Buthan. - simdos.unud.ac.id filedaerah jajahan negara-negara Barat dn dimiskinkan secara fisik dan...

21
1 Sense of “Freedom” In Gross National Happiness: Implementation of MDGs Programme in Buthan 2000 – 2007 1. Latar Belakang Negara-negara berkembang sering mengalami masalah dalam pembangunannya contohnya kurang memadai sumber daya manusianya, pemerintahan yang tidak transparan, dan lambatnya pertumbuhan ekonomi. Negara-negara berkembang cukup lama menjadi daerah jajahan negara-negara Barat dn dimiskinkan secara fisik dan mental. menganggap Negara-negara berkembang tidak merasakan manfaat dari pembangunan karena tidak mendapatkan bagian yang seimbang dari “kue pembangunan”. Negara-negara maju mencari wilayah yang menguntungkan di negara-negara berkembang, mengeksploitasi sumber daya yang dimiliki, dan melupakan tanggung jawabnya untuk membantu kesejahteraan negara-negara yang telah dikuras sumber dayanya. Selain itu negara-negara maju menerapkan tolak ukur dan aturan ekonomi yang menjadi standar negara-negara maju ke negara-negara berkembang. Telah lama pembangunan menjadi pembicaraan di kalangan akademisi dan telah banyak diskusi yang dilakukan untuk mencari solusi dari masalah pembangunan. Namun banyak yang belum menyadari seperti apakah dimensi pembangunan itu serta hal dasar apa yang harus dipenuhi oleh suatu pembangunan agar bisa berjalan sesuai dengan yang diinginkan. Buthan adalah salah satu contoh negara berkembang yang belakangan populer dengan konsep Gross National Happiness (GNH)nya untuk menggantikan pengukuran Gross National Product (GNP) yang biasa digunakan oleh negara-negara di dunia untuk mengukur pertumbuhan ekonominya. Bhutan ingin membuktikan bahwa mereka bisa menemukan model pengukuran keberhasilan suatu negara yang tidak hanya berdasar pada pertumbuhan ekonomi tetapi juga memperhatikan aspek-aspek lainnya seperti hubungan sosial, budaya, dan perlindungan terhadap kelestarian alam. Telah banyak yang mempertanyakan kepopulerannya GNH dan hasil yang dapat diterima masyarakat Bhutan

Transcript of Buthan. - simdos.unud.ac.id filedaerah jajahan negara-negara Barat dn dimiskinkan secara fisik dan...

1

Sense of “Freedom” In Gross National Happiness: Implementation of MDGs

Programme in Buthan 2000 – 2007

1. Latar Belakang

Negara-negara berkembang sering mengalami masalah dalam pembangunannya

contohnya kurang memadai sumber daya manusianya, pemerintahan yang tidak transparan,

dan lambatnya pertumbuhan ekonomi. Negara-negara berkembang cukup lama menjadi

daerah jajahan negara-negara Barat dn dimiskinkan secara fisik dan mental. menganggap

Negara-negara berkembang tidak merasakan manfaat dari pembangunan karena tidak

mendapatkan bagian yang seimbang dari “kue pembangunan”. Negara-negara maju

mencari wilayah yang menguntungkan di negara-negara berkembang, mengeksploitasi

sumber daya yang dimiliki, dan melupakan tanggung jawabnya untuk membantu

kesejahteraan negara-negara yang telah dikuras sumber dayanya. Selain itu negara-negara

maju menerapkan tolak ukur dan aturan ekonomi yang menjadi standar negara-negara maju

ke negara-negara berkembang. Telah lama pembangunan menjadi pembicaraan di kalangan

akademisi dan telah banyak diskusi yang dilakukan untuk mencari solusi dari masalah

pembangunan. Namun banyak yang belum menyadari seperti apakah dimensi

pembangunan itu serta hal dasar apa yang harus dipenuhi oleh suatu pembangunan agar

bisa berjalan sesuai dengan yang diinginkan.

Buthan adalah salah satu contoh negara berkembang yang belakangan populer

dengan konsep Gross National Happiness (GNH)nya untuk menggantikan pengukuran

Gross National Product (GNP) yang biasa digunakan oleh negara-negara di dunia untuk

mengukur pertumbuhan ekonominya. Bhutan ingin membuktikan bahwa mereka bisa

menemukan model pengukuran keberhasilan suatu negara yang tidak hanya berdasar pada

pertumbuhan ekonomi tetapi juga memperhatikan aspek-aspek lainnya seperti hubungan

sosial, budaya, dan perlindungan terhadap kelestarian alam. Telah banyak yang

mempertanyakan kepopulerannya GNH dan hasil yang dapat diterima masyarakat Bhutan

2

terkait dengan pembangunannya. Mengenai apakah GNH dapat memberikan pengukuran

yang lebih baik dari GNP atau GNI akan dibahas lebih mendalam.

Selain itu konsep terbaru pembangunan yang diajukan oleh Amartya Sen yang

menyatakan bahwa pembangunan yang baik adalah pembangunan yang didasarkan pada

freedom. Freedom disini berarti kebebasan yang dimiliki oleh peserta pembangunan untuk

mendapatkan hak untuk memilih cara yang bisa dilakukan untuk meningkatkan

kesejahteraan mereka sebagai bagian dari pelaku pembangunan. Menarik untuk mencoba

melihat lebih jauh hubungan antara pembangunan yang berdasarkan pada GNH dengan

konsep freedom of development. Oleh karenanya paper ini akan membahas lebih jauh lagi

tentang Gross National Happiness (GNH) dan hubungannya dengan pembangunan di

Buthan.

2. Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka permasalahan yang dibahas dalam tulisan ini

adalah bagaimana hubungan antara Freedom of Development terhadap Gross National

Happiness (GNH) yang dirancang oleh Pemerintah Buthan? Sejauh mana hal itu

berdampak pada tingkat pembangunannya?

3. Ruang Lingkup

Tulisan ini membahas tentang freedom of development sebagai suatu standar

definisi pembangunan terbaru dan mencoba membandingkannya dengan konsep Gross

National Happiness yang dikembangkan oleh Pemerintah Buthan. Kemudian tulisan ini

melihat tingkat keefektifannya dalam pembangunan di Buthan pada tahun 2000 – 2007

melalui tiga indikator penting pembangunan dalam MDGs di Bhutan.

4. Landasan Teori

4.1. Pembangunan

Pembangunan secara tradisional diartikan sebagai kapasitas perekonomian nasional

-yang kondisi ekonomi awalnya kurang lebih bersifat statis dalam kurun waktu yang cukup

3

lama- untuk menciptakan dan mempertahankan kenaikan pendapatan nasional atau GNI

(Gross National Income) tahunan pada tingkat katakanlah 5 persen hingga 7 persen, atau

bahkan lebih tinggi lagi, jika hal itu memang memungkinkan. Indeks ekonomi lainnya yang

juga sering digunakan untuk mengukur tingkat kemajuan pembangunan adalah tingkat

pertumbuhan pendapatan per kapita (income per capita) atau GNI per kapita. Indeks ini

pada dasarnya mengukur kemampuan suatu negara untuk memperbesar outputnya dalam

laju yang lebih cepat daripada tingkat pertumbuhan penduduknya. Tingkat dan laju

pertumbuhan GNI per kapita ‘riil’ (yakni, pertumbuhan GNI per kapita dalam satuan

moneter dikurangi dengan tingkat inflasi) sering digunakan untuk mengukur sejauh mana

kemakmuran ekonomis dari suatu bangsa secara keseluruhan. Pada masa lampau juga

pembangunan ekonomi sering diukur dengan kemampun struktur produksi dan penyerapan

tenaga kerja (employment) yang diupayakan secara terencana. Biasanya peran sektor

pertanian akan menurun untuk memberi kesempatan kepada sektor manufaktur dan jasa

untuk berkembang. Maka secara umum pembangunan yang dilakukan sebelum tahun 1970-

an, pembangunan hayan dipandang sebagai fenomena ekonomi saja. (Todaro, 2006: 20)

Namun ketika pada tahun1950-an dan 1960-an, saat banyak negara-negara di dunia

ketiga berhasil mencapai tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi sesuai dengan target

namun gagal memperbaiki taraf hidup sebagian besar penduduknya, menunjukkan adanya

kesalahan terhadap pembangunan yang dianut kala itu. Profesor Dudley Seers

mempertanyakan hal yang mendasar mengenai pembangunan yang memperbaharui definisi

pembangunan. “Apa yang terjadi dengan kemiskinan di negara itu? Adakah perubahan

yang berarti atas penanggulangan masalah ketimpangan pendapatan?Jika ketiga

permasalahan tersebut selama periode tertentu sedikit teratasi maka tidak disangkal lagi

bahwa periode tersebut merupakan periode pembangunan bagi negara yang bersangkutan.

Akan tetapi jika satu, dua bahkan ketiga persoalan mendasar tersebut menjadi semakin

buruk, maka negara tersebut tidak dapat dikatakan mengalami proses pembangunan yang

positif meskipun selama beberapa kurun aktu pendapatan perkapitanya meningkat dua kali

lipat.”

4

Bank Dunia yang awalnya mengagung-agungkan pertumbuhan ekonomi selama

periode 1980-an sebagai tujuan utama pembangunan telah menyadai kesalahannya dan

mulai bergabung dengan pengamat untuk mengambil perspektif yang lebih luas mengenai

tujuan dan makna dasar dari pembangunan. Pembangunan harus dipandang sebagai suatu

proses multidimensionalyang mencakup berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial,

sikap-sikap masyarakat dan institusi-institusi nasional disamping tetap mengejar

pertumbuhan ekonomi, ketimpangan pendapatan, serta pengentasan kemiskinan.

Pembangunan itu harus mencerminkan perubahan total suatu masyarakat atau penyesuaian

sistem sosial secara keseluruhan, tanpa mengabaikan keragaman dan kebutuhan individu

dan kelompok untuk mencapai suatu kehidupan yang lebih baik secara material maupun

spiritual.

Amartya Sen mengatakan bahwa ada hubungan yang mendasar antara freedom dan

development. Yang mana freedom menjadi unsur dasar dari pembangunan itu sendiri dan

kunci penting untuk melihat aspek-aspek lainnya. Daripada hanya melihat pada pendapatan

dan kekayaan, atau pada kepuasan mental (kaum utilitarianisme) atau hanya melihat

melihat proses dari itu (kaum libertarian), Sen menunjukkan fokus pada apa yang

disebutnya kemampuan yang merupakan kebebasan manusia yang substantif. Sen

secara umum luas mengilustrasikannya sebagai berikut, membandingkan perbedaan antara

China dan India, baik secara pendidikan maupun hal yang berhubungan dengan kesehatan

dasar sebagai motor penggerak suatu pertumbuhan, dan yang juga penting adalah

pengurangan angka kematian. Ada lima jenis kebebasan yang ditawarkan oleh Sen terlihat

dalam sebuah perspektif "instrumental" yang telah diselidiki secara empiris. Hal itu adalah

(1) kebebasan politik, (2) fasilitas ekonomi, (3) peluang dalam bidang sosial, (4) jaminan

transparansi dan (5) proteksi keamanan. Masing-masing jenis berbeda dari hak dan

kesempatan yang dimiliki membantu untuk memajukan kemampuan seseorang secara

umum. Sen juga menekankan bahwa penilaian seseorang tentang seperti apa hidup yang

dianggap berharga tidak sama dengan apa saja yang dapat memberikan kesenangan

terhadap orang tersebut.

5

4.2 Developing Countries

Cara paling umum untuk mendefinisikan negara berkembang[3] adalah dengan

menggunakan pendapatan perkapita. Dalam sistem klasifikasi Bank Dunia, 208

perekonomian dengan jumlah populasi minimal 30.000 jiwa diurutkan berdasarkan tingkat

pendapatan nasional bruto per kapita. Yang digolongkan menjadi lima jenis yaitu

pendapatan rendah (Low Income atau LIC), pendapatan menengah bawah (Lower-Middle

Income atau LMC), pendapatan menengah atas (Upper Middle Income atau UMC,

pendapatan tinggi menurut OECD dan negara-negara dengan pendapatan tinggi lainnya.

Secara umum yang termasuk negara-negara berkembang adalah negara-negara yang

memiliki tingkat pendapatan rendah, menengah bawah dan menengah atas. Tahun 2003

pendapatan rendah didefinisikan sebagai negara dengan pendapatan bruto per kapit $765

atau dibawahnya. Negara yang memiliki pendapatan menengah bawah memiliki tingkat

pendapatan antara $766 sampai dengan $3.035. negara berpendapatan menengah atas

memiliki tingkat pendapatan antara $3.035 - $9.385, dan negara berpendapatan tinggi

memiliki tingkat pendapatan $9.386 atau lebih. Namun beberapa negara yang memiliki

pendapatan tinggi lainnya menurut PBB dimasukkan kedalam negara berkembang. Hal itu

terjadi karena alasan bahwa negara berpendapatan tinggi memiliki satu atau dua sektor

yang berkembang pesat namun sebagian besar dari populasinya secara relatif masih tidak

mendapatkan pendidikan yang memadai atau memiliki tingkat kesehatan yang rendah,

sebagi contoh Kuwait, Qatar dan UEA. Ada juga negara-negara yang memiliki

ketergantungan yang tinggi terhadap sektor pariwisata namun mengalami masalah

pembangunan yang mengiringi pertumbuhannya. Selain itu cara lain untuk menggolongkan

negara-negara berkembang melalui tingkat hutang internasional mereka. Kadangkala ada

perbedaan khusus yang dilakukan untuk negara-negara yang memiliki pendapatan

[3] Walaupun demikian karakterisasi negara-negara berkembang seperti Afrika sub-Sahara, AfrikaUtara dan Timur Tengah, Asia kecuali Jepang Amerika Latin dan Kepulauan Karibia, serta negara-negara transisi seperti Eropa Timur dan Asia Tengah termasuk negara-negara mantan Uni Sovietmember generalisasi yang bermanfaat

6

menengah keatas, dengan mempertimbangkan beberapa diantaranya telah mencapai sektor

manufaktur yang secara relatif lebih maju, sehingga dikenal sebagai negara-negara industry

baru (newly industrializing countries atau NIC). Akhirnya United Nation Development

Program (UNDP) mengelompokkan negara-negara berdasarkan tingkat pembangunan

manusianya (Human Development Index atau HDI), termasuk tingkat pencapaian kesehatan

dan pendidikan.

4.3 Gross National Income

Pendapatan Nasional Bruto (Gross National Income ) perkapita merupakan konsep

yang paling sering dipakai sebagai tolak ukur tingkat kesejahteraan ekonomi penduduk

suatu negara. Konsep GNI adalah indicator yang umum digunakan untuk mengukur besar

kecilnya aktifits perekonomian secara keseluruhan. GNI adalah nilai tambah segenap

kegiatan ekonomi yang dimiliki oleh penduduk di suatu negara, baik asset yang dimiliki di

dalam negeri maupun di luar negeri tanpa dikurangi oleh depresiasi atas stok modal

domestic. Sedangkan Produk Domestik Bruto (Gross Domestic Products) adalah jumlah

produk berupa barang dan jasa yang dihasilkan oleh unit-unit produksi di dalam batas

wilayah suatu negara (domestik) selama satu tahun. Dalam perhitungan GDP ini, termasuk

juga hasil produksi barang dan jasa yang dihasilkan oleh perusahaan atau orang asing yang

beroperasi di wilayah negara yang bersangkutan. Barang-barang yang dihasilkan termasuk

barang modal yang belum diperhitungkan penyusutannya, karenanya jumlah yang

didapatkan dari GDP dianggap bersifat bruto atau kotor. Jadi GNI sama dengan GDP

ditambah pendapatan milik penduduk domestic yang dikirimkan dari negara lain berkat

kepemilikan mereka atas faktor-faktor produksi (terutama modal dan tenaga kerja) di luar

negeri dikurangi dengan pendapatan milik asing (perusahaan-perusahaan asing) berkat

kepemilikan terhadap faktor-faktor produksi yang ada di negara tersebut. Apabila dalam

suatu negara banyak terdapat warga negara asing yang memainkan peran penting dalam

perekonomian domestic, maka perbedaan antara GNI dan GDP menjadi signifikan, karena

jumlah pendapatan mereka sangat besar.

7

4.4 Gross National Happiness

Kebahagiaan Nasional Bruto (GNH) adalah suatu usaha untuk mendefinisikan kualitas

hidup yang lebih holistik. Istilah ini diciptakan oleh Raja Bhutan Jigme Singye Wangchuck

pada tahun 1972 saat menanggapi kritik yang dilontarkan padanya bahwa ekonomi negara

semakin bertambah tumbuh buruk. Sebagai isyarat komitmennya untuk membangun

ekonomi yang akan melayani budaya Bhutan didasarkan pada nilai-nilai Buddhis rohani.

Penilaian Kebahagiaan Nasional bruto (dalam bahasa Bhutan dikatakan zongkhargyal-

yongs dga'a-skyid dpal-'dzoms) atau "GNH" dirancang dalam upaya untuk mendefinisikan

indikator untuk mengukur kualitas hidup atau kemajuan sosial yang lebih holistik dan dan

memiliki dampak psikologis daripada hanya indikator ekonomi dari produk domestik bruto

(PDB). GNH adalah sebuah program untuk revisi sosial dan ekonomi menuju implementasi

dan pelembagaan keyakinan bahwa pembangunan harus mempromosikan kebahagiaan

sebagai nilai utama. Sama pentingnya harus ditempatkan pada kebutuhan sosio-ekonomi

pembangunan, spiritual, budaya dan emosional dari orang-orang. Pertumbuhan ekonomi

hanya salah satu aspek yang meningkatkan kebutuhan sosial masyarakat dan tidak dilihat

sebagai kekuatan yang mendominasi dalam pembangunan. GNH telah menjadi landasan

filosofis untuk proses pembuatan kebijakan dan implementasi di Bhutan. Hal ini terlihat

dalam Rencana 9 dan 10 Tahun Lima Bhutan, di mana GNH adalah struktur menyeluruh.

Kebahagiaan Nasional Bruto berisi empat pilar utama:

• Pembangunan dan adil sosio-ekonomi yang berkelanjutan

• Konservasi lingkungan

• Pelestarian dan promosi budaya

• Promosi good governance

Pembangunan sosial ekonomi yang adil dan berkelanjutan tidak melarang

pertumbuhan ekonomi dan pembangunan, tetapi pembangunan tersebut diimplementasikan

dengan menempatkan prioritas pada sektor kesehatan dan pendidikan. Diperkirakan bahwa

lebih dari 30% dari anggaran nasional Bhutan dianggarkan pada sektor sosial. Ini adalah

bukti dedikasi keuangan nyata dari komitmen pemerintah untuk memberikan penghidupan

yang aman dan layak bagi warga negaranya yang bertujuan untuk mengembangkan

8

populasi yang sehat dan berpendidikan. Dalam pernyataan yang sama, kapasitas dalam

pengembangan keterampilan profesional untuk mengelola pembangunan telah menjadi

program bersama dilaksanakan. Fasilitas penting lainnya pembangunan sosial secara luas

mencakup seluruh negeri seperti sekolah, rumah sakit dan pusat-pusat pertanian. Selain itu,

pembuat kebijakan telah memperkenalkan sebuah pajak penghasilan pribadi untuk

mendistribusikan kekayaan yang lebih merata. Tidak ada definisi kuantitatif yang tepat dari

GNH, tetapi unsur-unsur yang berkontribusi terhadap GNH tunduk pada pengukuran

kuantitatif. Rendahnya tingkat kematian bayi, misalnya, berkorelasi positif dengan ekspresi

subjektif dari kesejahteraan atau kebahagiaan dalam suatu negara. (Ini masuk akal, maka

tidak ada lompatan besar untuk menganggap bahwa kematian prematur menyebabkan

kesedihan.) Praktek ilmu sosial telah lama diarahkan untuk mengubah ekspresi subjektif

dari sejumlah besar orang menjadi data kuantitatif bermakna, tidak ada perbedaan utama

antara orang yang meminta "seberapa yakin Anda dalam perekonomian?" dan "seberapa

puas anda dengan pekerjaan Anda?" GNH, seperti the Genuine Progress Indicator,

mengacu pada konsep pengukuran kuantitatif kesejahteraan dan kebahagiaan. Kedua

tindakan yang baik termotivasi oleh gagasan bahwa langkah-langkah subjektif seperti

kesejahteraan yang lebih relevan dan penting daripada ukuran objektif lebih seperti

konsumsi. Hal ini tidak diukur langsung, tetapi hanya faktor yang diyakini mengarah ke

sana. Menurut Daniel Kahneman, seorang psikolog dari Universitas Princeton, kebahagiaan

dapat diukur dengan menggunakan metode rekonstruksi hari, yang terdiri dalam

mengingat-ingat kenangan hari kerja sebelumnya dengan menulis buku harian pendek

Konsep generasi kedua GNH, menyatakn kebahagiaan sebagai perkembangan sosial

ekonomi metrik, hal ini diusulkan pada tahun 2006 oleh Med Jones, Presiden Internasional

Institute of Management. Perkembangan langkah-langkah dengan melacak metrik sosial

ekonomi dari tujuh area pengembangan termasuk kesehatan mental suatu bangsa dan

kesehatan emosional. Nilai GNH diusulkan untuk menjadi indeks fungsi dari total rata-rata

per kapita dari pengukuran berikut.:

9

Kestabilan Ekonomi: yang diindikasikan melalui survei secara langsung dan pengukuran

statistik metric ekonomi seperti utang konsumen, pendapatan rata-rata rasio indeks harga

konsumen dan distribusi pendapatan

Lingkungan yang Sehat : diindikasikan melalui survei secara langsung dan pengukuran

statistik metric lingkungan seperti polusi, kebisingan dan lalu lintas

Kesehatan fisik: diindikamelalui pengukuran statistik dari metrik kesehatan fisik seperti

penyakit parah

Kesehatan mental: diindikasikan melalui survei secara langsung dan pengukuran statistik

metrik kesehatan mental seperti penggunaan antidepresan dan indikator kenaikan dan

penurunan dari pasien psikoterapi

Tempat kerja yang nyaman: diindikasikan melalui survei secara langsung dan pengukuran

metrik statistik ketenagakerjaan seperti klaim pengangguran, perubahan pekerjaan, tempat

kerja dan tuntutan hukum pengaduan

Kesehatan sosial: diindikasikan melalui survei secara langsung dan pengukuran statistik

metrik sosial seperti diskriminasi, keselamatan, angka perceraian, konflik domestik keluhan

dan tuntutan hukum keluarga, tuntutan hukum publik, kejahatan tingkat

Kesehatan Politik: diindikasikan melalui survei secara langsung dan pengukuran statistik

metrik politik seperti kualitas demokrasi lokal, kebebasan individu, dan konflik asing.

4.5 Millenium Development Goals

Tujuan Pembangunan Milenium (Millennium Development Goals[9] atau MDGs)

adalah Deklarasi Milenium hasil kesepakatan kepala negara dan perwakilan dari 189 negara

Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) yang mulai dijalankan pada September 2000, berupa

delapan butir tujuan untuk dicapai pada tahun 2015. Targetnya adalah tercapai

kesejahteraan rakyat dan pembangunan masyarakat pada 2015. Target ini merupakan

tantangan utama dalam pembangunan di seluruh dunia yang terurai dalam Deklarasi

Milenium, dan diadopsi oleh 189 negara serta ditandatangani oleh 147 kepala pemerintahan

[9] http://id.wikipedia.org/wiki/Sasaran_Pembangunan_Milenium

10

dan kepala negara pada saat Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Milenium di New York pada

bulan September 2000 tersebut. Pemerintah Indonesia turut menghadiri Pertemuan Puncak

Milenium di New York tersebut dan menandatangani Deklarasi Milenium itu. Deklarasi

berisi sebagai komitmen negara masing-masing dan komunitas internasional untuk

mencapai 8 buah sasaran pembangunan dalam Milenium ini (MDG), sebagai satu paket

tujuan yang terukur untuk pembangunan dan pengentasan kemiskinan. Penandatanganan

deklarasi ini merupakan komitmen dari pemimpin-pemimpin dunia untuk mengurangi lebih

dari separuh orang-orang yang menderita akibat kelaparan, menjamin semua anak untuk

menyelesaikan pendidikan dasarnya, mengentaskan kesenjangan jender pada semua tingkat

pendidikan, mengurangi kematian anak balita hingga dua pertiga , dan mengurangi hingga

separuh jumlah orang yang tidak memiliki akses air bersih pada tahun 2015.

5. Pembahasan

5.1 Profil Bhutan

Bhutan adalah sebuah negara kecil di Asia Selatan yang berbentuk Kerajaan dan dikenal

dengan Negeri Naga Guntur. Wilayahnya terhimpit antara India dan Republik Rakyat Cina.

Nama lokal negara ini adalah Druk Yul, artinya "Negara Naga". Pemerintahan yang

dijalankan dengan kekuasaan monarki absolut berakhir ketika konstitusi baru dan pemilihan

perdana menteri dilaksanakan. Raja Jigme Singye Wangchuck yang memimpin sejak tahun

1972 mengumumkan menggelar pemilu tahun 2008, sekaligus turun tahta. Pengumuman

11

disampaikan dihadapan 8.000 penggembala hewan yak, biksu, petani, dan siswa pedesaan

pada 18 Desember 2005. Pengumuman disebarkan melalui harian Kuensel. Sebelumnya,

raja memperkenalkan rancangan konstitusi dan menyatakan pensiun pada usia 65 tahun.

Pada 1998, Raja Jigme Singye Wangchuck memperkenalkan reformasi politik signifikan,

memindahkan sebagian besar kekuasaannya kepada Perdana Menteri dan mengizinkan

panggilan pertanggungjawaban pada raja oleh dua pertiga mayoritas Majelis Nasional.

Dalam sistem baru ini terdapat parlemen yang terdiri dari majelis tinggi dan majelis rendah

— anggota majelis rendah terafiliasi dengan partai-partai politik. Pemilihan anggota majelis

tinggi dilaksanakan untuk pertama kalinya pada Desember 2007 sementara pemilihan

anggota majelis rendah dilaksanakan pada Maret 2008. Partai Perdamaian dan

Kesejahteraan Bhutan memenangi pemilihan majelis rendah dengan meraih 44 dari 47

kursi. Di akhir 2003, tentara Bhutan berhasil meluncurkan operasi skala besar untuk

meredam para pengacau anti-India yang menjalankan kamp pelatihan di Bhutan selatan.

Pada 1999, sang Raja mencabut larangan TV dan Internet, membuat Bhutan salah satu dari

negara terakhir yang memperkenalkan TV. Dalam pidatonya, ia berkata bahwa TV adalah

langkah penting buat modernisasi Bhutan seperti sumbangan utama pada Kebahagiaan

Nasional Bruto negeri ini (Bhutan ialah satu-satunya negara yang mengukur kebahagiaan)

namun memperingatkan penyalahgunaan TV yang bisa menggerus nilai-nilai tradisional

Bhutan. Meski menjadi salah satu yang terkecil di dunia, ekonomi Bhutan telah

berkembang pesat sekitar 8 persen pada 2005 dan 14 persen pada 2006. Per Maret 2006,

pendapatan per kapita Bhutan adalah US$ 1.321 yang membuatnya tertinggi di Asia

Selatan. Standar hidup Bhutan berkembang dan merupakan salah satu yang terbaik di Asia

Selatan. Ekonomi Bhutan adalah salah satu yang terkecil dan kurang berkembang di dunia,

yang berbasis pertanian, kehutanan, dan penjualan PLTA ke India. Pertanian menyediakan

mata pencaharian untuk lebih dari 80% penduduk. Praktek agraria sebagian besar terdiri

atas pertanian subsisten dan peternakan hewan. Kerajinan tangan, khususnya menjahit dan

produksi seni keagamaan untuk altar rumah merupakan industri kecil milik rakyat dan

sumber sekian pendapatan.

12

5.2 Pengembangan Gross National Happiness (GNH) oleh Pemerintah Bhutan

GNH berusaha untuk memaksimalkan kebahagiaan dari semua penduduk Bhutan

untuk memungkinkan mereka untuk mencapai pemberdayaan penuh sebagai manusia dan

melalui ‘jalur alternatif’ yang melampaui pendapatan yang berbasis cara-cara konvensional

dalam suatu pembangunan. Pendekatan GNH berusaha untuk mengintegrasikan dasar

aspirasi kebahagiaan manusia dan sebagian besar berwujud aspek kebutuhan spiritual (non-

materi) dan budaya dalam pembangunan.

Merefleksikan pentingnya GNH pada publik sebagai promosi yang memungkinkan

kondisi masyarakat yang dapat menerima GNH telah diabadikan sebagai prinsip penting

dari kebijakan negara berdasarkan Pasal 9 dari Konstitusi Bhutan. GNH sebagai ‘benda’

milik publik Bhutan telah secara luas dilaksanakan melalui empat prioritas strategis daerah

yang adil dan berkelanjutan, concern terhadap konservasi lingkungan, pelestarian dan

promosi budaya dan good governance. Baru-baru ini, atas dasar rekomendasi berasal dari

bidang good governance dilakukan penambahan satu program oleh Royal Pemerintah pada

tahun 2005 yaitu bidang olahraga, sebagai upaya yang dilakukan untuk menetapkan

indikator yang relevan untuk GNH dalam membangun sebuah Indeks Pembangunan

Manusia dan menangkap esensinya.

5.3 Relevansi GNH dengan “Freedom” of Development

Amartya Sen mengemukakan bahwa kebebasan yang lebih luas mencakup proses

dan peluang, dan diperlukannya suatu pengakuan tentang heterogenitas dari komponen

yang berbeda dalam sebuah kebebasan. Kebebasan mencakup tentang pembangunan secara

konstitufif dan instrumental sehingga: kebebasan berperan meliputi kebebasan politik,

fasilitas ekonomi, kesempatan sosial, transparansi, dan keamanan, yang semuanya berbeda

namun saling terkoneksi. Mengukur kesejahteraan dengan menggunakan konsep utilitas

tidak menawarkan perkembangan yang lebih baik dalam mengukur tingkat konsumsi

sebagai bagian dari pencarian makna sebenarnya dari pembangunan. Apabila utilitas

disamakan dengan kesenangan maka sangat mungkin seseorang yang sangat miskinuntuk

13

memiliki utilitas yang sangat tinggi. Kadang-kadang seseorang yang kekurangan gizi dapat

saja sangat bahagia dan puas. Saat tidak ada yang dapat dilakukan untuk mengubah kondisi

keterbelakangan seseorang, sikap memiliki kebahagiaan subjektif memiliki kelebihan

tersendiri dari sisi spiritual, namun tetap saja tidak akan dapat mengubah kondisi riil dan

objektif sebenarnya. Secara khusus sifat seperti diatas tidak akan mencegah seorang

gelandangan miskin yang bahagia untuk bebas dari penyakit dan memiliki tempat tinggal

yang tetap karena menurut Sen functioning bukanlah perasaan tetapi adalah pencapaian.

Pembangunansecara luas dapat didefinisikan sebagai suatu proses perbaikan yang

berkesinambungan dari masyarakat atau sistem sosial secara keseluruhan dengan tiga

komponen utama yaitu kecukupan (kebutuhan dasar yang terpenuhi yang terdiri dari

sandang, pangan, papan, kesehatan dan keamanan), Harga diri sebagai manusia seutuhnya

(lebih kepada sebuah penghargaan) dan kebebasan dari sikap menghamba (kemampuan

untuk memilih, berdiri tegak dan tidak diperbudak oleh pengejaran aspek-aspek materiil

dalam hidup ini.

Hal yang dipahami Sen tentang freedom lebih kepada peningkatan kualitas

manusianya saja, walaupun ia telah memberikan penegasan bahwa freedom adalah pondasi

dasar dari pembangunan dan setiap orang ataupun negara yang merdeka lebih mudah

mencapai tujuan pembangunan tersebut. Demokrasi dan pemerintahan transparan juga

menjadi standar yang penting baginya. Namun ia memandang unsur perasaan dari freedom

itu dengan terlalu sangat sederhana. Ia menyamakan perasaan bahagia karena kebebasan itu

hanya dengan orang miskin yang mensyukuri hidupnya dengan menerima keadaannya

tanpa mau memikirkan kemajuan dan pencapaian untuk taraf hidup yang lebih baik.

Raja Buthan menyatakan bahwa perasaan bahagia itu tidak sesempit itu, ia berpikir

sesuatu yang membuat orang berbahagia adalah sesuatu yang menimbulkan kesejahteraan.

Ia menganggap Human Development Index sebagai komponen penting dalam

pembangunan di negaranya. Pengukuran Gross Nasional Happiness mengandung nilai-nilai

pembangunan kualitas manusia dengan memberikan layanan pendidikan, layanan kesehatan

dan kesempatan pada rakyat untuk melakukan pemilu pada tahun 2008 setelah ia turun

tahta. Pemerintah Bhutan memasukkan agenda Millenium Development Goals (MDGs)

14

sebagai dasar pembangunan di negaranya. Ia bersedia melonggarkan aturan kerajaan yang

berguna untuk mendukung kemajuan negaranya seperti masyarakatnya mulai bisa

memanfaatkan layanan teknologi seperti televisi untuk melihat perkembangan dunia.

Namun satu hal yang ia tekankan adalah jangan sampai kelonggaran yang telah diberikan

membuat masyarakatnya lupa untuk menjaga tradisi dan kekayaan alam yang dimiliki

sehingga pembangunan yang berkelanjutan tetap dapat memberikan manfaat jangka

panjang tanpa merusak hal-hal baik yang sudah ada. Sehingga GNH benar-benar

memberikan peningkatan kualitas hidup yang tetap bersinergi pada nilai-nilai tradisional.

5.4 Pengaruh Gross National Happiness Terhadap Pembangunan di Bhutan terkait

Program MDGs

Bhutan bersama dengan 189 negara anggota lainnya mengadopsi Deklarasi

Milenium PBB pada tahun 2000, berkomitmen untuk kemitraan global baru untuk

mengurangi tingkat kemiskinan yang ekstrim dan menetapkan serangkaian target yang

terikat tenggat waktu hingga tahun 2015 yang dikenal sebagai Millennium Development

Goals (MDGs). Dalam Kesepuluh Draft Rencana Pembangunan Lima Tahun Bhutan

mencerminkan orientasi MDG yang concern dengan pengurangan kemiskinan sebagai

kunci utama. MDGs telah dianjurkan secara efektif di Buthan untuk meningkatkan

dukungan sosial terhadap program MDG secara nasional. Garis besar konsensus global

tentang inti dari program pengembangan pembangunan MDGs yang disepakati ini tidak

dimaksudkan untuk menjadi tolak ukur paten (one fit for all) bagi pendekatan

pembangunan di setiap negara. Dengan demikian, MDGs meletakkan dasar normatif untuk

kemitraan pembangunan global dan memainkan peran penting dalam penataan

pembangunan dalam isu-isu kunci yang memungkinkan pada pendekatan yang lebih efisien

dan berorientasi pada pembangunan manusia. Hal yang mudah untuk mengkoneksikan

MDGs dalam kerangka pembangunan nasional di Bhutan dapat dikaitkan dengan harmoni

dan kompatibilitas warganya yang diukur dengan Kebahagiaan Nasional Bruto (GNH),

sebuah paradigma pembangunan dan visi dari negara tersebut.

GNH yang dijalankan oleh pemerintah Bhutan bersinergi dengan tujuan program

MDGs. Dalam setiap bagian program MDGs terkandung nilai-nilai yang dimiliki oleh

15

GNH. Empat pilar dalam GNH yang dimiliki Bhutan mencoba mendasari program MDGs.

Pilar GNH yang pertama adalah pembangunan sosial ekonomi yang berkelanjutan yang

mencakup tujuan MDGs no.1 yaitu pengurangan kemiskinan dan kelaparan yang ekstrim.

Kemudian pilar konservasi lingkungan mengacu pada tujuan MDGs no.7 yaitu menjaga

kelestarian lingkungan. Program MDGs yang meliputi pendidikan dan kesehatan berusaha

mengajarkan pentingnya pelestarian budaya dan lingkungan yang sehat bagi

masyarakatnya. Dan good governance menjadi dasar penting untuk mencapai tujuan MDGs

yang disesuaikan dengan nilai-nilai dalam GNH sehingga membantu peningkatan kualitas

pembangunan di Buthan.

Sedangkan bidang-bidang spesifik GNH meliputi edukasi yang menyentuh tujuan

MDGs no.2 dan 3 yaitu memberikan pendidikan dasar dan mempromosikan kesetaraan

gender. Domain kesehatan berhubungan dengan tujuan MDGs nomor 4, 5 dan 6 yaitu

mengurangi kematian bayi, meningkatkan kesehatan ibu hamil dan melawan penyebaran

HIV/AIDS, malaria dan penyakit lainnya. Bidang GNH yang berhubungan dengan standar

pencapaian ekonomi mengacu pada tujuan MDGs no.1 yaitu mengurangi tingkat

kemiskinan dan akses terhadap keamanan properti. Masalah pelestarian lingkungan menjadi

hal yang paling penting dan mendasar karena Buthan tidak memiliki akses ke laut dan

hanya bergantung pada mata air yang berasal dari gletser, maka sangatlah penting untuk

menjaga kelestarian hutan demi keberlangsungan akses terhadap air bersih dan sanitasi

yang sehat bagi masyarakatnya. Pemberian pendidikan formal maupun informal bagi para

generasi mudanya dikembangkan agar mereka bisa menjadi mesin-mesin pembangunan

yang kompeten yang pada akhirnya dapat meningkatkan kualitas hidupnya.

16

5.4.1 Spesifikasi Tiga Program MDGs dalam Pembangunan Bhutan yang

berlandaskan Pada Pengukuran GNH

6.4.1.1 Pengentasan Kemiskinan

Bhutan telah mencapai angka yang luar biasa untuk pengentasan kemiskinan dengan

proporsi penduduk yang hidup di bawah garis kemiskinan nasional yang hingga sepertiga

penduduknya antara tahun 2000 dan 2007. Penurunan tingkat kemiskinan telah

dimungkinkan melalui pertumbuhan ekonomi yang pesat dan investasi sosial berkelanjutan

termasuk pendidikan dan kesehatan. Dalam 2000, 36,3% dari populasi hidup di bawah garis

kemiskinan yang mengalami penurunan sebesar 23,2% pada tahun 2007. Pada tingkat ini

Bhutan mungkin akan mencapai tujuan pengurangan kemiskinan dan benar-benar dapat

menurunkannya sebelum 2015. Kesepuluh target yang menjadi rencana negara untuk

pengentasan kemiskinan adalah dengan mengurangi proporsi penduduk yang hidup di

bawah garis kemiskinan menjadi 15% atau kurang pada tahun 2013. Hal yang

menggembirakan adalah target nasional ternyata melebihi target awalnya yaitu mengurangi

proporsi penduduk yang hidup di bawah garis kemiskinan nasional sebesar 20%. Selain itu

hal ini ternyata dicapai dua tahun lebih cepat dari 2015. Di masa lalu, skala kemiskinan

secara signifikan lebih tinggi di pedesaan Bhutan dibandingkan dengan wilayah perkotaan.

Kemiskinan di perkotaan diperkirakan sebesar 1,7% dibandingkan dengan kemiskinan di

pedesaan yang mencapai 30,9%. Namun, sejak tahun 2000-an perkotaan dan pedesaan

menunjukkan penurunan terhadap kemiskinan. Sejak tahun 2003, kemiskinan di perkotaan

dan pedesaan di negara ini telah berkurang masing-masing 4,2% dan 38,3%. Kemiskinan

yang kontras ditunjukkan di beberapa kabupaten seperti Zhemgang, Samtse, Monggar,

Lhuentse dan Samdrupjongkhar yang masih tinggi tinggi dengan kisaran 52,9% sampai

38%.

Kesenjangan rasio kemiskinan tidak hanya menghitung kemiskinan tapi juga

mempertimbangkan seberapa miskinkah mereka. Data untuk tahun untuk tahun 2004 dan

2007 yang mencerminkan moderat penurunan rasio kesenjangan kemiskinan dari 8,6%

menjadi 6,1% pada tingkat nasional atau secara efektif berkurang sebesar 29%. Tingkat

kesenjangan rasio kemiskinan di pedesaan juga menurun dari 10,5% menjadi 8,1%

17

mencerminkan sedikit lebih rendah dibandingkan nasional rata-rata. Dengan ukuran ini,

keparahan kemiskinan menurun di Bhutan dari 3,1% menjadi 2,3% pada tingkat nasional

dan dari 3,8% sampai 3% di daerah pedesaan.

5.4.1. 2 Human Development Index (HDI) dan Gross National Income

Bhutan memiliki catatan penting dalam menghilangkan kesenjangan manusia yang

diukur melalui kemajuan yang mengesankan guna memajukan pembangunan manusia di

negara tersebut. Harapan hidup telah naik sekitar 30 tahun sejak 1961. Kematian bayi telah

turun dari lebih dari 206 per 1.000 hidup kelahiran menjadi 40 pada tahun 2006. Kematian

ibu secara signifikan berkurang dari 770 per 100.000 kelahiran pada tahun 1987 untuk 250

per 100.000 hidup kelahiran pada tahun 2000. Banyak masalah kesehatan terkait dengan

kemiskinan dan masalah kebersihan telah diberantas dan besar penyakit yang sebelumnya

merajalela seperti tuberkulosis dan malaria sekarang di bawah kendali. Kemajuan dalam

pendidikan telah sama-sama mengalami peningkatan yang signifikan. Pada awal tahun

enam puluhan, Bhutan memiliki hanya beberapa sekolah dengan sekitar 500 siswa,

kebanyakan dari mereka adalah anak laki-laki. Saat ini ada 157.112 siswa di 523 sekolah

(tidak termasuk sekolah-sekolah monastik dan pusat nonformal pendidikan). Bhutan juga

mendekati target mencapai dasar pendidikan universal dengan paritas virtual gender di

tingkat pendidikan dasar dan menengah. Tingkat melek huruf orang dewasa juga meningkat

dari sekitar 10% pada 1970 menjadi 53% pada tahun 2005. Kemajuan di bidang kesehatan

dan pendidikan telah disertai dengan kemajuan pesat di area lain dalam pembangunan

manusia. Kebanyakan orang Bhutan sekarang memiliki akses ke sumber air minum (84%)

dan sanitasi yang baik (89%) yang di masa lalu berada di antara terendah di dunia.

Kenaikan tingkat pendapatan diukur dengan PDB per kapita juga meningkat pesat dari

sekitar US $ 51 pada tahun 1961 menjadi sekitar US $ 1.419 Pembangunan manusia di

Bhutan p diukur melalui Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang telah meningkat pesat

dari awalnya hanya dengan tingkat rendah menjadi pembangunan menengah level satu.

18

5.4.1.3 Pelestarian Lingkungan

Pelestarian lingkungan sangat diperhatikan dan dihargai secara luas oleh masyarakat

Bhutan karena sumber banyak warga 'mata pencaharian yang tergantung pada lingkungan

alami mereka, terutama mereka yang bekerja dalam bidang pertanian. Hal ini umumnya

diyakini bahwa aktivitas yang tidak bertanggung jawab di alam akan mengakibatkan hasil

negatif dank arena itu akan mempengaruhi GNH.

Kebanyakan masyatakat Bhutan menerima kenyataan bahwa lingkungan harus

dipertahankan untuk orang lain dan generasi masa depan, membatasi degradasi lingkungan

yang parah. Manfaat pelestarian lingkungan yang diamati oleh kebijakan GNH meliputi:

• karakterisasi negara sebagai pusat keanekaragaman hayati

• kebijakan peningkatan pelestarian lingkungan

• mempertahankan kawasan hutan seluas 72%, maupun kawasan hutan lindung sekitar 26

%

• negara akan tetap melindungi 60% dari hutannya hutan.

5.5 Tantangan dan Peluang Gross National Happiness di Bhutan

Masalah pengukuran kesejahteraan dan kebahagiaan telah diperdebatkan secara luas di

berbagai negara yang dilihat pada sisi manfaat dan relevansinya. Ada yang berpendapat

bahwa konsep GNH adalah sangat kompleks dan multi-dimensi dengan sangat subjektif

dan aspek kualitatif yang tidak mudah untuk pengukuran. Lainnya melihat bahwa GNH

lebih baik ditinggalkan sebagai sebuah konsep pengembangan menyeluruh yang harusnya

dikurangi standar idealnya yang terlalu tinggi. Pada sisi lain, ada banyak yang merasa

bahwa usaha pembangunan di dalam negeri akan lebih baik dilakukan dengan memiliki

ukuran yang nyata yang dapat digunakan untuk menilai kemajuan nasional menuju tujuan

yang ideal. Argumen terakhir ini juga mengakui bahwa sementara setiap tindakan GNH

seperti tidak pernah bisa menangkap keragaman penuh, signifikansi dan kompleksitas dari

GNH, mengembangkan ukuran kuantitatif yang sesuai akan membantu menyederhanakan

suatu realitas yang sangat kompleks dan mengoperasionalkan secara lebih efektif.

19

Pada tahun 2005 sebuah rekomendasi penting ditambahkan pada pilar GNH yang

belum ada sebelumnya yaitu good governance. Hal tersebut penting guna memberi standar

dan pengaturan dalam mengembangkan ukuran pembangunan di Bhutan yang

mengutamakan Indeks Pembangunan Manusia berdasarkan pengukuran dengan standar

GNH. Selanjutnya, Pusat Studi Bhutan dipercayakan dengan tugas untuk mengembangkan

dan mengusulkan hal-hal yang sesuai digunakan untuk mengukur pembangunan untuk

menangkap esensi dari GNH dan memfasilitasi pelacakan atas kemajuannya. Indeks GNH

juga disebut Indeks Pembangunan Bhutan (BDI), diharapkan memungkinkan penilaian

yang sistematis dari dampak positif atau negatif dari kebijakan pembangunan dan proyek

dalam GNH. Ini akan memberikan Pemerintah Kerajaan alat analisis untuk meninjau dan

menyempurnakan kebijakan dan desain proyek-proyek pembangunan tepat untuk

menimbulkan suatu pembangunan yang ramah dengan konteks GNH.

Selain itu, sebagaimana ditetapkan dalam GNH dengan penambahan good governance

2005 yang akan membantu publik Bhutan untuk mengevaluasi kinerja pemerintahan.

Sembilan domain yang mencakup indeks GNH berhubungan dengan bidang kesejahteraan

psikologis, keragaman dan ketahanan budaya, pendidikan, kesehatan, penggunaan waktu,

tata pemerintahan yang baik, vitalitas masyarakat, ekologi keragaman dan ketahanan

ekonomi dan peningkatan standar hidup. Pengukuran terhadap daerah-daerah di Bhutan

melalui sejumlah indikator / indeks ditentukan berdasarkan survei pilot project dan Survey

GNH Nasional yang diselenggarakan pada tahun 2006 dan 2008. Indeks komposit GNH

akan dikumpulkan dari berbagai indeks dan indikator dari sembilan domain GNH dengan

weightages yang disediakan. Indeks-indeks dan indikator ini – saat ini terdiri dari 48

indikator total - termasuk berbagai faktor dengan bantalan yang signifikan pada

kebahagiaan individual dan kolektif. Ini termasuk kesehatan indeks mental, indeks

hubungan dalam keluarga, indikator keamanan keuangan, indicator hari sehat per bulan,

indeks berat tubuh, indikator tingkat pendidikan, indikator kesehatan udara setempat dan

indikator pencemaran air, indikator kepemilikan rumah, indikator hak asasi manusia, indeks

kinerja pemerintah, dll. Sebagian besar program yang dijalanka ini selain yang berkaitan

dengan beberapa aspek yang lebih berwujud indikator manusia kesejahteraan, memiliki

20

hubungan kuat dengan MDGs, terutama untuk kemiskinan, sosial (seperti pendidikan,

kematian ibu dan anak dan kesetaraan gender) dan mencapai tujuan kelestarian lingkungan.

Mengingat sifat dari kebahagiaan manusia dan kesejahteraan, evolusi dan strategi kebijakan

GNH dan indeks tentu harus mengikuti proses akhir yang dinamis, inklusif dan terbuka

yang membutuhkan mempertimbangkan kepentingan relatif dari variabel yang berbeda dan

faktor-faktor kebahagiaan, kesejahteraan yang relevan atau mungkin tidak relevan bagi

masyarakat Bhutan pada suatu titik waktu tertentu. Intensitas konsultasi publik yang lebih

luas di Bhutan yang dilaksanakan secara berkala dan survey rutin akan sangat diperlukan

untuk tujuan ini.

6. Kesimpulan

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa Gross National Happiness (GNH)

begitu memikirkan hal-hal yang riskan yaitu bagaimana mensinergikan rencana

pembangunan dengan perencanaan yang matang serta pengevaluasian yang baik terhadap

setiap program-programnya. Walaupun Bhuthan tidak memiliki tingkat kemajuan

(misalnya di bidang teknologi yang tinggi) karena sebagian penduduknya masih bekerja

sebagai petani subsistence, namun negara ini mampu memahami bahwa pembangunan

tidak semata-mata untuk pencapaian pertumbuhan ekonomi saja. Perasaan bahagia dari

pencapaian itu memiliki essensi yang lebih krusial. Karena orang tidak akan bahagia bila ia

mengetahui apa yang dilakukannya tidak menimbukan manfaat bagi kebaikan dan

dilakukan secara kontinyu. GNH mulai dilirik oleh negara-negara di seluruh dunia dan

mencoba mengadopsi nilai-nilai pembangunan Bhutan. Negara-negara lain juga secara

antusias membantu Bhutan (dengan mengadakan konferensi tahunan untuk membahas

GNH) untuk memperbaiki setiap asas yang ada didalamnya dengan harapan GNH bisa

dijadikan alat ukur pembangunan yang lebih baik yang tidak hanya memberikan freedom

pada pencapaian ekonomi namun juga pada unsur perasaan.

21

Referensi

Sen, Amartya. 1999. Development As Freedom. Oxford University Press.

Todaro, Michael P. dan Stephen C. Smith. 2006. Ekonomi Pembangunan Edisi Kesembilan.

Jakarta: Penerbit Erlangga

Gross National Happiness – Bhutan’s Vision of Development and its Challenges

http://www.bhutan2008.bt/ndlb/typescripts/10/GNH_Ch3_Priesner.pdf

http://www.asiantribune.com/news/2010/11/04/2010-human-development-report-shows-

improvement-sri-lanka%E2%80%99s-human-development-record

http://www.bhutanstudies.org.bt/pubFiles/mono-1en-bt-dev-stry.pdf

\http://www.gnhc.gov.bt/ gross national happiness commission

http://www.undp.org.bt/Governance/GNH/the%20philosophy%20of%20GNH.pdf

http://www.3833.com/node/901

http://en.wikipedia.org/wiki/Gross_national_happiness