Post on 06-Feb-2018
46
BAB III
PENANGANANAN PENGUNGSI ROHINGYA OLEH PEMERINTAH
INDONESIA
3.1Kedatangan Pengungsi Rohingya di Indonesia
Para pengungsi asal Rohingya tersebut keluar dari Myanmar karena
mereka merasa sudah tidak aman lagi untuk tinggal di negaranya sendiri.
Rohingya merupakan komunitas muslim yang minoritas didaerah utara Arakan,
sebelah barat Myanmar. Mereka dinggap sebagai orang-orang yang tak bernegara
dan tidak diakui penuh kewarganergaraan oleh pemerintah Myanmar. Masyarakat
Rohingya dianggap sebagai penduduk sementara dan tidak mendapatkan hak
kewarganegaraan penuh.
Peristiwa muslim Rohingya ini dimulai sejak tahun 1978 oleh Junta
Myanmar, akibatnya ratusan ribu orang mengungsi kenegara-negara tetangganya
dengan keadaan yang sangat memprihatinkan yang mengharuskan mereka untuk
mencari perlindungan di luar negaranya. Junta Myanmar tidak hanya
mengitimidasi mereka, namun menggembor-gemborkan anti islam dikalangan
Budha Rakhine dan masyarakat Myanmar sebagia kampaye untuk memusuhi
Etnis Muslim Rohinggya. Gerakan ini berhasil dan akhirnya Rohinggya
menghadapi diskriminasi oleh pergerakan demokrasi Myanmar.
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi PENERAPAN PRINSIP NON-DISCRIMINATION BAGI PENGUNGSI ROHINGYA DI INDONESIA
WINNER NABILLA JATYPUTRI
47
Masalah etnis Rohingya yang awalnya masalah domestik Myanmar,
akhirnya terangkat menjadi isu Regional ketika etnis Rohinggya terdampar dan
mengungsi kenegara lain, sehingga dapat menggaggu keamanan kawasan negara
yang dekat maupun berbatasan dengan Myanmar. Isu pengungsi Rohingya
menjadi masalah bersama karena para pengungsi Rohingya tersebut membebani
dan menjadi masalah baru dinegara mereka terdampar.
Sejak itu, kerusuhan rasial di Rakhine pun meluas hingga terjadinya
pembakaran perkampungan dan pengusiran etnis Rohingya. Dengan semakin
meningkatnya tekanan yang dihadapi etnis Rohingya, mereka terpaksa mencari
perlindungan di luar Myanmar. Bangladesh yang merupakan negara terdekat dan
mempunyai hubungan sejarah dengan etnis Rohingnya menjadi tujuan utama.
Tetapi, Bangladesh sendiri tidak bersedia menampung mereka dengan alasan tidak
mampu. Sehingga banyak pengungsi Rohingya ke Bangladesh dipulangkan
kembali begitu tiba di Bangladesh.
Setelah etnis Rohinggya mendapatkan pengusiran dari Myanmar dan
penolakan di Bangladesh, tidak sedikit etnis muslim rohingnya yang akhrinya lari
dan mencari suaka di Indonesia dikarenakan Indonesia merupakan salah satu
negara muslim terbesar di Asia Tenggara dengan harapan mereka akan mendapat
perlindungan di Indonesia. Indonesia menjadi salah satu tujuan orang Rohingya
karena Indonesia merupakan negara mayoritas muslim yang diharapkan dapat
menjadi tempat berlindung yang aman untuk Rohingya.
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi PENERAPAN PRINSIP NON-DISCRIMINATION BAGI PENGUNGSI ROHINGYA DI INDONESIA
WINNER NABILLA JATYPUTRI
48
Selain itu, ada beberapa alasan mengapa para pengungsi Rohingya
memilih untuk hijrah ke Indonesia, antara lain:
1. Rohingya sampai di Indonesia setelah mereka hidup bertahun-tahun di
Malaysia dimana alasan mereka hijrah ke Indonesia karena di Malaysia
tidak bisa mendapatkan pendidikan dan berharap mendapatkan
penghidupan yang lebih baik serta berharap bisa menjadi WNI dengan
jalan menikahi wanita Indonesia.
2. Perahu Rohingya terdampar di Indonesia dari Myanmar karena tujuan
sebenarnya adalah negara Malaysia atau Australia.
3. Rohingya melarikan diri dari Arakan dengan tanpa tujuan dan sampai
akhirnya terdampar di Indonesia.
Beberapa alasan kaburnya etnis Rohingya dari Malaysia karena ingin
bergabung dan tinggal dengan anggota keluarganya yang merupakan WNI,
berharap dapat diakui sebagai WNI, ingin menyekolahkan anak-anaknya, tekanan
politis dan ekonomis dari negara yang ditinggalkannya, ingin mencari
penghidupan yang lebih baik dan bermartabat, dan ingin mengalihan status
pengungsi dari pengungsi UNHCRMalaysia menjadi Pengungsi UNHCR
Indonesia.
Dalam persebaran kedatangan di Indonesia, Rohingya terdampar di
beberapa wilayah di Indonesia baik karena terdampar kemudian ditangkap
maupun sengaja menyerahkan diri kepada pihak Imigrasi Indonesia yang
wilayahnya secara geografis dekat dengan Malaysia atau Myanmar, yaitu antara
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi PENERAPAN PRINSIP NON-DISCRIMINATION BAGI PENGUNGSI ROHINGYA DI INDONESIA
WINNER NABILLA JATYPUTRI
49
lain di Aceh, Medan, Tanjung Pinang, Batam (Kepulauan Riau), dan ada juga
yang ditemukan dan ditangkap di Kupang, Serang, dan Banyuwangi. Kondisi
Rohingya yang kelaparan memang membuat mereka akhirnya sengaja
menyerahkan diri ke pihak imigrasi dengan harapan mendapatkan perawatan dari
pihak Imigrasi Indonesia dan berharap mendapatkan perlindungan dan kondisi
yang lebih aman serta penghidupan yang lebih baik.
Pada bulan Januari 2009, sebanyan 193 pengungsi Rohingya sampai di
Sabang, kemudian disusul pada bulan Februari 2009 sebanyak 198 pengungsi
Rohingya terdampar di Idi Aceh. Mereka yang terdampar di Sabang menempati
kamp pengungsian TNI AL, namun kebanyakan pengungsi Rohingya yang datang
ke Indonesia selanjutnya di tampung di RUDENIM (Rumah Detensi Imigrasi).
Indonesia menganggarkan dana yang minim untuk operasional RUDENIM
tersebut. Oleh karenanya, Indonesia meminta bantuan dari UNHCR (United
Nations High Commisioner for Refugee) untuk membantu mengatasi Pengungsi
Rohingya.
Walaupun Indonesia bukan negara penandatangan Konvensi 1951, namun
UNHCR tetap turun tangan untuk bekerjasama dengan Pemerintah Indonesia
dalam memberikan bantuan kemanusiaan sebagai bagian dari mandat yang
diembannya. Bagi pengungsi Rohingya yang sudah mendapatkan status
Pengungsi Internasional dari UNHCR dapat tinggal di luar RUDENIM. Setiap
bulannya mereka mendapatkan bantuan dari IOM yang besarannya kira-kira 1.2
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi PENERAPAN PRINSIP NON-DISCRIMINATION BAGI PENGUNGSI ROHINGYA DI INDONESIA
WINNER NABILLA JATYPUTRI
50
juta per orang per bulan.61
Mereka yang tinggal di luar RUDENIM bisa
beraktifitas seperti warga biasa lainnya sambil menunggu kepastian penempatan
ke negara ketiga.Sedangkan bagi mereka yang berada di dalam RUDENIM,
mereka menunggu keputusan dari UNHCR dan IOM.
Selama di RUDENIM mereka mendapatkan fasilitas makan, kesehatan,
serta konsultasi dari IOM dan UNHCR.Namun, dalam kenyataan untuk
mendapatkan keputsan dari IOM dan UNHCR tidaklah mudah, banyak diantara
pengungsi Rohingya yang sudah ditahan di RUDENIM selama lebih dari 5 tahun
dengan kondisi yang mengenaskan.
Kendala yang dapat dikemukakakan berdasarkan data yang telah dihimpun
penulis adalah:
1. Indonesia sampai dengan saat ini belum memiliki regulasi yang jelas
mengenai penanganan pengungsi internasional dan Indonesia bukan
termasuk negara peratifikasi Konvensi Wina tahun 1951 dan Protokolnya
tahun 1967 tentang Status Pengungsi sehingga Indonesia tidak mempunyai
kewajiban dan kewenangan untuk mengambil tindakan internasional
terhadap Imigran Rohingya yang masuk ke Indonesia.Implikasinya,
Indonesia hanya bisa menampung para imigran tersebut sampai batas
waktu maksimal 10 (sepuluh) tahun tanpa bisa dan tidak mempunyai hak
melakukan tindakan lebih lanjut terkait status imigran Rohingya yang
masuk ke wilayah Indonesia tersebut. Terlebih lagi Indonesia di dalam
61 Indonesia4roingya.net diakses pada tanggal 4 Desemmber 2014
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi PENERAPAN PRINSIP NON-DISCRIMINATION BAGI PENGUNGSI ROHINGYA DI INDONESIA
WINNER NABILLA JATYPUTRI
51
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Imigrasi tidak mengenal
istilah pencari suaka maupun pengungsi, dimana orang asing yang masuk
ke wilayah Indonesia dikategorikan sebagai illegal imigrant. Implikasinya,
semua orang asing yang datang ke Indonesia (pencari suaka, pengungsi,
atau pelaku kejahatan) yang tidak memiliki dokumen resmi maka
dikualifikasikan sebagai imigran gelap dan mereka yang tertangkap
ditahan di RUDENIM.
2. Kondisi RUDENIM yang secara fisik tampak seperti Lembaga
Permasyarakatan sehingga terlihat sebagai bentuk perlakuan yang
melanggar HAM. Padahal mereka datang ke Indonesia untuk tujuan
mencari suaka dan bukan karena melakukan tindakan kriminal.
Seharusnya dibentuk dan ditetapkan sebuah alternative detention seperti
kawasan khusus Pengungsi yang diberikan kepada pengungsi asal Vietnam
sebelumnyaatau konsep RUDENIM yang lebih manusiawi sehingga
pengungsi bisa menjalankan aktivitasnya seperti bekerja dan bersosialisasi
sebagaimana manusia pada umumnya.
Selain kendala dari dalam, kendala dari luar yaitu antara lain:62
1. Sulitnya proses pemulangan atau repatriasi imigran Rohingya ke Myanmar
karena kondisi keamanan yang makin memburuk;
2. Kedutaan Myanmar di Indonesia sama sekali tidak peduli dan tidak
mengakui Rohingya sebagai warga Negara Myanmar;
3. Rohingya tidak mau dipulangkan karena kondisi keamanan di Myanmar;
4. Belum ada negara ketiga yang mau menampung pengungsi Rohingya;
5. Rohingya bukanlah imigran yang menjadi prioritas IOM sehingga
memperlambat proses penilaian status sebagai pengungsi;
62 Indonesia4rohingya.net diakses pada 4 Desember 2014
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi PENERAPAN PRINSIP NON-DISCRIMINATION BAGI PENGUNGSI ROHINGYA DI INDONESIA
WINNER NABILLA JATYPUTRI
52
6. Lamanya Rohingya ditampung di Indonesia menjadi beban negara;
7. Rohingya banyak yang menikah dengan wanita Indonesia dan mempunyai
anak dan berharap bisa menjadi WNI;
8. Banyak Rohingya yang memiliki kartu pengungsi UNHCR palsu; dan
9. Imigran Rohingya tidak bisa berbahasa Melayu maupun Inggris sehingga
sulit dalam melakukan tindakan keimigrasian.
Dari penjelasan permasalahan yang dialami oleh Indonesia dalam menangani
Pengungi Rohingya ini pemnerintah telah berusaha untuk menyelesaikan
permasalahan ini dengan baik secara internal maupun eksternal. Secara internal
tentunya perbaikan penanganan imigran Rohingya di Indonesia baik dari aspek
regulasi maupun kebijakan.Secara eksternal tentunya membantu dan berkontribusi
dalam penyelesaian akar konflik di Myanmar sehingga Rohingya bisa kembali ke
Myanmar dan diakui sebagai bagian dari bangsa Myanmar.
3.2 Kerjasama Indonesia dan UNHCR dalam Menangani Kasus Pengungsi
3.2.1Penetapan Status Pengungsi di Indonesia
Permasalahan pengungsi di Indonesia dijelaskan secara singkat di dalam
Undang-Undang No. 37 Tahun 1999 tentang Hubungan Luar Negeri. Pada Pasal
27 ayat 1 menntukan bahwa: “Presiden menetapkan kebijakan masalah pengungsi
dari luar negeri dengan memperhatikan pertimbangan Menteri”. Penjelasan
mengenai pasal tersebut adalah:
Pada dasarnya masalah yang dihadapi oleh pengungsi adalah masalah
kemanusiaan, sehingga penanganannya dilakukan dengan sejauh mungkin
menghindarkan terganggunya hubngan baik antara Indonesia dan negara
asal pengungsi itu.Indonesia memberikan kerja samanya kepada badan
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi PENERAPAN PRINSIP NON-DISCRIMINATION BAGI PENGUNGSI ROHINGYA DI INDONESIA
WINNER NABILLA JATYPUTRI
53
yang berwenang dalam upaya mencari penyelesaian masalah pengungsi
itu.
Merujuk pada penjelasan pasal tersebut maka pemerintah Indonesia akan
melakukan kerjasama dalam penanganan masalah pengungsi di Indonesia.
Kerjasama baik dengan negara asal pengungsi maupun dengan lembaga-lembaga
kemanusiaan yang berkaitan dengan masalah pengungsi.
Sementara itu, merujuk pada ketentuan UNHCR, UNHCR menjalankan
prosedur Penentuan Status Pengungsi yang dimulai dengan registrasi atau
pendaftaran terhadap para pencari suaka. Setelah diregistrasi, UNHCR akan
melakukan wawancara individual dengan masing-masing pencari suaka, dengan
didampingi oleh seorang penerjemah yang kompeten. Proses ini melahirkan
keputusan yang beralasan yang menentukan apakah permintaan status pengungsi
seorang diterima atau ditolak dan memberikan masing-masing individu sebuah
kesempatan (satu kali) untuk meminta banding apabila permohonan ditolak.
Mereka yang teridentifikasi sebagai pengungsi akan menerima
perlindungan selama UNHCR mencarikan solusi jangka panjang, yang biasanya
berupa penempatan di negara lain. Untuk tujuan ini, UNHCR berhubungan erat
dengan negara-negara yang memiliki potensi untuk menerima pengungsi.63
Selain itu, Indonesia merumuskan ketetuan hukum atau perundang-
undangan nasional mengenai pengungsi yang didasarkan pada standar-standar
63
http://www.unhcr.or.id/id/tugas-a-kegiatan/penentuan-status-pengungsi diakses pada 11 November 2015
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi PENERAPAN PRINSIP NON-DISCRIMINATION BAGI PENGUNGSI ROHINGYA DI INDONESIA
WINNER NABILLA JATYPUTRI
54
internasional.Hal ini merupakan kunci yang melengkapi lembaga suaka, membuat
perlindungan lebih efektif, dan memberikan landasar bagi pencairan solusi bagi
persoalan yang dihadapi oleh pengungsi.
Indonesia belum meratifikasi Konvensi Pengungsi 1951 dan Protokol
Tambahan 1967, namun dalam perjanjian internasional lain, Indonesia
menyatakan dukungan penuh terhadap prinsip-prinsip fundamental hak asasi
manusia sebagaimana tercantum dalam Piagam PBB dan mencatat Deklarasi
Universal Hak Asasi Manusia 1948 sebagai standar pencapaian bersama bagi
semua rakyat dan bangsa.64
Maka dari itu, Indonesia menyerahkan penanganan
pengungsi pada UNHCR yang melakukan aktifitasnya berdasarkan mandat yang
ditetapkan dalam statutanya tahun 1950 di negara-negara yang bukan pihak
penandatangan pada konvensi tahun 1951 dan Protokol tahun 1967.
Konteks normatif di Indonesia terkait dengan suaka telah ditegaskan dalam
Konstitusi Negara Republik Indonesia. Undang-Undang Dasar 1945 (Amandemen
ke-4 tahun 2000) pada Pasal 28 G ayat (2) menyatakan:“Setiap orang berhak
untuk bebas dari penyiksaan atau perlakuan yang merendahkan derajat martabat
manusia dan berhak untuk memperoleh suaka politik dari negara lain”
Meskipun terdapat rumusan normatif dalam konstitusi maupun paraturan
perundang-undangan lainnya tentang hak memperoleh suaka politik di Indonesia,
hingga saat ini implementasi tentang hak pencari suaka ini belum ada aturan
64 Wagiman, Op.Cit, h. 127
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi PENERAPAN PRINSIP NON-DISCRIMINATION BAGI PENGUNGSI ROHINGYA DI INDONESIA
WINNER NABILLA JATYPUTRI
55
operasionalnya yang jelas.65
Situasi ini terjadi karena hingga saat ini Indonesia
belum memasukkan instrumen hukum internasional ke dalam sistem hukum
nasional.Indonesia sampai saat ini tidak mempunyai perundang-undangan yang
secara khusus mengatur permasalahan pengungsi.66
Dalam instrumen internasional telah dijelaskan mengenai mekanisme
penanganan dan penentuan status pengungsi, yaitu:
Sumber: Hukum Pengungsi Internasional, Wagiman, 2012
65 Stephane Jaquement, Mandat dan Fungsi dari Komisariat Tinggi Perserikatan Bangsa-
Bangsa Urusan Pengungsi, artikel dimuat dalam Jurnal Hukum Internasional Vol. 2 No. 1, Lembaga Pengkajian Hukum Internasional Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2004, h. 20
66Satu-satunya rujukan dalam menangani masalah pengungsi dan mencari suaka di Indonesia dewasa ini adalah Surat Edaran Direktur Jenderal Imigrasi No. F-IL.01.10-1297 tentang Penanganan Terhadap Orang Asing yang Menyatakan Diri Sebagai Pencari Suaka atau Pengungsi, Tanggal 30 September 2002
Kepolisian setempat akan melaporkan ke MABES POLRI
MABES POLRI memberitahukan ke Kementrian Luar Negeri
Kementrian Luar Negeri memberitahukan Perwakilan UNHCR di Indonesia
Petugas UNHCR akan melakukan wawancara dan
menempatkan mereka di suatu tempat atas biaya UNHCR
Melaporkan kepada kepolisian setempat
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi PENERAPAN PRINSIP NON-DISCRIMINATION BAGI PENGUNGSI ROHINGYA DI INDONESIA
WINNER NABILLA JATYPUTRI
56
3.3.2 Kerjasama Indonesia dan UNHCR
UNHCR mendirikan kantor cabang perwakilan di Jakarta pada tahun 1979
yang sekarang ini telah menjadi kantor regional yang mewakili wilayah kerja
melputi Brunei Darussalam, Filipina, Indonesia, Malaysia, dan Singapura.
UNHCR merupakan lembaga internasional yang diberi mandat untuk memberikan
perlindungan internasional terhadap pengungsi dan memberikan solusi yang
permanen terhadap para pengungsi dengan jalan membantu pemerintah-
pemerintah, pelaku-pelaku lainnya ataupun organisasi-organisasi kemanusiaan
yang terkait untuk memberikan fasilitas pemulangan (repatriation)bagi para
pengungsi. Penjelasan lebih lengkap mengenai sejarah, fungsi, tugas, dan peranan
UNHCR telah dijelaskan oleh penulis di bab sebelumnya.
Negara-negara anggota mengakui bahwa tugas badan ini bersifat non
politis. Tugas yang berupa tanggung jawab sosial dan bersifat kemanusiaan itu
dibebakan kepada UNHCR agar dapat dilaksanakan dalam kerangka hukum yang
disetujui oleh semua negara, yaitu hukum internasional untuk pengungsi, dan
pedoman (atau perundang-undangan nasional) yang dirancang oleh negara-negara
itu untuk membantu UNHCR mengidentifikasikan apa yang harus mereka
lakukan untuk melindungi dan membantu pengungsi.67
Kerjasama yang dilakukan Indonesia dengan UNHCR pertama kali
dilaksanakan pada tahun 1975, ketika ribuan pengungsi Vietnam berdatangan ke
Indonesia.Kantor Regional UNHCR di Jakarta bekerjasama dengan pemerintah
67
Achmad Romsan, Op.Cit, h 168
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi PENERAPAN PRINSIP NON-DISCRIMINATION BAGI PENGUNGSI ROHINGYA DI INDONESIA
WINNER NABILLA JATYPUTRI
57
Indonesia dalam memproses pencari suaka dan pemohon pengungsi di
Indonesia.Hal tersebut dilakukan agar para pengungsi tidak dikembalikan
kenegara asalnya dan guna mendapatkan perlindungan internasional.68
Setelah
kerjasama tersebut, Pemerintah Indonesia selalu melakukan kerjasama mengenai
pemasalahan pengungsi yang masuk ke Indonesia.
Mengenai kasus-kasus permohonan pengungsi di Indonesia, mengingat
Indonesia belum meratifikasi Konvensi Pengungsi 1951, maka pihak pemerintah
Indonesia melimpahkan persoalan ini sepenuhnya kepada UNHCR.Selanjutnya
lembaga ini melakukan serangkaian prosedur tetap guna penentuan status
pengungsi pemohon.UNHCR mengidentifikasi sesuai kebutuhan perlindungan
mereka. Pihak UNHCR akan memberikan izin tinggal di Indonesia dengan
sepersetujuan Pemerintah Indonesia sampai dengan mereka mendapatkan
penempatannya.
Dalam melaksanakan tugasnya, UNHCR melaksanakan kerjasama dengan
mitra kerjanya yang memiliki perwakilan di Indonesia. Bantuan yang diberikan
oleh UNHCR kepada pengungsi di Indonesia antara lain berupa makanan,
kesehatan, konseling serta kebutuhan lainnya yang diperlukan. Jika dijelaskan
dengan bagan, tugas pokok UNHCR di Indonesia dapat digambarkan sebagai
berikut:
68Wagiman.Op.Cit, h. 190
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi PENERAPAN PRINSIP NON-DISCRIMINATION BAGI PENGUNGSI ROHINGYA DI INDONESIA
WINNER NABILLA JATYPUTRI
58
Sumber: Hukum Pengungsi Internasional, Wagiman, 2012
Kerjasama antara Pemerintah Indonesia dan UNHCR akan terus terjalin
selama masih ada konflik Internasional serta masih ada banyak korban yang
merasa dirugikan dari adanya perang tersebut. Sebisa mungkin Pemerintah
Indonesia dan UNHCR akan selalu memberikan bantuan serta perlindungan bagi
seluruh masyarakat Internasional yang membutuhkan perlindungan hukum yang
berada di wilayah teritorial Negara Indonesia, agar para korban merasa aman dan
nyaman untuk bertempat tinggal sementara di Indonesia sebelum mereka
ditempatkan ke negara ketiga atau jika dimungkinkan dapat dikembalikan ke
negara asalnya.
3.3 Peranan Pemerintah dalam Penyelesaian Persoalan Pengungsi
Rohingya di Indonesia
Letak geografis Indonesia sangat strategis sebagai negara transit bagi para
pengungsi lintas batas negara. Hal tersebut tidak terlepas dari letak Indonesia yang
memiliki banyak pelabuhan kapal laut yang berbatasan dengan negara lain,
United Nations High Commissioner for Refugees
(UNHCR)
A subsidiary organ of The United Nations General Assembly
Primary mandate
Responsibility is the protection of refugees
And solution to the Problems of refugees
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi PENERAPAN PRINSIP NON-DISCRIMINATION BAGI PENGUNGSI ROHINGYA DI INDONESIA
WINNER NABILLA JATYPUTRI
59
terutama perbatasan Kalimantan Barat dengan Sabah Malaysia, Australia di
bagian selatan, juga bagian timur dengan Negara Timor Leste. Terdapat 79 pintu
perbatasan legal yang terdapat di Indonesia di luar jalur-jalur tikus.Terdapat dua
rute yaitu jalur barat dan jalur timur. Jalur barat melalui Medan, Jambi, Batam,dan
Lampung. Rute jalur timur melalui Bau-Bau Sulawesi Tenggara.69
Banyaknya pengungsi yang masuk ke Indonesia yang tinggal cukup lama
di Indonesia membuat pemerintah Indonesia dipaksa untuk segera menyelesaikan
persoalan ini. Kerjasama banyak dilakukan oleh Kementerian Hukum dan HAM
melalui Dirjen Imigrasi, Kanwil Hukum dan HAM dengan polda-polda serta
Kedutaan Besar Perwakilan Negara sahabat terkait dengan penekanan angka
penyelundupan dan perdagangan manusia.70
Fungsi polisi dalam struktur kehidupan masyarakat adalah sebagai
pengayom masyarakat, penegakkan hukum serta memiliki tanggung jawab secara
khusus untuk memelihara ketertiban masyarakat dan menangani kejahatan baik
dalam bentuk tindakan kejahatan transnasional maupun pencegahan kejahatan
transnasional. Hal tersebut sesuai dengan Undang-undang No. 2 tahun 2002
tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia.71
Dengan dilandasi oleh peran dan tanggung jawab sebagai pemelihara
keamanan tersebut, Polri memiliki tugas-tugas yang mencakup sejumlah tindakan
yaitu bersifat pre-emptif (penangkalan), preventif (pencegahan), dan represif
69 Wagiman, Op.Cit, h. 166 70
Kompas, 13 Mei 2009 71Lihat Undang-undang No. 2 tahun 2002 pasal 5 ayat (1)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi PENERAPAN PRINSIP NON-DISCRIMINATION BAGI PENGUNGSI ROHINGYA DI INDONESIA
WINNER NABILLA JATYPUTRI
60
(penanggulangan) yang sesuai dengan fungsi polisi dalam konteks
universal.72
Tugas pre-emptif diarahkan untuk menciptakan kondisi yang kondusif
dengan caramencermati atau medeteksi lebih awal, seperti faktor-faktor korelatif
kriminogen yang berpotensi menjadi penyebab, pendorong, dan peluang
terjadinya gangguan keamanan dan ketertiban di masyarakat.
Tugas preventif lebih mengarah pada mencegah terjadinya gangguan
keamanan dan ketertiban melalui kehadiran polisi di tengah
masyarakat.Sedangkan tugas represif adalah pada upaya penindakan hukum jika
gangguan keamanan dan ketertiban tersebut terlanjur terjadi guna mengembalikan
pada situasi yang kondusif.73
Direktorat Jenderal Imigrasimenyediakan rudenim yang tersebar di
beberapa daerah untuk menampung sementara para pengungsi. Fungsi
pengawasan Ditjen Imigrasi dilakukan untuk mencegahterjadinya pelanggaran
hukum yang dilakukan oleh pengungsi.74
Negara mempunyai tanggung jawab atas seluruh warga negara yang
berada dalam wilayahnya, termasuk warga negara asing yang masuk tanpa izin
resmi untuk masuk ke dalam wilayahnya. Menurut ketentuan Hukum HAM
Internasional, setiap orang mendapatkan kebebasan tanpa adanya tekanan dari
pihak lain untuk melanjutkan hidupnya. Oleh karena itu, pengungsi yang berada di
72Dinda.Lock.Cit., hlm. 24; Lihat juga Djanisius Djamin. 2007. Pengawasan dan Pelaksanaan Undang-Undang Lingkungan Hidup: Suatu Analisis Sosial. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. P 54 73
Ibid. 74
Hasil wawancara non-formal dengan Ibu Masniati, S.H. (Kepala Seksi Administrasi dan Registrasi Rumah Detensi Imigrasi Kab. Gowa)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi PENERAPAN PRINSIP NON-DISCRIMINATION BAGI PENGUNGSI ROHINGYA DI INDONESIA
WINNER NABILLA JATYPUTRI
61
wilayah Indonesia harus mendapatkan perlindungan penuh dari Pemerintah
Indonesia.Pemerintah Indonesia seharusnya dapat bersikap adil dalam menyikapi
banyaknya pengungsi yang banyak masuk ke wilayah Indonesia.
Sesuai dengan ketentuan Hukum Hak Asasi Manusia Internasional yang
telah disepakati oleh banyak negara termasuk Indonesia, semua orang memiliki
hak-hak dasar yang harus dipenuhi dan dijaga serta tidak dapat dirampas oleh
orang lain. Sehingga seluruh pengungsi ini tanpa terkecuali seharusnya
mendapatkan perlindungan yang layak dari pemerintah Indonesia.
3.4 Penerapan Konvensi Pengungsi 1951 dan Protokol Tambahan 1967
Terkait Perlindungan Hukum bagi Pengungsi di Indonesia
Indonesia merupakan negara yang belum meratifikasi Konvensi Pengungsi
1951 serta Protokol Tambahan 1967. Sehingga, dalam kaitannya menangani
permasalahan pengungsi di Indonesia, pemerintah menggunakan prinsip-prinip
hukum umum serta perundang-undangan yang berlaku di Indonesia. Sampai saat
ini, Indonesia belum mempunyai perundang-undangan khusus yang mengatur
mengenai pengungsi yang berada di Indonesia.
Namun, meskipun belum meratifikasi, keberlakuan kedua sumber hukum
internasional ini harus dihormati dan wajib dilaksanakan oleh semua negara
termasuk Indonesia.Karena perjanjian internasional tersebut berisi mengenai
prinsip hukum umum yang mengatur mengenai hak dasar setiap individu yaitu
HAM yang keberadaannya tidak dapat dicabut oleh siapapun. Sehingga
berdasarkan prinsip tersebut, Indonesia sebagai salah satu negara yang
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi PENERAPAN PRINSIP NON-DISCRIMINATION BAGI PENGUNGSI ROHINGYA DI INDONESIA
WINNER NABILLA JATYPUTRI
62
menjunjung tinggi HAM harus dapat melaksanakan tugas perlindungan bagi para
pengungsi yang berada di Indonesia sesuai aturan yang dijelaskan dalam
Konvensi Pengungsi 1951. Di Indonesia didirikan sebuah badan untuk melindungi
hak-hak dasar setiap individu yang berada di Indonesia, lembaga ini benama
Komisi HAM.Komisi HAM didirikan dengan tujuan untuk mengembangkan
kondisi yang kondusif bagi pelaksanaan HAM di Indonesia.
Lembaga ini tidak hanya melindungi HAM Warga Negara Indonesia saja,
namun juga dapat melindungi Warga Negara Asing yang berada di Indonesia agar
tidak ada perlakuan diskriminasi yang dilakukan oleh oknum pemerintah
Indonesia.
Dalam pelaksanaan menegakan HAM di dunia internasional, sering
muncul beberapa kendala yang menyebabkan suatu perjanjian internasional di
bidang HAM tidak dapat dilaksanakan oleh negara setelah diikuti, yaitu:75
1. Perancangan dan pembentukan berbagai perjanjian internasional di
bidang HAM yang sangat terdeviasi oleh kerangka berpikir dari
perancang, bahkan perancang kerap tidak memperhatikan infrastuktur
pendukung bagi implementasi yang efektif;
2. Kendala pada saat perjanjian internasional diperdebatkan;
3. Tujuan pembentukan perjanjian internasional di bidang HAM yang
dibuat tidak untuk tujuan mulia menghormati HAM melainkan untuk
tujuan politis; dan
75Ibid, h. 71
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi PENERAPAN PRINSIP NON-DISCRIMINATION BAGI PENGUNGSI ROHINGYA DI INDONESIA
WINNER NABILLA JATYPUTRI
63
4. Perjanjian internasional di bidang HAM setelah diikuti kerap hanya
mendapatkan perhatian secara setengah hati oleh negara berkembang.
3.5 Penyelesaian Masalah Pengungsi Rohingya di Indonesia
3.5.1 Penerapan Prinsip Non-discrimination bagi Pengungsi Rohingya di
Indonesia
Dalam hukum internasional, khususnya hukum humaniter internasional
yang melindungi hak asasi manusia, terdapat sebuah hal fundamental dalam
sistem penyamarataan perlakuan internasional bagi para pengungsi
(refugee) seperti pengungsi perang, pengungsi yang terancam keselamatannya
dalam suatu nergara berkonflik, dan pencari suaka (asylum seeker), hal tersebut
adalah prinsipnon-discrimination. Prinsip Non-Discrimination merupakan salah
satu prinsip hukum internasional yang paling penting dalam penerapan Hukum
Pengungsi Internasional. Prinsip Non-Discrimination dijelaskan dalam beberapa
instrumen hukum internasional, antara lain:
Dalam Pasal 2 DUHAM dijelaskan bahwa: “Setiap orang berhak atas
semua hak dan kebebasan yang tercantum dalam Deklarasi ini tanpa pengecualian
apapun”.
Dalam Pasal 2 ICCPR 1966 dijelaskan pula bahwa:“Setiap negara pihak
dari kovenan ini berjanji untuk menghormati dan menjamin hak-hak yang diakui
dalam kovenan ini bagi semua orang yang berada dalam wilayahnya dan tunduk
pada wilayah hukumnya, tanpa pembedaan apapun.”
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi PENERAPAN PRINSIP NON-DISCRIMINATION BAGI PENGUNGSI ROHINGYA DI INDONESIA
WINNER NABILLA JATYPUTRI
64
Dalam pembukaan Konvensi Pengungsi 1951 disebutkan bahwa negara
diharuskan untuk memberikan perlindungan atas hak-hak dasar para pengungsi
dan memberikan kebebasan tanpa adanya diskriminasi.76
Namun dalam
keberlakuannya, prinsip ini dapat berkembang dan dinamis sesuai perkembangan
zaman serta pada kasus-kasus baru.
Penerapan prinsip Non-Discrimination dalam kaitannya dengan
perlindungan pengungsi yang berada di Indonesia adalah, setiap warga negara
yang berada di dalam yurisdiksi wilayah Indonesia wajib mendapatkan
perlindungan serta perlakuan yang sama oleh pemerintah Indonesia tanpa
terkecuali. Pemberian perlindungan serta tidak adanya diskriminasi bagi seluruh
warga negara juga merupakan salah satu contoh penerapan dari hukum hak asasi
manusia internasional yang saat ini telah menjadi salah satu hukum kebiasaan
internasional.
Dalam kaitannya dengan penerapan prinsip Non-Discriminationdalam
Hukum Pengungsi Internasional, menurut penulis, semua masyarakat
Internasional saat ini memiliki hak dasar yang harus dihormati dan hak tersebut
tidak dapat dirampas oleh siapapun, hak dasar tersebut adalah Hak Asasi Manusia.
Hak Asasi Manusia inilah yang seharusnya menjadi dasar bagi Pemerintah
Indonesia dalam memberikan perlindungan terhadap semua warga negara asing
yang masuk ke Indonesia tanpa terkecuali dan tanpa membedakan status mereka.
76
Erika Feller, International Refugee Protection 50 years on: The Protection Challenges of the Past, Present and Future, ICRC, September 2001, Vol. 83, No. 843, h. 594
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi PENERAPAN PRINSIP NON-DISCRIMINATION BAGI PENGUNGSI ROHINGYA DI INDONESIA
WINNER NABILLA JATYPUTRI
65
Sebagai salah satu negara yang cinta damai, penerapan penghormatan
terhadap Hak Asasi Manusia merupakan suatu hal yang wajib dilakukan oleh
Pemerintah Indonesia.Penghormatan atas Hak Asasi Manusia ini harus dilakukan
dengan sebaik mungkin.
Prinsip non-discrimination adalah prinsip yang sangat dibutuhkan oleh
para pengungsi dan pencari suaka yang pergi meninggalkan tempat asal mereka
untuk mencari tempat yang lebih aman. Dengan prinsip yang didukung dan
diterima oleh masyarakat internasional, para pengungsi dan pencari suaka bisa
mendapatkan perlindungan internasional dibawah negara tempat mereka
mengungsi. Prinsip ini seharusnya diterapkan untuk seluruh pengungsi yang
membutuhkan bantuan dan perlindungan, karena masih banyak pengungsi di
dunia ini yang kabur dari zona konflik belum mendapatkan perlindungan yang
mereka butuhkan. Prinsip non-discrimination ini harus diterapkan secara adil dan
rata tanpa adanya pengecualian apapun.
3.5.2 Jaminan Perlindungan Hukum Bagi Pengungsi Rohingya di
Indonesia
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya oleh penulis, di dalam hukum
internasional terdapat hukum mengenai Hak Asasi Manusia, di dalamnya terdapat
beberapa dasar hukum mengenai perlindungan HAM internasional baik dari
perjanjian, konvensi, maupun hukum kebiasaan internasional. Jaminan
perlindungan keamanan bagi Pengungsi Rohingya dan pengunsi lainnya yang
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi PENERAPAN PRINSIP NON-DISCRIMINATION BAGI PENGUNGSI ROHINGYA DI INDONESIA
WINNER NABILLA JATYPUTRI
66
berada di Indonesia diatur didalam peraturan perundangan Indonesia.Indonesia
memiliki Undang-Undang mengenai HAM, didalamnya tercantum hak-hak yang
diperoleh oleh seorang individu diantaranya adalah hak untuk hidup dan hak
untuk merdeka tanpa adanya tekanan dari salah satu pihak.
Ada beberapa instrumen hukum Indonesia yang kemudian dapat
diterapkan bagi pengungsi internasional yang berada di wilayah Indonesia, yakni:
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1946 tentang
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
Pasal 2 :
“Ketentuan pidana dalam perundang-undangan Indonesia diterapkan bagi
setiap orang yang melakukan sesuatu tindak pidana di Indonesia”
Pasal 170 :
(1) Barang siapa dengan terang-terangan dan dengan tenaga bersama
menggunakan kekerasan terdahap orang atau barang, diancam dengan
pidana penjara paling lama lima tahun enam bulan
(2) Yang bersalah diancam:
1. Dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun, jika ia dengan
sengaja menghancurkan barang atau jika kekerasan yang digunakan
mengakibatkan luka-luka;
2. Dengan pidana penjara paling lama sembilan tahun, jika kekerasan
mengakibatkan luka berat;
3. Dengan pidana penjara paling lama dua belas tahun, jika kekerasan
mengakibatkan maut.
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2011 tentang
Keimigrasian
Pasal 113:
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi PENERAPAN PRINSIP NON-DISCRIMINATION BAGI PENGUNGSI ROHINGYA DI INDONESIA
WINNER NABILLA JATYPUTRI
67
“Setiap orang yang dengan sengaja masuk atau keluar wilayah
Indonesia yang tidak melalui pemeriksaan oleh pejabat imigrasi di
tempat pemeriksaan imigrasi sebagaimana dimaksud dalam pasal 9
ayat (1) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp100.000.000,00
(seratus juta rupiah).”
3. Surat Edaran Dirjen Imigrasi Nomor F-IL.01.10-1297, tanggal 20
September 2002, Perihal Penanganan Terhadap Orang Asing yang
Menyatakan Diri sebagai Pencari Suaka dan Pengungsi
a) Secara umum melakukan penolakan kepada orang asing yang datang
memasuki wilayah Indonesia, yang tidak memenuhi persyaratan sesuai
dengan ketentuan yang berlaku;
b) Apabila terdapat orang asing yang menyatakan keinginan untuk
mencari suaka pada saat tiba di Indonesia, agar tidak dikenakan
tindakan keimigrasian berupa pendeportasian ke wilayah negara yang
mengancam kehidupan dan kebebasannya;
c) Apabila diantara orang asing dimaksud diyakini terdapat indikasi
sebagai pencari suaka atau pengungsi, agar saudara menghubungi
organisasi internasional masalah pengungsianatau United Nations
High Commissioner for Refugees (UNHCR) untuk penentuan
statusnya.
Berdasarkan prinsip HAM Internasional, semua Warga Negara tanpa
terkecuali mendapatkan hak-hak dasarnya untuk hidup bebas dan merdeka tanpa
mendapatkan tekanan dari pihak manapun.Hukum HAM Internasional
dimaksudkan sebagai perlindungan terhadap hak-hak individu atau kelompok
yang dilindungi secara internasional dari pelanggaran, terutama yang dilakukan
oleh pemerintah atau aparat suatu negara.77
Oleh karenanya, perlindungan hak asasi manusia dalam konteks hukum
pengungsi setidaknya berhubungan dengan tiga hal, antara lain:
77
Rudi M. Rizki, Pokok-Pokok Hukum Hak Asasi Manusia Internasional, Seri Bahan Bacaan Kursus HAM Tahun 2005, Lembaga Studi dan Advokasi Masyarakat, Jakarta, h. 1
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi PENERAPAN PRINSIP NON-DISCRIMINATION BAGI PENGUNGSI ROHINGYA DI INDONESIA
WINNER NABILLA JATYPUTRI
68
1. Perlindungan terhadap penduduk sipil akibat konflik bersenjata;
2. Perlindungan secara umum yang diberikan kepada penduduk sipil
dalam keadaan biasa; dan
3. Perlindungan terhadap pengungsi baik IDP‟s maupun pengungsi lintas
batas.78
Pengajuan suaka ataupun permohonan pengungsi merupakan bagian dari
hak asasi manusia. Hal tersebut dijelaskan di dalam Article 13 Paragraph 2
Universal Declaration of Human Right 1948 yang menyebutkan “Everyone has
the right to leave country, including his own, and to return to his country”. Selain
itu, hak kebebasan untuk memilih tempat tinggal atau negara juga dijelaskan pada
Declaration of Territorial Asylum 1967 yang menyatakan:
1. Everyone has the right to seek and to enjoy in other countries asylum
from persecution.
2. This right may not be invoked in the case of persecutions genuinely
arising from non-political crimes or acts contrary to the purposes and
principle of the United Nations.
Selain itu, Konvensi Pengungsi 1951 mencantumkan daftar hak dan
kebebasan asasi yang sangat dibutuhkan oleh pengungsi.Indonesia sebagai salah
satu negara peserta konvensi wajib melaksanakan hak-hak dan kewajiban tersebut
walaupun Indonesia belum meratifikasinya karena konvensi tersebut berubah
menjadi kebiasaan intenasional yang harus ditaati semua negara. Dari penjelasan
beberapa pasal mengenai perlindungan HAM bagi para pengungsi ini maka
Indonesia sebagai salah satu negara yang disinggahi oleh beberapa golongan
78
Koesparmo Irsan, Pengungsi Internal dan Hukum Hak Asasi Manusia, Komisi HAM, Jakarta, 2007, h. 6-7
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi PENERAPAN PRINSIP NON-DISCRIMINATION BAGI PENGUNGSI ROHINGYA DI INDONESIA
WINNER NABILLA JATYPUTRI
69
pengungsi hendaknya tetap memperlakukan mereka sesuai dengan HAM
Internasional yang mereka memiliki tanpa melihat dan mendiskriminasikan status
personal mereka.
Selain dari aspek HAM Internasional, faktor penting lainnya adalah
Pemerintah Indonesia dalam rangka pemberian perlindungan terhadap para
pengungsi juga wajib bekerjasama dengan negara asal pengungsi maupun
lembaga-lembaga kemanusiaan yang berkaitan dengan masalah pengungsi. Hal ini
bertujuan agar para pengungsi mendapatkan perlakuan serta keputusan yang
terbaik bagi kehidupan mereka di masa yang akan datang, kerjasama dengan
lembaga internasional ini juga harus dikedepankan pertimbangan kemanusiaan
tanpa adanya kepentingan politik.
Jaminan perlindungan hukum bagi semua pengungsi yang berada di dalam
wilayah territorial Indonesia dituangkan juga dalam Keputusan Presiden Republik
Indonesia No. 3 Tahun 2001 tentang Badan Koordinasi Nasional Penanggulangan
Bencana dan Penanganan Pengungsi yang berisi bahwa apapun alasan dan latar
belakang terjadinya pengungsian, pemerintah perlu segera mengupayakan dan
penanganannya secara cepat, tepat, terpadu, dan terkoordinasi melalui kegiatan
pencegahan, penyelamatan, rehabilitasi, dan rekonstruksi. Sehingga dengan
didirikannya badan ini, para pengungsi yang berada di wilayah Indonesia segera
mendapatkan penghidupan serta perlindungan hukum yang layak tanpa
memandang latar belakang mereka.
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi PENERAPAN PRINSIP NON-DISCRIMINATION BAGI PENGUNGSI ROHINGYA DI INDONESIA
WINNER NABILLA JATYPUTRI