Post on 05-Jul-2018
8/16/2019 bab13 Pembangunan, Pemeliharaan.pdf
1/64
8/16/2019 bab13 Pembangunan, Pemeliharaan.pdf
2/64
RPJMD Propinsi Jawa Timur 2009-2014 Bab XIII - 230
untuk membuka isolasi wilayah, serta ketersediaan pengairan
merupakan prasyarat keberhasilan pembangunan pertanian dan
sektor-sektor lainnya. Penyediaan infrastruktur yang memadai
merupakan landasan utama pembangunan.
Di sisi lain, kondisi pelayanan dan penyediaan infrastruktur
yang meliputi transportasi, ketenagalistrikan, energi, pos,
telekomunikasi dan informatika, sumber daya air, serta perumahan,
pelayanan air minum, dan penyehatan lingkungan, mengalami
penurunan baik kuantitas maupun kualitasnya. Berkurangnya
kualitas dan pelayanan, dan tertundanya pembangunan infrastruktur
baru, dapat menghambat laju pembangunan daerah. Karena itu,
pembangunan dan perbaikan infrastruktur harus memperoleh
perhatian serius dalam rangka menciptakan pemerataan, sekaligus
mendorong pertumbuhan ekonomi.
XIII.1 Permasalahan Umum
Rehabilitasi dan pembangunan kembali berbagai infrastruktur
yang rusak, serta peningkatan kapasitas dan fasilitas baru akan
menyerap biaya sangat besar, sehingga tidak dapat dipikul oleh
pemerintah sendiri. Untuk itu, sangat mendesak mencari solusi
inovatif guna menanggulangi masalah perawatan dan perbaikan
infrastruktur yang rusak.
Dilihat dari tipologinya, infrastruktur dapat dibedakan
menjadi tiga kategori, yaitu infrastruktur sosial, infrastruktur publik,
dan infrastruktur komersial. Pembagian ini sekaligus menunjukkan
tingkat kewenangan dan tanggung jawab penyediaan masing-
masing infrastruktur. Infrastruktur sosial, yang menghasilkan
barang dan jasa non-pasar, dengan tingkat cost recovery yang
sangat rendah, maka penyediaannya mutlak menjadi tanggung
jawab pemerintah, baik pusat maupun daerah, yang
pelaksanaannya disesuaikan kemampuan pendanaan pemerintah.
Untuk itu perlu adanya sinkronisasi penanganan program melalui
APBN dan APBD. Infrastruktur sosial meliputi, antara lain, subsektor
jalan, fasilitas keselamatan transportasi, sumber daya air, fasilitas
persampahan dan sanitasi.
Penyediaan infrastruktur publik yang menghasilkan barang
dan jasa publik, seperti jalan tol, pelabuhan, bandara, air minum,
8/16/2019 bab13 Pembangunan, Pemeliharaan.pdf
3/64
RPJMD Propinsi Jawa Timur 2009-2014 Bab XIII - 231
perumahan, pos, listrik, dan telekomunikasi, dapat dilakukan
bekerja sama antara pemerintah (BUMN) dan pihak swasta.
Sedangkan infrastruktur komersial, yang menghasilkan barang dan
jasa privat, seperti: pembangkit listrik, telekomunikasi di daerah
perkotaan, pelabuhan peti kemas, bandara internasional dan
bandara domestik, jalan tol pada ruas-ruas yang memiliki kondisi
lalu lintas yang tinggi dapat disediakan secara murni oleh pihak
swasta.
Dengan demikian percepatan pembangunan dan perbaikan
infrastruktur dapat dilakukan dengan mempertimbangkan
kewenangan dan tanggung jawab sesuai tipologi infrastrukturnya.
XIII.2 Sasaran UmumSasaran umum yang hendak dicapai dalam upaya
pembangunan, pemeliharaan, dan perbaikan infrastruktur adalah
sebagai berikut:
1. Meningkatnya ketersediaan dan kualitas infrastruktur sosial
yang menjadi kebutuhan masyarakat.
2. Meningkatnya ketersediaan dan kualitas infrastruktur publik
melalui kerjasama dengan pihak badan usaha swasta.
3. Meningkatnya ketersediaan dan kualitas infrastruktur komersial
dengan mendorong peran aktif badan usaha swasta dalam
penyediaannya.
XIII.3 Arah Kebijakan Umum
Untuk mewujudkan sasaran tersebut, pembangunan,
pemeliharaan, dan perbaikan infrastruktur dilaksanakan dalam
kerangka arah kebijakan:
1. Prioritas pembangunan, pemeliharaan, dan perbaikan
infrastruktur sosial pada infrastruktur sumber daya air.
2. Meningkatkan dan percepatan pembangunan, pemeliharaan,
dan perbaikan infrastruktur yang menunjang pembangunan
sektor pertanian dan wilayah pedesaan.
3. Meningkatkan pembangunan, pemeliharaan, dan perbaikan
infrastruktur yang menunjang pemerataan pembangunan antar-
daerah.
8/16/2019 bab13 Pembangunan, Pemeliharaan.pdf
4/64
RPJMD Propinsi Jawa Timur 2009-2014 Bab XIII - 232
4. Mendorong kerja sama dengan badan usaha swasta untuk
percepatan pembangunan infrastruktur publik dan komersial
melalui instrumen tarif dan insentif lainnya.
XIII.4 Program-programProgram-program pembangunan, pemeliharaan, dan
perbaikan infrastruktur disusun berdasarkan masing-masing jenis
infrastruktur, sebagai berikut:
A. SUMBER DAYA AIR
Air merupakan kebutuhan pokok manusia untuk
melangsungkan kehidupan dan meningkatkan kesejahteraannya.
Pembangunan di bidang sumber daya air pada dasarnya merupakan
upaya membuka dan memperluas akses secara adil kepada seluruh
masyarakat untuk mendapatkan air agar mampu berperikehidupan
yang sehat, bersih, dan produktif. Selain itu, pembangunan di
bidang sumber daya air juga ditujukan untuk mengendalikan daya
rusak air agar tercipta kehidupan masyarakat yang aman dan
sejahtera.
1. Permasalahana. Ketidakseimbangan antara Pasokan dan Kebutuhan
Secara alamiah Jawa Timur menghadapi kendala dalam
memenuhi kebutuhan air, karena distribusi yang tidak merata, baik
secara spasial maupun waktu, sehingga air yang dapat disediakan
tidak selalu sesuai kebutuhan, baik dalam perspektif jumlah maupun
mutu.
Dari segi spasial, wilayah Jawa Timur yang dihuni sekitar 39
juta jiwa hanya mempunyai potensi air tawar yang relatif sedikit.
Dari segi distribusi waktu sepanjang tahun, 80% air tersedia pada
musim hujan yang berdurasi lima bulan, sedangkan 20% sisanya
tersedia pada musim kemarau dengan durasi tujuh bulan.
Ketersediaan air yang sangat melimpah pada musim hujan,
selain memberi manfaat, pada saat yang sama juga menimbulkan
potensi bahaya kemanusiaan berupa banjir dan tanah longsor.
Sedangkan pada musim kemarau, kelangkaan air telah pula
menimbulkan potensi bahaya kemanusiaan lainnya, berupa
8/16/2019 bab13 Pembangunan, Pemeliharaan.pdf
5/64
RPJMD Propinsi Jawa Timur 2009-2014 Bab XIII - 233
kekeringan yang berkepanjangan.
Beberapa kejadian bencana alam di Jawa Timur, antara lain,
bencana tanah longsor dan banjir bandang di Kabupaten Jember,
Bondowoso, Situbondo, Jombang, Kediri dan Kabupaten Trenggalek;
Bencana banjir di Kabupaten Bojonegoro, Tuban, Lamongan, Gresik,
Pasuruan, Mojokerto, Madiun, Bangkalan, dan Sampang akibat
meluapnya sungai-sungai di sekitarnya, bahkan banjir di
Bojonegoro, Tuban, Lamongan dan Gresik berulang setiap tahun
akibat meluapnya Sungai Bengawan Solo, disertai jebolnya tanggul.
b. Meningkatnya Ancaman terhadap Keberlanjutan Daya
Dukung Sumber Daya Air
Kerusakan lingkungan yang semakin luas akibat kerusakan
hutan secara signifikan telah menyebabkan penurunan daya dukung
Daerah Aliran Sungai (DAS) dalam menahan dan menyimpan air.
Hal yang memprihatinkan adalah indikasi terjadinya proses
percepatan laju kerusakan daerah tangkapan air.
Hal tersebut ditunjukkan, sampai dengan tahun 2006, luas
lahan kritis dalam kawasan mencapai 165.619,53 hektare,
sedangkan lahan kritis luar kawasan seluas 502.405,68 hektare.
Hampir setiap tahun, di musim kemarau, beberapa kawasan hutan
mengalami kebakaran.
Kecenderungan meluas dan bertambahnya jumlah DAS kritis
telah mengarah pada tingkat kelangkaan dan peningkatan daya
rusak air yang semakin serius. Selain itu, kelangkaan air yang
terjadi cenderung mendorong pola penggunaan sumber air yang
tidak bijaksana, antara lain pola eksploitasi air tanah secara
berlebihan sehingga mengakibatkan terjadinya penurunan
permukaan dan kualitas air tanah, intrusi air laut, dan ”amblesan”
permukaan tanah. Kerusakan air tanah sangat sulit dipulihkan,
sehingga apabila hal tersebut terjadi terus-menerus secara pasti
akan berujung pada terjadinya bencana lingkungan yang
berimplikasi luas.
c. Menurunnya Kemampuan Penyediaan Air
Berkembangnya daerah permukiman dan industri telah
menurunkan area resapan air dan mengancam kapasitas lingkungan
dalam menyediakan air. Pada sisi lain, kapasitas infrastruktur
8/16/2019 bab13 Pembangunan, Pemeliharaan.pdf
6/64
RPJMD Propinsi Jawa Timur 2009-2014 Bab XIII - 234
penampung air, seperti waduk dan bendungan makin menurun,
sebagai akibat meningkatnya sedimentasi, sehingga menurunkan
keandalan penyediaan air untuk irigasi maupun air baku. Kondisi ini
diperparah dengan kualitas operasi dan pemeliharaan yang rendah
sehingga tingkat layanan prasarana sumber daya air menurun
semakin tajam.
d. Meningkatnya Potensi Konflik Air
Sejalan meningkatnya jumlah penduduk dan kualitas
kehidupan masyarakat, jumlah kebutuhan air baku bagi rumah
tangga, permukiman, pertanian maupun industri juga semakin
meningkat. Kebutuhan air yang makin meningkat pada satu sisi, dan
ketersediaan yang makin terbatas pada sisi lain, secara pasti akan
memperparah tingkat kelangkaan air. Semakin parahnya
kelangkaan berpeluang memicu terjadinya berbagai bentuk konflik
air, baik antarkelompok pengguna, maupun antar-wilayah. Konflik
air yang tidak terkendali berpotensi berkembang menjadi konflik
dengan dimensi lebih luas.
e. Kurang Optimalnya Tingkat Layanan Jaringan Irigasi
Luas areal sawah beririgasi di Jawa Timur mencapai 903.735
hektare, sekitar 30% jaringan irigasi yang melayani areal tersebut
kurang optimal, di samping karena mengalami kerusakan dalam
berbagai tingkatan, juga belum lengkapnya sistem jaringan,
ketidaktersediaan air, belum tercukupinya dana operasi dan
pemeliharaan yang memadai, ketidaksiapan petani penggarap, atau
terjadinya mutasi lahan. Hal yang sama juga terjadi pada jaringan
irigasi rawa.
Upaya perbaikan sudah dilakukan, misalnya, pada tahun
2007, dilakukan perbaikan jaringan dan bangunan irigasi. Hasilnya
adalah meningkatnya fungsi 78 jaringan irigasi, dan 60 buah
bangunan irigasi untuk mengairi areal irigasi seluas 145.088
hektare. Permasalahan yang dihadapi adalah kecepatan kerusakan
jaringan irigasi yang disebabkan umur teknis/konstruksi, dan akibat
bencana alam, banyaknya lahan puso akibat kekurangan air, serta
kurangnya personel pengelola operasi dan pemeliharaan jaringan
irigasi.
Selain penurunan keandalan layanan jaringan irigasi, luas
sawah produktif beririgasi juga makin menurun karena alih fungsi
8/16/2019 bab13 Pembangunan, Pemeliharaan.pdf
7/64
RPJMD Propinsi Jawa Timur 2009-2014 Bab XIII - 235
lahan menjadi non-pertanian, terutama untuk perumahan.
f. Lemahnya Koordinasi, Kelembagaan
Perubahan paradigma pembangunan sejalan dengan
semangat reformasi memerlukan beberapa langkah penyesuaian
tata kepemerintahan, peran masyarakat, peran BUMN/BUMD, dan
peran swasta dalam pengelolaan infrastruktur sumber daya air.
Penguatan peran masyarakat, pemerintah daerah, BUMN/BUMD,
dan swasta diperlukan dalam rangka memperluas dan
memperkokoh basis sumber daya.
Pada aspek institusi, lemahnya koordinasi antar-instansi dan
antar-daerah otonom telah menimbulkan pola pengelolaan sumber
daya air yang tidak efisien, bahkan tidak jarang saling berbenturan.
Pada sisi lain, kesadaran dan partisipasi masyarakat, sebagai salah
satu prasyarat terjaminnya keberlanjutan pola pengelolaan sumber
daya air, masih belum mencapai tingkat yang diharapkan karena
masih terbatasnya kesempatan dan kemampuan.
g. Kerusakaan Prasarana Akibat Bencana Alam
Bencana alam yang terjadi bertubi-tubi, dan berulang di
berbagai wilayah Propinsi Jawa Timur, khususnya pada musim
penghujan, baik banjir maupun tanah longsor, mengakibatkan
kerusakan pada prasarana sumber daya air, sehingga menghambat
penyediaan air baku bagi masyarakat. Banjir dan endapan lumpur
juga merusak jaringan irigasi pada daerah-daerah bencana.
Endapan lumpur dan sampah pada sungai-sungai juga mengganggu
dan menurunkan kapasitas aliran air.
2. Sasaran
Sasaran yang hendak dicapai dalam pembangunan,
pemeliharaan, dan perbaikan prasarana sumber daya air adalah:
1. Meningkatnya pemenuhan kebutuhan air bagi rumah tangga,
permukiman, pertanian, dan industri, dengan prioritas utama
untuk kebutuhan pokok masyarakat miskin dan pertanian
rakyat di daerah sulit air.
2. Berkurangnya dampak bencana banjir, dan kekeringan, yang
ditandai dengan berkurangnya luas daerah genangan banjir,
dan luas areal yang mengalami kekeringan.
8/16/2019 bab13 Pembangunan, Pemeliharaan.pdf
8/64
RPJMD Propinsi Jawa Timur 2009-2014 Bab XIII - 236
3. Pulihnya kondisi sumber-sumber air dan prasarana sumber
daya air, dan ketersediaan air baku bagi masyarakat, yang
ditandai dengan meningkatnya kapasitas tampung air baku;
Berkurangnya jumlah jaringan dan bangunan irigasi yang
rusak; Meningkatnya perubahan areal sawah tadah hujan
menjadi areal irigasi teknis
4. Berlanjutnya pembentukan Himpunan Petani Pemakai Air
(HIPPA).
5. Terkendalinya pemanfaatan air tanah.
6. Tercapainya pola pengelolaan sumber daya air yang terpadu
dan berkelanjutan.
7. Terkendalinya potensi konflik air.
8. Terkendalinya pencemaran air.
9. Terlindunginya daerah pantai dari abrasi air laut, terutama
pada pulau-pulau kecil, dan wilayah strategis.
10. Meningkatnya partisipasi aktif masyarakat.
11. Meningkatnya kualitas koordinasi dan kerja sama antar
instansi.
12. Terciptanya pola pembiayaan yang berkelanjutan.
3. Arah Kebijakan
Untuk mewujudkan sasaran tersebut, pembangunan,
pemeliharaan, dan perbaikan prasarana sumber daya air
dilaksanakan dalam kerangka arah kebijakan:
1. Mendayagunakan sumber daya air untuk pemenuhan
kebutuhan air baku diprioritaskan pada pemenuhan kebutuhan
pokok rumah tangga penduduk miskin, terutama di wilayah
rawan defisit air.
2. Pemulihan awal pelayanan sumber daya air yang rusak akibat
bencana alam dilakukan secara darurat, terutama penyediaan
air baku bagi masyarakat dengan mempertimbangkan kondisi
sumber-sumber air permukaan, dan pengendalian banjir
dengan pendekatan flood management .
3. Penanggulangan banjir diutamakan pada wilayah berpenduduk
padat yang dihuni masyarakat miskin, dan wilayah strategis.
8/16/2019 bab13 Pembangunan, Pemeliharaan.pdf
9/64
RPJMD Propinsi Jawa Timur 2009-2014 Bab XIII - 237
4. Penanggulangan banjir berulang pada wilayah tertentu
dilakukan melalui perbaikan manajemen air daerah aliran
sungai (DAS).
5. Pengelolaan sumber daya air memperhatikan keserasian
antara konservasi dan pendayagunaan, antara hulu dan hilir,
antara pemanfaatan air permukaan dan air tanah, antara
pengelolaan demand dan pengelolaan supply , serta antara
pemenuhan kepentingan jangka pendek dan kepentingan
jangka panjang untuk menciptakan pola pengelolaan sumber
daya air yang lebih berkeadilan.
6. Konservasi sumber-sumber air menggunakan pendekatan
vegetatif, diimbangi upaya lain, antara lain rekayasa
keteknikan, yang lebih bersifat quick yielding.
7. Mengedepankan pembangunan tampungan air berskala kecil.
Pembangunan tampungan air berskala besar perlu
pertimbangan lebih hati-hati, karena menghadapi masalah
lebih kompleks, terutama isu sosial dan lingkungan.
8. Meningkatkan konservasi sumber-sumber air ditujukan untuk
melestarikan kuantitas air, dan juga memelihara kualitas air.
9. Meningkatkan upaya konservasi air tanah melalui pengisian
kembali (recharging), pembuatan sumur resapan, atau aplikasi
teknologi lain yang tersedia dan layak.
10. Meningkatkan pelestarian waduk, bendungan, dan embung,
serta pengamanan daerah aliran sungai untuk melindungi
sumber daya air dan bencana banjir.
11. Meningkatkan pendayagunaan sumber daya air untuk
pemenuhan kebutuhan air irigasi, difokuskan pada
peningkatan fungsi jaringan irigasi yang sudah dibangun tapibelum berfungsi, rehabilitasi areal irigasi berfungsi yang rusak,
dan peningkatan kinerja operasi dan pemeliharaan.
12. Rehabilitasi dan peningkatan fungsi jaringan diprioritaskan
pada areal yang ketersediaan airnya terjamin dan petani
penggarapnya sudah siap, terutama di daerah lumbung padi.
13. Penyelenggaraan operasi dan pemeliharaan jaringan dalam
seluruh proses kegiatannya dilakukan berbasis partisipasi
masyarakat.
8/16/2019 bab13 Pembangunan, Pemeliharaan.pdf
10/64
RPJMD Propinsi Jawa Timur 2009-2014 Bab XIII - 238
14. Mengendalikan kecenderungan meningkatnya alih fungsi lahan
melalui pengembangan berbagai skema insentif kepada petani
agar bersedia mempertahankan lahan sawahnya.
15. Meningkatkan partisipasi masyarakat dan kemitraan di antara
pemangku kepentingan tidak hanya pada saat kejadian banjir,
tapi juga pada tahap pencegahan, serta pemulihan-pasca
bencana.
16. Mengamankan pantai-pantai dari abrasi, terutama pada pulau-
pulau kecil, serta pusat kegiatan ekonomi.
17. Mengendalikan pemanfaatan air tanah untuk menjaga
kelestarian lingkungan.
18. Mengembangkan modal sosial pengelolaan sumber daya air
melalui pendekatan budaya, dengan menggali dan
merevitalisasi kearifan lokal (local wisdom).
19. Menata kelembagaan pengelolaan sumber daya air melalui
pengaturan kembali kewenangan dan tanggung jawab masing-
masing pemangku kepentingan.
20. Mendorong keterpaduan pengelolaan sumber daya air dalam
satu wilayah sungai antara pemerintah Pusat, propinsi, dan
kabupaten/kota.
4. Program
Berdasarkan sasaran dan arah kebijakan tersebut di atas,
maka langkah-langkah yang akan dilaksanakan dijabarkan ke dalam
program-program pembangunan, yang dibagi menjadi dua kategori,
yaitu program prioritas dan penunjang, disertai kegiatan-kegiatan
pokok yang akan dijalankan.
4.1 Program Prioritas
a. Program Penyediaan dan Pengelolaan Air Baku
Program ini bertujuan meningkatkan penyediaan air baku
untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga, terutama masyarakat
miskin di pedesaan dan perkotaan, serta industri.
Kegiatan pokok yang dilaksanakan dititikberatkan, antara
lain, pada:
1. Operasi dan pemeliharaan, serta rehabilitasi saluran pembawa
8/16/2019 bab13 Pembangunan, Pemeliharaan.pdf
11/64
8/16/2019 bab13 Pembangunan, Pemeliharaan.pdf
12/64
RPJMD Propinsi Jawa Timur 2009-2014 Bab XIII - 240
wilayah kabupaten Bojonegoro, Tuban, Lamongan, Gresik,
agar air tak langsung terbuang ke laut, dengan membuat
waduk yang sejajar dengan aliran sungai.
4. Rehabilitasi, operasi dan pemeliharaan, prasarana pengendali
banjir, dan pengamanan pantai, termasuk tanggul dan
normalisasi sungai.
5. Peningkatan operasi dan pemeliharaan, serta perbaikan alur
sungai.
6. Pengendalian aliran air permukaan (run off ) di daerah
tangkapan air dan badan-badan sungai melalui pengaturan
dan penegakkan hukum.
7. Penggalian dan pengembangan budaya masyarakat setempat
dalam mengendalikan banjir.
c. Program Pengembangan dan Pengelolaan Jaringan
Irigasi, Rawa, dan Jaringan Pengairan Lainnya
Program ini bertujuan mewujudkan pengelolaan jaringan
irigasi, rawa, serta jaringan pengairan lainnya untuk meningkatkan
pemenuhan kebutuhan air pertanian, dan pengendalian
pemanfaatan air tanah untuk irigasi.
Kegiatan pokok yang dilaksanakan dititikberatkan, antara
lain, pada:
1. Pemberdayaan petani pemakai air, terutama dalam
pengelolaan jaringan irigasi.
2. Peningkatan jaringan irigasi yang belum berfungsi.
3. Rehabilitasi jaringan irigasi, terutama pada daerah penghasil
pangan, dan jaringan rawa.
4. Pengelolaan jaringan irigasi dan rawa, serta jaringan pengairan
lainnya yang tersebar di seluruh wilayah Jawa Timur.
5. Optimalisasi pemanfaatan lahan irigasi dan rawa yang telah
dikembangkan.
6. Peningkatan kegiatan operasi dan pemeliharaan jaringan
irigasi.
7. Revitalisasi peran-peran lokal tradisional dalam pengelolaan
dan pemeliharaan sumber daya air untuk irigasi pertanian.
8/16/2019 bab13 Pembangunan, Pemeliharaan.pdf
13/64
RPJMD Propinsi Jawa Timur 2009-2014 Bab XIII - 241
4.2 Program Penunjang
a. Program Pengembangan, Pengelolaan, dan Konservasi
Sungai, Danau, dan Sumber Air Lainnya
Program ini bertujuan meningkatkan keberlanjutan fungsi
dan pemanfaatan sumber daya air, mewujudkan keterpaduan
pengelolaan, serta menjamin kemampuan keterbaharuan dan
keberlanjutannya sehingga dapat dicapai pola pengelolaan sumber
daya air yang terpadu dan berkelanjutan; serta mengendalikan
eksploitasi air tanah
Kegiatan pokok yang dilaksanakan dititikberatkan, antara
lain, pada:
1. Penatagunaan sumber daya air.
2. Penyelenggaraan konservasi air tanah pada wilayah kritis air.
3. Peningkatan kegiatan operasi dan pemeliharaan waduk, danau,
embung, serta bangunan penampung air lainnya.
4. Rehabilitasi bangunan tampungan air seperti waduk/embung.
5. Percepatan pembangunan waduk, embung, dan bangunan
penampung air lainnya dalam skala kecil di wilayah rawan
kekeringan.
6. Peningkatan pemanfaatan potensi kawasan dan air waduk,
danau, embung, dan bangunan penampung air lainnya,
termasuk untuk pengembangan wisata tirta.
7. Pengembangan pembiayaan kompetitif (competitive fund )
untuk konservasi air oleh kelompok masyarakat maupun
pemerintah daerah.
8. Penggalian dan pengembangan budaya masyarakat dalam
konservasi air.
9. Pengembangan teknologi tepat guna.
b. Program Penataan Kelembagaan dan Ketatalaksanaan
Program ini bertujuan mewujudkan kelembagaan yang efektif
sehingga potensi konflik air dapat dikendalikan; dan meningkatkan
partisipasi masyarakat, kualitas koordinasi serta kerja sama antar-
instansi
Kegiatan pokok yang dilaksanakan dititikberatkan, antara
lain, pada:
8/16/2019 bab13 Pembangunan, Pemeliharaan.pdf
14/64
RPJMD Propinsi Jawa Timur 2009-2014 Bab XIII - 242
1. Penyusunan/penyesuaian Peraturan Daerah tentang
Pengelolaan Sumber Daya Air; Sungai; Pengusahaan Sumber
Daya Air Wilayah Sungai; Irigasi; Pembiayaan Pengelolaan
Sumber Daya Air Wilayah Sungai; Perum Jasa Tirta.
2. Penataan dan perkuatan kelembagaan pengelola sumber daya
air daerah propinsi, maupun kabupaten/kota.
3. Pengembangan dan pembentukan wadah koordinasi
pengelolaan sumber daya air tingkat propinsi, SWS, dan/atau
kabupaten/kota.
4. Perkuatan balai pengelolaan sumber daya air.
5. Pembangunan sistem informasi dan pengelolaan data yang
dapat memenuhi kebutuhan data dan informasi yang akurat,
aktual, dan mudah diakses.
6. Peningkatan partisipasi masyarakat dalam pengembangan,
pengelolaan, dan konservasi sungai, danau, dan sumber air
lainnya.
7. Peningkatan kemampuan dan pemberdayaan masyarakat dan
Himpunan Petani Pemakai Air (HIPPA) dalam hal teknis,
organisasi, dan administrasi pengembangan dan pengelolaan
irigasi dan sumber daya air lainnya.
8. Penegakan hukum dan peraturan terkait dengan pengelolaansumber daya air.
B. TRANSPORTASI
Transportasi merupakan urat nadi perekonomian, sehingga
usaha-usaha untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat melalui
pembangunan sangat tergantung pada infrastruktur transportasi.
Dalam konteks pembangunan ekonomi, transportasi memiliki tiga
fungsi utama. Pertama, fasilitator pengangkutan, yakni memfasilitasibagi pencapaian setiap aspek pertumbuhan ekonomi. Kedua,
generator pengangkutan, yakni untuk merangsang pertumbuhan
ekonomi suatu daerah. Dan, ketiga, distributor pengangkutan, yaitu
sarana untuk menyebarkan atau meratakan pertumbuhan ekonomi.
Ada beberapa jenis transportasi (moda), yaitu transportasi
darat, terdiri transportasi jalan raya dan kereta api; transportasi
laut; transportasi sungai, danau dan penyeberangan; serta
transportasi udara. Keberhasilan sebuah sistem transportasi dapat
8/16/2019 bab13 Pembangunan, Pemeliharaan.pdf
15/64
RPJMD Propinsi Jawa Timur 2009-2014 Bab XIII - 243
diketahui melalui indikator, semakin pendeknya waktu tempuh
antar-tujuan; semakin menurunnya biaya operasi kendaraan dan
tarif transpor; serta makin menurunnya tingkat kecelakaan
transportasi. Upaya pembangunan infrastruktur transportasi selalu
bertujuan menciptakan sistem transportasi yang terpadu antar-
moda transportasi, murah, dan aman.
Transportasi secara umum berfungsi sebagai katalisator
dalam mendukung pertumbuhan ekonomi, pengembangan wilayah,
dan pemersatu wilayah. Pada umumnya infrastruktur transportasi
mengemban fungsi pelayanan publik dan misi pembangunan. Di sisi
lain transportasi juga berkembang sebagai industri jasa.
Pembangunan transportasi diarahkan untuk mendukung
perwujudan Jawa Timur makmur dan sejahtera. Fungsi pelayanan
umum transportasi adalah melalui penyediaan jasa transportasi
guna mendorong pemerataan pembangunan, melayani kebutuhan
masyarakat luas dengan harga terjangkau baik di perkotaan
maupun pedesaan, mendukung peningkatan kesejahteraan
masyarakat di wilayah pedalaman dan terpencil, serta untuk
melancarkan mobilitas distribusi barang dan jasa, serta mendorong
pertumbuhan sektor-sektor ekonomi.
Karena itu, pembangunan transportasi diarahkan untuk
meningkatkan pelayanan jasa transportasi secara efisien, andal,
berkualitas, aman dan dengan harga terjangkau. Selain itu perlu
dikembangkan pembangunan sistem transportasi nasional
(Sistranas) untuk mencapai keterpaduan secara intermoda dan
keterpaduan dengan sistem tata ruang nasional, pembangunan
wilayah dan berkelanjutan; serta terciptanya sistem distribusi
nasional, regional dan internasional yang mampu memberikan
pelayanan dan manfaat bagi masyarakat luas, termasuk
meningkatkan jaringan transportasi antara desa-kota dan daerah
produksi-pemasaran serta memadai.
Peran transportasi juga diperlukan untuk menjembatani
kesenjangan, dan mendorong pemerataan hasil-hasil pembangunan.
Transportasi antar-wilayah akan membuka peluang terjadinya
perdagangan antar-wilayah dan mengurangi perbedaan harga
antarwilayah, serta meningkatkan mobilitas tenaga kerja sehingga
mengurangi konsentrasi keahlian dan keterampilan pada beberapa
8/16/2019 bab13 Pembangunan, Pemeliharaan.pdf
16/64
RPJMD Propinsi Jawa Timur 2009-2014 Bab XIII - 244
wilayah.
Dengan adanya pemerataan keterampilan dan keahlian,
maupun biaya antarwilayah, akan mendorong terciptanya kesamaan
kesempatan pembangunan wilayah. Pemerataan pelayanan
transportasi secara adil juga diarahkan agar setiap lapisan
masyarakat bisa mendapatkan kebutuhan pelayanan jasa
transportasi secara mudah, murah, berkualitas, dan terjangkau.
1. Permasalahan Umum
Masih Rendahnya Kapasitas, Kualitas dan Kuantitas
Secara umum, permasalahan yang dihadapi sektor
transportasi meliputi aspek kapasitas, kondisi, jumlah dan kuanlitas
prasarana dan sarana fisik; kelembagaan dan peraturan; sumber
daya manusia; teknologi; pendanaan/investasi; serta manajemen,
operasi dan pemeliharaan.
Selain itu dengan terjadinya berbagai bencana, seperti banjir
dan tanah longsor, juga luapan lumpur panas Lapindo,
mengakibatkan terganggunya jalur distribusi dan mobilisasi barang
dan jasa, terutama akibat rusaknya prasarana dan sarana
transportasi di wilayah terkena bencana.
2. Sasaran Umum
Sasaran umum pembangunan transportasi yang ingin dicapai
adalah:
1. Meningkatnya kondisi dan kualitas prasarana dan sarana
dengan menurunkan tingkat backlog pemeliharaan.
2. Meningkatnya jumlah dan kualitas pelayanan transportasi,
terutama keselamatan transportasi.
3. Meningkatnya kualitas pelayanan transportasi yang
berkesinambungan dan ramah lingkungan, serta sesuai
standar pelayanan yang dipersyaratkan.
4. Meningkatnya mobilitas dan distribusi nasional dan regional,
serta lokal.
5. Meningkatnya pemerataan dan keadilan pelayanan
transportasi, baik antar-wilayah maupun antar-golongan
masyarakat di perkotaan, pedesaan, maupun daerah terpencil.
6. Meningkatnya akuntabilitas pelayanan transportasi melalui
8/16/2019 bab13 Pembangunan, Pemeliharaan.pdf
17/64
RPJMD Propinsi Jawa Timur 2009-2014 Bab XIII - 245
pemantapan sistem transportasi nasional, regional, dan lokal.
7. Terselesaikannya rehabilitasi dan rekonstruksi sarana dan
prasarana transportasi yang rusak akibat bencana alam,
maupun luapan lumpur panas Lapindo.
3. Arah Kebijakan Umum
Untuk mewujudkan sasaran tersebut, pembangunan,
pemeliharaan, dan perbaikan infrastruktur dilaksanakan dalam
kerangka arah kebijakan:
1. Meningkatkan dan percepatan pembangunan, pemeliharaan,
dan perbaikan prasarana dan sarana transportasi, secara
berkelanjutan.
2. Meningkatkan pembangunan transportasi terpadu yang berbasis
pengembangan wilayah.
3. Meningkatkan data dan informasi, serta pengembangan audit
prasarana dan sarana transportasi nasional, regional, dan lokal.
4. Meningkatkan pembangunan dan pemantapan terwujudnya
sistem transportasi nasional, regional, dan lokal secara bertahap
dan terpadu
5. Melanjutkan restrukturisasi kelembagaan dan peraturantransportasi.
6. Mendorong pengembangan industri jasa transportasi yang
bersifat komersial di daerah yang telah berkembang, dengan
melibatkan peran serta swasta dan masyarakat, dan
meningkatkan pembinaan pelaku transportasi.
7. Percepatan pemulihan jalur distribusi dan mobilisasi secara
terpadu di wilayah-wilayah yang terkena dampak bencana alam,
dan luapan lumpur panas Lapindo.
4. Program-program
Program-program pembangunan, pemeliharaan, dan
perbaikan infrastruktur transportasi disusun berdasarkan masing-
masing jenis transportasi, yaitu prasarana jalan, dan transportasi
darat (lalu lintas angkutan jalan; perkeretaapian; serta angkutan
sungai danau dan penyeberangan), sebagai berikut:
8/16/2019 bab13 Pembangunan, Pemeliharaan.pdf
18/64
RPJMD Propinsi Jawa Timur 2009-2014 Bab XIII - 246
B.1 PRASARANA JALAN
Prasarana jalan adalah kebutuhan mutlak dalam sistem
angkutan jalan raya. Kinerja sistem transportasi jalan raya akan
bergantung pada seberapa besar daya dukung prasarana jalan yang
mampu disediakan untuk mencapai sasaran-sasaran pokok dalam
suatu sistem transportasi. Dilihat dari kewenangannya, prasarana
jalan dibedakan menjadi tiga kategori, yaitu jalan nasional, jalan
propinsi, dan jalan kabupaten/kota.
Transportasi jalan merupakan moda transportasi utama yang
berperan penting dalam pendukung pembangunan nasional,
regional, maupun lokal, serta mempunyai kontribusi terbesar dalam
melayani mobilitas manusia maupun distribusi komoditas
perdagangan dan industri. Transportasi jalan semakin diperlukan
untuk menjembatani kesenjangan dan mendorong pemerataan
hasil-hasil pembangunan antar-wilayah, antar-kota, dan antar-desa,
serta untuk mempercepat pengembangan wilayah.
Tujuan pembangunan, pemeliharaan, dan perbaikan
transportasi jalan adalah meningkatkan pelayanan jasa transportasi
secara efisien, handal, berkualitas, aman, harga terjangkau, dan
mewujudkan sistem transportasi nasional secara intermoda dan
terpadu dengan pembangunan wilayah, dan menjadi bagian dari
suatu sistem distribusi yang mampu memberikan pelayanan dan
manfaat bagi masyarakat luas, termasuk meningkatkan jaringan
desa-kota yang memadai.
1. Permasalahan
a. Kondisi Jaringan Jalan Menurun
Penurunan kondisi jaringan jalan, antara lain, disebabkan
kualitas konstruksi jalan yang belum optimal, pembebanan berlebih
(excessive over loading), bencana alam seperti longsor, banjir, dan
luapan lumupur Lapindo, serta menurunnya kemampuan
pembiayaan pemeliharaan jalan.
Pada 2007, panjang jalan raya di Jawa Timur mencapai
3.900,19 kilometer, terbagai atas jalan nasional (1.899,21 km), dan
jalan propinsi (2.000,98 km). 16,06% Dari total panjang jalan
tersebut, 16,06% di antaranya dalam kondisi baik, kemudian
8/16/2019 bab13 Pembangunan, Pemeliharaan.pdf
19/64
RPJMD Propinsi Jawa Timur 2009-2014 Bab XIII - 247
65,18% lainnya dalam kondisi sedang, dan sisanya sebesar 18,76%
dalam kondisi rusak ringan dan berat.
Jika dilihat panjang jalan propinsi yang 2.000,98 km, maka
5,35% (107,09 km) di antaranya dalam kondisi rusak berat; dan
14,58% (291,68 km) rusak ringan; 75,50% (1.510,63 km) dalam
kondisi sedang; dan 4,58% (91,58 km) sisanya dalam kondisi baik.
Total jumlah jembatan di Jawa Timur 2.740 buah, dengan
panjang 34.385 meter, yang terbagi atas jembatan nasional
sebanyak 1.306 buah dengan panjang 21.365 meter, dan jembatan
propinsi 1.216 buah dengan panjang 13.018 meter. Dari total
jumlah jembatan tersebut, 2.491 buah (90,91%) atau sepanjang
31.463 meter di antaranya dalam kondisi baik.
b. Kerusakan Akibat Beban Muatan Lebih
Pelanggaran terhadap ketentuan batas muatan kendaraan
ikut mempercepat kerusakan prasarana transportasi jalan raya
sebelum umur teknis jalan tercapai. Pada 2007, dari 15 jembatan
timbang yang ada di Jawa Timur, tercatat 1.355.692 unit kendaraan
yang melakukan pelanggaran kelebihan muatan.
Untuk memperbaiki jalan tersebut dibutuhkan biaya
tambahan, yang mengurangi alokasi dana untuk jalan yang lain,
sehingga pada akhirnya pengelolaan seluruh jaringan jalan akan
terganggu. Selain itu, kerugian paling besar secara langsung akan
dialami oleh pengguna jalan, yaitu bertambahnya waktu tempuh
perjalanan sehingga biaya operasional kendaraan semakin tinggi,
serta akibat tak langsung komponen biaya transportasi pada proses
distribusi barang semakin bertambah.
Pemerintah pusat bersama pemerintah daerah harus
melakukan upaya terpadu untuk mengurangi, dan sedapatnya
menghilangkan pembebanan muatan lebih dari kendaraan berat,
khususnya truk bergandar tunggal, dengan tekanan gandar jauh
melampaui daya dukung jalan. Jika sebab-sebab yang mendasar
tersebut belum diselesaikan tuntas, maka pemeliharaan jalan
dengan biaya APBN maupun APBD tidak akan dapat mengejar
proses kerusakan yang begitu cepat terjadi.
8/16/2019 bab13 Pembangunan, Pemeliharaan.pdf
20/64
RPJMD Propinsi Jawa Timur 2009-2014 Bab XIII - 248
c. Menurunnya Kinerja Layanan Prasarana Jalan
Menurunnya tingkat pelayanan prasarana jalan ditandai
dengan terjadinya berbagai kemacetan yang menyebabkan kurang
berfungsinya kota sebagai pusat pelayanan distribusi komoditas dan
industri.
Masih banyak jalan arteri primer yang melewati daerah
padat yang biasanya merupakan pusat kemacetan, sementara
ketersediaan jaringan jalan tol saat ini masih sangat terbatas,
sehingga belum mampu memberikan pelayanan optimal dalam pola
distribusi.
d. Lambannya Pembangunan Prasarana Jalan
Pembangunan infrastruktur jalan dan jembatan di Propinsi
Jawa Timur selama 2008 relatif cukup lamban, padahal kebutuhan
akan infrastruktur bagi Propinsi yang dikenal sebagai salah satu
sentra industri nasional, dan produsen sejumlah komoditas
agrobisnis, sangat vital untuk sarana mobilitas orang, barang
maupun jasa.
Lambannya pengerjaan proyek jalan itu terlihat pada belum
signifikannya perkembangan pembangunan jaringan tol sebanyak
sepuluh ruas, sepanjang 516 kilometer --yang merupakan bagian
dari tol trans-Jawa. Bahkan, dari sepuluh ruas tol tersebut, baru
satu ruas yang berhasil diselesaikan, dan telah beroperasi, yaitu
ruas tol Waru-Juanda sepanjang 13,6 kilometer.
Selain itu, pembangunan Jalan Lintas Selatan di Propinsi
Jawa Timur sepanjang 639,43 kilometer yang diharapkan dapat
membuka keterisolasian dan memacu perekonomian wilayah selatan
Jawa Timur, hingga kini perkembangannya masih belum
memuaskan.
Proyek yang pada 2002 ditaksir bakal menelan dana Rp 3,1
triliun itu sudah mulai dikerjakan pada 2004, namun kemajuan
proyek yang rencananya akan menghubungkan delapan daerah
(Pacitan, Trenggalek, Tulungagung, Blitar, Malang, Lumajang,
Jember dan Banyuwangi) baru mencapai sekitar 20%, dan kini
masih dikonsentrasikan untuk terhubungnya ruas Pacitan-
Trenggalek.
8/16/2019 bab13 Pembangunan, Pemeliharaan.pdf
21/64
RPJMD Propinsi Jawa Timur 2009-2014 Bab XIII - 249
Sementara itu pembangunan proyek Jembatan Surabaya-
Madura (Suramadu) sepanjang 5,6 kilometer yang ditaksir menelan
alokasi dana Rp 4,2 triliun, sudah mencapai 90% lebih, hanya
tersisa 35 meter. Pada April-Mei 2009 diharapkan sudah dapat
dioperasikan. Faktor utama penyebab lambannya pengerjaan proyek
infrastruktur di Jawa Timur adalah keterbatasan dana, serta alotnya
proses pembebasan lahan.
Pembebasan tanah yang tersendat juga menjadi penyebab
lambannya pembangunan infrastruktur pengganti di kawasan luapan
lumpur Lapindo, Sidoarjo, yakni jalan raya Porong, jalan tol, dan rel
kereta api. Padahal rencana pembangunan ketiga prasarana itu
sudah disiapkan sejak akhir 2006.
Dari rencana 132 hektare lahan yang dibutuhkan, hingga
kini baru sekitar 63 hektare yang bisa dibebaskan (47%).
Pembebasan lahan baru terealisasi untuk tanah sawah dengan harga
Rp 120 ribu per meter persegi. Sedangkan untuk tanah kering masih
terganjal permintaan harga dari pemilik tanah yang ingin disamakan
dengan harga tanah milik korban lumpur dalam peta terdampak,
yakni Rp 1 juta per meter persegi.
Pembangunan infrastruktur pengganti jalan raya Porong
akhirnya dikerjakan pada Juli 2008. Meski pembebasan lahan belum
100%, pengerjaan dilakukan simultan, tanah yang sudah
dibebaskan langsung dilakukan pengerjaan.
Pembangunan masih difokuskan pada pengerjaan jalan arteri
pengganti jalan raya Porong, sedangkan untuk jalan tol akan mulai
dikerjakan pada awal 2009 menunggu selesainya proses
pembebasan lahan, sedangkan untuk rel kereta api menyusul
kemudian. Pembebasan tanah untuk jalan tol yang belum tuntas,
diharapkan selesai pada Maret 2009.
2. Sasaran
Sasaran pembangunan transportasi prasarana jalan yang
ingin dicapai adalah:
1. Terpeliharanya dan meningkatnya daya dukung, kapasitas,
maupun dan kualitas pelayanan prasarana jalan dan jembatan
untuk daerah-daerah yang perekonomiannya berkembang
pesat.
8/16/2019 bab13 Pembangunan, Pemeliharaan.pdf
22/64
RPJMD Propinsi Jawa Timur 2009-2014 Bab XIII - 250
2. Berkurangnya prasarana jalan dan jembatan yang berada
dalam kondisi rusak berat dan sedang.
3. Meningkatnya aksesibilitas wilayah yang sedang dan belum
berkembang melalui dukungan pelayanan prasarana jalan
yang sesuai perkembangan kebutuhan transportasi, baik
dalam hal kecepatan maupun kenyamanan, khususnya pada
koridor-koridor utama di wilayah pedesaan, daerah terpencil,
maupun pulau-pulau kecil.
4. Terealisasinya pembangunan ruas tol yang menjadi bagian dari
trans-Jawa.
5. Terselesaikannya pembangunan infrastruktur pengganti (jalan
arteri raya Porong; jalan tol ruas Porong; dan rel kereta api) di
wilayah luapan lumpur Lapindo, Sidoarjo, sesuai jadwal.
6. Terselesaikannya rehabilitasi prasarana jalan dan jembatan
yang rusak akibat bencana alam, banjir dan tanah longsor.
7. Terselesaikannya pembangunan jalan lintas selatan Jawa
Timur.
8. Terselesaikannya pembangunan jembatan Suramadu, dan
teroperasionalkan dengan meminimalisasi kejutan budaya
(cultural shock ) masyarakat Madura, serta ditujukan untukpeningkatan kesejahteraan masyarakat Madura .
9. Terwujudnya partisipasi aktif swasta dalam pembangunan dan
penyelenggaraan pelayanan prasarana jalan.
3. Arah Kebijakan
Untuk mewujudkan sasaran tersebut, pembangunan,
pemeliharaan, dan perbaikan prasarana jalan dilaksanakan dalam
kerangka arah kebijakan:
1. Meningkatkan pemeliharaan rutin dan berkala prasarana jalan
dan jembatan.
2. Penanganan cepat terhadap perbaikan prasarana jalan dan
jembatan yang rusak akibat bencana alam.
3. Meningkatkan daya dukung dan kapasitas jalan dan jembatan
untuk mengantisipasi pertumbuhan lalu lintas.
4. Percepatan pembangunan sembilan ruas tol yang menjadi
bagian dari tol trans-Jawa (Mantingan-Ngawi-Kertosono;
8/16/2019 bab13 Pembangunan, Pemeliharaan.pdf
23/64
8/16/2019 bab13 Pembangunan, Pemeliharaan.pdf
24/64
8/16/2019 bab13 Pembangunan, Pemeliharaan.pdf
25/64
RPJMD Propinsi Jawa Timur 2009-2014 Bab XIII - 253
penataan sistem pemanfaatan dan operasionalisasinya, dengan
mengutamakan peningkatan kesejahteraan masyarakat
Madura.
B.2 TRANSPORTASI DARAT
B.2.1 Lalu Lintas Angkutan Jalan
Transportasi jalan merupakan moda transportasi utama yang
berperan penting dalam mendukung pembangunan nasional, dan
regional, serta mempunyai kontribusi terbesar dalam pangsa
angkutan dibandingkan moda lain.
1. Permasalahan
1.
Masih tingginya pelanggaran muatan lebih di jalan yangmengakibatkan kerusakan sebelum umur teknis jalan, akibat
belum optimalnya pengawasan melalui jembatan timbang
karena keterbatasan fisik/peralatan, SDM dan sistem
manajemen; Terdapat pergeseran fungsi jembatan timbang
yang cenderung untuk menambah pendapatan asli daerah
(PAD) bukan sebagai alat pengawasan muatan lebih.
2. Kondisi kualitas dan kuantitas sarana dan pelayanan angkutan
umum yang masih terbatas, walau terjadi peningkatan ijintrayek angkutan umum (angkutan bus antar-kota antar-
propinsi), namun tingkat kelaikan armada umumnya masih
rendah.
3. Masih tingginya jumlah dan fatalitas kecelakaan akibat
rendahnya kedisiplinan pengguna jalan, rendahnya tingkat
kelaikan armada; kurangnya rambu dan fasilitas keselamatan
di jalan; dan rendahnya penegakan hukum peraturan lalu
lintas, dan pendidikan berlalu lintas.
4. Rendahnya kelancaran angkutan jalan, akibat terbatasnya
perkembangan kapasitas prasarana jalan dibanding
perkembangan armada di jalan; kondisi sarana jalan yang
rata-rata semakin menurun pelayanannya; optimalisasi
penggunaan kapasitas jalan yang masih rendah, serta
banyaknya daerah rawan kemacetan akibat penggunaan badan
jalan untuk kegiatan sosial ekonomi, pasar, parkir, dan
sebagainya; sistem manajemen lalu lintas yang belum optimal.
8/16/2019 bab13 Pembangunan, Pemeliharaan.pdf
26/64
RPJMD Propinsi Jawa Timur 2009-2014 Bab XIII - 254
5. Banyaknya pungutan dan retribusi di jalan, yang membuat
biaya angkutan di jalan belum efisien.
6. Masih terbatasnya pengembangan SDM di bidang LLAJ, baik di
tingkat regulator maupun operator, belum optimalnya
pembinaan usaha angkutan serta pengembangan teknologi
sarana dan prasarana LLAJ yang lebih efisien dan ramah
lingkungan.
7. Masih tingginya polusi udara dan suara, akibat kemacetan, dan
masih dominannya penggunaan lalu lintas kendaraan pribadi di
jalan, terutama di wilayah perkotaan.
8. Rendahnya kualitas dan kuantitas angkutan umum, terutama
transportasi perkotaan, dan juga angkutan pedesaan.
2. Sasaran
Sasaran pembangunan transportasi lalu lintas angkutan jalan
(LLAJ) yang ingin dicapai adalah:
1. Meningkatnya kedisiplinan masyarakat dalam berlalu lintas,
yang ditandai dengan menurunnya jumlah pelanggaran lalu
lintas, dan muatan lebih di jalan, sehingga dapat menurunkan
kerugian ekonomi yang diakibatkannya.
2. Meningkatnya kelaikan dan jumlah sarana dan prasarana LLAJ.
3. Menurunnya tingkat kecelakaan dan fatalitas kecelakaan lalu
lintas di jalan, serta meningkatnya kualitas pelayanan
angkutan dalam hal ketertiban, keamanan dan kenyaman
transportasi jalan, terutama angkutan umum di perkotaan,
pedesaan, dan antar-kota.
4. Meningkatnya keterpaduan antar-moda dan efisiensi dalam
mendukung mobilitas manusia, barang dan jasa, untukmendukung perwujudan sistem transportasi nasional, regional,
dan lokal.
5. Meningkatnya keterjangkauan pelayanan transportasi umum
bagi masyarakat luas di perkotaan dan pedesaan, serta
dukungan pelayanan transportasi jalan perintis di wilayah
terpencil untuk mendukung pengembangan wilayah.
6. Meningkatnya peran serta swasta dan masyarakat dalam
penyelenggaraan transportasi jalan (angkutan perkotaan,
8/16/2019 bab13 Pembangunan, Pemeliharaan.pdf
27/64
RPJMD Propinsi Jawa Timur 2009-2014 Bab XIII - 255
pedesaan, dan antarkota).
7. Meningkatnya penanganan dampak polusi udara, serta
pengembangan teknologi sarana yang ramah lingkungan,
terutama di wilayah perkotaan.
8. Meningkatnya profesionalisme sumber daya manusia dalam
perencanaan pembinaan dan penyelenggaraan LLAJ.
9. Terwujudnya penyelenggaraan angkutan perkotaan yang
efisien berbasis masyarakat dan wilayah, andal dan ramah
lingkungan, serta terjangkau.
10. Terwujudnya perencanaan transportasi perkotaan yang
terpadu dengan pengembangan wilayah.
3. Arah Kebijakan
Untuk mewujudkan sasaran tersebut, pembangunan lalu
lintas angkutan jalan (LLAJ) dilaksanakan dalam kerangka arah
kebijakan:
1. Meningkatkan kondisi pelayanan prasarana jalan melalui
penanganan dan penindakan muatan lebih secara
komprehensif, dan melibatkan berbagai instansi terkait.
2. Meningkatkan keselamatan lalu lintas jalan secarakomprehensif dan terpadu dari berbagai aspek (pencegahan,
pembinaan dan penegakan hukum, penanganan dampak
kecelakaan dan daerah rawan kecelakaan, sistem informasi
kecelakaan lalu lintas dan kelaikan sarana, serta ijin
pengemudi di jalan).
3. Meningkatkan kelancaran pelayanan angkutan jalan secara
terpadu: penataan sistem jaringan dan terminal; manajemen
lalu lintas; pemasangan fasilitas dan rambu jalan; penegakanhukum dan disiplin di jalan; mendorong efisiensi transportasi
barang dan penumpang di jalan melalui deregulasi pungutan
dan retribusi di jalan, penataan jaringan dan ijin trayek; kerja
sama antarlembaga pemerintah (pusat, propinsi, dan
kabupaten/kota).
4. Meningkatkan aksesibilitas pelayanan kepada masyarakat,
antara lain melalui penyediaan pelayanan angkutan perintis
pada daerah-daerah terpencil.
8/16/2019 bab13 Pembangunan, Pemeliharaan.pdf
28/64
RPJMD Propinsi Jawa Timur 2009-2014 Bab XIII - 256
5. Menata sistem transportasi jalan sejalan dengan sistem
transportasi nasional, regional, dan lokal, antara lain melalui
penyusunan Rancangan Umum Jaringan Transportasi Jalan
(RUJTJ).
6. Meningkatkan peran serta, investasi swasta dan masyarakat
dalam penyelenggaraan transportasi jalan dengan
menciptakan iklim kompetisi yang sehat dan transparan dalam
penyelenggaraan transportasi, serta pembinaan terhadap
operator dan pengusaha di bidang LLAJ.
7. Meningkatkan profesionalisme SDM (petugas, disiplin operator
dan pengguna jalan), meningkatkan kemampuan manajemen
dan rekayasa lalu lintas, serta pembinaan teknis tentang
pelayanan operasional transportasi.
8. Fasilitasi pengembangan transportasi yang berkelanjutan,
terutama penggunaan transportasi umum massal di perkotaan
yang padat dan yang terjangkau dan efisien, berbasis
masyarakat dan terpadu dengan pengembangan wilayahnya.
4. Program
Berdasarkan sasaran dan arah kebijakan tersebut di atas,
maka langkah-langkah yang akan dilaksanakan dijabarkan ke dalam
program-program pembangunan, yang dibagi menjadi dua kategori,
yaitu program prioritas dan penunjang, disertai kegiatan-kegiatan
pokok yang akan dijalankan.
4.1 Program Prioritas
a. Program Pembangunan, Pemeliharaan, dan Perbaikan
Prasarana dan Fasilitas LLAJ
Program ini bertujuan meningkatkan pembangunan,
pemeliharaan, dan perbaikan prasarana dan sarana lalu lintas jalan
raya untuk mendukung tercapainya sistem transportasi jalan yang
memadai.
Kegiatan pokok yang dilaksanakan dititikberatkan, antara
lain, pada:
1. Penataan sistem transportasi wilayah di Jawa Timur.
2. Peningkatan keselamatan transportasi jalan.
8/16/2019 bab13 Pembangunan, Pemeliharaan.pdf
29/64
8/16/2019 bab13 Pembangunan, Pemeliharaan.pdf
30/64
RPJMD Propinsi Jawa Timur 2009-2014 Bab XIII - 258
B.2.2 Perkeretaapian
Perkeretaapian diselenggarakan berdasarkan asas manfaat,
adil dan merata, ditujukan untuk memperlancar perpindahan orang
dan/atau barang secara massal, menunjang pemerataan,
pertumbuhan dan stabilitas, serta sebagai pendorong dan penggerak
pembangunan. Kontribusi perkeretaapian berdasarkan pangsa
angkutan yang dihasilkan secara nasional masih sangat rendah
dibandingkan moda angkutan lain
Sistem perkeretaapian di Jawa Timur telah dibangun sejak
era kolonialisme Hindia-Belanda. Jalur kereta api di Jawa Timur
terdiri jalur utara (Surabaya Pasar Turi-Semarang-Jakarta), jalur
tengah (Surabaya Gubeng-Yogyakarta-Jakarta), jalur lingkar selatan
(Surabaya Gubeng-Malang-Blitar-Kertosono-Surabaya), dan jalur
timur (Surabaya Gubeng-Jember-Banyuwangi). Jawa Timur juga
memiliki sistem transportasi kereta komuter dengan rute Surabaya-
Sidoarjo-Porong, Surabaya-Lamongan-Babat, Surabaya-Mojokerto,
dan Malang-Kepanjen. Jaringan jalan rel kereta api yang beroperasi
pada 2007 di Jawa Timur, sepanjang 986,307 kilometer, terdiri dari
lintasan raya 865,139 kilometer, dan lintasan cabang 121,168
kilometer.
Perkeretaapian pada umumnya masih memiliki fungsi untuk
pelayanan umum, serta berbagai penugasan dari pemerintah ( public
service obligation) dengan kompensasi berupa subsidi yang
disediakan oleh Pemerintah. Secara umum kendala perkeretaapian
sebagai suatu industri jasa angkutan yang mandiri sulit dapat
berkembang secara komersial ataupun menguntungkan.
Peran pemerintah masih sangat dominan dalam
pengembangan kereta api nasional, baik dalam aspek pendanaan
dan investasi, regulasi, serta pengembangannya. Dengan
keterbatasan pendanaan, SDM dan kelembagaan di bidang
perkeretaapian, kondisi fisik prasarana dan sarana kereta api saat
ini masih banyak mengalami backlog pemeliharaan yang
berlangsung secara terus menerus, baik karena perencanaan,
pengoperasian dan dukungan pendanaan yang masih terbatas.
Perkeretaapian nasional mengalami kejenuhan di setiap
aspek, seperti manajemen, struktur kelembagaan, kapasitas lintas,
kondisi sarana (lokomotif dan gerbong), kondisi rel yang sudah tua
http://id.wikipedia.org/wiki/Stasiun_Surabaya_Pasar_Turihttp://id.wikipedia.org/wiki/Stasiun_Surabaya_Gubenghttp://id.wikipedia.org/wiki/Kereta_komuterhttp://id.wikipedia.org/wiki/Kereta_komuterhttp://id.wikipedia.org/wiki/Stasiun_Surabaya_Gubenghttp://id.wikipedia.org/wiki/Stasiun_Surabaya_Pasar_Turi
8/16/2019 bab13 Pembangunan, Pemeliharaan.pdf
31/64
RPJMD Propinsi Jawa Timur 2009-2014 Bab XIII - 259
dan aus, kekurangan investasi dan dana pemeliharaan, citra
pelayanan kepada konsumen dan masyarakat, kekakuan investasi
karena sifat “natural monopoly ”, masalah regulasi kelembagaan dan
struktur pasarnya.
1. Permasalahan
1. Masih banyaknya kondisi prasarana (rel, jembatan KA dan
sistem persinyalan dan telekomunikasi KA) yang telah
melampui batas umur teknis, serta banyak terjadi backlog
pemeliharaan prasarana.
2. Semakin menurunnya kualitas sarana angkutan perkeretaapian
karena sebagian besar telah melampaui umur teknis, serta
kondisi perawatannya tidak terpenuhi, sehingga banyak sarana
yang tidak siap operasi.
3. Tingginya tingkat kecelakaan KA, terutama akibat backlog
pemeliharaan, dan rendahnya disiplin pengguna jalan pada
perlintasan sebidang.
4. Masih rendahnya keamanan dan ketertiban (sterilisasi), serta
banyaknya gangguan di stasiun dan sepanjang jalur jalan
kereta api akibat banyak munculnya bangunan liar, kegiatan
masyarakat di sepanjang jalur.
5. Rendahnya mobilitas angkutan akibat belum optimalnya
keterpaduan pelayanan antar-moda, kondisi prasarana dan
sarana, terbatasnya pengembangan lintas jaringan pelayanan
dan sumber daya perkeretaapian.
6. Masih rendahnya kinerja pelayanan kereta api (produktivitas
angkutan, ketepatan jadwal, kenyamanan). Juga masih
rendahnya kualitas SDM perkeretaapian, terutama dalam
budaya organisasi, manajemen dan penguasaan teknologi.
2. Sasaran
Sasaran pembangunan perkeretaapian yang ingin dicapai
adalah:
1. Meningkatnya kinerja pelayanan, terutama keselamatan
angkutan, yang tercermin dari menurunnya tingkat kecelakaan
dan fatalitas akibat kecelakaan di perlintasan sebidang dengan
jalan.
8/16/2019 bab13 Pembangunan, Pemeliharaan.pdf
32/64
RPJMD Propinsi Jawa Timur 2009-2014 Bab XIII - 260
2. Meningkatnya penanganan keamanan operasi pada sepanjang
lintas utama yang padat.
3. Meningkatnya kelancaran mobilisasi angkutan barang dan
jasa.
3. Arah Kebijakan
Untuk mewujudkan sasaran tersebut, pembangunan
perkeretaapian dilaksanakan dalam kerangka arah kebijakan:
1. Meningkatkan keselamatan angkutan dan kualitas pelayanan
melalui pemulihan kondisi pelayanan prasarana dan sarana
angkutan perkeretaapian.
2. Meningkatkan peran angkutan perkeretaapian nasional dan
lokal, dan meningkatkan strategi pelayanan angkutan yang
lebih berdaya saing secara antar-moda dan inter-moda.
3. Meningkatkan kapasitas dan kualitas pelayanan, terutama
pada koridor yang telah jenuh, serta koridor-koridor strategis
yang perlu dikembangkan.
4. Program
Berdasarkan sasaran dan arah kebijakan tersebut di atas,
maka langkah-langkah yang akan dilaksanakan dijabarkan ke dalam
program-program pembangunan, yang dibagi menjadi dua kategori,
yaitu program prioritas dan penunjang, disertai kegiatan-kegiatan
pokok yang akan dijalankan.
4.1 Program Prioritas
a. Program Pembangunan, Pemeliharaan, dan Perbaikan
Prasarana dan Fasilitas PerkeretaapianProgram ini bertujuan meningkatkan pembangunan,
pemeliharaan, dan perbaikan prasarana dan sarana perkeretaapian
untuk memberikan pelayanan yang berkualitas bagi masyarakat.
Kegiatan pokok yang dilaksanakan dititikberatkan, antara
lain, pada:
1. Pembangunan dan pengembangan secara bertahap kereta
komuter di wilayah Gerbangkertasusila dalam satu jaringan
transportasi massal kereta api yang terintegrasi.
8/16/2019 bab13 Pembangunan, Pemeliharaan.pdf
33/64
RPJMD Propinsi Jawa Timur 2009-2014 Bab XIII - 261
2. Fasilitasi peningkatan pemeliharaan dan perbaikan sarana
prasarana dan fasilitas perkeretaapian.
3. Fasilitasi peningkatan keamanan pengguna jalan pada
perlintasan sebidang.
4. Fasilitasi revitalisasi jaringan kereta api di Pulau Madura, dari
Bangkalan ke Sumenep, dalam rangka membangun satu
jaringan transportasi massal kereta api yang terintegrasi.
5. Fasilitasi peningkatan jalur kereta api Bangil-Jember-
Banyuwangi, yakni penggantian bantalan rel dari kayu menjadi
beton, perbaikan jembatan, serta jalur rel.
6. Fasilitasi percepatan pembangunan rel kereta api pengganti
jalur Tanggulangin-Porong.
4.2 Program Penunjang
a. Program Peningkatan Aksesibilitas Pelayanan Kereta
Api
Program ini bertujuan meningkatkan akses masyarakat
terhadap pelayanan kereta api, yang aman, murah, dan terjangkau.
Kegiatan pokok yang dilaksanakan dititikberatkan, antara
lain, pada:
1. Penuntasan penyelesaian pembukaan kembali jalur kereta api
Sidoarjo-Tulangan-Prambon-Tarik untuk mengatasi problem
transportasi yang terkendala dampak luapan lumpur Lapindo.
2. Penuntasan penyelesaian pembukaan kembali jalur kereta api
Kalisat (Jember)-Bondowoso-Situbondo-Panarukan.
3. Peningkatan pelayanan kereta api peti kemas (Pelabuhan
Tanjung Perak Surabaya–Pelabuhan Tanjung Priok Jakarta).
4. Fasilitasi penyediaan pelayanan angkutan kereta api kelas
ekonomi untuk masyarakat miskin yang tarifnya disesuaikan
daya beli mereka.
B.2.3 Angkutan Sungai, Danau, dan Penyeberangan
Angkutan Sungai, Danau, dan Penyeberangan (ASDP)
didefinisikan sebagai jembatan “mengapung” yang berfungsi
menghubungkan jaringan transportasi darat yang terputus; kegiatan
8/16/2019 bab13 Pembangunan, Pemeliharaan.pdf
34/64
RPJMD Propinsi Jawa Timur 2009-2014 Bab XIII - 262
angkutan feri yang mengangkut penumpang dan kargo melalui
sungai dan perairan; mempunyai rute tetap dan jadwal reguler,
serta bangunan kapal ferry yang berbentuk khusus.
Angkutan sungai, danau, dan penyeberangan diperlukan
sebagai sarana meningkatkan kesejahteraan masyarakat,
memberikan aksebilitas yang lebih baik sehingga dapat
mengakomodasi peningkatan kebutuhan mobilitas penduduk melalui
jaringan transportasi darat yang terputus di perairan antar-pulau,
sepanjang daerah aliran sungai dan danau, serta berfungsi melayani
transportasi yang menjangkau daerah terpencil dan daerah
pedalaman.
1. Permasalahan 1. Masih terbatasnya sarana yang tersedia.
2. Masih kurangnya keterpaduan pembangunan jaringan
transportasi SDP dengan rencana pengembangan wilayah,
serta lemahnya koordinasi antara pemerintah pusat dan
daerah dalam sistem pengembangan prasarana dan sarana
ASDP.
3. Belum optimalnya peran serta swasta dalam penyelenggaraan
ASDP, baik dalam investasi pembangunan, operasi dan
pemeliharaan, serta penyelenggaraan angkutan perintis.
2. Sasaran
Sasaran pembangunan angkutan sungai, danau, dan
penyeberangan yang ingin dicapai adalah:
1. Meningkatnya jumlah prasarana dermaga untuk meningkatkan
jumlah lintas penyeberangan baru yang siap operasi maupun
meningkatkan kapasitas lintas penyeberangan (Ketapang-
Gilimanuk, dan Kamal-Surabaya) yang padat.
2. Meningkatnya kelaikan dan jumlah sarana ASDP.
3. Meningkatnya keselamatan ASDP.
4. Meningkatnya kelancaran dan jumlah penumpang, kendaraan
dan penumpang yang diangkut, terutama meningkatnya
kelancaran perpindahan antarmoda di dermaga
penyeberangan; serta meningkatkan pelayanan angkutan
perintis.
8/16/2019 bab13 Pembangunan, Pemeliharaan.pdf
35/64
RPJMD Propinsi Jawa Timur 2009-2014 Bab XIII - 263
5. Meningkatnya peran serta swasta dalam pembangunan dan
pengelolaan ADSP.
3. Arah Kebijakan
Untuk mewujudkan sasaran tersebut, pembangunan
angkutan sungai, danau, dan penyeberangan dilaksanakan dalam
kerangka arah kebijakan:
1. Meningkatkan keselamatan dan kualitas pelayanan prasarana
dan sarana serta pengelolaan ASDP.
2. Meningkatkan kelancaran dan kapasitas pelayanan di lintas
yang telah jenuh, seperti Ketapang-Gilimanuk, dan Surabaya-
Kamal.
3. Mendorong peran serta swasta dalam penyelenggaraan ASDP.
4. Program
Berdasarkan sasaran dan arah kebijakan tersebut di atas,
maka langkah-langkah yang akan dilaksanakan dijabarkan ke dalam
program pembangunan prioritas, disertai kegiatan-kegiatan pokok
yang akan dijalankan.
4.1 Program Prioritas
a. Program Pembangunan, Pemeliharaan, dan Perbaikan
Prasarana dan Fasilitas ASDP
Program ini bertujuan meningkatkan mutu pelayanan
Angkutan Sungai, Danau dan Penyeberangan.
Kegiatan pokok yang dilaksanakan dititikberatkan, antara
lain, pada:
1. Pembangunan, pemeliharaan dan perbaikan prasarana
dermaga penyeberangan.
2. Pengembangan sarana dan aksesibilitas pelayanan ASDP di
wilayah kepulauan melalui pendekatan pembangunan
transportasi wilayah.
B.3 TRANSPORTASI LAUT
Transportasi laut mempunyai peran sangat penting bagi
perekonomian Jawa Timur. Hampir 99% kegiatan ekspor-impor
8/16/2019 bab13 Pembangunan, Pemeliharaan.pdf
36/64
RPJMD Propinsi Jawa Timur 2009-2014 Bab XIII - 264
diangkut menggunakan transportasi laut. Transportasi laut juga
sangat penting bagi pergerakan perdagangan antar-pulau (dalam
negeri) yang dilayani armada pelayaran nasional.
1. Permasalahan 1. Terpuruknya peran armada pelayaran nasional dalam
mengangkut muatan, dan belum diberlakukan sepenuhnya
azas cabotage.
2. Masih adanya biaya ekonomi tinggi, dan kurangnya fasilitas
prasarana bongkar muat di pelabuhan, menambah beban bagi
pengguna jasa yang pada akhirnya menambah biaya bagi
masyarakat secara umum.
3. Tingkat kecukupan fasilitas keselamatan pelayaran seperti
sarana bantu navigasi pelayaran (SBNP) belum memenuhi
persyaratan internasional.
2. Sasaran
Sasaran pembangunan transportasi laut yang ingin dicapai
adalah:
1. Meningkatnya pangsa pasar armada pelayaran nasional baik
untuk angkutan laut dalam negeri maupun ekspor-impor
2. Meningkatnya kinerja dan efisiensi pelabuhan, khususnya yang
ditangani oleh Badan Usaha Milik Negara (BUMN) karena
sebagian besar muatan ekspor-impor dan angkutan dalam
negeri ditangani oleh pelabuhan yang ada di bawah
pengelolaan BUMN;
3. Terlengkapinya sarana bantu navigasi pelayaran (SBNP) dan
fasilitas pemeliharaannya.
3. Arah Kebijakan
Untuk mewujudkan sasaran tersebut, pembangunan
transportasi laut dilaksanakan dalam kerangka arah kebijakan:
1. Meningkatkan peran armada pelayaran nasional, baik untuk
angkutan dalam negeri maupun ekspor-impor dengan
memberlakukan azas cabotage. Untuk itu diperlukan dukungan
perbankan dalam penyediaan kredit murah bagi peremajaan
armada.
8/16/2019 bab13 Pembangunan, Pemeliharaan.pdf
37/64
RPJMD Propinsi Jawa Timur 2009-2014 Bab XIII - 265
2. Mengurangi, bahkan menghapus pungutan-pungutan tidak
resmi di pelabuhan, sehingga tarif yang ditetapkan otoritas
pelabuhan tidak jauh berbeda dengan biaya yang secara riil
dikeluarkan pengguna jasa kepelabuhanan, melalui
peningkatan koordinasi bagi semua instansi yang terkait dalam
proses bongkar muat barang.
3. Pemenuhan standar pelayaran internasional untuk peningkatan
keselamatan pelayaran, baik selama pelayaran maupun saat
berlabuh dan bongkar muat di pelabuhan.
4. Program
Berdasarkan sasaran dan arah kebijakan tersebut di atas,
maka langkah-langkah yang akan dilaksanakan dijabarkan ke dalam
program pembangunan prioritas, disertai kegiatan-kegiatan pokok
yang akan dijalankan.
4.1 Program Prioritas
a. Program Pembangunan, Pemeliharaan, dan Perbaikan
Prasarana dan Fasilitas Transportasi Laut
Program ini bertujuan meningkatkan kuantitas dan kualitas
prasarana transportasi laut untuk mendukung pengembangan
perekonomian Jawa Timur.
Kegiatan pokok yang dilaksanakan dititikberatkan, antara
lain, pada:
1. Pembangunan, pemeliharaan dan perbaikan prasarana
transportasi laut.
2. Pengembangan pembangunan terminal peti kemas.
3. Peningkatan pelayanan transportasi laut bagi wilayah
kepulauan.
4. Pemeliharaan dan perbaikan sarana bantu navigasi pelayaran
(SNBP).
5. Pengembangan usaha di bidang pelabuhan melalui kerja sama
pihak swasta, out-sourcing maupun public private partnership,
pada lokasi pelabuhan potensial sebagai akses sentra produksi
dan pemasaran komoditas antar-wilayah, termasuk untuk
penumpang.
8/16/2019 bab13 Pembangunan, Pemeliharaan.pdf
38/64
RPJMD Propinsi Jawa Timur 2009-2014 Bab XIII - 266
B.4 TRANSPORTASI UDARA
Transportasi udara memiliki keunggulan kecepatan dibanding
moda transportasi lainnya, menjadi sarana transportasi bagi
wisatawan, pengusaha, dan masyarakat. Transportasi udara di Jawa
Timur perlu dikelola sesuai standar keselamatan penerbangan
internasional, dan interkoneksi dengan moda transportasi lainnya.
Wisatawan mancanegara yang datang Jawa Timur
menggunakan transportasi udara, karena itu untuk menarik
wisatawan mancanegara, selain promosi tempat daerah tujuan
wisata dan jaminan keamanan di daerah tersebut, diperlukan
adanya jaminan keselamatan penerbangan di wilayah udara
Indonesia.
Jaminan itu dapat diwujudkan, baik oleh lembaga pemerintah
pemegang otoritas pengelola transportasi udara maupun operator
bandara dan perusahaan penerbangan, dengan memenuhi standar
keselamatan penerbangan Internasional yang telah ditetapkan oleh
ICAO (International Civil Aviation Organization).
1. Permasalahan
Propinsi Jawa Timur memiliki satu bandara internasional,
yakni Juanda, yang menghubungkan Jawa Timur dengan kota-kota
besar di Indonesia dan luar negeri. Bandara lainnya adalah Bandara
Abdul Rachman Saleh di Kabupaten Malang, Bandara Noto
Hadinegoro di Kabupaten Jember, Bandara Iswahyudi di Madiun,
Bandara Trunojoyo di Kabupaten Sumenep, serta Bandara di
Kabupaten Banyuwangi. Penjajakan rencana pembangunan Bandara
perintis di Kabupaten Pacitan dan Pulau Bawean, Kabupaten Gresik
sudah dilakukan sejak 2003. Kebutuhan infrastruktur bandara di
beberapa daerah kabupaten/kota untuk mendukung sektor
pariwisata dan perdagangan di Jawa Timur sangat dibutuhkan.
2. Sasaran
Sasaran pembangunan transportasi udara yang ingin dicapai
adalah:
1. Meningkatnya jaminan keselamatan, kelancaran dan
kesinambungan pelayanan transportasi udara, baik untuk
angkutan penerbangan domestik dan internasional, maupun
http://id.wikipedia.org/wiki/Bandara_Abdul_Rachman_Salehhttp://id.wikipedia.org/wiki/Bandara_Abdul_Rachman_Salehhttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Bandara_Noto_Hadinegoro&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Bandara_Noto_Hadinegoro&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Bandara_Trunojoyo&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Bandara_Trunojoyo&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Bandara_Noto_Hadinegoro&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Bandara_Noto_Hadinegoro&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Bandara_Noto_Hadinegoro&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Bandara_Abdul_Rachman_Salehhttp://id.wikipedia.org/wiki/Bandara_Abdul_Rachman_Salehhttp://id.wikipedia.org/wiki/Bandara_Abdul_Rachman_Saleh
8/16/2019 bab13 Pembangunan, Pemeliharaan.pdf
39/64
RPJMD Propinsi Jawa Timur 2009-2014 Bab XIII - 267
perintis.
2. Meningkatnya pembangunan dan pengembangan sarana dan
prasarana transportasi udara di daerah-daerah Jawa Timur,
terutama daerah yang memiliki potensi wisata dan
perdagangan yang tinggi.
2. Arah Kebijakan
Untuk mewujudkan sasaran tersebut, pembangunan
transportasi udara dilaksanakan dalam kerangka arah kebijakan:
1. Pemenuhan standar keamanan dan keselamatan penerbangan
yang dikeluarkan oleh International Civil Aviation Organization.
2. Meningkatkan kualitas pelayanan transportasi udara, baik diterminal internasional maupun dosmestik, Bandara Juanda.
3. Revitalisasi lapangan udara perintis yang sudah ada untuk
ditingkatkan kapasitasnya menjadi bandara penerbangan sipil.
4. Mengembangkan fungsi bandara militer untuk melayani
penerbangan sipil, yakni Bandara Abdulrachman Saleh dan
Iswahyudi.
5. Pembangunan lapangan udara perintis di beberapa daerah
yang potensial dan strategis.
4. Program
Berdasarkan sasaran dan arah kebijakan tersebut di atas,
maka langkah-langkah yang akan dilaksanakan dijabarkan ke dalam
program pembangunan prioritas, disertai kegiatan-kegiatan pokok
yang akan dijalankan.
4.1 Program Prioritas
a. Program Pembangunan, Pemeliharaan, dan Perbaikan
Prasarana dan Fasilitas Transportasi Udara
Program ini bertujuan meningkatkan kualitas pelayanan
transportasi udara di bandara yang sudah ada, serta
mengembangkan pembangunan prasarana transportasi udara di
daerah-daerah potensial strategis untuk mendukung pengembangan
perekonomian Jawa Timur.
8/16/2019 bab13 Pembangunan, Pemeliharaan.pdf
40/64
RPJMD Propinsi Jawa Timur 2009-2014 Bab XIII - 268
Kegiatan pokok yang dilaksanakan dititikberatkan, antara
lain, pada:
1. Peningkatan dan pengembangan kualitas pelayanan
transportasi udara di Bandara Juanda, baik terminal
internasional maupun domestik.
2. Pemeliharaan, dan perbaikan sarana prasarana transportasi
udara di Bandara Juanda.
3. Fasilitasi revitalisasi lapangan udara Trunojoyo, Sumenep.
4. Penyelesaian pembangunan lapangan udara perintis di
Kabupaten Pacitan, dan Pulau Bawean, Kabupaten Gresik.
5. Peningkatan sarana dan prasarana Bandara Militer
Abdulrachman Saleh dan Iswahyudi untuk melayanipenerbangan sipil.
6. Fasilitasi pembangunan lapangan udara di wilayah
kabupaten/kota yang strategis dan potensial.
C. POS dan TELEMATIKA
Selama satu dekade terakhir telah terjadi pergeseran
paradigma dalam perekonomian dunia, yaitu beralihnya masyarakat
industri menjadi masyarakat informasi yang didorong oleh kemajuan
teknologi, serta ditandai semakin meningkatnya peran informasi dan
ilmu pengetahuan dalam kehidupan manusia.
Dalam era globalisasi di mana informasi mempunyai nilai
ekonomi, kemampuan untuk mendapatkan, memanfaatkan, dan
mengolah informasi mutlak dimiliki suatu bangsa untuk memicu
pertumbuhan ekonomi sekaligus mewujudkan daya saing bangsa.
Berkaitan dengan itu, masyarakat Indonesia pada umumnya,
masyarakat Jawa Timur pada khususnya, masih belum mempunyai
kesiapan dan kemampuan yang memadai. Rendahnya kemampuan
masyarakat mengakses informasi menimbulkan kesenjangan digital
(digital divide) dengan masyarakat negara lain. Karena itu, perlu
dilakukan berbagai perbaikan dan perubahan mendasar untuk
meningkatkan kesiapan dan kemampuan masyarakat Jawa Timur
menghadapi era informasi.
8/16/2019 bab13 Pembangunan, Pemeliharaan.pdf
41/64
RPJMD Propinsi Jawa Timur 2009-2014 Bab XIII - 269
1. Permasalahan
Tingkat kesiapan dan kemampuan masyarakat Jawa Timur
dalam mengakses dan memanfaatkan informasi ditentukan oleh dua
aspek, yaitu supply yang terkait dengan kemampuan pembangunan
penyedia infrastruktur informasi (pos dan telematika); dan demand
yang terkait dengan kebutuhan masyarakat pengguna.
Ketidakseimbangan supply-demand pada akhirnya akan
menyebabkan rendahnya tingkat kesiapan dan kemampuan
mengakses dan memanfaatkan informasi. Ketidakseimbangan
tersebut disebabkan beberapa hal sebagai berikut:
a. Terbatasnya Ketersediaan Infrastruktur Informasi
Penyediaan infrastruktur informasi belum dapat memenuhi
kebutuhan masyarakat. Teledensitas (tingkat penetrasi) layanan
telepon tetap, telepon bergerak, dan pengguna internet di Jawa
Timur masih relatif rendah.
b. Tidak Meratanya Infrastruktur Informasi
Jangkauan infrastruktur informasi masih sangat terbatas, dan
lebih banyak terkonsentrasi di wilayah perkotaan. Infrastruktur pos
dan telekomunikasi belum mampu menjangkau seluruh desa yang
ada di Jawa Timur.
c. Terbatasnya Kemampuan Pembiayaan Penyedia
Infrastruktur Informasi
Keterbatasan kemampuan pembiayaan sangat dirasakan
terutama pada sektor-sektor yang memanfaatkan teknologi tinggi,
seperti pos dan telematika. Perkembangan teknologi informasi dan
komunikasi yang sangat cepat membawa dampak pada
meningkatnya kebutuhan akan investasi baru dalam waktu yang
lebih singkat, sehingga investasi jangka panjang menjadi tidak
menarik lagi.
Sementara itu, pembangunan infrastruktur informasi
membutuhkan perencanaan dan implementasi cukup panjang, serta
waktu pengembalian modalnya juga yang panjang. Mengingat
kemampuan pembiayaan pemerintah sangat terbatas, maka
diperlukan sumber pembiayaan lain di luar pemerintah untuk
mendanai pembangunan infrastruktur informasi. Masih adanya
hambatan (barrier to entry ) dalam penyelenggaraan pos dan
8/16/2019 bab13 Pembangunan, Pemeliharaan.pdf
42/64
RPJMD Propinsi Jawa Timur 2009-2014 Bab XIII - 270
telematika menyebabkan belum optimalnya upaya mobilisasi
sumber pembiayaan di luar pemerintah.
Selain itu, kurangnya mekanisme kerjasama pemerintah-
swasta, terutama untuk penyediaan infrastruktur dan layanan di
daerah non-komersial, menyebabkan tidak terjadinya pembagian
risiko investasi antara pemerintah dan swasta.
d. Belum Terjadinya Kompetisi yang Setara
Sejalan berkembangnya peran informasi, kebutuhan
infrastruktur informasi semakin bertambah. Pada penyelenggaraan
yang bersifat monopoli, pemenuhan kebutuhan tersebut sangat sulit
dilakukan, terutama karena terbatasnya kemampuan
penyelenggara.
Bertambahnya jumlah penyelenggara pada lingkungan multi
operator seharusnya dapat meningkatkan kemampuan penyediaan
infrastruktur. Terkait dengan itu, pemerintah telah memulai
restrukturisasi dalam penyelenggaraan pos dan telematika, antara
lain, dilakukan melalui penghapusan bentuk monopoli.
Dengan dihapuskannya bentuk monopoli, kemampuan
pembangunan, serta kinerja dan efisiensi penyelenggaraan
diharapkan akan meningkat. Pada kenyataannya, kondisi tersebut
belum sepenuhnya terpenuhi, karena kompetisi yang setara belum
terjadi akibat berlarut-larutnya restrukturisasi sektor.
e. Kurang Optimalnya Pemanfaatan Infrastruktur
Sesuai dengan regulasi yang berlaku saat ini,
penyelenggaraan telematika hanya dapat memanfaatkan
infrastruktur telematika yang dimiliki oleh penyelenggara
telematika. Padahal, di samping infrastruktur konvensional terdapat
potensi infrastruktur lain yang memungkinkan untuk dimanfaatkandalam mendorong tingkat penetrasi layanan telematika, seperti
jaringan listrik dengan teknologi powerline communications (PLC),
serta backbone serat optik yang dimiliki oleh perusahaan listrik
negara dan perusahaan gas negara.
Tidak dimanfaatkannya secara optimal infrastruktur alternatif
ini secara langsung mengurangi kemungkinan perluasan akses.
Selain itu, kurangnya pemanfaatan bersama suatu infrastruktur oleh
beberapa penyelenggara (resource sharing), seperti pemakaian
8/16/2019 bab13 Pembangunan, Pemeliharaan.pdf
43/64
RPJMD Propinsi Jawa Timur 2009-2014 Bab XIII - 271
bersama menara pemancar/penerima untuk layanan seluler dan
penyiaran, serta pemakaian backbone secara bersama,
menimbulkan duplikasi investasi.
f. Terbatasnya Kemampuan Adopsi dan Adaptasi Teknologi
Perubahan teknologi informasi dan komunikasi yang sangat
cepat menuntut kemampuan yang tinggi dari penyelenggara pos
dan telematika untuk mengadopsi dan mengadaptasi teknologi.
Terbatasnya kemampuan BUMN pos untuk mengadopsi teknologi
informasi sejalan semakin beragamnya pengganti layanan pos,
seperti short message service dan electronic mail , serta terbatasnya
kemampuan BUMN penyiaran untuk memanfaatkan teknologi digital,
tidak saja menurunkan efisiensi penyelenggaraan dan kualitas
layanan, tetapi juga daya saing perusahaan.
g. Rendahnya Daya Saing Pelayanan Pos
Pembangunan pos dituntut untuk selalu meningkatkan
kualitas layanan melalui perluasan jangkauan dan peningkatan
kecepatan waktu tempuh. Di daerah komersial, pelayanan pos selain
dilakukan oleh PT Pos Indonesia sebagai BUMN pos, juga dilakukan
oleh beberapa penyelenggara swasta (perusahaan jasa titipan dan
multinasional).
Dalam penyelenggaraan di daerah komersial, PT Pos
Indonesia harus berkompetisi dengan penyelenggara swasta.
Sementara itu, pelayanan pos di daerah non- komersial dilakukan PT
Pos Indonesia melalui kewajiban pelayanan universal (Public Service
Obligation atau PSO). Pada dasarnya program PSO mengharuskan
PT Pos Indonesia menyediakan layanan di seluruh wilayah Indonesia
dengan tarif yang terjangkau (prinsip accessibility dan affordability ).
Kewajiban PSO ini dirasakan berat karena terbatasnya jaringan
transportasi yang ada, serta besarnya biaya investasi dan
operasional yang jauh melebihi pendapatan.
Pada kondisi volume produksi rendah, dengan sendirinya tarif
--yang besarannya ditentukan oleh pemerintah-- tidak mampu
menutup biaya layanan antaran. Untuk mempertahankan pelayanan
pos di daerah PSO, PT Pos Indonesia harus melakukan subsidi dari
layanan komersial. Keadaan ini selanjutnya mengakibatkan
rendahnya kemampuan pembangunan dan daya saing perusahaan
dalam penyelenggaraan pos di daerah komersial.
8/16/2019 bab13 Pembangunan, Pemeliharaan.pdf
44/64
8/16/2019 bab13 Pembangunan, Pemeliharaan.pdf
45/64
RPJMD Propinsi Jawa Timur 2009-2014 Bab XIII - 273
2. Sasaran
Sasaran yang hendak dicapai dalam pembangunan pos dan
telematika adalah:
1. Terwujudnya penyelenggaraan pos dan telematika yang
efisien, yaitu yang mampu mendorong produktivitas dan
pertumbuhan ekonomi dengan tetap memperhatikan
kemanfaatan aspek sosial dan komersial.
2. Meningkatnya aksesibilitas masyarakat akan layanan pos dan
telematika yang murah, mudah, dan berkualitas.
3. Meningkatnya kapasitas serta kemampuan masyarakat dan
aparatur pemerintah dalam mengembangkan dan
mendayagunakan teknologi dan aplikasi telematika secaraefektif.
Pencapaian sasaran tersebut, antara lain, tercermin dari
indikator:
1. Meningkatnya kualitas pelayanan pos di kecamatan.
2. Terselesaikannya revitalisasi pelayanan pos.
3. Terselesaikannya pembangunan fasilitas telekomunikasi
pedesaan, yang diukur dari meningkatnya pertambahan
sambungan baru, dan luas cakupan desa.
4. Terselesaikannya pembangunan community access point
sebagai pusat akses masyarakat terhadap teknologi informasi
dan komunikasi di kawasan pedesaan, dengan luas cakupan
desa yang terus bertambah secara signifikan.
5. Meningkatnya e-literacy penduduk, dan juga aparatur
pemerintah.
6. Bertambahnya jumlah aparatur pemerintah yang mampu
mengoperasikan sistem e-government.
7. Meningkatnya peran Perjan RRI dan PT TVRI (persero) sebagai
lembaga penyiaran publik.
3. Arah Kebijakan
Untuk mewujudkan sasaran tersebut, pembangunan pos dan
telematika dilaksanakan dalam kerangka arah kebijakan:
1. Meningkatkan efisiensi pemanfaatan dan pembangunan
8/16/2019 bab13 Pembangunan, Pemeliharaan.pdf
46/64
RPJMD Propinsi Jawa Timur 2009-2014 Bab XIII - 274
infrastruktur pos dan telematika.
2. Meningkatkan kinerja dan daya saing pelayanan kantor pos
untuk memberikan pelayanan prima kepada masyarakat.
3. Meningkatkan pengembangan dan pemanfaatan aplikasi
berbasis teknologi informasi dan komunikasi, baik di kalangan
masyarakat maupun aparatur pemerintah.
4. Fasilitasi peningkatan peran Perjan RRI dan PT TVRI (persero)
sebagai lembaga penyiaran publik.
5. Fasilitasi pemberdayaan masyarakat, terutama di wilayah
pedesaan, dalam memanfaatkan teknologi informasi dan
komunikasi beserta aplikasinya.
4. Program
Berdasarkan sasaran dan arah kebijakan tersebut di atas,
maka langkah-langkah yang akan dilaksanakan dijabarkan ke dalam
program-program pembangunan, yang dibagi menjadi dua kategori,
yaitu program prioritas dan penunjang, disertai kegiatan-kegiatan
pokok yang akan dijalankan.
4.1 Program Prioritas
a. Program Pengembangan, Pemerataan dan Peningkatan
Kualitas Sarana dan Prasarana Pos dan Telematika
Program ini bertujuan meningkatkan aksesibilitas dan
kualitas layanan pos dan telematika, dan mempertahankan dan
meningkatkan kondisi sarana dan prasarana pos dan telematika.
Kegiatan pokok yang dilaksanakan dititikberatkan, antara
lain, pada:
1. Revitalisasi dan pemberdayaan kantor pos sebagai titik
pembayaran pajak, rekening telepon, listrik, air, dan
sebagainya, secara on-line.
2. Fasilitasi pembangunan fasilitas telekomunikasi di daerah
pedesaan.
3. Peningkatan dan pengaturan standar operasional dan
pelayanan pos dan telematika.
8/16/2019 bab13 Pembangunan, Pemeliharaan.pdf
47/64
RPJMD Propinsi Jawa Timur 2009-2014 Bab XIII - 275
5. Fasilitasi pembangunan titik akses komunitas (community
access point ) di wilayah pedesaan, termasuk pemberdayaan
kantor pos sebagai titik akses komunitas.
6. Revitalisasi infrastruktur pos dan telematika.
7. Peningkatan efektivitas kinerja dan pemberdayaan Komisi
Penyiaran Indonesia Daerah Jawa Timur.
8. Fasilitasi peningkatan peran pengembangan Perjan RRI dan PT
TVRI (persero) sebagai lembaga penyiaran publik.
4.1 Program Penunjang
a. Program Penguasaan serta Pengembangan Aplikasi dan
Teknologi Informasi Komunikasi
Program ini bertujuan mendayagunakan informasi serta
teknologi informasi dan komunikasi beserta aplikasinya guna
mewujudkan tata-pemerintahan yang lebih transparan, efisien, dan
efektif, serta meningkatkan kemampuan masyarakat memanfaatkan
informasi serta teknologi informasi dan komunikasi guna
meningkatkan taraf dan kualitas hidup.
Kegiatan pokok yang dilaksanakan dititikberatkan, antara
lain, pada:
1. Pengembangan aplikasi e-govenrment ; e-procurement, e-
business dan cyber law untuk menghasilkan pelayanan publik
yang lebih cepat, lebih baik, dan lebih murah, serta bebas
korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN).
2. Peningkatan penggunaan open source system ke seluruh
institusi pemerintahan dan lapisan masyarakat.
3. Fasilitasi pemberdayaan masyarakat pedesaan melalui
pembelajaran dan pelatihan penggunaan teknologi informasi
dan komunikasi beserta aplikasinya.
D. ENERGI dan KETENAGALISTRIKAN
D.1 ENERGI
Propinsi Jawa Timur mempunyai potensi minyak dan gas
bumi yang cukup besar. Pemakaian gas alam sampai saat ini
umumnya di dominasi oleh industri besar. Sumber gas alam diambil
8/16/2019 bab13 Pembangunan, Pemeliharaan.pdf
48/64
8/16/2019 bab13 Pembangunan, Pemeliharaan.pdf
49/64
RPJMD Propinsi Jawa Timur 2009-2014 Bab XIII - 277
transportasi. Hal ini tercermin dari perilaku pemilihan jenis
energi untuk berbagai sektor yang belum efektif dan konsumsi
energi yang lebih konsumtif, serta rendahnya tingkat efisiensi
peralatan.
2. Kapasitas infrastruktur terbangun belum cukup untuk
memenuhi kebutuhan energi final. Infrastruktur yang ada pada
umumnya sudah tua, terbatas, dan memiliki efisiensi yang
rendah. Infrastruktur tersebar tidak merata, dan sebagian
besar belum terinterkoneksi. Sebagian besar infrastruktur
berorientasi pada BBM. Infrastruktur jenis energi lainnya
seperti gas, panas bumi, batubara dan energi lainnya masih
sangat kurang.
3. Infrastruktur penyaluran BBM ke masyarakat belum optimal,
dan kinerjanya relatif belum cukup baik, sehingga secara
berulang timbul kelangkaan bahan bakar, baik premium,
minyak tanah, maupun gas elpiji. Program konversi dari
minyak tanah ke gas elpiji menjadi sia-sia, karena pada
kenyataannya kedua jenis bahan bakar itu pun sering
mengalami kelangkaan.
Pengurangan distribusi minyak tanah untuk digantikan
gas elpiji menjadi dilematis, karena di satu pihak konversi
energi belum mampu mengubah sepenuhnya pola penggunaan
energi masyarakat untuk meninggalkan minyak tanah. Di lain
pihak, mereka yang telanjur mencoba berpindah ke gas elpiji
(karena konverternya diberikan cuma-cuma), harus
mengalami kelangkaan pasokan, dan melambungnya harga
beli, sehingga banyak masyarakat yang kecewa dan
mengambil langkah surut, kembali ke minyak tanah. Namun,
pasokan minyak tanah telanjur dikurangi secara bertahap dan
jumlahnya menjadi terbatas, sehingga tak mampu memenuhi
permintaan konsumen. Antrean jeriken plastik pun berjajar
panjang di tempat-tempat penjualan minyak tanah, ditung