Overplanting Dan Tabur
-
Upload
gabriel-giovanni-gunawan -
Category
Documents
-
view
132 -
download
9
Transcript of Overplanting Dan Tabur
I. JUDUL
Penaburan Biji Anggrek dan Overplanting
II. TUJUAN PRAKTIKUM
1. Memperbanyak tanaman anggrek secara in-vitro dengan menggunakan biji.
2. Memindahkan atau menjarangkan bibit tanaman anggrek dalam botol pada medium
baru dengan komposisi sama seperti medium semula.
III. DASAR TEORI
Tanaman angrek merupakan tanaman hias yang potensial untuk dikembangkan. Hal
ini dikarenakan permintaan konsumen untuk tanaman anggrek dari tahun ke tahun yang
semakin meningkat. Oleh karena itu metode budidaya anggrek terus dikembangkan. Salah
satu metode budidaya anggrek yang sekarang dikembangkan adalah metode kultur in-vitro.
Metode ini merupakan metode perbanyakan bibit anggrek dalam medium tertentu dalam
kondisi suci hama. Metode in-vitro dapat digunakan untuk memperbanyak tanaman anggrek
secara cepat. Hal ini dikarenakan waktu budidaya yang singkat, yaitu sekitar 6 bulan untuk
menghasilkan beratus-ratus bibit anggrek. Selain itu proses perbanyakan tanaman anggrek
yang tidak menggunakan tempat yang luas (Sriyanti, 2007)
Anggrek termasuk dalam famili Orchidaceaea, suatu famili yang sangat besar dan
sangat bervariasi. Famili ini terdiri dari 800 genus dan tidak kurang dari 25.000 spesies. Buah
anggrek merupakan buah capsular yang berbelah 6. Biji di dalam buah sangat banyak. Biji-
biji anggrek ini tidak mempunyai endosperm yaitu cadangan makanan seperti biji tanaman
lainnya. Cadangan makanan ini diperlukan dalam perkecambahan dan pertumbuhan awal biji.
Oleh karena itu untuk perkecambahannya dibutuhkan gula dan persenyawaan-persenyawaan
lain dari luar atau dari lingkungan sekelilingnya (Gunawan, 2002).
Perbanyakan tanaman anggrek pada umumnya dilakukan melalui dua cara yaitu,
konvensional dan dengan metoda kultur in vitro. Perbanyakan konvensional biasanya
dilakukan dengan cara vegetatif dan generatif. Perbanyakan konvensional secara vegetatif ini
tidak praktis dan tidak menguntungkan untuk tanaman bunga potong, karena jumlah anakan
yang diperoleh dengan cara-cara ini sangat terbatas. Perbanyakan generatif yaitu dengan biji.
Biji anggrek sangat kecil dan tidak mempunyai endosperm (cadangan makanan), sehingga
perkecambahan di alam sangat sulit tanpa bantuan jamur yang bersimbiosis dengan biji
tersebut. Untuk menghasilkan bunga dalam jumlah banyak dan seragam diperlukan tanaman
dalam jumlah banyak pula. Oleh karena itu peningkatan produksi bunga pada tanaman
anggrek hanya dapat dicapai dengan usaha perbanyakan tanaman yang efisien (Yudie, 2009).
Semakin sempitnya lahan pertanian yang tersedia di Indonesia karena semakin
meluasnya pembangunan dan meningkatnya permintaan konsumen terhadap ketersediaan
berbagai jenis tanaman anggrek, maka usaha pengadaan tanaman anggrek saat ini dirasa perlu
ditingkatkan lagi. Biji-biji yang tersebar dari buah anggrek secara alami sering sulit untuk
mengalami perkecambahan, karena faktor lingkungan yang kurang mendukung. Sehingga
cara kultur jaringan yang digunakan untuk memperbanyak berbagai jenis tanaman anggrek
sangat efisien dan efektif, karena dapat dihasilkan beratus-ratus bibit anggrek hanya dalam
waktu enam bulan dan tidak harus membutuhkan tempat yang luas (Sriyanti, 2007).
Semua bunga anggrek merupakan hermaphrodit, yaitu polen (serbuk sari) dan putik
terdapat dalam satu bunga. Sifat kelaminnya monoandri, yaitu kelamin jantan dan betina
berada dalam satu tempat. Hal ini yang menyebabkan anggrek mudah mengalami
penyerbukan dan proses penyerbukannya sendiri dapat terjadi tanpa disengaja. Tanaman
anggrek terdapat dalam berbagai jenis dan berbeda dalam warna bunga, kedudukan dan
bentuk dari sepala atau petala, tebal tipisnya sepala atau petala (Sriyanti, 2007).
Teknik kultur jaringan dapat digunakan untuk memperbanyak tanaman anggrek
secara cepat. Biji anggrek merupakan organ tumbuhan yang siap untuk tumbuh menjadi
tanaman lengkap. Biji anggrek perlu ditanam dalam botol karena tidak mempunyai cadangan
makanan (endosperm) yang dapat digunakan pada awal perkecambahannya. Oleh karena itu,
anggrek perlu diberi makanan yang bisa diambil dari media kultur. Media kultur biasanya
ditambah dengan bahan organik seperti kelapa, tomat, kentang atau pisang (Sandra, 2003).
Penaburan biji pada medium padat merupakan cara perbanyakan tanaman yang
paling sering dilakukan. Hal ini karena laju pertumbuhan biji menjadi plb atau calon plantlet,
hingga menjadi plantlet lebih cepat daripada melalui perbanyakan pada media cair. Biji
anggrek yang akan ditabur harus diambil dari buah anggrek yang tepat masak. Anggrek yang
akan dihasilkan nanti diharapkan memiliki sifat yang lebih baik seperti tahan terhadap
penyakit dan tekanan lingkungan (Sriyanti, 2007).
Menurut Hendaryono dan Wijayani (1994), pada satu buah anggrek terdapat beratus-
ratus biji anggrek. Apabila buahnya telah matang maka dapat pecah dan bijinya keluar
berhamburan yang dapat menyebabkan terjadinya kontaminasi oleh jamur dan bakteri pada
waktu ditanam. Langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk mengurangi atau menghindari
terjadinya kontaminasi adalah sebagai berikut:
1. Sebelum buah pecah atau masak harus sudah dipetik dahulu, kemudian dimasukkan
ke dalam spritus dan dibakar di atas lampu spiritus.
2. Biji dipecahkan di dalam ruang penabur agar dapat dalam keadaan steril lalu ditabur
ke dalam media tumbuh dengan menggunakan pinset.
3. Media tumbuh yang digunakan dapat berupa medium Vacin dan Went.
4. Medium dapat ditambahkan dengan zat tambahan yang dapat menentukan
keberhasilan pertumbuhan biji.
Menurut Sriyanti (2007), mengecambahkan atau menumbuhkan biji anggrek yang
dilakukan secara kultur jaringan atau in vitro memiliki banyak keuntungan antara lain:
1. Mengatasi keadaan biji yang bersifat heterogen. Tidak semua biji memiliki viabilitas
baik. Jika ditumbuhkan dalam botol, pengaruh lingkungan yang kurang
menguntungkan dapat diminimalkan.
2. Dalam media agar, biji dapat memanfaatkan unsur hara yang ada.
3. Dapat menekan terjadinya serangan kontaminan (ex : jamur). Penanggulangan yang
efektif biasanya dilakukan sterilisasi media secara fisik dan biji yang dilakukan secara
kimiawi terlebih dahulu.
4. Dapat menyelamatkan buah hasil persilangan.
5. Menambah pendapatan. Jika hasil silangan mampu berkecambah dengan baik maka
akan dihasilkan berpuluh-puluh plantlet.
6. Menghemat tenaga, waktu dan ruang karena tidak harus menggunakan lahan atau
areal yang cukup luas.
Menurut Sriyanti (2007), medium yang biasa dan baik digunakan untuk
mengkulturkan tanaman anggrek adalah Vacin and Went (VW). Dalam medium VW
mengandung unsur-unsur makronutrien, mikronutrien, vitamin dan dapat pula ditambahkan
hormon alami ataupun buatan yang akan berfungsi sebagai zat pengatur tumbuh bagi eksplan.
Komposisi kimia dari medium Vacin and Went dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Komposisi Bahan Kimia Medium Vacin and Went
No. Bahan (unsur) Jumlah (per liter)
1. Unsur makro
Trikalsium fosfat : Ca3(PO4)2
Potasium nitrat : KNO3
200 mg
525 mg
2.
3.
4.
Potasium fosfat : KH2PO4
Magnesium sulfat : MgSO4.7H2O
Amonium sulfat : (NH4)2SO4
Ferri tartrat : Fe2(C4H4O6)
Unsur Mikro
Mangan sulfat : MnSO4.2H2O
Gula pasir (sukrosa)
Tiamin HCl
Asam nikotinat
Piridoksin HCL
250 mg
250 mg
500 mg
28 mg
7,5 mg
20 gram
0,1 mg
0,5 mg
0,1 mg
Medium Vacin and Went (VW) yang digunakan untuk mengkulturkan tanaman
anggrek biasanya ditambah dengan ekstrak pisang atau jenis buah-buahan lain, air kelapa,
kentang, ekstrak taoge yang merupakan sumber hormone alami untuk memacu pertumbuhan
dan perkembangan kalus dan eksplan. Dalam air kelapa banyak mengandung beberapa
komponen aktif yang kompleks dan dapat berfungsi sebagai pengganti hormon seperti adanya
diphenil urea yang memiliki aktivitas seperti sitokinin, mio-inositol, leukoantosianin,
adenine, guanine, asam-asam amino dan masih banyak lagi. Air kelapa yang ditambahkan
biasanya sudah cukup untuk memacu pertumbuhan akar maupun tunas daun dari tanaman
anggrek (Sriyanti, 2007).
Penggunaan air kelapa sebagai pengganti zat pengatur tumbuh (ZPT) impor akan
dicoba untuk mendorong pertumbuhan, air kelapa mengandung asam-asam amino, asam
nukleat, auksin, asam giberelat dan lainnya. Air kelapa mengandung antara lain zeatin yang
termasuk ke dalam golongan sitokinin yang bermanfaat untuk mendorong pembukaan
stomata, pembelahan sel serta meningkatkan pembentukan dan perbanyakan tunas.
Komposisi utama air kelapa adalah 2,08% gula yang sebagian besar terdiri dari sukrosa,
beberapa mineral yaitu 29-46 mg kalsium, dan 5,5-9,0 mg fosfor tiap 100 ml air kelapa. Air
kelapa mengandung komponen aktif pengganti hormon seperti diphenil urea yang
mempunyai aktivitas seperti sitokinin, mio-inositol, leukoantosianin, adenin, guanin, asam
amino. Zat-zat tersebut memiliki kemampuan memacu pertumbuhan akar dan tunas daun
tanaman anggrek (Palungkun, 1992).
Menurut Santoso (2001), pisang merupakan sumber gula bagi tanaman anggrek.
Kandungan gula pada pisang berupa senyawa seperti dextrose 4,6%, levulosa 3,6%, dan
sukrosa 2%. Pisang juga mengandung beberapa vitamin seperti vitamin A, vitamin B, vitamin
C dan beberapa mineral yaitu fosfor, besi dan kalsium.
Sterilisasi medium kultur maupun peralatan kultur perlu dilakukan untuk
menghindari kontaminasi. Sterilisasi media dan peralatan kultur dilakukan dengan metode
autoklaving. Media dan semua peralatan kultur dimasukkan dalam autoklaf dengan tekanan
15 psi, suhu 121C, selama 15 menit untuk volume kecil dan 20 menit untuk volume besar.
Sterilisasi eksplan dapat dilakukan dengan metode fisik dan kimia. Sterilisasi fisik eksplan
dicelupkan dalam alkohol 70% dan dibakar di atas bunsen. Sterilisasi kimia eksplan
dicelupkan dalam clorox 10% dan tween 20 jika diperlukan kemudian dibilas dengan aquades
steril sebanyak 3 kali (Narayanaswamy, 1994).
Pada proses pembuatan medium ada hal penting yang harus diperhatikan, yaitu
derajat keasaman (pH). Derajat keasaman (pH) medium berkisar antara 5.6-5.8 untuk kultur
tanaman anggrek. pH medium yang terlalu tinggi menyebabkan medium menjadi keras,
sedangkan pH medium yang terlalu rendah dapat menyebabkan medium tidak dapat memadat
(Narayanaswamy, 1994).
Selain pH ditambahkan juga hormon atau zat pengatur tumbuh untuk memacu
pertumbuhan eksplan. Pada media umumnya ditambahkan zat pengatur tumbuh berupa
hormon 2,4 D (2,4-dinitrofenol) yang merupakan hormon auksin sintetik yang berfungsi
untuk memacu pertumbuhan akar. Hormon BAP juga ditambahkan pada medium yang
merupakan hormon sitokinin sintetis dan berfungsi untuk mempercepat pembelahan sel pada
jaringan yang dikulturkan (Narayanaswamy, 1994).
Menurut Handaryono dan Wijayani (1994), overplanting adalah pemindahan anggrek
yang masih sangat kecil dari medium lama ke medium baru yang dilakukan secara aseptis
didalam ruang penabur. Tujuannya adalah agar anggrek tersebut tetap mendapat unsur hara
untuk pertumbuhannya. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam overplanting adalah :
1. Biji anggrek yang sudah ditabur akan berkecambah menjadi planlet dalm waktu 3-4
bulan. Dalam keadaan demikian, pertumbuhan anggrek sudah saling berdesakan dan
saling berebutan unsur hara yang semakin menipis sehingga perlu dipindahkan ke
medium baru.
2. Medium overplanting yang digunakan sama dengan medium lama, biasanya berupa
medium VW. Dalam ruang penabur anggrek diambil satu-persatu dengan
menggunakan pinset panjang kemudian langsung dipindahkan kedalam botol baru,
kemudian disimpan dalam ruang inkubasi dengan suhu 250C.
3. Overplanting perlu dilakukan dua kali sebelum tanaman anggrek siap dipindahkan
kedalam pot.
Overplanting adalah pemindahan bibit anggrek (planlet) ke dalam botol steril yang
baru. Tujuan overplanting adalah agar planlet tetap mendapatkan unsur hara untuk
pertumbuhannya. Bila media agar lebih dari 3 bulan tidak diganti, maka media akan tampak
kecoklatan, menjadi menipis dan mengering, serta layu. Untuk anggrek silangan, keadan
demikian akan sanat merugikan. Oleh karena itu sebelum terlambat, angrek botol harus
segera diperjarang dalam media segar yang baru (Hendaryono, 2006).
Biji anggrek mulai membesar setelah dua minggu dikulturkan. Setelah 3 sampai 6
minggu, chlorophyl mulai terbentuk diikuti dengan perkecambahan biji. Kecambah
berkembang menjadi plantlet muda dengan akar, batang dan daun setelah 6 bulan
dikulturkan. Bibit muda ini menyerap nutrisi dan karbohidrat dalam media dengan sangat
cepat. Selain itu, media menjadi asam karena akumulasi senyawa-senyawa fenolik dalam
ruang kultur. Untuk mengatasinya, ditambahkan media baru dengan cara memasukkan media
baru dengan jarum steril melalui botol kultur. Jika semua biji telah berkecambah dan bibit ini
mulai membesar, botol menjadi terlalu penuh dan sesak sehingga ruang yang tersedia untuk
pembesaran bibit terbatas. Untuk mengatasinya dilakukan penjarangan dengan
mensubkulturkan bibit ke media dan botol-botol kultur lainnya. Plantlet membesar dan dapat
dipindahkan ke lapangan setelah berumur 12 bulan (Mulyaningsih, 2007).
IV. ALAT DAN BAHAN
A. Alat
1. Petridish 10. Kertas payung
2. Kertas saring 11. Lampu spiritus
3. Entkas 12. Masker
4. Kertas label 13. Sarung tangan
5. Gelas beker 14. Pinset
6. Skalpel 15. Botol jam
7. Plastik wrap 16. Botol besar
8. Aluminium foil 17. Botol spray
9. Karet gelang 18. Rak penyimpanan
B. Bahan
a) Air ledeng
b) Formalin padat
c) Alkohol 70%
d) Deterjen
e) Bibit anggrek dalam botol (plantlet)
f) Buah (biji) anggrek
g) Medium VW pisang
h) Medium VW air kelapa
V. CARA KERJA
A. Penaburan Biji Anggrek
1. Bagian luar buah anggrek dicuci dengan deterjen dan dibilas di bawah air
mengalir hingga bersih.
2. Setelah bersih, buah anggrek dimasukkan ke dalam gelas beker dan ditutup
dengan alumunium foil.
3. Semua peralatan yang akan digunakan disiapkan di dalam laminair air flow.
4. Buah anggrek disterilisasi dengan dicelupkan dalam alkohol 70% dan dibakar
pada lampu spiritus sampai apinya padam. Kegiatan ini diulang sebanyak tiga
kali.
5. Buah anggrek dipindah ke dalam petridish yang telah berisi kertas saring.
6. Buah anggrek dibelah dengan menggunakan skalpel. Arah pembelahannya
memanjang mengikuti bentuk buah anggrek.
7. Biji anggrek diambil dengan pinset panjang lalu ditaburkan ke dalam medium
VW pisang dan medium VW air kelapa.
8. Biji anggrek yang telah ditaburkan pada medium VW pisang dan VW air kelapa
diamati setiap hari selama dua minggu.
B. Overplanting
1. Semua peralatan yang akan digunakan disiapkan di dalam entkas.
2. Bibit anggrek dalam botol yang berumur 5-8 bulan diambil secukupnya dan
diletakkan di dalam petridish.
3. Bibit anggrek diambil dengan pinset panjang lalu dimasukkan ke dalam medium
baru yaitu medium VW pisang dan medium VW air kelapa.
4. Bibit anggrek yang ditananam diusahakan berukuran sama dan jaraknya diatur
dengan baik.
5. Bibit anggrek tersebut diamati setiap hari selama dua minggu.
VI. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Tabel 1. Hasil Pengamatan Penaburan Biji Anggrek
Hari
Ke-
VW Kelapa VW Pisang
Donny BenQ Gio Philin Ivon Rena Gabie Haryo Jessy
0 - - Berlendir - - - - - -
1 - - Berlendir - - - - - -
2Lendir,
bakteri
- Berlendir - - - - - -
3
- - Berlendir - - Jamur,
warna
putih
- - -
4 - - Berlendir - - - - - -
5 - - Berlendir - - - - - -
6 - - - - - - - - -
7 - - - - - - - - -
8 - - - - - - - - -
9
- - - Warna biji
coklat (tidak
ada
kontaminan)
- - - - -
10 - - - - - - - - -
11 - - - - - - - - -
12 - - - Lendir - - - - -
13 - - - - - - - - -
14 - - - - - - - - -
Tabel 2. Hasil Pengamatan Overplanting Anggrek
Hari
Ke-
VW Kelapa VW Pisang
Donny Gabie Gio Haryo Jessy Rena Philin Ivon BenQ
0 - - - - - - - - -
1 - - - - - - - - -
2 - - - - - - - - -
3
- - - - - Berja
mur
warna
putih
kekun
ingan
- -
4
- - Jamur
berwarna
putih
- - - - - -
5
Jamur
warna
putih
di
mediu
m
- Berjamur
berwarna
putih
- - - - - Jamur
pada
kalus
(putih)
6 - - - - - - - - -
7- - - Jamur
putih
- - Jamur
putih
- -
8- Jamur
putih
- - Jamur
putih
- - Jamur
putih
-
9
- - - - - Ada
pertum
buhan
daun
- - -
10
- - - - - Ada
pertum
buhan
daun &
jamur
- - -
11 - - - - - - - - -
12 - - - Lendir - - - - -
13 - - - - - - - - -
14 - - - - - - - - -
B. Pembahasan
Teknik kultur jaringan dapat digunakan untuk memperbanyak tanaman anggrek
secara cepat. Hal ini dikarenakan biji anggrek jika ditanam langsung di pot/tanah akan sulit
untuk tumbuh karena biji anggrek kecil dan tipis serta biji anggrek tidak memiliki endosperm
(cadangan makanan) untuk perkecambahan awal sehingga metode kultur jaringan ini akan
sangat membantu tumbuhnya tanaman anggrek.
Pada metode kultur jaringan, jika biji anggrek sebagai eksplan ditanam pada medium
yang sesuai dan dilakukan secara benar maka akan dihasilkan banyak tanaman anggrek. Akan
tetapi, tanaman anggrek ini memiliki kelemahan yang menyebabkan medium dapat
terkontaminasi. Satu buah anggrek terdapat beratus-ratus biji anggrek apabila buahnya telah
matang maka buah pecah dan biji keluar berhamburan yang menyebabkan kontaminasi oleh
bakteri dan jamur pada saat ditanam. Langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk
menghindari kontaminasi, yaitu :
1. Sebelum buah masak harus dipetik lalu dimasukkan ke dalam alkohol dan dibakar di
atas lampu spiritus.
2. Biji dipecah di dalam entkas sehingga biji steril lalu biji ditabur pada medium tumbuh
dengan pinset.
3. Medium yang digunakan untuk tempat tumbuh anggrek yaitu medium Vacin and
Went (VW).
4. Medium tumbuh dapat ditambahkan zat-zat yang bisa menentukan keberhasilan
tumbuhnya anggrek yang ditanam.
Pada percobaan penaburan biji anggrek digunakan buah anggrek yang tepat masak
sehingga tidak terlalu tua dan terlalu muda. Biji anggrek yang baik yaitu biji yang remah dan
tidak lengket sehingga mudah diambil saat penaburan. Pemilihan buah anggrek akan
mempengaruhi kualitas biji dan eksplan yang akan ditanam. Untuk menghindari kontaminasi,
buah anggrek disterilisasi secara fisik dengan memasukkan buah anggrek ke dalam alkohol
70% dan dibakar di atas bunsen sampai nyala api hilang sebanyak 3 kali. Sterilisasi dilakukan
karena kulit buah anggrek keras serta untuk menghindari kontaminasi. Buah anggrek yang
sudah disterilisasi lalu dimasukkan entkas. Buah anggrek yang sudah dimasukkan dalam
entkas lalu dibuka secara memanjang mengikuti bentuk buah anggrek. Biji anggrek diambil
lalu ditanam pada medium VW pisang dan VW air kelapa.
Pada percobaan penaburan biji anggrek digunakan medium VW dengan
penambahan ekstrak pisang dan air kelapa. Medium VW merupakan medium yang biasa
digunakan untuk mengkulturkan tanaman anggrek. Medium VW mengandung unsur
makronutrien, mikronutrien, vitamin dan juga dapat ditambahkan hormon yang dapat
berfungsi sebagai zat pengatur tumbuh bagi eksplan. Air kelapa mengandung berbagai
macam unsur makro seperti karbon, nitrogen dan unsur mikro berupa mineral yaitu kalium,
natrium, kalsium, fosfor, magnesium, dll. Air kelapa juga mengandung komponen aktif
seperti mio-inositol, leukoantosianin, sitokinin. Penggunaan air kelapa pada medium VW
karena air kelapa mengandung diphenyl urea yang memiliki aktivitas seperti hormon
sitokinin yaitu memiliki aktivitas pembelahan sel. Air kelapa dapat digunakan sebagai
hormon eksogen bagi eksplan. Sedangkan pisang mengandung karbohidrat, berbagai vitamin
dan mineral. Komponen-komponen dalam ekstrak pisang digunakan pada medium VW untuk
memacu pertumbuhan kalus dan membantu pertumbuhan biji/bibit anggrek.
Pada percobaan penaburan biji anggrek dilakukan sterilisasi biji anggrek secara
fisik. Buah anggrek yang masih segar dicuci dengan deterjen dan disikat. Deterjen berfungsi
sebagai sterilan untuk membunuh mikroorganisme dan sebagai perlakukan awal. Buah
anggrek kemudian dicelupkan dalam alkohol 70% dan dibakar diatas bunsen. Perlakuan ini
diulang sebanyak 3 kali. Alkohol juga berfungsi sebagai sterilan untuk membunuh
miroorganisme yang ada pada permukaan buah anggrek. Pembakaran buah anggrek
merupakan langkah sterilisasi lebih lanjut sehingga buah anggrek sungguh-sungguh lebih
steril dan diharapkan bebas dari endospora. Kelemahan metode fisik ini adalah pada proses
strerilisasinya yang hanya dilakukan dipermukaan buah saja, sedangkan bagian dalam buah
masih ada kemungkinan terdapat endospora atau mikroorganisme.
Pada percobaan penaburan biji anggrek dilakukan pengamatan selama 2 minggu.
Hasil pengamatan menunjukkan bahwa dari medium VW kelapa kontaminan terjadi pada
botol Donny, Gio dan Philin. Sedangkan pada medium VW pisang kontaminan terjadi pada
botol Rena. Pada botol Donny kontaminan sudah tampak pada hari ke-2 yaitu kontaminan
bakteri sehingga mediumnya berlendir. Pada botol Gio terlihat adanya lendir dari hari ke-0
sampai hari ke-5. Pada botol Philin pada hari ke-9 warna bijinya menjadi coklat namun tidak
ada kontaminan lalu pada hari ke-12 tampak adanya lendir. Sedangkan pada botol Rena pada
hari ke-3 terlihat adanya kontaminan berupa jamur yang berwarna putih (miselium jamur).
Kontaminasi bakteri ditunjukkan dengan adanya cairan bening atau putih seperti lendir.
Kontaminasi dapat terjadi karena sterilisasi alat dan ruangan yang kurang baik, penanaman
biji anggrek yang kurang benar (kurang aseptis), suhu ruangan yang tidak mendukung, sudah
ada kontaminasi oleh bakteri atau jamur pada biji anggrek sebelum ditanam, pemilihan biji
anggrek yang tidak tepat. Botol-botol yang lain tidak menunjukkan adanya kontaminan.
Namun setelah selesai pengamatan pada semua botol yang tidak terkontaminasi terjadi
perubahan warna menjadi coklat dan lengket, lalu yang medium VW kelapa semuanya sudah
muncul sedikit kalus, sedangkan yang medium VW pisang pada hari ke-13 semuanya terjadi
perubahan warna pada biji anggreknya. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa
medium VW pisang lebih baik daripada medium VW air kelapa untuk medium penaburan
biji anggrek. Hal ini dikarenakan medium VW pisang memiliki tingkat kontaminasi yang
lebih rendah daripada medium VW air kelapa (cara kerja lebih aseptis) sehingga medium VW
pisang dapat bertahan lebih lama. Setiap jenis biji anggrek yang ditabur memiliki kecepatan
tumbuh yang berbeda-beda, tergantung dari komposisi nutrien dan kemampuan biji untuk
tumbuh.
Overplanting adalah pemindahan anggrek yang masih sangat kecil (5-8 bulan) dari
medium lama ke medium baru dengan komposisi sama yang dilakukan secara aseptis di
dalam entkas. Tujuan overplanting agar anggrek tetap mendapat unsur hara sehingga
pertumbuhannya tetap berlangsung. Beberapa hal yang harus diperhatikan saat melakukan
overplanting yaitu :
1. Biji anggrek yang sudah ditabur akan berkecambah menjadi planlet dalam
waktu 3-4 bulan. Dalam keadaan ini, planlet saling berdesakan dan berebut unsur hara
yang semakin menipis sehingga planlet harus dipindah ke medium baru.
2. Medium baru memiliki komposisi yang sama dengan medium lama. Dalam
entkas, anggrek diambil satu per satu dengan pinset lalu dipindah ke dalam botol baru
dalam posisi tegak dan disimpan pada suhu 25C. Penanaman planlet tidak boleh
berdesak-desakan tetapi harus ada jarak agar planlet tidak berebut unsur hara.
3. Overplanting dilakukan sebanyak 2 kali sebelum tanaman anggrek dipindah
ke dalam pot.
Bibit anggrek yang akan ditanam pada medium baru harus memenuhi beberapa
syarat, yaitu : nama jenis tanaman harus jelas, tanaman hijau segar, tanaman tidak layu, kuat
dan tidak ada daun yang busuk, akar tanaman sudah muncul dan kuat serta medium belum
terkontaminasi. Pengamatan overplanting juga dilakukan selama 2 minggu. Kondisi awal
bibit anggrek pada medium VW air kelapa dan VW pisang masih baik yaitu tanaman hijau,
sehat, akar kuat, dan posisi tegak. Pemindahan bibit yang dilakukan harus benar-benar teliti,
jarak antar bibit diperhatikan sehingga tidak terlalu berdekatan, pada satu botol ditanam 5-8
bibit anggrek, dan yang paling utama adalah dijaga kesterilannya.
Hasil yang diperoleh pada kegiatan overplanting ini adalah semua botol baik pada
medium VW pisang maupun VW kelapa terkena kontaminan. Kontaminan pada semua botol
tersebut berupa jamur berwarna putih. Namun pada botol Rena terlihat ada pertumbuhan
daun sejak hari ke-9. Kontaminasi dapat terjadi karena penanaman planlet yang kurang benar
(kurang aseptis), kondisi tanaman anggrek yang akan ditanam dan suhu ruangan yang tidak
mendukung. Berdasarkan hasil ini sulit untuk menentukan medium mana yang lebih baik
untuk kegiatan overplanting. Namun berdasar teori yang ada medium VW air kelapa lebih
baik daripada medium VW pisang untuk medium overplanting karena medium VW air
kelapa memiliki senyawa yang berfungsi sebagai antimikrobia sehingga tingkat kontaminasi
akan lebih rendah daripada medium VW pisang. Oleh karena itu, medium VW air kelapa
dapat bertahan lebih lama.
Beberapa faktor yang mempengaruhi keberhasilan dan kegagalan dari percobaan
penaburan biji anggrek dan overplanting adalah:
1. Jenis biji yang digunakan untuk menabur.
2. Adanya kontaminasi bakteri atau jamur pada biji anggrek yang akan ditanam.
3. Keadaan anggrek yang akan di-overplanting.
4. Jenis medium yang digunakan akan sangat menentukan tumbuhnya eksplan.
5. Komposisi medium dan zat yang ditambahkan harus memiliki jumlah yang sesuai dan
tepat.
6. Keaseptisan alat, medium, ruang, eksplan dan saat bekerja.
7. Penyusunan botol-botol anggrek dalam rak sebaiknya jangan ditumpuk agar steril dan
tidak terjadi kontaminasi.
8. Suhu ruangan sesuai dengan pencahayaan lampu neon 60 watt per ruangan.
9. Tingkat kelembaban udara dan pencahayaan dalam rak penyimpan botol-botol anggrek.
Menurut teori yang ada media VW dengan air kelapa akan lebih baik bagi
pertumbuhan eksplan yang masih dalam tahap akan pembentukan kalus seperti eksplan dari
biji, karena dalam air kelapa mengandung zeatin yang termasuk golongan sitokinin yang
befungsi mempercepat pembelahan sel dan pembentukan tunas. Sedangkan ekstrak pisang
akan lebih baik memacu perutumbuhan tanaman yang sudah utuh karena merupakan sumber
karbohidrat yang digunakan sebagai sumber energi dan sumber C bagi tanaman untuk
tumbuh. Namun hasil yang diperoleh pada kedua kegiatan yaitu penaburan biji anggrek dan
overplanting, perbandingan antara medium VW kelapa dan VW pisang tidak sesuai dengan
teori teesebut.
VII. KESIMPULAN
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan maka dapat ditarik beberapa kesimpulan, yaitu:
1. Medium yang digunakan dalam kegiatan penaburan biji anggrek dan
overplanting anggrek adalah medium VW pisang dan VW kelapa.
2. Pada percobaan penaburan biji anggrek terdapat 4 botol yang terkontaminasi.
Sebagian besar kontaminan berupa bakteri karena terlihat adanya lendir pada medium.
Selain itu ada juga kontaminan jamur berupa serabut putih (miselium).
3. Medium yang lebih baik digunakan untuk penaburan biji anggrek adalah
medium VW pisang.
4. Faktor-faktor yang dapat menyebabkan kontaminasi yaitu : sterilisasi alat dan
ruangan yang kurang baik, penanaman biji anggrek yang kurang benar (kurang
aseptis), suhu ruangan yang tidak mendukung, sudah ada kontaminasi oleh bakteri
atau jamur pada biji anggrek sebelum ditanam, pemilihan biji anggrek yang tidak
tepat.
5. Pada percobaan overplanting semua botol mengalami kontaminasi yaitu berupa
jamur karena tampak serabut putih (miselium) baik pada medium dan juga kalus
anggrek.
6. Medium yang lebih baik digunakan untuk overplanting bibit anggrek adalah
medium VW kelapa.
7. Faktor-faktor yang mempengaruhi penaburan biji anggrek dan overplanting
yaitu kontaminasi bakteri atau jamur, jenis eksplan, jenis dan komposisi medium, suhu
ruangan, keadaan biji anggrek, kelembaban udara, tingkat keaseptisan dalam bekerja.
VIII. Daftar Pustaka
Gunawan, L. W. 2002. Budi Daya Anggrek. Penebar Swadaya. Jakarta.
Hendaryono, D. P. S. 2006. Budidaya Anggrek dengan Bibit dalam Botol. Penerbit Kanisius.
Yogyakarta.
Hendaryono, D. P. S. dan Wijayani, A. 1994. Teknik Kultur Jaringan Pengenalan dan
Petunjuk Perbanyakan Tanaman secara Vegetatif-Modern. Penerbit Kanisius.
Yogyakarta.
Mulyaningsih, T. 2007. Gaya Belajar Kultur Jaringan. www.e-learning.ac.id. 16 Maret 2011.
Narayanaswamy, S. 1994. Plant Cell and Tissue Culture. Tata McGraw-Hill Publishing
Company. New Delhi.
Palungkun, R. 1992. Aneka Produk Olahan Kelapa. Penebar Swadaya. Jakarta.
Sandra, E. 2003. Kultur Jaringan Anggrek Skala Rumah Tangga. Agromedia Pustaka.
Jakarta.
Santoso, H. 2001. Tepung Pisang. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.
Sriyanti, D. P. 2007. Pembibitan Anggrek dalam Botol. Penerbit Kanisius.
Yogyakarta.
Yudie, 2009. Budidaya Tanaman Anggrek. www.emhatta.wordpress.com. 16 Maret 2011.