Post on 02-Mar-2019
BAHAN KULIAH
TRANSAKSI BISNIS INTERNASIONALTRANSAKSI BISNIS INTERNASIONALTRANSAKSI BISNIS INTERNASIONALTRANSAKSI BISNIS INTERNASIONAL
“JOINT VENTURE AGREEMENT“
Dr. Mahmul Siregar, SH.,M.Hum
PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU HUKUMPROGRAM STUDI MAGISTER ILMU HUKUMPROGRAM STUDI MAGISTER ILMU HUKUMPROGRAM STUDI MAGISTER ILMU HUKUM
SEKOLAH PASCASARJANA USUSEKOLAH PASCASARJANA USUSEKOLAH PASCASARJANA USUSEKOLAH PASCASARJANA USU
MEDANMEDANMEDANMEDAN
2009200920092009
KETENTUAN HUKUM TENTANG USAHA PATUNGAN
Pasal 5 ayat 3 UU No. 25 Tahun 2007
Penanam modal dalam negeri dan asing yang melakukanpenanaman modal dalam bentuk perseoran terbatas dilakukandengan:
a. mengambil bagian saham pada saat pendirian perseroana. mengambil bagian saham pada saat pendirian perseroanterbatas;
b. membeli saham; dan
c. melakukan cara lain sesuai dengan ketentuan peraturanperundang-undangan.
� Para pihak dalam JVA menjadi pemegang saham dalam perusahaan yang akan didirikan
� Pemegang saham mayoritas (biasanya pemegang saham asing) menjadi induk pemegang saham asing) menjadi induk perusahaan dari joint enterprise yang dibentuk
� Adanya alih teknologi
A. BIDANG USAHA
Tidak semua bidang usaha dapat dilakukan dengan perusahaanpatungan.
Terkait dengan bidang usaha yang tertutup bagi modal asing.
Kategori bidang usaha bagi modal asing :Kategori bidang usaha bagi modal asing :
a. tertutup sama sekali untuk modal asing baik dengan joint venturemaupun dengan penguasaan penuh
b. Terbuka dengan persyaratan joint venture
c. Terbuka dengan persyaratan tertentu
Sebelum memulai usaha joint enterprise harus terlebih dahuludiperiksa DNI. Jangan sampai terjadi pembuatan sebuah kontrak jointventure terhadap bidang usaha yang menurut hukum tidak bisadiusahakan oleh orang atau badan hukum asing.
UU NO. 1 Tahun 1967 tentang PMA membenarkan perusahaan patungan nasional dan
asing berdiri untuk waktu 30 tahun dan sesudahnya dapat diperpanjang. Pemerintah
dapat pula memberikan tambahan perpanjangan waktu jika keberadaan perusahaan
PMA yang bersangkutan masih dibutuhkan untuk membantu peningkatan pertumbuhan
ekonomi nasional.
UU PM No. 25 Tahun 2007 tidak memberikan batas waktu lamanya berdiri sebuah
perusahaan patungan.
Sampai tahun 1994 Indonesia menerapkan kebijakan modal minimum bagi perusahaanpenanaman modal asing (termasuk joint venture). Jumlah minimum modal bagi PMAditetapkan sebesar USD 1.000.000,- (satu juta dolar AS).
PP No. 20 Tahun 1994 tentang Pemilikan Saham dalam Perusahaan yang Didirikandalam Rangka Penanaman Modal Asing yang berlaku sampai saat ini, menghapuskanketentuan kewajiban modal minimum bagi PMA. Namun tidak berarti bahwa tidak adadalam Rangka Penanaman Modal Asing yang berlaku sampai saat ini, menghapuskanketentuan kewajiban modal minimum bagi PMA. Namun tidak berarti bahwa tidak adaaturan tentang pemasukan modal.
Pasal 2 ayat (1) PP No. 20 Tahun 1994 memberikan hak kepada pemerintah (BKPM)untuk menetapkan jumlah modal yang sesuai dengan kelayakan ekonomi kegiatan usahaPMA yang bersangkutan.
Ketentuan ini tidak berlaku untuk usaha perbankan. Untuk usaha perbankan jumlahmodal ditentukan melalui UU Perbankan atau ketentuan pelaksananya.
Sampai tahun 1994 Pemerintah RI menetapkan komposisi pemilikansaham yang wajib dimiliki oleh warga negara atau badan hukum Indonesiadalam usaha joint venture adalah sebesar minimum 20 % saham. Dengankata lain perbandingan minimum pemilikan saham pada saat usaha jointventure didirikan adalah 80 % asing : 20 % domestik.venture didirikan adalah 80 % asing : 20 % domestik.
PP No. 20 Tahun 1994 merubah ketentuan komposisi pemilikan sahamtersebut. Pasal 6 ayat (1) PP No. 20 Tahun 1994 tersebut menetapkanbahwa pemilikan saham peserta Indonesia pada saat pendirian usaha jointventure minimal sebesar 5 % dari seluruh modal setor perusahaan padasaat pendirian.
Beberapa pembatasan dalam perundang-undangan sektoral.
Dalam kontrak joint venture dapat ditetapkan komposisi direktur dankomisaris antara peserta asing dengan peserta Indonesia. Jumlah danjenis direktur diserahkan kepada kesepakatan para pihak. Namun,umumnya jumlah tersebut adalah ganjil untuk memudahkan bila terjadiumumnya jumlah tersebut adalah ganjil untuk memudahkan bila terjadivoting dalam rapat-rapat direktur atau komisaris perusahaan.
Sebelum tahun 1994, peraturan-peraturan penanaman modal menetapkan
jangka waktu divestasi, misalnya 15 tahun setelah produksi komersial dimulai,
20 tahun setelah produksi komersialdimulai.
PP No. 20 Tahun 1994 tidak lagi menentukan jangka waktu divestasi saham
asing. Masalah terkait dengan divestasi saham asing diserahkan kepada para
pihak. Oleh karena itulah peran kontrak joint venture sangat penting dalampihak. Oleh karena itulah peran kontrak joint venture sangat penting dalam
mengatur hal-hal terkait dengan divestasi.
Hal yang penting diperhatikan, antara lain : tata cara divestasi, penilaian harga
saham pada saat divestasi.
Kontrak joint venture melibatkan lebih dari satu pihak yang berjanji untuk
mendirikan sebuah perusahaan. Dengan demikian akan muncul sejumlah hak
dan kewajiban para pihak.
Kontrak joint venture harus jelas menguraikan kewajiban-kewajiban masing-
masing pihak selama pendirian perusahaan. Misalnya pihak mana yang
mengurus perijinan, pengurusan lahan, dll. Dan yang lebih penting adalah
mengenai beban biaya pengurusan kewajiban kepada siapa dibebankan.mengenai beban biaya pengurusan kewajiban kepada siapa dibebankan.
Sering terjadi perselisihan mengenai tanggungjawab atas biaya yang sudah
dikeluarkan, manakala ternyata perusahaan joint venture gagal didirikan. Oleh
karena itu kontrak joint venture harus mengantisipasi hal tersebut. Jika perlu
disertai dengan ketentuan ganti rugi jika ada pihak yang gagal melaksanakan
kewajibannya.
Modal asing tidak harus berbentuk uang atau devisa,tetapi juga dapatberbentuk barang dan teknologi. Oleh karena itu sering disebutkan bahwa jointventure adalah salah satu cara pengalihan teknologi dan know how
Alih teknologi terkait erat dengan masalah joint venture. Dan untuk sebagiankontrak joint venture ada yang mengatur tentang proses alih teknologi yangdimiliki oleh peserta asing kepada peserta Indonesia (ic. Tenaga kerjaIndonesia).Indonesia).
Ada baiknya diatur tentang tata cara pengalihan teknologiatau know how yangdibawa oleh mitra asing kepada tenaga Indonesia dalam kontrak joint venture.Namun umumnya mitra asing kurang tertarik dengan klausula alih teknologi.
Yang sering terjadi adalah masalah alih teknologi disusun dalam kontraktersendiri, karena hal ini lebih menguntungkan bagi mitra asing. Kontrak sepertiini umumnya mengatur tentang tata cara alih teknologi, kerahasiaan, biaya alihteknologi, cara pembayaran, dan perlindungan atas hak kekayaan intelektualbagi pemiliki teknologi.
Alih teknologi secara nasional umum gagal terjadi di Indonesia, karena banyak
faktor antara lain :
1. Pengusaha domestik lebih mengutamakan status daripada alih teknologi
2. Pengusaha domestik kurang mau berinvestasi dengan teknologi karena
biaya mahal dan resiko tinggi
3. Pengusaha domestik sering cukup puas dengan keuntungan yang sudah
ada meskipun mungkin nilai tambahnya kecil;
4. Pengusaha asing memang tidak bersedia mengalihkan teknologinya ;
5. Pengusaha domestik kurang memahami kontrak alih teknologi yang5. Pengusaha domestik kurang memahami kontrak alih teknologi yang
sangat rumit ;
6. Secara nasional belum ada kemampuan yang memadai untuk verifikasi
teknologi
7. Ketentuan perpajakan yang kurang mendukung ;
8. Teknologi lokal sebagai teknologi penunjang belum cukup memadai ;
9. Kurangnya dukungan dari institusi perguruan tinggi dalam penyediaan
riset-riset teknologi yang siap pakai ;
10. Lemahnya SDM
Masalah kerahasiaan sering diatur dalam kontrak joint venture. Klausula-klausula tentang kerahasiaan mengatur tentang kewajiban para pihak untukmerahasiakan informasi-informasi yang dianggap penting baik pada saatpendirian perusahaan joint venture maupun sesudah berdirinya perusahaantersebut.
Klausula seperti ini sangat dikehendaki oleh perserta asing, karena umumnyamereka membawa sejumlah informasi yang bernilai komersial pada saatpendirian perusahaan. Misalnya business plan yang mereka susun denganpendirian perusahaan. Misalnya business plan yang mereka susun denganmempergunakan tenaga konsultan bisnis, hasil studi kelayakan usaha, caraproduksi, sistem manajemen, dll. Mereka mengingkan informasi seperti itudirahasiakan dari pihak lain.
Jika perusahaan gagal dibentuk umumnya diatur bahwa mitra Indonesia tidakdiperkenankan mempergunakan informasi yang mereka miliki, kecuali jika adakompensasi tertentu bagi mitra asing.
Klausula ini umumnya disertai dengan sanksi hukuman yang berat.
Klausula ini sangat penting untuk mengamankan kontrak dari pemutusan
secara sepihak. Jika ini tidak diatur secara lengkap bisa saja salah satu pihak
secara diam-diam atau terang-terangan tidak melanjutkan kontrak atau
memutuskan kontrak sehingga projek pendirian perusahaan akan terganggu.
Harus diatur secara tegas bagaimana cara pemutusan kontrak, dan apakah
dimungkinkan pemutusan secara sepihak, dan apa konsekuensinya jika ada
pihak yang memutuskan secara sepihak.
Oleh karena itu selain mekanisme atau proses yang jelas tentang pemutusan
kontrak, harus pula diatur konsekuensinya, atau kompensasi tertentu jika
terjadipemutusan sepihak.
Dalam kontrak joint venture juga selalu diatur tentang pembubabaran perusahaan.
Klausula ini berisikan tentang tata cara pembubaran, likuidasi, dan konsekuensihukumnya bagi para pihak, juga konsekuensi terhadap pihak ketiga, termasuk karyawan,yang harus dipenuhi oleh para pihak atau perusahaan joint venture yang terbentuk.yang harus dipenuhi oleh para pihak atau perusahaan joint venture yang terbentuk.
Sebenarnya masalah ini juga akan diatur dalam AD perusahaan joint venture, tetapi lebihbaik jika dalam kontrak joint venture pun diatur secara lebih lengkap. Mungkin adakeadaan-keadaan yang tidak tercover oleh AD, sehingga penyelesaiannya dapat dilihatke dalam kontrak joint venture.
Umumnya penyelesaian sengketa dalam perusahaan patungan menggunakanjasa lembaga arbitrase internasional. Tentang lembaga tersebut diserahkankepada kesepakatan para pihak. Misalnya arbitrase yang ada di Inggris,Singapura dll.
Kemudian juga harus ditentukan tata cara arbitrase. Apakah denganmenggunakan ketentuan arbitrase ICC (InternationalChamber of Commerce)atau lainnya. Indonesia sendiri sudah meratifikasi Konvensi Washington 1955tentang Penyelesaian Sengketa Investasi antara Negara dan Warga NegaraAsing dan antara Warga Negara Indonesia dengan Warga Negara Asing.Asing dan antara Warga Negara Indonesia dengan Warga Negara Asing.Ketentuan Arbitrase yang digunakan adalah ICSID (International Centre onSettlement of Investment Dispute).
PERUSAHAAN PATUNGAN (JOINT ENTERPRISE) PERUSAHAAN PATUNGAN (JOINT ENTERPRISE) PERUSAHAAN PATUNGAN (JOINT ENTERPRISE) PERUSAHAAN PATUNGAN (JOINT ENTERPRISE) Pendirian
Joint Venture
Agreement
•Memuat penjelasan tentang definisi-definisi yang
dipergunakan dalam JVA
•Untuk menghindari kekeliruan penafsiran
DefinisiDefinisiDefinisiDefinisi
•Berapa besarnya modal dasar, modal ditempatkan dan
modal setor saat pendirian
• berapa proporsi masing-masing pihakModal
•Bagaimana tata cara pengalihan hak atas saham dari
satu pihak ke pihak lain
• Apakah ada pembatasan-pembatasan/ persyaratan-
persyaratan tertentu dalam mengalihkan hak atas
saham
PengalihanPengalihanPengalihanPengalihan HakHakHakHak
AtasAtasAtasAtas SahamSahamSahamSaham
PERUSAHAAN PATUNGAN (JOINT ENTERPRISE) PERUSAHAAN PATUNGAN (JOINT ENTERPRISE) PERUSAHAAN PATUNGAN (JOINT ENTERPRISE) PERUSAHAAN PATUNGAN (JOINT ENTERPRISE) Pendirian
Joint Venture
Agreement
•Bagaimana ketentuan penambahan modal
•Bagaimana ketentuan penawaran saham-saham baru yang dikeluarkan
perseroan
•Hak pemegang saham yang sudah ada dalam hal pengambilan bagian atas
saham baru
PenambahanPenambahanPenambahanPenambahan
Modal Modal Modal Modal dandandandan
PengeluaranPengeluaranPengeluaranPengeluaran
SahamSahamSahamSaham BaruBaruBaruBaru
•Susunan direksi dan komisaris dan proporsi masing- masing pemegang
KepengurusanKepengurusanKepengurusanKepengurusan•Susunan direksi dan komisaris dan proporsi masing- masing pemegang
saham
•Tata cara pengangkatan direksi dan komisaris
•Tugas dan wewenang direksi dan komisaris
• rapat-rapat direksi dan komisaris
KepengurusanKepengurusanKepengurusanKepengurusan
perusahaanperusahaanperusahaanperusahaan
• bagaimana ketentuan tentang tehnical assistence dan know how
• lisensi, paten, merek, dan lain sebagainya
Technical Technical Technical Technical
Assistance Assistance Assistance Assistance dandandandan
Know HowKnow HowKnow HowKnow How
PERUSAHAAN PATUNGAN (JOINT ENTERPRISE) PERUSAHAAN PATUNGAN (JOINT ENTERPRISE) PERUSAHAAN PATUNGAN (JOINT ENTERPRISE) PERUSAHAAN PATUNGAN (JOINT ENTERPRISE) Pendirian
Joint Venture
Agreement
•Daya mengikat perjanjian terhadap pihak lain yang
menggantikan kedudukan salah satu pihak
• Kapan penggantian diijinkan
PenggantianPenggantianPenggantianPenggantian paraparaparapara
pihakpihakpihakpihak
•Bentuk-bentuk wanprestasi
•Akibat hukum bila terjadi default
WanprestasiWanprestasiWanprestasiWanprestasi
(default)(default)(default)(default)
• bagaimana ketentuan peringatan jika terjadi
wanprestasi
• alamat resmi penyampaian notice
PeringatanPeringatanPeringatanPeringatan
(notice)(notice)(notice)(notice)
PERUSAHAAN PATUNGAN (JOINT ENTERPRISE) PERUSAHAAN PATUNGAN (JOINT ENTERPRISE) PERUSAHAAN PATUNGAN (JOINT ENTERPRISE) PERUSAHAAN PATUNGAN (JOINT ENTERPRISE) Pendirian
Joint Venture
Agreement
• Hak menuntut ganti rugi
• bentuk ganti rugiGantiGantiGantiGanti KerugianKerugianKerugianKerugian
• Batasan dan bentuk force majeure• Batasan dan bentuk force majeure
• Mekanisme penyampaian
• Akibat force majeure
Force majeure Force majeure Force majeure Force majeure
• pilihan hukum yang mengatur
penafsiran dan pelaksanaan
perjanjian
HukumHukumHukumHukum yang yang yang yang
BerlakuBerlakuBerlakuBerlaku
PERUSAHAAN PATUNGAN (JOINT ENTERPRISE) PERUSAHAAN PATUNGAN (JOINT ENTERPRISE) PERUSAHAAN PATUNGAN (JOINT ENTERPRISE) PERUSAHAAN PATUNGAN (JOINT ENTERPRISE) Pendirian
Joint Venture
Agreement
• Mekanisme penyelesaian sengketa
• pilihan forum PenyelesaianPenyelesaianPenyelesaianPenyelesaian
sengketasengketasengketasengketa
• Bahasa yang dipergunakan dan yang
mengikatBahasaBahasaBahasaBahasa
• Tergantung bentuk perjanjianJangkaJangkaJangkaJangka waktuwaktuwaktuwaktu
perjanjianperjanjianperjanjianperjanjian
PERUSAHAAN PATUNGAN (JOINT ENTERPRISE) PERUSAHAAN PATUNGAN (JOINT ENTERPRISE) PERUSAHAAN PATUNGAN (JOINT ENTERPRISE) PERUSAHAAN PATUNGAN (JOINT ENTERPRISE) Pendirian
Joint Venture
Agreement
•Mekanisme pengakhiran
perjanjian secara sepihak
• konsekuensi
PengakhiranPengakhiranPengakhiranPengakhiran
PerjanjianPerjanjianPerjanjianPerjanjian
•Ketentuan dan syarat
amandementAmandemenAmandemenAmandemenAmandemen