Post on 10-Mar-2019
BAB III
GURU DALAM PANDANGAN KH. AHMAD RIFA’I
A. Biografi KH. Ahmad Rifa’i
1. Riwayat Hidup KH. Ahmad Rifa’i
KH. Ahmad Rifa’i dilahirkan pada tanggal 9 Muharram 1200
Hijriyah bertepatan dengan tahun 1786 Masehi, di Desa Tempuran
Kabupaten Kendal Jawa Tengah. Ayahnya bernama Muhammad Marhum,
anak seorang penghulu Landeraad Kendal bernama RKH. Abu Sujak alias
Sutjowidjojo, yang menjadi qadli agama di wilayah tersebut. Kalangan
Rifa’iyah menuturkan bahwa Kiai Rifa’i sejak kecil ia telah ditinggalkan
oleh ayahnya dan kemudian dipelihara oleh saudara dekatnya yang
bernama KH. Asy’ari, seorang ulama terkenal di wilayah Kaliwungu yang
kemudian membesarkannya dengan pendidikan agama.1 Dengan demikian,
masa remajanya berada dalam lingkungan kehidupan agama yang kuat
karena Kaliwungu merupakan wilayah yang sejak dulu terkenal sebagai
pusat perkembangan Islam di wilayah Kendal dan sekitarnya.
Dilingkungan inilah ia diajarkan bermacam-macam ilmu pengetahuan
agama Islam yang lazim dipelajari dunia pesantren seperti ilmu nahwu,
sharaf, fiqh, badi’, bayn, ilmu hadits, dan ilmu al-Qur'an.
Pada tahun 1230 H/1816 M, ketika usianya mencapai 30 tahun ia
berangkat ke Makkah untuk menunaikan ibadah haji melalui pelabuhan
Semarang dan kemudian menetap selama delapan tahun. Selama menetap
di Makkah, Kiai Rifa’i mendalami ilmu-ilmu keislaman dengan berguru
pada sejumlah ulama seperti Syaikh Abdurrahman, Syaikh Abu Ubaidah,
Syaikh Abdul Aziz, Syaikh Usman, Syaikh Abdul Malik, Syaikh Isa al-
Barawi. Hubungan antara murid dan guru tersebut seringkali diwarnai
dengan ikatan spiritual. Sepulang dari menuntut ilmu lalu ia menetap dan
1 Mukhlisin Sa’ad, terj. Ahmad Syadzirin Amin, Mengungkap Gerakan dan Pemikiran
syaikh Ahmad Rifa’i, (Pekalongan: Yayasan Badan Wakaf Rifa’iyah, 2004), hlm. 6.
mengajarkan ilmunya di desa Kaliwungu Kendal agar bisa memusatkan
perhatiannya merealisasikan pengajaran ilmu-ilmu keagamaan dan
mengarang kitab Tarjumah.2
Di wilayah Kendal, KH. Ahmad Rifa’i mempersunting seorang
gadis yang bernama Ummul Umrah, yang diselenggarakan secara
sederhana3 hingga meninggal dunia. Namun dalam kiprah perjuangan
selanjutnya, ia pindah ke desa Kalisalak, dan wilayah tersebut ia menikah
dengan janda dari Demang Kalisalak (salah satu desa di Batang), dan pada
akhirnya mendirikan pesantren. Semula pesantren ini hanya anak-anak
yang belajar di sana, tetapi dalam perkembangan berikutnya banyak pula
orang dewasa yang datang dari berbagai kota. Mereka yang datang dari
kota-kota lain inilah yang kemudian dianggap sebagai murid generasi
pertama yang berjasa menyebarkan ajaran KH. Ahmad Rifa’i ke luar
daerah Batang dan berkembang hingga sekarang.4
2. Setting Sosial- Politik
Pada abad ke-19 dipandang sebagai momentum munculnya
gagasan pembaharuan pemikiran, karena di abad sebelumnya
memperlihatkan situasi kurang menguntungkan dalam bidang sosial
politik dunia Islam. Kenyataan ini berawal dari terjadinya proses
disintegrasi politik yang mengakibatkan berkurangnya wilayah kekuasaan
Islam, saat umat Islam memang terlihat tidak mampu menghadapi
ekspansi kolonialisme yang dilancarkan oleh bangsa Eropa.
Dalam menghadapi kolonialisme, ada dua kecenderungan
pemikiran yang diperlihatkan tokoh-tokoh Islam pada berbagai wilayah
penjajahan Eropa di kawasan Islam, sebagaimana yang telah menimpa di
Indonesia. Pertama, pemikiran yang menghendaki asosiasi dengan
kebudayaan barat, khususnya dalam mengakomodasikan ilmu pengetahuan
2 Abdul Djamil, Perlawanan Kiai Desa, Pemikiran dan Gerakan Islam KH. Ahmad Rifa’i
Kalisalak, (Yogyakarta: LkiS Yogyakarta, 2001), hlm. 13-14. 3 Ahmad Syadzirin Amin, Gerakan Syaikh Ahmad Rifa’i dalam Menentang Kolonial
Belanda, (Jakarta: Jama’ah Masjid Baiturrahman, 1996), hlm. 47. 4 Abdul Djamil, op.cit., hlm. 17.
dan teknologi. Kedua, pemikiran yang menghendaki perbaikan umat Islam
tanpa harus mengakomodasikan budaya Barat, bahkan pada tingkatan
tertentu justru menolaknya karena dianggap bertentangan dengan nilai-
nilai Islam.5
Dua corak pemikiran di atas juga dikenal dalam konteks Islam
Indonesia abad ke-19 sebagai gerakan pembaharuan Islam di Indonesia
yang disebut dengan gerakan Rifa’iyah atau Islam Tarjumah.6 Adapun
corak pemikiran tersebut salah satunya cenderung pada pemikiran ulama
yang tidak mau kompromi dengan pemerintah kolonial dan menentangnya.
Hal ini tercermin dalam pemikiran ulama seperti KH. Ahmad
Rifa’i yang tergolong anti pemerintah Belanda, namun hanya sebatas pada
tulisan-tulisan yang berisi muatan anti kekuasaan dan instrumennya yang
dikemukakan dalam kerangka agama. Ia tidak melahirkan gerakan
perlawanan terbuka, tetapi gerakan menanamkan kebudayaan masyarakat
Islam yang mengambil jarak dengan pemerintah belanda. Dalam salah satu
syairnya ia menyatakan:
Tanbih tan nana dedalane kinaweruhan Tanah Jawi wong nejo memerangi linakonan Ngelawan ing kafir kelawan pedang gegaman Nyata tan kuasa ngelawan ing kafir perangan.
Peringatan, tidak ada jalannya diketahui Tanah Jawa oraang bermaksud melaksanakan perang Melawan orang kafir dengan pedang dan pisau Benar tidak akan kuasa melawan orang kafir dalam perang.7
Aspirasi Kiai Rifa’i yang sangat menentang pemerintah penjajahan
Belanda, lewat isi syairnya tersebut membuat langkah-langkah pemerintah
Belanda melakukan pembuangan dan pengasingan ke luar wilayah Jawa,
di mana wilayah Jawa sebagai tempat sentral perjuangan para ulama masa
itu.
5 Abdul Djamil, op.cit., hlm. 3. 6 Ahmad Adaby Darban, Rifa’iyah Gerakan Sosial Keagamaan di Pedesaan Jawa
Tengah Tahun 1850-1982, (Yogyakarta: Tarawang Press, 2004), 43. 7 Abdul Djamil, op.cit., hlm. 4 - 5.
Peristiwa di atas mengakibatkan muncul fenomena bahwa
dinamika umat Islam cenderung tidak bisa memisahkan antara urusan
agama dan urusan sosio-politik. Dengan terbentuknya pemerintahan
Hindia-Belanda yang semakin kuat dan tidak banyak memberikan ruang
gerak bagi warga pribumi serta bertentangan dengan nilai-nilai yang
diperjuangkan ulama, menimbulkan reaksi dalam bentuk perlawanan
terbuka sebagaimana yang ditempuh dan dilancarkan oleh KH. Ahmad
Rifa’i. Sekalipun penyebab perlawanan ini pada umumnya berasal dari
persoalan politik, namun sebagai seorang muslim, elemen-elemen agama
cukup dominan dan bahkan dijadikan sebagai alat untuk menumbuhkan
sikap dan mengobarkan semangat juang. Bentuk perlawanan semacam ini
juga banyak menyita perhatian Belanda khususnya para ilmuan yang
memang menjadi bagian tak terpisahkan dari perumusan kebijakan
terhadap Islam Indonesia sebagaimana dikemukakan di muka.
Demikian gambaran dari reaksi yang muncul dari kebijakan politik
Hindia-Belanda. Dalam situasi sosial politik seperti digambarkan di atas
inilah, Kiai Rifa’i tampil sebagai tokoh agama merintis gerakan
keagamaan yang implikasinya menyentuh persoalan politik melalui
penulisan dan penyebaran kitab dan karya-karyanya.
Pada tahun 1272 H atau 1856 adalah merupakan tahun permulaan
krisis bagi gerakan KH. Ahmad Rifa’i. Hal ini disebabkan hampir seluruh
kitab-kitab karangan beliau disita oleh pemerintah Belanda, di samping dia
dan para muridnya mendapatkan tekanan terus menerus. KH. Ahmad
Rifa’i diasingkan dengan tuduhan yang dikenakan hanyalah persoalan
menghasut kolonial Belanda, sehingga ia dipenjara di penjara Kendal,
Semarang, dan Wonosobo, hingga akhirnya pada tahun 19 Mei 1959, KH.
Ahmad Rifa’i meninggalkan jama’ah serta keluarganya untuk menuju ke
pengasingan di Ambon Maluku. Dalam pengasingan, KH. Ahmad Rifa’i
bersama-sama ulama lain di sana masih mengajarkan doktrin anti
kolonialisme Belanda kepada masyarakat yang hampir seratus persen
beragama nashrani. Penganut setia kepada ajaran KH. Ahmad Rifa’i di
Ambon terdiri dari penduduk asli dan orang-orang keturunan Arab.8
KH. Ahmad Rifa’i meninggal dunia pada usia 84 tahun yaitu
tepatnya pada tanggal 25 Rabiul Awal 1286 H/1870 M, dan dimakamkan
di makam pahlawan “Kiai mojo” di kampung Jawa Tondano Ambon
Maluku tersebut.9 Sepeninggal beliau, jama’ah Rifaiyah tetap hidup dan
berkembang sampai sekarang.
3. Karya-karya KH. Ahmad Rifa’i
Sebagaimana tradisi ulama-ulama mutaqaddimin (dahulu) dan
ulama-ulama mutaakhirin (kemudian), Syaikh Ahmad Rifa’i di samping
mengajar dan mendidik para murid, juga sebagian waktunya dimanfaatkan
untuk mengarang dan menulis karya-karya ilmiahnya. Kitab-kitab tersebut
dikarang dan ditulis sendiri dari tahun 1254 H sampai tahun 1275 H di
desa Kalisalak Batang Pekalongan.10
Karir KH. Ahmad Rifa’i Kalisalak sebagai tokoh pembaharuan
Islam abad ke-19 di Indonesia telah terbukti mencetak generasi pemuda
Islam (santri Rifa’iyah) dengan ajaran-ajarannya yang termaktub dalam
karya-karyanya. Dalam pandangannya dibahas mengenai masalah-masalah
keagamaan yang terkenal dengan nama Tarjumah, yaitu kitab-kitab yang
di dalamnya membahas ajaran-ajaran agama Islam yang ditulisnya dengan
bahasa Jawa dan memakai huruf Arab Pegon.11 Adapun jumlah tulisan dan
karangan KH. Ahmad Rifa’i hingga sekarang belum diketahui jumlahnya,
meskipun telah dibuat daftar nama kitab oleh kalangan pengikutnya.
Karena sebagian tulisannya telah dirampas oleh pemerintah kolonial.
Sebagian kitab yang dirampas dan masih tersimpan di Perpustakaan
Universitas Leiden dan sebagian yang lain kitab-kitab yang dapat
teridentifikasi.
8 Ahmad Syadzirin Amin, Pemikiran Kiai Haji Ahmad Rifa’i tentang Rukun Islam Satu,
(Jakarta: Jama’ah Masjid Baiturrahman, 1994), hlm. 29-30. 9 Ibid., hlm. 31 10 Ahmad Syadzirin Amin, Gerakan … op. cit., hlm. 119. 11 Mukhlisin Sa’ad, op.cit., hlm. 10.
Karya-karya ilmiah yang dihasilkan dari kecerdasan dan kemahiran
KH. Ahmad Rifa’i antara lain:
a. Kitab-kitab yang tersusun di pulau Jawa
1). Risalah, berisi fatwa-fatwa agama
2). Nasihatul ‘Awam, berisi nasehat kepada masyarakat
3). Syarihul Imam, bab iman, Islam, dan ihsan.
4). Taisir, ilmu shalat Jum’ah
5). ‘Inayah, bab khalifah Rasulullah SAW
6). Bayan, Ilmu metodologi mendidik dan mengajar
7). Jam’ul Masail, bab tiga ilmu agama
8). Qawa’id, bab ilmu agama
9). Targhib, bab ma’rifatullah
10). Thoriqat Besar, bab hidayatullah
11). Thoriqat Kecil, bab thariqatullah
12). Athlab, bab mencari ilmu pengetahuan
13). Husnul Mithalab, tiga ilmu agama
14). Thulaab, bab kiblat shalat
15). Absyar, bab kiblat shalat
16). Tafriqah, bab kewajiban mukallaf
17). Asnal Miqashad, bab tiga ilmu agama
18). Tafshilah, bab kemantapan iman
19). Imdaad, bab masalah dosa takabur
20). Irsyaad, bab ilmu manfaat
21). Irfaq, bab iman, Islam, dan ihsan.
22). Nadzam Arja’, hikayat isra’ mi’raj
23). Jam’ul Masail, bab fiqh dan tasawuf
24). Jam’ul Masail, bab tasawuf
25). Tahsin, bab fidyah shalat dan puasa
26). Shawalih, kerukunan umat beragama
27). Miqshadi, bacaan al-Fatihah
28). As’ad, bab iman dan ma’rifatullah
29). Fauziyah, bab jumlah maksiat
30). Hasaniyah, bab fardhu mubadarah
31). Fadhilah, bab dzikrullah
32). Tabyinal Ishlah, bab nikah, thalaq dn rujuk
33). Abyanal Hawaij, bab tiga ilmu agama
34). Takhyirah Mukhtashar, bab iman dan Islam
35). Ri’ayatul Himmah, tiga ilmu agama
36). Tasyrihatal Muhtaj, masalah ekonomi dan sosial
37). Kaifiyah, bab tata cara shalat
38). Misbahah, bab dosa meninggalkan shalat
39). Ma’uniyah, sebab-sebab terjadinya kafir
40). ‘Uluwiyah, bab takabur karena harta
41). Rujumiyah, bab shalat Jum’ah
42). Mufhamah, bab mukmin dan kafir
43). Basthiyah, bab ilmu syari’at
44). Tahsinah, bab tajwidil qur’an
45). Tazkiyah, bab menyembelih binatang
46). Fatawiyah, bab cara berfatwa agama
47). Samhiyah, bab shalat Jum’ah
48). Rukhshiyah, bab shalat qashar jama’
49). Mashlahah, bab mawaris
50). Wadhilah, bab manasik haji
51). Munawirul Himmah, bab wasiat kepada manusia
52). Surat kepada Penghulu Pekalongan
53). Tasnsyirah, 10 wasiat agama
54). Mahabbatullah, bab nikmatullah
55). Mirghabut, bab taat, iman dan syahadah
56). Hujahiyah, bab ilmu tata cara dialog
57). Tashfiyah, bab makna al-Fatihah
58). 500 Tanbih Bahasa Jawa
59). 700 Nadzam Do’a dan Jawabannya
60). Puluhan Tanbih Rejeng, masalah din
61). Shihatun Nikah, mukhtashar Tabyinal Ishlah
62). Nadzam Wiqayah.12
b. Kitab-kitab yang disusun di Ambon
1). Targhibul Mathalab, bab Ushuluddin
2). Kaifiyatul Miqshadi, bab Fiqh
3). Nashihatul Haq, bab Tasawuf
4). Hidayatul Himmah, bab Tasawuf
5). 60 buah Tanbih bahasa Melayu
6). Surat Wasiat kepada Maufuro dan Murid
7). Surat Wasiat kepada Mathubo dan Murid.13
B. Pandangan KH. Ahmad Rifa’i tentang Profesionalisme Guru
Ada beberapa kiat-kiat yang diterapkan KH. Ahmad Rifa’i sebagai
pendidik dalam mengajarkan ilmu-ilmunya yang terdapat dalam kitab
karangannya yang tertuang dalam kajian “Tarjumah” menyebutkan
sebagai berikut:
Dua corak pemikiran di atas juga dikenal dalam konteks Islam Indonesia abad
ke-19 sebagai gerakan pembaharuan Islam di Indonesia yang disebut dengan
gerakan Rifa’iyah atau Islam Tarjumah.14 Pendapat KH. Ahmad Rifa’i
mengenai guru yang professional dan ideal (syaikhul mursyid) adalah orang-
orang yang memenuhi syarat, yaitu: Islam, ‘aqil, baligh, ‘alim, dan tidak
melakukan salah satu dosa besar dan tidak mengekalkan salah satu dosa kecil.
Pengertian ‘alim ‘adil yang ditawarkan KH. Ahmad Rifa’i ini sebagai upaya
membentuk pribadi seorang guru yang benar-benar capable dan responsibility
khususnya dalam mengajarkan dan membimbing siswa yang lebih progresif
12 Ahmad Syadzirin Amin, Pemikiran … op.cit., hlm. 26-27. Bandingkan Abdul Djamil,
op. cit.hlm. 22-33. 13 Ibid., hlm. 28. 14 Ahmad Adaby Darban, Rifa’iyah Gerakan Sosial Keagamaan di Pedesaan Jawa
Tengah Tahun 1850-1982, (Yogyakarta: Tarawang Press, 2004), 43.
sesuai dengan tuntunan ajaran agama Islam yang tertuang dalam al-Qur'an dan
as-Sunah. Hal ini sebagaimana yang diterangkan dalam beberapa kitabnya
mengenai syarat, tugas dan kewajiban, peran, metode serta kompetensi guru.
1. Syarat Guru menurut KH. Ahmad Rifa’i
حىشط صرنكسا ريعكرفر وعر كور & عرش اع وهور المع ديهني كع فعران
تن عالكونى سوج كدي كدوسن & كفندو عادل رواية كفرجيأن فت كومفوالنىفرن عادل رواية ا& ن حرام جيلى سوجنى تن عالالك
ىايكوله عالم عادل الى االمر نمن & سالم عاقل بالغ تن فاسق يتنى ا ع داتعاكن بنر شرع حكومن ك& كع واجب دى توت صدق فتوتورن
يكوله علمئ نبى محمد اتوسانا& رنتهن فيكهن كفرتالنن ف مموالع اع ففكى شرط لن طريقة & ردي صحى اميان لن صحى عبادةم ات ككيوعان اع اهللا كوعى رحمة & ا لوماكو ماريع اهللا كع دي همة جن
Syarat sahnya menjadi guru ada dua perkara ringkasnya Yang pertama ‘alim mengetahui syari’at ketuhanan Kedua ‘adil riwayah dalam kepercayaan Yaitu orang yang tidak melakukan dosa besar Tidak menjalankan sesuatu yang haram kecil sekalipun Kedudukan ‘adil riwayat dalam empat aspek Islam, ‘aqil, baligh dan tidak fasik dalam kenyataannya Inilah yang dinamakan ‘alim ‘adil ulil amri Yang wajib diikuti nesehat yang benar Yang mendatangkan hukum syara’ yang benar Dalam memerintah, menyegah dan memberi penjelasan Inilah ulama penerus nabi Muhammad Menjaga keabsahan keimanan dan ibadah Mengajarkan keseluruhan syarat dan jalan Menuju jalan kepada Allah yang dijadikan himmah Hati berlindung kepada Allah, rahmat yang Agung.15
15 Haji Ahmad Rifa’i bin Muhammad Syafiiyah, Riayatul Himmah, (Dokumentasi
Yayasan Badan Wakaf Rifa’iyah, 1266), korasan 233.
Penulis dapat menyimpulan bahwa syarat menjadi guru menurut KH.
Ahmad Rifa’i adalah Islam, ‘aqil, ‘alim dan tawakkal kepada Allah SWT.
2. Tugas dan Tanggung Jawab Guru
قىحورجج ؤ كعورادل ممع المن & عورولى فنلوهانى نرراجىب ستفى و ون واجبى فتوتور بنر تن ككورف& ن سندين اكيه عوام فدا موندور ل ه ويالعنىلايكو من فركرا ايكى & يه شرط ووع ممورؤ كواجبانىكس كواصا صمردينى كلوان بنر فعكاويانى & سالم عاقل بالغ عادل لالكونىا
Hak bagi ‘alim ‘adil mengajar dengan jujur Memenuhi kewajiban pribadinya dalam keluhuran Namun kebanyakan orang awam yang mundur Akan tetapi kewajiban memberi nasehat yang benar tidak berhenti Syarat wajibnya orang yang mengajar Itu ada enam perkara dalam jumlahnya Islam, ‘aqil, baligh, ‘alim, ‘adil perbuatannya Kuasa dalam menjalankan profesi dengan benar.16
سكوسنى فرنته فيكاه كمشهور & راجب داتعاكن شريعت فتوتوووروتنكفر لن منؤم عالكونى و اع & ورجج هى كفكريتان فرنقر ايكىله
كمفسان كمليوا عنام ناالذيهاايال & يل اذااهض نم كمرضي متيدت ينبئكم بما كنتم تعملونف & اهللا مرجعكم جميعاىال
ؤمن كابيه عستوأكن اع قرانم & هى ايلع سكيه ووعكع صح امياننتف ناجيبكو سى كابيهتان & اعوروتفت اكناتعد ا كابيهاير كاو ون وروو عودب وعو اع كنوهد & ورهشاوى مة كنريعش اكناتعد تى اترضم ن ورجج ا كابيهسري ع & كفور ة لنصيعم را كسفد وعكعو
Wajib mendatangkan syari’at nasehat Sekuasanya perintah dan pencegahan dalam kemashuran Menasehati perilaku orang mukmin dan kafir Inilah al-Qur'an perintahnya dipikir dan jujur
16 Ibid., korasan. 241.
Hai orang yang beriman wajib bagimu Jangan membahayakan orang sesat Apabila petunjuk yang datang dari Allah telah datang Maka kabarilah kamu sekalian bagi orang-orang yang mengamalkan Hai ingat ingat semua orang menjadi sah iman Mukmin semua menjalankan al-Qur'an Memenuhi semua kewajiban Kamu semua yang mendatangkan nasehat Jalan bagi orang yang bodoh yang ngawur Mendatangkan syari’at mengharap kemashuran Tidak menjadi madharat orang yang jujur Justru kepada orang yang maksiat dan kufur.17
Adapun pendapat KH. Ahmad Rifa’i mengenai tugas dan tanggung jawab
guru dapat penulis simpulkan bahwa :
- Mengajar dengan kejujuran dalam memperoleh keluhuran
- Selalu dan terus menerus memberikan nasehat
- Menjalankan berdasarkan profesi yang diamanatkan
3. Kompetensi guru
ؤ فرتيالنىسورط ممرش نىا & كيهايكله فرتال والع فركر يكو تلع عدامل وريدى شرع كع دد كبنرنىا & اسالم عاقل عالم ودى فعرانى
ورا صح منوسا عقلى بنر لبورا & اورا صح ممورؤ ووعكع فدا كفروروو عودوع بو ؤورمم حا صاور & ود وعرورجج عرنى شفعر دى اع
اعدامل علم سبنرى اكاما اسالم & روهكن اع بودونى سكيه ووع عوامم امريكاه ح اصل جييكح اكنلعيم لن & ع ايكولهادل اعع الم مفه تريعش
سلمت تن سكسا نع اخرة فجنجين & قدر دى عمل بسا عادل كلوهورن س ع ووس تنمو نع ترجمة رنتيننك& يكوله عستوأنا جزم اع كتاب قران ا
Semua syarat sah mengajar Itu ada tiga perkara jumlahnya Islam, ‘aqil, ‘alim takut kepada Tuhannya Dalam menjalankan syara’ yang menjadi kebenaran
17 Ibid., korasan. 243.
Tidak sah mengajar orang yang kufur Tidak sah manusia akalnya hilang Tidak sah mengajar orang bodoh ngawur Belum takut terhadap Tuhannya syara’ kejujuran Memberi petunjuk orang bodohnya orang awam Dalam ilmu sebenar-benar agama Islam Dan mengingatkan hasil kebaikan mencegah haram Inilah ‘alim ‘adil faham syari’at Cukup beramal bisa ‘adil keluhuran Selamat tidak siksa di akhirat pernyataannya Itulah orang yang tunduk kitab al-Qur'an Yang sudah menemukan penafsiran 18ز
Yang menjadi kompetensi guru dalam mengajar, menurut KH. Ahmad
Rifa’i mendasar pada syarat guru, yaitu beragama Islam, ‘aqil (berakal
sehat), ‘alim (berilmu) dengan berpegang teguh pada ajaran Allah SWT
dengan mengamalkan secara ‘adil.
4. Peran guru dalam pendidikan
ثم جعلناك على شريعة & ال اهللا تعالى عز وجل ق بعتالتا وهبعر فاتاالم ون & منلمعال ي ناء الذيواه
مكا ووس داديأكن اعسن كنورهن & عدامل القران اعنديكا اهللا تعالى سكيع سكيه فرينتهن لن فيكهن & اع سريا اتس شريعة فعران
ورمله اجبا وا سريوتكا انم & وروتبنر تن نوتة فنريعش اع اع ككارفانى هوانى سسار عاوور & سريا اسيه ملهور تلن اجا انو
Allah SWT Azza wa Jalla berfirman Kemudian menjadikan kamu syari’at Dari sesuatu, maka taatilah Dan jangan mengikuti hawa orang yang tidak mengetahui19
ع ووع بودو ايكو نصحة كويتنىا & مروء انانى توى شرط فرتالنىاانى نيع اتينىسفنرمي ا بنرا اتى االنىل & وفيوندكا تور موندون مم
18 Ibid., korasan. 244-245. 19 Ibid., korasan. 241.
تن عستوأكن فرنتهى شرع ججور & وكا ايكو الكونى ووع منافق كفرا ع فرينتهى اهللا نع شريعة فتتورا& ورى سبب تن اسيه ملهورفتوين ك
نوتادل انع المع اريعم اكناجيبن & مورتفت و صدقادى كورد حص كع وهودكب اع كنوهو مرقى كورحن & ة فعرريعبنرى شامل ساناعد
موعكوه كدوى ووعكع فدا عوم & ى وروهكن اع حكوم حالل لن حرام د ناجيبايكو كو ورقى كوتيال حي & فرنينريدى جنا اع كدأ ما اع انكه
كهمفى شر اسن النوعنميةل & واض الفاسدرالع نهملى ديع اع منوسا اعدامل حرام سكوطونى & ن واجب يكها كورو كابيه سكوسنى ل
ع عرسك اتس اكمانى ووعيكونىك& ووعيكو كابيه كارن فعلنن دنيانى وتان اجبو كع ريدم كان كابيهوهى & نعد و لنفكونى كور اع
نفيكه لم يكاه سكع سكوطا كافر منافقن & واجبى كورو سبنرى شرع فتوتورن
مكا اجا نوروتى اع ووع اال منة & ه اع ساله مون كورو اورا كواسا يكال
Adapun syarat dalam kegiatan mengajar Kepada orang bodoh itu nasehat permulaannya Agar hati benar dalam menanggapi Jika mundur maka tanda keburukan hati Hal itu perbuatan orang munafik kufur Tidak mengharapkan perintah syara’ yang jujur Sebab kufuri tidak asih keluhuran Kepada perintah Allah dalam syari’at nasehat Mewajibkan bagi ‘alim ‘adil mengikuti Yang sah menjadi guru nasehat yang benar Hak guru memberi petunjuk bagi kebodohan Kepada sebenar-benar syari’at Tuhan Ditunjukkan hukum halal dan haram Bagi orang awam Pernyataan hak guru itu kewajiban Nyegaha murid maksud keduniaan Memperoleh ilmu mengikuti hawa nafsu Mengejar sunah wajib hingga terabaikan Nyata wajib guru nyegah murid dalam kedzaliman Ini merupakan dalil kalam ulama
Dan cegahlah manusia dalam persekutuan Dalam merusak sendi keagamaan Dan wajib guru mencegah semampunya Terhadap manusia yang haram sekutu Orang tersebut disebut keburukan beragama Yang merusak agamanya sendiri Semua murid wajib taat Ing fatwane guru dan menjauhi larangan Wajibnya guru sebenarnya syara’ nasehat Dan mencegah dari perilaku kafir munafik Apabila guru tidak kuasa mencegah kesalahan Maka jangan memenuhi orang yang hatinya jelek.20
Disebutkan oleh KH. Ahmad Rifa’i bahwa peran guru sangat dominan
guna tercapainya keberhasilan dalam mendidik anak. Hal tersebut
ditempuh oleh guru dengan hati ikhlas tanpa mengharap pamrih dengan
cara penyampaian nasehat dengan jujur. Guru berperan dalam
mengarahkan murid agar tidak semena-mena tertuju pada kemewahan
dunia belaka dan kedzaliman, namun mengajak mereka tertuju pada jalan
kebenaran untuk memperoleh kebahagiaan di dunia dan akhirat.
5. Metode Guru menurut KH. Ahmad Rifa’i Sistem yang digunakan dalam pendidikan pesantren Rifa’iyah
masih asli, yakni menganut tata cara pengajian non-klasikal. Adapun
metode yang digunakan adalah badongan dan sorogan. Metode badongan
atau sering disebut juga wetonan, adalah pemberian pelajaran dengan cara
membacakan dan memberi penjelasan suatu kitab yang diajarkan,
kemudian para santri/anak didik mendengarkan dan membuat catatan pada
kitab tersebut. Selain metode bandongan juga digunakan metode yang
disebut sorogan. Metode ini dijalankan oleh seorang kiai atau guru kepada
santrinya secara individual, satu persatu santri menyorongkan atau
menyodorkan kitabnya untuk diujikan. Dalam hal ini seorang kiai
membimbing kepada santri yang menghendaki pemahaman kitab tersebut
sampai khatam dan menguasai isinya.21
20 Ibid., korasan. 245.246. 21 Ahmad Adaby Darban, op. cit., hlm. 74.
KH. Ahmad Rifa’i menerapkan metode melalui empat tahapan.
Tahapan pertama disebut Mubtadi’ (permulaan), tahapan kedua disebut
Mutawasith (pertengahan), tahapan ketiga disebut Muntaha (penghabisan),
dan kemudian memasuki tahapan keempat yang disebut Amaliyah
(pengamalan). Empat tahapan itu sebagai berikut:
Tahapan pertama, seorang santri harus belajar membaca kitab
Tarajumah terbatas pada tulisan Arab bahasa Jawa. Sistem pengajian ini
disebut ngaji ireng atau ngaji makna. Metode ini dilakukan dengan cara
mengerjakan satu persatu huruf kemudian merangkum menjadi bacaan
kalimat dan seterusnya. Tingkatan ini merupakan awal dalam cara
membaca kitab Tarajumah (terjemah). Adapun kitab-kitab yang dibaca
pada tahapan ini meliputi: Husn al-Mithalab, Ri’ayat al-Himmah, Asnal
Miqashad, Abyanal Hawaij, Tasyrihat al-Muhtaj, Tabyinal Ishlah,
Tahsinah, Tazkiyah, Wadlihah dan Maslahah. Di samping itu, santri harus
hafal syarat rukun iman, Islam, ibadah shalat dan wiridan angawaruhi
atiningsun atau syahadat loro. Dan setelah shalat fardhu diharuskan juga
mengikuti belajar praktek shalat.
Tahapan kedua, mengaji dalil-dalil al-Qur'an, al-Hadits dan Qaul
Ulama yang terdapat dalam kitab Tarajumah. Ditekankan pula seorang
santri dalam membaca dalil-dalil yang berbahasa Arab harus sesuai dengan
tata cara yang diatur dalam ilmu Tajwid. Pengajian semacam ini
dinamakan ngaji dalil atau ngaji abangan. Di samping itu, seorang santri
harus hafal syarat rukun shalat fardhu dan puasa.
Tahapan ketiga, mengaji abang dan ireng digabungkan menjadi
satu bacaan, dan terbatas pada dalil atau lafal dengan makna dari kitab
Tarajumah. Di sini santri memang membutuhkan kejelasan dalam
mengartikan setiap lafal, sebab makna yang tercantum tidak hanya makna
mufrodat, melainkan sudah merupakan makna sekaligus pengertian dari
makna itu sendiri. Pengajian seperti ini disebut ngaji lafal makna atau
ngaji abang ireng. Dapat diketahui bahwa metode ini bertujuan
mengantarkan santri untuk memahami maksud isi kitab Tarajumah.
Dan tahapan keempat ialah mengaji pemahaman maksud yang
terkandung dalam kitab Tarajumah. Karena hampir setiap lafal atau
kalimat mempunyai arti harfiah dan tafsiriyah, yang tentunya
membutuhkan pemahaman dan kajian yang mendalam. Pengajian ini
biasanya disebut ngaji maksud, ngaji surah atau ngaji bandungan.
Tahapan ini lebih dikenal dengan metode “pengajian sorogan”. Yaitu
dengan cara pembacaan materi oleh syaikh Ahmad Rifa’i sendiri,
sedangkan para santri mendengarkan keterangan yang disampaikan.22
Melalui empat tahapan tersebut seorang santri diharapkan mampu
membaca dan menulis bahasa Jawa, sanggup membaca dan menulis al-
Qur'an dan kitab Arab, mampu mengartikan setiap kalimat atau lafal Arab,
sanggup memahami maksud isi kitab dan sanggup pula mentransfer teori
hukum kedalam praktek amaliyah sehari-hari, sehingga ilmu yang
diperoleh dari pesantren dapat diamalkan dengan baik dan benar.
Seluruh kitab karangan KH. Ahmad Rifa’i bila dikaji akan
ditemukan asas dan tujuan dari pendidikan itu, ialah mengajak kepada
masyarakat Indonesia ke jalan kebahagiaan dan keberuntungan dunia
maupun akhirat di bawah naungan ridha Allah SWT.23
a. Kitab Riayatul Himmah
ع ووع بودو ايكو نصحة كويتنىا & توى شرط فرتالنى مروء انانىاانى نيع اتينىسفنرمي ا بنرا اتى االنىل & وفيوندكا تور موندون مم
ناجيبايكو كو ورقى كوتيال حريدى جنا ي & فرأ ما اع اناكهنينع كد وكهمفى شر اسن النوعنمل & ينهملى دية عاض الفاسدرالع
22 Ahmad Syadzirin Amin, op.cit., hlm. 109-110. Bandingkan Ahmad Adaby Darban, op.
cit., hlm. 24-25. 23 Ibid., hlm. 112.
يكيلة قرأن فهمنى كورهناا & كع دادى شرط صح موالع د نفعنا لحكمةا ومن يؤت ن يشاءم & قال اهللا تعالى يؤتى الحكمة
ما يذكر اال اولو االلبابو & قد اوتي خيرا كثيراف كمفسان كمليوا عنام ناالذيهاايال & يم كمرضي متيدتل اذااهض ن
ا كنتم تعملونينبئكم بمف & الى اهللا مرجعكم جميعاانهامي حص كعوعو سكيه ى ايلع & موأكنتعس من كابيهانؤاع قر
ناجيبا كابيه كوسى ايرتوء اعوتانا & توروتفت اكنتعد ا كابيهرأ ايو النىع فركرا تنمو فرتيتيكو فا & اتوى سكيه وكونى ممورؤوالعنى
فندو وعكع دى وورؤ كالكهنىك & ع دهني ووعكع ممرؤ انانىكنهركن اكنؤدى ر كع تلو علم كك& كفيعلن ؤروع ممتيكالنى وفر ففتنون
و تلع فركر ايكله فرتال والعنىيكا & سكيع شرط ممورؤ فرتيالنى عدامل وريدى شرع كع دد كبنرنىا & سالم عاقل عالم ودى فعرانىا
ورا صح منوسا عقلى بنر لبورا & صح ممورؤ ووعكع فدا كفراورا وروو عودوع بو ؤورمم حا صاور & دورجج عرنى شفعر ودى اع وعر
ادل ممع المقى عحورجج ؤ كعن & ورورولى فنلوهانى نرراجىب ستفى و يكو من فركرا ايكيله وويالعنىا & سكيه شرط ووع ممورؤ كواجبنى
واسا فمردين كلون بنر فعكويانىك & ل للكونىدم عااسالم عاقل بالغ عال اجب على كل مكلف و & طلب الشيخ فى الطريق الى اهللا
لماكابر الع تكان لوق الى اهللا & اءوفى الطري لمعي ن لم و اعككور اجبا وادل يتع الماا & علنمدى ع نى كعريرحى سص ريهم
24مفتاحها السوأل فسألوه و & اهللالعلم العادل خزائن علم ا
24 Haji Ahmad Rifa’i bin Muhammad Syafiiyah, Riayatul Himmah, (Dokumentasi Yayasan Badan Wakaf Rifa’iyah, t.th.).
b. Kitab Bayan
نىحاجبة كوكفاي ؤرونىت & كومى ممتنم نيع ضدى فرع دكدر تع فركرا ايكله وويالعانىف & سكيه شرط ممورؤ كواجبنىىتوا ريع ووع بودو سقدر تنمونىم & سالم عاقل بالغ كوسا فمردينىا
يكو فتع فركرا كع دهني اننىا & سكيه روكونى ووع ممورؤ تنمونىوعونىكودكفن ؤورمم ع & انىوكالكوه وكوردى و كعع
كنهدى ور كع تلو علم ك& كفيعااكندتيكلى نينفر فت فيع نىيكو تلوع فركرا وويالعا & سكيه شرط صح ممورؤ تنمونى فيع تلو ارف وروه اع حكومنىك& ىنكع ديهن اسالم عاقل كفندو
اكبر منه جاهل متنسكو & ساد كبير عالم منتهكفيبغ العلمكبري بل ذنمر ع & ورالل كثيل بال علم ضمالع
لومعر علم ييبغ نا & كل معلمقبة اليدودرم اله ا كدىعسكس علم فتومع س & الملمكو ع تعكل فكنى اهللا كع بب
تمنفع كع عرش علم ومفتوى عةا & اتصيعكدى م كويالع امريكو ح اخر تفعنا منادل كرع المة ك& ةلكونى عادالصى عباخ اموع رينتهى اع
يقبل العمل اال خالصا صواباال & يكيله كالم علما فهمى ارفء لوباا 25تفىعدل اكن جبيك يكه سكع سله ن & اهللايكوله ارن ووع عالم ودى اعا
c. Kitab Tafriqah
25 Haji Ahmad Rifa’i bin Muhammad Syafiiyah, Bayan, (Dokumentasi Yayasan Badan
Wakaf Rifa’iyah, di tulis tahun 1254 H. )
مفتاحها السوأل اليهو & ن علم اهللام العادل خزائللعاا ايكو منوعكا كدوعى علمونى فعرين & توى ووع عالم عادل كفرجيأنا
هايكو داد كدوعىعلم شرع كفرن & اهللاماريع عالم عادل علمئ رسولوهنم ا اعاكون سينجفت اموع اجب & هاروين ديث ارفتفوعى ح ايكيله
بد للمريد من شيخ يرشده الى اهللاال& تنمهانايكيله دليل كالم علمأ نو ويلعورو رطى كورركسى شك& رعديهني ادل لكونىعو عدكفن المع
سالم عاقل بالغ اورا فاسق يتانىا& مفول ففت تنمونىرنا ارن عادل كك ورا عووال ماريع ووعكع اجيك دوراكاا& عالم عادل خليفة رسول اهللا مرديكا
ع فتوانى عالم عادل خليفةا& اعتماد دامل مناهب عوامواج 26 جك كارنا اهللا يكه معصية ع& ع صح دادى كورو دتعاكن شريعتك
d. Kitab Irsyad
من عباده العلماءنما يخش اهللاا& يكيلة القران نتوراكن اع سأمتنى علمأا نوت اع اهللا علمونى منفعة اكيه فائدةا& يكو ارن ووع فدا عالم ودى دسا سالها
و ماريع اهللا اخالص اتىنيكو جنا لمكا & لكونى ووع عالم كدى منفعت علمونىنىايكولهعلم تفعنادل مع المع وعانىا& ووبيل فتو دى اماوى كوركين حوكا ص
لم لن عمل بوندو اكيه ركانىع& فرتيال عالم لوبا دنيا سبب بعت بودونىنا لعيند وراوى بل كنمع لن ون علمةلم &ةمرضة ماخر ا نعونت كاعاكو د كا اعكع
27العلم ادراك الشيئ بحقيقته & اعكع دى فليهيكيله كالم علمأ وارد ا
e. Kitab Athlab
26 Haji Ahmad Rifa’i bin Muhammad Syafiiyah, Tafriqah, (Dokumentasi Yayasan Badan
Wakaf Rifa’iyah, t.th.). 27 Haji Ahmad Rifa’i bin Muhammad Syafiiyah, Irsyad, (Dokumentasi Yayasan Badan
Wakaf Rifa’iyah, tahun 1255 H.).
لساهى والغافلاتذكير و &ن على التعليم الجاهل ينبغى التعاوفم يليعاء التلملى العع جب& وامرافع حالن عيرالعلم الش متكن انىاتتي تفعنم عرش علم فتومانىا &وى عتا كلونوسكدى د امريكو ح
نوهودكب كنوهة مركفاي ضت & فرنكونستعه فع نيع ضفر اعركد اموع اجبوادتما اعفد ةا& ارفريعش ه علممجرادل نع المع ع
لبة حاصل منفعت اخرةغ & سوفيا صح اميان لن عبادة اجب على كل مكلفو & الى اهللاطلب الشيخ فى الطريق ن لم يعلم فى الطريق الى اهللا & ولوكان من اكابر العلماء
روهكن سبنرى ددالن كبكجانم & اتوى عوفيا كورو عالم اعكادالننرعكس كرفر وعر حى كورط صردك&ش انعفعر عربنرى شس سو المع هني
فندو عادل رواية كفرجياءنك& ع سكريا ووعكع انت تن كدوسنك سالم عاقل بالع اورا فاسق يتانىأ & ارن عادل رواية كومفول ففت تنمونى
يكله دليل كالم علماء ارف تيتىا & د اع كورو عرمةيواجب انأ مور شيخه فى حياته والميتل & ادب املريد حفظ الحرمة
عدامل نليكا اريفى لن ووس ماتنىا & موليأكن كدوى كورونى سكوسنى يكله تفوعى ارف تنمو نوتورا & نتهى مورو دى توت بورىرواجب ف
اقته كذا اتباع االمرط & قيامه فى حقه بقدراورظه قد خالفه ا ك& ان لمتريه بالمهن ابتن28ذا اج
2. Penerapan Metode KH. Ahmad Rifa’i sebagai Pendidik
Sistem yang digunakan dalam pendidikan pesantren Rifa’iyah
masih asli, yakni menganut tata cara pengajian non-klasikal. Adapun
metode yang digunakan adalah badongan dan sorogan. Metode badongan
28 Haji Ahmad Rifa’i bin Muhammad Syafiiyah, Nadzam Athlab Tarjumah Ilmu Syari’ah,
((dokumentasi Yayasan Badan Wakaf Rifa’iyah, ditulis 1260 H).
atau sering disebut juga wetonan, adalah pemberian pelajaran dengan cara
membacakan dan memberi penjelasan suatu kitab yang diajarkan,
kemudian para santri/anak didik mendengarkan dan membuat catatan pada
kitab tersebut. Selain metode bandongan juga digunakan metode yang
disebut sorogan. Metode ini dijalankan oleh seorang kiai atau guru kepada
santrinya secara individual, satu persatu santri menyorongkan atau
menyodorkan kitabnya untuk diujikan. Dalam hal ini seorang kiai
membimbing kepada santri yang menghendaki pemahaman kitab tersebut
sampai khatam dan menguasai isinya.29
Dalam mengembangkan pendidikan dan pengajaran di Pondok
Pesantren Kalisalak, KH. Ahmad Rifa’i menerapkan metode melalui
empat tahapan. Tahapan pertama disebut Mubtadi’ (permulaan), tahapan
kedua disebut Mutawasith (pertengahan), tahapan ketiga disebut Muntaha
(penghabisan), dan kemudian memasuki tahapan keempat yang disebut
Amaliyah (pengamalan). Empat tahapan itu sebagai berikut:
Tahapan pertama, seorang santri harus belajar membaca kitab
Tarajumah terbatas pada tulisan Arab bahasa Jawa. Sistem pengajian ini
disebut ngaji ireng atau ngaji makna. Metode ini dilakukan dengan cara
mengerjakan satu persatu huruf kemudian merangkum menjadi bacaan
kalimat dan seterusnya. Tingkatan ini merupakan awal dalam cara
membaca kitab Tarajumah (terjemah). Adapun kitab-kitab yang dibaca
pada tahapan ini meliputi: Husn al-Mithalab, Ri’ayat al-Himmah, Asnal
Miqashad, Abyanal Hawaij, Tasyrihat al-Muhtaj, Tabyinal Ishlah,
Tahsinah, Tazkiyah, Wadlihah dan Maslahah. Di samping itu, santri harus
hafal syarat rukun iman, Islam, ibadah shalat dan wiridan angawaruhi
atiningsun atau syahadat loro. Dan setelah shalat fardhu diharuskan juga
mengikuti belajar praktek shalat.
Tahapan kedua, mengaji dalil-dalil al-Qur'an, al-Hadits dan Qaul
Ulama yang terdapat dalam kitab Tarajumah. Ditekankan pula seorang
santri dalam membaca dalil-dalil yang berbahasa Arab harus sesuai dengan
29 Ahmad Adaby Darban, op. cit., hlm. 74.
tata cara yang diatur dalam ilmu Tajwid. Pengajian semacam ini
dinamakan ngaji dalil atau ngaji abangan. Di samping itu, seorang santri
harus hafal syarat rukun shalat fardhu dan puasa.
Tahapan ketiga, mengaji abang dan ireng digabungkan menjadi
satu bacaan, dan terbatas pada dalil atau lafal dengan makna dari kitab
Tarajumah. Di sini santri memang membutuhkan kejelasan dalam
mengartikan setiap lafal, sebab makna yang tercantum tidak hanya makna
mufrodat, melainkan sudah merupakan makna sekaligus pengertian dari
makna itu sendiri. Pengajian seperti ini disebut ngaji lafal makna atau
ngaji abang ireng. Dapat diketahui bahwa metode ini bertujuan
mengantarkan santri untuk memahami maksud isi kitab Tarajumah.
Dan tahapan keempat ialah mengaji pemahaman maksud yang
terkandung dalam kitab Tarajumah. Karena hampir setiap lafal atau
kalimat mempunyai arti harfiah dan tafsiriyah, yang tentunya
membutuhkan pemahaman dan kajian yang mendalam. Pengajian ini
biasanya disebut ngaji maksud, ngaji surah atau ngaji bandungan.
Tahapan ini lebih dikenal dengan metode “pengajian sorogan”. Yaitu
dengan cara pembacaan materi oleh syaikh Ahmad Rifa’i sendiri,
sedangkan para santri mendengarkan keterangan yang disampaikan.30
Melalui empat tahapan tersebut seorang santri diharapkan mampu
membaca dan menulis bahasa Jawa, sanggup membaca dan menulis al-
Qur'an dan kitab Arab, mampu mengartikan setiap kalimat atau lafal Arab,
sanggup memahami maksud isi kitab dan sanggup pula mentransfer teori
hukum kedalam praktek amaliyah sehari-hari, sehingga ilmu yang
diperoleh dari pesantren dapat diamalkan dengan baik dan benar.
Seluruh kitab karangan KH. Ahmad Rifa’i bila dikaji akan
ditemukan asas dan tujuan dari pendidikan itu, ialah mengajak kepada
30 Ahmad Syadzirin Amin, op.cit., hlm. 109-110. Bandingkan Ahmad Adaby Darban, op.
cit., hlm. 24-25.
masyarakat Indonesia ke jalan kebahagiaan dan keberuntungan dunia
maupun akhirat di bawah naungan ridha Allah SWT.31
3. Keberhasilan KH. Ahmad Rifa’i dalam Pendidikan
Dalam kiprahnya sebagai tokoh pembaharuan Islam di Indonesia
pada abad 19, selain perjuangannya dalam menentang kolonial Belanda,
KH. Ahmad Rifa’i juga dikenal sebagai tokoh pembaharu Islam di bidang
pendidikan. Keberhasilan yang telah dicapai oleh KH. Ahmad Rifa’i
adalah telah dirumuskannya kitab-kitab Tarjumah, selain itu ia telah
mendirikan berbagai lembaga pendidikan, seperti: pondok pesantren,
majlis pengajian jam’iyah Rifa’iyah, madrasah Rifa’iyah, dan sarana-
sarana ibadah, dan organisasi masyarakat. Dengan berbagai metode yang
tepat dan praktis, maka pengajian KH. Ahmad Rifa’i cepat berkembang,
meskipun letak pesantren Kalisalak ini berada di desa terpencil yang
lingkungannya merupakan hutan belantara.
a. Pondok pesantren
Di Kalisalak, pada mulanya KH. Ahmad Rifa’i
menyelenggarakan sekolah al-Qur'an untuk anak-anak. Namun
lembaga itu kemudian berkembang menjadi majelis pendidikan yang
mencakup pula orang-orang dewasa, baik laki-laki maupun perempuan
yang datang dari daerah sekitar Kabupaten Batang. Dan di antara
mereka banyak yang berminat muqim menuntut ilmu di Kalisalak.
Untuk memenuhi minat para santri yang datang dariluar daerah, maka
didirikan masjid dan pondok pesantren di atas tanah milikinya
sendiri.32
KH. Ahmad Rifa’i mendirikan lembaga pendidikan pondok
pesantren sebagai sarana penyebaran ajaran agama Islam pertama kali
di Kalisalak Batang. Sistem pengajaran yang menggunakan metode
terjemahan bahasa Jawa tersebut dalam kerangka untuk memahami
ajaran-ajaran Islam, mendorong bertambahnya murid pesantren yang
31 Ibid., hlm. 112. 32 Ahmad Syadzirin, Gerakan Syaikh … op.cit., hlm. 64.
berdatangan dari berbagai daerah33 hingga ajaran yang beliau
tanamkan masih di lestarikan sampai sekarang.
b. Majlis pengajian jam’iyah Rifa’iyah
Terbentuknya jam’iyah pengajian Rifa’iyah, memunculkan
berbagai ulama generasi penerus yang mengembangkan misi
perjuangan Islam pasca pengasingan KH. Ahmad Rifa’i di luar Jawa.
Lembaga ini sebagai aspirasi dakwah Islam melalui pendidikan
keagamaan. Pengajian Rifa’iyah sebagai wadah menyampaikan ajaran
Islam oleh para mubaligh Rifa’iyah.
Pengajian kitab merupakan khusus yang diberikan para ulama
Rifa’iyah kepada para mustami’ (penganut) anggota jama’ah Rifa’iyah.
Dalam pengajian kitab, diutamakan pengajian kitab-kitab Tarjumah
yang bersangkutan dengan masalah usuluddin, fiqh dan akhlak.34
Satu hal yang menarik dan menyebabkan pengajian KH.
Ahmad Rifa’i cepat berkembang dan terkenal adalah metode
terjemahannya, baik al-Qur'an, al-Hadits maupun kitab Arab karangan
para ulama salaf terlebih dahulu diterjemahkan ke dalam bahasa Jawa
sebelum diajarkan kepada para murid, bahkan kelihatan sebagai
kewajiban yang ditempuhnya secara sadar, sebagaimana yang tertera
dalam kitab “Riayat al-Himmah”:
“Wajib saben alim adil nuliyan narajumah kitab arab rinetenan supaya wong Jawi akeh ngerti pitutur saking Qur’an lan kitab Arab jujur kaduwe wong ngawam inggal ngerti milahur ningali kitab Tarajumah Jawi pitutur wajib bagi setiap alim adil (ulama) segera menterjemah kitab Arab dilaksanakan”35
c. Madrasah diniyah
33 Ahmad Syadzirin Amin, Pemikiran … op.cit., hlm. 24. 34 Ahmad Adaby Darban, op. cit., hlm. 72. 35 Ahmad Syadzirin, Gerakan Syaikh … op.cit., hlm. 64.
Adanya perkembangan pendidikan di Indonesia yang telah
menjangkau daerah-daerah pedesaan, menyebabkan masyarakat mulai
tertarik untuk menyekolahkan anak-anaknya. Perkembangan
pendidikan ini di samping sekolah, juga madrasah berkembang di
pedesaan, terutama di daerah yang mayoritas penduduknya beragama
Islam. Demikian halnya yang terjadi di kalangan warga jama’ah
Rifa’iyah yang menyekolahkan anak-anaknya di madrasah.
Sistem pendidikan pada madrasah Rifa’iyah disesuaikan
dengan pedoman pendidikan madrasah dari Departemen Agama,
namun di dalam madrasah Rifa’iyah terdapat mata pelajaran khusus,
yaitu ajaran Rifa’iyah dalam kitab Tarjumah. Walaupun intensitas
pendidikan ajaran Rifa’iyah tidak sama dengan yang diterapkan di
pondok pesantren, akan tetapi pokok-pokok ajaran Rifa’iyah wajib
dikuasai oleh para murid madrasah.
d. Tempat ibadah
Tempat ibadah merupakan sarana yang sangat penting dalam
roda penyebaran agama Islam. menurut faham Rifa’iyah yang
diamalkan sampai sekarang, bahwa shalat fardhu secara berjama’ah.
Masjid dan mushollah dalam jama’ah Rifa’iyah memiliki arti penting,
di samping sebagai pusat shalat jama’ah, juga sebagai tempat
pengajian dan juga ijab qabul pernikahan.
e. Organisasi masyarakat
Sebagai organisasi Islam yang bergerak dalam bidang
pendidikan dan pembinaan, maka gerakan Rifa’iyah dalam melawan
penjajah dan berkelanjutan sampai sekarang menyalurkan aspirasi
politiknya pada organisasi dan partai Islam.36 Para pengikut Rifa’iyah
diperbolehkan mengikuti kegiatan politik praktis dalam kehidupan
bermasyarakat dan bernegara, mereka bebas bekerja sama atau
memasuki organisasi Islam.
36 Ibid., hlm. 77.