Post on 13-May-2019
4
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Egonomi
Ergonomi atau ergonomis berasal dari kata Yunani yaitu Ergo yang berarti
kerja dan Nomos yang berarti hukum. Ergonomi dapat didefenisikan sebagai studi
tentang aspek-aspek manusia dalam lingkungan kerjanya yang ditinjau secara
anatomi, fisiologi, psikologi, engineering, manajemen dan desain/ perancangan.
Ergonomi berkenaan pula dengan optimasi, efisiensi, kesehatan, keselamatan dan
kenyamanan di tempat kerja, di rumah, dan tempat rekreasi. Didalam ergonomi
dibutuhhkan studi tentang sistem dimana manusia, fasilitas kerja dan
lingkungannya saling berinteraksi dengan tujuan utama yaitu menyesuaikan
suasana kerja dengan manusianya. Ergonomi disebut juga sebagai “Human
Factors” (Nurmianto, 1996).
Kajian ergonomi yang berhubungan dengan aspek ukuran fisik manusia dan
bertujuan untuk mendapatkan rancangan peralatan, produk atau tempat kerja yang
ergonomis dengan memperhatikan dimensi tubuh target pengguna dikenal dengan
antropometri. Dalam antropometri terdapat dua jenis dimensi ukuran yaitu
struktural (statis) dan fungsional (dinamis) Herjanto (2008) dalam Izzhati (2015).
Dimensi struktural untuk mengukur dimensi tubuh manusia pada kondisi tetap
(statis) sedangkan dimensi fungsional adalah untuk mengukur dimensi tubuh
ketika sedang mengadakan kegiatan.
Ergonomi dapat berperan pula sebagai desain pekerjaan pada suatu organisasi,
misalnya: penentuan jumlah jam istirahat, pemilihan jadwal pergantian waktu
kerja (shift kerja), meningkatkan variasi pekerjaan, dan lain-lain. Disamping itu
ergonomi juga memberikan peranan penting dalam meningkatkan faktor
keselamatan dan kesehatan kerja seperti yang ditunjukan pada gambar 2.1,
misalnya: desain suatu sistem kerja untuk mengurangi rasa nyeri dan ngilu pada
sistem kerangka dan otot manusia, desain stasiun kerja untuk alat peraga manusia
visual (visual display unit station) (Nurmianto, 1996).
Menurut Santoso (2013) ergonomi merupakan satu upaya dalam bentuk ilmu,
5
teknologi, dan seni untuk menyerasikan peralatan, mesin pekerjaan, sistem,
organisasi dan lingkungan dengan kemampuan, kebolehan dan batasan manusia
sehingga tercapai suatu kondisi dan lingkungan yang sehat, aman, nyaman, efisien
dan produktif, melalui pemanfaatan tubuh manusia secara maksimal dan optimal.
Agar tercapai kondisi seperti itu, seharusnya peralatan dan lingkungan
dikondisiskan sesuai dengan alat. Untuk keperluan perancangan alat dan
lingkungan diperlukan nilai standar ergonomis yang dibuat disesuaikan dengan
kemampuan dan batasan manusia.
Sesuai dengan pengertian ergonomi, prinsip penting ergonomi yang selalu
digunakan adalah prinsip fitting the task to the man, yang berarti harus
disesuaikan dengan kemampuan dan keterbatasan manusia. Apabila ingin
meningkatkan kemampuan manusia untuk melakukan tugas, maka beberapa hal di
sekitar lingkungan alam manusia seperti peralatan, lingkungan fisik, posisi gerak
(kerja) perlu direvisi atau dimodifikasi atau redesain disesuaikan dengan
disesuaikan dengan kemampuan dan keterbatasan manusia, Santoso (2013).
Dengan kemampuan tubuh yang meningkat secara optimal, maka tugas kerja yang
dapat diselesaikan juga akan meningkat. Sebaliknya, apabila lingkungan alam
sekitar termasuk peralatan yang tidak sesuai dengan kemampuan alamiah tubuh
manusia seperti yang ditunjukan pada gambar 2.1, maka akan boros penggunaan
energi dalam tubuh, cepat lelah, hasil tidak optimal bahkan mencelakakan.
2.2 Tujuan dan Pentingnya Ergonomi
Tujuan ergonomi adalah untuk meningkatkan produktivitas tenaga kerja pada
suatu perusahaan atau organisasi. Hal ini dapat tercapai apabila terjadi kesesuaian
antara pekerja dengan pekerjaannya. Banyak yang menyimpulkan bahwa tenaga
kerja harus dimotivasi dan kebutuhannya terpenuhi. Dengan demikian akan
menurunkan jumlah tenaga kerja yang tidak masuk kerja.namun pendekatan
ergonomi mencoba mencapai kebaikan antara pekerjadan pemimpin perusahaan.
Hal ini dapat dicapai dengan memperhatikan empat tujuan utama, antara lain :
1. Memaksimalkan efisiensi tenaga kerja
2. Memperhatikan kesehatan dan keselamatan kerja
3. Menganjurkan agar bekerja aman dan nyaman
6
4. Memaksimalkan performansi kerja yang meyakinkan
Konsekuensi situasi kerja yang tidak ergonomis adalah kondisi tubuh menjadi
kurang optimal, tidak efisien, kualitas rendah dan seseorang bisa mengalami
gangguan kesehatan seperti nyeri pinggang (low back pain) seperti ditunjukan
pada gambar 2.2, gangguan otot rangka dan lain-lain. Oleh karena itu, ergonomi
penting karena pendekatan ergonomi adalah membuat keserasian yang baik antara
manusia dengan mesin dan lingkungan.
Gambar 2.1 Low back pain
(sumber : medicalxpress.com)
2.3 Postur Kerja
Postur kerja merupakan titik penentu dalam menganalisa keefektivan dari
suatu pekerjaan. Apabila postur kerja yang dilakukan oleh operator sudah baik
dan ergonomis maka dapat dipastikan hasil yang diperoleh oleh operator tersebut
akan baik, akan tetapi bila postur kerja operator tersebut salah atau tidak
ergonomis maka operator tersebut mudah kelelahan dan terjadi kelainan pada
bentuk tulang. Apabila operator mudah mengalami kelelahan hasil pekerjaan yang
dilakukan operator terebut juga mengalami penurunan dan tidak sesuai dengan
yang diharapkan.
Keluhan otot skeletal pada umumnya terjadi karena kontraksi otot yang
berlebihan yaitu dimana otot mengalami ketegangan yang membuat otot menjadi
panjang atau pendek hal ini diakibatkan pemberian beban kerja yang terlalu berat
dengan durasi pembebanan yang panjang. Sebaliknya, keluhan otot kemungkinan
7
tidak terjadi apabila kontraksi otot hanya berkisar antara 15-20% dari kekuatan
otot maksimum. Namun apabila kontraksi otot melebihi 20%, maka peredaran
darah ke otot berkurang menurut tingkat kontraksi yang dipengaruhi oleh
besarnya tenaga yang diperlukan Suhisono & Rubiati (2013). Suplai oksigen ke
otot menurun, proses metabolisme karbohidrat terhambat dan sebagai akibatnya
terjadi penimbunan asam laktat yang menyebabkan timbulnya rasa nyeri otot.
Kebanyakan rasa nyeri pada tulang belakang merupakan hernia pada
intervertebral disk yaitu keluarnya inti intervertebral (pulpy nucleus) yang
disebabkan oleh rusaknya lapisan pembungkus intervertebral disk.
Gambar 2.2 Hernia pada intervertebral disk
(Sumber : obat sakit punggung.com)
Terdapat beberapa faktor yang dapat menyebabkan terjadinya keluhan otot
skeletal, diantaranya yaitu:
1. Peregangan otot yang berlebihan (over exertion), pada umunya sering
dikeluhkan oleh pekerja dimana aktifitas kerjanya menuntut pengerahan tenaga
yang besar seperti aktifitas mengangkat, mendorong, menarik dan menahan beban
yang berat. Peregangan otot yang berlebihan ini terjadi karena pengerahan tenaga
yang diperlukan melampaui kekuatan optimum otot. Apabila hal serupa sering
dilakukan dapat mempertinggi risiko terjadinya keluhan otot, bahkan dapat
menyebabkan terjadinya cedera otot skeletal.
2. Aktifitas berulang, yaitu pekerjaan yang dilakukan secara terus menerus seperti
pekerjaan mencangkul, membelah kayu besar, angkat-angkut dan sebagainya.
Keluhan otot terjadi karena otot menerima tekanan akibat beban kerja secara terus
menerus tanpa memperoleh kesempatan untuk relaksasi.
8
3. Sikap kerja tidak alamiah, yaitu sikap kerja yang menyebabkan posisi bagian-
bagian tubuh bergerak menjauhi posisi alamih Sikap kerja almiah adalah sikap
kerja atau posisi kerja yang sesuai dengan bentuk alamiah kurva tulang belakang.
misalnya pergerakan tangan terangkat, punggung terlalu membungkuk, kepala
terangkat, dan sebagainya. Semakin jauh posisi bagian tubuh dari pusat gravitasi
tubuh, semakin tinggi pula resiko terjadinya keluhan otot skeletal. Sikap kerja
tidak alamiah ini pada umumnya karena karakteristik tuntutan tugas, alat kerja dan
stasiun kerja tidak sesuai dengan kemampuan dan keterbatasan pekerja.
4. Faktor penyebab sekunder, yaitu: Tekanan, Getaran dan Mikroklimat.
5. Penyebab kombinasi, yaitu: Umur, Jenis kelamin, Kebiasaan merokok,
kesegaran jasmani, kekuatan fisik, ukuran tubuh (antropometri).
2.4 Kelelahan Kerja
2.4.1 Pengertian Kelelahan Kerja
Kelelahan kerja adalah suatu kondisi melemahnya kegiatan, motivasi, dan
kelelahan fisik untuk melakukan kerja. Maharja (2015) menyatakan bahwa
kelelahan kerja menyangkut penurunan kinerja fisik, adanya perasaan lelah,
penurunan motivasi, dan penurunan produktivitas kerja. menurut Nurmianto
(1996) kelelahan kerja akan menurunkan kinerja dan menambah tingkat kesalahan
kerja. meningkatnya kesalahan kerja akan akan memberikan peluang terjadinya
kecelakaan kerja dalam industri. Pembenanan otot secara statispun (static
muscular loading) jika dipertahankan dalam waktu yang cukup lama akan
mengakibatkan RSI (repetition strain injuries) rasa sakit atau nyeri yang muncul
pada bagian otot karena tingkat ketegangan, terlalu banyak aktivitas atau saat
bekerja biasa disebut dengan nyeri otot, tulang, tendon, dan lain-lain yang
diakibatkan oeh jenis pekerjaan yang bersifat berulang (repetitive).
Kelelahan kerja banyak ditemukan pada tenaga kerja yang bekerja di bidang
industri besar, namun pada industri kecil hal ini banyak sekali terjadi. Maharja
(2015) menyatakan kelelahan kerja tidak dapat didefinisikan tetapi dapat
dirasakan sehingga penentuan kelelahan kerja dapat dketahui secara subjektif
9
berdasarkan perasaan yang dialami tenaga kerja. Kelelahan kerja tidak hanya
terjadi pada akhir waktu kerja, namun juga dapat terjadi sebelum bekerja.
2.4.2 Faktor Penyebab Terjadinya Kelelahan
Faktor penyebab terjadinya kelelahan akibat kerja di industri sangat bervariasi
dan sangat kompleks, saling terkait antara faktor dengan yang lain. Seperti faktor
intensitas dan lamanya kerja fisik dan mental, problem fisik seperti tanggung
jawab, lingkungan, kondisi kesehatan, nutrisi. Faktor-faktor penyebab kelelahan
sebagai berikut : Oesman & Simanjuntak (2011).
Faktor Internal
• Usia
Usia seseorang akan mempengaruhi kondisi, kemampuan dan kapasitas tubuh
dalam melakukan aktivitasnya. Produktivitas kerja akan menurun seiring dengan
bertambahnya usia. Kapasitas kerja meliputi kapasitas fungsional, mental dan
sosial akan menurun menjelang usia 45 tahun, menjelang usia 50 tahun keatas
kapasitas akan menurun (ILO &WHO), Oesman & Simanjuntak (2011).
• Status Gizi
Semua orang baik itu pekerjadalam hidupnya membutuhkan zat gizi yang
diperoleh dari bahan makanan yang dikonsumsi sehari- hari. Setiap orang
membutuhkan makanan sebagai sumber energi atau tenaga.
Faktor eksternal
• Beban kerja
Beban kerja dapat dibedakan secara kuantitatif dan kualitatif. Beban kerja
kuantitatif adalah seseorang bekerja dalam jumlah banyak maksudnya pekerjaan
yang dilakukan lebih dari satu sesuai dengan waktu yang telah diberikan. Beban
kerja kualitatif seseorang bekerja dengan tugas-tugas yang repetitive (berulang-
ulang). Denyut nadi kerja (heart rate) merupakan kecepetan denyut jantung
seseorang tenaga kerja ditentukan oleh besarnya beban langsung pekerjaan, beban
tambahan dan kapasitas kerja.
10
• Keluhan kerja
Keluhan kerja pada saat pekerja ( sakit pada melaksanakan pekerjaan) merupakan
salah satu penyebab kelelahan dengan Bordic Body Map melalui kuesioner dapat
ditentukan kondisi keluhan para pekerja.
Yang terpenting adalah bagaimana menangani setiap kelelahan yang muncul
agar tidak menjadi kronis. Agar dapat menangani kelelahan yang tepat, maka
harus mengetahui apa yang menjadi penyebab terjadinya kelelahan .Penyebab
kelelahan dan cara mengatasi digambarkan pada gambar 2.3.
Gambar 2.3 Penyebab Kelelahan, Cara Mengatasi dan Manajemen Resiko Kelelahan
(Sumber : Oesman 2011)
2.5 Nordic Body Map (NBM)
Nordic Body Map meruapakan kuisoner atau alat yang dapat digunakan untuk
memperbaiki sistem kerja. kuisoner ini digunakan untuk mengetahui ketidak
nyamanan pada para pekerja, kuisoner ini paling sering digunakan karena sudah
terstandarisasi dan tersusun rapi. Kuisoner ini menggunakan gambar tubuh
manusia yang sudah dibagi beberapa bagian yaitu leher, bahu, punggung bagian
atas, siku, punggung bagian bawah, pergelangan tangan, pinggang atau pantat,
lutut, tumit, dan kaki.
Menurut Sukania, dkk (2013) Melalui pendekatan Nordic Body Map dapat
diketahui bahian-bagian otot yang mengalami keluhan dengan tingkat keluhan,
contoh tenaga kerja setelah melakukam aktivitas kerja merasakan pegal pada
bagian leher karena bekerja dengan posisi leher menunduk dan keluhan masuk
11
dalam kategori sakit. Selanjutnya bagian tubuh dinilai sesuai kategori mulai dari
rasa tidak sakit, agak sakit, sakit sampai sangat sakit. Dengan menganalisis peta
tubuh seperti gambar 2.4 maka dapat diestimasijenis dan tingkat keluhan otot
skeletal yang dirasakan oleh tenaga kerja.
Gambar 2.4. Peta Tubuh
(Sumber : Nurmianto 1996)
Keterangan:
0. leher bagian atas 16. tangan kiri
1. leher bagian bawah 17. tangan kanan
2. bahu kiri 18. paha kiri
3. bahu kanan 19. paha kanan
4. lengan atas kiri 20. lutut kiri
5. Punggung 21. lutut kanan
6. lengan atas kanan 22. betis kiri
7. Pinggang 23. betis kanan
8. Bokong 24. pergelangan kaki kiri
9. Pantat 25. pergelangan kaki kanan
10. siku kiri 26. kaki kiri
11. siku kanan 27. kaki kanan
12
12. lengan bawah kiri
13. lengan bawah kanan
14. pergelangan tangan kiri
15. pergelangan tangan kanan
Dimensi-dimensi tubuh tersebut dapat dibuat dalam format Standard
Nordic Questionnaire. Standard Nordic Questionanire dibuat atau disebarkan
untuk mengetahui keluhan-keluhan yang dirasakan pekerja akibat pekerjaanya.
Standard Nordic Questionnaire bersifat subjektif, karena rasa sakit yang
dirasakan tergantung pada kondisi fisik masing-masing individu. Keluhan rasa
sakit pada bagian tubuh akibat aktivitas kerja tidaklah sama antara satu orang
dengan orang lain.
2.6 Rapid Upper Limb Assessment (RULA)
Rapid Upper Limb Assessment (RULA) merupakan suatu metode penelitian
untuk menginvestigasi gangguan pada anggota badan bagian atas. Metode ini
dirancang oleh Lynn McAtamney dan Nigel Corlett (1993) yang menyediakan
sebuah perhitungan skor beban musculoskeletal di dalam sebuah pekerjaan yang
memiliki resiko pada bagian tubuh dari perut hingga leher atau anggota badan
bagian atas, Torik (2015).
Metode ini tidak membutuhkan dokumentasi gambar dan foto dalam
penetapan penilaian postur leher, punggung dan lengan atas. Setiap pergerakan
diberi skor yang telah ditetapkan. RULA dikembangkan sebagai suatu metode
untuk mendeteksi postur kerja yang merupakan faktor resiko. Metode didesain
untuk menilai para pekerja dan mengetahui beban musculoskletal yang
memungkinkan menimbulkan gangguan pada anggota badan atas.
Dalam usaha untuk penilaian 4 faktor beban eksternal (jumlah gerakan, kerja
otot statis, tenaga kekuatan dan postur), adapun maanfaat Untuk mempermudah
penilaian postur tubuh, maka tubuh dibagi atas 2 segmen grup yaitu grup A dan
grup B.
2.6.1 Penilaian Postur Tubuh Grup A
Postur tubuh grup A terdiri atas lengan atas (upper arm), lengan bawah
(lower arm), pergelangan tangan (wrist) dan putaran pergelangan tangan (wirst
twist).
13
1. Lengan Atas (Upper Arm)
Penilaian terhadap lengan atas (upper arm) adalah penilaian yang dilakukan
terhadapa sudut yang dibentuk lengan atas pada saat melakukan aktivitas kerja.
sudut yang dibentuk oleh lengan atas diukur menurut posisi batang tubuh. Adapun
postur lengan atas (upper arm) dapat dilihat pada gambar 2.5.
(a) (b) (c)
(d) (e)
Gambar 2.5 Postur tubuh bagian lengan atas (upper arm)
Skor penilaian untuk postur tubuh bagian lengan atas (upper arm) dapat
dilihat pada Tabel 2.1
Tabel 2.1 Skor bagian lengan atas (upper arm)
Gambar
Pustur Pergerakan
Article
I. Skor Skor Perubahan
A 200 ( kedepan maupun kebelakang
dari tubuh) 1
+1 jika bahu naik
+1 jika lengan
berputar/bengkok
B >200 (kebelakang) atau 200-450 2
C 450-900 3
D >900 4
14
2. Lengan Bawah (Lower Arm)
Penilaian terhadap lengan bawah (lower arm) adalah penilaian yang
dilakukan terhadap sudut yang dibentuk lengan bawah pada saat melakukan
aktivitas kerja. sudut yang dibentuk oleh lengan bawah diukur menurut posisi
batang tubuh. Adapun postur lengan bawah (lower arm) dapat dilihat pada
Gambar 2.6.
(a) (b) (c) (d)
Gambar 2.6 Skor Lengan Bawah (Lower Arm)
Skor penilaian bagian lengan bawah (lower arm) dapat dilihat pada Tabel
2.2.
Tabel 2.2 Skor Lengan Bawah (lower Arm)
Gambar
Postur
Pergerakan Skor Skor Perubahan
B 600-1000 1 +1 Jika lengan bawah bekerja
melewati garis tengah atau keluar dari
sisi tubuh C
< 600 atau
1000 2
3. Pergelangan Tangan (Wrist)
Penilaian terhadap pergelangan tangan (wrist) adalah penilaian yang dilakukan
terhadap sudut yang dibentuk oleh pergelangan tangan pada saat melakukan
aktivitas kerja. sudut yang dibentuk oleh pergelangan tangan diukur menurut
posisi lengan bawah. Adapun postur pergelangan tangan (wrist) dapat dilihat pada
Gambar 2.7.
15
(a) (b) (c)
(d) (e)
Gambar 2.7 Postur Tubuh Pergelangan Tangan (Wrist)
Skor penilaian untuk bagian pergelangan tangan(wrist) dapat dilihat pada
tabel 2.3.
Tabel 2.3 Skor Pergelangan Tangan (Wrist)
Gambar Postur Pergerakan Skor Skor Perubahan
A Posisi netral 1
+1 jika pergelangan
tangan putaran
menjauhi sisi tengah
B 0-150 (ke atas maupun ke
bawah) 2
C, d >150 (ke atas maupun ke
bawah) 3
4. Putaran Pergelangan Tangan (Wrist Twist)
Adapun postur putaran pergelangan tangan (wrist twist) dapat dilihat pada
Gambar 2.8.
(a) (b)
Gambar 2.8 Postur Tubuh Putaran Pergelangan Tangan (Wrist Twist)
Untuk putaran pergelangan tangan (wrist twist) postur netral diberi skor :
16
1 = Posisi tengah dari putaran
2 = Pada atau dekat dari putaran
Nilai dari postur tubuh lengan atas, lengan bawah, pergelangan tangan dan
putaran pergelangan tanagn dimasukan ke dalam tabel postur tubuh grup A untuk
memperoleh skor seperti terlihat pada Tabel 2.4.
Tabel 2.4 Skor Grup A
Upper Arm Lower Arm
Wrist
1 2 3 4
Wrist Twist
Wrist Twist
Wrist Twist
Wrist Twist
1 2 1 2 1 2 1 2
1
1 1 2 2 2 2 3 3 3
2 2 2 2 2 3 3 3 3
3 2 3 2 3 3 3 4 4
2
1 2 2 2 3 3 3 4 4
2 2 2 2 3 3 3 4 4
3 2 3 3 3 3 4 4 5
3
1 2 3 3 3 4 4 5 5
2 2 3 3 3 4 4 5 5
3 2 3 3 4 4 4 5 5
4
1 3 4 4 4 4 4 5 5
2 3 4 4 4 4 4 5 5
3 3 4 4 5 5 5 6 6
5
1 5 5 5 5 5 6 6 7
2 5 6 6 6 6 7 7 7
3 6 6 6 7 7 7 7 8
6
1 7 7 7 7 7 8 8 8
2 7 8 8 8 8 9 9 9
3 9 9 9 9 9 9 9 9
17
5. Penambahan Skor Aktivitas
Setelah diperoleh hasil skor untuk postur tubuh grup A pada Tabel 2.4, maka
hasil skor tersebut ditambahkan dengan skor aktivitas. Penambahan skor aktivitas
tersebut berdasarkan kategori yang dapat dilihat pada Tabel 2.5.
Tabel 2.5 Skor Aktivitas
Aktivitas Skor Keterangan
Postur Statik +1 Satu atau lebih bagian tubuh
statis/diam
Pengulangan +1 Tindakan dilakukan berulang-ulang
lebih dari 4kali permenit
6. Penambahan Skor Beban
Setelah diperoleh hasil penambahan dengan skor aktivitas untuk postur tubuh
grup A pada Tabel 2.5, maka hasil skor tersebut ditambahkan dengan skor beban.
Penambahan skor beban tersebut berdasarkan kategori yang dapat dilihat pada
Tabel 2.6.
Tabel 2.6 Skor Beban
Beban Skor Keterangan
< 2 kg 0 -
2 kg – 10 kg 1 +1 jika postur statis dan
dilakukan berulang-ulang
➢ 10 kg 2 -
2.6.2 Penilaian Postur Tubuh Grup B
Postur tubuh grup B terdiri atas leher (neck), batang tubuh (trunk), dan kaki
(legs).
1. Leher (Neck)
Penilaian terhadap leher (neck) adalah penilaian yang dilakukan terhadap
posisi leher pada saat melakukan aktivitas kerja apakah operator harus melakukan
kegiatan ekstensi atau fleksi dengan sudut tertentu. Adapun postur leher dapat
dilihat pada Gambar 2.9.
18
(a) (b) (c) (d)
(e) (f)
Gambar 2.9 Postur Tubuh bagian Leher (Neck)
Skor penilaian untuk leher (neck) dapat dilihat pada Tabel 2.7
Tabel 2.7 Skor Bagian Leher (neck)
Gambar
Postur
Pergerakan Skor Skor Perubahan
A 0-100 1 + 1 jika leher
berputar/bengkok
+ 1 jika batang tubuh
bengkok
B 100-200 2
C >200 3
D Ekstensi 4
2. Batang Tubuh (Trunk)
Penilaian terhadap batang tubuh (trunk), merupakan penilaian terhadap sudut
yang dibentuk tulang belakang tubuh saat melakukan aktivitas kerja dngan
kemiringan yang sudah diklasifikasikan. Adapun klasifikasi kemiringan batang
tubuh saat melakukan aktivitas kerja dapat dilihat pada Gambar 2.10.
19
(a) (b) (c) (d)
Gambar 2.10 Postur bagian Batang Tubuh (Trunk)
Skor penilaian bagian batang tubuh (trunk ) dapat dilihat pada Tabel 2.8.
Tabel 2.8 Skor Bagian Batang Tubuh (Trunk)
Gambar Postur Pergerakan Skor Skor Perubahan
A Posisi normal (900) 1 + 1 jika leher
berputar/bengkok
+ 1jika batang tubuh
bungkuk
B 0-200 2
C 200-600 3
D >600 4
3. Kaki (Legs)
Penilaian terhadap kaki (legs) adalah penilaian yang dilakukan terhadap
posisi kaki pada saat melakukan aktivitas kerja operator bekerja dengan posisi
normal/seimbang atau bertumpu pada satu kaki lurus. Adapun posisi kaki dapat
dilihat pada Gambar 2.11.
(a) (b)
Gambar 2.11 Posisi Kaki (Legs)
Skor penilaian untuk kaki (legs) dapat dilihat pada Tabel 2.9.
20
Tabel 2.9 Skor Bagian Kaki (legs)
Gambar Postur Pergerakan Skor
A Posisi normal/seimbang 1
B Tidak seimbang 2
Nilai dari skor postur tubuh leher, batang tubuh, dan kaki dimasukan keTabel
2.10 untuk mengetahui skornya.
Tabel 2.10 Skor Grup B Trunk Postur Score
Neck
Trunk Postur Score
1 2 3 4 5 6
Legs Legs Legs Legs Legs Legs
1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2
1 1 3 2 3 3 4 5 5 6 6 7 7
2 2 3 2 3 4 5 5 5 6 7 7 7
3 3 3 3 4 4 5 5 6 6 7 7 7
4 5 5 5 6 6 7 7 7 7 7 8 8
5 7 7 7 7 7 8 8 8 8 8 8 8
6 8 8 8 8 8 8 8 9 9 9 9 9
4. Penambahan Skor Aktivitas
Setelah diperoleh hasil penambahan dengan skor aktivitas untuk postur tubuh
grub B pada Tabel 2.11.
Tabel 2.11 Skor Aktivitas
Aktivitas Skor Keterangan
Postur Statik + 1 Satu atau lebih bagian tubuh statis/diam
Pengulangan + 1 Tindakan dilakukan berulang-ulang lebih
dari 4 kali per menit
21
5. Penambahan Skor Beban
Setelah diperoleh hasil penambahan dengan skor aktivitas untuk postur
tubuh grup B pada Tabel 2.11, maka hasil skor tersebut ditambahkan dengan
skor beban. Penambahan skor beban tersebut berdasarkan kategori yang dapat
dilihat pada Tabel 2.12.
Tabel 2.12 Skor Beban
Beban Skor Keterangan
< 2 kg 0 -
2 kg – 10 kg 1 + 1 jika postur statis dan dilakukan
berulang-ulang
>10 kg 3 -
Untuk memperoleh skor akhir (grand score), skor yang diperoleh untuk
postur tubuh grup A dan grup B dikombinasikan ke Tabel 2.13.
Tabel 2.13 Grand Total Score Table
Score
Group A
Score Group B
1 2 3 4 5 6 7
1 1 2 3 3 4 5 5
2 2 2 3 4 4 5 5
3 3 3 3 4 4 5 6
4 3 3 3 4 5 6 6
5 4 4 4 5 6 7 7
6 4 4 5 6 6 7 7
7 5 5 6 6 7 7 7
+8 5 5 6 7 7 7 7
Hasil skor dari Tabel 2.13 tersebut diklasifikasikan ke dalam beberapa
kategori level resiko pada Tabel 2.14.
22
Tabel 2.14 Kategori Tindakan RULA
Kategori Tindakan Level Resiko Tindakan
1 – 2 Minimum Aman
3 – 4 Kecil Diperlukan beberapa waktu ke depan
5 – 6 Sedang Tindakan dalam waktu dekat
7 Tinggi Tindakan sekarang juga