Post on 05-Jul-2019
1
Sense of “Freedom” In Gross National Happiness: Implementation of MDGs
Programme in Buthan 2000 – 2007
1. Latar Belakang
Negara-negara berkembang sering mengalami masalah dalam pembangunannya
contohnya kurang memadai sumber daya manusianya, pemerintahan yang tidak transparan,
dan lambatnya pertumbuhan ekonomi. Negara-negara berkembang cukup lama menjadi
daerah jajahan negara-negara Barat dn dimiskinkan secara fisik dan mental. menganggap
Negara-negara berkembang tidak merasakan manfaat dari pembangunan karena tidak
mendapatkan bagian yang seimbang dari “kue pembangunan”. Negara-negara maju
mencari wilayah yang menguntungkan di negara-negara berkembang, mengeksploitasi
sumber daya yang dimiliki, dan melupakan tanggung jawabnya untuk membantu
kesejahteraan negara-negara yang telah dikuras sumber dayanya. Selain itu negara-negara
maju menerapkan tolak ukur dan aturan ekonomi yang menjadi standar negara-negara maju
ke negara-negara berkembang. Telah lama pembangunan menjadi pembicaraan di kalangan
akademisi dan telah banyak diskusi yang dilakukan untuk mencari solusi dari masalah
pembangunan. Namun banyak yang belum menyadari seperti apakah dimensi
pembangunan itu serta hal dasar apa yang harus dipenuhi oleh suatu pembangunan agar
bisa berjalan sesuai dengan yang diinginkan.
Buthan adalah salah satu contoh negara berkembang yang belakangan populer
dengan konsep Gross National Happiness (GNH)nya untuk menggantikan pengukuran
Gross National Product (GNP) yang biasa digunakan oleh negara-negara di dunia untuk
mengukur pertumbuhan ekonominya. Bhutan ingin membuktikan bahwa mereka bisa
menemukan model pengukuran keberhasilan suatu negara yang tidak hanya berdasar pada
pertumbuhan ekonomi tetapi juga memperhatikan aspek-aspek lainnya seperti hubungan
sosial, budaya, dan perlindungan terhadap kelestarian alam. Telah banyak yang
mempertanyakan kepopulerannya GNH dan hasil yang dapat diterima masyarakat Bhutan
2
terkait dengan pembangunannya. Mengenai apakah GNH dapat memberikan pengukuran
yang lebih baik dari GNP atau GNI akan dibahas lebih mendalam.
Selain itu konsep terbaru pembangunan yang diajukan oleh Amartya Sen yang
menyatakan bahwa pembangunan yang baik adalah pembangunan yang didasarkan pada
freedom. Freedom disini berarti kebebasan yang dimiliki oleh peserta pembangunan untuk
mendapatkan hak untuk memilih cara yang bisa dilakukan untuk meningkatkan
kesejahteraan mereka sebagai bagian dari pelaku pembangunan. Menarik untuk mencoba
melihat lebih jauh hubungan antara pembangunan yang berdasarkan pada GNH dengan
konsep freedom of development. Oleh karenanya paper ini akan membahas lebih jauh lagi
tentang Gross National Happiness (GNH) dan hubungannya dengan pembangunan di
Buthan.
2. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka permasalahan yang dibahas dalam tulisan ini
adalah bagaimana hubungan antara Freedom of Development terhadap Gross National
Happiness (GNH) yang dirancang oleh Pemerintah Buthan? Sejauh mana hal itu
berdampak pada tingkat pembangunannya?
3. Ruang Lingkup
Tulisan ini membahas tentang freedom of development sebagai suatu standar
definisi pembangunan terbaru dan mencoba membandingkannya dengan konsep Gross
National Happiness yang dikembangkan oleh Pemerintah Buthan. Kemudian tulisan ini
melihat tingkat keefektifannya dalam pembangunan di Buthan pada tahun 2000 – 2007
melalui tiga indikator penting pembangunan dalam MDGs di Bhutan.
4. Landasan Teori
4.1. Pembangunan
Pembangunan secara tradisional diartikan sebagai kapasitas perekonomian nasional
-yang kondisi ekonomi awalnya kurang lebih bersifat statis dalam kurun waktu yang cukup
3
lama- untuk menciptakan dan mempertahankan kenaikan pendapatan nasional atau GNI
(Gross National Income) tahunan pada tingkat katakanlah 5 persen hingga 7 persen, atau
bahkan lebih tinggi lagi, jika hal itu memang memungkinkan. Indeks ekonomi lainnya yang
juga sering digunakan untuk mengukur tingkat kemajuan pembangunan adalah tingkat
pertumbuhan pendapatan per kapita (income per capita) atau GNI per kapita. Indeks ini
pada dasarnya mengukur kemampuan suatu negara untuk memperbesar outputnya dalam
laju yang lebih cepat daripada tingkat pertumbuhan penduduknya. Tingkat dan laju
pertumbuhan GNI per kapita ‘riil’ (yakni, pertumbuhan GNI per kapita dalam satuan
moneter dikurangi dengan tingkat inflasi) sering digunakan untuk mengukur sejauh mana
kemakmuran ekonomis dari suatu bangsa secara keseluruhan. Pada masa lampau juga
pembangunan ekonomi sering diukur dengan kemampun struktur produksi dan penyerapan
tenaga kerja (employment) yang diupayakan secara terencana. Biasanya peran sektor
pertanian akan menurun untuk memberi kesempatan kepada sektor manufaktur dan jasa
untuk berkembang. Maka secara umum pembangunan yang dilakukan sebelum tahun 1970-
an, pembangunan hayan dipandang sebagai fenomena ekonomi saja. (Todaro, 2006: 20)
Namun ketika pada tahun1950-an dan 1960-an, saat banyak negara-negara di dunia
ketiga berhasil mencapai tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi sesuai dengan target
namun gagal memperbaiki taraf hidup sebagian besar penduduknya, menunjukkan adanya
kesalahan terhadap pembangunan yang dianut kala itu. Profesor Dudley Seers
mempertanyakan hal yang mendasar mengenai pembangunan yang memperbaharui definisi
pembangunan. “Apa yang terjadi dengan kemiskinan di negara itu? Adakah perubahan
yang berarti atas penanggulangan masalah ketimpangan pendapatan?Jika ketiga
permasalahan tersebut selama periode tertentu sedikit teratasi maka tidak disangkal lagi
bahwa periode tersebut merupakan periode pembangunan bagi negara yang bersangkutan.
Akan tetapi jika satu, dua bahkan ketiga persoalan mendasar tersebut menjadi semakin
buruk, maka negara tersebut tidak dapat dikatakan mengalami proses pembangunan yang
positif meskipun selama beberapa kurun aktu pendapatan perkapitanya meningkat dua kali
lipat.”
4
Bank Dunia yang awalnya mengagung-agungkan pertumbuhan ekonomi selama
periode 1980-an sebagai tujuan utama pembangunan telah menyadai kesalahannya dan
mulai bergabung dengan pengamat untuk mengambil perspektif yang lebih luas mengenai
tujuan dan makna dasar dari pembangunan. Pembangunan harus dipandang sebagai suatu
proses multidimensionalyang mencakup berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial,
sikap-sikap masyarakat dan institusi-institusi nasional disamping tetap mengejar
pertumbuhan ekonomi, ketimpangan pendapatan, serta pengentasan kemiskinan.
Pembangunan itu harus mencerminkan perubahan total suatu masyarakat atau penyesuaian
sistem sosial secara keseluruhan, tanpa mengabaikan keragaman dan kebutuhan individu
dan kelompok untuk mencapai suatu kehidupan yang lebih baik secara material maupun
spiritual.
Amartya Sen mengatakan bahwa ada hubungan yang mendasar antara freedom dan
development. Yang mana freedom menjadi unsur dasar dari pembangunan itu sendiri dan
kunci penting untuk melihat aspek-aspek lainnya. Daripada hanya melihat pada pendapatan
dan kekayaan, atau pada kepuasan mental (kaum utilitarianisme) atau hanya melihat
melihat proses dari itu (kaum libertarian), Sen menunjukkan fokus pada apa yang
disebutnya kemampuan yang merupakan kebebasan manusia yang substantif. Sen
secara umum luas mengilustrasikannya sebagai berikut, membandingkan perbedaan antara
China dan India, baik secara pendidikan maupun hal yang berhubungan dengan kesehatan
dasar sebagai motor penggerak suatu pertumbuhan, dan yang juga penting adalah
pengurangan angka kematian. Ada lima jenis kebebasan yang ditawarkan oleh Sen terlihat
dalam sebuah perspektif "instrumental" yang telah diselidiki secara empiris. Hal itu adalah
(1) kebebasan politik, (2) fasilitas ekonomi, (3) peluang dalam bidang sosial, (4) jaminan
transparansi dan (5) proteksi keamanan. Masing-masing jenis berbeda dari hak dan
kesempatan yang dimiliki membantu untuk memajukan kemampuan seseorang secara
umum. Sen juga menekankan bahwa penilaian seseorang tentang seperti apa hidup yang
dianggap berharga tidak sama dengan apa saja yang dapat memberikan kesenangan
terhadap orang tersebut.
5
4.2 Developing Countries
Cara paling umum untuk mendefinisikan negara berkembang[3] adalah dengan
menggunakan pendapatan perkapita. Dalam sistem klasifikasi Bank Dunia, 208
perekonomian dengan jumlah populasi minimal 30.000 jiwa diurutkan berdasarkan tingkat
pendapatan nasional bruto per kapita. Yang digolongkan menjadi lima jenis yaitu
pendapatan rendah (Low Income atau LIC), pendapatan menengah bawah (Lower-Middle
Income atau LMC), pendapatan menengah atas (Upper Middle Income atau UMC,
pendapatan tinggi menurut OECD dan negara-negara dengan pendapatan tinggi lainnya.
Secara umum yang termasuk negara-negara berkembang adalah negara-negara yang
memiliki tingkat pendapatan rendah, menengah bawah dan menengah atas. Tahun 2003
pendapatan rendah didefinisikan sebagai negara dengan pendapatan bruto per kapit $765
atau dibawahnya. Negara yang memiliki pendapatan menengah bawah memiliki tingkat
pendapatan antara $766 sampai dengan $3.035. negara berpendapatan menengah atas
memiliki tingkat pendapatan antara $3.035 - $9.385, dan negara berpendapatan tinggi
memiliki tingkat pendapatan $9.386 atau lebih. Namun beberapa negara yang memiliki
pendapatan tinggi lainnya menurut PBB dimasukkan kedalam negara berkembang. Hal itu
terjadi karena alasan bahwa negara berpendapatan tinggi memiliki satu atau dua sektor
yang berkembang pesat namun sebagian besar dari populasinya secara relatif masih tidak
mendapatkan pendidikan yang memadai atau memiliki tingkat kesehatan yang rendah,
sebagi contoh Kuwait, Qatar dan UEA. Ada juga negara-negara yang memiliki
ketergantungan yang tinggi terhadap sektor pariwisata namun mengalami masalah
pembangunan yang mengiringi pertumbuhannya. Selain itu cara lain untuk menggolongkan
negara-negara berkembang melalui tingkat hutang internasional mereka. Kadangkala ada
perbedaan khusus yang dilakukan untuk negara-negara yang memiliki pendapatan
[3] Walaupun demikian karakterisasi negara-negara berkembang seperti Afrika sub-Sahara, AfrikaUtara dan Timur Tengah, Asia kecuali Jepang Amerika Latin dan Kepulauan Karibia, serta negara-negara transisi seperti Eropa Timur dan Asia Tengah termasuk negara-negara mantan Uni Sovietmember generalisasi yang bermanfaat
6
menengah keatas, dengan mempertimbangkan beberapa diantaranya telah mencapai sektor
manufaktur yang secara relatif lebih maju, sehingga dikenal sebagai negara-negara industry
baru (newly industrializing countries atau NIC). Akhirnya United Nation Development
Program (UNDP) mengelompokkan negara-negara berdasarkan tingkat pembangunan
manusianya (Human Development Index atau HDI), termasuk tingkat pencapaian kesehatan
dan pendidikan.
4.3 Gross National Income
Pendapatan Nasional Bruto (Gross National Income ) perkapita merupakan konsep
yang paling sering dipakai sebagai tolak ukur tingkat kesejahteraan ekonomi penduduk
suatu negara. Konsep GNI adalah indicator yang umum digunakan untuk mengukur besar
kecilnya aktifits perekonomian secara keseluruhan. GNI adalah nilai tambah segenap
kegiatan ekonomi yang dimiliki oleh penduduk di suatu negara, baik asset yang dimiliki di
dalam negeri maupun di luar negeri tanpa dikurangi oleh depresiasi atas stok modal
domestic. Sedangkan Produk Domestik Bruto (Gross Domestic Products) adalah jumlah
produk berupa barang dan jasa yang dihasilkan oleh unit-unit produksi di dalam batas
wilayah suatu negara (domestik) selama satu tahun. Dalam perhitungan GDP ini, termasuk
juga hasil produksi barang dan jasa yang dihasilkan oleh perusahaan atau orang asing yang
beroperasi di wilayah negara yang bersangkutan. Barang-barang yang dihasilkan termasuk
barang modal yang belum diperhitungkan penyusutannya, karenanya jumlah yang
didapatkan dari GDP dianggap bersifat bruto atau kotor. Jadi GNI sama dengan GDP
ditambah pendapatan milik penduduk domestic yang dikirimkan dari negara lain berkat
kepemilikan mereka atas faktor-faktor produksi (terutama modal dan tenaga kerja) di luar
negeri dikurangi dengan pendapatan milik asing (perusahaan-perusahaan asing) berkat
kepemilikan terhadap faktor-faktor produksi yang ada di negara tersebut. Apabila dalam
suatu negara banyak terdapat warga negara asing yang memainkan peran penting dalam
perekonomian domestic, maka perbedaan antara GNI dan GDP menjadi signifikan, karena
jumlah pendapatan mereka sangat besar.
7
4.4 Gross National Happiness
Kebahagiaan Nasional Bruto (GNH) adalah suatu usaha untuk mendefinisikan kualitas
hidup yang lebih holistik. Istilah ini diciptakan oleh Raja Bhutan Jigme Singye Wangchuck
pada tahun 1972 saat menanggapi kritik yang dilontarkan padanya bahwa ekonomi negara
semakin bertambah tumbuh buruk. Sebagai isyarat komitmennya untuk membangun
ekonomi yang akan melayani budaya Bhutan didasarkan pada nilai-nilai Buddhis rohani.
Penilaian Kebahagiaan Nasional bruto (dalam bahasa Bhutan dikatakan zongkhargyal-
yongs dga'a-skyid dpal-'dzoms) atau "GNH" dirancang dalam upaya untuk mendefinisikan
indikator untuk mengukur kualitas hidup atau kemajuan sosial yang lebih holistik dan dan
memiliki dampak psikologis daripada hanya indikator ekonomi dari produk domestik bruto
(PDB). GNH adalah sebuah program untuk revisi sosial dan ekonomi menuju implementasi
dan pelembagaan keyakinan bahwa pembangunan harus mempromosikan kebahagiaan
sebagai nilai utama. Sama pentingnya harus ditempatkan pada kebutuhan sosio-ekonomi
pembangunan, spiritual, budaya dan emosional dari orang-orang. Pertumbuhan ekonomi
hanya salah satu aspek yang meningkatkan kebutuhan sosial masyarakat dan tidak dilihat
sebagai kekuatan yang mendominasi dalam pembangunan. GNH telah menjadi landasan
filosofis untuk proses pembuatan kebijakan dan implementasi di Bhutan. Hal ini terlihat
dalam Rencana 9 dan 10 Tahun Lima Bhutan, di mana GNH adalah struktur menyeluruh.
Kebahagiaan Nasional Bruto berisi empat pilar utama:
• Pembangunan dan adil sosio-ekonomi yang berkelanjutan
• Konservasi lingkungan
• Pelestarian dan promosi budaya
• Promosi good governance
Pembangunan sosial ekonomi yang adil dan berkelanjutan tidak melarang
pertumbuhan ekonomi dan pembangunan, tetapi pembangunan tersebut diimplementasikan
dengan menempatkan prioritas pada sektor kesehatan dan pendidikan. Diperkirakan bahwa
lebih dari 30% dari anggaran nasional Bhutan dianggarkan pada sektor sosial. Ini adalah
bukti dedikasi keuangan nyata dari komitmen pemerintah untuk memberikan penghidupan
yang aman dan layak bagi warga negaranya yang bertujuan untuk mengembangkan
8
populasi yang sehat dan berpendidikan. Dalam pernyataan yang sama, kapasitas dalam
pengembangan keterampilan profesional untuk mengelola pembangunan telah menjadi
program bersama dilaksanakan. Fasilitas penting lainnya pembangunan sosial secara luas
mencakup seluruh negeri seperti sekolah, rumah sakit dan pusat-pusat pertanian. Selain itu,
pembuat kebijakan telah memperkenalkan sebuah pajak penghasilan pribadi untuk
mendistribusikan kekayaan yang lebih merata. Tidak ada definisi kuantitatif yang tepat dari
GNH, tetapi unsur-unsur yang berkontribusi terhadap GNH tunduk pada pengukuran
kuantitatif. Rendahnya tingkat kematian bayi, misalnya, berkorelasi positif dengan ekspresi
subjektif dari kesejahteraan atau kebahagiaan dalam suatu negara. (Ini masuk akal, maka
tidak ada lompatan besar untuk menganggap bahwa kematian prematur menyebabkan
kesedihan.) Praktek ilmu sosial telah lama diarahkan untuk mengubah ekspresi subjektif
dari sejumlah besar orang menjadi data kuantitatif bermakna, tidak ada perbedaan utama
antara orang yang meminta "seberapa yakin Anda dalam perekonomian?" dan "seberapa
puas anda dengan pekerjaan Anda?" GNH, seperti the Genuine Progress Indicator,
mengacu pada konsep pengukuran kuantitatif kesejahteraan dan kebahagiaan. Kedua
tindakan yang baik termotivasi oleh gagasan bahwa langkah-langkah subjektif seperti
kesejahteraan yang lebih relevan dan penting daripada ukuran objektif lebih seperti
konsumsi. Hal ini tidak diukur langsung, tetapi hanya faktor yang diyakini mengarah ke
sana. Menurut Daniel Kahneman, seorang psikolog dari Universitas Princeton, kebahagiaan
dapat diukur dengan menggunakan metode rekonstruksi hari, yang terdiri dalam
mengingat-ingat kenangan hari kerja sebelumnya dengan menulis buku harian pendek
Konsep generasi kedua GNH, menyatakn kebahagiaan sebagai perkembangan sosial
ekonomi metrik, hal ini diusulkan pada tahun 2006 oleh Med Jones, Presiden Internasional
Institute of Management. Perkembangan langkah-langkah dengan melacak metrik sosial
ekonomi dari tujuh area pengembangan termasuk kesehatan mental suatu bangsa dan
kesehatan emosional. Nilai GNH diusulkan untuk menjadi indeks fungsi dari total rata-rata
per kapita dari pengukuran berikut.:
9
Kestabilan Ekonomi: yang diindikasikan melalui survei secara langsung dan pengukuran
statistik metric ekonomi seperti utang konsumen, pendapatan rata-rata rasio indeks harga
konsumen dan distribusi pendapatan
Lingkungan yang Sehat : diindikasikan melalui survei secara langsung dan pengukuran
statistik metric lingkungan seperti polusi, kebisingan dan lalu lintas
Kesehatan fisik: diindikamelalui pengukuran statistik dari metrik kesehatan fisik seperti
penyakit parah
Kesehatan mental: diindikasikan melalui survei secara langsung dan pengukuran statistik
metrik kesehatan mental seperti penggunaan antidepresan dan indikator kenaikan dan
penurunan dari pasien psikoterapi
Tempat kerja yang nyaman: diindikasikan melalui survei secara langsung dan pengukuran
metrik statistik ketenagakerjaan seperti klaim pengangguran, perubahan pekerjaan, tempat
kerja dan tuntutan hukum pengaduan
Kesehatan sosial: diindikasikan melalui survei secara langsung dan pengukuran statistik
metrik sosial seperti diskriminasi, keselamatan, angka perceraian, konflik domestik keluhan
dan tuntutan hukum keluarga, tuntutan hukum publik, kejahatan tingkat
Kesehatan Politik: diindikasikan melalui survei secara langsung dan pengukuran statistik
metrik politik seperti kualitas demokrasi lokal, kebebasan individu, dan konflik asing.
4.5 Millenium Development Goals
Tujuan Pembangunan Milenium (Millennium Development Goals[9] atau MDGs)
adalah Deklarasi Milenium hasil kesepakatan kepala negara dan perwakilan dari 189 negara
Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) yang mulai dijalankan pada September 2000, berupa
delapan butir tujuan untuk dicapai pada tahun 2015. Targetnya adalah tercapai
kesejahteraan rakyat dan pembangunan masyarakat pada 2015. Target ini merupakan
tantangan utama dalam pembangunan di seluruh dunia yang terurai dalam Deklarasi
Milenium, dan diadopsi oleh 189 negara serta ditandatangani oleh 147 kepala pemerintahan
[9] http://id.wikipedia.org/wiki/Sasaran_Pembangunan_Milenium
10
dan kepala negara pada saat Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Milenium di New York pada
bulan September 2000 tersebut. Pemerintah Indonesia turut menghadiri Pertemuan Puncak
Milenium di New York tersebut dan menandatangani Deklarasi Milenium itu. Deklarasi
berisi sebagai komitmen negara masing-masing dan komunitas internasional untuk
mencapai 8 buah sasaran pembangunan dalam Milenium ini (MDG), sebagai satu paket
tujuan yang terukur untuk pembangunan dan pengentasan kemiskinan. Penandatanganan
deklarasi ini merupakan komitmen dari pemimpin-pemimpin dunia untuk mengurangi lebih
dari separuh orang-orang yang menderita akibat kelaparan, menjamin semua anak untuk
menyelesaikan pendidikan dasarnya, mengentaskan kesenjangan jender pada semua tingkat
pendidikan, mengurangi kematian anak balita hingga dua pertiga , dan mengurangi hingga
separuh jumlah orang yang tidak memiliki akses air bersih pada tahun 2015.
5. Pembahasan
5.1 Profil Bhutan
Bhutan adalah sebuah negara kecil di Asia Selatan yang berbentuk Kerajaan dan dikenal
dengan Negeri Naga Guntur. Wilayahnya terhimpit antara India dan Republik Rakyat Cina.
Nama lokal negara ini adalah Druk Yul, artinya "Negara Naga". Pemerintahan yang
dijalankan dengan kekuasaan monarki absolut berakhir ketika konstitusi baru dan pemilihan
perdana menteri dilaksanakan. Raja Jigme Singye Wangchuck yang memimpin sejak tahun
1972 mengumumkan menggelar pemilu tahun 2008, sekaligus turun tahta. Pengumuman
11
disampaikan dihadapan 8.000 penggembala hewan yak, biksu, petani, dan siswa pedesaan
pada 18 Desember 2005. Pengumuman disebarkan melalui harian Kuensel. Sebelumnya,
raja memperkenalkan rancangan konstitusi dan menyatakan pensiun pada usia 65 tahun.
Pada 1998, Raja Jigme Singye Wangchuck memperkenalkan reformasi politik signifikan,
memindahkan sebagian besar kekuasaannya kepada Perdana Menteri dan mengizinkan
panggilan pertanggungjawaban pada raja oleh dua pertiga mayoritas Majelis Nasional.
Dalam sistem baru ini terdapat parlemen yang terdiri dari majelis tinggi dan majelis rendah
— anggota majelis rendah terafiliasi dengan partai-partai politik. Pemilihan anggota majelis
tinggi dilaksanakan untuk pertama kalinya pada Desember 2007 sementara pemilihan
anggota majelis rendah dilaksanakan pada Maret 2008. Partai Perdamaian dan
Kesejahteraan Bhutan memenangi pemilihan majelis rendah dengan meraih 44 dari 47
kursi. Di akhir 2003, tentara Bhutan berhasil meluncurkan operasi skala besar untuk
meredam para pengacau anti-India yang menjalankan kamp pelatihan di Bhutan selatan.
Pada 1999, sang Raja mencabut larangan TV dan Internet, membuat Bhutan salah satu dari
negara terakhir yang memperkenalkan TV. Dalam pidatonya, ia berkata bahwa TV adalah
langkah penting buat modernisasi Bhutan seperti sumbangan utama pada Kebahagiaan
Nasional Bruto negeri ini (Bhutan ialah satu-satunya negara yang mengukur kebahagiaan)
namun memperingatkan penyalahgunaan TV yang bisa menggerus nilai-nilai tradisional
Bhutan. Meski menjadi salah satu yang terkecil di dunia, ekonomi Bhutan telah
berkembang pesat sekitar 8 persen pada 2005 dan 14 persen pada 2006. Per Maret 2006,
pendapatan per kapita Bhutan adalah US$ 1.321 yang membuatnya tertinggi di Asia
Selatan. Standar hidup Bhutan berkembang dan merupakan salah satu yang terbaik di Asia
Selatan. Ekonomi Bhutan adalah salah satu yang terkecil dan kurang berkembang di dunia,
yang berbasis pertanian, kehutanan, dan penjualan PLTA ke India. Pertanian menyediakan
mata pencaharian untuk lebih dari 80% penduduk. Praktek agraria sebagian besar terdiri
atas pertanian subsisten dan peternakan hewan. Kerajinan tangan, khususnya menjahit dan
produksi seni keagamaan untuk altar rumah merupakan industri kecil milik rakyat dan
sumber sekian pendapatan.
12
5.2 Pengembangan Gross National Happiness (GNH) oleh Pemerintah Bhutan
GNH berusaha untuk memaksimalkan kebahagiaan dari semua penduduk Bhutan
untuk memungkinkan mereka untuk mencapai pemberdayaan penuh sebagai manusia dan
melalui ‘jalur alternatif’ yang melampaui pendapatan yang berbasis cara-cara konvensional
dalam suatu pembangunan. Pendekatan GNH berusaha untuk mengintegrasikan dasar
aspirasi kebahagiaan manusia dan sebagian besar berwujud aspek kebutuhan spiritual (non-
materi) dan budaya dalam pembangunan.
Merefleksikan pentingnya GNH pada publik sebagai promosi yang memungkinkan
kondisi masyarakat yang dapat menerima GNH telah diabadikan sebagai prinsip penting
dari kebijakan negara berdasarkan Pasal 9 dari Konstitusi Bhutan. GNH sebagai ‘benda’
milik publik Bhutan telah secara luas dilaksanakan melalui empat prioritas strategis daerah
yang adil dan berkelanjutan, concern terhadap konservasi lingkungan, pelestarian dan
promosi budaya dan good governance. Baru-baru ini, atas dasar rekomendasi berasal dari
bidang good governance dilakukan penambahan satu program oleh Royal Pemerintah pada
tahun 2005 yaitu bidang olahraga, sebagai upaya yang dilakukan untuk menetapkan
indikator yang relevan untuk GNH dalam membangun sebuah Indeks Pembangunan
Manusia dan menangkap esensinya.
5.3 Relevansi GNH dengan “Freedom” of Development
Amartya Sen mengemukakan bahwa kebebasan yang lebih luas mencakup proses
dan peluang, dan diperlukannya suatu pengakuan tentang heterogenitas dari komponen
yang berbeda dalam sebuah kebebasan. Kebebasan mencakup tentang pembangunan secara
konstitufif dan instrumental sehingga: kebebasan berperan meliputi kebebasan politik,
fasilitas ekonomi, kesempatan sosial, transparansi, dan keamanan, yang semuanya berbeda
namun saling terkoneksi. Mengukur kesejahteraan dengan menggunakan konsep utilitas
tidak menawarkan perkembangan yang lebih baik dalam mengukur tingkat konsumsi
sebagai bagian dari pencarian makna sebenarnya dari pembangunan. Apabila utilitas
disamakan dengan kesenangan maka sangat mungkin seseorang yang sangat miskinuntuk
13
memiliki utilitas yang sangat tinggi. Kadang-kadang seseorang yang kekurangan gizi dapat
saja sangat bahagia dan puas. Saat tidak ada yang dapat dilakukan untuk mengubah kondisi
keterbelakangan seseorang, sikap memiliki kebahagiaan subjektif memiliki kelebihan
tersendiri dari sisi spiritual, namun tetap saja tidak akan dapat mengubah kondisi riil dan
objektif sebenarnya. Secara khusus sifat seperti diatas tidak akan mencegah seorang
gelandangan miskin yang bahagia untuk bebas dari penyakit dan memiliki tempat tinggal
yang tetap karena menurut Sen functioning bukanlah perasaan tetapi adalah pencapaian.
Pembangunansecara luas dapat didefinisikan sebagai suatu proses perbaikan yang
berkesinambungan dari masyarakat atau sistem sosial secara keseluruhan dengan tiga
komponen utama yaitu kecukupan (kebutuhan dasar yang terpenuhi yang terdiri dari
sandang, pangan, papan, kesehatan dan keamanan), Harga diri sebagai manusia seutuhnya
(lebih kepada sebuah penghargaan) dan kebebasan dari sikap menghamba (kemampuan
untuk memilih, berdiri tegak dan tidak diperbudak oleh pengejaran aspek-aspek materiil
dalam hidup ini.
Hal yang dipahami Sen tentang freedom lebih kepada peningkatan kualitas
manusianya saja, walaupun ia telah memberikan penegasan bahwa freedom adalah pondasi
dasar dari pembangunan dan setiap orang ataupun negara yang merdeka lebih mudah
mencapai tujuan pembangunan tersebut. Demokrasi dan pemerintahan transparan juga
menjadi standar yang penting baginya. Namun ia memandang unsur perasaan dari freedom
itu dengan terlalu sangat sederhana. Ia menyamakan perasaan bahagia karena kebebasan itu
hanya dengan orang miskin yang mensyukuri hidupnya dengan menerima keadaannya
tanpa mau memikirkan kemajuan dan pencapaian untuk taraf hidup yang lebih baik.
Raja Buthan menyatakan bahwa perasaan bahagia itu tidak sesempit itu, ia berpikir
sesuatu yang membuat orang berbahagia adalah sesuatu yang menimbulkan kesejahteraan.
Ia menganggap Human Development Index sebagai komponen penting dalam
pembangunan di negaranya. Pengukuran Gross Nasional Happiness mengandung nilai-nilai
pembangunan kualitas manusia dengan memberikan layanan pendidikan, layanan kesehatan
dan kesempatan pada rakyat untuk melakukan pemilu pada tahun 2008 setelah ia turun
tahta. Pemerintah Bhutan memasukkan agenda Millenium Development Goals (MDGs)
14
sebagai dasar pembangunan di negaranya. Ia bersedia melonggarkan aturan kerajaan yang
berguna untuk mendukung kemajuan negaranya seperti masyarakatnya mulai bisa
memanfaatkan layanan teknologi seperti televisi untuk melihat perkembangan dunia.
Namun satu hal yang ia tekankan adalah jangan sampai kelonggaran yang telah diberikan
membuat masyarakatnya lupa untuk menjaga tradisi dan kekayaan alam yang dimiliki
sehingga pembangunan yang berkelanjutan tetap dapat memberikan manfaat jangka
panjang tanpa merusak hal-hal baik yang sudah ada. Sehingga GNH benar-benar
memberikan peningkatan kualitas hidup yang tetap bersinergi pada nilai-nilai tradisional.
5.4 Pengaruh Gross National Happiness Terhadap Pembangunan di Bhutan terkait
Program MDGs
Bhutan bersama dengan 189 negara anggota lainnya mengadopsi Deklarasi
Milenium PBB pada tahun 2000, berkomitmen untuk kemitraan global baru untuk
mengurangi tingkat kemiskinan yang ekstrim dan menetapkan serangkaian target yang
terikat tenggat waktu hingga tahun 2015 yang dikenal sebagai Millennium Development
Goals (MDGs). Dalam Kesepuluh Draft Rencana Pembangunan Lima Tahun Bhutan
mencerminkan orientasi MDG yang concern dengan pengurangan kemiskinan sebagai
kunci utama. MDGs telah dianjurkan secara efektif di Buthan untuk meningkatkan
dukungan sosial terhadap program MDG secara nasional. Garis besar konsensus global
tentang inti dari program pengembangan pembangunan MDGs yang disepakati ini tidak
dimaksudkan untuk menjadi tolak ukur paten (one fit for all) bagi pendekatan
pembangunan di setiap negara. Dengan demikian, MDGs meletakkan dasar normatif untuk
kemitraan pembangunan global dan memainkan peran penting dalam penataan
pembangunan dalam isu-isu kunci yang memungkinkan pada pendekatan yang lebih efisien
dan berorientasi pada pembangunan manusia. Hal yang mudah untuk mengkoneksikan
MDGs dalam kerangka pembangunan nasional di Bhutan dapat dikaitkan dengan harmoni
dan kompatibilitas warganya yang diukur dengan Kebahagiaan Nasional Bruto (GNH),
sebuah paradigma pembangunan dan visi dari negara tersebut.
GNH yang dijalankan oleh pemerintah Bhutan bersinergi dengan tujuan program
MDGs. Dalam setiap bagian program MDGs terkandung nilai-nilai yang dimiliki oleh
15
GNH. Empat pilar dalam GNH yang dimiliki Bhutan mencoba mendasari program MDGs.
Pilar GNH yang pertama adalah pembangunan sosial ekonomi yang berkelanjutan yang
mencakup tujuan MDGs no.1 yaitu pengurangan kemiskinan dan kelaparan yang ekstrim.
Kemudian pilar konservasi lingkungan mengacu pada tujuan MDGs no.7 yaitu menjaga
kelestarian lingkungan. Program MDGs yang meliputi pendidikan dan kesehatan berusaha
mengajarkan pentingnya pelestarian budaya dan lingkungan yang sehat bagi
masyarakatnya. Dan good governance menjadi dasar penting untuk mencapai tujuan MDGs
yang disesuaikan dengan nilai-nilai dalam GNH sehingga membantu peningkatan kualitas
pembangunan di Buthan.
Sedangkan bidang-bidang spesifik GNH meliputi edukasi yang menyentuh tujuan
MDGs no.2 dan 3 yaitu memberikan pendidikan dasar dan mempromosikan kesetaraan
gender. Domain kesehatan berhubungan dengan tujuan MDGs nomor 4, 5 dan 6 yaitu
mengurangi kematian bayi, meningkatkan kesehatan ibu hamil dan melawan penyebaran
HIV/AIDS, malaria dan penyakit lainnya. Bidang GNH yang berhubungan dengan standar
pencapaian ekonomi mengacu pada tujuan MDGs no.1 yaitu mengurangi tingkat
kemiskinan dan akses terhadap keamanan properti. Masalah pelestarian lingkungan menjadi
hal yang paling penting dan mendasar karena Buthan tidak memiliki akses ke laut dan
hanya bergantung pada mata air yang berasal dari gletser, maka sangatlah penting untuk
menjaga kelestarian hutan demi keberlangsungan akses terhadap air bersih dan sanitasi
yang sehat bagi masyarakatnya. Pemberian pendidikan formal maupun informal bagi para
generasi mudanya dikembangkan agar mereka bisa menjadi mesin-mesin pembangunan
yang kompeten yang pada akhirnya dapat meningkatkan kualitas hidupnya.
16
5.4.1 Spesifikasi Tiga Program MDGs dalam Pembangunan Bhutan yang
berlandaskan Pada Pengukuran GNH
6.4.1.1 Pengentasan Kemiskinan
Bhutan telah mencapai angka yang luar biasa untuk pengentasan kemiskinan dengan
proporsi penduduk yang hidup di bawah garis kemiskinan nasional yang hingga sepertiga
penduduknya antara tahun 2000 dan 2007. Penurunan tingkat kemiskinan telah
dimungkinkan melalui pertumbuhan ekonomi yang pesat dan investasi sosial berkelanjutan
termasuk pendidikan dan kesehatan. Dalam 2000, 36,3% dari populasi hidup di bawah garis
kemiskinan yang mengalami penurunan sebesar 23,2% pada tahun 2007. Pada tingkat ini
Bhutan mungkin akan mencapai tujuan pengurangan kemiskinan dan benar-benar dapat
menurunkannya sebelum 2015. Kesepuluh target yang menjadi rencana negara untuk
pengentasan kemiskinan adalah dengan mengurangi proporsi penduduk yang hidup di
bawah garis kemiskinan menjadi 15% atau kurang pada tahun 2013. Hal yang
menggembirakan adalah target nasional ternyata melebihi target awalnya yaitu mengurangi
proporsi penduduk yang hidup di bawah garis kemiskinan nasional sebesar 20%. Selain itu
hal ini ternyata dicapai dua tahun lebih cepat dari 2015. Di masa lalu, skala kemiskinan
secara signifikan lebih tinggi di pedesaan Bhutan dibandingkan dengan wilayah perkotaan.
Kemiskinan di perkotaan diperkirakan sebesar 1,7% dibandingkan dengan kemiskinan di
pedesaan yang mencapai 30,9%. Namun, sejak tahun 2000-an perkotaan dan pedesaan
menunjukkan penurunan terhadap kemiskinan. Sejak tahun 2003, kemiskinan di perkotaan
dan pedesaan di negara ini telah berkurang masing-masing 4,2% dan 38,3%. Kemiskinan
yang kontras ditunjukkan di beberapa kabupaten seperti Zhemgang, Samtse, Monggar,
Lhuentse dan Samdrupjongkhar yang masih tinggi tinggi dengan kisaran 52,9% sampai
38%.
Kesenjangan rasio kemiskinan tidak hanya menghitung kemiskinan tapi juga
mempertimbangkan seberapa miskinkah mereka. Data untuk tahun untuk tahun 2004 dan
2007 yang mencerminkan moderat penurunan rasio kesenjangan kemiskinan dari 8,6%
menjadi 6,1% pada tingkat nasional atau secara efektif berkurang sebesar 29%. Tingkat
kesenjangan rasio kemiskinan di pedesaan juga menurun dari 10,5% menjadi 8,1%
17
mencerminkan sedikit lebih rendah dibandingkan nasional rata-rata. Dengan ukuran ini,
keparahan kemiskinan menurun di Bhutan dari 3,1% menjadi 2,3% pada tingkat nasional
dan dari 3,8% sampai 3% di daerah pedesaan.
5.4.1. 2 Human Development Index (HDI) dan Gross National Income
Bhutan memiliki catatan penting dalam menghilangkan kesenjangan manusia yang
diukur melalui kemajuan yang mengesankan guna memajukan pembangunan manusia di
negara tersebut. Harapan hidup telah naik sekitar 30 tahun sejak 1961. Kematian bayi telah
turun dari lebih dari 206 per 1.000 hidup kelahiran menjadi 40 pada tahun 2006. Kematian
ibu secara signifikan berkurang dari 770 per 100.000 kelahiran pada tahun 1987 untuk 250
per 100.000 hidup kelahiran pada tahun 2000. Banyak masalah kesehatan terkait dengan
kemiskinan dan masalah kebersihan telah diberantas dan besar penyakit yang sebelumnya
merajalela seperti tuberkulosis dan malaria sekarang di bawah kendali. Kemajuan dalam
pendidikan telah sama-sama mengalami peningkatan yang signifikan. Pada awal tahun
enam puluhan, Bhutan memiliki hanya beberapa sekolah dengan sekitar 500 siswa,
kebanyakan dari mereka adalah anak laki-laki. Saat ini ada 157.112 siswa di 523 sekolah
(tidak termasuk sekolah-sekolah monastik dan pusat nonformal pendidikan). Bhutan juga
mendekati target mencapai dasar pendidikan universal dengan paritas virtual gender di
tingkat pendidikan dasar dan menengah. Tingkat melek huruf orang dewasa juga meningkat
dari sekitar 10% pada 1970 menjadi 53% pada tahun 2005. Kemajuan di bidang kesehatan
dan pendidikan telah disertai dengan kemajuan pesat di area lain dalam pembangunan
manusia. Kebanyakan orang Bhutan sekarang memiliki akses ke sumber air minum (84%)
dan sanitasi yang baik (89%) yang di masa lalu berada di antara terendah di dunia.
Kenaikan tingkat pendapatan diukur dengan PDB per kapita juga meningkat pesat dari
sekitar US $ 51 pada tahun 1961 menjadi sekitar US $ 1.419 Pembangunan manusia di
Bhutan p diukur melalui Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang telah meningkat pesat
dari awalnya hanya dengan tingkat rendah menjadi pembangunan menengah level satu.
18
5.4.1.3 Pelestarian Lingkungan
Pelestarian lingkungan sangat diperhatikan dan dihargai secara luas oleh masyarakat
Bhutan karena sumber banyak warga 'mata pencaharian yang tergantung pada lingkungan
alami mereka, terutama mereka yang bekerja dalam bidang pertanian. Hal ini umumnya
diyakini bahwa aktivitas yang tidak bertanggung jawab di alam akan mengakibatkan hasil
negatif dank arena itu akan mempengaruhi GNH.
Kebanyakan masyatakat Bhutan menerima kenyataan bahwa lingkungan harus
dipertahankan untuk orang lain dan generasi masa depan, membatasi degradasi lingkungan
yang parah. Manfaat pelestarian lingkungan yang diamati oleh kebijakan GNH meliputi:
• karakterisasi negara sebagai pusat keanekaragaman hayati
• kebijakan peningkatan pelestarian lingkungan
• mempertahankan kawasan hutan seluas 72%, maupun kawasan hutan lindung sekitar 26
%
• negara akan tetap melindungi 60% dari hutannya hutan.
5.5 Tantangan dan Peluang Gross National Happiness di Bhutan
Masalah pengukuran kesejahteraan dan kebahagiaan telah diperdebatkan secara luas di
berbagai negara yang dilihat pada sisi manfaat dan relevansinya. Ada yang berpendapat
bahwa konsep GNH adalah sangat kompleks dan multi-dimensi dengan sangat subjektif
dan aspek kualitatif yang tidak mudah untuk pengukuran. Lainnya melihat bahwa GNH
lebih baik ditinggalkan sebagai sebuah konsep pengembangan menyeluruh yang harusnya
dikurangi standar idealnya yang terlalu tinggi. Pada sisi lain, ada banyak yang merasa
bahwa usaha pembangunan di dalam negeri akan lebih baik dilakukan dengan memiliki
ukuran yang nyata yang dapat digunakan untuk menilai kemajuan nasional menuju tujuan
yang ideal. Argumen terakhir ini juga mengakui bahwa sementara setiap tindakan GNH
seperti tidak pernah bisa menangkap keragaman penuh, signifikansi dan kompleksitas dari
GNH, mengembangkan ukuran kuantitatif yang sesuai akan membantu menyederhanakan
suatu realitas yang sangat kompleks dan mengoperasionalkan secara lebih efektif.
19
Pada tahun 2005 sebuah rekomendasi penting ditambahkan pada pilar GNH yang
belum ada sebelumnya yaitu good governance. Hal tersebut penting guna memberi standar
dan pengaturan dalam mengembangkan ukuran pembangunan di Bhutan yang
mengutamakan Indeks Pembangunan Manusia berdasarkan pengukuran dengan standar
GNH. Selanjutnya, Pusat Studi Bhutan dipercayakan dengan tugas untuk mengembangkan
dan mengusulkan hal-hal yang sesuai digunakan untuk mengukur pembangunan untuk
menangkap esensi dari GNH dan memfasilitasi pelacakan atas kemajuannya. Indeks GNH
juga disebut Indeks Pembangunan Bhutan (BDI), diharapkan memungkinkan penilaian
yang sistematis dari dampak positif atau negatif dari kebijakan pembangunan dan proyek
dalam GNH. Ini akan memberikan Pemerintah Kerajaan alat analisis untuk meninjau dan
menyempurnakan kebijakan dan desain proyek-proyek pembangunan tepat untuk
menimbulkan suatu pembangunan yang ramah dengan konteks GNH.
Selain itu, sebagaimana ditetapkan dalam GNH dengan penambahan good governance
2005 yang akan membantu publik Bhutan untuk mengevaluasi kinerja pemerintahan.
Sembilan domain yang mencakup indeks GNH berhubungan dengan bidang kesejahteraan
psikologis, keragaman dan ketahanan budaya, pendidikan, kesehatan, penggunaan waktu,
tata pemerintahan yang baik, vitalitas masyarakat, ekologi keragaman dan ketahanan
ekonomi dan peningkatan standar hidup. Pengukuran terhadap daerah-daerah di Bhutan
melalui sejumlah indikator / indeks ditentukan berdasarkan survei pilot project dan Survey
GNH Nasional yang diselenggarakan pada tahun 2006 dan 2008. Indeks komposit GNH
akan dikumpulkan dari berbagai indeks dan indikator dari sembilan domain GNH dengan
weightages yang disediakan. Indeks-indeks dan indikator ini – saat ini terdiri dari 48
indikator total - termasuk berbagai faktor dengan bantalan yang signifikan pada
kebahagiaan individual dan kolektif. Ini termasuk kesehatan indeks mental, indeks
hubungan dalam keluarga, indikator keamanan keuangan, indicator hari sehat per bulan,
indeks berat tubuh, indikator tingkat pendidikan, indikator kesehatan udara setempat dan
indikator pencemaran air, indikator kepemilikan rumah, indikator hak asasi manusia, indeks
kinerja pemerintah, dll. Sebagian besar program yang dijalanka ini selain yang berkaitan
dengan beberapa aspek yang lebih berwujud indikator manusia kesejahteraan, memiliki
20
hubungan kuat dengan MDGs, terutama untuk kemiskinan, sosial (seperti pendidikan,
kematian ibu dan anak dan kesetaraan gender) dan mencapai tujuan kelestarian lingkungan.
Mengingat sifat dari kebahagiaan manusia dan kesejahteraan, evolusi dan strategi kebijakan
GNH dan indeks tentu harus mengikuti proses akhir yang dinamis, inklusif dan terbuka
yang membutuhkan mempertimbangkan kepentingan relatif dari variabel yang berbeda dan
faktor-faktor kebahagiaan, kesejahteraan yang relevan atau mungkin tidak relevan bagi
masyarakat Bhutan pada suatu titik waktu tertentu. Intensitas konsultasi publik yang lebih
luas di Bhutan yang dilaksanakan secara berkala dan survey rutin akan sangat diperlukan
untuk tujuan ini.
6. Kesimpulan
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa Gross National Happiness (GNH)
begitu memikirkan hal-hal yang riskan yaitu bagaimana mensinergikan rencana
pembangunan dengan perencanaan yang matang serta pengevaluasian yang baik terhadap
setiap program-programnya. Walaupun Bhuthan tidak memiliki tingkat kemajuan
(misalnya di bidang teknologi yang tinggi) karena sebagian penduduknya masih bekerja
sebagai petani subsistence, namun negara ini mampu memahami bahwa pembangunan
tidak semata-mata untuk pencapaian pertumbuhan ekonomi saja. Perasaan bahagia dari
pencapaian itu memiliki essensi yang lebih krusial. Karena orang tidak akan bahagia bila ia
mengetahui apa yang dilakukannya tidak menimbukan manfaat bagi kebaikan dan
dilakukan secara kontinyu. GNH mulai dilirik oleh negara-negara di seluruh dunia dan
mencoba mengadopsi nilai-nilai pembangunan Bhutan. Negara-negara lain juga secara
antusias membantu Bhutan (dengan mengadakan konferensi tahunan untuk membahas
GNH) untuk memperbaiki setiap asas yang ada didalamnya dengan harapan GNH bisa
dijadikan alat ukur pembangunan yang lebih baik yang tidak hanya memberikan freedom
pada pencapaian ekonomi namun juga pada unsur perasaan.
21
Referensi
Sen, Amartya. 1999. Development As Freedom. Oxford University Press.
Todaro, Michael P. dan Stephen C. Smith. 2006. Ekonomi Pembangunan Edisi Kesembilan.
Jakarta: Penerbit Erlangga
Gross National Happiness – Bhutan’s Vision of Development and its Challenges
http://www.bhutan2008.bt/ndlb/typescripts/10/GNH_Ch3_Priesner.pdf
http://www.asiantribune.com/news/2010/11/04/2010-human-development-report-shows-
improvement-sri-lanka%E2%80%99s-human-development-record
http://www.bhutanstudies.org.bt/pubFiles/mono-1en-bt-dev-stry.pdf
\http://www.gnhc.gov.bt/ gross national happiness commission
http://www.undp.org.bt/Governance/GNH/the%20philosophy%20of%20GNH.pdf
http://www.3833.com/node/901
http://en.wikipedia.org/wiki/Gross_national_happiness