Post on 22-Jul-2021
10
BAB II
KAJIAN TEORI
1.1 Aspirasi Pekerjan
2.1.1 Tingkat Aspirasi Pekerjaan
Berbicara aspirasi adalah harapan dan tujuan hidup yang akan datang.
Setiap orang memiliki aspirasi tersendiri. Karena setiap orang memiliki harapan
dan tujuan yang berbeda. Harapan dan tujuan ini, guna untuk mencapai setiap
cita-cita. Hanya saja, untuk menempuh semua itu dibutuhkan waktu yang cukup
lama, tetapi yang terpenting adalah ada keinginan dari diri sendiri dan juga dalam
benak seseorang memiliki aspirasi dalam dirinya dalam melakukan sesuatu.
Dalam Lewin et.al, (1944), the concept level of aspirationincludes several
element. At perhaps the most fundamental level, the termindicates that one or
more persons are oriented toward a goal, yang artinya tingkatan konsep aspirasi
terdiri dari beberapa elemen, pada tingkatan yang paling mendasar, aspirasi
mengindikasikan seseorang atau kelompok yang berorientasi pada suatu tujuan.
Tingkat konsep aspirasi yang meliputi beberapa elemen menurut beberapa
ahli diantaranya Lewin et.al (1944)
(1) Tujuan seseorang adalah pilihan salah satu dari alternatif tinkat perilaku
yang berkaitan dengan penghargaan suatu objek. Alternatif tingkatan
perilaku dalam tingkatan-tingkatan, yang mana tingkatan – tingkatan
tersebut sulit untuk dicapai. Yaitu bahwa alternatif – alternatif yang disusun
dalam sebuah kesulitan.
11
(2) Orientasi seseorang adalah variabel dalam 2 cara, salah satunya telah
menerima banyak perhatian dalam tulisan, dan yang lainnya telah sebagian
besar diabaikan.
1. Orientasi orang adalah variabel dalam kecenderungan pusat mungkin
terletak pada titik manapun atau kisaran terbatas poin sepanjang
tahapan/tingkat kesulitan.
2. Orientasi orang yang kedua adalah kecenderungan sentral dapat
bervariasi pada rentang titik pada tingkat kesulitan
Kisaran tingkat tujuan dimana valensi dari semua tingkatan tujuan tertentu
relatif tinggi: beberapa ahli memandang tingkat aspirasi seseorang berkonsentrasi
pada satu titik. Tendesi pusat dari orientasi seseorang adalah titik /kisaran
terbatas dari titik yang mempunyai valensi tertinggi baginya, itu adalah tingkat
aspirasi seseorang, dalam Lewin et.al (1944). tetapi beberapa penulis memandang
bahwa aspirasi seerang berkonsentrasi pada1 titik. Diantara individu yang
mengakui keberadaan kisaran titik daripada 1 titik ada 2 penekanan yan berbeda,
beberapa penekanan variasi pada tingkat aspirasi pada 1 waktu.
2.1.2 Fungsi Tingkat Aspirasi Pekerjaan
Aspirasi pekerjaan disini berfungsi dalam mencapai suatu tujuan yang
diharapakan oleh seseorang. Juga untuk mengetahui seberasa besar tingkat
aspirasi seseorang dalam pekerjaan atau jua seberapa antusias seseorang dalam
pekerjaan.
12
2.1.3 Aspek Tingkat Aspirasi Pekerjan
Aspek - aspek Tingkat Aspirsi Pekerjaan menurut Lewin et.al (1944)
yaitu sebagai berikut :
1. Gaji
Adalah imbalan finansial yang di bayarkan kepada karyawan secara
teratur, seperti tahun, caturwulan, bulanan atau mingguan atau bisa juga balas jasa
yang diterima pekerja dalam bentuk uang berdasarkan waktu tertentu.
2. Gengsi
Adalah kehormatan dan pengaruh yang sesuai atau tidaknya pada keadaan
pada diri individu tersebut.
3. Kecerdasan
Adalah istilah umum yang digunakan untuk menjelaskan sifat pikiran yang
mencakup sejumlah kemampuan, seperti kemampuan menalar, merencanakan,
memecahkan masalah, berpikir abstrak, memahami gagasan, menggunakan
bahasa, dan belajar. Cerdas dapat diartikan sebagai sikap manusia yang mampu
mengambil pelajaran dan hikmah dari setiap persoalan sekaligus upaya mereka
untuk menjadi lebih baik lagi di masa depan.Terdapat beberapa cara untuk
mendefinisikan kecerdasan. Dalam beberapa kasus, kecerdasan bisa termasuk
kreativitas, kepribadian, watak, pengetahuan, atau kebijaksanaan. Namun,
beberapa psikolog tak memasukkan hal-hal tadi dalam kerangka definisi
kecerdasan. Gardner mendefinisikan kecerdasan adalah kemampuan untuk
memecahkan masalah atau menciptakan suatu produk yang bernilai dalam satu
13
latar belakang budaya atau lebih. Dengan kata lain kecerdasan dapat bervariasi
menurut konteknya.
4. Ketertarikan
Adalah senang atau tertarik pada dunia kerja yang sesuai dengan keinginan
individu tersebut.
5. Keahlian
Adalah memiliki kemampuan yang khusus dibidang individu yang digeluti. Jadi
individu lebih memilih pekerjaan yang sesuai dengan kemampuan yang
dimilikinya.
1.2 Self - Efficacy
2.2.1 Pengertian Self - Efficacy
Istilah self-efficacy diperkenalkan pertama kali oleh Bandura. Dalam
penelitiannya Bandura menyampaikan bahwa prediksi tetang kemungkinan hasil
dari tinkah laku dalam sumber penting dai motivasi. “Saya akan berhasil atau
gagal”. Prediksi ini dipengaruhi oleh selft-efficacy (Bandura dalam Woolfolk,
2004). Self-efficacy adalah penilaian diri, apakah dapat melakukan tindakan yang
baik atau buruk, tepat atau salah, bias atau tidak bias mengerjakan sesuai dengan
yang dipersyaratkan. Self-efficacy ini berbeda dengan aspirasi (cita-cita), karena
cita-cita menggambarkan sesuatu yang ideal yang seharusnya (dapat dicapai),
sedang efikasi menggambarkan penilaian kemampuan diri. Perubahan tingkah
laku dalam sistem Bandura kuncinya adalah perubahan ekspektasi efikasi (self
efficacy). Self Efficacy atau keyakinan kebiasaan diri itu dapat diperoleh, diubah,
14
ditingkatkan, atau diturunkan melalui salah satu atau kombinasi empat sumber
yakni :
1. Pengalaman menguasai sesuatu prestasi (performance accomplishment),
2. Pengalaman Vikarius (vicarious experience),
3. Persuasi Sosial (Social Persuation) dan
4. Pembangkitan Emosi (Emotional/Psysilogical states).
Berbicara self efficacy sama juga berbicara tentang keyakinan diri
seseorang. Setiap orang mempunyai tingkat kepercayaan diri yang berbeda-beda
antara satu dengan yang lain. Secara definitif, menurut Bandura (1997) Self
Efficacy adalah keyakinan seseorang bahwa individu dapat menguasai situasi dan
menghasilkan luaran yang positif. Menurut Wallatey (2001) efikasi didefinisikan
sebagai kapasitas untuk mendapatkan hasil atau pengaruh yangdiinginkannya, dan
orang yang diinginkan. Definisi lain dari self-efficacy antara lain adalah keyakinan
seseorang tentang kemampuanya untuk melaksanakan suatu tingkah laku dengan
berhasil (Jones, dkk 1998). Secara keseluruhan, self-efficacy berarti kepercayaan
diri terhadap kompetensi diri. Kepercayaan terhadap kompetensi ini berkaitan
dengan sifat sifat yangmengantarkan seseorang untuk mencapai keberhasian,
antara lain integritas, kerendahan hatikesetiaan, pengontrolan diri, keberanian,
keadilan, kesabaran, kerajinan, kreatifitas dan kesederhanaan.
Self-efficacy merupakan masalah kemampuan yang dirasakan individu
untuk mengatasi situasi khusus sehubungan dengan penilaian atas kemampuan
untuk melakukan satu tindakan yang ada hubungannya dengan tugas khusus atau
situasi tertentu. Self-efficacy ini bersumber dari teori belajar sosial, yaitu
15
menekankan hubungan kausal timbal balik antara faktor lingkungan dengan faktor
personal yang saling berkaitan (Norwich, 1987). Melihat self-efficacy disini,
melihat bagaimana seseorang menjalani kehidupannya. Mengukur kapasitas diri
berhubungan dengan seberapa jauh seseorang mengerti konsep dirinya sendiri.
Konsep diri adalah sebuah pandangan yang lahir daripengalaman langsung
individu selama hidup dan bagaimana orang yang berpengaruh disekitar individu
memberikan penilaian kepada dirinya. Hal ini berhubungan dengan bagaimana
individu itu dapat menimbang perbedaan antara dirinya yang ideal dan aktual.
Self-efficacy ditentukan oleh pengalaman sebelumnya (kesuksesandan
kegagalan), pengalaman yang diakui oleh orang lain (dengan mengamati
kesuksesan dan kegagalan orang lain), persuasi verbal (dari teman, kolega,
saudara) dan keadaan emosi (kekhawatiran). Persepsi yang dimiliki oleh
seseorang terhadap kemampuannya untuk melaksanakan tugas akan
meningkatkan kemungkinan tugas tersebut dapat diselesaikan dengan sukses.
Secara ringkas dapat disebutkan dua pengertian penting dari efikasi diri yaitu:
self-efficacy atau efikasi ekspektasi (self effication – efficacy expectation) adalah
“Persepsi diri sendiri mengenai seberapabaik dirinya dapat berfungsi dalam situasi
tertentu’’. Seilf-efficacy berhubungan dengan keyakinan bahwa individu memiliki
kemampuan melakukan tindakan yang diharapkan. Ekspektasi hasil (outcome
expectation): perkiraan atau estimasi diri bahwa tingkah laku yang dilakukan diri
itu akan mencapai hasil tertentu. Self-efficacy adalah penilaian diri, apakah dapat
melakukan tindakan yang baik atau buruk, tepat atau salah, bisa atau tidak bisa
mengerjakan sesuai dengan yang dipersyaratkan. Efikasi ini berbeda dengan
16
aspirasi (cita-cita), karena cita-cita menggambarkan sesuatu yang ideal yang
seharusnya (dapat dicapai), sedang efikasi menggambarkan penilaian kemampuan
diri. Self-efficacy menurut Kinicky (2007) menguatkan jalan menuju keberhasilan
ataupun kegagalan. Menurut Wallatey (2001), self -efficacy didefinisikan sebagai
kapasitas untuk mendapatkan hasil atau pengaruh yang diinginkannya, dan orang
yang diinginkan. Definisi lain dari self-efficacy antara lain adalah keyakinan
seseorang tentang kemampuanya untuk melaksanakan suatu tingkah laku
denganberhasil (Jones, dkk 1998).
Uraian diatas dapat disimpulkan bahwa, self-efficacy merupakan
keyakinan sesorang akan kemampuan untuk menyelesaikan tugas-tugasnya
shingga dapat mempenaruhi dan mengatur fungsi kemampuan individu melalui
cara berfikir memotivasi diri sendiri, merasakan, dan proses pengambilan
keputusan.
2.2.2 Sumber-sumber Self - Efficacy
Bandura (1997) menyatakan bahwa self-efficacy dapat diperoleh, dipelajari
dan dikembangkan dari empat sumber informasi. Di mana pada dasarnya keempat
hal tersebut adalah stimulasi atau kejadian yang dapat memberikan inspirasi atau
pembangkit positif (positive arousal) untuk berusaha menyelesaikan tugas atau
masalah yang dihadapi. Hal ini mengacu pada kosep pemahaman bahwa
pembangkitan positif dapat meningkatkan perasaan atas self-efficacy (Bandura,
dalam Lazarus et.al., 1980). Adapun sumber-sumber efikasi diri tersebut yang
diartikan dibawah ini.
17
Pertama, Enactive attainment and performance accomplishment
(pengalaman keberhasilan dan pencapaian prestasi), yaitu sumber ekspektasi self-
efficacy yang penting, karena berdasar pengalaman individu secara langsung.
Individu yang pernah memperoleh suatu prestasi, akan terdorong meningkatkan
keyakinan dan penilaian terhadap self-efficacy. Pengalaman keberhasilan indidu
ini meningkatkan ketekunan dan kegigihan dalam berusaha mengatasi kesulitan,
sehingga dapat mengurangi kegagalan.
Kedua, Vicarious experience (pengalaman orang lain), yaitu mengamati
perilaku dan pengalaman orang lain sebagai proses belajar individu. Melalui
model ini self-efficacy individu dapat meningkat, terutama jika individu merasa
memiliki kemampuan yang setara atau bahkan merasa lebih baik dari pada orang
yang menjadi subyek belajarnya. individu akan mempunyai kecenderungan
merasa mampu melakukan hal yang sama. Meningkatnya self-efficacy individu ini
dapat meningkatkan motivasi untuk mencapai suatu prestasi. Peningkatan efikasi
diri ini akan menjadi efektif jika subyek yang menjadi model tersebut mempunyai
banyak kesamaan karakteristik antara individu dengan model, kesamaan tingkat
kesulitan tugas, kesamaan situasi dan kondisi, serta keanekaragaman yang dicapai
oleh model.
Ketiga, Verbal persuasion (persuasi verbal), yaitu individu mendapat
bujukan atau sugesti untuk percaya bahwa individu dapat mengatasi masalah-
masalah yang akan dihadapinya. Persuasi verbal ini dapat mengarahkan individu
untuk berusaha lebih gigih untuk mencapai tujuan dan kesuksesan. Akan tetapi
self-efficacy yang tumbuh dengan metode ini biasanya tidak bertahan lama,
18
apalagi kemudian individu mengalami peristiwa traumatis yang tidak
menyenangkan.
Keempat, Physiological state and emotional arousal (keadaan fisiologis
dan psikologis). Situasi yang menekan kondisi emosional dapat mempengaruhi
self-efficacy. Gejolak emosi, goncangan, kegelisahan yang mendalam dan keadaan
fisiologis yang lemah yang dialami individu akan dirasakan sebagai suatu isyarat
akan terjadi peristiwa yang tidak diinginkan, maka situasi yang menekan dan
mengancam akan cenderung dihindari.
Empat hal tersebut dapat menjadi sumber bagi tubuh dan perkembangan
efikasi diri satu siswa. Dengan kata lain efikasi diri dapat diupayakan untuk
meningkat dengan membuat manipulasi melalui empat hal tersebut.
2.2.3 Komponen Self - Efficacy
Bandura (1986) mengungkapkan bahwa perbedaan self-efficacy pada
setiap individu terletak pada tiga komponen, yaitu magnitude, strength dan
generality. Masing-masing mempunyai implikasi penting di dalam performansi,
yang secara lebih jelas dapat diuraikan sebagai berikut:
Pertama, Magnitude (tingkat kesulitan tugas), yaitu masalah yang
berkaitan dengan derajat kesulitan tugas individu. Komponen ini berimplikasi
pada pemilihan perilaku yang akan dicoba individu berdasar ekspektasi efikasi
pada tingkat kesulitan tugas. Individu akan berupaya melakukan tugas tertentu
yang individu persepsikan dapat dilaksanakannya dan ia akan menghindari situasi
dan perilaku yang individu persepsikan di luar batas kemampuannya.
19
Kedua, Strength (kekuatan keyakinan), yaitu berkaitan dengan kekuatan
pada keyakinan individu atas kemampuannya. Pengharapan yang kuat dan mantap
pada individu akan mendorong untuk gigih dalam berupaya mencapai tujuan,
walaupun mungkin belum memiliki pengalaman–pengalaman yang menunjang.
Sebaliknya pengharapan yang lemah dan ragu-ragu akan kemampuan diri akan
mudah digoyahkan oleh pengalaman-pengalaman yang tidak menunjang.
Ketiga, Generality (generalitas), yaitu hal yang berkaitan cakupan luas
bidang tingkah laku di mana individu merasa yakin terhadap kemampuannya.
Individu dapat merasa yakin terhadap kemampuan dirinya, tergantung pada
pemahaman kemampuan dirinya yang terbatas pada suatu aktivitas dan situasi
tertentu atau pada serangkaian aktivitas dan situasi yang lebih luas dan bervariasi.
2.2.4 Fungsi Self – Efficacy
Fungsi self-efficacy yang dikemukakan oleh Bandura (1986) adalah
sebagai penentu aktif tindakan atau perilaku yang harus dipilih, menentukan
besarnya usaha yang harus dilakukan, serta mempengaruhi pola pikir dan reaksi
emosi yang harus dilakukan individu.
Secara esensial self-efficacy memiliki dua pengertian penting, yaitu :
1. self-efficacy atau efikasi ekspektasi (self effication – efficacy expectation)
adalah Persepsi diri sendiri mengenai seberapa bagus diri dapat berfungsi
dalam situasi tertentu. self-efficacy berhubungan dengan keyakinan bahwa
diri memiliki kemampuan melakukan tindakan yang diharapkan; dan
20
2. Ekspektasi hasil (outcome expectation) atau perkiraan atau estimasi diri
bahwa tingkah laku yang dilakukan diri itu akan mencapai hasil tertentu.
2.2.5 Faktor yang Mempengaruhi Self - Efficacy
Banyak faktor yang memang sangat mempengaruhi self-efficacy
seseorang. Self-efficacy beragam dalam tiap-tiap situasi, individu dapat memiliki
self-efficacy yang relatif tinggi dalam satu situasi, tetapi tidak pada situasi lainnya,
misalnya. Hal ini tergantung dari kompetensi dirinya bagi aktivitas yang berbeda-
beda dalam tuntutan, tingkat persaingan diantara individu, predisposisi pribadi
dalam menghadapi kegagalan, dan kondisi fisiologis berkaitan juga dengan
kesehatan diri secara fisikal mapun psikis.
Di sisi lainnya juga dipengaruhi oleh penilaian pribadi tentang hal
kemampuan dirinya tersebut. Penilaian yang salah atau keliru terhadap
kemampuan diri akan berdampak signifikan terhadap efikasi diri orang tersebut.
Penilaian diri yang tepat akan mendorong individu untuk melakukan suatu tugas
atau tantangan dengan realistis dan memberikannya motivasi internal untuk
pengembangan diri dalam mencapai proses aktualisasi diri yang sehat (Maslow,
melalui Hall, 1993).
Menurut Bandura, faktor-faktor yang mempengaruhi proses pembentukan
self-efficacy seseorang antara lain :
1. Pencapaian secara aktif
Faktor ini merupakan faktor yang sangat penting sebagai sumber
pembentukan efikasi seseorang karena hal ini berdasarkan kepada
21
kenyataan keberhasilan seseorang dapat menjalankan suatu tugas atau
ketrampilan tertentu akan meningkatkan self-efficacy dan kegagalan yang
berulang akan mengurangi efikasi diri.
2. Pengalaman tidak langsung
Dengan melihat kesuksesan orang lain yang memiliki kesamaan
dengan pengamat akan dapat meningkatkan harapan self-efficacy
pengamat, dapat menilai dirinya memiliki kemampuan seperti yang
dimiliki orang yang diamati sehingga dapat melakukan usaha-usaha untuk
memperoleh atau meningkatkan ketrampilannya. Dengan prinsip yang
sederhana, jika orang lain dapat melakukannya begitu pula dengan saya.
Pengamat dapat melihat cara-cara dan ketrampilan orang yang diamatinya.
Dengan model yang kompeten pengamat dapat belajar cara-cara yang
efektif untuk menghadapi hambatan maupun keadaan yang menakutkan.
3. Persuasi verbal
Persuasi verbal sering digunakan untuk meyakinkan seseorang
tentang kemampuannya sehingga dapat memungkinkan dia meningkatkan
usahanya untuk mencapai yang ditujunya. Persuasi verbal ini akan
berlangsung efektif bila berdasarkan realita dan memiliki alasan untuk
meyakinkan dirinya bahwa individu dapat mencapai apa yang
ditujukannya melalui tindakan nyata. Namun tidak efektif bila tidak
berdasarkan alasan yang kuat dan realita. Persuasi akan meningkatkan dan
menguatkan self-efficacy seseorang sehingga mengarahkan untuk berusaha
keras mencapai tujuan. Dalam hal ini pengaruh persuasi pada seseorang
22
berlangsung untuk meningkatkan perkembangan keterampilan dan self-
efficacy.
4. Keadaan fisiologis
Seseorang akan memperoleh informasi melalui keadaan
fisiologisnya dalam menilai kemampuannya sehingga akan cenderung
memiliki harapan kesuksesan dalam melakukan tugas yang lebih besar,
bila dalam kondisi yang tidak diwarnai oleh ketegangan dan tidak
merasakan adanya keluhan atau gangguan somatis dalam dirinya. Sebab
ketegangan akan mengakibatkan seseorang menjadi terhambat dalam
berunjuk kerja yang baik. Dalam kegiatan sehari-hari yang meliputi
kegiatan stamina dan kekuatan fisik, seseorang akan melihat kelelahan dan
sakit sebagai indikasi ketidak efektifan fisiknya sehingga akan
mempengaruhi unjuk kerjanya. Hal ini akan berpengaruh terhadap efikasi
dirinya, sehingga unjuk kerjanya menjadi tidak optimal. (Astutik,2003)
2.2.6 Aspek –aspek Self - Efficacy
Menurut Bandura (1997) aspek-aspek self efficacy adalah sebagai berikut :
a. Outcome Expectancy
Adalah suatu kemungkinan hasil dari suatu perilaku yaitu suatu perkiraan
laku, tindakan tertentu yang bersifat khusus. Outcome Expectancy
mengandung keyakinan sejauh mana perilaku tertentu akan menimbulkan
konsekuensi tertentu.
b. Efficacy Expectancy
23
Adalah harapan akan dapat membentuk perilaku secara tepat suatu
keyakian bahwa seseorang akan berhasil dalam bertindak sesuai dengan hasil
yang diharapkan. Aspek ini menunjukkan bahwa harapan seseorang berkaitan
dengan kesanggupan melakukan suatu perilaku yang dikehendaki Efficacy
expectancy tergantung pada situasi dan berupa persepsi dari hasil suatu
tindakan yang didapatkan melalui kehidupan, modeling, persuasi verbal, dan
keadaan emosi yang mengancam.
c. Outcome value
Adalah nilai yang mempunyai arti dari konsekuensi-konsekuensi yang
terjadi bila suatu pilihan dilakukan dan seseorang harus mempunyai outcome
value yang tertinggi untuk mendukung outcome expectancy yang dimiliki.
1.3 Teori Hubungan Self-Efficacy dengan Tingkat Aspirasi Pekerjaan
Dalam Bandura, efikasi diri akan mempengaruhi bagaimana individu
merasakan, berfikir, memotivasi diri sendiri, dan bertingkah laku. Efikasi diri,
kapabilitas yang memiliki individu akan mempengaruhi tingkah lakunya dalam
beberapa hal, seperti:
1. Tindakan individu, efikasi diri menentukan kesiapan individu dalam
merencanakan apa yang harus dilakukannya. Individu dengan keyakinan
diri tinggi tidak mengalami keragu-raguan dan mengetahui apa yang harus
dilakukan. Dengan efikasi yang tinggi individu memiliki tujuan yang
sesuai dengan harapannya.
24
2. Usaha, efikasi diri mencerminkan seberapa besar upaya yang dikeluarkan
individu untuk mencapai tujuannya. Individu dengan keyakinan terhadap
kemampuan diri tinggi akan berusaha maksimal untuk mengetahui cara –
cara belajar serta kegiatan - kegiatan yang sesuai dengan minatnya.
Individu dengan keyakinan terhadap kemampuan diri tinggi akan berusaha
mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
3. Tingkat pencapaian yang akan terealisasikan, individu dengan efikasi diri
yang kini dapat membuat tujuan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki
serta mempu menentukan bidang pendidikan sesuai dengan minat dan
kemampuannya tersebut.
1.4 . Penelitian yang Relevan
Sampai saat ini belum ditemukan adanya penelitian yang relevan atau
peneliti lain yang mengungkap tentang Hubungan Tingkat Aspirasi Pekerjaan dan
Efikasi Diri Siswa SMK. Akan tetapi penulis mendapatkan penelitian “Efikasi
Diri dengan Minat Berwirausaha Siswa, yaitu penelitian Arista Lukmayanti
(2012), dengan judul “ Hubungan Efikasi Diri dengan Harapan Berwirausaha
Siswa Kelas XII Program Keahlian Jasa Boga di SMK Negeri 6 Yogyakarta”.
Dengan uji hipotesis analisis korelasi diperoleh hasil bahwa konsep diri
dan efikasi diri secara stimultan berpengaruh signifikan terhadap minat
berwirausaha siswa kelas XII SMK Negeri 6 Yogyakarta dengan signifikan p
0,004 < p table 0,05 dan menunjukan ada korelasi.
25
2.5 Hipotesis
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah terdapat Hubungan
yang Signifikan Antara Self-efficacy dengan Tingkat Aspirasi Pekerjaan siswa
kelas XI SMK Kristen (BM) Salatiga.