Subsequent Event
-
Upload
yuni-andriany -
Category
Documents
-
view
412 -
download
23
description
Transcript of Subsequent Event
BAB 2
PEMBAHASAN
PENYELESAIAN AUDIT: SUBSEQUENT EVENT
Laporan auditor independen umumnya diterbitkan dalam hubungannya dengan laporan
keuangan historis yang dimaksudkan untuk menyajikan posisi keuangan pada tanggal tertentu
dan hasil usaha, perubahan ekuitas, serta arus kas untuk periode yang berakhir pada tanggal
tersebut. Namun, ada peristiwa atau transaksi yang kadang-kadang terjadi sesudah tanggal
tersebut tetapi sebelum diterbitkannya laporan keuangan dan laporan audit, yang mempunyai
akibat material terhadap laporan keuangan, sehingga memerlukan penyesuaian atau
pengungkapan dalam laporan-laporan tersebut.
Misalnya, auditor mengaudit laporan keuangan per 31 Desember 2007 dan menerbitkan
laporan auditor independen (opini auditor) pada tanggal 22 Maret 2008. Selama pelaksanaan
audit, auditor harus memperhatikan kemungkinan adanya peristiwa atau transaksi yang terjadi
setelah tanggal 31 Desember 2007 sampai tanggal 22 Maret 2008 yang memerlukan penyesuaian
atau pengungkapan dalam laporan keuangan auditan per 31 Desember 2007 tersebut.
Peristiwa atau transaksi tersebut di atas merupakan “Peristiwa Kemudian atau Peristiwa
Setelah Tanggal Neraca (Subsequent Events)” yang diatur dalam Standar Profesional Akuntan
Publik (SPAP) SA Seksi 560 (PSA No. 46) tentang Peristiwa Kemudian serta Pernyataan
Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 8 (Revisi 2003) tentang Peristiwa Setelah Tanggal
Neraca.
Peristiwa kemudian atau subsequent event atau post-statement event adalah peristiwa
kemudian yang terjadi dalam periode sejak tanggal neraca sampai dengan tanggal selesainya
pekerjaan lapangan. Dalam periode peristiwa kemudian (subsequent period) kemungkinan terjadi
peristiwa-peristiwa yang mempunyai pengaruh yang material terhadap penyajian informasi yang
tercantum di dalam laporan keuangan. Auditor berkepentingan untuk menjelaskan terjadinya
peristiwa kemudian ini di dalam laporan auditornya, jika dampak peristiwa tersebut terhadap
laporan keuangan aufitan material, sehingga diperkirakan jika auditor tidak berbuat demikian,
pemakai laporan keuangan akan melakukan keputusan yang salah. Jadi, dengan kata lain
Subsequent Events dapat juga diartikan sebagai peristiwa atau transaksi yang terjadi setelah
1
tanggal neraca tetapi sebelum diterbitkannya laporan audit yang mempunyai akibat yang material
terhadap laporan keuangan dan memerlukan penyesuaian atau pengungkapan dalam laporan
tersebut.
1.1 Tujuan Subsequent Events
Tujuan pemeriksaan subsequent events untuk:
1. Menentukan keberadaan kejadian penting sesudah tanggal neraca yang membutuhkan
penyesuaian terhadap laporan keuangan atau memerlukan pengungkapan dalam catatan
atas laporan keuangan agar tidak menyesatkan pengguna laporan keuangan.
2. Menentukan kemungkinan tertagihnya piutang.
3. Memastikan bahwa “barang dalam perjalanan” yang tercantum di neraca per tanggal
neraca, masih di perjalanan.
Saat membayar uang muka pembelian (L/C) perusahaan mencatat:
Barang Dalam Perjalanan xxx
Kas xxx
Hutang Dagang xxx
Saat penerimaan barang sebelum tanggal neraca, perusahaan mencatat :
Persediaan xxx
Hutang Dagang xxx
Akibatnya per tanggal neraca tetap terlihat saldo barang dalam perjalanan dan terjadi dua
kali pencatatan hutang dagang :
Persediaan xxx
Barang Dalam Perjalanan xxx
Pada saat hutang tersebut dilunasi :
Hutang Dagang xxx
Kas xxx
4. Untuk memastikan kewajiban dan beban yang masih harus dibayar yang tercantum di
neraca per tanggal neraca, merupakan kewajiban perusahaan yang akan dilunasi pada saat
jatuh temponya (sesudah tanggal neraca).
2
5. Memastikan bahwa tidak ada kewajiban perusahaan yang belum dicatat per tanggal
neraca.
Menurut Sukrisno Agoes (2004:138), subsequent event yang harus di audit oleh akuntan
publik adalah:
1. Subsequent Collection
Penagihan sesudah tanggal neraca, sampai mendekati selesainya pekerjaan
lapangan/audit field work, dan dilaksanakan dalam pemeriksaan piutang, dan barang dalam
perjalanan
2. Subsequent Payment
Pembayaran sesudah tanggal neraca sampai mendekati selesainya audit field work, dan
dilaksanakan pada saat pemeriksaan hutang dan biaya yang masih harus dibayar.
Peristiwa kemudian yang perlu dijelaskan di dalam laporan audit:
1. Peristiwa yang jumlahnya material.
2. Peristiwa yang penting dan bersifat luar biasa.
3. Peristiwa yang terjadi dalam periode sejak tanggal neraca sampai dengan tanggal selesainya
pekerjaan lapangan.
1.2 Jenis Subsequent Events
Ada dua jenis peristiwa setelah tanggal neraca seperti yang diatur dalam PSAK dan SPAP,
yaitu:
a. Peristiwa setelah tanggal neraca yang memerlukan penyesuaian
Peristiwa atau transaksi ini memberikan informasi tambahan bagi manajemen untuk
menentukan saldo akun penilaian (misalnya akun Cadangan Kerugian Piutang) pada tanggal
neraca dan juga kepada auditor dalam memverifikasi saldo akun tersebut. Sebagai contoh,
auditor menghadapi kesulitan dalam menentukan penilaian yang wajar terhadap sediaan karena
terjadinya keusangan dalam kondisi sediaan tersebut. Penjualan sediaan tersebut sebagai barang
rongsokan dalam periode setelah tanggal neraca dapat dipakai oleh auditor sebagai dasar untuk
menentukan nilai yang wajar bagi sediaan tersebut pada tanggal neraca. Nilai jual rongsokan
yang diketahui oleh auditor setelah tanggal neraca tersebut dipakai oleh auditor untuk membuat
3
jurnal adjusment yang diusulkan kepada klien sebagai nilai sediaan tersebut di dalam catatan dan
laporan keuangan klien.
Contoh peristiwa setelah tanggal neraca yang memerlukan penyesuaian atas laporan
keuangan adalah :
1. Pengumuman kebangkrutan debitur klien karena terjadinya kesulitan keuangan debitur
tersebut, yang jumlah piutang kepada debitur tersebut melebihi jumlah cadangan
kerugian piutang yang telah dibentuk oleh klien.
2. Penjualan ekuipmen yang sudah tidak dipakai lagi dalam kegiatan usaha klien, dengan
harga dibawah nilai bukunya kini.
3. Penjualan surat berharga pada harga yang lebih rendah daripada kos yang dicatat di
dalam buku klien.
4. Keputusan pengadilan setelah tanggal neraca atau penyelesaian tuntutan hukum yang
jumlahnya berbeda dengan jumlah hutang yang sudah dicatat jika peristiwa yang
menyebabkan timbulnya tuntutan tersebut telah terjadi atau ada sebelum tanggal neraca
5. Penemuan kecurangan atau kesalahan yang menunjukkan bahwa laporan keuangan tidak
benar.
b. Peristiwa setelah tanggal neraca yang tidak memerlukan penyesuaian
Untuk peristiwa setelah tanggal neraca yang tidak memerlukan penyesuaian atas
penyajian laporan keuangan, auditor harus memperhatikan kemungkinan adanya peristiwa
tertentu yang mungkin memerlukan pengungkapan agar laporan keuangan tidak menyesatkan
pembacanya.
Apabila peristiwa setelah tanggal neraca yang tidak memerlukan penyesuaian adalah
penting, dalam arti jika tidak diungkapkan akan mempengaruhi pengambilan keputusan
pengguna laporan keuangan, maka perusahaan harus mengungkapkan informasi berikut untuk
setiap peristiwa tersebut :
1. Jenis peristiwa yang terjadi;
2. Estimasi atas dampak keuangan, atau pernyataan bahwa estimasi semacam itu tidak
dapat dibuat.
4
Contoh peristiwa setelah tanggal neraca yang tidak memerlukan penyesuaian tetapi
diperlukan adanya pengungkapan dalam laporan keuangan adalah:
1. Penjualan obligasi atau penerbitan saham baru
2. Terjadinya tuntutan hukum yang signifikan yang semata-mata disebabkan oleh
peristiwa yang terjadi sesudah tanggal neraca
3. Pembelian dan pelepasan aset dalam jumlah yang signifikan, atau pengambilalihan
aset oleh pemerintah
4. Perubahan abnormal atas harga aset atau nilai tukar mata uang asing setelah tanggal
neraca
5. Perubahan tarif pajak atau peraturan perpajakan yang diberlakukan atau diumumkan
setelah tanggal neraca dan memiliki pengaruh yang signifikan pada aset dan
kewajiban pajak kini dan tangguhan
6. Kerugian aktiva tetap atau persediaan yang diakibatkan oleh kebakaran
Pengidentifikasian peristiwa-peristiwa yang memerlukan penyesuaian laporan keuangan
atau tidak ataupun yang memerlukan pengungkapan dalam laporan keuangan auditan
membutuhkan penerapan kebijakan dan pengetahuan tentang fakta-fakta dan kondisi yang ada.
Misalnya, kerugian sebagai akibat piutang tidak tertagih yang disebabkan oleh adanya
pelanggan yang mengalami kesulitan keuangan dan menuju kebangkrutan sesudah tanggal
neraca merupakan indikasi keadaan yang ada pada tanggal neraca, sehingga membutuhkan
penyesuaian terhadap laporan keuangan sebelum diterbitkan. Namun, apabila kerugian yang
sama terjadi sebagai akibat adanya pelanggan yang mengalami kebangkrutan karena kebakaran
atau banjir sesudah tanggal neraca, bukan merupakan indikasi kondisi yang ada pada tanggal
neraca, sehingga tidak diperlukan adanya penyesuaian atas laporan keuangan.
Untuk memperoleh gambaran mengenai pengaruh peristiwa kemudian terhadap laporan
keuangan, berikut daftar contoh peristiwa kemudian yang diklasifikasikan menurut akun yang
terpengaruh penyajiannya:
Akun yang Terpengaruh Peristiwa Kemudian
5
Kas Bank klien bangkrut.
Keputusan pengadilan yang menyita data klien.
Perampokan, pencurian dan penggelapan kas yang
jumlahnya melebihi ganti rugi yang diterima dari
perusahaan asuransi.
Piutang Usaha Kegagalan, penagihan piutang usaha kepada sebagian besar
pelanggan yang tidak diperkiraka sebelumnya.
Investasi Penurunan drastis harga pasar surat berharga.
Kesulitan keuangan yang dialami oleh perusahaan yang
mengeluarkan surat berharga yang dimiliki oleh klien
sebagai investasi.
Kegagalan pembayaran bunga dan pokok pinjaman oleh
perusahaan yang mengeluarkan obligasi.
Penjualan surat berharga pada harga yang jauh diatas atau
di bawah kosnya.
Sediaan Kerugian karena kebakaran atau bencana alam yang lain,
yang tidak diasuransikan.
Kenaikan atau penurunan drastis harga pasar sediaan.
Perubahan metode penentuan harga sediaan.
Penggunaan sediaan yang bersifat luar biasa sebagai
jaminan penarikan kredit.
Aktiva Tetap Kerugian karena kebakaran atau bencana alam yang lain,
yang tidak diasuransikan.
Rencana perluasan usaha atau pengurangan dana.
Penilaian aktiva tetap.
Keusangan aktiva tetap karena perubahan yang mendadak
pada permintaan atau produk yang dihasilkan.
6
Utang Lancar Komitmen pembeliaan yang bersifat luar biasa, yang
disertai dengan penurunan harga jual barang dagangan.
Pembatalan kontrak pembelian.
Kegagalan dalam pemabayaran utang wesel.
Utang Jangka Panjang Kenaikan yang besar dalam utang jangka panjang.
Kegagalan dalam membayar bunga dan pokok pinjaman.
Modal Saham Kenaikan atau penurunan jumlah lembar saham yang
beredar.
Transaksi pembelian saham sebagai treasury
treasury stock yang bersifat luar biasa.
Reorganisasi struktur modal saham.
Pengubahan utang obligasi menjadi saham biasa.
Perubahan bentuk badan usaha, misalnya dari badan usaha
berbentuk persekutuan (CV atau Firma) menjadi perseroan
terbatas (PT) atau sebaliknya.
Saldo Laba (Retained
Earnings)
Pembagian dividen yang bersifat luar biasa, yang
mengganggu modal kerja.
Penyisihan saldo laba yang bersifat luar biasa.
Laba atau rugi yang jumlahnya material, yang dikreditkan
atau didebitkan langsung kedalam saldo laba.
Unsur lain Perubahan pimpinan puncak.
Perubahan kebijakan manajemen.
Perubahan undang-undang.
Tambahan pengenaan pajak atau penerimaan penggantian
pajak (tax refund) yang bersifat luar biasa.
Persyaratan yang ditetapkan oleh pasar modal.
7
1.3 Prosedur Pemeriksaan Subsequent Event
Auditor harus mengidentifikasi dan menilai peristiwa kemudian sampai dengan tanggal
laporan yang biasanya sama dengan tanggal berakhirnya pekerjaan lapangan. Tanggungjawab ini
dilaksanakan dengan dua cara berikut:
1. Pada saat melaksananakan pengujian substantive akhir tahun, seperti melakukan
pengujian pisah batas dan mencari utang yang tidak dicatat, auditor harus waspada
terhadap kemungkinan adanya peristiwa kemudian; dan
2. Dengan melaksanakan prosedur-prosedur pengauditan seperti dinyatakan pada SA
560.12 pada tanggal akhir pemeriksaan alapangan atau menjelang berakhirnya pekerjaan
lapangan.
a. Membaca laporan keuangan interim yang terakhir yang terakhir, membandingkan laporan
keuangan interim dengan laporan keuangan yang akan dilaporkan dan membuat berbagai
perbandingan lainnya yang dipertimbangkan cukup memadai sesuai dengan kondisi ada.
Prosedur ini meliputi:
1. Periksa pengeluaran dan penerimaan kas sesudah tanggal neraca, sampai
mendekati tanggal selesainya audit field work,
2. Periksa bukti pengeluaran dan penerimaan barang sesudah tanggal neraca, sampai
mendekati tanggal selesainya audit field work,
3. Periksa cut-off pembelian dan penjualan,
4. Review laporan keuangan interim untuk periode sesudah tanggal neraca,
5. Minta copy notulen rapat direksi, dewan komisaris, pemegang saham, periksa
apakah ada commitment dari perusahaan yang baru dipenuhi pada periode
sesudah tanggal neraca,
b. Mengajukan pertanyaan dan membicarakan dengan pejabat atau eksekutif yang
bertanggungjawab atas masalah keuangan dan akuntansi tentang :
Apakah ada utang bersyarat yang cukup besar atau komitmen yang terjadi
pada tanggal neraca yang dilaporkan atau pada tanggal pertanyaan diajukan.
8
Apakah ada perubahan yang cukup signifikan dalam modal saham, utang
jangka panjang, atau modal kerja sampai pada tanggal pertanyaan diajukan.
Status sekarang mengenai unsur dalam laporan keuangan yang dilaporkan,
yang dipertanggungjawabkan berdasarkan data sementara, awal, atau data
yang tidak konklusif.
Apakah penyesuaian yang tidak biasanya terjadi telah dibuat selama periode
dari tanggal neraca sampai dengan tanggal pertanyaan diajukan.
c. Membaca notulen rapat pemegang saham, direktur, komite resmi lainnya, apabila
notulen rapat tidak tersedia, auditor mengajukan pertanyaan mengenai masalah yang
dibicarakan dalam rapat tersebut.
d. Mengajukan pertanyaan kepada konsultan hukum klien tentang adanya tuntutan
hukum, klaim, dan keputusan pengadilan.
e. Mendapatkan surat pernyataan dari pejabat yang berwenang, umumnya adalah
presiden direktur dan direktur keuangan, yang bertanggal sama dengan tanggal
laporan aduit, tentang apakah setiap peristiwa yang telah terjadi setelah tanggal
laporan keuangan yang dilaporkan oleh auditor independen, menurut pandangan para
eksekutif tersebut memerlukan penyesuaaian atau pengungkapan dalam laporan
tersebut.
1.4 Periode Waktu yang Menjadi Tanggung Jawab Auditor
Tanggung jawab auditor untuk menelaah subsequent events, yaitu seluruh peristiwa,
transaksi, atau kejadian yang terjadi pada tanggal neraca sampai dengan tanggal laporan audit.
9
1.5 Penyelesaian Pemeriksaan Akuntan
Beberapa hal yang harus dilakukan akuntan publik, sebelum suatu pemeriksaan akuntan
dinyatakan selesai:
1. Seluruh kertas kerja pemeriksaan harus diparaf oleh pembuatnya dan direview oleh
atasannya.
2. Hasil review harus didokumentasikan dalam suatu review notes dan harus dijawab oleh
staf yang direview (reviewee) secara tertulis.
3. Daftar audit adjustment harus disusun, lengkap dengan index working papernya,
diskusikan dengan klien.
4. Audit adjustment yang sudah disetujui klien harus diposting ke masing-masing kertas
kerja yang berkaitan.
5. Draft report disusun oleh auditor in-charge (pimpinan tim audit), direview oleh audit
manager dan audit partner.
6. Sebelum kertas kerja pemeriksaan dan draft report di review oleh audit manager dan
audit partner, maka audit supervisor harus menyusun notes to PPM (catatan untuk
Partner, Principal dan Manager).
7. Setelah draft report direview dan disetujui PPM, diskusikan dengan klien. Jika klien
setuju, buat final audit report.
8. Sebelum laporan audit diserahkan kepada klien, auditor harus meminta Surat Pernyataan
Langganan dari klien. Tanggal surat harus sama dengan tanggal selesainya audit field
work dan tanggal laporan audit.
9. Auditor membuat draft management letter, setelah direview dan disetujui PPM,
diskusikan dengan klien. Klien setuju, buat management letter final untuk klien
10. Tahap akhir, selesaikan urusan pelunasan audit fee
11. Dalam audit working papers, cantumkan “catatan untuk audit tahun berikutnya”.
12. Opini yang diberikan, tergantung hasil pemeriksaan
13. Dalam mereview kertas kerja pemeriksaan, KAP sebaiknya mempunyai daftar “Audit
Working Papers Review Guide”.
10
1.6 Pengaruh atas Laporan Auditor
Kegagalan untuk mencatat atau mengungkapan peristiwa kemudian dalam laporan
keuangan akan menyebabkan auditor tidak dapat memberi pendapat wajar dengan penegcualian.
Tergantung materialitasnya, auditor harus memberi pendapat wajar dengan pengecualian atau
pendapat tidak wajar karena laporan keuangan tidak disajikan secara wajar sesuai dengan prinsip
akuntansi berlaku umum.
1.7 Tanggung Jawab Setelah Audit
Tanggung jawab setelah audit (post audit responsibility) mencakup pertimbangan
atas peristiwa kemudian yang terjadi antara tanggal dan penerbitan laporan auditor, penemuan
faktor yang ada, dan penemuan prosedur yang dihilangkan.
a. Peristiwa Kemudian Antara Tanggal dan Penerbitan Laporan
Interval waktu antara satu sampai tiga minggu biasanya berlalu antara akhir pekerjaan
lapangan dan penerbitan laporan audit. SAS 1, Dating of the Independent Auditor’s Report (AU
530), menyatakan bahwa auditor tidak mempunyai tanggung jawab untuk mengajukan
pertanyaan atau melaksanakan suatu prosedur audit apapun selama periode waktu ini guna
menemukan peristiwa kemudian yang material. Akan tetapi, jika pengetahuan tentang peristiwa
semacam itu menarik perhatian auditor, maka ia harus mempertimbangkan apakah perlu
melakukan pengungkapan atau penyesuaian atas laporan keuangan untuk peristiwa itu. Apabila
penyesuaian diperlukan dan manajemen secara layak mengubah laporan tersebut, maka auditor
dapat mengeluar laporan audit standar. Apabila pengungkapan yang diperlukan dibuat oleh
manajemen, auditor juga dapat mengeluarkan laporan standar asalkan laporan itu diberi tanggal
agar sesuai dengan tanggal peristiwa kemudian.
Tanggal ganda (dual dating) adalah praktik yang paling umum karena memberi tanggal
kembali atas keseluruhan laporan akan memperluas tanggung jawab auditor secara keseluruhan
di luar penyelesaian pekerjaan lapangan. Ketika memberi tanggal kembali, auditor harus
memperpanjang prosedur review atas peristiwa kemudian sampai tanggal terakhir.
11
Jika penyesuaian atau pengungkapan peristiwa kemudian dilakukan dalam laporan audit
atau laporan keuangan maka auditor dapat memilih menggunakan tanggal ganda atau tanggal
kemudian dalam laporan auditnya.
Dalam metode tanggal ganda, tanggung jawab auditor untuk peristiwa yang terjadi
setelah tanggal selesainya pekerjaan lapangan dibatasi pada peristiwa tertentu yang secara
spesifik disebut atau diungkapkan dalam laporan audit (atau laporan keuangan). Contoh tanggal
ganda : “10 Februari 2001, kecuali untuk catatan nomor …, yang bertanggal 3 Maret 2001”.
Pada metode tanggal kemudian (tanggal peristiwa yang terjadi setelah tanggal selesainya
pekerjaan lapangan), tanggung jawab auditor untuk peristiwa kemudian diperluas sampai dengan
tanggal laporan audit. Dalam hal ini auditor mengundur tanggal laporan audit dari tanggal
selesainya pekerjaan lapangan ke tanggal terjadinya peristiwa yang menyebabkan auditor
menggunakan tanggal kemudian.
Tujuan penggunaan tanggal ganda dalam laporan audit :
1. Memungkinkan auditor menyisipkan informasi penting dalam laporan keuangan klien yang
diketahui oleh auditor seletah selesainya pekerjaan lapangan.
2. Untuk memberitahu pemakai laporan audit bahwa auditor hanya bertanggung jawab atas
peristiwa kemudian yang terjadi setelah tanggal neraca sampai dengan tanggal selesainya
pekerjaan lapangan dan peristiwa yang spesifik yang diungkapkan dalam laporan audit.
b. Penemuan Fakta Yang Ada Pada Tanggal Laporan Auditor
PSA No.47 Penemuan Kemudian Fakta Yang Ada Pada Tanggal Laporan Auditor (SA
561), menyatakan dalam SA 561.04 bahwa apabila (1) auditor menyadari adanya informasi yang
bersangkutan, dan (2) informasi tersebut berpengaruh terhadap laporan keuangan yang
sebelumnya dilaporkannya, maka auditor harus menentukan keandalan informasi tersebut.
Apabila penyelidikan yang dilakuan auditor membuktikan adanya fakta tersebut dan auditor
yakin bahwa informasi tersebut penting bagi mereka yang mengandalkan atau kemungkinan
akan mengandalkan pada laporan keuangan ,maka auditor harus melakukan langkah-langkah
untuk mencegah diandalkannya laporan audit tersebut diwaktu yang akan datang.
12
Dalam situasi demikian, hal yang terbaik adalah melakukan revisi atas laporan keuangan
oleh klien dan menerbitkan laporan audit yang direvisi segera mungkin Apabila klien menolak
untuk mengungkapkan fakta yang baru saja ditemukan, maka auditor harus member tahu semua
anggota dewan komisaris mengenai penolakan tersebut. Selain itu, SA 561.08 menyatakan
bahwa auditor harus melakukan langkah-langkah berikut untuk mencegah diandalkannya laporan
audit:
Pemberitahuan kepada klien bahwa laporan auditor harus tidak lagi di hubungkan dengan
laporan keuangan.
Pemberitahuan kepada badan pengatur yang memiliki kekuasaan terhadap klien bahwa
laporan auditor tidak lagi dapat lagi di andalkan.
Pemberitahuan (biasanya melalui badan pengatur )kepada setiap orang yang diketahui
oleh auditor meletakkan keperecayaan terhadap laporan keuangan bahwa laporan
auditnya tidak lagi dapat di handalkan.
SA 561.09 memberi pedoman bagi auditor dalam menyampaikan pemberitahuan kepada
pihak-pihak selain kepada klien. Jika auditor telah dapat melakukan penyelidikan yang
memuaskan terhadap informasi dan telah menentukan bahwa informasi tersebut handal, maka ia
harus menjelaskan dampak informasi yang diperoleh kemudian terhadap laporan keuangan dan
laporan auditor. Jika klien tidak mau berkerja sama dan auditor tidak dapat melakukan
penyelidikan yang memuaskan, maka tanpa mengungkapkan informasi tersebut, auditor harus:
1) Menyebutkan bahwa klien tidak mau bekerja sama, dan
2) Menyatakan bahwa informasi tersebut benar, dan laporan auditor tidak lagi dapat
dihandalkan.
c. Penemuan Prosedur Yang Dihilangkan
Ketika menemukan suatu prosedur yang telah dihilangkan, auditor harus menilai
kepentingan hal itu bagi kepentingan hal itu bagi kemampuannya saat ini untuk mendukung
pendapat yang dinyatakan atas laporan keuangan. AU 390.05 menunjukkan jika auditor
memutuskan bahwa pendapatnya tidak dapat didukung dan auditor yakin bahwa orang-orang
saat ini mengandalkan pada laporan itu, maka auditor harus segera melaksanakan prosedur yang
13
dihilangkan atau prosedur alternative yang akan memberikan dasar yang memuaskan atas
pendapatnya.
Setelah tanggal laporan audit, auditor mungkin berkesimpulan bahwa satu atau lebih
prosedur audit yang dipandang perlu pada saat audit, dengan adanya keadaan kemudian, tidak
dilaksanakan dalam audit atas laporan keuangan, namun tidak terdapat petunjuk bahwa laporan
keuangan tersebut disajikan tidak wajar sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum atau
atas basis akuntansi komprehensip yang lain. Standar auditing tidak mengharuskan auditor untuk
melakukan review pasca audit apapun atas pekerjaan yang telah dilakukannya. Jika auditor
berkesimpulan bahwa prosedur auditing yang di pandang perlu pada saat audit dalam keadaan
yang kemudian yang terjadi, jika dilaksanakan dalam audit terhadap laporan keuangan, ia harus
menentukan pentingnya prosedur audit yang tidak dilaksanakan tersebut terhadap
kemampuannya sekarang dalam mendukung pendapat yang telah dinyatakan sebelumnya tas
laporan keuangan sebagai keseluruhan.
Apabila dasar yang memuaskan untuk menyatakan pendapat telah diperoleh dan bukti-
bukti mendukung pendapat yang dinyatakan, auditor tidak mempunyai tanggung jawab lagi.
Tetapi, jika pelaksanaan prosedur yang dihilangkan mengungkapkan fakta yang ada pada tanggal
laporan sehingga akan mengubah pendapat yang dinyatakan sebelumnya, auditor harus
mengikuti prosedur pemberitahuan yang diuraikan dalam paragraph terakhir dari bagian
terdahulu untuk mencegah ketergantungan selanjutnya atas laporan bersangkutan. Jika auditor
tidak dapat melaksanakan prosedur alternatif atau yang dihilangkan, maka auditor dapat
berkonsultasi dengan pengacara untuk menentukan tindakan yang tepat.
14
BAB 3
PENUTUP
KESIMPULAN
Subsequent Events adalah peristiwa atau transaksi yang terjadi setelah tanggal neraca
tetapi sebelum diterbitkannya laporan audit yang mempunyai akibat yang material terhadap
laporan keuangan dan memerlukan penyesuaian atau pengungkapan dalam laporan tersebut.
Terdapat 2 jenis subsequent eventmerujuk pada PSAK no. 46, yakni:
1. Peristiwa yang memberikan tambahan bukti yang berhubungan dengan kondisi yang ada
pada tanggal neraca dan berdampak terhadap taksiran yang melekat dalam proses
penyusunan laporan keuangan.
2. Peristiwa yang menyediakan tambahan bukti yang berhubungan dengan kondisi yang tidak
ada pada tanggal neraca, namun kondisi tersebut ada sesudah tanggal neraca.
Salah satu tujuan dilakukan pemeriksaan subsequent event adalah Menentukan
keberadaan kejadian penting sesudah tanggal neraca yang membutuhkan penyesuaian terhadap
laporan keuangan atau memerlukan pengungkapan dalam catatan atas laporan keuangan agar
tidak menyesatkan pengguna laporan keuangan.
Kegagalan untuk mencatat atau mengungkapan peristiwa kemudian dalam laporan
keuangan akan menyebabkan auditor tidak dapat memberi pendapat wajar dengan penegcualian.
Tanggung jawab setelah audit (post audit responsibility) mencakup pertimbangan
atas peristiwa kemudian yang terjadi antara tanggal dan penerbitan laporan auditor, penemuan
faktor yang ada, dan penemuan prosedur yang dihilangkan.
15
DAFTAR PUSTAKA
http://audit-auditing.blogspot.com/2010/06/pemeriksaan-subsequent-events-dan.html Diakses
pada tanggal 20 Desember 2013.
http://tiasaccountingworld.blogspot.com/2013/10/penyelesaian-tanggung-jawab-setelah.html
Diakses pada tanggal 20 Desember 2013.
http://magussudrajat.blogspot.com/2011/01/penyelesaian-pekerjaan-audit.html Diakses pada
tanggal 20 Desember 2013.
http://yana-anggraini.blogspot.com/2012/12/pemeriksaan-subsequent-event.html Diakses pada
tanggal 20 Desember 2013.
http://henrich27.blogspot.com/2013/05/menyusun-kertas-kerja-penyelesaian_30.html Diakses
pada tanggal 20 Desember 2013.
http://dexsuar.blogspot.com/2013/07/memahami-tahapan-proses-penyelesaian.html Diakses
pada tanggal 20 Desember 2013.
16