

1. Pengertian PPh pasal 23

Pajak Penghasilan Pasal 23, selanjutnya disingkat PPh Pasal 23, merupakan pajak yang dipotong atas penghasilan yang diterima atau diperoleh wajib pajak dalam negeri (orang pribadi maupun badan), dan bentuk usaha tetap yang berasal dari modal, penyerahan jasa, atau penyelenggaraan kegiatan selain yang dipotong PPh Pasal 21, PPh Pasal 23 ini dibayarkan atau terutang oleh badan pemerintah atau Subjek Pajak dalam negeri, penyelenggara kegiatan, bentuk usaha tetap, atau perwakilan perusahaan luar negeri lainnya.

2. Pemotong PPh pasal 23

1. Badan Pemerintah2. Subjek Pajak badan dalam negeri3. Penyelenggara kegiatan4. Bentuk Usaha Tetap5. Perwakilan perusahaan di luar negeri lainnya.6. Orang pribadi sebagai Wajib Pajak dalam negeri tertentu, yang ditunjuk oleh Kepala Kantor 

Pelayanan Pajak sebagai Pemotong PPh Pasal 23 (berdasarkan KEP-50/PJ/1994) yaitu : 

Akuntan, arsitek, dokter, notaris, Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT), kecuali camat, pengacara, dan konsultan yang melakukan pekerjaan bebas. 

Orang pribadi yang menjalankan usaha yang menyelenggarakan pembukuan atas pembayaran berupa sewa.

3. Penerima penghasilan yang dipotong PPh pasal 23

Melihat Definisi pada poin 1 diatas, maka Wajib Pajak PPh pasal 23 adalah :

1. Wajib Pajak dalam negeri (orang pribadi dan badan)2. Bentuk Usaha Tetap (BUT)

4. Penghasilan yang dikenakan PPh pasal 23

1. Deviden2. Bunga termasuk premium, dikonto, dan imbalan sehubungan dengan jaminan pengembalian 

utang.3. Royalti

Page 11: cara menghitung pajak penghasilan

4. Hadiah, penghargaan, bonus, dan sejenisnya selain yang telah dipotong Pajak Penghasilan yaitu penghasilan yang diteriama atau diperoleh Wajib Pajak dalam negeri orang pribadi yang berasal dari penyelenggara kegiatan sehubungan dengan pelaksanaan suatu kegiatan

5. Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta, kecuali sewa dari penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta yang telah dikenai Pajak Penghasilan sebagaimana dimaksudkan dalam Pasal 4 ayat (2) UU PPh.

6. Imbalan sehubungan dengan jasa teknik, jasa manajemen, kasa konstruksi, jasa konsultan, dan jasa lain selain jasa yang telah dipotong Pajak Penghasilan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 UU PPh.

5. Penghasilan yang dikecualikan dari pemotongan PPh pasal 23

1. Penghasilan yang dibayar atau terutang kepada bank2. Sewa yang dibayar atau terutang sehubungan dengan sewa guna usaha dengan hak opsi3. Deviden ati bagian laba yang diterima atau diperoleh perseroan terbatas sebagai Wajib Pajak 

dalam negeri, koperasi, badan usaha milik negara, atau badan usaha milik daerah, dari pernyertaan modal pada bulan usaha yang didirikan dan bertempat kedudukan di Indonesia.

4. Bagian laba yang diterima atau diperoleh anggota dari perseroan komanditer yang modalnya tidak terbagi atas saham-saham, persekutuan, perkumpulan, firma, dan kongsi, termasuk pemegang unit penyertaan kontrak investasi kolektif.

5. Penghasilan yang dibayar atau terutang kepada badan usaha atas  jasa keuangan yang berfungsi sebagai penyalur pinjaman dan/atau pembiayaan.

6. Tarif dan perhitungan PPh pasal 23

Sebesar 15% dari jumlah bruto atas :

1. Deviden2. Bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan sehubungan dengan jaminan pengembalian 

utang3. Royalti4. Hadiah, penghargaan, bonus, dan sejenisnya selain yang telah dipotong Pajak Penghasilan 

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat (1) huruf e.

Sebesar 2% dari jumlah bruto atas :

1. Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta, kecuali sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta yang telah dikenai Pajak Penghasilan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2)

2. Imbalan sehubungan dengan jasa teknik, jasa mangemen, jasa konstruksi, jasa konsultan, dan jasa lain selain jasa yang telah dipotong Pajak Penghasilan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21

Page 12: cara menghitung pajak penghasilan

Catatan : Dalam hal Wajib Pajak yang menerima atau memperoleh penghasilan tersebut tidak memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak, besarnya tarif pemotongan adalah lebih tinngi 100% dari tarif yang sebenarnya

7. Jasa lain sebagai objek PPh pasal 23 (update: 60 jenis jasa lain yang dikenakan PPh 23 berdasarkan PMK 141/PMK.03/2015)

Jenis jasa lain sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 244/PMK.03/2008 yang dikenakan PPh Pasal 23 sebesar 2% dari jumlah bruto.

1. Jasa penilai (appraisal);2. Jasa aktuaris;3. Jasa akuntansi, pembukuan, dan atestasi laporan keuangan;4. Jasa perancang (design);5. Jasa pengeboran (drilling) di bidang penambangan minyak dan gas bumi (migas), kecuali yang 

dilakukan oleh bentuk usaha tetap (BUT);6. Jasa penunjang di bidang penambangan migas;7. Jasa penambangan dan jasa penunjang di bidang penambangan selain migas;8. Jasa penunjang di bidang penerbangan dan bandar udara;9. Jasa penebangan hutan;10. Jasa pengolahan limbah;11. Jasa penyedia tenaga kerja (outsourcing services)12. Jasa perantara dan/atau keagenan;13. Jasa di bidang perdagangan surat-surat berharga , kecuali yang dilakukan oleh Bursa Efek, KSEI 

dan KPEI;14. Jasa custodian/penyimpanan /penitipan, kecuali yang dilakukan oleh KSEI;15. Jasa pengisian suara (dubbing) dan/atau sulih suara;16. Jasa mixing film;17. Jasa sehubungan dengan software computer, termasuk perawatan, pemeliharaan dan 

perbaikan;18. Jasa instalasi/pemasangan mesin, peralatan, listrik, telepon, air, gas, AC, dan/atau TV kabel, 

selain yang dilakukan oleh Wajib Pajak yang ruang lingkupnya di bidang konstruksi dan mempunyai izin dan/atau sertifikasi sebagai pengusaha konstruksi;

19. Jasa perawatan/perbaikan/pemeliharaan mesin, peralatan, listrik, telepon, air, gas, AC, TV kabel, alat transportasi/kendaraan dan/atau bangunan, selain yang dilakukan oleh Wajib Pajak yang ruang lingkupnya di bidang konstruksi dan mempunyai izin dan/atau sertifikasi sebagai pengusaha konstruksi;

20. Jasa maklon;21. Jasa penyelidikan dan keamanan;22. Jasa penyelenggara kegiatan atau event organizer;23. Jasa pengepakan;24. Jasa penyediaan tempat dan/atau waktu dalam media masa, media luar ruang atau media lain 

untuk penyampaian informasi;25. Jasa pembasmian hama;

Page 13: cara menghitung pajak penghasilan

26. Jasa kebersihan atau cleaning service;27. Jasa catering atau tata boga.

Jasa penunjang di bidang penambangan migas & panas bumi

1. Jasa penyemenan dasar (primari cementing) yaitu penempatan bubur semen secara tepat diantara       pipa selubung dan lubang sumur 

2. Jasa penyemenan perbaikan (remedial cementing) yaitu penempatan bubur semen untuk maksud-       maksud :

penyumbatan kembali formasi yang sudah kosong : Penyumbatan kembali zona yang berproduksi air Perbaikan dari penyemenan dasar yang gagal Penutupan sumur 

3. Jasa pengontrolan pasir (sand control) yaitu jasa yang menjamin bahwa bagian-bagian formasi             yang tidak terkonsolidasi tidak akan ikut terproduksi ke dalam rangkaian pipa produksi dan                   menghilangkan kemungkinan tersumbatnya piapa 4. Jasa pengasaman (matrix acidizing) yaitu pekerjaan untuk memperbesar daya tembus formasi, dan       menaikan produktivitas dengan jalan menghilangkan material penyumbat yang tidak diinginkan.

5. Jasa pertakan hidrolika(hydraulic), yaitu pekerjaan yang dilakukan dalam hal cara pengemasan             tidak cocok,misalnya perawatan pada formasi yang mempunyai daya tembus sangat kecil

6. Jasa nitrogen dan gulungan pipa (nitrogen dan coil tubing), yaitu jasa yang dikerjakan untuk               menghilangkan cairan buatan yang berada dalam sumur baru yang telah selesai, sehinnga aliran           yang terjadi sesuai dengan tekanan asli formasi dan kemudian menjadi besar sebagai akibat dari         gas nitrogen yang telah dipompakan ke dalam cairan butan dalam sumur

7. Jasa uji kandung lapiran (drill steam testing), penyelesaian sementara suatu sumur baru

    agar dapat mengevaluasi kemempuan berproduksi 8. Jasa reparasi pompa reda (reda repair)

9. Jasa pemasangan instalansi dan perawatan

10. Jasa pengganti peralatan/material 

11. Jasa mud logging, yaitu memesukkan lumpur kedalam sumur 

12. Jasa mud engineering

13. Jasa well logging & perforating

14. Jasa stimulasi dan secondary decovery

Page 14: cara menghitung pajak penghasilan

15. Jasa alat kontrol navigasi lepas pantai yang berkaitan dengan drilling

16. Jasa pemeliharaan untuk pekerjaan drilling

17. Jasa mobilisasi dan demobilisasi anjungan drilling

18. Jasa lainnya yang sejenis di bidang pengeboran migas 

19. Jasa well testing & wire line service

Jasa penambangan dan jasa penunjang di bidang penambangan selain migas

1. Jasa pengobaran 2. Jasa penebasan 3. Jasa pengupahan dan pengeboran 4. Jasa penambangan 5. Jasa pengangkutan/sistem transportasi, kecuali jasa angkutan umum 6. Jasa pengolahan bahan galian 7. Jasa reklamasi tambang 8. Jasa pelaksanaan mekanikal, elektrikal, manufaktur, fabrikasi, dan penggalian/pemindahan 

tanah 9. Jasa lainnya yang sejenis di bidang pertambangan umum

Jasa penunjang di bidang penerbangan dan bandar udara adalah :

1. Bidang aeronautika termasuk :

Jasa pendaratan, penempatan, penyimpanan pesawat udara dan  jasa lain sehubungan dengan pendaratan pesawat udara

Jasa penggunaan jembatan pintu (avio bridge) Jasa pelayanan penerbangan Jasa ground handling, yaitu pengurus seluruh atau sebagian dari proses palayanan penumpang 

dan bagasinya serta kargo, yang diangkut dengan pesawat udara, baik yang berangkat maupun yang datang, selama pesawat uadara di darat

Jasa penunjang lain dibidang aeronautika

2. Bidang non-aeronautika, termasuk :

 Jasa katering di pesawat dan jasa pembersihan pantry pesawat  Jasa penunjang lain di bidang non-aeronautika

Jasa maklon adalah pemberian jasa dalam rangka proses penyelesaian suatu barang tertentu yang diproses pengerjaannya dilakukan oleh pihak pemberi jasa (disubkontrakkan), yang spesifikasi, bahan 

Page 15: cara menghitung pajak penghasilan

baku yang akan diproses sebagian atau seluruhnya disediakan oleh pengguna jasa, dan kepemilikan atas barang jadi berada pada pengguna jasa.

Jasa penyelenggara kegiatan atau event organizer adalah kegiatan usaha yang dilakukan oleh pengusaha jasa penyelenggara kegiatan meliputi antara lain penyelenggaraan pameran, konvensi, pagelaran musik, pesta, seminar, peluncuran produk, konferensi pers, dan kegiatan lain yang memanfaatkan jasa penyelenggara kegiatan.

8. Saat Terutang, Penyetoran dan Pelaporan PPh pasal 23

Pajak penghasilan pasal 23 terutang pada akhir bulan dilakukannnya pembayaran atau pada akhir bulan terutangnya penghasilan yang bersangkutan.

Pajak penghasilan pasal 23 harus disetorkan oleh pemotong pajak selambat-lambatnya tanggal 10 bulan takwim berikutnya setelah bulan saat terutangnya pajak ke bank persepsi atau Kantor Pos Indonesia.

Pemotong PPh Pasal 23 di wajibkan menyampaikan Surat Pemberitahuan Masa selambat-lambatnya 20 hari setelah masa pajak berakhir.

Pemotongan PPh Pasal 23 harus memberikan tanda bukti pemotong kepada orang pribadi atau badan yang dibebani Pajak Penghasilan yang dipotong.

Pelaksanaan pemotong, penyetoran, dan pelaporan PPh Pasal 23 dilakukan secara desentralisasi artinya dilakukan di tempat terjadinya pembayaran atau terutangnya penghasilan yang merupakan Objek PPh Pasal 23, hal ini dimaksudkan untuk mempermudah, pengawasan terhadap pelaksaan pemotongan PPH Pasal 23 tersebut.

9. Contoh Soal dan Perhitungannya

PT Perdana merupakan perusahaan penerbitan dan percetakan. Perusahaan ini didirikan pada tahun 2000, beralamat di Jl. Tentara Pelajar No. 7 Yogyakarta. NPWP 01.555.444.1.541.000. Pembayaran honorarium dan imbalan lain sehubungan dengan PPh Pasal 23 selama bulan Oktober 2011 sebagai berikut :

1.Pada tanggal 10 Oktober 2011, membayar bunga pinjaman kepada Bank Mandiri Yogyakarta sebesar

Rp1.000.000. Bank Mandiri beralamat di Jl. Diponegoro No. 133 Yogyakarta, NPWP 01.222.333.2.541.000

2.Pada tanggal 15 Oktober 2011, membayar royalti kepada beberapa penulis yaitu :

Page 16: cara menghitung pajak penghasilan

3.Pada tanggal 20 Oktober 2011, memebayar jasa perbaikan mesin produksi yang telah rusak sebesar Rp 15.000.000 kepada PT Maju Jaya, yang beralamat di Jl. Godean No. 26 Yogyakarta, NPWP 01.446.577.2.541.000

4.Pada tanggal 22 Oktober 2011, membayar fee sebesar Rp22.000.000 kepada Kantor Akuntan Publik Dwiananda, yang beralamat di Jl Mrican No. 200 Yogyakarta, NPWP 04.322.233.2.541.000

5.Pada tanggal 29 Oktober 2011, membayar sewa kendaraan untuk mendistribusikan hasil produksi ke beberapa kota, sewa dibayarkan ke Andika Rental sebesar Rp6.000.000 yang beralamat di Jl. Adisucipto No. 38 Yogyakarta, NPWP 01.111.333.1.541.000

Diminta :

1.Hitunglah PPh Pasal 23 yang dipotong PT.

2.Buatkan bukti pemotongan PPh Pasal 23 untuk setiap Wajib Pajak

3.Setorkan PPh Pasal 23 yang telah terpotong

4.Buatkan SPT Masa PPh Pasal 23 Oktober 2011 untuk PT Perdana

Jawab

Perhitungan PPh Pasal 23 dan bukti pemotongan yang dibuatkan oleh Pt Perdana dijelaskan sebagai berikut :

1. Atas pembayaran bunga sebesar Rp1.000.000 kepada Bank Mandiri tidak dipotong pajak karena Penghasilan yang dibayarkan atau terutang kepada bank merupakan pengecualian dari pengenaan PPh Pasal 23.2. Atas pembayaran royalti kepada penilis dipotong PPh Pasal 23 sebagai berikut :

Masing-masing wajib pajak dibuatkan hasil bukti pemotongan nomor : 01/Ps-23/10/2011, 02/Ps-23/10/2009, 03/Ps-23/10/2011.

Page 17: cara menghitung pajak penghasilan

3. Atas pembayaran imbalan jasa teknik kepada PT Maju Jaya sebesar Rp15.000.000 dipotong PPh Pasal 23 sebesar :

Tarif 2% x penghasilan bruto : 

= 2% x Rp15.000.000 

= Rp300.000

Bukti Pemotongan PPh Pasal 23 nomor 04/Ps-23/10/2011

4. Atas pembayran fee kepada Kantor Akuntan Dwiananda & Co. sebesar Rp22.000.000 dipotong PPh Pasal 23 sebesar : Tarif 2% x penghasilan bruto : 

= 2% x Rp22.000.000

= Rp440.000

Bukti Pemotongan PPh Pasal 23 nomor 05/Ps-23/10/2011

5. Atas pembayaran sewa kendaraan kepada Andika Rental sebesar Rp6.000.000, dipotong PPh Pasal 23 sebesar : Tarif 2% x penghasilan bruto :

= 2% x Rp6.000.000

= Rp120.000

Bukti Pemotongan PPh Pasal 23 nomor 06/Ps-23/10/2011

Total PPh pasal 23 yang dipotong dan disetor adalah :

Page 18: cara menghitung pajak penghasilan

 Pengertian Pajak Penghasilan Pasal 24 (PPh Pasal 24)

Pajak Penghasilan Pasal 24 (PPh Pasal 24) pada dasarnya adalah sebuah peraturan yang mengatur hak wajib pajak untuk memanfaatkan kredit pajak mereka di luar negeri, untuk mengurangi nilai pajak terhutang yang dimiliki di Indonesia. Sehingga, jumlah pajak yang harus dibayar di Indonesia dapat dikurangi dengan jumlah pajak yang telah mereka bayar di luar negeri, asalkan nilai kredit pajak di luar negeri tidak melebihi hutang pajak yang ingin dibayar di Indonesia.

 

Sumber penghasilan kena pajak yang dapat digunakan untuk memotong hutang pajak Indonesia adalah sebagai berikut:

1. pendapatan dari saham dan surat berharga lainnya, serta keuntungan dari pengalihan saham dan surat berharga lainnya;

2. penghasilan berupa bunga, royalti, dan sewa yang berkaitan dengan penggunaan harta-benda bergerak;

3. penghasilan berupa sewa yang berkaitan dengan penggunaan harta-benda tidak bergerak;4. penghasilan berupa imbalan yang berhubungan dengan jasa, pekerjaan, dan kegiatan;5. pendapatan dari Bentuk Usaha Tetap (BUT) di luar negeri;6. penghasilan dari pengalihan sebagian atau seluruh hak penambangan atau tanda keikutsertaan 

dalam pembiayaan atau pemanfaatan di sebuah perusahaan pertambangan;7. keuntungan dari pengalihan aset tetap;8. Keuntungan dari pengalihan aset yang merupakan bagian dari suatu bentuk usaha tetap (BUT).

Jika nilai pajak di luar negeri yang telah Anda gunakan sebagai kredit pajak di Indonesia, telah berkurang atau dikembalikan kepada Anda, sehingga nilai kredit Anda kurang untuk menutup pajak terhutang Anda di sini, maka Anda harus membayar jumlah terhutang tersebut ke kantor pelayanan pajak Indonesia.

Page 19: cara menghitung pajak penghasilan

Tarif PPh Pasal 25

 

Terdapat dua (2) jenis pembayaran angsuran Pajak Penghasilan Pasal 25 (PPh Pasal 25) untuk Wajib Pajak Orang Pribadi (WPOP), yaitu:

Wajib Pajak Orang Pribadi Pengusaha Tertentu (WP – OPPT), yaitu yang melakukan usaha penjualan barang, baik grosir maupun eceran, serta jasa – dengan satu atau lebih tempat usaha. PPh 25 bagi OPPT = 0.75% x omzet bulanan tiap masing-masing tempat usaha.

Wajib Pajak Orang Pribadi Selain Pengusaha Tertentu (WP – OPSPT), yaitu pekerja bebas atau karyawan, yang tidak memiliki usaha sendiri. PPh 25 bagi OPSPT = Penghasilan Kena Pajak (PKP) x Tarif PPh 17 ayat (1) huruf a UU PPh (12 bulan).

Tarif PPh 17 ayat (1) huruf a UU PPh adalah:

Sampai Rp 50.000.000 = 5% Rp 50.000.000 – Rp 250.000.000 = 15% Rp 250.000.000 – Rp 500.000.000 = 25% Di atas Rp 500.000.000 = 30%

Pembayaran angsuran PPh 25 untuk Wajib Pajak Badan yaitu = Penghasilan Kena Pajak (PKP) x 25% (Tarif Pasal 17 ayat (1) huruf b UU PPh).