Post on 10-Mar-2019
29
BAB III METODE PENELITIAN
A. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini berlokasi di Kabupaten Garut, Provinsi Jawa Barat bagian
Selatan yang terletak pada koordinat 6º56'49'' - 7 º45'00'' Lintang Selatan dan
107º25'8'' - 108º7'30'' Bujur Timur. Kabupaten Garut memiliki luas wilayah
sebesar 306.519 Ha (3.065,19 km²) dengan batas wilayah sebagai berikut:
1. Utara : Kabupaten Bandung dan Kabupaten Sumedang
2. Timur : Kabupaten Tasikmalaya
3. Selatan : Samudera Indonesia
4. Barat : Kabupaten Bandung dan Kabupaten Cianjur
Gambar 3.1. Peta Wilayah Kabupaten Garut
30
Kabupaten Garut yang secara geografis berdekatan dengan Kota Bandung
sebagai ibukota provinsi Jawa Barat, merupakan daerah penyangga dan hitterland
bagi pengembangan wilayah Bandung Raya. Oleh karena itu, Kabupaten Garut
mempunyai kedudukan strategis dalam memasok kebutuhan warga Kota dan
Kabupaten Bandung serta berperan dalam mengendalikan keseimbangan
lingkungan.
Adapun penelitian ini dilaksanakan mulai dari bulan April sampai dengan
Agustus 2010 dengan rincian penelitian sebagai berikut:
Tabel 3.1 Waktu Penelitian
No Jenis Kegiatan Alokasi waktu dalam bulan (tahun 2010) April Mei Juni Juli Agustus
1 Pra penelitian
a. Studi literatur b. Observasi
2
Penelitian a. Studi literatur b. Wawancara c. Observasi
3 Penyusunan Laporan Sumber: Diolah Peneliti Tahun 2010
B. Desain Penelitian
“Desain penelitian adalah semua proses yang diperlukan dalam perencanaan
dan pelaksanaan penelitian” (Moh. Nazir PH. D, 1988: 99). “Dalam pengertian
yang lebih sempit, desain penelitian hanya mengenai pengumpulan dan analisa
data saja” (E. A. Suchman, 1967).
Proses desain penelitian terdiri dari dua bagian, yaitu perencanaan penelitian dan pelaksanaan penelitian atau proses oprasional penelitian. Proses perencanaan penelitian dimulai dari identifikasi, pemilihan serta rumusan masalah sampai dengan perumusan hipotesa serta kaitannya dengan teori dan
31
kepustakaan yang ada. Proses selebihnya merupakan tahap oprasional dari penelitian (Moh. Nazir PH. D, 1988: 100).
Desain penelitian yang digunakan adalah desain penelitian deskriptif dengan
pendekatan kualitatif kuantitatif. Berikut ini adalah beberapa teori yang
berhubungan dengan desain penelitian yang ditentukan:
Penelitian deskriptif adalah studi untuk menemukan fakta dengan interpretasi yang tepat. Dalam desain studi deskriptif ini, termasuk desain untuk formulatif dan eksploratif yang berkehendak hanya untuk mengenal fenomena-fenomena untuk keperluan studi selanjutnya. Dalam studi deskriptif juga termasuk: Studi untuk melukiskan secara akurat sifat-sifat dari beberapa fenomena, kelompok atau individu; Studi untuk menentukan frekuensi terjadinya suatu keadaan untuk meminimisasikan bias dan memaksimumkan reliabilitas (Moh. Nazir PH. D, 1988: 105).
Pendekatan kualitatif adalah suatu proses penelitian dan pemahaman yang berdasarkan pada metodologi yang menyelidiki suatu fenomena sosial dan masalah manusia. Pada pendekatan ini, peneliti membuat suatu gambaran kompleks, meneliti kata-kata, laporan terinci dari pandangan responden, dan melakukan studi pada situasi yang alami (Creswell, 1998: 15).
Bogdan dan Taylor mengemukakan bahwa ‘metodologi kualitatif
merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-
kata tertulis maupun lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati’ (Moleong,
2007: 3).
Penelitian kuantitaif menurut Dean Winchester dalam buku yang ditulis oleh
Indrayanto adalah ‘penelitian yang ilmiah dan sistematis terhadap bagian-bagian
dan fenomena serta hubungannya dengan bertujuan untuk menggunakan model-
model sistematis, teori-teori dan hipotesis yang dikaitkan dengan fenomena alam’
(Dean Winchester, tth). “Pendekatan kualitatif adalah pendekatan penelitian yang
berpijak pada pandangan positivisme yang intinya menekankan pada hal-hal yang
bersifat kongkrit, uji empiris dan fakta-fakta yang nyata” (Uep Tatang Sontanin,
2010: 9).
32
C. Variabel Penelitian
Penelitian ini tidak menggunakan variabel penelitian seperti halnya
penelitian-penelitian kuantitatif lainnya melainkan mengunakan indikator karena
hanya memiliki variabel tunggal yaitu pembangunan kepariwisataan di Kabupaten
Garut. “Variabel adalah konsep yang mempunyai bermacam-macam nilai” (Moh.
Nazir, 1988: 149). “variabel adalah karakteristik yang akan diobservasi dari
satuan pengamatan” (Ating Somantri, 2006: 27). “Indikator adalah sesuatu yang
dapat memberikan petunjuk atau keterangan” (Kamus Besar Bahasa Indonesia,
2003: 430). Indikator merupakan alat untuk mengukur kegiatan yang sudah
dilakukan atau mengukur variabel yang mau dijelaskan (Uep Tatang Sontanin,
2010: 95). Indikator tersebut didukung oleh beberapa komponen, sub komponen,
dan sub indikator penelitian sebagaimana tertera pada tabel berikut ini:
33
Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Penelitian
Indikator komponen Sub komponen Keterangan Pembangunan kepariwisataan
Kebijakan, program, dan kegiatan pembangunan kepariwisataan
RPJMD (Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah)
Studi dokumenter
Peran instansi pemerintah daerah dan pihak terkait
Koordinasi pembangunan Wawancara dan studi dokumenter Kerja sama pembangunan Wawancara dan studi dokumenter
Kendala pembangunan Praperencanaan Wawancara dan studi dokumenter Pasca perencanaan Wawancara dan studi dokumenter
Komponen pembangunan Aksesibilitas Observasi dan wawancara Fasilitas pelayanan Observasi dan wawancara Atraksi/Objek wisata Observasi dan wawancara Perizinan usaha Wawancara dan studi dokumenter Informasi dan promosi Observasi dan wawancara Pengendalian dan pengarahan wawancara
Sumber : Diolah Peneliti Tahun 2010
D. Alat Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan alat pengumpulan data berupa tape recorder
untuk merekam pembicaraan pada saat wawancara dengan responden, kamera
untuk memvisualisasikan objek-objek yang dibutuhkan seperti objek wisata, jalan,
fasilitas wisata, dan lain-lain serta seperangkat alat tulis untuk mencatat hal-hal
yang dianggap perlu.
Untuk meningkatkan ketepatan pengamatan, maka ada beberapa cara yang dapat ditempuh, antara lain: Peneliti menggunakan tape recorder untuk merekam pembicaraan; Peneliti menggunakan kamera; Pengamat bukan terdiri dari satu orang saja, tetapi terdiri lebih dari satu orang. Dalam hal ini masing-masing pengamat mencatat fenomena, dan nanti catataan masing-masing dibandingkan (Moh. Nazir Ph. D, 1988: 218)
E. Populasi dan Sampel
‘Populasi adalah kelompok elemen yang lengkap, yang biasanya berupa
orang, objek, transaksi, atau kejadian di mana kita tertarik untuk mempelajarinya
atau menjadi objek penelitian’ (Kuncoro, 2003). Sedangkan Cooper dan Emory
(1997) mengungkapkan bahwa ‘populasi adalah seluruh kumpulan elemen yang
dapat kita gunakan untuk membuat beberapa kesimpulan. Elemen adalah subjek di
mana pengukuran tersebut dilakukan’. Sedangkan sampel adalah “sebagian dari
jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi” (Moh. Nazir PH. D, 1988:
325).
Populasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah semua instansi
pemerintah daerah Kabupaten Garut. Sedangkan teknik sampling yang digunakan
adalah non-probability sampling. “Teknik non-probability sampling adalah teknik
yang tidak memberikan peluang/kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota
populasi untuk dipilih menjadi sampel” (Moh. Nazir PH. D, 1988).
39
Sampling nonprobabilitas (non-probability sampling) merupakan pemilihan sampel yang dilakukan dengan pertimbangan peneliti, sehingga dengan tipe sampling non-probability ini membuat semua anggota populasi tidak mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih sebagai anggota sampel (Ating Somantri dan Sambas Ali Muhidin, 2006: 82).
Berikut ini adalah sampel untuk wawancara dengan instansi pemerintah
derah yang diambil berdasarkan Tugas Pokok dan Fungsi (TUPOKSI) pemerintah
daerah Kabupaten Garut yang berhubungan dengan pembangunan kepariwisataan:
1. Dinas-dinas
a. Dinas Perumahan, Tata Ruang dan Cipta Karya
b. Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan UKM
c. Dinas Perhubungan
d. Dinas Kehutanan
e. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
f. Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelautan
g. Dinas Sumber Daya Air dan Pertambangan
h. Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura
2. Lembaga Teknis Daerah dan Inspektorat dan Lembaga Lainnya
a. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
b. Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup
c. Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu
F. Teknik Pengumpulan Data
Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian adalah
teknik observasi, wawancara, dan studi dokumenter. Teknik tersebut berdasar
pada teori yang diungkapkan oleh para ahli sebagai berikut:
Teknik observasi, yaitu teknik pengumpulan data dimana peneliti mengadakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap objek yang diteliti; Teknik wawancara, yaitu teknik pengumpulan data dari responden atas dasar inisiatif pewawancara dengan menggunakan alat berupa pedoman atau schedule wawancara, yang dilakukan secara tatap muka (personal, face to interview) maupun melalui telepon (telephone interview); Pemeriksaan dokumentasi/studi dokumenter, dilakukan dengan meneliti bahan dokumentasi yang ada dan mempunyai relevansi dengan tujuan penelitian (Ating Somantri dan Sambas Ali Muhidin, 2006: 32, 33).
G. Prosedur dan Teknik Analisis Pengolahan Data
Semua data dan informasi yang terkumpul sesuai dengan kebutuhan
pemecahan rumusan masalah kemudian dianalisis menggunakan SWOT untuk
menghasilkan beberapa strategi dalam pembangunan kepariwisataan di Kabupaten
Garut. Adapun beberapa pengertian analisis SWOT menurut para ahli adalah
sebagai berikut:
Analisis SWOT dimaksudkan untuk mengidentifikasi faktor internal (kekuatan dan kelemahan), faktor eksternal (peluang dan ancaman) yang dihadapi, sehingga strategi kebijakan dapat dirumuskan. Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan dan peluang, namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan dan ancaman (Rangkuti, 2000: 18-20).
Analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, Threats) adalah suatu
metode perencanaan strategi yang digunakan untuk mengevaluasi kekuatan,
kelemahan, peluang dan ancaman dalam suatu kegiatan atau organisasi. Berikut
ini adalah penjelasan satu persatu untuk analisis SWOT:
1. Strength (kekuatan) merupakan kondisi internal yang menunjang suatu
organisasi untuk mencapai objektif yang diinginkan.
2. Weakness (kelemahan) merupakan kondisi internal yang menghambat suatu
organisasi untuk mencapai suatu objektif yang diinginkan.
3. Opportunity (peluang) merupakan kondisi eksternal yang menunjang suatu
organisasi untuk mencapai objektifnya.
4. Threats (ancaman) merupakan kondisi eksternal yang menghambat suatu
organisasi untuk mencapai objektifnya.
Pendekatan dalam analisis SWOT terdiri dari dua pendekatan, yaitu
Pendekatan Kualitatif Matriks SWOT dan Pendekatan Kuantitatif Analisis
SWOT. Berikut ini adalah penjelasan mengenai kedua pendekatan tersebut:
1. Pendekatan Kualitatif Matriks SWOT
Pendekatan kualitatif matriks SWOT sebagaimana dikembangkan oleh
Kearns menampilkan delapan kotak, yaitu dua paling atas adalah kotak faktor
eksternal (peluang dan tantangan) sedangkan dua kotak sebelah kiri adalah faktor
internal (kekuatan dan kelamahan). Empat kotak lainnya merupakan kotak isu-isu
strategis yang timbul sebagai hasil titik pertemua antara faktor-faktor internal dan
eksternal. Berikut ini adalah matriks SWOT yang dimaksud:
Tabel 3.3 Matriks SWOT
Internal Eksternal
Kekuatan (S) Kelemahan (W)
Peluang (O) S/O W/O
Ancaman (T) S/T W/T
Sumber: Rangkuti Tahun 2000
Penjelasan untuk matriks tersebut adalah sebagai berikut:
a. Comparative Advantages (SO). Sel ini merupakan pertemuan dua elemen
kekuatan dan peluang sehingga memberikan kemungkinan bagi suatu
organisasi untuk bisa berkembang lebih cepat.
b. Mobilization (ST). Sel ini merupakan interaksi antara ancaman dan
kekuatan. Di sini harus dilakukan upaya mobilisasi sumber daya yang
merupakan kekuatan organisasi untuk memperlunak ancaman dari luar
tersebut, kemudian merubah ancaman itu menjadi sebuah peluang.
c. Divestment/Investment (WO). Sel ini merupakan interaksi antara
kelemahan organisasi dan peluang dari luar. Situasi seperti ini
memberikan suatu pilihan pada situasi yang kabur. Peluang yang tersedia
sangat meyakinkan namun tidak dapat dimanfaatkan karena kekuatan
yang ada tidak cukup untuk menggarapnya.
d. Damage Control (WT). Sel ini merupakan kondisi yang paling lemah
dari semua sel karena merupakan pertemuan antara kelemahan organisasi
dengan ancaman dari luar, dan karenanya keputusan yang salah akan
membawa bencana yang besar bagi organisasi.
2. Pendekatan Kuantitatif Analisis SWOT
Data kualitatif SWOT di atas dapat dikembangkan secara kuantitatif melalui
perhitungan analisis SWOT yang dikembangkan oleh Pearce dan Robinson (1998)
yang bertujuan untuk mengetahui secara pasti posisi organisasi yang
sesungguhnya. Perhitungan tersebut dilakukan melalui lima tahap, yaitu:
a. Menentukan bobot (a) dan rating (b) dan skor (c = a x b) pada setiap faktor
SWOT.
b. Menentukan jumlah bobot, rating dan skor pada setiap faktor SWOT.
c. Melakukan pengurangan antara jumlah total faktor S dengan W (d) dan
faktor O dengan T (e); Perolehan angka (d = x) selanjutnya menjadi nilai
atau titik pada sumbu X, sementara perolehan angka (e = y) selanjutnya
menjadi nilai atau titik pada sumbu Y.
d. Mencari posisi organisasi yang ditunjukkan oleh titik (X,Y) di kuadran
SWOT.
e. Menentukan strategi dari masing-masing tiga peringkat tertinggi key
internal factor SWOT.
Berikut ini adalah gambar kuadran positioning matriks SWOT.
Gambar 3.2. Positioning Kuadran SWOT
Arti dari masing-masing kuadran tersebut, diuraikan sebagai berikut:
1. Kuadran I (positif, positif). Ini merupakan situasi yang sangat
menguntungkan, memiliki kekuatan dan peluang sehingga dapat
memanfaatkan peluang yang ada. Posisi ini menandakan sebuah organisasi
yang kuat dan berpeluang. Rekomendasi strategi yang ditawarkan adalah
“Progresif,” artinya organisasi dalam kondisi prima sehingga sangat
dimungkinkan untuk terus melakukan ekspansi, memperbesar pertumbuhan
dan meraih kemajuan secar secara maksimal.
Peluang (O)
Kekuatan (S)
Kelemahan (W)
Ancaman (T)
1. Strategi Bertumbuh Agresif 3. Strategi Stabil Pertumbuhan
4. Strategi Bertahan Hidup 2. Strategi diversifikasi
2. Kuadran II (positif, negatif). Meskipun menghadapi berbagai ancaman,
namun masih memiliki kekuatan dari segi internal. Strategi yang harus
diterapkan adalah menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang
jangka panjang dengan cara diversifikasi. Posisi ini menandakan sebuah
organisasi yang kuat namun menghadapi tantangan yang besar.
Rekomendasi strategi yang diberikan adalah “Diversifikasi Strategi,” artinya
organisasi dalam kondisi mantap namun menghadapi sejumlah tantangan
berat sehingga diperkirakan roda organisasi akan mengalami kesulitan untuk
terus berputar bila hanya bertumpu pada strategi sebelumnya. Oleh karena
itu, organisasi disarankan untuk segera memperbanyak ragam strategi
taktisnya.
3. Kuadran III (negatif, positif). Menghadapi peluang yang sangat besar tetapi
di lain pihak masih menghadapi beberapa kelemahan internal. Strategi yang
dapat diambil adalah meminimalkan kelemahan yang ada sehingga peluang
dapat dimanfaatkan. Posisi ini menandakan sebuah organisasi yang lemah
namun sangat berpeluang. Rekomendasi strategi yang diberikan adalah
“Ubah Strategi,” artinya organisasi disarankan untuk mengubah strategi
sebelumnya. Sebab, strategi yang lama dikhawatirkan sulit untuk dapat
menangkap peluang yang ada sekaligus memperbaiki kinerja organisasi.
4. Kuadran IV (negatif, negatif). Ini merupakan situasi yang sangat tidak
menguntungkan. Di satu sisi menghadapi ancaman eksternal dan di sisi lain
menghadapi kelemahan internal. Posisi ini menandakan sebuah organisasi
yang lemah dan menghadapi tantangan besar. Rekomendasi strategi yang
diberikan adalah “Strategi Bertahan,” artinya kondisi internal organisasi
berada pada pilihan dilematis. Oleh karena itu organisasi disarankan untuk
menggunakan strategi bertahan, mengendalikan kinerja internal agar tidak
semakin terperosok. Strategi ini dipertahankan sambil terus berupaya
membenahi diri. (Rangkuti, 2000: 20)
Alat yang dipakai untuk menyusun faktor-faktor strategis organisasi adalah
matrik SWOT. Matrik ini dapat menggambarkan secara jelas bagaimana peluang
dan ancaman dari luar yang dihadapi dapat disesuaikan dengan kekuatan dan
kelemahan yang dimiliki. Penelitian ini menghasilkan sintesa berupa strategi-
strategi dan rekomendasi bagi pemerintah daerah dalam hal pembangunan
kepariwisataan di Kabupaten Garut. Strategi tersebut keluar berdasarkan analisis
dari positioning di kuadran SWOT, apakah keberadaan instansi pemerintah daerah
dalam pembangunan kepariwisataan di Kabupaten Garut berada pada situasi yang
sangat menguntungkan, masih memiliki kekuatan dari segi internal, menghadapi
beberapa kelemahan internal, atau merupakan situasi yang sangat tidak
menguntungkan.
Penelitian ini menggunakan analisis penggabungan antara pendekatan
kuantitatif dan kualitatif SWOT dengan tahapan sebagai berikut:
1. Matriks External Factor Evaluation (EFE)
Matriks EFE digunakan untuk mengevaluasi faktor-faktor eksternal
perusahaan. Data eksternal dikumpulkan untuk menganalisis hal-hal menyangkut
persoalan ekonomi, sosial, budaya, demografi, lingkungan, politik, pemerintahan,
hukum, teknologi, persaingan di pasar industri dimana perusahaan berada, serta
data eksternal relevan lainnya. Hal ini penting karena faktor eksternal berpengaruh
secara langsung maupun tidak langsung terhadap organisasi.
Adapun tahapan kerjanya yaitu sebagai berikut:
a. Membuat daftar critical success factors (faktor-faktor utama yang
mempunyai dampak penting pada kesuksesan atau kegagalan usaha) untuk
aspek eksternal yang mencakup perihal opportunities (peluang) dan threats
(ancaman) bagi organisasi.
b. Menentukan bobot (weight) dari critical success factors tadi dengan skala
yang lebih tinggi bagi yang berprestasi tinggi dan begitu pula sebaliknya.
Jumlah seluruh bobot harus sebesar 1,0 dengan keterangan sebagai berikut:
0.05 = di bawah rata-rata
0.10 = rata-rata
0.15 = di atas rata-rata
0.20 = sangant kuat
Nilai bobot dicari dan dihitung berdasarkan rata-rata industrinya.
c. Menentukan rating dari critical success factors antara 1 sampai 4, dengan
keterangan sebagai berikut:
1 = di bawah rata-rata,
2 = rata-rata,
3 = di atas rata-rata,
4 = sangat bagus.
Rating ditentukan berdasarkan efektivitas strategi organisasi. Dengan
demikian, nilainya didasarkan pada kondisi organisasi.
d. Mengalikan bobot dengan nilai rating-nya untuk mendapatkan skor semua
critical success factors.
e. Jumlahkan semua skor untuk mendapatkan skor total bagi organisasi yang
dinilai. Skor total 4,0 mengindikasikan bahwa organisasi merespon dengan
cara yang luar biasa terhadap peluang-peluang yang ada dan menghindari
ancaman-ancaman yang diterimanya. Sementara itu, skor total sebesar 1,0
menunjukkan bahwa perusahaan tidak memanfaatkan peluang-peluang yang
ada atau tidak menghindari ancaman-ancaman eksternal.
2. Matriks Internal Factor Evaluation (IFE)
Matriks IFE digunakan untuk mengetahui faktor-faktor internal organisasi
berkaitan dengan kekuatan dan kelemahan yang dianggap penting. Data dan
informasi aspek internal organisasi dapat digali dari beberapa fungsional
organisasi, misalnya dari aspek manajemen, keuangan, SDM, pemasaran, sistem
informasi, dan produksi/operasi. Adapun tahapan kerjanya adalah sebagai berikut:
a. Beri rating (nilai) antara 1 sampai 4 bagi masing-masing faktor yang
memiliki nilai:
1 = sangat lemah,
2 = tidak begitu lemah,
3 = cukup kuat,
4 = sangat kuat.
b. Menentukan bobot (weight) dari critical success factors tadi dengan skala
yang lebih tinggi bagi yang berprestasi tinggi dan begitu pula sebaliknya.
Jumlah seluruh bobot harus sebesar 1,0 dengan keterangan sebagai berikut:
0.05 = di bawah rata-rata
0.10 = rata-rata
0.15 = di atas rata-rata
0.20 = sangat kuat
c. Kalikan antara bobot dan rating dari masing-masing faktor untuk
menentukan nilai skornya.
d. Jumlahkan semua skor untuk mendapatkan skor total bagi organisasi yang
dinilai. Nilai rata-rata adalah 2,5. Jika nilainya di bawah 2,5 menandakan
bahwa secara internal, perusahaan adalah lemah, sedangkan nilai yang
berada di atas 2,5 menunjukkan posisi internal yang kuat. Seperti halnya
pada matriks IFE terdiri dari cukup banyak faktor. Jumlah faktor-faktornya
tidak berdampak pada jumlah bobot karena ia selalu berjumlah 1,0.
3. Kesimpulan Analisis Faktor Internal dan Eksternal (KAFI dan KAFE)
Kesimpulan Analisis Faktor Internal dan Eksternal merupakan proses
penyaringan dari sekian banyak point yang dianalisis sehingga menghasilkan tiga
peringkat dengan skor terbesar sebagai sebuah setrategi organisasi. Seperti halnya
Matriks IFE dan EFE tahapan kerja KAFI dan KAFE pun sama. Akan tetapi
kriteria yang digunakannya berbeda, yaitu sebagai berikut:
a. Bobot menggunakan angka 1 – 20
b. Rating menggunakan angka 1 – 4
c. Skor merupakan hasil kali bobot dan rating
d. Ranking menggunakan peringkat I – VII
4. Matriks TOWS/SWOT
Matrik SWOT dapat menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman dari luar yang dihadapi dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimiliki. Analisis ini dilakukan dengan memasangkan faktor eksternal dan faktor internal sehingga dapat dirumuskan suatu kebijakan dan diambil dari Kesimpulan Analisis Faktor Internal dan Eksternal (KAFI dan KAFE) sehingga hanya tiga point terbesar yang selanjutnya dikolaburasikan. (Fred R. David dalam Husein Umar 2005: 249-253).
Setiap analisis akan memiliki beberapa kelemahan dan kelebihan yang
selanjutnya akan menjadi bahan pertimbangan bagi yang mempelajari hasil
analisis tersebut, begitupun dengan analisis SWOT yang tidak terlepas dari
kelemahan dan kelebihannya yaitu sebagai berikut:
1. Kelemahan Analisis SWOT
Analisis SWOT diperlukkan dalam penyususnan strategi organisasi agar
dapat mencapai tujuan dengan efektif dan efisien. Walaupun analisis SWOT
dianggap sebagai suatu hal yang penting namun kadang dalam analisis ini akan
menghadapi masalah yang meupakan kelemahan dari SWOT itu sendiri. Masalah-
masalah tersebut diantaranya:
a. The Missing link Problem, masalah ini timbul karena hilangnya unsur
keterkaitan, yaitu gagalnya menghubungkan evaluasi terhadap faktor
internal dan evaluasi terhadap faktor eksternal. Kegagalan tersebut akan
berimbas pada lahirnya suatu keputusan yang salah yang mungkin saja
untuk menghasilkannya sudah memakan biaya yang besar.
b. The Blue Sky Problem, masalah ini identik dengan langit biru dimana langit
yang biru selalu membawa kegembiraan karena cuaca yang cerah. Hal ini
menyebabkan pengambil keputusan kadang terlalu cepat dalam menetapkan
sesuatu keputusan tanpa mempertimbangkan ketidakcocokan antara faktor
internal dan faktor eksternal sehingga meremehkan kelemahan organisasi
yang ada dan membesar-besarkan kekuatan dalam organisasi.
c. The Silver Lining Problem, masalah yang berkaitan dengan timbulnya suatu
harapan dalam kondisi yang kurang menggembirakan. Hal ini timbul karena
pengambil keputusan mengharapkan sesuatu dalam kondisi yang tidak
menguntungkan. Masalah akan timbul apabila pengambil keputusan
meremehkan pengaruh dari ancaman lingkungan tersebut.
d. The all Things to All People Problem, suatu falsafah yang dimana
pengambil keputusan cenderung untuk memusatkan perhatian pada
kelemahan organisasinya. Sehingga banyak waktu yang dihabiskan hanya
untuk memeriksa kelemahan yang ada dalam organisasi tanpa melihat
kekuatan yang ada dalam organisasi tersebut.
e. The Putting The Cart Before The Horse Problem, Mereka memulai untuk
menetapkan strategi dan rencana tindak lanjut sebelum menguraikan secara
jelas terhadap pilihan strateginya. Semua kendala di atas haruslah dihindari
oleh semua organisasi sektor publik dalam melakukan analisis SWOT
karena sebenarnya analisis SWOT apabila dilakukan dengan tepat sejak
awal akan membantu organisasi sektor publik dalam mencapai visi, misi dan
tujuan yang ditetapkan. (Tariuzsagy's Blog, 2010)
Selain itu, Satu hal yang harus diingat baik-baik oleh para pengguna analisis
SWOT, bahwa analisis SWOT adalah semata-mata sebuah alat analisa yang
ditujukan untuk menggambarkan situasi yang sedang dihadapi atau yang mungkin
akan dihadapi oleh organisasi, bukan sebuah alat analisis ajaib yang mampu
memberikan jalan keluar yang instans bagi masalah-masalah yang dihadapi oleh
organisasi.
2. Kelebihan Analisis SWOT
Kelebihan analisis merupakan suatu pertimbangan positif yang bisa
menguatkan hasilnya sehingga mudah untuk dibenarkan. Adapun kelebihan
SWOT yang dimaksud adalah:
a. Peneliti memiliki kebebasan untuk menentukan penilaian sesuai dengan
kriteria yang telah ditentukan.
b. Peneliti dapat memperoleh strategi dari hasil analisis SWOT
c. Meupakan sebuah teknik yang sederhana, mudah dipahami, dan juga bisa
digunakan dalam merumuskan strategi-strategi dan kebijakan-kebijakan.
d. Merupakan alat yang cukup baik, efektif, dan efesien serta sebagai alat yang
cepat dalam menemukan kemungkinan-kemungkinan yang berkaitan dengan
pengembangan awal program-program inovasi baru.
e. Merupakan alat bantu untuk memperluas visi dan misi suatu organisasi,
melalui pendekatan sistematik melalu proses instropeksi dan mawas diri
kedalam, baik bersifat positif maupun negatif.
f. Merupakan sebuah alat analisis yang ditujukan untuk menggambarkan
situasi yang sedang dihadapi atau yang mungkin akan dihadapi oleh suatu
organisasi.
g. Analisis SWOT berperan dalam melakukan penilaian kesesuaian konsep dan
pelaksanaan program saat program berjalan maupun di akhir program
sehingga dapat diambil sebuah kesimpulan penilaian yang objektif.