Post on 13-Nov-2021
1
BERTANAM PADI SAWAHSISTEM TABELATOT
(Tabur Benih Langsung Tanpa Olah Tanah)
Oleh :Ir.I Wayan Pasek Arimbawa,MP
JURUSAN AGROEKOTEKNOLOGIFAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS UDAYANADENPASAR
2016
2
KATA PENGANTAR
Sesuai dengan perkembangan jaman berbagai permasalahan baru dalam
produksi pertanian mulai muncul. Berkurangnya tenaga kerja produktif di pedesaan,
berkurangnya ketersediaan air irigasi, mahalnya input produksi, adalah sebagian
masalah yang membutuhkan teknologi yang mampu mengatasinya. Teknologi tersebut
haruslah mempunyai kemampuan dalam meningkatkan produktivitas, hemat air, hemat
tenaga kerja, berwawasan lingkungan dan mudah diterima oleh petani.
Penanaman padi sawah dengan sistem tabelatot adalah salah satu alternatif
untuk bisa diterapkan. dalam mengatasi permasalahan tersebut. Agar teknologi baru
ini dapat diterapkan dan dikembangkan oleh sebagian besar petani maka informasi
tentang teknologi ini perlu disebarluaskan.
Tergerak untuk menyebarluaskan pengetahuan mengenai penanaman padi
dengan sistem tabelatot, penulis menyusun karya tulis ini dengan harapan mampu
memperkaya pengetahuan petani atau siapa saja yang tergerak membina petani dalam
rangka mempertahankan swasembada beras yang pernah dicapai.
Ucapan terima kasih yang setinggi-tingginya penulis sampaikan kepada :
1. Ketua Perpustakaan Universitas Udayana dan rekan-rekan yang banyak
memberikan bantuan dalam penyusunan tulisan ini.
2. Semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu yang telah membantu
dalam pelaksanaan penyelesaian tulisan ini.
Saya menyadari bahwa tulisan ini tentu masih banyak kekurangannya. Kritik
dan saran demi perbaikan akan kami terima dengan segala senang hati.
Denpasar, Nopember 2016
Penyusun
3
DAFTAR ISI
Teks Hal
JUDUL. ……………………………………………………………………… 1
DAFTAR ISI..………………………………………………………………. 2
KATA PENGANTAR……………………………………………………… 3
BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………. 4
BAB II. PENGERTIAN DAN KEUNTUNGAN SISTEM TABELATO . 8
A. Pengertian Bertanam Padi Sawah Sistem Tabelatot ………… 8B. Keuntungan Bertanam Padi Sawah Sistem Tabelatot …… …. 9
BAB III. TEKNIK BERTANAM PADI SAWAH SISTEM TABELATOT … 11
A. Pembuatan Seeder ………………………………………… .. .. 11
B. Penyiapan Lahan …………………………............................... 12
C. Varietas dan Kebutuhan Benih ………………………………. 14
C. Penaburan Benih ………………………….............................. 14
BAB IV. PEMELIHARAAN TANAMAN ………………………………. 16
A. Penyulaman …………………………………………………. 16
B. Penyiangan ………………………………………………….. 16
C. Pengendalian Hama dan Penyakit …………………………. . 18
D. Pemupukan …………………………………………………. 19
E. Pengaturan Air ……………………………………………… 20
BAB V. PANEN ………………………………………………………….. 22
A. Saat Panen ………………………………………………….. 22
B. Cara Panen ………………………………………………….. 23
BAB VI. ANALISIS KEGIATAN DAN BIAYAPRODUKSI …………………………………………………….. 25
Daftar Pustaka ……………………………………………………………. . 26
LAMPIRAN ……………………………………………………………… . 28
4
BAB IPENDAHULUAN
Penanaman padi di sawah sudah merupakan kebiasaan yang turun temurun
dari sebagian besar petani yang ada di Indonesia. Cara penanaman yang biasa
diterapkan adalah cara penanaman padi dengan sistem konvensional yaitu
didahului dengan pengolahan tanah secara sempurna sekaligus melakukan
pesemaian. Pengolahan tanah bisa dilakukan dengan menggunakan traktor,
sapi, kerbau ataupun oleh manusia sendiri.
Pengolahan tanah seperti cara di atas yang sering disebut pengolahan
tanah sempurna, intensif atau konvensional banyak menimbulkan kelemahan-
kelemahan. Kelemahan yang timbul antara lain 30 % dari kebutuhan air pada
sawah dengan sistem pengolahan tanah sempurna hanya untuk pengolahan tanah
dan pelumpuran, sehingga untuk mencapai produksi yang mampu memenuhi
kebutuhan pangan jutaan rakyat Indonesia diperlukan begitu banyak air. Oleh
karena itu perlu dipikirkan suatu pola penanaman yang hemat air. Selanjutnya
Chairunas, dkk (1999) menyatakan penanaman padi dengan sisten tanam pindah
kegiatan usaha tani yang dilakukan cendrung dengan padat tenaga, kebutuhan
ppuk lebih banyak dan umur tanam lebih lama.
Tenaga kerja yang dibutuhkan untuk mengolah tanah sawah cukup
banyak yaitu dapat mencapai 30 % dari kebutuhan tenaga kerja tanam padi
secara total. Biaya tenaga kerja setiap tahun terus meningkat dan akan
5
membengkakkan biaya produksi, sehingga dapat mengurangi pendapatan yang
diterima oleh petani. Selain itu waktu yang dibutuhkan untuk mengolah tanah
cukup panjang yaitu sekitar sepertiga musim tanam. Hal ini akan berpengaruh
terhadap produksi tahunan tanaman padi.
Pengolahan tanah dengan sistem konvensional yang biasa dilakukan
petani akan menyebabkan banyak butir-butir tanah halus dan unsur hara terbawa
oleh air irigasi, sehingga hal ini kurang baik dari segi konservasi lingkungan.
Sistem penanaman padi sawah tanpa olah tanah (TOT) merupakan
alternative teknologi baru. Cara penanaman tanpa olah tanah ini merupakan
bagian sistem pengolahan tanah konservasi, yakni pengolahan tanah yang
mempertimbangkan aspek kelestarian sumber daya tanah dan air, disamping
aspek produksi dan pendapatan petani (Anonimus, 2014). Selanjutnya Nindia
(2015) menyatakan perbedaan mendasar penanaman padi TOT dengan
penanaman padi biasa adalah pada persiapan lahan. Dalam sistem TOT ini tidak
dilakukan pembajakan tanah. Sebagai gantinya dilakukan penyemprotan
herbisida terhadap sisa tanaman (singgang) dan gulma yang tumbuh. Adapun
cara bertanam lainnya tetap mengikuti pola tanam biasa.
Pada dasarnya tujuan sistem Tabelatot ini tidak berbeda dengan sistem olah
tanah sempurna, yaitu mengendalikan gulma dan menyiapkan lahan agar
menjadi media tumbuh yang baik bagi tanaman. Perbedaannya terletak pada
efisiensi penggunaan sumber daya dalam hal persiapan lahan. Sistem onge
6
benih langsung tanpa olah tanah lebih efisien dalam menggunakan air, bibit,
tenaga kerja, waktu, dan berwawasan lingkungan dari pada olah tanah sempurna.
Kegiatan penanaman padi sawah sistem Tabelatot ini telah dicoba pada
tahun 2001 di Subak Uma Anyar Kediri Tabanan (Dana dari Pemda Kabupaten
Tabanan), tahun 2003 di Subak Yeh Enggung Kerambitan Tabanan (Dana
dari LPM Unud), pada tahun 2004 di Subak Penatih Kabupaten Badung (Dana
dari LPM Unud) dan pada tahun 2005 di Subak Bantas Bale Agung Kaja
Kabupaten Tabanan (Dana dari Dinas Pertanian Propinsi Bali).
Dari uji coba yang telah dilakukan tersebut membuktikan bahwa tanah
sawah yang ditanami tanaman padi sebenarnya tidak perlu diolah berat dan
dilumpurkan, tetapi cukup dilakukan pengolahan sedikit atau bahkan tanpa olah
tanah sama sekali (sistem Tabelatot). Sistem Tabelatot ini dapat dilakukan
sampai 3 kali musim tanam secara terus menerus dengan produksi yang tidak
berbeda secara nyata dengan sistem penanaman padi biasa (konvensional). Air
dapat dihemat lebih dari 30 %, biaya produksi dapat dihemat sampai 60 % dan,
hasilnya tidak jauh berbeda bahkan bisa lebih tinggi dibandingkan dengan sisten
biasa atau konvensional. Penyediaan lahan yang biasanya dilakukan petani
dengan mencangkul dan membajak atau dengan menggunakan traktor, dapat
diganti dengan penyemprotan herbisida. Akan tetapi herbisida yang digunakan
harus berwawasan lingkungan yaitu herbisida yang mudah terdegradasi dan
tidak meninggalkan residu dalam tanah dan tanaman serta tidak mencemari air.
7
Herbisida hanya bekerja membunuh gulma serta singgang atau batang padi sisa
pertananaman sebelumnya.
Upaya peningkatan produksi padi sekarang ini telah banyak mengalami
hambatan seperti alih fungsi lahan sawah produktif menjadi lahan non pertanian,
menurunnya ketersediaan air irigasi, makin langkanya dan mahalnya tenaga
kerja produktif di pedesaan dan terjadinya peningkatan secara terus menerus
harga sarana produksi pertanian. Semakin banyaknya hambatan-hambatan
tersebut perlu segera dicari jalan keluarnya termasuk mencari teknologi yang
mampu menjawab permasalahan di atas. Teknologi tersebut haruslah
mempunyai kemampuan dalam meningkatkan produktivitas lahan, hemat air,
hemat tenaga kerja, hemat sarana produksi dan berwawasan lingkungan. Untuk
keperluan tersebut teknologi Tabelatot menjadi teknologi yang cukup
menjanjikan. Agar teknologi ini dapat diterapkan dan dikembangkan oleh petani
maka informasi tentang teknologi ini perlu disebar luaskan. Dengan
menerapkan penanaman padi sawah sistem Tabelatot, diharapkan usaha
pemerintah dalam kemandirian pangan terutama beras dapat terwujud, demikian
pula pendapatan yang diterima petani akan lebih tinggi.
8
BAB IIPENGERTIAN DAN KEUNTUNGAN SISTEMTABELATOT
A. PENGERTIAN BERTAMAN PADI SAWAH SISTEM TABELATOT.
Pada budidaya padi secara umum atau konvensional dikerjakan melalui
urut-urutan kegiatan seperti persiapan lahan atau pembajakan dan pelumpuran,
persiapan bibit, penanaman bibit, pemeliharaan dan terakhir adalah panen. Dari
rangkaian kegiatan yang banyak memerlukan waktu tersebut, belakangan ini
dikembangkan teknik budidaya dengan sistem tabela yaitu menanam padi
dengan tanam benih langsung di lapangan yaitu modifikasi dari penanaman padi
konvensional yang menggunakan bibit. Tujuannya adalah menumbuhkan padi
secara langsung di lapangan dengan waktu yang lebih singkat yang berarti juga
dapat menekan biaya.
Pada sebagian petani padi sawah, juga ada yang mengembangkan teknik
budidaya dengan sistem pengolahan tanah minimum atau yang lebih dikenal
sistem tanpa olah tanah (tot). Persiapan lahan dengan pembajakan dan
pelumpuran tanah pada sistem tot ditiadakan. Sebagai gantinya dilakukan
penyemprotan herbisida terhadap sisa tanaman padi atau singgang dan gulma
yang tumbuh Perbedaan persiapan lahan inilah yang merupakan perbedaan
mendasar dengan sistem penanaman padi lainnya.
9
Herbisida yang digunakan untuk membasmi gulma merupakan salah satu
bagian penting dalam sistem ini. Herbisida yang digunakan harus layak
lingkungan, penyemprotannyapun harus tepat dosis dan tepat waktu. Herbisida
akan bekerja mematikan gulma dan singgang padi yang tumbuh serta batang
padi sisa pertanaman sebelumnya. Setelah semuanya mati, air dimasukkan
kedalam sawah, maka gulma dan singgang tersebut akan bermanfaat sebagai
mulsa. Mulsa ini bermanfaat untuk mencegah kerusakan tanah akibat benturan
air hujan, mengurangi penguapan, meningkatkan bahan ongeri serta kesuburan
tanah, melonggarkan tanah sehingga akar padi dapat berkembang dengan mudah
serta membantu menekan pertumbuhan gulma yang tumbuh kemudian. Dengan
demikian, budidaya sistem Tabelatot diarahkan untuk meningkatkan efisiensi
sumber daya yang tersedia yaitu dengan meniadakan kegiatan persiapan bibit,
penanaman bibit dan pengolahan tanah (pembajakan dan pelumpuran).
B. KEUNTUNGAN BERTAMAN PADI SAWAH SISTEMTABELATOT.
Beberapa keuntungan yang diperoleh dalam pelaksanaan penanaman padi
dengan sistem Tabelatot adalah :
1. Kualitas pertumbuhan dan hasil panen padi tidak berbeda dengan penanaman
padi dengan sistem yang biasa.
2. Menghemat biaya pembelian bibit sampai 33 %.
10
3. Menghemat biaya pengolahan tanah sampai 85 %
4. Menghemat biaya penanaman sampai 92 %
5. Menghemat biaya penyiangan sampai 50 %
6. Mengurangi pemakaian air 30 – 45 %.
7. Menghemat waktu musim tanam, sehingga penanaman dalam satu tahun
dapat ditingkatkan.
8. Mempermudah penanaman secara serentak, sehingga konsep pengendalian
hama terpadu dapat dilaksanakan dengan baik.
9. Melestarikan kesuburan tanah dan mengurangi pencucian onger hara.
10. Memungkinkan peningkatan luas sawah garapan.
11.Keuntungan yang diterima oleh petani cukup tinggi.
11
BAB IIITEKNIK BERTANAM PADI SAWAH SISTEM TABELATOT
A. Pembuatan Atabela (Alat Tabur Benih Langsung)
Penaburan benih pada pelaksanaan sistem Tabelatot ini sebaiknya
menggunakan Atabela yang telah dirancang secara khusus. Dengan penggunaan
alat ini diharapkan jarak tanam dan keluarnya benih per lobang lebih bisa diatur
sesuai dengan keinginan, demikian pula waktu dan tenaga kerja yang dibutuhkan
sangat efisien.
Atabela (Alat Tabur Benih Langsung)
Bahan-bahan untuk pembuatan seeder ini adalah pipa paralon ukuran 4”
sepanjang 120 cm, pipa listrik ukuran 1 “ sepanjang 130 cm, kayu papan untuk
roda/roda sepeda anak-anak dengan diameter 50 cm sebanyak 2 buah, besi pipih
dengan lebar 2 cm sepanjang 4 x 35 cm dan kayu penyangga ukuran 2 x 2 cm
sepanjang 130 cm sebanyak 2 bh. Pada permukaan pipa paralon dibuat lubang
12
dengan diameter 1cm dengan jarak 9 x 20 cm, sehingga pada permukaan pipa
paralon sepanjang 120 cm akan terdapat lubang tempat keluarnya benih
sebanyak 30 lubang. Dengan menggunakan ketentuan ini, maka benih yang
jatuh di lapang sebanyak ± 5 biji per lubang dengan jarak tanam ± 20 x 20 cm,
sehingga nantinya akan diharapkan pemakaian bibit dan pupuk menjadi lebih
sedikit tanpa mengurang hasil yang akan dicapai serta lebih mudah dalam
melakukan penyiangan
B. Penyiapan Lahan.
Penyiapan lahan untuk pelaksanaan sistem Tabelatot, sudah dapat
disiapkan ± 10 hari setelah panen padi yaitu dengan melakukan penyemprotan
dengan herbisida yang bersifat non selektif dengan dosis sesuai anjuran seperti
Gramoxone ( ±12 cc/l air), Polaris (±15 cc/l air), Ranbouw (±15 cc/l air).
Jerami, singgang padi dan gulma sedang disemprot dengan herbisidaGramoxone dengan konsentrasi 9-12 cc/l air.
13
. Dua sampai tiga hari sebelum dilakukan penyemprotan dengan herbisida
tersebut, sudah dilakukan pengeringan lahan dengan tujuan supaya herbisida
yang digunakan dapat membunuh gulma dan singgang padi secara efektif dan
efisien. Makin kering kondisi lahan waktu penyemprotan makin efektif
herbisida akan bekerja, sehingga makin efisien dalam pemakaiannya.
Sebaliknya makin basah kondisi lahan waktu penyemprotan, makin boros dalam
pemakaiannya karena untuk mendapatkan supaya herbisida itu dapat bekerja
secara efektif maka dosis pemakaiannya harus ditingkatkan.
Jerami, singgang padi dan gulma yang sudah mati (dua hari setelahpenyemprotan herbisida Gramoxone).
Dua – lima hari setelah dilakukan penyemprotan herbisida, lahan tersebut
mulai digenangi air dengan tujuan supaya jerami padi, singgang padi dan gulma
yang telah ongering pada lahan tersebut cepat melapuk. Apabila masih ada
14
singgang padi dan gulma yang masih hidup penyemprotan kedua dilakukan ±
10 hari sebelum penaburan benih untuk mencegah bibit yang disebar mengalami
keracunan. Waktu penyemprotan lahan harus dikeringkan dari genangan air
C. Varietas dan Kebutuhan Benih.
Varietas padi yang ditanam pada pelaksanaan sistem ini sama dengan
pelaksanaan penanaman padi yang biasa dilakukan seperti IR.64, IR. 70 dan
lain-lain asalkan jenis padi yang tidak berbulu, karena mengalami kesulitan
waktu penaburan dengan memakai Atabela (alat penabur benih). Kebutuhan
benih dalam pelaksanaan sistem ini untuk luasan 1 Ha adalah ± 20 kg (varietas
sejenis IR.64, Cherang dll).
D. Penaburan Benih.
Penaburan benih dilakukan dengan menggunakan Atabela dengan jarak
tanam antar baris 20 cm dan jarak tanam dalam barisan 15-20 cm. Benih
sebelum ditabur direndam dulu selama dua hari (48 jam) dan ditiris selama satu
hari (24 jam). Benih yang siap disebar adalah benih yang lembaganya sudah
muncul pada permukaan benih sepanjang ± 0,5 mm. Pada saat penaburan
benih lahan tidak boleh tergenang air dan keadaan ini berlangsung selama 4
hari. Setelah 4 hari penaburan benih, lahan mulai digenangi air dengan
catatan air tidak melebihi tinggi tanaman, supaya tanaman yang sudah tumbuh
tidak mati atau terganggu pertumbuhannya kerena terendam air.
15
Saat mulai penaburan benih dengan menggunakan Atabela (7 hari setelahdigenangi air). Lahan harus dikeringkan.
Tanaman padi 4 hari setelah penaburan benih (saat mulai diberikan airdengan ketinggian secara bertahap).
16
BAB 1VPEMELIHARAAN TANAMAN
A. Penyulaman.
Penyulaman dimaksudkan adalah untuk mengganti bibit atau benih yang
mati atau tidak tumbuh, dimakan tikus, burung, kepiting dan semut.
Penyulaman dilakukan pada umur 7-14 hari setelah penaburan benih. Dengan
mengambil bibit atau tanaman yang sengaja disiapkan untuk penyulaman. Bibit
untuk sulaman ini cukup dengan memanfaatkan sisa benih setelah penyebaran
dengan meletakkan benih di sekitar pematang sawah. Penyulaman yang
terlambat akan menyebabkan pertumbuhan tanaman tidak seragam. Untuk
mencegah agar benih tidak dimakan tikus, burung, kepiting dan semut dapat
dilakukan dengan merendam benih dengan insektisida yang bersifat sistemik
seperti Furadan 3 G sebanyak 1- 2 sendok makan ( ± 15 gr) untuk bibit sebanyak
10-20 kg.
B. Penyiangan.
Penyiangan atau pengendalian gulma dilakukan sebanyak dua kali, yaitu
pertama pada umur 10-15 hari setelah penaburan benih yaitu dengan melakukan
penyemprotan dengan herbisida padi sawah dengan dosis sesuai anjuran seperti
DMA (± 2 cc/l air), Ally 20 WDG (± 0,1 g/l air), Ally 76 WP (± 2 g/l air) dan
17
sekaligus dikombinasikan dengan penyiangan secara manual (dengan tangan)
yaitu lima hari setelah penyemprotan dengan herbisida tersebut.
Umur padi 10 hari setelah sebar benih
Penyiangan dengan tangan dimaksudkan untuk mengendalikan gulma yang
tidak mati kerena herbisida yang digunakan. Pengendalian gulma yang kedua
dilakukan setelah tanaman padi berumur ± 42 hari setelah penaburan benih.
Pelaksanaan pengendalian pada saat ini dilakukan secara manual (penyiangan
dengan tangan). Untuk mencegah banyak gulma yang tumbuh dapat dilakukan
dengan penyemprotan lahan dengan herbisida Logran dengan dosis 1 gram/10 l
air, pada saat perendaman jerami dan air dibiarkan bertahan selama 3 hari (air
masuk dan keluar ditutup).
18
C. Pengendalian Hama dan Penyakit.
Hama dan penyakit yang sering menjadi kendala pada penanaman padi
sistem Tabelatot adalah :
1) Saat penaburan benih yaitu hama semut, burung, tikus dan kepiting. Untuk
mengatasi hal ini adalah dengan Furadan waktu perendaman benih sebanyak
1- 2 sendok makan ( ± 15 gr) untuk bibit sebanyak 10-20 kg.
2) Waktu tanaman berumur 1- 5 minggu sering terserang hama seperti wereng,
tungro, hama penggerek dan lain-lain. Untuk mengatasi hal ini dapat
mengunakan berbagai jenis insektisida untuk padi sawah seperti Spontan,
Cymbus, Reagent dll. Dengan konsentrasi ± 2 cc/l air.
3) Waktu tanaman mencapai inisiasi malai atau menjelang bunting sering
diserang penyakit potong leher. Untuk menjegah hal ini dapat menggunakan
fungisida seperti Fujiwan, Anvil dengan konsentrasi ± 2 cc/l air. Ingat
penyakit ini sulit diantisivasi dan dapat menimbulkan kerugian yang cukup
besar terutama varietas yang tidak tahan seperti IR.64 dll.
4) Waktu padi mencapai tingkat masak susu sering diserang oleh hama walang
sangit. Untuk mengendalikan hal ini dapat menggunakan berbagai jenis
insektisida seperti matador dengan konsentrasi ± 2 cc/l air dan Dunkin
dengan dosis 15 gr/10 l air.
5) Untuk mengendalikan hama tikus yang dapat menyerang sewaktu-waktu
dapat dilakukan gropyokan atau dengan umpan yang berupa ketela, jagung,
19
ikan dan sebagainya yang dicampur dengan phospit, temic atau racun yang
lain seperti phython.
6) Burung banyak menyerang padi saat sedang menguning. Untuk
mengatasinya dapat dilakukan dengan menggunakan jarring, tali benang,
orang-orangan dan menjaga padi itu sendiri.
Perlu diingat bahwa tindakan pengendalian hama dan penyakit secara
terpadu (PHT) adalah teknik pengendalian yang paling dianjurkan dalam
penanaman padi sistem Tabelatot ini. Sistem PHT yang bisa diterapkan antara
lain :
1) Menanam varietas yang tahan dan dilakukan secara bergilir berdasarkan sifat
ketahanan yang berbeda.
2) Penanaman padi secara serempak pada daerah persawahan yang cukup luas.
3) Menerapkan pola tanam yang telah dianjurkan oleh instansi yang terkait.
4) Pemakaian pestisida seperti yang dianjurkan di atas jika hama dan penyakit
yang menyerang tanaman padi sudah berada dalam ambang ekonomi.
D. Pemupukan.
Untuk memelihara tanaman supaya dapat tumbuh dengan baik perlu
dilakukan pemupukan. Pemupukan pada sistem tanam ini dapat dilakukan
sebanyak tiga kali yaitu pertama pada saat tanaman berumur 21 hari dengan urea
dan NPK Phonska dengan dosis masing-masing sebanyak 100 kg dan 100
kg/ha). Sebaiknya kalau bisa disertai pemupukan organik sebelum tanam bibit.
20
Pemupukan terakhir menjelang inisiasi malai (umur ± 65 hari). Dosispemupukan pada saat ini disesuaikan dengan pertumbuhan tanaman.
Pemupukan yang kedua dilakukan setelah tanaman padi berumur 42 hari
setelah penaburan benih yaitu dengan dosis 50 kg Urea/ha. Sedangkan
pemupukan yang ketiga dilakukan menjelang inisiasi malai yaitu pada umur ±
65 hari setelah sebar benih dengan dosis ± 50 kg Urea/ha. Dosis tersebut di atas
dapat ditambah atau dikurangi sesuai dengan tingkat kesuburan tanah dan musim
tanam (dapat dilihat dari pertumbuhan tanaman dengan menggunakan WDB).
E. Pengaturan Air.
Pemberian air secara terus menerus pada tanaman padi juga kurang baik
terhadap pertumbuhan tanaman disamping sangat boros terhadap air. Oleh
21
karena itu pengaturan air sebaiknya disesuaikan dengan kebutuhan tanaman
sehingga penggunaannya lebih efektif.
Pengaturan pengairan biasanya diatur sebagai berikut :
1) Awal tanam (mulai umur 4 hari setelah sebar benih) sampai pembentukan
anakan, air dimasukkan kedalam petakan sawah. Air diatur sedemikian rupa
(tinggi antara 3-5 cm) supaya dapat mengendalikan gulma yang tumbuh,
tetapi tidak menghambat pertumbuhan anakan padi
2) Sebelum tanaman bunting air dikeluarkan dari petakan sawah untuk
mencegah anakan tanaman yang tidak baik tidak mengeluarkan bulir.
3) Saat tanaman padi bunting air dimasukkan lagi. Kekurangan air pada saat ini
dapat menyebabkan bulir padi menjadi hampa.
4) Awal pembungaan air dikeluarkan lagi supaya padi dapat berbunga secara
serempak.
5) Saat pembungaan (setelah bunga keluar serempak) air dimasukkan lagi.
Kekurangan air pada saat ini juga dapat menyebabkan bulir menjadi hampa.
6) Awal pemasakan biji air dikeluarkan lagi yaitu untuk menyeragamkan dan
mempercepat pematangan biji.
22
BAB VPANEN
A. Saat Panen.
Menentukan panen padi yang hanya didasarkan pada umur padi tersebut
adalah kurang tepat. Hal tersebut karena masaknya buah padi di samping
tergantung pada jenisnya juga sangat dipengaruhi oleh kondisi tanah sawah
dimana padi itu ditanam dan cuaca setelah tanaman padi berbunga. Cuaca yang
selalu mendung, banyak turun hujan dan keadaan tanah yang selalu tergenang air
akan memperlambat waktu masaknya buah padi. Tetapi sebaliknya, apabila
cuaca kering, tidak banyak turun hujan dan keadaan tanah yang mudah
dikeringkan dari genangan air akan menyebabkan masak buah padi menjadi
lebih cepat.
Untuk menentukan saat panen padi yang tepat, maka perlu diperhatikan
hubungan antara macam kebutuhan dengan tingkat masaknya buah.
Apabila hasil padi nantinya untuk keperluan konsumsi (untuk dimakan),
maka padi sebaiknya dipanen pada tingkat masak kuning yang tanda-tandanya
adalah :
1) semua bagian tanaman tampak berwarna kuning,
2) ruas bagian atas masih berwarna hijau
23
3) apabila gabah diambil isinya sudah terasa keras, tetapi masih mudah dipecah
dengan kuku, dan tingkat ini terjadi kurang lebih 17 hari setelah berbunga
merata.
Apabila hasil padi nantinya untuk keperluan benih, maka padi sebaiknya
dipanen pada tingkat masak penuh yang tanda-tandanya adalah
1) semua bagian tanaman sudah berwarna kuning
2) batang mulai mengering,
3) gabah apabila dipecah dengan kuku sudah agak sulit, dan tingkat ini terjadi
kurang lebih 24 hari setelah berbunga merata.atau tujuh hari setelah masak
kuning.
B. Cara Panen.
Untuk pelaksanaan sistem Tabelatot sebaiknya panen padi dengan
menggunakan sabit yaitu dengan menyisakan batang padi serendah-rendahnya
yaitu dengan tinggi ± 5 cm. Cara seperti ini akan memudahkan pelaksanaan
penanaman padi sistem Tabelatot berikutnya dan sangat efisien dalam
penggunaan herbisida.
24
Batang padi dipotong setinggi lebih kurang 5 cm
25
BAB VIANALISIS KEGIATAN DAN BIAYA PRODUKSI
Untuk mendapatkan gambaran yang menyeluruh mengenai kegiatan
menanam padi sawah dengan sistem Tabelatot ini, maka perlu mempelajari
analisis kegiatan dan biayanya. Perbandingan dibuat antara sistem tanam pindah
(konvensional) dengan sistem Tabelatot yang selama ini biasa dilakukan.
Tabel 1. Analisis perbandingan struktur kegiatan dan biaya produksi antarabertanam padi sawah dengan sistem biasa (konvensional) dengansistem Tabelatot.
No Struktur Kegiatan Biaya/haKonvensional Tabelatot
A. Penyiapan Lahan Rp. 2.700.000 Rp. 400.000
Tingkat Penghematannya 85 %B. Pembibitan Rp. 300.000 Rp. 200.000
Tingkat Penghematannya 33 %C. Penanaman Rp.1.200.000 Rp.100.000
Tingkat Penghematannya 92 %D. Penyiangan Rp. 1000.000 Rp.500.000
Tingkat Penghematannya 50 %E Pengendalian Hama dan
PenyakitRp. 500.000 Rp.500.000
Tingkat Penghematannya Rp. 5.700.000 0 %F Pemupukan Rp. 700.000 Rp.700.000
Tingkat Penghematannya 0 %Total Biaya Produksi/ha Rp.6.400.000 Rp.2.400.000Tingkat Penghematannya Rp.4.000.000 63 %
26
Daftar Pustaka
Anonimus. 1977. Pedoman Bercocok Tanam Padi, Palawija dan Sayuran.Badan Pengendali Bimas. Jakarta.
Anonimus. 1914. www.petani hebat.com/2014/07/budidaya-padi-sawah-tanpa-olah-tanah-tot.html.
Basuki,I., Sudjudi dan L.Wirajaswadi. 2000. Teknologi Tanam Benih Langsung(Tabela)) pada Padi Lahan Irigasi. IPPTP Mataram. Ntb. litbang. deptan.go.ed/k.00/2.00.pdf.
Chairunas, Adi Yusuf, Azman B, Burlis Han, Silman Hamidi, Assuan, YufniatiZA, Basri AB, Tamrin. Teknologi Budidaya Padi Sistem Tanam BenihLangsung (Tabela) di Lahan Sawah Irigasi Propinsi Daerah IstimewaAceh. Nad litbang pertanian.go.id/ind/images/dokumen/Rekomtek/10-Teknologi Budidaya Padi Sistem Tanam Benih.pdf
De Datta, S.K. 1973. Principles and practices of rice cultivation under tropicalconditions. Technical bulletin No. 6 ASPAC food and fertilizertechnology center. Taiwan.
Nindia . 1915. Megaretanindia.blogspot.c0.id/2015/04/teknik-budidaya-padi-tanpa-olah-tanah.html.
PT. Monagro Kimia Product Development “ Padi Sawah Tanpa Olah Tanah “Makalah Jumpa Teknologi Dinas Pertanian Tanaman Pangan PropinsiLampung, 26-28 September 1994.
Pasek, A.,K.Kartha Dinata., DK.Suanda dan K.Arsa Wijaya. 2004. PeningkatanPendapatan Petani Padi dengan Penanaman Padi Sawah dengan SistemTabelatot (Tabur Benih Langsung Tanpa Olah Tanah). Di DesaKerambitan, Kabupaten Tabanan. Laporan Pengabdian KepadaMasyarakat Universitas Udayana Denpasar Bali
Pasek, A., K.Kartha Dinata., DK.Suanda dan K.Arsa Wijaya. 2005. PerbaikanBudidaya Tanaman Padi Sawah dengan Sistem Tabelatot (Tanam BenihLangsung Tanpa Olah Tanah). Di Desa Penatih, Kabupaten Badung.Laporan Pengabdian Kepada Masyarakat Universitas Udayana DenpasarBali
27
Phillips, R.E. and S.H. Phillips. 1984. No Tillage Agriculture, Principles andPractices. Melbourne, Australia.
Setyo,A dan Suparyono.1993. Padi. PT.Penebar Swadaya. Jakarta.
Soemartono., S. Bahrin dan R. Harjono. 1981. Bercocok Tanam Padi.CV.Yasaguna. Jakarta.
Supriadi, H dan Kasim. 1995. Teknologi Budidaya Padi Sawah Sebar Langsungdalam Barisan. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan.Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Bogor.
Suprihatno, B., E. Ananto., Widiarta, I.N. Sutrisno dan Sutato. 1996. SeminarHasil Penelitian. Buku II. Balai Penelitian Tanaman Padi. PusatPenelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Badan Penelitian danPengembangan Pertanian Sukamandi.
Sugeng, HR. 2003. Bercocok Tanam Padi. CV.Aneka Ilmu. Semarang.
Taslim, H. dan H.Supriadi. 1997. Teknologi Sistem Usaha Tani Tanam BenihLangsung Padi Sawah dalam Barisan. Pusat Penelitian danPengembangan Tanaman Pangan. Bogor.
Utomo, M dan Nazarudin. 2003. Bertanam Padi Sawah Tanpa Olah Tanah.Penebar Swadaya. Bogor.
.
28
LAMPIRAN
Perbedaan Tanaman Padi dengan penanaman SistemTabelatot, Tabela dan Tanam Pindah
29