Post on 21-Apr-2019
8
BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS
A. Tinjauan Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu adalah kumpulan hasil penelitian yang telah dilakukan
oleh peneliti-peneliti terdahulu yang mana penelitian tersebut mempunyai kaitan
antara faktor fundamental dan teknikal terhadap harga saham. Hasil dari
penelitian digunakan sebagai acuan, referensi dan perbandingan dalam penelitian
ini.
1. Menurut Pratiwi dan Topowijono (2018) dalam penelitian tentang
Pengaruh Struktur Modal dan Profitabilitas Terhadap Harga Saham
dapat disimpulkan hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel Debt to
Equity Ratio (DER) yang mewakili Struktur Modal, Return on Equity
(ROE), dan Earning per Share (EPS) yang mewakili Profitabilitas
secara simultan berpengaruh terhadap harga saham. Secara parsial
menunjukkan bahwa variabel Debt to Equity Ratio (DER), dan variabel
Return on Equity (ROE) tidak berpengaruh signifikan terhadap harga
saham, sedangkan variabel Earning per Share (EPS) berpengaruh
signifikan terhadap harga saham.
2. Menurut Putranto dan Darmawan (2018) dalam penelitian tentang
Pengaruh Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, Leverage dan Nilai Pasar
Terhadap Harga Saham dapat simpulkan hasil penelitian mendapatkan
uji koefisien determinasi (R2) dari variabel ukuran perusahaan, rasio
profitability, rasio leverage, dan nilai pasar mampu menjabarkan harga
9
penutupan saham sejumlah 75%. Pengujian dari regresi linier berganda
Fhitung sebesar 37,009 dengan probabilitas 0,000. Angka probabilitas
lebih kecil daripada angka signifikansi yaitu 5%. Variabel ukuran
perusahaan, rasio profitability, rasio leverage, dan nilai pasar secara
bersama-sama memiliki dampak terhadap harga saham. Uji t
menjelaskan bahwa nilai pasar tidak memiliki dampak terhadap harga
saham. Ukuran perusahaan memiliki dampak terhadap harga saham
dengan cara positif. Rasio profitability memiliki dampak terhadap harga
saham dengan cara positif. Rasio leverage memiliki dampak dengan
cara negatif terhadap harga saham.
3. Menurut Taufik dan Suhermin (2018) dalam penelitian tentang
Pengaruh Nilai Tukar, Inflasi dan Tingkat Suku Bunga Terhadap Harga
Saham Perusahaan Property and Real Estate dapat disimpulkan hasil
penelitian dengan Analisis Regresi Berganda bahwa nilai tukar dan
inflasi berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham pada sektor
property and real estate di Bursa Efek Indonesia. Sedangkan, tingkat
suku bunga secara signifikan tidak berpengaruh terhadar harga saham
sektor property and real estate di Bursa Efek Indonesia.
4. Menurut Muhammad dan Isroah (2017) dalam penelitian tentang
Pengaruh Ukuran Perusahaan, Net Profit Margin (NPM) dan Return On
Equity (ROE) Terhadap Harga Saham dapat disimpulkan hasil
penelitian dengan analisis regresi sederhana pada taraf signifikansi 5%
menunjukkan bahwa: (1) Terdapat Pengaruh Positif Ukuran Perusahaan
10
terhadap Harga Saham, dengan THitung 4,907 > Ttabel 2,014. (2)
Terdapat Pengaruh Positif Net Profit Margin (NPM) terhadap Harga
Saham dengan Thitung 4,794 > Ttabel 2,014. (3) Terdapat Pengaruh
Positif Return On Equity (ROE) terhadap Harga Saham dengan
Thitung 2,776 > Ttabel yaitu 2,014. Hasil regresi berganda
menunjukkan bahwa terdapat pengaruh positif Ukuran Perusahaan, Net
Profit Margin (NPM), dan Return On Equity (ROE) Terhadap Harga
Saham. Ditunjukkan dengan harga uji F dengan nilai Fhitung sebesar
20,417 lebih besar dari Ftabel sebesar 3,220.
5. Menurut Supeno et al. (2018) dalam penelitian tentang Pengaruh Suku
Bunga, Kurs, Tingkat Inflasi, Harga Minyak Dunia dan Harga Emas
Dunia terhadap Harga Saham Pada Indeks Kompas 100 dengan teknik
analisis yang digunakan adalah regresi linier berganda dapat
disimpulkan hasil penelitian suku bunga, kurs rupiah, tingkat inflasi,
harga minyak dunia dan harga emas dunia secara simultan berpengaruh
positif signifikan terhadap harga saham pada kompas 100. Suku bunga,
kurs rupiah dan harga emas dunia secara parsial tidak berpengaruh
signifikan terhadap harga saham. Sedangkan harga minyak dunia secara
parsial berpengaruh negatif signifikan terhadap harga saham.
6. Menurut Firmana et al. (2017) dalam penelitian tentang pengaruh
struktur modal dan profitabilitas terhadap harga saham dengan teknik
analisis yang digunakan adalah regresi linier berganda dapat
disimpulkan hasil penelitian bahwa struktur modal yang diwakili oleh
11
DER, DAR dan profitabilitas yang diwakili oleh ROE, EPS secara
simultan berpengaruh signifikan terhadap harga saham. DER secara
parsial berpengaruh negatif terhadap harga saham. DAR dan EPS secara
parsial berpengaruh positif terhadap harga saham. ROE secara parsial
tidak berpengaruh terhadap harga saham. EPS merupakan variabel yang
berpengaruh dominan terhadap harga saham.
7. Menurut Pangemanan et al. (2017) dalam penelitian tentang Analisis
Pengaruh Profitabilitas dan Struktur Modal Terhadap Harga Saham
Pada Perusahaan Sub Sektor Pertambangan Minyak dan Gas yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia dapat disimpulkan hasil penelitian
dari hasil analisis Regresi Linier Berganda, baik secara parsial maupun
simultan menunjukkan bahwa indikator variabel Return On Asset dan
indikator Debt to Equity Ratio memiliki pengaruh negatif dan tidak
signifikan terhadap Harga Saham pada Perusahaan Sub Sektor
Pertambangan Minyak dan Gas yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
8. Menurut Haque dan Faruquee (2013) dalam penelitian tentang Impact
of Fundamental Factors on Stock Price: A Case Based Approach on
Pharmaceutical Companies Listed with Dhaka Stock Exchange
bertujuan mengidentifikasi pengaruh variabel fundamental dalam
determinasi harga saham pada industri farmasi yang terdaftar di Dhaka
Stock Exchange. Variabel yang digunakan adalah EPS, DPS, ROE,
ROA dan rasio fixed asset per total asset. Hasil menunjukkan kelima
variabel tersebut tidak mempunyai pengaruh yang signifikan pada harga
12
saham. Hal ini dapat terjadi karena harga dipengaruhi oleh manipulasi
harga pasar atau harga rumor dimana mayoritas investor mempunyai
pemahaman yang kurang pada fundamental perusahaan.
Berdasarkan hasil penelitian terdahulu yang berbeda antara penelitian satu
dengan yang lain membuat peneliti tertarik untuk meneliti mengenai pengaruh
struktur modal, ukuran perusahaan, profitabilitas dan nilai tukar rupiah terhadap
harga saham. Didalam penelitian ini yang membedakan dengan penelitian
terdahulu ialah penelitian ini bukan hanya membahas tentang struktur modal
(DER) dan profitabilitas (ROE) terhadap harga saham, tetapi juga membahas
bagaimana pengaruh dari ukuran perusahaan dan nilai tukar rupiah terhadap harga
saham. Selain itu yang membedakan dengan peneltian terdahulu lainnya ialah
terdapat pada objek penelitiannya. Dimana penelitian terdahulu rata-rata
menggunakan perusahaan food and beverage dan juga perusahaan pertambangan.
Sedangkan dalam penelitian ini objek yang digunakan adalah perusahaan LQ-45
karena perusahaan yang masuk dalam indeks LQ-45 adalah perusahaan yang
sering memperdagangkan saham di bursa efek indonesia.
B. Tinjauan Pustaka
1. Signalling Theory
Signalling theory menekankan kepada pentingnya informasi yang
dikeluarkan oleh perusahaan terhadap keputusan investasi pihak di luar
perusahaan. Informasi merupakan unsur penting bagi investor dan pelaku bisnis
karena informasi pada hakekatnya menyajikan keterangan, catatan atau gambaran
baik untuk keadaan masa lalu, saat ini maupun keadaan masa yang akan datang
13
bagi kelangsungan hidup suatu perusahaan dan bagaimana pasaran efeknya.
Informasi yang lengkap, relevan, akurat dan tepat waktu sangat diperlukan oleh
investor di pasar modal sebagai alat analisis untuk mengambil keputusan
investasi (Wijaya dan Rahardja, 2012)
2. Saham
a. Pengertian Saham
Saham merupakan salah satu instrumen pasar modal yang paling
diminati investor karena memberikan tingkat keuntungan yang menarik.
Saham dapat didefinisikan sebagai tanda penyetaan modal seorang atau
sepihak (badan usaha) dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas.
Dengan menyertakan modal tersebut, maka pihak tersebut memiliki klaim
atas pendapatan perusahaan, klaim atas aset perusahaan dan berhak hadir
dalam rapat umum pemegang saham (RUPS).
Menurut Rahardjo (2006:31) saham adalah
“Surat berharga yang merupakan instrumen bukti kepemilikan atau
penyertaan dari individu atau institusi dalam suatu perusahaan. Sedangkan
menurut istilah umumnya, saham merupakan bukti penyertaan modal dalam
suatu kepemilikan saham perusahaan”.
Menurut Husnan (2008:29) pengertian saham adalah sebagai berikut
“Saham adalah secarik kertas yang menunjukkan hak pemodal yaitu pihak
yang memiliki kertas tersebut untuk memperoleh bagian dari prospek atau
14
kekayaan organisasi yang menerbitkan sekuritas tersebut dan berbagai
kondisi yang memungkinkan pemodal tersebut menjalankan haknya”.
Berdasarkan pengertian para ahli diatas maka dapat disimpulkan
saham merupakan surat bukti tanda kepemilikan suatu perusahaan yang
didalamnya tercantum nilai nominal, nama perusahaan, dan di ikuti dengan
hak dan kewajiban yang dijelaskan kepada setiap pemegang sahamnya.
b. Jenis-jenis Saham
Saham merupakan surat berharga yang paling populer dan dikenal
luas di masyarakat. Menurut Darmadji dan Fakhruddin (2012:6), ada
beberapa jenis saham yaitu :
1). Ditinjau dari segi kemampuan dalam hak tagih atau klaim, maka saham
terbagi atas :
a). Saham biasa (common stock), yaitu merupakan saham yang
menempatkan pemiliknya paling junior terhadap pembagian dividen,
dan hak atas harta kekayaan perusahaan apabila perusahaan tersebut
di likuidasi.
b). Saham preferen (preferred stock), merupakan saham yang memiliki
karakteristik gabungan antara obligasi dan saham biasa karena bisa
menghasilkan pendapatan tetap (seperti bunga obligasi), tetapi juga
bisa tidak mendatangkan hasil seperti ini dikehendaki oleh investor.
2). Dilihat dari kinerja perdagangannya, maka saham dapat dikategorikan
menjadi :
15
a). Saham unggulan (blue-chip stock), yaitu saham biasa dari suatu
perusahaan yang memiliki reputasi tinggi, sebagai leader di industri
sejenis, memiliki pendapatan yang stabil dan konsisten dalam
membayar dividen.
b). Saham pendapatan (income stock), yaitu saham biasa dari suatu
emiten yang memiliki kemampuan membayar dividen lebih tinggi
dari rata-rata dividen yang dibayarkan pada tahun sebelumnya.
c). Saham pertumbuhan (growth stock-well known), yaitu saham-saham
dari emiten yang memiliki pertumbuhan pendapatan yang tinggi.
Sebagai leader di industri sejenis yang mempunyai reputasi tinggi.
Selain itu terdapat juga growth stock lesser known, yaitu saham dari
emiten yang tidak sebagai leader dalam industri namun memiliki
growth stock.
d). Saham spekulatif (spekulative stock), yaitu saham suatu perusahaan
yang tidak bisa secara konsisten memperoleh penghasilan yang
tinggi di masa mendatang, meskipun belum pasti.
e). Saham sklikal (counter cycilical stock), yaitu saham yang tidak
terpengaruh oleh kondisi ekonomi makro maupun situasi bisnis
secara umum.
3. Harga Saham
a. Pengertian Harga Saham
Harga saham merupakan harga penutupan pasar saham selama periode
pengamatan untuk tiap-tiap jenis saham yang dijadikan sampel dan
16
pergerakannya senantiasa diamati oleh para investor. Salah satu konsep dasar
dalam manajemen keuangan adalah bahwa tujuan yang ingin dicapai
manajemen keuangan adalah memaksimalisasi nilai perusahaan. Bagi
perusahaan yang telah go-public, tujuan tersebut dapat dicapai dengan cara
memaksimalisasi nilai pasar harga saham yang bersangkutan. Dengan
demikian pengambilan keputusan selalu didasarkan pada pertimbangan
terhadap maksimalisasi kekayaan para pemegang saham.
Analisis saham merupakan salah satu dari sekian tahapan dalam
proses investasi yang berarti melakukan analisis terhadap individual atau
sekelompok sekuritas. Analisis yang sering digunakan untuk menilai suatu
saham yaitu analisis fundamental dan analisis teknikal.
Analisis fundamental merupakan analisis historis atas kekuatan
keuangan dari suatu perusahaan yang sering disebut company analysis. Data
yang digunakan adalah data historis, artinya data yang telah terjadi dan
mencerminkan keadaan keuangan yang telah lewat dan bukan mencerminkan
keadaan keuangan yang sebenarnya pada saat analisis (Husnan, 2008: 303).
Company analysis para pemodal (investor) akan mempelajari laporan
keuangan perusahaan yang salah satunya dengan menggunakan analisis rasio
keuangan, mengidentifikasi kecenderungan atau pertumbuhan yang mungkin
ada, mengevaluasi efisisensi operasional dan memahami sifat dasar dan
karakteristik operasional dari perusahaan tersebut.
Para analis fundamental mencoba memperkirakan harga saham
dimasa datang dengan mengestimasi nilai dari faktor-faktor fundamental yang
17
mempengaruhi harga saham dimasa datang, dan menempatkan hubungan
faktor-faktor tersebut sehingga diperoleh taksiran harga saham. Dalam
analisis ini dinyatakan bahwa, saham memiliki nilai intrinsik tertentu.
Analisis ini akan membandingkan nilai intrinsik suatu saham dengan harga
pasarnya yaitu dengan dua pendekatan
1). Pendekatan Dividen
Dividen merupakan sebagian laba yang dibagikan kepada
pemegang saham. Pembayaran dividen yang tinggi mencerminkan
prospek tingkat keuntungan yang baik suatu perusahaan, sedangkan
penurunan tingkat pembayaran dividen dapat menjadi informasi yang
kurang menguntungkan bagi perusahaan sebab dividen juga dianggap
sebagai tanda tersedianya pendapatan yang tinggi dalam perusahaan dan
juga mengindikasikan tingkat pertumbuhan pendapatan saat ini dan masa
yang akan datang. Pada akhirnya harga saham akan mengikuti naik turun
besarnya dividen yang dibagikan;
2). Pendekatan Price Earning Ratio (PER)
Pada dasarnya PER memberikan indikasi tentang jangka waktu
yang diperlukan untuk mengembalikan dana pada tingkat harga saham
dan keuntungan perusahaan pada suatu periode tertentu. Oleh karena itu,
rasio ini menggambarkan kesediaan investor membayar suatu jumlah
tertentu untuk setiap rupiah perolehan laba perusahaan
Analisis teknikal merupakan suatu teknik yang menggunakan data atau
catatan pasar untuk berusaha mengakses permintaan dan penawaran suatu saham,
18
volume perdagangan, indeks harga saham baik individual maupun gabungan, serta
faktor-faktor lain yang bersifat teknis (Husnan, 2008: 338). Model analisis
teknikal lebih menekankan pada pasar modal dimasa datang berdasarkan
kebiasaan dimasa lalu. Analisis ini berupaya untuk memperkirakan harga saham
(kondisi pasar) dengan mengamati perubahan harga saham tersebut (kondisi
pasar) diwaktu lalu. Para penganut analisis ini, menyatakan bahwa :
a). Harga saham mencerminkan informasi yang relevan.
b). Informasi tersebut ditunjukkan oleh perubahan harga saham diwaktu
lalu.
c). Karena perubahan harga saham akan mempunyai pola tertentu, maka
pola tersebut akan berulang.
Sasaran yang ingin dicapai dari analisis adalah ketepatan waktu dalam
memprediksi pergerakan harga jangka pendek suatu saham, oleh karena itu
informasi yang berasal dari faktor-faktor teknis sangat penting bagi pemodal
untuk menentukan kapan suatu saham dibeli atau harus dijual..
b. Faktor yang Mempengaruhi Harga Saham
Menurut Arifin (2004:116) faktor-faktor yang mempengaruhi harga
saham adalah sebagai berikut :
1). Kondisi fundamental emiten
Faktor fundamental adalah faktor yang berkaitan langsung dengan
kinerja emiten itu sendiri. Semakin baik kinerja emiten, maka semakin
besar pengaruhnya terhadap kenaikan harga saham begitu juga
19
sebaliknya. Untuk memastikan apakah kondisi emiten dalam posisi yang
baik atau buruk kita bisa melakukan pendekatan analisis rasio.
2). Hukum permintaan dan penawaran
Faktor hukum permintaan dan penawaran berada diurutan kedua
setelah faktor fundamental karena begitu investor tahu kondisi
fundamental perusahaan tentunya mereka akan melakukan transaksi baik
jual maupun beli. Transaksi- transaksi inilah yang akan mempengaruhi
fluktuasi harga saham.
3). Tingkat suku bunga
Dengan adanya perubahan suku bunga, tingkat pengembalian
hasil berbagai sarana investasi akan mengalami perubahan. Bunga yang
tinggi akan berdampak pada alokasi dana investasi pada investor.
Investor produk bank seperti deposito atau tabungan jelas lebih kecil
resikonya jika dibandingkan dengan investasi dalam bentuk saham,
karena investor akan menjual saham dan dananya akan ditempatkan
dibank. Penjualan saham secara serentak akan berdampak pada
penurunan harga saham secara signifikan.
4). Kurs Valuta asing
Mata uang amerika (Dolar) merupakan mata uang terkuat diantara
mata uang yang lain. Apabila dolar naik maka investor asing akan
menjual sahamnya dan ditempatkan di bank dalam bentuk dolar,
sehingga menyebabkan harga saham akan turun.
20
5). Dana asing dibursa
Mengamati jumlah dana investasi asing merupakan hal yang
penting, karena demikian besarnya dana yang ditanamkan, hal ini
menandakan bahwa kondisi investasi di Indonesia telah kondusif yang
berarti pertumbuhan ekonomi tidak lagi negatif, yang tentu saja akan
merangsang kemampuan emiten untuk mencetak laba. Sebaliknya jika
investasi asing berkurang, ada pertimbangan bahwa mereka sedang ragu
atas negeri ini, baik atas keadaan sosial politik maupun keamanannya.
Jadi besar kecilnya investasi dana asing di bursa akan berpengaruh pada
kenaikan atau penurunan harga saham.
6). Indeks harga saham
Kenaikan indeks harga saham gabungan sepanjang waktu
tertentu, tentunya mendatangkan kondisi investasi dan perekonomian
negara dalam keadaan baik. Sebaliknya jika turun berarti iklim investasi
sedang buruk. Kondisi demikian akan mempengaruhi naik atau turunnya
harga saham di pasar bursa.
7). News dan rumors
Yang dimaksud news dan rumors adalah semua berita yang
beredar di masyarakat yang menyangkut beberapa hal baik itu masalah
ekonomi, sosial, politik keamanan, hingga berita seputar reshuffle
kabinet. Dengan adanya berita tersebut, para investor bisa memprediksi
seberapa kondusif keamanan negeri ini sehingga kegiatan investasi dapat
dilaksanakan. Ini akan berdampak pada pergerakan harga saham di bursa.
21
Menurut Sartono (2010:9) harga saham terbentuk dipasar modal dan
ditentukan oleh beberapa faktor seperti laba per lembar saham atau earning per
share, rasio laba terhadap harga per lembar saham atau price earning ratio,
tingkat bunga bebas risiko yang diukur dari tingkat bunga deposito pemerintah
dan tingkat kepastian operasi perusahaan.
Selain faktor-faktor di atas, harga saham juga dapat dipengaruhi oleh
kondisi perusahaan. Semakin baik kinerja suatu perusahaan akan berdampak pada
laba yang diperoleh perusahaan dan keuntungan yang didapat oleh investor,
sehingga akan mempengaruhi peningkatan harga saham.
4. Pasar Modal
Pasar Modal (capital market) adalah suatu pengertian abstrak yang
mempertemukan dua kelompok yang saling berhadapan tetapi yang
kepentingannya saling mengisi, yaitu calon pemodal (investor) di satu pihak
dan emiten yang membutuhkan dana jangka menengah atau jangka panjang di
lain pihak, atau dengan kata lain adalah tempat bertemunya penawaran dan
permintaan dana jangka menengah atau jangka panjang. Dimaksudkan
dengan pemodal adalah perorangan atau lembaga yang menanamkan dananya
dalam efek, sedangkan emiten adalah perusahaan yang menerbitkan efek
untuk ditawarkan kepada masyarakat (Riyanto, 2010:219)
5. Struktur Modal
Menurut Riyanto (2010:22) struktur modal adalah pembelanjaan
permanen di mana mencerminkan perimbangan antara utang jangka panjang
dengan modal sendiri. Struktur modal merupakan perimbangan jumlah utang
22
jangka pendek yang bersifat permanen, utang jangka panjang, saham preferen
dan saham biasa.
a. Teori Struktur Modal
Berikut ini dikemukakan beberapa teori struktur modal dengan
harga saham :
1) Teori Pendekatan Modigliani- Miller (MM)
Menurut Sartono (2010:230) selama ini teori struktur modal
didasarkan atas perilaku investor dan bukannya studi formal secara
matematis. Franco Modigliani dan Merton Miller (MM)
memperkenalkan model teori struktur modal secara matematis,
scientific dan atas dasar penelitian yang terus menerus. Perlu
diperhatikan bahwa MM memperkenalkan teori struktur modal dengan
beberapa asumsi sebagai berikut :
a). Risiko bisnis perusahaan dapat diukur dengan standar deviasi
laba sebelum bunga dan pajak dan perusahaan yang memiliki
risiko bisnis sama dikatakan berada dalam kelas yang sama.
b). Semua investor dan investor potensial memiliki estimasi sama
terhadap EBIT perusahaan di masa datang; dengan demikian
semua investor memiliki harapan yang sama atau homogeneous
expectations tentang laba perusahaa dan tingkat risiko
perusahaan.
23
c). Saham dan obligasi diperdagangkan dalam pasar modal yang
sempurna atau perfect capital market. Adapun kriteria pasar
modal yang efisien adalah:
i. Informasi selalu tersedia bagi semua investor (symmetric
information) dan dapat diperoleh tanpa biaya.
ii. Tidak ada biaya transaksi dan investor bersikap rasional
iii. Investor dapat melakukan diversifikasi investasi secara
sempurna
iv. Tidak ada pajak pendapatan perseorangan.
2) Teori Pecking Order
Teori ini dikenalkan pertama kali oleh Donaldson pada tahun
1961, sedangkan penamaan teori pecking order dilakukan oleh Myers
pada tahun 1984. Teori ini disebut teori pecking order karena teori ini
menjelaskan mengapa perusahaan akan menentukan hierarki sumber
dana yang paling disukai. (Pratiwi dan Topowijono, 2018)
6. Ukuran Perusahaan
Ukuran Perusahaan adalah skala perusahaan yang dilihat dari total
aktiva perusahaan pada akhir tahun. Menurut Sartono (2010:249) perusahaan
besar yang sudah well-established akan lebih mudah memperoleh modal di
pasar modal dibanding dengan perusahaan kecil. Karena kemudahan akses
tersebut berarti perusahaan besar memiliki fleksibelitas yang lebih besar pula.
Total penjualan bersih untuk tahun yang bersangkutan sampai beberapa tahun
juga dapat digunakan untuk mengukur besarnya perusahaan. Dalam hal ini
24
penjualan lebih besar dari pada biaya variabel dan biaya tetap, maka akan
diperoleh jumlah pendapatan sebelum pajak (Brigham dan Houston, 2003).
7. Profitabilitas
Hanafi dan Halim (2003) menyatakan bahwa profitabilitas adalah
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan (laba) pada tingkat
penjualan, aset, dan modal saham yang tertentu. Profitabilitas ini dianggap
sebagai salah satu cara untuk menilai efektifitas operasional perusahaan
melalui laba yang diperoleh perusahaan. Selain itu rasio profitabilitas ini
diharapkan dapat menarik minat investor untuk menanamkan modal pada
perusahaan tersebut.
Profitabilitas dapat diukur menggunakan Return on Equity (ROE).
ROE merupakan salah satu rasio profitabilitas yang mengukur kemampuan
perusahaan dalam menghasilkan laba dengan ekuitas yang dimilikinya.
Menurut Darsono dan Ashari (2005) investor akan tertarik dengan ROE yang
tinggi karena ROE dapat menggambarkan return yang akan diberikan oleh
perusahaan untuk setiap modal yang ditanamkan oleh investor.
8. Nilai Tukar Rupiah
Kurs valuta asing adalah salah satu alat pengukur lain yang digunakan
dalam menilai kekuatan suatu perekonomian. Nilai tukar menunjukkan
banyaknya uang dalam negeri yang diperlukan untuk membeli satu unit
valuta asing tertentu. Salah satu faktor penting yang mempengaruhi kurs
valuta asing adalah neraca perdagangan nasional. Neraca perdagangan
nasional yang mengalami defisit cenderung untuk menaikkan nilai valuta
25
asing. Dan sebaliknya, apabila neraca pembayan kuat (surplus dalam neraca
keseluruhan) dan cadangan valuta asing yang dimiliki negara terus menerus
bertambah jumlahnya, nilai valuta asing akan bertambah murah (Raharjo,
2010). Maka perubahan-perubahan kurs valuta asing dapat dipergunakan
sebagai salah satu ukuran untuk menilai kestabilan dan perkembangan suatu
perekonomian. Nilai tukar dibedakan menjadi dua yaitu nilai tukar nominal
dan nilai tukar riil.
Nilai tukar mata uang tersebut merupakan hasil interaksi antara
kekuatan permintaan (demand) dan penawaran (supply) yang terjadi di pasar
valuta asing. Aliran valas yang besar dan cepat untuk memenuhi tuntutan
perdagangan, investasi dan spekulasi dari suatu tempat yang surplus ke
tempat yang defisit dapat terjadi karena adanya berbagai faktor dan kondisi
yang berbeda sehingga mempengaruhi kurs valas di masing-masing tempat.
Penentuan kurs rupiah terhadap valuta asing merupakan hal yang penting bagi
pelaku pasar modal di Indonesia.
Nilai tukar rupiah adalah harga rupiah terhadap mata uang negara lain.
Jadi, nilai tukar rupiah merupakan nilai dari satu mata rupiah yang di
translasikan ke dalam mata uang negara lain. Misalnya nilai tukar rupiah
terhadap Dolar AS, nilai tukar rupiah terhadap Yen atau nilai tukar rupiah
terhadap Euro. Kurs inilah yang nantinya sebagai salah satu indikator yang
akan mempengaruhi aktivitas di pasar saham maupun pasar uang karena
investor akan cenderung berhati-hati untuk melakukan investasi.
26
C. Perumusan Hipotesis
1. Pengaruh Struktur Modal Terhadap Harga Saham
Struktur modal adalah perbandingan antara jumlah hutang jangka panjang
dengan modal sendiri (Riyanto,2010:22). Menurut Ircham (2014) dalam
penelitiannya struktur modal yang diwakili oleh Debt to equity ratio
mengungkapkan bagaimana penggunaan pendanaan perusahaan dari struktur
modal yang dimiliki oleh perusahaan yang berasal dari utang jangka panjang
dan modal yang berasal dari ekuitas. DER berpengaruh terhadap harga saham
menunjukkan bahwa investor memperhatikan berapa besar modal yang
dibiayai oleh mereka kepada perusahaan untuk menghasilkan laba bersih
untuk mereka. Semakin besar DER menandakan struktur permodalan usaha
lebih banyak memanfaatkan dana yang disediakan oleh kreditur untuk
menghasilkan laba dan tentunya investor akan menghindari DER yang besar.
H1 : Struktur Modal berpengaruh negatif terhadap harga saham
2. Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap Harga Saham
Ukuran perusahaan adalah skala perusahaan yang dilihat dari total aktiva
perusahaan pada akhir tahun. Menurut Sartono (2010:249) perusahaan besar
yang sudah well-established akan lebih mudah memperoleh modal di pasar
modal dibanding dengan perusahaan kecil. Hasil penelitian yang dilakukan
Mardhiyah et al. (2018) bahwa ukuran perusahaan berpengaruh terhadap
harga saham. Artinya semakin besar ukuran perusahaan maka harga saham
perusahaan juga akan semakin besar pula.
H2 : Ukuran Perusahaan berpengaruh positif terhadap harga saham
27
3. Pengaruh Profitabilitas Terhadap Harga Saham
Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk mendapatkan laba,
profitabilitas dapat diukur menggunakan indikator Return on Equity (ROE).
Hasil penelitian yang dilakukan Wibowo et al. (2017) bahwa ROE
berpengaruh negatif signifikan terhadap harga saham perusahaan. ROE
merupakan perbandingan dari besaran laba setelah pajak yang diterima dari
setiap modal sendiri yang digunakan oleh perusahaan. Sebelum menanamkan
modal pada suatu perusahaan, para investor dapat melihat kemampuan
perusahaan dalam menghasilkan laba dari modal yang dimiliki perusahaan
tersebut. Semakin tinggi tingkat pengembalian laba atas modal yang
digunakan perusahaan akan semakin menarik minat para investor untuk
berinvestasi pada perusahaan tersebut. Hal tersebut dapat meningkatkan harga
saham yang dimiliki perusahaan.
H3 : Profitabilitas berpengaruh positif terhadap harga saham
4. Pengaruh Nilai Tukar Rupiah Terhadap Harga Saham
Nilai tukar rupiah merupakan perbandingan nilai atas harga rupiah dengan
harga mata uang asing, masing-masing negara memiliki nilai tukarnya sendiri
yang mana nilai tersebut merupakan perbandingan nilai suatu mata uang
dengan mata uang lainnya yang disebut dengan kurs valuta asing. Hasil
penelitian yang dilakukan Wulandari dan Sitohang (2018) bahwa nilai tukar
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap harga saham. Nilai tukar
rupiah terhadap mata uang lainnya akan berpengaruh terhadap laba dari suatu
perusahaan, karena perusahaan yang menggunakan bahan produksi dari luar
28
negeri akan mengalami peningkatan nilai hutang apabila nilai rupiah terhadap
mata uang asing menurun atau terdepresiasi, nilai tukar juga sangat
berpengaruh bagi perusahaan yang ingin melakukan investasi, karena apabila
pasar valas lebih menarik daripada pasar modal maka umumnya investor akan
beralih investasi ke pasar valas, oleh karena itu perubahan nilai tukar akan
berpengaruh terhadap harga saham di pasar modal.
H4 : Nilai tukar rupiah berpengaruh negatif terhadap harga saham
D. Kerangka Pemikiran
Berdasarkan landasan teori serta penelitian terdahulu yang telah
dijelaskan di atas maka menunjukkan adanya hubungan antara variabel
independen terhadap variabel dependen yaitu struktur modal, ukuran
perusahaan, profitabilitas dan nilai tukar rupiah terhadap harga saham.
Harga Saham (Y)
Struktur Modal (X1)
Ukuran Perusahaan (X2)
Profitabilitas (X3)
Nilai Tukar Rupiah (X4)
H4 -
H3 +
H2 +
H1 -