Post on 06-Jul-2019
53
BAB III
METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
format metode penelitian dengan pendekatan kuantitatif yang terbagi atas
dua bagian yaitu: metode penelitian, meliputi uraian dan jumlah variabel
yang akan digunakan dalam penelitian; defenisi operasional, yang akan
memberikan informasi tentang bagaimana cara dalam mengukur variabel;
teknik pengumpulan data; daya diskriminasi dan reliabilitas alat ukur; serta
penentuan populasi dan sampel. Sedangkan teknik analisis data, meliputi uji
asumsi klasik dan pengujian hipotesis dengan menggunakan analisis regersi
berganda. Penjelasan secara lebih terperinci akan dibahas dalam bab ini.
III.1. Variabel Penelitian
Dalam penelitian ini terdapat dua variabel bebas (independent
variable) yang biasanya diberi notasi X. Variabel bebas tersebut adalah
kecerdasan emosi (X1) dan pola asuh otoritatif (X2). Penelitian ini juga
terdapat satu variabel terikat (dependent variable) yang biasanya diberi
notasi Y, yaitu perilaku prososial.
III.2 Definisi Operasional
III.2.1. Perilaku Prososial
Caprara dkk., (2000) mendefinisikan perilaku prososial sebagai
perilaku gotong-royong, ramah-tamah, menolong, percaya, berbagi, dan
empatik terhadap orang lain.
Perilaku prososial akan diukur menggunakan Prosocial Behaviour
scale (PB) dari Caprara dan Pastorelli (1993), dengan aspek-aspek dari
perilaku prososial diantaranya adalah altruism (altruism), kepercayaan
(trust), ramah (agreeableness).
54
Penilaian skala ini, makin tinggi skor total yang diperoleh individu
menunjukkan prososialnya makin tinggi, sedangkan makin rendah skor
total yang diperoleh individu menunjukkan prososialnya makin lemah atau
rendah.
III.2.2. Kecerdasan Emosi
Sullivan (1999) mendefinisikan kecerdasan emosi adalah
kemampuan untuk memonitor perasaan dan emosi diri sendiri serta orang
lain dengan menggunakan perasaan-perasaan itu untuk memandu pikiran
dan tindakan seseorang.
Alat ukur kecerdasan emosi dalam penelitian ini menggunakan
Emotional Intelligence Scale for Children (EISC) dari Sullivan (1999),
dengan aspek-aspek antara lain, persepsi emosi (perception emotion),
memahami emosi (understanding emotions), dan mengelola emosi
(managing emotions).
Penilaian skala ini, semakin tinggi skor skala kecerdasan emosi yang
diperoleh, maka menunjukkan semakin tinggi kecerdasan emosinya.
Sebaliknya semakin rendah skor yang diperoleh, maka menunjukkan
semakin rendah kecerdasan emosinya.
III.2.3. Pola Asuh Otoritatif
Robinson dkk., (1995) mendefenisikan orang tua otoritatif adalah
orang tua yang dapat mengekspresikan kasih sayang, memberikan
kenyamanan, memahami, membimbing anak dengan rasional, serta
menghargai anak.
Pola asuh otoritatif akan diukur menggunakan Parenting Practices
Questionnaire (PPQ) dari Robinson dkk., (1995), dengan aspek-aspek dari
pola asuh otoritatif diantaranya adalah memiliki kehangatan dan
keterlibatan (warmth & involvement), memiliki nalar yang baik
55
(reasoning/induction), berpartisipasi demokratis (democratic
participation), serta baik hati (natured/easy going).
Penilaian skala pola asuh otoritatif orang tua yaitu makin tinggi skor
total yang diperoleh individu menunjukkan pola asuh semakin otoritatif,
sedangkan makin rendah skor total yang diperoleh individu menunjukkan
pola asuhnya semakin tidak otoritatif.
III.3. Populasi, Sampel, dan Teknik Sampling
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini yakni semua siswa
yang berusia 9 – 11 tahun yang merupakan siswa-siswi pada SD Negeri 2
Passo Kecamatan Baguala di Kota Ambon. Alasan dipilih subjek penelitian
siswa-siswi yang berusia 9 – 11 tahun adalah:
1. Siswa-siswi di SD Negeri 2 Passo
Dengan alasan pertama adalah fenomena yang ditemui bahwa sangat
berbeda drastis perilaku lebih spesifik perilaku prososial siswa setelah
dan sesudah mengalami konflik sosial di Kota Ambon. Fenomena
sekarang ini, bahwa sebagian siswa pada sekolah tersebut memiliki
perilaku prososial yang rendah. Kedua, menarik diteliti karena sejak
dini perlulah ditanamkan perilaku prososial dalam kehidupan sehari-
hari untuk anak-anak yang masih duduk di bangku sekolah dasar.
Ketiga, adanya kenalan (ibu) saya yang mengajar di sekolah tersebut.
2. Usia 9 – 11 tahun
Pada usia ini anak sudah harus ditanamkan tingkah laku sosial yang
bertanggung jawab. Selain itu pada usia ini anak sudah dapat membaca
dan menulis secara baik. Sehingga mereka dapat mengerti setiap
pernyataan-pertanyaan yang ada di dalam skala.
Sampel adalah bagian dari populasi (sebagian atau wakil populasi
yang diteliti). Bilamana jumlah populasinya kecil, maka semua anggota
56
populasi dapat digunakan sebagai sampel. Seperti pendapat Arikuntoro
(2006) yang mengatakan bahwa jika anggota subjek dalam populasinya
hanya meliputi 100 hingga 150 atau kurang dari 100, dan dalam
pengumpulan menggunakan angket maka sebaiknya subjek sejumlah itu
diambil seluruhnya. Hal ini disebut sebagai sampel jenuh. Adapun sampel
yang digunakan dalam penelitian ini berupa sampel jenuh yaitu sebanyak
107 siswa. Sesuai data yang yang didapat dari tata usaha dan guru, siswa
yang berusia 9 – 11 tahun pada SD Negeri 2 Passo per September 2014.
Adapun ciri-ciri dari populasi penelitian ini dapat dikelompokan
berdasarkan jenis kelamin, populasi dapat dibedakan sebagai berikut:
Tabel 3.1
Populasi berdasarkan Jenis Kelamin
NO. Jenis Kelamin Populasi
1. Laki-laki 61 siswa
2. Perempuan 46 siswa
TOTAL 107 siswa
Tabel 3.2
Berdasarkan usia, populasi dibedakan sebagai berikut: NO. Usia Populasi
1. 9 tahun 43 siswa
2. 10 tahun 39 siswa
3. 11 tahun 25 siswa
TOTAL 107 siswa
Alat ukur yang digunakan untuk mengumpulkan data dan informasi
tentang kecerdasan emosi, pola asuh otoritatif dan perilaku prososial
menggunakan skala psikologi, dengan alasan skala psikologi memiliki
keunikan yang khas seperti: stimulusnya berupa pertanyaan atau pernyataan
yang tidak langsung mengungkapkan indikator perilaku dari atribut yang
bersangkutan, selalu berisi banyak aitem, dan respon partisipan tidak
dikalsifikasikan dalam benar atau salah. Semua jawaban dapat diterima
sepanjang diberikan secara jujur dan sungguh-sungguh. Ciri khas inilah
57
yang membedakan skala psikologi dari berbagai alat pengumpulan data
lainnya seperti angket, daftar isian, dan inventori.
Skala psikologi yang digunakan dalam penelitian ini, dikembangkan
berdasarkan skala Likert dengan lima alternatif jawaban, yakni: Sangat
Setuju (SS), Setuju (S), Netral (N), Tidak Setuju (TS), dan Sangat Tidak
Setuju (STS).
III.4. Skala
III.4.1. Skala Perilaku Prososial
Perilaku prososial diukur dengan menggunakan Prosocial
Behaviour scale (PB) dari Caprara dan Pastorelli (1993) dengan jumlah 15
aitem. Skala ini memiliki nilai alpha Cronbach sebesar 0,77. Skala ini
pernah digunakan oleh Kanacri dkk., (2013) untuk mengukur perilaku
prososial anak dengan nilai alpha Cronbach sebesar 0,71. Caprara dkk.,
(2000) dalam mengukur perilaku prososial anak juga memakai skala ini
dengan nilai alpha Cronbach sebesar 0,78. Skala ini kemudian dimodifikasi
oleh penulis dalam hal menambah beberapa item dalam tiap-tiap aspek.
Item akan disusun melalui pernyataan favorable (pernyataan positif) dan
unfavorable (pernyataan negatif).
Penjabaran dari aspek perilaku prososial, indikator dan sebaran total
item sebagai blue print alat ukur yang nantinya akan dipakai dalam
penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 3.3 di bawah ini:
58
Tabel 3.3
Blue Print Skala Perilaku Prososial
NO. ASPEK INDIKATOR AITEM TOTAL
Favorable Unfavorable
1. Altruism
(altruism)
Tidak egois
terhadap orang
lain
6, 12, 19 2 4
Melakukan hal-
hal sederhana
untuk
membantu
1, 3 13, 15 4
2. Kepercayaan
(trust)
Dapat
diandalkan
9, 18 5 3
Berperilaku
jujur
10, 17 8 3
Baik hati 16 1
3. Keramahan
(agreeableness)
Berhati lembut 4 14 2
Selalu
mengalah
7, 20 11 3
Jumlah Aitem 13 7 20
TOTAL 20
Untuk proses try out, jumlah aitem diperbanyak menjadi menjadi 25
aitem. Penjabaran dari aspek perilaku prososial, indikator dan sebaran total
aitem untuk try out alat ukur dapat dilihat pada Tabel 3.4.
59
Tabel 3.4
Sebaran Aitem Perilaku Prososial Untuk Try Out
NO. ASPEK INDIKATOR AITEM TOTAL
Favorable Unfavorable
1. Altruism
(altruism)
Tidak egois
terhadap orang
lain
7, 16*, 24* 3 4
Melakukan hal-
hal sederhana
untuk
membantu
1, 4, 9 17*, 19* 5
2. Kepercayaan
(trust)
Dapat
diandalkan
12, 23* 6 3
Berperilaku
jujur
13, 21* 11 3
Baik hati 15, 20*, 22* 8 4
3. Keramahan
(agreeableness)
Berhati lembut 2, 5 18* 3
Selalu
mengalah
10, 25* 14 3
Jumlah Aitem 17 8 25
TOTAL 25
Keterangan: tanda (*) adalah aitem yang ditambah
III.4.2. Skala Kecerdasan Emosi
Kecerdasan emosi diukur dengan Emotional Intelligence Scale for
Children (EISC) dari Sullivian (1999) dengan jumlah 40 aitem. Skala ini
memiliki nilai alpha Cronbach yang cukup, sub-skala wajah (α = 0,56),
music (α = 0,39), subskala cerita (α = 0,52), skala memahami emosi (α =
0,57), dan skala mengelola emosi (α = 0,66). Jika dilihat maka skala ini
cukup handal untuk digunakan dalam mengukur kecerdasan emosi anak.
Skala ini pernah digunakan oleh Ulutas dan Ömeroglu (2007) untuk
mengukur kecerdasan emosi anak dengan memiliki validitas yang memadai
(a = 0,68-0,90) dan kehandalan (0,97-0,99).
Skala kecerdasan emosi untuk anak-anak dari Sullivan (1999)
didasarkan pada kemampuan kecerdasan emosi seperti mengenali,
memahami, dan mengelola emosi. Aspek mengenali emosi terdiri dari
60
wajah, lagu, dan cerita. Terdapat sembilan aitem yang menggunakan
gambar wajah pada bagian faces (wajah), empat aitem menggunakan lirik
lagu pada bagian music (musik), dan lima item tentang situasi tertentu
seperti guntur atau kematian hewan pada bagian stories (cerita). lima item
dalam bagian memahami emosi dan tiga item dalam bagian mengelola
emosi. Peneliti membaca masing-masing item untuk anak dan kemudian
bertanya pertanyaan tentang hal itu. Masing-masing anak diperlukan untuk
menanggapi pertanyaan peneliti dengan “sanggat setuju”, “setuju”, “netral”,
“tidak setuju" dan "sangat tidak setuju".
Skala ini kemudian dimodifikasi oleh penulis agar dapat dipakai
oleh subjek penelitian. Item akan disusun melalui pernyataan favorable
(pernyataan positif) dan unfavorable (pernyataan negatif).
Penjabaran dari aspek kecerdasan emosi, indikator dan sebaran total
item sebagai blue print alat ukur yang nantinya akan dipakai dalam
penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 3.5 di bawah ini.
61
Tabel 3.5
Blue Print Kecerdasan Emosi
NO. ASPEK INDIKATOR NO AITEM TOTAL
Favorable Ufavorable
1. Persepsi Emosional
(Emotional
Peception)
Kemampuan
mengenali emosi
diri dan orang lain
Wajah (Face) 1, 2, 3, 4, 5 6, 7, 8, 9 9
Musik (Music) 10, 11 12, 13 4
Cerita (Story) 15, 16, 17 14, 18 5
2. Memahami
Emosional
(Understanding
Emotions)
Kemampuan
memahami emosi
diri dan orang lain
20, 21, 22 19, 23 5
3. Mengelola Emosi
(Managing
Emotions)
Kemampuan
mengelola emosi
diri dan orang lain
24, 25 26 3
Jumlah Aitem 15 11 26
TOTAL 26
Seluruh aitem asli dari Sullivan (1999) yang telah dimodifikasi oleh
penulis digunakan dalam proses try out. Penjabaran dari aspek kecerdasan
emosi, indikator dan sebaran total aitem untuk try out alat ukur dapat dilihat
pada Tabel 3.6.
62
Tabel 3.6
Sebaran Aitem Kecerdasan Emosi Untuk Try Out
NO. ASPEK INDIKATOR NO AITEM TOTAL
Favorable Ufavorable
1. Persepsi Emosional
(Emotional
Peception)
Kemampuan
mengenali emosi
diri dan orang lain
Wajah (Face) 1, 2, 3, 4, 5 6, 7, 8, 9, 10 10
Musik (Music) 11, 12, 13 14, 15, 16 6
Cerita (Story) 18, 20, 21 17, 19, 22 6
2. Memahami
Emosional
(Understanding
Emotions)
Kemampuan
memahami emosi
diri dan orang lain
24, 25, 26, 28,
30, 31, 32
23, 27, 29,
33, 34
12
3. Mengelola Emosi
(Managing
Emotions)
Kemampuan
mengelola emosi
diri dan orang lain
35, 36, 39, 40 37, 38 6
Jumlah Aitem 22 18 40
TOTAL 40
III.4.3. Skala Pola Asuh Otoritatif
Pola asuh otoritatif diukur dengan menggunakan Parenting
Practices Questionnaire (PPQ) dari Robinson dkk., (1995) dengan jumlah
27 aitem. Skala ini mempunyai tingkat keandalan yang cukup, dapat dilihat
dari nilai alpha Cronbach sebesar 0,91. Gogolinski (2012) menggunakan
skala ini juga untuk mengukur pola asuh orang tua terhadap anak dengan
alpha Cronbach sebesar 0,90. Skala ini kemudian dimodifikasi oleh penulis
dengan bahasa yang sederhana agar dapat dimengerti oleh anak-anak. Item
pernyataan akan disusun dalam pernyataan favorable (pernyataan positif)
dan unfavorable (pernyataan negatif).
63
Penjabaran dari aspek pola asuh otoritatif, indikator dan sebaran
total item sebagai blue print alat ukur yang nantinya akan dipakai dalam
penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 3.7 di bawah ini.
Tabel 3.7
Blue Print Pola Asuh Otoritatif
NO. ASPEK INDIKATOR NO AITEM TOTAL
Favorable Unfavorable
1. Kehangatan &
Keterlibatan
(Warmth &
Involvement)
Memberikan kasih
sayang
4, 5, 8 3
Peduli dengan keadaan
anak
2, 6, 7 1, 3 5
2. Penuh
Pertimbangan
(Reasoning/Indu
ction)
Mempunyai banyak
waktu dengan anak
9, 10 2
Berpikir kritis dan
kreatif
11, 14, 15 3
Argumentasi yang tepat 13 12 2
3. Partisipasi
Demokrasi
(Democratic
Participation)
Memprioritaskan anak 16, 17 2
Mempertimbangkan dan
mendorong anak dalam
mengekspresikan diri
18 1
4. Baik Hati
(Good
Natured/Easy
Going)
Memiliki karateristik
lembut, sabar, humoris,
dan saling menghormati
19, 20 2
Jumlah Aitem 16 4 20
TOTAL 20
Seluruh aitem asli dari Robinson dkk., (1995) yang telah
dimodifikasi oleh penulis digunakan dalam proses try out. Penjabaran dari
aspek pola asuh otoritatif, indikator dan sebaran total aitem untuk proses try
out alat ukur dapat dilihat pada Tabel 3.8.
64
Tabel 3.8
Sebaran Aitem Pola Asuh Otoritatif Untuk Try Out
NO ASPEK INDIKATOR NO AITEM TOTAL
Favorable Unfavorable
1. Kehangatan &
Keterlibatan
(Warmth &
Involvement)
Memberikan kasih
sayang
4, 5, 8 9 3
Peduli dengan keadaan
anak
2, 6, 7 1, 3 2
2. Penuh
Pertimbangan
(Reasoning/Indu
ction)
Mempunyai banyak
waktu dengan anak
10, 11 2
Berpikir kritis dan
kreatif
12, 15, 16 17 4
Argumentasi yang tepat 14, 18 13 3
3. Partisipasi
Demokrasi
(Democratic
Participation)
Memprioritaskan anak 19, 20 2
Mempertimbangkan dan
mendorong anak dalam
mengekspresikan diri
21, 23 22 3
4. Baik Hati
(Good
Natured/Easy
Going)
Memiliki karateristik
lembut, sabar, humoris,
dan saling menghormati
24, 25, 26 27 4
Jumlah Aitem 20 7 27
TOTAL 27
III.5. Jenis Data dan Prosedur Pengumpulan Data
Jenis data yang digunakan adalah data primer yang didapat dari
penyebaran angket pernyataan yang didalamnya berisi skala-skala
psikologi, dengan cara semua subjek penelitian dikumpulkan di dalam kelas
masing-masing kemudian dibagikan skala psikologi dan data sekunder yang
didapati dari bagian tata usaha serta guru dijadikan objek penelitian.
III.6. Penskalaan
Hal yang tidak dapat dipisahkan dengan pengukuran adalah metode
penskalaan, merupakan proses penentuan letak stimulus atau letak kategori
respon tertentu pada suatu kontinum psikologis (Azwar, 2013). Metode
65
penskalaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala Likert.
Pemberian skor untuk Sangat Setuju adalah 5; Setuju adalah 4; adalah
Netral 3; Tidak Setuju adalah 2; Sangat Tidak Setuju adalah 1.
III.7. Daya Diskriminasi dan Reliabilitas Alat Ukur
III.7.1. Daya Diskriminasi
Penelitian ini menggunakan skala psikologi untuk mengumpulkan
data primer, oleh karena itu untuk menghasilkan item yang tepat dan
reliabel atau handal, maka kuesioner harus diuji terlebih dahulu. Untuk
mengetahui apakah skala mampu menghasilan data yang akurat sesuai
dengan tujuan ukurnya, diperlukan suatu proses pengujian validitas atau
validasi (Azwar, 2013), dalam hal ini daya diskriminasi. Pengujian item
dilakukan dengan mengukur daya beda atau daya diskriminasikan yang
mengukur sejauh mana item mampu membedakan antara individu atau
kelompok individu yang memiliki atribut yang diukur (Azwar, 2013).
Pengujian daya diskriminasi item dilakukan dengan cara menghitung
koefisien korelasi antara distribusi skor item dengan distribusi skor skala itu
sendiri yang akan menghasilkan koefisien korelasi item-total (rix). Untuk
mengujinya akan dilihat hasil dari corrected item-total correlation dengan
bantuan program SPSS for windows versi 16.0. Menurut Azwar (2013)
semua item yang mencapai corrected item-total correlation 0,30 daya
bedanya dianggap memuaskan sehingga item dengan corrected item-total
correlation < 0,30 dinyatakan gugur.
III.7.2. Reliabilitas
Reliabilitas meruapakan penerjemahan dari kata reliability yang
mempunyai mempunyai asal kata rely dan ability. Pengukuran yang
memiliki reliabilitas tinggi disebut sebagai pengukuran yang reliabel.
Walaupun reliabilitas mempunyai berbagai nama lain seperti
66
keterpercayaan, keterandalan, keajengan, kestabilan, dan konsistensi,
namun ide pokok yang terkandung dalam konsep reliabilitas adalah sejauh
mana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya (Azwar, 2013).
Reliabilitas dalam penelitian ini akan diuji menggunakan teknik
realiabilitas alpha Cronbach, dan angka yang dihasilkan dalam pengujian
ini berupa koefisien realiabilitas, dihitung dengan SPSS 16.00 for windows
release.
Kategori tingkatan reliabilitas dengan koefisien alpha yang dikutip
dari Sugiyono (2005) dan akan menjadi pedoman penelitian ini sebagai
berikut:
Tabel 3.9
Pedoman Penilaian Reliabilitas
Alpha Kriteria
0.00 – 0.199 Sangat Rendah
0.20 – 0.399 Rendah
0.40 – 0.599 Sedang
0.60 – 0.799 Kuat
0.80 – 1.000 Sangat Kuat
III.8. Uji Asumsi Klasik
Pengujian asumsi klasik dilakukan agar mendapatkan model regresi
yang baik dan benar-benar mampu memberikan estimasi yang handal dan
tidak bias sesuai dengan kaidah Best Linear Unbiased Estimator (BLUE).
Uji asumsi klasik terdiri dari uji normalitas, uji multikolinieritas, uji
heteroskedastisitas, uji linearitas.
III.8.1. Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk menguji apakah dalam model
regresi, kedua variabel (bebas maupun terikat) mempunyai distribusi
67
normal atau setidaknya mendekati normal (Ghozali, 2009). Senada dengan
itu, menurut Arikuntoro (2006) uji normalitas dilakukan untuk mengetahui
bahwa data itu berdistribusi normal, selain itu dari hasil pengujiam
normalitas juga dapat menunjukkan bahwa sampel yang diambil
berdistribusi normal atau hampir berdostribusi normal.
Dalam penelitian ini pengujian normalitas dilakukan dengan melihat
gambar grafik normal Histogram dan P-P Plot. Normalitas juga dilihat
melalui uji model regresi dan Kolmogrov-Smirnov untuk melihat apakah
residual terdistribusi normal atau tidak. Residual berdistribusi normal jika
nilai signifikansi lebih dari 0,05. (Santoso, 2010).
III.8.2. Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas adalah untuk menguji apakah pada model
regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen).
Apabila terjadi korelasi, maka dinamakan terdapat problem
multikolinearitas. Pengujian akan dilakukan dengan melihat nilai tolerance
dan Variance Inflation Factor (VIF). Multikolinearitas terjadi jika nilai
tolerance ≤ 0,10 dan VIF ≥ 10 (Ghozali, 2009).
III.8.3. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas adalah untuk menguji apakah dalam model
regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke
pengamatan yang lain. Jika varians dari residual satu pengamatan ke
pengamatan lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika varians
berbeda disebut heteroskedstisitas. Model regresi yang baik adalah yang
homokedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas (Ghozali, 2009).
Dengan kata lain, dapat dikatakan uji ini dilakukan untuk melihat
hasil grafik scatterplot, hasil perhitungan menyebar di atas dan di bawah
68
angka 0 pada sumbu Y serta tidak membentuk pola yang jelas atau tertentu,
maka tidak terjadi heteroskedastisitas (Santoso, 2000).
III.8.4. Uji Linearitas
Uji linearitas dilakukan untuk mengetahui linearitas hubungan
antara variabel bebas dengan variabel terikat dan untuk mengetahui
signifikansi penyimpangan dari linearitas hubungan tersebut. Jika
signifikan penyimpangan (p > 0,05), dan signifikansi linearitas (p < 0,05),
maka hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat adalah linear
(Hadi, 2000).
III.9. Uji Hipotesis
Untuk menguji hipotesis penelitian, teknik analis data yang
digunakan adalah analisis regresi berganda. Analisis ini bermaksud untuk
meramalkan bagaimana keadaan variabel terikat, bila dua atau lebih
variabel bebas dimanipulasi (Sugiyono, 2005). Analisis regresi berganda
dilakukan bila jumlah variabel independennya minimal dua.
Analisis ini digunakan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh
variabel bebas yaitu: kecerdasan emosi (X1), pola asuh autoritatif (X2),
terhadap variabel terikatnya yaitu perilaku prososial (Y).
III.9.1. Teknik Analisis ANOVA Satu Arah (One Way ANOVA)
Analysis of variance (ANOVA) merupakan metode untuk menguji
hubungan antar satu variabel terikat (skala metrik) dengan satu atau lebih
variabel bebas (skala nonmetrik atau kategorikal). Anova dua arah
digunakan untuk data yang memiliki satu variabel dependen (terikat) dan
dua variabel independen (bebas) (Ghozali, 2009).
One Way ANOVA adalah analisis yang digunakan untuk menguji
perbandingan rata-rata antara beberapa kelompok data. Pada analisis ini
69
terdapat satu variabel terikat dengan tipe data kuantitatif dengan variabel
bebas sebagai pembanding (Ghozali, 2009).