BAB III GURU DALAM PANDANGAN KH. AHMAD...

26
BAB III GURU DALAM PANDANGAN KH. AHMAD RIFA’I A. Biografi KH. Ahmad Rifa’i 1. Riwayat Hidup KH. Ahmad Rifa’i KH. Ahmad Rifa’i dilahirkan pada tanggal 9 Muharram 1200 Hijriyah bertepatan dengan tahun 1786 Masehi, di Desa Tempuran Kabupaten Kendal Jawa Tengah. Ayahnya bernama Muhammad Marhum, anak seorang penghulu Landeraad Kendal bernama RKH. Abu Sujak alias Sutjowidjojo, yang menjadi qadli agama di wilayah tersebut. Kalangan Rifa’iyah menuturkan bahwa Kiai Rifa’i sejak kecil ia telah ditinggalkan oleh ayahnya dan kemudian dipelihara oleh saudara dekatnya yang bernama KH. Asy’ari, seorang ulama terkenal di wilayah Kaliwungu yang kemudian membesarkannya dengan pendidikan agama. 1 Dengan demikian, masa remajanya berada dalam lingkungan kehidupan agama yang kuat karena Kaliwungu merupakan wilayah yang sejak dulu terkenal sebagai pusat perkembangan Islam di wilayah Kendal dan sekitarnya. Dilingkungan inilah ia diajarkan bermacam-macam ilmu pengetahuan agama Islam yang lazim dipelajari dunia pesantren seperti ilmu nahwu, sharaf, fiqh, badi’, bayn, ilmu hadits, dan ilmu al-Qur'an. Pada tahun 1230 H/1816 M, ketika usianya mencapai 30 tahun ia berangkat ke Makkah untuk menunaikan ibadah haji melalui pelabuhan Semarang dan kemudian menetap selama delapan tahun. Selama menetap di Makkah, Kiai Rifa’i mendalami ilmu-ilmu keislaman dengan berguru pada sejumlah ulama seperti Syaikh Abdurrahman, Syaikh Abu Ubaidah, Syaikh Abdul Aziz, Syaikh Usman, Syaikh Abdul Malik, Syaikh Isa al- Barawi. Hubungan antara murid dan guru tersebut seringkali diwarnai dengan ikatan spiritual. Sepulang dari menuntut ilmu lalu ia menetap dan 1 Mukhlisin Sa’ad, terj. Ahmad Syadzirin Amin, Mengungkap Gerakan dan Pemikiran syaikh Ahmad Rifa’i, (Pekalongan: Yayasan Badan Wakaf Rifa’iyah, 2004), hlm. 6.

Transcript of BAB III GURU DALAM PANDANGAN KH. AHMAD...

Page 1: BAB III GURU DALAM PANDANGAN KH. AHMAD RIFA’Ilibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/20/jtptiain-gdl-s1...Pada tahun 1230 H/1816 M, ketika usianya mencapai 30 tahun ia berangkat

BAB III

GURU DALAM PANDANGAN KH. AHMAD RIFA’I

A. Biografi KH. Ahmad Rifa’i

1. Riwayat Hidup KH. Ahmad Rifa’i

KH. Ahmad Rifa’i dilahirkan pada tanggal 9 Muharram 1200

Hijriyah bertepatan dengan tahun 1786 Masehi, di Desa Tempuran

Kabupaten Kendal Jawa Tengah. Ayahnya bernama Muhammad Marhum,

anak seorang penghulu Landeraad Kendal bernama RKH. Abu Sujak alias

Sutjowidjojo, yang menjadi qadli agama di wilayah tersebut. Kalangan

Rifa’iyah menuturkan bahwa Kiai Rifa’i sejak kecil ia telah ditinggalkan

oleh ayahnya dan kemudian dipelihara oleh saudara dekatnya yang

bernama KH. Asy’ari, seorang ulama terkenal di wilayah Kaliwungu yang

kemudian membesarkannya dengan pendidikan agama.1 Dengan demikian,

masa remajanya berada dalam lingkungan kehidupan agama yang kuat

karena Kaliwungu merupakan wilayah yang sejak dulu terkenal sebagai

pusat perkembangan Islam di wilayah Kendal dan sekitarnya.

Dilingkungan inilah ia diajarkan bermacam-macam ilmu pengetahuan

agama Islam yang lazim dipelajari dunia pesantren seperti ilmu nahwu,

sharaf, fiqh, badi’, bayn, ilmu hadits, dan ilmu al-Qur'an.

Pada tahun 1230 H/1816 M, ketika usianya mencapai 30 tahun ia

berangkat ke Makkah untuk menunaikan ibadah haji melalui pelabuhan

Semarang dan kemudian menetap selama delapan tahun. Selama menetap

di Makkah, Kiai Rifa’i mendalami ilmu-ilmu keislaman dengan berguru

pada sejumlah ulama seperti Syaikh Abdurrahman, Syaikh Abu Ubaidah,

Syaikh Abdul Aziz, Syaikh Usman, Syaikh Abdul Malik, Syaikh Isa al-

Barawi. Hubungan antara murid dan guru tersebut seringkali diwarnai

dengan ikatan spiritual. Sepulang dari menuntut ilmu lalu ia menetap dan

1 Mukhlisin Sa’ad, terj. Ahmad Syadzirin Amin, Mengungkap Gerakan dan Pemikiran

syaikh Ahmad Rifa’i, (Pekalongan: Yayasan Badan Wakaf Rifa’iyah, 2004), hlm. 6.

Page 2: BAB III GURU DALAM PANDANGAN KH. AHMAD RIFA’Ilibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/20/jtptiain-gdl-s1...Pada tahun 1230 H/1816 M, ketika usianya mencapai 30 tahun ia berangkat

mengajarkan ilmunya di desa Kaliwungu Kendal agar bisa memusatkan

perhatiannya merealisasikan pengajaran ilmu-ilmu keagamaan dan

mengarang kitab Tarjumah.2

Di wilayah Kendal, KH. Ahmad Rifa’i mempersunting seorang

gadis yang bernama Ummul Umrah, yang diselenggarakan secara

sederhana3 hingga meninggal dunia. Namun dalam kiprah perjuangan

selanjutnya, ia pindah ke desa Kalisalak, dan wilayah tersebut ia menikah

dengan janda dari Demang Kalisalak (salah satu desa di Batang), dan pada

akhirnya mendirikan pesantren. Semula pesantren ini hanya anak-anak

yang belajar di sana, tetapi dalam perkembangan berikutnya banyak pula

orang dewasa yang datang dari berbagai kota. Mereka yang datang dari

kota-kota lain inilah yang kemudian dianggap sebagai murid generasi

pertama yang berjasa menyebarkan ajaran KH. Ahmad Rifa’i ke luar

daerah Batang dan berkembang hingga sekarang.4

2. Setting Sosial- Politik

Pada abad ke-19 dipandang sebagai momentum munculnya

gagasan pembaharuan pemikiran, karena di abad sebelumnya

memperlihatkan situasi kurang menguntungkan dalam bidang sosial

politik dunia Islam. Kenyataan ini berawal dari terjadinya proses

disintegrasi politik yang mengakibatkan berkurangnya wilayah kekuasaan

Islam, saat umat Islam memang terlihat tidak mampu menghadapi

ekspansi kolonialisme yang dilancarkan oleh bangsa Eropa.

Dalam menghadapi kolonialisme, ada dua kecenderungan

pemikiran yang diperlihatkan tokoh-tokoh Islam pada berbagai wilayah

penjajahan Eropa di kawasan Islam, sebagaimana yang telah menimpa di

Indonesia. Pertama, pemikiran yang menghendaki asosiasi dengan

kebudayaan barat, khususnya dalam mengakomodasikan ilmu pengetahuan

2 Abdul Djamil, Perlawanan Kiai Desa, Pemikiran dan Gerakan Islam KH. Ahmad Rifa’i

Kalisalak, (Yogyakarta: LkiS Yogyakarta, 2001), hlm. 13-14. 3 Ahmad Syadzirin Amin, Gerakan Syaikh Ahmad Rifa’i dalam Menentang Kolonial

Belanda, (Jakarta: Jama’ah Masjid Baiturrahman, 1996), hlm. 47. 4 Abdul Djamil, op.cit., hlm. 17.

Page 3: BAB III GURU DALAM PANDANGAN KH. AHMAD RIFA’Ilibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/20/jtptiain-gdl-s1...Pada tahun 1230 H/1816 M, ketika usianya mencapai 30 tahun ia berangkat

dan teknologi. Kedua, pemikiran yang menghendaki perbaikan umat Islam

tanpa harus mengakomodasikan budaya Barat, bahkan pada tingkatan

tertentu justru menolaknya karena dianggap bertentangan dengan nilai-

nilai Islam.5

Dua corak pemikiran di atas juga dikenal dalam konteks Islam

Indonesia abad ke-19 sebagai gerakan pembaharuan Islam di Indonesia

yang disebut dengan gerakan Rifa’iyah atau Islam Tarjumah.6 Adapun

corak pemikiran tersebut salah satunya cenderung pada pemikiran ulama

yang tidak mau kompromi dengan pemerintah kolonial dan menentangnya.

Hal ini tercermin dalam pemikiran ulama seperti KH. Ahmad

Rifa’i yang tergolong anti pemerintah Belanda, namun hanya sebatas pada

tulisan-tulisan yang berisi muatan anti kekuasaan dan instrumennya yang

dikemukakan dalam kerangka agama. Ia tidak melahirkan gerakan

perlawanan terbuka, tetapi gerakan menanamkan kebudayaan masyarakat

Islam yang mengambil jarak dengan pemerintah belanda. Dalam salah satu

syairnya ia menyatakan:

Tanbih tan nana dedalane kinaweruhan Tanah Jawi wong nejo memerangi linakonan Ngelawan ing kafir kelawan pedang gegaman Nyata tan kuasa ngelawan ing kafir perangan.

Peringatan, tidak ada jalannya diketahui Tanah Jawa oraang bermaksud melaksanakan perang Melawan orang kafir dengan pedang dan pisau Benar tidak akan kuasa melawan orang kafir dalam perang.7

Aspirasi Kiai Rifa’i yang sangat menentang pemerintah penjajahan

Belanda, lewat isi syairnya tersebut membuat langkah-langkah pemerintah

Belanda melakukan pembuangan dan pengasingan ke luar wilayah Jawa,

di mana wilayah Jawa sebagai tempat sentral perjuangan para ulama masa

itu.

5 Abdul Djamil, op.cit., hlm. 3. 6 Ahmad Adaby Darban, Rifa’iyah Gerakan Sosial Keagamaan di Pedesaan Jawa

Tengah Tahun 1850-1982, (Yogyakarta: Tarawang Press, 2004), 43. 7 Abdul Djamil, op.cit., hlm. 4 - 5.

Page 4: BAB III GURU DALAM PANDANGAN KH. AHMAD RIFA’Ilibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/20/jtptiain-gdl-s1...Pada tahun 1230 H/1816 M, ketika usianya mencapai 30 tahun ia berangkat

Peristiwa di atas mengakibatkan muncul fenomena bahwa

dinamika umat Islam cenderung tidak bisa memisahkan antara urusan

agama dan urusan sosio-politik. Dengan terbentuknya pemerintahan

Hindia-Belanda yang semakin kuat dan tidak banyak memberikan ruang

gerak bagi warga pribumi serta bertentangan dengan nilai-nilai yang

diperjuangkan ulama, menimbulkan reaksi dalam bentuk perlawanan

terbuka sebagaimana yang ditempuh dan dilancarkan oleh KH. Ahmad

Rifa’i. Sekalipun penyebab perlawanan ini pada umumnya berasal dari

persoalan politik, namun sebagai seorang muslim, elemen-elemen agama

cukup dominan dan bahkan dijadikan sebagai alat untuk menumbuhkan

sikap dan mengobarkan semangat juang. Bentuk perlawanan semacam ini

juga banyak menyita perhatian Belanda khususnya para ilmuan yang

memang menjadi bagian tak terpisahkan dari perumusan kebijakan

terhadap Islam Indonesia sebagaimana dikemukakan di muka.

Demikian gambaran dari reaksi yang muncul dari kebijakan politik

Hindia-Belanda. Dalam situasi sosial politik seperti digambarkan di atas

inilah, Kiai Rifa’i tampil sebagai tokoh agama merintis gerakan

keagamaan yang implikasinya menyentuh persoalan politik melalui

penulisan dan penyebaran kitab dan karya-karyanya.

Pada tahun 1272 H atau 1856 adalah merupakan tahun permulaan

krisis bagi gerakan KH. Ahmad Rifa’i. Hal ini disebabkan hampir seluruh

kitab-kitab karangan beliau disita oleh pemerintah Belanda, di samping dia

dan para muridnya mendapatkan tekanan terus menerus. KH. Ahmad

Rifa’i diasingkan dengan tuduhan yang dikenakan hanyalah persoalan

menghasut kolonial Belanda, sehingga ia dipenjara di penjara Kendal,

Semarang, dan Wonosobo, hingga akhirnya pada tahun 19 Mei 1959, KH.

Ahmad Rifa’i meninggalkan jama’ah serta keluarganya untuk menuju ke

pengasingan di Ambon Maluku. Dalam pengasingan, KH. Ahmad Rifa’i

bersama-sama ulama lain di sana masih mengajarkan doktrin anti

kolonialisme Belanda kepada masyarakat yang hampir seratus persen

Page 5: BAB III GURU DALAM PANDANGAN KH. AHMAD RIFA’Ilibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/20/jtptiain-gdl-s1...Pada tahun 1230 H/1816 M, ketika usianya mencapai 30 tahun ia berangkat

beragama nashrani. Penganut setia kepada ajaran KH. Ahmad Rifa’i di

Ambon terdiri dari penduduk asli dan orang-orang keturunan Arab.8

KH. Ahmad Rifa’i meninggal dunia pada usia 84 tahun yaitu

tepatnya pada tanggal 25 Rabiul Awal 1286 H/1870 M, dan dimakamkan

di makam pahlawan “Kiai mojo” di kampung Jawa Tondano Ambon

Maluku tersebut.9 Sepeninggal beliau, jama’ah Rifaiyah tetap hidup dan

berkembang sampai sekarang.

3. Karya-karya KH. Ahmad Rifa’i

Sebagaimana tradisi ulama-ulama mutaqaddimin (dahulu) dan

ulama-ulama mutaakhirin (kemudian), Syaikh Ahmad Rifa’i di samping

mengajar dan mendidik para murid, juga sebagian waktunya dimanfaatkan

untuk mengarang dan menulis karya-karya ilmiahnya. Kitab-kitab tersebut

dikarang dan ditulis sendiri dari tahun 1254 H sampai tahun 1275 H di

desa Kalisalak Batang Pekalongan.10

Karir KH. Ahmad Rifa’i Kalisalak sebagai tokoh pembaharuan

Islam abad ke-19 di Indonesia telah terbukti mencetak generasi pemuda

Islam (santri Rifa’iyah) dengan ajaran-ajarannya yang termaktub dalam

karya-karyanya. Dalam pandangannya dibahas mengenai masalah-masalah

keagamaan yang terkenal dengan nama Tarjumah, yaitu kitab-kitab yang

di dalamnya membahas ajaran-ajaran agama Islam yang ditulisnya dengan

bahasa Jawa dan memakai huruf Arab Pegon.11 Adapun jumlah tulisan dan

karangan KH. Ahmad Rifa’i hingga sekarang belum diketahui jumlahnya,

meskipun telah dibuat daftar nama kitab oleh kalangan pengikutnya.

Karena sebagian tulisannya telah dirampas oleh pemerintah kolonial.

Sebagian kitab yang dirampas dan masih tersimpan di Perpustakaan

Universitas Leiden dan sebagian yang lain kitab-kitab yang dapat

teridentifikasi.

8 Ahmad Syadzirin Amin, Pemikiran Kiai Haji Ahmad Rifa’i tentang Rukun Islam Satu,

(Jakarta: Jama’ah Masjid Baiturrahman, 1994), hlm. 29-30. 9 Ibid., hlm. 31 10 Ahmad Syadzirin Amin, Gerakan … op. cit., hlm. 119. 11 Mukhlisin Sa’ad, op.cit., hlm. 10.

Page 6: BAB III GURU DALAM PANDANGAN KH. AHMAD RIFA’Ilibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/20/jtptiain-gdl-s1...Pada tahun 1230 H/1816 M, ketika usianya mencapai 30 tahun ia berangkat

Karya-karya ilmiah yang dihasilkan dari kecerdasan dan kemahiran

KH. Ahmad Rifa’i antara lain:

a. Kitab-kitab yang tersusun di pulau Jawa

1). Risalah, berisi fatwa-fatwa agama

2). Nasihatul ‘Awam, berisi nasehat kepada masyarakat

3). Syarihul Imam, bab iman, Islam, dan ihsan.

4). Taisir, ilmu shalat Jum’ah

5). ‘Inayah, bab khalifah Rasulullah SAW

6). Bayan, Ilmu metodologi mendidik dan mengajar

7). Jam’ul Masail, bab tiga ilmu agama

8). Qawa’id, bab ilmu agama

9). Targhib, bab ma’rifatullah

10). Thoriqat Besar, bab hidayatullah

11). Thoriqat Kecil, bab thariqatullah

12). Athlab, bab mencari ilmu pengetahuan

13). Husnul Mithalab, tiga ilmu agama

14). Thulaab, bab kiblat shalat

15). Absyar, bab kiblat shalat

16). Tafriqah, bab kewajiban mukallaf

17). Asnal Miqashad, bab tiga ilmu agama

18). Tafshilah, bab kemantapan iman

19). Imdaad, bab masalah dosa takabur

20). Irsyaad, bab ilmu manfaat

21). Irfaq, bab iman, Islam, dan ihsan.

22). Nadzam Arja’, hikayat isra’ mi’raj

23). Jam’ul Masail, bab fiqh dan tasawuf

24). Jam’ul Masail, bab tasawuf

25). Tahsin, bab fidyah shalat dan puasa

26). Shawalih, kerukunan umat beragama

27). Miqshadi, bacaan al-Fatihah

28). As’ad, bab iman dan ma’rifatullah

Page 7: BAB III GURU DALAM PANDANGAN KH. AHMAD RIFA’Ilibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/20/jtptiain-gdl-s1...Pada tahun 1230 H/1816 M, ketika usianya mencapai 30 tahun ia berangkat

29). Fauziyah, bab jumlah maksiat

30). Hasaniyah, bab fardhu mubadarah

31). Fadhilah, bab dzikrullah

32). Tabyinal Ishlah, bab nikah, thalaq dn rujuk

33). Abyanal Hawaij, bab tiga ilmu agama

34). Takhyirah Mukhtashar, bab iman dan Islam

35). Ri’ayatul Himmah, tiga ilmu agama

36). Tasyrihatal Muhtaj, masalah ekonomi dan sosial

37). Kaifiyah, bab tata cara shalat

38). Misbahah, bab dosa meninggalkan shalat

39). Ma’uniyah, sebab-sebab terjadinya kafir

40). ‘Uluwiyah, bab takabur karena harta

41). Rujumiyah, bab shalat Jum’ah

42). Mufhamah, bab mukmin dan kafir

43). Basthiyah, bab ilmu syari’at

44). Tahsinah, bab tajwidil qur’an

45). Tazkiyah, bab menyembelih binatang

46). Fatawiyah, bab cara berfatwa agama

47). Samhiyah, bab shalat Jum’ah

48). Rukhshiyah, bab shalat qashar jama’

49). Mashlahah, bab mawaris

50). Wadhilah, bab manasik haji

51). Munawirul Himmah, bab wasiat kepada manusia

52). Surat kepada Penghulu Pekalongan

53). Tasnsyirah, 10 wasiat agama

54). Mahabbatullah, bab nikmatullah

55). Mirghabut, bab taat, iman dan syahadah

56). Hujahiyah, bab ilmu tata cara dialog

57). Tashfiyah, bab makna al-Fatihah

58). 500 Tanbih Bahasa Jawa

59). 700 Nadzam Do’a dan Jawabannya

Page 8: BAB III GURU DALAM PANDANGAN KH. AHMAD RIFA’Ilibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/20/jtptiain-gdl-s1...Pada tahun 1230 H/1816 M, ketika usianya mencapai 30 tahun ia berangkat

60). Puluhan Tanbih Rejeng, masalah din

61). Shihatun Nikah, mukhtashar Tabyinal Ishlah

62). Nadzam Wiqayah.12

b. Kitab-kitab yang disusun di Ambon

1). Targhibul Mathalab, bab Ushuluddin

2). Kaifiyatul Miqshadi, bab Fiqh

3). Nashihatul Haq, bab Tasawuf

4). Hidayatul Himmah, bab Tasawuf

5). 60 buah Tanbih bahasa Melayu

6). Surat Wasiat kepada Maufuro dan Murid

7). Surat Wasiat kepada Mathubo dan Murid.13

B. Pandangan KH. Ahmad Rifa’i tentang Profesionalisme Guru

Ada beberapa kiat-kiat yang diterapkan KH. Ahmad Rifa’i sebagai

pendidik dalam mengajarkan ilmu-ilmunya yang terdapat dalam kitab

karangannya yang tertuang dalam kajian “Tarjumah” menyebutkan

sebagai berikut:

Dua corak pemikiran di atas juga dikenal dalam konteks Islam Indonesia abad

ke-19 sebagai gerakan pembaharuan Islam di Indonesia yang disebut dengan

gerakan Rifa’iyah atau Islam Tarjumah.14 Pendapat KH. Ahmad Rifa’i

mengenai guru yang professional dan ideal (syaikhul mursyid) adalah orang-

orang yang memenuhi syarat, yaitu: Islam, ‘aqil, baligh, ‘alim, dan tidak

melakukan salah satu dosa besar dan tidak mengekalkan salah satu dosa kecil.

Pengertian ‘alim ‘adil yang ditawarkan KH. Ahmad Rifa’i ini sebagai upaya

membentuk pribadi seorang guru yang benar-benar capable dan responsibility

khususnya dalam mengajarkan dan membimbing siswa yang lebih progresif

12 Ahmad Syadzirin Amin, Pemikiran … op.cit., hlm. 26-27. Bandingkan Abdul Djamil,

op. cit.hlm. 22-33. 13 Ibid., hlm. 28. 14 Ahmad Adaby Darban, Rifa’iyah Gerakan Sosial Keagamaan di Pedesaan Jawa

Tengah Tahun 1850-1982, (Yogyakarta: Tarawang Press, 2004), 43.

Page 9: BAB III GURU DALAM PANDANGAN KH. AHMAD RIFA’Ilibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/20/jtptiain-gdl-s1...Pada tahun 1230 H/1816 M, ketika usianya mencapai 30 tahun ia berangkat

sesuai dengan tuntunan ajaran agama Islam yang tertuang dalam al-Qur'an dan

as-Sunah. Hal ini sebagaimana yang diterangkan dalam beberapa kitabnya

mengenai syarat, tugas dan kewajiban, peran, metode serta kompetensi guru.

1. Syarat Guru menurut KH. Ahmad Rifa’i

حىشط صرنكسا ريعكرفر وعر كور & عرش اع وهور المع ديهني كع فعران

تن عالكونى سوج كدي كدوسن & كفندو عادل رواية كفرجيأن فت كومفوالنىفرن عادل رواية ا& ن حرام جيلى سوجنى تن عالالك

ىايكوله عالم عادل الى االمر نمن & سالم عاقل بالغ تن فاسق يتنى ا ع داتعاكن بنر شرع حكومن ك& كع واجب دى توت صدق فتوتورن

يكوله علمئ نبى محمد اتوسانا& رنتهن فيكهن كفرتالنن ف مموالع اع ففكى شرط لن طريقة & ردي صحى اميان لن صحى عبادةم ات ككيوعان اع اهللا كوعى رحمة & ا لوماكو ماريع اهللا كع دي همة جن

Syarat sahnya menjadi guru ada dua perkara ringkasnya Yang pertama ‘alim mengetahui syari’at ketuhanan Kedua ‘adil riwayah dalam kepercayaan Yaitu orang yang tidak melakukan dosa besar Tidak menjalankan sesuatu yang haram kecil sekalipun Kedudukan ‘adil riwayat dalam empat aspek Islam, ‘aqil, baligh dan tidak fasik dalam kenyataannya Inilah yang dinamakan ‘alim ‘adil ulil amri Yang wajib diikuti nesehat yang benar Yang mendatangkan hukum syara’ yang benar Dalam memerintah, menyegah dan memberi penjelasan Inilah ulama penerus nabi Muhammad Menjaga keabsahan keimanan dan ibadah Mengajarkan keseluruhan syarat dan jalan Menuju jalan kepada Allah yang dijadikan himmah Hati berlindung kepada Allah, rahmat yang Agung.15

15 Haji Ahmad Rifa’i bin Muhammad Syafiiyah, Riayatul Himmah, (Dokumentasi

Yayasan Badan Wakaf Rifa’iyah, 1266), korasan 233.

Page 10: BAB III GURU DALAM PANDANGAN KH. AHMAD RIFA’Ilibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/20/jtptiain-gdl-s1...Pada tahun 1230 H/1816 M, ketika usianya mencapai 30 tahun ia berangkat

Penulis dapat menyimpulan bahwa syarat menjadi guru menurut KH.

Ahmad Rifa’i adalah Islam, ‘aqil, ‘alim dan tawakkal kepada Allah SWT.

2. Tugas dan Tanggung Jawab Guru

قىحورجج ؤ كعورادل ممع المن & عورولى فنلوهانى نرراجىب ستفى و ون واجبى فتوتور بنر تن ككورف& ن سندين اكيه عوام فدا موندور ل ه ويالعنىلايكو من فركرا ايكى & يه شرط ووع ممورؤ كواجبانىكس كواصا صمردينى كلوان بنر فعكاويانى & سالم عاقل بالغ عادل لالكونىا

Hak bagi ‘alim ‘adil mengajar dengan jujur Memenuhi kewajiban pribadinya dalam keluhuran Namun kebanyakan orang awam yang mundur Akan tetapi kewajiban memberi nasehat yang benar tidak berhenti Syarat wajibnya orang yang mengajar Itu ada enam perkara dalam jumlahnya Islam, ‘aqil, baligh, ‘alim, ‘adil perbuatannya Kuasa dalam menjalankan profesi dengan benar.16

سكوسنى فرنته فيكاه كمشهور & راجب داتعاكن شريعت فتوتوووروتنكفر لن منؤم عالكونى و اع & ورجج هى كفكريتان فرنقر ايكىله

كمفسان كمليوا عنام ناالذيهاايال & يل اذااهض نم كمرضي متيدت ينبئكم بما كنتم تعملونف & اهللا مرجعكم جميعاىال

ؤمن كابيه عستوأكن اع قرانم & هى ايلع سكيه ووعكع صح امياننتف ناجيبكو سى كابيهتان & اعوروتفت اكناتعد ا كابيهاير كاو ون وروو عودب وعو اع كنوهد & ورهشاوى مة كنريعش اكناتعد تى اترضم ن ورجج ا كابيهسري ع & كفور ة لنصيعم را كسفد وعكعو

Wajib mendatangkan syari’at nasehat Sekuasanya perintah dan pencegahan dalam kemashuran Menasehati perilaku orang mukmin dan kafir Inilah al-Qur'an perintahnya dipikir dan jujur

16 Ibid., korasan. 241.

Page 11: BAB III GURU DALAM PANDANGAN KH. AHMAD RIFA’Ilibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/20/jtptiain-gdl-s1...Pada tahun 1230 H/1816 M, ketika usianya mencapai 30 tahun ia berangkat

Hai orang yang beriman wajib bagimu Jangan membahayakan orang sesat Apabila petunjuk yang datang dari Allah telah datang Maka kabarilah kamu sekalian bagi orang-orang yang mengamalkan Hai ingat ingat semua orang menjadi sah iman Mukmin semua menjalankan al-Qur'an Memenuhi semua kewajiban Kamu semua yang mendatangkan nasehat Jalan bagi orang yang bodoh yang ngawur Mendatangkan syari’at mengharap kemashuran Tidak menjadi madharat orang yang jujur Justru kepada orang yang maksiat dan kufur.17

Adapun pendapat KH. Ahmad Rifa’i mengenai tugas dan tanggung jawab

guru dapat penulis simpulkan bahwa :

- Mengajar dengan kejujuran dalam memperoleh keluhuran

- Selalu dan terus menerus memberikan nasehat

- Menjalankan berdasarkan profesi yang diamanatkan

3. Kompetensi guru

ؤ فرتيالنىسورط ممرش نىا & كيهايكله فرتال والع فركر يكو تلع عدامل وريدى شرع كع دد كبنرنىا & اسالم عاقل عالم ودى فعرانى

ورا صح منوسا عقلى بنر لبورا & اورا صح ممورؤ ووعكع فدا كفروروو عودوع بو ؤورمم حا صاور & ود وعرورجج عرنى شفعر دى اع

اعدامل علم سبنرى اكاما اسالم & روهكن اع بودونى سكيه ووع عوامم امريكاه ح اصل جييكح اكنلعيم لن & ع ايكولهادل اعع الم مفه تريعش

سلمت تن سكسا نع اخرة فجنجين & قدر دى عمل بسا عادل كلوهورن س ع ووس تنمو نع ترجمة رنتيننك& يكوله عستوأنا جزم اع كتاب قران ا

Semua syarat sah mengajar Itu ada tiga perkara jumlahnya Islam, ‘aqil, ‘alim takut kepada Tuhannya Dalam menjalankan syara’ yang menjadi kebenaran

17 Ibid., korasan. 243.

Page 12: BAB III GURU DALAM PANDANGAN KH. AHMAD RIFA’Ilibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/20/jtptiain-gdl-s1...Pada tahun 1230 H/1816 M, ketika usianya mencapai 30 tahun ia berangkat

Tidak sah mengajar orang yang kufur Tidak sah manusia akalnya hilang Tidak sah mengajar orang bodoh ngawur Belum takut terhadap Tuhannya syara’ kejujuran Memberi petunjuk orang bodohnya orang awam Dalam ilmu sebenar-benar agama Islam Dan mengingatkan hasil kebaikan mencegah haram Inilah ‘alim ‘adil faham syari’at Cukup beramal bisa ‘adil keluhuran Selamat tidak siksa di akhirat pernyataannya Itulah orang yang tunduk kitab al-Qur'an Yang sudah menemukan penafsiran 18ز

Yang menjadi kompetensi guru dalam mengajar, menurut KH. Ahmad

Rifa’i mendasar pada syarat guru, yaitu beragama Islam, ‘aqil (berakal

sehat), ‘alim (berilmu) dengan berpegang teguh pada ajaran Allah SWT

dengan mengamalkan secara ‘adil.

4. Peran guru dalam pendidikan

ثم جعلناك على شريعة & ال اهللا تعالى عز وجل ق بعتالتا وهبعر فاتاالم ون & منلمعال ي ناء الذيواه

مكا ووس داديأكن اعسن كنورهن & عدامل القران اعنديكا اهللا تعالى سكيع سكيه فرينتهن لن فيكهن & اع سريا اتس شريعة فعران

ورمله اجبا وا سريوتكا انم & وروتبنر تن نوتة فنريعش اع اع ككارفانى هوانى سسار عاوور & سريا اسيه ملهور تلن اجا انو

Allah SWT Azza wa Jalla berfirman Kemudian menjadikan kamu syari’at Dari sesuatu, maka taatilah Dan jangan mengikuti hawa orang yang tidak mengetahui19

ع ووع بودو ايكو نصحة كويتنىا & مروء انانى توى شرط فرتالنىاانى نيع اتينىسفنرمي ا بنرا اتى االنىل & وفيوندكا تور موندون مم

18 Ibid., korasan. 244-245. 19 Ibid., korasan. 241.

Page 13: BAB III GURU DALAM PANDANGAN KH. AHMAD RIFA’Ilibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/20/jtptiain-gdl-s1...Pada tahun 1230 H/1816 M, ketika usianya mencapai 30 tahun ia berangkat

تن عستوأكن فرنتهى شرع ججور & وكا ايكو الكونى ووع منافق كفرا ع فرينتهى اهللا نع شريعة فتتورا& ورى سبب تن اسيه ملهورفتوين ك

نوتادل انع المع اريعم اكناجيبن & مورتفت و صدقادى كورد حص كع وهودكب اع كنوهو مرقى كورحن & ة فعرريعبنرى شامل ساناعد

موعكوه كدوى ووعكع فدا عوم & ى وروهكن اع حكوم حالل لن حرام د ناجيبايكو كو ورقى كوتيال حي & فرنينريدى جنا اع كدأ ما اع انكه

كهمفى شر اسن النوعنميةل & واض الفاسدرالع نهملى ديع اع منوسا اعدامل حرام سكوطونى & ن واجب يكها كورو كابيه سكوسنى ل

ع عرسك اتس اكمانى ووعيكونىك& ووعيكو كابيه كارن فعلنن دنيانى وتان اجبو كع ريدم كان كابيهوهى & نعد و لنفكونى كور اع

نفيكه لم يكاه سكع سكوطا كافر منافقن & واجبى كورو سبنرى شرع فتوتورن

مكا اجا نوروتى اع ووع اال منة & ه اع ساله مون كورو اورا كواسا يكال

Adapun syarat dalam kegiatan mengajar Kepada orang bodoh itu nasehat permulaannya Agar hati benar dalam menanggapi Jika mundur maka tanda keburukan hati Hal itu perbuatan orang munafik kufur Tidak mengharapkan perintah syara’ yang jujur Sebab kufuri tidak asih keluhuran Kepada perintah Allah dalam syari’at nasehat Mewajibkan bagi ‘alim ‘adil mengikuti Yang sah menjadi guru nasehat yang benar Hak guru memberi petunjuk bagi kebodohan Kepada sebenar-benar syari’at Tuhan Ditunjukkan hukum halal dan haram Bagi orang awam Pernyataan hak guru itu kewajiban Nyegaha murid maksud keduniaan Memperoleh ilmu mengikuti hawa nafsu Mengejar sunah wajib hingga terabaikan Nyata wajib guru nyegah murid dalam kedzaliman Ini merupakan dalil kalam ulama

Page 14: BAB III GURU DALAM PANDANGAN KH. AHMAD RIFA’Ilibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/20/jtptiain-gdl-s1...Pada tahun 1230 H/1816 M, ketika usianya mencapai 30 tahun ia berangkat

Dan cegahlah manusia dalam persekutuan Dalam merusak sendi keagamaan Dan wajib guru mencegah semampunya Terhadap manusia yang haram sekutu Orang tersebut disebut keburukan beragama Yang merusak agamanya sendiri Semua murid wajib taat Ing fatwane guru dan menjauhi larangan Wajibnya guru sebenarnya syara’ nasehat Dan mencegah dari perilaku kafir munafik Apabila guru tidak kuasa mencegah kesalahan Maka jangan memenuhi orang yang hatinya jelek.20

Disebutkan oleh KH. Ahmad Rifa’i bahwa peran guru sangat dominan

guna tercapainya keberhasilan dalam mendidik anak. Hal tersebut

ditempuh oleh guru dengan hati ikhlas tanpa mengharap pamrih dengan

cara penyampaian nasehat dengan jujur. Guru berperan dalam

mengarahkan murid agar tidak semena-mena tertuju pada kemewahan

dunia belaka dan kedzaliman, namun mengajak mereka tertuju pada jalan

kebenaran untuk memperoleh kebahagiaan di dunia dan akhirat.

5. Metode Guru menurut KH. Ahmad Rifa’i Sistem yang digunakan dalam pendidikan pesantren Rifa’iyah

masih asli, yakni menganut tata cara pengajian non-klasikal. Adapun

metode yang digunakan adalah badongan dan sorogan. Metode badongan

atau sering disebut juga wetonan, adalah pemberian pelajaran dengan cara

membacakan dan memberi penjelasan suatu kitab yang diajarkan,

kemudian para santri/anak didik mendengarkan dan membuat catatan pada

kitab tersebut. Selain metode bandongan juga digunakan metode yang

disebut sorogan. Metode ini dijalankan oleh seorang kiai atau guru kepada

santrinya secara individual, satu persatu santri menyorongkan atau

menyodorkan kitabnya untuk diujikan. Dalam hal ini seorang kiai

membimbing kepada santri yang menghendaki pemahaman kitab tersebut

sampai khatam dan menguasai isinya.21

20 Ibid., korasan. 245.246. 21 Ahmad Adaby Darban, op. cit., hlm. 74.

Page 15: BAB III GURU DALAM PANDANGAN KH. AHMAD RIFA’Ilibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/20/jtptiain-gdl-s1...Pada tahun 1230 H/1816 M, ketika usianya mencapai 30 tahun ia berangkat

KH. Ahmad Rifa’i menerapkan metode melalui empat tahapan.

Tahapan pertama disebut Mubtadi’ (permulaan), tahapan kedua disebut

Mutawasith (pertengahan), tahapan ketiga disebut Muntaha (penghabisan),

dan kemudian memasuki tahapan keempat yang disebut Amaliyah

(pengamalan). Empat tahapan itu sebagai berikut:

Tahapan pertama, seorang santri harus belajar membaca kitab

Tarajumah terbatas pada tulisan Arab bahasa Jawa. Sistem pengajian ini

disebut ngaji ireng atau ngaji makna. Metode ini dilakukan dengan cara

mengerjakan satu persatu huruf kemudian merangkum menjadi bacaan

kalimat dan seterusnya. Tingkatan ini merupakan awal dalam cara

membaca kitab Tarajumah (terjemah). Adapun kitab-kitab yang dibaca

pada tahapan ini meliputi: Husn al-Mithalab, Ri’ayat al-Himmah, Asnal

Miqashad, Abyanal Hawaij, Tasyrihat al-Muhtaj, Tabyinal Ishlah,

Tahsinah, Tazkiyah, Wadlihah dan Maslahah. Di samping itu, santri harus

hafal syarat rukun iman, Islam, ibadah shalat dan wiridan angawaruhi

atiningsun atau syahadat loro. Dan setelah shalat fardhu diharuskan juga

mengikuti belajar praktek shalat.

Tahapan kedua, mengaji dalil-dalil al-Qur'an, al-Hadits dan Qaul

Ulama yang terdapat dalam kitab Tarajumah. Ditekankan pula seorang

santri dalam membaca dalil-dalil yang berbahasa Arab harus sesuai dengan

tata cara yang diatur dalam ilmu Tajwid. Pengajian semacam ini

dinamakan ngaji dalil atau ngaji abangan. Di samping itu, seorang santri

harus hafal syarat rukun shalat fardhu dan puasa.

Tahapan ketiga, mengaji abang dan ireng digabungkan menjadi

satu bacaan, dan terbatas pada dalil atau lafal dengan makna dari kitab

Tarajumah. Di sini santri memang membutuhkan kejelasan dalam

mengartikan setiap lafal, sebab makna yang tercantum tidak hanya makna

mufrodat, melainkan sudah merupakan makna sekaligus pengertian dari

makna itu sendiri. Pengajian seperti ini disebut ngaji lafal makna atau

ngaji abang ireng. Dapat diketahui bahwa metode ini bertujuan

mengantarkan santri untuk memahami maksud isi kitab Tarajumah.

Page 16: BAB III GURU DALAM PANDANGAN KH. AHMAD RIFA’Ilibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/20/jtptiain-gdl-s1...Pada tahun 1230 H/1816 M, ketika usianya mencapai 30 tahun ia berangkat

Dan tahapan keempat ialah mengaji pemahaman maksud yang

terkandung dalam kitab Tarajumah. Karena hampir setiap lafal atau

kalimat mempunyai arti harfiah dan tafsiriyah, yang tentunya

membutuhkan pemahaman dan kajian yang mendalam. Pengajian ini

biasanya disebut ngaji maksud, ngaji surah atau ngaji bandungan.

Tahapan ini lebih dikenal dengan metode “pengajian sorogan”. Yaitu

dengan cara pembacaan materi oleh syaikh Ahmad Rifa’i sendiri,

sedangkan para santri mendengarkan keterangan yang disampaikan.22

Melalui empat tahapan tersebut seorang santri diharapkan mampu

membaca dan menulis bahasa Jawa, sanggup membaca dan menulis al-

Qur'an dan kitab Arab, mampu mengartikan setiap kalimat atau lafal Arab,

sanggup memahami maksud isi kitab dan sanggup pula mentransfer teori

hukum kedalam praktek amaliyah sehari-hari, sehingga ilmu yang

diperoleh dari pesantren dapat diamalkan dengan baik dan benar.

Seluruh kitab karangan KH. Ahmad Rifa’i bila dikaji akan

ditemukan asas dan tujuan dari pendidikan itu, ialah mengajak kepada

masyarakat Indonesia ke jalan kebahagiaan dan keberuntungan dunia

maupun akhirat di bawah naungan ridha Allah SWT.23

a. Kitab Riayatul Himmah

ع ووع بودو ايكو نصحة كويتنىا & توى شرط فرتالنى مروء انانىاانى نيع اتينىسفنرمي ا بنرا اتى االنىل & وفيوندكا تور موندون مم

ناجيبايكو كو ورقى كوتيال حريدى جنا ي & فرأ ما اع اناكهنينع كد وكهمفى شر اسن النوعنمل & ينهملى دية عاض الفاسدرالع

22 Ahmad Syadzirin Amin, op.cit., hlm. 109-110. Bandingkan Ahmad Adaby Darban, op.

cit., hlm. 24-25. 23 Ibid., hlm. 112.

Page 17: BAB III GURU DALAM PANDANGAN KH. AHMAD RIFA’Ilibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/20/jtptiain-gdl-s1...Pada tahun 1230 H/1816 M, ketika usianya mencapai 30 tahun ia berangkat

يكيلة قرأن فهمنى كورهناا & كع دادى شرط صح موالع د نفعنا لحكمةا ومن يؤت ن يشاءم & قال اهللا تعالى يؤتى الحكمة

ما يذكر اال اولو االلبابو & قد اوتي خيرا كثيراف كمفسان كمليوا عنام ناالذيهاايال & يم كمرضي متيدتل اذااهض ن

ا كنتم تعملونينبئكم بمف & الى اهللا مرجعكم جميعاانهامي حص كعوعو سكيه ى ايلع & موأكنتعس من كابيهانؤاع قر

ناجيبا كابيه كوسى ايرتوء اعوتانا & توروتفت اكنتعد ا كابيهرأ ايو النىع فركرا تنمو فرتيتيكو فا & اتوى سكيه وكونى ممورؤوالعنى

فندو وعكع دى وورؤ كالكهنىك & ع دهني ووعكع ممرؤ انانىكنهركن اكنؤدى ر كع تلو علم كك& كفيعلن ؤروع ممتيكالنى وفر ففتنون

و تلع فركر ايكله فرتال والعنىيكا & سكيع شرط ممورؤ فرتيالنى عدامل وريدى شرع كع دد كبنرنىا & سالم عاقل عالم ودى فعرانىا

ورا صح منوسا عقلى بنر لبورا & صح ممورؤ ووعكع فدا كفراورا وروو عودوع بو ؤورمم حا صاور & دورجج عرنى شفعر ودى اع وعر

ادل ممع المقى عحورجج ؤ كعن & ورورولى فنلوهانى نرراجىب ستفى و يكو من فركرا ايكيله وويالعنىا & سكيه شرط ووع ممورؤ كواجبنى

واسا فمردين كلون بنر فعكويانىك & ل للكونىدم عااسالم عاقل بالغ عال اجب على كل مكلف و & طلب الشيخ فى الطريق الى اهللا

لماكابر الع تكان لوق الى اهللا & اءوفى الطري لمعي ن لم و اعككور اجبا وادل يتع الماا & علنمدى ع نى كعريرحى سص ريهم

24مفتاحها السوأل فسألوه و & اهللالعلم العادل خزائن علم ا

24 Haji Ahmad Rifa’i bin Muhammad Syafiiyah, Riayatul Himmah, (Dokumentasi Yayasan Badan Wakaf Rifa’iyah, t.th.).

Page 18: BAB III GURU DALAM PANDANGAN KH. AHMAD RIFA’Ilibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/20/jtptiain-gdl-s1...Pada tahun 1230 H/1816 M, ketika usianya mencapai 30 tahun ia berangkat

b. Kitab Bayan

نىحاجبة كوكفاي ؤرونىت & كومى ممتنم نيع ضدى فرع دكدر تع فركرا ايكله وويالعانىف & سكيه شرط ممورؤ كواجبنىىتوا ريع ووع بودو سقدر تنمونىم & سالم عاقل بالغ كوسا فمردينىا

يكو فتع فركرا كع دهني اننىا & سكيه روكونى ووع ممورؤ تنمونىوعونىكودكفن ؤورمم ع & انىوكالكوه وكوردى و كعع

كنهدى ور كع تلو علم ك& كفيعااكندتيكلى نينفر فت فيع نىيكو تلوع فركرا وويالعا & سكيه شرط صح ممورؤ تنمونى فيع تلو ارف وروه اع حكومنىك& ىنكع ديهن اسالم عاقل كفندو

اكبر منه جاهل متنسكو & ساد كبير عالم منتهكفيبغ العلمكبري بل ذنمر ع & ورالل كثيل بال علم ضمالع

لومعر علم ييبغ نا & كل معلمقبة اليدودرم اله ا كدىعسكس علم فتومع س & الملمكو ع تعكل فكنى اهللا كع بب

تمنفع كع عرش علم ومفتوى عةا & اتصيعكدى م كويالع امريكو ح اخر تفعنا منادل كرع المة ك& ةلكونى عادالصى عباخ اموع رينتهى اع

يقبل العمل اال خالصا صواباال & يكيله كالم علما فهمى ارفء لوباا 25تفىعدل اكن جبيك يكه سكع سله ن & اهللايكوله ارن ووع عالم ودى اعا

c. Kitab Tafriqah

25 Haji Ahmad Rifa’i bin Muhammad Syafiiyah, Bayan, (Dokumentasi Yayasan Badan

Wakaf Rifa’iyah, di tulis tahun 1254 H. )

Page 19: BAB III GURU DALAM PANDANGAN KH. AHMAD RIFA’Ilibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/20/jtptiain-gdl-s1...Pada tahun 1230 H/1816 M, ketika usianya mencapai 30 tahun ia berangkat

مفتاحها السوأل اليهو & ن علم اهللام العادل خزائللعاا ايكو منوعكا كدوعى علمونى فعرين & توى ووع عالم عادل كفرجيأنا

هايكو داد كدوعىعلم شرع كفرن & اهللاماريع عالم عادل علمئ رسولوهنم ا اعاكون سينجفت اموع اجب & هاروين ديث ارفتفوعى ح ايكيله

بد للمريد من شيخ يرشده الى اهللاال& تنمهانايكيله دليل كالم علمأ نو ويلعورو رطى كورركسى شك& رعديهني ادل لكونىعو عدكفن المع

سالم عاقل بالغ اورا فاسق يتانىا& مفول ففت تنمونىرنا ارن عادل كك ورا عووال ماريع ووعكع اجيك دوراكاا& عالم عادل خليفة رسول اهللا مرديكا

ع فتوانى عالم عادل خليفةا& اعتماد دامل مناهب عوامواج 26 جك كارنا اهللا يكه معصية ع& ع صح دادى كورو دتعاكن شريعتك

d. Kitab Irsyad

من عباده العلماءنما يخش اهللاا& يكيلة القران نتوراكن اع سأمتنى علمأا نوت اع اهللا علمونى منفعة اكيه فائدةا& يكو ارن ووع فدا عالم ودى دسا سالها

و ماريع اهللا اخالص اتىنيكو جنا لمكا & لكونى ووع عالم كدى منفعت علمونىنىايكولهعلم تفعنادل مع المع وعانىا& ووبيل فتو دى اماوى كوركين حوكا ص

لم لن عمل بوندو اكيه ركانىع& فرتيال عالم لوبا دنيا سبب بعت بودونىنا لعيند وراوى بل كنمع لن ون علمةلم &ةمرضة ماخر ا نعونت كاعاكو د كا اعكع

27العلم ادراك الشيئ بحقيقته & اعكع دى فليهيكيله كالم علمأ وارد ا

e. Kitab Athlab

26 Haji Ahmad Rifa’i bin Muhammad Syafiiyah, Tafriqah, (Dokumentasi Yayasan Badan

Wakaf Rifa’iyah, t.th.). 27 Haji Ahmad Rifa’i bin Muhammad Syafiiyah, Irsyad, (Dokumentasi Yayasan Badan

Wakaf Rifa’iyah, tahun 1255 H.).

Page 20: BAB III GURU DALAM PANDANGAN KH. AHMAD RIFA’Ilibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/20/jtptiain-gdl-s1...Pada tahun 1230 H/1816 M, ketika usianya mencapai 30 tahun ia berangkat

لساهى والغافلاتذكير و &ن على التعليم الجاهل ينبغى التعاوفم يليعاء التلملى العع جب& وامرافع حالن عيرالعلم الش متكن انىاتتي تفعنم عرش علم فتومانىا &وى عتا كلونوسكدى د امريكو ح

نوهودكب كنوهة مركفاي ضت & فرنكونستعه فع نيع ضفر اعركد اموع اجبوادتما اعفد ةا& ارفريعش ه علممجرادل نع المع ع

لبة حاصل منفعت اخرةغ & سوفيا صح اميان لن عبادة اجب على كل مكلفو & الى اهللاطلب الشيخ فى الطريق ن لم يعلم فى الطريق الى اهللا & ولوكان من اكابر العلماء

روهكن سبنرى ددالن كبكجانم & اتوى عوفيا كورو عالم اعكادالننرعكس كرفر وعر حى كورط صردك&ش انعفعر عربنرى شس سو المع هني

فندو عادل رواية كفرجياءنك& ع سكريا ووعكع انت تن كدوسنك سالم عاقل بالع اورا فاسق يتانىأ & ارن عادل رواية كومفول ففت تنمونى

يكله دليل كالم علماء ارف تيتىا & د اع كورو عرمةيواجب انأ مور شيخه فى حياته والميتل & ادب املريد حفظ الحرمة

عدامل نليكا اريفى لن ووس ماتنىا & موليأكن كدوى كورونى سكوسنى يكله تفوعى ارف تنمو نوتورا & نتهى مورو دى توت بورىرواجب ف

اقته كذا اتباع االمرط & قيامه فى حقه بقدراورظه قد خالفه ا ك& ان لمتريه بالمهن ابتن28ذا اج

2. Penerapan Metode KH. Ahmad Rifa’i sebagai Pendidik

Sistem yang digunakan dalam pendidikan pesantren Rifa’iyah

masih asli, yakni menganut tata cara pengajian non-klasikal. Adapun

metode yang digunakan adalah badongan dan sorogan. Metode badongan

28 Haji Ahmad Rifa’i bin Muhammad Syafiiyah, Nadzam Athlab Tarjumah Ilmu Syari’ah,

((dokumentasi Yayasan Badan Wakaf Rifa’iyah, ditulis 1260 H).

Page 21: BAB III GURU DALAM PANDANGAN KH. AHMAD RIFA’Ilibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/20/jtptiain-gdl-s1...Pada tahun 1230 H/1816 M, ketika usianya mencapai 30 tahun ia berangkat

atau sering disebut juga wetonan, adalah pemberian pelajaran dengan cara

membacakan dan memberi penjelasan suatu kitab yang diajarkan,

kemudian para santri/anak didik mendengarkan dan membuat catatan pada

kitab tersebut. Selain metode bandongan juga digunakan metode yang

disebut sorogan. Metode ini dijalankan oleh seorang kiai atau guru kepada

santrinya secara individual, satu persatu santri menyorongkan atau

menyodorkan kitabnya untuk diujikan. Dalam hal ini seorang kiai

membimbing kepada santri yang menghendaki pemahaman kitab tersebut

sampai khatam dan menguasai isinya.29

Dalam mengembangkan pendidikan dan pengajaran di Pondok

Pesantren Kalisalak, KH. Ahmad Rifa’i menerapkan metode melalui

empat tahapan. Tahapan pertama disebut Mubtadi’ (permulaan), tahapan

kedua disebut Mutawasith (pertengahan), tahapan ketiga disebut Muntaha

(penghabisan), dan kemudian memasuki tahapan keempat yang disebut

Amaliyah (pengamalan). Empat tahapan itu sebagai berikut:

Tahapan pertama, seorang santri harus belajar membaca kitab

Tarajumah terbatas pada tulisan Arab bahasa Jawa. Sistem pengajian ini

disebut ngaji ireng atau ngaji makna. Metode ini dilakukan dengan cara

mengerjakan satu persatu huruf kemudian merangkum menjadi bacaan

kalimat dan seterusnya. Tingkatan ini merupakan awal dalam cara

membaca kitab Tarajumah (terjemah). Adapun kitab-kitab yang dibaca

pada tahapan ini meliputi: Husn al-Mithalab, Ri’ayat al-Himmah, Asnal

Miqashad, Abyanal Hawaij, Tasyrihat al-Muhtaj, Tabyinal Ishlah,

Tahsinah, Tazkiyah, Wadlihah dan Maslahah. Di samping itu, santri harus

hafal syarat rukun iman, Islam, ibadah shalat dan wiridan angawaruhi

atiningsun atau syahadat loro. Dan setelah shalat fardhu diharuskan juga

mengikuti belajar praktek shalat.

Tahapan kedua, mengaji dalil-dalil al-Qur'an, al-Hadits dan Qaul

Ulama yang terdapat dalam kitab Tarajumah. Ditekankan pula seorang

santri dalam membaca dalil-dalil yang berbahasa Arab harus sesuai dengan

29 Ahmad Adaby Darban, op. cit., hlm. 74.

Page 22: BAB III GURU DALAM PANDANGAN KH. AHMAD RIFA’Ilibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/20/jtptiain-gdl-s1...Pada tahun 1230 H/1816 M, ketika usianya mencapai 30 tahun ia berangkat

tata cara yang diatur dalam ilmu Tajwid. Pengajian semacam ini

dinamakan ngaji dalil atau ngaji abangan. Di samping itu, seorang santri

harus hafal syarat rukun shalat fardhu dan puasa.

Tahapan ketiga, mengaji abang dan ireng digabungkan menjadi

satu bacaan, dan terbatas pada dalil atau lafal dengan makna dari kitab

Tarajumah. Di sini santri memang membutuhkan kejelasan dalam

mengartikan setiap lafal, sebab makna yang tercantum tidak hanya makna

mufrodat, melainkan sudah merupakan makna sekaligus pengertian dari

makna itu sendiri. Pengajian seperti ini disebut ngaji lafal makna atau

ngaji abang ireng. Dapat diketahui bahwa metode ini bertujuan

mengantarkan santri untuk memahami maksud isi kitab Tarajumah.

Dan tahapan keempat ialah mengaji pemahaman maksud yang

terkandung dalam kitab Tarajumah. Karena hampir setiap lafal atau

kalimat mempunyai arti harfiah dan tafsiriyah, yang tentunya

membutuhkan pemahaman dan kajian yang mendalam. Pengajian ini

biasanya disebut ngaji maksud, ngaji surah atau ngaji bandungan.

Tahapan ini lebih dikenal dengan metode “pengajian sorogan”. Yaitu

dengan cara pembacaan materi oleh syaikh Ahmad Rifa’i sendiri,

sedangkan para santri mendengarkan keterangan yang disampaikan.30

Melalui empat tahapan tersebut seorang santri diharapkan mampu

membaca dan menulis bahasa Jawa, sanggup membaca dan menulis al-

Qur'an dan kitab Arab, mampu mengartikan setiap kalimat atau lafal Arab,

sanggup memahami maksud isi kitab dan sanggup pula mentransfer teori

hukum kedalam praktek amaliyah sehari-hari, sehingga ilmu yang

diperoleh dari pesantren dapat diamalkan dengan baik dan benar.

Seluruh kitab karangan KH. Ahmad Rifa’i bila dikaji akan

ditemukan asas dan tujuan dari pendidikan itu, ialah mengajak kepada

30 Ahmad Syadzirin Amin, op.cit., hlm. 109-110. Bandingkan Ahmad Adaby Darban, op.

cit., hlm. 24-25.

Page 23: BAB III GURU DALAM PANDANGAN KH. AHMAD RIFA’Ilibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/20/jtptiain-gdl-s1...Pada tahun 1230 H/1816 M, ketika usianya mencapai 30 tahun ia berangkat

masyarakat Indonesia ke jalan kebahagiaan dan keberuntungan dunia

maupun akhirat di bawah naungan ridha Allah SWT.31

3. Keberhasilan KH. Ahmad Rifa’i dalam Pendidikan

Dalam kiprahnya sebagai tokoh pembaharuan Islam di Indonesia

pada abad 19, selain perjuangannya dalam menentang kolonial Belanda,

KH. Ahmad Rifa’i juga dikenal sebagai tokoh pembaharu Islam di bidang

pendidikan. Keberhasilan yang telah dicapai oleh KH. Ahmad Rifa’i

adalah telah dirumuskannya kitab-kitab Tarjumah, selain itu ia telah

mendirikan berbagai lembaga pendidikan, seperti: pondok pesantren,

majlis pengajian jam’iyah Rifa’iyah, madrasah Rifa’iyah, dan sarana-

sarana ibadah, dan organisasi masyarakat. Dengan berbagai metode yang

tepat dan praktis, maka pengajian KH. Ahmad Rifa’i cepat berkembang,

meskipun letak pesantren Kalisalak ini berada di desa terpencil yang

lingkungannya merupakan hutan belantara.

a. Pondok pesantren

Di Kalisalak, pada mulanya KH. Ahmad Rifa’i

menyelenggarakan sekolah al-Qur'an untuk anak-anak. Namun

lembaga itu kemudian berkembang menjadi majelis pendidikan yang

mencakup pula orang-orang dewasa, baik laki-laki maupun perempuan

yang datang dari daerah sekitar Kabupaten Batang. Dan di antara

mereka banyak yang berminat muqim menuntut ilmu di Kalisalak.

Untuk memenuhi minat para santri yang datang dariluar daerah, maka

didirikan masjid dan pondok pesantren di atas tanah milikinya

sendiri.32

KH. Ahmad Rifa’i mendirikan lembaga pendidikan pondok

pesantren sebagai sarana penyebaran ajaran agama Islam pertama kali

di Kalisalak Batang. Sistem pengajaran yang menggunakan metode

terjemahan bahasa Jawa tersebut dalam kerangka untuk memahami

ajaran-ajaran Islam, mendorong bertambahnya murid pesantren yang

31 Ibid., hlm. 112. 32 Ahmad Syadzirin, Gerakan Syaikh … op.cit., hlm. 64.

Page 24: BAB III GURU DALAM PANDANGAN KH. AHMAD RIFA’Ilibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/20/jtptiain-gdl-s1...Pada tahun 1230 H/1816 M, ketika usianya mencapai 30 tahun ia berangkat

berdatangan dari berbagai daerah33 hingga ajaran yang beliau

tanamkan masih di lestarikan sampai sekarang.

b. Majlis pengajian jam’iyah Rifa’iyah

Terbentuknya jam’iyah pengajian Rifa’iyah, memunculkan

berbagai ulama generasi penerus yang mengembangkan misi

perjuangan Islam pasca pengasingan KH. Ahmad Rifa’i di luar Jawa.

Lembaga ini sebagai aspirasi dakwah Islam melalui pendidikan

keagamaan. Pengajian Rifa’iyah sebagai wadah menyampaikan ajaran

Islam oleh para mubaligh Rifa’iyah.

Pengajian kitab merupakan khusus yang diberikan para ulama

Rifa’iyah kepada para mustami’ (penganut) anggota jama’ah Rifa’iyah.

Dalam pengajian kitab, diutamakan pengajian kitab-kitab Tarjumah

yang bersangkutan dengan masalah usuluddin, fiqh dan akhlak.34

Satu hal yang menarik dan menyebabkan pengajian KH.

Ahmad Rifa’i cepat berkembang dan terkenal adalah metode

terjemahannya, baik al-Qur'an, al-Hadits maupun kitab Arab karangan

para ulama salaf terlebih dahulu diterjemahkan ke dalam bahasa Jawa

sebelum diajarkan kepada para murid, bahkan kelihatan sebagai

kewajiban yang ditempuhnya secara sadar, sebagaimana yang tertera

dalam kitab “Riayat al-Himmah”:

“Wajib saben alim adil nuliyan narajumah kitab arab rinetenan supaya wong Jawi akeh ngerti pitutur saking Qur’an lan kitab Arab jujur kaduwe wong ngawam inggal ngerti milahur ningali kitab Tarajumah Jawi pitutur wajib bagi setiap alim adil (ulama) segera menterjemah kitab Arab dilaksanakan”35

c. Madrasah diniyah

33 Ahmad Syadzirin Amin, Pemikiran … op.cit., hlm. 24. 34 Ahmad Adaby Darban, op. cit., hlm. 72. 35 Ahmad Syadzirin, Gerakan Syaikh … op.cit., hlm. 64.

Page 25: BAB III GURU DALAM PANDANGAN KH. AHMAD RIFA’Ilibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/20/jtptiain-gdl-s1...Pada tahun 1230 H/1816 M, ketika usianya mencapai 30 tahun ia berangkat

Adanya perkembangan pendidikan di Indonesia yang telah

menjangkau daerah-daerah pedesaan, menyebabkan masyarakat mulai

tertarik untuk menyekolahkan anak-anaknya. Perkembangan

pendidikan ini di samping sekolah, juga madrasah berkembang di

pedesaan, terutama di daerah yang mayoritas penduduknya beragama

Islam. Demikian halnya yang terjadi di kalangan warga jama’ah

Rifa’iyah yang menyekolahkan anak-anaknya di madrasah.

Sistem pendidikan pada madrasah Rifa’iyah disesuaikan

dengan pedoman pendidikan madrasah dari Departemen Agama,

namun di dalam madrasah Rifa’iyah terdapat mata pelajaran khusus,

yaitu ajaran Rifa’iyah dalam kitab Tarjumah. Walaupun intensitas

pendidikan ajaran Rifa’iyah tidak sama dengan yang diterapkan di

pondok pesantren, akan tetapi pokok-pokok ajaran Rifa’iyah wajib

dikuasai oleh para murid madrasah.

d. Tempat ibadah

Tempat ibadah merupakan sarana yang sangat penting dalam

roda penyebaran agama Islam. menurut faham Rifa’iyah yang

diamalkan sampai sekarang, bahwa shalat fardhu secara berjama’ah.

Masjid dan mushollah dalam jama’ah Rifa’iyah memiliki arti penting,

di samping sebagai pusat shalat jama’ah, juga sebagai tempat

pengajian dan juga ijab qabul pernikahan.

e. Organisasi masyarakat

Sebagai organisasi Islam yang bergerak dalam bidang

pendidikan dan pembinaan, maka gerakan Rifa’iyah dalam melawan

penjajah dan berkelanjutan sampai sekarang menyalurkan aspirasi

politiknya pada organisasi dan partai Islam.36 Para pengikut Rifa’iyah

diperbolehkan mengikuti kegiatan politik praktis dalam kehidupan

bermasyarakat dan bernegara, mereka bebas bekerja sama atau

memasuki organisasi Islam.

36 Ibid., hlm. 77.

Page 26: BAB III GURU DALAM PANDANGAN KH. AHMAD RIFA’Ilibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/20/jtptiain-gdl-s1...Pada tahun 1230 H/1816 M, ketika usianya mencapai 30 tahun ia berangkat