Post on 28-Jul-2019
38
BAB III
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Dalam mencari tahu sejauh mana efektivitas pasal 15 Peraturan Daerah Kota
Malang No.4 Tahun 2009 tentang Pengelolaan Tempat Parkir, Penulis melakukan
wawancara kepada 50 Juru Parkir di 23 titik parkir wilayah Kota Malang. 23 titik
parkir tersebut ada pada 5 wilayah kecamatan di Kota Malang antara lain 5 titik
parkir di Kecamatan Klojen, 4 titik parkir di Kecamatan Blimbing, 7 titik parkir di
Kecamatan Kedungkandang, 3 titik parkir di Kecamatan Lowokwaru, dan 4 titik
parkir Kecamatan Sukun dengan 10 orang Juru Parkir yang diwawancarai pada
masing-masing wilayah kecamatan.
Sesuai dengan pengumpulan data yang telah dilakukan oleh Penulis maka
Penulis mengajukan pertanyaan kepada responden (Juru Parkir yaitu :
1. Apakah anda sudah membawa Surat Penunjukan dan Kartu Tanda Anggota
Juru Parkir ?
2. Apakah anda pernah megalihkan atau meminjamkan Surat Penunjukan
Pengelolaan Parkir kepada orang lain untuk bertugas ?
3. Apakah anda memiliki Karcis Resmi yang di sediakan oleh Donas
Perhubungan Kota Malang?
4. Apa alasan anda taat terhadap aturan parkir ?
5. Apakah saudara pernah diberi sanksi oleh Dinas Perhubungan Kota Malang
karena telah melanggar ketentuan?
Maka dari pertanyaan-pertanyaan di atas didapatkan hasil sebagai berikut :
39
40
41
42
Dari data yang diperoleh melalui observasi dan wawancara di atas, maka
didapatkan bahwa tidak satupun di temukan Juru Parkir yang membawa Surat
Penunjukan Juru Parkir saat bertugas di lapangan serta 5 orang membawa KTA dan
28 orang tidak pernah membawa KTA saat bertugas. Selain itu dari 33 Juru Parkir
yang memiliki Surat Penunjukan didapatkan jawaban yaitu 4 orang pernah
meminjamkan Surat Penunjukan kepada orang lain dan 29 orang tidak pernah
meminjamkan Surat Penunjukan kepada orang lain.
Semua Juru Parkir yang resmi telah memiliki Karcis Resmi serta
menggunakan Rompi resmi yang di sediakan oleh Dinas Pehubungan.
Lalu mengenai penerapan sanksi oleh Dinas Perhubungan ditemukan
bahwadari 50 Juru Parkir, 12 orang menjawab pernah diberi sanksi, dan 38 orang
tidak pernah diberi sanksi.
B. Efektivitas Pasal 15 Peraturan Daerah No.4 Tahun 2009 tentang
Pengelolaan Tempat Parkir
Pada bagian ini permasalahan dalam suatu kebijakan, sebuah ukuran-ukuran
dasar dan tujuan dari kebijakan merupakan suatu hal yang harus diperhatikan.
Karena dari ukuran-ukuran dasar dan tujuan inilah kita dapat memproyeksikan
bagaimana kebijakan dapat berjalan efektif sesuai dengan tujuannya. Jika kebijakan
tersebut ingin terlaksana dengan maksimal, maka kebijakan tersebut haruslah
menyesuaikan dengan keadaan masyarakat selaku pelaksana dari kebijakan tersebut
terutama di daerah yang menjadi fokus sampel dalam penelitian ini.
Efektifitas hukum adalah kesesuaian antara apa yang diatur dalam hukum
dengan pelaksanaanya. Bisa juga karena kepatuhan masyarakat kepada hukum
43
karena adanya unsur memaksa dari hukum. Efektivitas diartikan sebagai sesuatu
atau kondisi di mana telah sesuai dengan target atau tujuan yang akan ditempuh
atau diharapkan. Hukum itu dikatakan efektif apabila warga masyarakat berperilaku
sesuai yang diharapkan atau dikehendaki oleh hukum. Jika peraturan tersebut telah
mencapai tujuannya, maka peraturan tersebut dapat dikatakan efektif, begitu pula
sebaliknya.7
Berdasarkan penjelasan mengenai efektivitas hukum pada bab sebelumnya,
dalam upaya mengetahui sejauh mana efektivitas Pasal 15 Peraturan Daerah No.4
Tahun 2009 tentang Pengelolaan Tempat Parkir, Penulis menggunakan teori
efektivitas hukum yang di kemukakan oleh Soerjono Soekanto yang menyatakan
bahwa efektif atau tidaknya suatu hukum ditentukan oleh 5 faktor yaitu faktor
hukumnya sendiri (undang-undang), faktor penegak hukum (pihak-pihak yang
membentuk maupun menerapkan hukum), faktor sarana atau fasilitas yang
mendukung penegakan hukum, faktor masyarakat (lingkungan dimana hukum
tersebut berlaku atau diterapkan), faktor kebudayaan (sebagai hasil karya, cipta dan
rasa yang didasarkan pada karsa manusia di dalam pergaulan hidup).
1. Faktor hukumnya sendiri (Peraturan Daerah No.4 Tahun 2009
tentang Pengelolaan Tempat Parkir)
Menurut Soerjono Soekanto ukuran efektivitas pada faktor mengenai hukum
atau undang-undangnya adalah : 8
1. Peraturan yang ada mengenai bidang-bidang kehidupan tertentu sudah
cukup sistematis.
7 Eko Purnomo,2014,Efektivitas PenerapanSanksi Peraturan Daerah No. 21 Tahun 2001
tentang Minuman Keras di Kabupaten Barru, Jurnal,Bagian Pidana Universitas Hasanuddin, Hlm.
10 8 Soerjono Soekanto, Op.cit. Hlm. 80
44
2. Peraturan yang ada mengenai bidang-bidang kehidupan tertentu sudah
cukup sinkron, secara hierarki dan horizontal tidak ada pertentangan.
3. Secara kualitatif dan kuantitatif peraturan-peraturan yang mengatur
bidang-bidang kehidupan tertentu sudah mencukupi.
4. Penerbitan peraturan-peraturan tertentu sudah sesuai dengan persyaratan
yuridis yang ada
Pada unsur-unsur di atas yang di maksud dengan bidang-bidang kehidupan
tertentu adalah bidang perparkiran di wilayah Kota Malang. Melihat Peraturan
Daerah No.4 Tahun 2009 tentang Pengelolaan Tempat Parkir secara keseluruhan,
Penulis berpendapat bahwa Peraturan Daerah tersebut sudah cukup sistematis
karena sudah mencangkup sistematika penyusunan perundang-undangan mulai dari
judul, pembukaan (frase Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa, jabatan
pembentuk Peraturan Perundang-undangan, konsiderans, dasar hukum dan diktum)
, batang tubuh (ketentuan umum, materi pokok yang diatur, ketentuan pidana
ketentuan penyidikan) dan penutup. Penulis berpendapat bahwa Peraturan Daerah
Kota Malang No.4 Tahun 2009 tentang Pengelolaan Tempat Parkir akan lebih
sistematis jika di lengkapi dengan penjelasan khususnya pada pasal 15.
Peraturan Daerah Kota Malang No.4 Tahun 2009 tentang Pengelolaan
Tempat Parkir juga sudah sesuai secara hirarki maupun horizontal. Maksudnya
adalah peraturan daerah tersebut tidak bertentangan dengan peraturan-peraturan
lainnya sehingga dapat di terbitkan sesuai dengan ketentuan yang ada. 9
Peraturan Daerah Kota Malang No.4 Tahun 2009 tentang Pengelolaan
Tempat Parkir akan sangat efektif apabila di perkuat dengan adanya Peraturan
9 Hasil wawancara dengan Bapak Hary Dwi Yunianto, S.Psi Staf Bidang Perparkiran Seksi
Pendataan Dinas Perhubungan Kota Malang pada 21 Juni 2017
45
Walikota guna mengisi kekosongan-kekosongan yang ada pada Peraturan Daerah
Kota Malang No.4 Tahun 2009 tentang Pengelolaan Tempat Parkir. 10
Misalnya pada pasal 15 ayat (6) Peraturan Daerah Kota Malang No.4 Tahun
2009 tentang Pengelolaan Tempat Parkir yang menyatakan bahwa tata cara
penerbitan surat penunjukan dan Kartu Tanda Anggota Juru Parkir sebagaimana
dimaksud pada ayat (3), akan diatur lebih lanjut dengan Peraturan Walikota. Tetapi
hingga saat ini Peraturan Walikota yang mengatur mengenai tata cara penerbitan
Surat Penunjukan dan Kartu Tanda Anggota Juru Parkir ataupun perizinan tempat
parkir masih belum dapat di jalankan, sehingga hal tersebut menjadi kendala bagi
Dinas Perhubungan Kota Malang dalam menjalankan wewenangnya pada
perparkiran sesuai dengan ketentuan Peraturan Daerah Daerah Kota Malang No.4
Tahun 2009 tentang Pengelolaan Tempat Parkir. Pihak Dinas Perhubungan Kota
Malang Bidang Perparkiran mengatakan bahwa hingga saat ini peraturan tertulis
mengenai tata cara perizinan dan penerbitan Kartu Tanda Anggota Juru Parkir
masih dalam proses analisa oleh Kementrian Hukum dan Hak Asasi Manusia
Wilayah Jawa Timur. 11
Untuk mengatasi kendala tersebut, Dinas Perhubungan Kota Malang
khususnya Bidang Perparkiran berinisiatif membuat suatu pengaturan mengenai
tata cara perizinan dan penerbitan Kartu Tanda Anggota Juru Parkir. Pengaturan
tersebut tentunya hanya berlaku sementara sampai ada Peraturan Walikota yang
10 Ibid. 11 Ibid.
46
mengatur mengenai tata cara perizinan dan penerbitan Kartu Tanda Anggota Juru
Parkir.12
Adapun Pengaturan mengenai tata cara perizinan dan penerbitan Kartu Tanda
Anggota Juru Parkir adalah sebagai berikut : 13
Pengaturan Perijinan Pengelolaan Perparkiran :
1. Tidak bertentangan dengan peraturan lalu lintas
2. Tidak menggangu kepentingan umum
3. Telah mendapat ijin tidak keberatan dari pemilik yang di dukung oleh RT
dan RW
Apabila 3 poin di atas sudah terpenuhi maka terdapat syarat-syarat
selanjutnya bagi Calon Juru Parkir antara lain :
1. Mengajukan permohonan pengelolaan perparkiran kepada Dinas
perhubungan
2. Membuat pernyataan mentaati ketentuan/peraturan yang di keluarkan oleh
pemerintah
3. Memberikan fotocopy KK (Kartu Keluarga) dan KTP (Kartu Tanda
Penduduk) calon pengelola parkir
4. Materai 2 lembar
5. Foto 4x6 background merah sebanyak 4 lembar
6. Memberikan Surat Ijin atau Pernyataan Pemilik Lokasi
7. Setelah melengkapi 6 persyaratan di atas, di masukan pada map berwarna
biru apabila perpanjangan surat penunjukan atau map hijau apabila untuk
titik perkir baru.
8. Surat Penunjukan akan di buatkan oleh Dinas Perhubungan setelah
dilakukan survey lokasi selama kurang lebih 7 hari.
9. Apabila Surat Penunjukan sudah keluar maka selanjutnya akan di buatkan
Surat Perjanjian Jumlah Nomial untuk setoran kepada Dinas Perhubungan.
10. Setelah Surat Penunjukan dan Surat Perjanjian Jumlah Nomial terpenuhi
maka Kartu Tanda Anggota Juru Parkir akan diberikan beserta Rompi dan
Karcis Parkir oleh Petugas Dinas Perhubungan
Dengan adanya pengaturan mengenai tata cara perizinan dan penerbitan
Kartu Tanda Anggota Juru Parkir yang bersifat sementara tersebut sangatlah
membantu Dinas Perhubungan Kota Malang dalam rangka melaksanakan
kewenangannya khususnya dalam bidang perparkiran sehingga Peraturan Daerah
12 Ibid. 13 Laporan Jawaban Atas Kuisioner Managemen Pengelolaan Perparkiran Kota Malang oleh
Dinas Perhubungan Kota Malang
47
Kota Malang No.4 Tahun 2009 tentang Pengelolaan Tempat Parkir masih dapat
berjalan efektif jika di lihat dari faktor peraturannya.14
2. Faktor Penegak Hukum (Dinas Perhubungan Kota Malang Bidang
Perparkiran)
Mengacu pada penjelasan pada bab sebelumnya, mengenai pihak-pihak mana
saja yang terlibat dalam pelaksanaan suatu perundang-undangan khususnya pada
Peraturan Daerah Kota Malang No.4 Tahun 2009 tentang Pengelolaan Tempat
Parkir yang mana pihak-pihak yang terlibat antara lain Dinas Perhubungan Kota
Malang dan Satuan Polisi Pamong Praja Kota Malang
Dalam hal ini Penulis mengukur efektivitas hukum dari segi penegak
hukumnya lebih fokus kepada Dinas Perhubungan Kota Malang, karena
berdasarkan pasal 24 Peraturan Walikota Malang Nomor 55 Tahun 2008 tentang
Uraian Tugas Pokok, Fungsi, dan Tata Kerja Dinas Perhubungan Kota Malang telah
di jelaskan bahwa Dinas Perhubungan Kota Malang memiliki peran yang sangat
besar dalam hal perparkiran di Kota Malang.
Dalam upaya menjalankan peraturan perundang-undangan juga harus
dikehendaki adanya aparatur yang handal sehingga aparat tersebut dapat melakukan
tugasnya dengan baik. Kehandalan dalam kaitannya disini adalah meliputi
keterampilan profesional dan mempunyai mental yang baik.
Menurut Soerjono Soekanto bahwa masalah yang berpengaruh terhadap
efektivitas hukum tertulis ditinjau dari segi aparat akan tergantung pada hal berikut
: 15
1. Sampai sejauh mana petugas terikat oleh peraturan-peraturan yang ada.
2. Sampai mana petugas diperkenankan memberikan kebijaksanaan.
14 Hasil wawancara dengan Bapak Hary Dwi Yunianto, S.Psi Staf Bidang Perparkiran Seksi
Pendataan Dinas Perhubungan Kota Malang pada 21 Juni 2017 15 Soerjono Soekanto, Op.cit. Hlm. 8
48
3. Teladan macam apa yang sebaiknya diberikan oleh petugas kepada
masyarakat.
4. Sampai sejauh mana derajat sinkronisasi penugasan-penugasan yang
diberikan kepada petugas sehingga memberikan batas-batas yang tegas
pada wewenangnya.
Dalam menjalankan tugas dan wewenangnya dalam bidang perparkiran,
Dinas Perhubungan Kota Malang terikat oleh Peraturan Walikota Malang Nomor
55 Tahun 2008 tentang Uraian Tugas Pokok, Fungsi, dan Tata Kerja Dinas
Perhubungan Kota Malang yang pada intinya menjelaskan bahwa Dinas
Perhubungan Kota Malang mempunyai tugas pokok dalam hal perparkiran yaitu
pengelolaan dan penyelenggaraan perparkiran di tepi jalan umum dan tempat
khusus parkir kecuali areal parkir di lingkungan pasar daerah serta memiliki fungsi,
diantaranya : 16
a) pengumpulan dan pengolahan data dalam rangka perencanaan
pengelolaan dan penyelenggaraan perparkiran di tepi jalan umum dan
tempat khusus parkir kecuali areal parkir di lingkungan pasar daerah;
b) penyusunan perencanaan dan pelaksanaan program di bidang
pengelolaan dan penyelenggaraan perparkiran di tepi jalan umum dan
tempat khusus parkir kecuali areal parkir di lingkungan pasar daerah;
c) pelaksanaan pengkajian pengembangan, penataan dan pengelolaan
perparkiran di tepi jalan umum dan tempat khusus parkir kecuali areal
parkir di lingkungan pasar daerah;
d) pelaksanaan pemetaan lokasi parkir di tepi jalan umum dan tempat
khusus parkir kecuali areal parkir di lingkungan pasar daerah;
e) penyiapan penentuan lokasi fasilitas parkir di tepi jalan umum dan
tempat khusus parkir kecuali areal parkir di lingkungan pasar daerah;
f) pengelolaan fasilitas parkir di tepi jalan umum dan tempat khusus parkir
kecuali areal parkir di lingkungan pasar daerah;
g) pelaksanaan pemungutan retribusi parkir di tepi jalan umum dan tempat
khusus parkir kecuali areal parkir di lingkungan pasar daerah;
h) pelaksanaan pemrosesan pertimbangan teknis perizinan pengelolaan
parkir;
i) pelaksanaan pemrosesan pertimbangan teknis perizinan pengandangan
kendaraan bermotor
16 Peraturan Walikota Malang Nomor 55 Tahun 2008 tentang Uraian Tugas Pokok, Fungsi, dan
Tata Kerja Dinas Perhubungan Kota Malang pasal 24
49
j) pelaksanaan pengawasan penyelenggaraan perparkiran di tepi jalan
umum dan tempat khusus parkir kecuali areal parkir di lingkungan pasar
daerah;
k) pelaksanaan pembinaan terhadap pengelola parkir swasta;
l) pelaksanaan penertiban pemungutan retribusi parkir di tepi jalan umum
dan tempat khusus parkir kecuali areal parkir di lingkungan pasar
daerah;
m) penyiapan pengaturan rancang bangun fasilitas parkir;
n) pelaksanaan Standar Pelayanan Minimal (SPM);
o) pengevaluasian dan pelaporan pelaksanaan tugas pokok dan fungsi; dan
p) pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai dengan
tugas pokoknya
Berdasarkan tugas pokok dan fungsi di atas, khususnya huruf h, j dan k
berhubungan langsung dengan peran yang di butuhkan untuk melaksanakan pasal
15 Peraturan Daerah Kota Malang No.4 Tahun 2009 tentang Pengelolaan Tempat
Parkir.
Hubungan tersebut adalah mengenai pelaksanaan perizinan pengelolaan
parkir dan pembinaan maupun pengawasan pengelola parkir. Pada pasal 15 ayat
(1), ayat (3) dan ayat (6) Peraturan Daerah Kota Malang No.4 Tahun 2009 tentang
Pengelolaan Tempat Parkir membutuhkan peran dari Dinas Perhubungan Kota
Malang mengenai pelaksanaan perizinan pengelolaan parkir. Sedangkan Pada pasal
15 ayat (2), ayat (4) dan ayat (5) Peraturan Daerah Kota Malang No.4 Tahun 2009
tentang Pengelolaan Tempat Parkir juga membutuhkan peran dari Dinas
Perhubungan Kota Malang mengenai pembinaan dan pengawasan.
Dalam mengelola pelaksanaan perizinan pengelolaan parkir, Dinas
Perhubungan Kota Malang tidak memiliki kendala yang cukup besar. Hal ini
dikarenakan Dinas Perhubungan Kota Malang telah memiliki pengaturan mengenai
perizinan pengelolaan parkir meskipun masih bersifat sementara. Hanya saja dalam
proses perizinan pengelolaan parkir tersebut tidak bisa berlangusng dengan cepat.
50
Hal ini di karenakan sebelum mengeluarkan Surat Penunjukan, Petugas Dinas
Perhubungan Kota Malang harus melakukan survey lokasi terlebih dahulu yang
membutuhkan waktu kurang lebih 7 hari. Hal yang disurvey di lokasi adalah rata-
rata seberapa banyak kendaraan bermotor yang parkir dilokasi tersebut sehingga
Dinas Perhubungan Kota Malang memiliki patokan untuk kesepakatan jumlah setor
pada Surat Pernyataan yang dibuat oleh calon Juru Parkir. 17
Sedangkan dalam hal pembinaan dan pengawasan pengelolaan parkir, Dinas
Perhubungan melakukan pengawasan langsung secara rutin dan khusus.
Pengawasan rutin adalah pengawasan yang dilakukan dengan cara melakukan
pengecekan langsung terhadap beberapa area parkir dalam suatu wilayah.
Pengecekan dilakukan antara lain untuk melihat apakah pengelola parkir sudah
menggunakan atribut resmi, menggunakan karcis resmi dan menggunakan identitas
resmi yang sesuai dengan apa yang telah diberikan oleh Dinas Perhubungan dan
apakah pengelola parkir sudah melakukan pengelolaan sesuai dengan ketentuan
yang ada dalam Peratudan Daerah seperti penataan kendaraan yang diparkir dan
penggunaan lahan parkir tidak melanggar batas wilayah tempat parkir. Pengawasan
terhadap pengelolaan parkir tidak hanya dilakukan oleh anggota Dinas
Perhubungan saja, namun juga dibantu oleh 2 personil dari TNI dan 2 personil dari
Kepolisian dan terkadang juga di bantu oleh Polisi Pamong Praja.18
Dinas Perhubungan Kota Malang memiliki kendala yang cukup serius. Perlu
diketahui sebelumnya bahwa di wilayah Kota Malang terdapat ± 645 titik parkir
17 Hasil wawancara dengan Bapak Hary Dwi Yunianto, S.Psi Staf Bidang Perparkiran Seksi
Pendataan Dinas Perhubungan Kota Malang pada 21 Juni 2017 18 Ibid.
51
dan ± 3000 orang Juru Parkir. Dengan banyaknya Juru Parkir di wilayah Kota
Malang tersebut ternyata tidak diimbangi dengan jumlah Sumber Daya Manusia
dari Dinas Perhubunga Kota Malang. Jumlah personil dari Dinas Perhubungan pada
bidang perparkiran terdapat 9 orang saja. Karena terbatasnya jumlah personil maka
tidak dapat dilakukan pengawawasan terhadap seluruh area sekaligus. Karena
jumlah anggota Dinas Perhubungan yang melakukan pengawasan sendiri hanya
sekitar 3-4 orang maka bantuan dari pihak TNI, Kepolisian, dan juga Satuan Polisi
Pamong Praja setiap harinya sangat membantu dalam melakukan pengawasan.
Sedangkan untuk memperbanyak petugas dari Dinas Perhubungan itu sendiri tentu
saja membutuhkan anggaran yang lebih besar lagi. Karena jika terjadi pertambahan
jumlah petugas tentu harus dibarengi dengan jumlah sarana atau alat-alat
pendukung sehingga membuat Dinas Perhubungan membutuhkan anggaran yang
semakin banyak. 19
Karena tidak dapat dilakukan pengawasan terhadap seluruh area sekaligus,
biasanya pengawasan lebih diutamakan terhadap pengelola parkir yang dilaporkan
kepada Dinas Perhubungan karena melakukan suatu pelanggaran seperti tidak
menggunakan atribut resmi, tidak memberikan karcis parkir, atau juga seperti
menaikan tarif retribusi parkir yang tidak sesuai dengan ketentuan. Laporan tersebut
bisa berasal dari pengaduan masyarakat pengguna kendaraan bermotor yang
menggunakan tempat parkir atau laporan dari petugas Dinas Perhubungan Kota
Malang sendiri. 20
19 Ibid. 20 Ibid.
52
Dalam hal melakukan pembinaan, Dinas Perhubungan memberikan beberapa
petunjuk teknis dan operasional kepada Juru Parkir atau pengelola parkir yang
resmi terdaftar pada Dinas Perhubungan. Petunjuk teknis yang dimaksud antara
lain, menggunakan atribut resmi, menggunakan karcis resmi dan menggunakan
identitas resmi. Pengarahan di bidang operasional yang dimaksud antara lain,
penataan parkir, penggunaan lahan parkir sesuai ketentuan dan tidak melanggar
batas wilayah tempat parkir. Kemudian Dinas Perhubungan juga bekerja sama
dengan kepolisian untuk melakukan pangarahan secara langsung kepada petugas-
petugas parkir untuk menghadapi suatu acara yang sifatnya mendadak, untuk
berkoordinasi melakukan pengamanan bersama. Untuk meningkatkan kesadaran
petugas parkir dalam binaannya, Dinas Perhubungan juga melakukan sosialisasi
perda kepada petugas-petugas parkir yang umumnya tidak mengetahui dan belum
mengetahui apa-apa saja yang diperbolehkan dan tidak diperbolehkan dalam
pengelolaan parkir.21
3. Faktor sarana atau fasilitas yang mendukung penegakan hukum
Dalam hal ini sarana dan prasarana yang dimaksud adalah prasarana atau
fasilitas yang digunakan sebagai alat untuk mencapai efektivitas hukum. Prasarana
tersebut secara jelas memang menjadi bagian yang memberikan kontribusi untuk
kelancaran tugas-tugas aparat di tempat atau lokasi kerjanya. Adapun elemen-
elemen tersebut adalah ada atau tidaknya prasarana, cukup atau kurangnya
prasarana, baik atau buruknya prasarana yang telah ada.
21 Ibid.
53
Secara umum sarana dan prasarana adalah alat penunjang keberhasilan suatu
proses upaya yang dilakukan di dalam pelayanan publik, karena apabila kedua hal
ini tidak tersedia maka semua kegiatan yang dilakukan tidak akan dapat mencapai
hasil yang diharapkan sesuai dengan rencana yang keduanya berfungsi untuk
mewujudkan tujuan yang hendak dicapai. Sarana dan prasarana mempunyai
peranan yang sangat penting di dalam penegakan hukum. Tanpa adanya sarana atau
fasilitas tersebut, penegak hukum akan sangat kesulitan untuk menjalankan peranan
yang seharusnya dilakukan. 22
Adapun beberapa fasilitas atau sarana yang digunakan oleh petugas Dinas
Perhubungan Kota Malang dalam melaksanakan kewenangannya dalam bidang
perparkiran khususnya dalam hal pembinaan dan pengawasan pengelolaan
perparkiran di Kota Malang antara lain 1 unit mobil, 3 unit motor, 3 alat komunikasi
berupa Handy Talky.
Dengan banyaknya jumlah titik parkir serta Juru Parkir di wilayah Kota
Malang, tentunya sarana dan fasilitas tersebut sudah belum mencukupi kebutuhan
petugas. Terlebih lagi kondisi dari beberapa fasilitas tersebut sudah tidak bisa
berfungsi secara maksimal sehingga terkadang juga menghambat petugas Dinas
Perhubungan Kota Malang pada saat melakukan pengawasan di lapangan. 23
4. Faktor masyarakat (Juru Parkir wilayah Kota Malang)
Faktor-faktor yang tidak kalah penting dalam menentukan efektifitas hukum
adalah pelaksanaan dari peraturan itu sendiri. Dalam hal ini yang di lihat adalah
22 Soerjono Soekanto, 2007, Pokok-pokok Sosiologi Hukum, Jakarta : PT. Raja Grafindo
Persada, Hlm.82 23 Hasil wawancara dengan Bapak Hary Dwi Yunianto, S.Psi Staf Bidang Perparkiran Seksi
Pendataan Dinas Perhubungan Kota Malang pada 21 Juni 2017
54
sejauh mana pemahaman serta ketaatan masyarakat kepada suatu perundang-
undangan. Salah satu upaya agar masyarakat mematuhi hukum adalah dengan
mencantumkan sanksi atau hukuman jika peraturan dilanggar. Ketentuan adanya
sanksi ini bertujuan agar masyarakat patuh atau taat peraturan yang ada sehingga
peraturan yang ada tersebut dapat berlaku secara efektif. Adapun beberapa elemen
pengukur efektivitas yang tergantung dari kondisi masyarakat, yaitu seberapa
banyak yang mematuhi dan yang melanggar aturan yang ada serta penyebab
masyarakat mematuhi dan melanggar aturan yang ada.
Untuk mengetahui sejauh mana efektivitas hukum atau aturan maka yang
harus diketahui adalah sejauh mana hukum atau aturan itu ditaati atau tidak ditaati
oleh masyarakat yaitu jika aturan tersebut ditaati oleh sebagian besar target yang
menjadi sasaran ketaatan, dalam hal ini adalah Juru Parkir sedangkan indikator
yang kedua yaitu jika ketaatan sebagian besar Juru Parkir hanya ketaatan yang
bersifat compliance, indentification atau Internalization.
Dengan kata lain, walupun sebagian besar Juru Parkir terlihat menaati aturan
hukum atau perundang-undangan, namun ukuran atau kualitas efektivitas aturan
atau perundang-undangan itu masih dapat dipertanyakan.
Dalam pasal 15 Peraturan Daerah Kota Malang No. 4 Tahun 2009 Tentang
Pengelolan Tempat Parkir, mengatur mengenai kewajiban Juru Parkir yaitu wajib
memiliki Kartu Tanda Anggota dan Surat Penunjukan, wajib mengenakan seragam
dan membawa Surat Penunjukan dalam melaksanakan tugasnya serta dilarang
mengalihkan surat penunjukan kepada orang lain.
55
Sesuai dengan data diatas dapat dikatakan bahwa masih cukup banyak Juru
Parkir yang masih belum memiliki Surat Penunjukan dan Kartu Tanda Anggota
Juru Parkir. Penulis menemukan 17 Juru Parkir Liar yang tidak memiliki Surat
Penunjukan dan Kartu Tanda Anggota Juru Parkir tersebut beralasan bahwa karena
selama ini tidak pernah mendapatkan teguran dari Aparat yang bersangkutan dan
ada juga yang kurang mempercayai Dinas Perhubungan Kota Malang.24
Padahal jika melihat kewajiban dari Juru Parkir sesuai dengan pasal 15 ayat
(1) Peraturan Daerah Kota Malang No. 4 Tahun 2009 Tentang Pengelolan Tempat
Parkir menyatakan bahwa terhadap lokasi parkir umum dan parkir khusus yang
dimiliki atau dikelola oleh Pemerintah Daerah kepada setiap petugas parkir
diberikan surat penunjukan sebagai petugas parkir pada petak atau lokasi parkir
yang bersangkutan dan Kartu Tanda Anggota Juru Parkir.
Selanjutnya sesuai dengan data dari Tabel 1 diatas dapat dikatakan bahwa
sebagian besar Juru Parkir hampir tidak pernah membawa Surat Penunjukan dan
KTA saat bertugas. Padahal jika melihat kewajiban dari Juru Parkir sesuai dengan
pasal 15 ayat (4) Peraturan Daerah Kota Malang No. 4 Tahun 2009 Tentang
Pengelolan Tempat Parkir menyatakan bahwa setiap petugas parkir yang telah
diberikan surat penunjukan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), wajib
menggunakan rompi dan membawa surat penunjukan di dalam melaksanakan
tugasnya.
Sebagian besar dari Juru Parkir yang tidak membawa Surat Penunjukan dan
KTA saat bertugas beralasan karena tidak pernah mendapatkan teguran dari aparat.
24 Hasil wawancara dengan Juru Parkir pada tanggal 3-8 Juli 2017
56
Selain itu ada juga yang mengatakan bahwa Surat Penunjukan miliknya di bawa
oleh Koordinator Pengelolaan Parkir mereka.
Selanjutnya pada Tabel 1 mengenai ketentuan yang menyatakan bahwa Surat
Penunjukan Juru Parkir tidak boleh dialihkan kepada orang lain didapatkan hasil
bahwa dari 33 Juru Parkir yang memiliki Surat Penunjukan didapatkan jawaban
yaitu 4 orang pernah meminjamkan Surat Penunjukan kepada orang lain dan 29
orang tidak pernah meminjamkan Surat Penunjukan kepada orang lain. Sesuai
dengan data diatas dapat dikatakan bahwa ternyata masih ditemukan adanya Juru
Parkir yang meminjamkan Surat Penunjukan kepada orang lain. Dari 4 orang Juru
Parkir tersebut semuanya mengaku bahwa orang yang di pinjami Surat Penunjukan
adalah keluarganya sendiri dan mereka mengakui bahwa tidak mengerti aturan
mengenai larangan pengalihan Surat Penunjukan Juru Parkir. Padahal jika melihat
ketentuan sesuai dengan pasal 15 ayat (2) dan (5) Peraturan Daerah Kota Malang
No. 4 Tahun 2009 Tentang Pengelolan Tempat Parkir menyatakan Setiap petugas
parkir dilarang mengalihkan surat penunjukan tanpa seijin Walikota atau Pejabat
yang ditunjuk dan Apabila terjadi pengalihan surat penunjukan sebagaimana
dimaksud pada ayat (2), maka surat penunjukan dapat dicabut dan petugas parkir
yang menerima pengalihan surat penunjukan dinyatakan sebagai petugas parkir
yang tidak sah atau tidak berhak.
Selanjutnya Penulis mencari tahu mengenai pemahaman Juru Parkir tentang
tata cara dan persyaratan pembuatan Surat penunjukan dan Kartu Tanda Anggota
Juru Parkir. Didapatkan 8 dari 33 orang Juru Parkir tidak mengerti mengenai tata
cara dan persyaratan pembuatan Surat penunjukan dan Kartu Tanda Anggota Juru
57
Parkir. Dari 8 orang Juru Parkir tersebut semuanya tidak mengerti mengerti tata
cara dan persyaratan pembuatan surat penunjukan Juru Parkir dan Kartu Tanda
Anggota Juru Parkir dikarenakan pendaftaran mereka kepada Dinas Perhubungan
Kota Malang diwakilkan oleh Koordinator Pengelolaan Parkir. Padahal saat
melakukan pendaftaran pengelolaan parkir, Dinas Perhubungan Kota Malang juga
memberikan pengarahan dan petunjuk operasional seperti petunjuk mengenai
tatacara pengelolaan di tempat parkir, misal batas area parkir, dan tatacara penatan
lahan parkir.
Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai derajat efektivitas hukum itu, maka
harus diketahui seberapa banyak Juru Parkir yang hanya ketaatan yang bersifat
compliance, indentification atau Internalization,. Dengan kata lain, walaupun
sebagian Juru Parkir terlihat menaati aturan parkir sesuai dengan Peraturan Daerah
Kota Malang No.4 Tahun 2009 tentang Pengelolaan Tempat Parkir atau perundang-
undangan, namun ukuran atau kualitas efektivitas aturan tersebut atau perundang-
undangan itu masih dapat dipertanyakan.
Sesuai dengan Tabel 1 diatas didapatkan hasil yaitu 28 orang menjawab takut
kena sanksi, 1 orang malu terhadap orang lain, 4 orang sesuai dengan nilai intrinsic
sehingga dapat dikatakan bahwa sebagian besar Juru Parkir hanya memiliki
ketaatan yang bersifat compliance. Artinya sebagian besar Juru Parkir hanya taat
terhadap aturan tersebut karena takut akan sanksi saja sehingga kualitas efektivitas
aturan tersebut masih rendah.
58
5. Faktor kebudayaan
Dalam hal ini, yang di maksud dengan faktor kebudayaan adalah ada atau
tidaknya suatu perlakuan terhadap aturan yang di jadikan kebiasaan oleh
masyarakat baik kebiasaan baik atau yang bertentangan dengan aturan. Dalam
kehidupan sehari-hari, orang begitu sering membicarakan soal kebudayaan.
Kebudayaan mempunyai fungsi yang sangat besar bagi manusia dan masyarakat,
yaitu mengatur agar manusia dapat mengerti bagaimana seharusnya bertindak,
berbuat, dan menentukan sikapnya. Dengan demikian, kebudayaan adalah suatu
pegangan tentang perikelaku yang menetapkan peraturan mengenai apa yang harus
dilakukan, dan apa yang dilarang.
Untuk melihat efektivitas pasal 15 Peraturan Daerah Kota Malang No.4
Tahun 2009 tentang Pengelolaan Tempat Parkir berdasarkan faktor kebudayaan,
Penulis mendapatkan informasi bahwasanya di beberapa wilayah terdapat suatu
aturan yang menyangkut mengenai wilayah pengelolaan parkir. Aturan tersebut
mengatakan bahwa yang memiliki hak untuk mengelola suatu wilayah hanyalah
masyarakat yang bertempat tinggal di wilayah itu sendiri. Aturan tersebut dibuat
sendiri oleh paguyuban Juru Parkir dikarenakan untuk menghindari bentrokan antar
Juru Parkir satu dengan lainnya dalam hal wilayah pengelolaan. Selain untuk
menghindari bentrok antara Juru Parkir, aturan tersebut juga dibuat untuk
mengutamakan masyarakat Kota Malang dalam hal mengelola wilayah perparkiran
karena ada beberapa wilayah yang didominasi oleh warga yang berasal dari luar
Kota Malang sehingga warga Kota Malang sendiri banyak yang tidak mendapatkan
wilayah pengelolaan parkir. Adapun beberapa wilayah yang menggunakan aturan
59
tersebut antara lain sepanjang Jalan Soekarno-Hatta (Kec. Lowokwaru) dan
sepanjang Jalan S.Supriadi (Kec.Sukun). 25
C. Dampak Pelanggaran Pasal 15 Peraturan Daerah Kota Malang No.4
Tahun 2009 tentang Pengelolaan Tempat Parkir oleh Juru Parkir
Dengan adanya pelanggaran terhadap suatu perundang-undangan, tentunya
akan menimbulkan beberapa dampak baik dampak kepada masyarakat maupun
kepada beberapa instansi tertentu.
Dengan ditemukanya berbagai macam bentuk pelanggaran yang ada,
otomatis pelaksanaan Pasal 15 Peraturan Daerah Kota Malang No.4 Tahun 2009
tentang Pengelolaan Tempat Parkir kurang efektif. Hal ini tentunya menyebabkan
beberapa dampak yakni dengan adanya Juru Parkir Liar yang tidak terdaftar di
Dinas Perhubungan Kota Malang otomatis Juru Parkir tersebut tidak mempunyai
kewajiban menyetor pemasukan kepada Dinas Perhubungan Kota Malang sehingga
Pendapatan Asli Daerah Kota Malang khususnya dari bidang perparkiran di Kota
Malang berkurang dari yang semestinya. Selain itu, dengan tidak terdaftarnya
seorang Juru Parkir, otomatis juga tidak mendapatkan pembinaan dan pengawasan
sehingga Juru Parkir tersebut berpotensi melakukan hal sewenang-wenang di luar
ketentuan yang berlaku. Misalnya menetapkan tarif retribusi parkir melebihi
ketentuan yang ada dan tidak menjaga dan tidak bertanggung jawab atas kendaraan
pengendara sepeda motor yang sedang di parkir . 26
25 Hasil wawancara dengan Bapak Hary Dwi Yunianto, S.Psi Staf Bidang Perparkiran Seksi
Pendataan Dinas Perhubungan Kota Malang pada 21 Juni 2017 26 Ibid.
60
Hal tersebut berarti merupakan dampak daripada pertanggung jawaban Juru
Parkir apabila di lokasi parkir terjadi hal-hal yang tidak diingin kan. Misalnya
kehilangan motor, kehilangan helm, terjadi kerusakan pada kendaraan yang
diparkir, dan lain-lain. Jika seorang Juru Parkir tidak mau bertanggung jawab atas
kehilangan motor, kehilangan helm, atau kerusakan pada kendaraan yang diparkir,
maka hal ini akan menimbulkan konflik baru antara Pengendara sepeda motor
dengan Juru Parkir Liar tersebut. Hal ini seringkali terjadi pada tahun 2016 yang
mana seorang Juru Parkir Liar tidak mau bertanggung jawab atas hilangnya helm
milik pengendara motor yang parkir dilokasi tersebut. 27
Selain itu dengan tidak membawa Surat Penunjukan atau Kartu Tanda
Anggota Juru Parkir serta tidak memakai atribut resmi dari Dinas Perhubungan
Kota Malang seperti rompi dan karcis dapat membuat kepercayaan masyarakat
kepada Juru Pakir tersebut berkurang sehingga dapat menimbulkan keresahan
kepada masyarakat. Padahal satu-satunya yang dapat membuktikan bahwa resmi
atau tidaknya seorang Juru Pakir hanya bisa di lihat melalui Surat Penunjukan dan
Kartu Tanda Anggota Juru Parkir.
Dengan adanya Juru Parkir yang melanggar tetapi tidak diberikan sanksi yang
tegas oleh Dinas Perhubungan Kota Malang tentunya akan membuat Juru Parkir
lainya berpotensi untuk melakukan pelanggaran juga. Dengan kata lain Juru Parkir
Liar di Kota Malang akan semakin banyak ditemui. Selain itu semakin banyak Juru
Parkir Liar tentunya akan semakin cepat meluasnya budaya akan korupsi di
kalangan Juru Parkir.
27 Ibid.
61
D. Penerapan Sanksi bagi pelanggar Pasal 15 Peraturan Daerah Kota
Malang No.4 Tahun 2009 tentang Pengelolaan Tempat Parkir
Untuk meminimalisir dampak yang di akibatkan oleh pelanggaran Juru
Parkir, Dinas Perhubungan membutuhkan beberapa sanksi yang dapat diberikan
kepada Juru Parkir yang melanggar ketentuan agar mendapatkan efek jera sehingga
diharapkan tidak melakukan pelanggaran kembali.
Apabila pada saat pengawasan di temukan adanya pelanggaran oleh
Pengelola atau Juru Parkir, maka secara tegas Dinas Perhubungan dapat
memberikan sanksi kepada Pengelola atau Juru Parkir resmi yang telah terdaftar
sebagai petugas parkir resmi.
Dalam hal ini terdapat beberapa pelanggaran oleh Juru Parkir terhadap Pasal
15 Peraturan Daerah No.4 Tahun 2009 tentang Pengelolaan Tempat Parkir yang
ditemukan oleh Penulis pada saat observasi dan wawancara antara lain :
1. Ada beberapa Juru Parkir dan titik parkir yang masih belum terdaftar secara
resmi di Dinas Perhubungan Kota Malang. Oleh kebanyakan masyarakat,
Juru Parkir tersebut biasa disebut Juru Parkir Liar yang mana tidak memiliki
Surat Penunjukan Juru Parkir dan Kartu Tanda Anggota Juru Parkir. Hal itu
sudah jelas merupakan pelanggaran Pasal 15 ayat (1) Peraturan Daerah Kota
Malang No.4 Tahun 2009 tentang Pengelolaan Tempat Parkir.
2. Juru Parkir sudah terdaftar secara resmi di Dinas Perhubungan Kota Malang
sangat jarang sekali membawa Surat Penunjukan dan Kartu Tanda Anggota
Juru Parkir. Hal itu sudah jelas merupakan pelanggaran Pasal 15 ayat (4)
62
Peraturan Daerah Kota Malang No.4 Tahun 2009 tentang Pengelolaan
Tempat Parkir.
3. Ada beberapa Juru Parkir yang masih meminjamkan Surat Penunjukan
ataupun Kartu Tanda Anggota Juru Parkir kepada orang lain. Padahal hal
tersebut secara jelas dilarang pada Pasal 15 ayat (5) Peraturan Daerah Kota
Malang No.4 Tahun 2009 tentang Pengelolaan Tempat Parkir.
Berdasarkan pelanggaran –pelanggaran diatas, maka sanksi yang dapat
diberikan oleh Dinas Perhubungan Kota Malang antara lain:
1. Memberi peringatan
Peringatan diberikan oleh Dinas Perhubungan terhadap petugas parkir
yang melakukan pelanggaran terhadap ketentuan yang telah diberikan.
Peringatan tersebut berupa saran untuk tidak melakukan pelanggaran
ketentuan.
2. Teguran
Hal ini diberikan apabila peringatan tidak diindahkan, maka akan
dilakukan teguran secara langsung secara tertulis dan tidak tertulis.
3. Pencabutan surat izin
Apabila telah diberikan peringatan dan teguran namun masih terjadi
pelanggaran maka Dinas Perhubungan akan mencabut surat izin resmi
petugas parkir yang dimiliki petugas yang bersangkutan. Sehingga
apabila petugas tersebut masih melakukan kegiatan parkir, kegiatan
tersebut dianggap illegal. Dan terjadinya kerugian atas perbuatannya
63
sudah merupakan tindak pidana yang menjadi wewenang pihak
kepolisian. 28
Tindak pidana yang dimaksud di atas telah tercantum pada pasal 20 dan pasal
21 Peraturan Daerah Kota Malang No.4 Tahun 2009 tentang Pengelolaan Juru
Parkir yang mengatakan bahwa : 29
Pasal 20
(1) Pelanggaran terhadap ketentuan dalam Pasal 12, diancam pidana
kurungan selama lamanya 3 (tiga) bulan atau denda setinggi-tingginya
Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah).
(2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1), merupakan
pelanggaraan.
(3) Apabila dilakukan pelanggaran yang kedua kali sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), maka ijin usaha dapat dicabut.
(4) Terhadap petugas penarik pajak parkir yang tidak melaksanakan
kewajibannya dikenakan sanksi dan hukuman sesuai dengan ketentuan
peraturan perundangan.
Pasal 21
Terhadap kehilangan kendaraan yang diparkir, petugas parkir yang
bersangkutan dapat dituntut sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan
Mengenai sejauh mana penerapan sanksi yang telah dilakaukan Dinas
Perhubungan Kota Malang, maka dapat didasarkan data pada Tabel 1 yang mana
didapatkan hasil 12 orang Juru Parkir menjawab pernah diberi sanksi, dan 38 orang
tidak pernah diberi sanksi. Padahal dari 50 Juru Parkir yang diwawancarai tersebut
hampir seluruhnya pernah melakukan pelanggaran mulai dari tidak menggunakan
atribut resmi sampai tidak menggunakan identias seperti Kartu Tanda Anggota Juru
Parkir. Dari 12 orang yang pernah diberikan sanksi di atas tersebut 2 di antaranya
28 Hasil wawancara dengan Bapak Hary Dwi Yunianto, S.Psi Staf Bidang Perparkiran Seksi
Pendataan Dinas Perhubungan Kota Malang pada 21 Juni 2017 29 Pasal 20 dan Pasal 21 Peraturan Daerah Kota Malang No.4 Tahun 2009 tentang Pengelolaan
Juru Parkir
64
diberikan sanksi yaitu pencabutan Surat Penunjukan Juru Parkir karena pernah
terlibat bentrok antar Juru Parkir karena perebutan wilayah parkir. Sedangkan 10
Juru Parkir lainya yang pernah diberikan sanksi hanya berupa teguran saja. Dalam
hal ini dapat disimpulkan bahwa penerapan saksi oleh Dinas Perhubungan Kota
Malang kepada Juru Parkir yang melakukan pelanggaran tidak efektif dikarnakan
Dinas Perhubungan Kota Malang kurang tegas dalam memberikan sanksi terhadap
Juru Parkir yang melanggar.