Post on 28-Jul-2019
1
BAB III
HASIL PENELITIAN
3.1.Deskripsi Informan
Subjek penelitian atau informan yang diambil pada penelitian ini adalah
narasumber yang dinilai paham dan bergerak langsung dalam
pengimplementasian dari kebijakan ini. Informasi diterima dari informan
berupa data primer melalui hasil wawancara tentang permasalahan yang ingin
diteliti. Data primer yaitu hasil wawancara yang telah dikumpulkan, kemudian
disajikan ke dalam bentuk paparan dan penjelasan. Pihak-pihak yang menjadi
informan pada penelitian ini adalah:
Tabel 3.1
Informan Penelitian
Informan Nama Pekerjaan
Informan 1 Ali Masykuri, S.H, M.H Kepala Seksi Penempatan Tenaga Kerja
dan Transmigrasi Bidang Penempatan
dan Pengembangan Tenaga Kerja
(Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Pati)
Informan 2 Sri Rahayu, S.P Pejabat fungsional pengantar kerja ahli
Bidang Penempatan dan Pengembangan
Tenaga Kerja
(Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Pati)
Informan 3 Djarot Sukanto Kepala Bagian Umum PT.Dewi
Pengayom Bangsa Pati
Informan 4 Yuni Sofiani TKI asal Kabupaten Pati yang bekerja di
Malaysia
Informan 5 Puput Indrayani TKI asal Kabupaten Pati yang bekerja di
Hongkong dan Makau
2
3.2. Implementasi Kebijakan Penempatan TKI di Luar Negeri di
Kabupaten Pati yang Dilaksanakan oleh Dinas Tenaga Kerja
Kabupaten Pati
Salah satu tahapan penting dalam siklus kebijakan publik adalah terdapat
dalam proses implementasinya. Implementasi sering dianggap hanya
merupakan pelaksanaan dari apa yang telah diputuskan oleh legislative atau
para pengambil keputusan, seolah-olah keputusan ini kurang berpengaruh.
Dengan kata lain, implementasi berarti sebuah tahap kebijakan dilaksanakan
dan tercapainya sebuah tujuan dari kebijakan.
Pelaksanaan kebijakan penempatan TKI di luar negeri di Kabupaten Pati
berdasarkan Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia Nomor
22 Tahun 2014 Tentang Pelaksanaan Penempatan dan Perlindungan Tenaga
Kerja Indonesia di Luar Negeri nampaknya belum mencapai hasil yang
maksimal. Hal ini dibuktikan dari tingginya jumlah pengaduan TKI
berdasarkan 25 Kab/Kota periode tahun 2016 dan 2017 (s.d Desember) dalam
lingkup Jawa Tengah berdasarkan data dari PUSLITFO BNP2TKI Tahun
2017 untuk Kabupaten Pati menempati peringkat ke 6 setelah Kabupaten
Cilacap, Kabupaten Brebes, Kabupaten Kendal, Kabupaten Banyumas, dan
Kota Tegal. Jumlah pengaduan TKI di Kabupaten Pati berdasarkan data dari
PUSLITFO BNP2TKI Tahun 2017 mengalami peningkatan sebesar 14
pengaduan mulai Januari-Desember 2016 sampai Januari-Desember 2017.
Permasalahan lain yang ditemukan adalah terkait beberapa dokumen yang
3
dibawa oleh Calon TKI terkadang ada yang tidak sama dengan dokumen
aslinya. Contohnya: mempunyai paspor yang berbeda dengan dokumen paspor
yang lama. Masalah administratif TKI seperti perbedaan tanggal lahir TKI
antara di ijazah dengan di e-KTP; nama orang tua TKI di ijazah dan e-KTP
berbeda; dan lain-lain.
Permasalahan lain yang muncul adalah Pihak PPTKIS Cabang di
Kabupaten Pati kurang disiplin dalam melaporkan laporan penerbangan
(AN05) kepada pihak Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Pati. Permasalahan lain
yang juga muncul adalah pada saat melakukan proses layanan data dan
informasi TKI secara online terkadang mengalami hambatan server/jaringan
internet dari Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan TKI (BNP2TKI)
di Jakarta yang tidak terkoneksi dengan sistem komputerisasi tenaga kerja luar
negeri (siskotkln). Berdasarkan permasalahan-permasalahan yang terjadi,
peneliti menggunakan fenomena penelitian sebagai panduan untuk meneliti
lebih dalam mengenai implementasi kebijakan penempatan TKI di luar negeri
di Kabupaten Pati disertai dengan faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan
penempatan TKI di luar negeri di Kabupaten Pati . Fenomena-fenomena yang
peneliti gunakan adalah sebagai berikut :
1.2.1 Pendaftaran
Dalam tahap pendaftaran TKI, peneliti telah melakukan wawancara terhadap
Informan 2 selaku pejabat fungsional pengantar kerja ahli Bidang
Penempatan dan Pengembangan Tenaga Kerja Dinas Tenaga Kerja
Kabupaten Pati yang mengatakan bahwa :
4
“pendaftaran calon TKI yang dilaksanakan Dinas Tenaga Kerja
Kab.Pati berdasarkan UU No.39 Tahun 2004 kemudian diturunkan ke
Permenaker No.22 Tahun 2014 itu alurnya mulai dari calon TKI yang
didampingi oleh pihak PPTKIS yang merekrut datang ke dinas dengan
membawa surat kelengkapan yaitu e-KTP, KK,ijazah,surat ijin
ortu/wali yang sudah mendapat stempel dari Kepala Desa dan
diketahui camat, surat keterangan sehat, kartu AK/1, untuk kemudian
dari dokumen-dokumen TKI tersebut, datanya akan saya input di
sistem komputerisasi tenaga kerja luar negeri (siskotkln).”(Wawancara
pada 20 November 2017).
Sedangkan menurut informan 1 selaku Kepala Seksi Penempatan Tenaga
Kerja dan Transmigrasi Bidang Penempatan dan Pengembangan Tenaga
Kerja Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Pati mengatakan bahwa:
“sasaran dari kebijakan penempatan TKI di luar negeri di Kabupaten
Pati yaitu TKI di Kab.Pati. Dinas Tenaga Kerja juga telah
melaksanakan sosialisasi tentang proses penempatan tenaga kerja
keluar negeri sesuai UU No.39 Tahun 2004 dan Permenaker No.22
Tahun 2014. Contohnya saja tahun 2017 ini, kami sudah melaksanakan
sosialisasi di 12 desa yang dihadiri oleh perangkat desa, tokoh
masyarakat, tokoh agama. Untuk kemudian mereka akan melanjutkan
sosialisasi kepada keluarga TKI atau keluarga non TKI yang memiliki
keinginan untuk menjadi TKI di luar negeri.Tapi di sisi lain, walaupun
kami sudah melakukan sosialisasi, ternyata pada saat TKI melakukan
proses pendaftaran di Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Pati masih ada
beberapa TKI yang tidak membawa kelengkapan dokumen. Contohnya
ada Calon TKI yang tidak bisa menunjukkan surat nikah karena
katanya dulu ketika menikah prosesnya dia secara adat yang terjadi di
Sukolilo, Pati. Kami menyarankan kalau dia mau melanjutkan proses
pendaftaran untuk menjadi TKI, maka dia harus meminta surat
keterangan dari desa yang sudah distempel dan diketahui oleh camat
baru kemudian kembali lagi ke Dinas kalau dokumen sudah lengkap.
”(Wawancara pada 27 November 2017).
Sementara itu, informan lain yang berasal dari kelompok sasaran yaitu
TKI selaku informan 4 mengatakan :
“dalam melakukan proses pendaftaran sebagai TKI untuk
peraturannya sendiri jujur saya tidak tahu, namun saya mengikuti
arahan dari pihak PPTKIS yang membawa saya ke Dinas dengan
membawa dokumen-dokumen yang disyaratkan seperti KK, ijazah, e-
KTP, surat ijin dari orang tua yang diketahui Kepala Desa, akte
5
kelahiran, surat keterangan sehat, dan AK/1 yang saya dapatkan dari
Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Pati. Kalau di Desa saya di Sidomulyo
Gunung Wungkal Pati pernah ada sosialisasi dari kepala desa tentang
prosedur penempatan dan perlindungan TKI di luar negeri yang baik
dan benar sesuai dengan peraturan yang berlaku. Jadi dulu sebelum
menjadi TKI saya harus minta surat ijin dari desa dengan membawa
surat ijin dari kedua orang tua saya untuk kemudian saya serahkan ke
desa untuk memperoleh pengesahan/stempel. Selama di sana saya
diberi masukan kalau mau jadi TKI harus mengikuti aturan yang ada,
harus ada PT yang membawa, dan kalau mendaftar harus lewat Dinas
Tenaga Kerja Kabupaten Pati, dan kalau mau tanya-tanya lebih lanjut
juga dapat melalui Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Pati. Untuk proses
pendaftaran di Dinas saya juga sudah melalui prosedur dan tidak ada
masalah yang buktinya saya sudah mendapatkan kartu AK/1 dan
rekomendasi paspor dari Dinas”(Wawancara pada 13 Desember 2017).
Di sisi lain, peneliti juga telah melakukan wawancara dengan informan 5
selaku TKI mengatakan:
“peran yang saya lakukan untuk ikut mendukung implementasi
kebijakan penempatan TKI di luar negeri dengan mengikuti prosedur
yang sesuai dengan peraturan, mengikuti arahan dari pihak PT bahwa
untuk proses pendaftaran harus menyiapkan kelengkapan dokumen
seperti e-KTP, KK, surat ijin dari suami, ijazah, akte kelahiran, surat
keterangan sehat, dan lain-lain. Kemudian persyaratan dokumen untuk
menjadi TKI juga ada prosesnya yang harus ke Dinas Tenaga Kerja
seperti dalam pembuatan AK/1 dan rekomendasi paspor sebelum
memperoleh paspor itu semua juga sudah saya jalani. Untuk masalah
sosialisasi yang dilakukan Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Pati tentang
TKI di desa saya di Tlogowungu dulu ketika saya mau jadi TKI
memang belum ada. Saya mengetahui seluk beluk bagaimana menjadi
TKI melalui PT yang merekrut saya. Jadi dalam proses pendaftaran
TKI saya mengikuti arahan yang diminta PT. Kemudian Dinas Tenaga
Kerja dalam memfasilitasi proses pendaftaran saya menjadi TKI mulai
dari proses mendapatkan AK/1 secara gratis hingga saya memperoleh
surat rekomendasi paspor.Untuk kelengkapan dokumen yang saya
bawa ke Dinas juga tidak ada masalah”.(Wawancara pada 13
Desember 2017).
Pihak swasta merupakan salah satu komponen penyelenggara good
governance. PT.Dewi Pengayom Bangsa, merupakan pihak swasta yang
memiliki pengaruh terhadap berjalannya kebijakan penempatan TKI di luar
6
negeri di Kabupaten Pati. Setiap tahunnya PT.Dewi Pengayom Bangsa
memberangkatkan sekitar 600 TKI informal ke luar negeri dengan negara
tujuan seperti Singapura, Malaysia, Hongkong, dan Taiwan. Dinas Tenaga
Kerja Kabupaten Pati melakukan kerjasama dengan PT.Dewi Pengayom
Bangsa sebagai salah satu PPTKIS Pusat di Kabupaten Pati dan sebagai salah
satu penyalur TKI ke luar negeri yang terbesar di Kab.Pati dinilai dapat
membantu dalam hal terlaksananya implementasi kebijakan penempatan TKI
di luar negeri di Kabupaten Pati secara maksimal. Berikut wawancara dengan
informan 3 selaku Kepala Bagian Umum PT.Dewi Pengayom Bangsa
menyatakan bahwa:
“peran kami dalam masalah pendaftaran TKI ke pihak Dinas Tenaga
Kerja Pati sudah mengikuti aturan yang ada dan selama ini hubungan
kami tidak ada masalah. Karena apabila ada masalah ketika kami
membawa Calon TKI kami ke Dinas ketika mendaftar,maka
konsekuensinya kami tidak akan diberikan rekomendasi paspor untuk TKI
oleh pihak Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Pati. Jadi TKI yang akan
berangkat ke luar negeri kan harus punya paspor, untuk mendapatkan
paspor itu harus mendapatkan ijin dari Dinas dulu.”(Wawancara pada 13
Desember 2017).
Berdasarkan data wawancara dari informan-informan di atas, Dinas
Tenaga Kerja Kabupaten Pati telah berupaya dalam melaksanakan proses
pendaftaran sesuai dengan prosedur yang telah ditentukan dengan melakukan
kerjasama dengan pihak swasta yaitu PT.Dewi Pengayom Bangsa. Namun,
dalam proses pendaftaran, masih ditemukan beberapa TKI yang belum
membawa kelengkapan dan kesesuaian dokumen yang disyaratkan.
Sosialiasasi tentang proses penempatan TKI ke luar negeri oleh Dinas Tenaga
Kerja ke desa-desa juga sudah dilaksanakan walaupun belum menyeluruh.
7
1.2.2 Seleksi
Dalam tahap seleksi TKI, peneliti telah melakukan wawancara terhadap
informan 2 selaku pejabat fungsional pengantar kerja ahli Bidang Penempatan
dan Pengembangan Tenaga Kerja Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Pati yang
mengatakan bahwa :
“untuk seleksi calon TKI yang dilaksanakan oleh Dinas Tenaga Kerja
Kabupaten Pati sesuai dengan Permenaker No.22 Tahun 2014 itu ada
seleksi administrasi. Jadi calon TKI bersama dengan PPTKIS yang
merekrut datang ke Dinas dengan membawa kelengkapan dokumen
yang dibutuhkan diantaranya e-KTP, KK, akte kelahiran, ijazah, surat
ijin dari ortu/wali, surat keterangan sehat, kartu AK/1. Dokumen-
dokumen tersebut akan kami cek kesesuaiannya. Contohnya kesesuaian
tempat tanggal lahir calon TKI antara di ijazah dengan e-KTP,
kemudian nama orang tua di ijazah dengan e-KTP. Dokumen-dokumen
yang dibawa calon TKI haruslah sesuai agar tidak menimbulkan
masalah di kemudian hari. ”(Wawancara pada 20 November 2017).
Sementara itu informan lain yaitu informan 1 selaku Kepala Seksi
Penempatan Tenaga Kerja dan Transmigrasi Bidang Penempatan dan
Pengembangan Tenaga Kerja Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Pati
mengatakan bahwa:
“Calon TKI yang datang ke Dinas pada saat melakukan proses seleksi
nantinya juga akan saya interview dengan membawa kelengkapan
dokumen yang disyaratkan seperti e-KTP, KK, surat ijin orang
tua/wali, surat keterangan sehat dan tidak dalam kondisi hamil, ijazah,
surat nikah, kartu AK/1. Contohnya tanggal lahir di e-KTP dan ijazah
harus sama dan kalau beda maka harus dilampirkan catatan dari desa
bahwa orang tersebut tanggal lahirnya yang dipakai pedoman dari
ijazah/e-KTP nya yang diketahui camat. Kemudian Calon TKI juga
harus membawa surat nikah karena sering saya menjumpai beberapa
kasus bahwa Calon TKI itu di e-KTP nya itu statusnya tertulis kawin
tetapi ternyata tidak bisa menunjukkan surat nikahnya. Jadi kami
dalam melayani TKI harus transparan, tidak boleh pakai money
politik, harus cepat dan tepat Dan kalau ada dokumen-dokumen yang
belum lengkap ya tidak saya loloskan.”(Wawancara pada 30 November
2017).
8
Informan 3 selaku Kepala Bagian Umum PT.Dewi Pengayom Bangsa
juga mengatakan bahwa :
“sudah menjadi tanggung jawab kami untuk mengikuti seleksi TKI yang
diarahkan oleh Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Pati. Semua
persyaratannya melengkapi dokumen dan menyesuaikannya juga kami
patuhi agar TKI yang kami rekrut di kemudian hari tidak terjadi
permasalahan apapun. (Wawancara tanggal 13 Desember 2017).
Adapun hasil wawancara yang disampaikan oleh informan 4 sebagai
TKI menyatakan bahwa:
“peran saya sebagai TKI ketika melakukan proses seleksi yaitu dengan
membawa dokumen-dokumen serta dari pihak PT yang merekrut saya
juga melakukan pengecekan dokumen yang sudah disyaratkan agar
proses ketika saya melakukan seleksi di Dinas Tenaga Kerja Kabupaten
Pati dapat berjalan lancar dan tidak ada hambatan.”(Wawancara pada
13 Desember 2017).
Berdasarkan data wawancara dari informan-informan di atas dapat
disimpulkan bahwa Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Pati dalam
melaksanakan seleksi terhadap calon TKI sesuai dengan Permenaker No.22
Tahun 2014. Namun dalam pelaksanaannya masih terjadi hambatan yaitu
masih ada beberapa TKI yang belum melengkapi dan menyesuaikan
dokumen-dokumen yang disyaratkan.
1.2.3 Koordinasi Pelayanan Penempatan TKI di Kabupaten Pati
Dalam tahap koordinasi pelayanan penempatan TKI di Kabupaten Pati,
peneliti telah melakukan wawancara terhadap informan 2 selaku pejabat
fungsional pengantar kerja ahli Bidang Penempatan dan Pengembangan
Tenaga Kerja Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Pati yang mengatakan bahwa
:
9
“berdasarkan UU No.39 Tahun 2004 yang diturunkan ke Permenaker
No.22 Tahun 2014, Dinas Provinsi mengkoordinasikan BP3TKI (Balai
Pelayanan Penempatan dan Perlindungan TKI), Dinas Kab/Kota dan
instansi pemerintah terkait dalam memberikan pelayanan penempatan
TKI sesuai tugas masing-masing. Sebagai contoh Dinas Tenaga Kerja
kab.Pati berkoordinasi dengan Kementerian di Jakarta mengenai Surat
Ijin Pengerahan (SIP), Dinas Tenaga Kerja Kab.Pati berkoordinasi
dengan BP3TKI mengenai pendaftaran, rekrutmen, dan seleksi CTKI
Kab.Pati,kasus-kasus yang menimpa TKI, sosialisasi pembekalan akhir
pemberangkatan (PAP) ke PPTKIS di Kab.Pati yang dilaksanakan oleh
Dinas Tenaga Kerja Kab.Pati, kemudian koordinasi Dinas Tenaga
Kerja Kabupaten Pati dengan BNP2TKI yang ada di Jakarta tentang
rekap data jumlah TKI, jumlah penempatan TKI, dimana data-data
tersebut kami dapat dari PPTKIS. Data-data tersebut kemudian kami
kirim ke pihak BNP2TKI. Proses koordinasi pelayanan penempatan
TKI yang dilaksanakan Dinas Tenaga Kerja Kab.Pati dengan
Kementerian, BNP2TKI, serta BP3TKI itu dapat melalui fax, email,
kontak, helpdesk.”(Wawancara pada 20 November 2017).
Informan 1 selaku Kepala Seksi Penempatan Tenaga Kerja dan
Transmigrasi Bidang Penempatan dan Pengembangan Tenaga Kerja Dinas
Tenaga Kerja Kabupaten Pati mengatakan bahwa:
“kebijakan ini diturunkan dari UU No.39 Tahun 2004 yang kemudian
diturunkan menjadi Permenaker No.22 Tahun 2014. Kebijakan
tentang penemnpatan TKI di luar negeri ini dibuat karena memiliki
maksud dan tujuan tertentu yaitu memberikan pelayanan kepada TKI
secara murah, transparan, dan tepat waktu; memberikan pelayanan
kepada TKI mulai dari mencari AK/1, berangkat ke luar negeri,
sampai kepulangannya; dan memberikan pemahaman kepada TKI
dan keluarganya lewat sosialisasi aturan-aturan dalam bentuk UU
maupun Permenaker. Interaksi antara perumus kebijakan
penempatan TKI di luar negeri yaitu Kementerian Ketenagakerjaan
Republik Indonesia dengan lembaga pelaksana kegiatan yaitu Dinas
Tenaga Kerja Kabupaten Pati contohnya Kepala Dinas Tenaga
Kerja Kabupaten Pati berkoordinasi masalah kebijakan tentang
sistem-sistemnya dan peraturan-peraturannya dengan Kementerian.
Rencananya di Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Pati nanti akan
dibentuk Layanan Terpadu Satu Atap (LTSA) yang akan
dilaksanakan akhir tahun 2017 atau sampai awal tahun 2018. Yang
terlibat dalam LTSA antara lain Dinas Tenaga Kerja Kabupaten
Pati bekerjasama dengan Dinas Kesehatan Kab.Pati,
Dispendukcapil Kab.Pati, Kepolisian Kab.Pati, Kantor imigrasi
10
Kab.Pati, BP3TKI dari Semarang, P4 TKI yang merupakan pecahan
dari BP3TKI. Tujuan dari adanya LTSA ini adalah untuk
memberikan pelayanan yang bersih, transparan, cepat, bebas, dari
pungutan liar atau pemerasan. Untuk ruangan LTSA sendiri sudah
ada di belakang kantor Dinas Tenaga Kerja, sarana prasarana juga
sudah mendukung, jadi tinggal menunggu untuk digunakan saja.
Layanan LTSA nanti meliputi pelayanan interview TKI, pembuatan
AK/1, rekomendasi paspor, pengurusan e-KTP, pengurusan SKCK
pengurusan surat bebas narkoba, pengurusan PAP, pengurusan
kesehatan, pelayanan permasalahan-permasalahan yang dialami
TKI dan lain-lain.
Sebelum adanya LTSA sendiri, Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Pati
juga sudah menjalin hubungan dengan Dinas Kesehatan Kab.Pati,
Dispendukcapil Kab.Pati, Kepolisian Kab.Pati, Kantor imigrasi
Kab.Pati, BP3TKI dari Semarang dalam pelaksanaan penempatan
TKI di luar negeri di Kab.Pati. Hanya saja dalam layanan LTSA
nanti masing-masing ada perwakilan pegawai dari Dispendukcapil
Kab.Pati, Kepolisian Kab.Pati, Kantor imigrasi Kab.Pati, BP3TKI
dari Semarang yang ditempatkan dalam LTSA di Dinas Tenaga
Kerja Kabupaten Pati.
Interaksi yang dijalin oleh Dinas Tenaga Kerja dengan lembaga lain
yang terlibat dalam pelaksanaan kebijakan contohnya dengan
Dispendukcapil juga sudah baik. Hal tersebut dibuktikan dengan
apabila ada masalah mengenai dokumen yang dibawa calon TKI
apabila ada perbedaan tanggal lahir di e-KTP dengan ijazah maka
TKI tersebut dapat meminta surat keterangan dari desa sebetulnya
tanggal lahir yang dipakai pedoman dari ijazah/e-KTP dan
diketahui oleh pihak camat. Setelah mendapat surat keterangan dari
desa, baru TKI pergi ke Dispendukcapil untuk memastikan
kebenaran tanggal lahir yang dipakai patokannya serta untuk
memperoleh stempel dari camat untuk pengesahannya.”
(Wawancara pada 27 November 2017).
Selain itu, informan 1 selaku Kepala Seksi Penempatan Tenaga
Kerja dan Transmigrasi Bidang Penempatan dan Pengembangan Tenaga
Kerja dan Transmigrasi Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Pati mengatakan
bahwa:
11
“Bentuk interaksi/hubungan Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Pati
dengan pihak swasta yaitu PPTKIS yaitu kami sering memberikan
sosialisasi tentang pengendalian PPTKIS yaitu pihak Dinas
melakukan sosialisasi tentang peraturan UU No.39 Tahun 2004,
Permenaker No.22 Tahun 2014, UU No.21 Tahun 2007 Tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang. Untuk
sosialisasi ke PPTKIS dilaksanakan setiap 1 tahun sekali. Di tahun
2017 ini sosialisasi disampaikan secara door to door. Kalau dulu
pas sosialisasi PPTKIS nya dikumpulkan. Tapi setelah dipikir-pikir
ternyata kurang efektif sehingga beralih ke door to door.
Diprioritaskan kalau tercium ‘bau tidak enak’ atau mencurigakan
akan langsung ditindaklanjuti karena sosialisasi tersebut sebegai
bentuk perlindungan terhadap calon TKI dan bukan hanya semata-
mata sebagai bentuk pengendalian PPTKIS. Kemudian untuk
interaksi dengan TKI menurut kami merupakan hal yang sangat
penting untuk dilakukan mengingat TKI merupakan sasaran utama
dari kebijakan ini. Contohnya kami sering memberikan sosialisasi ke
desa-desa yang merupakan kantong TKI atau yang banyak TKI nya
setiap tahun tentang prosedur penempatan TKI di luar negeri yang
baik dan benar sesuai peraturan yang ada. Sosialisasi tersebut kami
sampaikan ke perangkat desa untuk kemudian informasinya dapat
disampaikan kepada warga yang ingin menjadi TKI, karena yang
TKI kan ada yang sudah berangkat ke luar negeri dan apabila masih
belum jelas, calon TKI tersebut dapat datang langsung ke dinas
untuk kemudian kami bimbing dan beri pemahaman agar dapat
menjadi TKI yang prosedural dan tidak ilegal” (Wawancara pada 27
November 2017).
Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Pati dalam melaksanakan koordinasi
pelayanan penempatan TKI di luar negeri di Kabupaten Pati bekerjasama
dengan beberapa pihak diantaranya kementerian, BP3TKI, BNP2TKI.
Selain itu apabila telah dilaksanakan LTSA, Dinas Tenaga Kerja Kabupaten
Pati juga akan bekerjasama dengan Dinas Kesehatan Kab.Pati,
Dispendukcapil Kab.Pati, Kepolisian Kab.Pati, Kantor Imigrasi Kab.Pati,
BP3TKI dari Semarang, P4 TKI yang merupakan pecahan dari B3TKI.
Bentuk kerjasama selain dengan pemerintah, juga dilakukan dengan pihak
swasta yaitu PT.Dewi Pengayom Bangsa yang sudah berjalan dengan baik.
12
1.2.4 Layanan Data dan Informasi TKI
Dalam tahap layanan data dan informasi TKI di Kabupaten Pati, peneliti
telah melakukan wawancara terhadap informan 2 selaku pejabat fungsional
pengantar kerja ahli Bidang Penempatan dan Pengembangan Tenaga Kerja
Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Pati yang mengatakan bahwa :
“menurut Permenaker No.22 Tahun 2014, layanan data dan
informasi TKI itu pelaksanaannya secara terpadu melalui sistem
online. Pelaksanaan layanan data dan informasi TKI di Kab.Pati
oleh Dinas Tenaga Kerja Kab.Pati melalui siskotkln (sistem
komputerisasi tenaga kerja luar negeri. Siskotkln sendiri isinya
memuat biodata TKI meliputi nama, tempat tanggal lahir, alamat,
pas foto, kemudian nomor paspor, nama dan alamat PPTKIS yang
menempatkan, gaji, nama dan alamat mitra usaha/pengguna,
negara tujuan. Manfaat terdaftarnya CTKI lewat siskotkln sendiri
antara lain untuk memastikan bahwa TKI telah mengikuti prosedur
penempatan TKI, memberikan kemudahan dalam penyelesaian
masalah karena data lengkap TKI ada disana. Selain itu, siskotkln
juga berguna sebagai instrumen perlindungan TKI. Untuk siskotkln
sendiri datanya terintegrasi dengan BNP2TKI di Jakarta, BP3TKI
di Semarang, dan ada rencana akhir tahun 2017 ini datanya juga
terintegrasi dengan pihak imigrasi Kab.Pati. Namun, terkadang
dalam melakukan layanan data dan informasi TKI mengalami
hambatan server/jaringan internet dari BNP2TKI di Jakarta yang
tidak terkoneksi dengan siskotkln.”(Wawancara pada 20 November
2017).
Selanjutnya, peneliti juga telah melakukan wawancara terhadap informan 5
selaku TKI yang menyatakan bahwa:
“ketika saya sudah selesai mendapatkan kartu AK/1 kemudian saya
menyerahkan dokumen-dokumen yang saya bawa ke pegawai Dinas
Tenaga Kerja Kabupaten Pati untuk kemudian dari dokumen-
dokumen tersebut diinput di komputer. Yang diinput di komputer itu
saya lihat meliputi biodata diri saya ada nama, tempat tanggal lahir,
alamat, nama PPTKIS yang menempatkan saya, dan lain-lain.”
(Wawancara pada 13 Desember 2017)
Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Pati dalam melakukan proses layanan
data dan informasi TKI secara online menggunakan sistem komputerisasi
13
tenaga kerja luar negeri (siskotkln) yang mulai dioperasikan sejak tahun
2012. Namun, dalam penginputan biodata TKI di siskotkln terkadang
mengalami hambatan server/jaringan internet dari BNP2TKI di Jakarta yang
tidak terkoneksi dengan siskotkln.
1.2.5 Pelaporan
Dalam tahap pelaporan, peneliti telah melakukan wawancara terhadap
informan 2 selaku pejabat fungsional pengantar kerja ahli Bidang
Penempatan dan Pengembangan Tenaga Kerja Dinas Tenaga Kerja
Kabupaten Pati yang mengatakan bahwa :
“dalam hal pelaporan, wewenang kami sesuai yang tercantum
dalam Permenaker No.22 Tahun 2014 meliputi pelayanan
penempatan TKI, penyelesaian permasalahan TKI, dan
pemberian peringatan tertulis kepada PPTKIS. Dalam hal
pelayanan penempatan TKI, kami memfasilitasi mulai dari proses
mendapatkan AK/1 sampai TKI memperoleh paspor dari pihak
imigrasi Pati. Untuk penyelesaian permasalahan TKI contohnya
pada pertengahan November 2017 ini saya mendapatkan email
dari Kemenlu kalau ada salah satu TKI dari Tayu stres karena
anaknya meninggal. Tindak lanjut dari Dinas Tenaga Kerja
Kab.Pati yaitu langsung melakukan koordinasi dengan perangkat
desa di Tayu. TKI tersebut bekerja di Arab sekitar tahun 2008
sebelum ada moratorium. Untuk proses pendaftaran TKI tersebut
tidak melalui siskotkln karena siskotkln sendiri baru ada tahun
2012. Proses pemberangkatannya juga tidak melalui PT.
Kemudian dalam hal pemberian peringatan tertulis kepada
PPTKIS di Kab.Pati contohnya PPTKIS yang tidak aktif dalam
melaporkan AN05 atau laporan penerbangan TKI setiap
bulannya ke Dinas Tenaga Kerja Kab.Pati, maka akan diberi
sanksi pencabutan rekomendasi SK pendirian PPTKIS. Karena
dari Kepala Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Pati menghendaki
haruis ada pelaporan ANO5 dari PPTKIS Pusat dan Cabang
setiap bulannya kepada pihak Dinas Tenaga Kerja Kabupaten
Pati. Untuk PPTKIS Pusat di Pati yaitu PT.Dewi Pengayom
Bangsa dan PT.Pelita Karya Djuhari saya kira sudah disiplin
dalam melaporkan ANO5. Namun, untuk PPTKIS Cabang di
14
Kab.Pati saya kira masih kurang disiplin dalam melaporkan
AN05 ke Dinas.”(Wawancara pada 20 November 2017).
Senada dengan yang dikatakan oleh informan 2, informan 1 selaku
Kepala Seksi Penempatan Tenaga Kerja dan Transmigrasi Bidang
Penempatan dan Pengembangan Tenaga Kerja Dinas Tenaga Kerja
Kabupaten Pati mengatakan bahwa:
“dalam hal pelayanan penempatan TKI, kami selaku Dinas
sudah melaksanakannya sesuai dengan prosedur yang ada yaitu
melakukan pelayanan penempatan TKI mulai dari
mendapatkan AK/1 sampai memperoleh paspor. Kemudian
untuk penyelesaian permasalahan TKI contohnya pada bulan
November 2017 lalu saya bersama dengan Bu Sri Rahayu
berkunjung ke Perangkat Desa di Tayu untuk melakukan
koordinasi masalah TKI yang stres karena anaknya meninggal
bunuh diri dan sampai saat ini beliau masih di Arab dan
ditangani pihak Kemenlu disana. Dalam hal pelaporan
penyelesaian permasalahan TKI di Kab.Pati contohnya
beberapa hari yang lalu ada TKI yang melapor ke Dinas
Tenaga Kab.Pati bahwa bapaknya meninggal dunia. Dalam
menanggapi kasus tersebut kami berupaya meluruskan dan
memberi penjelasan bahwa meninggalnya kerabat TKI
bukanlah wewenang atau tanggung jawab dari Dinas. Kalau
ada keluarga TKI yang meninggal mungkin TKI tersebut
sebaiknya bisa langsung melapor ke Dinas Sosial. Kemudian
dalam hal pelaporan AN05, PPTKIS di Kab.Pati baik Pusat
maupun Cabang wajib melaporkan hasilnya setiap bulannya
kepada Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Pati. Dan apabila tidak
disiplin maka akan diberi sanksi pencabutan rekomendasi SK
pendirian PPTKIS, dan tidak akan dilayanai oleh Dinas dalam
proses perekrutan TKI. ”(Wawancara pada 27 November 2017).
Dalam hasil wawancara dengan informan 3 selaku Kepala Bagian
Umum PT.Dewi Pengayom Bangsa juga mengatakan bahwa :
“dalam hal pelaporan penerbangan TKI (AN05),kami juga
lancar dan disiplin dalam melaporkan setiap bulannya ke pihak
Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Pati. Meskipun tidak ada
laporan penerbangan TKI ke luar negeri/nihil, tapi hasilnya
tetap akan kami laporkan ke pihak Dinas Tenaga Kerja.
Laporan AN05 itu sendiri rinciannya ada kapan TKI
15
diterbangkan, ke negara mana, pesawatnya apa, tanggal berapa
diberangkatkan, dan lain-lain.”(Wawancara pada 13 Desember
2017).
Berdasarkan data wawancara dari informan-informan di atas Dinas
Tenaga Kerja Kabupaten Pati telah melaksanakan tahap pelaporan yang
meliputi pelayanan penempatan TKI, penyelesaian permasalahan TKI, dan
pemberian peringatan tertulis kepada PPTKIS sesuai dengan Permenaker
No.22 Tahun 2014.
1.2.6 Koordinasi
Dalam tahap koordinasi, peneliti telah melakukan wawancara terhadap
informan 2 selaku pejabat fungsional pengantar kerja ahli Bidang
Penempatan dan Pengembangan Tenaga Kerja Dinas Tenaga Kerja
Kabupaten Pati ang mengatakan bahwa :
“Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Pati dalam proses koordinasi
contohnya ada undangan dari BP3TKI yang ada di Semarang
untuk melaksanakan rapat koordinasi dan evaluasi dalam hal
sistem pelayanan siskotkln di Dinas Tenaga Kerja Kab/Kota
apakah ada kendala/tidak itu semua dibahas disana. Hambatan
yang sering kami alami mengenai masalah siskotkln adalah
servernya terkadang tidak konek dengan capil. Kemudian pada
November 2017 lalu kami juga mendapatkan undangan dari
BP3TKI di Semarang kemarin membahas tentang masalah
dokumen TKI antara paspor dengan dokumen tidak tidak sama,
kemudian rata-rata mantan TKI Timur Tengah kan namanya
ada binti nya, kalau di perubahan tidak bisa dan harus di pra
peradilan dulu prosesnya sampai 6 bulan dan Dinas ada yang
usul namanya diubah dan ada yang tidak setuju dan hal tersebut
prosesnya masih menunggu keputusan lebih lanjut. Dalam
proses koordinasi, tidak ada keterlibatan dari pihak swasta
maupun kelompok sasaran. Namun, hasil dari koordinasi ini
nantinya akan mempengaruhi pihak swasta dan kelompok
sasaran yaitu TKI. ”(Wawancara pada 20 November 2017 dan 8
Desember 2017).
16
Senada dengan yang dikatakan oleh informan 2, informan 1 selaku
Kepala Seksi Penempatan Tenaga Kerja dan Transmigrasi Bidang
Penempatan dan Pengembangan Tenaga Kerja Dinas Tenaga Kerja
Kabupaten Pati mengatakan bahwa:
“rapat koordinasi dengan BP3TKI di Semarang setiap tahunnya
kami bisa mendapat undangan sampai 5 kali dan masalah yang
dibahas untuk setiap pertemuan pun berbeda-beda ada yang
membahas tentang pelayanan siskotkln yang dilaksanakan oleh
Dinas Tenaga Kerja Kab.Pati kemudian hambatan yang dialami
apa saja, kemudian membahas tentang kelengkapan dokumen
yang dibawa oleh Calon TKI apakah sudah sesuai atau belum.
Rapat koordinasi tersebut harus selalu kami datangi dan patuhi
sebagai tindak lanjut kami dalam melaksanakan kebijakan
penempatan TKI di luar negeri khusunya di Kab.Pati. Seperti
yang telah diketahui bahwa maksud dan tujuan dari kebijakan
penempatan TKI di luar negeri sesuai dengan Permenaker
No.22 Tahun 2014 diantaranya untuk memberikan pelayanan
kepada TKI secara murah, transparan, dan tepat waktu;
memberikan pelayanan kepada TKI mulai dari mencari AK/1,
berangkat ke luar negeri, sampai kepulangannya; serta
memberikan pemahaman kepada TKI dan keluarganya lewat
sosialisasi aturan-aturan dalam bentuk UU maupun
Permenaker. Di samping itu, kami juga membutuhkan
kerjasama dari TKI untuk membantu agar tujuan dari kebijakan
penempatan TKI di Kab.Pati dapat berjalan secara maksimal
karena masih ada beberapa TKI yang kurang peduli terhadap
kebijakan penempatan TKI di luar negeri.”(Wawancara pada 27
November 2017)
Berdasarkan pernyataan dari informan 1 di atas, Permenaker No.22
Tahun 2014 memiliki maksud dan tujuan yang jelas yang jelas yaitu untuk
memberikan pelayanan kepada TKI secara murah, transparan, dan tepat
waktu; memberikan pelayanan penempatan kepada TKI mulai dari
mencari AK/1, berangkat ke luar negeri, sampai kepulangannya; serta
memberikan pemahaman kepada TKI dan keluarganya lewat sosialisasi
aturan-aturan dalam bentuk UU maupun Permenaker. Dinas Tenaga Kerja
17
Kabupaten Pati sebagai implementor dari kebijakan penempatan TKI di
luar negeri di Kabupaten Pati bertugas untuk melaksanakan proses
pendaftaran, seleksi, koordinasi pelayanan penempatan TKI di luar negeri,
layanan data dan informasi TKI, pelaporan meliputi pelayanan
penempatan TKI; penyelesaian permasalahan TKI; pemberian peringatan
tertulis kepada PPTKIS,dan koordinasi. Seluruh upaya ini dilakukan demi
mencapai tujuan dari kebijakan penempatan TKI di luar negeri di
Kabupaten Pati. Dengan adanya kejelasan tujuan dari kebijakan ini,
diharapkan implementor serta kelompok sasaran dapat memahami dan
berupaya untuk bekerjasama agar tujuan dapat tercapai.
Di Kabupaten Pati, ternyata sebagian TKI masih belum memahami
tujuan dari diselenggarakannya kebijakan penempatan TKI di luar negeri
di Kabupaten Pati yang mengakibatkan munculnya berbagai permasalahan
yang berkaitan dengan penempatan TKI.
3.3. Faktor Penghambat dan Pendorong yang Dihadapi oleh Dinas
Tenaga Kerja Kabupaten Pati dalam Mengimplementasikan
Kebijakan Penempatan TKI di Luar Negeri di Kabupaten Pati
3.3.1. Standar dan Sasaran Kebijakan
Dalam variabel ini, fenomena yang dilihat adalah kejelasan dari standar
kebijakan penempatan TKI di luar negeri di Kabupaten Pati serta siapa
sasaran dari dilaksanakannya kebijakan tersebut. Standar yang dinilai
berkaitan dengan Standar Operasional Prosedur (SOP). SOP merupakan
sebuah pedoman untuk melaksanakan pekerjaan sesuai dengan tugas dan
18
fungsinya masing-masing. Hal ini juga berlaku pada proses kebijakan
penempatan TKI di luar negeri di Kabupaten Pati. Berikut pernyataan
dari informan 1 selaku Kepala Seksi Penempatan Tenaga Kerja dan
Transmigrasi Bidang Penempatan dan Pengembangan Tenaga Kerja
Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Pati:
“SOP itu kan standar operasional prosedur yang merupakan
bagian dari pelayanan. SOP dalam menjalankan kebijakan
penempatan TKI di Kab.Pati mulai dari pencarian AK/1 sebagai
salah satu syarat pendaftaran, kemudian setelah memperoleh
AK/1, Calon TKI langsung mendaftar ke Bu Sri Rahayu untuk
data-datanya diinput di siskotkln, kemudian TKI akan saya
interview dengan membawa kelengkapan dokumen yang
disyaratkan seperti e-KTP, KK, surat ijin ortu/wali, surat
ket.sehat/tidak dalam kondisi hamil, surat nikah, ijazah, akte
kelahiran, kartu AK/1. Dan kalau dokumen-dokumen ada yang
belum lengkap ya tidak saya loloskan, hingga proses rekam paspor
itu merupakan SOP yang harus dijalankan Dinas Tenaga Kerja
Kabupaten Pati. Di hari Senin tanggal 4 Desember 2017 nanti
juga akan dilaksanakan 1SO 9001 2015 di Dinas Tenaga Kerja
Kab.Pati. Sebelumnya Dinas Tenaga Kerja Kab.Pati juga telah
lolos untuk uji ISO 9001 2008. Iso itu semacam bimbingan
pelayanan AK/1. Output dari uji ISO 9001 2015 ini yaitu Dinas
Tenaga Kerja Kab.Pati harus mampu melaksanakan pelayanan
kegiatan AK/1 sesuai prosedur atau aturan yang berlaku. Dalam
melaksanakan SOP tersebut Dinas menggunakan aturan UU No.39
Tahun 2004 yang ditindaklanjuti dengan Permenaker No.22 Tahun
2014. Maksud dan tujuan dari kebijakan ini antara lain
memberikan pelayanan kepada TKI secara mudah, transparan,dan
tepat waktu; memberikan pelayanan penempatan kepada TKI
mulai dari mencari AK/1, berangkat ke luar negeri, sampai
kepulangannya; memberikan pemahaman kepada TKI dan
keluarganya lewat sosialisasi aturan-aturan dalam bentuk UU
maupun Permenaker.” (Wawancara pada 30 November 2017).
Pernyataan yang hampir sama juga dikatakan oleh informan 2
selaku pejabat fungsional pengantar kerja ahli Bidang Penempatan dan
Pengembangan Tenaga Kerja Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Pati:
19
“Untuk SOP kami dalam menjalankan sesuai dengan UU. No 39
Tahun 2004 kemudian diturunkan ke Permenaker No.22 Tahun
2014 mulai dari pencarian AK/1, kemudian penginputan biodata
TKI di siskotkln yang saya lakukan, setelah itu ada interview TKI
yang dilakukan oleh Pak.Ali, dan ada pembuatan rekomendasi
paspor dan ID TKI. Tujuan dari kebijakan ini sudah dijelaskan
untuk memperbaiki taraf hidup/perekonomian TKI serta untuk
memberikan pelayanan penempatan TKI ke luar negeri. Jadi sudah
jelas juga bahwa sasaran yang dituju dari adanya kebijakan ini
ialah TKI.” (Wawancara pada 8 Desember 2017)
Pernyataan terkait pelaksanaan SOP juga disampaikan oleh
informan 3 selaku Kepala Bagian Umum PT.Dewi Pengayom Bangsa
mengatakan bahwa:
“dalam menjalankan peran kami sudah sesuai dengan SOP
seperti yang dijelaskan dalam Permenaker No.22 Tahun 2014
meliputi proses rekrutmen TKI itu terutama kami memperhatikan
usia, harus sehat jasmani, punya e-KTP, KK, surat ijin suami bagi
yang sudah menikah kalau yang belum menikah ya ijin ortu,
ijazah, akte kelahiran, surat SKCK, surat medical check up;
setelah itu pemeriksaan kesehatan psikologi TKI itu pertama-tama
yang jelas tenaga kerja yang masuk harus dilaksanakan
pemeriksaan kesehatan yang istilahnya cek medis yang
dilaksanakan oleh lembaga kesehatan yang ditunjuk negara. Jadi
kaitannya dengan kesehatan yang jelas dari pihak medical
memberikan rekomendasi kepada tenaga kerja itu apakah mereka
layak untuk bekerja di luar negeri/tidak sehingga rekomendasi
kesehatan dari pihak medical tersebut menjadi acuan kami apakah
TKI layak/tidak untuk diberangkatkan ke luar negeri. Lembaga
kesehatan yang ditunjuk negara untuk memeriksa kesehatan dan
psikologi TKI itu di Jateng diantaranya ada medical sentrum dan
permata dari Semarang. Kemudian dalam hal menjalankan SOP
kami juga melaksanakan perjanjian kerja yaitu kami membuatkan
perjanjian kerja antara kami dari PPTKIS Dewi Pengayom
Bangsa dengan TKI kemudian dalam perjanjian kerja akan
memperoleh rincian berapa gajinya, jangka waktu kontrak kerja,
nama majikan, di negara mana TKI ditempatkan, dan lain-lain;
kemudian ada komponen biaya yang dapat dibebankan kepada
calon TKI meliputi biaya untuk pemeriksaan kesehatan termasuk
psikologi, paspor, uji kompetensi, akomodasi selama pelatihan
meliputi konsumsi, peralatan, dan bahan praktek, asuransi
perlindungan, jasa agensi yang ditempatkan di masing-masing
negara tempat tujuan TKI, kemudian biaya untuk airport dan
20
handling. Peran yang kami lakukan selanjutnya adalah melakukan
pelayanan kepulangan TKI dengan memastikan kepulangan TKI
dengan menghubungi TKI/mitra usaha/pengguna selambat-
lambatnya 3 bulan sebelum berakhirnya perjanjian kerja.”
(Wawancara pada 13 Desember 2017).
Berdasarkan hasil wawancara di atas, dapat dideskripsikan bahwa
Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Pati dan PT.Dewi Pengayom Bangsa
memiliki Standar Operasional Prosedur (SOP) yang digunakan sebagai
panduan dalam melaksanakan kebijakan penempatan TKI di luar negeri
di Kabupaten Pati yaitu Permenaker No.22 Tahun 2014. Kemudian
terkait dengan tujuan kebijakan juga dapat dideskripsikan bahwa
kebijakan penempatan TKI di luar negeri di Kabupaten Pati bertujuan
untuk memberikan pelayanan kepada TKI secara mudah, transparan,dan
tepat waktu; memberikan pelayanan penempatan kepada TKI mulai dari
mencari AK/1, berangkat ke luar negeri, sampai kepulangannya;
memberikan pemahaman kepada TKI dan keluarganya lewat sosialisasi
aturan-aturan dalam bentuk UU maupun Permenaker; memperbaiki taraf
hidup/perekonomian TKI serta memberikan pelayanan penempatan TKI
ke luar negeri.
3.3.2. Sumberdaya
Variabel yang mempengaruhi keberhasilan suatu kebijakan adalah
sumberdaya. Sumber daya berkenaan dengan sumber daya pendukung,
khususnya sumber daya manusia, dimana hal ini berkenaan dengan
kecakapan pelaksana kebijakan publik untuk melaksanakan kebijakan
21
secaa optimal. Sumber daya ini mencakup sumber daya manusia,
anggaran dan fasilitas.
a. Sumberdaya Manusia
Sumberdaya manusia di dalam sebuah organisasi merupakan hal yang
sangat penting karena manusia merupakan roda penggerak organisasi.
Staf merupakan esensial terpenting dalam pelaksanaan kebijakan publik
untuk dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pengotimalan
kinerja staf dilakukan dengan cara pelatihan dan pengembangan agar
mendapatkan kualitas staf yang maksimal dalam pelaksanaan kebijakan
penanganan sampah. Overlapping sering terjadi dalam pelaksanaan
kebijakan publik, dikarenakan komposisi jumlah pegawai yang masih
kurang.
Peneliti melakukan observasi terhadap fenomena sumberdaya
manusia pada Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Pati. Berikut pernyataan
dari informan 1 selaku Kepala Seksi Bidang Penempatan dan
Pengembangan Tenaga Kerja Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Pati:
“untuk SDM di dalam Dinas Tenaga Kerja Kab.Pati yang ikut
berperan dalam implementasi kebijakan penempatan TKI itu ada
Kepala Dinas, Kabid Penempatan dan Pengembangan Tenaga
Kerja, Kasi Penempatan Tenaga Kerja dan Transmigrasi,
pengantar kerja, dan rencana setelah ada LTSA akan ditambah
dengan pihak imigrasi, Dinas Kesehatan, Dispendukcapil,
Kepolisian, BP3TKI Semarang yang melayani dalam proses
pelaksanaan PAP (Pembekalan Akhir Pemberangkatan),
kemudian ada P4TKI tugasnya melakukan pelayanan uji
kompetensi TKI dan P4TKI sendiri merupakan bagian dari
BP3TKI. Tugas dari Kepala Dinas dalam melaksanakan kebijakan
penempatan TKI di luar negeri di Kab.Pati itu menginstruksikan
22
masalah kebijakan tentang sistem-sistem dan peraturan-
peraturannya yang mengatur tentang penempatan TKI di Kab.Pati
kepada Kabid Penempatan dan Pengembangan Tenaga Kerja dan
dilaksanakan oleh Kasi Penempatan dan Pengembangan Tenaga
Kerja.
Untuk SDM pegawai dalam mengimplementasikan kebijakan saya
kira sudah cukup kompeten dan konsisten dalam menjalankan
tugasnya masing-masing. Contohnya untuk pelayanan pendaftaran
TKI lewat siskotkln yang dilaksanakan oleh Bu Sri Rahayu sebagai
pengantar kerja saya kira sudah cukup kompeten karena beliau
sudah bisa menguasai komputer. Namun, dalam pelayanan AK/1
sekarang ini di Dinas Tenaga Kerja Kab.Pati dipegang oleh 1
pegawai. Dan seharusnya demi kelancaran minimal ya harus ada
4 pegawai. Karena pelayanan AK/1 itu sistemnya
online/komputerisasi sehingga pegawai yang mengoperasikan ya
harus paham komputer. Di pelayanan AK/1 sekarang ini kurang
operator, penerima tamu juga tidak ada. Kalau sistem online
dalam pelayanan AK/1 tidak bisa ya proses pelayanannya
dialihkan ke manual dan kalau manual bisa dihandle oleh Bu
Lestari. Tapi kalau onlinenya bisa beliau tidak bisa menghandle.
Yang bisa kalau online ya hanya Pak Gik. Untuk pelayanan AK/1
ini kan diperlukan oleh TKI dalam melengkapi salah satu syarat
pendaftaran untuk menjadi TKI di luar negeri.” (Wawancara pada
30 November 2017)
Selanjutnya, informan 2 selaku pejabat fungsional pengantar kerja
ahli Bidang Penempatan dan Pengembangan Tenaga Kerja Dinas Tenaga
Kerja Kabupaten Pati juga memberikan penjelasan terkait jumlah
komposisi dan kompetensi pegawai:
“untuk jumlah SDM yang ikut berperan dalam implementasi
kebijakan penempatan TKI di Kab.Pati menurut saya sangat
kurang. Ini saja petugas pengantar kerja hanya saya saja yang
biasanya mengurus masalah TKI. Dulu sebelum ada perubahan
SOTK, saya dibantu oleh 1 pegawai lagi untuk mengurus masalah
TKI, tetapi setelah ada perubahan SOTK awal tahun 2017 lalu ya
untuk mengurus masalah yang berkaitan dengan TKI dikerjakan
oleh saya saja. Jadi yang kurang disini ada petugas antar kerja,
yang satunya sudah pensiun, yang satunya belum di bimtek.
Harusnya ada minimal 3 petugas antar kerja soalnya yang satu
tugasnya bisa untuk mengecek dokumen yang dibawa TKI, nanti
masukkan di komputer, kemudian langsung di print out. Padahal di
23
Dinas yang lain itu ada 2-3 petugas antar kerja. Pati sendiri yang
petugas antar kerjanya hanya satu. Pelayanan AK/1 untuk
operatornya juga kurang cuma ada 1 orang.
Kompetensi pegawai dalam melaksanakan tupoksinya ya sudah
kompeten semua dalam melaksanakan tugasnya masing-masing.
Contohnya dalam prosedur penempatan TKI kami dalam
melaksanakan ya sudah sesuai dengan Permenaker No.22 Tahun
2014. Dalam menjalankan kami acuannya aturan dan tidak boleh
melenceng dari aturan yang sudah ditetapkan.” (Wawancara pada
8 Desember 2017).
Berdasarkan wawancara di atas dapat dideskripsikan bahwa
sumber daya manusia yang terdapat pada Dinas Tenaga Kerja
Kabupaten Pati sudah memiliki kompetensi yang cukup dalam
menjalankan kebijakan penempatan TKI di luar negeri di Kabupaten
Pati, tetapi untuk jumlah pegawai masih dirasa kurang karena pegawai
merasa beban kerja masih terlalu banyak untuk dipegang per individu.
b. Sumberdaya Anggaran
Dalam implementasi kebijakan, anggaran berkaitan dengan kecukupan
modal atas suatu kebijakan untuk menjamin terlaksananya kebijakan,
sebab tanpa dukungan anggaran yang memadai, kebijakan tidak akan
berjalan dengan efektif dalam mencapai tujuannya. Peneliti melakukan
observasi terhadap fenomena dilihat dari sumberdaya anggaran, sumber
pendanaan untuk membiayai kebijakan penempatan TKI di luar negeri di
Kab.Pati. Berikut wawancara dengan informan 1 selaku Kepala Seksi
Penempatan Tenaga Kerja dan Transmigrasi Bidang Penempatan dan
Pengembangan Tenaga Kerja Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Pati:
24
“jumlah anggaran yang disediakan pemerintah untuk kebijakan
penempatan TKI di Kab.Pati menurut saya masih sangat kurang.
Anggaran biasanya diperoleh dari APBD dan bantuan APBN
kalau ada. Katakanlah apabila ada berita kematian TKI dan kami
disuruh kesana jelas kami ya tidak ada biayanya. Kemudian
selama ini seperti pembentukan satgas untuk pelayanan secara
maksimal TKI yang bernmasalah itu kalau dulu dibiayai oleh
pemerintah pusat tapi untuk sekarang pemerintah pusat tidak
membiayai lagi dan harus Pemda sendiri yang membiayai. Tapi
masalahnya dari Pemda sendiri pun tidak punya anggarannya.
Untuk masalah LTSA kami mendapatkan bantuan dari
Kementerian, sedangkan dana 500 juta kemarin itu kami dapat
bantuan dari Provinsi, bantuan dari Pemda juga ada. Seperti
meja, kursi untuk pelayanan LTSA itu dari Kementerian kemudian
bantuan memperbaiki gedung itu dananya dari Provinsi.”
(Wawancara pada 30 November 2017).
Berdasarkan wawancara di atas, dapat dideskripsikan bahwa
anggaran merupakan sumberdaya yang juga penting yang digunakan
untuk penyelenggaraan kebijakan. Dalam kebijakan penempatan TKI di
luar negeri di Kabupaten Pati, dana yang diperoleh ada yang berasal dari
APBD dan APBN. Dana yang dianggarkan dirasa masih agak kurang
untuk menunjang kebijakan penempatan TKI di luar negeri di Kabupaten
Pati.
c. Sumberdaya Fasilitas
Fasilitas merupakan alat penunjang keberhasilan suatu kebijakan. Dalam
implementasi kebijakan penempatan TKI di luar negeri di Kabupaten
Pati, fasilitas dianggap menjadi salah satu bagian penting dalam
pelaksanaan teknis Permenaker ini. Peneliti melakukan observasi
terhadap fenomena sumberdaya dilihat dari segi fasilitas dan
memperoleh hasil wawancara terhadap informan 1 selaku Kepala Seksi
25
Penempatan Tenaga Kerja dan Transmigrasi Bidang Penempatan dan
Pengembangan Tenaga Kerja Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Pati yaitu :
“Fasilitas yang dibutuhkan Dinas Tenaga Kerja Kab.Pati dalam
melaksanakan kebijakan itu ada komputer untuk layanan data TKI
juga sudah cukup. Contohnya komputer untuk proses pembuatan
AK/1 sudah cukup, komputer untuk proses penginputan data TKI di
siskotkln juga sudah cukup, mobil dinas juga sudah cukup
memadai. Yang kami mengalami kekurangan itu pada driver/supir
masih kurang. Driver tugasnya untuk mengantar kami ke tujuan
kalau misalnya ada TKI yang bermasalah. Kondisi fasilitas juga
sudah layak tapi masih ada yang perlu diperbaiki contohnya
printer.”
Dari hasil wawancara dapat dideskripsikan bahwa sumberdaya
fasilitas merupakan sarana penunjang kebijakan penempatan TKI di luar
negeri di Kabupaten Pati. Tanpa adanya sumberdaya fasilitas, Dinas
Tenaga Kerja Kab.Pati tidak dapat melaksanakan kebijakan karena
dalam keberjalanan proses kebijakan ini fasilitas sangat dibutuhkan.
Fasilitas yang masih dirasakan kurang oleh Dinas Tenaga Kerja Kab.Pati
yaitu pada kurang tersedianya driver/sopir untuk mengantar ke tempat
tujuan apabila ada TKI yang bermasalah, dan masalah printer.
3.3.3. Hubungan antar Organisasi
Hubungan antar organisasi dalam kebijakan penempatan TKI di luar
negeri di Kabupaten Pati merupakan faktor penting lainnya yang
mempengaruhi optimal atau tidaknya kebijakan ini, serta tercapai atau
tidaknya tujuan dari kebijakan ini. Mengingat ada banyak aktor yang
terjun dan berperan dalam menyelenggarakan kebijakan penempatan
TKI di luar negeri di Kabupaten Pati, maka hubungan antar organisasi di
26
dalamnya dituntut untuk sesuai dan searah, dikarenakan hal tersebut lah
yang mempengaruhi hasil yang didapat dari pelaksanaan kebijakan ini.
Hubungan baik antar organisasi pemerintah dan swasta harus dapat
dijalankan agar pelaksanaan kebijakan penempatan TKI di luar negeri di
Kabupaten Pati dapat mencapai tujuannya. Berikut merupakan hasil
wawancara berkaitan tentang hubungan antar organisasi yang
disampaikan oleh informan 2 selaku pejabat fungsional pengantar kerja
ahli Bidang Penempatan dan Pengembangan Tenaga Kerja Dinas Tenaga
Kerja Kabupaten Pati yang mengatakan bahwa :
“ Hubungan Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Pati dengan
organisasi lain sudah baik. Sebagai contoh Dinas Tenaga Kerja
kab.Pati berkoordinasi dengan Kementerian di Jakarta mengenai
Surat Ijin Pengerahan (SIP), Dinas Tenaga Kerja Kab.Pati
berkoordinasi dengan BP3TKI mengenai pendaftaran, rekrutmen,
dan seleksi CTKI Kab.Pati,kasus-kasus yang menimpa TKI,
sosialisasi pembekalan akhir pemberangkatan (PAP) ke PPTKIS
di Kab.Pati yang dilaksanakan oleh Dinas Tenaga Kerja
Kab.Pati, kemudian koordinasi Dinas Tenaga Kerja Kabupaten
Pati dengan BNP2TKI yang ada di Jakarta tentang rekap data
jumlah TKI, jumlah penempatan TKI, dimana data-data tersebut
kami dapat dari PPTKIS. Data-data tersebut kemudian kami
kirim ke pihak BNP2TKI. Proses koordinasi pelayanan
penempatan TKI yang dilaksanakan Dinas Tenaga Kerja
Kab.Pati dengan Kementerian, BNP2TKI, serta BP3TKI itu dapat
melalui fax, email, kontak, helpdesk. Sedangkan untuk hubungan
antara Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Pati dengan pihak swasta
yaitu PT.Dewi Pengayom sudah baik mengenai masalah
rekrutmen, seleksi, pelaporan penerbangan (AN05) juga sudah
baik dan disiplin dalam melapor. ”(Wawancara pada 20
November 2017).
Hal yang serupa juga disampaikan oleh informan 1 selaku Kepala
Seksi Penempatan Tenaga Kerja dan Transmigrasi Bidang Penempatan
27
dan Pengembangan Tenaga Kerja Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Pati
yaitu :
“hubungan kerjasama yang dijalin antara Dinas Tenaga Kerja
Kab.Pati dengan organisasi lain antara lain contohnya dengan
BP3TKI sudah baik dan kami dalam 1 tahun sering mendapat
undangan dari BP3TKI di Semarang sampai 5 kali untuk rapat
koordinasi diantaranya membahas tentang pelayanan siskotkln di
Dinas, kemudian masalah rekrutmen, seleksi TKI, dan lain-lain.
Selain itu nanti kalau terselenggara LTSA kami juga akan
bekerjasama dengan beberapa organisasi lain diantaranya yaitu
dengan pihak imigrasi Kab.Pati dalam hal mengurus masalah
paspor TKI; kerjasama dengan Dinas Kesehatan Kab.Pati dalam
hal pemeriksaan kesehatan TKI yang dibuktikan dengan
dokumen-dokumen yang dibawa oleh TKI ke Dinas contohnya
TKI tidak sedang dalam kondisi hamil; kerjasama dengan
kepolisian Kab.Pati dalam hal pengurusan SKCK oleh TKI dan
pengurusan surat bebas narkoba yang harus dimiliki TKI;
kerjasama dengan Dispendukcapil berkaitan dengan pengurusan
e-KTP apakah dia betul-betul warga asli dari daerah tersebut
atau tidak; kerjasama dengan P4TKI yang merupakan bagian
dari BP3TKI dalam hal melakukan uji kompetensi kepada TKI; di
LTSA nanti juga ada pegawai dari BP3TKI Semarang akan
didatangkan ke Dinas Tenaga Kerja Kab.Pati untuk melayani
proses pelaksanaan PAP (Pembekalan Akhir Pemberangkatan).
Hubungan kerjasama Dinas dengan pihak swasta contohnya
dengan PT.Dewi Pengayom Bangsa pun saya nilai sudah cukup
baik berkaitan dengan masalah laporan penerbangan
(AN05),rekrutmen dan seleksi TKI.”(Wawancara pada 27
November 2017).
Adapun hal yang disampaikan oleh informan 3 selaku Kepala
Bagian Umum PT.Dewi Pengayom Bangsa adalah :
“untuk interaksi antara pihak Dinas Tenaga Kerja Kab.Pati
dengan PT.Dewi Pengayom Bangsa saya kira sudah cukup baik.
Diantaranya untuk rekrut dan seleksi dengan Dinas selama ini
baik-baik saja dan tidak ada masalah. Karena apabila kami ada
masalah mengenai perekrutan dan seleksi maka konsekuensinya
kami tidak akan diberikan rekom paspor untuk TKI oleh Dinas
Tenaga Kerja Kab.Pati. Jadi TKI yang akan berangkat ke luar
negeri kan harus punya paspor, nah untuk mendapatkan paspor itu
harus mendapatkan ijin dari Dinas. Interaksi kami dengan Dinas
28
Tenaga Kerja Kab.Patiterkait laporan AN05 itu kami juga lancar
dan disiplin dalam melaporkan setiap bulannya ke pihak Dinas
Tenaga Kerja Kab.Pati. Meskipun tidak ada laporan penerbangan
TKI ke luar negeri/nihil, tapi hasilnya tetap akan kami laporkan ke
pihak Dinas Tenaga Kerja Kab.Pati.” (Wawancara pada 13
Desember 2017)
Berdasarkan uraian hasil wawancara di atas, dapat dideskripsikan
bahwa hubungan antar organisasi pemerintah yang terjalin yaitu antara
Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Pati dengan Kementerian, BP3TKI di
Semarang, BNP2TKI, dan bila sudah terlaksana Layanan Terpadu Satu
Atap (LTSA), Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Pati juga akan
berhubungan dengan organisasi pemerintah lainnya yaitu dengan pihak
imigrasi Kab.Pati, Dinas Kesehatan Kab.Pati, Kepolisian Kab.Pati,
Dispendukcapil Kab.Pati, P4 TKI yang merupakan bagian dari BP3TKI.
Selain hubungan antar organisasi pemerintah, Dinas Tenaga Kerja
Kabupaten Pati juga melakukan kerjasama dengan pihak swasta yaitu PT
Dewi Pengayom Bangsa, dimana kerjasama yang terjalin dalam bentuk
rekrutmen, seleksi TKI, serta laporan penerbangan (AN05) yang
laporannya harus disampaikan ke pihak Dinas Tenaga Kerja Kab.Pati
setiap bulannya semuanya sudah berjalan dengan baik.
3.3.4. Karakteristik Agen Pelaksana
Yang dimaksud dengan karakteristik agen pelaksana dari teori mengenai
faktor-faktor yang mempengaruhi sebuah kebijakan menurut Van Meter
dan Van Horn yaitu pelaksana mencakup struktur birokrasi, norma-
norma dan pola-pola hubungan yang terjadi dalam birokrasi yang
semuanya itu akan mempengaruhi implementasi sebuah kebijakan.
29
Dalam fenomena yang diteliti dalam penelitian ini, maka fenomena yang
akan dilihat adalah terkait dengan struktur birokrasi dan pola hubungan
yang terjadi pada Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Pati dalam
menjalankan kebijakan penempatan TKI di luar negeri di Kabupaten
Pati. Berikut merupakan hal yang diungkapkan oleh informan 1 selaku
Kepala Seksi Penempatan Tenaga Kerja dan Transmigrasi Bidang
Penempatan dan Pengembangan Tenaga Kerja Dinas Tenaga Kerja
Kabupaten Pati:
“untuk struktur birokrasi yang ada di Dinas Tenaga Kerja
Kabupaten Pati itu dari bawah ke atas, dari staf ke kasi, kasi ke
kabid, kemudian kabid ke kepala dinas.Contoh:kalau ada
informasi itu semuanya dari bawah seperti kalau ada surat masuk
tidak boleh langsung ke atasan, harus dari bawah dulu,
diagendakan. Untuk surat turun prosesnya dari kepala dinas,
kemudian ke kabid, baru ke kasi kemudian dikembalikan ke
agenda. Kalau kaitan struktur birokrasi dengan implementasi
kebijakan penempatan TKI ya harus ada laporan tentang
pelaksanaan kebijakan penempatan TKI kepada kepala dinas oleh
kasi melalui kabid. Secara struktur birokrasi saya rasa alurnya
berbelit-belit, bahkan terkadang ada kegiatan yang harusnya
dijalankan oleh kepala dinas/kabid karena beliau ada halangan
tertentu misalnya maka kegiatan tersebut diambil alih oleh kasi .
Kalau ada kegiatan yang riskan atau harus cepat dilayani dan
kadisnya tidak ada maka kegiatan tersebut langsung dikelola oleh
kasinya.Untuk pola hubungan antara atasan dan bawahan di
Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Pati juga sudah baik. Struktur
yang kami miliki sudah baik karena pembagian kerja sudah cukup
jelas di struktur tersebut, tetapi kembali lagi untuk jumlah pegawai
kami masih merasa sangat kurang.” (Wawancara pada 30
November 2017)
Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat dideskripsikan bahwa
struktur birokrasi yang dimiliki oleh Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Pati
sendiri sudah sesuai dengan tugas, fungsi dan beban kerja masing-
masing, tetapi permasalahan yang terjadi adalah jumlah pegawai yang
30
masih dirasa kurang dalam menangani kebijakan penempatan TKI di
luar negeri di Kabupaten Pati ini. Kemudian untuk pola hubungan yang
dibangun di dalam organisasi Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Pati yakni
antara atasan dengan bawahan sudah baik pula.
3.3.5. Kondisi Sosial dan Ekonomi
Lingkungan sosial, ekonomi dan politik dapat juga disebut lingkungan
eksternal. Kondisi eksternal yang tidak kondusif dapat menyebabkan
kegagalan implementasi kebijakan penempatan TKI di luar negeri di
Kabupaten Pati. Sebaliknya, apabila kondisi eksternal mendukung
kebijakan penempatan TKI di luar negeri di Kabupaten Pati, maka dapat
mempengaruhi hasil yang optimal dari pelaksanaan kebijakan . Berikut
merupakan hasil wawancara yang dilakukan berkaitan dengan kondisi
sosial dan ekonomi oleh informan 1 selaku Kepala Seksi Penempatan
Tenaga Kerja dan Transmigrasi Bidang Penempatan dan Pengembangan
Tenaga Kerja Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Pati:
“faktor sosial yang mempengaruhi kebijakan tentu saja berasal
dari kelompok sasaran itu sendiri yaitu TKI di Kabupaten Pati.
Responnya kalau dia berniat baik tentu saja positif artinya mereka
mematuhi peraturan yang ada. Tetapi kalau ada oknum yang
merasa tidak puas atau tidak suka responnya ya negatif. Sebagian
TKI juga ada yang sudah mematuhi peraturan yang berlaku
mengenai masalah seleksi tetapi ada juga sebagian yang belum
mematuhi contohnya kan ada calon TKI yang ingin segera
berangkat kemudian tanggal lahirnya dituakan, ada juga yang
memalsukan tanda tangan surat ijin bekerja ke luar negeri.
Adanya pemalsuan dokumen ini juga menimbulkan akibat yang
fatal.” (Wawancara pada 30 November 2017).
31
Kemudian hal yang disampaikan juga oleh informan 5 yang berasal
dari TKI adalah :
“saya sudah berusaha untuk membantu pelaksanaan kebijakan
dari pemerintah ini dengan mematuhi peraturan yang diberikan
contohnya untuk proses perekrutran dan seleksi TKI saya sudah
memenuhi arahan dari Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Pati dan
pihak PT yang merekrut saya. Proses administrasi juga sudah saya
lakukan dengan membayar sejumlah uang ke PT yang merekrut
saya untuk keperluan saya dalam proses menjadi TKI. Untuk
peraturannya yang mengatur jujur saya juga belum terlalu
memahami karena dulu ketika saya mau menjadi TKI di desa saya
juga belum mendapat sosialisasi tentang TKI dari Dinas Tenaga
Kerja Kabupaten Pati.” (Wawancara pada 13 Desember 2017).
Dari hasil wawancara di atas, dapat dideskripsikan bahwa faktor
sosial yang mempengaruhi kebijakan penempatan TKI di luar negeri di
Kabupaten Pati adalah TKI selaku subyek sekaligus sasaran kebijakan.
Menurut pemerintah, sebagian TKI ada yang sudah mematuhi peraturan
yang berlaku terkait dengan seleksi TKI, namun masih ada beberapa TKI
yang belum patuh pada peraturan yang berlaku contohnya calon TKI
yang ingin segera berangkat kemudian tanggal lahirnya dituakan, ada
juga yang memalsukan tanda tangan surat ijin bekerja ke luar negeri.
Adanya pemalsuan dokumen ini juga menimbulkan akibat yang fatal. Di
sisi lain, faktor ekonomi juga dapat berdampak bagi kebijakan
penempatan TKI di luar negeri di Kabupaten Pati ini yaitu dibuktikan
dengan TKI yang sudah membayar sejumlah uang kepada pihak
PT/PPTKIS yang merekrutnya untuk keperluan proses selama menjadi
TKI agar berjalan dengan lancar.
32
3.3.6. Disposisi Implementor
Disposisi implementor ini mencakup tiga hal penting, yakni respon
implementor terhadap kebijakan yang akan mempengaruhi kemauannya
untuk melaksanakan kebijakan, kognisi yaitu pemahamannya terhadap
kebijakan dan intensitas disposisi implementor yaitu preferensi nilai
yang dimiliki oleh implementor. Peneliti mencoba untuk menggali
informasi mengenai disposisi implementor melalui wawancara. Berikut
merupakan hasil wawancara dengan informan 1 selaku Kepala Seksi
Penempatan Tenaga Kerja dan Transmigrasi Bidang Penempatan dan
Pengembangan Tenaga Kerja Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Pati:
“Respon Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Pati terhadap
kebijakan ini tentu saja baik dan sangat positif, dibuktikan dari
kami yang selalu mencoba melakukan peningkatan pelayanan
yang bersih, transparan, cepat, bebas dari pungutan liar atau
pemerasan. Contohnya saja dengan akan dilaksanakan LTSA ini
akhir tahun 2017 atau paling lambat awal tahun 2018.
Kemudian tentang pemahaman terhadap kebijakan, tentu kami
paham tentang maksud dan tujuan serta cara melaksanakannya.
Apalagi mengingat kebijakan ini sudah dilaksanakan sejak
tahun 2014 semenjak Permenaker No.22 Tahun 2014 ini
dikeluarkan.” (Wawancara pada 27 November 2017)
Adapun hal serupa yang disampaikan oleh informan 2 selaku
pejabat fungsional pengantar kerja ahli Bidang Penempatan dan
Pengembangan Tenaga Kerja Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Pati yang
mengatakan bahwa:
“Respon dari Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Pati terhadap
kebijakan ini kami harus benar-benar melaksanakan apa yang
menjadi tugas sesuai dengan kenyataan, kami ingin semua
dokumen yang dibawa TKI sama dengan apa yang sudah
ditetapkan dalam Permenaker No.22 Tahun 2014, proses dan
33
aturan tidak boleh menyimpang harus prosedural, tetapi kadang
TKI ada yang non-prosedural dan tugas kami ya memberi
bimbingan agar mereka bertindak sesuai aturan.” (Wawancara
pada 8 Desember 2017).
Berdasarkan hasil wawancara terhadap pegawai pada Dinas Tenaga
Kerja Kabupaten Pati mengenai disposisi implementor, maka dapat
dideskripsikan bahwa pihak Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Pati telah
memahami kebijakan penempatan TKI di luar negeri di Kabupaten Pati
sesuai dengan Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia
Tentang Pelaksanaan Penempatan dan Perlindungan TKI di Luar Negeri
yang sudah berjalan selama kurang lebih 3 tahun ini. Kemudian respon
dari Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Pati juga baik dan positif dalam
melaksanakan kebijakan ini karena merasa kebijakan ini merupakan
tanggung jawab yang harus dilaksanakan oleh Dinas Tenaga Kerja
Kabupaten Pati.