Post on 02-Jan-2016
1
A. Judul Program
Pengaruh Elektroakupuntur Titik Shensu (BL-23), Titik Pishu (BL-20) dan
Titik Zusanli (ST-36) terhadap Perbaikan Jaringan Testis Pada Tikus (Rattus
novergicus) Model Diabetik
B. Latar Belakang Masalah
Infertilitas terjadi hampir pada 15% pasangan suami-istri (David dkk,
2007). Infertilitas didefinisikan sebagai ketidakmampuan untuk menghasilkan
kehamilan setelah satu tahun masa tanpa proteksi hubungan suami-istri.
Pasangan itu tidak menggunakan alat kontrasepsi, baik suami maupun istri.
Pasangan itu secara teratur mengadakan hubungan suami-istri yang normal
tidak dipisahkan oleh letak geografis. Bagi banyak orang, infertilitas sering
menjadi hal yang menakutkan dan dapat menurunkan kualitas hidup seseorang.
Infertilitas dapat terjadi baik pada pria maupun wanita. Meskipun dalam
masyarakat masih banyak yang berpandangan bahwa infertilitas disebabkan
oleh pihak perempuan, infertilitas pada pria juga harus mendapatkan
penanganan serius. Infertilitas yang disebabkan oleh gangguan pada pihak pria
(faktor pria) mencapai prosentase yang cukup besar, yaitu sekitar 40-60%. Ada
banyak hal yang dapat mempengaruhi infertilitas pada pria, seperti rokok,
polusi, terpapar berbagai zat kimia, radioaktif serta penyakit sistemik seperti
diabetes (David dkk, 2007).
Dewasa ini, diabetes merupakan penyakit yang telah menjadi epidemi dunia
dengan prevalensi yang semakin meningkat dari tahun ke tahun. Data statistik
WHO menunjukkan bahwa sekitar 346 juta penduduk dunia menderita diabetes
mellitus. Indonesia sebagai negara berkembang menduduki peringkat ke-4
dunia untuk prevalensi kejadian penyakit ini. WHO memprediksi kenaikan
pasien diabetes di Indonesia akan menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun 2030
(WHO, 2008). Meningkatnya prevalensi diabetes mellitus di negara
berkembang diakibatkan oleh perubahan pola makan dan mungkin karena hal
ini pula, diabetes saat ini mempunyai kecenderungan sudah mulai terjadi pada
usia muda dan usia reproduksi.
Dari hasil penelitian, didapatkan bahwa terdapat hubungan yang erat antara
peningkatan diabetes dengan disfungsi sistem reproduksi pria. Dibandingkan
2
orang yang tidak diabetes, laki-laki penderita diabetes menunjukkan
peningkatan insidensi disfungsi erektil, hipogonadisme, dan infertilitas (Seftel,
2006). Penelitian dengan hewan uji model diabetic cenderung menunjukkan
bahwa kelainan ini terjadi akibat disfungsi testis, seperti penurunan kualitas
dan kuantitas sperma, rendahnya level testosterone dalam darah, serta
perubahan histologis testis (Tang dkk, 2008). Secara teoritis, hal tersebut
disebabkan karena peningkatan stres oksidatif dan gangguan vaskuler yang
terjadi pada diabetes (Davoud dkk, 2011).
Pengobatan infertilitas pada penderita diabetes melitus belum banyak
dikembangkan. Salah satu yang digunakan adalah terapi hormonal. Namun,
terapi ini tergolong mahal dan memiliki efek samping lain. Terapi alternatif
lain yang relatif lebih murah dan aman untuk mengatasi infertilitas pada
diabetes mellitus adalah elektroakupuntur.
Elektroakupuntur ini pada prinsipnya sama dengan akupuntur, hanya
stimulusnya menggunakan stimulus elektrik. Dengan elektroakupunktur
stimulasi lebih stabil dan kontinyu. Akupunktur memanfaatkan rangsangan
pada titik akupunktur untuk mempengaruhi aliran bioenergi tubuh berdasar
pada filosofi keseimbangan hubungan antara permukaan tubuh dan organ
melalui sistem meridian yang spesifik (Koosnadi S, 2000). Akupunktur telah
banyak digunakan oleh paramedis dalam penanganan masalah kesehatan.
WHO sudah mendata lebih dari 40 indikasi pengobatan untuk akupuntur dan
National Institutes of Health telah menerima validitas dari pengobatan
akupuntur. Pada penelitian sebelumnya, terbukti bahwa elektroakupuntur dapat
meningkatkan kadar testosterone dan dihidrotestosteron dalam plasma.
Akupuntur dapat meningkatkan kuantitas dan kualitas sperma pada hewan uji.
Akupuntur juga dapat memperbaiki jaringan testis (Xia Qing, 2003). Berbagai
penelitian klinik dan laboratorium membuktikan bahwa akupunktur dapat
menurunkan kadar glukosa darah dan mempunyai efek terapetik terhadap
komplikasi kronik diabetes melitus. Namun, belum ada bukti ilmiah yang
menunjukkan efek akupuntur untuk mengatasi infertilitas pada penderita
diabetes mellitus. Oleh karena itu, menarik untuk diteliti mengenai pengaruh
3
elektroakupuntur pada titik shensu (BL-23), pishu (BL-20) dan zusanli (ST-36)
pada testis tikus yang diinduksi steptozotocin.
C. Perumusan Masalah
Apa pengaruh elektroakupuntur titik shensu (BL-23), titik pishu (BL-20)
dan titik zusanli (ST-36) terhadap perbaikan jaringan testis pada tikus model
diabetik?
D. Tujuan Program
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh
elektroakupuntur titik shensu (BL-23), titik pishu (BL-20) dan titik zusanli
(ST-36) terhadap perbaikan jaringan testis pada tikus model diabetic.
E. Luaran yang Diharapkan
Diharapkan hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bukti ilmiah
dalam pemanfaatan elektroakupuntur sebagai terapi infertilitas yang
diakibatkan oleh diabetes mellitus.
F. Kegunaan Program
1. Aspek Teoritis
Penelitian ini dapat memberikan informasi ilmiah mengenai
pengaruh elektroakupunktur dalam memperbaiki jaringan testis pada
tikus model diabetik.
2. Aspek Aplikatif
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan rujukan untuk
penelitian lebih lanjut sehubungan dengan peran elektroakupunktur
sebagai terapi infertilitas akibat diabetes mellitus.
G. Tinjauan Pustaka
1. Dasar Teori
a. Elektroakupuntur Titik Shenshu (BL-23), Pishu (BL-20), dan
Zusanli (ST-36)
Akupunktur ( akus = jarum; puntur = tusuk) merupakan terapi
biologis dengan cara menusuk pada beberapa tempat pada kulit (titik
akupunktur) dengan menggunakan jarum logam yang padat dan tipis.
Untuk memberikan stimulus, penetrasi jarum dimanipulasi (digerak-
gerakkan) secara manual atau dengan stimulasi elektrik
4
(elektroakupunktur). Dengan elektroakupunktur stimulasi lebih stabil
dan kontinyu. Elektroakupunktur pada tikus menggunakan frekuensi 2
Hz, amplitudo 10 mA dengan durasi 10-20 menit (Gao et al., 2000).
Untuk mengobati diabetes, ada 3 titik yang biasa digunakan, yakni
Shenshu (BL-23), Pishu (BL-20), dan Zusanli (ST-36). Titik Shenshu
(BL-23) terletak pada punggung setinggi processus spinosus lumbal 2;
1,5 cun lateral linea mediana posterior. Titik Pishu (BL-20) terletak
pada kedua sisi ruang interkostal setinggi batas bawah processus
spinosus thorakal 12; 1,5 cun lateral linea mediana posterior. Titik
Zusanli (ST-36) terletak pada 1/5 proximal permukaan kraniolateral
tungkai bawah, beberapa millimeter di bawah tuberositas tibia (Tarcin
et al.,2004). Cara perangsangan pada titik ketiga titik tersebut adalah
dengan menempatkan jarum akupuntur sesuai letaknya tadi dengan
posisi jarum tegak lurus sedalam 6 mm (Tian Feng He, 2011).
b. Efek Diabetes pada Jaringan Testis
Testis adalah bagian dari sistem reproduksi pria yang bertanggung
jawab terhadap kelangsungan produksi spermatozoa dan sekresi
hormon testosteron. Secara histologis, dalam testis terdapat tubulus
seminiferus yang berkelok-kelok dengan panjang 30-70 cm dan
diameter 150-250 μm yang kelilingi oleh membrana basalis. Di sini
terdapat spermatozoa berada dalam berbagai tahapan pematangan. Di
sisi medial membrana basalis terdapat sel progenitor untuk
memproduksi sperma. Epitel yang mengandung spermatozoa yang
sedang berkembang di sepanjang tubulus disebut sebagai epitel
seminiferus atau epitel germinal (Gartner, 2007).
Pada tikus diabetik, histologis jaringan testis tersebut
memperlihatkan bentuk irregular dari tubulus seminiferus, bentuk
normal dari sel germinal berkurang, dan pengurangan sel
spermatogenesis pada tubulus yang terkena. Tikus dengan diabetes
memiliki material amorf pada jaringan ikat intertisiil. Pada tubulus
seminiferus didapatkan sel multinukleus, keadaan ini ditemukan pada
kelompok diabetes. Penemuan ini mengindikasikan bahwa konversi dari
5
spermatogonia menjadi spermatosit primer menurun pada kondisi
diabetes. Peningkatan jaringan ikat intertisiil ini berhubungan daengan
mikrovaskular angiopati pada kondisi diabetes (Davoud dkk, 2011).
c. Mekanisme Elektroakupunktur Titik Shenshu (BL-23), Pishu (BL-
20) dan Zusanli (ST-36) dalam Memperbaiki Gambaran Histologis
Testis Diabetik
Elektroakupunktur pada titik Zusanli (ST-36) dengan frekuensi 2 Hz
selama 30 menit dapat menurunkan kadar glukosa darah, meningkatkan
kadar insulin dan beta endorfin dalam plasma pada tikus yang diinduksi
STZ (Chang et al, 2005). Penurunan kadar gula darah diduga karena
adanya stimulasi nervus kolinergik yang kemudian menyebabkan
pengeluaran opioid endogen (beta endorfin) yang dapat mengaktifkan
reseptor-reseptor spesifik pada pankreas sehingga memacu sekresi
insulin (Chang et al, 2005). Selain itu beta endorfin dapat meningkatkan
sensitivitas insulin melalui modulasi jalur signal insulin (Liang et al.,
2011).
Akupunktur pada titik Zusanli (ST-36) dapat menurunkan produksi
radikal bebas dan meningkatkan antioksidan sehingga menurunkan
terjadinya stres oksidatif (Yu et al., 2010). Stress oksidatif merupakan
penyebab utama disfungsi testis. Beberapa penelitian pada pasien
infertil menunjukkan ada hubungan negatif antara produksi ROS
(reactive oxygen species) dengan suksesnya fertilisasi. Stres oksidatif
dapat menyebabkan kerusakan testis dengan beberapa mekanisme.
Peningkatan ROS menyebabkan peroksidasi lipid dan kerusakan
mitokondria pada sel germinal dan sel leydig sehingga menyebabkan
disfungsi spermatogenesis dan steroidogenesis. Selain itu, peningkatan
level ROS juga merubah ekspresi redox-sensitive transcription factors
(seperti c-jun and c-fos), yang akan mengubah transkripsi gen yang
memainkan peran penting dalam menjaga fungsi testis. Selain itu,
peningkatan ROS juga menyebabkan kerusakan DNA dan abnormalitas
sel germinal. ROS akan mengaktivasi proses apoptosis melalui aktivitas
caspase 3 dan menurunkan ekspresi Bcl-2 (Tang et al, 2008).
Tikus
Kerusakan sel β Pankreas
Diabetes melitus
Sekresi Insulin ↓
Hiperglikemia
Jalur Polyol
↑
Reaksi glikosilasi protein ↑
Autooksidasi glukosa
Pertahanan antioksidan ↓ Faktor oksidatif ↑
Stres oksidatif ↑
ROS↑
Kerusakan sel sel germinal dan sel leydig
disfungsi spermatogenesis dan steroidogenesis
Caspase 3
Injeksi intraperitoneal streptozotocin
Elektroakupunktur titik Pishu
Elektroakupunktur titik Zusanli
Elektroakupunktur titik Shenshu
Stimulasi nervus kolinergikβ endorphin &Insulin-like growth factor
sensitivitas insulin ↑
sekresi insulin ↑
↑ aliran darah testis
Rusaknya struktur glomerulus ginjal
Antioksidan ↑Radikal bebas ↓
Apoptosis
6
2. Kerangka Pemikiran
Keterangan:
3. Hipotesis
: menyebabkan
: menghambat
7 hari adaptasi
Hari ke-8
Hari ke-10
Hari ke-11
Hari ke-56
Sampel
Simple Random Sampling
≥ 200 mg/dl
K P1P2
STZ
Glu
STZ
Elektroakupunktur
Buffer sitrat
≥ 200 mg/dl
OK
A
OP1
OP2
Glu
7
Akupunktur pada titik Shenshu (BL-23), titik Pishu (BL-20) dan
titik Zusanli (ST-36) dapat memperbaiki gambaran histologis testis
tikus induksi streptozotocin.
H. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini bersifat eksperimental laboratorik dengan post test
only control group design.
2. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Histologi dan
Biokimia Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Subjek Penelitian
Subjek penelitian berupa tikus Sprague-Dawley jantan (Rattus
novergicus) dengan berat badan ± 180-220 gram dan berumur 8-10
minggu (Wang et al., 2010). Tikus diperoleh dari UPHP Fakultas
Kedokteran Hewan UGM ,Yogyakarta. Bahan makanan tikus digunakan
pakan broiler I (BR I).
4. Teknik Sampling
Pengambilan sampel dilakukan secara simple random sampling
yang dilanjutkan dengan purposive random sampling. Jumlah sampel
ditentukan dengan rumus Federer yaitu (k-1) (n-1) ≥ 15. Jumlah kelompok
perlakuan pada penelitian ini sebanyak 3 kelompok, dengan demikian,
berdasarkan perhitungan rumus federer didapatkan jumlah sampel tiap
kelompok sebanyak 9 sampel. Total sampel pada penelitian ini 27 sampel.
5. Rancangan Penelitian
Keterangan :
8
K : Kelompok Kontrol
P1 : Kelompok Perlakuan 1(KP1)
P2 : Kelompok Perlakuan 2 (KP2)
Buffer sitrat : Pemberian buffer sitrat 0,1 M 0,7 ml/100grBB
STZ : Induksi streptozotocin dosis 70 mg/kgBB tikus
Glu : Pemeriksaan kadar glukosa darah (kriteria inklusi : gula
darah ≥ 200 mg/dl)
OK : Observasi gambaran histologis testis kelompok K
OP1 : Observasi gambaran histologis testis kel. P1
OP2 : Observasi gambaran histologis testis kel. P2
A : Analisa data
Elektroakupunktur : Elektroakupunktur titik Zusanli, Pishu, dan Shenshu
dilakukan 3 kali seminggu mulai hari ke-11 sampai hari ke-56.
6. Instrumen Penelitian
a. Alat
1) Kandang tikus
2) GlucoDr Blood Glucose
Test Meter
3) Alat elektroakupunktur
4) Point detector
5) Jarum akupunktur
6) Timbangan Mettler Toledo
7) Timbangan tikus
8) Beaker glass
9) Labu ukur dan gelas ukur
10) Spuit 1 ml
11) Alat-alat pembedahan
hewan coba (gunting
anatomis, pinset, jarum
fiksasi, meja lilin)
12) Alat-alat untuk pembuatan
preparat histologis ( gelas
objek, deck glass,
microtom)
13) Mikroskop cahaya
b. Bahan
1) Streptozotocin
2) Buffer sitrat 0,1 M (pH
4,5)
3) Makanan standar hewan
uji (pakan Broiler I)
4) Air PDAM untuk
minuman hewan coba
5) Hematoxylin eosin
6) Periodic acid Schiff
7) Chlorethyle
7. Identifikasi Variabel Penelitian
9
1. Variabel bebas : Elektroakupunktur pada titik Shensu, Pishu dan
Zusanli
2. Variabel terikat : Gambaran histologis testis
3. Variabel penganggu:
a. Dapat dikendalikan : Genetik, berat badan, makanan,
umur, jenis kelamin
b. Tidak dapat dikendalikan : stres, variasi kepekaan tikus
terhadap pemberian suatu zat
8. Definisi Operasional Variabel Penelitian
1. Variabel bebas: Elektroakupunktur pada titik Shenshu, Pishu dan
Zusanli
Elektroakupunktur dilakukan pada titik Zusanli, Pishu, dan
Shenshu selama 15 menit dengan frekuensi 2 Hz, amplitudo 10 mA,
hingga timbul kontraksi otot area yang distimulasi elektroakupunktur
(Putri, 2010). Elektroakupunktur dilakukan 3 x seminggu selama 8
minggu (Mo X, 1996). Skala pengukuran yang digunakan adalah skala
nominal.
2. Variabel terikat: Gambaran histologis testis
Gambaran histologis testis diamati secara mikroskopik di bawah
mikroskop cahaya pada perbesaran 100 x dengan mikrometer
obyektif. Hal-hal yang diamati terutaman bentuk tubulus seminiferus,
sel germinal, jumlah sel spermatogenesis pada tubulus seminiferus,
dan jaringan ikat intertisiil. Skala pengukuran yang digunakan adalah
skala rasio.
9. Teknik Analisis Data Statistik
Data yang diperoleh dianalisis menggunakan uji ANOVA. Uji
ANOVA digunakan untuk membandingkan mean lebih dari dua kelompok
I. Jadwal Kegiatan Program
JadwalMinggu ke-
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Pembuatan Proposal
Pembimbingan usulan proposal
10
Proposal siap*
Pengumpulan data**
Analisis Data
Penyelesaian hasil penelitian,
pembuatan laporan
Seminar hasil penelitian
Keterangan :
* Proposal usulan kegiatan siap dan dikirim ke LPPM Fakultas Kedokteran
Universitas Sebelas Maret untuk mengikuti Program Kreativitas
Mahasiswa (PKM) Dikti guna mendapatkan dana.
** Dilakukan setelah kegiatan disetujui untuk didanai, termasuk di sini adalah
pembelian bahan-bahan yang diperlukan .
J. Nama dan Biodata Ketua serta Anggota Kelompok
1. Ketua Pelaksana Kegiatan
a. Nama lengkap : Mukhtar Ali Mukti
b. NIM : G0009141
c. Fakultas/Program Studi : Fakultas Kedokteran/Pendidikan Dokter
d. Perguruan Tinggi : Universitas Sebelas Maret
e. Waktu untuk Kegiatan PKM : 18 jam/minggu
2. Anggota Pelaksana 1
1. Nama lengkap : Anindhito Kurnia Pratama
b. NIM : G0009015
c. Fakultas/Program Studi : Fakultas Kedokteran/Pendidikan Dokter
d. Perguruan Tinggi : Universitas Sebelas Maret
e. Waktu untuk Kegiatan PKM : 18 jam/minggu
3. Anggota Pelaksana 2
a. Nama lengkap : Galih Indra Permana
b. NIM : G0009091
c. Fakultas/Program Studi : Fakultas Kedokteran/Pendidikan Dokter
d. Perguruan Tinggi : Universitas Sebelas Maret
e. Waktu untuk Kegiatan PKM : 18 jam/minggu
4. Anggota Pelaksana 3
11
a. Nama lengkap : Nita Prasasti
b. NIM : G0009152
c. Fakultas/Program Studi : Fakultas Kedokteran/Pendidikan Dokter
d. Perguruan Tinggi : Universitas Sebelas Maret
e. Waktu untuk Kegiatan PKM : 18 jam/minggu
5. Anggota Pelaksana 4
a. Nama lengkap : Qonita Sakinatul Janani
b. NIM : G0009176
c. Fakultas/Program Studi : Fakultas Kedokteran/Pendidikan Dokter
d. Perguruan Tinggi : Universitas Sebelas Maret
e. Waktu untuk Kegiatan PKM : 18 jam/minggu
K. Nama dan Biodata Dosen Pendamping
1. Nama Lengkap : dr. Selfi Handayani, M.Kes
2. Golongan Pangkat dan NIP : IIId/19651807 199802 1 001
3. Jabatan Fungsional : Lektor
4. Jabatan Struktural : -
5. Fakultas/Program Studi : Kedokteran/Pendidikan Dokter
6. Perguruan Tinggi : Universitas Sebelas Maret
7. Bidang Keahlian : Ilmu Kesehatan Kerja dan Lingkungan
8. Waktu untuk Kegiatan PKM : 14 jam per minggu
L. Biaya
No. Jenis PengeluaranAnggaran yang
Diusulkan (Rp, 00)
1. Pembelian Tikus Jantan galur Sprague-Dawley
45 X 22.000
990.000
2. Pembelian Tikus Betina untuk cadangan
30 X 22.000
660.000
1. Bahan Habis Pakai
a. Jarum akupunktur 20 X 25.000 500.000
b. Streptozotocin 1 btl X 5000.000 5.000.000
c. Aquabides 1 btl X 40.000 40.000
d. Pelet 650.000
12
e. Pewarna jaringan
Hematoxilin-Eosin
1 btl X 500.000 500.000
f. Buffer Formalin 10 % 1 box X 60.000 60.000
g. Alkohol 70 % 1 btl X 30.000 30.000
h. Chloretyle 1 btl X 70.000 70.000
k. Pengambil & penyimpan organ ginjal 500.000
2. Peminjaman alat dan tempat percobaan 500.000
Pemeliharaan tikus selama 2,5 bulan 900.000
Pembuatan preparat histologist 1.200.000
Transportasi 350.000
4. Sumber pustaka, pembuatan proposal, laporan
cetak, print, dokumentasi, dll.
350.000
Total Biaya 10.000.000
M. Daftar Pustaka
Chang S.L. , Tsai C.C,Lin J.G., Hsieh C.L.,Lin R.T. and Cheng J.T. 2005.
Involvement of serotonin in the hypoglycemic response to 2 Hz
electroacupuncture of zusanli acupoint (ST36) in rats. Neuroscience
letter 379: 69-73.
David G, Dolores S. Greenspan’s Basic and Clinical Endocrinology 8 th
Edition. Lange McGraw-Hill; 2007. Available from: pf MED:CINE
Davoud K, Rajab-Ali S, Shapour H. The Histological, Histomorphometrical
and Histochemical Changes of Testicular Tissue in the Metformin
Treated and Untreated Streptozotocin-Induced Adult Diabetic Rats.
Veterian research forum. Vol: 2, No: 1, March, 2011, 13 – 24
Dharmananda. 2001. Zusanli (stomach-36). http://www .
Itmonline.org/arts/pc6.htm. (17 Maret 2011)
Gao, Huang, Chen, Song, and Wang. 2000. Regulatory effects of
electroacupuncture at tsusanli on ir-SP content in rats pituitary gland
and peripheral blood and their immunity. World J Gastroenterol. 6 (4) :
581-584
Gartner, Leslie P. 2007. Color textbook of histology. Elsevier: New York
13
Kianifard, Davoud, Hasanzadeh, Shapour. 2011. The Histological,
Histomorphometrical and Histochemical Changes of Testicular Tissue
in the Metformin Treated and Untreated Streptozotocin-Induced Adult
Diabetic Rats. Veterinary Reserseach Forum (2)1, 13-24.
Koosnadi S. 2002. Akupunktur Dalam Ilmu Kedokteran. Surabaya: Airlangga
University Press
Liang F, Chen R, Nakagawa A, Nishizawa A, Tsuda S, Wang H, Koya D.
2011. Low frequency electroacupuncture improves insulin sensitivity in
obese diabetic mice through activation of SIRT 1/PGC-1α in skeletal
muscle. Evidence-Based Complementary and Alternative Medicine. Vol
2011.
Lin R.T., Tzeng C.Y., Lee Y.C., Ho W.J., Cheng J.T., Lin J.G., Chang S.L.
2009. Acute effect of electroacupuncture at the zusanli acupoints on
decreasing insulin resistance as shown by lowering plasma free fatty
acid levels in steroidbackground male rats. BNC Complementary and
Alternative Medicine. 9:26.
Ricci G, Catizone A, Esposito R, Pisanti FA, Vietri MT, Galdieri M. 2009.
Diabetic rat testes: morphological and functional alterations.
Andrologia. 361-8.
Seftel A. Male hypogonadism. Int. J. Impot. Res. 2006; 18: 223–8.
Tang XY, Qi Zhang, De-Zai, Dai, Han-Jie Ying, Qiu-Juan, Wang ,Yin Dai.
2008. Effects of strontium fructose 1,6-diphosphate on expression of
apoptosis-related genes and oxidative stress in testes of diabetic rats.
International Journal of Urology 15 (3): 251–256
WHO. 2008. Diabetes. (Online) (http://www.who.int/diabetes/facts/
world_figures/en/, diakses 9 Oktober 2011)
Xia Qing. 2003. An experimental study: the effect of acupuncture
andmoxibustion on testicle function and sperm quality. Journal of
Gansu Sciences: 2003-01
Yu YP, Ju WP, Li ZG, Wang DZ, Wang YC, Xie AM. 2010. Acupuncture
inhibits oxidative stres and rotational behavior in 6-hydroxydopamine
lesioned rat. Brain Res. 1336:58-65.