Post on 18-Jun-2015
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. E POST SECTIO
CAESARIA INDIKASI KETUBAN PECAH DINI
DI RUANG CEMPAKA RSUD SRAGEN
KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Mendapatkan Gelar
Ahli Madya Keperawatan
Disusun oleh :
RISTIAN IDHA ZALVITA
J 200 050 025
JURUSAN KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2009
LEMBAR PERSETUJUAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. E DENGAN POST SECTIO
CAESARIA INDIKASI KETUBAN PECAH DINI
DI RUANG CEMPAKA RSUD SRAGEN
Disusun Oleh:
RISTIAN IDHA ZALVITA
J 200 050 025
Telah diterima dan disetujui oleh pembimbing untuk diajukan dan dipertahankan dalam ujian sidang pada
hari Jum’at, tanggal 31 Juli 2009
Pembimbing
Faizah Betty Rahayuningsih, A.Kep., M.Kes.
Mengetahui
Ketua Jurusan Keperawatan
Arum Pratiwi, S.Kp., M.Kes. (Kep)
NIK. 660
LEMBAR PENGESAHAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. E DENGAN POST SECTIO
CAESARIA INDIKASI KETUBAN PECAH DINI
DI RUANG CEMPAKA RSUD SRAGEN
Disusun oleh:
RISTIAN IDHA ZALVITA J 200 050 025
Telah Dipertahankan Di Depan Dewan Penguji Pada Tanggal 31 Juli 2009
Dan Dinyatakan Telah Memenuhi Syarat
Susunan Dewan Penguji:
1. Faizah Betty Rahayu Ningsih, A.Kep.M.Kes (………………………..)
2. Sulastri, S.Kp.M.Kes (………………………..)
3. Winarsih Nur Ambarwati, S.Kep.Ns. (………………………..)
Surakarta, Juli 2009
Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Surakarta
Dekan,
Arif Widodo, A.Kep, M.Kes
NIK. 630
MOTTO
Dan tolong menolonglah kamu dalam mengerjakan kebajikan dan taqwa, dan
jangan tolong menolong dalam berbuat dosa dan pelanggan.
(Q.S. Al-Maidah: 2)
Dalam hidup, terkadang kita lebih banyak mendapatkan apa yang tidak kita
inginkan. Dan ketika kita mendapatkan apa yang kita inginkan,
akhirnya kita tahu bahwa yang kita inginkan terkadang
tidak dapat membuat hidup kita menjadi lebih bahagia
(Kahlil Gibran)
Banyak kegagalan dalam hidup ini dikarenakan orang-orang tidak
menyadari betapa dekatnya mereka dengan keberhasilan
saat mereka menyerah
(Thomas Alva Edison)
PERSEMBAHAN
Tak akan pernah lupa kupanjatkan rasa
syukur yang paling dalam kepada Allah
SWT atas limpahan anugerah serta
karunianya hingga terselesainya karya tulis
ilmiah ini.
Dengan ketulusan hati sebuah karya kecil ini
ku persembahkan untuk:
Bapak dan ibu tercinta. Terima kasih
atas jerih payahnya dalam membimbing
dan senantiasa mengiringi setiap
langkahku dengan do’a, segala
perjuangan, kasih sayang dan
nasehatnaya kepadaku agar dapat
menjadi orang yang berhasil dan dapat
dibanggakan.
Adik-adikku Deni, Nia dan Ayu, cinta
kasih kalian akan senantiasa mengiringi
langkahku.
Mbah kakungku dan mbah utiku,
makasih atas dosa dan nasehat-
nasehatnya.
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat, hidayah, anugerah dan nikmat-Nya, akhirnya penulis dapat
menyelesaikan karya tulis ilmiah ini dengan usaha yang maksimal dan sungguh-
sungguh dengan judul ”ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. E DENGAN
POST SECTIO CAESARIA INDIKASI KETUBAN PECAH DINI DI
RUANG CEMPAKA RSUD SRAGEN”.
Dengan menyusun karya tulis ini penulis banyak mengalami kesulitan dan
hambatan tetapi berkat bantuan dan bimbingan berbagai pihak, karya tulis ini
dapat penulis selesaikan.
Untuk itu, perkenankanlah penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. H. Bambang Setiadji, selaku Rektor Universitas Muhammadiyah
Surakarta.
2. Arif Widodo, A.Kep., M.Kes, selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Surakarta.
3. Arum Pratiwi, S.Kp, M.Kes (Kep), selaku Ketua Jurusan Keperawatan
Fakultas Ilmu kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta.
4. Agus Sudaryanto, S.Kep. Ns, M.Kes, selaku Sekretaris Jurusan Keperawatan
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta.
5. Faizah Betty Rahayuningsih, A.Kep., M.Kes, selaku Pembimbing dan Penguji
I yang telah sabar memberikan bimbingan, petunjuk, dorongan, nasehat dan
pengarahan dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.
6. Sulastri, S.Kp., M.Kes, selaku Penguji II yang telah meluangkan waktu
menguji Karya Tulis Ilmiah ini.
7. Winarsih Nur Ambarwati, S.Kep. Ns, selaku Penguji III yang telah
meluangkan waktu untuk menguji Karya Tulis Ilmiah ini.
8. Irdawati, A. Kep, M.Si. Med, selaku Pembimbing Akademik yang telah
memberikan semangat dan dorongan selama menyelesaikan studi.
9. Segenap Dosen Fakultas Ilmu Kesehatan khususnya Jurusan Keperawatan
Universitas Muhammadiyah Surakarta yang telah banyak memberikan bekal
ilmu keperawatan.
10. Seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah
membantu penulis dalam menyelesaikan karya tulis ini.
Penulis menyadari dalam penulisan karya tulis ini masih banyak
kekurangan, untuk itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang
membangun dari pembaca. Harapan penulis, semoga Karya Tulis ini dapat
bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan bagi penulis khususnya. Amin ....
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Surakarta, 11 Juli 2009
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i
HALAMAN PERSETUJUAN ......................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... iii
MOTTO ........................................................................................................... iv
PERSEMBAHAN ............................................................................................ v
KATA PENGANTAR ...................................................................................... vi
DAFTAR ISI .................................................................................................... vii
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................... 1
A. Latar Belakang ......................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ................................................................. 2
C. Tujuan ...................................................................................... 3
D. Manfaat .................................................................................... 3
BAB II TINJAUAN TEORI ....................................................................... 4
A. Pengertian ................................................................................. 4
B. Etiologi ..................................................................................... 4
C. Patofisiologi ............................................................................. 5
D. Gambaran Klinis ...................................................................... 5
E. Pemeriksaan Penunjang ........................................................... 6
F. Penatalaksanaan Medis ............................................................ 7
G. Tanda-tanda Persalinan ............................................................ 7
H. Tanda-tanda Infeksi .................................................................. 7
I. Pathways .................................................................................. 8
J. Diagnosa Keperawatan ............................................................. 9
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN ........................................................ 13
A. Pengkajian ................................................................................ 13
B. Analisa Data ............................................................................. 17
C. Prioritas Masalah ...................................................................... 19
D. Perencanaan .............................................................................. 19
E. Implementasi ............................................................................ 21
F. Evaluasi .................................................................................... 23
BAB IV PEMBAHASAN ............................................................................ 24
A. Diagnosa yang Muncul pada Khasus ....................................... 24
B. Diagnosa yang Tidak Muncul pada Khasus ............................. 30
BAB V PENUTUP ...................................................................................... 32
A. Kesimpulan .............................................................................. 32
B. Saran ......................................................................................... 33
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
ABSTRAK ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. E DENGAN POST SECTIO
CAESARIA INDIKASI KETUBAH PECAH DINI
DI RUANG CEMPAKA RSUD SRAGEN
Latar Belakang: Dalam praktek obsetrik modern, kelahiran lewat perut dengan
mudah dipilih bila kelahiran pervaginam akan membahayakan ibu, anak dan
keduanya. Perbaikan yang meluas dalam hal anestesi teknik pembedahan
antibiotika dan transfusi darah menurunkan mordibilitas dan mortalitas akibat
sectio caesaria sehingga menjadikan sebagai pilihan yang relative aman.
Metode: Penulis menggunakan metode deskripsi, adapun sampelnya adalah Ny.
E, data ini diperoleh dengan cara yaitu: wawancara, pemeriksaan, observasi,
aktivitas, memperoleh catatan dan laporan diagnostik, bekerja sama dengan teman
sekerja.
Hasil: Setelah dilakukan keperawatan selama 3 hari, diagnosa keperawatan yang
muncul ada 4 yaitu gangguan rasa nyeri, resiko tinggi infeksi, intoleransi aktivitas,
kurang pengetahuan. Dalam implementasi sebagian besar telah sesuai dengan
rencana tindakan yang diterapkan.
Kesimpulan: Masalah keperawatan pasien mengenai gangguan rasa nyaman,
nyeri, resiko tinggi infeksi, intoleransi aktivitas, kurang pengetahuan pada
dasarnya dapat dilaksanakan dengan baik dan sebagian besar masalah dapat
teratasi.
Kata kunci: sectio caesaria, indikasi ketuban pecah dini, nyeri, infeksi, intoleransi
aktivitas, kurang pengetahuan.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Ketuban Pecah Dini (KPD) diartikan sebagai aminoreksis sebelum
permulaan persalinan pada tiap-tiap kehamilan.
Perubahan pada penanganan obstretic banyak mempengaruhi metode
kelahiran operatif selama 60 tahun pertama dari abad ke-20, dokter yang tidak
mau melakukan kelahiran dengan cunam dan sectio caesaria dianggap sebagai
titik akhir dari kegagalan perawatan obstetric. Dalam praktek obsetrik modern,
kelahiran lewat perut dengan mudah dipilih bila kelahiran pervaginam akan
membahayakan ibu, anak dan keduanya. Perbaikan yang meluas dalam hal
anestesi teknik pembedahan antibiotika dan transfusi darah menurunkan
mordibilas dan mortalitas akibat section caesaria sehingga menjadikan sebagai
pilihan yang relative aman (Hacker, 2001: 338).
Dalam persalinan dibagi menjadi 4 kala yaitu Kala I serviks membuka
sampai terjadi pembukaan 10 cm, Kala I dinamakan pula dengan kala
pembukaan, Kala II disebut pula Kala Pengeluaran oleh karena berkat
kekuatan NIS dan mengedan janin didorong keluar sampai lahir dalam Kala
III atau kala uri plasenta terlepas dari dinding uterus dan dilahirkan, Kala IV
mulai lahirnya plasenta dan lamanya 1 jam dalam kala itu diamati apakah
tidak terjadi pendarahan post partem (Sarwono, 2005).
Pada Kala I mekanisme membukanya serviks berbeda antara pada
primi graviola dan multi graviola. Pada yang pertama Ostium Urteri Internum
akan lebih dahulu sehingga Serviks akan mendatar dan menipis baru
kemudian Ostium Urteri Exsternum membuka pada saat Multi Gravida
Ostium Urteri Internum sudah sedikit membuka. Ostium Urteru Internum dan
eksterm serta penipisan dan serviks terjadi dalam saat yang sama. Ketuban
akan pecah dengan sendiri ketika pembukaan hampir atau telah lengkap tidak
jarang ketuban harus dipecahkan ketika pembukaan lengkap bila ketuban
pecah sebelum mencapai pembukaan 5 cm disebut dengan ketuban pecah dini.
(Sarwono, 2005)
Angka persalinan sectio caesaria di Amerika Serikat telah meningkat
empat kali lipat dari 55 per 100 kelahiran pada tahun 1970 menjadi 22,7 per
100 kelahiran pada tahun 1985. Insiden section caesaria dalam unit obstetric
bergantung pada populasi pasien dan sikap dokter, sekarang angkanya berkisar
antara 10%-40% dari semua kelahiran. (Hucker, 2001: 338)
B. Identifikasi Masalah
Menjelaskan bagaimana penanganan keperawatan pasien post section
caesaria.
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
a. Mampu melaksanakan asuhan keperawatan pada post section caesaria.
b. Sebagai bahan pembelajaran bagi mahasiswa agar lebih memahami
tentang section caesaria yang berkaitan dengan ketuban pecah dini.
c. Sebagai bahan pemahaman bagi pembaca agar dapat lebih mengetahui
tentang sectio caesaria yang berhubungan dengan ketuban pecah dini.
2. Tujuan Khusus
a. Melaksanakan pengkajian pada post sectio caesaria.
b. Membuat analisa data pada pasien post sectio caesaria.
c. Menegakkan diagnosa keperawatan pada pasien post sectio caesaria.
d. Merencanakan asuhan keperawatan pada pasien post sectio caesaria.
e. Melaksanakan tindakan keperawatan pada pasien post sectio caesaria.
D. Manfaat
1. Menambah wawasan, pengetahuan penulis dan pembaca di bidang
kesehatan khususnya pada section caesaria.
2. Memberikan informasi mengenai masalah keperawatan pada pasien post
sectio caesaria dan penatalaksanaan masalah keperawatan.
3. Meningkatkan keterampilan penulis dalam melakukan asuhan keperawatan
pada pasien post sectio caesaria.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian
Asuhan keperawatan post sectio caesaria adalah asuhan keperawatan
yang diberikan kepada pasien post operasi sectio caesaria.
Sectio caesaria adalah proses persalinan atau pembedahan melalui
insisi pada dinding perut dan rahim anterior untuk melahirkan janin. (Hacker,
2001:338)
Ketuban pecah dini adalah pecahnya selaput ketuban secara spontan
satu jam atau lebih sebelum terjadi tanda-tanda persalinan. (Arief Mansjoer,
1999 : 310)
Masa nifas atau post partum adalah masa pulihnya kembali mulai dari
persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti pra hamil, lama
masa nifas yaitu 6-8 minggu. (Rustam Mochtar, 1998:115)
Dari pengertian di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa post sectio
caesaria dengan indikasi ketuban pecah dini adalah masa pulihnya kembali
alat-alat reproduksi karena tindakan kelahiran janin melalui insisi dinding
perut dan rahim anterior dengan pecahnya ketuban sebelum adanya tanda-
tanda persalinan.
B. Etiologi
Penyebab ketuban pecah dini masih belum jelas. Ada beberapa hal
yang dapat menjadi predisposisi, yaitu (Masjoer Arif, 1999:310):
a. Infeksi genetalia
b. Servik inkompeten
c. Gameli
d. Hidroamnion
e. Kehamilan preterm
f. Disporporsi cepallo pelvic
C. Patofisiologi
Kantong amnion yang utuh berfungsi sebagai suatu mekanik terhadap
infeksi tetapi selain itu cairan amnion mempunyai beberapa sifat bakteri
ostatik yang dapat memainkan peran dalam pencegahan kario amnionitis dan
infeksi janin. Membran yang utuh bukan merupakan sawar mutlak terhadap
infeksi karena kolonisasibakteri terjadi 10% pasien dalam persalinan cukup
bulan, dengan membrane yang utuh sampai 25% pasien dalam persalinan
kurang bulan. Janin kurang bulan dengan ketuban pecah dini, resiko infeksi
dan sepsis yang keberadaannya di dalam rahim ahkan dapat menjadi
problematik, bagi ibu resikonya bukan saja terjadi kariomnitis tetapi juga bisa
terjadi kegagalan induksi, maka harus dilakukan operasi section caesaria.
D. Gambaran Klinis
Adapun tanda-tanda ketuban pecah dini, yaitu: keluar air ketuban
warna kuning, keruh, jernih, hijau, kecoklatan sedikit atau sekali banyak
(Arief Mansjoer, 1999: 310).
a. Dapat disertai demam apabila ada infeksi
b. Janin mudah diraba
c. Pada pemeriksaan dalam selaput ketuban tidak ada, ketuban sudah kering
d. Inspkulo: tampak air ketuban mengalir atau selaput ketuban sudah kering
atau tidak ada.
Tanda-tanda post sectio caesaria adalah adanya insisi, nyeri, adanya
resiko infeksi, gangguan pada pola eliminasi.
E. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang pada ketuban pecah dini, meliputi:
a. Pemeriksaan leukosit darah < 1500 per ML bila terjadi nyeri.
b. Tes lak mus darah berubah menjadi biru.
c. Amnias sintetis.
d. USG menentukan usia kehamilan indeks cairan amnion berkurang.
Pemeriksaan penunjang post sectio caesaria: pemeriksaan laboratorium
(hemoglobin, leukosit).
F. Penatalaksanaan Medis
a. Istirahat
b. Pemberian obat-obatan analgesic
c. Pemberian obat anti biotic
G. Tanda-tanda Persalinan
a. Lender bercampur darah: terjadi sumbatan yang tebal pada mulut rahim
yang terlepas sehingga menyebabkan keluar lender warna merah, ini
disebabkan karena bercampur darah.
b. Air ketuban keluar.
c. Kontraksi teratur: sebentar setelah terjadi kemudian lama kemudian kuat
simetris antara kedua sisi perut mulai dari bagian yang atas dekat dengan
saluran telur sampai sel rahim.
H. Tanda-tanda Infeksi
a. Febris (38 C)
b. Takikardi (> 10 denyut / menit)
c. Fetal Takikardi (> 160 denyut / menit)
d. Nyeri abdomen atau nyeri tekan uterus
e. Cairan amnion berwarna keruh / hijau berbau
f. Leukosit pada pemeriksan darah tepi > 15000 – 2000 mm3
I. Pathways
J. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri b.d. insisi pembedahan (Dangoes, 2000)
Tujuan: Nyeri berkurang atau hilang
Criteria hasil: skala nyeri 1-0 atau hilang, pasien tenang dan rileks
intervensi:
1. Tentukan karakteristik dan lokasi nyeri.
2. Kaji suhu dan nadi.
3. Ajarkan nafas dalam bila nyeri muncul.
4. Beri informasi mengenai penyebab nyeri.
5. Alih baring posisi pasien untuk mengurangi nyeri.
b. Resiko tinggi infeksi b.d. luka insisi pembedahan (Tucker, 1999)
Tujuan: agar luka pasien tidak infeksi
Criteria hasil: luka bersih dan kering tanpa ada tanda dan gejala infeksi
Interfensi:
1. Kaji peningkatan suhu tubuh, nadi, resporasi sebagai tanda infeksi.
2. Observasi insisi terhadap tanda infeksi: kemarahan, nyeri, tekan,
bengkak pada sisi insisi, peningkatan suhu tubuh.
3. Ganti pembalut jika perkebijakan RS.
4. Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan.
5. Kaji tinggi fundus uteri pengeluaran lochea.
6. Kolaborasi pemberian antibiotic.
c. Gangguan pada eliminasi BAB konstipasi b.d. penurunan peristaltic usus
(Dangoes: 2001)
Tujuan: pola eliminasi kembali normal.
Criteria hasil: pasien mengungkapkan BAB lancar.
Intervensi:
1. Anjurkan klien untuk tidak menahan BAB
2. Berikan cairan per oral 6-8 gelas per hari
3. Anjurkan mobilisasi sesuai toleransi.
4. Kolaborasi pemberian obat pencahar.
5. Kolaborasi pemberian diit tinggi serat.
d. Kurang pengetahuan tentang perawatan diri dan bayi b.d. kurang informasi
(Dangoes: 2000)
Tujuan: pengetahuan pasien bertambah.
Criteria hasil: klien mampu mengungkapkan pemahaman tentang
perawatan pasca caesaria.
Intervensi:
1. Kaji tingkat pengetahuan pasien.
2. Beri penjelasan tentang perawatan diri dan bayi
3. Jelaskan perawatan insisi dan jaga kebersihan diri.
4. Demonstrasikan cara perawatan diri dan bayi.
5. Perlunya perawatan payudara dan ekspresi manual bila menyusui.
6. Jelaskan pentingnya ASI bagi bayi.
e. Intoleransi aktifitas b.d. kelemahan fisik (Dangoes: 2000)
Tujuan: aktivitas kembali sesuai kemampuan pasien.
Criteria hasil: pasien bisa beraktivitas seperti biasa.
Intervensi:
1. Bantu pasien dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari seminimal
mungkin.
2. Beri posisi nyaman.
3. Bantu pasien dalam ambulansi diri.
4. Anjurkan menghemat energy hindari kegiatan yang melelahkan.
5. Jelaskan pentingnya mobilisasi diri.
f. Kurang volume cairan b.d. perdarahan (Dangoes: 2000)
Tujuan: memenuhi kebutuhan cairan sesuai kebutuhan tubuh.
Criteria hasil: intake dan output cairan seimbang.
Intervensi:
1. Observasi pendarahan dan kontraksi uterus.
2. Monitor intake dan output cairan.
3. Monitor tanda-tanda NTAL.
4. Observasi pengeluaran lochea, warna, bau, karakteristik dan jumlah
lochea.
5. Kolaborasi pemberian cairan elektrolit sesuai program.
g. Kurang pengetahuan tentang perawatan payudara b.d. kurang informasi
(Dangoes: 2000)
Tujuan: pasien mampu mengungkapkan pemahaman tentang payudara.
Criteria hasil: pasien dapat menyebutkan cara melakukan perawatan
payudara.
Intervensi:
1. Kaji pengetahuan pasien tentang perawatan payudara.
2. Beri pengetahuan cara perawatan payudara.
3. Demonstrasikan cara perawatan payudara.
4. Motivasi pasien untuk melakukan cara perawatan payudara.
5. Beri reforcement atau kemampuan klien.
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian
Pengkajian dilakukan pada tanggal 18 Agustus 2008, jam 14.30 WIB, di ruang
Cempaka RSUD Sragen.
1. Biodata
a. Identitas Pasien:
Nama : Ny. E
Umur : 24 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Sragen
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
b. Identitas Penanggung Jawab
Nama : Tn. A
Umur : 26 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Hubungan : Suami
Alamat : Sragen
2. Rekam Medik
Tanggal Masuk : 14 Agustus 2008
Jam Masuk 19.30
No. RM : 38978
Diagnosa : Post Sectio Caesaria Indikasi Ketuban Pecah Dini
3. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Sekarang
Pasien dengan G1P1AO mengatakan mengeluh kenceng-
kenceng teratur sebelum dirasakan, air ketuban keluar 24 jam yang
lalu, pergerakan janin masih dirasakan, lendir ketuban berkurang
kemudian dibawa Rumah Sakit Umum Daerah Sragen, tanggal 14
Agustus 2008 dilakukan induksi 2 kali tidak bisa, lalu dilakukan
section caesaria.
b. Riwayat Kesehatan Dahulu
Pasien mengatakan sebelumnya belum pernah dilakukan
operasi dan ini merupakan operasi yang pertama.
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
Dalam keluarga tidak ada riwayat penyakit asma, hipertensi
dan diabetes mellitus
d. Riwayat Obstetric
Menarche umur 13 tahun, lama haid 6 hari, siklus haid 30 hari
e. Riwayat Persalinan
Anak Jenis
Kelamin
Ditolong BBL Lahir Umur
1 Laki-laki Dokter 2900 Operasi
SC
4 hari
4. Pola Fungsional
a. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan, yaitu pasien mengatakan
belum begitu paham tentang perawatan payudara, manfaat ASI dan
cara menyusui yang baik.
b. Pola Nutrisi dan Cairan
Pasien makan 3x sehari sesuai diit yang disediakan dari RS, minum 5-
6 gelas.
c. Pola Eliminasi
Pasien BAB setelah diperasi 2x per hari, BAK normal.
d. Pola Istirahat Tidur
Pada malam hari pasien tidak dapat tidur dengan nyenyak dan sering
terbangun.
e. Pola Psikologis
Pasien dalam masa talking hole dimana pasien mempunyai perhatian
lebih luas termasuk kepada bayinya, mandiri dalam perawatan.
f. Hubungan Sosial
Pasien dalam hubungan bermasyarakat baik.
g. Kopling Diri
Dalam menghadapi masalah keluarga, pribadi pasien selalu
bermusyawarah kepada suami.
h. Kepercayaan
Selama dirawat di Rumah Sakit pasien tidak melakukan ibadah sholat,
hanya berdoa.
5. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum pasien baik, kesadaran komposmentis, tanda-tanda vital:
TD : 110 / 80 mmHg
N : 80 x per menit
RR : 20 x permenit
S : 360 C
Pemeriksaan had to toe
a. Dada: payudara kanan kir simetris, areola hiperpigmentasi, puting
menonjol, payudara terasa lembek.
b. Abdomen: terdapat luka insisi vertical sepanjang 11 cm, TFU: 4 jari di
bawah pusat, terdapat kloasma, bising usus 8 x permenit.
c. Genetalia: vulva tidak ederna, lochea di hari keempat tidak keluar;
Ekskremitas: tangan dan kaki tidak odema, human sign negative.
Pemeriksaan Laboratorium
Hemoglobin : 10,4 gr/dl
Hermatokrit : 35,9%
Leukosit : 22,4 103
Trombosit : 151
Ureum : 10,50 mg/dl
Kreatini : 0,6 mg/dl
Terapi
Metronidazol 1x1 per hari
Cifrolaksin: 2x1
Pemeriksaan Bayi
BB: 2900 gram, jenis kelamin: laki-laki, PB: 47 cm, LK: 34 cm
Apgar score: 8 9 10
B. Analisa Data
No Tanggal Data Fokus Diagnosa
1. 18-08-08 DS : Pasien menyatakan nyeri
pada lukaSC
P : Nyeri tekan karena luka jahitan
Q : Nyeri seperti diiris
R : Nyeri pada luka post SC
S : Skala nyeri 6
T : Nyeri tekan tidak bergerak
DO : Pasien terlihat meringis
Nyeri b.d. terputusnya
kontituitas jaringan
2. 18-08-08 DS : Pasien mengatakan luka post
op belum dibersihkan
DO : Terdapat luka jahitan 11 cm
TD : 110/80 mmHg
N : 80x/mnt
S : 360 C
RR : 20 x/mnt
Resiko infeksi b.d.
luka insisi
3. 10-08-08 DO : Pasien mengatakan tidak bisa
tidur dan sering terbangun pada
malam hari
DS : Pasien terlihat lelah
Gangguan pola
istirahat tidur b.d.
proses hospitalisasi
C. Prioritas Utama
Pada tanggal 18 Agustus 2008
1. Nyeri b.d. kontituitas jaringan
2. Resti infeksi b.d. adanya luka insisi
3. Gangguan pola istirahat tidur b.d. proses hospitalisasi
D. Perencanaan
Tanggal Dx Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi TTD
18-08-08
15.30
WIB
1 Setelah dilakukan
tindakan keperawatan
selama 2 x 24 jam nyeri
- Monitor tanda-tanda
vital.
- Kaji lokasi nyeri,
berkurang sampai hilang
dengan kriteria hasil:
DS : Pasien mengatakan
nyeri berkurang
DO : Skala nyeri 0-1 atau
sampai hilang
karakteristik
penyebab, skala,
waktu nyeri.
- Beri tahu tentang
nyeri.
- Beri posisi yang
nyaman dan ajarkan
teknik relaksasi.
- Kolaborasi pemberian
obat analgesic
18-08-08
16.00
2 Setelah dilakukan
tindakan keperawatan
selama 2 x 24 jam tidak
terjadi infeksi dengan
KH:
Ds : Pasien tidak
mengeluh panas pada luka
insisi dan tidak mengeluh
nyeri.
Do : Lukabersih dan
kering tidak ada tanda-
tanda infeksi
- Kaji tanda-tanda vital
- Kaji tanda-tanda
infeksi
- Cuci tangan sebelum
dan sesudah
melakukan tindakan
- Ganti balutan luka
sesuai kebijakan RS
- Kolaborasi obat
antibiotic
- Anjurkan pasien
untuk menjaga
kebersihan
18-08-08
16.30
3 Setelah dilakukan
tindakan keperawatan
selama 2 x 24 jam
gangguan pola istirahat
tercukupi dengan KH:
Ds : Pasien mengatakan
bisa tidur nyenyak.
Do : Pasien tampak lebih
segar dan cerah
- Kaji pola tidur pasien
- Beri lingkungan yang
nyaman
- Anjurkan keluarga
untuk menjaga
ketenangan ruangan
E. Implementasi
No Tanggal Dx Implementasi Respon Ttd
1. 18-08-08
15.30
1.2 Mengkaji tanda-tanda
vital
DS: Pasien bersedia
DO: TD 110/80 mmHg
N : 80 x/mnt
S : 360 C
2. 15.45 1 Mengkaji nyeri: skala,
quality, region, palce,
time mengajarkan
nafas panjang saat
nyeri
DS : Pasien mengatakan
nyeri dan mau
DO : Pasien kooperatif,
nyeri pada luka insisi
menyebar, quality:
seperti diremas-remas;
muncul saat beraktivitas
3. 16.00 2 Memberi obat
- Ceprotaxin 2x1
- Metronidazol 2x1
DS: Pasien kooperatif
DO: Obat masuk
4. 16.30 3 Mengkaji pola tidur
pasien
DS: Pasien mengatakan
sulit tidur dan sering
terbangun
DO: Pasien tampak
lemas
5. 16.45 2 Melakukan perawatan
luka
DS: Pasien bersedia
perawatan luka
DO : Tidak terdapat
tanda-tanda infeksi
6. 17.00 1 Memberikan posisi
nyaman
DS : Pasien bersedia,
pasien mengatakan
posisinya sekarang lebih
nyaman
DO : Pasien terlihat
rileks
7. 17.30 3 Mengkaji pola tidur DS : Pasien mengatakan
tidurnya sudah sedikit
nyenyak, walaupun
harus bangun ketika
bayinya menangis
DO : Pasien tampak
segar
F. Evaluasi
Tanggal Dx Evaluasi Ttd
19.08-08
08.00 WIB
1 S : Pasien mengatakan nyeri berkurang
O : Skala nyeri 4, nyeri pada luka masih menyebar
ke insisi, nyeri saat beraktifitas
A : Masalah teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan
Monitor tanda-tanda vital
Kaji skala nyeri
Beri posisi nyaman
Anjurkan teknik relaksasi
18.30 WIB 2 S : Pasien mengatakan nyeri pada luka sudah agak
berkurang
O : Luka basah tidak ada odema, tidak ada
kemerahan, tidak ada peningkatan suhu tubuh
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi
Monitor tanda-tanda vital
Monitor tanda-tanda infeksi
Beri perawatan luka
Kolaborasi obat
08.40 3 S : Pasien mengatakan sering sudah sedikit bisa
istirahat walaupun terbangun pada malam hari
O : Pasien tampak segar
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan rencana
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada bab ini penulis akan membahas permasalahan yang muncul dalam
Asuhan Keperawatan pada Ny. E dengan Post Sectio Caesaria indikasi ketuban
pecah dini. Adapun yang menjadi ruang lingkup pembahasan meliputi diagnose
keperawatan, perencanaan, implementasi dan evaluasi.
Pada pengkajian penulis tidak menyampaikan tentang genogram karena
pada riwayat kesehatan klien, dalam keluarga klien tidak terdapat penyakit
keturunan, menular, dan penyakit kronik.
Pada bab ini penulis juga menguraikan pembahasan tentang diagnosa yang
muncul dan diagnose yang tidak muncul pada Ny. E dengan Post Sectio Caesaria
indikasi ketuban pecah dini. Dimana asuhan keperawatan ini dilaksanakan pada
tanggal 18-19 Agustus 2008 di bangsal Cempaka RSUD Sragen.
A. Diagnosa Yang Muncul Pada Kasus
Diagnosa I: Nyeri berhubungan dengan insisi pembedahan (Doenges,
2001)
Nyeri adalah keadaan dimana individu mengalami dan melaporkan
adanya rasa ketidaknyamanan yang hebat, atau sensasi yang tidak
menyenangkan, dimana sensasi dengan batasan karakteristik yaitu
mendiskripsikan tentang nyeri, perilaku yang sangat hati-hati, perlindungan
diri, raut wajah tampak kesakitan, perubahan tonus otot, dan perilaku disteksi
(Caepenito, 2000 : 225). Diagnosa nyeri bisa ditegakkan jika ada tanda mayor;
individu memperlihatkan atau melaporkan ketidaknyamanan, sedang pada
tanda-tanda vital darah meningkat, nadi meningkat, diafaresis, pupil dilatasi,
polsisi pasien hati-hati, raut wajah meringis atau kesakitan, merinth, serta
mual-mual.
Pada pengkajian ditemukan data subjektif pasien mengatakan nyeri
pada luka SC, nyeri tekan karena luka jahitan, pasien mengatakan nyeri seperti
diiris-iris, skala nyeri 6, ekspresi wajah pasien tampak meringis kesakitan.
Sehingga penulis mengangkat diagnose di atas sebagai diagnose pertama.
Dalam perencanaan penulis menuliskan tujuan dan kriteria hasil setelah
dilakukan tindakan keperawatan, nyeri pasien berkurang. Dalam implementasi
penulis memberikan pengertian untuk mencapai evaluasi.
Rasionalisasi dari rencana tindakan adalah:
1. Tentukan karakteristik dari lokasi ketidaknyamanan, perhatikan isyarat
verbal dan non verbal, membedakan karakteristik pasca operasi dan
terjadinya komplikasi.
2. Evaluasi tekanan darah dan nadi, nyeri dapat meningkatkan darah dan
denyut nadi.
3. Perhatikan nyeri tkan uterus dan adanya nyeri penyerta, selama 12 jam,
kontraksi uterus kuat dan teratur dan berlanjut selama 2-3 hari, meskipun
frekuensinya menurun secara bertahap.
4. Ubah posisi klien, kurang rangsangan yang berbahaya dan berika masase
punggung, alihkan perhatian dari sensasi nyeri.
5. Anjurkan posisi berbaring datar, meringankan gejala sakit kepala akibat
peningkatan tekanan CSS.
6. Kolaborasi pemberian analgesic setiap 3-4 jam.
7. Tinjau ulang pemberian analgesic terkontrol sesuai indikasi. Analgesic
yang terkontrol dapat menghilangkan nyeri dengan cepat tanpa efek
samping.
Kelemahan jika masalah tersebut tidak diangkat adalah: pasien merasa
kesakitan menahan nyeri dan dapat menyebabkan pasien tidak dapat
melakukan latihan untuk melakukan aktifitas. Kekuatan masalah tersebut
ditegakkan karena: pasien dapat merasa nyaman dan tidak nyeri sehingga
pasien mau mencoba dan berlatih untuk memulai aktifitas yang ringan. Hasil
evaluasi yang diharapkan adalah pasien mengatakan nyeri berkurang.
Diagnosa II: Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan adanya luka
insisi.
Resiko tinggi infeksi adalah keadaan dimana seorang individu
terserang oleh agen patogenik dan oportunistik (virus, jamur, bakteri,
protozoa, parasit) dari sumber-sumber eksternal, endogen dan eksogen
(Carpenito, 2000: 533). Bahwa resiko tinggi diantaranya tindakan
pembedahan. Diagnose tersebut diangkat karena pada klien didapatkan data
subjektif: pasien mengatakan luka post op belum dibersihkan. Data objektif:
luka jahitan 12 cm dan 10 jahitan, TD: 10/80 mm/Hg, N: 80 x/mnt, S: 360C,
RR: 20 x/mnt.
Tindakan yang dilakukan penulis untuk mengatasi masalah tersebut:
memonitor tanda-tanda vital, jika ditemukan adanya peningkatan suhu dan
nadi, diduga terjadi infeksi (Dangoes, 2001: 346). Mengkaji adanya tanda-
tanda infeksi rasionalnya jika terdapat tanda kemerahan, oedema, nyeri,
eksudat dan gangguan penyatuan menandakan infeksi luka (Dangoes, 2001 :
346). Cuci tangan sebelum melakukan medikasi. Rasionalnya dapat membantu
penyembuhan dan mengurangi media pertumbuhan kuman-kuman pathogen
serta membantu proses penyembuhan luka (Dangoes, 2001: 346).
Menganjurkan pasien dan keluarga untuk menjaga agar luka tetap bersih dan
kering. Rasionalnya lingkungan yang lembab merupakan media yang baik
untuk pertumbuhan bakteri, karena bakteri dapat berpindah melalui aliran
kapiler yang basah ke luka insisi (Dangoes, 2002: 909). Memberikan
antibiotik sesuai program dokter baik jenis, cara dan dosis. Rasionalnya dapat
mencegah infeksi dan penyebaran ke jaringan sekitar aliran darah asalkan baik
cara dan dosis sesuai dengan keadaan klien (Dangoes, 2001: 909).
Kelemahan bila masalah ini tidak diangkat adalah bisa infeksi pada
luka sampai ke peritoneum, pasien bisa terjadi syock karena kehilangan daya
tahan. Panas yang tinggi serta rasa aman dan nyaman tidak tercapai, biaya
akan meningkat karena waktu perawatan semakin lama.
Kekuatan yang didapatkan pada masalah ini, masalah teratasi sebagian
karena pada saat dilakukan perawatan luka tidak terdapat tanda-tanda infeksi,
luka kering tidak ada pu atau cairan karena luka.
Evaluasi yang ditemukan, pasien menyatakan nyeri ringan berkurang,
keadaan luka kering tidak ada cairan atau pes, luka tertutup semua. Masalah
teratasi sebagian dan rencana dilanjutkan.
Diagnosa III: Gangguan pola istirahat tidur berhubungan dengan
hospitalisasi.
Gangguan pola istirahat tidur adalah keadaan dimana individu
mengalami suatu perubahan dalam kualitas dan kuantitas istirahat yang
menyebabkan rasa ketidaknyamanan atau mengganggu gaya hidup yang
diinginkan (Carpenito, 2000:909).
Alasan diagnose ini ditegakkan karena penulis mendapat data
subjektif: pasien mengatakan tidak bisa tidur malam. Data objektif: wajah
tampak lelah. Selain itu didukung adanya literature yang menjelaskan bahwa
gangguan pola istirahat tidur dapat dibuktikan oleh terus-menerus bangun atau
tidak bisa tidur (Dangoes: 2000:950). Masalah ini penulis prioritaskan menjadi
diagnose ketiga karena adanya pertimbangan tingkat kepentingan dan
kesulitan serta kebutuhan pertolongan lebih ringan daripada diagnose kesatu.
Rasional dari rencana tindakan keperawatan dalam diagnosa ini
adalah: mengidentifikasi kebutuhan untuk menetapkan pola tidur yang
berbeda (Dangoes, 2000:931). Ciptakan lingkungan yang nyaman, rasionalnya
membantu meningkatkan istirahat, tidur dan relaksasi dan menurunkan
rangsang (Dangoes, 2001:931). Anjurkan pasien untuk tidur 7-8 jam sehari
dengan rasional rencana yang kreatif yang membolehkan tidur dengan si bayi
lebih awal serta tidur siang membantu memenuhi kebutuhan tubuh serta
kelelahan yang berlebihan (Dangoes, 2001:931). Beritahu akibat dari kurang
tidur berlangsung lama dapat terjadi gangguan tubuh. Anjurkan relaksasi
sebelum tidur dengan berdoa dan rasionalisasi penurunan reflek psikologis,
relaksasi diperlukan untuk meningkatkan tidur (Dangoes, 2001:951).
Kekuatan dari tindakan ini adalah pasien memenuhi anjuran dari tim
kesehatan dan bila siang saat tidak ada pengunjung pasien dapat tidur.
Kelemahannya adalah peningkatan kesejahteraan dan istirahat (Dangoes,
2001:931), setelah dilakukan tindakan didapat pasien menyatakan dapat tidur
sedikit nyenyak walaupun terkadang harus bangun karena bayinya menangis
sehingga rencana dilanjutkan.
B. Diagnosa Yang Tidak Muncul Pada Kasus
1. Gangguan Pada Eliminasi BAB Konstipasi Berhubungan dengan
Penurunan Otot Abdomen
Konstipasi menurut (Carpeito, 2000:164) adalah keadaan dimana
individu mengalami atau beresiko tinggi mengalami usus stasis usus besar,
sehingga menimbulkan eliminasi jarang atau keras. Untuk menegakkan
diagnose tersebut harus ada tanda mayor: bentuk feses keras, defekasi
kurang dari 3x seminggu dan data minor yaitu: penurunan bising usus,
keluhan tekanan pada rectum, mengejan dan nyeri pada waktu defakasi
(Carpenito, 2000:164). Pada pasien tidak ditemukan data tersebut sehingga
diagnose tersebut tidak ditegakkan.
2. Kurang Volume Cairan Berhubungan dengan Pendarahan
Kurang volume cairan adalah keadaan dimana seseorang yang
tidak makan, minum peroral mempunyai resiko terjadinya dehidrasi
vaskuler, interstisiil atau interseluler (Carpenito, 2000:411).
Menurut (Carpenito, 2000:411) untuk menegakkan diagnose
tersebut diperlukan data-data yang mendukung adalah data mayor:
ketidakcukupan dan ketidakseimbangan cairan antar aintake atau output,
penurunan berat badan dan mukosa kering. Data minornya adalah:
peningkatan natrium serum, penurunan keluaran urine, urine pekat,
penurunan turgor kulit, dan rasa haus. Sedangkan pada kasus penulis tidak
menemukan tanda-tanda tersebut tidak diangkat.
3. Intoleransi Aktivitas Berhubungan dengan Kelemahan Fisik
Intoleransi aktivitas adalah penurunan kapasitas fisiologis
seseorang untuk melakukan aktivitas sampai tingkat yang diinginkan atau
dibutuhkan. Diagnosa tersebut dapat ditegakkan jika ada dua data mayor
yaitu: kelemahan akibat aktivitas, frekuensi pernafasan lebih dari 24x
permenit dan data minor: pucat atau siaonosis dan vertigo (Carpenito,
2000:109). Pada pasien tidak ditemukan data-data di atas, sehingga
diagnose tersebut tidak ditegakkan.
4. Kurang Pengetahuan Berhubungan dengan Kurang Informasi
Tentang Perawatan Diri Post Section Caesaria
Kurang pengetahuan adalah suatu kondisi dimana individu atau
kelompok mengalami kurang pengetahuan kognitif atau keterampilan
psikomotor mengenai suatu keadaan dan rencana tindakan pengobatan
(Carpenito, 2001:389). Diagnose tersebut dapat diangkat apabila terdapat
tanda-tanda dalam masalah laktasi missal bengkak pada payudara. Pada
pengkajian pada pasien tidak ditemukan tanda tersebut sehingga diagnose
tersebut tidak dapat ditegakkan.
BAB V
PENUTUP
Kesimpulan bab ini penulis menyimpulkan dari pembahasan dan
selanjutnya menyarankan hal-hal yang berkaitan dengan asuhan keperawatan pada
pasien dengan post sectio caesaria dnegan indikasi ketuban pecah dini.
A. Kesimpulan
Pada pasien post section caesaria dengan indikasi ketuban pecah dini
ditemukan masalah keperawatan seperti nyeri berhubungan dengan insisi;
resiko tinggi infeksi berhubungan dengan prosedur infasife, gangguan pola
eliminasi buang air besar konstipasi berhubungan dengan penurunan
peristaltic usus, kurang intoleransi, intoleransi aktivitas berhubungan dengan
kelemahan fisik, kurang volume cairan berhubungan dengan pendarahan,
kurang pengetahuan tentang perawatan payudara berhubungan dengan kurang
informasi.
Untuk mengatasi masalah yang muncul pada kasus post sectio caesaria
indikasi ketuban pecah dini, sebagian besar rencana tindakan secara teori
dapat diterapkan pada rencana tindakan kasus. Dalam implementasi sebagian
besar telah sesuai dengan rencana tindakan yang diterapkan, namun dalam
pendokumentasiannya dirasa masih kurang terutama pada rencana tindakan
yang didelgasikan. Pada evaluasi hasil yang dilakukan penulis pada dasarnya
dapat terlaksana dengan baik dan sebagian masalah teratasi.
Dalam pelaksanaan asuhan keperawatan, diperlukan kerjasama dari
pihak yang berkompetensi baik pasien, maupun keluarga perawat ataupun
petugas medis lain, agar pasien mendpat asuhan keperawatan yang maksimal.
B. Saran
1. Penanganan post section caesaria indikasi ketuban pecah dini perlu
dilakukan secara intensif agar tidak terjadi komplikasi.
2. Bagi pembaca disarankan untuk memahami hal-hal yang berkaitan section
caesaria dengan indikasi ketuban pecah dini, sehingga dapatdilakukan
upaya-upaya yang bermanfaat untuk menghindari kasus di atas.
3. Semoga karya tulis ini dapat meningkatkan kemampuan belajar penulis
dalam menangani masalah yang muncul pada kasus post sectio caesaria
dengan indikasi ketuban pecah dini pada khususnya dan dapat memberikan
informasi pembaca dan masyarakat pada umumnya.
SATUAN ACARA PENDIDIKAN KESEHATAN
Pokok Bahasan : Perawatan Payudara
Sub Pokok Bahasan : Perawatan Payudara
Waktu : 20 Agustus 2008, Pukul 10.00 WIB – sampai selesai
Sasaran : Pasien Ny. E
Tempat : Bangsal Cempaka RSUD Sragen
Penyaji : Ristian Idha Zalvita
I Tujuan Instruksional Umum
Setelah dilakukan pendidikan kesehatan tentang cara perawatan
payudara postpartum, diharapkan ibu mampu memahami dan selanjutnya
melaksanakan perawatan payudara dengan benar.
II Tujuan Instruksional Khusus
Setelah mengikuti pendidikan kesehatan tentang perawatan
payudara postpartum selama 1x45 menit ibu mampu:
1. Mengetahui pengertian perawatan payudara postpartum.
2. Mengetahui tujuan perawatan payudara postpartum.
3. Mengetahui cara perawatan payudara postpartum.
III Pelaksanaan
No. Kegiatan Respon Pasien Waktu
1. 1. Pendahuluan
a. Memberikan salam
b. Perkenalan
c. Mengkaji pengetahuan
pasien.
- Menjawab salam
- Pasien mengatakan belum
tahu tentang perawatan
payudara
5
menit
2. 2. Pelaksanaan
a. Menjelaskan tujuan
perawatan payudara
postpartum.
b. Mengajarkan cara
perawatan payudara
postpartum.
c. Memberi kesempatan
pasien untuk
mendemonstrasikan.
- Pasien memperhatikan
- Pasien mendemonstrasikan
cara perawatan payudara.
35
menit
3. 3. Penutup
a. Menyimpulkan
b. Melakukan evaluasi
dengan memberikan
kesempatan pada ibu
untuk bertanya.
- Pasien memperhatikan dan
mengatakan sudah
mengerti
- Menjawab salam.
10
menit
c. Memberikan salam
penutup.
IV Metode
a. Ceramah
b. Demonstrasi
c. Tanya jawab
V Media
a. Leaflet
b. Perawatan brestcare
VI Daftar Pustaka
Mochtar, Rustam. 1998. Synopsis Obstetric dan Ginekologi. EGC.
Jakarta