Post on 29-Dec-2019
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Ruang Lingkup Nilai-Nilai Agama Islam
1. Pengertian Nilai-Nilai Agama
Nilai menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah sifat-sifat atau
hal-hal yang penting berguna bagi kemanusiaan. Nilai merupakan suatu
yang ada hubungannya dengan subjek, sesuatu yang dianggap bernilai jika
pribadi itu merasa bahwa sesuatu itu berniali. Jadi nilai adalah suatu yang
bermanfaat dan berguna bagi manusia sebagai tingkah laku.8 Sedangakn
agama adalah peraturan tuhan yang membimbing orang yang berakal,
dengan jalan memilihnya untuk mendapatkan keselamatan dunia akhirat
didalamnya mencakup unsusr-unsur keimanan dan amal perbuatan. Agama
juga diartikan sebagai kepercayaan kepada tuhan dengan mentaati
kewajiban-kewajiban yang berkaitan dengan kepercayaan itu. Jadi yang
dimaksud dengan nialai-nilai agama adalah suatau kandungan atau issi dari
ajaran untuk mendapatkan kebaikan dunia akhirat yang diterapkan dalam
kehidupan sehari-hari.
8 Iman, Tarbiyatuna. Magelang: (Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah
Magelang. 2009.) hlm 4
12
Adapun nilai-nilai Islam apabila ditinjau dari sumbernya, digolongkan
menjadi dua macam, yaitu:
a. Nilai Ilahi adalah nilai yang bersumber dari Al-Qur’an dan hadits.
Nilai Ilahi dalam aspek teologi (kaidah keimanan) tidak akan
pernah mengalami perubahan, dan tidak berkecenderungan untuk
berubah atau mengikuti selera hawa nafsu manusia. Sedangkan
aspek dari alamiahnya dapat mengalami perubahan sesuai dengan
zaman dan lingkungannnya.
b. Nilai Insani Nilai insani adalah nilai yang tumbuh dan
berkembang atas kesepakatan manusia. Nilai insani ini akan terus
berkembang ke arah yang lebih maju dan lebih tinggi. Nilai ini
ersumber dari ra’yu, adat istiadat dan kenyataan alam.9
Perlu kita ketahui, sumber nilai-nilai yang tidak berasal dari Al-Qur’an dan
Hadits, dapat digunakan sepanjang tidak menyimpang atau dapat menunjang
sistem nilai yang bersumber pada Al-Qur’an dan Hadits. Sedangkan nilai jika
ditinjau dari orientasinya dibagi dalam emapt bentuk yaitu:
1. Nilai Etis
Nilai etis adalah nilai yang mendasari orientasinya pada ukuraz baik dan
buruk.
2. Nilai Pragmatis
9 Muhaimin, Pemikiran Pendidikan Islam, (Bandung : Bumi Aksara, 1991), hlm 111
13
Nilai Pragmatiss adalah nilai yang berdasarkan orientasinya berhasil atau
gagalnya.
3. Nilai Efek Sensorik
Niali efek sensorik adalah nilai yang mendasari orientasinya pada hal yang
menyenangkan atau menyedihkan.
4. Niali Religios
Nilai religius adalah nilai yang mendasari orientasinya pada dosa dan
pahala, halal dan haramnya.
Nilai-nilai agama Islam memuat Aturan-aturan Allah antara lain meliputi
aturan yang mengatur tentang hubungan manusia dengan Allah, hubungan
manusia dengan manusia, dan hubungan manusia dengan alam secara
keseluruhan. Manusia akan mengalami ketidaknyamanan, ketidakharmonisan,
ketidaktentraman, atau mengalami permasalahan dalam hidupnya, jika dalam
menjalani hubungan tesebut terjadi ketimpangan atau tidak mengikuti aturan
yang ditetapkan oleh Allah.10
Dalam Islam sendiri terdapat bermacam-macam nilai-nilai agama
Islam. Penulis mencoba membatasi bahasan dari skripsi ini dengan nilai
keimanan atau akidah, nilai ibadah dan nilai akhlak. Bagi para pendidik,
dalam hal ini orang tua perlu membekali anak-anaknya dengan materi-
materi atau pokok-pokok dasar agama Islam sebagai pondasi hidup yang
10
Ali Muhtadi, “ Penanaman Nilai-nilai Agama dalam pembentukan sikap dan
perilaku siswa sekolah dasar Islam terpadu luqman al-hakim yogyakarta,” Jurnal Penelitian dan
Evalusi Pendidikan, No.1 ( 2006), hlm. 4
14
sesuai dengan arah perkembangan jiwa sang anak. Pokok-pokok nilai
agama Islam yang harus ditanamkan pada anak yaitu keimanan, ibadah
dan akhlak.
2. Bentuk Nila-nilai Agama Islam
a. Keimanan atau Aqidah
Iman adalah mengucapkan dengan lidah, mengakui benarnya
dengan hati dan mengamalkan dengan anggota.11
Akidah dalam
syariat islam meliputi keyakinan dalam hati tentang Allah, Tuhan
yang wajib disembah, ucapan dengan lisan dalam bentuk dua kalimat
syahadat, yaitu menytakan bahawa tiada tuhan selai Allah dan bahwa
nabi muhammad sebagai utusannya dan perbuatan dengan amal soleh.
Akidah demikian itu mengandung arti bahwa dari orang yang beriman
tidak ada dalam hati atau ucapan dimulut dan perbuatan, melainkan
secara keseluruhan menggambarkan iman kepada Allah. Yakni tidak
ada niat, ucapan dan perbuatan yang dikemukakan oleh orang yang
beriman kecuali yang sejalan dengan kehendak dan perintah Allah
atas dasar kepatuhan kepadanya.12
Memberikan pendidikan keimanan pada anak merupakan sebuah
keharusan yang tidak boleh ditinggalkan, karena iman merupakan
yang pertama dan terutama dalam ajaran Islam yang mesti tertancap
bagi setiap individu dan menjadi pilar yang mendasari keislaman
11
Zainuddin, dkk.. Seluk Beluk Pendidikan dari Al-Ghazali. (Jakarta: Bumi Aksara.
1991) hlm 97. 12
Syafaat, Peranan Pendidikan Agama Islam Dalam Mencegah Kenakalan Remaja
(Juvenile Delinquency).( Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 2008.) hlm 53.
15
seseorang. Pendidikan keimanan terutama akiidah tauhid atau
mempercayai ke-Esaan Tuhan harus diutamakan karena akan hadir
secara sempurna dalam jiwa anak perasaan ke-Tuhanan yang berperan
sebagai fundamental dalam berbagai aspek kehidupannya. Penanaman
akidah iman adalah tentang pendidikan perasaan dan jiiwa, bukan akal
pikiran sedangkan jiwa telah ada dan melekat pada anak sejak
kelahiirannya, maka sejak awal pertumbuhannya harus ditanamkan
rasa keimanan dan akidah tauhid sebaik-baiknya13
Nilai-nilai keimanan harus mulai diperkenalkan kepada anak
dengan cara:
1) Memperkenalkan Allah SWT dan rasul-nya
2) Memberikan gambaran tentang siapa pencipta alam raya ini
melalui kisah-kisah teladan
3) Memperkenalkan kemahaagungan Allah swt.14
Dengan demikian aqidah islam bukan hanya sekedar keyakinan
dalam hati, melainkan pada tahap selanjutnya harus menjadi acuan
dan dasar dalam bertingkah laaku serta berbuat, yang pada hakikatnya
menimbulkan amal sholeh.15
b. Ibadah
Ibadah harfiah, ibadah berarti bakti manusia kepada Allah karena
didorong dan dibangkitkan oleh akidah atau tauhid. Ibadah adalah
13
Zainuddin, Op, Ci,.t hlm 99 14 Iman, Op.Cit, hlm 6.
15 Syafaat Op, Cit hlm 55
16
mendekatkan diri kepada Allah dengan mentaati segala perintahnya,
menjauhi larangannya, dan mengamalkan segala yang diizinkannya.
Pendidikan ibadah menccakup segala tindakan dalam kehidupan
sehari-hari, baik yang berhubungan dengan Allah maupun dengan
sesama manusia.16
Ibadah merupakan dampak dan bukti dari iman
bagi seorang Muslim dalam meyakini dan mempedomani akidah
Islamnyaa.17
Iman adalah potensi rohaani, sedang takwa adalah
prestasi rohani. Supaya iman dapat mencapai prestasi rohani yang
disebut takwa, diperlukan aktualisasi-aktual isasi iman yang terdiri
daari berbagai macam dan jenis kegiatan yang disebut amal shaleh.
Dengan kata lain, amal-amal shaleh adalah kegiatan-kegiatan yang
mempuunyai nilai-nilai ibadah18
c. Akhlak
Akhlak bentuk jamak dan khuluk yang mengandung arti budi
pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat, watak atau sering disebut
dengan kesusilaan, sopan santun, atau moral. Akhlak adalah segala
perbuatan yang dilakukan dengan tanpa disengaja dengan kata lain
secara spontan, tidak mengada-ngada atau tidak dengan paksaan.
Menurut pengertian akhlak tersebut, hakikat akhlak harus
mencakup dua syarat yaitu :
16
Ibid, hlm 59-60 17 Uhbiyati, Nur. Long Life Education: Pendidikan Anak Sejak Dalam Kandungan
Sampai Lansia.( Semarang: Walisongo Press. 2009.) hlm 107
18 Syafaat , Op, Cit hlm 56
17
1) Perbuatan harus konstant, yaitu dilakukan berulang-ulang
dalam bentuk yang sama, sehingga dapat menjadi
kebiasaan.
2) Perbuatan yang konstan itu harus tumbuh dengan mudah
sebagai wujud refleksi dari jiwanya tanpa pertimbangan
dan pemikiran, yakni bukan karena adnya tekanan-
tekanan, paksaan-paksaan dari orang lain atau pengaruh-
pengaruh dan bujukan-bujukan yang indah dan
sebagainya.19
Pendidikan tentang akhlak merupakan latihan membangkitkan
nafsu-nafsu rubbubiyah (ketuhanan) dan meredam atau
menghilangkan nafsu-nafsu syaithaniyah.20
Selain itu juga
memperkenalkan dasar-dasar etika dan moral melalui uswah hasanah
dan kegiatan-kegiatan lainnya yang berkaitan dengan perbuatan baik
dalam kehidupaan sehari-hari.21
Dalam pendidikan akhlak anak
dikenalkan dan dilatih mengenai perilaku atau akhlak yang mulia
(akhlakul karimah atau mahmudah ) seperti jujur, rendah hati, sabar
dan sebagainya serta perilaku atau akhlak yang tercela (akhlakul
madzmumah ) seperti dusta, takabur, khianat dan sebagainya.22
Menurut Al-Ghazali seperti yang dikutip Zainuddin sangat
mengajurkan agar mendidik anak dan membina akhlaknya dengan
cara latihan-latihan dan pembiasaan-pembiasaan yang sesuai dengan
perkembangan jiwanya walaupun seakaan-akan dipaksakan, agar anak
19
Zainuddin, Op, Cit hlm 102 20
Muchtar, Op. Cit, hlm 16
21 Yasin, A Fatah. Dimensi-dimensi Pendidikan Islam. (Malang: UIN-Malang Press.
2008) hlm 213
22 Muchtar, Op,Cit hlm 16
18
dapat terhindar dari keterlanjuran yang menyesatkan.23
Oleh karena
pembiasaan dan latihan tersebut akan membentuk sikap tertentu pada
anak, kebiasaan dari sikap itu akan bertambah jelas dan kuat, akhirnya
tidak tergoyahkan lagi karena telah masuk menjadi bagian dari
kepribadiannya. Baik buruknya akhlak seseorang menjadi satu syarat
sempurna atau tidaknya keimanan orang tersebut.
Aspek Nilai-nilai ajaran Islam pada intinya dapat dibedakan
menjadi 3 jenis yaitu nilai-nilai Aqidah, nilai-nilai ibadah, dan nilai-
nilai akhlak. Nilai-nilai aqidah mengajarkan manusia untuk percaya
akan adanya Allah Yang Maha Esa dan Maha Kuasa sebagai Sang
Pencipta alam semesta, yang akan senantiasa mengawasi dan
memperhitungkan segala perbuatan manusia di dunia. Nilai ibadah
mengajarkan kepada manusia agar dalam setiap perbuatannya
senantiasa dilandasi dengan hati yang ikhlas untuk mencapai ridho
Allah. Nilai akhlak mengajrkan kepada manusia untuk dapat bersikap
dan beperilaku yang baik sesuai norma atau adab yang benar dan baik,
sehingga akan membawa pada kehidupan manusia yang tentram,
damai, harmonis dan seimbang.24
3. Landasan Nilai-nilai Agama Islam
Landasan atau dasar nilai-nilai Keislaman dapat dibagi menjadi dua
kategori, yaitu:
23
Zainuddin Op, Cit hlm 107 24
Ali Muhtadi, Jurnal....Op.Cit.,hlm 4
19
Dasar pokok, yakni meliputi al-quran dan al-hadits
a. Al-Qur’an
Menurut Abdul Khallaf Al-Qur’an adalah kalam Allah
yangditurunkan melalui malaikat Jibril kepada hati Rasulullah
anakAbdullah dengan lafadz bahasa arab dan makna hakiki untuk
menjadi hujjah bagi Rasulullah atas kerasulannya dan menjadi pedoman
bagi manusia dengan penunjuknya serta beribadah membacanya.
Al-qur’an adalah firman Allah berupa wahyyu yang disampaikan
oleh Jibril kepada Nabi Muhammad SAW. Didalamnya terkandung
ajaran pokok yang dapat dikembangkan untuk seluruh aspek kehidupan
melalui ijtihad. Ajaran yang terkandung didalam Al-Qur’an itu terdiri
terdiri dari dua prinsip besar, yaitu yang berhubungan dengan masalah
keimanan yang disebut aqidah, dan yang berhubungan dengan amal yag
disebut syariah.25
Nabi Muhammad sebagai pendidik pertama, pada masa awal
petumbuhan Islam telah menjadikan Al-Qur’an sebagai dasar
pendidikan Islam disamping Sunnah beliau sendiri.
Al-Qur’an lengkap dengan segala petunjuk yang meliputi seluruh
aspek kehidupan dan bersifat universal dan merupakan dasar
pendidikan umat Islam yang bersumber kepada filsafat hidup
berdasarkan kepada Al-Qur’an.
25
Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam, ( Jakarta : Bumu Aksara, 2006), hlm. 31
20
Kedudukan Al-Qur’an sebagai sumber pokok pendidikan Islam dapat
dipahami dari ayat Al-Qur’an itu sendiri. Firman Allah:
ب إلا لتبيي لهن ٱلاذي ٱختلفىا ف يه وهدي ورحوة لقىم يؤهىى وها أزلا عليك ٱلكت
Artinya : Dan kami tidak menurunkan kepadamu Al-Kitab (Al uran)
ini, melainkan agar kamu dapat menjelaskan kepada mereka apa yang
mereka erselisihkan itu dan menjadi petunjuk dan rahmat bagi kaum
yang beriman.surat ? (Q. S. An-Nahl : 64).26
Sehubungan dengan masalah ini Muhammad fadhil al- jamali
menyatakan sebagai berikut:
“Pada hakikatnya Al-Qur’an itu sebagai perbendaharaan yang besar
untuk kebudayaan manusia, terutama bidang kerohanian. Ia pada
umumnya merupakan kitab pendidikan kemasyarakatan, moril (akhlak),
dan spiritual kerohanian”.27
b. Sunnah
As-sunnah adalah perkataan, perbuatan ataupun pengakuan
Rasulullah SAW. Yang dimaksud dengfan pengakuan itu adalah
kejadian atau perbuatan orang lain yang diketahui Rasulullah dan beliau
membiarkan saja kejadian atau perbuatan itu berjalan.
26
Q.S AN-Nahl 64 27
Muhammad Fadhil Al-Jamali, Tarbiyah Al-Insan Al-Jadid, ( Al-Turisiyyah, Al-
Syarikat, tt), hlm 37
21
Sunnah merupakan sumber ajaran kedua sesudah Al-Qur’an. Seperti
Al-Qur’an, sunnah juga berisi aqidah dan syariah. Sunnah berisi petunjuk
untuk kemashlahatan hidup manusia dalam segala aspeknya, untuk
membina umat menjadi manusia seutuhnya atau manusia yang bertakwa.
Rasulullah menjadi pendidik yang utama, beliau sendiri yang mendidik,
pertama dengan menggunakan rumah Al-Arqam ibnu Abi Al-Arqam,
kedua dengan memanfaatkan tawanan perang untuk mengajar baca tulis,
ketiga dengan mengirim para sahabat kedaerah-daerah yang baru masuk
Islam. Semua itu adalah pendidikan dalam rangka pembentukan manusia
muslim dan masyarakat Islam.
Sunnah dapat dijadikan dasar pendidikan Islam karena Sunnah
menjadi sumber utama pendidikan Islam, karena Allah SWT menjadikan
nabi Muhammad SAW sebagai teladan bagi umatnya.
Firman Allah SWT:
أسوة حسنة لمن كان لقد كان لكم في رسول الله
ايرجو الله كيير واليوم اخآرر وككر الله
Artinya : Sesungguhnya Telah ada pada (diri)
Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu)
bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan
(kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut
Allah. ( Qs. Al-Ahzab : 21).28
Ada beberapa Konsepsi dasar yang dicontohkan Rasulullah
SAW sebagai berikut:
28
Q.S Al-Ahzab 21
22
a) Disampaikan sebagai rahmatan lil-Alamin
وما أرسلناك إله رحمة للعالمين
Artinya : Dan tiadalah kami mengutus kamu,
melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta
alam.(Qs. Al-Anbiya’ : 107).29
b) Disampaikan secara universal
c) Apa yang disampaikan merupakan kebenaran mutlak
كر وإنها له لحافظون لنا الك إنها نحن نزه
Artinya : Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan
Al Quran,dan Sesungguhnya kami benar-benar
memeliharanya. (Qs. Al-Hajr : 9).30
d) Kehadiran nabi sebagai evaluator atas segala aktivitas
pendidikan
e) Perilaku nabi sebagai figure indetifikasi (uswah hasanah)
bagi umatnya
أسوة حسنة لمن لقد كان لكم في رسول الله
واليوم اخآرر وككر الله كان يرجو الله
ا كيير
Artinya : Sesungguhnya Telah ada pada (diri)
Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu
(yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat)
Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia
banyak menyebut Allah. ( Qs. Al-Ahzab : 21).
29
Q.S Al-Anbiyah 107 30
Q.S Al-Hajr 9
23
Adanya dasar yang kokoh ini terutama Al-Qur’an dan As-Sunnah,
karena keabsahan dasar ini sebaagai pedoman hidup telah mendapat
jaminan Allah dan Rasul-Nya.
Prinsip Al-Qur’an dan Sunnah sebagai dasar pendidikan Islam bukan hanya
dipandang sebagai kebenaran keyakinan semata. Lebih jauh kebenaran itu juga
sejalan dengan kebenaran yang dapat diterima oleh akal yang sehat dan bukti
sejarah, Dengan demikian wajar jika kebenaran itu kita kembalikan kepada
pembuktian kebenaran pernyataan Allah dalam Al-Qur’an.
B. Pembelajaran Pendidikan Agama untuk Anak Sekolah Dasar ( SD)
Pendidikan berasal dari kata didik, yang diartikan perbuatan, hal, dan
cara. Pendidikan agama dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah religion
education, yang diaartikan sebagai suatu kegiatan yang bertujuan untuk
menghasilkan orang beragama. Pendidikan agama tidak cukup hanya
memberikan pengetaahuan tentang agama saja, tetapi juga ditekankan
pada feeling attituted, personal ideals, aktivitas kepercayaan.31
Pendidikan agama Islam sebagai bagian dari pendidikan merupakan
salah satu bidang studi di lembaga pendidikan dengan tujuan membantu anak
didik untuk memperoleh kehidupan yang bermakna, sehingga mereka
mendapatkan kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat, baik secara individu
maupun kelompok. Pendidikan agama Islam mengajari anak didik tentang
31
Ramayulis, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (cet ketiga, Jakarta, Kalam Mulia:
2001) Hlm 3
24
tata cara beribadah untuk mendekatkan diri dengan Tuhan dan tata cara
berhubungan dengan sesama manusia, saling menghormati, menghargai dan
menyayangi.32
Zakiyah Daradjat, dalam bukunya mengatakan pendidikan agama Islam
adalah suatu usaha untuk membina dan mengasuh peserta didik agar
senantiasa dapat memahami ajaran Islam secara menyeluruh, menghayati
tujuan, dan pada akhirnya mengamalkan serta menjadikan Islam sebagai
pandangan hidup.33
Oleh karena itu, ketika kita menyebut pendidikan Islam,
maka akan mencakup dua hal, yaitu: pertama mendidik siswa agar untuk
berperilaku sesuai dengan nilai-nilai atau akhlak yang Islami. Kedua,
mendidik siswa untuk mempelajari materi ajaran Islam (subjek pelajaran
berupa pengetahuan tentang ajaran Islam).34
Pendidikan Agama Islam di SD/MI bertujuan:
a. Menumbuh kembangkan aqidah melalui pemberian, pemupukan,
pengembangan, pengetahuan, penghayatan, pengamalan,
pembiasaan, serta pengalaman peserta didik tentang agama Islam
sehingga menjadi muslim yang terus berkembang keimanan dan
ketakwaannya kepada Allah SWT.
b. Mewujudkan manusia Indonesia yang taat beragama dan
berakhlak mulia yaitu manusia yang berpengetahuan, rajin
32
Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2001) hlm 46 33
Abdul Majid, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi : Konsep dan
Implementasi Kurikulum 2004 (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004) hlm 130 34
Nazarudin Rahman, Manajemen Pembelajaran: Implementasi Konsep,
Karakteristik, dan Metodologi Pendidikan Agama Islam Di Sekolah Umum, (Yogyakarta: Pustaka
Felicha, 2009) hlm 12
25
ibadah, cerdas, produktif, jujur, adil, berdisiplin, bertoleransi,
serta menjaga keharmonisan secara personal dan social serta
mengembangkan budaya agama dalam komunitas sekolah.35
Mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) di Sekolah Dasar (SD)
secara keseluruhan berada pada lingkup al-qur’an dan al-hadits, keimanan,
akhlak, fiqih, dan sejarah. Ruang lingkup pendidikan agama Islam mencakup
perwujudan keserasian, keselarasan, dan keseimbangan hubungan manusia
dengan Allah SWT, diri sendiri, sesama manusia, makhluk lainnya maupun
lingkungannya. Jadi pendidikan agama Islam adalah usaha sadar yang
dilakukan pendidik untuk mempersiapkan peserta didik dalam meyakini,
memahami, dan mengamalkan ajaran Islam melalui kegiatan bimbingan,
pengajaran atau pelatihan yang telah ditentukan untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan.
C. Ragam ABK dan Pemebelajaran untuk ABK
1. Pengertian anak berkebutuhan khusus (ABK)
Istilah ABK adalah pengganti istilah anak berkebutuhan cacat atau
penyandang cacat. Istilah ABK menunjuk mereka yang memiliki kelainan
fisik, emosional, mental, intelektual dan sosial. ABK memiliki masalah
dalam sensori, motorik, belajar, dan tingkahlakunya. Semua ini
mengakibatkan terganggunya perkembangan fisik anak. Hal ini karena
35
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 23 tahun 2006 tentang Standar
Kompetensi Lulusan.
26
sebagian besar ABK mengalami hambatan dalam merespon rangsangan
yang diberikan lingkungan untuk melakukan gerak, meniru gerak, dan
bahkan ada yang memang fisiknya terganggu sehingga ia tidak dapat
melakukan gerakan yang terarah dengan benar.
Anak berkebutuhan khusus adalah anak yang memiliki kelainan atau
penyimpangan dari rata-rata anak normal, dalam aspek fisik, mental, dan
sosial, sehingga untuk mengembangkan potensinya perlu layanan
pendidikan khusus sesuai dengan karakteristiknya.36
Anak berkebutuhan khusus adalah anak yang memiliki karakteristik
khusus sehingga berbeda dengan anak pada umumnya.37
Sesuai dengan
kata “exception” anak luar biasa atau anak berkebutuhan khusus bisa
diartikan sebagai individu yang mempunyai karakteristik yang berbeda
dari individu lainnya yang dipandang oleh masyarakat pada umumnya.38
ABK adalah anak yang memiliki karakteristik khusus. Keadaan
khusus membuat mereka berbeda dengan anak pada umumnya. Pemberian
predikat berkebutuhan khusus tentu saja tanpa selalu menunjukkan kepada
pengertian lemah mental dan tidak identik juga dengan ketidak mampuan
emosi atau kelainan fiisik.39
Anak Berkebutuhan Khusus adalah anaka-anak yang mengalami
perkembangan menyimpang secara signifikan dari kriteria normal.
36
Efendi, Mohammad. Pengantar Psikopedagogik Anak Berkelainan. (Jakarta: PT.
Bumi Aksara. 2006) hlm 26 37
Smart, Aqila. Anak Cacat Bukan Kiamat.( Yogyakarta: Kata Hati. 2010) hlm 33 38
Thalib, Samsul Bahri. Psikologi Pendidikan Berbasis Analisis Empiris Aplikatif.
(Jakarta: Kencana. 2010) hlm 245 39
Santoso, Satmoko Budi. Sekolah Alternatif, Mengapa Tidak. ( Jagjakarta: Diva
Press. 2010) hlm 127
27
Rentangan anak dengan perkembangan menyimpan ditemukan dalam tiga
kategori ( Imprainment, Handicapped dan Disability).40
Dari beberapa paparan di atas penulis dapat mengambil kesimpulan
bahwa, anak berkebutuhan khusus adalah anak dengan karakteristik
khusus yang berbeda dengan anak pada umumnya tanpa selalu
menunjukkan pada ketidakmampuan mental, emosi, ataupun fisik. ABK
memiliki penyimpangan dari rata-rata anak normal sehingga untuk
mengembangkan potensinya perlu layanan pendidikan khusus yang sesuai
dengan karakteristiknya.
2. Jenis-jenis Anak Berkebutuhan Khusus
Anak berkebutuhan khusus mempunyai jenis-jenis yang berbeda
berdasarkan karakteristiknya dan hambatan yang di miliki anak
berkebutuhan khusus biasanya bersekolah di Sekolah Luar Biasa (SLB)
berdasarkan karakter dan kekhususannya. ABK dengan kekhususan
tertentu seperti ABK dengan masalah berkesulitan belajar dapat
ditempatkan dalam kelas inklusif.
Anak yang termasuk berpredikat ABK menurut Santoso antara lain:
tunanetra, tunarungu, tunagrahita, tunadaksa, tunalaras, kesulitan belajar.
a. Tunanetra
Tunanetra adalah individu yang memiliki hambatan dalam
pengelihatan. Tunanetra digolongkan menjadi dua macam, yaitu
40
Endang Poerwanti, “Peningkatan Pengethuan dan Keterampilan Guru SD
Muhammadiyah 04 Batu dalam Mengelola Pembelajaran ABK melalui Lesson Study” Jurnal
JINOP, Vol.1 No.1 (Mei, 2015), hlm. 15
28
buta total (blind) dan low vision. Tunanetra memiliki keterbatasan
dalam indra pengelihatan, maka proses pembelajaran menekankan
pada alat indra yang lain yaitu indra peraba dan indra pendengaran.
Oleh karenanya prinsip yang harus diperhatikan dalam memberikan
pengajaran kepada individu tunanetra adalah media yang
digunakan harus bersifat faktual dan bersuara. Sebagai contoh
adalah penggunaaan tulisan Braille, gambar timbul, benda model,
dan benda nyata. Sedangkan media yang bersuara adalah tape
recorder dan peranti lunak (software).41
b. Tunarungu
Tunarungu digolongkan inividu yang memiliki hambatan
dalam pendengaran permanen maupun temporer (tidak permanen).
Tunarungu diklasifikasikan berdasrkan tingkat gangguan
pendengaran, yaitu gangguan pendengaran sangat ringan (27-40
dB), gangguan pendengaran ringan (41-55 dB), gangguan
pendengaran sedang (56-70 dB), gangguan pendengaran berat 71-
90 dB), gangguan pendengaran ekstrem/tuli (di atas 91 dB).
Hambatan pendengaran pada individu tunarungu dapat
mengakibatkan hambatan dalam berbicara. Sehingga, mereka
disebut tunawicara. Cara berkomunikasi dengan individu tunarungu
menggunakan bahasa isyarat. Bahasa isyarat melalui abjad jari
41
Santoso, Op, Cit.,hlm 128-129
29
yang dipatenkan secara internasional. Komunikasi dengan isyarat
bahasa masih berbeda-beda di setiap negara.42
c. Tunagrahita
Tunagrahita digolongkan individu yang memiliki tingkat
kecerdasan di bawah rata-rata dan disertai dengan ketidakmampuan
dalam adaptasi perilaku yang muncul dalam masaa perkembangan.
Klasifikasi tunagrahita berdasarkan pada tingkat IQ (Intelligent
Quotient). Tunagrahita ringan (IQ = 51-70), tunagrahita sedang (IQ
= 36-51), tunagrahita berat (IQ = 20-35), dan tunagrahita sangat
berat (IQ di bawah 20). Pembelajaran bagi penyandang tunagrahita
lebih dititik beratkan pada kemampuan bina diri dan sosialisasi.43
d. Tunadaksa
Tunadaksa adalah individu yang memiliki gangguan gerak
yang disebabkan oleh kelainan neuromuscular dan struktur tulang
yang bersifat bawaan, sakit atau akibat kecelakaan, termasuk
celebral palsy, amputasi, polio, dan lumpuh. Tingkat gangguan
masuk kategori ringan bila memiliki keterbatasan dalam melakukan
aktivitas fisik, tetapi masih bisa ditingkatkan melalui terapi.
Sedang, jika memiliki keterbatasan motorik dan mengalami
gangguan koordinasi sensorik, dan berat jika memiliki keterbatasan
total dalam gerakan fisik dan tidak mampu mengontrol gerakan
fisik.
42
Santoso, Op.Cit., hlm 129-130 43
Ibid, hlm 130
30
e. Tunalaras
Tunalaras adalah individu yang mengalami hambatan dalam
mengendalikan emosi dan kontrol sosial. Individu tunalaras
biasanya menunjukkan perilaku menyimpang yang tidak sesuai
dengan norma dan aturan yang berlaku di sekitarnya. Penyebab
tunalaras terbagi menjadi faktor internal (dari dalam diri) dan
faktor eksternal (dari lingkungan sekitar).
f. Autis
Autis adalah sindrom yang sering disalah pahami oleh
kebanyakan orang. Anak-anak penyandang autis sering dianggap
tidak waras, gila, dan berbahaya. Sungguh suatu pemahaman yang
sangat tragis dan menakutkan. Dengan persepsi masyarakat yang
sedemikian rupa, maka perkembangan dan keberadaan anak autis
menjadi tidak diperhatikan. Jangankan untuk sekolah, untuk
berinteraksi saja anak autis sering tidak mendapatkan tempat.
g. ADHD ( Attention Deficit Hyperactipity disorder)
ADHD disebut sebagai anak dengan gangguan perhatian dan
cenderung hiperaktif. Berbeda dengan tunagrahita dan autis yang
lebih disebabkan oleh gangguan pada otak dan perkembangan,
ADHD disebut sebagai gangguan perilaku. Gangguan ini mungkin
dialami oleh hampir setiap anak-anak usia balita. Namun, lambat
laun banyak anak yang bisa beradaptasi dan kembali
31
berkonsentrasi, sedangkan pada sebagian lainnya belum mampu
melakukannya.44
Dalam perkembangan dirinya secara menyeluruh, anak
hiperaktif mempunyai permasalahan berkaitan dengan kesulitan
melakukan koordinasi gerak pada gerak yang menggunakan otot
halus dan otot besar.45
Ciri khas sebagai penyandang ADHD adalah
sebagai berikut:
1) Sulit berkonsertasi
2) Heperaktif
3) Muda lupa dan kehilangan sesuatu
4) Sulit berfifkir dan mengatur tindakan
5) Sulit beradaptasi dengan pekerjaan dan tanggung jawab
h. Dyslexia
Dyslexia memiliki beberapa kesulitan dengan bentuk tulisan
dari bahasa yang disebabkan oleh intelektual, kultural, dan
emosional. Hal ini ditandai dengan prestasi yang rendah dalam hal
membaca, menulis, dan mengeja dibandingkan dengan kecerdasan
anak pada umur kronologis. Kesulitan ini merupakan aspek
kognitif yang mempengaruhi keterampilan bahasa (tulisan, visual,
44
Ratih Putri Pratiwi, Op.Cit hlm. 56
45 Bandi Delphie, Layanan Perilaku Anak Hiperaktif, (Sleman: PT Intan Sejati
Klaten, 2009), hlm. 3
32
verbal, memori jangka pendek, lambat dalam menerima instruksi
daan mengurutkan angka dan abjad).46
i. Anak Berbakat
Anak berbakat adalah biasanya yang dikenakan pada anak-
anak dengan kecerdasan di atas rata-rata.47
Oleh karena itulah anak
berbakat membutuhkan satu program pendidikan khusus dengan
jangkauan program di atas sekolah biasanya. Diharapkan dengan
kemampuan yang terus ditempa tersebut, mereka akan dapat
memberikan sumbangan yang berarti dalam masyarakat pada saat
dewasa naanti.
j. Kesulitan Belajar
Individu yang mengalami gangguan pada satu atau lebih
kemampuan dasar psikologis, khususnya pemahaman dan
penggunaan bahasa, berbicara, dan menulis. Gangguan tersebut
selanjutnya mempengaruhi kemampuan berpikir, membaca,
berhitung, ataupun berbicara. Penyebabnya antara lain gangguan
persepsi, brain injury, disfungsi minimal otak, dyslexia, dan afasia
perkembangan. Individu kesulitan belajar memiliki IQ rata-rata
atau di atas rata-rata, biasanya mengalami gangguan motorik
persepsi-motorik, gangguan koordinasi gerak, gangguan orientasi
46
Rifa Hidayah, P sikologi Pengasuhan Anak , (Yogyakarta: UIN Malang Press,
2009), hlm.180
47 Ratih Putri Pratiwi, Op.Cit, hlm 70
33
arah dan ruang, serta mengalami keterlambatan perkembangan
konsep.
Definisi kesulitan belajar khusus menurut smith: “Kesulitan
belajar khusus (specific learning disability) berarti suatu gangguan
pada satu atau lebih proses psikologi dasar yang meliputi
pemahaman atau penggunaan bahasa, lisan atau tulisan, yang dapat
diwujudkan dengan kemampuan yang tidak sempurna dalam
mendengar, berfikir, berbicara, membaca, menulis, dan mengeja,
atau melakukan perhitungan matematis. Istilah ini meliputi kondisi-
kondisi tertentu seperti gangguaan persepsi (perceptual andicaps),
luka otak (brain injury), disfungsi minimal otak/ DMO (minimal
brain dysfunction/MBD), disleksia (dyslexia), dan aphasia
perkembangan (developmental aphasia). Istilah ini tidak termasuk
anak-anak yang mempunyai masalah-masalah belajar (learning
problems) yang diakibatkan terutama faktor penglihatan
(tunanetra), pendengaran (tunarungu), atau gangguan gerak
(tunadaksa), terbelakang mental (tunagrahita), keridakstabilan
emosi (emotional disturbance), atau hal-haal yang merugikan dari
ligkungan, mental, budaya, ataupun ekonomi”.48
Definisi tentang kesulitan belajar dari setiap istilah diartikan
berbeda oleh setiap ahli, salah satunya mulyati memilih beberapa
48
Smith, J. David. Inklusi Sekolah Ramah untuk Semua. (Bandung: Nuansa, 2006.)
hlm 75
34
istilah dan mendefinisikannya untuk menggambarkan kesulitan
belajar mempunyai pengertian luas, diantaranya:
1) Learning Disorder ( Ketergaangguan belajar ) Suatu keadaan
yang dialami seseorang saat proses belajar mengajar, timbul
gangguan karena respon yang bertantangan.
2) Learning Disabilities ( Ketidaakmampuan belajar ) Suatu
keadaan yang dialami seseorang siswa yang menunjukan
ketidakmampuan dalam belajar bahkan menghindari belajar.
3) Learning Disfunction ( Ketidakpungsian belajar ) Suatu
kedaan siswa yang menunjukan gejala tidak bberfungsinya
proses belajar dengan baik.
4) Under Achiever ( Prestasi dibawah kemampuan ) Suatu
keadaan siswa yang memiliki tingkat potensi intelektual
diatas normal, tetapi prestaasi belajarnya tergolong rendah.
5) Slow Learner (lambat belajar ) : Suatu keadaan siswa yang
lambat dalam proses belajarnya sehingga membutuhkan
waktu dibandingkan dengan muridyang lain yang memiliki
taraf potensi intelektual yang sama.49
Osman menjelaskan bahwa suatu kelompok heterogen dari
gangguan yang diwujudkan oleh kelemahan mencolok dalam
kemahiran dan penggunaan kemampuan matematika, penalaran,
menulis, membaca, berbicara, mendengarkan, atau keterampilan
49
Mulyati. Diagnosa Kesulitan Belajar. Semarang: IKIP PGRI (Semarang Press.
2010) hlm 6-7
35
bergaul. Gangguan ini adalah hakikii bagi individu itu dan diduga
merupakan akibat disfungsi sistem saraf pusat. Meskipun lemah
belajar bisa terjadii berbarengan dengan kondisi cacat lainnya
(misalnya, kelemahan saraf sensor, retardasi mental, gangguan
emosional dan sosial), dengan pengaruh sosial-lingkungan
(misalnya, perbedaan cultural, instruksi yang tidak memadai atau
tidak cukup faktor-faktor psikogenetik), dan terutama gangguan
karena merasa kurang diperhatikan, yang semuanya bisa
menimbulkan masalah belajar, namun lemah belajar bukan akibat
langsung dari kondisi atau pengaruh tersebut.50
Namun tidak semua kesulitan dalam proses belajar dapat
disebut sebagai learning disorders (LD). Sebagian anak mungkin
hanya mengalami dalam kesulitan mengembangkan bakatnya.
Terkadang seseorang memperlihatikan ketidakwajaran dalam
perkembangan alaminya, sehingga tampak seperti LD, namun
ternyata hanyalah keterlambatan dalam proses pendewasaan diri
saja. Sebenarnya para ahli telah menentukan kriteria-kriteria pasti
di mana seseorang dapat dinyatakan sebagai penderita LD.51
Berdasarkan gambaran di atas, penulis dapat membuat batasan
yang lebih ringkas bahwa Anak kesulitan belajar adalah anak yang
secara nyata mengalami kesulitan dalam tugas-tugas akademiknya,
yang disebabkan oleh adanya disfungsi minimal otak, atau dalam
50
Osman, Betty B. Lemah Belajar dan ADHD. (Jakarta: Grasindo. 2002) hlm 4 51
Wood, Derek dkk. Kiat Mengatasi Gangguan Belajar. (Jogjakarta: Kata Hati.
2011) hlm 24
36
psikologis belajar, sehingga prestasi belajarnya tidak sesuai dengan
potensi yang sebenarnya, dan untuk mengembangkan potensinya
secara optimal mereka memerlukan pelayanan pendidikan secara
khusus.
3. Pembelajaran untuk Anak Berkebutuhan Khusus (ABK)
Pembelajaran anak berkebutuhan khusus atau yang berkelainan, baik
itu berkelainan fisik, mental, maupun karakteristik perilaku sosialnya,
tidak sama seperti mendidik anak normal, sebab selain memerlukan
pendekatan yang khusus juga memerlukan strategi yang khusus. Hal ini
semata-mata karena sesuai pada kondisi yang dialami ABK. Oleh karena
itu, elalui pendekatan dan strategi khusus dalam mendidik ABK,
diharapkan ABK: a) dapat menerimaa kondisinya, b) dapat melakukan
sosialisasi dengan baik, c) mampu berjuang sesuai dengan kemampuannya,
d) memiliki keterampilan yang sangat dibutuhkan, dan e) menyadari
sebagai warga negara dan nggota masyarakat.52
D. Pembelajaran Agama untuk Anak Berkebutuhan Khusus ( ABK)
52
Mohammad Efendi, Pengantar Psikopedagogik Anak Berkelainan, (Jakarta: Bumi
Aksara, 2009), hlm 24
37
Pembelajaran pada hakikatnya merupakan proses interaksi antara peserta
didik dengan lingkungannya, sehingga terjadi perubahan perilaku ke arah
yang lebih baik.53
Interaksi tersebut, banyak faktor yang mempengaruhinya,
seperti adanya pendidik yang memegang peranan penting selama proses
pembelajaran berlangsung, untuk meningkatkan efektifitas pembelajaran,
seorang pendidik harus menguasai beberapa metode pembelajaran, selain itu
perlu adanya media pembelajaran yang akan mendukung dalam proses
pembelajaran, Serta evaluasi atau penilaian untuk mengetahui sejauh mana
keberhasilan proses pembelajaran tersebut.
1. Metode pembelajarn Agama islam pada ABK
Ditinjau dari segi etiimologi (bahasa), metode berasal dari bahasa
Yunani, yaitu “methodos”. Kata ini terdiri dari dua suku kata yaitu
“metha” yang berarti melalui atau melewati dan “hodos” berarti jalan
atau cara. Metode memiliki arti suatu jalan yang di lalui untuk
mencapai tujuan.54
Sedangkan bila ditinnjau dari segi terminologis (istilah), metode
dapat dimaknai sebagai “jalan yang ditempuh oleh seseorang supaya
sampai pada suatu tujuan tertentu, baik dalam lingkungan atau
perniagaan maupun dalam kaitan ilmu pengetahuan dan lainnya”.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, metode adalah cara kerja yang
53
Binti Ma‟unah, Pendidika n Kurikulum SD-MI, (Surabaya: eLKAF, 2005), hlm 95
54 Ismail, Strategi Pembelajaran Agama Islam Berba sis PAIKEM, (Semarang:
Media Group, 2011), hlm. 7
38
bersistem untuk memudahkan pelaksanaan kegiatan dalam mencapai
apa yang telah ditentukan.55
Metode merupakan cara-cara yang digunakan menjelaskan materi
pendidikan kepada anak didik. Pemikiran metode yang tepat harus
disesuaikan dengan materi, kondisi dan keadaan anak didiik.56
Seorang pendidik diharuskan menguasai berbagai teknik atau metode
penyampaian materi dan dapat menggunakan metode yang tepat
dalam proses belajar mengajar, sesuai dengan materi yang diajarkan
dan kemampuan anak didik yang menerima.
Metode pembelajaran untuk ABK perlu adanya pemilihan strategi
khusus yang dirasa tepat atau sesuai dengan kebutuhan anak.
Pemeilihan ini akan tergantung pada gaya belajar dan materi yang
diajarkan. Berikut beberapa metode pengajaran yang umumnya
digunakan oleh guru ABK.
1) Comunikasi ( communication)
Komunikasi adalah metode yang harus ada dalam setiap
proses pembelajaran. Metode pembelajaran PAI, kita mengenal
adanya metode hiwar (dialog). Jika dicermati metode ini
sifatnya sama dengan komunikasi. Siswa tidak akan lepas dari
55
WJS. Poerwadarminta, Kamus Besar Bahasa Indonesia ,(Jakarta: Balai Pustaka,
1976), hlm. 652
56 Anin Nurhayati, Kurikulum Inovasi, (Yogyakarta: Teras, 2010), hlm. 40
39
komunikasi baik siswa antar siswa, siswa dengan fasilitas
belajar, ataupun dengan guru. Kemampuan komunikasi setiap
individu akan mempengaruhi proses dan hasil belajar yang
bersangkutan dan membentuk dari kepribadiannya. Proses ini
dapat mencakup keterampilan verbal dan non-verbal, serta
berbagai jenis simbol (kartu dan gambar).
2) Analisis Tugas ( Task Analysis)
Analisis tugas adalah prosedur dimana tugas-tugas dipecah
kedalam rangkaian komponen-komponen langkah dan bagian
kecil satu tujuan akhir atau sasaran. Analisis tugas
dimaksudkan untuk mendeskripsikan tugas-tugas yang harus
dilakukan ke dalam indikator-indikator kompeetensi. Analisis
tugas untuk menentukan daftar kompetensi. Kompetensi dasar
berfungsi untuk mengarahkan guru mengenai target yang harus
dicapai dalam pembelajaran.
3) Instruksi Langsung ( Direct Inscruction )
Instruksi langsung adalah metode pengajaran yang
menggunakan pendekatan selangkah-selangkaah yang
terstruktur dengan cermat dalam instruksi atau perintah.
Metode ini memberikan pengalaman belajar yang positif
sehingga dapat meningkatkan kepercayaan diri dan motivasi
untuk berprestasi.
40
4) Bantuan ( Promts)
Prompt merupakan bantuan yang diberikan kepada anak
untuk menghasilkan respon yang benar. Prompts memberikan
anak informasi tambahan atau bantuan untuk menjalankan
instruksi.
Adapun jenis anak promts sebagai berikut:
a) Verbal Prompts yaitu: Bentuk informasi verbal yang
memberikan penambahan pada instruksi tugas. Instruksi
memberi tahu anak apa yang harus dilakukannya.
b) Modelling yaitu: memberi tahu anak apa yang harus
dilakukannya atau bagaimana melakukannya dengan
mendemonstrasikan tugas. Metode pembelajaran PAI,
modelling memiliki makna yang sama dengan metode
keteladanan (uswatun khasanah).
c) Gestural Prompts yaitu: Bantuan dengan bentuk isyarat
dapat mencakup tangan, lengan, muka, atau gerakan tubuh
lainnya yang dapat mengkomunikasikan informasi visual
special spesifik.
d) Physical Prompts yaitu: Melibatkan kontak fisik yang
digunakan apabila bantuan lain tidak memberikan
informasi cukup pada anak untuk mengerjakan tugas atau
jika anak belum sampai mengembangkan kemampuan
41
fisik yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan
tersebut.
e) Peer Tutorial yaitu: kerjasama seorang siswa yang mampu
(pandai) dipasangkan dengan temannya yang mengalami
kesulitan/hambatan.
f) Cooperative Learning yaitu: Salah satu cara dalam bekerja
sama untuk menyelesaikan salah satu tugas. Cara ini dapat
mengembangkan lingkungan yang positif, mendukung,
dan mendorong penghargaan pada diri sendiri, menghargai
pendapat orang lain serta menerima perbedaan individu.
2. Media Pembelajaran Agama islam untuk ABK
a) Pengertian Media Pembelajaran
Media pembelajaran memiliki beberapa pengertian dilihat dari
sudut pandang beberapa pakar. Oemar Hamalik mengatakan, media
pembelajaran adalah “metode dan teknik yang digunakan untuk
mengefektifkan komunikasi dan interaksi antara guru dan siswa
dalam proses pendidikan dan pengajaran.57
Menurut Association for Educational Communication
Technology (AECT), yang dikutip oleh Azhar Arsyad, media
pendidikan adalah “segala bentuk saluran yang digunakan orang
untuk menyalurkan pesan/ informasi.”58
57
Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2007), hlm. 12 58
Azhar Arsyad, Media Pembelajaran, (Jakarta : Bumi Aksara, 2010), hlm. 43
42
Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa
media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan
dalam menyalurkan pesan dari guru ke siswa sehingga dapat
merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat serta perhatian
siswa sedemikian rupa sehingga proses pembelajaran terjadi dan
berlangsung lebih efisien.
b) Pengertian Media Pembelajaran Adaptif
Kata media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk
jamak dari medium yang secara harfiah berarti perantara atau
pengantar atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan.
Kemudian kataadaptif menurut kamus besar bahasa Indonesia
adalah “mudah menyesuaikan (diri) dengan keadaan”.59
Jadi dapat diartikan bahwa media pembelajaran adaptif adalah
media pembelajaran yang dibuat dan digunakan di sesuaian dengan
kondisi dan kebutuhan peserta didik atau siswa berkebutuhan
khusus (ABK). Artinya yang menyesuaikan adalah medianya
terhadap kebutuhan proses pembelajaran ABK.
c) Media Pembelajaran Pendidikan Agama Islam bagi ABK
Anak Berkebutuhan Khusus terbagi dalam beberapa kategori
kekhususan, antara lain: anak dengan gangguan penglihatan,
gangguan pendengaran, gangguan fisik, dan tingkat kecerdasan di
bawah rata-rata. Tipe kekhusussan tersebut berdampak pada
59
W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Besar,…, hlm. 17
43
perbedaan kebutuhan dan kemampuan dalam belajar. Kondisi
tersebut juga meninbulkan gaya belajar, sehingga akan
membedakan aktivitas belajarnya.
Dryden & Vos, dikutip oleh Ishartiwi, mengkategorikan
kemampuan manusia dalam belajar, yaitu: 10% dari yang di baca,
20% dari yang di dengar, 30% dari yang dilihat, 50% dari yang
dilihat dan didengar, 70% dari yang dia katakan, 90% dari apa
yang kita katakan dan lakukan.60
Kemampuan belajar ini sangat erat kaiitannya dengan aktivitas
belajar yang dapat dilakukan ABK. Kemampuan belajar ini sangat
penting diperhatikan untuk penetapan media pembelajaran, agar
media tersebut dapat mempermudah belajar ABK.
Secara umum, media merupakan kata jamak dari “medium”,
yang berarti perantara atau pengantar. Kata media berlaku untuk
berbagai kegiatan usaha, seperti media dalam penyampaian pesan,
media pengantar magnet atau panas dalam bidang teknik. Istilah
media digunakan juga dalam bidang pengajaran atau pendidikan
sehingga istilahnya menjadi media pendidikan atau media
pembelajaran.61
Keterpaduan teknologi dan media, sudah menjadi bagian
dalam pemilihan media pembelajaran. Hal ini terkait dengan
60 Ishartiwi, Pengembangan Media Pendidikan Agama Islam Bagi Anak Berkebutuhan
Khusus, (Yogyakarta: FIP-UNY, Bahan Pelatihan PPPG SLB, 2008), hlm 2 61 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan,(Jakarta: Kencana Prenada Media, 2011), hlm 163
44
pemanfaatan produk teknologi dalam pembelajaran. perlunya
pembelajaranan khusus bagi ABK yang disebut dengan kurikulum
kompensatoris, saat ini sudah banyak menerapakan keterpaduan
teknologi dan media. Banyak media dan alat bantu ABK yang telah
memanfaatkan kemajuan bidang teknologi.
Menurut Hasselbring & Goin menjelaskan pemanfaatan
teknologi dalam pembelajaran ABK antara lain: Computer,
Videodisc, dan Computer-Based instruction (CBI). Teknologi
tinggi tersebut memiliki banyak kelebihan untuk pembelajaran
keterampilan dasar (Basic Skills).62
Contoh pemilihan media pembelajaran PAI berdasar kondisi
dan modalitas belajar ABK:
1) ABK dengan keterbatasan penglihatan lebih tepat bila
digunakan jenis media audio. ABK dengan keterbatasan
pendengaran lebih tepat menggunakan jenis media
cetak/gambar, ABK dengan keterbatasan mental lebih
tepat menggunakan jenis multi media dan benda konkrit.
2) ABK Usia pra-sekolah (TKLB) lebih sesuai digunakan
media obyek nyata atau replika dari obyek. ABK usia
dewasa seperti tingkat SDLB, SMLB, dapat digunakan
media yang lebih abstrak, antara lain: gambar, cetak,
model, yang disesuaikan dengan tipe kekhususannya.
62
Ibid., hlm 5
45
ABK yang akan mengembangkan kemapuan belajar
keterampilan, lebih tepat menggunakan media situasi nyata. ABK
yang akan mengembangkan kemampuan pemahaman konsep, lebih
tepat menggunakan media VCD, karena akan memberikan gambran
nyata tetapi memerlukan pemahaman pikir untuk memaknai isi
materi dalam program VCD. Secara rinci jenis-jenis media
pembelajaran secara khusus berdasarkan karakteristik ABK,
disajikan dalam tabel berikut:63
Tabel 1
Jenis-jenis media Pembelajaran untuk ABK
No Jenis Model
1. ABK dengan
gangguan
penglihatan
Buta total: peta timbul, radio, audio,
penggaris braille, blokies, papan baca,
model
anatomi mata, meteran braille,
botolaroma,
bentuk-bentuk geometri, tape
recorder, media
2 dan 3 dimensi, lingkungan sekitar
anak,
computer dan printer braille.
Low vision: CCTV, Magnifier Lens
Set,
63 Yani Meimulyani dkk, Media Pembelajaran Adaptif, (Jakarta Timur: Luxima
MetroMedia, 2013), hlm 50-51
46
View Scan, Televisi, Microscop
2. ABK dengan
gangguan
pendengaran
Foto-f oto, video, kartu huruf, kartu
kalimat,
anatomi telinga, miniatur benda,
finger
alphabet, puzzle, globe.
3. Tuna grahita/anak
lamban belajar
Gradasi bangun ruang, kotak silinder,
puzzle,
geometri tiga dimensi, papan
bilangan, power
rider, bak pasir, pias huruf dan
kalimat.
4. ABK dengan
gangguan motorik
Kartu abjad, kartu kata, kartu kalimat,
gelas
rasa, botolaroma, abacus, washer,
papan
pasak, kotak bilangan.
5. Tunalaras Animal maching games, sand pits,
konsentrasi
mekanik, puzzle, rebana, flute.
6. Anak berbakat Buku paket, buku referensi, buku
pelengkap,
buku bacaan, majalah, Koran, internet,
modul,
lembar kerja, computer, VCD,
museum,
perpustakaan, TV, OHP, chart,dsb
47
7. Kesulitan belajar Disleksia: kartu abjad, kartu kata,
kartu kalimat.
Disgrafia: kartu abjad, kartu kata,
kartu
kaliamat, balok bilangan,
Diskalkulia: balok bilangan, pias
angka,
kotak bilangan, papan bilangan.
8. Autis kartu huruf, kartu kata, karu
angka,kartu
kalimat, konsentrasi mekanik,
computer,
menara segi tiga, puzzle.
9. Tuna ganda Disesuaikan dengan karakteristik
kelainannya.
E. Faktor Internal dan Eksternal dalam Peran dan Mempengaruhi
Perkembangan Belajar Siswa ABK
Faktor yang mempengaruhi ketidak percayaan diri siswa ABK (Anak
Berkebutuhan Khusus) adalah cara mereka beradaptasi dengan orang sekitar.
Keterbatasan intelektual mereka disebabkan karena mereka memiliki IQ jauh
dibawah normal, sehingga juga mengakibatkan mereka sulit untuk
berkomunikasi dan bersosialisasi dengan yang lain. Adapun faktor yang lain,
terkadang siswa ABK (Anak Berkebutuhan Khusus) juga dihina orang
disekitar mereka, labeling inklusi yang ada pada dirinya. Artinya faktor
48
sekeliling dan sekitar benar-benar berperan serta dan sangat mempengaruhi
kemajuan dan perkembangan rasa kepercayaan dirinya.
Maka dapat digolongkan dalam dua faktor yang sangat mempengaruhi dan
berperan besar untuk perkembangan belajar siswa ABK (Anak Berkebutuhan
Khusus).64
1. Factor internal
Faktor internal merupakan faktor yang berasal dari dalam diri
individu itu sendiri. Faktor internal terdiri dari faktor biologis
(jasmaniah) yang meliputi segala hal berhubungan dengan keadaan fisik
atau jasmani individu yang bersangkutan, yaitu kondisi fisik dan
kondisi kesehatan. Faktor psikologis (rohaniah) meliputi segala hal
yang berkaitan dengan kondisi mental seseorang, misalnya keterbatasan
intelektual yang disebabkan karena memiliki IQ jauh dibawah normal,
sehingga mengakibatkan siswa ABK (Anak Berkebutuhan Khusus) sulit
untuk berkomunikasi dan bersosialisasi dengan yang lain.
2. Factor eksternal
Faktor eksternal merupakan faktor yang bersumber dari luar
individu itu sendiri. Salah satu kejadian yang menyangkut faktor
eksternal adalah orang tua terkadang menuntut terhadap anak, dimana
orang tua menginginkan atau berambisi agar si anak tersebut memiliki
daya kemampuan yang sama dengan anak normal. Maka tuntutan inilah
64
Thursan Hakim, Belajar Secara Efektif (Semarang: Niaga Swadaya, 2005), 11-12.
49
yang nantinya bukan menjadikan anak berkembang, namun sebaliknya
justru akan memperlambat perkembangan si anak, dikarenakan metode
cara mendidik anak yang kurang tepat dan tidak sesuai dengan apa yang
dibutuhkan oleh seorang anak dan kurangnya rasa kesadaran orang tua
terhadap anak (ego orang tua). Contoh yang lain mengenai faktor
eksternal juga dari pengaruh guru pendidik di sekolah, dan teman-
teman belajar mereka di sekolah, baik kepada teman reguler, maupun
teman sesama ABK (Anak Berkebutuhan Khusus).
Dapat disimpulkan, bahwa faktor eksternal yang memiliki
pengaruh terbesar terhadap kemajuan atau kemunduruan si anak
tergantung dari lingkungan, orang tua (keluarga), guru pendidik dan
teman-teman belajar mereka, baik saat dirumah maupun mereka saat di
sekolah.
F. Faktor Penentu Keberhasilan dalam Pembelajaran
Menurut para ahli faktor yang mepengaruhi keberhasilan pembelajaran.
Pertama, Slameto yang berpendapat faktor yang mempengaruhi keberhasilan
pembelajaran adalah faktor keluarga. Siswa berangkat ke sekolah dari rumah
tidak hanya membawa buku, membawa uang saku namun juga membawa
latar belakang ideologi dari rumah, serta membawa asumsi-asumsi dasar yang
ia bangun dari lingkungan keluarga. Dia membagi faktor keluarga ini ke
dalam tujuh faktor yaitu orang tua mendidik, relasi antaranggota keluarga,
suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua dan latar
50
belakang budaya.65
Kedua, Toto Fathoni dan Cepi Riyana menyatakan faktor
waktu juga mempengaruhi keberhasilan pembelajaran. Faktor waktu dapat
dibagi dua, yaitu yang menyangkut jumlah waktu dan kondisi waktu. Hal
yang menyangkut jumlah waktu adalah berapa jumlah jam pelajaran yang
tersedia untuk proses pembelajaran. Sedangkan yang menyangkut kondisi
waktu adalah kapan pembelajaran itu dilaksanakan. Pagi, siang, sore, malam,
kondisinya akan berbeda. Hal tersebut akan berpengaruh terhadap proses
pembelajaran yang terjadi.66
65 Alfabeta Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya (Jakarta: Rineka
Cipta, 2010) hlm 60 66
Toto Fathoni dan Cepi Riyana, Komponen-Komponen Pembelajaran: dalam Kurikulum
dan Pembelajaran (Jakarta: Raja Grafindo, 2011) hlm 156