Post on 06-Dec-2020
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
1. Pengertian Sistem
Sistem berasal dari bahasa latin (Systema) dan bahasa Yunani
(Sustema). Sistem adalah suatu kesatuan yang terdiri dari komponen atau
elemen yang dihubungkan bersama untuk memudahkan aliran informasi,
materi atau energi. Istilah ini sering dipergunakan untuk menggambarkan
suatu set entitas yang berinteraksi, dimana suatu model matematika
seringkali bisa dibuat. Sistem merupakan seperangkat unsur yang saling
terikat dalam suatu antar relasi diantara unsur-unsur tersebut dengan
lingkungan, Setyawan (2013).
Secara umum dalam arti sempit, sistem dapat diartikan
sebagai suatu susunan atau sebagai suatu cara. Suatu sistem melingkupi
struktur dan proses, dimana struktur membicarakan elemen-elemen atau
unsur yang membentuk sistem itu sendiri sedangkan proses
membicarakan cara kerja/prosedur dari setiap elemen secara berurutan,
teratur dan sistematis. Suatu sistem dirancang dan diterapkan untuk
melakukan aktivitas yang sifatnya berulang. Sistem terdiri dari beberapa
bagian yang mempunyai hubungan erat satu sama yang lainnya dan
berinteraksi untuk mencapai tujuan tertentu, Amri (2010).
8
Analisis Faktor-Faktor..., Sri Isnaeni, Fakultas Ekonomi UMP, 2015
9
Sistem adalah gabungan berbagai elemen yang berinteraksi dan
secara bersama berfungsi untuk mencapai tujuan. Sistem merupakan
kumpulan elemen-elemen yang menimbulkan hubungan satu dengan
yang lainnya Bondar (1995) dalam Susilatri, dkk (2010). Dari definisi
yang telah dikemukakan, maka dapat disimpulkan bahwa sistem adalah
kesatuan dari beberapa unsur yang saling berinteraksi untuk mencapai
tujuan tertentu.
Suatu sistem mempunyai karakteristik atau sifat-sifat tertentu,
Jogiyanto (2001) dalam Setyawan (2013) yaitu sebagai berikut:
a. Komponen sistem
Sistem terdiri dari komponen-komponen yang saling berinteraksi dan
dapat berupa suatu subsistem atau bagian-bagian dari sistem. Setiap
subsistem memounyai sifat dari sistem yang menjalakan suatu fungsi
tertentu dan mempengaruhi proses sistem secara keseluruhan.
b. Batas sistem
Batas sistem merupakan daerah yang membatasi antara suatu sistem
dengan sistem yang lainnya atau dengan lingkungan luarnya.
c. Lingkungan luar sistem
Lingkungan luar dari sistem adalah apapun di luar batas dari sistem
yang mempengaruhi operasi sistem.
d. Penghubung sistem
Penghubung merupakan media penghubung antara suatu subsistem
dengan subsistem lainnya.
Analisis Faktor-Faktor..., Sri Isnaeni, Fakultas Ekonomi UMP, 2015
10
e. Masukan dan keluaran sistem
Masukan adalah energi yang dimasukan ke dalam sistem. Sedangkan
keluaran adalah hasil dari energi yang diolah dan diklasifikasikan
menjadi keluaran yang berguna dari sisa pembuangan.
f. Pengolah sistem
Pengolah sistem mengelola masukan menjadi keluaran
g. Sasaran sistem
Suatu sistem akan dikatakan berhasil jika mengenai sasaran atau
tujuannya.
2. Pengertian Informasi
Informasi adalah data yang berguna yang diolah sehingga dapat
dijadikan dasar untuk mengambil keputusan yang tepat, Bodnar dan
Hopwood (1996: 1) dalam Setyawan (2013). Sedangkan menurut
Jogiyanto (2005) yang dikutip dalam Nurhayanti (2012) informasi adalah
data yang diolah menjadi bentuk yang lebih berguna dan lebih berarti
bagi yang menerimanya.
Pengertian informasi yang dikemukakan oleh Chushing yang
diterjemahkan oleh Midjan dan Susanto (2003: 7) menyatakan bahwa
informasi diartikan sebagai keluaran (output) dari suatu pengolahan data
(sistem informasi) yang telah terorganisir dan berguna bagi orang yang
menerima. Pengertian informasi menurut Rommey dan Steinbart yang
diterjemahkan oleh Fitrianasari dan Kwary (2004: 11) menyatakan
bahwa informasi adalah data yang telah diatur dan diproses untuk
Analisis Faktor-Faktor..., Sri Isnaeni, Fakultas Ekonomi UMP, 2015
11
memberikan arti. Sedangkan menurut Laudon yang diterjemahkan oleh
Sungkono dan Eka (2007: 13) mengungkapkan bahwa informasi adalah
data yang telah dibentuk menjadi sesuatu yang memiliki arti dan berguna
bagi manusia.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa informasi
merupakan hasil dari data yang telah diolah dan diorganisasikan,
sehingga memberikan arti bagi penerima yang dapat mempengaruhi
tindakan dalam pengambilan keputusan yang dikutip dalam Nurhapsari
(2013).
Calliueot dan Lapayre dalam Handayani (2007) menyatakan
bahwa penciptaan suatu informasi yang efektif membutuhkan suatu
pengorganisasian untuk mengembangkan sejumlah sistem-sistem
pendukung. Penarikan staf yang kompeten dan layak adalah suatu
tindakan yang sangat penting. Investasi yang besar dalam perangkat
keras, perangkat lunak dan pendukung sistem yang lain adalah sesuatu
yang penting, namun tanpa manusia bersumber daya yang tidak layak
tidak tepat waktu atau tidak akurat. Sumber informasi adalah data dimana
data merupakan bentuk jamak dari bentuk tunggal data item.
Kualitas suatu informasi tergantung dari beberapa hal, Mukhtar
(2002: 4) dalam Setyawan (2013) yaitu sebagai berikut:
a. Akurat
Akurat berarti informasi harus bebas dari kesalahan-kesalahan dan
tidak menyesatkan. Informasi harus akurat karena dari sumber
Analisis Faktor-Faktor..., Sri Isnaeni, Fakultas Ekonomi UMP, 2015
12
informasi sampai ke penerima informasi kemungkinan banyak
terjadi gangguan yang dapat merubah atau merusak informasi
tersebut.
b. Tepat waktu
Ini berarti informasi yang datang pada penerima tidak boleh
terlambat. Jika pengambilan keputusan terlambat, maka dapat
berakibat fatal untuk organisasi.
c. Relevan
Relevan berarti informasi tersebut harus mempunyai manfaat untuk
pemakainya.
d. Lengkap
Informasi yang disajikan termasuk di dalamnya semua data-data
yang relevan dan tidak mengabaikan kepentingan yang diharapkan
oleh pembuat keputusan.
e. Dapat dimengrti
Informasi yang disajikan hendaknya dalam bentuk yang mudah
dimengerti oleh pembuat keputusan. Nilai dari informasi ditentukan
oleh dua hal yaitu manfaat dan biaya untuk mendapatkannya. Suatu
informasi dikatakan bernilai bila manfaatnya lebih efektif
dibandingkan dengan biaya untuk mendapatkannya.
Formulasi pendapat ini:
Nilai Informasi = Manfaat – Biaya
Analisis Faktor-Faktor..., Sri Isnaeni, Fakultas Ekonomi UMP, 2015
13
3. Pengertian Sistem Informasi
Sistem informasi dapat diartikan sebagai suatu pengorganisasian
peralatan untuk mengumpulkan, menginput, memproses, menyimpan,
mengatur, mengontrol dan melaporkan informasi untuk pencapaian
tujuan perusahaan, Setyawan (2013). Menurut James A Hall (2009) yang
dikutip dalam Nurhayanti (2012) sistem informasi adalah serangkaian
prosedur formal dimana data dikumpulkan, diproses menjadi informasi
dan didistribusikan ke para pengguna.
Menurut Mukhtar (2002), suatu sistem informasi dapat dibagi
menurut keberadaannya di suatu perusahaan. Ada sistem informasi
informal dan sistem informasi formal. Sistem informasi informal
keberadaannya di suatu organisasi tidak diakui secara resmi dan
informasi yang dihasilkan seringkali mendukung informasi yang
dihasilkan oleh sistem informasi formal. Sedangkan sistem informasi
formal secara eksplisit diakui keberadaannya di perusahaan dan
bertanggung jawab untuk menghasilkan informasi, yang dikutip dalam
Setyawan (2013).
Selain itu sistem informasi juga dibagi berdasarkan proses yang
dijalankan untuk mendapatkan informasi, yaitu sistem informasi manual,
semua proses untuk memproduksi informasi tidak menggunakan mesin
atau komputer, maka sistem informasi otomatis melibatkan mesin atau
komputer dalam memproduksi informasi.
Analisis Faktor-Faktor..., Sri Isnaeni, Fakultas Ekonomi UMP, 2015
14
Sistem informasi mempunyai komponen yang terdiri dari blok
maasukan, blok model, blok keluaran, blok teknologi, blok basis data dan
blok kendali. Tujuan sistem informasi, Jogiyanto (2001) dalam Setyawan
(2013):
a. Sistem informasi bisa meningkatkan produk dan jasa.
b. Sistem informasi bisa meningkatkan efisiensi.
c. Sistem informasi bisa meningkatkan proses kerja manajemen.
4. Pengertian Sistem Informasi Akuntansi
Dalam melaksanakan suatu sistem informasi akuntansi unsur-unsur
yang terlibat adalah manusia sebagai pelaksana dari sistem, organisasi
atau perusahaan sebagai objek yang membutuhkan sistem dan
pengolahan data transaksi untuk menghasilkan informasi. Unsur-unsur
tersebut merupakan rangkaian yang terpadu dan saling berkaitan dalam
melaksanakan suatu sistem Amri (2010).
Dalam Nugerahmawati (2013) terdapat beberapa definisi sistem
informasi akuntansi yang telah dikemukakan oleh para ahli, yaitu sebagai
berikut :
Menurut Bodnar dan Hopwood (2010:1) sistem informasi
akuntansi adalah:
“An accounting information system is a collection of resources,
such as people and equipment, design tranform financial and other data
into information”.
Analisis Faktor-Faktor..., Sri Isnaeni, Fakultas Ekonomi UMP, 2015
15
Pernyataan Bodnar dan Hopwood menjelaskan bahwa sistem
informasi akuntansi merupakan kumpulan sumber daya, seperti manusia
dan peralatan, yang dirancang untuk mengubah data keuangan dan data
lainnya ke dalam informasi.
Menurut Romney dan Steinbart (2009: 28) sistem informasi
akuntansi adalah:
“An accounting information system is a system that collect,
records, stores and processes data to prodece information for decision
makers”.
Pernyataan yang dikemukakan oleh Romney dan Steinbart
menjelaskan bahwa sistem informasi akuntansi merupakan sistem yang
mengumpulkan, mencatat, menyimpan dan memproses data sehingga
menghasilkan informasi untuk pengambilan keputusan.
Menurut Wilkinson (2000:7), bahwa sistem informasi adalah:
“Unified structure within an entity such as business firm that
employes phsycal resources and other components to transform
economics data into accounting information with purpose if satisfying
the information needs of variety of users”.
Definisi yang dijelaskan oleh Wilkinson menjelaskan bahwa sistem
informasi akuntansi adalah bersatunya sebuah struktur dalam entitas
seperti bisnis perusahaan yang memperkerjakan sumber daya dan
komponen lainnya untuk merubah data ekonomi ke informasi akuntansi
dengan tujuan memuaskan kebutuhan informasi para pengguna.
Analisis Faktor-Faktor..., Sri Isnaeni, Fakultas Ekonomi UMP, 2015
16
Menurut Jogiyanto (2008:227), bahwa sistem informasi akuntansi
adalah sebagai sistem informasi yang merubah data transaksi bisnis
menjadi informasi keuangan yang berguna bagi pemakainya. Menurut
Azhar Susanto (2008:72) sistem informasi akuntansi adalah kumpulan
(integrasi) dari sub-sub sistem/komponen baik fisik maupun non fisik
yang saling berhubungan dan bekerja sama satu sama lain secara
harmonis untuk mengolah data transaksi yang berkaitan dengan masalah
keuangan menjadi informasi keuangan. Definisi sistem informasi
akuntansi yang telah dikemukakan oleh beberapa ahli tersebut dikutip
dalam Nugerahmawati (2013).
5. Kinerja Sistem Informasi Akuntansi
Menurut Mahsun, Sulistiyowati, dan Purwanugraha (2006) dalam
Nurhayanti (2012) mengemukakan kinerja (performance) adalah
gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu
kegiatan/program/kebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi,
dan visi organisasi yang terutang dalam strategic planning suatu
organisasi. Menurut Wibowo (2007: 67) yang dikutip dalam
Nugerahmawati (2013) kinrja dapat dipandang sebagai berikut:
“Proses maupun hasil pekerjaan. Kinerja merupakan suatu proses
tentang bagaimana pekerjaan berlangsung untuk mencapai hasil kerja.
Namun hasil pekerjaan itu juga merupakan kinerja”.
Kinerja mengandung pengertian gambaran mengenai tingkat
pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan dalam periode tertentu. Kinerja
Analisis Faktor-Faktor..., Sri Isnaeni, Fakultas Ekonomi UMP, 2015
17
dalam organisasi merupakan jawaban dari berhasil atau tidaknya tujuan
organisasi yang telah ditetapkan. Secara umum istilah kinerja juga
digunakan untuk sebagian atau seluruh tindakan atau aktivitas dari suatu
organisasi pada suatu periode dengan referensi pada sejumlah standar
seperti biaya-biaya masa lalu atau diproyeksikan, dengan dasar efisiensi,
pertanggungjawaban atau akuntabilitas manajemen dan semacamnya.
Tujuan kinerja sistem informasi akuntansi adalah untuk
memberikan gambaran apakah suatu kinerja sistem yang ada sudah
sesuai dengan yang dibutuhkan serta sesuai dengan tujuan. Selain itu
kinerja bertujuan untuk evaluasi yang menekankan pada perbandingan
untuk pengembangan yang menekankan perubahan-perubahan pada
periode tertentu, pemeliharaan sistem, serta untuk dokumentasi
keputusan-keputusan bila terjadi peningkatan, yang dikutip dalam
Nugerahmawati (2013).
Untuk menilai kinerja sistem informasi akuntansi dapat dinilai dari
PIECES yaitu kerangka yang dikemukakan oleh Wetherbe (1994) dalam
Susanto (2008: 322) yang dikutip dalam Nugerahmawati (2013). PIECES
dapat digunakan sebagai dasar analisis tingkat kepentingan suatu masalah
atau efektifitas suatu solusi, yang terdiri dari beberapa kerangka kerja,
yaitu sebagai berikut:
a. Peformance
b. Information
c. Economy
Analisis Faktor-Faktor..., Sri Isnaeni, Fakultas Ekonomi UMP, 2015
18
d. Control
e. Efficiency
f. Service
Persoalan kinerja sistem informasi akuntansi tersebut dijelaskan
sebagai berikut :
a. Kinerja (performance)
Kebutuhan untuk meningkatkan kinerja (performance).
b. Informasi (information)
Kebutuhan untuk meningkatkan kualitas informasi atau data
(information).
c. Ekonomis (economy)
Kebutuhan untuk meningkatkan bidang ekonomi (economy).
d. Control atau pengendalian (control)
Kebutuhan untuk meningkatkan pengendalian (control) dan
keamanan.
e. Efisiensi (efficiency)
Kebutuhan untuk meningkatkan efisiensi (efficiancy) sumber daya
manusia dan mesin.
f. Pelayanan (service)
Kebutuhan untuk meningkatkan jasa/pelayanan (service) pada
pelanggan, rekanan, pegawai dan pihak-pihak lainnya.
Kehadiran sistem informasi telah memberikan begitu banyak
pengaruh terhadap sebuah organisasi, bukan hanya organisasi secara luas
Analisis Faktor-Faktor..., Sri Isnaeni, Fakultas Ekonomi UMP, 2015
19
namun pengaruh tersebut masuk hingga proses bisnis dan transaksi yang
dilakukan oleh organisasi. Penentu kepuasan dari pengguna adalah mutu
dari sistem dan informasi serta ketergantungan sistem tersebut didasarkan
pada kebutuhan dan harapan pengguna. Apabila harapan dan kebutuhan
dari pengguna sudah dipenuhi mutu informasi dan sistem yang
disediakan bernilai baik pada akhirnya akan mendukung kesuksesan dari
suatu suatu sistem informasi. Kesuksesan suatu sistem informasi akan
berdampak kepada organisasi, dimana beberapa faktor penentunya adalah
mutu sistem dan mutu informasi, Nugerahmawati (2013).
Menurut Almilia dan Briliantien (2006) dan Komara (2005) dalam
penelitiannya tentang kinerja sistem informasi akuntansi dapat diukur
dari kepuasan dan pemakaian sistem yaitu sebagai berikut :
a. Kepuasan Pemakai Sistem
Kepuasan pemakai sistem informasi Jen (2002) dalam Almilia
dan Briliantien (2006) mengatakan kepuasan pemakai sistem
informasi akuntansi dapat diukur dari kepastian dalam
mengembangkan apa yang mereka perlukan. Delone dan McLean
(1992) seperti yang dikutip oleh Soegiharto (2001) mengemukakan
ketika sebuah sistem diperlukan, penggunaan sistem akan menjadi
kurang dan kesuksesan manajemen dengan sistem informasi dapat
menentukan kepuasan pemakai.
Kebutuhan manusia sangat beraneka ragam, baik jenis maupun
tingkatnya, bukan manusia memiliki kebutuhan yang baik jenis
Analisis Faktor-Faktor..., Sri Isnaeni, Fakultas Ekonomi UMP, 2015
20
maupun tingkatnya, bahkan manusia memiliki kebutuhan yang
cenderung tak terbatas. Kepuasan kerja pada dasarnya merupakan
sesuatu yang bersifat individual. Setiap individu memiliki tingkat
kepuasan yang berbeda-beda sesuai dengan sistem nilai yang berlaku
pada dirinya.
Menurut Rival (2005) dalam Nugerahmawati (2013) kepuasan
kerja diartikan sebagai berikut:
“Segala sesuatu yang ingin dimilikinya, dicapai dan
dinikmati”.
Prajitno (2006) menyebutkan bahwa kepuasan pemakai seperti
berikut:
“Kepuasan pemakai yaitu seberapa jauh pemakai merasa puas
dan percaya pada sistem informasi yang diselesaikan oleh
perusahaan untuk memenuhi kebutuhan informasinya, serta
kesesuaian antara yang diharapkan dengan yang diperoleh”.
Kehadiran sistem informasi telah memberikan begitu banyak
pengaruh terhadap sebuah organisasi, bukan hanya organisasi secara
luas namun pengaruh tersebut masuk hingga proses bisnis dan
transaksi yang dilakukan oleh organisasi. Penentu kepuasan dari
pengguna adalah mutu dari sistem dan informasi serta
ketergantungan sistem tersebut didasarkan pada kebutuhan dan
harapan pengguna. Apabila harapan dan kebutuhan dari pengguna
sudah dipenuhi serta mutu informasi dan sistem yang disediakan
Analisis Faktor-Faktor..., Sri Isnaeni, Fakultas Ekonomi UMP, 2015
21
bernilai baik pada akhirnya akan mendukung kesuksesan dari suatu
sistem informasi. Kesuksesan suatu sistem informasi akan
berdampak kepada organisasi, dimana beberapa faktor penentunya
adalah mutu sistem dan mutu informasi.
Menurut Istianingsih (2009) dalam Wahyudin (2012) yang
dikutip dalam Nugerahmawati (2013) kepuasan pemakai terdiri dari
komponen sebagai berikut:
1. Content
Content yaitu mengukur kepuasan pemakai sistem dari sisi
apakah sistem menghasilkan informasi yang sesuai dengan
kebutuhan serta ditunjang dengan adanya kelengkapan modul
yang digunakan.
2. Accuracy
Accuracy adalah kepuasan pengguna dari sisi keakuratan data
ketika sistem mengolahnya menjadi sebuah informasi,
keakuratan itu diukur dari seberapa sering sistem tersebut
menghasilkan output yang salah ketika mengolah data.
3. Format
Format adalah mengukur kepuasan pemakai dari sisi tampilan
sistem. Apakah tampilan itu memudahkan pemakai ketika
menggunakan sistem tersebut serta tampilan keluaran yang
dihasilkan apakah sesuai dengan kebutuhan para pemakai.
Analisis Faktor-Faktor..., Sri Isnaeni, Fakultas Ekonomi UMP, 2015
22
4. Ease of use
Ease of use adalah mengukur kepuasan pemakai dari sisi
kemudahan pemakai dalam menggunakan sistem seperti proses
memasukan data dan mudah dalam mengoperasikan.
5. Timeliness
Timeliness adalah mengukur kepuasan pengguna dari sisi
ketepatan waktu sistem dalam menyajikan atau menyediakan
informasi yang dibutuhkan oleh pemakai.
Menurut Veithzal Rival (2005: 477) dalam Nugerahmawati
(2013) konteks kepuasan dapat ditinjau dari tiga sisi yaitu individu
akan merasa puas apabila dia mengalami:
1. Apabila hasil atau imbalan yang didapat atau diperoleh individu
tersebut lebih dari yang diharapkan. Masing-masing individu
memiliki target pribadi. Apabila mereka termotivasi untuk
mendapatkan target tersebut mereka akan bekerja keras.
Pencapaian hasil dari kerja tersebut akan membuat individu
merasa puas.
2. Apabila hasil yang dicapai lebih besar dari standar yang
ditetapkan. Apabila individu memperoleh hasil yang lebih besar
dari standar yang ditetapkan oleh perusahaan, maka individu
tersebut memiliki produktivitas yang tinggi dan layak
mendapatkan penghargaan dan perusahaan.
Analisis Faktor-Faktor..., Sri Isnaeni, Fakultas Ekonomi UMP, 2015
23
3. Apabila yang didapatkan oleh karyawan sesuai dengan
persyaratan yang diminta dan ditambah dengan ekstra yang
menyenangkan konsisten untuk setiap saat serta dapat
ditingkatkan setiap waktu.
b. Pemakaian Sistem Informasi
Dalam Almilia dan Briliantien (2006) penelitian yang
dilakukan oleh Hamilton dan Chervany (1981), Ives dan Olson
(1984) dalam Jen (2002) menunjukan sistem informasi yang banyak
digunakan menunjukan keberhasilan sebuah sistem informasi
manajemen. Sedangkan penelitian yang dilakukan Jahangir et al
(2000) dalam Jen (2002) menunjukan perbedaan penentuan
keberhasilan komputer adalah tidak berdiri sendiri sehingga
pemakaian sistem digunakan untuk melakukan penelitian mengenai
sistem informasi. Penggunaan dari sistem dan produk informasinya
kemudian mempunyai dampak atau pengaruh dipemakai individual
di dalam melakukan pekerjaannya dan dampak-dampak individu ini
secara kolektif akan berakibat pada dampak-dampak organisasional.
Penggunaan sistem informasi menunjukan frekuensi penggunaan dan
kesediaan menggunakan sistem (Choe, 1996) dalam Komara (2005).
Menurut Jogiyanto (2007: 19) yang dikutip dalam
Nugerahmawati (2013) pemakaian sistem informasi adalah
penggunaan keluaran suatu sistem informasi oleh penerima. Banyak
penelitian yang menggunakan proksi penggunaan laporan dari sistem
Analisis Faktor-Faktor..., Sri Isnaeni, Fakultas Ekonomi UMP, 2015
24
informasi sebagai pengukur kesuksesan sistem informasi. Dalam
Jogiyanto (2007: 39) mengungkapkan banyak sekali pengukuran
yang digunakan untuk mengukur keberhasilan sistem informasi.
Tidak ada satu pengukuran yang lebih baik dari pengukuran lainnya.
Pemilihan pengukuran harus mempertimbangkan beberapa aspek
misalnya sasaran dari penelitian, kontek organisasi yang
menggunakan, dan tingkat analisisnya apakah pada tingkat
individual, organisasi atau masyarakat. Dalam jogiyanto (2007: 41)
yang dikutip dalam Nugerahmawati (2013) terdapat pengukuran-
pengukuran dari pemakaian sistem yaitu terdiri dari :
1. Banyaknya penggunaan/durasi penggunaan
2. Kerutinan penggunaan
3. Sifat dari penggunaan:
- Digunakan untuk maksud yang diinginkan
- Ketepatan penggunaan
- Tipe informasi
Adapun penjelasan mengenai pengukuran di atas adalah sebagai
berikut :
1. Banyaknya penggunaan/durasi penggunaan
Untuk mengukur banyaknya penggunaan sistem dalam waktu
tertentu atau lama tidaknya menggunakannya sistem yang
disediakan.
Analisis Faktor-Faktor..., Sri Isnaeni, Fakultas Ekonomi UMP, 2015
25
2. Kerutinan penggunaan
Untuk mengetahui seberapa sering pemakai menggunakan
sistem informasi yang disediakan.
3. Sifat dari penggunaan
- Digunakan untuk maksud yang diinginkan
Untuk mengetahui apakah sistem yang sedang digunakan
memang benar sesuai dengan yang pemakai harapkan.
- Ketepatan penggunaan
Suatu sistem harus digunakan oleh user yang berwenang
sesuai dengan otoritas yang telah diberikan oleh perusahaan
sehingga user tidak melanggar batasan akses yang
ditetapkan.
- Tipe informasi
Apakah sistem menyediakan informasi yang berkualitas
artinya informasi membantu dalam memecahkan masalah,
terformat, dan akurat.
6. Faktor-Fakor yang Mempengaruhi Kinerja Sistem Informasi
Akuntansi
Agar tercipta suatu sistem informasi akuntansi yang baik artinya
sistem dapat berjalan seefektif mungkin dalam suatu perusahaan maka
terdapat beberapa prinsip diantaranya, mengenai costawareness,
maksudnya suatu sistem haruslah sesuai pengguna dan biaya yang
dikeluarkannya; usefull output, yaitu informasinya yang digunakan
Analisis Faktor-Faktor..., Sri Isnaeni, Fakultas Ekonomi UMP, 2015
26
haruslah dapat dimengerti, relevan dan akurat; flexible, suatu sistem
informasi akuntansi haruslah dapat mengakomodasikan keinginan dari
pengguna dan perubahan dari kebutuhan informasi yang diperlukan, yang
dikutip dalam Nugerahmawati (2013).
Menurut komara (2005) banyak faktor yang mempengaruhi kinerja
sistem informasi akuntansi yaitu sebagai berikut:
a. Keterlibatan pengguna dalam pengembangan sistem informasi
akuntansi
b. Kapabilitas personal sistem informasi
c. Ukuran organisasi
d. Dukungan manajemen puncak
e. Formalisasi pengembangan sistem
f. Pelatihan dan pendidikan pengguna
g. Komite pengendalian sistem informasi
h. Lokasi departemen sistem informasi
Dalam penelitian ini hanya 4 faktor yang akan diteliti oleh penulis,
diantaranya sebagai berikut:
a. Keterlibatan pemakai
b. Kemampuan teknik personal sistem informasi
c. Formalisasi pengembangan sistem informasi
d. Program pelatihan dan pendidikan pemakai
Analisis Faktor-Faktor..., Sri Isnaeni, Fakultas Ekonomi UMP, 2015
27
Adapun penjelasan mengenai ke-5 faktor tersebut adalah sebagai
berikut :
a. Keterlibatan Pemakai
Keterlibatan pemakai yaitu digunakan untuk menunjukan
intervensi personal yang nyata dari pemakai dalam pengembangan
sistem informasi, mulai dari tahap perencanaan, pengembangan,
sampai tahap implementasi sistem informasi. Keterlibatan pemakai
dapat meningkatkan kualitas sistem dan dapat meningkatkan
dukungan pemakai, Ermawati (2012).
Dalam Nugerahmawati (2013) menurut Susanto (2008: 254)
para pemakai sistem informasi sebagian besar merupakan orang-
orang yang hanya akan menggunakan sistem informasi yang telah
dikembangkan seperti operator dan manajer (end user). Para
pemakai akhir sistem informasi biasanya kurang begitu perhatian
dengan biaya yang dikeluarkan serta manfaat yang diperoleh
dibandingkan dengan pemilik sistem informasi. Perhatian utama dari
pemakai akhir sistem informasi tersebut adalah bagaimana agar
sistem informasi dapat membantu menyelesaikan pekerjaannya.
Menurut Soegiharto (2001) dalam Almilia dan Briliantien
(2006) bahwa keterlibatan pemakai secara signifikan berpengaruh
terhadap kinerja sistem informasi akuntansi. Ketika sebuah sistem
informasi diperlukan, penggunaan sistem akan menjadi kurang dan
Analisis Faktor-Faktor..., Sri Isnaeni, Fakultas Ekonomi UMP, 2015
28
kesuksesan manajemen dengan sistem informasi dapat menentukan
kinerja sistem informasi.
Beberapa alasan pentingnya keterlibatan user dalam
perencanaan dan pengembangan sistem informasi menurut Susanto
(2008: 369) yang dikutip dalam Nugerahmawati (2013) adalah
sebagai berikut:
1. Kebutuhan user
2. Pengetahuan akan kondisi lokal
3. Keengganan untuk berubah
4. User merasa terancam
5. Meningkatkan alam demokrasi
Lebih lengkap Susanto menerangkan pentingnya keterlibatan
pemakai dalam pengembangan sistem informasi sebagai berikut:
1. Kebutuhan pemakai
Pemakai adalah orang dalam perusahaan. Analisis sistem adalah
orang di luar perusahaan. Sistem informasi dikembangkan
bukan untuk pembuat sistem tapi untuk pemakai agar sistem
bisa diterapkan, sistem tersebut harus bisa menyerap kebutuhan
pemakai dan yang tahu kebutuhan pemakai adalah pemakai
sendiri, sehingga keterlibatan pemakai dalam pengembangan
sistem akan meningkatkan tingkat keberhasilan walaupun tidak
memberikan jaminan berhasil.
Analisis Faktor-Faktor..., Sri Isnaeni, Fakultas Ekonomi UMP, 2015
29
2. Pengetahuan akan kondisi lokal
Pemahaman terhadap lingkungan di mana sistem informasi
akuntansi akan ditetapkan perlu dimiliki oleh perancangan
sistem informasi, dan untuk memperoleh pengetahuan tersebut
perancang sistem harus meminta bantuan pemakai yang sangat
memahami lingkungan tempatnya bekerja.
3. Keengganan untuk berubah
Seringkali pemakai merasa bahwa sistem informasi disusun
tidak dapat dipergunakan dan tidak sesuai dengan kebutuhan.
Untuk mengurangi keengganan untuk berubah itu dapat
dikurangi bila pemakai terlibat dalam proses perancangan dan
pengembangan sistem informasi.
4. Pemakai merasa terancam
Banyak pemakai menyadari bahwa penerapan sistem informasi
komputer dalam organisasi mungkin saja mengancam
pekerjaannya, atau menjadikan kemampuan yang dimilikinya
tidak lagi relevan dengan kebutuhan organisasi. Keterlibatan
pemakai dalam proses perancangan dan pengembangan sistem
informasi merupakan salah satu cara menghindari kondisi yang
tidak diharapkan dari dampak penerapan sistem informasi
akuntansi dengan komputer.
Analisis Faktor-Faktor..., Sri Isnaeni, Fakultas Ekonomi UMP, 2015
30
5. Meningkatkan alam demokrasi
Makna dari demokrasi di sini adalah bahwa pemakai dapat
terlibat secara langsung dalam mengambil keputusan yang akan
berdampak kepada mereka. Penerapan sistem informasi berbasis
komputer tentu akan berdampak kepada para pegawai, oleh
karenanya diperlukan keterlibatan pemakai secara langsung
dalam proses perancangan sistem informasi akuntansi ini.
Teknik pada umumnya berhubungan dengan data dan
prosesnya, tetapi dalam kaitannya dengan pengembangan sistem
informasi, teknik Joint Application Development (JAD) adalah suatu
teknik baru yang berhubungan dengan manusia. JAD adalah suatu
kerja sama yang terstruktur antara pemakai sistem informasi,
manajer dan ahli sistem informasi untuk menentukan dan
menjabarkan permintaan pemakai, teknik-teknik yang dibutuhkan
dan unsur rancangan eksternal (input, output, tampilan). Tujuan dari
JAD adalah memberikan kesempatan pada user dan manajemen
untuk berpartisipasi secara luas dalam siklus pengembangan sistem
informasi.
Dalam hal ini partisipasi pemakai sistem informasi seperti
yang dikemukakan oleh Susanto (2008: 367) dapat dilihat dari:
1. Hubungan
2. Wawasan
3. Tanggungjawab
Analisis Faktor-Faktor..., Sri Isnaeni, Fakultas Ekonomi UMP, 2015
31
4. Waktu
5. Keinginan User
6. Nilai, kepuasan dan dukungan
7. Biaya
Berikut penjelasan mengenai indikator-indikator yang ada
sebagai berikut:
1. Meningkatkan hubungan antara user, manajemen dan ahli
sistem informasi
2. Memperluas wawasan user dan manajemen dalam bidang
komputer, disisi lain memperluas wawasan bisnis dan
aplikasinya bagi ahli sistem informasi
3. Meringankan beban tanggungjawab user dan manajemen bila
terjadi konflik
4. JAD umumnya juga mempersingkat waktu pengembangan
sistem informasi yang biasanya diperlukan untuk melakukan
berbagai wawancara, melalui satu pola kerja yang lebih
terstruktur
5. Melalui penentuan keinginan user yang lebih tepat dan
penentuan prioritas utama, maka pengguna JAD ini akan lebih
menghemat biaya.
6. JAD seringkali menghasilkan sistem informasi yang lebih
bernilai dan memberikan kepuasan yang lebih baik bagi user
maupun pihan manajemen, sehingga meningkatkan kepercayaan
Analisis Faktor-Faktor..., Sri Isnaeni, Fakultas Ekonomi UMP, 2015
32
dan dukungan user dan manajemen terhadap projek
pengembangan sistem informasi yang dilakukan.
7. Mengurangi biaya pemeliharaan, karena sejak versi pertama
dihasilkan, telah mampu memenuhi kebutuhan organisasi
umumnya.
Tidak semua keterlibatan pemakai ini membawa keberhasilan,
ada beberapa alasan yang menyebabkan terjadinya kegagalan
menurut Susanto (2008: 370) yang dikutip dalam Nugerahmawati
(2013) diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Tidak tepatnya pengetahuan yang dimiliki pemakai sehingga
tidak bersedia membuat keputusan atau memberikan
pandangannya, karena pemakai kurang memahami dampak dari
keputusan yang diambil.
2. Kurangnya pengalaman dalam menentukan keputusan karena
kultur lingkungan yang tidak mendukung dan kurangnya
dukungan dari organisasi dalam berpartisipasi untuk mengambil
keputusan.
3. Pengambilan keputusan tersebut terbatas pada tahan-tahapan
yang memungkinkan pemakai atau karyawan terlibat dalam
pengambilan keputusan.
4. Kurangnya kesempatan untuk melakukan uji coba dan
kurangnya kesempatan untuk belajar. Hal ini muncul karena
Analisis Faktor-Faktor..., Sri Isnaeni, Fakultas Ekonomi UMP, 2015
33
ketakutan akan tingginya biaya yang perlu dikeluarkan untuk
kegiatan tersebut.
b. Kemampuan Teknik Personal Sistem Informasi
Kemampuan merujuk ke kepastian individu untuk
mengerjakan berbagai tugas dalam pekerjaan tertentu. Itulah
penilaian tentang apa yang dapat dilakukan seseorang. Kemampuan
untuk melakukan fungsi pekerjaan sambil menerapkan atau
menggunakan pengetahuan penting. Kemampuan yang dibuktikan
melalui kegiatan atau perilaku yang diperlukan untuk melakukan
pekerjaan.
Menurut Robbins dan Judge (2008: 57) yang dialih
bahasakan oleh Angelica yang dikutip dalam Nugerahmawati (2013)
menjelaskan mengenai kemampuan sebagai berikut:
1. Kemampuan intelektual
Kemampuan yang dibutuhkan untuk menjalankan kegiatan
mental. Pekerjaan membebankan tuntutan-tuntutan berbeda
kepada pelaku untuk menggunakan kemampuan intelektual.
Singkat saja makin banyak tuntutan pemrosesan informasi
dalam pekerjaan tertentu, makin banyak kecerdaasan dan
kemampuan verbal umum yang dibutuhkan untuk dapat
menyelesaikan pekerjaan tersebut dengan sukses.
Analisis Faktor-Faktor..., Sri Isnaeni, Fakultas Ekonomi UMP, 2015
34
2. Kemampuan fisik
Khususnya bermakna penting bagi keberhasilan menjalankan
pekerjaan yang kurang menuntut keterampilan dan yang lebih
standar. Misalnya pekerjaan yang keberhasilannya menuntut
stamina.
Menurut Robbins (2008: 45) yang telah dialih bahasakan oleh
Angelica yang dikutip dalam Nugerahmawati (2013) kemampuan
pemakai sistem informasi dapat dilihat dari:
1. Pengetahuan (knowledge)
Pengetahuan sebagai pemakai sistem informasi dapat dilihat
dari:
- Memiliki pengetahuan mengenai sistem informasi akuntansi
- Memahami pengetahuan tugas dari pekerjaannya sebagai
pemakai sistem informasi.
2. Kemampuan (abilities)
Kemampuan senagai pemakai sistem informasi dapat dilihata
dari:
- Kemampuan menjalankan sistem informasi akuntansi yang
ada
- Kemampuan untuk mengekspresikan kebutuhan informasi
- Kemampuan untuk mengekspresikan bagaimana sistem
seharusnya
Analisis Faktor-Faktor..., Sri Isnaeni, Fakultas Ekonomi UMP, 2015
35
- Kemampuan mengerjakan tugas dari pekerjaan yang
menjadi tanggungjawab
- Kemapuan menyelaraskan pekerjaan dengan tugas
3. Keahlian (skills)
Keahlian sebagai pemakai sistem informasi dapat dilihat dari:
- Keahlian dalam pekerjaan yang menjadi tanggungjawab
- Keahlian dalam mengekspresikan kebutuhan-kebutuhannya
dalam pekerjaan.
Dalam hal melakukan pengembangan sistem informasi
setiap orang tidak semua akan menghasilkan keberhasilan. Ada
beberapa lasan mengapa pengembangan tidak berhasil seperti
kurangnya pengetahuan yang dimiliki pemakai. Selain itu
kemampuan pemakai dalam mengoperasikan sistem informasi yang
baru sangat dibutuhkan, hal ini penting dalam pengoperasian sistem
agar sistem dapat beroperasi secara maksimal, Nugerahmawati
(2013).
c. Formalisaasi Pengembangan Sistem Informasi
Formalisasi pengembangan sistem informasi merupakan suatu
organisasi yang cenderung untuk membentuk pengembangan sistem
informasi karena hal itu dibutuhkan untuk meningkatkan komunikasi
dan koordinasi antara pengembangan sistem dan pengguna atau
antara pengembangan sistem khusus, Ermawati (2012). Setyawan
(2013) menyatakan bahwa formalisasi pengembangan sistem
Analisis Faktor-Faktor..., Sri Isnaeni, Fakultas Ekonomi UMP, 2015
36
informasi berarti pemberitahuan akan tahap-tahap dari proses
pengembangan sistem yang tercatat secara sistematik dan secara
aktif melakukan penyesuaian terhadap catatan.
Menurut Almilia dan Briliantien (2006) faktor-faktor
formalisasi pengembangan sistem informasi antara lain sebagai
berikut:
- Laporan proyek pengembangan
- Dokumentasi pengembangan sistem
- Biaya pengembangan sistem
- Teknik
- Waktu pencatatan pengembangan dan pengenalan sistem baru.
Formalisasi pengembangan sistem informasi sangat tergantung
pada kesuksesan harapan antara sistem analis, pengguna, sponsor
dan customer. Perubahan dari sistem manual ke sistem komputerisasi
tidak hanya menyangkut perubahan teknologi tetapi juga perubahan
perilaku dan organisasional. Kegagalan pengembangan sistem
informasi baru diakibatkan tidak memperhatikan aspek
organisasional. Perubahan perilaku dan organisasional ini dapat
berupa pengembangan sistem, Davis (1998). Oleh karena itu
pengembangan sistem informasi memerlukan suatu perancanaan dan
implementasi yang hati-hati untuk menghindari adanya penolakan
terhadap sistem yang dikembangkan, Nurhayanti (2012).
Analisis Faktor-Faktor..., Sri Isnaeni, Fakultas Ekonomi UMP, 2015
37
d. Program Pelatihan dan Pendidikan Pemakai
Menurut Gomes (2001: 197) pelatihan adalah setiap usaha
untuk memperbaiki prestasi kerja pada suatu pekerjaan tertentu yang
sedang menjadi tanggung jawabnya. Idealnya, pelatihan harus
dirancang untuk mewujudkan tujuan-tujuan organisasi, yang pada
waktu bersamaan juga mewujudkan tujuan-tujuan para pekerja
secara perorangan. Pelatihan sering dianggap sebagai aktivitas yang
paling umum dan para pimpinan mendukung adanya pelatihan. Hal
ini dikarenakan melalui pelatihan, para pekerja akan menjadi lebih
terampil dan lebih produktif walaupun manfaat-manfaat tersebut
harus diperhitungkan dengan waktu yang tersita ketika pekerja
sedang dilatih, Handoko (2009).
Pelatihan menurut Garry Dessler (1997: 263) merupakan suatu
proses mengajarkan karyawan baru atau yang ada sekarang,
keterampilan dasar yang mereka butuhkan untuk menjalankan
pekerjaan mereka. Sedangkan menurut John R. Schermerhorn, Jr
(1999:323) pelatihan merupakan serangkaian aktivitas yang
memberikan kesempatan untuk mendapatkan dan meningkatkan
keterampilan yang berkaitan pekerjaan, Handoko (2009).
Berdasarkan beberapa definisi di atas maka dapat disimpulkan
bahwa program pelatihan dan pendidikan pemakai adalah suatu
proses pendidikan dalam jangka waktu tertentu yang mengajarkan
kepada karyawan baru maupun karyawan saat ini. Suatu
Analisis Faktor-Faktor..., Sri Isnaeni, Fakultas Ekonomi UMP, 2015
38
keterampilan dasar yang akan digunakan untuk membantu
melaksanakan pekerjaan mereka dan mencapai tujuan dari
perusahaan atau organisasi. Melalui program pelatihan dan
pendidikan, user diajarkan melaksanakan aktivitas atau pekerjaan
tertentu, misalnya cara menggunakan komputer untuk menginput
order masuk suatu barang atau lain sebagainya. Pelatihan terdidri
dari program-program yang dirancang untuk meningkatkan kinerja
pada level individu, kelompok, atau organisasi. Kinerja user yang
meningkat pada gilirannya akan meningkatkan kinerja sistem
informasi akuntansi keseluruhan, Handoko (2009).
Tujuan dari program pelatihan dan pendidikan umumnya
dilakukan untuk kepentingan karyawan, perusahaan, dan konsumen.
Menurut Moekijat (1991: 55) yang dikutip dalam Handoko (2009)
tujuan umum dari pelatihan adalah:
1. Untuk mengembangkan keahlian sehingga pekerjaan dapat
diselesaikan dengan lebih cepat dan lebih efektif.
2. Untuk mengembangkan pengetahuan sehingga pekerjaan dapat
diselesaikan secara rasional.
3. Untuk mengembangkan sikap, sehingga menimbulkan kerja
sama dengan teman-teman pegawai dan pimpinan.
Beberapa tujuan di atas merupakan penerapan program
pelatihan dan pendidikan untuk kepentingan karyawan dan untuk
kepentingan perusahaan. Tujuan dilaksanakannya pelatihan yakni
Analisis Faktor-Faktor..., Sri Isnaeni, Fakultas Ekonomi UMP, 2015
39
untuk memenuhi kebutuhan PSDM, penghematan, mengurangi
tingkat kerusakan dan kecelakaan, serta memperkuat komitmen
karyawan. Sedangkan untuk kepentingan konsumen program
pelatihan lebih diarahkan untuk meningkatkan pelayanan kepada
konsumen dan agar produk yang dihasilkan lebih baik.
Menurut Hariandja (2002: 168) dalam Handoko (2009) ada
beberapa alasan penting untuk diadakannya pelatihan, yaitu sebagai
berikut:
1. Karyawan yang baru direkrut sering kali belum memahami
secara benar bagaimana melakukan suatu pekerjaan.
2. Perubahan-perubahan lingkungan kerja dan tenaga kerja.
Perubahan disini meliputi perubahan dalam teknologi proses
seperti munculnya teknologi baru atau munculnya metode kerja
baru. Perubahan dalam tenaga kerja seperti semakin beragamnya
tenaga kerja yang memiliki latar belakang keahlian, nilai, sikap
yang berbeda memerlukan pelatihan untuk menyamakan sikap
dan perilaku terhadap pekerjaan.
3. Meningkatkan daya saing perusahaan dan memperbaiki
produktivitas. Saat ini daya saing perusahaan tidak hanya
dengan mengandalkan aset berupa modal yang dimiliki, tetapi
juga harus dengan sumber daya manusia yang menjadi elemen
paling penting untuk meningkatkan daya saing. Hal ini
Analisis Faktor-Faktor..., Sri Isnaeni, Fakultas Ekonomi UMP, 2015
40
disebabkan sumber daya manusia merupakan aspek penentu
utama daya saing yang baik.
4. Menyesuaikan dengan peraturan-peraturan yang ada, misalnya
standar pelaksanaan pekerjaan yang dikeluarkan oleh asosiasi
industri dan pemerintah, untuk menjamin kualitas produksi atau
keselamatan dan kesehatan kerja.
2.2 Penelitian Terdahulu
Penulis merujuk pada 4 penelitian terdahulu dalam melakukan
penelitian, yaitu sebagai berikut:
No Nama dan tahun
penelitian Variabel Hasil Penelitian
1 Nugerahmawati
(2013)
1. Partisipasi pemaakai
sistem informasi
2. kemampuan pemakai
sistem informasi
3. ukuran organisasi.
1. Berpengaruh
2. Berpengaruh
3. Tidak berpengaruh
2 Rasmadi (2011) 1. Keterlibatan pemakai
2. kemampuan teknik
personal sistem informasi
3. dukungan manajemen
puncak
4. formalisasi pengembangan
sistem informasi
5. program pelatihan dan
pendidikan.
1. Berpengaruh signifikan
2. berpengaruh positif dan
signifikan
3. tidak berpengaruh
signifikan
4. tidak berpengaruh
signifikan
5. tidak berpengaruh
signifikan.
Analisis Faktor-Faktor..., Sri Isnaeni, Fakultas Ekonomi UMP, 2015
41
3 Ermawati
(2012)
1. Keterlibatan pengguna
2. kemampuan teknik
personal sistem informasi
3. ukuran organisasi
4. dukungan manajemen
puncak
5. formalisasi pengembangan
sistem informasi
6. program pelatihan dan
pendidikan
7. keberadaan dewan
pengarah sistem informasi
8. lokasi departemen sistem
informasi.
1. berpengaruh positif
2. tidak berpengaruh
signifikan
3. tidak berpengaruh
signifikan
4. tidak berpengaruh
signifikan
5. berpengaruh positif
6. tidak berpengaruh
7. tidak berpengaruh
8. berpengaruh positif.
4 Sulastrini, dkk
(2014)
1. Partisipasi pemakai
2. kemampuan pemakai
3. ukuran organisasi
4. program pelatihan dan
pendidikan.
1. berpengaruh positif
2. berpengaruh positif
3. berpengaruh positif
4. berpengaruh
2.3 Kerangka Pemikiran
Berdasarkan perumusan masalah dan tujuan penelitian, maka secara
skematis dapat dibuat kerangka pemikiran sebagai berikut:
H1 (+)
H2 (+)
H3 (+)
H4 (+)
Keterlibatan Pemakai (X1)
Kemampuan Teknik Personal
Sistem Informasi (X2)
Formalisasi pengembangan
sistem informasi (X5)
Program Pelatihan dan
Pendidikan Pemakai (X6)
Kinerja Sistem
Informasi Akuntansi
Analisis Faktor-Faktor..., Sri Isnaeni, Fakultas Ekonomi UMP, 2015
42
2.4 Hipotesis
Hipotesis merupakan kesimpulan sementara terhadap masalah yang
diteliti yang masih dikaji kebenarannya dan perlu dibuktikan. Berdasarkan
uraian teori dan kerangka konseptual yang telah dikemukakan, maka
dirumuskan hipotesis sebagai berikut: Keterlibatan pemakai, kemampuan
teknik personal sistem informasi, dukungan manajemen puncak, formalisasi
pengembangan sistem informasi, program pelatihan dan pendidikan pemakai
berpengaruh positif terhadap kinerja sistem informasi akuntansi yang
dibentuk model kerangka pemikiran di atas maka dapat diajukan hipotesis
sebagai berikut:
Keterlibatan Pemakai
Keterlibatan pengguna merupakan keterlibatan dalam proses
pengembangan sistem oleh anggota organisasi atau anggota dari kelompok
pengguna target (Olson & Ives, 1981 dalam Choe, 1996). Jen (2002)
berpendapat bahwa keterlibatan pemakai yang semakin sering akan
meningkatkan kinerja SIA dikarenakan adanya hubungan yang positif antara
keterlibatan pemakai dalam proses pengembangan sistem informasi terhadap
kinerja SIA, yang dikutip dalam penelitian Nurhayanti (2012). Jika
keterlibatan pemakai dalam proses pengembangan sistem semakin baik, maka
kinerja sistem informasi akan semakin meningkat. Sebaliknya jika
keterlibatan pemakai dalam proses pengembangan sistem semakin buruk akan
menurunkan kinerja sistem informasi akuntansi.
Analisis Faktor-Faktor..., Sri Isnaeni, Fakultas Ekonomi UMP, 2015
43
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Nugerahmawati (2013)
menyatakan bahwa terdapat pengaruh antara keterlibatan pemakai terhadap
kinerja sistem informasi akuntansi. Maka hipotesis pertama pada penelitian
ini adalah sebagai berikut:
H1 : Terdapat pengaruh positif keterlibatan pemakai terhadap kinerja sistem
informasi akuntansi.
Kemampuan Teknik Personal Sistem Informasi
Anderson dalam Soegiharto (2001) mengusulkan potensi kontribusi
pengguna haruslah lebih tinggi selama tahap perencanaan dan implementasi
pengembangan sistem. Para pengguna lebih memahami teknologi, tugas dan
keputusan yang terlibat dan lingkungan sosial politik di mana sistem akan
digunakan, semakin besar kemungkinan mereka dapat berkontribusi untuk
pengembangan sistem. Pendidikan rata-rata atau tingkat pengalaman
kelompok pengguna sistem informasi dapat digunakan untuk mengukur
kemampuan personil sistem informasi Ives et al, dalam Sularso (2003).
Kemampuan teknis personel sistem informasi memiliki pengaruh besar pada
analisis informasi persyaratan dan desain sistem informasi. Sebagai contoh,
analis sitem yang kompeten memiliki efek positif pada penilaian kebutuhan
informasi, Huff dan Munro, 1985; McFarlan dan McKenncy 1983, dalam
Soegiharto (2001). Bruwer 1984 dalam Soegiharto (2001) juga menyarankan
bahwa kinerja sistem informasi terkait dengan kualitas teknis atau kualitas
desain dari sistem, yang merupakan tanggung jawab personil sistem. Jen
(2002) berpendapat bahwa semakin tinggi kemampuan teknik personal sistem
Analisis Faktor-Faktor..., Sri Isnaeni, Fakultas Ekonomi UMP, 2015
44
informasi akuntansi akan meningkatkan kinerja sistem informasi akuntansi
dikarenakan adanya hubungan yang positif antara kemampuan teknik
personal sistem informasi akuntansi dengan kinerja sistem informasi
akuntansi yang dikutip dalam Nurhayanti (2012).
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Rasmadi (2011) menyatakan
bahwa terdapat pengaruh positif dan signifikan antara kemampuan teknik
personal sistem informasi terhadap kinerja sistem informasi akuntansi. Maka
hipotesis kedua pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
H2 : Terdapat pengaruh positif kemampuan teknik personal sistem informasi
akuntansi terhadap kinerja sistem informasi akuntansi.
Formalisasi Pengembangan Sistem Informasi
Dalam Nurhayanti (2012) kesuksesan pengembangan sistem informasi
sangat tergantung pada kesuksesan harapan antara sistem analis, pengguna,
sponsor dan customer. Perubahan dari sistem manual ke sistem komputerisasi
tidak hanya menyangkut perubahan teknologi tetapi juga perubahan perilaku
dan organisasional. Kegagalan pengembangan sistem informasi baru
diakibatkan tidak memperhatikan aspek organisasional. Perubahan perilaku
dan organisasional ini dapat berupa pengembangan sistem Davis (1998). Oleh
karena itu pengembangan sistem informasi memerlukan suatu perencanaan
dan implementasi yang hati-hati untuk menghindari adanya penolakan
terhadap sistem yang dikembangkan. Jen (2002) berpendapat bahwa semakin
tinggi tingkat formalisasi pengembangan sistem informasi di perusahaan akan
meningkatkan kinerja sistem informasi akuntansi dikarenakan adanya
Analisis Faktor-Faktor..., Sri Isnaeni, Fakultas Ekonomi UMP, 2015
45
hubungan yang positif antara formalisasi pengembangan sistem dengan
kinerja sistem informasi akuntansi.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Ermawati (2012) menyatakan
bahwa terdapat pengaruh positif antara formalisasi pengembangan sistem
informasi terhadap kinerja sistem inforasi akuntansi. Maka hipotesis ke lima
pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
H3 : Terdapat pengaruh positif formalisasi pengembangan sistem informasi
terhadap kinerja sistem informasi akuntansi.
Program Pelatihan dan Pendidikan Pemakai
Jen (2002) berpendapat bahwa kinerja sistem informasi akuntansi akan
lebih tinggi apabila program pelatihan dan pendidikan pemakai
diperkenalkan. Sedangkan Brady dalam Soegiharto (2001) menyarankan
bahwa kurangnya pendidikan merupakan alasan utama kurangnya
pemanfaatan sistem informasi. Sebuah penelitian tentang keutamaan dari
sistem informasi yang dikemukakan oleh Forthe dalam Soegiharto (2001)
yaitu “pendidikan pengguna” sangat mempengaruhi kinerja sistem informasi
akuntansi, yang dikutip dalam Nurhayanti (2012).
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Sulastrini, dkk (2014) menyatakan
bahwa terdapat pengaruh antara program pelatihan dan pendidikan pemakai
terhadap kinerja sistem informasi akuntansi. Maka hipotesis ke-enam pada
penelitian ini adalah sebagai berikut:
H4 : Terdapat pengaruh positif program pelatihan dan pendidikan pemakai
terhadap kinerja sistem informasi akuntansi.
Analisis Faktor-Faktor..., Sri Isnaeni, Fakultas Ekonomi UMP, 2015