BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Ruang Lingkup Nilai-Nilai Agama ...eprints.umm.ac.id/39119/3/bab...

40
11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Ruang Lingkup Nilai-Nilai Agama Islam 1. Pengertian Nilai-Nilai Agama Nilai menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah sifat-sifat atau hal-hal yang penting berguna bagi kemanusiaan. Nilai merupakan suatu yang ada hubungannya dengan subjek, sesuatu yang dianggap bernilai jika pribadi itu merasa bahwa sesuatu itu berniali. Jadi nilai adalah suatu yang bermanfaat dan berguna bagi manusia sebagai tingkah laku. 8 Sedangakn agama adalah peraturan tuhan yang membimbing orang yang berakal, dengan jalan memilihnya untuk mendapatkan keselamatan dunia akhirat didalamnya mencakup unsusr-unsur keimanan dan amal perbuatan. Agama juga diartikan sebagai kepercayaan kepada tuhan dengan mentaati kewajiban-kewajiban yang berkaitan dengan kepercayaan itu. Jadi yang dimaksud dengan nialai-nilai agama adalah suatau kandungan atau issi dari ajaran untuk mendapatkan kebaikan dunia akhirat yang diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. 8 Iman, Tarbiyatuna. Magelang: (Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Magelang. 2009.) hlm 4

Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Ruang Lingkup Nilai-Nilai Agama ...eprints.umm.ac.id/39119/3/bab...

11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Ruang Lingkup Nilai-Nilai Agama Islam

1. Pengertian Nilai-Nilai Agama

Nilai menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah sifat-sifat atau

hal-hal yang penting berguna bagi kemanusiaan. Nilai merupakan suatu

yang ada hubungannya dengan subjek, sesuatu yang dianggap bernilai jika

pribadi itu merasa bahwa sesuatu itu berniali. Jadi nilai adalah suatu yang

bermanfaat dan berguna bagi manusia sebagai tingkah laku.8 Sedangakn

agama adalah peraturan tuhan yang membimbing orang yang berakal,

dengan jalan memilihnya untuk mendapatkan keselamatan dunia akhirat

didalamnya mencakup unsusr-unsur keimanan dan amal perbuatan. Agama

juga diartikan sebagai kepercayaan kepada tuhan dengan mentaati

kewajiban-kewajiban yang berkaitan dengan kepercayaan itu. Jadi yang

dimaksud dengan nialai-nilai agama adalah suatau kandungan atau issi dari

ajaran untuk mendapatkan kebaikan dunia akhirat yang diterapkan dalam

kehidupan sehari-hari.

8 Iman, Tarbiyatuna. Magelang: (Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah

Magelang. 2009.) hlm 4

12

Adapun nilai-nilai Islam apabila ditinjau dari sumbernya, digolongkan

menjadi dua macam, yaitu:

a. Nilai Ilahi adalah nilai yang bersumber dari Al-Qur’an dan hadits.

Nilai Ilahi dalam aspek teologi (kaidah keimanan) tidak akan

pernah mengalami perubahan, dan tidak berkecenderungan untuk

berubah atau mengikuti selera hawa nafsu manusia. Sedangkan

aspek dari alamiahnya dapat mengalami perubahan sesuai dengan

zaman dan lingkungannnya.

b. Nilai Insani Nilai insani adalah nilai yang tumbuh dan

berkembang atas kesepakatan manusia. Nilai insani ini akan terus

berkembang ke arah yang lebih maju dan lebih tinggi. Nilai ini

ersumber dari ra’yu, adat istiadat dan kenyataan alam.9

Perlu kita ketahui, sumber nilai-nilai yang tidak berasal dari Al-Qur’an dan

Hadits, dapat digunakan sepanjang tidak menyimpang atau dapat menunjang

sistem nilai yang bersumber pada Al-Qur’an dan Hadits. Sedangkan nilai jika

ditinjau dari orientasinya dibagi dalam emapt bentuk yaitu:

1. Nilai Etis

Nilai etis adalah nilai yang mendasari orientasinya pada ukuraz baik dan

buruk.

2. Nilai Pragmatis

9 Muhaimin, Pemikiran Pendidikan Islam, (Bandung : Bumi Aksara, 1991), hlm 111

13

Nilai Pragmatiss adalah nilai yang berdasarkan orientasinya berhasil atau

gagalnya.

3. Nilai Efek Sensorik

Niali efek sensorik adalah nilai yang mendasari orientasinya pada hal yang

menyenangkan atau menyedihkan.

4. Niali Religios

Nilai religius adalah nilai yang mendasari orientasinya pada dosa dan

pahala, halal dan haramnya.

Nilai-nilai agama Islam memuat Aturan-aturan Allah antara lain meliputi

aturan yang mengatur tentang hubungan manusia dengan Allah, hubungan

manusia dengan manusia, dan hubungan manusia dengan alam secara

keseluruhan. Manusia akan mengalami ketidaknyamanan, ketidakharmonisan,

ketidaktentraman, atau mengalami permasalahan dalam hidupnya, jika dalam

menjalani hubungan tesebut terjadi ketimpangan atau tidak mengikuti aturan

yang ditetapkan oleh Allah.10

Dalam Islam sendiri terdapat bermacam-macam nilai-nilai agama

Islam. Penulis mencoba membatasi bahasan dari skripsi ini dengan nilai

keimanan atau akidah, nilai ibadah dan nilai akhlak. Bagi para pendidik,

dalam hal ini orang tua perlu membekali anak-anaknya dengan materi-

materi atau pokok-pokok dasar agama Islam sebagai pondasi hidup yang

10

Ali Muhtadi, “ Penanaman Nilai-nilai Agama dalam pembentukan sikap dan

perilaku siswa sekolah dasar Islam terpadu luqman al-hakim yogyakarta,” Jurnal Penelitian dan

Evalusi Pendidikan, No.1 ( 2006), hlm. 4

14

sesuai dengan arah perkembangan jiwa sang anak. Pokok-pokok nilai

agama Islam yang harus ditanamkan pada anak yaitu keimanan, ibadah

dan akhlak.

2. Bentuk Nila-nilai Agama Islam

a. Keimanan atau Aqidah

Iman adalah mengucapkan dengan lidah, mengakui benarnya

dengan hati dan mengamalkan dengan anggota.11

Akidah dalam

syariat islam meliputi keyakinan dalam hati tentang Allah, Tuhan

yang wajib disembah, ucapan dengan lisan dalam bentuk dua kalimat

syahadat, yaitu menytakan bahawa tiada tuhan selai Allah dan bahwa

nabi muhammad sebagai utusannya dan perbuatan dengan amal soleh.

Akidah demikian itu mengandung arti bahwa dari orang yang beriman

tidak ada dalam hati atau ucapan dimulut dan perbuatan, melainkan

secara keseluruhan menggambarkan iman kepada Allah. Yakni tidak

ada niat, ucapan dan perbuatan yang dikemukakan oleh orang yang

beriman kecuali yang sejalan dengan kehendak dan perintah Allah

atas dasar kepatuhan kepadanya.12

Memberikan pendidikan keimanan pada anak merupakan sebuah

keharusan yang tidak boleh ditinggalkan, karena iman merupakan

yang pertama dan terutama dalam ajaran Islam yang mesti tertancap

bagi setiap individu dan menjadi pilar yang mendasari keislaman

11

Zainuddin, dkk.. Seluk Beluk Pendidikan dari Al-Ghazali. (Jakarta: Bumi Aksara.

1991) hlm 97. 12

Syafaat, Peranan Pendidikan Agama Islam Dalam Mencegah Kenakalan Remaja

(Juvenile Delinquency).( Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 2008.) hlm 53.

15

seseorang. Pendidikan keimanan terutama akiidah tauhid atau

mempercayai ke-Esaan Tuhan harus diutamakan karena akan hadir

secara sempurna dalam jiwa anak perasaan ke-Tuhanan yang berperan

sebagai fundamental dalam berbagai aspek kehidupannya. Penanaman

akidah iman adalah tentang pendidikan perasaan dan jiiwa, bukan akal

pikiran sedangkan jiwa telah ada dan melekat pada anak sejak

kelahiirannya, maka sejak awal pertumbuhannya harus ditanamkan

rasa keimanan dan akidah tauhid sebaik-baiknya13

Nilai-nilai keimanan harus mulai diperkenalkan kepada anak

dengan cara:

1) Memperkenalkan Allah SWT dan rasul-nya

2) Memberikan gambaran tentang siapa pencipta alam raya ini

melalui kisah-kisah teladan

3) Memperkenalkan kemahaagungan Allah swt.14

Dengan demikian aqidah islam bukan hanya sekedar keyakinan

dalam hati, melainkan pada tahap selanjutnya harus menjadi acuan

dan dasar dalam bertingkah laaku serta berbuat, yang pada hakikatnya

menimbulkan amal sholeh.15

b. Ibadah

Ibadah harfiah, ibadah berarti bakti manusia kepada Allah karena

didorong dan dibangkitkan oleh akidah atau tauhid. Ibadah adalah

13

Zainuddin, Op, Ci,.t hlm 99 14 Iman, Op.Cit, hlm 6.

15 Syafaat Op, Cit hlm 55

16

mendekatkan diri kepada Allah dengan mentaati segala perintahnya,

menjauhi larangannya, dan mengamalkan segala yang diizinkannya.

Pendidikan ibadah menccakup segala tindakan dalam kehidupan

sehari-hari, baik yang berhubungan dengan Allah maupun dengan

sesama manusia.16

Ibadah merupakan dampak dan bukti dari iman

bagi seorang Muslim dalam meyakini dan mempedomani akidah

Islamnyaa.17

Iman adalah potensi rohaani, sedang takwa adalah

prestasi rohani. Supaya iman dapat mencapai prestasi rohani yang

disebut takwa, diperlukan aktualisasi-aktual isasi iman yang terdiri

daari berbagai macam dan jenis kegiatan yang disebut amal shaleh.

Dengan kata lain, amal-amal shaleh adalah kegiatan-kegiatan yang

mempuunyai nilai-nilai ibadah18

c. Akhlak

Akhlak bentuk jamak dan khuluk yang mengandung arti budi

pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat, watak atau sering disebut

dengan kesusilaan, sopan santun, atau moral. Akhlak adalah segala

perbuatan yang dilakukan dengan tanpa disengaja dengan kata lain

secara spontan, tidak mengada-ngada atau tidak dengan paksaan.

Menurut pengertian akhlak tersebut, hakikat akhlak harus

mencakup dua syarat yaitu :

16

Ibid, hlm 59-60 17 Uhbiyati, Nur. Long Life Education: Pendidikan Anak Sejak Dalam Kandungan

Sampai Lansia.( Semarang: Walisongo Press. 2009.) hlm 107

18 Syafaat , Op, Cit hlm 56

17

1) Perbuatan harus konstant, yaitu dilakukan berulang-ulang

dalam bentuk yang sama, sehingga dapat menjadi

kebiasaan.

2) Perbuatan yang konstan itu harus tumbuh dengan mudah

sebagai wujud refleksi dari jiwanya tanpa pertimbangan

dan pemikiran, yakni bukan karena adnya tekanan-

tekanan, paksaan-paksaan dari orang lain atau pengaruh-

pengaruh dan bujukan-bujukan yang indah dan

sebagainya.19

Pendidikan tentang akhlak merupakan latihan membangkitkan

nafsu-nafsu rubbubiyah (ketuhanan) dan meredam atau

menghilangkan nafsu-nafsu syaithaniyah.20

Selain itu juga

memperkenalkan dasar-dasar etika dan moral melalui uswah hasanah

dan kegiatan-kegiatan lainnya yang berkaitan dengan perbuatan baik

dalam kehidupaan sehari-hari.21

Dalam pendidikan akhlak anak

dikenalkan dan dilatih mengenai perilaku atau akhlak yang mulia

(akhlakul karimah atau mahmudah ) seperti jujur, rendah hati, sabar

dan sebagainya serta perilaku atau akhlak yang tercela (akhlakul

madzmumah ) seperti dusta, takabur, khianat dan sebagainya.22

Menurut Al-Ghazali seperti yang dikutip Zainuddin sangat

mengajurkan agar mendidik anak dan membina akhlaknya dengan

cara latihan-latihan dan pembiasaan-pembiasaan yang sesuai dengan

perkembangan jiwanya walaupun seakaan-akan dipaksakan, agar anak

19

Zainuddin, Op, Cit hlm 102 20

Muchtar, Op. Cit, hlm 16

21 Yasin, A Fatah. Dimensi-dimensi Pendidikan Islam. (Malang: UIN-Malang Press.

2008) hlm 213

22 Muchtar, Op,Cit hlm 16

18

dapat terhindar dari keterlanjuran yang menyesatkan.23

Oleh karena

pembiasaan dan latihan tersebut akan membentuk sikap tertentu pada

anak, kebiasaan dari sikap itu akan bertambah jelas dan kuat, akhirnya

tidak tergoyahkan lagi karena telah masuk menjadi bagian dari

kepribadiannya. Baik buruknya akhlak seseorang menjadi satu syarat

sempurna atau tidaknya keimanan orang tersebut.

Aspek Nilai-nilai ajaran Islam pada intinya dapat dibedakan

menjadi 3 jenis yaitu nilai-nilai Aqidah, nilai-nilai ibadah, dan nilai-

nilai akhlak. Nilai-nilai aqidah mengajarkan manusia untuk percaya

akan adanya Allah Yang Maha Esa dan Maha Kuasa sebagai Sang

Pencipta alam semesta, yang akan senantiasa mengawasi dan

memperhitungkan segala perbuatan manusia di dunia. Nilai ibadah

mengajarkan kepada manusia agar dalam setiap perbuatannya

senantiasa dilandasi dengan hati yang ikhlas untuk mencapai ridho

Allah. Nilai akhlak mengajrkan kepada manusia untuk dapat bersikap

dan beperilaku yang baik sesuai norma atau adab yang benar dan baik,

sehingga akan membawa pada kehidupan manusia yang tentram,

damai, harmonis dan seimbang.24

3. Landasan Nilai-nilai Agama Islam

Landasan atau dasar nilai-nilai Keislaman dapat dibagi menjadi dua

kategori, yaitu:

23

Zainuddin Op, Cit hlm 107 24

Ali Muhtadi, Jurnal....Op.Cit.,hlm 4

19

Dasar pokok, yakni meliputi al-quran dan al-hadits

a. Al-Qur’an

Menurut Abdul Khallaf Al-Qur’an adalah kalam Allah

yangditurunkan melalui malaikat Jibril kepada hati Rasulullah

anakAbdullah dengan lafadz bahasa arab dan makna hakiki untuk

menjadi hujjah bagi Rasulullah atas kerasulannya dan menjadi pedoman

bagi manusia dengan penunjuknya serta beribadah membacanya.

Al-qur’an adalah firman Allah berupa wahyyu yang disampaikan

oleh Jibril kepada Nabi Muhammad SAW. Didalamnya terkandung

ajaran pokok yang dapat dikembangkan untuk seluruh aspek kehidupan

melalui ijtihad. Ajaran yang terkandung didalam Al-Qur’an itu terdiri

terdiri dari dua prinsip besar, yaitu yang berhubungan dengan masalah

keimanan yang disebut aqidah, dan yang berhubungan dengan amal yag

disebut syariah.25

Nabi Muhammad sebagai pendidik pertama, pada masa awal

petumbuhan Islam telah menjadikan Al-Qur’an sebagai dasar

pendidikan Islam disamping Sunnah beliau sendiri.

Al-Qur’an lengkap dengan segala petunjuk yang meliputi seluruh

aspek kehidupan dan bersifat universal dan merupakan dasar

pendidikan umat Islam yang bersumber kepada filsafat hidup

berdasarkan kepada Al-Qur’an.

25

Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam, ( Jakarta : Bumu Aksara, 2006), hlm. 31

20

Kedudukan Al-Qur’an sebagai sumber pokok pendidikan Islam dapat

dipahami dari ayat Al-Qur’an itu sendiri. Firman Allah:

ب إلا لتبيي لهن ٱلاذي ٱختلفىا ف يه وهدي ورحوة لقىم يؤهىى وها أزلا عليك ٱلكت

Artinya : Dan kami tidak menurunkan kepadamu Al-Kitab (Al uran)

ini, melainkan agar kamu dapat menjelaskan kepada mereka apa yang

mereka erselisihkan itu dan menjadi petunjuk dan rahmat bagi kaum

yang beriman.surat ? (Q. S. An-Nahl : 64).26

Sehubungan dengan masalah ini Muhammad fadhil al- jamali

menyatakan sebagai berikut:

“Pada hakikatnya Al-Qur’an itu sebagai perbendaharaan yang besar

untuk kebudayaan manusia, terutama bidang kerohanian. Ia pada

umumnya merupakan kitab pendidikan kemasyarakatan, moril (akhlak),

dan spiritual kerohanian”.27

b. Sunnah

As-sunnah adalah perkataan, perbuatan ataupun pengakuan

Rasulullah SAW. Yang dimaksud dengfan pengakuan itu adalah

kejadian atau perbuatan orang lain yang diketahui Rasulullah dan beliau

membiarkan saja kejadian atau perbuatan itu berjalan.

26

Q.S AN-Nahl 64 27

Muhammad Fadhil Al-Jamali, Tarbiyah Al-Insan Al-Jadid, ( Al-Turisiyyah, Al-

Syarikat, tt), hlm 37

21

Sunnah merupakan sumber ajaran kedua sesudah Al-Qur’an. Seperti

Al-Qur’an, sunnah juga berisi aqidah dan syariah. Sunnah berisi petunjuk

untuk kemashlahatan hidup manusia dalam segala aspeknya, untuk

membina umat menjadi manusia seutuhnya atau manusia yang bertakwa.

Rasulullah menjadi pendidik yang utama, beliau sendiri yang mendidik,

pertama dengan menggunakan rumah Al-Arqam ibnu Abi Al-Arqam,

kedua dengan memanfaatkan tawanan perang untuk mengajar baca tulis,

ketiga dengan mengirim para sahabat kedaerah-daerah yang baru masuk

Islam. Semua itu adalah pendidikan dalam rangka pembentukan manusia

muslim dan masyarakat Islam.

Sunnah dapat dijadikan dasar pendidikan Islam karena Sunnah

menjadi sumber utama pendidikan Islam, karena Allah SWT menjadikan

nabi Muhammad SAW sebagai teladan bagi umatnya.

Firman Allah SWT:

أسوة حسنة لمن كان لقد كان لكم في رسول الله

ايرجو الله كيير واليوم اخآرر وككر الله

Artinya : Sesungguhnya Telah ada pada (diri)

Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu)

bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan

(kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut

Allah. ( Qs. Al-Ahzab : 21).28

Ada beberapa Konsepsi dasar yang dicontohkan Rasulullah

SAW sebagai berikut:

28

Q.S Al-Ahzab 21

22

a) Disampaikan sebagai rahmatan lil-Alamin

وما أرسلناك إله رحمة للعالمين

Artinya : Dan tiadalah kami mengutus kamu,

melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta

alam.(Qs. Al-Anbiya’ : 107).29

b) Disampaikan secara universal

c) Apa yang disampaikan merupakan kebenaran mutlak

كر وإنها له لحافظون لنا الك إنها نحن نزه

Artinya : Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan

Al Quran,dan Sesungguhnya kami benar-benar

memeliharanya. (Qs. Al-Hajr : 9).30

d) Kehadiran nabi sebagai evaluator atas segala aktivitas

pendidikan

e) Perilaku nabi sebagai figure indetifikasi (uswah hasanah)

bagi umatnya

أسوة حسنة لمن لقد كان لكم في رسول الله

واليوم اخآرر وككر الله كان يرجو الله

ا كيير

Artinya : Sesungguhnya Telah ada pada (diri)

Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu

(yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat)

Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia

banyak menyebut Allah. ( Qs. Al-Ahzab : 21).

29

Q.S Al-Anbiyah 107 30

Q.S Al-Hajr 9

23

Adanya dasar yang kokoh ini terutama Al-Qur’an dan As-Sunnah,

karena keabsahan dasar ini sebaagai pedoman hidup telah mendapat

jaminan Allah dan Rasul-Nya.

Prinsip Al-Qur’an dan Sunnah sebagai dasar pendidikan Islam bukan hanya

dipandang sebagai kebenaran keyakinan semata. Lebih jauh kebenaran itu juga

sejalan dengan kebenaran yang dapat diterima oleh akal yang sehat dan bukti

sejarah, Dengan demikian wajar jika kebenaran itu kita kembalikan kepada

pembuktian kebenaran pernyataan Allah dalam Al-Qur’an.

B. Pembelajaran Pendidikan Agama untuk Anak Sekolah Dasar ( SD)

Pendidikan berasal dari kata didik, yang diartikan perbuatan, hal, dan

cara. Pendidikan agama dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah religion

education, yang diaartikan sebagai suatu kegiatan yang bertujuan untuk

menghasilkan orang beragama. Pendidikan agama tidak cukup hanya

memberikan pengetaahuan tentang agama saja, tetapi juga ditekankan

pada feeling attituted, personal ideals, aktivitas kepercayaan.31

Pendidikan agama Islam sebagai bagian dari pendidikan merupakan

salah satu bidang studi di lembaga pendidikan dengan tujuan membantu anak

didik untuk memperoleh kehidupan yang bermakna, sehingga mereka

mendapatkan kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat, baik secara individu

maupun kelompok. Pendidikan agama Islam mengajari anak didik tentang

31

Ramayulis, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (cet ketiga, Jakarta, Kalam Mulia:

2001) Hlm 3

24

tata cara beribadah untuk mendekatkan diri dengan Tuhan dan tata cara

berhubungan dengan sesama manusia, saling menghormati, menghargai dan

menyayangi.32

Zakiyah Daradjat, dalam bukunya mengatakan pendidikan agama Islam

adalah suatu usaha untuk membina dan mengasuh peserta didik agar

senantiasa dapat memahami ajaran Islam secara menyeluruh, menghayati

tujuan, dan pada akhirnya mengamalkan serta menjadikan Islam sebagai

pandangan hidup.33

Oleh karena itu, ketika kita menyebut pendidikan Islam,

maka akan mencakup dua hal, yaitu: pertama mendidik siswa agar untuk

berperilaku sesuai dengan nilai-nilai atau akhlak yang Islami. Kedua,

mendidik siswa untuk mempelajari materi ajaran Islam (subjek pelajaran

berupa pengetahuan tentang ajaran Islam).34

Pendidikan Agama Islam di SD/MI bertujuan:

a. Menumbuh kembangkan aqidah melalui pemberian, pemupukan,

pengembangan, pengetahuan, penghayatan, pengamalan,

pembiasaan, serta pengalaman peserta didik tentang agama Islam

sehingga menjadi muslim yang terus berkembang keimanan dan

ketakwaannya kepada Allah SWT.

b. Mewujudkan manusia Indonesia yang taat beragama dan

berakhlak mulia yaitu manusia yang berpengetahuan, rajin

32

Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam, (Bandung: Remaja

Rosdakarya, 2001) hlm 46 33

Abdul Majid, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi : Konsep dan

Implementasi Kurikulum 2004 (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004) hlm 130 34

Nazarudin Rahman, Manajemen Pembelajaran: Implementasi Konsep,

Karakteristik, dan Metodologi Pendidikan Agama Islam Di Sekolah Umum, (Yogyakarta: Pustaka

Felicha, 2009) hlm 12

25

ibadah, cerdas, produktif, jujur, adil, berdisiplin, bertoleransi,

serta menjaga keharmonisan secara personal dan social serta

mengembangkan budaya agama dalam komunitas sekolah.35

Mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) di Sekolah Dasar (SD)

secara keseluruhan berada pada lingkup al-qur’an dan al-hadits, keimanan,

akhlak, fiqih, dan sejarah. Ruang lingkup pendidikan agama Islam mencakup

perwujudan keserasian, keselarasan, dan keseimbangan hubungan manusia

dengan Allah SWT, diri sendiri, sesama manusia, makhluk lainnya maupun

lingkungannya. Jadi pendidikan agama Islam adalah usaha sadar yang

dilakukan pendidik untuk mempersiapkan peserta didik dalam meyakini,

memahami, dan mengamalkan ajaran Islam melalui kegiatan bimbingan,

pengajaran atau pelatihan yang telah ditentukan untuk mencapai tujuan yang

telah ditetapkan.

C. Ragam ABK dan Pemebelajaran untuk ABK

1. Pengertian anak berkebutuhan khusus (ABK)

Istilah ABK adalah pengganti istilah anak berkebutuhan cacat atau

penyandang cacat. Istilah ABK menunjuk mereka yang memiliki kelainan

fisik, emosional, mental, intelektual dan sosial. ABK memiliki masalah

dalam sensori, motorik, belajar, dan tingkahlakunya. Semua ini

mengakibatkan terganggunya perkembangan fisik anak. Hal ini karena

35

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 23 tahun 2006 tentang Standar

Kompetensi Lulusan.

26

sebagian besar ABK mengalami hambatan dalam merespon rangsangan

yang diberikan lingkungan untuk melakukan gerak, meniru gerak, dan

bahkan ada yang memang fisiknya terganggu sehingga ia tidak dapat

melakukan gerakan yang terarah dengan benar.

Anak berkebutuhan khusus adalah anak yang memiliki kelainan atau

penyimpangan dari rata-rata anak normal, dalam aspek fisik, mental, dan

sosial, sehingga untuk mengembangkan potensinya perlu layanan

pendidikan khusus sesuai dengan karakteristiknya.36

Anak berkebutuhan khusus adalah anak yang memiliki karakteristik

khusus sehingga berbeda dengan anak pada umumnya.37

Sesuai dengan

kata “exception” anak luar biasa atau anak berkebutuhan khusus bisa

diartikan sebagai individu yang mempunyai karakteristik yang berbeda

dari individu lainnya yang dipandang oleh masyarakat pada umumnya.38

ABK adalah anak yang memiliki karakteristik khusus. Keadaan

khusus membuat mereka berbeda dengan anak pada umumnya. Pemberian

predikat berkebutuhan khusus tentu saja tanpa selalu menunjukkan kepada

pengertian lemah mental dan tidak identik juga dengan ketidak mampuan

emosi atau kelainan fiisik.39

Anak Berkebutuhan Khusus adalah anaka-anak yang mengalami

perkembangan menyimpang secara signifikan dari kriteria normal.

36

Efendi, Mohammad. Pengantar Psikopedagogik Anak Berkelainan. (Jakarta: PT.

Bumi Aksara. 2006) hlm 26 37

Smart, Aqila. Anak Cacat Bukan Kiamat.( Yogyakarta: Kata Hati. 2010) hlm 33 38

Thalib, Samsul Bahri. Psikologi Pendidikan Berbasis Analisis Empiris Aplikatif.

(Jakarta: Kencana. 2010) hlm 245 39

Santoso, Satmoko Budi. Sekolah Alternatif, Mengapa Tidak. ( Jagjakarta: Diva

Press. 2010) hlm 127

27

Rentangan anak dengan perkembangan menyimpan ditemukan dalam tiga

kategori ( Imprainment, Handicapped dan Disability).40

Dari beberapa paparan di atas penulis dapat mengambil kesimpulan

bahwa, anak berkebutuhan khusus adalah anak dengan karakteristik

khusus yang berbeda dengan anak pada umumnya tanpa selalu

menunjukkan pada ketidakmampuan mental, emosi, ataupun fisik. ABK

memiliki penyimpangan dari rata-rata anak normal sehingga untuk

mengembangkan potensinya perlu layanan pendidikan khusus yang sesuai

dengan karakteristiknya.

2. Jenis-jenis Anak Berkebutuhan Khusus

Anak berkebutuhan khusus mempunyai jenis-jenis yang berbeda

berdasarkan karakteristiknya dan hambatan yang di miliki anak

berkebutuhan khusus biasanya bersekolah di Sekolah Luar Biasa (SLB)

berdasarkan karakter dan kekhususannya. ABK dengan kekhususan

tertentu seperti ABK dengan masalah berkesulitan belajar dapat

ditempatkan dalam kelas inklusif.

Anak yang termasuk berpredikat ABK menurut Santoso antara lain:

tunanetra, tunarungu, tunagrahita, tunadaksa, tunalaras, kesulitan belajar.

a. Tunanetra

Tunanetra adalah individu yang memiliki hambatan dalam

pengelihatan. Tunanetra digolongkan menjadi dua macam, yaitu

40

Endang Poerwanti, “Peningkatan Pengethuan dan Keterampilan Guru SD

Muhammadiyah 04 Batu dalam Mengelola Pembelajaran ABK melalui Lesson Study” Jurnal

JINOP, Vol.1 No.1 (Mei, 2015), hlm. 15

28

buta total (blind) dan low vision. Tunanetra memiliki keterbatasan

dalam indra pengelihatan, maka proses pembelajaran menekankan

pada alat indra yang lain yaitu indra peraba dan indra pendengaran.

Oleh karenanya prinsip yang harus diperhatikan dalam memberikan

pengajaran kepada individu tunanetra adalah media yang

digunakan harus bersifat faktual dan bersuara. Sebagai contoh

adalah penggunaaan tulisan Braille, gambar timbul, benda model,

dan benda nyata. Sedangkan media yang bersuara adalah tape

recorder dan peranti lunak (software).41

b. Tunarungu

Tunarungu digolongkan inividu yang memiliki hambatan

dalam pendengaran permanen maupun temporer (tidak permanen).

Tunarungu diklasifikasikan berdasrkan tingkat gangguan

pendengaran, yaitu gangguan pendengaran sangat ringan (27-40

dB), gangguan pendengaran ringan (41-55 dB), gangguan

pendengaran sedang (56-70 dB), gangguan pendengaran berat 71-

90 dB), gangguan pendengaran ekstrem/tuli (di atas 91 dB).

Hambatan pendengaran pada individu tunarungu dapat

mengakibatkan hambatan dalam berbicara. Sehingga, mereka

disebut tunawicara. Cara berkomunikasi dengan individu tunarungu

menggunakan bahasa isyarat. Bahasa isyarat melalui abjad jari

41

Santoso, Op, Cit.,hlm 128-129

29

yang dipatenkan secara internasional. Komunikasi dengan isyarat

bahasa masih berbeda-beda di setiap negara.42

c. Tunagrahita

Tunagrahita digolongkan individu yang memiliki tingkat

kecerdasan di bawah rata-rata dan disertai dengan ketidakmampuan

dalam adaptasi perilaku yang muncul dalam masaa perkembangan.

Klasifikasi tunagrahita berdasarkan pada tingkat IQ (Intelligent

Quotient). Tunagrahita ringan (IQ = 51-70), tunagrahita sedang (IQ

= 36-51), tunagrahita berat (IQ = 20-35), dan tunagrahita sangat

berat (IQ di bawah 20). Pembelajaran bagi penyandang tunagrahita

lebih dititik beratkan pada kemampuan bina diri dan sosialisasi.43

d. Tunadaksa

Tunadaksa adalah individu yang memiliki gangguan gerak

yang disebabkan oleh kelainan neuromuscular dan struktur tulang

yang bersifat bawaan, sakit atau akibat kecelakaan, termasuk

celebral palsy, amputasi, polio, dan lumpuh. Tingkat gangguan

masuk kategori ringan bila memiliki keterbatasan dalam melakukan

aktivitas fisik, tetapi masih bisa ditingkatkan melalui terapi.

Sedang, jika memiliki keterbatasan motorik dan mengalami

gangguan koordinasi sensorik, dan berat jika memiliki keterbatasan

total dalam gerakan fisik dan tidak mampu mengontrol gerakan

fisik.

42

Santoso, Op.Cit., hlm 129-130 43

Ibid, hlm 130

30

e. Tunalaras

Tunalaras adalah individu yang mengalami hambatan dalam

mengendalikan emosi dan kontrol sosial. Individu tunalaras

biasanya menunjukkan perilaku menyimpang yang tidak sesuai

dengan norma dan aturan yang berlaku di sekitarnya. Penyebab

tunalaras terbagi menjadi faktor internal (dari dalam diri) dan

faktor eksternal (dari lingkungan sekitar).

f. Autis

Autis adalah sindrom yang sering disalah pahami oleh

kebanyakan orang. Anak-anak penyandang autis sering dianggap

tidak waras, gila, dan berbahaya. Sungguh suatu pemahaman yang

sangat tragis dan menakutkan. Dengan persepsi masyarakat yang

sedemikian rupa, maka perkembangan dan keberadaan anak autis

menjadi tidak diperhatikan. Jangankan untuk sekolah, untuk

berinteraksi saja anak autis sering tidak mendapatkan tempat.

g. ADHD ( Attention Deficit Hyperactipity disorder)

ADHD disebut sebagai anak dengan gangguan perhatian dan

cenderung hiperaktif. Berbeda dengan tunagrahita dan autis yang

lebih disebabkan oleh gangguan pada otak dan perkembangan,

ADHD disebut sebagai gangguan perilaku. Gangguan ini mungkin

dialami oleh hampir setiap anak-anak usia balita. Namun, lambat

laun banyak anak yang bisa beradaptasi dan kembali

31

berkonsentrasi, sedangkan pada sebagian lainnya belum mampu

melakukannya.44

Dalam perkembangan dirinya secara menyeluruh, anak

hiperaktif mempunyai permasalahan berkaitan dengan kesulitan

melakukan koordinasi gerak pada gerak yang menggunakan otot

halus dan otot besar.45

Ciri khas sebagai penyandang ADHD adalah

sebagai berikut:

1) Sulit berkonsertasi

2) Heperaktif

3) Muda lupa dan kehilangan sesuatu

4) Sulit berfifkir dan mengatur tindakan

5) Sulit beradaptasi dengan pekerjaan dan tanggung jawab

h. Dyslexia

Dyslexia memiliki beberapa kesulitan dengan bentuk tulisan

dari bahasa yang disebabkan oleh intelektual, kultural, dan

emosional. Hal ini ditandai dengan prestasi yang rendah dalam hal

membaca, menulis, dan mengeja dibandingkan dengan kecerdasan

anak pada umur kronologis. Kesulitan ini merupakan aspek

kognitif yang mempengaruhi keterampilan bahasa (tulisan, visual,

44

Ratih Putri Pratiwi, Op.Cit hlm. 56

45 Bandi Delphie, Layanan Perilaku Anak Hiperaktif, (Sleman: PT Intan Sejati

Klaten, 2009), hlm. 3

32

verbal, memori jangka pendek, lambat dalam menerima instruksi

daan mengurutkan angka dan abjad).46

i. Anak Berbakat

Anak berbakat adalah biasanya yang dikenakan pada anak-

anak dengan kecerdasan di atas rata-rata.47

Oleh karena itulah anak

berbakat membutuhkan satu program pendidikan khusus dengan

jangkauan program di atas sekolah biasanya. Diharapkan dengan

kemampuan yang terus ditempa tersebut, mereka akan dapat

memberikan sumbangan yang berarti dalam masyarakat pada saat

dewasa naanti.

j. Kesulitan Belajar

Individu yang mengalami gangguan pada satu atau lebih

kemampuan dasar psikologis, khususnya pemahaman dan

penggunaan bahasa, berbicara, dan menulis. Gangguan tersebut

selanjutnya mempengaruhi kemampuan berpikir, membaca,

berhitung, ataupun berbicara. Penyebabnya antara lain gangguan

persepsi, brain injury, disfungsi minimal otak, dyslexia, dan afasia

perkembangan. Individu kesulitan belajar memiliki IQ rata-rata

atau di atas rata-rata, biasanya mengalami gangguan motorik

persepsi-motorik, gangguan koordinasi gerak, gangguan orientasi

46

Rifa Hidayah, P sikologi Pengasuhan Anak , (Yogyakarta: UIN Malang Press,

2009), hlm.180

47 Ratih Putri Pratiwi, Op.Cit, hlm 70

33

arah dan ruang, serta mengalami keterlambatan perkembangan

konsep.

Definisi kesulitan belajar khusus menurut smith: “Kesulitan

belajar khusus (specific learning disability) berarti suatu gangguan

pada satu atau lebih proses psikologi dasar yang meliputi

pemahaman atau penggunaan bahasa, lisan atau tulisan, yang dapat

diwujudkan dengan kemampuan yang tidak sempurna dalam

mendengar, berfikir, berbicara, membaca, menulis, dan mengeja,

atau melakukan perhitungan matematis. Istilah ini meliputi kondisi-

kondisi tertentu seperti gangguaan persepsi (perceptual andicaps),

luka otak (brain injury), disfungsi minimal otak/ DMO (minimal

brain dysfunction/MBD), disleksia (dyslexia), dan aphasia

perkembangan (developmental aphasia). Istilah ini tidak termasuk

anak-anak yang mempunyai masalah-masalah belajar (learning

problems) yang diakibatkan terutama faktor penglihatan

(tunanetra), pendengaran (tunarungu), atau gangguan gerak

(tunadaksa), terbelakang mental (tunagrahita), keridakstabilan

emosi (emotional disturbance), atau hal-haal yang merugikan dari

ligkungan, mental, budaya, ataupun ekonomi”.48

Definisi tentang kesulitan belajar dari setiap istilah diartikan

berbeda oleh setiap ahli, salah satunya mulyati memilih beberapa

48

Smith, J. David. Inklusi Sekolah Ramah untuk Semua. (Bandung: Nuansa, 2006.)

hlm 75

34

istilah dan mendefinisikannya untuk menggambarkan kesulitan

belajar mempunyai pengertian luas, diantaranya:

1) Learning Disorder ( Ketergaangguan belajar ) Suatu keadaan

yang dialami seseorang saat proses belajar mengajar, timbul

gangguan karena respon yang bertantangan.

2) Learning Disabilities ( Ketidaakmampuan belajar ) Suatu

keadaan yang dialami seseorang siswa yang menunjukan

ketidakmampuan dalam belajar bahkan menghindari belajar.

3) Learning Disfunction ( Ketidakpungsian belajar ) Suatu

kedaan siswa yang menunjukan gejala tidak bberfungsinya

proses belajar dengan baik.

4) Under Achiever ( Prestasi dibawah kemampuan ) Suatu

keadaan siswa yang memiliki tingkat potensi intelektual

diatas normal, tetapi prestaasi belajarnya tergolong rendah.

5) Slow Learner (lambat belajar ) : Suatu keadaan siswa yang

lambat dalam proses belajarnya sehingga membutuhkan

waktu dibandingkan dengan muridyang lain yang memiliki

taraf potensi intelektual yang sama.49

Osman menjelaskan bahwa suatu kelompok heterogen dari

gangguan yang diwujudkan oleh kelemahan mencolok dalam

kemahiran dan penggunaan kemampuan matematika, penalaran,

menulis, membaca, berbicara, mendengarkan, atau keterampilan

49

Mulyati. Diagnosa Kesulitan Belajar. Semarang: IKIP PGRI (Semarang Press.

2010) hlm 6-7

35

bergaul. Gangguan ini adalah hakikii bagi individu itu dan diduga

merupakan akibat disfungsi sistem saraf pusat. Meskipun lemah

belajar bisa terjadii berbarengan dengan kondisi cacat lainnya

(misalnya, kelemahan saraf sensor, retardasi mental, gangguan

emosional dan sosial), dengan pengaruh sosial-lingkungan

(misalnya, perbedaan cultural, instruksi yang tidak memadai atau

tidak cukup faktor-faktor psikogenetik), dan terutama gangguan

karena merasa kurang diperhatikan, yang semuanya bisa

menimbulkan masalah belajar, namun lemah belajar bukan akibat

langsung dari kondisi atau pengaruh tersebut.50

Namun tidak semua kesulitan dalam proses belajar dapat

disebut sebagai learning disorders (LD). Sebagian anak mungkin

hanya mengalami dalam kesulitan mengembangkan bakatnya.

Terkadang seseorang memperlihatikan ketidakwajaran dalam

perkembangan alaminya, sehingga tampak seperti LD, namun

ternyata hanyalah keterlambatan dalam proses pendewasaan diri

saja. Sebenarnya para ahli telah menentukan kriteria-kriteria pasti

di mana seseorang dapat dinyatakan sebagai penderita LD.51

Berdasarkan gambaran di atas, penulis dapat membuat batasan

yang lebih ringkas bahwa Anak kesulitan belajar adalah anak yang

secara nyata mengalami kesulitan dalam tugas-tugas akademiknya,

yang disebabkan oleh adanya disfungsi minimal otak, atau dalam

50

Osman, Betty B. Lemah Belajar dan ADHD. (Jakarta: Grasindo. 2002) hlm 4 51

Wood, Derek dkk. Kiat Mengatasi Gangguan Belajar. (Jogjakarta: Kata Hati.

2011) hlm 24

36

psikologis belajar, sehingga prestasi belajarnya tidak sesuai dengan

potensi yang sebenarnya, dan untuk mengembangkan potensinya

secara optimal mereka memerlukan pelayanan pendidikan secara

khusus.

3. Pembelajaran untuk Anak Berkebutuhan Khusus (ABK)

Pembelajaran anak berkebutuhan khusus atau yang berkelainan, baik

itu berkelainan fisik, mental, maupun karakteristik perilaku sosialnya,

tidak sama seperti mendidik anak normal, sebab selain memerlukan

pendekatan yang khusus juga memerlukan strategi yang khusus. Hal ini

semata-mata karena sesuai pada kondisi yang dialami ABK. Oleh karena

itu, elalui pendekatan dan strategi khusus dalam mendidik ABK,

diharapkan ABK: a) dapat menerimaa kondisinya, b) dapat melakukan

sosialisasi dengan baik, c) mampu berjuang sesuai dengan kemampuannya,

d) memiliki keterampilan yang sangat dibutuhkan, dan e) menyadari

sebagai warga negara dan nggota masyarakat.52

D. Pembelajaran Agama untuk Anak Berkebutuhan Khusus ( ABK)

52

Mohammad Efendi, Pengantar Psikopedagogik Anak Berkelainan, (Jakarta: Bumi

Aksara, 2009), hlm 24

37

Pembelajaran pada hakikatnya merupakan proses interaksi antara peserta

didik dengan lingkungannya, sehingga terjadi perubahan perilaku ke arah

yang lebih baik.53

Interaksi tersebut, banyak faktor yang mempengaruhinya,

seperti adanya pendidik yang memegang peranan penting selama proses

pembelajaran berlangsung, untuk meningkatkan efektifitas pembelajaran,

seorang pendidik harus menguasai beberapa metode pembelajaran, selain itu

perlu adanya media pembelajaran yang akan mendukung dalam proses

pembelajaran, Serta evaluasi atau penilaian untuk mengetahui sejauh mana

keberhasilan proses pembelajaran tersebut.

1. Metode pembelajarn Agama islam pada ABK

Ditinjau dari segi etiimologi (bahasa), metode berasal dari bahasa

Yunani, yaitu “methodos”. Kata ini terdiri dari dua suku kata yaitu

“metha” yang berarti melalui atau melewati dan “hodos” berarti jalan

atau cara. Metode memiliki arti suatu jalan yang di lalui untuk

mencapai tujuan.54

Sedangkan bila ditinnjau dari segi terminologis (istilah), metode

dapat dimaknai sebagai “jalan yang ditempuh oleh seseorang supaya

sampai pada suatu tujuan tertentu, baik dalam lingkungan atau

perniagaan maupun dalam kaitan ilmu pengetahuan dan lainnya”.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, metode adalah cara kerja yang

53

Binti Ma‟unah, Pendidika n Kurikulum SD-MI, (Surabaya: eLKAF, 2005), hlm 95

54 Ismail, Strategi Pembelajaran Agama Islam Berba sis PAIKEM, (Semarang:

Media Group, 2011), hlm. 7

38

bersistem untuk memudahkan pelaksanaan kegiatan dalam mencapai

apa yang telah ditentukan.55

Metode merupakan cara-cara yang digunakan menjelaskan materi

pendidikan kepada anak didik. Pemikiran metode yang tepat harus

disesuaikan dengan materi, kondisi dan keadaan anak didiik.56

Seorang pendidik diharuskan menguasai berbagai teknik atau metode

penyampaian materi dan dapat menggunakan metode yang tepat

dalam proses belajar mengajar, sesuai dengan materi yang diajarkan

dan kemampuan anak didik yang menerima.

Metode pembelajaran untuk ABK perlu adanya pemilihan strategi

khusus yang dirasa tepat atau sesuai dengan kebutuhan anak.

Pemeilihan ini akan tergantung pada gaya belajar dan materi yang

diajarkan. Berikut beberapa metode pengajaran yang umumnya

digunakan oleh guru ABK.

1) Comunikasi ( communication)

Komunikasi adalah metode yang harus ada dalam setiap

proses pembelajaran. Metode pembelajaran PAI, kita mengenal

adanya metode hiwar (dialog). Jika dicermati metode ini

sifatnya sama dengan komunikasi. Siswa tidak akan lepas dari

55

WJS. Poerwadarminta, Kamus Besar Bahasa Indonesia ,(Jakarta: Balai Pustaka,

1976), hlm. 652

56 Anin Nurhayati, Kurikulum Inovasi, (Yogyakarta: Teras, 2010), hlm. 40

39

komunikasi baik siswa antar siswa, siswa dengan fasilitas

belajar, ataupun dengan guru. Kemampuan komunikasi setiap

individu akan mempengaruhi proses dan hasil belajar yang

bersangkutan dan membentuk dari kepribadiannya. Proses ini

dapat mencakup keterampilan verbal dan non-verbal, serta

berbagai jenis simbol (kartu dan gambar).

2) Analisis Tugas ( Task Analysis)

Analisis tugas adalah prosedur dimana tugas-tugas dipecah

kedalam rangkaian komponen-komponen langkah dan bagian

kecil satu tujuan akhir atau sasaran. Analisis tugas

dimaksudkan untuk mendeskripsikan tugas-tugas yang harus

dilakukan ke dalam indikator-indikator kompeetensi. Analisis

tugas untuk menentukan daftar kompetensi. Kompetensi dasar

berfungsi untuk mengarahkan guru mengenai target yang harus

dicapai dalam pembelajaran.

3) Instruksi Langsung ( Direct Inscruction )

Instruksi langsung adalah metode pengajaran yang

menggunakan pendekatan selangkah-selangkaah yang

terstruktur dengan cermat dalam instruksi atau perintah.

Metode ini memberikan pengalaman belajar yang positif

sehingga dapat meningkatkan kepercayaan diri dan motivasi

untuk berprestasi.

40

4) Bantuan ( Promts)

Prompt merupakan bantuan yang diberikan kepada anak

untuk menghasilkan respon yang benar. Prompts memberikan

anak informasi tambahan atau bantuan untuk menjalankan

instruksi.

Adapun jenis anak promts sebagai berikut:

a) Verbal Prompts yaitu: Bentuk informasi verbal yang

memberikan penambahan pada instruksi tugas. Instruksi

memberi tahu anak apa yang harus dilakukannya.

b) Modelling yaitu: memberi tahu anak apa yang harus

dilakukannya atau bagaimana melakukannya dengan

mendemonstrasikan tugas. Metode pembelajaran PAI,

modelling memiliki makna yang sama dengan metode

keteladanan (uswatun khasanah).

c) Gestural Prompts yaitu: Bantuan dengan bentuk isyarat

dapat mencakup tangan, lengan, muka, atau gerakan tubuh

lainnya yang dapat mengkomunikasikan informasi visual

special spesifik.

d) Physical Prompts yaitu: Melibatkan kontak fisik yang

digunakan apabila bantuan lain tidak memberikan

informasi cukup pada anak untuk mengerjakan tugas atau

jika anak belum sampai mengembangkan kemampuan

41

fisik yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan

tersebut.

e) Peer Tutorial yaitu: kerjasama seorang siswa yang mampu

(pandai) dipasangkan dengan temannya yang mengalami

kesulitan/hambatan.

f) Cooperative Learning yaitu: Salah satu cara dalam bekerja

sama untuk menyelesaikan salah satu tugas. Cara ini dapat

mengembangkan lingkungan yang positif, mendukung,

dan mendorong penghargaan pada diri sendiri, menghargai

pendapat orang lain serta menerima perbedaan individu.

2. Media Pembelajaran Agama islam untuk ABK

a) Pengertian Media Pembelajaran

Media pembelajaran memiliki beberapa pengertian dilihat dari

sudut pandang beberapa pakar. Oemar Hamalik mengatakan, media

pembelajaran adalah “metode dan teknik yang digunakan untuk

mengefektifkan komunikasi dan interaksi antara guru dan siswa

dalam proses pendidikan dan pengajaran.57

Menurut Association for Educational Communication

Technology (AECT), yang dikutip oleh Azhar Arsyad, media

pendidikan adalah “segala bentuk saluran yang digunakan orang

untuk menyalurkan pesan/ informasi.”58

57

Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2007), hlm. 12 58

Azhar Arsyad, Media Pembelajaran, (Jakarta : Bumi Aksara, 2010), hlm. 43

42

Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa

media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan

dalam menyalurkan pesan dari guru ke siswa sehingga dapat

merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat serta perhatian

siswa sedemikian rupa sehingga proses pembelajaran terjadi dan

berlangsung lebih efisien.

b) Pengertian Media Pembelajaran Adaptif

Kata media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk

jamak dari medium yang secara harfiah berarti perantara atau

pengantar atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan.

Kemudian kataadaptif menurut kamus besar bahasa Indonesia

adalah “mudah menyesuaikan (diri) dengan keadaan”.59

Jadi dapat diartikan bahwa media pembelajaran adaptif adalah

media pembelajaran yang dibuat dan digunakan di sesuaian dengan

kondisi dan kebutuhan peserta didik atau siswa berkebutuhan

khusus (ABK). Artinya yang menyesuaikan adalah medianya

terhadap kebutuhan proses pembelajaran ABK.

c) Media Pembelajaran Pendidikan Agama Islam bagi ABK

Anak Berkebutuhan Khusus terbagi dalam beberapa kategori

kekhususan, antara lain: anak dengan gangguan penglihatan,

gangguan pendengaran, gangguan fisik, dan tingkat kecerdasan di

bawah rata-rata. Tipe kekhusussan tersebut berdampak pada

59

W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Besar,…, hlm. 17

43

perbedaan kebutuhan dan kemampuan dalam belajar. Kondisi

tersebut juga meninbulkan gaya belajar, sehingga akan

membedakan aktivitas belajarnya.

Dryden & Vos, dikutip oleh Ishartiwi, mengkategorikan

kemampuan manusia dalam belajar, yaitu: 10% dari yang di baca,

20% dari yang di dengar, 30% dari yang dilihat, 50% dari yang

dilihat dan didengar, 70% dari yang dia katakan, 90% dari apa

yang kita katakan dan lakukan.60

Kemampuan belajar ini sangat erat kaiitannya dengan aktivitas

belajar yang dapat dilakukan ABK. Kemampuan belajar ini sangat

penting diperhatikan untuk penetapan media pembelajaran, agar

media tersebut dapat mempermudah belajar ABK.

Secara umum, media merupakan kata jamak dari “medium”,

yang berarti perantara atau pengantar. Kata media berlaku untuk

berbagai kegiatan usaha, seperti media dalam penyampaian pesan,

media pengantar magnet atau panas dalam bidang teknik. Istilah

media digunakan juga dalam bidang pengajaran atau pendidikan

sehingga istilahnya menjadi media pendidikan atau media

pembelajaran.61

Keterpaduan teknologi dan media, sudah menjadi bagian

dalam pemilihan media pembelajaran. Hal ini terkait dengan

60 Ishartiwi, Pengembangan Media Pendidikan Agama Islam Bagi Anak Berkebutuhan

Khusus, (Yogyakarta: FIP-UNY, Bahan Pelatihan PPPG SLB, 2008), hlm 2 61 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses

Pendidikan,(Jakarta: Kencana Prenada Media, 2011), hlm 163

44

pemanfaatan produk teknologi dalam pembelajaran. perlunya

pembelajaranan khusus bagi ABK yang disebut dengan kurikulum

kompensatoris, saat ini sudah banyak menerapakan keterpaduan

teknologi dan media. Banyak media dan alat bantu ABK yang telah

memanfaatkan kemajuan bidang teknologi.

Menurut Hasselbring & Goin menjelaskan pemanfaatan

teknologi dalam pembelajaran ABK antara lain: Computer,

Videodisc, dan Computer-Based instruction (CBI). Teknologi

tinggi tersebut memiliki banyak kelebihan untuk pembelajaran

keterampilan dasar (Basic Skills).62

Contoh pemilihan media pembelajaran PAI berdasar kondisi

dan modalitas belajar ABK:

1) ABK dengan keterbatasan penglihatan lebih tepat bila

digunakan jenis media audio. ABK dengan keterbatasan

pendengaran lebih tepat menggunakan jenis media

cetak/gambar, ABK dengan keterbatasan mental lebih

tepat menggunakan jenis multi media dan benda konkrit.

2) ABK Usia pra-sekolah (TKLB) lebih sesuai digunakan

media obyek nyata atau replika dari obyek. ABK usia

dewasa seperti tingkat SDLB, SMLB, dapat digunakan

media yang lebih abstrak, antara lain: gambar, cetak,

model, yang disesuaikan dengan tipe kekhususannya.

62

Ibid., hlm 5

45

ABK yang akan mengembangkan kemapuan belajar

keterampilan, lebih tepat menggunakan media situasi nyata. ABK

yang akan mengembangkan kemampuan pemahaman konsep, lebih

tepat menggunakan media VCD, karena akan memberikan gambran

nyata tetapi memerlukan pemahaman pikir untuk memaknai isi

materi dalam program VCD. Secara rinci jenis-jenis media

pembelajaran secara khusus berdasarkan karakteristik ABK,

disajikan dalam tabel berikut:63

Tabel 1

Jenis-jenis media Pembelajaran untuk ABK

No Jenis Model

1. ABK dengan

gangguan

penglihatan

Buta total: peta timbul, radio, audio,

penggaris braille, blokies, papan baca,

model

anatomi mata, meteran braille,

botolaroma,

bentuk-bentuk geometri, tape

recorder, media

2 dan 3 dimensi, lingkungan sekitar

anak,

computer dan printer braille.

Low vision: CCTV, Magnifier Lens

Set,

63 Yani Meimulyani dkk, Media Pembelajaran Adaptif, (Jakarta Timur: Luxima

MetroMedia, 2013), hlm 50-51

46

View Scan, Televisi, Microscop

2. ABK dengan

gangguan

pendengaran

Foto-f oto, video, kartu huruf, kartu

kalimat,

anatomi telinga, miniatur benda,

finger

alphabet, puzzle, globe.

3. Tuna grahita/anak

lamban belajar

Gradasi bangun ruang, kotak silinder,

puzzle,

geometri tiga dimensi, papan

bilangan, power

rider, bak pasir, pias huruf dan

kalimat.

4. ABK dengan

gangguan motorik

Kartu abjad, kartu kata, kartu kalimat,

gelas

rasa, botolaroma, abacus, washer,

papan

pasak, kotak bilangan.

5. Tunalaras Animal maching games, sand pits,

konsentrasi

mekanik, puzzle, rebana, flute.

6. Anak berbakat Buku paket, buku referensi, buku

pelengkap,

buku bacaan, majalah, Koran, internet,

modul,

lembar kerja, computer, VCD,

museum,

perpustakaan, TV, OHP, chart,dsb

47

7. Kesulitan belajar Disleksia: kartu abjad, kartu kata,

kartu kalimat.

Disgrafia: kartu abjad, kartu kata,

kartu

kaliamat, balok bilangan,

Diskalkulia: balok bilangan, pias

angka,

kotak bilangan, papan bilangan.

8. Autis kartu huruf, kartu kata, karu

angka,kartu

kalimat, konsentrasi mekanik,

computer,

menara segi tiga, puzzle.

9. Tuna ganda Disesuaikan dengan karakteristik

kelainannya.

E. Faktor Internal dan Eksternal dalam Peran dan Mempengaruhi

Perkembangan Belajar Siswa ABK

Faktor yang mempengaruhi ketidak percayaan diri siswa ABK (Anak

Berkebutuhan Khusus) adalah cara mereka beradaptasi dengan orang sekitar.

Keterbatasan intelektual mereka disebabkan karena mereka memiliki IQ jauh

dibawah normal, sehingga juga mengakibatkan mereka sulit untuk

berkomunikasi dan bersosialisasi dengan yang lain. Adapun faktor yang lain,

terkadang siswa ABK (Anak Berkebutuhan Khusus) juga dihina orang

disekitar mereka, labeling inklusi yang ada pada dirinya. Artinya faktor

48

sekeliling dan sekitar benar-benar berperan serta dan sangat mempengaruhi

kemajuan dan perkembangan rasa kepercayaan dirinya.

Maka dapat digolongkan dalam dua faktor yang sangat mempengaruhi dan

berperan besar untuk perkembangan belajar siswa ABK (Anak Berkebutuhan

Khusus).64

1. Factor internal

Faktor internal merupakan faktor yang berasal dari dalam diri

individu itu sendiri. Faktor internal terdiri dari faktor biologis

(jasmaniah) yang meliputi segala hal berhubungan dengan keadaan fisik

atau jasmani individu yang bersangkutan, yaitu kondisi fisik dan

kondisi kesehatan. Faktor psikologis (rohaniah) meliputi segala hal

yang berkaitan dengan kondisi mental seseorang, misalnya keterbatasan

intelektual yang disebabkan karena memiliki IQ jauh dibawah normal,

sehingga mengakibatkan siswa ABK (Anak Berkebutuhan Khusus) sulit

untuk berkomunikasi dan bersosialisasi dengan yang lain.

2. Factor eksternal

Faktor eksternal merupakan faktor yang bersumber dari luar

individu itu sendiri. Salah satu kejadian yang menyangkut faktor

eksternal adalah orang tua terkadang menuntut terhadap anak, dimana

orang tua menginginkan atau berambisi agar si anak tersebut memiliki

daya kemampuan yang sama dengan anak normal. Maka tuntutan inilah

64

Thursan Hakim, Belajar Secara Efektif (Semarang: Niaga Swadaya, 2005), 11-12.

49

yang nantinya bukan menjadikan anak berkembang, namun sebaliknya

justru akan memperlambat perkembangan si anak, dikarenakan metode

cara mendidik anak yang kurang tepat dan tidak sesuai dengan apa yang

dibutuhkan oleh seorang anak dan kurangnya rasa kesadaran orang tua

terhadap anak (ego orang tua). Contoh yang lain mengenai faktor

eksternal juga dari pengaruh guru pendidik di sekolah, dan teman-

teman belajar mereka di sekolah, baik kepada teman reguler, maupun

teman sesama ABK (Anak Berkebutuhan Khusus).

Dapat disimpulkan, bahwa faktor eksternal yang memiliki

pengaruh terbesar terhadap kemajuan atau kemunduruan si anak

tergantung dari lingkungan, orang tua (keluarga), guru pendidik dan

teman-teman belajar mereka, baik saat dirumah maupun mereka saat di

sekolah.

F. Faktor Penentu Keberhasilan dalam Pembelajaran

Menurut para ahli faktor yang mepengaruhi keberhasilan pembelajaran.

Pertama, Slameto yang berpendapat faktor yang mempengaruhi keberhasilan

pembelajaran adalah faktor keluarga. Siswa berangkat ke sekolah dari rumah

tidak hanya membawa buku, membawa uang saku namun juga membawa

latar belakang ideologi dari rumah, serta membawa asumsi-asumsi dasar yang

ia bangun dari lingkungan keluarga. Dia membagi faktor keluarga ini ke

dalam tujuh faktor yaitu orang tua mendidik, relasi antaranggota keluarga,

suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua dan latar

50

belakang budaya.65

Kedua, Toto Fathoni dan Cepi Riyana menyatakan faktor

waktu juga mempengaruhi keberhasilan pembelajaran. Faktor waktu dapat

dibagi dua, yaitu yang menyangkut jumlah waktu dan kondisi waktu. Hal

yang menyangkut jumlah waktu adalah berapa jumlah jam pelajaran yang

tersedia untuk proses pembelajaran. Sedangkan yang menyangkut kondisi

waktu adalah kapan pembelajaran itu dilaksanakan. Pagi, siang, sore, malam,

kondisinya akan berbeda. Hal tersebut akan berpengaruh terhadap proses

pembelajaran yang terjadi.66

65 Alfabeta Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya (Jakarta: Rineka

Cipta, 2010) hlm 60 66

Toto Fathoni dan Cepi Riyana, Komponen-Komponen Pembelajaran: dalam Kurikulum

dan Pembelajaran (Jakarta: Raja Grafindo, 2011) hlm 156