Post on 10-Sep-2019
9
BAB II
KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI,
DAN MODEL PENELITIAN
2.1 Kajian Pustaka
Untuk memperjelas dan memantapkan ruang lingkup permasalahan,
sumber data, dan kerangka teoretis penelitian ini, maka kajian pustaka merupakan
upaya penting untuk dilakukan. Kajian pustaka pada penelitian ini membahas
beberapa pustaka konseptual dan pustaka hasil penelitian, terutama menyangkut
wacana lingkungan.
Penulis belum menemukan kajian ilmiah yang dilakukan terhadap Pupulan
Puisi Bali Modern Denpasar Lan Don Pasar dengan teori linguistik dan sastra.
Akan tetapi, terdapat beberapa kajian yang membantu dalam pelaksanaan
penelitian ini. Berikut ini beberapa penelitian yang membahas mengenai
lingkungan sebagai berikut.
Sudewa dalam desertasinya yang berjudul ―Kritik Sosial dlam Puisi dan
Drama W.S. Rendra 1970-an─1990-an‖ (2012). Penelitian ini menekankan pada
lima tema, yaitu harkat perempuan, pendidikan, kapitalisme, dan kemiskinan,
serta politik dan hukum. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian Sudewa
adalah pendekatan sosiologi sastra dan semiotik yang ditekankan lewat gaya
bahasa atau kata yang terdapat dalam puisi dan drama karya Rendra yang
mengandung makna tertentu. Penelitian ini menerapkan teori politik, kapitalisme,
dan feminisme. Relevansi penelitian Sudewa dengan penelitian ini adalah sama-
9
10
sama meneliti dan analisis isi, mendeskripsikan, menafsirkan makna-makna yang
terkandung dalam puisi yang dikaji. Perbedaan dalam penelitian ini terdapat pada
objek yang diteliti.
Suryaningrat (2014) dalam tesis berjudul ―Harmonisasi Alam Dalam Teks
Kidung Jerum Kundangdya‖. menggunakan objek material teks kidung. Fokus
penelitian ini adalah mengenai bentuk, fungsi, dan makna harmonisasi alam
dalam Kidung Jerum Kundangdya. Teori yang digunakan adalah teori Semiotik
dari Riffaterre. Dalam penelitian ini, digunakan metode deskriptif-analitik yang
dibantu oleh teknik pencatatan dan metode informal dalam tahap penyajian.
Hasil yang diperoleh dari analisis ini adalah mengetahui bentuk harmonisasi alam
dalam ―Kidung Jerum Kundangdya‖ berkaitan dengan keberadaan alam
beserta isinya sehingga diciptakanlah keseimbangan yang menjadikan
harmonis. Mengenai fungsinya adalah landasan cinta yang mampu sebagai
penyeimbang alam semesta sekaligus penetralisasi dan kebahagiaan kehidupan.
Selanjutnya, maknanya adalah harmonisasi ajaran Hindu, Budha, Siwa Budha
dan pencerahan Siwa-Budha Tantra. Persamaan atara penelitian Ayu dengan
penelitian ini yaitu sama-sama membahas mengenai lingkungan. Perbedaan antara
penelitian Ayu dengan penelitian ini terletak pada objek kajian yang dibahas,
penelitian Ayu menggunakan objek teks ―kidung‖ sedangkan penelitian ini
menggunakan teks puisi.
Penelitian Widiastuti tahun 2015 berjudul ‖Wacana Konflik Lingkungan
Dalam Teks Film Animasi Mononoke Hime Karya Hayao Miyazaki‖. Penelitian
ini mengkaji wacana konflik lingkungan dalam teks film animasi Mononoke Hime
11
karya Hayao Miyazaki. Analisis teks film animasi Mononoke Hime bertujuan
untuk menguraikan bentuk, fungsi, dan makna wacana konflik lingkungan yang
berkaitan dengan sumber daya alam. Dialog antartokoh dalam film animasi yang
telah dipilih dalam penelitian ini, ditranskripsi dengan teknik catat lalu
diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Data dianalisis dengan metode
deskriptif analitik, lalu disajikan dengan metode informal. Penelitian ini
menggunakan teori semiotika dan teori konflik. Hasil analisis menunjukkan
bahwa Mononoke Hime terjadi pada zaman Muromachi. Pada saat alam dikuasai
oleh manusia dengan teknologi, maka rasa hormat terhadap penguasa alam yang
disebut Kami semakin hilang. Pada saat itu terjadi konflik antara kelompok Kami
dan kelompok manusia. Kelompok Kami memiliki gagasan bahwa sumber daya
alam harus dilindungi agar dapat dinikmati seluruh makhluk hidup dalam jangka
waktu panjang. Namun, populasi manusia terus bertambah sehingga kebutuhan
terus meningkat. Oleh karena itu, kelompok manusia memiliki gagasan bahwa
sumber daya alam harus dieksploitasi untuk kesejahteraan hidup. Apabila sumber
daya alam-terus menerus dieksploitasi, maka persediaannya akan habis dan
berdampak pada kerusakan lingkungan. Konflik ini disebabkan oleh faktor
lingkungan sehingga konflik lingkungan menjadi wacana utama dalam penelitian
ini. Penelitian ini menyimpulkan bahwa konflik lingkungan berfungsi positif yaitu
untuk memperkuat solidaritas dalam kelompok internal. Selain itu, konflik juga
berfungsi sebagai pengendalian sosial agar tercipta integrasi sosial. Konflik
lingkungan memiliki makna penghormatan atas alam sehingga terwujud
harmonisasi alam. Namun, konflik ini juga mengakibatkan kerusakan lingkungan
12
yang dapat menimbulkan bencana bagi kehidupan seluruh makhluk hidup. Oleh
karena itu, harmonisasi yang disertai penghormatan atas alam harus segera
diwujudkan untuk menciptakan masa depan yang lebih baik. Persamaan atara
penelitian Widiastuti dengan penelitian ini yaitu sama-sama membahas mengenai
lingkungan. Perbedaan antara penelitian Widiastuti dengan penelitian ini terletak
pada objek kajian yang dibahas, penelitian Widiastuti menggunakan objek teks
film animasi sedangkan penelitian ini menggunakan teks puisi.
Kajian pustaka di atas dapat memberikan suatu gambaran dan pemahaman
kepada peneliti mengenai analisis puisi. Meskipun di antara tulisan tersebut
menyinggung masalah wacana lingkungan, tetapi penelitian tersebut berbeda. Hal
ini dapat dilihat dari judul, teori, dan metode yang digunakan. Akan tetapi, secara
tersirat, tulisan-tulisan di atas membantu dalam meneliti. Perlu dikemukakan
bahwa kelebihan penelitian ini dibandingkan dengan penelitian karya sastra puisi
yang telah ada, yaitu penelitian ini mengungkap tema (1) lingkungan, (2)
lingkungan sosial, (3) sosial, dan (4) urbanisasi yang belum pernah diteliti oleh
peneliti lain.
2.2 Konsep
Konsep merupakan hasil abstraksi dan sintesis teori yang dikaitkan dengan
masalah penelitian yang dihadapi untuk menjawab dan memecahkan masalah
penelitian. Dalam penelitian ini, terdapat sejumlah konsep yang perlu dijelaskan
untuk mendapatkan suatu pemahaman bersama. Konsep-konsep tersebut meliputi
(a) Wacana Lingkungan dan (b) Puisi Bali Modern. Selanjutnya, konsep-konsep
tersebut dijelaskan sebagai berikut.
13
2.2.1 Wacana Lingkungan
Menurut Samsuri (dalam Sobur, 2012:11) wacana merupakan rekaman
kebahasaan yang utuh tentang peristiwa komunikasi, yang terdiri atas seperangkat
kalimat yang mempunyai hubungan pengertian yang satu dengan yang lain.
Komunikasi tersebut dapat menggunakan bahasa lisan, dan dapat pula
menggunakan bahasa tulisan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, lingkungan
berarti ‗segala sesuatu yang ada di sekitar manusia yang mempengaruhi
perkembangan kehidupan manusia, baik secara langsung maupun tidak langsung‘.
Berdasarkan pengertian tersebut wacana lingkungan berarti rekaman kebahasaan
yang utuh tentang peristiwa komunikasi yang mengungkapkan tentang segala
sesuatu yang ada di sekitar manusia.
Wacana lingkungan merupakan bentuk wacana sastra tulis berupa puisi
yang di dalamnya memuat ide, harapan, permasalahan, serta gagasan lain berupa
amanat dan nilai-nilai sosial budaya. Muatan-muatan yang dikandung dalam
wacana lingkungan sangat berguna bagi para penikmatnya, dengan harapan
memberikan cara pandang berupa pola pikir yang dapat mengarahkan kepada
sikap maju dan membangun.
2.2.2 Puisi Bali Modern
Puisi Bali modern dapat diberikan pengertian sebagai gendre (ragam)
sastra berbahasa Bali yang terikat oleh irama serta penyusunan tipografi yang
berupa larik atau larik-larik dan bait atau bait-bait. Gendre (ragam) ini menyerap
unsur atau nilai-nilai sastra Bali tradisional dan bahkan puisi Jawa Kuna
(kakakwin) dalam pengungkapan yang baru. Bentuk pengungkapan yang baru
14
tersebut menunjukkan adanya suatu pengaruh dari puisi Barat, yang antara lain
terwujud dalam bentuk yang tidak lagi terikat oleh jumlah suka kata tiap larik,
jumlah larik tiap bait, jumlah bait, bunyi akhir larik. Bentuk yang bebas
menyebabkan irama menjadi bebas pula, dalam artian tidak terikat pada pola
tertentu.
2.3 Landasan Teori
Sebagai satu bentuk kegiatan ilmiah, penelitian sastra memerlukan
landasan kerja dalam bentuk teori. Teori sebagai hasil perenungan yang
mendalam, tersistem, dan terstruktur yang berfungsi sebagai pengarah dalam
kegiatan penelitian dan berfungsi sebagai alat untuk memecahkan masalah. Dalam
penelitian ini beberapa teori digunakan untuk mempertajam analisis dan mencari
pemahaman yang lebih memadai. Sebagai landasan teori penelitian ini, yaitu teori
hermeneutika dan semiotik.
2.3.1 Teori Hermeneutik
Menurut Ricoeur (dalam Endraswara, 2011:42), hermeneutik berusaha
memahami makna sastra yang ada di balik struktur. Pemahaman makna tidak
hanya pada simbol, tetapi memandang sastra sebagai teks. Di dalam teks ada
konteks yang bersifat polisemi. Jadi, haruslah menukik ke arah teks dan konteks
sehingga ditemukan makna utuh.
Penafsiran teks sastra setidaknya mengikuti salah satu atau lebih dari enam
rambu-rambu penafsiran berikut.
1) Penafsiran yang bertitik tolak dari pendapat, bahwa teks sendiri sudah jelas.
2) Penafsiran yang berusaha menyusun kembali arti historik.
15
3) Penafsiran hermeneutik baru yang terutama diwakili oleh Gadamer berusaha
memadukan masa silam dan masa kini.
4) Penafsiran yang bertolak pada pandangannya sendiri mengenai sastra.
5) Penafsiran yang berpangkal pada problematik tertentu, misalnya dari aspek
politik, psikologis, moral, dan sebagainya.
6) Tafsiran yang tak langsung berusaha agar memadai sebuah teks diartikan,
tetapi hanya ingin menunjukkan kemungkinan-kemungkinan yang tercantum
dalam teks sehingga pembaca dapat menafsirkannya.
Secara garis besar, jika karya sastra telah jelas kapan ditulis dan tanpa
mengalami transformasi, maka akan digunakan penafsiran melalui empat langkah
utama. Keempat langkah yang dimaksud yaitu.
1) menentukan arti langsung yang primer;
2) bila perlu menjelaskan arti-arti implisit;
3) menentukan tema;
4) memperjelas arti-arti simbolik dalam teks.
Teori hermeneutik ini digunakan dalam proses penafsiran tanda-tanda
pada teks Pupulan Puisi Bali Modern Denpasar Lan Don Pasar. Caranya dengan
melihat arti berdasarkan pendapat teks, pandangan masa silam dan masa kini
berdasarkan situasi dan kondisi masyarakat Kota Denpasar. Problematika yang
ditemukan di dalam teks. Selain itu, teori ini digunakan dalam membantu teori inti
untuk membedah seluruh masalah di antara bentuk, fungsi, dan makna.
16
2.3.2 Teori Semiotik
Hoed (2014:5) menyatakan bahwa semiotik adalah ilmu tentang tanda.
Tanda adalah segala hal, baik fisik maupun mental, baik di dunia maupun di jagat
raya, baik di dalam pikiran manusia maupun sistem biologi manusia dan hewan ,
yang diberi makna oleh manusia. Jadi tanda adalah tanda hanya apabila bermakna
bagi manusia.
Menurut Pierce (dalam Zoest, 1992:1) teori semiotik merupakan ilmu
tentang tanda. Tanda-tanda yang dimaksud Pierce ini memungkinkan manusia
untuk berpikir, berhubungan dengan manusia lain, dan memberikan makna
tentang apa yang ditampilkan oleh alam semesta. Tanda adalah sesuatu yang
mewakili sesuatu dapat berupa gagasan, pikiran, perasaan. Salah satu sistem tanda
yang mempunyai konvensi sendiri adalah sistem tanda dalam karya sastra.
Menurut Pradopo (2007:120), karya sastra merupakan struktur yang
bermakna. Hal ini mengingat bahwa karya sastra merupakan sistem tanda yang
mempunyai makna yang menggunakan medium bahasa. Bahasa sebagai medium
karya sastra sudah merupakan sistem semiotik atau ketandaan, yaitu sistem
ketandaan yang mempunyai arti. Medium karya sastra bukanlah bahan yang
bebas (netral) seperti bunyi pada seni musik ataupun warna pada lukisan. Warna
cat sebelum digunakan dalam lukisan masih bersifat netral, belum mempunyai arti
apa-apa; sedangkan kata-kata (bahasa) sebelum digunakan dalam karya sastra
sudah merupakan lambang yang mempunyai arti yang ditentukan oleh perjanjian
masyarakat (bahasa) atau ditentukan oleh konvensi masyarakat.
17
Lambang-lambang atau tanda-tanda kebahasaan tersebut berupa satuan-
satuan bunyi yang mempunyai arti oleh konvensi masyarakat. Bahasa tersebut
merupakan sistem ketandaan yang berdasarkan atau ditentukan oleh konvensi
(perjanjian) masyarakat. Sistem ketandaan disebut sebagai semiotika. Begitu juga
ilmu yang mempelajari sistem tanda-tanda disebut semiotik atau semiologi.
Pertama kali yang penting dalam lapangan semiotik, lapangan sistem tanda
adalah pengertian tanda. Ada dua prinsip dalam pengertian tanda, yaitu: penanda
dan petanda. Penanda yang menandai yang merupakan bentuk tanda, sedangkan
petanda atau yang ditandai, yang merupakan arti tanda. Di dalam hubungan
penanda dan petanda ada tiga jenis tanda pokok, yaitu ikon, indeks, dan simbol.
Ikon adalah tanda hubungan antara penanda dan petanda bersifat persamaan
bentuk alamiah, misalnya potret orang menandai orang yang dipotret (berarti
orang yang dipotret), gambar kuda tersebut menandai kuda yang nyata (Budiman,
2006:51--55).
Indeks adalah tanda yang menunjukkan adanya hubungan alamiah antara
tanda dan petanda yang bersifat kausal atau hubungan sebab akibat. Misalnya,
asap itu menandai api, suara itu menandai orang atau sesuatu yang mengeluarkan
suara. Simbol adalah tanda yang tidak menunjukkan hubungan alamiah antara
penanda dan petandanya. Hubungan di antaranya bersifat arbitrer atau semau-
maunya, hubungannya berdasarkan konvensi (perjanjian) masyarakat. Sebuah
sistem tanda yang utama yang menggunakan lambang adalah bahasa. Arti simbol
ditentukan oleh masyarakat. Misalnya kata ibu berarti ‘orang yang melahirkan
18
kita‘ itu terjadinya atas konvensi atau perjanjian masyarakat bahasa Indonesia
(Budiman, 2006:56--60).
Teori semiotik adalah teori inti yang digunakan dalam menganalisis
makna wacana lingkungan dalam Pupulan Puisi Bali Modern Denpasar Lan Don
Pasar. Dianalisis tanda-tanda dalam teks puisi sehingga dapat diperoleh arti dan
makna Pupulan Puisi Bali Modern Denpasar Lan Don Pasar.
19
2.4 Model Penelitian
Pupulan Puisi Bali
Modern Denpasar Lan
Don Pasar
Teori Hermeneutik dan
Teori Semiotik
Wacana
Lingkungan
Fungsi Wacana
Lingkungan dalam
Pupulan Puisi Bali
Modern Denpasar
Lan Don Pasar
Bentuk Wacana
Lingkungan dalam
Pupulan Puisi Bali
Modern Denpasar
Lan Don Pasar
Makna Wacana
Lingkungan dalam
Pupulan Puisi Bali
Modern Denpasar
Lan Don Pasar
Metode Penelitian
Kualitatif
Puisi Bali Modern
20
Keterangan Model Penelitian
= Objek Penelitian
= Teori
= Metode penelitian
= Objek Kajian
= Hasil Penelitian
= Hubungan langsung
= Hubungan langsung
= Hubungan langsung
= Hubungan langsung
= Hubungan langsung
= Saling Berhubungan
Pupulan Puisi Bali Modern Denpasar Lan Don Pasar adalah objek
penelitian yang digunakan dalam penelitian ini. Kumpulan puisi ini dibedah
dengan menggunakan teori semiotika dan pendekatan strukturalisme semiotik.
Penelitian ini terfokus kepada masalah lingkungan yang ada dalam buku
kumpulan puisi tersebut. Dari hasil penelitian nantinya diperoleh bagaimana
bentuk, fungsi, dan makna wacana lingkungan yang terdapat dalam Pupulan Puisi
Bali Modern Denpasar Lan Don Pasar.