Post on 01-Dec-2021
BUYERS EXPERIENCE PADA EVENT
INDONESIA INTERNATIONAL GIFT AND HOME PRODUCT 2019
PROYEK AKHIR
Diajukan untuk memenuhi salah satu
syarat dalam menempuh studi pada
Program Diploma IV
Oleh :
ELSY PRATIWI
NIM : 201520512
JURUSAN PERJALANAN
PROGRAM STUDI
MANAJEMEN BISNIS KONVENSI DAN EVENT
SEKOLAH TINGGI PARIWISATA BANDUNG
2019
i
ABSTRAK
Pameran dagang dianggap sebagai kelompok sementara yang mendukung penciptaan
pengetahuan interaktif yang dibagikan kepada peserta pameran dan pengunjung. Dalam pameran
dagang pembeli memiliki peran penting dalam memuaskan peserta pameran B2B. Pembeli juga
semakin cerdas dan kritis dalam bisnis oleh karena itu perlunya menciptakan pengalaman yang
berkesan dalam pameran. Menciptakan pengalaman pengunjung yang kompleks terdiri dari elemen
yang berbeda tetapi saling mengikat misalnya, kognitif, emosional, perilaku serta relasional. Selain itu,
dengan memantau dan mengelola pengalaman, kepuasan pelanggan dapat meningkat pesat.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengalaman buyers dari pameran Indonesia
International Gift and Home Product 2019 yang diselenggarakan oleh PT. Peraga Expo pada tanggal
18 – 20 Juli 2019. Selain itu hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi perusahaan sebagai masukan
untuk meningkatkan pengalaman buyers pada pameran dan dapat menjadi model untuk para PEO
(Professional Exhibition Organizer) yang ada di Indonesia khususnya anggota ASPERAPI.
Penulis menggunakan teori dari Rinallo, Borghini dan Golfetto mengenai pengalaman
pengunjung pada pameran dagang yang dinilai melalui lima dimensi yaitu embodied experience,
instrumental experience, inspiration search and supplier comparison patterns, relational experience in
ritualized context, dan perceived value of exhibitor and organizer providers.
Penulis menggunakan metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Teknik dan
alat kumpul data yang penulis gunakan adalah survei, wawancara, dan studi dokumentasi dengan alat
kumpul data yakni kuesioner kepada 278 responden yaitu buyers yang hadir pada pameran Indonesia
International Gift and Home Product 2019.
Berdasarkan hasil data yang penulis temukan, penulis mengambil kesimpulan buyers
experience pada event Indonesia International Gift and Home Product 2019 sudah cukup baik. Penulis
juga memberikan rekomendasi yang dapat menjadi masukan terhadap perusahan PT. Peraga Expo
untuk dapat terus meningkatkan kualitas pameran dan pengalaman pengunjungnya.
Kata Kunci:, Trade show, buyers experience, exhibition, experiental marketing.
ii
ABSTRACT
Trade show has been interpreted as a temporary group that endorsing creationism interactive
knowledge that are distributed to the participants of the exhibition and visitors. In the trade exhibition,
buyers have an important role in satisfying the participant of the B2B exhibitors. Buyers also
increased intelligent and critical in business therefore exhibitions need to create memorable
experience. Created a complex visitor experience consisting of a different but mutually binding, for
example; cognitive, emotional, behavior and relational. In additional, with monitoring and managing
experience, customer satisfaction will increase rapidly.
This study aims to determine the experience of buyers from the Indonesia International Gift
and Home Product 2019 organized by PT. Peraga Expo held on 18-20 July 2019. In addition, the
results of this study can be useful for companies as input to improve the experience of buyers at the
exhibition and can be a model for PEO (Professional Exhibition Organizer) in Indonesia, especially
the members of ASPERAPI
The theory used in this study is the theory of Rinallo, Borghini and Golfetto about visitors'
experiences at trade shows assessed by five dimensions, namely embodied experience, instrumental
experience, inspiration search and supplier comparison patterns, relational experience in ritualized
context, and perceived value of exhibitor and organizer providers.
This research established a descriptive research method with a quantitative approach. The
techniques and data collection tools that author use include surveys, interviews, and documentation
studies with data collection, questionnaires to 278 respondents, i.e. buyers who attended the Indonesia
International Gift and Home Products 2019 exhibition.
Based on the results of the data found authors draw conclusions that buyers experience at
Indonesia International Gift and Home Product 2019 has been good enough. Authors also
recommended that can be input to the company PT. Peraga Expo to improve the quality of the
exhibition and the experience of its visitors.
Key word: Trade show, buyers experience, exhibition, event marketing, experiential marketing.
iii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena berkat rahmat
dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan Proyek Akhir dengan
judul penulisan “Buyers Experience Pada Event Indonesia International Gift and
Home Product 2019” sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
Adapun Proyek Akhir ini penulis tulis untuk diajukan guna memenuhi salah
satu persyaratan akademis dalam penyelesaian studi Program Diploma IV, Jurusan
Perjalanan, Program Studi Manajemen Bisnis Konvensi dan Event, Sekolah Tinggi
Pariwisata NHI Bandung.
Dalam proses penyusunan Proyek Akhir ini, penulis tidak memungkiri
bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis ingin
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang telah
membantu penulis dalam menyelesaikan Proyek Akhir, yaitu :
1. Bapak Faisal MM.Par., CHE selaku Ketua Sekolah Tinggi Pariwisata NHI
Bandung
2. Bapak Andar Danova L. Goeltom, S.Sos., M.Sc selaku Kabag.
Administrasi Akademik dan Kemahasiswaan Sekolah Tinggi Pariwisata
NHI Bandung
3. Ibu Endang Komesty Sinaga, SS. MM. Par. CHE. selaku Ketua Jurusan
Perjalanan Sekolah Tinggi Pariwisata NHI Bandung
iv
4. Bapak Marsianus Raga, MM.Par., selaku Ketua Program Studi
Manajemen Bisnis Konvensi dan Event
5. Bapak Bagus Githa Adhitya, MM.Par. selaku Pembimbing I
6. Bapak Wisnu Prahadianto,SE., MS.c selaku Pembimbing II
7. Ibu Cesa selaku Project Manager PT. Peraga Expo
8. Orang Tua penulis, Edy Sukamto dan Susmayani yang selalu memberikan
doa, motivasi dan materi kepada penulis
9. Kedua Adik penulis, Sandy Nandaru dan Ichsan Pahlevy yang selalu
memberikan doa dan dukungan kepada kakaknya.
10. Teman-teman dari program studi Manajemen Bisnis Konvensi dan Event
2015 yang telah berjuang bersama selama kurang lebih empat tahun ini.
Penulis menyadari segala kekurangan dan keterbatasan dalam penulisan
Proyek Akhir ini, oleh karena itu penulis mengharapkan masukan maupun saran
sebagai bahan pertimbangan untuk penyempurnaan Proyek Akhir ini. Semoga Proyek
Akhir ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan seluruh pihak yang membaca
pada umumnya.
Bandung, 10 Oktober 2019
penulis
v
DAFTAR ISI
ABSTRAK …..………................................................................................................ i
ABSTRACT................................................................................................................ ii
KATA PENGANTAR .............................................................................................. iii
DAFTAR ISI ………................................................................................................. v
DAFTAR TABEL …................................................................................................ vii
DAFTAR DIAGRAM ............................................................................................ viii
DAFTAR GAMBAR …............................................................................................ ix
DAFTAR LAMPIRAN ………………………………………………………..…... x
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah …………………………………………………… 1
B. Rumusan Masalah ………………………..……………………….……..….. 9
C. Tujuan Penulisan …..…………………………………………………….… 9
D. Manfaat Penelitian ……………….……………………………………..….. 10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ………………..……………………………….. 12
A. Kajian Teori ……...…………………………………………….…………... 12
1. Event Marketing ……………………………………………………….. 12
2. Experiental Marketing …………………………………………………. 14
3. Trade Show …………………………………………………………….. 16
4. Buyers Experience …………………………………………………...... .18
B. Kerangka Pemikiran ……………………………………………………...... 26
BAB III METODE PENELITIAN ......................................................................... 27
vi
A. Pendekatan Penelitian …...……………………...………………………….. 27
B. Objek Penelitian ……………………………………..…………………..… 27
C. Populasi dan Sampling …………………………………………………..… 28
D. Metode Pengumulan Data ……………...………………………………….. 30
1. Teknik Pengumpulan Data …………………………………………...... 30
a. Survei ………………………………………………………….…… 31
b. Wawancara ……………………………………………………….... 31
c. Studi Dokumentasi ………………………………………………... 32
2. Alat Kumpul Data ……………………………………………………… 32
a. Kuesioner …………………………………………………………... 32
b. Pedoman Wawancara ………………………………………………. 33
E. Definisi Oprasional Variabel ……………………………………………… 33
F. Analisis Data ……………………………………………………………….. 38
a. Uji Validitas ……………………………………………………………. 39
b. Uji Reliabelitas ………………………………………………………… 43
G. Jadwal Penelitian …………………………………………………………... 44
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHSAN ………………………….. 45
A. Hasil Penelitian ………………………………………………………….… 45
B. Pembahasan ……....……………………………………………………….. 71
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ..............................................… 72
A. Kesimpulan ………………………………………………………………… 72
B. Rekomendasi ……………………………………………………………... 100
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………… 108
vii
DAFTAR TABEL
TABEL 1 Pola Pikir Penelitian …..................................................................... 26
TABEL 2 Ukuran Sampel Krejcie dan Morgan ................................................. 29
TABEL 3 Bobot Nilai Skala Likert ………….................................................... 33
TABEL 4 Matriks Oprasional Variabel .............................................................. 34
TABEL 5 Hasil Uji Validitas …...…………………………………………..… 41
TABEL 6 Hasil Uji Reliabelitas ……………..…………………………….… 43
TABEL 7 Jadwal Penelitian ………….............................................................. 44
TABEL 8 Bobot Nilai Skala Likert ................................................................... 58
TABEL 9 Tabel Distribusi Frekuensi Sub Variabel Embodied Experience ...... 59
TABEL 10 Tabel Distribusi Frekuensi Sub Variabel Instrumental Experience .. 63
TABEL 11 Tabel Distribusi Frekuensi Sub Variabel Inspiration Search and
Supplier Comparison Patterns …………………………………....... 64
TABEL 12 Tabel Distribusi Frekuensi Sub Variabel Relational Experience In
Ritualised Context …………………………………………………. 67
TABEL 13 Tabel Distribusi Frekuensi Sub Variabel Perceived Value Of
Exhibitor and Organizer Providers ………………………………… 69
TABEL 14 Jumlah Skor Tertinggi dan Terendah …………………………...…. 71
TABEL 15 Number of “likes” on friends’ feeds …..……………...…….…….... 73
viii
DAFTAR DIAGRAM
DIAGRAM 1 Jenis Kelamin …………………………………………................... 41
DIAGRAM 2 Lokasi Benua Perusahaan ………………………………................. 47
DIAGRAM 3 Domisili Perusahaan ……………………………………………..… 48
DIAGRAM 4 Jabatan Buyers …………………………………………………..…. 49
DIAGRAM 5 Ruang Lingkup Bisnis ...................................................................... 50
DIAGRAM 6 Jumlah Karyawan Hadir …..……………………………………... 51
DIAGRAM 7 Jumlah Karyawan Perusahaan ……………………………...……... 52
DIAGRAM 8 Akomodasi atau Hotel saat Mengikuti Pameran …………………... 53
DIAGRAM 9 Lama Kunjungan ke Pameran ……………………………………… 55
DIAGRAM 10 Lama Tinggal di Indonesia ……………………………………….. 56
DIAGRAM 11 Tujuan Buyers Hadir ……………………………………………... 57
ix
DAFTAR GAMBAR
GAMBAR 1 Perhitungan Skala Rentang ……………………………................... 72
GAMBAR 2 Buyers Experience Pada Sub Variabel Embodied Experience ….…. 73
GAMBAR 3 Buyers Experience Pada Sub Variabel Instrumental Experience ….. 81
GAMBAR 4 Buyers Experience Pada Sub Variabel Inspiration Search and Supplier
Comparison Patterns ………………………………………………. 85
GAMBAR 5 Buyers Experience Pada Sub Variabel Relational Experience In
Ritualized Context ............................................................................. 89
GAMBAR 6 Buyers Experience Pada Sub Variabel Perceived Value of Exhibitor
and Organizer Provider …………………………………………… 93
GAMBAR 7 Keseluruhan Dimensi Buyers Experience Pada Indonesia International
Gift and Home Product 2019 ………………………………………. 98
x
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Surat Izin Penelitian di PT. Peraga Expo
Lampiram 2. Kuesioner
Lampiran 3. Surat Telah Melakukan Penelitian di PT. Peraga Expo
Lampiran 4. Hasil Turn it in
Lampiran 5. Formulir Bimbingan
Lampiran 6. Informasi Pameran
Lampiran 7. Dokumentasi
Lampiran 8. Biodata Penulis
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Selama beberapa tahun terakhir, istilah event marketing telah digunakan
secara luas untuk menggambarkan fenomena yang berbeda-beda, seperti
event sebagai produk, promosi penjualan, atau sponsor (Wohlfeil & Whelan,
2005). Event sebagai fenomena adalah penggabungan produk dan layanan,
dengan dampak khusus dari batasan waktu yang sangat mempengaruhi aspek
pemasaran. Mengklasifikasikan acara sebagai produk atau layanan akan
berdampak besar pada pemasaran mereka (Reic, 2016).
Event juga merupakan penawaran pasar yang unik dan mewakili
penggabungan produk serta layanan yang mendukung pengiriman
pengalaman dalam acara. Hal ini merupakan peran dari pemasaran event
untuk memperpanjang umur suatu acara dengan melibatkan audiens acara
(peserta serta stakeholders) sebelum dan setelah acara tersebut terjadi (Reic,
2016). Event marketing diartikan secara khusus merupakan alat komunikasi
yang bertujuan untuk menyebarluaskan pesan pemasaran perusahaan dengan
melibatkan kumpulan target dalam kegiatan pengalaman (Drengner, Gaus, &
Jahn, 2008).
Dalam literatur manajemen acara, istilah produk acara (Bowdin et al.,
2011) dapat ditemukan dalam penawaran pasar acara, sehingga gagasan
produksi dan konsumsi ini masih sangat melekat dalam sifat event. Acara,
2
bagaimanapun diproduksi dan dikonsumsi secara bersamaan, dan merupakan
faktor signifikan untuk menentukan aliran upaya pemasaran mereka. Selain
itu, gagasan experience event menambah kompleksitas lebih lanjut dalam
mendefinisikan produk dalam event (Reic, 2016).
Menurut Pine II & Gilmore, (1999) mendefinisikan experiental marketing
sebagai “ketika seseorang membeli layanan, maka ia membeli serangkaian
pengalaman yang tidak berwujud yang dilakukan atas kepentinganya. Tetapi,
ketika ia membeli pengalaman, maka ia membayar untuk menghabiskan
waktu menikmati serangkaian peristiwa yang menciptakan kenangan yang
dilakukan perusahaan untuk melibatkan pembeli secara personal.” Hal ini
memiliki keterkaitan khusus dengan event management dalam berupaya
menciptakan pengalaman pengunjung yang inovatif dan bermakna bagi
pengunjung sebagai produk acara. Experiental Marketing juga mempengaruhi
pengalaman pengunjung dikarenakan pengalaman pelanggan sangat penting
dalam mempengaruhi kesediaan pelanggan untuk mengulangi pengalaman
atau merekomendasikannya kepada teman atau kolega (Conway & Leighton,
2012).
Pelanggan saat ini semakin menuntut dan cerdas, tidak hanya
menginginkan barang atau jasa yang saling menguntungkan dan sangat baik,
tetapi juga pengalaman positif (Pine II & Gilmore, 1999). Pengalaman yang
didapatkan konsumen berasal dari serangkaian interaksi antara pelanggan dan
produk, perusahaan,atau bagian dari organisasi, yang memicu reaksi (LaSalle,
2003). Pengalaman ini benar-benar pribadi dan menyiratkan keterlibatan
pelanggan pada tingkat yang berbeda (rasional, emosional, fisik, dan spiritual
3
sensorik) (LaSalle, 2003). Hal ini tergantung pada perbandingan antara
harapan pelanggan dan rangsangan yang datang dari interaksi dengan
perusahaan dan penawarannya dalam korespondensi dari berbagai momen
kontak atau titik sentuh (LaSalle, 2003).
Model dan metode konseptual yang telah dikembangkan dalam literatur
pemasaran pengalaman juga dapat diterapkan untuk mengelola pengalaman
pengunjung di pameran dagang. Pemantauan pengalaman pengunjung
memungkinkan peserta pameran maupun penyelenggara untuk mengelola
partisipasi pameran dagang mereka secara efektif untuk merancang acara
yang lebih menarik (Rinallo, Borghini, & Golfetto, 2010).
Pameran adalah acara dengan ukuran besar yang berfokus pada audiens
eksternal. Pameran ini dapat diklasifikasikan dalam dua tipe pameran yakni;
B2C (Business to Consumer) atau B2B (Business to Business). Dalam
industri pameran biasa dikenal sebagai consumer show atau trade show
(Getz, 2007). Menurut Ferdinand & Kitchin (2012), Tujuan utama dari
exhibitor yang berpartisipasi adalah meningkatkan penjualan produk,
meningkatkan kesadaran produk, dan target audiens perusahaan yang
mengunjungi pameran. Perbedaan yang dapat dilihat dari kedua tipe pameran
tersebut dapat dilaksanakan di berbagai tempat seperti :
1. Penjualan B2C dapat dilakukan di toko, pusat perbelanjaan, acara, dan
pameran.
2. Penjualan B2B lebih sering dilakukan di pameran dagang, dan pameran.
Selain itu, Pameran B2B (Business to Business) cenderung mengambil
informasi dan keputusan berdasarkan oleh alasan bisnis dengan
4
mempertimbangkan biaya dan manfaat pembelian serta seberapa besar
kemungkinannya untuk memberikan pengembalian investasi. B2C (Business
to Consumer) di sisi lain, lebih dipengaruhi oleh bagaimana seller membuat
buyer merasa potensi biaya dan manfaat dari pembelian secara lebih (Paul,
2018).
Pameran dagang telah diartikan sebagai acara jangka pendek yang
berlangsung secara teratur dengan dasar yang telah di jadwalkan. Pameran
dagang juga dapat dilihat sebagai kelompok sementara yang mendukung
penciptaan pengetahuan dan pembelajaran interaktif yang dibagi kepada
peserta pameran dan pengunjung (Siren, 2017). Dalam pameran dagang
buyers memiliki peran penting dalam memuaskan peserta pameran b2b.
Namun seiring berkembangnya zaman pembeli dalam bisnis semakin cerdas
dan kritis.
Menurut Gilmore (1999), menyarankan agar bisnis perlu menciptakan
pengalaman yang berkesan, mengingat meningkatnya tingkat pendidikan
banyak orang dan pengejaran mereka atas elemen nilai tambah dalam
pengalaman yang mereka beli. Menciptakan kenangan dan pengalaman
pengunjung yang kompleks terdiri dari elemen yang berbeda tetapi saling
mengikat misalnya, kognitif serta emosional, perilaku serta relasional. Selain
itu, dengan memantau dan mengelola pengalaman-pengalaman ini, kepuasaan
pelanggan dapat meningkat pesat. (Rinallo, Borghini, & Golfetto, 2010).
Industri desain interior, home furnishing, peralatan rumah tangga, dan
cinderamata diperediksi mengalami kenaikan seiring berkembangnya industri
properti, pariwisata dan hospitality di Asia Tenggara.
5
Produk alat rumah tangga Indonesia terus mengepakkan sayap di pasar
ekspor. Transaksi potensial sebesar USD1,8 juta atau setara Rp25,6 miliar
(kurs Rp14.300 per USD) telah terjadi untuk penjualan ke Amerika Serikat
(AS). Capaian ini diperoleh dari 56 transaksi yang terjadi di pameran
International Home and Housewares 2019 (IHHS 2019) yang difasilitasi oleh
Indonesian Trade Promotion Center (ITPC) dan Konsulat Jenderal Republik
Indonesia (KJRI) Chicago. Pada 2019, porsi pasar pada produk alat rumah
tangga di AS yang meliputi ratusan jenis produk diperkirakan tumbuh 12,7
persen atau sebesar USD73 miliar. Nilai ini naik dibandingkan tahun 2018
yang tercatat sebesar USD63 miliar.
Akibat perang dagang antara AS dan Tiongkok beberapa produk dari alat
rumah tangga mengalami kenaikan tarif untuk produk berbahan kaca dan
plastik. Momen ini merupakan kesempatan bagi Indonesia untuk mengambil
pangsa pasar tersebut. Selain itu, industri produk alat rumah tangga dan
cendramata merupakan salah satu industri manufaktur padat karya menengah
yang bernilai tambah, sehingga dapat bermanfaat meningkatkan ekspor
Indonesia yang lebih berdaya saing dan bernilai tambah. Namun, meskipun
sudah cukup menonjol, potensi yang dihasilkan dari industri produk rumah
tangga dan cinderamata Indonesia ini masih bisa berkembang.
Semakin tingginya angka minat turis mancanegara yang berkunjung ke
Indonesia, menjadikan peluang yang baik bagi para exportir maupun importir
Indonesia untuk melakukan transaksi jual dan beli. Di era sekarang banyak
cara yang dapat digunakan untuk memperluas koneksi dan jangkauan dalam
berdagang. Salah satunya dengan mengikuti Trade show atau pameran yang
6
bersifat B2B (Business to Business) yang dimana memiliki potensi transaksi
dengan buyers dari mancanegara lebih besar. Dengan besarnya ekspor yang
dilakukan dalam industri rumah tangga dan cinderamata, tidak menutup
kemungkinan bahwa akan semakin tinggi pula minat buyers untuk datang ke
pameran dagang di Indonesia.
Indonesia International Gift and Home Product Expo 2019 merupakan
pameran cendramata dan produk rumah tangga Internasional pertama di
Indonesia yang digelar oleh Chao Yu Expo dari China sebagai Organizer dan
PT. Peraga Expo sebagai Co-Organizer dari Indonesia. Pameran dagang
Indonesia International Gift and Home Product Expo 2019 juga didukung
oleh Kementrian Perdagangan (KEMENDAG) Republik Indonesia. Sebagai
pameran Internasional terkemuka untuk industri hadiah dan produk rumah di
Indonesia menawarkan buyers B2B Indonesia barang yang unik, ide – ide
baru, dan tren untuk perusahaan mereka. Pameran dagang ini juga
menawarkan barang – barang terlaris seperti; Produk Hadiah, Produk Rumah
Tangga, dan Produk Perhotelan kepada setiap buyer. Pameran ini adalah
sumber pembelian dengan pilihan produk B2B terbesar.
Namun di karenakan pameran ini baru pertama kali digelar di Indonesia,
pihak penyelenggara menyatakan belum mengetahui experience yang di
dapatkan oleh buyers yang datang ke pameran. Oleh karena itu muncul
keingin tahuan penulis untuk mengetahui bagaimana pengalaman buyers pada
pameran dagang Indonesia International Gift and Home Product 2019.
Dengan pemantauan pengunjung dalam penelitian ini difokuskan pada
buyers, dapat memungkinkan pengelolaan partisi peserta pameran dagang
7
yang lebih efektif dan perancangan acara yang lebih menarik oleh
penyelenggara pameran (Rinallo, Borghini, & Golfetto, 2010)
Dalam penelitian ini penulis bertujuan untuk mengetahui pengalaman
buyers pada pameran dagang Indonesia International Gift and Home Product
2019 dengan menguji lima (5) dimensi pada indikator pengalaman buyers
yaitu embodied experience, instrumental experience, inspiration search and
supplier comparison patterns, relational experience in ritualized context,
perceived value of exhibitor and organizer experience providers dengan
mengacu pada jurnal “Exploring Visitor Experience at Trade Show” yang di
tulis oleh Diego Rinallo, et al (2010).
Pameran Indonesia International Gift and Home Product Expo 2019
merupakan One Stop Business Platform untuk hadiah premium dan industri
produk rumahan di Indonesia. Pada pameran ini buyers maupun pengunjung
dapat menemukan target suppliers di satu tempat dan mendapatkan
kesempatan untuk melihat showcase produk terbaru dalam tren terkini dan
produk premium. Pameran ini juga membuka forum Market Exchange atau
pertukaran pasar sebagai pusat baru untuk sumber pembelian produk hadiah
dan rumahan di Asia dengan pilihan produk terbesar di Indonesia. Pameran
ini juga membuka peluang untuk membangun hubungan antara pemasok
dengan potensial pembeli, baik pemasok atau agen industri regional maupun
lokal.
Indonesia International Gift and Home Product juga dapat memperluas
jaringan dengan mendapatkan peluang kerjasama dengan industri yang sudah
ada maupun industri baru terkait. Pameran dagang ini juga dapat menghemat
8
waktu dengan menyediakan kenyamanan tempat dengan sumber yang
lengkap. Pameran ini akan di gelar pada tanggal 18 – 20 Juli 2019 di Jakarta
International Expo (JIEXPO) Kemayoran, Indonesia. International Gift and
Home Product Expo 2019 yang akan di hadiri oleh buyers dari 31 negara
seperti Amerika, Jepang, Cina, Singapura, Jerman, Malaysia dan masih
banyak negara lainnya yang bergerak pada bidang terkait hadiah dan produk
rumahan seperti; Retailer, Distributor, Wholesaler, Gift Shop, Stationery
Store, Depatement Store, Accessories Store, Business Owner, Online Store,
E-Commerce, dan lain sebagainnya. Indonesia International Gift and Home
Product 2019 menawarkan rangkaian program pendukung untuk dapat di
nikmati oleh buyers yang hadir pada pameran. Aktivitas pendukung yang
dapat di ikuti adalah Business matching, Buyers night, Market exchange, dan
Product display area. Aktivitas sosial ini dapat membangun pengalaman
pengunjung sehingga membuat buyers yang hadir memiliki kenangan atau
memori pada saat mengikuti pameran Indonesia International Gift and Home
Product 2019.
Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui pengalaman buyers dari
pameran Indonesia International Gift and Home Product 2019 sesuai dengan
teori yang di paparkan oleh Diego Rinallo, et al (2010). Berdasarkan pada
latar belakang yang di uraikan, penulis tertarik untuk meneliti dengan judul :
" Buyers Experience pada Indonesia International Gift and Home Product
2019"
9
B. Rumusan Masalah
Dari paparan yang ada pada latar belakang, penulis merumuskan bahwa
experience yang didapatkan buyer selama event Indonesia International Gift
and Home Product 2019 belum diketahui. Dengan identifikasi masalah
sebagai berikut :
1. Bagaimanakah embodied experience buyer di event Indonesia International
Gift and Home Product 2019?
2. Bagaimanakah instrumental experience buyer di event Indonesia
International Gift and Home Product 2019?
3. Bagaimanakah inspiration search and supplier comparison patterns buyer
di event Indonesia International Gift and Home Product 2019?
4. Bagaimanakah relational experience in ritualized context buyer di event
Indonesia International Gift and Home Product 2019?
5. Bagaimanakah perceived value of exhibitor and organizer experience
providers buyer di event Indonesia International Gift and Home Product 2019?
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Formal
Penelitian ini secara formal bertujuan untuk memenuhi salah satu
prasyaratan pelaksanaan Proyek Akhir dan menyelesaikan studi jenjang
diploma IV (empat) yang dilakukan oleh mahasiswa/I tingkat akhir
program studi Manajemen Bisnis Konvensi dan Event.
2. Tujan Oprasional
10
Tujuan penulisan ini adalah untuk mengetahui experience buyer selama
event Indonesia International Gift and Home Product 2019 melalui
indikator buyer experience pada trade show yaitu : embodied experience,
instrumental experience, inspiration search and supplier comparison
patterns, relational experience in ritualized context, perceived value of
exhibitor and organizer experience providers pada event Indonesia
International Gift and Home Product 2019
D. Manfaat Penulisan
Manfaat Penulisan
1) Untuk mengetahui experience yang di alami oleh pengunjung atau buyers
di event Indonesia International Gift and Home Product 2019.
2) Memberikan masukan kepada pihak PEO untuk meningkatkan kualitas
event melalui hasil penulisan mengenai pengalaman pengunjung.
3) Menjadi acuan bagi industri untuk mengevaluasi kinerja yang sudah
diterapkan.
4) Mengembangkan pola pikir dan kemampuan mahasiswa dalam menjawab
permasalahan strategi.
5) Sebagai model bagi para PEO (Professional Exhibition Organizer) yang
ada di Indonesia, terlebih bagi para anggota ASPERAPI (Asosiasi
Perusahaan Pameran Indonesia) dalam mengetahui pengalaman buyers
pada pameran.
11
Pameran adalah acara dengan ukuran besar yang berfokus pada audiens eksternal.
Pameran ini dapat diklasifikasikan dalam dua tipe pameran yakni; B2C (Business
to Consumer) atau B2B (Business to Business). Dalam industri pameran biasa
dikenal sebagai consumer show atau trade show (getz, 2007). Tujuan utama dari
exhibitor yang berpartisipasi adalah meningkatkan penjualan produk,
meningkatkan kesadaran produk, dan target audiens perusahaan yang
mengunjungi pameran. Perberdaan yang dapat dilihat dari kedua tipe pameran
tersebut dapat dieksekusi di berbagai tempat seperti :
Penjualan B2C dapat dilakukan di toko, pusat perbelanjaan, acara, dan pameran.
Penjualan B2B lebih sering dilakukan di kantor pelanggan, pameran dagang, dan
pameran.
Selain itu, Pameran B2B (Business to Business) cenderung mengambil keputusan
diinformasikan oleh alasan bisnis; dengan mempertimbangkan biaya dan manfaat
pembelian dan seberapa besar kemungkinannya untuk memberikan pengembalian
investasi. B2C (Business to Consumer) di sisi lain, lebih dipengaruhi oleh
bagaimana merek membuat mereka merasa, daripada potensi biaya dan manfaat
dari pembelian.
12
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Event Marketing
Selama beberapa tahun terakhir, istilah event marketing telah
digunakan secara luas untuk menggambarkan fenomena yang berbeda-
beda, seperti event sebagai produk, promosi penjualan, atau sponsor
(Wohlfeil & Whelan, 2005). Event sebagai fenomena adalah
penggabungan produk dan layanan, dengan dampak khusus dari batasan
waktu yang sangat mempengaruhi aspek pemasaran (Reic, 2016).
Mengklasifikasikan acara sebagai produk atau layanan akan
berdampak besar pada pemasaran mereka. Event juga merupakan
penawaran pasar yang unik dan mewakili penggabungan produk serta
layanan yang mendukung pengiriman pengalaman dalam acara. Hal ini
merupakan peran dari pemasaran event untuk memperpanjang umur suatu
acara dengan melibatkan audiens acara (peserta serta stakeholders)
sebelum dan setelah acara tersebut terjadi (Reic, 2016). Event marketing
diartikan secara khusus merupakan alat komunikasi yang bertujuan untuk
menyebarluaskan pesan pemasaran perusahaan dengan melibatkan
kumpulan target dalam kegiatan pengalaman (Drengner, Gaus, & Jahn,
2008). Event Marketing menawarkan konsumen kesempatan untuk
13
berinteraksi langsung secara personal dengan pengalaman produk dan jasa
(Kahle & Close , 2011). Event marketing selalu dijalankan dalam konteks
memenuhi mandat dan tujuan acara, baik itu publik atau profit. Semakin
komprehensif tujuannya, maka semakin menantang pula pemasarannya.
Singkatnya, event marketing melibatkan; layanan konsumen; penjualan;
mempengaruhi tren dan sikap, menciptakan pengalaman; penelitian;
segmentasi ke area yang sesuai; penargetan; strategi masuk yang
menjelaskan kelompok level mana yang harus di kupas terlebih dahulu;
dan bauran pemasaran (produk, harga, promosi, dan tempat) (Damster &
Tassiopoulos, 2005). Dalam penelitian ini, peneliti menerapkan
pemasaran acara dalam konteks menciptakan pengalaman yang berkaitan
dengan produk dan karakteristik event.
Event dapat didefinisikan sebagai penawaran pasar yang unik dan
mewakili penggabungan produk dan layanan yang mendukung penciptaan
pengalaman acara (Reic, 2016). Event, bagaimanapun, membagikan
semua karakteristik dalam pelayanan (gronroos 2000), yaitu :
a. Intangibility, yaitu acara (atau, lebih tepatnya pengalaman acara) tidak
dapat disentuh, mereka bukan benda fisik.
b. Inseparability, agar acara itu ada, orang yang mengalaminya perlu
hadir ke lokasi tertentu pada waktu tertentu.
c. Variability (heterogenitas), setiap acara adalah kejadian unik dan
bahkan acara yang tradisional, lama dan terjadi dalam siklus tertentu
misalnya, secara tahunan atau bulanan) tidak pernah sama. hal ini di
pengaruhi oleh perubahan kerangka waktu atau lokasi dan orang-orang
14
yang terlibat dalan penyampaian konsumsi acara dari pengalaman
acara.
Dari karakteristik yang telah di sebutkan dapat dilihat bahwa, event
terjadi lebih jauh dari sekedar menyediakan produk dan layanan.
Melainkan memberikan pengalaman dengan dampak emosional
Singkatnya, industri acara profesional bertujuan keseluruhan untuk
menyediakan dan meningkatkan pengalaman pelanggan (Wagen &
White, 2018).
Dalam literatur manajemen acara, istilah produk acara (Bowdin,
Allen, Harris, McDonnell, & O, 2011) dapat ditemukan dalam penawaran
pasar acara, sehingga gagasan produksi dan konsumsi ini masih sangat
melekat dalam sifat event. Acara, bagaimanapun diproduksi dan
dikonsumsi secara bersamaan, dan merupakan faktor signifikan untuk
menentukan aliran upaya pemasaran mereka. Selain itu, gagasan
experience event menambah kompleksitas lebih lanjut dalam
mendefinisikan produk dalam event (Reic, 2016).
2. Experiental Marketing
(Pine II & Gilmore, 1999) mendefinisikan experiental marketing
sebagai “ketika seseorang membeli layanan, maka ia membeli serangkaian
pengalaman yang tidak berwujud yang dilakukan atas kepentinganya.
Tetapi, ketika ia membeli pengalaman, maka ia membayar untuk
menghabiskan waktu menikmati serangkaian peristiwa yang menciptakan
kenangan yang dilakukan perusahaan untuk melibatkan pembeli secara
15
personal.” Hal ini memiliki keterkaitan khusus dengan event management
dalam berupaya menciptakan pengalaman pengunjung yang inovatif dan
bermakna bagi pengunjung sebagai produk acara. Experiental Marketing
juga mempengaruhi pengalaman pengunjung dikarenakan pengalaman
pelanggan sangat penting dalam mempengaruhi kesediaan pelanggan
untuk mengulangi pengalaman atau merekomendasikannya kepada teman
atau kolega (Conway & Leighton, 2012).
Pelanggan saat ini semakin menuntut dan cerdas, tidak hanya
menginginkan barang atau jasa yang saling menguntungkan dan sangat
baik, tetapi juga pengalaman positif (Pine II & Gilmore, 1999).
Pengalaman pelanggan berasal dari serangkaian interaksi antara pelanggan
dan produk, perusahaan, atau bagian dari organisasi, yang memicu reaksi
(LaSalle, 2003). Pengalaman ini benar-benar pribadi dan menyiratkan
keterlibatan pelanggan pada tingkat yang berbeda (rasional, emosional,
fisik, dan spiritual sensorik) (LaSalle, 2003) Hal ini tergantung pada
perbandingan antara harapan pelanggan dan rangsangan yang datang dari
interaksi dengan perusahaan dan penawarannya dalam korespondensi dari
berbagai momen kontak atau titik sentuh (LaSalle, 2003).
(Schmitt, 1999) mengemukakan bahwa konsumen menginginkan
suatu merek atau produk untuk terhubung dengan mereka tidak hanya
melalui fitur-fiturnya, tetapi juga melalui pengalaman. Hal yang sama juga
di sampaikan (Holbrook, 1999) bahwa konsumen secara personal
terkoneksi dalam suatu produk melalui pengalaman. Dalam literatur
16
pemasaran pengalaman terdapat empat karakteristik pemasaran
berdasarkan pengalaman (Schmitt, 1999) yaitu :
a. Fokus pada pengalaman pelanggan.
b. Konsumsi sebagai pengalaman holistik, sehingga pengukuran yang
lebih luas diberikan kepada produk.
c. Pelanggan dapat menjadi rasional dan emosional.
d. Metode dan alat bersifat eklektik.
Dalam pandangan peneliti, model dan metode konseptual yang
telah dikembangkan dalam literatur pemasaran pengalaman juga dapat
diterapkan untuk mengelola pengalaman pengunjung di pameran dagang.
Pemantauan pengalaman pengunjung memungkinkan peserta pameran
maupun penyelenggara untuk mengelola partisipasi pameran dagang
mereka secara efektif untuk merancang acara yang lebih menarik (Rinallo,
Borghini, & Golfetto, 2010).
3. Trade Show
Pameran adalah perusahaan besar yang berpusat pada audiens
eksternal. Pameran dapat digolongkan sebagai pameran B2C (business to
consumen) dan B2B (business to business). Dalam industri pameran lebih
dikenal sebagai pameran konsumen atau pameran dagang (Getz, 2007).
Tujuan utama berpartisipasi dalam pameran adalah meningkatkan
penjualan produk dan meningkatkan kesadaran produk dan perusahaan
dengan target audiens yang mengunjungi pameran. Penyelenggara acara
menyadari perlunya lingkungan dan program inovatif yang menciptakan
17
pengalaman positif bagi para pengunjung, oleh karena itu dimensi yang
berfokus pada penjualan dilengkapi dengan berbagai aspek pendidikan
(misalnya, seminar, lokakarya, kelas master dan pidato-pidato penting),
serta elemen hiburan (misalnya area relaksasi yang ditunjuk, sudut
aktivitas, bar bertema, dan area lain yang berhubungan dengan tema
acara). Elemen tambahan ini mewakili pemasukan baru bagi
penyelenggara pameran, karena mereka dapat disponsori oleh beberapa
perusahaan yang dipamerkan dalam pameran (Ferdinand & Kitchin, 2012)
Pameran dagang mempunyai karakteristik yang membedakannya
dengan jenis acara lainnya :
a. Pameran dagang merupakan jenis acara komersial. (mis. seni, hiburan,
pendidikan, atau politik bukanlah elemen inti, meskipun mereka hadir di
banyak pameran).
b. Target audiens merupakan professional audience (mis. masyarakat
umum atau konsumen umum bukan hal utama).
c. Pengalaman yang disediakan berdasarkan pada fisik pameran yang
dipertunjukan dan interaksi dengan sekitar.
Karakteristik ini membedakan pameran dengan jenis acara lainnya
(Bathelt, Golfetto, & Rinallo, 2014).
Pameran dagang telah diartikan sebagai acara jangka pendek yang
berlangsung secara teratur dengan dasar yang telah di jadwalkan. Pameran
dagang juga dapat dilihat sebagai kelompok sementara yang mendukung
penciptaan pengetahuan dan pembelajaran interaktif yang dibagi kepada
peserta pameran dan pengunjung (Siren, 2017). Dalam pameran dagang
18
buyers memiliki peran penting dalam memuaskan peserta pameran b2b.
Namun seiring berkembangnya zaman pembelli dalam bisnis semakin
cerdas dan kritis.
(Gilmore, 1999), menyarankan agar bisnis perlu menciptakan
pengalaman yang berkesan, mengingat meningkatnya tingkat pendidikan
banyak orang dan pengejaran mereka atas elemen nilai tambah dalam
pengalaman yang mereka beli. Menciptakan kenangan dan pengalaman
pengunjung yang kompleks terdiri dari elemen yang berbeda tetapi saling
mengikat misalnya, kognitif serta emosional, perilaku serta relasional.
Selain itu, dengan memantau dan mengelola pengalaman-pengalaman ini,
kepuasaan pelanggan dapat meningkat pesat. (Rinallo, Borghini, &
Golfetto, 2010).
4. Buyer Experience
Dalam proses manajemen acara suatu perusahaan, dalam sisi
permintaan, buyers dapat dikategorikan dalam banyak bentuk; korporasi,
asosiasi, masyarakat umum, dan pengusaha (Rogers & Carter, 2008).
Buyers adalah orang-orang yang bertugas mengatur event perusahaan
tertentu dalam sebuah organisasi (Ferdinand & Kitchin, 2012). Dari
perspektif penyelenggara dan peserta pameran, keberhasilan setiap
pameran bergantung pada kemampuannya untuk menarik jumlah dan
kualitas pengunjung yang tepat.
Pengunjung dapat disebut juga sebagai 'audience' untuk event
tersebut, adalah mereka yang menginvestasikan waktu dan uang mereka
19
untuk menghadiri pameran, dan juga sebagai pembeli (buyers) dalam
pameran perdangangan. Pengalaman pameran harus berkualitas tinggi,
atau pembeli (buyers) tidak akan kembali atau tidak akan
merekomendasikannya kepada teman atau kolega untuk datang kembali
pada event berikutnya (Davidson, 2018).
Banyak informan berbicara tentang momen wawasan yang sering
mereka alami dalam konteks pameran dagang. Selama kunjugan, sesuatu
dapat menarik perhatian pengunjung dan merangsang gairah berpikir
untuk kreativitas khusus yang sering dianggap sebagai solusi untuk
masalah atau ide untuk inovasi produk atau proses menginovasi produk.
(Borghini, Golfetto, & Rinallo, 2006).
a. Embodied Experience
Embodied experience merupakan pengalaman yang diwujudkan,
prinsip utama dari perwujudan adalah semua pengalaman dapat masuk ke
dalam tubuh, otak, dan pikiran manusia. Hal ini melibatkan kapasitas
bawaan untuk belajar dan beradaptasi dengan perubahaan lingkungan
(Bivins PhD, L., 2015).
Selama pameran dagang, buyers dapat "tenggelam" dalam
perwujudan pengalaman yang melibatkan semua indera mereka, dimana
mereka dapat menyentuh, mencium, mendengarkan, dan bahkan
merasakan semua rangsangan di lingkungan yang disediakan oleh peserta
pameran dan penyelenggara pameran. (Borghini, Golfetto, & Rinallo,
2006).
20
Menurut Scott, Gao, & Ma (2017), tahap pertama dalam
menciptakan memori atau ingatan adalah dengan memperhatikan persepsi
yang diterima dari rangsangan indera yang berasal dari pengalaman yang
diterima. Tsuchiya (2007), menyatakan bahwa otak manusia dapat
kesulitan dalam memproses informasi yang diterima berlebihan. Untuk
menangani informasi bias yang disamapikan oleh indera manusia.
Informasi tersebut di pilih sebagian kecil yang dapat di proses oleh tubuh.
Ketika pengunjung mengalami perasaan memiliki terlalu banyak informasi
yang diterima menyebabkan akan mengalami stress dan dapat
mempengarhui pengambilan keputusan (Scott, Gao, & Ma, 2017).
Pemrosesan informasi meningkat ketika pembuat keputusan
mendapatkan informasi underload, sementara akan berkurang ketika
mereka mengalami informasi yang berlebihan (Acosta, Castillo, Nicolas,
& Palacios, 2014)
Pameran dagang bagi pembeli industri menjadi sumber informasi,
karena pencarian informasi adalah salah satu motivasi utama untuk
menghadari acara. (Pencarelli & Forlani, 2018). Secara khusus (Rinallo,
Borghini, & Golfetto, 2010) mengusulkan perumpamaan kunjungan
pameran dagang sebagai pengalaman yang diwujudkan karena situasi
informatif yang dihadapi oleh pengunjung B2B, pengunjung, selama acara
pameran dagang mengalami pengalaman yang berbeda dari alat
komunikasi lain, karena mereka ditandai dengan rasa yang luar biasa
(sensorial overwhelming), informasi yang berlebihan (information
overload), dan kelelahan fisik (physical fatigue).
21
b. Instrumental Experience
Buyers pada pameran dagang terkadang dapat bersenang-senang
atau menikmati momen tak terlupakan dalam pameran dagang. Namun
stimulasi sensoris sebagian besar waktu bukan tujuan itu sendiri.
melainkan sedikit rangsangan senosorik sangat berperan dalam
mendapatkan pengetahuan yang relevan. (Rinallo, Borghini, & Golfetto,
2010).
Elemen yang paling menonjol dari pengalaman dalam pameran
dagang yaitu pengalaman dengan sifat kognitif dan relasional. Untuk
menggunakan ekspresi dari satu informan, pameran dagang sebagai
"ekspedisi belajar" yang melibatkan pemikiran kreatif para buyers yang
terkait dengan masalah pekerjaan. (Rinallo, Borghini, & Golfetto, 2010).
Menurut Borghini et, all. (2006), Kunjungan pameran dagang
adalah ekspedisi pembelajaran yang penting dan melibatkan pemikiran
kreatif. Hal ini diartikan oleh pengunjung pameran sebagai kesempatan
untuk menjaga perusahaan untuk tetap up to date dalam industri terkait.
Menurut Lancey (2012), Pameran dagang merupakan layanan,
yang pelangganya adalah peserta pameran atau exhibitors dan pengunjung
atau visitor. Keduanya menentukan target yang tepat dan mendasar faktor
utama pemasaran pameran dagang adalah mencocokan titik minat dan
target mereka.
Dalam artikel Inspiring Exhibitors (2019), dijelaskan bahwa
peserta pameran harus memikirkan bagaimana membuat buyers yang
22
datang ke stan untuk merasa tidak sendirian, bahwa apa pun masalah
bisnis yang buyers hadapi mereka hanyalah satu dari banyak pembisnis
yang merasakan hal serupa. Peserta pameran juga dapat menciptakan
ruang dimana pengunjung dapat datang untuk mendapatkan saran dan
dukungan dari peserta pameran dan sesama buyers yang hadir. Hal ini
dapat membantu buyers untuk berinvestasi dalam memutuskan pembelian.
c. Inspiration search and supplier comparison: starting from leaders and
the trend area
Peserta pameran adalah sumber utama pembelajaran: dengan
memeriksa yang produk yang baru dan berinteraksi dengan personil stand
yang kompeten, pengunjung mengembangkan pengetahuan baru yang
akan sebaliknya mustahil diperoleh. Meskipun ada perbedaan besar pada
individu pola kunjungan, ada kesamaan luar biasa di rute diikuti oleh
pengunjung dan waktu yang didedikasikan untuk berbagai jenis peserta
pameran. Kunjungan khas dimulai dengan panggilan ke para pemimpin
pasar, berlanjut dengan pemasok reguler, dan hanya menyediakan sisa
waktu untuk peserta pameran lainnya. (Rinallo, Borghini, & Golfetto,
2010).
Rinallo et, all. (2010), menyatakan bahwa peserta pameran
merupakan sumber utama pembelajaran bagi pengunjung dengan cara
memeriksa produk baru dan berinteraksi dengan staff yang kompeten pada
pameran dagang, memungkinkan pengunjung untuk mengembangkan
pengetahuan dan keahlian baru yang tidak diperoleh sebelumnya.
23
Terlepas dari perbedaan besar dalam pola kunjungan individu,
terdapat kesaamaan dalam rute yang diikuti oleh pengunjung dan waktu
yang didedikasikan untuk berbagai jenis peserta pameran. Kunjungan yang
khas dimulai dengan pimpinan pasar, selanjutnya pemasok reguler, dan
sisa waktu untuk peserta pameran lainnya (Borghini, Golfetto, & Rinallo,
2006).
Beberapa pameran dagang memiliki area tren dimana sampel
produk yang dipilih oleh penyelenggara diatur dengan kreatif dan menarik
secara visual. Area ini dihadiri oleh pembeli dari industri yang berusaha
untuk mendapatkan kesan visual langsung dari tren yang muncul dari
pameran dagang (Rinallo, Borghini, & Golfetto, 2010).
d. Relational experiences in a ritualised context
Selain elemen kognitif, pendorong penting lainnya pengalaman
pameran dagang yang berharga adalah peluang relasional. Sederhananya,
pengunjung menghadiri pameran dagang untuk "bertemu orang" dan
"Lihat teman lama", peserta pameran dan pengunjung sama. Pameran
perdagangan dengan demikian mengizinkan pengunjung untuk
membangun atau memelihara ikatan sosial dengan aktor kunci dalam
jaringan bisnis dan pekerjaan mereka. (Rinallo, Borghini, & Golfetto,
2010).
Menurut Rinallo, et all. (2010), pameran dagang mengizinkan
pengunjung untuk membangun atau memelihara ikatan sosial dalam
jaringan bisnis dan pekerjaan mereka. Pengalaman pameran dagang yang
24
berharga adalah peluang relasional. Sederhananya, pengunjung
menghadiri pameran dagang untuk "bertemu orang" dan "Lihat teman
lama", peserta pameran dan sesama pengunjung. Dalam artikel The
Value of Trade Shows (2015), menyatakan Pameran dagang adalah
tempat berkumpulnya suatu industri, dan seringkali merupakan waktu
terbaik untuk menjalin dan memperbarui aliansi dengan mitra.
e. The evaluation of exhibitor experience providers and organiser
initiatives
Nilai dari pengalaman pengunjung dipengaruhi oleh dua set
penyedia pengalaman (exhibitor dan organizer), masing-masing
mempengaruhi yang lain, pengalaman pengunjung di pameran dagang
dapat dicapai peserta pameran dan dirancang oleh penyelenggara pameran
dengan mengatur peserta pameran, membuat informasi, membuat tempat
istirahat, dan menyiapkan acara teknik dan sosial (Rinallo, Borghini, &
Golfetto, 2010).
Menurut Rinallo et, all. (2010), interaksi dengan personil stand
yang kompeten merupakan elemen kedua yang membuat kunjungan
pameran dagang menjadi pengalaman berharga. Pertukaran sosial, dan
berbagi informasi yang efektif. Buyers berpendapat peluang untuk
berbicara dengan personil exhibitor merupakan investasi yang baik untuk
mengunjungi booth.
Memilih floor plan atau layout dapat mempengaruhi efektivitas
acara dan juga mempengaruhi segala sesuatu mulai dari brand hingga
jumlah pengunjung pameran dagang (Gustafson, 2015).
25
Dengan adanya area tren, pengunjung dapat mengevaluasi
pengetahuan mereka tentang tren terkini dalam mode konsumen. Produk-
produk ini dapat juga merangsang imajinasi pengunjung, contohnya
desainer produk mendapatkan inspirasi untuk koleksi produk baru mereka
sendiri (Rinallo, Borghini, & Golfetto, 2010).
Peluang interaksi yang ditawarkan kepada buyers, misalnya
cocktails hours, undangan makan malam, dan acara sosial menawarkan
perasaan senang dari rasa letih saat kunjungan pameran dapat memperkuat
ikatan sosial dengan pemasok. Selain itu, acara ini juga dapat mendorong
interaksi dengan sesama buyers lain (Rinallo, Borghini, & Golfetto, 2010).
26
B. Kerangka Pemikiran
TABEL 1
POLA PIKIR PENELITIAN
Event Marketing
Experiential Marketing
Trade Show
Buyer Experience
Embodied
Experience
Instrumental
Experience
Inspiration Search
and Suppliers
Comparison
Patterns
Relational
Experience in
Ritualised
Context
Perceived Value
of Exhibitor
and Organizer
Providers
1. Senosrial
Overwhelming
1. Cognitive
stimulation that
result in
learning and
new knowledge.
1. Visitor aim to get
inspiration and
competences for their
activities.
1. The relational
activities involve
vertical and
horizontal
relations.
1. Experience
providers for
exhibitors
2. Information
Overload
2. The
opportunity to
relate to
exhibitors and
other benefits
for their
activity
2. Typical visit starts
with market leaders,
continues with
regular suppliers,
and only devotes
residual time to other
suppliers
2. Trade show
allow visitors to
relate to their
broader and
social context
2. Experience
Provide for
organizer
3. Physical
Fatigue
3. A sense of
community
3. The trend areas is
appreciated as it
helps to organize
ideas on novelties
3. Trade show
represent ritual
for their
underlying
industry
Sumber : (Rinallo, Borghini, & Golfetto, 2010)
27
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian
Metode penelitian dapat di definisikan sebagai cara atau proses dalam
mengerjakan suatu penelitian dengan tujuan untuk menjawab rencana penelitian
yang telah ditentukan peneliti sebelumnya (Umar, 2008). Dalam penelitian ini,
penulis menentukan metode penelitian kuantitatif sebagai metode penelitian
dalam menyelesaikan masalah dengan data yang ada. Metode penelitian
kuantitaif dijabarkan oleh Kasiram (2008), sebagai penelitin dengan metode
yang menggunakan proses data-data yang berbentuk angka sebagai alat
menganalisis dan melakukan kajian peneliti, terutama mengenai apa yang sudah
di teliti.
Penulis menggunakan metode penelitian kuantitatif karena data yang di
peroleh didapatkan melalui hasil olah data menggunakan alat analisis kuesioner
dan data yang diperoleh berbentuk angka atau data kulitatif yang diangkakan.
Dengan mengkaji sampel dari populasi yang merupakan buyers dari pameran
Indonesia International Gift and Home Product 2019, penelitian ini diharapkan
dapat menghasilkan data yang terukur, akurat, dengan melihat perkembangan
matriks pada event yang diteliti.
B. Obyek Penelitian
Untuk dapat menemukan jawaban dari tujuan penelitian, diperlukan
objek dan variabel penelitian. Dalam penelitian ini yang dijadikan objek
28
penelitian adalah buyers experience pada event Indonesia International Gift and
Home Product 2019 dengan responden sejumlah 1000 dan merupakan buyers
yang datang pada pameran Indonesia International Gift and Home Product 2019.
Indonesia International Gift and Home Product 2019. Pameran ini
diselenggarakan tanggal 18 – 20 Juli 2019 di Jakarta International Expo (JIExpo)
Kemayoran, Jakarta.
Pameran Indonesia International Gift and Home Product Expo 2019
merupakan One Stop Business Platform untuk hadiah premium dan industri
produk rumahan di Indonesia. Pada pameran ini buyers maupun pengunjung
dapat menemukan target suppliers di satu tempat dan mendapatkan kesempatan
untuk melihat showcase produk terbaru dalam tren terkini dan produk premium.
Pihak penyelenggara acara Indonesia International Gift and Home Product 2019
adalah Chao Yu Expo dari China dengan Praga Expo sebagai Co-Organizer dari
Indonesia. Pameran ini merupakan pameran hadiah dan produk rumahan terbesar
pertama di Indonesia.
C. Populasi dan Sampling
1. Populasi
Populasi dijelaskan dalam teori sebagai keseluruhan subjek atau
totalitas subjek penelitian yang dapat berbentuk orang, benda maupun suatu
hal yang didalamnya dapat didapatkan atau dapat memberikan informasi
atau data dari penelitian (Ismiyanto, 2003). Dari teori yang telah dijabarkan,
populasi yang dapat diambil dari penelitian ini adalah seluruh buyers yang
hadir pada pameran Indonesia International Gift and Home Product 2019.
29
2. Sampel
Sampel dapat diartikan sebagai sebagian dari populasi terjangkau
yang mempunyai karakteristik yang serupa dengan populasi (Sudjana & M,
2011). Dalam penelitian ini penulis menentukan sampel penelitian yakni
sebagian yang dapat mewakili dari populasi yang telah ditentukan
sebelumnya.
Untuk menentukan sampel dalam penelitian ini, penulis mengacu
pada tebel dari krejcie dan morgan sebagai berikut :
TABEL 2
TABEL UKURAN SAMPEL KREJCIE DAN MORGAN
30
Berdasarkan tabel krejcie dan morgan apabila populasi mencapai
1000 maka taraf kepercayaan 90% sebanyak 278 orang. Dengan demikian
penelitian ini menggunakan sampel sebanyak 278 sampel.
3. Teknik Pengambilan Sampel
Teknik pengambilan sampel yang digunakan pada penelitian ini
menggunakan non-probability sampling. Non-probability sampling
merupakan teknik sampling yang tidak memberikan peluang atau
kesempatan kepada setiap anggota populasi untuk dijadikan sebagai sampel
(Dr. Riduwan, 2015). Taknik sampel non-probability sampling yang
ditentukan penulis pada penelitian ini yakni sampling kuota. Kuota sampling
menurut Sugiyono P. , (2012) mengutarakan bahwa teknik sampling kuota
merupakan teknik untuk menentukan sampel dari populasi dengan
karakteristik tertentu sampai dengan jumlah (kuota) yang ditentukan.
Penulis menggunakan teknik sampling kuota dikarenakan sampel dari
populasi yang di tentukan oleh penulis memiliki karakteristik yaitu sampel
merupakan buyers yang hadir di pameran Indonesia International Gift and
Home Product 2019.
D. Metode Pengumpulan Data
1. Teknik Pengambilan Data
Pengumpulan data merupakan langkah penting dalam metode
ilmiah. pengumpulan data adalah prosedur yang sistematis dan standar
untuk memperoleh data yang diperlukan. (Nazir. P, 2013)
31
Metode pengumpulan data dalam penelitian dikumpulkan guna
menguji dan mengkaji atau menjawab pertanyaan dalam rumusan masalah
yang telah dibuat, karena landasan data yang disapatkan akan dijadikan
acuan dalam mengambil kesimpulan, dan data yang dikumpulkan haruslah
data yang benar. Pengumpulan data dapat diartikan juga sebagai salah satu
proses atau cara memperoleh data yang empiris melalui responden dengan
mengadopsi metode tertentu (Silalahi, 2009). Pengumpulan data yang
peneliti gunakan dalam penelitian ini :
a. Survei
Survei adalah investigasi yang dilakukan untuk memperoleh
fakta-fakta dari gejala-gejala yang terjadi dan mencari keterangan-
keterangan secara fakta baik tentang institusi sosial, ekonomi, atau
politik dari suatu kelompok ataupun suatu daerah. ( (Nazir. P,
2013). Dari definisi diatas penulis menggunakan survei sebagai
metode pengumpulan data dengan menggunakan instrumen atau
alat kumpul data berupa kuesioner untuk meminta tanggapan dari
responden guna memperoleh jawaban dari rumusan masalah yang
sudah di uraikan.
b. Wawancara
wawancara didefinisikan yakni suatu percakapan yang
merupakan percakapan suatu masalah tertentu dengan proses tanya
jawab lisan dimana dua atau lebih berhadapan secara fisik (Gunawan
S.M, 2013). Wawancara merupakan proses memperoleh keterangan
32
dari tujuan penelitian dengan cara tanya dan jawab tatap muka antar
penanya dengan responden (Nazir. P, 2013). Dalam penelitian ini
wawancara dapat dilakukan antara penulis dengan pihak Praga Expo
selaku co-organizer, maupun dengan responden buyers yang hadir pada
pameran Indonesia International Gift and Home Product 2019.
c. Studi Dokumentasi
Dr. Uhar Suharsaputra, (2004) mendefinisikan studi
dokumentasi sebagai rekaman kejadian masa lampau yang tertulis
maupun dicetak dengan berupa catatan anekdot, surat, buku, dan
dokumen-dokumen lainnya.
2. Alat Kumpul Data
a. Kuesioner/Angket
Kuesioner merupakan kumpulan daftar pertanyaan dalam
penelitian dan responden diwajibkan untuk menjawab pertanyaan
tersebut (Walgito, 1987). Pada kuesioner ini, pertanyaan disusun dalam
kalimat pernyataan dengan pernyataan yang mengacu pada jurnal
pengalaman buyers dari Diego Rinallo, 2010. Kuesioner tersebut
disebarkan kepada 278 sampel responden dengan menggunakan google
form dan lembar pertanyaan. Tujuan dari penyebaran kuesioner
merupakan bentuk pencarian informasi yang lengkap mengenai
masalah dalam penelitian dengan pilihan jawaban yang telah tersedia.
Dalam penelitian ini penulis menggunakan kuesioner dan mengukurnya
dengan skala likert.
33
TABEL 3
BOBOT NILAI SKALA LIKERT
5 Sangat setuju
4 Setuju
3 Ragu-ragu
2 Tidak setuju
1 Sangat tidak setuju
Sumber : Sugiyono (2009:117)
b. Pedoman Wawancara
Teknik Interwiew atau wawancara dapat di definisikan sebagai
suatu percakapan yang diarahkan pada suatu masalah tertentu. Hal ini
merupakan proses tanya jawab lisan, dimana dua orang atau lebih
saling berhadapan secara fisik (Sarwono, 2006). Pada penelitian ini
penulis menggunakan pedoman wawancara tidak terstrukur yaitu
pedoman wawancara yang hanya memuat garis besar yang akan
ditanyakan.
E. Definisi Operasional Variabel
Menurut Sugiyono P. ,( 2012), variabel penelitian adalah suatu atribut,
sifat atau nilai dari obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan nya.
34
Dengan demikian, definisi operasional variabel adalah definisi yang disusun
berdasarkan apa yang dapat diamati dan diukur tentang variabel dalam
penelitian ini.
Operasional variabel diperlukan untuk keperluan menjabarkan variabel
penelitian menjadi konsep, dimensi, indikator, instrumen dan skala penelitian.
Pada penelitian ini, peneliti memiliki definisi operasional sebagai berikut :
TABEL 4
MATRIKS OPERASIONAL VARIABEL
SUB
VARIABEL INDIKATOR
Alat
Kumpul
Data
Exploring
visitor
experience
at trade shows
(Diego
Rinallo, et,
al.)
1. Embodied
Experiences
a. Pengalaman Sensorial Kuesioner
b. Informasi yang diperoleh Kuesioner
c. Kelelahan fisik saat mengunjungi booth Kuesioner
2.
Instrumental
Experiences
a. Pengalaman yang diperoleh dalam hal pengetahuan
baru Kuesioner
b. Peluang bagi visitors dan exhibitors untuk
mengumpulkan pengetahuan dan manfaat lainnya bagi
aktifitas mereka.
Kuesioner
c. Pengalaman rasa kebersamaan memiliki profesi yang
sama dalam pameran Kuesioner
3. Inspiration
search and
supplier
comparison
patterns
a. Pengalaman dalam mendapatkan inspirasi dan
keahliaan tambahan Kuesioner
b. Pengalaman dalam hal pemilihan kunjungan booth
pertama, kedua, dan seterusnya. Kuesioner
c. Pengalaman dalam hal menjumpai area trend pada
pameran Indonesia International Gift and Home Product
2019 untuk membantu memunculkan ide-ide baru.
Kuesioner
4. Relational
experiences
in ritualised
context
a. Hubungan relasional vertical dan horizontal pada
pameran Indonesia International Gift and Home Product
2019
Kuesioner
b. Pengalaman pengunjung untuk berhubungan dengan
konteks sosial yang lebih luas pada pameran Indonesia
International Gift and Home Product 2019
Kuesioner
35
c. Representative pameran Indonesia International Gift
and Home Product 2019 bagi industri sejenis yang
mendasarinya.
Kuesioner
5. Perceived
value of
exhibitor and
organisers
experiences
providers.
a. experience providers for
exhibitors
a. Keberadaan
produk Kuesioner
b. Keahlian Staff Kuesioner
b. experience providers for
organisers
a. Kepuasaan
pengunjung
terhadap layout
pameran Indonesia
International Gift
and Home Product
2019
Kuesioner
b. Kepuasaan
pengunjung dalam
hal menemukan
tempat untuk
beristirahat sejenak
pada pameran
Indonesia
International Gift
and Home Product
2019
Kuesioner
c. Pengalaman
pengunjung pada
acara sosial yang
diadakan pada
pameran Indonesia
International Gift
and Home Product
2019
Kuesioner
a. Embodied Experience
Selama pameran dagang, buyers dapat "tenggelam" dalam
perwujudan pengalaman yang melibatkan semua indera mereka, dimana
mereka dapat menyentuh, mencium, mendengarkan, dan bahkan merasakan
36
semua rangsangan di lingkungan yang disediakan oleh peserta pameran dan
penyelenggara pameran. (Borghini, Golfetto, & Rinallo, 2006).
Pameran dagang bagi pembeli industri menjadi sumber informasi,
karena pencarian informasi adalah salah satu motivasi utama untuk
menghadari acara. (Pencarelli & Forlani, 2018). Secara khusus (Rinallo,
Borghini, & Golfetto, 2010) mengusulkan perumpamaan kunjungan
pameran dagang sebagai pengalaman yang diwujudkan karena situasi
informatif yang dihadapi oleh pengunjung B2B, pengunjung, selama acara
pameran dagang mengalami pengalaman yang berbeda dari alat komunikasi
lain, karena mereka ditandai dengan rasa yang luar biasa (sensorial
overwhelming), informasi yang berlebihan (information overload), dan
kelelahan fisik (physical fatigue).
b. Instrumental Experience
Buyers pada pameran dagang terkadang dapat bersenang-senang atau
menikmati momen tak terlupakan dalam pameran dagang. Namun stimulasi
sensoris sebagian besar waktu bukan tujuan itu sendiri. melainkan sedikit
rangsangan senosorik sangat berperan dalam mendapatkan pengetahuan
yang relevan. (Rinallo, Borghini, & Golfetto, 2010).
Elemen yang paling menonjol dari pengalaman dalam pameran
dagang yaitu pengalaman dengan sifat kognitif dan relasional. Untuk
menggunakan ekspresi dari satu informan, pameran dagang sebagai
"ekspedisi belajar" yang melibatkan pemikiran kreatif para buyers yang
terkait dengan masalah pekerjaan. (Rinallo, Borghini, & Golfetto, 2010).
37
c. Inspiration search and supplier comparison: starting from leaders and the
trend area
Peserta pameran adalah sumber utama pembelajaran: dengan
memeriksa yang produk yang baru dan berinteraksi dengan personil stand
yang kompeten, pengunjung mengembangkan pengetahuan baru yang akan
sebaliknya mustahil diperoleh. Meskipun ada perbedaan besar pada individu
pola kunjungan, ada kesamaan luar biasa di rute diikuti oleh pengunjung dan
waktu yang didedikasikan untuk berbagai jenis peserta pameran. Kunjungan
khas dimulai dengan panggilan ke para pemimpin pasar, berlanjut dengan
pemasok reguler, dan hanya menyediakan sisa waktu untuk peserta pameran
lainnya. (Rinallo, Borghini, & Golfetto, 2010).
d. Relational experiences in a ritualised context
Selain elemen kognitif, pendorong penting lainnya pengalaman
pameran dagang yang berharga adalah peluang relasional. Sederhananya,
pengunjung menghadiri pameran dagang untuk "bertemu orang" dan "Lihat
teman lama", peserta pameran dan pengunjung sama. Pameran perdagangan
dengan demikian mengizinkan pengunjung untuk membangun atau
memelihara ikatan sosial dengan aktor kunci dalam jaringan bisnis dan
pekerjaan mereka. (Rinallo, Borghini, & Golfetto, 2010).
e. The evaluation of exhibitor experience providers and organiser initiatives
Nilai pengalaman pengunjung dipengaruhi oleh jumlah dua aspek
penyedia pengalaman, masing-masing mempengaruhi yang lain, Pengalaman
pengunjung di pameran dagang dipancing oleh peserta pameran di tribun dan
38
itu dirancang oleh penyelenggara dalam mengatur peserta pameran di ruang
pameran, membuat informasi dan tempat istirahat dan menyiapkan acara
teknis dan sosial.
Peserta pameran menciptakan pengalaman bagi pengunjung dengan
menggunakan kepada mereka yang terdiri dari seluruh rangkaian denngan
istilah Schmitt (1999) "Penyedia pengalaman": orang, produk, visual
komunikasi, lingkungan spasial, suara, dll. Kita miliki sebelumnya mencatat
bagaimana peserta pameran mendistribusikan ruang berdiri mencapai tujuan
yang berbeda. Namun, ketika mengunjungi stan, pengunjung sangat
menyambut kehadiran produk dan personil yang kompeten. Kemungkinan
untuk melihat dan menyentuh produk sangat dihargai oleh pembeli industri,
khususnya ketika produk ini inovatif (Rinallo, Borghini, & Golfetto, 2010).
F. Analisis Data
1. Analisis Statistik Deskriptif
Anlisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis data statistik
deskriptif. Analisis data statistik deskriptif dapat diartikan sebagai data
statistik yang menggambarkan fenomena atau karakteristik dari data.
Karakteristik data yang dimaksudkan adalah karakteristik distribusinya
(Hartono M.A, 2003). Analis data deskriptif dilakukan untuk memastikan
menggambarkan karakteristik dari variabel yang diminati dalam suatu situasi
(Bougie, 2011)
Dalam penelitian ini, data yang peneliti gunakan adalah melalui
survey menggunakan angket atau kuesioner kepada buyer yang hadir pada
pameran Indonesia International Gift and Home Product 2019 dan akan di
39
sebarkan pada saat event berlangsung yaitu tanggal 18 – 20 Juli 2019.
Kuesioner dibuat untuk dapat mengumpulkan data yang diperlukan guna
menjawab pertanyaan penelitian seperti : Profil buyer, Tanggapan mengenai
pengalaman buyer pada pameran Indonesia International Gift and Home
Product 2019.
Untuk mengetahui keabsahan dari hasil kuesioner, perlu dilakukan
dua macam pengujian yaitu :
a. Uji Validitas
Validitas menunjukan seberapa jauh suatu tes atau suatu set dari
operasi-operasi mengukur apa yang sehatusnya diukur. validitas juga
diartikan sebagai pengujian ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur
dalam melakukan fungsi ukurnya (Hartono M.A, 2003).
Dari uraian sebelumnya, penulis mengambil kesiimpulan bahwa
validitas menunjukan seberapa nyata suatu pengujian mengukur apa
yang seharusnya di ukur. Peneliti menggunakan korelasi Bivariate
Pearson (Produk Momen Pearson). Analisis ini menggunakan cara
mengkorelasikan masing – masing skor item dengan total skor. Total
skor adalah penjumlahan dari keseluruhan item. Item pertanyaan yang
berkorelasi signifikan dengan skor total menunjukkan item tersebut
mampu memberikan dukungan dalam mengungkap yang ini diungkap.
Pengujian menggunakan uji dua sisi dengan taraf signifikansi 0,05.
Kriteria pengujian sebagai berikut :
40
Jika r hitung > r tabel (uji 2 sisi dengan sig. 0,05) maka instrumen
atau item-item pertanyaan berkorelasi signifikan terhadap skor total
(dinyatakan valid).
Jika r hitung < r tabel (uji 2 sisi dengan sig. 0,05) atau r hitung
negatif, maka instrumen atau item-item pertanyaan tidak berkorelasi
signifikan terhadap skor total (dinyatakan tidak valid).
Rumus Korelasi Product Moment :
Keterangan :
Dalam menentukan jumlah sampel uji validitas, dapat dirumuskan
sebagai berikut :
Dk = n - 2
41
Keterangan :
Dk = derajat kebebasan
N = jumlah sampel yang akan diuji
Maka jumlah sampel yang akan dilakukan 278 sampel.
TABEL 5
HASIL UJI VALIDITAS
NO ITEM KOEFISIEN VALIDITAS TITIK KRISIS KESIMPULAN
1
0,773 0,514 VALID
2
0,623 0,514 VALID
3
0,827 0,514 VALID
4
0,631 0,514 VALID
5
0,806 0,514 VALID
6
0,868 0,514 VALID
7
0,848 0,514 VALID
8
0,623 0,514 VALID
9
0,684 0,514 VALID
10
0,704 0,514 VALID
42
11
0,683 0,514 VALID
12
0,808 0,514 VALID
13
0,801 0,514 VALID
14
0,871 0,514 VALID
15
0,717 0,514 VALID
16
0,776 0,514 VALID
17
0,844 0,514 VALID
18
0,880 0,514 VALID
19
0,709 0,514 VALID
20
0,710 0,514 VALID
21
0,729 0,514 VALID
22
0,575 0,514 VALID
23
0,552 0,514 VALID
24
0,752 0,514 VALID
25
0,536 0,514 VALID
26
0,725 0,514 VALID
43
Berdasarkan hasil uji validitas pada tabel 5, instrumen penelitian
dinyatakan valid dikarenakan r hitung pada seluruh item lebih besar dari r
tabel.
b. Uji Reliabilitas
Reliabilitas berhubungan dengan akurasi dan ketepatan dari
pengukurnya. Reliabilitas menunjukan konsistensi dari pengukur. Suatu
pengukur dapat dinyatakan reliabel jika dapat di percaya. Agar dapat
diperaya, maka hasil dari pengukuran harus akurat dan konsisten
(Hartono M.A, 2003). Dalam Penelitian ini digunakan uji reliabilitas
dengan metode Alpha Cronbach sebagai berikut :
Rumus Alpha Cronbach
2S
11
jS2
k
k
Keterangan :
α = Koefisien reliabilitas tes
k = Banyaknya butiran item yang dikeluarkan kedalam tes
1 = Bilangan konstan
Ʃ Si2 = Jumlah varian skor dari tiap-tiap butir item
Si2
= Varian total
44
TABEL 6
HASIL UJI RELIABILITAS
Berdasarkan hasil uji reliabilitas pada tabel 6, instrument penelitian
dinyatakan reliabel dikarenakan hasil perhitungan cornbatch alpha lebih
besar yaitu 0,964.
G. Jadwal Penelitian
TABEL 7
JADWAL PENELITIAN
No. Kegiatan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Aug Sep Okt Nov
1 Penyusunan Usulan
Penelitian
2 Penyerahan Usulan
Penelitian
3 Seminar Usulan
Penelitian
4 Pengajuan Surat Izin
Penelitian
5 Uji Validitas dan
Reliabilitas
6 Pengumpulan Data
7 Pengolahan Data
8 Penyusunan Proyek Akhir
9 Pengumpulan Proyek
Akhir
10 Sidang Proyek Akhir
11 Perbaikan Hasil Sidang
Proyek Akhir
KOEFISIEN REALIABILITAS TITIK KRITIS KESIMPULAN
0,964 0,700 Reliabel
45
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Dalam bab ini, penulis memaparkan hasil penelitian dan membahas data
temuan yang telah diperoleh pada saat pengumpulan data menggunakan alat
kumpul data yaitu kuesioner yang berisi dua puluh tujuh (27) pertanyaan
dengan hasil sampel yang didapatkan sebanyak dua ratus tujuh puluh
sembilan (279) responden. Penulis membuat penilaian dari setiap indikator
buyers experience pada pameran tersebut. Hal ini dilakukan untuk melihat
bagaimana pengalaman pengunjung dalam hal ini buyers pada pameran
Indonesia International Gift and Home Product 2019.
Untuk mengetahui bagaimana pengalaman buyers pada pameran tersebut,
penulis melakukan analisis pada fokus penelitian mengenai embodied
experience (pengalaman yang diwujudkan), instrumental experience
(pengalaman instrumental), inspiration search and supplier comparison
patterns (pencarian inspirasi dan pola perbandingan pemasok), relational
experience in ritualized context (pengalaman relasional dalam konteks ritual),
dan perceived value of exhibitor and organizer experience providers (nilai
yang dirasakan dari penyelenggara pameran dan exhibitior) dalam pameran
Indonesia International Gift and Home Product 2019. Analisis yang dilakukan
46
berdasarkan hasil analisis deskriptif dari kuesioner kepada para responden
sebagai buyers yang hadir pada pameran tersebut.
1. Profil Responden
Berikut profil responden dari buyers yang hadir pada pameran Indonesia
International Gift and Home Product 2019 dan telah mengisi angket yang
telah penulis bagikan :
a. Jenis Kelamin
DIAGRAM 1
JENIS KELAMIN BUYERS INDONESIA INTERNATIONAL GIFT
AND HOME PRODUCT 2019
(N = 279)
Berdasarkan data pada diagram 1, penulis mendapatkan 60% buyers yang
hadir pada pameran Indonesia International Gift and Home Product 2019
adalah male atau laki-laki. Sedangkan 40% lainnya merupakan female atau
60%
40% Male
Female
Sumber: Data Olahan Penulis, 2019
47
perempuan. Dari data tersebut dapat dikatakan pameran Indonesia
International Gift and Home Product 2019 lebih banyak dihadiri oleh buyers
berjenis kelamin laki-laki dibandingkan dengan buyers wanita. Hal ini dapat
dibuktikan dari dua ratus tujuh puluh sembilan sampel yang penulis dapatkan
sebagai responden dari buyers Indonesia International Gift and Home Product
2019 sebagian besar merupakan buyers dengan jenis kelamin laki-laki.
b. Lokasi Benua Perusahaan
DIAGRAM 2
LOKASI BENUA PERUSAHAAN BUYERS INDONESIA
INTERNATIONAL GIFT AND HOME PRODUCT 2019
(N=279)
Dari data pada diagram 2, penulis dapat mengetahui lokasi benua
perusahaan buyers yang hadir pada pameran Indonesia International Gift and
Home Product 2019. Tedapat enam benua yang menjadi pilihan pada anget
64%
3%
16%
12%
0%
5%
Asia
Africa
Europe
North America
South America
Australia
Sumber: Data Olahan Penulis, 2019
48
yaitu; Aisa, Africa, Europe, North Amerika, South America, dan Australia.
Pilihan ini dikelompokan berdasarkan benua-benua yang terdapat di dunia.
c. Domisili Perusahaan
DIAGRAM 3
DOMISILI PERUSAHAAN BUYERS INDONESIA INTERNATIONAL
GIFT AND HOME PRODUCT 2019
(N=279)
Pada diagram 3, terdapat data domisili negara perusahaan dari buyers yang
hadir pada pameran Indonesia International Gift and Home Product 2019.
Dari data diatas terdapat tiga puluh (30) negara perusahaan buyers yang hadir
dalam pameran yaitu; Austria, Belanda, Belgia, Kanada, China, Denmark,
Mesir, Inggris, Filipina, Prancis, Jerman, Hongkong, India, Indonesia, Jepang,
Au
stri
a
Be
lan
da
Be
lgia
Ca
na
da
Ch
ina
De
nm
ark
Eg
yp
t
En
gla
nd
Ph
ilip
ine
Fra
nce
Ge
rma
ny
Ho
ng
ko
ng
Ind
ia
Ind
on
esi
a
Jap
an
Ma
lay
sia
Me
lbo
urn
e
Pa
kis
tan
Qa
tar
Ru
sia
Sa
ud
i A
rab
ia
Sin
ga
po
re
So
uth
Ko
rea
Sy
dn
ey
Ta
iwa
n
Th
ail
an
d
Tu
rke
y
UA
E
US
A
Vie
tna
m
0
10
20
30
40
50
60
70
80
Company Domicile
Sumber: Data Olahan Penulis, 2019
49
Malaysia, Melbourne, Pakistan, Qatar, Rusia, Saudi Arabia, Singapura, Korea
Selatan, Taiwam, Thailand, Turki, United Arab Emirate, Amerika Serikat, dan
Vietnam.
Data tersebut menunjukan bahwa domisili perusahaan buyers terbanyak
adalah Indonesia dengan jumlah tujuh puluh (70) orang buyers dari sampel
dua ratus tujuh puluh sembilan (279) responden. Hal ini dapat dikatakan
bahwa minat pelaku bisnis asal Indonesia cukup besar dalam menghadiri
pameran dagang sejenis.
d. Jabatan Buyers
DIAGRAM 4
JABATAN BUYERS YANG HADIR PADA PAMERAN INDONESIA
INTERNATIONAL GIFT AND HOME PRODUCT 2019
(N=279)
Selanjutnya pada diagram 4, penulis mendapatkan data berkaitan
dengan jabatan buyers pada perusahaan tempat bekerja. Diketahui bahwa
40%
23%
12%
12%
12%
1%
Owner
General Manager
Senior Manager
Manager
Supervisor
Secretary
Sumber: Data Olahan Penulis, 2019
50
terdapat enam (6) kategori pilihan yang dapat dipilih oleh responden, yaitu;
Owner, General Manager, Senior Manager, Manager, Supervisor, dan Others.
Dari data yang penulis sajikan pada diagram 4, Owner merupakan jabatan
buyers yang paling banyak menghadiri pameran Indonesia International Gift
and Home Product 2019 dengan persentase sebanyak empat puluh persen
(40%), kemudian disusul oleh general manager dengan persentase sebanyak
dua puluh tiga persen (23%), dilanjutkan oleh senior manager, manager dan
supervisior sebesar masing-masing dua belas persen (12%), serta lainnya
sebanyak satu persen (1%).
e. Ruang Lingkup Bisnis
DIAGRAM 5
RUANG LINGKUP BISNIS
(N=279)
5%
19%
8%
12%
8%
17%
1%
14%
3% 13%
Retailer
Gift Shop
Outlet Retail
Shopping Center
Online Business
Interior & Lifestyle Store
Exporter
Importer
Distributor
Others
Sumber: Data Olahan Penulis, 2019
51
Kemudian pada diagram 5, memaparkan data berupa ruang lingkup bisnis
perusahaan yang dijalankan oleh buyers yang menghadiri paneran Indonesia
International Gift and Home Product 2019. Dapat dilihat pada diagram 5,
ruang lingkup bisnis ini dikategorikan menjadi 8 pilihan yaitu; Gift Shop,
Outlet Ritel, Shopping Center, Online Business, Interior and Lifestyle Store,
Exporter, Impoter, Distributor, dan lainnya. Dari hasil data temuan ruang
lingkup bisnis responden, sebanyak 19% responden memilih Gift Shop
sebagai ruang lingkup bisnis yang perusahaan mereka jalani. Sedangkan
peringkat kedua tertinggi diduduki oleh interior and lifestyle store dengan
tujuh belas persen (17%) responden menggeluti bisnis tersebut.
Dari data yang dipaparkan tersebut dapat disimpulkan bahwa buyers yang
hadir pada pameran Indonesia International Gift and Home Product 2019
memiliki konsentrasi ruang lingkup bisnis yang berkesinambungan dengan
pameran ini.
f. Jumlah Karyawan yang hadir
DIAGRAM 6
JUMLAH KARYAWAN YANG DI TUGASKAN UNTUK HADIR
(N=279)
60%
30%
8%
2% 0%
< 2 People
4 People
6 People
8 People
> 10 People
Sumber: Data Olahan Penulis, 2019
52
Pada diagram 6 dapat dilihat data yang diperoleh penulis terkait dengan
karyawan yang ditugaskan untuk menghadiri pameran Indonesia International
Gift and Home Product 2019. Dari diagram tersebut sebanyak enam puluh
persen (60%) responden memilih menugaskan kurang dari sama dengan 2
orang untuk datang ke pameran, sedangkan sebanyak tiga puluh persen (30%)
menugaskan 4 orang untuk datang, sebanyak delapan persen (8%)
menugaskan 6 orang, dan dua persen (2%) lainnya menugaskan 8 orang ke
pameran. Sedangkan untuk indikator lebih dari sama dengan 10 orang
sebanyak nol persen (0%) responden atau dapat dikatakan tidak ada buyers
yang menugaskan lebih dari 10 orang karyawannya untuk datang ke pameran
Indonesia International Gift and Home Product 2019.
g. Jumlah karyawan di Perusahaan
DIAGRAM 7
JUMLAH KARYAWAN PADA PERUSAHAAN
(N=279)
10%
42% 29%
19%
< 10 People
10 - 30 People
31 - 50 People
> 50 People
Sumber: Data Olahan Penulis, 2019
53
Pada diagram 7 terdapat data jumlah karyawan yang ada pada perusahaan
tempat buyers bekerja. Dalam diagram diatas terdapat empat (4) pilihan
jumlah karyawan yang ada pada perusahaan tempat buyers bekerja. Pilihan
pertama, kurang dari sepuluh (10) orang karyawan. Sebanyak sepuluh persen
(10%) responden dari sampel yang ada memilih pilihan tersebut. Pilihan
kedua, sepuluh (10) sampai tiga puluh (30) orang karyawan. Sebanyak empat
puluh dua persen (42%) memilih pilihan ini. Pilihan ketiga, tiga puluh satu
(31) sampai lima puluh (50) orang karyawan. Sebanyak dua puluh sembilan
persen (29%) memilih pilihan tersebut. Pilihan keempat, lebih dari lima
puluh (50) orang karyawan. Sebanyak sembilan belas persen (19%) memilih
pilihan tersebut.
Dari data diatas penulis memperoleh hasil responden paling banyak
memiliki karyawan yaitu responden yang memilih sepuluh (10) sampai tiga
puluh (30) orang karyawan.
h. Akomodasi saat Mengikuti Pameran
DIAGRAM 8
HOTEL ATAU AKOMODASI SAAT MENGIKUTI PAMERAN
INDONESIA INTERNATIONAL GIFT AND HOME PRODUCT 2019
(N=279)
Sumber: Data Olahan Penulis, 2019
1%
9% 3%
20%
4%
1%
1% 3%
8%
1% 4% 6%
1%
11% 1%
25%
Aryaduta HotelGrand MarcureBig HotelHoliday Inn ExpressIbis HotelLe Meridien JakartaMerlynn Park HotelNam CenterNovotelShangri-La HotelSpringhill TerreceSwiss Belinn HotelThe MediaWestern PlusAir BnBTidak Menginap di Hotel
54
Dari tabel diatas, penulis mendapatkan data mengenai hotel atau
akomodasi tempat buyers yang datang pada pameran Indonesia International
Gift and Home Product 2019 menginap. Dari data sampel sebanyak dua ratus
tujuh puluh delapan (278) responden, penulis mendapatkan data 16 tempat
akomodasi buyers selama mengikuti pameran, diantaranya; Aryaduta Hotel,
Grand Marcure, Big Hotel, Holiday Inn Express, Ibis Hotel, Le Meridien
Jakarta, Merlynn Park Hotel, Nam Center, Novotel, Shangri-La Hotel,
Springhill Terrece, Swiss Belinn Hotel, The Media Hotel, Western Plus Hotel,
Air BnB, dan tidak menggunakan akomodasi.
Pada data dalam tabel diatas, penulis mendapatkan sebanyak dua (2)
oramg responden menginap di Aryaduta Hotel, dua puluh lima (25) orang
responden mengianp di Grand Marcure Hotel, delapan (8) orang responden
menggunakan Big Hotel sebagai akomodasi mereka, lima puluh lima (55)
orang responden menginap di Holiday Inn Express, sepuluh (10) orang
responden masing-masing menginap di Ibis Hotel dan Springhill Terrece,
empat (4) orang responden masing-masing menginap di Le Meridien Jakarta,
Merlynn Park Hotel, Shangri-La Hotel, dan Air Bnb, sembilan (9) orang
menginap di Nam Center Hotel, dua puluh satu (21) orang menginap di
Novotel, delapan belas (18) orang responden memilih Swiss Belinn Hotel,
tiga (3) orang menginap di The Media Hotel, tiga puluh satu (31) orang
responden menginap di Western Plus Kemayoran Hotel, dan sebanyak tujuh
puluh (70) orang responden tidak menggunakan akomodasi atau hotel.
55
i. Lama Rencana Kunjungan
DIAGRAM 9
RENCANA KUNJUNGAN BUYERS KE PAMERAN INDONESIA
INTERNATIONAL GIFT AND HOME PRODUCT 2019
(N=279)
Pada diagram 8, penulis mendapatkan data megenai rencana lama
kunjungan buyers untuk menghadiri pameran Indonesia International Gift and
Home Product 2019. Dapat diketahui bahwa buyers dengan lama kunjungan
satu (1) hari menjadi lama kunjungan yang dominan buyers pilih dengan
persentase sebesar empat puluh delapan persen (48%). Selanjutnya, buyers
dengan pilihan lama kunjung selama dua (2) hari kunjungan mendapatkan
persentase sebesar tiga puluh sembilan persen (39%). Sedangkan, untuk
buyers dengan pilihan lama kunjungan satu (1) hari mendapatkan persentase
sebesar tiga belas persen (13%).
Dari data tersebut diatas, penulis dapat mengetahui bahwa lama kunjungan
yang dipilih buyers untuk menghadiri pameran Indonesia International Gift
Sumber: Data Olahan Penulis, 2019
48%
39%
13%
1 Day
2 Day
3 Day
56
and Home Product 2019 cenderung sangat rendah, yaitu mayoritas hanya akan
berkunjung satu (1) hari saja.
j. Rencana Lama Tinggal
DIAGRAM 10
RENCANA LAMA TINGGAL BUYERS DI INDONESIA
(N=279)
Diagram 9 memaparkan data mengenai rencana lama tinggal buyers yang
datang pada pameran Indonesia International Gift and Home Product 2019 di
Indonesia. Dapat diketahui sebanyak tujuh puluh dua persen (72%) buyers
yang hadir memilih rencana tinggal lebih dari tiga hari di Indonesia.
Sedangkan, kurang dari tiga hari dipilih responden sebesar dua puluh delapan
persen (28%).
Penulis menyimpulkan bahwa sebagian besar responden yang hadir dalam
pameran Indonesia International Gift and Home Product 2019 memiliki
72%
28%
> 3 Days
< 3 Days
Sumber: Data Olahan Penulis, 2019
57
rencana tinggal di Indonesia lebih lama dari lamanya pameran tersebut
berlangsung.
k. Tujuan Buyers Menghadiri Pameran
DIAGRAM 11
TUJUAN BUYERS HADIR PADA PAMERAN INDONESIA
INTERNATIONAL GIFT AND HOME PRODUCTS 2019
(N=279)
Pada diagram 10, penulis mendapatkan data mengenai tujuan responden
menghadiri pameran Indonesia International Gift and Home Product 2019.
Dari data pada diagram diatas dapat dilihat jawaban-jawaban yang penulis
dapatkan saat menyebarkan angket atau kuesioner pada responden. Diketahui
26%
1%
1%
15%
1%
0% 2% 0%
11%
21%
0%
22%
Business
Product Research
Toys and Gift Products
Import
Inspiration Search
Interior products
Invitation
Manufacture
Find Products
Relation
Side seeing
Supplier
Sumber: Data Olahan Penulis, 2019
58
bahwa responden dengan tujuan “business” atau bisnis menjadi mayoritas
tujuan buyers menghadiri pameran Indonesia International Gift and Home
Product 2019. Disusul oleh “Supplier” atau pemasok dengan dua puluh dua
persen (22%), “relation” atau relasi dengan dua puluh satu persen (21%) dan
import dengan lima belas persen (15%). Sedangkan untuk yang lainnya yaitu;
find product atau pencarian produk, product research atau penelitian pasar,
toys and gift product atau mainan dan produk hadiah, inspiration search atau
pencarian inspirasi, invitation atau undangan, manufaktur, dan interior
products atau produk interior menjadi tujuan kunjungan minoritas dari buyers
pameran Indonesia International Gift and Home Products 2019.
2. Data Temuan
Setelah mengetahui profil responden, selanjutnya akan membahas
mengenai hasil yang telah penulis temui pada penyebaran angket atau
kuesioner pada pameran Indonesia International Gift and Home Products
2019 guna mengetahui bagaimana pengalaman pengunjung dalam hal ini
buyers pada pameran tersebut. Angket terdiri dari dua puluh tujuh (27)
pertanyaan dengan skala penilaian likert 1 – 5 bobot nilai
TABEL 8
BOBOT NILAI SKALA LIKERT SKALA LIKERT BOBOT NILAI
5 STRONGLY AGREE / SANGAT SETUJU
4 AGREE / SETUJU
3 NEUTRAL / NETRAL
59
TABEL 8
BOBOT NILAI SKALA LIKERT
(LANJUTAN)
SKALA LIKERT BOBOT NILAI
2 DISAGREE / TIDAK SETUJU
1 STRONGLY DISAGREE / SANGAT TIDAK SETUJU
a. Embodied Experience ( Pengalaman yang di wujudkan)
Pada sub variabel pertama penelitian ini terdapat tiga indikator,
diantaranya adalah sensorial overwhelming, information overload, dan
physical fatigue. Dari ketiga indikator ini penulis telah menyusun tujuh
pertanyaan yang dibagikan kepada responden yaitu buyers yang hadir pada
pameran Indonesia International Gift and Home Product 2019. Berikut
merupakan data hasil yang penulis temui di lapangan yang di jabarkan
menggunakan tabel frekuensi statistik deskriptif.
TABEL 9
TABEL DISTRIBUSI FREKUENSI SUB VARIABEL EMBODIED
EXPERIENCE
(n=279)
NO ITEM 5 4 3 2 1
MEAN F % F % F % F % F %
Sensorial Overwhelming
1
Anda mendapatkan
pengalaman yang
luar biasa dari
indera pendengaran
16 5,7 21 7,5 92 33 111 39,8 39 14 2,5
Sumber: Data Olahan Penulis, 2019
60
di pameran
Indonesia
International Gift
and Home Product
2019
2
Anda mendapatkan
pengalaman yang
luar biasa dari
indera penglihatan
di pameran
Indonesia
International Gift
and Home Product
2019
14 5,0 26 9,3 153 54,8 52 18,6 34 12,2 2,7
3
Anda mendapatkan
pengalaman yang
luar biasa dari
indera penciuman di
pameran Indonesia
International Gift
and Home Product
2019
20 7,2 11 3,9 121 43,3 97 34,8 30 10,8 2,6
4
Anda mendapatkan
pengalaman yang
luar biasa dari
indera sentuhan di
pameran Indonesia
International Gift
and Home Product
2019
34 12,2 37 13,3 177 63.4 11 3,9 20 7,2 3.1
5
Anda mendapatkan
pengalaman yang
luar biasa dari
indera perasa di
pameran Indonesia
International Gift
and Home Product
2019
13 4,7 25 9,0 67 24,0 105 37,6 69 24,7 2,3
Information Overload
6
Anda mendapatkan
informasi yang
berlebihan sehingga
membuat anda
kebingungan.
22 7,9 37 13,3 59 21,1 133 47,7 28 10,0 2,6
Sumber: Data Olahan Penulis, 2019
61
TABEL 9
TABEL DISTRIBUSI FREKUENSI SUB VARIABEL EMBODIED
EXPERIENCE (LANJUTAN)
(n=279)
NO ITEM 5 4 3 2 1
MEAN F % F % F % F % F %
Physical Fatigue
7
Anda merasa
kelelahan saat
mengunjungi booth
di pameran Indonesia
International Gift and
Home Product 2019
16 5,7 22 7,9 77 27,6 121 43,4 43 15,4 2,4
Total Rata-rata 2,6
Berdasarkan tabel 9 diketahui bahwa indikator dengan nilai rata-rata
tertinggi dari sub variabel embodied experience adalah indikator sensorial
overwhelming dengan pernyataan Anda mendapatkan pengalaman yang luar
biasa dari indera sentuhan di pameran Indonesia International Gift and Home
Product 2019 dengan rata-rata sebesar 3,1. Sedangkan untuk indikator terkecil
yaitu Anda mendapatkan pengalaman yang luar biasa dari indera perasa di
pameran Indonesia International Gift and Home Product 2019 memperoleh
rata-rata sebesar 2.3.
Hasil nilai total rata-rata dari sub variabel embodied experience adalah 2,6
sehingga dapat diketahui dari tujuh (7) pernyataan pada sub variabel
embodied experience hanya empat pernyataan yang mendapatkan nilai diatas
Sumber: Data Olahan Penulis, 2019
62
rata-rata, yaitu tiga pernyataan dari indikator embodied experience (“Anda
mendapatkan pengalaman yang luar biasa dari indera penglihatan di pameran
Indonesia International Gift and Home Product 2019”, “Anda mendapatkan
pengalaman yang luar biasa dari indera perasa di pameran Indonesia
International Gift and Home Product 2019”, “Anda mendapatkan pengalaman
yang luar biasa dari indera sentuhan di pameran Indonesia International Gift
and Home Product 2019”).
Sedangkan dua pernyataan dari indikator sensorial overwhelming (“Anda
mendapatkan pengalaman yang luar biasa dari indera pendengaran di pameran
Indonesia International Gift and Home Product 2019”, “Anda mendapatkan
pengalaman yang luar biasa dari indera perasa di pameran Indonesia
International Gift and Home Product 2019”) dan indikator physical fatigue
menghasilkan total nilai dibawah rata-rata.
b. Instrumental Experience (Pengalaman Insrumental)
Dalam sub variabel kedua penelitian ini terdapat tiga indikator diantaranya
cognitive stimulations that result in learning and new knowledge, the
opportunity to relate to exhibitors and other visitors and to collect knowledge
and other benefits fot their activity, dan a sense of community. Dari ketiga
indikator tersebut penulis telah menyusun tiga pernyataan yang telah
dibagikan kepada responden pada pameran Indonesia International Gift and
Home Product 2019.
63
TABEL 10
TABEL DISTRIBUSI FREKUENSI SUB VARIABEL
INSTRUMENTAL EXPERIENCE
(n=279)
NO ITEM 5 4 3 2 1
MEAN F % F % F % F % F %
cognitive stimulations that result in learning and new knowledge
1
Anda mendapatkan
pengalaman untuk
menemukan hal-hal
baru ketika
mengunjungi pameran
25 9,0 59 21,1 37 13,3 137 49,1 21 7,5 2,7
the opportunity to relate to exhibitors and other visitors and to collect knowledge and other
2
Pameran ini
menciptakan peluang
untuk buyers dan
exhibitors untuk
mendapatkan
keuntungan bersama
25 9,0 80 28,7 100 35,8 44 15,8 30 10,8 3,0
a sense of community
3
Anda senang berada
bersama rekan-rekan
Seprofesi di pameran
Indonesia International
Gift and Home Product
2019
14 5,0 37 13,3 181 64,9 17 6,1 30 10,8 2,9
Total nilai rata-rata 2,8
Berdasarkan pada tabel 10 dapat dilihat data dari sub variabel instrumental
experience dengan nilai rata-rata tertinggi adalah indikator the opportunity to
relate to exhibitors and other visitor and collect knowledge and other dengan
nilai rata-rata sebesart 3,0. Sedangkan untuk indikator dengan rata-rata
terrendah adalah indikator cognitive stimulations that result in learning and
new knowledge dengan nilai rata-rata sebesar 2,7.
Sumber: Data Olahan Penulis, 2019
64
Dari data tersebut diperoleh hasil keseluruhan rata-rata dari sub variabel
instrumental experience yaitu sebesar 2,8. Sehingga dapat dilihat indikator
dengan perolehan nilai diatas rata-rata adalah the opportunity to relate to
exhibitors and other visitors and to collect knowledge and other dan a sense
of community. Sedangkan untuk indikator cognitive stimulations that result in
learning and new knowledge memperoleh nilai dibawah total nilai rata-rata .
c. Inspiration search and supplier comparison patterns
Pada sub variabel ketiga, terdapat tiga indikator yang jabarkan yaitu
visitors aim to get inspiration and competences for their activities, typical
visit starts with market leaders, continues with regular suppliers, and only
devotes residual time to other suppliers, the trend area is appreciated as it
helps to organise ideas on novelties. Berdasarkan dari indikator tersebut,
penulis menjabarkan sebagai berikut
TABEL 11
TABEL DISTRIBUSI FREKUENSI SUB VARIABEL
INSPIRATION SEARCH AND SUPPLIER COMPARISON
PATTERNS
(n=279)
NO ITEM 5 4 3 2 1
MEAN F % F % F % F % F %
Visitors aim to get inspiration and competences for their activities
1
Anda mendapatkan
tambahan keahlian
ketika mengunjungi
pameran Indonesia
Intrn. Gift and Home
Product 2019
14 5,0 26 9,3 69 24,7 143 51,3 27 9,7 2,4
65
TABEL 11
TABEL DISTRIBUSI FREKUENSI SUB VARIABEL
INSPIRATION SEARCH AND SUPPLIER COMPARISON
PATTERNS (LANJUTAN)
(n=279)
NO ITEM 5 4 3 2 1
MEAN F % F % F % F % F %
2
Anda mendapatkan
inspirasi tambahan
ketika mengunjungi
pameran Indonesia
Intern. Gift and Home
Product 2019
25 9,0 42 15,1 91 32,6 85 30,5 36 12,9 2,7
Typical visit starts with market leaders, continues with regular suppliers, and only devotes residual time to
other suppliers
3
Anda mengunjungi stan
dengan urutan sebagai
berikut: Pemimpin
pasar, pemasok reguler,
pemasok baru (ketika
masih ada waktu)
14 5,0 21 7,5 26 9,3 104 37,3 114 40,9 1,9
The trend area is appreciated as it helps to organise ideas on novelties
4
Anda menjumpai booth
dengan produk baru
yang inovatif pada
pameran Indonesia
Intern. Gift and Home
Product 2019
25 9,0 24 8,6 121 43,4 61 21,9 48 17,2 2,7
Total nilai rata-rata 2,4
Berdasarkan tabel 11 dapat diketahui bahwa nilai rata-rata tertinggi dari
sub variabel inspiration search and supplier comparison patterns adalah 2,7
yaitu dari pernyataan “Anda mendapatkan inspirasi tambahan ketika
mengunjungi pameran Indonesia Intern. Gift and Home Product 2019” dan
“Anda menjumpai booth dengan produk baru yang inovatif pada pameran
Sumber: Data Olahan Penulis, 2019
66
Indonesia Intern. Gift and Home Product 2019”. Sedangkan untuk nilai rata-
rata terendah sebesar 1,9 merupakan indikator typical visit starts with market
leaders, continues with regular suppliers, and only devotes residual time to
other suppliers.
Berdasarkan hasil data dari tabel 11 dapat dilihat hasil total nilai
keseluruhan rata-rata dari sub variabel inspiration search and supplier
comparison patterns yaitu 2,4 oleh karena itu indikator visitors aim to get
inspiration and competences for their activitie memperoleh nilai 2,4 dan 2,7.
Kemudian the trend area is appreciated as it helps to organise ideas on
novelties memperoleh nilai 2,7 kedua indikator tersebut mendapatkan hasil
nilai diatas rata-rata. Sedangkan untuk indikator typical visit starts with
market leaders, continues with regular suppliers, and only devotes residual
time to other suppliers memperoleh hasil 1,9 dan termasuk dibawah nilai
rata-rata
d. Relational experience in ritualized context
Pada sub variabel ini penulis menentukan tiga indikator pernyataan
sebagai berikut; The relational activities involve vertical and horizontal
relations, Trade shows allow visitors to relate to their broader and social
context, Trade shows represent rituals for their underlying industries. Data
temuan dari indikator tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut
67
TABEL 12
TABEL DISTRIBUSI FREKUENSI SUB VARIABEL
RELATIONAL EXPERIENCES IN RITUALISED CONTEXT
(n=279)
NO ITEM 5 4 3 2 1
MEAN F % F % F % F % F %
The relational activities involve vertical and horizontal relations
1
Pameran ini membuat saya
dapat menjalin
relasi/hubungan dengan
sesama buyer baru
26 9,3 39 14 154 55,2 33 11,8 27 9,7 3,0
2
Pameran ini membyat saya
dapat menjalin
relasi/hubungan dengan
kolega lama
9 3,2 30 10,8 124 44,4 65 23,3 51 18,3 2,5
3
Pameran ini membuat saya
dapat menjalin
relasi/hubungan dengan
exhibitor baru
17 6,1 54 19,4 127 45,5 41 14,7 40 14,3 2,8
4
Pameran ini membuat saya
dapat menjalin
relasi/hubungan dengan
exhibitor lama
9 3,2 31 11,1 124 44,4 54 19,4 61 21,9 2,5
Trade shows allow visitors to relate to their broader and social context
5
Pameran ini dapat
menciptakan peluang untuk
membuat perusahaan saya
berkembang
9 3,21 25 9,0 121 43,4 75 26,9 49 17,6 2,5
Trade shows represent rituals for their underlying industries
6
Pameran ini
mewakili/merepresentasikan
industri kerajinan tangan di
Indonesia
20 7,2 21 7,5 112 40,1 68 24,4 58 20,8 2,5
Total Rata-rata 2,6 Sumber: Data Olahan Penulis, 2019
68
Pada tabel 12 penulis menjabarkan hasil data temuan untuk sub variabel
relational experience in ritualized context. Diketahui bahwa nilai rata-rata
tertinggi pada sub variabel relational experience in ritualized context terdapat
pada indikator pertama yaitu the relational activities involve vertical and
horizontal relations pada pernyataan pertamanya yaitu "pameran ini membuat
saya dapat menjalin relasi/hubungan dengan sesama buyer baru” dengan
jumlah rata-rata sebesar 3,0. Sedangkan untuk nilai rata-rata terendah
diperoleh pada indikator pertama pada pernyataan kedua dan ketiga,
kemudian pada indikator trade shows allow visitors to relate to their broader
and social context dan indikator terakhir yaitu trade shows represent rituals
for their underlying industries dengan masing-masing meperoleh nilai rata-
rata sebesar 2,5.
Dari hasil yang penulis peroleh pada tabel 12, total keseluruhan rata-rata
yang didapat adalah sebesar 2,6 dengan perolehan indikator yang diatas nilai
rata-rata keseluruhan yaitu indikator the relational activities involve vertical
and horizontal relations pada pernyataan pertamanya memperoleh rata-rata
sebesar 3,0 dan pernyataan ketiganya dengan rata-rata 2,8. Sedangkan untuk
pernyataan kedua dan ke empat pada indikator yang sama memperoleh nilai
rata-rata masing-masing sebesar 2,5 dan termasuk dibawah rata-rata
keseluruhan. Berlaku pula untuk indikator trade shows allow visitors to relate
to their broader and social context dan trade shows represent rituals for their
69
underlying industries masing masing meperoleh nilai rata-rata 2,5 dan
termasuk dibawah rata-rata.
e. Perceived value of exhibitor and organizer experience provide
Pada sub variabel terakhir ini terdapat dua indikator yaitu experience
provide for exhibitors dan experience provide for organizer dengan
penjelasan sebagai berikut
TABEL 13
TABEL DISTRIBUSI FREKUENSI SUB VARIABEL PERCEIVED
VALUE OF EXHIBITOR AND ORGANIZER EXPERIENCE
PROVIDE.
(n=279)
NO ITEM 5 4 3 2 1
MEAN F % F % F % F % F %
experience providers for exhibitors
the presence of products
1
Anda menemukan
produk yang anda cari
di pameran Indonesia
Intern. Gift and Home
Product 2019
20 7,2 41 14,7 84 30,1 87 31,2 47 16,8 2,6
competent personnel
2
Staff exhibitor
memiliki kompetensi
untuk melayani
21 7,5 67 24,0 152 54,5 19 6,8 20 7,2 3,1
experience providers for organisers
selection of exhibitors and distribution of exhibitors in the exhibition space according to visitors’ search
processes
3
Anda merasa puas
dengan layout pameran
yang disediakan oleh
penyelenggara acara
26 9,3 39 14,0 182 65,2 11 3,9 21 7,5 3,1
trend and rest areas
4
Pameran ini
menyediakan produk-
produk yang sesuai
dengan tren terbaru
20 7,2 25 9,0 149 53,4 57 20,4 28 10 2,8
Sumber: Data Olahan Penulis, 2019
70
TABEL 13
TABEL DISTRIBUSI FREKUENSI SUB VARIABEL PERCEIVED
VALUE OF EXHIBITOR AND ORGANIZER EXPERIENCE
PROVIDE.
(n=279)
NO ITEM 5 4 3 2 1
MEAN F % F % F % F % F %
5
Pameran ini
menyediakan area
untuk istirahat sejenak
di sela-sela pameran
26 9,3 73 26,2 115 41,2 38 13,6 27 9,7 3,1
social and technical events
6
Pameran ini
menyediakan acara
social dan teknikal
seperti; gala dinner,
business matching, dll)
31 11,1 45 16,1 118 42,3 64 22,9 21 7,5 3,0
Total Rata-rata 2,9
Berdasarkan tabel 13 diketahui bahwa nilai rata-rata tertinggi pada
indikator perceived value of exhibitor and organizer provide adalah pada sub
indikator competent personnel, selection of exhibitors and distribution of
exhibitors in the exhibition space according to visitors’ search processes, dan
trend and rest areas (“pameran ini menyediakan area untuk istirahat sejenak
di sela-sela pameran”) dengan perolehan nilai sebesar 3,1 sedangkan untuk
nilai rata-rata terendah yaitu pada sub indikator the presence of products)
dengan perolehan nilai sebear 2,6
Dari hasil pada tabel diatas dapat dilihat total keseluruhan rata-rata pada
sub variabel terakhir ini sebesar 2,9 dengan demikian dapat dilihat sub
Sumber: Data Olahan Penulis, 2019
71
indikator competent personnel memperoleh nilai 3,1, sub indikator selection
of exhibitors and distribution of exhibitors in the exhibition space according
to visitors’ search processes memperoleh nilai sebesar 3,1 dan trend and rest
area (“pameran ini menyediakan acara social dan teknikal seperti; gala dinner,
business matching, dll)”) memperoleh nilai masing-masing sebesar 3,1 dan
3,0 maka termasuk diatas rata-rata. Sedangkan untuk sub indikator the
presence of produts dengan perolehan nilai 2,6 dan sub indikator trend and
rest area (“Pameran ini menyediakan produk-produk yang sesuai dengan tren
terbaru”) dengan perolehan nilai 2,8 termasuk dibawah rata-rata.
B. Pembahasan
Setelah penulis mendapatkan data dari kuesioner yang telah di uraikan
sebelumnya, data tersebut kemudian di analisis dengan menggunakan garis
kontinum dengan menghitung skor tertinggi dan terendah dari hasil jawaban
responden. Berikut adalah hasil perhitungan dan analisis yang telah penulis
lakukan :
TABEL 14
JUMLAH SKOR TERTINGGI DAN TERENDAH
KATEGORI SKOR PERHITUNGAN
SKOR JUMLAH SKOR
SKOR IDEAL
TERTINGGI 5x279 1395
SKOR TERENDAH 1x279 279
Sumber: Data Olahan Penulis, 2019
72
Dari tabel diatas perhitungan menggunakan skala rentang dengan rumus
sebagai berikut :
𝑅 = DATA TERBESAR − DATA TERKECILKELAS INTERVAL 𝑅 = 1395 − 2795 𝑅 = 223,2
GAMBAR 1
PERHITUNGAN SKALA RENTANG
(n=279)
1. Buyers Experience berdasarkan faktor Embodied Experience
Embodied experience merupakan pengalaman yang diwujudkan,
prinsip utama dari perwujudan adalah semua pengalaman dapat masuk ke
dalam tubuh, otak, dan pikiran manusia. Hal ini melibatkan kapasitas bawaan
untuk belajar dan beradaptasi dengan perubahaan lingkungan (Maureena
Bivins PhD, 2015).
Selama pameran dagang, buyers dapat "tenggelam" dalam perwujudan
pengalaman yang melibatkan semua indera mereka, dimana mereka dapat
menyentuh, mencium, mendengarkan, dan bahkan merasakan semua
279 502,2 725,4 948,6 1,171,8 1,395
Sumber: Data Olahan Penulis, 2019
SKB/SKS KB/KS CB/CS B/S SB/SS
73
rangsangan di lingkungan yang disediakan oleh peserta pameran dan
penyelenggara pameran (Borghini, Golfetto, & Rinallo, 2006)
GAMBAR 2
BUYERS EXPERIENCE PADA SUB VARIABEL EMBODIED
EXPERIENCE
(N=279)
Berdasarkan pada jabaran dari tiap indikator diatas, dapat dilihat
bahawa experience buyers pada pameran dagang Indonesia International Gift
and Home Product 2019 berdasarkan faktor sub variabel embodied experience
memiliki jumlah pertanyaan sebanyak 7 butir dengan jumlah responden 279
orang buyers, dan memiliki skor sebesar 736, sehingga dapat diperoleh hasil
skala rentang sebagai berikut :
𝑅 = 1395 − 2795 𝑅 = 223,2
Berdasarkan hasil skor buyers experience pada sub variabel embodied
experience dalam gambar 2 dapat diketahui bahwa buyers menilai pameran
dagang Indonesia International Gift and Home Product 2019 berdasarkan
faktor embodied experience dianggap sudah cukup baik. Hal tersebut
279 502,2 725,4 948,6 1,171,8 1,395
Sumber: Data Olahan Penulis, 2019
SKB/SKS KB/KS CB/CS B/S SB/SS
736
74
menunjukan item dimensi tersebut dinilai sudah cukup baik oleh buyers yang
hadir pada pameran tersebut, dimana dari keseluruhan pengalaman yang
diwujudkan dalam dimensi embodied experience dirasa sudah dipenuhi oleh
penyelenggara pameran. Item tersebut termasuk pada indikator sensorial
overwhelming, information overload, dan physical fatigue.
Dari hasil observasi penulis pada pengunjung yang hadir pada
pameran Indonesia International Gift and Home Product 2019 dari indikator
sensorial overwhelming penulis menemukan pada saat pameran berlangsung
kurangnya ambience yang memperngaruhi segi pendengaran, penglihatan,
aroma, rasa, serta sentuhan. Dari segi indera penglihatan, penulis menemukan
dari pra-event yaitu website yang disediakan oleh penyelenggara pameran
Indonesia International Gift and Home Product 2019, tampilan dari website
tersebut menurut buyers terbilang cukup menarik. Dari data temuan penulis
pada webiste tersebut menampilkan informasi umum mengenai pameran,
informasi yang dibutuhkan untuk exhibitor dan visitor (profile visitor,
exhibitor list, akomodasi, transportasi, dan informasi visa), aktifitas program
yang ada pada pameran, juga informasi contact penyelenggara. Begitu juga
dengan materi promosi yang digunakan yakni banner, umbul-umbul, sosial
media, dan lainnya. Menurut buyers yang hadir materi promosi tersebut juga
cukup menarik dengan design simple yang digunakan dan social media yaitu
instagram yang memuat informasi-informasi umum mengenai pameran
tersebut.
75
Pada saat acara berlangsung, penulis menemukan stan atau booth yang
ada pada pameran Indonesia International Gift and Home Product 2019
kurang menarik, mayoritas booth yang ada merupakan partisi standar tanpa
ornament atau design yang bertema. Menurut Adhitya (2017), menyatakan
bahwa pemilihan official stand contractor juga menjadi salah satu nilai
tambah didalam sebuah pameran, hal ini dikarenakan desain-desain booth
yang ditampilkan di ruang pameran dapat membuat suasana lebih hidup
Sedangkan pada saat acara berlangsung venue yang digunakan cukup
strategis yaitu JIExpo dimana venue tersebut sudah cukup terkemuka di
Indonesia. Pameran ini menggunakan dua hall venue yang dirasa sudah cukup
luas oleh buyers. Namun begitu, venue tersebut tidak dihiasi dengan
ornament-ornamen seperti photobooth, T-banner, atau X-banner sesuai
dengan design yang digunakan pada pameran. Jumlah signage yang
digunakan juga kurang lengkap, dimana beberapa tempat yang seharusnya
diberikan petunjuk tidak di lengkapi dengan signage seperti ; toilet, area
informasi, section hall, dll. Dalam jurnal The Effects of Exhibition Service
Quality on Exhibitor Satisfaction and Behavioral Intentions (Lee, Lee, & Joo,
2014) dikatakan bahwa peserta pameran akan menarik perhatian pengunjung
dengan memajang secara efektif dan mengatur produk serta layanan mereka.
Desain booth dapat memfasilitasi tampilan produk dan layanan yang efektif
dan dengan demikian membantu pengunjung dalam memudahkan mengenali
exhibitor dan stan pameran mereka. Bervariasinya visualisasi desain pun
76
menjadi salah satu nilai tambah bagi pameran tersebut, terutama dalam hal
menarik minat pengunjung untuk datang berkunjung (Adhitya, 2017)
Dari segi pendengaran, penulis menemukan suasana pameran
cenderung tidak banyak memutarkan musik pengiring saat stage pada
pameran tidak ada kegiatan. Namun, akan diputarkan musik saat panggung
sudah kembali melakukan aktifitas. Hal tersebut menjadikan suasana pameran
sedikit sepi tanpa latar musik dan buyers merasa hal tersebut mempengaruhi
kebisingan suara pada hall pameran.
Untuk indra penciuman atau aroma, penulis menemukan buyers yang
hadir pada pameran cenderung menilai indikator tersebut belum maksimal,
dimana tidak terdapat booth atau peserta pameran yang menampilkan produk
dengan aroma khas, penyelenggara pameran juga tidak menggunakan pewangi
ruangan pada area pameran dengan aroma yang sesuai. Penulis menemukan
area makanan yang ditempatkan di perbatasan antara hall satu dan dua dengan
aroma makanan yang cukup menyengat sehingga mempengaruhi aroma di
exhibitor yang ada pada sekitaran area tersebut dan cukup mengganggu.
(Rose, 2019) menyatakan dalam artikel majalah colorado meeting +
events bahwa aroma sering diabaikan tidak hanya di dunia acara, tetapi juga
dunia pada umumnya. Aroma memiliki peran penting dalam cara manusia
menafsirkan lingkungannya dan menciptakan makna setiap hari. Faktannya,
indera penciuman adalah satu-satunya reseptor sensorik yang sepenuhnya
berkembang dari saat kelahiran. Indera penciuman juga merupakan reseptor
yang paling erat terkait dengan memori. Bila organizer memiliki kesempatan
77
untuk menambahkan aroma, pastikan untuk melakukannya di area yang
terpisah dari aroma lainnya. Pilih aroma yang sesuai dengan elemen acara
lainnya dan menyambungkannya ke dalam tema, dekorasi, dan personalisasi
peserta pameran agar dapat meningkatkan pengalaman pengunjung acara.
Pada indera sentuhan, penulis menemukan buyers yang hadir menilai
dari segi indera sentuhan sudah cukup baik. Dimana pameran ini menyediakan
produk-produk yang diperbolehkan untuk disentuh oleh pengunjung yang
hadir dimana hal ini sangat diapresiasi oleh pengunjung dikarenakan
menyentuh produk dapat membantu pengunjung dalam menganalisa produk
yang ingin dibeli.
Pada indera pengecapan atau perasa, penulis menemukan buyers yang
hadir menilai belum maksimal, dimana dari hasil observasi penulis
mengunjungi pameran tersebut tidak ada booth yang menawarkan atau
menyuguhkan makanan maupun minuman kepada para pengunjung yang
hadir. Pameran tersebut juga tidak banyak menyediakan area makan untuk
buyers yang hadir hanya terdapat tiga booth makanan dalam hall pameran.
Dinyatakan oleh Nyke (2015), bahwa indera perasa dianggap sebagai indra
yang paling dekat dikarenakan sensasi rasa hal ini dimungkinkan hanya
melalui kontak fisik secara langsung. Pengalaman rasa pengunjung
bergantung pada konteks tubuh pengunjung seperti disposisi untuk makan dan
faktor budaya. Sentuhan, penglihatan, dan pendengaran harus digunakan
karena indera tersebut memerlukan lebih banyak waktu untuk di tafsirkan.
78
Sensasi rasa harus dipicu karena indra ini tidak dapat dipahami hanya dapat
dirasakan sebagai hadiah.
Hal ini dinilai dapat mempengaruhi kenyamanan pengunjung dan juga
salah satu faktor yang dapat menciptakan pengalaman saat berkunjung pada
event tertentu. Seperti dalam jurnal exploring visitor experience at trade
shows (Borghini, Golfetto, & Rinallo, 2006) yang mengatakan bahwa selama
pameran dagang, buyers dapat "tenggelam" dalam perwujudan pengalaman
yang melibatkan semua indera mereka, dimana mereka dapat menyentuh,
mencium, mendengarkan, dan bahkan merasakan semua rangsangan di
lingkungan yang disediakan oleh peserta pameran dan penyelenggara
pameran.
Pada indikator Information Overload penulis menemukan buyers yang
hadir pada pameran tersebut merasa tidak mendapatkan informasi yang jelas
mengenai produk yang di tawarkan dikarenakan keterbatasan bahasa yang di
mengerti dari pihak exhibitor maupun buyers sehingga membuat pengunjung
yang hadir bias informasi. Hal tersebut dikarenakan mayoritas peserta
pameran yang mengikuti pameran Indonesia International Gift and Home
Product 2019 berasal dari negara China dimana mereka lebih banyak
berinteraksi dengan menggunakan bahasa Mandarin dibandingkan dengan
bahasa internasional yaitu bahasa Inggris. Keterbatasan bahasa yang dikuasai
oleh peserta pameran ini membuat buyers yang hadir kebingungan dalam
berkomunikasi dan mendapatkan informasi mengenai produk yang di
tawarkan dimana buyers yang hadir sebagian besar tidak dapat berbahasa
79
Mandarin, mengingat profile buyers yang berasal dari berbagai negara seperti;
Indonesia, Singapura, Dubai, Amerika, Australia, dan sebagainya. Menurut
Scott, Gao, & Ma (2017), tahap pertama dalam menciptakan memori atau
ingatan adalah dengan memperhatikan persepsi yang diterima dari
rangsangan indera yang berasal dari pengalaman yang diterima.
Tsuchiya (2007), menyatakan bahwa otak manusia dapat kesulitan
dalam memproses informasi yang diterima berlebihan. Untuk menangani
informasi bias yang disamapikan oleh indera manusia. Informasi tersebut di
pilih sebagian kecil yang dapat di proses oleh tubuh. Ketika pengunjung
mengalami perasaan memiliki terlalu banyak informasi yang diterima
menyebabkan akan mengalami stress dan dapat mempengarhui pengambilan
keputusan (Scott, Gao, & Ma, 2017). Pemrosesan informasi meningkat ketika
pembuat keputusan mendapatkan informasi underload, sementara akan
berkurang ketika mereka mengalami informasi yang berlebihan (Acosta,
Castillo, Nicolas, & Palacios, 2014)
Kemudian pada indikator physical fatigue penulis menemukan
pengunjung tidak merasa kelelahan saat berkunjung pada pameran Indonesia
International Gift and Home Product 2019 dikarenakan pameran ini hanya
menggunakan dua balai atau area hall pada JIExpo sebagai tempat
diselenggarakannya pameran tersebut. Pemilihan venue yang ditentukan oleh
penyelenggara pameran ini juga dirasa sudah mencukupi untuk area exhibitor
dengan memanfaatkan dua balai di dalam venue JIExpo yang berdekatan
80
dengan area parkir mobil sehingga pintu masuk pameran ini mudah untuk
ditemui.
Namun, penyelenggara pameran ini tidak memberikan tempat untuk
pengunjung beristirahat sejenak saat berada di dalam pameran. Penyelenggara
pameran tidak memfasilitasi area atau kursi-kursi untuk duduk di sudut-sudut
tertentu yang dirasa perlu agar pengunjung dapat beristirahat sejenak di sela-
sela kunjungan. Rinallo,et all. (2010), menyatakan bahwa kunjungan pada
pameran dagang tidak hanya menggerakan pikiran dan indera, tetapi juga
menggerakan tubuh.
Bagi pengunjung, pameran dagang terkadang tidak dirancang sesuai
dengan kebutuhan tubuh manusia, terutama yang berkaitan dengan istirahat.
Untuk mengatasi kelelahan fisik, pengunjung sering menjadi sangat selektif
dalam menerima dokumen promosi dan tidak ragu untuk membuangnya
terutama jika dokumen tersebut cukup berat. kerap kali pengunjung
memutuskan untuk tidak mengunjungi beberapa stan atau seluruh area
dikarenakan terlalu lelah untuk berjalan (Rinallo, Borghini, & Golfetto, 2010).
2. Buyers Experience berdasarkan sub variabel Instrumental Experience
Buyers pada pameran dagang terkadang dapat bersenang-senang atau
menikmati momen tak terlupakan dalam pameran dagang. Namun stimulasi
sensoris sebagian besar waktu bukan tujuan itu sendiri. melainkan sedikit
rangsangan senosorik sangat berperan dalam mendapatkan pengetahuan yang
relevan (Rinallo, Borghini, & Golfetto, 2010).
81
GAMBAR 3
BUYERS EXPERIENCE BERDASARKAN SUB VARIABEL
INSTRUMENTAL EXPERIENCE
(N=279)
Berdasarkan penjelasan dari rentang diatas, dapat diketahui bahwa
buyers experience pameran dagang Indonesia International Gift and Home
Product 2019 berdasarkan faktor instrumental experience memiliki jumlah
pertanyaan sebanyak 3 butir dengan jumlah responden 279 buyers, dan
memiliki skor total sebesar 818 sehingga dapat dihitung skala rentangnya
sebagai berikut :
𝑅 = 1395 − 2795 𝑅 = 223,2
Dari hasil skor pada gambar 3 hasil skor yang diperoleh dari buyers
yang hadir pada pameran dagang Indonesia International Gift and Home
Product 2019 menilai bahwa experience yang diperoleh dari pameran dagang
tersebut berdasarkan faktor instrumental experience mendapatkan skor cukup
baik.
279 502,2 725,4 948,6 1,171,8 1,395
Sumber: Data Olahan Penulis, 2019
SKB/SKS KB/KS CB/CS B/S SB/SS
818
82
Berdasarkan hasil observasi penulis pada saat berkunjung ke pameran
Indonesia International Gift and Home Product 2019, penulis menemukan
pengalaman yang didapatkan oleh buyers dari indikator cognitive stimulations
that result in learning and new knowledge dinilai cukup. Hal ini menunjukan
sebagian buyers yang hadir merasa cukup mendapatkan pengetahuan baru
dengan mengikuti pameran ini. Dari data temuan penulis saat berkunjung pada
pameran Indonesia International Gift and Home Product 2019, tidak banyak
program acara edukatif yang di selenggarakan oleh penyelenggara pameran.
Penulis juga tidak menemukan area dengan produk tren yang dapat
menambah pengetahuan dan inspirasi untuk buyers yang hadir. Namun begitu,
hal ini tidak dijadikan permasalahan oleh buyers dikarenakan pameran ini
sudah dinilai cukup memberikan pengetahuan baru kepada buyers yang hadir.
Menurut Borghini et, all. (2006), Kunjungan pameran dagang adalah
ekspedisi pembelajaran yang penting dan melibatkan pemikiran kreatif. Hal
ini diartikan oleh pengunjung pameran sebagai kesempatan untuk menjaga
perusahaan untuk tetap up to date dalam industri terkait.
Pada indikator the opportunity to relate to exhibitors and other visitors
and to collect knowledge and other, penulis menemukan buyers yang hadir
menilai indikator tersebut sudah cukup. Dimana dari pengalaman buyers yang
hadir merasa mendapatkan keuntungan yang sama dengan exhibitor dalam
mengikuti pameran ini. Meskipun begitu penulis mendapatkan informasi pada
saat observasi kunjungan pada pameran Indonesia International Gift and
Home Product 2019 buyers yang hadir kesulitan dalam berkomunikasi dengan
83
peserta pameran dikarenakan keterbatasan yang dimiliki peserta pameran
dalam menggunakan bahasa selain bahasa mandarin. Hal ini berpengaruh
pada komunikasi yang kurang maksimal dalam hal penyampaian informasi
produk kepada buyers yang hadir. Hal ini juga dapat berpengaruh terhadap
keputusan pembelian oleh buyers yang hadir dikarenakan ketidak jelasan
informasi yang didapatkan sehingga buyers dan peserta pameran tidak
mendapatkan keuntungan yang sama.
Menurut Lancey (2012), Pameran dagang merupakan layanan, yang
pelangganya adalah peserta pameran atau exhibitors dan pengunjung atau
visitor. Keduanya menentukan target yang tepat dan mendasar faktor utama
pemasaran pameran dagang adalah mencocokan titik minat dan target mereka.
Indikator selanjutnya yakni a sense of community¸ indikator ini dinilai
sudah cukup oleh buyers yang hadir. Dalam hal ini dapat diartikan buyers
yang hadir sudah cukup merasa senang bertemu dengan rekan-rekan seprofesi.
Namun dari hasil observasi yang penulis temukan, mayoritas buyers tidak
mengetahui acara teknikal yang dapat menjadi wadah penyambung hubungan
antara sesama buyers maupun dengan exhibitor yang diselenggarakan oleh
penyelenggara pameran. Sehingga buyers yang hadir tidak memiliki
kesempatan khusus untuk bersosialisasi dengan sesama buyers. Hal ini cukup
disayangkan, dikarenakan acara teknikal maupun sosial yang diselenggarakan
oleh penyelenggara pameran dapat menjadi peluang yang baik dalam
memberikan relasi baru maupun menjalin hubungan yang baik dengan kolega
lama. Acara pendukung tersebut juga dapat membuat peluang bagi
84
penyelenggara pameran untuk memberikan pengalaman yang tak terlupakan
kepada buyers yang hadir sehingga buyers itu sendiri dapat merasakan
kebersamaan dengan rekan-rekan seprofesi yang diciptakan melalui program-
program tersebut.
Dalam artikel Inspiring Exhibitors (2019), dijelaskan bahwa peserta
pameran harus memikirkan bagaimana membuat buyers yang datang ke stan
untuk merasa tidak sendirian, bahwa apa pun masalah bisnis yang buyers
hadapi mereka hanyalah satu dari banyak pembisnis yang merasakan hal
serupa. Peserta pameran juga dapat menciptakan ruang dimana pengunjung
dapat datang untuk mendapatkan saran dan dukungan dari peserta pameran
dan sesama buyers yang hadir. Hal ini dapat membantu buyers untuk
berinvestasi dalam memutuskan pembelian.
3. Buyers Experience pada sub variabel Inspriration Search and Supplier
Comparison Patterns
Peserta pameran adalah sumber utama pembelajaran dengan
memeriksa yang produk yang baru dan berinteraksi dengan personil stand
yang kompeten, pengunjung mengembangkan pengetahuan baru yang akan
sebaliknya mustahil diperoleh. Meskipun ada perbedaan besar pada individu
pola kunjungan, ada kesaman luar biasa di rute diikuti oleh pengunjung dan
waktu yang didedikasikan untuk berbagai jenis peserta pameran. Kunjungan
khas dimulai dengan panggilan ke para pemimpin pasar, berlanjut dengan
85
pemasok reguler, dan hanya menyediakan sisa waktu untuk peserta pameran
lainnya (Rinallo, Borghini, & Golfetto, 2010)
GAMBAR 4
BUYERS EXPERIENCE BERDASARKAN SUB VARIABEL
INSPIRATION SEARCH ON AND SUPPLIER COMPARISON
PATTERNS
(N=279)
Berdasarkan dari gambar diatas, dapat diketahui bahwa buyers
experience pada pameran dagang Indonesia International Gift and Home
Product 2019 pada dimensi inspiration search and supplier comparison
patterns yang memiliki jumlah pertanyaan sebanyak 4 butir dengan jumlah
responden 279 buyers, dan memiliki total skor sebesar 694 sehingga dapat
dihitung skala rentang sebagai berikut :
𝑅 = 1395 − 2795 𝑅 = 223,2
Jumlah skor pada gambar 4 menunjukan buyers pada pameran
Indonesia International Gift and Home Product 2019 menilai experience yang
279 502,2 725,4 948,6 1,171,8 1,395
Sumber: Data Olahan Penulis, 2019
SKB/SKS KB/KS CB/CS B/S SB/SS
694
86
diperoleh berdasarkan sub variabel inspiration search and supplier
comparison patterns kurang baik.
Berdasarkan hasil observasi penulis saat berkunjung ke pameran
dagang tersebut, dari indikator visitors aim to get inspiration and competences
for their activities, penulis menemukan bahwa buyers yang hadir cenderung
menilai indikator tersebut kurang maksimal. Dimana buyers merasa tidak
mendapatkan pengalaman untuk mendapatkan keahlian baru dan inspirasi
baru saat mengunjungi pameran Indonesia International Gift and Home
Product 2019. Dari data yang penulis temui saat berkunjung pada pameran
ini, penyelenggara pameran tidak menyediakan area dengan produk-produk
yang inovatif dan minimnya program acara edukasi sehingga buyers kesulitan
dalam mendapatkan inspirasi-inspirasi juga mendapatkan keahlian baru dalam
mengembangkan perusahaanya. Area dengan produk-produk yang inovatif
dapat dijadikan sumber inspirasi baru yang dapat diperoleh buyers saat
menghadiri pameran dagang. Begitu juga dengan program-program edukasi,
dapat menjadi acuan sumber informasi yang memberikan peluang
menciptakan keahlian baru kepada buyers saat menghadiri pameran dagang.
Penulis juga tidak menemukan peserta pameran yang menampilkan
keunikan produk mereka pada display booth yang ada sehingga pengunjung
tidak mendapatkan keterampilan baru atau inspirasi tambahan saat
mengunjungi stan peserta pameran yang mengikuti pameran Indonesia
International Gift and Home Product 2019. Selain itu, kesulitan dalam
berkomunikasi dengan staff yang ada pada stan peserta pameran, membuat
87
buyers yang hadir kesulitan untuk mengumpulkan informasi sebanyak-
banyaknya mengenai produk yang ada pada display booth peserta pameran.
Rinallo et, all. (2010), menyatakan bahwa peserta pameran merupakan
sumber utama pembelajaran bagi pengunjung dengan cara memeriksa produk
baru dan berinteraksi dengan staff yang kompeten pada pameran dagang,
memungkinkan pengunjung untuk mengembangkan pengetahuan dan keahlian
baru yang tidak diperoleh sebelumnya.
Pada indikator typical visit starts with market leaders, continues with
regular suppliers, and only devotes residual time to other suppliers, penulis
menemukan buyers yang hadir menilai kurang setuju dengan indikator
tersebut dimana buyers yang hadir cenderung memilih mendatangi stan secara
acak dan tidak di urutkan hal ini dikarenakan buyers yang hadir memilih
untuk mendatangi booth sesuai dengan kebutuhan mereka juga dapat
berpeluang untuk di jual kembali. Rinallo et, all. (2010), menjabarkan bahwa
terlepas dari perbedaan besar dalam pola kunjungan individu, terdapat
kesaamaan dalam rute yang diikuti oleh pengunjung dan waktu yang
didedikasikan untuk berbagai jenis peserta pameran. Kunjungan yang khas
dimulai dengan pimpinan pasar, selanjutnya pemasok reguler, dan sisa waktu
untuk peserta pameran lainnya.
Indikator selanjutnya the trend area is appreciated as it helps to
organise ideas on novelties, pada indikator ini penulis menemukan buyers
yang hadir menilai indikator tersebut sudah cukup baik. Namun, dari data
yang penulis temukan penulis tidak menemukan area khusus untuk
88
menunjukan produk tren atau produk inovatif dalam pameran tersebut. Hal ini
sangat disayangkan oleh buyers yang hadir dikarenakan area dengan produk-
produk pilihan yang inovatif sangat membantu buyers dalam mengembangkan
inspirasi produk dan mempelajari tren-tren yang sedang berkembang pada saat
ini.
Terlepas dari itu, buyers yang hadir merasa beberapa stan peserta pada
pameran Indonesia International Gift and Home Product 2019 ditemukan
memiliki produk-produk yang menarik dan inovatif yang mampu memberikan
inspirasi kepada buyers yang hadir. Menurut Rinallo et, all. (2010), Beberapa
pameran dagang memiliki area tren dimana sampel produk yang dipilih oleh
penyelenggara diatur dengan kreatif dan menarik secara visual. Area ini
dihadiri oleh pembeli dari industri yang berusaha untuk mendapatkan kesan
visual langsung dari tren yang muncul dari pameran dagang.
4. Buyers Experience Pada Sub Variabel Relational Experience in Ritualised
Context
Selain elemen kognitif, pendorong penting lainnya pengalaman
pameran dagang yang berharga adalah peluang relasional. Sederhananya,
pengunjung menghadiri pameran dagang untuk "bertemu orang" dan "Lihat
teman lama", peserta pameran dan pengunjung sama. Pameran perdagangan
dengan demikian mengizinkan pengunjung untuk membangun atau
memelihara ikatan sosial dengan aktor kunci dalam jaringan bisnis dan
pekerjaan mereka. (Rinallo, Borghini, & Golfetto, 2010).
89
GAMBAR 5
BUYERS EXPERIENCE BERDASARKAN SUB VARIABEL
RELATIONAL EXPERIENCE IN RITUALISED CONTEXT
(N=279)
Berdasarkan pada gambar 5 tersebut diatas, dapat diketahui bahwa
experience pada pameran dagang Indonesia International Gift and Home
Product 2019 pada indikator relational experience in ritualized context
dengan jumlah pertanyaaan sebanyak 6 butir dan jumlah responden sebanyak
279 buyers memiliki total skor 749 dengan perhitungan skala rentang sebagai
berikut :
𝑅 = 1395 − 2795 𝑅 = 223,2
Jumlah skor pada gambar diatas menunjukan buyers pada pameran
Indonesia International Gift and Home Product 2019 menilai experience yang
diperoleh dari sub variabel relational experience in ritualized context cukup
baik.
279 502,2 725,4 948,6 1,171,8 1,395
Sumber: Data Olahan Penulis, 2019
SKB/SKS KB/KS CB/CS B/S SB/SS
749
90
Dari hasil observasi penulis pada saat berkunjung ke pameran
Indonesia International Gift and Home Product 2019, pada indikator the
relational activities involve vertical and horizontal relations buyers yang
hadir menilai pengalaman yang didapatkan cukup baik. Namun, dari hasil
temuan penulis mayoritas buyers menyatakan tidak banyak bersosialisasi
dengan buyers lainnya dikarenakan tidak banyak aktivitas sosial yang
disediakan oleh penyelenggara sehingga buyers satu dengan lainnya tidak
diberikan wadah untuk bersosialisasi. Dengan tidak adanya program sosial
yang diselenggarakan penyelenggara pameran buyers yang hadir tidak dapat
bersosialisasi secara maksimal baik itu dengan rekan sesama buyers yang
baru dijumpai baik yang sudah lama dikenal, dan juga dengan peserta
pameran. Selain itu, kendala bahasa yang telah dijelaskan pada indikator
sebelumnya, membuat komunikasi yang terjalin antara buyers dengan
peserta pameran juga tidak efektif sehingga keduanya kesulitan untuk
menjalin hubungan jangka panjang. Buyers yang hadir juga menyatakan
bahwa mayoritas peserta pameran yang mereka jumpai pada saat pameran
ini berlangsung merupakan supplier yang baru mereka jumpai pada saat
pameran ini berlangsung.
Menurut Rinallo, et all. (2010), pameran dagang mengizinkan
pengunjung untuk membangun atau memelihara ikatan sosial dalam
jaringan bisnis dan pekerjaan mereka. Pengalaman pameran dagang yang
berharga adalah peluang relasional. Sederhananya, pengunjung menghadiri
91
pameran dagang untuk "bertemu orang" dan "Lihat teman lama", peserta
pameran dan sesama pengunjung. Dalam artikel The Value of Trade Shows
(2015), menyatakan Pameran dagang adalah tempat berkumpulnya suatu
industri, dan seringkali merupakan waktu terbaik untuk menjalin dan
memperbarui aliansi dengan mitra.
Pada indikator trade shows allow visitors to relate to their broader
and social context, buyers yang hadir menilai indikator tersebut kurang
maksimal, penulis menemukan buyers yang hadir pada pameran Indonesia
International Gift and Home Product 2019 tidak merasa perusahaanya dapat
berkembang dengan menghadiri pameran ini. Hal ini dikarenakan
banyaknya ketidak pahaman buyers yang hadir dengan acara teknikal yang
diselenggarakan oleh penyelenggara pameran disebabkan informasi yang
kurang tersampaikan antara penyelenggara pameran dengan buyers yang
hadir. Dalam hal ini penulis menemukan mayoritas buyers yang hadir tidak
mengetahui adanya acara teknikal yang diselenggarakan oleh penyelenggara
pameran yaitu program business matching dan juga komunikasi yang di
bangun oleh pihak peserta dan buyers terkendala dengan bahasa yang sulit
di pahami keduanya. Hal ini dapat menjadi kendala seperti yang sudah
penulis jabarkan panda indikator sebelumnya, keterbatasan komunikasi
dengan peserta pameran dapat membuat berkurangnya peluang untuk
membangun bisnis dengan exhibitor yang ada. Dalam indikator sebelumnya,
penulis sudah memaparkan bahwa pameran ini tidak menyelenggarakan
92
program sosial sehingga buyers yang hadir tidak diberikan wadah untuk
berkomunikasi dengan sesama buyers sehingga hal ini juga dapat
mengurangi peluang buyers untuk menjalin hubungan dengan sesama
kolega. Hal tersebut sangat disayangkan dikarenakan dengan menjalin
hubungan dengan sesama kolega dapat membuat peluang buyers untuk
mengembangkan perusahaan mereka.
Indikator selanjutnya trade shows represent rituals for their
underlying industries, buyers yang hadir menilai indikator tersebut kurang
maksimal, penulis menemukan buyers yang hadir pada pameran Indonesia
International Gift and Home Product 2019 merasa pameran tersebut belum
merepresentasikan industri pameran hadiah dan rumahan dikarenakan
produk yang dipamerkan pada pameran ini dianggap belum lengkap oleh
buyers yang hadir.
5. The perceived value of exhibitors’ and organizer experience providers
Nilai dari pengalaman pengunjung dipengaruhi oleh dua set penyedia
pengalaman (exhibitor dan organizer), masing-masing mempengaruhi yang
lain, pengalaman pengunjung di pameran dagang dapat dicapai peserta
pameran dan dirancang oleh penyelenggara pameran dengan mengatur peserta
pameran, membuat informasi, membuat tempat istirahat, dan menyiapkan
acara teknik dan sosial (Rinallo, Borghini, & Golfetto, 2010).
93
GAMBAR 6
BUYERS EXPERIENCE BERDASARKAN SUB VARIABEL
PERCEIVED VALUE OF EXHIBITOR AND ORGANIZER
PROVIDERS
(N=279)
Berdasarkan pada sub variabel perceived value of exhibitor and
organisers experiences providers diketahui terdapat 6 butir pertanyaan dengan
jumlah responden sebanyak 279 buyers, dan memperoleh skor sebesar 833
dengan hitungan skala rentang sebagai berikut :
𝑅 = 1395 − 2795 𝑅 = 223,2
Berdasarkan pada gambar 6, dapat diketahui bahwa buyers yang hadir
pada pameran tersebut menilai experience yang diperoleh dari sub variabel
perceived value of exhibitor and organizer providers cukup baik.
Dari hasil observasi penulis saat berkunjung pada pameran Indonesia
International Gift and Home Product 2019, penulis menemukan pada
indikator experience provide for exhibitor, buyers yang hadir menilai
indikator tersebut keseluruhan sangat baik. Dari hasil temuan penulis buyers
279 502,2 725,4 948,6 1,171,8 1,395
Sumber: Data Olahan Penulis, 2019
SKB/SKS KB/KS CB/CS B/S SB/SS
833
94
yang hadir merasa keberadaan produk yang dipamerkan pada stan atau booth
peserta pameran sudah merepresentasikan produk yang akan dipasarkan oleh
peserta pameran tersebut. Dari hasil temuan penulis saat berkunjung ke
pameran Indonesia International Gift and Home Product 2019, keberadaan
produk yang akan di pasarkan oleh peserta pameran sudah cukup mewakilkan
produk yang akan dijual oleh peserta pameran, mayoritas peserta pameran
memberikan produk sampel untuk di display atau di pamerkan pada stan atau
booth masing-masing peserta pameran. Hal ini sangat baik dikarenakan
keberadaan produk pada display booth partisi peserta pameran dapat membuat
buyers yang hadir melihat secara langsung keberadaan produk yang exhibitor
pasarkan. Keberadaan produk ini juga menciptakan pengalaman yang
diwujudkan kepada buyers yang hadir sehingga buyers yang hadir dapat
secara langsung menilai kualitas produk tersebut secara langsung.
Peserta pameran juga menyediakan staff yang ramah dan cukup
kompeten dalam bidangnya. Walaupun banyak diantara mereka yang tidak
dapat berbahasa asing selain bahasa mandarin, sehingga membuat buyers
kesulitan dalam berkomunikasi. Menurut Rinallo et, all. (2010), interaksi
dengan personil stand yang kompeten merupakan elemen kedua yang
membuat kunjungan pameran dagang menjadi pengalaman berharga.
Pertukaran sosial, dan berbagi informasi yang efektif. Buyers berpendapat
peluang untuk berbicara dengan personil exhibitor merupakan investasi yang
baik untuk mengunjungi booth.
95
Pada indikator selanjutnya experience providers for organisers,
penulis menyimpulkan buyers yang hadir menilai indikator tersebut sudah
cukup baik. Dari hasil observasi penulis, layout yang di sediakan oleh
penyelenggara pameran sudah cukup baik, buyers yang hadir pun diberikan
guide book dengan informasi tata letak yang memadai dan informatif sehingga
buyers yang hadir tidak bingung dalam mencari booth pameran yang ingin
mereka tuju. Penulis juga menemukan banner besar dengan informasi layout
didalamnya yang diletakan didepan pintu masuk hall sehingga memudahkan
pengunjung yang hadir untuk mendapatkan informasi mengenai tata letak atau
denah pameran Indonesia International Gift and Home Product 2019.
Memilih floor plan atau layout dapat mempengaruhi efektivitas acara
dan juga mempengaruhi segala sesuatu mulai dari brand hingga jumlah
pengunjung pameran dagang (Gustafson, 2015)
Selain itu trend and reset area dalam pameran ini dinilai sudah cukup
baik oleh buyers yang hadir. Namun, untuk area tren sendiri penulis tidak
menemukan adanya area khusus untuk meperlihatkan produk-produk dengan
tren terkini atau produk inovatif yang dapat mengembangkan inspirasi baru
bagi buyers yang hadir. Area tren ini dapat berupa area dengan prdouk-produk
highlight yang dipilih oleh penyelenggara pameran dari setiap booth peserta
pameran yang produknya merupakan produk inovatif dan mengikuti tren
terkini. Hal ini sangat disayangkan oleh buyers yang hadir dikarenakan
pameran Indonesia International Gift and Home Product 2019 tidak
96
memfasilitasi area dengan produk-produk terkini dikarenakan tujuan buyers
menghadiri pameran tidak sedikit juga ingin mencari inspirasi baru. Dengan
adanya area tren, pengunjung dapat mengevaluasi pengetahuan mereka
tentang tren terkini dalam mode konsumen. Produk-produk ini dapat juga
merangsang imajinasi pengunjung, contohnya desainer produk mendapatkan
inspirasi untuk koleksi produk baru mereka sendiri (Rinallo, Borghini, &
Golfetto, 2010)
Sedangkan, untuk area istirahat penulis menjumpai area food and
beverage dalam area pameran saat berkunjung pada Indonesia International
Gift and Home Product 2019. Hanya saja, jumlah stan yang disediakan
terbilang sedikit yaitu berjumlah tiga stan produk makanan dengan jumlah
meja dan kursi yang disediakan cenderung sangat kurang yakni tujuh meja
dan tiga kursi di setiap mejanya. Sehingga banyak pengunjung yang
mengantri dan tidak mendapatkan tempat duduk. Selain itu, penulis juga tidak
menemukan tempat untuk pengunjung dapat beristirahat sejenak di sela-sela
pameran seperti kursi yang dapat ditempatkan di beberapa sudut area pameran
sehingga pengunjung dapat duduk sejenak.
Kemudian dalam penyelenggaraan sosial dan teknikal event, penulis
menemukan penyelenggara pameran hanya menyelenggarakan acara teknikal
yaitu business matching, sementara untuk acara social seperti gala dinner atau
buyers night tidak disediakan oleh penyelenggara. Selain itu, acara ini juga
dapat mendorong interaksi dengan sesama buyers lain. Exhibitor yang dapat
97
mengumpulkan banyak pelanggan di lingkungan yang ramah dan
menyenangkan akan dipandang sebagai mitra bisnis yang baik.
Menurut Rinallo et al., (2010), peluang interaksi yang ditawarkan
kepada buyers, misalnya cocktails hours, undangan makan malam, dan acara
sosial menawarkan perasaan senang dari rasa letih saat kunjungan pameran.
Hal ini juga dapat memperkuat ikatan sosial dengan pemasok. Selain itu, acara
ini juga dapat mendorong interaksi dengan sesama buyers lain. Exhibitor yang
dapat mengumpulkan banyak pelanggan di lingkungan yang ramah dan
menyenangkan akan dipandang sebagai mitra bisnis yang baik.
Berdasarkan pada pemjelasan dari keselurihan dimensi buyers
experience diketahui terdapat 5 dimensi dengan jumlah responden sebanyak
279 buyers, dan memperoleh skor sebesar 766 dengan hitungan skala rentang
sebagai berikut :
𝑅 = 1395 − 2795 𝑅 = 223,2
98
GAMBAR 7
KESELURUHAN DIMENSI BUYERS EXPERIENCE PADA
INDONESIA INTERNATIONAL GIFT AND HOME PRODUCT
2019
(N=279)
Berdasarkan pada gambar 7, dapat diketahui bahwa buyers yang
hadir pada pameran Indonesia International Gift and Home Product menilai
experience yang diperoleh dari keseluruhan dimensi "Buyers Experience
pada Indonesia International Gift and Home Product 2019" termasuk pada
kategori cukup baik.
766
279 502,2 725,4 948,6 1,171,8 1,395
Sumber: Data Olahan Penulis, 2019
SKB/SKS KB/KS CB/CS B/S SB/SS
99
BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan
Berdasarkan tinjauan dari pembahasan pada bab sebelumnya, setelah
dilakukannya penelitian kepada 279 buyers yang hadir pada pameran Indonesia
International Gift and Home Product 2019, maka penulis mengambil kesimpulan
sebagai berikut :
Pada sub variabel embodied experience, penulis mengambil kesimpulan
bahwa experience yang diperoleh buyers yang hadir pada pameran Indonesia
International Gift and Home Product 2019 sudah cukup baik. Hal ini dibuktikan
dari skor nilai total sub variabel emobodied experience yakni sebesar 736 dan
termasuk pada kategori cukup baik dengan skala perhitungan rentang
menggunakan garis kontinum.
Pada sub variabel Instrumental experience, penulis menarik kesimpulan
bahwa pengalaman yang diperoleh buyers yang hadir pada pameran Indonesia
International Gift and Home Product 2019 termasuk sudah cukup baik. Dapat
dilihat dari skor yang diperoleh variabel instrumental experience yakni sebesar
818 dan termasuk pada kategori cukup baik dengan skala perhitungan rentang
menggunakan garis kontinum.
Pada sub variabel inspiration search and supplier comparison patterns,
penulis menyimpulkan bahwa pengalaman yang diperoleh buyers pada pameran
Indonesia International Gift and Home Product 2019 dinilai kurang baik. Hal ini
dapat dilihat dari skor nilai yang diperoleh sub variabel inspirational search
100
and supplier comparison patterns yaitu sebesar 694 dan termasuk pada kategori
kurang baik dengan hitungan skala perhitungan rentang menggunakan garis
kontinum.
Pada sub variabel ini, penulis menyimpulkan bahwa pengalaman yang
diperoleh buyers pada pameran Indonesia International Gift and Home Product
2019 dinilai cukup baik. Hal ini dapat diketahui dari skor nilai yang diperoleh
sub variabel relational experience in ritualized context yaitu sebesar 749 dan
termasuk pada kategori cukup baik melalui hitungan skala rentang
menggunakan garis kontinum.
Pada sub variabel terakhir ini, penulis menyimpulkan bahwa
pengalaman yang diperoleh buyers pada indikator ini sudah cukup baik. Hal ini
dapat diketahui dari perhitungan skor nilai yang diperoleh indikator tersebut
yakni sebesar 833 dan termasuk pada kategori cukup baik pada pehitungan
skala rentang menggunakan garis kontinum.
Meskipun keseluruhan experience buyers pada pameran Indonesia
International Gift and Home Product 2019 termasuk cukup baik, pameran
dagang Indonesia International Gift and Home Products 2019 masih perlu
meningkatkan kualitas pamerannya sehingga dapat lebih baik di kemudian hari.
B. Rekomendasi
Berdasarkan uraian pada bab sebelumnya mengenai buyers experience pada
Indonesia International Gift and Home Product 2019. Setelah ditinjau kembali,
secara keseluruhan experience yang diperoleh buyers pada pameran ini sudah cukup
baik. Meskipun begitu masih perlu adanya peningkatan mutu dan kualitas pameran
101
agar dapat mengembangkan dan memberikan pengalaman yang lebih maksimal di
kemudian hari. Berikut rekomendasi penulis :
1. Membuat Program Edukatif, Informatif dan Sosial
Membuat program acara yang edukatif dan informatif terkadang
sering di kesampingkan oleh penyelenggara pameran. Namun, hal ini
tidak kalah pentingnya guna meningkatkan pengalaman pengunjung yang
hadir pada pameran tersebut membuat program yang edukatif dan
informative tentu harus pula selaras dengan tema atau topik yang
dibawakan pameran tersebut. Dalam pameran Indonesia International
Gift and Home Product, program-program edukatif dan informative
tersebut misalnya :
a. Talkshow dengan tema selaras, contohnya; bagaimana cara
meningkatkan bisnis importir, perkembangan import-export di
dunia, dan lain sebagainya.
b. Interactive Games contohnya; trivia quiz
c. Seminar, contohnya; Bagaimana memanfaatkan teknologi dalam
mengembangkan bisnis. Bagaimana menerapkan waste
management dalam bisnis.
Dengan membuat program-program acara yang edukatif dan
informatif dapat meningkatkan pengalaman yang dirasakan
pengunjung, hal ini berpengaruh pada instrumental experience,
102
inspiration search and supplier comparison patterns, the perceived
value for exhibitor and organizer provide
Program sosial dan teknikal sangat membantu dalam meningkatkan
relasi dan hubungan antar peserta pameran, sesama buyers, dan buyers
dengan peserta pameran. Meskipun pameran Indonesia International Gift
and Home Product 2019 sudah menerapkan program teknikal yakni
business matching, namun perlu mempertimbangkan untuk mengadakan
program sosial dan teknikal lainnya, seperti berikut :
a. Buyers Night atau Gala Dinner
Program sosial ini merupakan acara sosial yang biasanya dilakukan
untuk menciptakan hubungan yang baik antar buyers, sekaligus
menjadi wadah buyers untuk berkumpul dan bersosialisasi. Acara ini
biasanya diselenggarakan dalam venue seperti ballroom hotel, atau
restaurant dengan agenda acara yaitu makan malam dan entertainment
seperti music.
b. Market Exchange
Program teknikal ini merupakan acara yang dapat mempertemukan
antara sesama pedagang untuk saling bertukar informasi dan pasar
dagang mereka. Hal ini dapat membuat buyers memperluas hubungan
dagang mereka dan mendapatkan informasi pasar dan inspirasi baru.
c. Business Matching
Program teknikal ini merupakan acara yang dapat mempertemukan
peserta pameran dengan potensial market mereka. Hal ini dapat
103
membuat peserta pameran serta buyers yang mengikuti program
business matching mendapatkan keuntungan.
Dengan megadakan program sosial dan teknikal, hal ini dapat
mengembangkan pengalaman buyers dari segi inspiration search and
supplier comparison patterns, relational experience in ritualized context,
dan perceived value of exhibitor and organizer providers.
2. Meningkatkan Fasilitas di Pameran
Fasilitas dalam pameran merupakan hal yang perlu diperhatikan
dengan detail, untuk itu penulis merekomendasikan pameran
Indonesia International Gift and Home Product 2019 untuk
meningkatkan fasilitas yang disediakan dalam pameran, contohnya
sebagai berikut :
a. Area Istirahat
Menyediakan area untuk pengunjung dapat beristirahat sejenak di
sela-sela kunjungan merupakan nilai tambah yang terkadang
terlupakan, area ini sangat membantu pengunjung untuk dapat
menikmati kunjungan lebih lama untuk itu tempat istirahat
merupakan hal yang perlu disediakan dalam pameran. Berikut
contoh area istirahat yang dapat disediakan dalam pameran
Indonesia International Gift and Home Product 2019 :
1) VIP Lounge, merupakan tempat yang disediakan untuk para
buyers atau pengunjung VIP dapat beristirahat sejenak dalam
104
pameran. Area ini biasanya menyediakan tempat duduk
seperti sofa, coffee break, atau kursi pijat.
2) Visitor Lounge, merupakan tempat yang disediakan untuk
para pengunjung untuk beristirahat sejenak dalam pameran.
Area ini biasanya merupakan food court atau area makanan,
dan area yang menyediakan beberapa tempat duduk untuk
visitor beristirahat sejenak. Tempat ini dapat pula dilengkapi
dengan fasilitas wifi dan charging station untuk membuat
pengunjung lebih nyaman dalam berkungjung.
3) Smoking Area, merupakan tempat yang dapat disediakan
penyelenggara pameran bagi pengunjung yang merokok agar
tidak mengganggu pengunjung lain yang tidak merokok.
b. Interactive Map
Dalam era digital sekarang, banyak teknologi yang sudah
berkembang dan dapat digunakan dalam membangun pengalaman
dalam berkunjung pada pameran. Interactive map atau peta
interaktif merupakan salah satu fasilitas teknologi digital yang
dapat disediakan penyelenggara pameran sehingga memudahkan
pengunjung untuk menemukan section atau area dalam pameran
yang ingin di tuju. Dengan Interactive map pengunjung dapat
dengan mudah menemukan letak booth yang mereka cari dan
dapat pula memberikan informasi mengenai pameran dengan
menyediakan informasi umum, atau frequently asked question
mengenai pameran tersebut.
105
c. Trend Area
Menyediakan area dengan produk-produk highlight dari tiap
peserta pameran yang terpilih dapat memicu buyers yang hadir
untuk mengembangkan inspirasi dalam pengembangan produk.
Area tren dapat dibuat dalam satu section produk tertentu,
misalnya dalam pameran Indonesia International Gift and Home
Product 2019 dapat membuat area tren dengan produk-produk
rumahan, dan area tren dengan produk-produk hadiah.
d. Interpreter Area
Menyediakan area dengan penerjemah yang kompeten, sehingga
membantu buyers yang hadir dalam berkomunikasi dengan
peserta pameran yang tidak dapat berbahasa selain bahasa
mandarin. Hal ini sangat penting dimana komunikasi yang baik
antara peserta pameran dengan buyers merupakan hal penting
dalam kesuksesan pameran dagang.
e. Business Zone Area
Menyediakan area bisnis yang dapat digunakan baik untuk
peserta pameran, sesama buyers, maupun team buyers yang ingin
berdiskusi. Business zone ini sangat berguna bagi peserta
pameran yang ingin menjelaskan produk mereka kepada buyers,
namun mengalami kendala tempat dalam booth mereka yang
terbatas atau sedang dalam keadaan penuh dengan pengunjung
lainnya. Begitu juga tempat ini dapat digunakan bagi buyers yang
106
ingin beristirahat sejenak dan dapat digunakan pula bila ingin
berdiskusi mengenai produk atau bisnis dengan sesama team yang
menghadiri pameran ini.
Penyelenggara pameran dapat pula membuat zona atau tempat
ini dengan cara melakukan kerja sama atau partnership sponsor
dengan brand coffee shop, atau dapat pula dikelola sendiri.
Dengan memanfaatkan area bisnis ini penyelenggara dapat
mendapatkan keuntungan dengan cara sharing profit dengan
brand coffee shop.
Dengan meningkatkan fasilitas pada pameran Indonesia International
Gift and Home Product 2019, hal ini dapat berpengaruh terhadap
pengalaman yang didapatkan oleh buyers yang hadir dari segi emobodied
experience, instrumental experience, inspiration search and supplier
comparison patterns, relational experience in ritualized context, dan
perceived value of exhibitor and organizer providers.
3. Membuat e-catalog pada website event.
e-catalog merupakan kumpulah pilihan produk yang di sediakan pada
pameran ini dan dapat diakses oleh buyers secara online pada website
resmi pameran tersebut. E-catalog ini dapat menjadi referensi awal bagi
buyers untuk mendapatkan informasi produk secara jelas dan detail
sehingga memudahkan buyers yang hadir untuk memahami produk yang
ingin mereka beli. Hal ini juga dapat membantu buyers yang kesulitan
berinteraksi dengan peserta pameran dikarenakan keterbatasan bahasa
107
mereka, sehingga buyers dapat lebih memahami apa yang ingin
dijabarkan peserta pameran mengenai produk tersebut.
Dengan membuat e-catalog pada website Indonesia International Gift
and Home Product 2019 dapat berpengaruh terhadap pengalaman yang
didapatkan oleh buyers yang hadir dari segi embodied experience,
inspiration search and supplier comparsion patterns, dan perceived value
of exhibitor and organizer providers.
108
DAFTAR PUSTAKA
Adhitya, B. G. (2017). Kualitas Pelayanan Pameran dan Pengaruhnya Terhadap
Kepuasan Exhibitor. Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung, 80.
Bathelt, H., Golfetto, F., & Rinallo, D. (2014). Trade Show in Globalizing
Knowladge Economy. United Kingdom: Oxford University Press.
Bivins PhD, L., M. (2015). http://maureenabivinsacupuncture.com/embodied-
experience-defined/. Retrieved from
http://maureenabivinsacupuncture.com.
Borghini, S., Golfetto, F., & Rinallo, D. (2006). Ongoing search among industrial
buyers. Journal Of Business Research.
Bougie, U. S. (2011). Research Methods for Business. Hoboken, New Jersey:
Wiley.
Bowdin, G. A., Allen, J., Harris, R., McDonnell, I., & O, W. (2011). Event
Management. London: Routledge.
Conway, T., & Leighton, D. (2012). Staging the past, enacting" Experiential
marketing in the performing. Experiential Marketing.
Damster, G., & Tassiopoulos, D. (2005). Event Management: A Professional and
Developmental Approach. South Africa: Juta and Company Ltd.
Davidson, R. (2018). Business Events. London: Routledge.
Dr. Riduwan, M. (2015). Dasar-dasar Statistika . Bandung: Alfabeta CV.
Drengner, J., Gaus, H., & Jahn, S. (2008). Does Flow Influence the Brand Image.
Journal of Advertising Research.
Ferdinand, N., & Kitchin, P. (2012). Events Management: An International
Approach. California: Sage.
Getz, D. (2007). Event Studies. London: Rutledge .
Gilmore, P. a. (1999). The Experience Economy. US America.
Gunawan S.M, I. (2013). Metode Penelitian Kualitatif Teori dan Praktek.
Gustafson, E. (2015). Floor Plan Fundamentals. Exhibit Design.
Hartono M.A, P. (2003). Metodologi Penelitian Bisnis. Yogyakarta: BPFE.
Holbrook, B. M. (1999). Consumer Value: A Framework for analysis and
research. London: Routledge .
109
Ismiyanto, P. (2003). Metode Penelitian” Buku Ajar.
Kahle, L. R., & Close , A. G. (2011). Cunsumer Behavior Knowledge for Effective
Sports and Event Marketing. London: Routledge.
LaSalle, D. a. (2003). Priceless: Turning Ordinary Products Into Extraordinary
Experience. Harvard Business School Press.
Lee, M. J., Lee, S., & Joo, Y. M. (2014). The Effects of Exhibition Service
Quality on Exhibitors Satisfaction and Behavioral Intentions. Journal of
Hospitality Marketing & Management.
Maureena Bivins PhD, L. (2015).
http://maureenabivinsacupuncture.com/embodied-experience-defined/.
Retrieved from http://maureenabivinsacupuncture.com.
Nazir. P, M. (2013). Metode Penelitian.
Pencarelli, T., & Forlani, F. (2018). The Experience Logic as a New Perspective
for Marketing Management: From Theory to Practical . Berlin: Springe.
Pine II , J., & Gilmore, J. H. (1999). Welcome to the Experience Economy. 2.
Reic, I. (2016). Events Marketing Management: A consumer perspective. London:
Routledge.
Rinallo, D., Borghini, S., & Golfetto, F. (2010). Exploring Visitor Experience at
Trade Shows. Journal of Business & Industrial Marketing.
Rogers, S. D., & Carter, R. C. (2008). A framework of sustainable supply chain
management: moving toward new theory. International Journal of
Physical Distribution & Logistics Management.
Rose, T. (2019, Spring). HOW TO USE SCENT TO ENHANCE GUEST
EXPERIENCE. scents make sense.
Sarwono, J. (2006). Metodelogi Penelitian Kuantitatif Dan Kualitatif.
Yogyakarta: Graha Ilmu.
Schmitt, B. (1999). Experiental Marketing. Journal of Marketing Management.
Silalahi, U. (2009). Metode Penelitian Sosial. Bandung: PT. Refika Aditama.
Siren, A. (2017). What to Gain from Trade Show Information.
Sudjana, D., & M, D. (2011). Penelitian dan penilaian pendidikan. Bandung.
Umar, D. H. (2008). Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis. Jakarta:
PT. Raja Grafindo Persada.
Wagen, L. V., & White, L. (2018). Event Management: For Tourism, Cultural,
Business and Sporting Events. Australia: Cengage AU.
110
Walgito, B. (1987). Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: Yayasan Penerbit
Fakultas Psikologi UGM.
Wohlfeil , M., & Whelan, S. (2005). Event Marketing When Brands Become
"Real Lived Experience".
KUESIONER PENELITIAN
BUYER EXPERIENCE PADA EVENT
INDONESIA INTERNATIONAL GIFT AND HOME PRODUCT 2019
Dengan Hormat,
Saya adalah Mahasiswi dari Program Studi Manajemen Bisnis Konvensi & Event (MBK) – STP
NHI Bandung yang sedang melakukan Penelitian Proyek Akhir, dengan judul “Buyer Experience pada
Event Indonesia International Gift and Home Product 2019”.
Saya sangat mengharapkan bantuan Anda kiranya dapat meluangkan waktu untuk mengisi
kuesioner penelitian ini. Jawaban Anda akan bermanfaat bagi saya sebagai bahan masukan untuk
pengembangan pengalaman pengunjung di event ini.
Akhir kata saya mengucapkan terima kasih atas kesediaan Anda untuk mengisi kuesioner ini.
Hormat saya,
Peneliti
BAGIAN 1 : PROFIL
(Berikanlah tanda silang (X) pada pilihan jawaban yang paling mewakili jawaban anda)
2. Dimana benua tempat perusahaan Anda?
a. Asia d. Amerika Utara g. Antartika
b. Afrika e. Amerika Selatan
c. Eropa f. Australia
No:
1. Apakah jenis kelamin Anda?
a. Laki-laki
b. Perempuan
3. Dimana negara perusahaan anda berada?
……………………………………………
(Tuliskan Jawaban Anda)
4. Apakah jabatan Anda saat ini?
a. Owner d. Manager
b. General Manager e. Supervisor
c. Senior Manager f. Lainnya,............ (sebutkan)
5. Apakah ruang lingkup / bidang usaha Anda?
a. Retailer f. Bisnis Online
b. Gift Shop g. Interior & Lifestyle Store
c. Outlet Ritel h. Eksportir
d. Pusat Perbelanjaan i. Importir
e. Distributor j. Lainnya………..(sebutkan)
6. Berapa jumlah karyawan yang ditugaskan selama
pameran?
a. < 2 orang d. 8 orang
b. 4 orang e. >10 orang
c. 6 orang
7. Berapa jumlah karyawan yang bekerja di perusahaan?
a. < 10 orang d. > 50 orang
b. 10 – 30 orang
c. 31 – 50 orang
8. Nama hotel tempat anda menginap selama mengikuti pameran Indonesia International Gift and Home
Product 2019?
……………………………………………
(Tuliskan jawaban anda)
9. Berapa lama anda berencana untuk berkunjung ke pameran Indonesia International Gift and Home
Product 2019?
a. 1 Hari d. 4 Hari
b. 2 Hari e. 5 Hari
c. 3 Hari
10. Berapa lama anda akan berencana untuk tinggal di Indonesia?
a. > 3 Hari
b. < 3 Hari
11. Apakah tujuan anda datang ke pameran Indonesia International Gift and Home Product 2019?
……………………………………………
(Tuliskan jawaban anda)
BAGIAN II
(Berikanlah nomor sesuai dengan keterangan pada kolom jawaban persepsi yang paling mewakili jawaban
anda)
Keterangan :
- Bobot Nilai
5 : Sangat Setuju
4 : Setuju
3 : Cukup Setuju
2 : Kurang Setuju
1 : Sangat Tidak Puas
Bobot Nilai Pernyataan
5 4 3 2 1
Embodied Experience
Anda mendapatkan pengalaman yang luar biasa melalui 5 panca indra (suara, pengelihatan, aroma,
sentuhan, dan pengecapan) pada pameran Indonesia International Gift and Home Product 2019
Anda mendapatkan informasi yang terlalu banyak dari exhibitor sehingga membuat anda bingung
Anda merasa kelelahan saat mengunjungi booth di pameran Indonesia International Gift and Home
Product 2019
Instrumental Experience
Anda mendapatkan pembelajaran dan pengetahuan baru saat mengunjungi pameran Indonesia
International Gift and Home Product 2019
Pameran ini menciptakan peluang kepada para buyer dan exhibitor untuk mendapatkan benefit yang
menguntungkan keduanya
Saya senang berada/bersama rekan-rekan seprofesi di pameran Indonesia International Gift and
Home Product 2019
Inspiration Search and Supplier Comparison Patterns
Anda mendapatkan tambahan keahlian ketika mengunjungi pameran Indonesia International Gift
and Home Product 2019
Anda mendapatkan inspirasi tambahan ketika mengunjungi pameran Indonesia International Gift
and Home Product 2019
Anda mengunjungi supplier dengan brand yang sudah besar, kemudian supplier regular, dan
mengunjungi supplier yang lain (ketika masih ada waktu).
Anda menjumpai booth dengan produk baru yang inovatif pada pameran Indonesia International
Gift and Home Product 2019
Relational Experience in Ritualised Context
Pameran ini membuat saya dapat menjalin relasi/hubungan dengan sesama buyer baru
Pameran ini membyat saya dapat menjalin relasi/hubungan dengan kolega lama
Pameran ini membuat saya dapat menjalin relasi/hubungan dengan exhibitor baru
Pameran ini membuat saya dapat menjalin relasi/hubungan dengan exhibitor lama
Pameran ini dapat menciptakan peluang untuk membuat perusahaan saya berkembang
Pameran ini mewakili/merepresentasikan industri hadiah dan produk rumahan di Indonesia
Percived Velue of Exhibitor and Organizer Experience Providers
Experience Provide for Exhibitors
Anda menemukan produk yang anda cari di pameran Indonesia International Gift and Home
Product 2019
Staff exhibitor memiliki kompetensi untuk melayani
Experience Proved for Organizer
Anda merasa puas dengan layout pameran yang disediakan oleh penyelenggara acara
Pameran ini menyediakan produk-produk yang sesuai dengan tren terbaru
Pameran ini menyediakan area untuk istirahat sejenak di sela-sela pameran
Pameran ini menyediakan acara social dan teknikal seperti; gala dinner, business matching, dll)
BIODATA PENULIS
A. DATA PRIBADI
Nama : Elsy Pratiwi
NIM : 201520512
Tempat, Tanggal, Lahir : Jakarta, 10 Januari 1997
Alamat : Taman Surya Buana Blok D no. 4,
Tangerang.
B. DATA ORANG TUA
Nama Ayah : Edy Sukamto
Pekerjaan : Pegawai Swasta
Nama Ibu : Susmayani
Pekerjaan : -
Agama : Islam
Alamat : Taman Surya Buana Blok D no. 4,
Tangerang.
C. RIWAYAT PENDIDIKAN
Nama Institusi Tahun Ajaran Keterangan
SDI ANNAJAH 2003 - 2009 LULUS
SMPN 142 Jakarta Barat 2009 - 2012 LULUS
SMAN 90 Jakarta Selatan 2012 - 2015 LULUS
STP NHI Bandung 2015 - 2019 LULUS
D. RIWAYAT PEKERJAAN
Nama Instansi Posisi Periode
PT. Dyandra Promosindo Branch
Makassar Magang 2017