Post on 17-Jan-2020
8
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Penelitian Terdahulu
Irawan & Wahidahwati (2013) melakukan penelitian dengan tujuan
untuk menilai investasi pada saham yang masuk dalam kategori LQ-45.
Penelitian tersebut diberi batasan masalah dimana peneliti hanya memilih
perusahaan yang kosisten masuk dalam kategori LQ-45 selama tiga periode.
Analisis yang digunakan menggunakan metode fundamental dan penentuan
sampel menggunkan metode purposive sampling. Dari kriteria tersebut sampel
yang berhasil diambil sebnayak 29 perusahaan. Berdasarkan analisis
fundamental yang dilakukan peneliti menunjukkan bahwa 19 saham dalam
kondisi overvalued dan 10 lainnya dalam kondisi undervalued. Keputusan tepat
yang dapat diambil adalah menjual saham saat overvalued dan membeli saat
saham undervalued, karena pada kondisi ini harga pasar lebih murah dari harga
saham.
Rajan & Parimala (2013) melakukan penelitian dengan tujuan untuk
menerapkan analisis teknikal pada tiga saham yang telah dipilih pada sektor
FMCG. Penelitian ini didasarkan pada data sekunder yang dikumpulkan dari
NSE laman, jurnal dan majalah. Data yang digunakan untuk analisis teknikal
ini adalah pada masa periode November 2011 sampai Januari 2012. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa BSE dan NSE adalah dua bursa saham regional
yang merupakan pemain besar dalam operasi pasar modal di India. Scripts
yang diperdagangkan melalui BSE dan NSE sekitar 87 dari 100 scripts yang
ada. Sejak didirikan 19 tahun yang lalu, pertumbuhan dari segi nilai
9
perdagangangan NSE meningkat dengan sangat pesat. Faktor penting yang
memengaruhi harga scripst perusahaan salah satunya adalah sentimen dari
investor, oleh sebab itu ketika melakukan analisis teknikal perlu untuk
mempertimbangkan bermacam-macam faktor yang dapat memengaruhi kondisi
psikologis investor.
Roy (2015) melakukan penelitian tentang Equity Research: Fundamental
and Technical Analysis. Penelitian ini menggunakan teknis analisis
fundamental dan teknikal, adapun saham yang diteliti adalah Wipro, Infosys
dan TCS. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketiga saham tersebut dalam
kondisi fundamental yang kuat. Kondisi fundamental yang kuat tersebut
ditunjukkan oleh Wipro melalui pertumbuhan EPS triwulan dan tahunan.
Infosys menunjukkan fundamentalnya yang kuat melalui pembayaran dividen
yang stabil, dan untuk TCS juga dalam keadaan yang kuat.
Aprilia dkk (2016) dengan tujuan untuk menilai dan mengetahui
kewajaran harga saham yang dinilai dengan pendekatan Price Earning Ratio
(PER) pada perusahaan pertambangan yang melakukan listing di BEI pada
periode 2012-2014. Hasil penelitian menunjukkan bahwa saham perusahaan
pertambangan dalam keadaan undervalued, adapun yang dijadikan sampel
dalam penelitian adalah 4 perusahaan yaitu PT. Elnusa Tbk. (ELSA); PT.
Tambang Batubara Bukit Asam (Persero) Tbk. (PTBA); PT. Radiant Utama
Interinsco Tbk. (RUIS) dan PT. Timah (Persero) Tbk. (TINS). Undervalued ini
memiliki makna bahwa intrinsik saham lebih besar dari pada harga pasarnya
sampai akhir Desember 2015. Jika dilihat secara teoritik keempat saham yang
10
mengalami undervalued tersebut pada masa yang akan datang mengalami
kenaikan sehingga investor dapat membeli saham tersebut untuk dijadikan
pilihan berinvestasi.
Harwaningrum (2016) melakukan penelitian yang kaitanya dengan hasil
yang tidak searah dari analisis fundamental dan analisis teknikal dalam satu
perusahaan. Permasalah tersebut dikaitkan dengan perusahaan milik Bakrie
Group. Hasil dari penelitian tersebut menyatakan bahwa kondisi hasil analisis
yang berlawanan antara analisis fundamental dan analisis teknikal membuat
para investor bingung untuk memilih analisis mana yang digunakan untuk
menjadi pedoman dalam berinvestasi. Peneliti memberikan rekomendasi untuk
memilih analisis fundamental sebagai pedoman jika hal tersebut terjadi sebab
analisis fundamental lebih membirikan gambaran kondisi perusahaan.
Sedangkan analisis teknikal hanya melihat pergerakan tanpa melihat besaran
hutang yang dimiliki perusahaan, laba yang didapat atau beban yang
digunakan.
B. Kajian Pustaka
1. Pasar Modal
Pasar modal adalah pasar untuk berbagai instrumen keuangan
(sekuritas) jangka panjang yang bisa diperjual belikan, baik dalam bentuk
hutang maupun modal sendiri, baik yang diterbitkan oleh pemerintah, public
authorities, maupun perusahaan swasta (Husnan, 2001). Pasar modal adalah
kegiatan yang bersangkutan dengan Penawaran Umum dan perdagangan
Efek, Perusahaan Publik yang berkaitan dengan Efek yang diterbitkannya,
11
serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan Efek (UU No. 8 tahun
1995 tentang Pasar Modal)
Pasar modal memiliki dua fungsi penting bagi perekonomian yaitu
pertama sebagai sarana untuk pendanaan usaha. Kedua pasar modal menjadi
instrumen keuangan bagi masyarakat untuk berinvestasi seperti saham,
obligasi, reksadana dan sebagainya. Dengan demikian masyakat dapat
berinvestasi menggunakan dana yang dimilikinya sesuai dengan
karakteristik keuntungan dan risiko masing-masing instrumen.
2. Saham
Saham dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan atau pemilikan
seseorang atau badan dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas.
Saham berwujud selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas
adalah pemilik perusahaan yang menerbitkan surat berharga tersebut. Porsi
kepemilikan ditentukan oleh seberapa besar penyertaan yang ditanamkan di
perusahaan tersebut. (Darmadji dan Fakhuruddin, 2012)
Saham merupakan tanda bukti penyertaan kepemilikan modal atau
dana pada suatu perusahaan atau saham merupakan kertas yang tercantum
dengan jelas nilai nominal, nama perusahaan, dan diikuti dengan hak dan
kewajiban yang dijelaskan kepada setiap pemegang saham. (Fahmi, 2012)
Saham (stock) merupakan salah satu instrumen pasar keuangan yang
paling popular. Menerbitkan saham merupakan salah satu pilihan
perusahaan ketika memutuskan untuk pendanaan perusahaan. Pada sisi yang
lain, saham merupakan instrument investasi yang banyak dipilih para
12
investor karena saham mampu memberikan tingkat keuntungan yang
menarik. Saham dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan modal
seseorang atau pihak (badan usaha) dalam suatu perusahaan atau perseroan
terbatas. Dengan menyertakan modal tersebut, maka pihak tersebut
memiliki klaim atas pendapatan perusahaan, klaim atas asset perusahaan,
dan berhak hadir dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS)
(www.idx.co.id).
Dengan memiliki saham ada dua keuntungan yang diperoleh investor
(Darmadji dan Fakhruddin, 2012) yaitu:
a. Dividen
Dividen adalah pembagian keuntungan yang diberikan perusahaan
yang berasal dari keuntungan yang dihasilkan oleh perusahaan. Investor
yang berhak menerima dividen ini adalah oinvestor yang memegang saham
hingga batas waktu ynag ditentukan oleh perusahaan pada saat
pengumuman dividen. Pada umumnya, dividen merupakan daya tarik
investor dengan orientasi investasi jangka panjang. Dividen yang dibagikan
perusahaan dapat berupa dividen tunai, yaitu kepada setiap pemegang
saham diberikan uang tunai dalam jumlah tertentu sesuai dengan saham
yang dimiliki, atau dapat juga berupa dividen saham yaitu kepada setiap
pemegang saham diberikan dividen sejumlah saham sehingga jumlah saham
yang dimiliki pemegang saham akan bertambah dengan adanya pembagian
dividen saham tersebut.
13
b. Capital gain
Capital gain merupakan selisih antara haga beli dan harga jual.
Investor yang berorientasi pada investasi jangka pendek adalah investor
yang mengejar keuntungan melalui capital gain. Mislanya, seorang investor
membeli saham pada hari selasa tanggal 27 Maret kemudian menjualnya
pada selasa pekan depan tanggal 3 April jika saham mengalami kenaikan.
Di pasar sekunder atau dalam aktivitas perdagangan saham sehari-
hari, harga saham mengalami fluktuasi naik maupun turun. Pembentukan
harga saham terjadi karena adanya permintaan dan penawaran atas saham
tersebut. Dengan kata lain, harga saham terbentuk oleh penawaran (supply)
dan permintaan (demand) atas saham tersebut. Supply dan demand tersebut
terjadi karena adanya banyak faktor, baik yang sifatnya spesifik atas saham
tersebut (kinerja perusahaan dan industri dimana perusahaan tersebut
bergerak) maupun faktor yang sifatnya makro seperti kondisi ekonomi
negara, kondisi sosial dan politik, maupun rumor-rumor yang berkembang
(Darmaji dan Fakhruddin, 2012)
3. Penilaian Saham
Menurut Hartono (2015) penilaian saham dapat dibedakan menjadi
tiga jenis, yaitu:
a. Nilai buku
Nilai buku adalah nilai aset yang tersisa setelah dikurangi
kewajiban perusahaan jika dibagikan. Nilai buku hanya mencerminkan
14
berapa besar jaminan atau seberapa besar aktiva bersih untuk saham yang
dimiliki investor.
b. Nilai pasar
Nilai pasar merupakan harga yang dibentuk oleh permintaan dan
penawan saham di pasar modal. Nilai pasar tidak lagi dipengaruhi oleh
emiten atau pihak pinjaman emisi, sehingga boleh jadi harga inilah yang
sebenarnya mewakili nilai suatu perusahaan.
c. Nilai intrinsik
Nilai intrinsik adalah nilai saham ynag menentukan harga wajar
suatu saham agar saham tersebut mencerminkan nilai saham yang
sebenarnya sehingga tidak terlalu mahal. Perhitungan nilai intrinsik ini
adalah mencari nilai sekarang dari semua aliran kas dimasa mendatang
baik yang berasal dari dividen maupun capital gain.
4. Analisis Fundamental
Analisis fundamental adalah suatu metoda peramalan pergerakan
instrumen finansial diwaktu mendatang berdasarkan pada perekonomian,
politik, lingkungan, dan faktor-faktor relevan lainnya serta statistik yang
akan mempengaruhi permintaan dan penawaran instrumen finansial
tersebut. Analisis fundamental mengidentifikasi dan mengukur faktor-faktor
yang menentukan nilai intrinsik suatu instrumen finansial (Susanto dan
Sarbandi, 2002)
Analisis fundamental mencoba memperkirakan harga saham di masa
yang akan datang dengan mengestimasi nilai faktor-faktor fundamental
15
yang mempengaruhi harga saham di masa yang akan datang, dan
menerapkan hubungan variabel-variabel tersebut sehingga diperoleh
taksiran harga saham. Dalam membuat model peramalan harga saham
tersebut, langkah yang penting adalah mengidentifikasi faktor-faktor
fundamental (seperti penjualan, pertumbuhan penjualan, biaya, kebijakan
dividen, dan sebagainya) yang diperkirakan akan mempengaruhi harga
saham. Setelah itu, bagaimana membuat suatu model dengan memasukkan
faktor-faktor tersebut dalam analisis (Husnan, 2001)
Dalam melakukan analisis penilaian saham, investor dapat melakukan
analisis fundamental secara top down untuk menilai prospek perusahaan
tersebut. Hal yang pertama dilakukan adalah menganalisis faktor-faktor
makro ekonomi yang memengaruhi kinerja perusahaan, dilanjutkan dengan
analisis industri dan kemudian dilakukan analisis terhadap perusahaan yang
mengeluarkan sekuritas bersangkutan untuk menilai apakah sekuritas yang
dikeluarkan menguntungkan atau merugikan investor.
Pada penilitian ini, analisis fundamental akan difokuskan pada analisis
perusahaan, yang mana peneliti akan menganalisis nilai instrinsik suatu
saham dengan harga pasar guna menentukan apakah harga pasar saham
tersebut sudah mencerminkan nilai instrisiknya atau belum.
Menurut Jumingan (2006), rasio laporan keuangan mempunyai
pengertian sebagai alat untuk menggambarkan hubungan sistematis atara
satu item dengan item yang lain yang biasa dinyatakan dalam persentase dan
mengungkapkan hubungan penting yang menjadi dasar perbandingan dalam
16
menemukan kondisi dan trend yang sulit untuk dideteksi dengan
mempelajari masing-masing komponen yang membentuk rasio.
Menurut Hanafi dan Halim (2009), rasio keuangan pada dasarnya
disusun dengan menggabungkan angka-angka di dalam atau antara laporan
laba-rugi dan neraca Analisis rasio bisa dikelompokkan menjadi lima
macam kategori yaitu rasio likuiditas, rasio aktivitas, rasio solvabilitas, rasio
profitabilitas dan rasio pasar. Tujuan dari penilaian dari kelima rasio
tersebut adalah untuk melihat prospek dan risiko perusahaan yang mana
akana memengaruhi harapan investor pada perusahaan di masa mendatang.
Rasio yang digunakan untuk melakukan penilaian laporan keuangan
perusahaan adalah:
a. Return on Equity (ROE)
Rasio ini untuk mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan
laba berdasarkan modal saham tertentu. Rasio ini merupakan ukuran
profitabilitas jika dilihat dari sudut pandang pemegang saham. Rumus
yang digunakan untuk mencari ROE adalah sebagai berikut (Hanafi dan
Halim, 2009):
π ππΈ = ππππ ππππ πβ
π‘ππ‘ππ πππ’ππ‘ππ
b. Dividend Yield
Dari sudut pandang investor, rasio ini cukup berarti karena dividen
yield merupakan sebagian dari return yang akan diperoleh investor.
Rumus yang digunakan untuk mencari dividend yield adalah sebagai
berikut (Hanafi dan Halim, 2009):
17
πππ£πππππ π¦ππππ = πππ£ππππ πππ ππππππ
βππππ π πβππ πππ ππππππ
c. Dividend Payout Ratio (DPR)
Rasio ini untuk melihat bagian pendapatan yang dibayarkan
sebagai dividen kepada investor. Bagian lain ynag tidak dibagikan akan
diinvestasikan kemabli ke perusahaan. Rumus yang digunakan untuk
mencari pembayaran dividen adalah sebagai berikut (Hanafi dan Halim,
2009):
π·ππ = πππ£ππππ πππ ππππππ
ππππ ππππ πβ πππ ππππππ
d. Earning Per Share (EPS)
Laba per lembar atau biasa dikenal dengan EPS menunjukkan
besarnya laba bersih perusahaan yang akan dibagikan kepada pemegang
saham perusahaan. Data yang digunakan untuk mecari EPS terdapat pada
laporan laba rugi. Namun, apabila laporan laba rugi tidak mencantumkan
EPS maka investor bisa memperoleh EPS melalui rumus (Tandelilin,
2010):
πΈππ = ππππ ππππ πβ π ππ‘πππβ ππ’πππ πππ πππππ
ππ’πππβ π πβππ πππππππ
e. Price Earning Ratio (PER)
PER menunjukkan rasio dari harga saham terhadap pendapatan
dimana rasio ini menunjukkan berapa besar investor menilai harga dari
saham terhdap kelipatan dari pendapatan (earning). PER merupakan
suatu analisis saham dengan membandingkan antara harga saham per
18
lembar dengan Earning Per Share (EPS). Rumus yang digunakan untuk
mencari PER adalah sebagai berikut (Hartono, 2015):
ππΈπ = βππππ πππ ππππππ π πβππ
πΈππ
f. Plowback Ratio (PBR)
Rasio ini adalah rasio yang menggambarkan tingkat keuntungan
yang tidak dibagikan kepada para pemegang saham sebagi dividen. Jika
hasil menunjukkan angka positif berarti dari laba yang dihasilkan
perusahaan ditanamkan kembali kedalam perusahaan, laba yang tidak
dibagikan ini akan semakin menambah jumlah modal sendiri dan
berpengaruh pada tingkat pertumbuhan modal sendiri. Rumus yang
digunakan untuk mencari PBR adalah sebagai berikut (Jumingan, 2006):
ππ΅π = 1 β π·ππ£πππππ πππ¦ππ’π‘ π ππ‘ππ
5. Analisis Teknikal
Analisis teknikal adalah teknik untuk memprediksi arah pergerakan
harga saham dan indikator pasar saham lainnya berdasarkan pada data pasar
historis (Tandelilin, 2001). Analisis teknikal adalah suatu jenis analisis yang
selalu berorientasi kepada harga (pembukaan, penutupan, tertinggi, dan
terendah) dari suatu instrumen investasi pada timeframe tertentu (price
oriented). Analisis ini mempelajari tentang perilaku pasar yang
diterjemahkan ke dalam grafik riwayat harga dengan tujuan untuk
memprediksi harga di masa yang akan datang. Harga yang tercermin di
dalam grafik merupakan harga kesepakatan transaksi antara supply dan
demand (Kodrat dan Indonanjaya, 2010)
19
6. Prinsip analisis teknikal
Dalam melakukan analisis teknikal, seorang analis harus terlebih
dahulu memahami hal mendasar yang menjadi prinsip dari analisis teknikal
itu sendiri. Ada tiga prinsip analisis teknikal (Santoso dan Sabardi, 2002),
yaitu:
a. Segalanya didiskontokan dan digambarkan dalam harga pasar.
Para analis teknikal percaya bahwa harga pasar saham sudah
menggambarkan semua informasi perusahaan. Laporan keuangan atau
pengaruh ekonomi tidak perlu dipelajari dalam mekalukan analisis
teknikal sebab analis teknikal hanya melihat pergerakan harga saham.
Pergerakan harga saham terjadi akibat dari perubahan penwaran dan
permintaan pada masa itu. Para analis teknikal tidak perduli dengan
perubahan penawaran dan perminataan tersebut, namun mereka lebih
tertarik pada pergerakan harga yang terjadi. Apabila permintaan lebih
besar dari penawaran maka harga akan mengalami kenaikan dan
sebaliknya jika permintaan lebih kecil dari penawaran maka harga akan
mengalami penurunan.
b. Harga bergerak dalam suatu kecenderungan yang terus berlangsung.
Prinsip kedua adalah harga bergerak dalam kecenderungan dan
kecenderuangan tersebut akan terus berlangsung. Keseimbangan antara
permintaan dan penawaran menunjukkan suatu kecenderungan dalam
pergerakan. Suatu pergerakan adalah suatu keenderungan yang tetap utuh
sampai kecenderungan tersebut berhenti. Sebagai contoh, apabila harga
20
suatu saham bergerak naik, maka kenaikan tersebut akan berlanjut
sampai terjadi pembalikan yang jelas.
Harga pasar saham bergerak dengan cara yang sama yaitu pertama,
harga pasar saham mulai bergerak ke satu arah, naik atau turun
menciptakan suatu kecenderungan. Kecenderungan tersebut berlangsung
sampai harga bergerak lambat dan memberikan tanda sebelum pada
akhirnya harga tersebut bergerak berbalik ke arah yang saling
berlawanan. Pada titik ini adalah tanda bahwa kecenderungan baru akan
diciptakan.
c. Kejadian pasar akan selalu berulang
Prinsip yang terakhir adalah bahwa grafik harga pasar saham dari
waktu ke waktu selalu menunjukkan pola tertentu yang dapat
diidentifikasi. Diwaktu yang akan datang untuk membaca pergerakan
harga analis teknikal dapat menggunakan pola ini sebagai acuan
meskipun tidak secara absolut namun tingkat ketepatannya sangat tinggi.
7. Teknik analisis teknikal
Disamping disebut sebagai seorang analis teknikal, para pengguna
analisis teknikal juga sering disebut sebagai βchartishβ karena dalam
aktivitas yang dilakukan mereka selalu menggunakan grafik (chart)
pergerakan harga saham dan volume perdagangan. Dari grafik yang ada
tersebut mereka akan mencari pola pergerakan harga saham maupun volume
perdagangan dan mencari celah keuntungan yang bisa dihasilkan dari
kondisi tersebut. Ada beberapa teknik dalam penggunaan grafik yang biasa
21
digunakan investor sebagai dasar untuk mengambil keputusan investasinya
(Tandelilin, 2001).
Teknik analisis yang biasa digunakan oleh analis teknikal antara lain:
a. Dow theory
Dow theory pertama kali dikemukakan oleh Charles H. Dow pada
tahun 1800 an. Dalam analisis teknikal teori ini adalah teori pertama
yang digunakan. Adapun tujuan dari teori ini adalah mengidentifikasi
trend harga pasar saham dalam jangka waktu yang panjang dengan
berdasar pada data historis harga saham (Tandelilin, 2001). Teori ini
mengatakan bahwa sebagian besar saham bergerak sejalan dengan
bergeraknya bursa keseluruhan atau index. Dalam artian jika index
bergerak naik maka sebagian komponen saham yang ada didalamnya
bergerak naik, pun demikian jika index mengalami pergerakan menurun
makan harga sebagian komponen saham yang terdapat didalamnya
bergerak menurun juga. Para analis teknikal berpendapat bahwa segala
sesuatu yang terjadi baik itu kondisi ekonomi, sosial, politik dan
sebaginya tercermin pada harga yang terbentuk dari transaksi permintaan
(demand) dan penawaran (supply), selain itu harga juga sellau bergerak
didalam trend dan selalu berulang dari waktu ke waktu (Kodrat dan
Indonanjaya, 2010)
b. Grafik
Penggunaan grafik pergerakan harga saham ini sangat terkait
dengan pendapat para analis teknikal yang percaya bahwa pada dsarnya
22
pergerakan harga saham akan membentuk suatu trend yang bisa dideteksi
dan digambarkan. Para investor berharap, dengan membuat gambar
pergerakan harga saham secara visual dengan memperhatikan kekuatan
penawaran dan permintaan yang terjadi mereka dapat memprediksi arah
pergerakan harga saham pada masa yang akan datang (Tandelilin, 2001).
Dalam menggambarkan pergerakan harga saham, untuk mengidentifikasi
sinyal dalam pergerakan harga dikenal adanya dua istilah penting, yaitu
support level dan resistance level. Support level adalah kisaran harga
pada saat analis teknikal mengharap terjadinya peningkatan yang
signifikan atas permintaan saham dipasar. Support level menggambarkan
batas bawah kisaran harga yang bisa membuat para calon pembeli merasa
tertarik untuk melakukan pembelian saham sehingga permintaan
mengalami peningkatan yang pada akhirnya harga saham mengalami
kenaikan. Sedangkan resistance level adalah kisaran harga dimana para
analis teknikal berharap di pasar akan terjadi peningkatan penawaran.
resistance level menggambarkan batas atas tingkat harga yang bisa
membuat para pemegang saham tertarik untuk menjual sahamnya.
Kondisi ini diharpkan bis amenjadi penahan atas gerakan naikknya harga
saham, karena jika banyak pihak ingin menjual saham maka diharapkan
harga akan bergerak turun dan tidak melewati batas atas harga
(Tandelilin, 2001). Dalam pola pergerakan saham dengan grafik ini ada
tida macam grafik yang digunakan oleh analis teknikal, yaitu:
23
1) Grafik garis (Line Chart)
Line chart adalah grafik yang menunjukkan harga penutupan
saham dalam range waktu yang telah ditentukan. Pada line chart ini
tanggal ditampilkan pada bagian bawah dan harga ditampilkan pada
bagian samping. Line chart memiliki keuntungan bahwa tampilan
gerakan harga jelas dan mudah dimengerti (Kodrat dan Indonanjaya,
2010)
2) Grafik batang (Bar Chart)
Informasi yang diberikan oleh grafik batang lebih lengkap jika
dibandingkan dengan grafik garis. Pada grafik batang ini kita dapat
mengetahui harga pembukaan, harga tertinggi, harga terendah dan
penutupan harga. Harga pembukaan selalu diawali dari simpangan
sebelah kiri dan harga penutupan berada pada simpangan sebelah
kanan. Harga terendah dan tertinggi dihubungkan oleh garis vertikal
atau batang, sedangkan garis horizontal ke kiri dan ke kanan dari
batang menunjukkan harga pembukaan dan penutupan secara
berurutan. Di dalam grafik batang, garis vertikal menunjukkan harga
saham mulai dari harga terendah sampai harga tertinggi. Garis
horizontal menunjukkan waktu (hari, minggu, bulan, atau tahun).
Beberapa analis teknikal percaya bahwa harga penutupan setiap
harinya adalah harga terpenting dalam perdagangan setiap harinya
(Kodrat dan Indonanjaya, 2010)
24
3) Grafik Candlestick
Grafik candlestick merupakan grafik yang memberikan
informasi ynag sama dengan grafik bar, namun terdapat sedikit
perbedaan yaitu pada grafik candlestick harga pembukaan dan
penutupan ditandai dengan adanya body. Apabila harga pembukaan
diatas harga harga penutupan maka warna body candlestick adalah
hitam yang berarti pada saat itu kondisinya bearish. Sebaliknya
apabila harga penutupan di atas harga pembukaan maka warna body
candlestick adalah putih yang berarti pada saat itu kondisinya bullish.
c. Trendline
Pola harga saham yang terbentuk merupakan hasil dari interaksi
antara pembeli dan penjual dipasar saham. Para analis teknikal percaya
bahwa sebuah kecenderungan (trend) akan selalu terjadi pada harga
saham. Investor mencoba untuk menemukan kapan harga berada dalam
trend naik atau trend turun. Mereka mendapatkan laba dari penentuan
trend dan kemudian diikuti sampai trend-nya berbalik arah. Dari grafik
yang tersedia, garis trend adalah yang paling sering digunakan analis
untuk mengidentifikasikan trend dan pembalikan trend (Kodrat dan
Indonanjaya, 2010).
Tiga jenis trend yang terjadi di pasar, yaitu:
1) Up trend
Adalah garis trend meningkat yang terbentuk dari dua atau lebih titik
dengan kecenderungan meningkat (Kodrat dan Indonanjaya, 2010).
25
2) Down trend
Adalah garis trend yang terbentuk dari dua atau lebih titik dengan
kecenderungan menurun (Kodrat dan Indonanjaya, 2010).
3) Sideways
Adalah garis trend yang terbentuk secara menyamping atau
horinzontal pada posisi harga tertinggi dan terendah (Kodrat dan
Indonanjaya, 2010).
8. Indikator analisis teknikal
Indikator berfungsi untuk memprediksi kecenderungan arah
pergerakan harga saham. Sama seperti analisis rasio keuangan untuk
memprediksi fundamental perusahaan, indikator saham juga memiliki
jumlah yang banyak dimana jumlahnya mencapai puluhan hingga ratusan.
Pada umumnya investor tidak menggunakan semua indikator untuk
menganalisis saham. Para investor biasa memilih indikator yang mudah
digunakan dan juga populer, sehingga mereka lebih suka mencoba
menggunakan indikator tersebut. Berikut ini indikator analisis teknikal yang
sering dipakai oleh investor (www.stockcharts.com):
a. Bollinger Bands (BB)
BB mengukur minat pasar terhadap suatu saham dan juga bisa
menentukan kecenderungan tren saham sama seperti MA.
b. Moving Average (MA)
MA memiliki banyak sekali fungsi salah satunya dapat digunakan
sebagai garis support dan resisten.
26
c. Moving Average Convergence Divergence (MACD)
MACD adalah indikator momentum mengikuti trend yang menunjukkan
hubungan anatar dua moving average. MACD dihitung dengan
mengambil perbedaan anatra periode panjang dan periode pendek dari
rata-rata bergerak eksponensial (Throp, 2000)
d. Relative Strenght Index (RSI)
RSI dikembangkan oleh J. Welles Wilder. RSI adalah suatu oscillator
momentum yang mengukur kecepatan dan perubahan dalam pergerakan
harga saham. John J. Murphy dalam bukunya yang berjudul βTechnical
Analysis of The Financial Markets: A Comprehensive Guide To Trading
Methods And Applicationsβ yang dikutip dari (Pramono dkk, 2013)
menjelaskan bahwa RSI bergerak dalam rentang angka 0 sampai 100.
Jika pergerakan diatas level 70 maka dianggap overbought dan jika
pergerakan dibawah level 30 maka terjadi oversold.
e. Stochastic Oscillator (SO)
SO adalah salah satu indikator leading yang digunakan untuk melihat
sinyal buy dan sell dari suatu saham. SO terdiri dari dua macam garis dan
area jenuh beli dan jenuh jual. Level-level inilah yang akan digunakan
untuk memprediksi arah kecenderungan harga saham.