Post on 03-Dec-2020
13
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Perancangan
Perancangan suatu alat termasuk ke dalam metode rekayasa, sehingga
langkah-langkah perancangan akan mengikuti metode rekayasa. Salah satu
definisi teknik perancangan dikemukakan oleh Asimow dalam Wignyosoebroto
(1995) yang menyatakan bahwa teknik perancangan adalah aktivitas dengan
maksud tertentu menuju ke arah pemenuhan kebutuhan manusia, terutama yang
dapat diterima oleh faktor teknologi peradaban kita.
Dari pengertian tersebut jelas perancangan adalah :
1. Aktivitas dengan maksud tertentu.
2. Memiliki sasaran pada pemenuhan kebutuhan manusia.
3. Berdasarkan pada pertimbangan teknologi.
Ergonomi adalah suatu cabang ilmu sistematis untuk memanfaatkan
informasi-informasi mengenai kemampuan dan keterbatasan manusia untuk
merancang sistem kerja, sehingga manusia dapat hidup dan bekerja dalam sistem
yang baik, efektif, aman dan nyaman. Salah satu pendekatan yang dapat
digunakan untuk merancang fasilitas yang lebih ergonomis dilakukan dengan
pendekatan antropometri. Dengan pendekatan antropometri ini dapat diperoleh
rancangan pesawat pembawa toolsbox teknisi yang ergonomis dan disesuaikan
dengan ukuran tubuh teknisi, sehingga diperoleh dimensi pesawat pembawa yang
sesuai dengan kemampuan dan keterbatasan teknisi saat mobilisasi peralatan
service.
2.2 Pirolisis
Pirolisis berasal dari kata Pyro (Fire/Api) dan Lyo (Loosening/Pelepasan)
untuk dekomposisi termal dari suatu bahan organik. Pirolisis merupakan suatu
bentuk penguraian bahan organik secara kimia melalui pemanasan tanpa atau
sedikit oksigen atau reagen lainnya. Proses pirolisis atau devolatilisasi merupakan
14
proses perengkahan plastik pada suhu tinggi dimulai pada temperature sekitar
230oC (Mulyadi, 2010).
Perengkahan plastik pada suhu tinggi adalah proses paling sederhana
untuk daur ulang plastik. Pada senyawa yang berderajat polimerisasi tinggi,
pirolisis merupakan reaksi depolimerisasi dan pada suhu tinggi mengikuti
mekanisme radikal bebas. Reaksi ini melalui tiga tahap yaitu, tahap memulai,
tahap perambatan dan tahap penghentian. Pada proses ini material polimer atau
plastik dipanaskan pada suhu tinggi. Proses pemanasan ini menyebabkan struktur
makro molekul dari plastik terurai menjadi molekul yang lebih kecil dan
hidrokarbon rantai pendek terbentuk. Produk yang dihasilkan berupa fraksi gas,
residu padat dan fraksi cair yang mengandung parafin, olefin, napthan, dan
aromatis. Hasil proses pirolisis ini dipengaruhi oleh jenis dan karakteristik bahan
baku yang digunakan, waktu dan suhu proses (Ramadhan, 2012).
2.3 Value Engineering
Dalam sub bab ini akan dijelaskan mengenai sejarah rekayasa nilai,
definisi rekayasa nilai, rencana kerja rekayasa nilai, dan beberapa metode yang
digunakan dalam rekayasa nilai.
2.3.1 Sejarah Value Engineering
Analisis nilai (value analysis) dikenal pada waktu Perang Dunia ke-II,
saat itu perusahaan General Electric menghadapi kekurangan material dan tenaga
kerja untuk memproduksi komponen-komponen persenjataan untuk pesawat
terbang. Untuk menghadapi kesulitan tersebut, Lawrences D.Milles, salah seorang
ahli perusahaan tersebut mengembangkan suatu sistem yang disebut analisis nilai
yang dapat mengurangi biaya dan juga dapat meningkatkan hasil produksi.
Metode yang dikembangkan oleh Milles dikenal sebagai Teknik Analisis
Nilai (Value Analysis Technique) dan menjadi standar General Electric Company.
Pada tahun 1954, salah satu biro Departemen Pertahanan Amerika Serikat
menggunakan metode dari Milles yaitu Value Engineering. Pada tahun 1965, Biro
15
Reklame Amerika Serikat mulai menggunakan Rekayasa Nilai pada tahap
konstruksi dan perencanaannya.
Pada tahun 1972, Departement of Public Building Services
mengembangkan Value Engineering secara luas di mana ditentukan bahwa Value
Engineering Program merupakan keharusan bagi Construction Management
Services. Pada tahun 1975, Environmental Protection Agency (E.P.A) juga
mengharuskan penggunaan Value Engineering. Sekarang ini Rekayasa Nilai telah
dikenal dan dipraktekkan dibanyak negara Amerika Serikat termasuk di
Indonesia, Rekayasa nilai sudah diterapkan pada hampir semua bidang dengan
hasil yang memuaskan.
2.3.2 Definisi Value Engineering
Value Engineering adalah suatu penerapan yang sistematis dari sejumlah
teknik untuk mengidentifikasi fungsi-fungsi suatu produk baru dengan memberi
nilai terhadap masing-masing fungsi yang ada serta mengembangkan sejumlah
alternatif yang memungkinkan tercapainya fungsi tersebut dengan biaya total
minimum tanpa mengurangi penampilannya (Ulrich & Eppinger, 2001).
Menurut W. Zimmerman & Hart (1982) rekayasa nilai adalah suatu teknik
dan manajemen untuk mencapai keseimbangan fungsional terbaik antara biaya,
keandalan dan penampilan dari suatu sistem atau produk dengan menggunakan
pendekatan sistematis. Teknik Nilai atau Rekayasa Nilai (Value Engineering)
adalah salah satu teknik untuk mengendalikan biaya yang memiliki potensi
keberhasilan cukup besar, dengan menggunakan pendekatan analisa nilai terhadap
fungsinya. Dilakukan dengan cara menekankan pengurangan biaya sejauh
mungkin dengan tetap mempertahankan tingkat kualitas dan ketahanan sesuai
yang diharapkan (Soeharto, 2001)
Milles (1947) juga berpendapat bahwa rekayasa nilai adalah suatu
pendekatan yang bersifat kreatif dan sistematis dengan tujuan
mengurangi/menghilangkan biaya-biaya yang tidak diperlukan. Menurut Society
of American Value Engineering Rekayasa nilai adalah suatu teknik yang
16
diterapkan secara sistematis untuk fungsi suatu produk atau jasa, menentukan nilai
moneter dari fungsi tersebut serta memenuhinya dengan biaya minimum.
Dari definisi di atas terlihat bahwa teknik rekayasa nilai menggunakan
suatu pendekatan sistematis untuk mendefinisikan fungsi-fungsi yang diinginkan
dalam mendesain suatu sistem, produk, atau jasa, mengukur performansi fungsi-
fungsinya sehingga performansi akhir yang dihasilkan akan sama atau mendekati
performansi yang diinginkan pemakai dengan pertimbangan biaya yang lebih
optimal. Rekayasa nilai merupakan suatu teknik perancangan sistem yang
pendekatan sistematiknya dengan menggunakan teknik-teknik tertentu untuk :
1. Mengidentifikasi fungsi-fungsi yang diperlukan.
2. Mengembangkan alternatif-alternatif.
3. Menerapkan nilai-nilanya.
Setiap produk selalu mempunyai fungsi utama (basic function). Setiap
produk harus dapat atau memungkinkan untuk melakukan sesuatu. Namun pada
umumnya konsumen menginginkan sejumlah fungsi lain sebetulnya bersifat
sekunder. Selain fungsi tersebut, suatu produk juga mempunyai fungsi estetis.
2.3.3 Karakteristik Value Engineering
Adapun karakteristik Rekayasa Nilai menurut Zimmerman (1998) adalah
sebagai berikut :
1. Berorientasi pada sistem (System oriented)
Menganalisis produk atau proyek secara keseluruhan dengan melihat
keterkaitan antara komponen-komponennya dengan mengidentifikasikan
dan menghilangkan biaya-biaya yang tidak diperlukan.
Merancang produk yang dimulai dengan mengidentifikasikan fungsi-
fungsi yang dibutuhkan.
2. Pendekatan tim yang Multidisiplin (Multidisiplined team approach)
Proses perencanaan dilakukan oleh suatu kelompok yang terdiri dari
sejumlah ahli yang berasal dari berbagai disiplin ilmu dan konsultan
rekayasa nilai.
3. Berorientasi pada siklus hidup (Life cycle oriented)
17
Melakukan analisis terhadap biaya total untuk memiliki dan
mengoperasikan fasilitas selama hidupnya.
4. Suatu teknik yang terbukti (A proven management technique)
Menggunakan teknik-teknik manajemen tertentu yang telah terbukti
kualitasnya. Karakteristik di atas digunakan untuk mencapai tujuan
rekayasa nilai yaitu mendapatkan nilai optimal dan suatu produk atau
proyek.
5. Berorientasi pada fungsi (function oriented)
Untuk mencapai fungsi yang diperlukan sesuai dengan nilai yang
diperoleh.
Dari pengertian-pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa hasil yang
akan dicapai dalam rekayasa nilai merupakan; a) alternatif penggunaan
bahan/material, b) proses/prosedur, atau c) suatu rancangan/desain baru, dengan
pertimbangan alternatif tersebut akan memiliki nilai (value) yang lebih baik.
2.3.4 Konsep Nilai
Nilai dapat diidentifikasikan sebagai sejumlah uang yang dapat diterima
kembali dari suatu produk atau jasa. Dengan kata lain bahwa rekayasa nilai adalah
kegunaan atau manfaat yang dapat diberikan oleh suatu produk atau jasa. Didalam
studi rekayasa nilai dapat diuraikan tipe-tipe dari nilai (value), yaitu sebagai
berikut
1. Nilai Guna (Use Value)
Nilai ini mencerminkan seberapa besar kegunaan produk akibat
terpenuhinya suatu fungsi, di mana nilai ini tergantung dari sifat dan
kualitas produk.
2. Nilai Kebanggaan (Esteem Va1ue)
Nilai ini menunjukkan seberapa besar kemampuan produk untuk
memuaskan konsumen yang memilikinya. Kemampuan ini ditentukan
oleh sifat-sifat khusus dari produk seperti daya tarik, keindahan maupun
prestise dari produk tersebut.
18
2.3.5 Prinsip Dasar Value Engineering
Menurut Zimmerman (1998) pada dasarnya suatu produk dirancang
dengan tujuan utama untuk memenuhi kebutuhan dan memberikan kepuasan
kepada konsumen pemakai produk tersebut. Atribut yang terdapat pada produk
yang dipergunakan memenuhi kebutuhan dan memuaskan konsumen pemakainya
dinamakan fungsi (value). Sering terjadi bahwa perancang produk menciptakan
fungsi-fungsi pada produk secara berlebihan, sehingga adanya fungsi-fungsi yang
tidak atau kurang dibutuhkan ini berakibat timbulnya biaya tambahan yang tidak
dikehendaki (unnecessary cost). Nilai (value) dapat dirumuskan sebagai
perbandingan (ratio) antara performansi yang ditampilkan oleh suatu fungsi
terhadap biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkan fungsi yang terbaik. Nilai
dapat dinyatakan dengan perbandingan performansi dengan biaya sebagai berikut:
Jika dituliskan dengan rumus yaitu :
v p = c
Dari rumus di atas, nilai (value) merupakan suatu besaran yang tanpa
satuan, sedangkan biaya (cost) pada umumnya menggunakan Rupiah, sehingga
performansi satuannya juga merupakan Rupiah.
2.3.6 Teknik-teknik Value Enginering
Agar Value Engineering mencapai tujuannya, perlu penggunaan teknik-
teknik khusus. Teknikteknik tersebut berdasarkan atas pemahaman bahwa Value
Engineering sangat berkaitan dengan sikap dan perilaku manusita sebagai
pelakunya, masalah pengambilan keputusan dan pemecahan masalah. Teknik-
teknik tersebut ini di gunakan terutama untuk pekerjaan rekayasa desain pada
awal proyek, teknik-teknik yang terpenting adalah sebagai berikut : 1. Bekerja
Biaya
Performans=Nilai
19
atas dasar spesifik 2. Dapatkan informasi dari sumber terbaik 3. Hubungan antar
manusia 4. Kerjasama tim 5. Mengatasi rintangan (Soeharto. 1999).
2.3.7 Rencana Kerja Value Engienering
Rencana kerja Value Engineering merupakan sebuah alat yang baik guna
melakukan studi dari awal hingga akhir. Rencana ini dapat menjamin
pertimbangan terbaik yang telah diberikan pada semua aspek yang diperlukan
dalam suatu studi. Rencana kerja ini membagi studi tersebut dalam berbagai
elemen. Rencana kerja ini memungkinkan tim Value Engineering untuk bekerja
sama secara kreatif dan menganalisis perubahan-perubahan. Hal ini menunjang
tim tersebut untuk memilih alternatif yang terbaik. Rencana kerja ini
menyimpulkan rekomendasi-rekomendasi yang spesifik, dan berakhir dengan
usulan jadwal implementasi dan ringkasan dari keuntungan-keuntungan. Rencana
kerja dipisahkan dalam lima tahapan yang berbeda, dalam praktiknya tahapan-
tahapan tersebut cenderung untuk bergabung dan berkaitan yang satu terhadap
yang lain. Lima tahapan rencana kerja value engineering menurut Chandra (2014)
adalah :
1. Tahap Informasi (Information Phase)
2. Tahap Kreatif (Creative Phase)
3. Tahap Analisis (Judgement Phase)
4. Tahap Pengembangan (Development Phase)
5. Tahap Presentasi/rekomendasi (Presentation Phase)
Masing-masing tahap mempunyai tujuan tersendiri, dan saling berkaitan
dan tidak menutup kemungkinan jika sampai pada suatu tahap diperlukan akan
kembali ke tahap sebelumnya, seperti ditunjukkan pada gambar berikut:
2.3.7.1 Tahap Informasi (Information Phase)
Menurut Chandra (2014), tahap ini merupakan tahao awal dalam rencana
kerja value engineering yang bertujuan untk mendapatkan sebanyak mungkin
informasi mengenai sistem, struktur. Tim melaksanakan analisis fungsi dan
menentukan peringkat biaya relatif produk sebagai sistem dan sub-sistem untuk
20
mengidentifikasi wilayah-wilayah biaya yang berpotensi akan tinggi. Sehingga
dapat mengumpulkan sebanyak mungkin informasi dan pengetahuan rancangan
produk, seperti :
1. Asumsi-asumsi rancangan.
2. Batasan-batasan produk.
3. Kepekaan-kepekaan terhadap biaya.
4. Pengoperasian produk.
Batasan produk adalah batasan-batasan yang telah ditentukan sesuai
kebutuhan pemakai dan tidak boleh diubah. Kualitas dan kelengkapan informasi
yang disediakan oleh pemakai dan perancang secara langsung mempengaruhi
kualitas kajian nilai informasi yang diperlukan untuk kajian nilai berbeda untuk
setiap produk, namun secara umum dapat ditulis antara lain :
1. Kriteria rancangan (kebutuhan pemakai)
2. Elemen-elemen rancangan (bagian-bagian proses, komponen-komponen
produk)
3. Batasan-batasan yang telah ditentukan pada produk
4. Perhitungan-perhitungan perancangan
5. Orang-orang yang dapat dihubungi untuk mendapatkan informasi
(catatan konsultasi)
6. Buku-buku atau referensi yang digunakan sebagai informasi
7. Fungsi yang dibutuhkan
8. Kriteria-kriteria yang dipakai untuk menghitung kinerja
Teknik-teknik yang dapat digunakan dalam tahap informasi ini yaitu:
a. Kuesioner
Kuesioner adalah salah satu alat untuk mendapatkan data dan informasi
mengenai gejala-gejala suatu masalah. Kuesioner yang baik adalah
kuesioner yang pertanyaannya dapat memberikan respon seperti yang
diharapkan. Dalam kuesioner ini, pertanyaan-pertanyaan yang diajukan
harus jelas dan mudah dimengerti. Pada umumnya kuesioner berisi
21
pertanyaaan tentang fakta dan diketahui oleh responden atau juga
mengenai sesuatu.
b. Peramalan
Peramalan merupakan suatu teknik untuk mengumpulkan informasi
dengan cara meramalkan prospek dari proyek atau produk yang akan
didesain.
c. Arsip
Arsip adalah teknik pengumpulan informasi yang menggunakan data data
yang sudah ada pada perusahaan atau instansi yang berkaitan dengan
proyek atau produk yang akan didesain.
d. Wawancara
Wawancara adalah teknik pengumpulan informasi dengan cara bertatap
muka dan menanyakan secara langsung kepada responden atau sumber
informasi yang bersangkutan langsung dengan proyek atau produk yang
akan didesain.
e. Riset Pasar
Riset pasar merupakan teknik pencarian informasi dengan cara pencarian
informasi mengenai keadaan pasar secara umum, mencari
peluangpeluang yang akan digunakan guna meningkatkan keuntungan
perusahaan.
f. FAST (Functional Analysis Sistem Technique)
FAST (Function Analysis Sistem Technique) adalah teknik penyusunan
diagram secara sistematik untuk mengidentifikasikan fungsi-fungsi dan
menggambarkan hubungan antara fungsi-fungsi tersebut. Fungsi
dinyatakan sebagai gabungan kata kerja dan kata benda, misalnya
menahan benda.
Beberapa istilah yang digunakan dalam metode FAST adalah :
1. Fungsi utama
22
Fungsi ini merupakan fungsi bebas yang menggambarkan kegiatan mana
yang harus ditampilkan sistem. Tanpa fungsi ini sistem akan kehilangan
identitas.
2. Fungsi bebas
Fungsi ini keberadaannya tidak tergantung pada fungsi-fungsi lain dan
bisa berupa fungsi utama dan fungsi sekunder.
3. Fungsi ikutan
Fungsi ini juga disebut fungsi sekunder dan keberadaannya bergantung
pada fungsi lain yang lebih tinggi tingkatannya.
4. Fungsi jalur kritis
Fungsi jalur kritis adalah semua fungsi yang secara berurutan
menjelaskan bagaimana (how) dan mengapa (why) dan fungsi lain pada
urutan tersebut.
5. Fungsi pendukung
Fungsi ini adalah untuk meningkatkan penampilan dan fungsi-fungsi
pada jalur kritis.
6. Fungsi tingkat tinggi
Fungsi ini berada pada bagian paling kiri pada diagram FAST. fungsi
dasar merupakan fungsi tingkat tinggi yang berada dalam batas lingkup
masalah.
7. Fungsi tingkat rendah
Fungsi ini berada paling kanan dari fungsi lain pada diagram FAST.
8. Lingkup Masalah
Lingkup masalah adalah batas-batas pembebasan dari masalah yang
dihadapi. Pada diagram FAST, lingkup masalah ditunjukkan sebagai
daerah yang dibatasi oleh dua garis vertikal yang masing-masing
berbatasan dengan fungsi tingkat tinggi dan fungsi tingkat rendah.
Diagram FAST disusun berdasarkan hirarki fungsi. Fungsi tingkat tinggi
diletakkan sebelah kiri, sedangkan fungsi tingkat rendah diletakkan di sebelah
kanan. Pembuatan diagram FAST biasanya dimulai dan fungsi dasar yang telah
ditentukan sebelumnya. Fungsi dasar berada dalam lingkup masalah yang akan
23
dibahas, sedangkan fungsi tingkat tinggi dan tingkat rendah di luar batas lingkup
masalah. Fungsi-fungsi di luar batas lingkup masalah merupakan suatu keadaan
yang harus diterima. Penyusunan fungsi-fungsi dalam diagram FAST dilakukan
dengan menggunakan dua buah pernyataan, yaitu Bagaimana (how) dan Mengapa
(why).
Identifikasi fungsi dimulai dari fungsi dasar dengan melakukan
pertanyaan bagaimana fungsi dasar dilaksanakan. Pernyataan ini dijawab oleh
fungsi lain yang diletakkan di sebelah kanan fungsi dasar. Seterusnya dilakukan
pertanyaan yang sama terhadap fungsi baru tersebut, sehingga didapat fungsi baru
lain yang menjawab fungsi tadi. Pertanyaan ini dilakukan terus sampai didapat
sejumlah fungsi yang bisa mencerminkan masalah.
Kemudian dilakukan pertanyaan mengapa terhadap fungsi yang berada
paling kanan dalam batas lingkup masalah. Pertanyaan mengapa fungsi tersebut
harus diadakan dan akan dijawab oleh fungsi yang berada sebelah kiri fungsi yang
bersangkutan. Fungsi ini harus sama dengan fungsi yang didapat pada proses
pertama yang menggunakan pertanyaan bagaimana. Proses ini dilakukan sampai
didapat fungsi dasar sebagai jawabannya. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan
ketepatan penentuan fungsi-fungsi pada jalur kritis.
Teknik-teknik yang dipilih harus memenuhi kriteria sebagai berikut :
1. Sederhana
2. Waktu pelaksanaan singkat
3. Waktu mempelajari singkat
4. Informasi banyak dan luas
2.3.7.2 Tahap Kreatif (Creative Phase)
Chandara (2014) juga menjelaskan bahwa tahap ini bertujuan untuk
mengembangkan sebanyak mungkin alternatif yang bisa memenuhi fungsi
primernya. Kreativitas seseorang atau sekelompok orang sangat berperan dalam
mendapatkan alternatif-alternatif yang dibutuhkan. Kreatifitas seseorang sangat
berperan dalam mendapatkan alternatif-alternatif yang dibutuhkan suatu ide
kreatif biasanya dapat membawa ide-ide baru lainnya, ide bisa berupa :
24
a. Ide asli
b. Perbaikan terhadap suatu ide
c. Kombinasi beberapa ide
d. Pemakaian analogi
2.3.7.3 Tahap Analisis (Judgement Phase)
Chandra (2014) mengemukakan bahwa pada tahap ini dilakukan analisis
terhadap masing-masing ide yang didapat dari kreatif. Analisis bertujuan untuk
mengetahui kelebihan dan kelemahan dari masing-masing ide. Diusahakan untuk
dapat mengurangi bahkan menghilangkan kekurangan dari ide-ide tersebut.
Kadang kala hal ini dapat dicapai dengan menggabungkan dua atau lebih ide.
Pada keadaan ini kelebihan suatu ide dapat menghilangkan atau menutupi
kekurangan ide lainnya.
Ide baru yang merupakan gabungan dari beberapa ide tersebut
memerlukan informasi baru yang biasanya belum dipunyai, sehingga perlu
kembali ke tahap informasi baru yang dibutuhkan.
2.3.7.4 Tahap Pengembangan (Development Phase)
Chandra (2014) juga menjelasakan bahwa tujuan dari tahap pengembangan
yaitu mempersiapkan saran-saran (rekomendasi) final secara tertulis utuk
alternatif yang terpilih. Kemungkinan untuk diimplementasikan, termasuk
pertimbangan faktor-faktor teknis dan ekonomis yang mana alternatif tersebut
telah secara lengkap dikembangkan untuk memungkinkan diimplementasikan.
Mengembangkan desain usulan dari rekayasa nilai, desain usulan dapat berupa
prototype, mode atau gambar.
2.3.7.5 Tahap Presentasi/rekomendasi (Presentation Phase)
Chandra (2014) menjelaskan bahwa tahap ini merupakan tahap terakhir
dan sangat menentukan dari rangkaian rencana kerja rekayasa nilai. Pada tahap ini
disajikan laporan lengkap hasil evaluasi serta rekomendasi terhadap alternatif
25
terpilih yang memperlihatkan kelebihan-kelebihan serta keuntungan-keuntungan
dari alternatif terpilih.
2.4 Tujuan dan Manfaat Penerapan Rekayasa Nilai
Berawi (2014) mengemukakan bahwa tujuan rekayasa nilai adalah
membedakan dan memisahkan antara yang diperlukan dan tidak diperlukan
dimana dapat dikembangkan alternatif yang memenuhi keperluan dan
meninggalkan yang tidak perlu dengan biaya terendah tetapi kinerjanya tetap
sama atau bahkan lebih baik. Diharapkan dari penerapan teknik nilai tersebut
diperoleh penghematan diantaranya :
1. Penghematan biaya
2. Penghematan waktu
3. Penghematan bahan dengan memperhatikan aspek kualitas dari produk
jadi.
Sedangkan manfaat dari value engineering menurut Berawi (214) adalah
berkurangnya biaya proyek, meningkatnya kinerja proyek, meningkatnya kualitas
proyek,kepuasan pelanggan/pemilik proyek, komunikasi antar pihak yang terlibat
lebih baik,terciptanya banyak ide kreatif dan inovasi, meningkatnya efisiensi, nilai
proyek yang lebih baik meningkatnya produktivitas.
2.5 Pengertian Nilai
Pengertian nilai dapat dibedakan atas
1. Nilai bagi pemakai produk
2. Nilai bagi pembuat produk
Nilai bagi konsumen merupakan ukuran sampai sejauh mana pemakai
bersedia mengorbankan sesuatu untuk memiliki suatu produk. Sedangkan nilai
bagi produsen menunjukkan pengorbanan produsen dalam menawarkan suatu
produk kepada konsumennya. Pengertian nilai masih dapat dibedakan lagi
menjadi :
1. Nilai kegunaan : mengartikan tingkat kegunaan dan pelayanan yang
dapat diberikan oleh suatu produk.
26
2. Nilai prestise : nilai yang mengaitkan suatu produk dengan image yang
menyebabkan daya tarik untuk memilikinya.
3. Nilai tukar : merupakan ukuran pengorbanan finansial yang diberikan
konsumen untuk dapat memiliki suatu produk.
4. Nilai biaya : merupakan hasil penjumlahan dari biaya-biaya seperti
bahan, tenaga, biaya tidak langsung, dan biaya yang harus dikeluarkan
untuk membuat produk tersebut.
2.6 Pengertian Biaya
Biaya (cost) adalah jumlah semua usaha dan pengeluaran yang
dilakukan dalam mengembangkan, memproduksi dan mengaplikasikan produk
(Soeharto, 2001). Produsen selalu memikirkan akibat dari adanya biaya terhadap
kualitas, ketahanan, dan pemeliharaan karena akan berpengaruh pada biaya bagi
pemakai. Biaya adalah sesuatu yang harus diberikan atau didahulukan (diberikan
pada awal) untuk mendapatkan barang dan atau jasa. Biaya adalah sesuatu yang
harus dibayarkan oleh pembeli dan biasanya berupa sejumlah uang. Biaya terbesar
yang sering mengandung biaya tidak perlu antara lain :
1. Material, secara singkat adalah biaya yang dikeluarkan untuk membeli
material seperti berupa kayu, besi, baja, batu, pasir dan sebagainya, serta
instrumen atau bagian-bagian lain yang siap dipakai.
2. Tenaga kerja, adalah biaya yang dikeluarkan untuk mengolah bahan baku
menjadi produk jadi. Biaya tenaga kerja diperhitungkan terhadap waktu
kerja.
3. Overhead, terdiri dari macam-macam elemen, seperti pembebanan bagi
operasi perusahaan misalnya pemasaran, kompensasi pimpinan, sewa
kantor,termasuk pajak, asuransi, administrasi.
2.7 Populasi
Menurut Nawawi Margono, (2004), populasi adalah seluruh data yang
menjadi perhatian kita dalam suatu ruang lingkup dan waktu yang kita tentukan.
Jadi populasi berhubungan dengan data, bukan manusianya. Kalau setiap manusia
27
memberikan suatu data maka, maka banyaknya atau ukuran populasi akan sama
dengan banyaknya manusia. Persoalan populasi penelitian harus dibedakan ke
dalam sifat berikut ini:
1. Populasi yang bersifat homogen, yakni populasi yang unsur-unsurnya
memiliki sifat yang sama, sehingga tidak perlu dipersoalkan jumlahnya
secara kuantitatif. Misalnya, seorang dokter yang akan melihat golongan
darah seseorang, maka ia cukup mengambil setetes darah saja. Dokter itu
tidak perlu satu botol, sebab setetes dan sebotol darah, hasilnya akan
sama saja.
2. Populasi yang bersifat heterogen, yakni populasi yang unsurunsurnya
memiliki sifat atau keadaan yang bervariasi, sehingga perlu ditetapkan
batas-batasnya, baik secara kualitatif maupun secara kuantitatif.
Penelitian di bidang sosial yang objeknya manusia atau gejala-gejala
dalam kehidupan manusia menghadapi populasi yang heterogen.
Populasi adalah kumpulan dari individu dengan kualitas serta ciri-ciri
yang telah ditetapkan. Kualitas atau ciri tersebut dinamakan variabel. Sebuah
populasi dengan jumlah individu tertentu dinamakan populasi finit sedangkan, jika
jumlah individu dalam kelompok tidak mempunyai jumlah yang tetap, ataupun
jumlahnya tidak terhingga, disebut populasi infinit. Misalnya, jumlah petani dalam
sebuah desa adalah populasi finit.
2.8 Sampel
Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi Sugiyono, (2001). Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin
mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan dana,
tenaga dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari
populasi itu. Apa yang dipelajari dari sampel itu, kesimpulannya akan
diberlakukan untuk populasi. Untuk itu sampel yang diambil dari populasi harus
representatif.
Penggunaan sampel dalam kegiatan penelitian dilakukan dengan berbagai
alasan Margiono, (2004), alasan tersebut, yaitu:
28
1. Ukuran populasi
Dalam hal populasi tak terbatas (tak terhingga) berupa parameter yang
jumlahnya tidak diketahui dengan pasti, pada dasarnya bersifat konseptual.
Karena itu sama sekali tidak mungkin mengumpulkan data dari populasi seperti
itu. Demikian juga dalam populasi terbatas (terhingga) yang jumlahnya sangat
besar, tidak praktis untuk mengumpulkan data dari populasi 50 juta murid sekolah
dasar yang tersebar di seluruh pelosok Indonesia, misalnya.
2. Masalah biaya
Besar-kecilnya biaya tergantung juga dari banyak sedikitnya objek yang
diselidiki. Semakin besar jumlah objek, maka semakin besar biaya yang
diperlukan, lebih-lebih bila objek itu tersebar di wilayah yang cukup luas. Oleh
karena itu, sampling ialah satu cara untuk mengurangi biaya.
3. Masalah waktu
Penelitian sampel selalu memerlukan waktu yang lebih sedikit daripada
penelitian populasi. Sehubungan dengan hal itu, apabila waktu yang tersedia
terbatas, dan kesimpulan diinginkan dengan segera, maka penelitian sampel,
dalam hal ini, lebih tepat.
4. Percobaan yang sifatnya merusak
Banyak penelitian yang tidak dapat dilakukan pada seluruh populasi
karena dapat merusak atau merugikan. Misalnya, tidak mungkin mengeluarkan
semua darah dari tubuh seseorang pasien yang akan dianalisis keadaan darahnya,
juga tidak mungkin mencoba seluruh neon untuk diuji kekuatannya. Karena itu
penelitian harus dilakukan hanya pada sampel.
5. Masalah ketelitian
Masalah ketelitian adalah salah satu segi yang diperlukan agar
kesimpulan cukup dapat dipertanggungjawabkan. Ketelitian, dalam hal ini
meliputi pengumpulan, pencatatan, dan analisis data. Penelitian terhadap populasi
belum tentu ketelitian terselenggara. Boleh jadi peneliti akan bosan dalam
melaksanakan tugasnya. Untuk menghindarkan itu semua, penelitian.
Adapun cara penentuan sampel yaitu :
29
1. Menurut Nawawi Margono, (2004) memberikan cara untuk memperoleh
jumlah sampel minimal yang harus diselidiki dengan menggunakan
rumus:
[
]
Keterangan:
n = Jumlah sampel
= Sama dengan atau lebih besar
p = Proporsi populasi persentase kelompok pertama
q = Proporsi sisa di dalam populasi
Z 1/2 = Derajat koefisien konfidensi pada 99% dan 95%
b= Persentase perkiraan kemungkinan membuat kekeliruan dalam
menentukan ukuran sampel
2. Rumus untuk menentukan ukuran sampel Notoatmodjo, (2003).Rumus
sederhana adalah sebagai berikut:
N
n =
Nd2 + 1
N : besarnya populasi
n : besarnya sampel
d : tingkat kepercayaan / ketepatan yang diinginkan 5%.
3. Rumus yang dikemukakan oleh Sugiyono (2001) yaitu yang tidak
diketahui simpangan bakunya dan yang kedua yang diketahui simpangan
bakunya, berikut rumus penentuan sampel :
[
]
Keterangan
n = Ukuran sampel yang diperlukan
30
b = Perbedaan antara yang ditaksir dengan tolok ukur penafsiran
z = Harganya tergantung pada taraf kepercayaan yang ditetapkan.
= Simpangan baku
2.9 Validitas
Pendefinisian uji validitas dapat diawali dengan melihat secara etimologi,
validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti sejauh mana ketepatan
dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Suatu tes atau
instrumen pengukur dapat dikatakan mempunyai validitas yang tinggi apabila alat
tersebut menjalankan fungsi ukurnya, atau memberikan hasil ukur yang sesuai
dengan maksud dilakukannya pengukuran tersebut. Tes yang menghasilkan data
yang tidak relevan dengan tujuan pengukuran dikatakan sebagai tes yang memiliki
validitas rendah Azwar, (2000). Dalam teori skor-murni klasikal, pengertian
validitas dapat dinyatakan sebagai sejauh mana skor tampak atau skor perolehan
mendekati besar skor murni. Skor tampak tidak akan sama dengan skor murni
kecuali alat ukur yang bersangkutan mempunyai validitas yang sempurna.
Semakin skor perolehan mendekati skor murni maka semakin tinggi validitasnya,
dan sebaliknya.
Untuk penentuan validitas dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
[ ∑ (∑ ) (∑ )
√* ∑ (∑ ) +* ∑ (∑ ) +]
dimana : r = korelasi
X = skor setiap item
Y = skor total
n = ukuran sampel
Penentuan pengklasifikasian validitas yang dikemukakan oleh (Guilford ,
1956) adalah sebagai berikut:
0,80 < r < 1,00 validitas sangat tinggi (sangat baik)
0,60 < r < 0,80 validitas tinggi (baik)
0,40 < r < 0,60 validitas sedang (cukup)
0,20 < r < 0,40 validitas rendah (kurang)
31
0,00 < r < 0,20 validitas sangat rendah (jelek) rxy
0,00 tidak valid
2.10 Reliabilitas
Dari segi bahasa, reliabilitas merupakan penerjemahan dari kata
reliability yang mempunyai asal kata rely dan ability. Bila digabungkan, kedua
kata tersebut akan mengerucut kepada pemahaman tentang kemampuan alat ukur
untuk dapat dipercaya dan menjadi sandaran pengambilan keputusan. Oleh
Anastasi dan Urbina, (1997) dalam konteks ini reliabilitas alat tes akan menunjuk
kepada sejauh mana perbedaan-perbedaan individual dalam skor tes dapat
dianggap disebabkan oleh perbedaan-perbedaan sesungguhnya dalam karakteristik
yang dipertimbangkan dan sejauh mana dapat dianggap disebabkan oleh
kesalahan peluang.
Suryabrata, (2000) menyatakan bahwa dalam arti yang paling luas,
reliabilitas alat ukur menunjuk kepada sejauh mana perbedaan-perbedaan skor
perolehan mencerminkan perbedaan atribut yang sebenarnya. Reliabilitas alat
ukur yang juga menunjukkan derajad kekeliruan pengukuran tidak dapat
ditentukan dengan pasti melainkan hanya dapat diestimasi. Estimasi reliabilitas
alat ukur dapat dicapai dengan menggunakan tiga metode. Ketiga metode yang
dimaksud adalah, metode “retest” atau tes ulang, metode “alternate form” atau
tes paralel dan metode “split-half” atau metode konsistensi internal Guilford.
Untuk penentuan reabilitas dengan menggunakan rumus sebagai berikut
:
[
∑
]
dengan:
r = koefisien reliabilitas
n = banyaknya butir soal.
= varians skor soal ke-i.
= varians skor total.
32
Untuk menentukan reabilitas Kategori koefisien reliabilitas (Guilford,
1956) adalah sebagai berikut:
0,80 < r ≤ 1,00 reliabilitas sangat tinggi
0,60 < r ≤ 0,80 reliabilitas tinggi
0,40 < r ≤ 0,60 reliabilitas sedang
0,20 < r ≤ 0,40 reliabilitas rendah
-1,00 r ≤ 0,20 reliabilitas sangat rendah (tidak reliable)
2.11 Antropometri
Antropometri adalah ilmu yang mempelajari tentang bentuk dan ukuran
tubuh manusia. Data antropometri digunakan untuk berbagai keperluan seperti
perancangan lingkungan kerja (workplaces), fasilitas kerja, dan lain-lain agar
diperoleh ukuran-ukuran yang sesuai dan layak dengan dimensi ukuran anggota
tubuh manusia yang akan menggunakannya. Hal ini dilakukan agar tercapai suatu
kondisi yang nyaman, aman, dan sehat bagi manusia dan tentunya juga dapat
menciptakan kondisi kerja yang efisien dengan hasil yang efektif atau dengan kata
lain adalah untuk mencapai keadaan yang ergonomis. Antropometri secara lebih
luas digunakan sebagai pertimbangan ergonomis dalam proses perencanaan
produk maupun sistem kerja yang memerlukan interaksi manusia. Data
antropometri yang berhasil diperoleh akan diaplikasikan secara lebih luas antara
lain dalam hal perancangan areal kerja (work station), perancangan alat kerja dan
perancangan lingkungan fisik. Berdasarkan hal tersebut maka dapat disimpulkan
bahwa data antropometri akan menentukan bentuk, ukuran, dan dimensi yang
tepat berkaitan dengan produk yang akan dirancang sesuai dengan manusia yang
akan mengoperasikan atau menggunakan produk tersebut. Untuk gambar dan
tabel Antropometri tubuh manusia bisa dilihat pada Lampiran 1, berdasarkan
referensi jurnal “Data Antropometri Masyarakat Indonesia serta Dimensionalnya,
Nurmianto, (1991)”.
A. Aplikasi Data Antropometri Perancangan Produk atau Fasilitas Kerja
Data antropometri untuk berbagai ukuran anggota tubuh baik yang diukur
dalam posisi tetap (structural body dimension) ataupun posisi bergerak dinamis
33
sesuai dengan fungsi yang bisa dikerjakan oleh anggota tubuh tersebut (functional
body dimension) dan dikelompokan berdasarkan nilai persentil dari populasi
tertentu akan sangat bermanfaat untuk menentukan ukuran-ukuran yang harus
diakomodasikan pada saat perancangan sebuah produk, fasilitas kerja maupun
stasiun kerja. Dalam hal ini ada dua dimensi rancangan yang akan dijadikan dasar
menentukan minimum dan maksimum ukuran yang umum ingin ditetapkan, yaitu:
1. Dimensi jarak ruangan (clearance dimensions), yaitu dimensi yang
diperlukan untuk menentukan minimum ruang (space) yang diperlukan
orang untuk dengan leluasa melaksanakan aktivitas dalam sebuah stasiun
kerja baik pada saat mengoperasikan maupun harus melakukan
perawatan dari fasilitas kerja yang ada. Jarak ruangan (clearance) dalam
hal ini dirancang dengan menetapkan dimensi ukuran rata-rata tubuh dari
populasi pemakai yang diharapkan. Pada saat kita merancang ukuran
panjang dan lebar material handling, maka disini dimensi ukuran
panjang dan lebarnya akan ditentukan berdasarkan data antropometri.
2. Dimensi jarak jangkauan (reach dimension), yaitu dimensi yang
diperlukan untuk menentukan maksimum ukuran yang harus ditetapkan
agar mayoritas populasi akan mampu menjangkau dan mengoperasikan
peralatan kerja material handling secara mudah dan tidak memerlukan
usaha (effort) yang terlalu memaksa. Disini jarak jangkauan akan
ditetapkan berdasarkan ukuran rata-rata tubuh dari populasi pemakai
yang diharap.
Ada tiga filosofi dasar perancangan yang bisa dipilih sesuai dengan
tuntutan kebutuhan data antropometri yaitu:
a. Rancangan untuk ukuran rata-rata (design for average), yang banyak
dijumpai dalam perancangan produk atau fasilitas yang dipakai untuk
umum (public facilities) yang akan dipakai oleh orang banyak.
b. Rancangan untuk ukuran ekstrim (design for extreem), yang ditujukan
untuk mengakomodasikan mereka yang memiliki ukuran yang terkecil
atau yang terbesar (dipilih salah satu) dengan oritentasi mayoritas
populasi akan bisa terakomodasi oleh rancangan yang dibuat.
34
c. Rancangan untuk ukuran yang bergerak dari satu ekstrim ke ekstrim
ukuran yang lain (design for range), yang diaplikasikan untuk
memberikan fleksibilitas ukuran (karena ukuran mampu diubah-ubah)
sehingga mampu digunakan oleh mereka yang memiliki ukuran tubuh
terkecil maupun yang terbesar (biasanya akan memakai ukuran dari
range percentil 5th
dan 95th
).
Selanjutnya untuk mengaplikasikan data antropometri dalam proses
perancangan ada beberapa langkah dan sistematika prosedur yang harus ditempuh
yang dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Tentukan terlebih dahulu mayoritas (potensi) dari populasi yang
diharapkan akan memakai atau mengoperasikan produk atau fasilitas
rancangan yang akan dibuat (seperti yang dilakukan dalam langkah
penetapan target dan segmentasi pasar).
b. Tentukan proporsi dari populasi (percentil) yang harus diikuti.
c. Tentukan bagian-bagian tubuh dan dimensinya yang akan terkait dengan
rancangan yang dibuat.
d. Tentukan prinsip ukuran yang harus diikuti apakah rancangan tersebut
untuk ukuran ekstrim, rentang ukuran yang fleksibel (range), ataukah
menggunakan ukuran rata-rata.
e. Aplikasikan data antropometri yang sesuai dan tersedia.
Hasil rancangan yang dibuat dituntut dapat memberikan kemudahan dan
kenyamanan bagi si pemakai. Oleh karena itu, rancangan yang akan dibuat harus
memperhatikan faktor manusia sebagai pemakainya. Faktor manusia ini
diantaranya dipelajari dalam ergonomi (antropometri). Beberapa hal yang perlu
diperhatikan dalam membuat suatu rancangan selain faktor manusia, antara lain:
B. Analisa Teknik
Banyak berhubungan dengan ketahanan, kekuatan, kekerasan dan
seterusnya. analisis teknik sebagai teknik penelitian yang objektif, sistematis, dan
deskripsi kuantitatif dari apa yang tampak dalam sebuah produk. Analisis teknik
dapat di pergunakan pada teknik kuantitatif maupun kualitatif, tergantung pada
sisi mana peneliti memanfaatkannya.
35
C. Analisa Ekonomi
Berhubungan perbandingan biaya yang harus dikeluarkan dan manfaat
yang akan diperoleh. Analisis ekonomi merupakan salah satu analisis yang
digunakan pada model teknik fundamental. Analisis ini cenderung digunakan
untuk mengetahui keadaan-keadaan yang bersifat makro dari suatu keadaan
ekonomi. Ketika jumlah uang yang beredar semakin tinggi, maka terdapat
kecenderungan meningkatnya kegiatan perekonomian secara keseluruhan. Hal ini
dikarenakan perusahaan-perusahaan mendapatkan supply uang yang lebih tinggi
dari biasanya. Ketika supply uang tinggi, maka kegiatan operasional yang bersifat
profit oriented juga akan meningkat dan otomatis akan membuat laba perusahaan
meningkat pula. Hal ini pada gilirannya nanti akan meningkatkan return saham
dari perusahaan yang bersangkutan.
D. Analisa Pemasaran
Berhubungan dengan jalur distribusi produk atau hasil rancangan
sehingga dapat sampai kepada konsumen. Pemasaran adalah aliran produk secara
fisis dan ekonomik dari produsen melalui pedagang perantara ke konsumen.
Pemasaran melibatkan banyak kegiatan yang berbeda yang menambah nilai
produk pada saat produk bergerak melalui sistem tersebut. Kegiatan-kegiatan
dalam usaha pemasaran tidak hanya kegiatan memindahkan barang atau jasa dari
tangan produsen ke tangan konsumen saja dengan sistem penjualan, tetapi banyak
kegiatan lain yang juga dijalankan dalam kegiatan pemasaran.
E. Analisa Nilai
Analisa nilai adalah suatu prosedur untuk mengidentifikasikan ongkos-
ongkos yang tidak ada gunanya (tidak perlu).
Terdapat tiga tipe perancangan dalam pendekatan antropometri, yaitu :
a. Perancangan untuk pemakaian nilai ekstrim.
Contohnya: data dengan persentil ekstrim minimum 5% dan data ekstrim
maksimum 95%.
b. Perancangan pemakaian nilai rata-rata.
36
Contohnya: data dengan persentil 50%.
c. Perancangan untuk pemakaian yang dapat disesuaikan.
2.10.1 Penyebab Variabilitas Antropometri
Perbedaan antara suatu populasi dengan populasi yang lain adalah
dikarenakan oleh beberapa faktor-faktor ,yaitu keacakan, jenis kelamin, suku
bangsa, usia, jenis pekerjaan, faktor kehamilan pada wanita, cacat tubuh secara
fisik. Faktor-faktor tersebut sangat mempengaruhi data antropometri yang
nantinya akan digunakan sebagai acuan dalam membuat perancangan suatu
produk.
a. Keacakan
Dalam butir pertama ini walau pun telah terdapat dalam suatu kelompok
populasi yang sudah jelas sama jenis kelamin, suku bangsa, kelompok usia dan
pekerjaan, namun masih akan ada perbedaan yang masih cukup signifikan antara
berbagai masyarakat.
b. Jenis Kelamin
Secara distribusi statistika ada perbedaan yang signifikan antara dimensi
tubuh pria dan wanita. Untuk kebanyakan dimensi tubuh pria dan wanita ada
perbedaan yang signifikan diantara mean (rata-rata) dan nilai perbedaan ini tidak
bisa diabaikan begitu saja. Pria dianggap lebih panjang dimensi segmen badannya
daripada wanita, oleh karenanya data antropometri untuk dua jenis kelamin
tersebut selalu disajikan terpisah.
c. Suku Bangsa
Variasi diantara beberapa kelompok suku bangsa telah menjadi hal yang
tidak kalah pentingnya terutama karena meningkatnya jumlah angka migrasi dari
satu negara ke negara lain. Suatu contoh sederhana yaitu dengan meningkatnya
jumlah penduduk yang migrasi dari negara Vietnam ke Australia, untuk mengisi
satuan jumlah angkatan kerja. Maka akan mempengaruhi antropometri nasional.
d. Usia
37
Beberapa kelompok usia telah menjadi hal yang penting dalam masalah
antropometri.
Berikut ini kelompok usia yang digolongkan dalam masalah antropometri, yaitu:
1. Balita
2. Anak-anak
3. Remaja
4. Dewasa
5. Lanjut usia
Hal ini jelas berpengaruh terutama jika desain diaplikasikan untuk
antropometri anak-anak. Antropometri akan cendrung terus meningkat sampai
batas usia dewasa, namun setelah menginjak usia dewasa, tinggi badan manusia
mepunyai kecendrungan untuk menurun yang antara lain disebabkan oleh
berkurangnya elastisitas tulang belakang. Selain itu juga berkurangnya dinamika
gerakan tangan dan kaki.
e. Jenis Pekerjaan
Beberapa jenis pekerjaan tertentu menuntut adanya persaratan dalam
seleksi karyawan. Seperti misalnya: buruh dermaga adalah harus mepunyai postur
yang relatif lebih besar dibandingkan dengan karyawan perkantoran pada
umumnya.
f. Faktor Kehamilan Pada Wanita
Faktor ini sudah jelas akan mempunyai pengaruh perbedaan yang berarti
kalau dibandingkan dengan wanita yang tidak hamil, terutama yang berkaitan
dengan analisa perancangan produk (APP) dan anlisa perancangan kerja (APK).
g. Cacat Tubuh Secara Fisik
Suatu perkembangan yang sangat menggembirakan pada dekade terakhir
yaitu dengan diberikannya skala prioritas pada rancang bangun fasilitas
akomodasi untuk para penderita cacat tubuh secara fisik sehingga mereka dapat
ikut serta merasakan kesamaan dalam penggunaan jasa dari hasil ilmu ergonomi
didalam pelayanan untuk masyarakat.
38
2.10.2 Rumus-rumus Perhitungan Antropometri
A. Mean / rata-rata ( )
Rata-rata adalah perbandingan antara jumlah nilai data dengan banyak
data. Jika suatu data terdiri atas x1, x2, x3, ..., xn maka rata-rata data tersebut
dirumuskan sebagai berikut.
= ∑
Dimana:
= mean/rata-rata
k = banyak data
∑ = nilai data ke-i
B. Standar Deviasi / Simpangan Baku ( σ)
Untuk mencari simpangan baku atau standar deviasi (σ), maka digunakan
rumus sebagai berikut:
σ = √ ( )
Dimana:
σ = standar deviasi (simpangan baku)
xi = nilai data ke-i
= mean/rata-rata
N = banyaknya data
C. Standar Deviasi Rata-rata
Untuk mencari standar deviasi rata-rata (σx), maka digunakan rumus
sebagai berikut:
σx =
√
Dimana:
σx = standar deviasi rata-rata
σ = standar deviasi
39
√ = Akar dari jumlah data
D. Uji Keseragaman Data
BKA = + 2. σx
BKB = - 2. Σx
Dimana:
σx = standar deviasi rata-rata
= mean/rata-rata
BKA = Batas Kontrol Atas
BKB = Batas Kontrol Bawah
E. Uji Percentil (5%, 50%, 95%)
Jika kumpulan data dibagi menjadi 100 bagian yang sama, maka didapat
sembilan pembagi dan tiap pembagi dinamakan “PERCENTIL”. Tabel untuk
mencari nilai persentil adalah sebagai berikut:
Tabel 2.1 Distribusi Normal dan Perhitungan Percentil
Percentil Calculation
1 X – 2,325 σx
2,5 X – 1,960 σx
5 X – 1,645 σx
10 X – 1,280 σx
50 X
90 X + 1,280 σx
95 X + 1,645 σx
97,5 X + 1,960 σx
99 X + 2,325 σx
Sumber : Pengumpulan Data, 2020
40
2.12 Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu ini menjadi salah satu acuan penulis dalam
melakukan penelitian sehingga penulis dapat memperkaya teori yang digunakan
dalam mengkaji penelitian yang dilakukan. Dari penelitian terdahulu, penulis
tidak menemukan penelitian dengan judul yang sama seperti judul penelitian
penulis. Namun penulis mengangkat beberapa penelitian sebagai referensi dalam
memperkaya bahan kajian pada penelitian penulis. Berikut merupakan penelitian
terdahulu berupa beberapa jurnal terkait dengan penelitian yang dilakukan
penulis.
Tabel 2.2 Penelitian Terdahulu
Nama Peneliti Judul Peneliti Hasil Penelitian Taufan Landi, 2017 Perancangan Dan Uji
Alat Pengolah Sampah
Plastik Jenis LDPE
(Low Density
Polyethylene) Menjadi
Bahan Bakar Alternatif
Hasil volume minyak
terbanyak adalah pada
temperatur dinding reaktor
700oC, pada plastik LDPE
yaitu 365 ml. Massa jenis
rata-rata minyak LDPE
adalah 0.739667gr/ml.. Nilai
kalor minyak pirolisis plastik
LDPE yang paling tinggi
diantara tiga variasi suhu
yang ada yaitu pada suhu
700oC yaitu sebesar 9583.45
kal/gr.Nilai kalor rata-rata
minyak pirolisis plastik
LDPE adalah 8364.4 kal/gr Suhu optimum diantara tiga
variasi suhu yang dilakukan
yaitu pada suhu 700oC karena
41
berdasarkan hasil pengujian ,
untuk mendapatkan volume
terbanyak dan nilai kalor
paling tinggi diantara tiga
variasi suhu yang dilakukan
utnuk menghasilkan bahan
bakar pirolisis diperlukan
suhu 700oC. Hasil volume,
densitas, dan nilai kalor dari
bahan bakar yang dihasilkan,
hanya berlaku untuk alat yang
di uji pada penelitian ini
Perbedaan : penelitian yang dilakukan Taufan Landi memakai sampah plastik
jenis LDPE sedangkan penulis memakai semua jenis sampah plastik baik itu
LDPE, HDPE maupun lainnya.
Sumber : Hasil Kajian Penulis, 2020
Tabel 2.2 Penelitian Terdahulu
Nama Peneliti Judul Peneliti Hasil Penelitian Dewi Amalia Ardianti,
Aldy Amiruddin Najib,
Faisal Nur Hakim, Uhti
Setiorini,
Sri Suryaningsih, 2019
Rancang Bangun
Alat Pengkonversi
Sampah Plastik
Menggunakan
Metode Pirolisis
Menjadi Bahan
Bakar Minyak
Dalam Upaya
Penanganan
Masalah
Lingkungan
Telah dihasilkan rancangan
reaktor pirolisis yang terdiri
dari tiga komponen utama,
yakni tabung pemanasan
dengan diameter 20 cm, tinggi
30 cm, dan kapasitas
maksimum 4 kg, kondenser
dengan panjang 30 cm dan
diameter 15 cm, serta reservoar
air dengan kapasitas 50 L
sebagai sumber pendingin pada
kondenser.
Dengan menggunakan reactor
pirolisis tersebut dihasilkan
bahan bakar minyak limbah plastik HDPE sebanyak 460 ml
minyak dengan temperatur
pemanasan 606,9°C dan
42
kondensasi 26°C serta 1846,5
ml minyak dengan temperatur
pemanasan 640,6°C dan
kondensasi 17°C, di mana
semakin besar temperatur
pemanasan dan rendahnya
temperatur kondensasi maka
kapasitas minyak yang
dihasilkanpun akan semakin
besar.
Perbedaan : penelitian yang dilakukan Dewi Amalia Ardianti, Aldy Amiruddin
Najib, Faisal Nur Hakim, Uhti Setiorini, Sri Suryaningsih membuat alat
pengkonversi sampah plastik menjadi bahan bakar minyak sedangkan penulis
membuat alat pengkonversi sampah plastik menjadi bahan bakar minyak
kemudian bahan bakar minyak tersebut di konversikan lagi menjadi gas.
Sumber : Hasil Kajian Penulis, 2020
Tabel 2.2 Penelitian Terdahulu
Nama Peneliti Judul Peneliti Hasil Penelitian Asep Sumarna, 2017 Rancang Bangun Alat
Pengubah Sampah
Plastik Menjadi Bahan
Bakar Minyak (BBM)
Setelah dilakukan proses penelitian
mulai dari tahap awal studi literatur,
hingga tahap akhir yakni proses
pengujian dan dilakukan analisa, maka
dapat ditarik kesimpulan-kesimpulan
sebagai berikut :
1. Penelitian yang dilakukan dapat
menghasilkan sebuah alat konversi
energi alternatif dari sampah plastik
menjadi bahan bakar minyak secara
utuh, walaupun masih terdapat
kekurangan-kekurangan pada alat yang
dibuat. Berdasarkan hasil pengujian
dan analisa, bahwa alat yang telah
dibuat secara keseluruhan dapat
pemanasan maksimal reaktor : 230oC
43
ringan untuk dimobi
untuk melakukan bongkar-pasang dan
perawatan alat
2. Untuk menentukan kualitas produk
hasil dari alat tidak tercapai, hal ini
dikarenakan keterbatasan waktu dan
kemampuan dari penulis. Akan tetapi
untuk menentukan kualitas dari produk
yang dihasilkan direncanakan akan ada
proses penelitian lebih lanjut dimasa
mendatang
Perbedaan : penelitian yang dilakukan Asep Sumarna memakai kondensor berbentuk lurus
dengan posisi horizontal sedangkan penulis memakai kondensor berbentuk spiral dengan
posisi vertikal.
Sumber : Hasil Kajian Penulis, 2020
Tabel 2.2 Penelitian Terdahulu
Nama Peneliti Judul Peneliti Hasil Penelitian Irfan Subiantoro, 2015 Rancang Bangun
Kompor Batubara
Untuk Kebutuhan
Industri Rumah Tangga
Dari pelaksanaan tugas akhir yang
berjudul “Rancang Bangun
Kompor Batubara Untuk
Kebutuhan Industri
Rumah Tangga” diperoleh
beberapa kesimpulan antara lain:
1. Rancangan kompor briket
batubara mempunyai ukuran
pokok:
- Tinggi keseluruhan 950 mm dan
mempunyaidiameter luar 360.
- Komponen – komponenya:
(1) permukaan ruang pembakaran,
(2) plat bagian atas kompor, (3) ruang pembakaran
(4) tempat aliran udara,
(5) dudukan blower,
44
(6) ruang penampung sisa
pembakaran dan
7) rangka kompor briket batubara.
2. Pembuatan kompor briket
batubara
Komponen – komponen kompor
batubara dibuat dengan
cara dipotong, ditekuk,
dipanaskan, dipukul, peleburan,
pencetakkan, pengeringan dan
pengeboran. Kemudian dirakit
dengan proses pengelasan,
komponen–komponen yang dirakit
dengan proses pengelasan yaitu
:plat bagian atas kompor, ruang
pembakaran, tempat
aliran udara, dudukan blower dan
rangka kompor briket batubara.
Komponen yang diberi mur
(dudukan blower).
Perbedaan : penelitian yang dilakukan Irfan subiantoro rancang bangun kompor
batubara sedangkan penulis merancang kompor terintegrasi dengan konversi bahan
bakar plastik dan bahan bakar minyak menjadi bahan bakar gas.
Sumber : Hasil Kajian Penulis, 2020