BAB II TINJAUAN PUSTAKA · 2020. 10. 15. · Dalam sub bab ini akan dijelaskan mengenai sejarah...

32
13 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Perancangan Perancangan suatu alat termasuk ke dalam metode rekayasa, sehingga langkah-langkah perancangan akan mengikuti metode rekayasa. Salah satu definisi teknik perancangan dikemukakan oleh Asimow dalam Wignyosoebroto (1995) yang menyatakan bahwa teknik perancangan adalah aktivitas dengan maksud tertentu menuju ke arah pemenuhan kebutuhan manusia, terutama yang dapat diterima oleh faktor teknologi peradaban kita. Dari pengertian tersebut jelas perancangan adalah : 1. Aktivitas dengan maksud tertentu. 2. Memiliki sasaran pada pemenuhan kebutuhan manusia. 3. Berdasarkan pada pertimbangan teknologi. Ergonomi adalah suatu cabang ilmu sistematis untuk memanfaatkan informasi-informasi mengenai kemampuan dan keterbatasan manusia untuk merancang sistem kerja, sehingga manusia dapat hidup dan bekerja dalam sistem yang baik, efektif, aman dan nyaman. Salah satu pendekatan yang dapat digunakan untuk merancang fasilitas yang lebih ergonomis dilakukan dengan pendekatan antropometri. Dengan pendekatan antropometri ini dapat diperoleh rancangan pesawat pembawa toolsbox teknisi yang ergonomis dan disesuaikan dengan ukuran tubuh teknisi, sehingga diperoleh dimensi pesawat pembawa yang sesuai dengan kemampuan dan keterbatasan teknisi saat mobilisasi peralatan service. 2.2 Pirolisis Pirolisis berasal dari kata Pyro (Fire/Api) dan Lyo (Loosening/Pelepasan) untuk dekomposisi termal dari suatu bahan organik. Pirolisis merupakan suatu bentuk penguraian bahan organik secara kimia melalui pemanasan tanpa atau sedikit oksigen atau reagen lainnya. Proses pirolisis atau devolatilisasi merupakan

Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA · 2020. 10. 15. · Dalam sub bab ini akan dijelaskan mengenai sejarah...

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA · 2020. 10. 15. · Dalam sub bab ini akan dijelaskan mengenai sejarah rekayasa nilai, definisi rekayasa nilai, rencana kerja rekayasa nilai, dan beberapa

13

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Perancangan

Perancangan suatu alat termasuk ke dalam metode rekayasa, sehingga

langkah-langkah perancangan akan mengikuti metode rekayasa. Salah satu

definisi teknik perancangan dikemukakan oleh Asimow dalam Wignyosoebroto

(1995) yang menyatakan bahwa teknik perancangan adalah aktivitas dengan

maksud tertentu menuju ke arah pemenuhan kebutuhan manusia, terutama yang

dapat diterima oleh faktor teknologi peradaban kita.

Dari pengertian tersebut jelas perancangan adalah :

1. Aktivitas dengan maksud tertentu.

2. Memiliki sasaran pada pemenuhan kebutuhan manusia.

3. Berdasarkan pada pertimbangan teknologi.

Ergonomi adalah suatu cabang ilmu sistematis untuk memanfaatkan

informasi-informasi mengenai kemampuan dan keterbatasan manusia untuk

merancang sistem kerja, sehingga manusia dapat hidup dan bekerja dalam sistem

yang baik, efektif, aman dan nyaman. Salah satu pendekatan yang dapat

digunakan untuk merancang fasilitas yang lebih ergonomis dilakukan dengan

pendekatan antropometri. Dengan pendekatan antropometri ini dapat diperoleh

rancangan pesawat pembawa toolsbox teknisi yang ergonomis dan disesuaikan

dengan ukuran tubuh teknisi, sehingga diperoleh dimensi pesawat pembawa yang

sesuai dengan kemampuan dan keterbatasan teknisi saat mobilisasi peralatan

service.

2.2 Pirolisis

Pirolisis berasal dari kata Pyro (Fire/Api) dan Lyo (Loosening/Pelepasan)

untuk dekomposisi termal dari suatu bahan organik. Pirolisis merupakan suatu

bentuk penguraian bahan organik secara kimia melalui pemanasan tanpa atau

sedikit oksigen atau reagen lainnya. Proses pirolisis atau devolatilisasi merupakan

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA · 2020. 10. 15. · Dalam sub bab ini akan dijelaskan mengenai sejarah rekayasa nilai, definisi rekayasa nilai, rencana kerja rekayasa nilai, dan beberapa

14

proses perengkahan plastik pada suhu tinggi dimulai pada temperature sekitar

230oC (Mulyadi, 2010).

Perengkahan plastik pada suhu tinggi adalah proses paling sederhana

untuk daur ulang plastik. Pada senyawa yang berderajat polimerisasi tinggi,

pirolisis merupakan reaksi depolimerisasi dan pada suhu tinggi mengikuti

mekanisme radikal bebas. Reaksi ini melalui tiga tahap yaitu, tahap memulai,

tahap perambatan dan tahap penghentian. Pada proses ini material polimer atau

plastik dipanaskan pada suhu tinggi. Proses pemanasan ini menyebabkan struktur

makro molekul dari plastik terurai menjadi molekul yang lebih kecil dan

hidrokarbon rantai pendek terbentuk. Produk yang dihasilkan berupa fraksi gas,

residu padat dan fraksi cair yang mengandung parafin, olefin, napthan, dan

aromatis. Hasil proses pirolisis ini dipengaruhi oleh jenis dan karakteristik bahan

baku yang digunakan, waktu dan suhu proses (Ramadhan, 2012).

2.3 Value Engineering

Dalam sub bab ini akan dijelaskan mengenai sejarah rekayasa nilai,

definisi rekayasa nilai, rencana kerja rekayasa nilai, dan beberapa metode yang

digunakan dalam rekayasa nilai.

2.3.1 Sejarah Value Engineering

Analisis nilai (value analysis) dikenal pada waktu Perang Dunia ke-II,

saat itu perusahaan General Electric menghadapi kekurangan material dan tenaga

kerja untuk memproduksi komponen-komponen persenjataan untuk pesawat

terbang. Untuk menghadapi kesulitan tersebut, Lawrences D.Milles, salah seorang

ahli perusahaan tersebut mengembangkan suatu sistem yang disebut analisis nilai

yang dapat mengurangi biaya dan juga dapat meningkatkan hasil produksi.

Metode yang dikembangkan oleh Milles dikenal sebagai Teknik Analisis

Nilai (Value Analysis Technique) dan menjadi standar General Electric Company.

Pada tahun 1954, salah satu biro Departemen Pertahanan Amerika Serikat

menggunakan metode dari Milles yaitu Value Engineering. Pada tahun 1965, Biro

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA · 2020. 10. 15. · Dalam sub bab ini akan dijelaskan mengenai sejarah rekayasa nilai, definisi rekayasa nilai, rencana kerja rekayasa nilai, dan beberapa

15

Reklame Amerika Serikat mulai menggunakan Rekayasa Nilai pada tahap

konstruksi dan perencanaannya.

Pada tahun 1972, Departement of Public Building Services

mengembangkan Value Engineering secara luas di mana ditentukan bahwa Value

Engineering Program merupakan keharusan bagi Construction Management

Services. Pada tahun 1975, Environmental Protection Agency (E.P.A) juga

mengharuskan penggunaan Value Engineering. Sekarang ini Rekayasa Nilai telah

dikenal dan dipraktekkan dibanyak negara Amerika Serikat termasuk di

Indonesia, Rekayasa nilai sudah diterapkan pada hampir semua bidang dengan

hasil yang memuaskan.

2.3.2 Definisi Value Engineering

Value Engineering adalah suatu penerapan yang sistematis dari sejumlah

teknik untuk mengidentifikasi fungsi-fungsi suatu produk baru dengan memberi

nilai terhadap masing-masing fungsi yang ada serta mengembangkan sejumlah

alternatif yang memungkinkan tercapainya fungsi tersebut dengan biaya total

minimum tanpa mengurangi penampilannya (Ulrich & Eppinger, 2001).

Menurut W. Zimmerman & Hart (1982) rekayasa nilai adalah suatu teknik

dan manajemen untuk mencapai keseimbangan fungsional terbaik antara biaya,

keandalan dan penampilan dari suatu sistem atau produk dengan menggunakan

pendekatan sistematis. Teknik Nilai atau Rekayasa Nilai (Value Engineering)

adalah salah satu teknik untuk mengendalikan biaya yang memiliki potensi

keberhasilan cukup besar, dengan menggunakan pendekatan analisa nilai terhadap

fungsinya. Dilakukan dengan cara menekankan pengurangan biaya sejauh

mungkin dengan tetap mempertahankan tingkat kualitas dan ketahanan sesuai

yang diharapkan (Soeharto, 2001)

Milles (1947) juga berpendapat bahwa rekayasa nilai adalah suatu

pendekatan yang bersifat kreatif dan sistematis dengan tujuan

mengurangi/menghilangkan biaya-biaya yang tidak diperlukan. Menurut Society

of American Value Engineering Rekayasa nilai adalah suatu teknik yang

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA · 2020. 10. 15. · Dalam sub bab ini akan dijelaskan mengenai sejarah rekayasa nilai, definisi rekayasa nilai, rencana kerja rekayasa nilai, dan beberapa

16

diterapkan secara sistematis untuk fungsi suatu produk atau jasa, menentukan nilai

moneter dari fungsi tersebut serta memenuhinya dengan biaya minimum.

Dari definisi di atas terlihat bahwa teknik rekayasa nilai menggunakan

suatu pendekatan sistematis untuk mendefinisikan fungsi-fungsi yang diinginkan

dalam mendesain suatu sistem, produk, atau jasa, mengukur performansi fungsi-

fungsinya sehingga performansi akhir yang dihasilkan akan sama atau mendekati

performansi yang diinginkan pemakai dengan pertimbangan biaya yang lebih

optimal. Rekayasa nilai merupakan suatu teknik perancangan sistem yang

pendekatan sistematiknya dengan menggunakan teknik-teknik tertentu untuk :

1. Mengidentifikasi fungsi-fungsi yang diperlukan.

2. Mengembangkan alternatif-alternatif.

3. Menerapkan nilai-nilanya.

Setiap produk selalu mempunyai fungsi utama (basic function). Setiap

produk harus dapat atau memungkinkan untuk melakukan sesuatu. Namun pada

umumnya konsumen menginginkan sejumlah fungsi lain sebetulnya bersifat

sekunder. Selain fungsi tersebut, suatu produk juga mempunyai fungsi estetis.

2.3.3 Karakteristik Value Engineering

Adapun karakteristik Rekayasa Nilai menurut Zimmerman (1998) adalah

sebagai berikut :

1. Berorientasi pada sistem (System oriented)

Menganalisis produk atau proyek secara keseluruhan dengan melihat

keterkaitan antara komponen-komponennya dengan mengidentifikasikan

dan menghilangkan biaya-biaya yang tidak diperlukan.

Merancang produk yang dimulai dengan mengidentifikasikan fungsi-

fungsi yang dibutuhkan.

2. Pendekatan tim yang Multidisiplin (Multidisiplined team approach)

Proses perencanaan dilakukan oleh suatu kelompok yang terdiri dari

sejumlah ahli yang berasal dari berbagai disiplin ilmu dan konsultan

rekayasa nilai.

3. Berorientasi pada siklus hidup (Life cycle oriented)

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA · 2020. 10. 15. · Dalam sub bab ini akan dijelaskan mengenai sejarah rekayasa nilai, definisi rekayasa nilai, rencana kerja rekayasa nilai, dan beberapa

17

Melakukan analisis terhadap biaya total untuk memiliki dan

mengoperasikan fasilitas selama hidupnya.

4. Suatu teknik yang terbukti (A proven management technique)

Menggunakan teknik-teknik manajemen tertentu yang telah terbukti

kualitasnya. Karakteristik di atas digunakan untuk mencapai tujuan

rekayasa nilai yaitu mendapatkan nilai optimal dan suatu produk atau

proyek.

5. Berorientasi pada fungsi (function oriented)

Untuk mencapai fungsi yang diperlukan sesuai dengan nilai yang

diperoleh.

Dari pengertian-pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa hasil yang

akan dicapai dalam rekayasa nilai merupakan; a) alternatif penggunaan

bahan/material, b) proses/prosedur, atau c) suatu rancangan/desain baru, dengan

pertimbangan alternatif tersebut akan memiliki nilai (value) yang lebih baik.

2.3.4 Konsep Nilai

Nilai dapat diidentifikasikan sebagai sejumlah uang yang dapat diterima

kembali dari suatu produk atau jasa. Dengan kata lain bahwa rekayasa nilai adalah

kegunaan atau manfaat yang dapat diberikan oleh suatu produk atau jasa. Didalam

studi rekayasa nilai dapat diuraikan tipe-tipe dari nilai (value), yaitu sebagai

berikut

1. Nilai Guna (Use Value)

Nilai ini mencerminkan seberapa besar kegunaan produk akibat

terpenuhinya suatu fungsi, di mana nilai ini tergantung dari sifat dan

kualitas produk.

2. Nilai Kebanggaan (Esteem Va1ue)

Nilai ini menunjukkan seberapa besar kemampuan produk untuk

memuaskan konsumen yang memilikinya. Kemampuan ini ditentukan

oleh sifat-sifat khusus dari produk seperti daya tarik, keindahan maupun

prestise dari produk tersebut.

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA · 2020. 10. 15. · Dalam sub bab ini akan dijelaskan mengenai sejarah rekayasa nilai, definisi rekayasa nilai, rencana kerja rekayasa nilai, dan beberapa

18

2.3.5 Prinsip Dasar Value Engineering

Menurut Zimmerman (1998) pada dasarnya suatu produk dirancang

dengan tujuan utama untuk memenuhi kebutuhan dan memberikan kepuasan

kepada konsumen pemakai produk tersebut. Atribut yang terdapat pada produk

yang dipergunakan memenuhi kebutuhan dan memuaskan konsumen pemakainya

dinamakan fungsi (value). Sering terjadi bahwa perancang produk menciptakan

fungsi-fungsi pada produk secara berlebihan, sehingga adanya fungsi-fungsi yang

tidak atau kurang dibutuhkan ini berakibat timbulnya biaya tambahan yang tidak

dikehendaki (unnecessary cost). Nilai (value) dapat dirumuskan sebagai

perbandingan (ratio) antara performansi yang ditampilkan oleh suatu fungsi

terhadap biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkan fungsi yang terbaik. Nilai

dapat dinyatakan dengan perbandingan performansi dengan biaya sebagai berikut:

Jika dituliskan dengan rumus yaitu :

v p = c

Dari rumus di atas, nilai (value) merupakan suatu besaran yang tanpa

satuan, sedangkan biaya (cost) pada umumnya menggunakan Rupiah, sehingga

performansi satuannya juga merupakan Rupiah.

2.3.6 Teknik-teknik Value Enginering

Agar Value Engineering mencapai tujuannya, perlu penggunaan teknik-

teknik khusus. Teknikteknik tersebut berdasarkan atas pemahaman bahwa Value

Engineering sangat berkaitan dengan sikap dan perilaku manusita sebagai

pelakunya, masalah pengambilan keputusan dan pemecahan masalah. Teknik-

teknik tersebut ini di gunakan terutama untuk pekerjaan rekayasa desain pada

awal proyek, teknik-teknik yang terpenting adalah sebagai berikut : 1. Bekerja

Biaya

Performans=Nilai

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA · 2020. 10. 15. · Dalam sub bab ini akan dijelaskan mengenai sejarah rekayasa nilai, definisi rekayasa nilai, rencana kerja rekayasa nilai, dan beberapa

19

atas dasar spesifik 2. Dapatkan informasi dari sumber terbaik 3. Hubungan antar

manusia 4. Kerjasama tim 5. Mengatasi rintangan (Soeharto. 1999).

2.3.7 Rencana Kerja Value Engienering

Rencana kerja Value Engineering merupakan sebuah alat yang baik guna

melakukan studi dari awal hingga akhir. Rencana ini dapat menjamin

pertimbangan terbaik yang telah diberikan pada semua aspek yang diperlukan

dalam suatu studi. Rencana kerja ini membagi studi tersebut dalam berbagai

elemen. Rencana kerja ini memungkinkan tim Value Engineering untuk bekerja

sama secara kreatif dan menganalisis perubahan-perubahan. Hal ini menunjang

tim tersebut untuk memilih alternatif yang terbaik. Rencana kerja ini

menyimpulkan rekomendasi-rekomendasi yang spesifik, dan berakhir dengan

usulan jadwal implementasi dan ringkasan dari keuntungan-keuntungan. Rencana

kerja dipisahkan dalam lima tahapan yang berbeda, dalam praktiknya tahapan-

tahapan tersebut cenderung untuk bergabung dan berkaitan yang satu terhadap

yang lain. Lima tahapan rencana kerja value engineering menurut Chandra (2014)

adalah :

1. Tahap Informasi (Information Phase)

2. Tahap Kreatif (Creative Phase)

3. Tahap Analisis (Judgement Phase)

4. Tahap Pengembangan (Development Phase)

5. Tahap Presentasi/rekomendasi (Presentation Phase)

Masing-masing tahap mempunyai tujuan tersendiri, dan saling berkaitan

dan tidak menutup kemungkinan jika sampai pada suatu tahap diperlukan akan

kembali ke tahap sebelumnya, seperti ditunjukkan pada gambar berikut:

2.3.7.1 Tahap Informasi (Information Phase)

Menurut Chandra (2014), tahap ini merupakan tahao awal dalam rencana

kerja value engineering yang bertujuan untk mendapatkan sebanyak mungkin

informasi mengenai sistem, struktur. Tim melaksanakan analisis fungsi dan

menentukan peringkat biaya relatif produk sebagai sistem dan sub-sistem untuk

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA · 2020. 10. 15. · Dalam sub bab ini akan dijelaskan mengenai sejarah rekayasa nilai, definisi rekayasa nilai, rencana kerja rekayasa nilai, dan beberapa

20

mengidentifikasi wilayah-wilayah biaya yang berpotensi akan tinggi. Sehingga

dapat mengumpulkan sebanyak mungkin informasi dan pengetahuan rancangan

produk, seperti :

1. Asumsi-asumsi rancangan.

2. Batasan-batasan produk.

3. Kepekaan-kepekaan terhadap biaya.

4. Pengoperasian produk.

Batasan produk adalah batasan-batasan yang telah ditentukan sesuai

kebutuhan pemakai dan tidak boleh diubah. Kualitas dan kelengkapan informasi

yang disediakan oleh pemakai dan perancang secara langsung mempengaruhi

kualitas kajian nilai informasi yang diperlukan untuk kajian nilai berbeda untuk

setiap produk, namun secara umum dapat ditulis antara lain :

1. Kriteria rancangan (kebutuhan pemakai)

2. Elemen-elemen rancangan (bagian-bagian proses, komponen-komponen

produk)

3. Batasan-batasan yang telah ditentukan pada produk

4. Perhitungan-perhitungan perancangan

5. Orang-orang yang dapat dihubungi untuk mendapatkan informasi

(catatan konsultasi)

6. Buku-buku atau referensi yang digunakan sebagai informasi

7. Fungsi yang dibutuhkan

8. Kriteria-kriteria yang dipakai untuk menghitung kinerja

Teknik-teknik yang dapat digunakan dalam tahap informasi ini yaitu:

a. Kuesioner

Kuesioner adalah salah satu alat untuk mendapatkan data dan informasi

mengenai gejala-gejala suatu masalah. Kuesioner yang baik adalah

kuesioner yang pertanyaannya dapat memberikan respon seperti yang

diharapkan. Dalam kuesioner ini, pertanyaan-pertanyaan yang diajukan

harus jelas dan mudah dimengerti. Pada umumnya kuesioner berisi

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA · 2020. 10. 15. · Dalam sub bab ini akan dijelaskan mengenai sejarah rekayasa nilai, definisi rekayasa nilai, rencana kerja rekayasa nilai, dan beberapa

21

pertanyaaan tentang fakta dan diketahui oleh responden atau juga

mengenai sesuatu.

b. Peramalan

Peramalan merupakan suatu teknik untuk mengumpulkan informasi

dengan cara meramalkan prospek dari proyek atau produk yang akan

didesain.

c. Arsip

Arsip adalah teknik pengumpulan informasi yang menggunakan data data

yang sudah ada pada perusahaan atau instansi yang berkaitan dengan

proyek atau produk yang akan didesain.

d. Wawancara

Wawancara adalah teknik pengumpulan informasi dengan cara bertatap

muka dan menanyakan secara langsung kepada responden atau sumber

informasi yang bersangkutan langsung dengan proyek atau produk yang

akan didesain.

e. Riset Pasar

Riset pasar merupakan teknik pencarian informasi dengan cara pencarian

informasi mengenai keadaan pasar secara umum, mencari

peluangpeluang yang akan digunakan guna meningkatkan keuntungan

perusahaan.

f. FAST (Functional Analysis Sistem Technique)

FAST (Function Analysis Sistem Technique) adalah teknik penyusunan

diagram secara sistematik untuk mengidentifikasikan fungsi-fungsi dan

menggambarkan hubungan antara fungsi-fungsi tersebut. Fungsi

dinyatakan sebagai gabungan kata kerja dan kata benda, misalnya

menahan benda.

Beberapa istilah yang digunakan dalam metode FAST adalah :

1. Fungsi utama

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA · 2020. 10. 15. · Dalam sub bab ini akan dijelaskan mengenai sejarah rekayasa nilai, definisi rekayasa nilai, rencana kerja rekayasa nilai, dan beberapa

22

Fungsi ini merupakan fungsi bebas yang menggambarkan kegiatan mana

yang harus ditampilkan sistem. Tanpa fungsi ini sistem akan kehilangan

identitas.

2. Fungsi bebas

Fungsi ini keberadaannya tidak tergantung pada fungsi-fungsi lain dan

bisa berupa fungsi utama dan fungsi sekunder.

3. Fungsi ikutan

Fungsi ini juga disebut fungsi sekunder dan keberadaannya bergantung

pada fungsi lain yang lebih tinggi tingkatannya.

4. Fungsi jalur kritis

Fungsi jalur kritis adalah semua fungsi yang secara berurutan

menjelaskan bagaimana (how) dan mengapa (why) dan fungsi lain pada

urutan tersebut.

5. Fungsi pendukung

Fungsi ini adalah untuk meningkatkan penampilan dan fungsi-fungsi

pada jalur kritis.

6. Fungsi tingkat tinggi

Fungsi ini berada pada bagian paling kiri pada diagram FAST. fungsi

dasar merupakan fungsi tingkat tinggi yang berada dalam batas lingkup

masalah.

7. Fungsi tingkat rendah

Fungsi ini berada paling kanan dari fungsi lain pada diagram FAST.

8. Lingkup Masalah

Lingkup masalah adalah batas-batas pembebasan dari masalah yang

dihadapi. Pada diagram FAST, lingkup masalah ditunjukkan sebagai

daerah yang dibatasi oleh dua garis vertikal yang masing-masing

berbatasan dengan fungsi tingkat tinggi dan fungsi tingkat rendah.

Diagram FAST disusun berdasarkan hirarki fungsi. Fungsi tingkat tinggi

diletakkan sebelah kiri, sedangkan fungsi tingkat rendah diletakkan di sebelah

kanan. Pembuatan diagram FAST biasanya dimulai dan fungsi dasar yang telah

ditentukan sebelumnya. Fungsi dasar berada dalam lingkup masalah yang akan

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA · 2020. 10. 15. · Dalam sub bab ini akan dijelaskan mengenai sejarah rekayasa nilai, definisi rekayasa nilai, rencana kerja rekayasa nilai, dan beberapa

23

dibahas, sedangkan fungsi tingkat tinggi dan tingkat rendah di luar batas lingkup

masalah. Fungsi-fungsi di luar batas lingkup masalah merupakan suatu keadaan

yang harus diterima. Penyusunan fungsi-fungsi dalam diagram FAST dilakukan

dengan menggunakan dua buah pernyataan, yaitu Bagaimana (how) dan Mengapa

(why).

Identifikasi fungsi dimulai dari fungsi dasar dengan melakukan

pertanyaan bagaimana fungsi dasar dilaksanakan. Pernyataan ini dijawab oleh

fungsi lain yang diletakkan di sebelah kanan fungsi dasar. Seterusnya dilakukan

pertanyaan yang sama terhadap fungsi baru tersebut, sehingga didapat fungsi baru

lain yang menjawab fungsi tadi. Pertanyaan ini dilakukan terus sampai didapat

sejumlah fungsi yang bisa mencerminkan masalah.

Kemudian dilakukan pertanyaan mengapa terhadap fungsi yang berada

paling kanan dalam batas lingkup masalah. Pertanyaan mengapa fungsi tersebut

harus diadakan dan akan dijawab oleh fungsi yang berada sebelah kiri fungsi yang

bersangkutan. Fungsi ini harus sama dengan fungsi yang didapat pada proses

pertama yang menggunakan pertanyaan bagaimana. Proses ini dilakukan sampai

didapat fungsi dasar sebagai jawabannya. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan

ketepatan penentuan fungsi-fungsi pada jalur kritis.

Teknik-teknik yang dipilih harus memenuhi kriteria sebagai berikut :

1. Sederhana

2. Waktu pelaksanaan singkat

3. Waktu mempelajari singkat

4. Informasi banyak dan luas

2.3.7.2 Tahap Kreatif (Creative Phase)

Chandara (2014) juga menjelaskan bahwa tahap ini bertujuan untuk

mengembangkan sebanyak mungkin alternatif yang bisa memenuhi fungsi

primernya. Kreativitas seseorang atau sekelompok orang sangat berperan dalam

mendapatkan alternatif-alternatif yang dibutuhkan. Kreatifitas seseorang sangat

berperan dalam mendapatkan alternatif-alternatif yang dibutuhkan suatu ide

kreatif biasanya dapat membawa ide-ide baru lainnya, ide bisa berupa :

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA · 2020. 10. 15. · Dalam sub bab ini akan dijelaskan mengenai sejarah rekayasa nilai, definisi rekayasa nilai, rencana kerja rekayasa nilai, dan beberapa

24

a. Ide asli

b. Perbaikan terhadap suatu ide

c. Kombinasi beberapa ide

d. Pemakaian analogi

2.3.7.3 Tahap Analisis (Judgement Phase)

Chandra (2014) mengemukakan bahwa pada tahap ini dilakukan analisis

terhadap masing-masing ide yang didapat dari kreatif. Analisis bertujuan untuk

mengetahui kelebihan dan kelemahan dari masing-masing ide. Diusahakan untuk

dapat mengurangi bahkan menghilangkan kekurangan dari ide-ide tersebut.

Kadang kala hal ini dapat dicapai dengan menggabungkan dua atau lebih ide.

Pada keadaan ini kelebihan suatu ide dapat menghilangkan atau menutupi

kekurangan ide lainnya.

Ide baru yang merupakan gabungan dari beberapa ide tersebut

memerlukan informasi baru yang biasanya belum dipunyai, sehingga perlu

kembali ke tahap informasi baru yang dibutuhkan.

2.3.7.4 Tahap Pengembangan (Development Phase)

Chandra (2014) juga menjelasakan bahwa tujuan dari tahap pengembangan

yaitu mempersiapkan saran-saran (rekomendasi) final secara tertulis utuk

alternatif yang terpilih. Kemungkinan untuk diimplementasikan, termasuk

pertimbangan faktor-faktor teknis dan ekonomis yang mana alternatif tersebut

telah secara lengkap dikembangkan untuk memungkinkan diimplementasikan.

Mengembangkan desain usulan dari rekayasa nilai, desain usulan dapat berupa

prototype, mode atau gambar.

2.3.7.5 Tahap Presentasi/rekomendasi (Presentation Phase)

Chandra (2014) menjelaskan bahwa tahap ini merupakan tahap terakhir

dan sangat menentukan dari rangkaian rencana kerja rekayasa nilai. Pada tahap ini

disajikan laporan lengkap hasil evaluasi serta rekomendasi terhadap alternatif

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA · 2020. 10. 15. · Dalam sub bab ini akan dijelaskan mengenai sejarah rekayasa nilai, definisi rekayasa nilai, rencana kerja rekayasa nilai, dan beberapa

25

terpilih yang memperlihatkan kelebihan-kelebihan serta keuntungan-keuntungan

dari alternatif terpilih.

2.4 Tujuan dan Manfaat Penerapan Rekayasa Nilai

Berawi (2014) mengemukakan bahwa tujuan rekayasa nilai adalah

membedakan dan memisahkan antara yang diperlukan dan tidak diperlukan

dimana dapat dikembangkan alternatif yang memenuhi keperluan dan

meninggalkan yang tidak perlu dengan biaya terendah tetapi kinerjanya tetap

sama atau bahkan lebih baik. Diharapkan dari penerapan teknik nilai tersebut

diperoleh penghematan diantaranya :

1. Penghematan biaya

2. Penghematan waktu

3. Penghematan bahan dengan memperhatikan aspek kualitas dari produk

jadi.

Sedangkan manfaat dari value engineering menurut Berawi (214) adalah

berkurangnya biaya proyek, meningkatnya kinerja proyek, meningkatnya kualitas

proyek,kepuasan pelanggan/pemilik proyek, komunikasi antar pihak yang terlibat

lebih baik,terciptanya banyak ide kreatif dan inovasi, meningkatnya efisiensi, nilai

proyek yang lebih baik meningkatnya produktivitas.

2.5 Pengertian Nilai

Pengertian nilai dapat dibedakan atas

1. Nilai bagi pemakai produk

2. Nilai bagi pembuat produk

Nilai bagi konsumen merupakan ukuran sampai sejauh mana pemakai

bersedia mengorbankan sesuatu untuk memiliki suatu produk. Sedangkan nilai

bagi produsen menunjukkan pengorbanan produsen dalam menawarkan suatu

produk kepada konsumennya. Pengertian nilai masih dapat dibedakan lagi

menjadi :

1. Nilai kegunaan : mengartikan tingkat kegunaan dan pelayanan yang

dapat diberikan oleh suatu produk.

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA · 2020. 10. 15. · Dalam sub bab ini akan dijelaskan mengenai sejarah rekayasa nilai, definisi rekayasa nilai, rencana kerja rekayasa nilai, dan beberapa

26

2. Nilai prestise : nilai yang mengaitkan suatu produk dengan image yang

menyebabkan daya tarik untuk memilikinya.

3. Nilai tukar : merupakan ukuran pengorbanan finansial yang diberikan

konsumen untuk dapat memiliki suatu produk.

4. Nilai biaya : merupakan hasil penjumlahan dari biaya-biaya seperti

bahan, tenaga, biaya tidak langsung, dan biaya yang harus dikeluarkan

untuk membuat produk tersebut.

2.6 Pengertian Biaya

Biaya (cost) adalah jumlah semua usaha dan pengeluaran yang

dilakukan dalam mengembangkan, memproduksi dan mengaplikasikan produk

(Soeharto, 2001). Produsen selalu memikirkan akibat dari adanya biaya terhadap

kualitas, ketahanan, dan pemeliharaan karena akan berpengaruh pada biaya bagi

pemakai. Biaya adalah sesuatu yang harus diberikan atau didahulukan (diberikan

pada awal) untuk mendapatkan barang dan atau jasa. Biaya adalah sesuatu yang

harus dibayarkan oleh pembeli dan biasanya berupa sejumlah uang. Biaya terbesar

yang sering mengandung biaya tidak perlu antara lain :

1. Material, secara singkat adalah biaya yang dikeluarkan untuk membeli

material seperti berupa kayu, besi, baja, batu, pasir dan sebagainya, serta

instrumen atau bagian-bagian lain yang siap dipakai.

2. Tenaga kerja, adalah biaya yang dikeluarkan untuk mengolah bahan baku

menjadi produk jadi. Biaya tenaga kerja diperhitungkan terhadap waktu

kerja.

3. Overhead, terdiri dari macam-macam elemen, seperti pembebanan bagi

operasi perusahaan misalnya pemasaran, kompensasi pimpinan, sewa

kantor,termasuk pajak, asuransi, administrasi.

2.7 Populasi

Menurut Nawawi Margono, (2004), populasi adalah seluruh data yang

menjadi perhatian kita dalam suatu ruang lingkup dan waktu yang kita tentukan.

Jadi populasi berhubungan dengan data, bukan manusianya. Kalau setiap manusia

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA · 2020. 10. 15. · Dalam sub bab ini akan dijelaskan mengenai sejarah rekayasa nilai, definisi rekayasa nilai, rencana kerja rekayasa nilai, dan beberapa

27

memberikan suatu data maka, maka banyaknya atau ukuran populasi akan sama

dengan banyaknya manusia. Persoalan populasi penelitian harus dibedakan ke

dalam sifat berikut ini:

1. Populasi yang bersifat homogen, yakni populasi yang unsur-unsurnya

memiliki sifat yang sama, sehingga tidak perlu dipersoalkan jumlahnya

secara kuantitatif. Misalnya, seorang dokter yang akan melihat golongan

darah seseorang, maka ia cukup mengambil setetes darah saja. Dokter itu

tidak perlu satu botol, sebab setetes dan sebotol darah, hasilnya akan

sama saja.

2. Populasi yang bersifat heterogen, yakni populasi yang unsurunsurnya

memiliki sifat atau keadaan yang bervariasi, sehingga perlu ditetapkan

batas-batasnya, baik secara kualitatif maupun secara kuantitatif.

Penelitian di bidang sosial yang objeknya manusia atau gejala-gejala

dalam kehidupan manusia menghadapi populasi yang heterogen.

Populasi adalah kumpulan dari individu dengan kualitas serta ciri-ciri

yang telah ditetapkan. Kualitas atau ciri tersebut dinamakan variabel. Sebuah

populasi dengan jumlah individu tertentu dinamakan populasi finit sedangkan, jika

jumlah individu dalam kelompok tidak mempunyai jumlah yang tetap, ataupun

jumlahnya tidak terhingga, disebut populasi infinit. Misalnya, jumlah petani dalam

sebuah desa adalah populasi finit.

2.8 Sampel

Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi Sugiyono, (2001). Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin

mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan dana,

tenaga dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari

populasi itu. Apa yang dipelajari dari sampel itu, kesimpulannya akan

diberlakukan untuk populasi. Untuk itu sampel yang diambil dari populasi harus

representatif.

Penggunaan sampel dalam kegiatan penelitian dilakukan dengan berbagai

alasan Margiono, (2004), alasan tersebut, yaitu:

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA · 2020. 10. 15. · Dalam sub bab ini akan dijelaskan mengenai sejarah rekayasa nilai, definisi rekayasa nilai, rencana kerja rekayasa nilai, dan beberapa

28

1. Ukuran populasi

Dalam hal populasi tak terbatas (tak terhingga) berupa parameter yang

jumlahnya tidak diketahui dengan pasti, pada dasarnya bersifat konseptual.

Karena itu sama sekali tidak mungkin mengumpulkan data dari populasi seperti

itu. Demikian juga dalam populasi terbatas (terhingga) yang jumlahnya sangat

besar, tidak praktis untuk mengumpulkan data dari populasi 50 juta murid sekolah

dasar yang tersebar di seluruh pelosok Indonesia, misalnya.

2. Masalah biaya

Besar-kecilnya biaya tergantung juga dari banyak sedikitnya objek yang

diselidiki. Semakin besar jumlah objek, maka semakin besar biaya yang

diperlukan, lebih-lebih bila objek itu tersebar di wilayah yang cukup luas. Oleh

karena itu, sampling ialah satu cara untuk mengurangi biaya.

3. Masalah waktu

Penelitian sampel selalu memerlukan waktu yang lebih sedikit daripada

penelitian populasi. Sehubungan dengan hal itu, apabila waktu yang tersedia

terbatas, dan kesimpulan diinginkan dengan segera, maka penelitian sampel,

dalam hal ini, lebih tepat.

4. Percobaan yang sifatnya merusak

Banyak penelitian yang tidak dapat dilakukan pada seluruh populasi

karena dapat merusak atau merugikan. Misalnya, tidak mungkin mengeluarkan

semua darah dari tubuh seseorang pasien yang akan dianalisis keadaan darahnya,

juga tidak mungkin mencoba seluruh neon untuk diuji kekuatannya. Karena itu

penelitian harus dilakukan hanya pada sampel.

5. Masalah ketelitian

Masalah ketelitian adalah salah satu segi yang diperlukan agar

kesimpulan cukup dapat dipertanggungjawabkan. Ketelitian, dalam hal ini

meliputi pengumpulan, pencatatan, dan analisis data. Penelitian terhadap populasi

belum tentu ketelitian terselenggara. Boleh jadi peneliti akan bosan dalam

melaksanakan tugasnya. Untuk menghindarkan itu semua, penelitian.

Adapun cara penentuan sampel yaitu :

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA · 2020. 10. 15. · Dalam sub bab ini akan dijelaskan mengenai sejarah rekayasa nilai, definisi rekayasa nilai, rencana kerja rekayasa nilai, dan beberapa

29

1. Menurut Nawawi Margono, (2004) memberikan cara untuk memperoleh

jumlah sampel minimal yang harus diselidiki dengan menggunakan

rumus:

[

]

Keterangan:

n = Jumlah sampel

= Sama dengan atau lebih besar

p = Proporsi populasi persentase kelompok pertama

q = Proporsi sisa di dalam populasi

Z 1/2 = Derajat koefisien konfidensi pada 99% dan 95%

b= Persentase perkiraan kemungkinan membuat kekeliruan dalam

menentukan ukuran sampel

2. Rumus untuk menentukan ukuran sampel Notoatmodjo, (2003).Rumus

sederhana adalah sebagai berikut:

N

n =

Nd2 + 1

N : besarnya populasi

n : besarnya sampel

d : tingkat kepercayaan / ketepatan yang diinginkan 5%.

3. Rumus yang dikemukakan oleh Sugiyono (2001) yaitu yang tidak

diketahui simpangan bakunya dan yang kedua yang diketahui simpangan

bakunya, berikut rumus penentuan sampel :

[

]

Keterangan

n = Ukuran sampel yang diperlukan

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA · 2020. 10. 15. · Dalam sub bab ini akan dijelaskan mengenai sejarah rekayasa nilai, definisi rekayasa nilai, rencana kerja rekayasa nilai, dan beberapa

30

b = Perbedaan antara yang ditaksir dengan tolok ukur penafsiran

z = Harganya tergantung pada taraf kepercayaan yang ditetapkan.

= Simpangan baku

2.9 Validitas

Pendefinisian uji validitas dapat diawali dengan melihat secara etimologi,

validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti sejauh mana ketepatan

dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Suatu tes atau

instrumen pengukur dapat dikatakan mempunyai validitas yang tinggi apabila alat

tersebut menjalankan fungsi ukurnya, atau memberikan hasil ukur yang sesuai

dengan maksud dilakukannya pengukuran tersebut. Tes yang menghasilkan data

yang tidak relevan dengan tujuan pengukuran dikatakan sebagai tes yang memiliki

validitas rendah Azwar, (2000). Dalam teori skor-murni klasikal, pengertian

validitas dapat dinyatakan sebagai sejauh mana skor tampak atau skor perolehan

mendekati besar skor murni. Skor tampak tidak akan sama dengan skor murni

kecuali alat ukur yang bersangkutan mempunyai validitas yang sempurna.

Semakin skor perolehan mendekati skor murni maka semakin tinggi validitasnya,

dan sebaliknya.

Untuk penentuan validitas dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

[ ∑ (∑ ) (∑ )

√* ∑ (∑ ) +* ∑ (∑ ) +]

dimana : r = korelasi

X = skor setiap item

Y = skor total

n = ukuran sampel

Penentuan pengklasifikasian validitas yang dikemukakan oleh (Guilford ,

1956) adalah sebagai berikut:

0,80 < r < 1,00 validitas sangat tinggi (sangat baik)

0,60 < r < 0,80 validitas tinggi (baik)

0,40 < r < 0,60 validitas sedang (cukup)

0,20 < r < 0,40 validitas rendah (kurang)

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA · 2020. 10. 15. · Dalam sub bab ini akan dijelaskan mengenai sejarah rekayasa nilai, definisi rekayasa nilai, rencana kerja rekayasa nilai, dan beberapa

31

0,00 < r < 0,20 validitas sangat rendah (jelek) rxy

0,00 tidak valid

2.10 Reliabilitas

Dari segi bahasa, reliabilitas merupakan penerjemahan dari kata

reliability yang mempunyai asal kata rely dan ability. Bila digabungkan, kedua

kata tersebut akan mengerucut kepada pemahaman tentang kemampuan alat ukur

untuk dapat dipercaya dan menjadi sandaran pengambilan keputusan. Oleh

Anastasi dan Urbina, (1997) dalam konteks ini reliabilitas alat tes akan menunjuk

kepada sejauh mana perbedaan-perbedaan individual dalam skor tes dapat

dianggap disebabkan oleh perbedaan-perbedaan sesungguhnya dalam karakteristik

yang dipertimbangkan dan sejauh mana dapat dianggap disebabkan oleh

kesalahan peluang.

Suryabrata, (2000) menyatakan bahwa dalam arti yang paling luas,

reliabilitas alat ukur menunjuk kepada sejauh mana perbedaan-perbedaan skor

perolehan mencerminkan perbedaan atribut yang sebenarnya. Reliabilitas alat

ukur yang juga menunjukkan derajad kekeliruan pengukuran tidak dapat

ditentukan dengan pasti melainkan hanya dapat diestimasi. Estimasi reliabilitas

alat ukur dapat dicapai dengan menggunakan tiga metode. Ketiga metode yang

dimaksud adalah, metode “retest” atau tes ulang, metode “alternate form” atau

tes paralel dan metode “split-half” atau metode konsistensi internal Guilford.

Untuk penentuan reabilitas dengan menggunakan rumus sebagai berikut

:

[

]

dengan:

r = koefisien reliabilitas

n = banyaknya butir soal.

= varians skor soal ke-i.

= varians skor total.

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA · 2020. 10. 15. · Dalam sub bab ini akan dijelaskan mengenai sejarah rekayasa nilai, definisi rekayasa nilai, rencana kerja rekayasa nilai, dan beberapa

32

Untuk menentukan reabilitas Kategori koefisien reliabilitas (Guilford,

1956) adalah sebagai berikut:

0,80 < r ≤ 1,00 reliabilitas sangat tinggi

0,60 < r ≤ 0,80 reliabilitas tinggi

0,40 < r ≤ 0,60 reliabilitas sedang

0,20 < r ≤ 0,40 reliabilitas rendah

-1,00 r ≤ 0,20 reliabilitas sangat rendah (tidak reliable)

2.11 Antropometri

Antropometri adalah ilmu yang mempelajari tentang bentuk dan ukuran

tubuh manusia. Data antropometri digunakan untuk berbagai keperluan seperti

perancangan lingkungan kerja (workplaces), fasilitas kerja, dan lain-lain agar

diperoleh ukuran-ukuran yang sesuai dan layak dengan dimensi ukuran anggota

tubuh manusia yang akan menggunakannya. Hal ini dilakukan agar tercapai suatu

kondisi yang nyaman, aman, dan sehat bagi manusia dan tentunya juga dapat

menciptakan kondisi kerja yang efisien dengan hasil yang efektif atau dengan kata

lain adalah untuk mencapai keadaan yang ergonomis. Antropometri secara lebih

luas digunakan sebagai pertimbangan ergonomis dalam proses perencanaan

produk maupun sistem kerja yang memerlukan interaksi manusia. Data

antropometri yang berhasil diperoleh akan diaplikasikan secara lebih luas antara

lain dalam hal perancangan areal kerja (work station), perancangan alat kerja dan

perancangan lingkungan fisik. Berdasarkan hal tersebut maka dapat disimpulkan

bahwa data antropometri akan menentukan bentuk, ukuran, dan dimensi yang

tepat berkaitan dengan produk yang akan dirancang sesuai dengan manusia yang

akan mengoperasikan atau menggunakan produk tersebut. Untuk gambar dan

tabel Antropometri tubuh manusia bisa dilihat pada Lampiran 1, berdasarkan

referensi jurnal “Data Antropometri Masyarakat Indonesia serta Dimensionalnya,

Nurmianto, (1991)”.

A. Aplikasi Data Antropometri Perancangan Produk atau Fasilitas Kerja

Data antropometri untuk berbagai ukuran anggota tubuh baik yang diukur

dalam posisi tetap (structural body dimension) ataupun posisi bergerak dinamis

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA · 2020. 10. 15. · Dalam sub bab ini akan dijelaskan mengenai sejarah rekayasa nilai, definisi rekayasa nilai, rencana kerja rekayasa nilai, dan beberapa

33

sesuai dengan fungsi yang bisa dikerjakan oleh anggota tubuh tersebut (functional

body dimension) dan dikelompokan berdasarkan nilai persentil dari populasi

tertentu akan sangat bermanfaat untuk menentukan ukuran-ukuran yang harus

diakomodasikan pada saat perancangan sebuah produk, fasilitas kerja maupun

stasiun kerja. Dalam hal ini ada dua dimensi rancangan yang akan dijadikan dasar

menentukan minimum dan maksimum ukuran yang umum ingin ditetapkan, yaitu:

1. Dimensi jarak ruangan (clearance dimensions), yaitu dimensi yang

diperlukan untuk menentukan minimum ruang (space) yang diperlukan

orang untuk dengan leluasa melaksanakan aktivitas dalam sebuah stasiun

kerja baik pada saat mengoperasikan maupun harus melakukan

perawatan dari fasilitas kerja yang ada. Jarak ruangan (clearance) dalam

hal ini dirancang dengan menetapkan dimensi ukuran rata-rata tubuh dari

populasi pemakai yang diharapkan. Pada saat kita merancang ukuran

panjang dan lebar material handling, maka disini dimensi ukuran

panjang dan lebarnya akan ditentukan berdasarkan data antropometri.

2. Dimensi jarak jangkauan (reach dimension), yaitu dimensi yang

diperlukan untuk menentukan maksimum ukuran yang harus ditetapkan

agar mayoritas populasi akan mampu menjangkau dan mengoperasikan

peralatan kerja material handling secara mudah dan tidak memerlukan

usaha (effort) yang terlalu memaksa. Disini jarak jangkauan akan

ditetapkan berdasarkan ukuran rata-rata tubuh dari populasi pemakai

yang diharap.

Ada tiga filosofi dasar perancangan yang bisa dipilih sesuai dengan

tuntutan kebutuhan data antropometri yaitu:

a. Rancangan untuk ukuran rata-rata (design for average), yang banyak

dijumpai dalam perancangan produk atau fasilitas yang dipakai untuk

umum (public facilities) yang akan dipakai oleh orang banyak.

b. Rancangan untuk ukuran ekstrim (design for extreem), yang ditujukan

untuk mengakomodasikan mereka yang memiliki ukuran yang terkecil

atau yang terbesar (dipilih salah satu) dengan oritentasi mayoritas

populasi akan bisa terakomodasi oleh rancangan yang dibuat.

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA · 2020. 10. 15. · Dalam sub bab ini akan dijelaskan mengenai sejarah rekayasa nilai, definisi rekayasa nilai, rencana kerja rekayasa nilai, dan beberapa

34

c. Rancangan untuk ukuran yang bergerak dari satu ekstrim ke ekstrim

ukuran yang lain (design for range), yang diaplikasikan untuk

memberikan fleksibilitas ukuran (karena ukuran mampu diubah-ubah)

sehingga mampu digunakan oleh mereka yang memiliki ukuran tubuh

terkecil maupun yang terbesar (biasanya akan memakai ukuran dari

range percentil 5th

dan 95th

).

Selanjutnya untuk mengaplikasikan data antropometri dalam proses

perancangan ada beberapa langkah dan sistematika prosedur yang harus ditempuh

yang dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Tentukan terlebih dahulu mayoritas (potensi) dari populasi yang

diharapkan akan memakai atau mengoperasikan produk atau fasilitas

rancangan yang akan dibuat (seperti yang dilakukan dalam langkah

penetapan target dan segmentasi pasar).

b. Tentukan proporsi dari populasi (percentil) yang harus diikuti.

c. Tentukan bagian-bagian tubuh dan dimensinya yang akan terkait dengan

rancangan yang dibuat.

d. Tentukan prinsip ukuran yang harus diikuti apakah rancangan tersebut

untuk ukuran ekstrim, rentang ukuran yang fleksibel (range), ataukah

menggunakan ukuran rata-rata.

e. Aplikasikan data antropometri yang sesuai dan tersedia.

Hasil rancangan yang dibuat dituntut dapat memberikan kemudahan dan

kenyamanan bagi si pemakai. Oleh karena itu, rancangan yang akan dibuat harus

memperhatikan faktor manusia sebagai pemakainya. Faktor manusia ini

diantaranya dipelajari dalam ergonomi (antropometri). Beberapa hal yang perlu

diperhatikan dalam membuat suatu rancangan selain faktor manusia, antara lain:

B. Analisa Teknik

Banyak berhubungan dengan ketahanan, kekuatan, kekerasan dan

seterusnya. analisis teknik sebagai teknik penelitian yang objektif, sistematis, dan

deskripsi kuantitatif dari apa yang tampak dalam sebuah produk. Analisis teknik

dapat di pergunakan pada teknik kuantitatif maupun kualitatif, tergantung pada

sisi mana peneliti memanfaatkannya.

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA · 2020. 10. 15. · Dalam sub bab ini akan dijelaskan mengenai sejarah rekayasa nilai, definisi rekayasa nilai, rencana kerja rekayasa nilai, dan beberapa

35

C. Analisa Ekonomi

Berhubungan perbandingan biaya yang harus dikeluarkan dan manfaat

yang akan diperoleh. Analisis ekonomi merupakan salah satu analisis yang

digunakan pada model teknik fundamental. Analisis ini cenderung digunakan

untuk mengetahui keadaan-keadaan yang bersifat makro dari suatu keadaan

ekonomi. Ketika jumlah uang yang beredar semakin tinggi, maka terdapat

kecenderungan meningkatnya kegiatan perekonomian secara keseluruhan. Hal ini

dikarenakan perusahaan-perusahaan mendapatkan supply uang yang lebih tinggi

dari biasanya. Ketika supply uang tinggi, maka kegiatan operasional yang bersifat

profit oriented juga akan meningkat dan otomatis akan membuat laba perusahaan

meningkat pula. Hal ini pada gilirannya nanti akan meningkatkan return saham

dari perusahaan yang bersangkutan.

D. Analisa Pemasaran

Berhubungan dengan jalur distribusi produk atau hasil rancangan

sehingga dapat sampai kepada konsumen. Pemasaran adalah aliran produk secara

fisis dan ekonomik dari produsen melalui pedagang perantara ke konsumen.

Pemasaran melibatkan banyak kegiatan yang berbeda yang menambah nilai

produk pada saat produk bergerak melalui sistem tersebut. Kegiatan-kegiatan

dalam usaha pemasaran tidak hanya kegiatan memindahkan barang atau jasa dari

tangan produsen ke tangan konsumen saja dengan sistem penjualan, tetapi banyak

kegiatan lain yang juga dijalankan dalam kegiatan pemasaran.

E. Analisa Nilai

Analisa nilai adalah suatu prosedur untuk mengidentifikasikan ongkos-

ongkos yang tidak ada gunanya (tidak perlu).

Terdapat tiga tipe perancangan dalam pendekatan antropometri, yaitu :

a. Perancangan untuk pemakaian nilai ekstrim.

Contohnya: data dengan persentil ekstrim minimum 5% dan data ekstrim

maksimum 95%.

b. Perancangan pemakaian nilai rata-rata.

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA · 2020. 10. 15. · Dalam sub bab ini akan dijelaskan mengenai sejarah rekayasa nilai, definisi rekayasa nilai, rencana kerja rekayasa nilai, dan beberapa

36

Contohnya: data dengan persentil 50%.

c. Perancangan untuk pemakaian yang dapat disesuaikan.

2.10.1 Penyebab Variabilitas Antropometri

Perbedaan antara suatu populasi dengan populasi yang lain adalah

dikarenakan oleh beberapa faktor-faktor ,yaitu keacakan, jenis kelamin, suku

bangsa, usia, jenis pekerjaan, faktor kehamilan pada wanita, cacat tubuh secara

fisik. Faktor-faktor tersebut sangat mempengaruhi data antropometri yang

nantinya akan digunakan sebagai acuan dalam membuat perancangan suatu

produk.

a. Keacakan

Dalam butir pertama ini walau pun telah terdapat dalam suatu kelompok

populasi yang sudah jelas sama jenis kelamin, suku bangsa, kelompok usia dan

pekerjaan, namun masih akan ada perbedaan yang masih cukup signifikan antara

berbagai masyarakat.

b. Jenis Kelamin

Secara distribusi statistika ada perbedaan yang signifikan antara dimensi

tubuh pria dan wanita. Untuk kebanyakan dimensi tubuh pria dan wanita ada

perbedaan yang signifikan diantara mean (rata-rata) dan nilai perbedaan ini tidak

bisa diabaikan begitu saja. Pria dianggap lebih panjang dimensi segmen badannya

daripada wanita, oleh karenanya data antropometri untuk dua jenis kelamin

tersebut selalu disajikan terpisah.

c. Suku Bangsa

Variasi diantara beberapa kelompok suku bangsa telah menjadi hal yang

tidak kalah pentingnya terutama karena meningkatnya jumlah angka migrasi dari

satu negara ke negara lain. Suatu contoh sederhana yaitu dengan meningkatnya

jumlah penduduk yang migrasi dari negara Vietnam ke Australia, untuk mengisi

satuan jumlah angkatan kerja. Maka akan mempengaruhi antropometri nasional.

d. Usia

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA · 2020. 10. 15. · Dalam sub bab ini akan dijelaskan mengenai sejarah rekayasa nilai, definisi rekayasa nilai, rencana kerja rekayasa nilai, dan beberapa

37

Beberapa kelompok usia telah menjadi hal yang penting dalam masalah

antropometri.

Berikut ini kelompok usia yang digolongkan dalam masalah antropometri, yaitu:

1. Balita

2. Anak-anak

3. Remaja

4. Dewasa

5. Lanjut usia

Hal ini jelas berpengaruh terutama jika desain diaplikasikan untuk

antropometri anak-anak. Antropometri akan cendrung terus meningkat sampai

batas usia dewasa, namun setelah menginjak usia dewasa, tinggi badan manusia

mepunyai kecendrungan untuk menurun yang antara lain disebabkan oleh

berkurangnya elastisitas tulang belakang. Selain itu juga berkurangnya dinamika

gerakan tangan dan kaki.

e. Jenis Pekerjaan

Beberapa jenis pekerjaan tertentu menuntut adanya persaratan dalam

seleksi karyawan. Seperti misalnya: buruh dermaga adalah harus mepunyai postur

yang relatif lebih besar dibandingkan dengan karyawan perkantoran pada

umumnya.

f. Faktor Kehamilan Pada Wanita

Faktor ini sudah jelas akan mempunyai pengaruh perbedaan yang berarti

kalau dibandingkan dengan wanita yang tidak hamil, terutama yang berkaitan

dengan analisa perancangan produk (APP) dan anlisa perancangan kerja (APK).

g. Cacat Tubuh Secara Fisik

Suatu perkembangan yang sangat menggembirakan pada dekade terakhir

yaitu dengan diberikannya skala prioritas pada rancang bangun fasilitas

akomodasi untuk para penderita cacat tubuh secara fisik sehingga mereka dapat

ikut serta merasakan kesamaan dalam penggunaan jasa dari hasil ilmu ergonomi

didalam pelayanan untuk masyarakat.

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA · 2020. 10. 15. · Dalam sub bab ini akan dijelaskan mengenai sejarah rekayasa nilai, definisi rekayasa nilai, rencana kerja rekayasa nilai, dan beberapa

38

2.10.2 Rumus-rumus Perhitungan Antropometri

A. Mean / rata-rata ( )

Rata-rata adalah perbandingan antara jumlah nilai data dengan banyak

data. Jika suatu data terdiri atas x1, x2, x3, ..., xn maka rata-rata data tersebut

dirumuskan sebagai berikut.

= ∑

Dimana:

= mean/rata-rata

k = banyak data

∑ = nilai data ke-i

B. Standar Deviasi / Simpangan Baku ( σ)

Untuk mencari simpangan baku atau standar deviasi (σ), maka digunakan

rumus sebagai berikut:

σ = √ ( )

Dimana:

σ = standar deviasi (simpangan baku)

xi = nilai data ke-i

= mean/rata-rata

N = banyaknya data

C. Standar Deviasi Rata-rata

Untuk mencari standar deviasi rata-rata (σx), maka digunakan rumus

sebagai berikut:

σx =

Dimana:

σx = standar deviasi rata-rata

σ = standar deviasi

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA · 2020. 10. 15. · Dalam sub bab ini akan dijelaskan mengenai sejarah rekayasa nilai, definisi rekayasa nilai, rencana kerja rekayasa nilai, dan beberapa

39

√ = Akar dari jumlah data

D. Uji Keseragaman Data

BKA = + 2. σx

BKB = - 2. Σx

Dimana:

σx = standar deviasi rata-rata

= mean/rata-rata

BKA = Batas Kontrol Atas

BKB = Batas Kontrol Bawah

E. Uji Percentil (5%, 50%, 95%)

Jika kumpulan data dibagi menjadi 100 bagian yang sama, maka didapat

sembilan pembagi dan tiap pembagi dinamakan “PERCENTIL”. Tabel untuk

mencari nilai persentil adalah sebagai berikut:

Tabel 2.1 Distribusi Normal dan Perhitungan Percentil

Percentil Calculation

1 X – 2,325 σx

2,5 X – 1,960 σx

5 X – 1,645 σx

10 X – 1,280 σx

50 X

90 X + 1,280 σx

95 X + 1,645 σx

97,5 X + 1,960 σx

99 X + 2,325 σx

Sumber : Pengumpulan Data, 2020

Page 28: BAB II TINJAUAN PUSTAKA · 2020. 10. 15. · Dalam sub bab ini akan dijelaskan mengenai sejarah rekayasa nilai, definisi rekayasa nilai, rencana kerja rekayasa nilai, dan beberapa

40

2.12 Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu ini menjadi salah satu acuan penulis dalam

melakukan penelitian sehingga penulis dapat memperkaya teori yang digunakan

dalam mengkaji penelitian yang dilakukan. Dari penelitian terdahulu, penulis

tidak menemukan penelitian dengan judul yang sama seperti judul penelitian

penulis. Namun penulis mengangkat beberapa penelitian sebagai referensi dalam

memperkaya bahan kajian pada penelitian penulis. Berikut merupakan penelitian

terdahulu berupa beberapa jurnal terkait dengan penelitian yang dilakukan

penulis.

Tabel 2.2 Penelitian Terdahulu

Nama Peneliti Judul Peneliti Hasil Penelitian Taufan Landi, 2017 Perancangan Dan Uji

Alat Pengolah Sampah

Plastik Jenis LDPE

(Low Density

Polyethylene) Menjadi

Bahan Bakar Alternatif

Hasil volume minyak

terbanyak adalah pada

temperatur dinding reaktor

700oC, pada plastik LDPE

yaitu 365 ml. Massa jenis

rata-rata minyak LDPE

adalah 0.739667gr/ml.. Nilai

kalor minyak pirolisis plastik

LDPE yang paling tinggi

diantara tiga variasi suhu

yang ada yaitu pada suhu

700oC yaitu sebesar 9583.45

kal/gr.Nilai kalor rata-rata

minyak pirolisis plastik

LDPE adalah 8364.4 kal/gr Suhu optimum diantara tiga

variasi suhu yang dilakukan

yaitu pada suhu 700oC karena

Page 29: BAB II TINJAUAN PUSTAKA · 2020. 10. 15. · Dalam sub bab ini akan dijelaskan mengenai sejarah rekayasa nilai, definisi rekayasa nilai, rencana kerja rekayasa nilai, dan beberapa

41

berdasarkan hasil pengujian ,

untuk mendapatkan volume

terbanyak dan nilai kalor

paling tinggi diantara tiga

variasi suhu yang dilakukan

utnuk menghasilkan bahan

bakar pirolisis diperlukan

suhu 700oC. Hasil volume,

densitas, dan nilai kalor dari

bahan bakar yang dihasilkan,

hanya berlaku untuk alat yang

di uji pada penelitian ini

Perbedaan : penelitian yang dilakukan Taufan Landi memakai sampah plastik

jenis LDPE sedangkan penulis memakai semua jenis sampah plastik baik itu

LDPE, HDPE maupun lainnya.

Sumber : Hasil Kajian Penulis, 2020

Tabel 2.2 Penelitian Terdahulu

Nama Peneliti Judul Peneliti Hasil Penelitian Dewi Amalia Ardianti,

Aldy Amiruddin Najib,

Faisal Nur Hakim, Uhti

Setiorini,

Sri Suryaningsih, 2019

Rancang Bangun

Alat Pengkonversi

Sampah Plastik

Menggunakan

Metode Pirolisis

Menjadi Bahan

Bakar Minyak

Dalam Upaya

Penanganan

Masalah

Lingkungan

Telah dihasilkan rancangan

reaktor pirolisis yang terdiri

dari tiga komponen utama,

yakni tabung pemanasan

dengan diameter 20 cm, tinggi

30 cm, dan kapasitas

maksimum 4 kg, kondenser

dengan panjang 30 cm dan

diameter 15 cm, serta reservoar

air dengan kapasitas 50 L

sebagai sumber pendingin pada

kondenser.

Dengan menggunakan reactor

pirolisis tersebut dihasilkan

bahan bakar minyak limbah plastik HDPE sebanyak 460 ml

minyak dengan temperatur

pemanasan 606,9°C dan

Page 30: BAB II TINJAUAN PUSTAKA · 2020. 10. 15. · Dalam sub bab ini akan dijelaskan mengenai sejarah rekayasa nilai, definisi rekayasa nilai, rencana kerja rekayasa nilai, dan beberapa

42

kondensasi 26°C serta 1846,5

ml minyak dengan temperatur

pemanasan 640,6°C dan

kondensasi 17°C, di mana

semakin besar temperatur

pemanasan dan rendahnya

temperatur kondensasi maka

kapasitas minyak yang

dihasilkanpun akan semakin

besar.

Perbedaan : penelitian yang dilakukan Dewi Amalia Ardianti, Aldy Amiruddin

Najib, Faisal Nur Hakim, Uhti Setiorini, Sri Suryaningsih membuat alat

pengkonversi sampah plastik menjadi bahan bakar minyak sedangkan penulis

membuat alat pengkonversi sampah plastik menjadi bahan bakar minyak

kemudian bahan bakar minyak tersebut di konversikan lagi menjadi gas.

Sumber : Hasil Kajian Penulis, 2020

Tabel 2.2 Penelitian Terdahulu

Nama Peneliti Judul Peneliti Hasil Penelitian Asep Sumarna, 2017 Rancang Bangun Alat

Pengubah Sampah

Plastik Menjadi Bahan

Bakar Minyak (BBM)

Setelah dilakukan proses penelitian

mulai dari tahap awal studi literatur,

hingga tahap akhir yakni proses

pengujian dan dilakukan analisa, maka

dapat ditarik kesimpulan-kesimpulan

sebagai berikut :

1. Penelitian yang dilakukan dapat

menghasilkan sebuah alat konversi

energi alternatif dari sampah plastik

menjadi bahan bakar minyak secara

utuh, walaupun masih terdapat

kekurangan-kekurangan pada alat yang

dibuat. Berdasarkan hasil pengujian

dan analisa, bahwa alat yang telah

dibuat secara keseluruhan dapat

pemanasan maksimal reaktor : 230oC

Page 31: BAB II TINJAUAN PUSTAKA · 2020. 10. 15. · Dalam sub bab ini akan dijelaskan mengenai sejarah rekayasa nilai, definisi rekayasa nilai, rencana kerja rekayasa nilai, dan beberapa

43

ringan untuk dimobi

untuk melakukan bongkar-pasang dan

perawatan alat

2. Untuk menentukan kualitas produk

hasil dari alat tidak tercapai, hal ini

dikarenakan keterbatasan waktu dan

kemampuan dari penulis. Akan tetapi

untuk menentukan kualitas dari produk

yang dihasilkan direncanakan akan ada

proses penelitian lebih lanjut dimasa

mendatang

Perbedaan : penelitian yang dilakukan Asep Sumarna memakai kondensor berbentuk lurus

dengan posisi horizontal sedangkan penulis memakai kondensor berbentuk spiral dengan

posisi vertikal.

Sumber : Hasil Kajian Penulis, 2020

Tabel 2.2 Penelitian Terdahulu

Nama Peneliti Judul Peneliti Hasil Penelitian Irfan Subiantoro, 2015 Rancang Bangun

Kompor Batubara

Untuk Kebutuhan

Industri Rumah Tangga

Dari pelaksanaan tugas akhir yang

berjudul “Rancang Bangun

Kompor Batubara Untuk

Kebutuhan Industri

Rumah Tangga” diperoleh

beberapa kesimpulan antara lain:

1. Rancangan kompor briket

batubara mempunyai ukuran

pokok:

- Tinggi keseluruhan 950 mm dan

mempunyaidiameter luar 360.

- Komponen – komponenya:

(1) permukaan ruang pembakaran,

(2) plat bagian atas kompor, (3) ruang pembakaran

(4) tempat aliran udara,

(5) dudukan blower,

Page 32: BAB II TINJAUAN PUSTAKA · 2020. 10. 15. · Dalam sub bab ini akan dijelaskan mengenai sejarah rekayasa nilai, definisi rekayasa nilai, rencana kerja rekayasa nilai, dan beberapa

44

(6) ruang penampung sisa

pembakaran dan

7) rangka kompor briket batubara.

2. Pembuatan kompor briket

batubara

Komponen – komponen kompor

batubara dibuat dengan

cara dipotong, ditekuk,

dipanaskan, dipukul, peleburan,

pencetakkan, pengeringan dan

pengeboran. Kemudian dirakit

dengan proses pengelasan,

komponen–komponen yang dirakit

dengan proses pengelasan yaitu

:plat bagian atas kompor, ruang

pembakaran, tempat

aliran udara, dudukan blower dan

rangka kompor briket batubara.

Komponen yang diberi mur

(dudukan blower).

Perbedaan : penelitian yang dilakukan Irfan subiantoro rancang bangun kompor

batubara sedangkan penulis merancang kompor terintegrasi dengan konversi bahan

bakar plastik dan bahan bakar minyak menjadi bahan bakar gas.

Sumber : Hasil Kajian Penulis, 2020