BAB IV.doc

Post on 23-Dec-2015

221 views 0 download

Transcript of BAB IV.doc

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Sebelum membahas tentang hasil penelitian, berikut ini akan diuraikan

gambaran tempat penelitian.

1. Gambaran Umum Tempat Penelitian

BPS Mahdalena br Pelawi didirikan oleh bidan Mahdalena br Pelawi yang

berlokasi di desa Sido Binangun X Kecamatan Seputih Banyak Lampung Tengah.

BPS ini dipimpin langsung oleh bidan Mahdalena br Pelawi dibantu oleh 1 orang

bidan sebagai pegawai dan 1 orang mahasiswa PKK I yang membantu dalam

pelaksanaan pelayanan kesehatan di Mahdalena br Pelawi. Jenis pelayanan yang

diberikan adalah :

a. Antenatal care

b. Intranatal care

c. Post natal care

d. Imunisasi

e. KB

f. Bayi dan balita

BPS Mahdalena br Pelawi juga memiliki sarana dan prasarana sebagai

berikut :

a. Ruang BP / KIA

b. Ruang VK dengan 1 tepat tidur ginekologi

c. Ruang perawatan dengan 1 tempat tidur

d. WC

2. Gambaran Karakteristik Responden di BPS Mahdalena br Pelawi

Seputih Banyak Lampung Tengah

TABEL 2

DISTRIBUSI AKSEPTOR KONTRASEPSI SUNTIK DMPA

MENURUT USIA DI BPS MAHDALENA BR PELAWI

SEPUTIH BANYAK LAMPUNG TENGAH

TAHUN 2012

No Umur (Tahun) Jumlah Persentase1 < 20 2 42 20 – 24 4 83 25 – 29 10 204 30 – 34 17 345 35 – 39 8 166 40 – 44 4 87 45 – 49 4 88 50 – 54 1 2

Jumlah 50 100

Tabel di atas menunjukkan bahwa mayoritas akseptor kontrasepsi di BPS

yang menggunakan kontrasepsi suntik Depo Medroksi Progesteron Asetat

(DMPA) berumur 30 – 34 tahun sebanyak 17 orang (34%).

TABEL 3

DISTRIBUSI JENIS – JENIS KONTRASEPSI YANG DIGUNAKAN

AKSEPTOR DI BPS MAHDALENA BR PELAWI

SEPUTIH BANYAK LAMPUNG TENGAH

TAHUN 2008

No Jenis – Jenis Kontrasepsi Jumlah Persentase1 Suntik 451 52,812 Pil 269 31,503 Implant 58 6,794 IUD 64 7,495 Kondom 12 1,41

Jumlah 854 100Sumber : Register KB BPS Mahdalena Br Pelawi

Tabel di atas menunjukkan bahwa kontrasepsi yang paling banyak

digunakan di BPS Mahdalena br Pelawi Lampung Tengah Tahun 2008 adalah

suntik sebanyak 451 orang (52,81%).

3. Analisis Univariat

a. Proporsi kenaikan berat badan akseptor kontrasepsi suntik Depo Medroksi

Progesteron Asetat (DMPA) di BPS Mahdalena Br Pelawi SeputIh Banyak

Lampung Tengah Tahun 2012.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan terhadap 50 akseptor kontrasepsi

suntik Depo Medroksi Progesteron Asetat (DMPA) dibagi menjadi 2 kategori

yaitu naik dan tidak naik.

TABEL 4

DISTRIBUSI PROPORSI KENAIKAN BERAT BADAN AKSEPTOR

KONTRASEPSI SUNTIK DMPA DI BPS MAHDALENA BR PELAWI

SEPUTIH BANYAK LAMPUNG TENGAH

NoAkseptor Kontrasepsi Suntik

DMPA Jumlah Persentase

1 Naik 30 602 Tidak Naik 20 40

Jumlah 50 100

Dari tabel di atas terlihat bahwa akseptor suntik Depo Medroksi

Progesteron Asetat (DMPA) di BPS Mahdalena Br Pelawi Lampung Tengah yang

mengalami kenaikan berat badan sebanyak 30 orang (60%).

b. Rata-rata kenaikan berat badan akseptor kontrasepsi suntik Depo

Medroksi Progesteron Asetat (DMPA) di BPS Mahdalena Br Pelawi

SeputIh Banyak Lampung Tengah Tahun 2012.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan terhadap 50 akseptor kontrasepsi

suntik Depo Medroksi Progesteron Asetat (DMPA) yang dibagi menjadi 2

kategori yaitu > 1 Tahun dan < 1 Tahun.

TABEL 5

DISTRIBUSI RATA-RATA KENAIKAN BERAT BADAN AKSEPTOR

KONTRSEPSI SUNTIK DMPA DI BPS MAHDALENA BR PELAWI

SEPUTIH BANYAK LAMPUNG TENGAH

NoAkseptor Kontrasepsi Suntik

DMPA

Rata-rata kenaikan BB

(Kg)Persentase

1 > 1 Tahun 4.79 58,992 < 1 Tahun 3,33 41,01

Jumlah 8,12 100

Dari tabel di atas terlihat bahwa rata-rata kenaikan berat badan yang

dialami oleh akseptor kontrasepsi suntik Depo Medroksi Progesteron Asetat

(DMPA) > 1 tahun sebesar 4,79 Kg (58,99%) dan rata-rata kenaikan berat badan

yang dialami oleh akseptor kontrasepsi suntik Depo Medroksi Progesteron Asetat

(DMPA) < 1 tahun sebesar 3,33 Kg (41,01%).

B. Pembahasan

1. Proporsi kenaikan berat badan akseptor kontrasepsi suntik Depo Medroksi

Progesteron Asetat (DMPA) di BPS Mahdalena Br Pelawi SeputIh Banyak

Lampung Tengah Tahun 2012.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada 50 akseptor kontrasepsi

suntik Depo Medroksi Progesteron Asetat (DMPA) diperoleh 30 orang (60%)

mengalami kenaikan berat badan. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian

Enny Juniati (2008) yaitu dari 85,8% akseptor kontrasepsi suntik, 68,6% akseptor

mengalami peningkatan berat badan.

Hal ini sesuai dengan teori Hartanto (2004) bahwa kontrasepsi suntik

merangsang pusat pengendali nafsu makan di hipotalamus yang menyebabkan

akseptor makan lebih banyak dari biasanya. Pertambahan berat badan yang nyata,

satu tahun sekitar 2 kg tetapi dapat juga lebih dari 4 kg pertahun. Pertambahan

berat badan bukan karena penyakit dan untuk sebagian ibu (yang terlalu kurus)

merupakan hal yang menguntungkan. (Heny w, 2012 http://www. mail

arvhive.com). Peningkatan berat badan yang dialami akseptor kontrasepsi suntik

Depo Medroksi Progesteron Asetat (DMPA) disebabkan oleh beberapa faktor

yaitu pengaruh hormon progesteron yang terkandung dalam Depo Medroksi

Progesteron Asetat (DMPA) yang dapat merangsang pusat pengendali nafsu

makan di hipotalamus sehingga 40 akseptor kontrasepsi suntik DMPA mengalami

peningkatan nafsu makan. Frekuensi makan dan porsi makan juga dapat

mempengaruhi peningkatan berat badan, dengan meningkatnya nafsu makan yang

dialami oleh akseptor, 34 akseptor makan lebih dari 3 kali dalam 1 hari dan 30

akseptor mengatakan makan dalam porsi 1 piring sedang setiap hari. Kebiasaan

makan sedikit tapi sering inilah yang menyebabkan peningkatan berat badan

akseptor.

2. Rata-rata kenaikan berat badan akseptor kontrasepsi suntik depo medroksi

progesteron asetat (DMPA) di BPS Mahdalena Br Pelawi SeputIh Banyak

Lampung Tengah Tahun 2012.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada 50 akseptor

kontrasepsi suntik Depo Medroksi Progesteron Asetat (DMPA) di BPS

Mahdalena Br Pelawi Seputih Banyak Lampung Tengah diperoleh rata-rata

kenaikan berat badan di alami oleh akseptor > 1 tahun yaitu 4,79 Kg (58,99%) dan

rata-rata kenaikan berat badan akseptor < 1 tahun yaitu 3,33 Kg (41,01%).

Hal ini sesuai dengan teori bahwa berat badan akseptor akan bertambah

beberapa kilogram dalam beberapa bulan setelah penggunaan kontrasepsi suntik

(Prohealth, 2008 http://forbetterhealth.wordpress.com). Menurut Hartanto (2004),

pertambahan berat badan tidak terlalu besar, umumnya bervariasi antara kurang

dari 1 kg sampai 5 kg dalam tahun pertama. Kenaiakn berat badan sangat

berfariasi, rata-rata tiap tahun naik 2,3-2,9 kg (Kenaikan BB,..2012

http://www.mitrariset.com). Pertambahan berat badan yang nyata, satu tahun

sekitar 2 kg tetapi dapat juga lebih dari 4 kg pertahun. Pertambahan berat badan

bukan karena penyakit dan untuk sebagian ibu (yang terlalu kurus) merupakan hal

yang menguntungkan (Heny w, 2012 http://www.mail arvhive.com).

Kontrasepsi suntik Depo Medroksi Progestero Asetat (DMPA)

mengandung hormon progesteron. Hormon ini mempermudah perubahan

karbohidrat menjadi lemak sehingga efek samping dari penggunaan kontrasepsi

suntik DMPA adalah penumpukan lemak yang menyebabkan berat badan

bertambah. Kenaikan berat badan akseptor kontrasepsi suntik Depo Medroksi

Progestero Asetat (DMPA) juga dipengaruhi oleh lamanya pemakaian, semakin

lama digunakan maka akan terus merangsang nafsu makan dan menyebabkan

penumpukan lemak dalam tubuh. Hal tersebut diatas mungkin menjadi faktor

penyebab besarnya jumlah akseptor kontrasepsi suntik yang mengalami kenaikan

berat badan. Oleh karena itu upaya yang dapat dilakukan untuk menurunkan

kejadian kenaikan berat badan pada akseptor kontrasepsi suntik yaitu dengan cara

menjaga pola makan seimbang, mengurangi porsi makan dengan diet, melakukan

olah raga secara teratur 3 kali dalam seminggu dan jika akseptor telah mengalami

kenaikan berat badan yang berlebihan (obesitas) anjurkan akseptor untuk

mengganti dengan kontrasepsi lain yang tidak mengandung hormon seperti IUD.