BAB II LANDASAN TEORI 2.1...

19
4 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Egonomi Ergonomi atau ergonomis berasal dari kata Yunani yaitu Ergo yang berarti kerja dan Nomos yang berarti hukum. Ergonomi dapat didefenisikan sebagai studi tentang aspek-aspek manusia dalam lingkungan kerjanya yang ditinjau secara anatomi, fisiologi, psikologi, engineering, manajemen dan desain/ perancangan. Ergonomi berkenaan pula dengan optimasi, efisiensi, kesehatan, keselamatan dan kenyamanan di tempat kerja, di rumah, dan tempat rekreasi. Didalam ergonomi dibutuhhkan studi tentang sistem dimana manusia, fasilitas kerja dan lingkungannya saling berinteraksi dengan tujuan utama yaitu menyesuaikan suasana kerja dengan manusianya. Ergonomi disebut juga sebagai “Human Factors” (Nurmianto, 1996). Kajian ergonomi yang berhubungan dengan aspek ukuran fisik manusia dan bertujuan untuk mendapatkan rancangan peralatan, produk atau tempat kerja yang ergonomis dengan memperhatikan dimensi tubuh target pengguna dikenal dengan antropometri. Dalam antropometri terdapat dua jenis dimensi ukuran yaitu struktural (statis) dan fungsional (dinamis) Herjanto (2008) dalam Izzhati (2015). Dimensi struktural untuk mengukur dimensi tubuh manusia pada kondisi tetap (statis) sedangkan dimensi fungsional adalah untuk mengukur dimensi tubuh ketika sedang mengadakan kegiatan. Ergonomi dapat berperan pula sebagai desain pekerjaan pada suatu organisasi, misalnya: penentuan jumlah jam istirahat, pemilihan jadwal pergantian waktu kerja (shift kerja), meningkatkan variasi pekerjaan, dan lain-lain. Disamping itu ergonomi juga memberikan peranan penting dalam meningkatkan faktor keselamatan dan kesehatan kerja seperti yang ditunjukan pada gambar 2.1, misalnya: desain suatu sistem kerja untuk mengurangi rasa nyeri dan ngilu pada sistem kerangka dan otot manusia, desain stasiun kerja untuk alat peraga manusia visual (visual display unit station) (Nurmianto, 1996). Menurut Santoso (2013) ergonomi merupakan satu upaya dalam bentuk ilmu,

Transcript of BAB II LANDASAN TEORI 2.1...

Page 1: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Egonomieprints.umm.ac.id/35998/3/jiptummpp-gdl-rohmadyuli-47826-3-babii.pdf · LANDASAN TEORI 2.1 Egonomi Ergonomi atau ergonomis berasal dari kata Yunani

4

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Egonomi

Ergonomi atau ergonomis berasal dari kata Yunani yaitu Ergo yang berarti

kerja dan Nomos yang berarti hukum. Ergonomi dapat didefenisikan sebagai studi

tentang aspek-aspek manusia dalam lingkungan kerjanya yang ditinjau secara

anatomi, fisiologi, psikologi, engineering, manajemen dan desain/ perancangan.

Ergonomi berkenaan pula dengan optimasi, efisiensi, kesehatan, keselamatan dan

kenyamanan di tempat kerja, di rumah, dan tempat rekreasi. Didalam ergonomi

dibutuhhkan studi tentang sistem dimana manusia, fasilitas kerja dan

lingkungannya saling berinteraksi dengan tujuan utama yaitu menyesuaikan

suasana kerja dengan manusianya. Ergonomi disebut juga sebagai “Human

Factors” (Nurmianto, 1996).

Kajian ergonomi yang berhubungan dengan aspek ukuran fisik manusia dan

bertujuan untuk mendapatkan rancangan peralatan, produk atau tempat kerja yang

ergonomis dengan memperhatikan dimensi tubuh target pengguna dikenal dengan

antropometri. Dalam antropometri terdapat dua jenis dimensi ukuran yaitu

struktural (statis) dan fungsional (dinamis) Herjanto (2008) dalam Izzhati (2015).

Dimensi struktural untuk mengukur dimensi tubuh manusia pada kondisi tetap

(statis) sedangkan dimensi fungsional adalah untuk mengukur dimensi tubuh

ketika sedang mengadakan kegiatan.

Ergonomi dapat berperan pula sebagai desain pekerjaan pada suatu organisasi,

misalnya: penentuan jumlah jam istirahat, pemilihan jadwal pergantian waktu

kerja (shift kerja), meningkatkan variasi pekerjaan, dan lain-lain. Disamping itu

ergonomi juga memberikan peranan penting dalam meningkatkan faktor

keselamatan dan kesehatan kerja seperti yang ditunjukan pada gambar 2.1,

misalnya: desain suatu sistem kerja untuk mengurangi rasa nyeri dan ngilu pada

sistem kerangka dan otot manusia, desain stasiun kerja untuk alat peraga manusia

visual (visual display unit station) (Nurmianto, 1996).

Menurut Santoso (2013) ergonomi merupakan satu upaya dalam bentuk ilmu,

Page 2: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Egonomieprints.umm.ac.id/35998/3/jiptummpp-gdl-rohmadyuli-47826-3-babii.pdf · LANDASAN TEORI 2.1 Egonomi Ergonomi atau ergonomis berasal dari kata Yunani

5

teknologi, dan seni untuk menyerasikan peralatan, mesin pekerjaan, sistem,

organisasi dan lingkungan dengan kemampuan, kebolehan dan batasan manusia

sehingga tercapai suatu kondisi dan lingkungan yang sehat, aman, nyaman, efisien

dan produktif, melalui pemanfaatan tubuh manusia secara maksimal dan optimal.

Agar tercapai kondisi seperti itu, seharusnya peralatan dan lingkungan

dikondisiskan sesuai dengan alat. Untuk keperluan perancangan alat dan

lingkungan diperlukan nilai standar ergonomis yang dibuat disesuaikan dengan

kemampuan dan batasan manusia.

Sesuai dengan pengertian ergonomi, prinsip penting ergonomi yang selalu

digunakan adalah prinsip fitting the task to the man, yang berarti harus

disesuaikan dengan kemampuan dan keterbatasan manusia. Apabila ingin

meningkatkan kemampuan manusia untuk melakukan tugas, maka beberapa hal di

sekitar lingkungan alam manusia seperti peralatan, lingkungan fisik, posisi gerak

(kerja) perlu direvisi atau dimodifikasi atau redesain disesuaikan dengan

disesuaikan dengan kemampuan dan keterbatasan manusia, Santoso (2013).

Dengan kemampuan tubuh yang meningkat secara optimal, maka tugas kerja yang

dapat diselesaikan juga akan meningkat. Sebaliknya, apabila lingkungan alam

sekitar termasuk peralatan yang tidak sesuai dengan kemampuan alamiah tubuh

manusia seperti yang ditunjukan pada gambar 2.1, maka akan boros penggunaan

energi dalam tubuh, cepat lelah, hasil tidak optimal bahkan mencelakakan.

2.2 Tujuan dan Pentingnya Ergonomi

Tujuan ergonomi adalah untuk meningkatkan produktivitas tenaga kerja pada

suatu perusahaan atau organisasi. Hal ini dapat tercapai apabila terjadi kesesuaian

antara pekerja dengan pekerjaannya. Banyak yang menyimpulkan bahwa tenaga

kerja harus dimotivasi dan kebutuhannya terpenuhi. Dengan demikian akan

menurunkan jumlah tenaga kerja yang tidak masuk kerja.namun pendekatan

ergonomi mencoba mencapai kebaikan antara pekerjadan pemimpin perusahaan.

Hal ini dapat dicapai dengan memperhatikan empat tujuan utama, antara lain :

1. Memaksimalkan efisiensi tenaga kerja

2. Memperhatikan kesehatan dan keselamatan kerja

3. Menganjurkan agar bekerja aman dan nyaman

Page 3: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Egonomieprints.umm.ac.id/35998/3/jiptummpp-gdl-rohmadyuli-47826-3-babii.pdf · LANDASAN TEORI 2.1 Egonomi Ergonomi atau ergonomis berasal dari kata Yunani

6

4. Memaksimalkan performansi kerja yang meyakinkan

Konsekuensi situasi kerja yang tidak ergonomis adalah kondisi tubuh menjadi

kurang optimal, tidak efisien, kualitas rendah dan seseorang bisa mengalami

gangguan kesehatan seperti nyeri pinggang (low back pain) seperti ditunjukan

pada gambar 2.2, gangguan otot rangka dan lain-lain. Oleh karena itu, ergonomi

penting karena pendekatan ergonomi adalah membuat keserasian yang baik antara

manusia dengan mesin dan lingkungan.

Gambar 2.1 Low back pain

(sumber : medicalxpress.com)

2.3 Postur Kerja

Postur kerja merupakan titik penentu dalam menganalisa keefektivan dari

suatu pekerjaan. Apabila postur kerja yang dilakukan oleh operator sudah baik

dan ergonomis maka dapat dipastikan hasil yang diperoleh oleh operator tersebut

akan baik, akan tetapi bila postur kerja operator tersebut salah atau tidak

ergonomis maka operator tersebut mudah kelelahan dan terjadi kelainan pada

bentuk tulang. Apabila operator mudah mengalami kelelahan hasil pekerjaan yang

dilakukan operator terebut juga mengalami penurunan dan tidak sesuai dengan

yang diharapkan.

Keluhan otot skeletal pada umumnya terjadi karena kontraksi otot yang

berlebihan yaitu dimana otot mengalami ketegangan yang membuat otot menjadi

panjang atau pendek hal ini diakibatkan pemberian beban kerja yang terlalu berat

dengan durasi pembebanan yang panjang. Sebaliknya, keluhan otot kemungkinan

Page 4: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Egonomieprints.umm.ac.id/35998/3/jiptummpp-gdl-rohmadyuli-47826-3-babii.pdf · LANDASAN TEORI 2.1 Egonomi Ergonomi atau ergonomis berasal dari kata Yunani

7

tidak terjadi apabila kontraksi otot hanya berkisar antara 15-20% dari kekuatan

otot maksimum. Namun apabila kontraksi otot melebihi 20%, maka peredaran

darah ke otot berkurang menurut tingkat kontraksi yang dipengaruhi oleh

besarnya tenaga yang diperlukan Suhisono & Rubiati (2013). Suplai oksigen ke

otot menurun, proses metabolisme karbohidrat terhambat dan sebagai akibatnya

terjadi penimbunan asam laktat yang menyebabkan timbulnya rasa nyeri otot.

Kebanyakan rasa nyeri pada tulang belakang merupakan hernia pada

intervertebral disk yaitu keluarnya inti intervertebral (pulpy nucleus) yang

disebabkan oleh rusaknya lapisan pembungkus intervertebral disk.

Gambar 2.2 Hernia pada intervertebral disk

(Sumber : obat sakit punggung.com)

Terdapat beberapa faktor yang dapat menyebabkan terjadinya keluhan otot

skeletal, diantaranya yaitu:

1. Peregangan otot yang berlebihan (over exertion), pada umunya sering

dikeluhkan oleh pekerja dimana aktifitas kerjanya menuntut pengerahan tenaga

yang besar seperti aktifitas mengangkat, mendorong, menarik dan menahan beban

yang berat. Peregangan otot yang berlebihan ini terjadi karena pengerahan tenaga

yang diperlukan melampaui kekuatan optimum otot. Apabila hal serupa sering

dilakukan dapat mempertinggi risiko terjadinya keluhan otot, bahkan dapat

menyebabkan terjadinya cedera otot skeletal.

2. Aktifitas berulang, yaitu pekerjaan yang dilakukan secara terus menerus seperti

pekerjaan mencangkul, membelah kayu besar, angkat-angkut dan sebagainya.

Keluhan otot terjadi karena otot menerima tekanan akibat beban kerja secara terus

menerus tanpa memperoleh kesempatan untuk relaksasi.

Page 5: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Egonomieprints.umm.ac.id/35998/3/jiptummpp-gdl-rohmadyuli-47826-3-babii.pdf · LANDASAN TEORI 2.1 Egonomi Ergonomi atau ergonomis berasal dari kata Yunani

8

3. Sikap kerja tidak alamiah, yaitu sikap kerja yang menyebabkan posisi bagian-

bagian tubuh bergerak menjauhi posisi alamih Sikap kerja almiah adalah sikap

kerja atau posisi kerja yang sesuai dengan bentuk alamiah kurva tulang belakang.

misalnya pergerakan tangan terangkat, punggung terlalu membungkuk, kepala

terangkat, dan sebagainya. Semakin jauh posisi bagian tubuh dari pusat gravitasi

tubuh, semakin tinggi pula resiko terjadinya keluhan otot skeletal. Sikap kerja

tidak alamiah ini pada umumnya karena karakteristik tuntutan tugas, alat kerja dan

stasiun kerja tidak sesuai dengan kemampuan dan keterbatasan pekerja.

4. Faktor penyebab sekunder, yaitu: Tekanan, Getaran dan Mikroklimat.

5. Penyebab kombinasi, yaitu: Umur, Jenis kelamin, Kebiasaan merokok,

kesegaran jasmani, kekuatan fisik, ukuran tubuh (antropometri).

2.4 Kelelahan Kerja

2.4.1 Pengertian Kelelahan Kerja

Kelelahan kerja adalah suatu kondisi melemahnya kegiatan, motivasi, dan

kelelahan fisik untuk melakukan kerja. Maharja (2015) menyatakan bahwa

kelelahan kerja menyangkut penurunan kinerja fisik, adanya perasaan lelah,

penurunan motivasi, dan penurunan produktivitas kerja. menurut Nurmianto

(1996) kelelahan kerja akan menurunkan kinerja dan menambah tingkat kesalahan

kerja. meningkatnya kesalahan kerja akan akan memberikan peluang terjadinya

kecelakaan kerja dalam industri. Pembenanan otot secara statispun (static

muscular loading) jika dipertahankan dalam waktu yang cukup lama akan

mengakibatkan RSI (repetition strain injuries) rasa sakit atau nyeri yang muncul

pada bagian otot karena tingkat ketegangan, terlalu banyak aktivitas atau saat

bekerja biasa disebut dengan nyeri otot, tulang, tendon, dan lain-lain yang

diakibatkan oeh jenis pekerjaan yang bersifat berulang (repetitive).

Kelelahan kerja banyak ditemukan pada tenaga kerja yang bekerja di bidang

industri besar, namun pada industri kecil hal ini banyak sekali terjadi. Maharja

(2015) menyatakan kelelahan kerja tidak dapat didefinisikan tetapi dapat

dirasakan sehingga penentuan kelelahan kerja dapat dketahui secara subjektif

Page 6: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Egonomieprints.umm.ac.id/35998/3/jiptummpp-gdl-rohmadyuli-47826-3-babii.pdf · LANDASAN TEORI 2.1 Egonomi Ergonomi atau ergonomis berasal dari kata Yunani

9

berdasarkan perasaan yang dialami tenaga kerja. Kelelahan kerja tidak hanya

terjadi pada akhir waktu kerja, namun juga dapat terjadi sebelum bekerja.

2.4.2 Faktor Penyebab Terjadinya Kelelahan

Faktor penyebab terjadinya kelelahan akibat kerja di industri sangat bervariasi

dan sangat kompleks, saling terkait antara faktor dengan yang lain. Seperti faktor

intensitas dan lamanya kerja fisik dan mental, problem fisik seperti tanggung

jawab, lingkungan, kondisi kesehatan, nutrisi. Faktor-faktor penyebab kelelahan

sebagai berikut : Oesman & Simanjuntak (2011).

Faktor Internal

• Usia

Usia seseorang akan mempengaruhi kondisi, kemampuan dan kapasitas tubuh

dalam melakukan aktivitasnya. Produktivitas kerja akan menurun seiring dengan

bertambahnya usia. Kapasitas kerja meliputi kapasitas fungsional, mental dan

sosial akan menurun menjelang usia 45 tahun, menjelang usia 50 tahun keatas

kapasitas akan menurun (ILO &WHO), Oesman & Simanjuntak (2011).

• Status Gizi

Semua orang baik itu pekerjadalam hidupnya membutuhkan zat gizi yang

diperoleh dari bahan makanan yang dikonsumsi sehari- hari. Setiap orang

membutuhkan makanan sebagai sumber energi atau tenaga.

Faktor eksternal

• Beban kerja

Beban kerja dapat dibedakan secara kuantitatif dan kualitatif. Beban kerja

kuantitatif adalah seseorang bekerja dalam jumlah banyak maksudnya pekerjaan

yang dilakukan lebih dari satu sesuai dengan waktu yang telah diberikan. Beban

kerja kualitatif seseorang bekerja dengan tugas-tugas yang repetitive (berulang-

ulang). Denyut nadi kerja (heart rate) merupakan kecepetan denyut jantung

seseorang tenaga kerja ditentukan oleh besarnya beban langsung pekerjaan, beban

tambahan dan kapasitas kerja.

Page 7: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Egonomieprints.umm.ac.id/35998/3/jiptummpp-gdl-rohmadyuli-47826-3-babii.pdf · LANDASAN TEORI 2.1 Egonomi Ergonomi atau ergonomis berasal dari kata Yunani

10

• Keluhan kerja

Keluhan kerja pada saat pekerja ( sakit pada melaksanakan pekerjaan) merupakan

salah satu penyebab kelelahan dengan Bordic Body Map melalui kuesioner dapat

ditentukan kondisi keluhan para pekerja.

Yang terpenting adalah bagaimana menangani setiap kelelahan yang muncul

agar tidak menjadi kronis. Agar dapat menangani kelelahan yang tepat, maka

harus mengetahui apa yang menjadi penyebab terjadinya kelelahan .Penyebab

kelelahan dan cara mengatasi digambarkan pada gambar 2.3.

Gambar 2.3 Penyebab Kelelahan, Cara Mengatasi dan Manajemen Resiko Kelelahan

(Sumber : Oesman 2011)

2.5 Nordic Body Map (NBM)

Nordic Body Map meruapakan kuisoner atau alat yang dapat digunakan untuk

memperbaiki sistem kerja. kuisoner ini digunakan untuk mengetahui ketidak

nyamanan pada para pekerja, kuisoner ini paling sering digunakan karena sudah

terstandarisasi dan tersusun rapi. Kuisoner ini menggunakan gambar tubuh

manusia yang sudah dibagi beberapa bagian yaitu leher, bahu, punggung bagian

atas, siku, punggung bagian bawah, pergelangan tangan, pinggang atau pantat,

lutut, tumit, dan kaki.

Menurut Sukania, dkk (2013) Melalui pendekatan Nordic Body Map dapat

diketahui bahian-bagian otot yang mengalami keluhan dengan tingkat keluhan,

contoh tenaga kerja setelah melakukam aktivitas kerja merasakan pegal pada

bagian leher karena bekerja dengan posisi leher menunduk dan keluhan masuk

Page 8: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Egonomieprints.umm.ac.id/35998/3/jiptummpp-gdl-rohmadyuli-47826-3-babii.pdf · LANDASAN TEORI 2.1 Egonomi Ergonomi atau ergonomis berasal dari kata Yunani

11

dalam kategori sakit. Selanjutnya bagian tubuh dinilai sesuai kategori mulai dari

rasa tidak sakit, agak sakit, sakit sampai sangat sakit. Dengan menganalisis peta

tubuh seperti gambar 2.4 maka dapat diestimasijenis dan tingkat keluhan otot

skeletal yang dirasakan oleh tenaga kerja.

Gambar 2.4. Peta Tubuh

(Sumber : Nurmianto 1996)

Keterangan:

0. leher bagian atas 16. tangan kiri

1. leher bagian bawah 17. tangan kanan

2. bahu kiri 18. paha kiri

3. bahu kanan 19. paha kanan

4. lengan atas kiri 20. lutut kiri

5. Punggung 21. lutut kanan

6. lengan atas kanan 22. betis kiri

7. Pinggang 23. betis kanan

8. Bokong 24. pergelangan kaki kiri

9. Pantat 25. pergelangan kaki kanan

10. siku kiri 26. kaki kiri

11. siku kanan 27. kaki kanan

Page 9: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Egonomieprints.umm.ac.id/35998/3/jiptummpp-gdl-rohmadyuli-47826-3-babii.pdf · LANDASAN TEORI 2.1 Egonomi Ergonomi atau ergonomis berasal dari kata Yunani

12

12. lengan bawah kiri

13. lengan bawah kanan

14. pergelangan tangan kiri

15. pergelangan tangan kanan

Dimensi-dimensi tubuh tersebut dapat dibuat dalam format Standard

Nordic Questionnaire. Standard Nordic Questionanire dibuat atau disebarkan

untuk mengetahui keluhan-keluhan yang dirasakan pekerja akibat pekerjaanya.

Standard Nordic Questionnaire bersifat subjektif, karena rasa sakit yang

dirasakan tergantung pada kondisi fisik masing-masing individu. Keluhan rasa

sakit pada bagian tubuh akibat aktivitas kerja tidaklah sama antara satu orang

dengan orang lain.

2.6 Rapid Upper Limb Assessment (RULA)

Rapid Upper Limb Assessment (RULA) merupakan suatu metode penelitian

untuk menginvestigasi gangguan pada anggota badan bagian atas. Metode ini

dirancang oleh Lynn McAtamney dan Nigel Corlett (1993) yang menyediakan

sebuah perhitungan skor beban musculoskeletal di dalam sebuah pekerjaan yang

memiliki resiko pada bagian tubuh dari perut hingga leher atau anggota badan

bagian atas, Torik (2015).

Metode ini tidak membutuhkan dokumentasi gambar dan foto dalam

penetapan penilaian postur leher, punggung dan lengan atas. Setiap pergerakan

diberi skor yang telah ditetapkan. RULA dikembangkan sebagai suatu metode

untuk mendeteksi postur kerja yang merupakan faktor resiko. Metode didesain

untuk menilai para pekerja dan mengetahui beban musculoskletal yang

memungkinkan menimbulkan gangguan pada anggota badan atas.

Dalam usaha untuk penilaian 4 faktor beban eksternal (jumlah gerakan, kerja

otot statis, tenaga kekuatan dan postur), adapun maanfaat Untuk mempermudah

penilaian postur tubuh, maka tubuh dibagi atas 2 segmen grup yaitu grup A dan

grup B.

2.6.1 Penilaian Postur Tubuh Grup A

Postur tubuh grup A terdiri atas lengan atas (upper arm), lengan bawah

(lower arm), pergelangan tangan (wrist) dan putaran pergelangan tangan (wirst

twist).

Page 10: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Egonomieprints.umm.ac.id/35998/3/jiptummpp-gdl-rohmadyuli-47826-3-babii.pdf · LANDASAN TEORI 2.1 Egonomi Ergonomi atau ergonomis berasal dari kata Yunani

13

1. Lengan Atas (Upper Arm)

Penilaian terhadap lengan atas (upper arm) adalah penilaian yang dilakukan

terhadapa sudut yang dibentuk lengan atas pada saat melakukan aktivitas kerja.

sudut yang dibentuk oleh lengan atas diukur menurut posisi batang tubuh. Adapun

postur lengan atas (upper arm) dapat dilihat pada gambar 2.5.

(a) (b) (c)

(d) (e)

Gambar 2.5 Postur tubuh bagian lengan atas (upper arm)

Skor penilaian untuk postur tubuh bagian lengan atas (upper arm) dapat

dilihat pada Tabel 2.1

Tabel 2.1 Skor bagian lengan atas (upper arm)

Gambar

Pustur Pergerakan

Article

I. Skor Skor Perubahan

A 200 ( kedepan maupun kebelakang

dari tubuh) 1

+1 jika bahu naik

+1 jika lengan

berputar/bengkok

B >200 (kebelakang) atau 200-450 2

C 450-900 3

D >900 4

Page 11: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Egonomieprints.umm.ac.id/35998/3/jiptummpp-gdl-rohmadyuli-47826-3-babii.pdf · LANDASAN TEORI 2.1 Egonomi Ergonomi atau ergonomis berasal dari kata Yunani

14

2. Lengan Bawah (Lower Arm)

Penilaian terhadap lengan bawah (lower arm) adalah penilaian yang

dilakukan terhadap sudut yang dibentuk lengan bawah pada saat melakukan

aktivitas kerja. sudut yang dibentuk oleh lengan bawah diukur menurut posisi

batang tubuh. Adapun postur lengan bawah (lower arm) dapat dilihat pada

Gambar 2.6.

(a) (b) (c) (d)

Gambar 2.6 Skor Lengan Bawah (Lower Arm)

Skor penilaian bagian lengan bawah (lower arm) dapat dilihat pada Tabel

2.2.

Tabel 2.2 Skor Lengan Bawah (lower Arm)

Gambar

Postur

Pergerakan Skor Skor Perubahan

B 600-1000 1 +1 Jika lengan bawah bekerja

melewati garis tengah atau keluar dari

sisi tubuh C

< 600 atau

1000 2

3. Pergelangan Tangan (Wrist)

Penilaian terhadap pergelangan tangan (wrist) adalah penilaian yang dilakukan

terhadap sudut yang dibentuk oleh pergelangan tangan pada saat melakukan

aktivitas kerja. sudut yang dibentuk oleh pergelangan tangan diukur menurut

posisi lengan bawah. Adapun postur pergelangan tangan (wrist) dapat dilihat pada

Gambar 2.7.

Page 12: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Egonomieprints.umm.ac.id/35998/3/jiptummpp-gdl-rohmadyuli-47826-3-babii.pdf · LANDASAN TEORI 2.1 Egonomi Ergonomi atau ergonomis berasal dari kata Yunani

15

(a) (b) (c)

(d) (e)

Gambar 2.7 Postur Tubuh Pergelangan Tangan (Wrist)

Skor penilaian untuk bagian pergelangan tangan(wrist) dapat dilihat pada

tabel 2.3.

Tabel 2.3 Skor Pergelangan Tangan (Wrist)

Gambar Postur Pergerakan Skor Skor Perubahan

A Posisi netral 1

+1 jika pergelangan

tangan putaran

menjauhi sisi tengah

B 0-150 (ke atas maupun ke

bawah) 2

C, d >150 (ke atas maupun ke

bawah) 3

4. Putaran Pergelangan Tangan (Wrist Twist)

Adapun postur putaran pergelangan tangan (wrist twist) dapat dilihat pada

Gambar 2.8.

(a) (b)

Gambar 2.8 Postur Tubuh Putaran Pergelangan Tangan (Wrist Twist)

Untuk putaran pergelangan tangan (wrist twist) postur netral diberi skor :

Page 13: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Egonomieprints.umm.ac.id/35998/3/jiptummpp-gdl-rohmadyuli-47826-3-babii.pdf · LANDASAN TEORI 2.1 Egonomi Ergonomi atau ergonomis berasal dari kata Yunani

16

1 = Posisi tengah dari putaran

2 = Pada atau dekat dari putaran

Nilai dari postur tubuh lengan atas, lengan bawah, pergelangan tangan dan

putaran pergelangan tanagn dimasukan ke dalam tabel postur tubuh grup A untuk

memperoleh skor seperti terlihat pada Tabel 2.4.

Tabel 2.4 Skor Grup A

Upper Arm Lower Arm

Wrist

1 2 3 4

Wrist Twist

Wrist Twist

Wrist Twist

Wrist Twist

1 2 1 2 1 2 1 2

1

1 1 2 2 2 2 3 3 3

2 2 2 2 2 3 3 3 3

3 2 3 2 3 3 3 4 4

2

1 2 2 2 3 3 3 4 4

2 2 2 2 3 3 3 4 4

3 2 3 3 3 3 4 4 5

3

1 2 3 3 3 4 4 5 5

2 2 3 3 3 4 4 5 5

3 2 3 3 4 4 4 5 5

4

1 3 4 4 4 4 4 5 5

2 3 4 4 4 4 4 5 5

3 3 4 4 5 5 5 6 6

5

1 5 5 5 5 5 6 6 7

2 5 6 6 6 6 7 7 7

3 6 6 6 7 7 7 7 8

6

1 7 7 7 7 7 8 8 8

2 7 8 8 8 8 9 9 9

3 9 9 9 9 9 9 9 9

Page 14: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Egonomieprints.umm.ac.id/35998/3/jiptummpp-gdl-rohmadyuli-47826-3-babii.pdf · LANDASAN TEORI 2.1 Egonomi Ergonomi atau ergonomis berasal dari kata Yunani

17

5. Penambahan Skor Aktivitas

Setelah diperoleh hasil skor untuk postur tubuh grup A pada Tabel 2.4, maka

hasil skor tersebut ditambahkan dengan skor aktivitas. Penambahan skor aktivitas

tersebut berdasarkan kategori yang dapat dilihat pada Tabel 2.5.

Tabel 2.5 Skor Aktivitas

Aktivitas Skor Keterangan

Postur Statik +1 Satu atau lebih bagian tubuh

statis/diam

Pengulangan +1 Tindakan dilakukan berulang-ulang

lebih dari 4kali permenit

6. Penambahan Skor Beban

Setelah diperoleh hasil penambahan dengan skor aktivitas untuk postur tubuh

grup A pada Tabel 2.5, maka hasil skor tersebut ditambahkan dengan skor beban.

Penambahan skor beban tersebut berdasarkan kategori yang dapat dilihat pada

Tabel 2.6.

Tabel 2.6 Skor Beban

Beban Skor Keterangan

< 2 kg 0 -

2 kg – 10 kg 1 +1 jika postur statis dan

dilakukan berulang-ulang

➢ 10 kg 2 -

2.6.2 Penilaian Postur Tubuh Grup B

Postur tubuh grup B terdiri atas leher (neck), batang tubuh (trunk), dan kaki

(legs).

1. Leher (Neck)

Penilaian terhadap leher (neck) adalah penilaian yang dilakukan terhadap

posisi leher pada saat melakukan aktivitas kerja apakah operator harus melakukan

kegiatan ekstensi atau fleksi dengan sudut tertentu. Adapun postur leher dapat

dilihat pada Gambar 2.9.

Page 15: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Egonomieprints.umm.ac.id/35998/3/jiptummpp-gdl-rohmadyuli-47826-3-babii.pdf · LANDASAN TEORI 2.1 Egonomi Ergonomi atau ergonomis berasal dari kata Yunani

18

(a) (b) (c) (d)

(e) (f)

Gambar 2.9 Postur Tubuh bagian Leher (Neck)

Skor penilaian untuk leher (neck) dapat dilihat pada Tabel 2.7

Tabel 2.7 Skor Bagian Leher (neck)

Gambar

Postur

Pergerakan Skor Skor Perubahan

A 0-100 1 + 1 jika leher

berputar/bengkok

+ 1 jika batang tubuh

bengkok

B 100-200 2

C >200 3

D Ekstensi 4

2. Batang Tubuh (Trunk)

Penilaian terhadap batang tubuh (trunk), merupakan penilaian terhadap sudut

yang dibentuk tulang belakang tubuh saat melakukan aktivitas kerja dngan

kemiringan yang sudah diklasifikasikan. Adapun klasifikasi kemiringan batang

tubuh saat melakukan aktivitas kerja dapat dilihat pada Gambar 2.10.

Page 16: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Egonomieprints.umm.ac.id/35998/3/jiptummpp-gdl-rohmadyuli-47826-3-babii.pdf · LANDASAN TEORI 2.1 Egonomi Ergonomi atau ergonomis berasal dari kata Yunani

19

(a) (b) (c) (d)

Gambar 2.10 Postur bagian Batang Tubuh (Trunk)

Skor penilaian bagian batang tubuh (trunk ) dapat dilihat pada Tabel 2.8.

Tabel 2.8 Skor Bagian Batang Tubuh (Trunk)

Gambar Postur Pergerakan Skor Skor Perubahan

A Posisi normal (900) 1 + 1 jika leher

berputar/bengkok

+ 1jika batang tubuh

bungkuk

B 0-200 2

C 200-600 3

D >600 4

3. Kaki (Legs)

Penilaian terhadap kaki (legs) adalah penilaian yang dilakukan terhadap

posisi kaki pada saat melakukan aktivitas kerja operator bekerja dengan posisi

normal/seimbang atau bertumpu pada satu kaki lurus. Adapun posisi kaki dapat

dilihat pada Gambar 2.11.

(a) (b)

Gambar 2.11 Posisi Kaki (Legs)

Skor penilaian untuk kaki (legs) dapat dilihat pada Tabel 2.9.

Page 17: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Egonomieprints.umm.ac.id/35998/3/jiptummpp-gdl-rohmadyuli-47826-3-babii.pdf · LANDASAN TEORI 2.1 Egonomi Ergonomi atau ergonomis berasal dari kata Yunani

20

Tabel 2.9 Skor Bagian Kaki (legs)

Gambar Postur Pergerakan Skor

A Posisi normal/seimbang 1

B Tidak seimbang 2

Nilai dari skor postur tubuh leher, batang tubuh, dan kaki dimasukan keTabel

2.10 untuk mengetahui skornya.

Tabel 2.10 Skor Grup B Trunk Postur Score

Neck

Trunk Postur Score

1 2 3 4 5 6

Legs Legs Legs Legs Legs Legs

1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2

1 1 3 2 3 3 4 5 5 6 6 7 7

2 2 3 2 3 4 5 5 5 6 7 7 7

3 3 3 3 4 4 5 5 6 6 7 7 7

4 5 5 5 6 6 7 7 7 7 7 8 8

5 7 7 7 7 7 8 8 8 8 8 8 8

6 8 8 8 8 8 8 8 9 9 9 9 9

4. Penambahan Skor Aktivitas

Setelah diperoleh hasil penambahan dengan skor aktivitas untuk postur tubuh

grub B pada Tabel 2.11.

Tabel 2.11 Skor Aktivitas

Aktivitas Skor Keterangan

Postur Statik + 1 Satu atau lebih bagian tubuh statis/diam

Pengulangan + 1 Tindakan dilakukan berulang-ulang lebih

dari 4 kali per menit

Page 18: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Egonomieprints.umm.ac.id/35998/3/jiptummpp-gdl-rohmadyuli-47826-3-babii.pdf · LANDASAN TEORI 2.1 Egonomi Ergonomi atau ergonomis berasal dari kata Yunani

21

5. Penambahan Skor Beban

Setelah diperoleh hasil penambahan dengan skor aktivitas untuk postur

tubuh grup B pada Tabel 2.11, maka hasil skor tersebut ditambahkan dengan

skor beban. Penambahan skor beban tersebut berdasarkan kategori yang dapat

dilihat pada Tabel 2.12.

Tabel 2.12 Skor Beban

Beban Skor Keterangan

< 2 kg 0 -

2 kg – 10 kg 1 + 1 jika postur statis dan dilakukan

berulang-ulang

>10 kg 3 -

Untuk memperoleh skor akhir (grand score), skor yang diperoleh untuk

postur tubuh grup A dan grup B dikombinasikan ke Tabel 2.13.

Tabel 2.13 Grand Total Score Table

Score

Group A

Score Group B

1 2 3 4 5 6 7

1 1 2 3 3 4 5 5

2 2 2 3 4 4 5 5

3 3 3 3 4 4 5 6

4 3 3 3 4 5 6 6

5 4 4 4 5 6 7 7

6 4 4 5 6 6 7 7

7 5 5 6 6 7 7 7

+8 5 5 6 7 7 7 7

Hasil skor dari Tabel 2.13 tersebut diklasifikasikan ke dalam beberapa

kategori level resiko pada Tabel 2.14.

Page 19: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Egonomieprints.umm.ac.id/35998/3/jiptummpp-gdl-rohmadyuli-47826-3-babii.pdf · LANDASAN TEORI 2.1 Egonomi Ergonomi atau ergonomis berasal dari kata Yunani

22

Tabel 2.14 Kategori Tindakan RULA

Kategori Tindakan Level Resiko Tindakan

1 – 2 Minimum Aman

3 – 4 Kecil Diperlukan beberapa waktu ke depan

5 – 6 Sedang Tindakan dalam waktu dekat

7 Tinggi Tindakan sekarang juga