Subsequent Event

24
BAB 2 PEMBAHASAN PENYELESAIAN AUDIT: SUBSEQUENT EVENT Laporan auditor independen umumnya diterbitkan dalam hubungannya dengan laporan keuangan historis yang dimaksudkan untuk menyajikan posisi keuangan pada tanggal tertentu dan hasil usaha, perubahan ekuitas, serta arus kas untuk periode yang berakhir pada tanggal tersebut. Namun, ada peristiwa atau transaksi yang kadang-kadang terjadi sesudah tanggal tersebut tetapi sebelum diterbitkannya laporan keuangan dan laporan audit, yang mempunyai akibat material terhadap laporan keuangan, sehingga memerlukan penyesuaian atau pengungkapan dalam laporan- laporan tersebut. Misalnya, auditor mengaudit laporan keuangan per 31 Desember 2007 dan menerbitkan laporan auditor independen (opini auditor) pada tanggal 22 Maret 2008. Selama pelaksanaan audit, auditor harus memperhatikan kemungkinan adanya peristiwa atau transaksi yang terjadi setelah tanggal 31 Desember 2007 sampai tanggal 22 Maret 2008 yang memerlukan penyesuaian atau pengungkapan dalam laporan keuangan auditan per 31 Desember 2007 tersebut. Peristiwa atau transaksi tersebut di atas merupakan “Peristiwa Kemudian atau Peristiwa Setelah Tanggal Neraca (Subsequent Events)” yang diatur dalam Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) SA Seksi 560 (PSA No. 46) tentang Peristiwa 1

description

Audit 2

Transcript of Subsequent Event

Page 1: Subsequent Event

BAB 2

PEMBAHASAN

PENYELESAIAN AUDIT: SUBSEQUENT EVENT

Laporan auditor independen umumnya diterbitkan dalam hubungannya dengan laporan

keuangan historis yang dimaksudkan untuk menyajikan posisi keuangan pada tanggal tertentu

dan hasil usaha, perubahan ekuitas, serta arus kas untuk periode yang berakhir pada tanggal

tersebut. Namun, ada peristiwa atau transaksi yang kadang-kadang terjadi sesudah tanggal

tersebut tetapi sebelum diterbitkannya laporan keuangan dan laporan audit, yang mempunyai

akibat material terhadap laporan keuangan, sehingga memerlukan penyesuaian atau

pengungkapan dalam laporan-laporan tersebut.

Misalnya, auditor mengaudit laporan keuangan per 31 Desember 2007 dan menerbitkan

laporan auditor independen (opini auditor) pada tanggal 22 Maret 2008. Selama pelaksanaan

audit, auditor harus memperhatikan kemungkinan adanya peristiwa atau transaksi yang terjadi

setelah tanggal 31 Desember 2007 sampai tanggal 22 Maret 2008 yang memerlukan penyesuaian

atau pengungkapan dalam laporan keuangan auditan per 31 Desember 2007 tersebut.

Peristiwa atau transaksi tersebut di atas merupakan “Peristiwa Kemudian atau Peristiwa

Setelah Tanggal Neraca (Subsequent Events)” yang diatur dalam Standar Profesional Akuntan

Publik (SPAP) SA Seksi 560 (PSA No. 46) tentang Peristiwa Kemudian serta Pernyataan

Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 8 (Revisi 2003) tentang Peristiwa Setelah Tanggal

Neraca.

Peristiwa kemudian atau subsequent event atau post-statement event adalah peristiwa

kemudian yang terjadi dalam periode sejak tanggal neraca sampai dengan tanggal selesainya

pekerjaan lapangan. Dalam periode peristiwa kemudian (subsequent period) kemungkinan terjadi

peristiwa-peristiwa yang mempunyai pengaruh yang material terhadap penyajian informasi yang

tercantum di dalam laporan keuangan. Auditor berkepentingan untuk menjelaskan terjadinya

peristiwa kemudian ini di dalam laporan auditornya, jika dampak peristiwa tersebut terhadap

laporan keuangan aufitan material, sehingga diperkirakan jika auditor tidak berbuat demikian,

pemakai laporan keuangan akan melakukan keputusan yang salah. Jadi, dengan kata lain

Subsequent Events dapat juga diartikan sebagai peristiwa atau transaksi yang terjadi setelah

1

Page 2: Subsequent Event

tanggal neraca tetapi sebelum diterbitkannya laporan audit yang mempunyai akibat yang material

terhadap laporan keuangan dan memerlukan penyesuaian atau pengungkapan dalam laporan

tersebut.

1.1 Tujuan Subsequent Events

Tujuan pemeriksaan subsequent events untuk:

1. Menentukan keberadaan kejadian penting sesudah tanggal neraca yang membutuhkan

penyesuaian terhadap laporan keuangan atau memerlukan pengungkapan dalam catatan

atas laporan keuangan agar tidak menyesatkan pengguna laporan keuangan.

2. Menentukan kemungkinan tertagihnya piutang.

3. Memastikan bahwa “barang dalam perjalanan” yang tercantum di neraca per tanggal

neraca, masih di perjalanan.

Saat membayar uang muka pembelian (L/C) perusahaan mencatat:

Barang Dalam Perjalanan xxx

Kas xxx

Hutang Dagang xxx

Saat penerimaan barang sebelum tanggal neraca, perusahaan mencatat :

Persediaan xxx

Hutang Dagang xxx

Akibatnya per tanggal neraca tetap terlihat saldo barang dalam perjalanan dan terjadi dua

kali pencatatan hutang dagang :

Persediaan xxx

Barang Dalam Perjalanan xxx

Pada saat hutang tersebut dilunasi :

Hutang Dagang xxx

Kas xxx

4. Untuk memastikan kewajiban dan beban yang masih harus dibayar yang tercantum di

neraca per tanggal neraca, merupakan kewajiban perusahaan yang akan dilunasi pada saat

jatuh temponya (sesudah tanggal neraca).

2

Page 3: Subsequent Event

5. Memastikan bahwa tidak ada kewajiban perusahaan yang belum dicatat per tanggal

neraca.

Menurut Sukrisno Agoes (2004:138), subsequent event yang harus di audit oleh akuntan

publik adalah:

1. Subsequent Collection

Penagihan sesudah tanggal neraca, sampai mendekati selesainya pekerjaan

lapangan/audit field work, dan dilaksanakan dalam pemeriksaan piutang, dan barang dalam

perjalanan

2. Subsequent Payment

Pembayaran sesudah tanggal neraca sampai mendekati selesainya audit field work, dan

dilaksanakan pada saat pemeriksaan hutang dan biaya yang masih harus dibayar.

Peristiwa kemudian yang perlu dijelaskan di dalam laporan audit:

1.      Peristiwa yang jumlahnya material.

2.      Peristiwa yang penting dan bersifat luar biasa.

3.      Peristiwa yang terjadi dalam periode sejak tanggal neraca sampai dengan tanggal selesainya

pekerjaan lapangan.

1.2 Jenis Subsequent Events

Ada dua jenis peristiwa setelah tanggal neraca seperti yang diatur dalam PSAK dan SPAP,

yaitu:

a. Peristiwa setelah tanggal neraca yang memerlukan penyesuaian

Peristiwa atau transaksi ini memberikan informasi tambahan bagi manajemen untuk

menentukan saldo akun penilaian (misalnya akun Cadangan Kerugian Piutang) pada tanggal

neraca dan juga kepada auditor dalam memverifikasi saldo akun tersebut. Sebagai contoh,

auditor menghadapi kesulitan dalam menentukan penilaian yang wajar terhadap sediaan karena

terjadinya keusangan dalam kondisi sediaan tersebut. Penjualan sediaan tersebut sebagai barang

rongsokan dalam periode setelah tanggal neraca dapat dipakai oleh auditor sebagai dasar untuk

menentukan nilai yang wajar bagi sediaan tersebut pada tanggal neraca. Nilai jual rongsokan

yang diketahui oleh auditor setelah tanggal neraca tersebut dipakai oleh auditor untuk membuat

3

Page 4: Subsequent Event

jurnal adjusment yang diusulkan kepada klien sebagai nilai sediaan tersebut di dalam catatan dan

laporan keuangan klien.

Contoh peristiwa setelah tanggal neraca yang memerlukan penyesuaian atas laporan

keuangan adalah :

1. Pengumuman kebangkrutan debitur klien karena terjadinya kesulitan keuangan debitur

tersebut, yang jumlah piutang kepada debitur tersebut melebihi jumlah cadangan

kerugian piutang yang telah dibentuk oleh klien.

2. Penjualan ekuipmen yang sudah tidak dipakai lagi dalam kegiatan usaha klien, dengan

harga dibawah nilai bukunya kini.

3. Penjualan surat berharga pada harga yang lebih rendah daripada kos yang dicatat di

dalam buku klien.

4. Keputusan pengadilan setelah tanggal neraca atau penyelesaian tuntutan hukum yang

jumlahnya berbeda dengan jumlah hutang yang sudah dicatat jika peristiwa yang

menyebabkan timbulnya tuntutan tersebut telah terjadi atau ada sebelum tanggal neraca

5. Penemuan kecurangan atau kesalahan yang menunjukkan bahwa laporan keuangan tidak

benar.

b. Peristiwa setelah tanggal neraca yang tidak memerlukan penyesuaian

Untuk peristiwa setelah tanggal neraca yang tidak memerlukan penyesuaian atas

penyajian laporan keuangan, auditor harus memperhatikan kemungkinan adanya peristiwa

tertentu yang mungkin memerlukan pengungkapan agar laporan keuangan tidak menyesatkan

pembacanya.

Apabila peristiwa setelah tanggal neraca yang tidak memerlukan penyesuaian adalah

penting, dalam arti jika tidak diungkapkan akan mempengaruhi pengambilan keputusan

pengguna laporan keuangan, maka perusahaan harus mengungkapkan informasi berikut untuk

setiap peristiwa tersebut :

1. Jenis peristiwa yang terjadi;

2. Estimasi atas dampak keuangan, atau pernyataan bahwa estimasi semacam itu tidak

dapat dibuat.

4

Page 5: Subsequent Event

Contoh peristiwa setelah tanggal neraca yang tidak memerlukan penyesuaian tetapi

diperlukan adanya pengungkapan dalam laporan keuangan adalah:

1. Penjualan obligasi atau penerbitan saham baru

2. Terjadinya tuntutan hukum yang signifikan yang semata-mata disebabkan oleh

peristiwa yang terjadi sesudah tanggal neraca

3. Pembelian dan pelepasan aset dalam jumlah yang signifikan, atau pengambilalihan

aset oleh pemerintah

4. Perubahan abnormal atas harga aset atau nilai tukar mata uang asing setelah tanggal

neraca

5. Perubahan tarif pajak atau peraturan perpajakan yang diberlakukan atau diumumkan

setelah tanggal neraca dan memiliki pengaruh yang signifikan pada aset dan

kewajiban pajak kini dan tangguhan

6. Kerugian aktiva tetap atau persediaan yang diakibatkan oleh kebakaran

Pengidentifikasian peristiwa-peristiwa yang memerlukan penyesuaian laporan keuangan

atau tidak ataupun yang memerlukan pengungkapan dalam laporan keuangan auditan

membutuhkan penerapan kebijakan dan pengetahuan tentang fakta-fakta dan kondisi yang ada.

Misalnya, kerugian sebagai akibat piutang tidak tertagih yang disebabkan oleh adanya

pelanggan yang mengalami kesulitan keuangan dan menuju kebangkrutan sesudah tanggal

neraca merupakan indikasi keadaan yang ada pada tanggal neraca, sehingga membutuhkan

penyesuaian terhadap laporan keuangan sebelum diterbitkan. Namun, apabila kerugian yang

sama terjadi sebagai akibat adanya pelanggan yang mengalami kebangkrutan karena kebakaran

atau banjir sesudah tanggal neraca, bukan merupakan indikasi kondisi yang ada pada tanggal

neraca, sehingga tidak diperlukan adanya penyesuaian atas laporan keuangan.

Untuk memperoleh gambaran mengenai pengaruh peristiwa kemudian terhadap laporan

keuangan, berikut daftar contoh peristiwa kemudian yang diklasifikasikan menurut akun yang

terpengaruh penyajiannya:

Akun yang Terpengaruh Peristiwa Kemudian

5

Page 6: Subsequent Event

Kas Bank klien bangkrut.

Keputusan pengadilan yang menyita data klien.

Perampokan, pencurian dan penggelapan kas yang

jumlahnya melebihi ganti rugi yang diterima dari

perusahaan asuransi.

Piutang Usaha Kegagalan, penagihan piutang usaha kepada sebagian besar

pelanggan yang tidak diperkiraka sebelumnya.

Investasi Penurunan drastis harga pasar surat berharga.

Kesulitan keuangan yang dialami oleh perusahaan yang

mengeluarkan surat berharga yang dimiliki oleh klien

sebagai investasi.

Kegagalan pembayaran bunga dan pokok pinjaman oleh

perusahaan yang mengeluarkan obligasi.

Penjualan surat berharga pada harga yang jauh diatas atau

di bawah kosnya.

Sediaan Kerugian karena kebakaran atau bencana alam yang lain,

yang tidak diasuransikan.

Kenaikan atau penurunan drastis harga pasar sediaan.

Perubahan metode penentuan harga sediaan.

Penggunaan sediaan yang bersifat luar biasa sebagai

jaminan penarikan kredit.

Aktiva Tetap Kerugian karena kebakaran atau bencana alam yang lain,

yang tidak diasuransikan.

Rencana perluasan usaha atau pengurangan dana.

Penilaian aktiva tetap.

Keusangan aktiva tetap karena perubahan yang mendadak

pada permintaan atau produk yang dihasilkan.

6

Page 7: Subsequent Event

Utang Lancar Komitmen pembeliaan yang bersifat luar biasa, yang

disertai dengan penurunan harga jual barang dagangan.

Pembatalan kontrak pembelian.

Kegagalan dalam pemabayaran utang wesel.

Utang Jangka Panjang Kenaikan yang besar dalam utang jangka panjang.

Kegagalan dalam membayar bunga dan pokok pinjaman.

Modal Saham Kenaikan atau penurunan jumlah lembar saham yang

beredar.

Transaksi pembelian saham sebagai treasury

treasury stock yang bersifat luar biasa.

Reorganisasi struktur modal saham.

Pengubahan utang obligasi menjadi saham biasa.

Perubahan bentuk badan usaha, misalnya dari badan usaha

berbentuk persekutuan (CV atau Firma) menjadi perseroan

terbatas (PT) atau sebaliknya.

Saldo Laba (Retained

Earnings)

Pembagian dividen yang bersifat luar biasa, yang

mengganggu  modal kerja.

Penyisihan saldo laba yang bersifat luar biasa.

Laba atau rugi yang jumlahnya material, yang dikreditkan

atau didebitkan langsung kedalam saldo laba.

Unsur lain Perubahan pimpinan puncak.

Perubahan kebijakan manajemen.

Perubahan undang-undang.

Tambahan pengenaan pajak atau penerimaan penggantian

pajak (tax refund) yang bersifat luar biasa.

Persyaratan yang ditetapkan oleh pasar modal.

7

Page 8: Subsequent Event

1.3 Prosedur Pemeriksaan Subsequent Event

Auditor harus mengidentifikasi dan menilai peristiwa kemudian sampai dengan tanggal

laporan yang biasanya sama dengan tanggal berakhirnya pekerjaan lapangan. Tanggungjawab ini

dilaksanakan dengan dua cara berikut:

1. Pada saat melaksananakan pengujian substantive akhir tahun, seperti melakukan

pengujian pisah batas dan mencari utang yang tidak dicatat, auditor harus waspada

terhadap kemungkinan adanya peristiwa kemudian; dan

2. Dengan melaksanakan prosedur-prosedur pengauditan seperti dinyatakan pada SA

560.12 pada tanggal akhir pemeriksaan alapangan atau menjelang berakhirnya pekerjaan

lapangan.

a. Membaca laporan keuangan interim yang terakhir yang terakhir, membandingkan laporan

keuangan interim dengan laporan keuangan yang akan dilaporkan dan membuat berbagai

perbandingan lainnya yang dipertimbangkan cukup memadai sesuai dengan kondisi ada.

Prosedur ini meliputi:

1. Periksa pengeluaran dan penerimaan kas sesudah tanggal neraca, sampai

mendekati tanggal selesainya audit field work,

2. Periksa bukti pengeluaran dan penerimaan barang sesudah tanggal neraca, sampai

mendekati tanggal selesainya audit field work,

3. Periksa cut-off pembelian dan penjualan,

4. Review laporan keuangan interim untuk periode sesudah tanggal neraca,

5. Minta copy notulen rapat direksi, dewan komisaris, pemegang saham, periksa

apakah ada commitment dari perusahaan yang baru dipenuhi pada periode

sesudah tanggal neraca,

b. Mengajukan pertanyaan dan membicarakan dengan pejabat atau eksekutif yang

bertanggungjawab atas masalah keuangan dan akuntansi tentang :

Apakah ada utang bersyarat yang cukup besar atau komitmen yang terjadi

pada tanggal neraca yang dilaporkan atau pada tanggal pertanyaan diajukan.

8

Page 9: Subsequent Event

Apakah ada perubahan yang cukup signifikan dalam modal saham, utang

jangka panjang, atau modal kerja sampai pada tanggal pertanyaan diajukan.

Status sekarang mengenai unsur dalam laporan keuangan yang dilaporkan,

yang dipertanggungjawabkan berdasarkan data sementara, awal, atau data

yang tidak konklusif.

Apakah penyesuaian yang tidak biasanya terjadi telah dibuat selama periode

dari tanggal neraca sampai dengan tanggal pertanyaan diajukan.

c. Membaca notulen rapat pemegang saham, direktur, komite resmi lainnya, apabila

notulen rapat tidak tersedia, auditor mengajukan pertanyaan mengenai masalah yang

dibicarakan dalam rapat tersebut.

d. Mengajukan pertanyaan kepada konsultan hukum klien tentang adanya tuntutan

hukum, klaim, dan keputusan pengadilan.

e. Mendapatkan surat pernyataan dari pejabat yang berwenang, umumnya adalah

presiden direktur dan direktur keuangan, yang bertanggal sama dengan tanggal

laporan aduit, tentang apakah setiap peristiwa yang telah terjadi setelah tanggal

laporan keuangan yang dilaporkan oleh auditor independen, menurut pandangan para

eksekutif tersebut memerlukan penyesuaaian atau pengungkapan dalam laporan

tersebut.

1.4 Periode Waktu yang Menjadi Tanggung Jawab Auditor

Tanggung jawab auditor untuk menelaah subsequent events, yaitu seluruh peristiwa,

transaksi, atau kejadian yang terjadi pada tanggal neraca sampai dengan tanggal laporan audit.

9

Page 10: Subsequent Event

1.5 Penyelesaian Pemeriksaan Akuntan

Beberapa hal yang harus dilakukan akuntan publik, sebelum suatu pemeriksaan akuntan

dinyatakan selesai:

1. Seluruh kertas kerja pemeriksaan harus diparaf oleh pembuatnya dan direview oleh

atasannya.

2. Hasil review harus didokumentasikan dalam suatu review notes dan harus dijawab oleh

staf yang direview (reviewee) secara tertulis.

3. Daftar audit adjustment harus disusun, lengkap dengan index working papernya,

diskusikan dengan klien.

4. Audit adjustment yang sudah disetujui klien harus diposting ke masing-masing kertas

kerja yang berkaitan.

5. Draft report disusun oleh auditor in-charge (pimpinan tim audit), direview oleh audit

manager dan audit partner.

6. Sebelum kertas kerja pemeriksaan dan draft report di review oleh audit manager dan

audit partner, maka audit supervisor harus menyusun notes to PPM (catatan untuk

Partner, Principal dan Manager).

7. Setelah draft report direview dan disetujui PPM, diskusikan dengan klien. Jika klien

setuju, buat final audit report.

8. Sebelum laporan audit diserahkan kepada klien, auditor harus meminta Surat Pernyataan

Langganan dari klien. Tanggal surat harus sama dengan tanggal selesainya audit field

work dan tanggal laporan audit.

9. Auditor membuat draft management letter, setelah direview dan disetujui PPM,

diskusikan dengan klien. Klien setuju, buat management letter final untuk klien

10. Tahap akhir, selesaikan urusan pelunasan audit fee

11. Dalam audit working papers, cantumkan “catatan untuk audit tahun berikutnya”.

12. Opini yang diberikan, tergantung hasil pemeriksaan

13. Dalam mereview kertas kerja pemeriksaan, KAP sebaiknya mempunyai daftar “Audit

Working Papers Review Guide”.

10

Page 11: Subsequent Event

1.6 Pengaruh atas Laporan Auditor

Kegagalan untuk mencatat atau mengungkapan peristiwa kemudian dalam laporan

keuangan akan menyebabkan auditor tidak dapat memberi pendapat wajar dengan penegcualian.

Tergantung materialitasnya, auditor harus memberi pendapat wajar dengan pengecualian atau

pendapat tidak wajar karena laporan keuangan tidak disajikan secara wajar sesuai dengan prinsip

akuntansi berlaku umum.

1.7 Tanggung Jawab Setelah Audit

Tanggung jawab setelah audit (post audit responsibility) mencakup pertimbangan

atas  peristiwa kemudian yang terjadi antara tanggal dan penerbitan laporan auditor, penemuan

faktor yang ada, dan penemuan prosedur yang dihilangkan.

a. Peristiwa Kemudian Antara Tanggal dan Penerbitan Laporan

Interval waktu antara satu sampai tiga minggu biasanya berlalu antara akhir pekerjaan

lapangan dan penerbitan laporan audit. SAS 1, Dating of the Independent Auditor’s Report (AU

530), menyatakan bahwa auditor tidak mempunyai tanggung jawab untuk mengajukan

pertanyaan atau melaksanakan suatu prosedur audit apapun selama periode waktu ini guna

menemukan peristiwa kemudian yang material. Akan tetapi, jika pengetahuan tentang peristiwa

semacam itu menarik perhatian auditor, maka ia harus mempertimbangkan apakah perlu

melakukan pengungkapan atau penyesuaian atas laporan keuangan untuk peristiwa itu. Apabila

penyesuaian diperlukan dan manajemen secara layak mengubah laporan tersebut, maka auditor

dapat mengeluar laporan audit standar. Apabila pengungkapan yang diperlukan dibuat oleh

manajemen, auditor juga dapat mengeluarkan laporan standar asalkan laporan itu diberi tanggal

agar sesuai dengan tanggal peristiwa kemudian.

Tanggal ganda (dual dating) adalah praktik yang paling umum karena memberi tanggal

kembali atas keseluruhan laporan akan memperluas tanggung jawab auditor secara keseluruhan

di luar penyelesaian pekerjaan lapangan. Ketika memberi tanggal kembali, auditor harus

memperpanjang prosedur review atas peristiwa kemudian sampai tanggal terakhir.

11

Page 12: Subsequent Event

Jika penyesuaian atau pengungkapan peristiwa kemudian dilakukan dalam laporan audit

atau laporan keuangan maka auditor dapat memilih menggunakan tanggal ganda atau tanggal

kemudian dalam laporan auditnya.

Dalam metode tanggal ganda, tanggung jawab auditor untuk peristiwa yang terjadi

setelah tanggal selesainya pekerjaan lapangan dibatasi pada peristiwa tertentu yang secara

spesifik disebut atau diungkapkan dalam laporan audit (atau laporan keuangan). Contoh tanggal

ganda : “10 Februari 2001, kecuali untuk catatan nomor …, yang bertanggal 3 Maret 2001”.

Pada metode tanggal kemudian (tanggal peristiwa yang terjadi setelah tanggal selesainya

pekerjaan lapangan), tanggung jawab auditor untuk peristiwa kemudian diperluas sampai dengan

tanggal laporan audit. Dalam hal ini auditor mengundur tanggal laporan audit dari tanggal

selesainya pekerjaan lapangan ke tanggal terjadinya peristiwa yang menyebabkan auditor

menggunakan tanggal kemudian.

Tujuan penggunaan tanggal ganda dalam laporan audit :

1. Memungkinkan auditor menyisipkan informasi penting dalam laporan keuangan klien yang

diketahui oleh auditor seletah selesainya pekerjaan lapangan.

2. Untuk memberitahu pemakai laporan audit bahwa auditor hanya bertanggung jawab atas

peristiwa kemudian yang terjadi setelah tanggal neraca sampai dengan tanggal selesainya

pekerjaan lapangan dan peristiwa yang spesifik yang diungkapkan dalam laporan audit.

b. Penemuan Fakta Yang Ada Pada Tanggal Laporan Auditor

PSA No.47 Penemuan Kemudian Fakta Yang Ada Pada Tanggal Laporan Auditor (SA

561), menyatakan dalam SA 561.04 bahwa apabila (1) auditor menyadari adanya informasi yang

bersangkutan, dan (2) informasi tersebut berpengaruh terhadap laporan keuangan yang

sebelumnya dilaporkannya, maka auditor harus menentukan keandalan informasi tersebut.

Apabila penyelidikan yang dilakuan auditor membuktikan adanya fakta tersebut dan auditor

yakin bahwa informasi tersebut penting bagi mereka yang mengandalkan atau kemungkinan

akan mengandalkan pada laporan keuangan ,maka auditor harus melakukan langkah-langkah

untuk mencegah diandalkannya laporan audit tersebut diwaktu yang akan datang.

12

Page 13: Subsequent Event

Dalam situasi demikian, hal yang terbaik adalah melakukan revisi atas laporan keuangan

oleh klien dan menerbitkan laporan audit yang direvisi segera mungkin Apabila klien menolak

untuk mengungkapkan fakta yang baru saja ditemukan, maka auditor harus member tahu semua

anggota dewan komisaris mengenai penolakan tersebut. Selain itu, SA 561.08 menyatakan

bahwa auditor harus melakukan langkah-langkah berikut untuk mencegah diandalkannya laporan

audit:

Pemberitahuan kepada klien bahwa laporan auditor harus tidak lagi di hubungkan dengan

laporan keuangan.

Pemberitahuan kepada badan pengatur yang memiliki kekuasaan terhadap klien bahwa

laporan auditor tidak lagi dapat lagi di andalkan.

Pemberitahuan (biasanya melalui badan pengatur )kepada setiap orang yang diketahui

oleh auditor meletakkan keperecayaan terhadap  laporan keuangan bahwa laporan

auditnya tidak lagi dapat di handalkan.

SA 561.09 memberi pedoman bagi auditor dalam menyampaikan pemberitahuan kepada

pihak-pihak selain kepada klien. Jika auditor telah dapat melakukan penyelidikan yang

memuaskan terhadap informasi dan telah menentukan bahwa informasi tersebut handal, maka ia

harus menjelaskan dampak informasi yang diperoleh kemudian terhadap laporan keuangan dan

laporan auditor. Jika klien tidak mau berkerja sama dan auditor tidak dapat melakukan

penyelidikan yang memuaskan, maka tanpa mengungkapkan informasi tersebut, auditor harus:

1) Menyebutkan bahwa klien tidak mau bekerja sama, dan

2) Menyatakan bahwa informasi tersebut benar, dan laporan auditor tidak lagi dapat

dihandalkan.

c. Penemuan Prosedur Yang Dihilangkan

Ketika menemukan suatu prosedur yang telah dihilangkan, auditor harus menilai

kepentingan hal itu bagi kepentingan hal itu bagi kemampuannya saat ini untuk mendukung

pendapat yang dinyatakan atas laporan keuangan. AU 390.05 menunjukkan jika auditor

memutuskan bahwa pendapatnya tidak dapat didukung dan auditor yakin bahwa orang-orang

saat ini mengandalkan pada laporan itu, maka auditor harus segera melaksanakan prosedur yang

13

Page 14: Subsequent Event

dihilangkan atau prosedur alternative yang akan memberikan dasar yang memuaskan atas

pendapatnya.

Setelah tanggal laporan audit, auditor mungkin berkesimpulan bahwa satu atau lebih

prosedur audit yang dipandang perlu pada saat audit, dengan adanya keadaan  kemudian, tidak

dilaksanakan dalam audit atas laporan keuangan, namun tidak terdapat petunjuk bahwa laporan

keuangan tersebut disajikan tidak wajar sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum atau

atas basis akuntansi komprehensip yang lain. Standar auditing tidak mengharuskan auditor untuk

melakukan review pasca audit apapun atas pekerjaan yang telah dilakukannya. Jika auditor

berkesimpulan bahwa prosedur auditing yang di pandang perlu pada saat audit dalam keadaan

yang kemudian yang terjadi, jika dilaksanakan dalam audit terhadap laporan keuangan, ia harus

menentukan pentingnya prosedur audit yang tidak dilaksanakan tersebut terhadap

kemampuannya sekarang dalam mendukung pendapat yang telah dinyatakan sebelumnya tas

laporan keuangan sebagai keseluruhan.

Apabila dasar yang memuaskan untuk menyatakan pendapat telah diperoleh dan bukti-

bukti mendukung pendapat yang dinyatakan, auditor tidak mempunyai tanggung jawab lagi.

Tetapi, jika pelaksanaan prosedur yang dihilangkan mengungkapkan fakta yang ada pada tanggal

laporan sehingga akan mengubah pendapat yang dinyatakan sebelumnya, auditor harus

mengikuti prosedur pemberitahuan yang diuraikan dalam paragraph terakhir dari bagian

terdahulu untuk mencegah ketergantungan selanjutnya atas laporan bersangkutan. Jika auditor

tidak dapat melaksanakan prosedur alternatif atau yang dihilangkan, maka auditor dapat

berkonsultasi dengan pengacara untuk menentukan tindakan yang tepat.

14

Page 15: Subsequent Event

BAB 3

PENUTUP

KESIMPULAN

Subsequent Events adalah peristiwa atau transaksi yang terjadi setelah tanggal neraca

tetapi sebelum diterbitkannya laporan audit yang mempunyai akibat yang material terhadap

laporan keuangan dan memerlukan penyesuaian atau pengungkapan dalam laporan tersebut.

Terdapat 2 jenis subsequent eventmerujuk pada PSAK no. 46, yakni:

1. Peristiwa yang memberikan tambahan bukti yang berhubungan dengan kondisi yang ada

pada tanggal neraca dan berdampak terhadap taksiran yang melekat dalam proses

penyusunan laporan keuangan.

2. Peristiwa yang menyediakan tambahan bukti yang berhubungan dengan kondisi yang tidak

ada pada tanggal neraca, namun kondisi tersebut ada sesudah tanggal neraca.

Salah satu tujuan dilakukan pemeriksaan subsequent event adalah Menentukan

keberadaan kejadian penting sesudah tanggal neraca yang membutuhkan penyesuaian terhadap

laporan keuangan atau memerlukan pengungkapan dalam catatan atas laporan keuangan agar

tidak menyesatkan pengguna laporan keuangan.

Kegagalan untuk mencatat atau mengungkapan peristiwa kemudian dalam laporan

keuangan akan menyebabkan auditor tidak dapat memberi pendapat wajar dengan penegcualian.

Tanggung jawab setelah audit (post audit responsibility) mencakup pertimbangan

atas  peristiwa kemudian yang terjadi antara tanggal dan penerbitan laporan auditor, penemuan

faktor yang ada, dan penemuan prosedur yang dihilangkan.

15

Page 16: Subsequent Event

DAFTAR PUSTAKA

http://audit-auditing.blogspot.com/2010/06/pemeriksaan-subsequent-events-dan.html Diakses

pada tanggal 20 Desember 2013.

http://tiasaccountingworld.blogspot.com/2013/10/penyelesaian-tanggung-jawab-setelah.html

Diakses pada tanggal 20 Desember 2013.

http://magussudrajat.blogspot.com/2011/01/penyelesaian-pekerjaan-audit.html Diakses pada

tanggal 20 Desember 2013.

http://yana-anggraini.blogspot.com/2012/12/pemeriksaan-subsequent-event.html Diakses pada

tanggal 20 Desember 2013.

http://henrich27.blogspot.com/2013/05/menyusun-kertas-kerja-penyelesaian_30.html Diakses

pada tanggal 20 Desember 2013.

http://dexsuar.blogspot.com/2013/07/memahami-tahapan-proses-penyelesaian.html Diakses

pada tanggal 20 Desember 2013.

16