Post on 16-Jun-2019
36
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Pendidikan Karakter
a. Pengertian Pendidikan Karakter
Pendidikan karakter merupakan sebuah istilah yang semakin
mendapat pengakuan dari masyarakat saat ini. Pendidikan karakter
yang saat ini mulai diterapakan di sekolah-sekolah formal memiliki
tujuan menanamkan kebiasan yang baik, merasakan dan mau
melakukan hal yang baik dalam hidupnya. Hakikat dari pendidikan
karakter dalam konteks pendidikan di Indonesia adalah pendidikan
nilai, yakni pendidikan nilai-nilai luhur yang bersumber dari karakter
bangsa Indonesia sendiri, dalam rangka membina kepribadian generasi
muda.
Kesuma, dkk (2011: 7) menyatakan bahwa Pendidikan yang
berorientasi pada watak peserta didik merupakan suatu hal yang tepat,
tetapi perlu diperjelas mengenai istilah perlakuan terhadap „watak”.
Apakah watak itu harus “dikembangkan”, “dibentuk”, atau
“difasilitasi”. Perspektif pedagogik, lebih memandang bahwa
pendidikan itu mengembangkan/menguatkan/memfasilitasi watak,
bukan hanya membentuk watak. Jika watak hanya dibentuk, maka
tidak ada proses pedagogik/pendidikan, yang terjadi hanyalah
8
Peningkatan Rasa Tanggung..., Zamkhoironi, FKIP, UMP, 2017
9
pengajaran. Pada dasarnya perspektif pedagogik memandang dan
mensyaratkan untuk terjadinya proses pendidikan harus ada kebebasan
peserta didik sebagai subjek didik, bukan sebagai objek. Jika peserta
didik dijadikan sebagai objek, maka pendidikan nantinya akan bertolak
belakang dengan fungsinya dalam mengembangkan kemampuan.
Samani (2012:43) pendidikan karakter merupakan sesuatu yang
positif dilakukan oleh guru dan berpengaruh terhadap karakter siswa
yang diajarnya. Megawangi (Kesuma, 2012:5) pendidikan karakter
adalah sebuah usaha untuk mendidik anak-anak agar dapat mengambil
keputusan dengan bijak dan mempraktikannya dalam kehidupan
sehari-hari, sehingga mereka dapat memberikan kontribusi yang positif
kepada lingkunganya. Pengertian tersebut dijelaskan lebih luas lagi
oleh Likcona (2012:5) manyatakan bahwa ”Character education is the
deliberate effort to cultivate virtue—that is objectively good human
qualities—that are good for the individual person and good for the
whole society“ yang memiliki makna bahwa pendidikan karakter
adalah usaha sengaja (sadar) untuk mewujudkan kebajikan, yaitu
kualitas kemanusiaan yang baik secara objektif, bukan hanya baik
untuk individu perseorangan, tetapi juga baik untuk masyarakat secara
keseluruhan.
Pengertian pendidikan karakter dari para ahli di atas dapat
disimpulkan bahwa pendidikan karakter adalah usaha sadar yang
dilatih, membentuk dan merupakan usaha yang sungguh-sungguh
Peningkatan Rasa Tanggung..., Zamkhoironi, FKIP, UMP, 2017
10
untuk memahami, memupuk nilai-nilai etika, baik untuk diri sendiri
maupun untuk semua warga masyarakat secara keseluruhan.
b. Tujuan Pendidikan Karakter
Seperti yang tertuang dalam pedoman Kemendiknas (2010: 7)
disebutkan bahwa tujuan pendidikan budaya dan karakter bangsa
adalah :
1) Mengembangkan potensi kalbu atau nurani atau afektif peserta
didik sebagai manusia dan warga negara yang memiliki nilai-nilai
budaya dan karakter bangsa;
2) Mengembangkan kebiasaan dan perilaku peserta didik yang terpuji
dan sejalan dengan nilai-nilai universal dan tradisi budaya bangsa
yang religius;
3) Menanamkan jiwa kepemimpinan dan tanggung jawab peserta
didik sebagai generasi penerus bangsa;
4) Mengembangkan kemampuan peserta didik menjadi manusia yang
mandiri, kreatif, berwawasan kebangsaan; dan
5) Mengembangkan lingkungan kehidupan sekolah sebagai
lingkungan belajar yang aman, jujur, penuh kreativitas dan
persahabatan, serta dengan rasa kebangsaan yang tinggi dan penuh
kekuatan (dignity).
Jadi tujuan pendidikan karakter adalah membentuk peserta
didik agar menjadi manusia yang berakhlak mulia kepada Allah SWT
dan sesama manusia. Selain itu, siswa memiliki kemampuan kognitif
Peningkatan Rasa Tanggung..., Zamkhoironi, FKIP, UMP, 2017
11
yang tinggi dengan diimbangi kemampuan afektif atau manusia
berkarakter positif menjadi tujuan yang diharapkan.
c. Prinsip Pengembangan Pendidikan Karakter
Dalam proses pengembangan pendidikan karakter, terdapat
beberapa prinsip yang harus dipahami oleh guru, seperti yang tertuang
dalam aturan/pedoman Kemendiknas (2010: 11) bahwa empat prinsip
pengembangan pendidikan karakter, yaitu :
1) Berkelanjutan; mengandung makna bahwa proses pengembangan
nilai-nilai budaya dan karakter bangsa merupakan sebuah proses
panjang, dimulai dari awal peserta didik masuk sampai selesai dari
suatu satuan pendidikan.
2) Melalui semua mata pelajaran, pengembangan diri, dan
budaya sekolah; mensyaratkan bahwa proses pengembangan
nilai-nilai budaya dan karakter bangsa dilakukan melalui setiap
mata pelajaran, dan dalam setiap kegiatan kurikuler dan
ekstrakurikuler.
3) Nilai tidak diajarkan tapi dikembangkan; mengandung makna
bahwa materi nilai budaya dan karakter bangsa bukanlah bahan
ajar biasa; artinya, nilai-nilai itu tidak dijadikan pokok bahasan
yang dikemukakan seperti halnya ketika mengajarkan suatu
konsep, teori, prosedur, ataupun fakta seperti dalam mata pelajaran
agama, bahasa Indonesia, PKn, IPA, IPS, Matematika, pendidikan
jasmani dan kesehatan, seni, dan ketrampilan.
Peningkatan Rasa Tanggung..., Zamkhoironi, FKIP, UMP, 2017
12
4) Proses pendidikan dilakukan peserta didik secara aktif dan
menyenangkan; prinsip ini menyatakan bahwa proses pendidikan
nilai budaya dan karakter bangsa dilakukan oleh peserta didik
bukan oleh guru.
Jadi prinsip pengembangan karakter antara lain: berkelanjutan;
melalui semua mata pelajaran, pengembangan diri, dan budaya
sekolah; nilai tidak diajarkan tapi dikembangkan; proses pendidikan
dilakukan peserta didik secara aktif dan menyenangkan.
d. Tanggung Jawab
Tanggung jawab adalah sikap dan perilaku seseorang untuk
melaksanakan tugas dan kewajiban yang seharusnya dilakukan, baik
terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial, dan
budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa (Kemendiknas, 2010: 30).
Dengan kata lain sikap tanggung jawab mempunyai pengaruh yang
penting dalam kehidupan manusia, karena menyangkut tanggung
jawab pada diri sendiri, lingkungan, masyarakat serta dengan Tuhan.
Masing-masing tanggung jawab tersebut hendaknya dilakukan dengan
keikhlasan dan kesadaran pribadi, sehingga akan tercipta
keseimbangan antara hak dan kewajiban manusia. Oleh karena itu,
penanaman pembelajaran dengan mengedepankan prinsip-prinip nilai
tanggung jawab perlu dibuat sedemikian rupa sehingga Peserta didik
mampu mengaplikasikan nilai tanggung jawab atas apa yang telah
dilakukannya.
Peningkatan Rasa Tanggung..., Zamkhoironi, FKIP, UMP, 2017
13
Nilai tanggung jawab menurut Kemendiknas (2010: 30) dapat
ditanamkan kepada Peserta didik dengan cara: (1) memfasilitasi
Peserta didik untuk membuat laporan setiap kegiatan baik dalam
bentuk lisan maupun tulisan, (2) membiasakan Peserta didik untuk
melakukan tugas tanpa disuruh, dan (3) membiasakan Peserta didik
untuk melaksanakan piket secara teratur. Hal tersebut sebagaimana
yang diungkapkan oleh Masnur Muslich (2011: 177) bahwa “nilai
tanggung jawab dapat diintegrasikan pada saat tugas piket kebersihan
kelas dan dalam menyelesaikan tugas yang diberikan guru.”
Bertanggung jawab adalah sikap dan perilaku seseorang untuk
melaksanakan tugas dan kewajibannya sebagaimana yang seharusnya
dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam,
sosial, dan budaya), Negara dan Tuhan.
e. Indikator Keberhasilan Sekolah dan Kelas dalam Pengembangan
Pendidikan Karakter Bangsa Rasa Tanggung Jawab
Keberhasilan pengembangan pendidikan karakter dapat dilihat
dari indikator yang ditetapkan di setiap sekolah. Indikator berfungsi
bagi guru sebagai kriteria untuk memberikan pertimbangan tentang
perilaku nilai tertentu yang dimiliki siswa. Salah satu indikator yang
ditetapkan di SD adalah indikator nilai tanggung jawab. Menurut Fitri
(2012 : 43) indikator dari rasa tanggung jawab sebagai salah satu dari
pendidikan karakter bangsa dapat dilihat pada tabel 2.1. di bawah ini.
Peningkatan Rasa Tanggung..., Zamkhoironi, FKIP, UMP, 2017
14
Tabel 2.1. Indikator Rasa Tanggung Jawab
Nilai Indikator
Tanggung Jawab Mengerjakan tugas dan pekerjaan
rumah dengan baik
Bertanggungjawab terhadap setiap
perbuatan
Mengerjakan tugas kelompok secara
bersama-sama
Melakukan piket sesuai dengan
jadwal yang telah ditetapkan
Dari tabel di atas maka dapat disimpulkan bahwa indikator
keberhasilan sekolah dan kelas nilai tanggung jawab mencakup
aktivitas sehari-hari siswa di lingkungan sekolah. Selain itu juga siswa
dituntut untuk bisa bertanggungjawab terhadap diri sendiri,
masyarakat dan Tuhan YME.
2. Prestasi Belajar
a. Pengertian Prestasi
Prestasi belajar merupakan ukuran keberhasilan yang diperoleh
seseorang selama proses belajarnya, ukuran keberhasilan tersebut
dapat dilihat dari seberapa jauh pemahaman siswa dalam penguasaan
materi pembelajaran selama periode tertentu. Dengan nilai rapor dapat
diketahui prestasi belajar, siswa yang nilai rapornya tinggi dapat
dikatakan prestasinya tinggi, sedangkan yang nilainya jelek dikatakan
prestasi belajarnya rendah.
Arifin (2013: 12) mengatakan bahwa kata prestasi berasal dari
bahasa Belanda yaitu prestatie dan dalam bahasa Indonesia menjadi
Peningkatan Rasa Tanggung..., Zamkhoironi, FKIP, UMP, 2017
15
prestasi yang berarti hasil usaha. Kata prestasi banyak digunakan
dalam berbagai bidang dan kegiatan antara lain dalam kesenian, olah
raga dan pendidikan, khususnya pembelajaran. Seseorang harus
melakukan suatu kegiatan untuk memperoleh prestasi. Hal tersebut
senada dengan pendapat Hamdani (2011: 137) yang menyatakan
bahwa prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan,
diciptakan, baik secara individual maupun kelompok. Prestasi tidak
akan pernah dihasilkan selama seseorang tidak melakukan kegiatan.
Belajar merupakan tahapan yang harus dilalui untuk
memperoleh prestasi belajar. Prestasi belajar dikatakan baik tidaknya
tergantung dari serius tidaknya seseorang dalam melakukan kegiatan
belajar. Seseorang bersungguh-sungguh dalam belajar maka akan
memperoleh prestasi belajar yang baik. Hamdani (2011: 138)
menyebutkan bahwa “prestasi belajar adalah hasil pengukuran dari
penilaian usaha belajar yang dinyatakan dalam bentuk simbol, huruf,
maupun kalimat yang menceritakan hasil yang sudah dicapai oleh
setiap anak pada periode tertentu”. Pendapat tersebut diperkuat oleh
pendapat Mulyasa (2014: 189) yang menyatakan bahwa prestasi
belajar adalah hasil yang diperoleh seseorang setelah menempuh
kegiatan belajar.
Arifin (2013: 12) menyebutkan bahwa fungsi utama prestasi
belajar (achievement) antara lain:
Peningkatan Rasa Tanggung..., Zamkhoironi, FKIP, UMP, 2017
16
1) Prestasi belajar sebagai indikator kualitas dan kuantitas
pengetahuan yang telah dikuasai peserta didik.
2) Prestasi belajar sebagai lambang pemuasan hasrat ingin tahu. Para
ahli psikologi biasanya menyebut hal ini sebagai “tendensi
keingintahuan (couriosity) dan merupakan kebutuhan umum
manusia”.
3) Prestasi belajar sebagai bahan informasi dalam inovasi pendidikan.
Prestasi belajar dapat dijadikan pendorong bagi peserta didik dalam
meningkatkan ilmu pengetahuan dan teknologi dan berperan
sebagai umpan balik (feedback) dalam meningkatkan mutu
pendidikan.
4) Prestasi belajar sebagai indikator intern dan ekstern dari suatu
institusi pendidikan.
5) Prestasi belajar dapat dijadikan indikator daya serap (kecerdasan)
peserta didik. Dalam proses pembelajaran, peserta didik menjadi
fokus utama yang harus diperhatikan, karena peserta didik yang
diharapkan dapat menyerap seluruh materi pelajaran
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa prestasi
adalah hasil dari usaha yang telah dilakukan siswa atau kelompok
siswa berkenaan dengan pelajaran yang telah diajarkan yang
menunjukkan pada kemajuan dan perkembangan yang dialami siswa.
Prestasi akan mengiringi apabila seseorang telah melakukan suatu
usaha secara maksimal. Prestasi belajar bermanfaat sebagai umpan
balik bagi guru dalam melaksanakan proses pembelajaran sehingga
dapat menentukan apakah perlu melakukan diagnosis, penempatan,
Peningkatan Rasa Tanggung..., Zamkhoironi, FKIP, UMP, 2017
17
atau bimbingan terhadap siswa. Guru perlu mengetahui dan memahami
prestasi belajar setiap siswa. Berhasil atau tidaknya suatu proses
pembelajaran dapat diukur dari prestasi belajar yang diperoleh dari
setiap siswa.
b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Prestasi belajar merupakan hasil dari sebuah proses
pembelajaran. Prestasi belajar yang diraih oleh siswa bukan hanya
dipengaruhi oleh faktor dari individu siswa tetapi ada beberapa faktor
dari luar yang mempengaruhinya, seperti faktor keluarga, lingkungan,
dan pergaulan. Faktor-faktor tersebut baik secara terpisah maupun
bersama-sama memberikan kontribusi tertentu terhadap prestasi belajar
siswa.
Slameto (2010: 54), menyebutkan bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi prestasi belajar digolongkan menjadi dua golongan,
yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern adalah faktor yang
ada dalam diri individu yang sedang belajar, sedangkan faktor ekstern
adalah faktor yang ada di luar individu.
Faktor intern dikelompokkan menjadi tiga faktor, yaitu: 1)
faktor jasmaniah yang terdiri dari faktor kesehatan dan cacat tubuh; 2)
faktor psikologis yang terdiri dari intelegensi, perhatian, minat, bakat,
motif, kematangan, dan kesiapan; 3) faktor kelelahan.
Faktor ekstern dikelompokkan menjadi tiga faktor, yaitu: 1)
faktor keluarga yang terdiri dari cara orang tua mendidik, relasi antar
Peningkatan Rasa Tanggung..., Zamkhoironi, FKIP, UMP, 2017
18
anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga,
pengertian orang tua, dan latar belakang kebudayaan; 2) faktor sekolah
yang terdiri dari metode mengajar, kurikulum, relasi guru dan siswa,
relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu
sekolah, standar pelajaran di atas ukuran, keadaan gedung, metode
belajar, dan tugas rumah; 3) faktor masyarakat yang terdiri dari
kegiatan siswa dalam masyarakat, mass media, teman bergaul, dan
bentuk kehidupan masyarakat.
Dari faktor belajar yang telah disebutkan dapat disimpulkan
bahwa terdapat dua faktor yang sangat berpengaruh terhadap
keberhasilan belajar siswa, yaitu: faktor intern (ada di dalam diri
siswa) dan faktor ekstern (ada di luar diri siswa).
c. Prinsip-Prinsip Pengukuran Prestasi Belajar
Hasil tes prestasi belajar merupakan salah satu informasi
penting guna pengambilan keputusan pendidikan. Informasi tersebut
harus didapat dari informasi yang benar dan dapat dipercaya. Tes
prestasi yang layak tentulah dapat diperoleh apabila penyusunanya
didasari oleh prinsip-prinsip pengukuran yang berlaku.
Gronlund (Azwar, 2011: 18), merumuskan beberapa prinsip
dasar dalam pengukuran prestasi sebagai berikut :
1) Tes prestasi harus mengukur hasil belajar yang telah dibatasi
secara jelas sesuai dengan tujuan istruksional.
Peningkatan Rasa Tanggung..., Zamkhoironi, FKIP, UMP, 2017
19
2) Tes prestasi harus mengukur suatu sampel yang representatif dari
hasil belajar dan dari materi yang dicakup oleh program
instruksional atau pengajaran.
3) Tes prestasi harus berisi item-item dengan tipe yang paling cocok
guna mengukur hasil belajar yang diinginkan.
4) Tes prestasi harus dirancang sedemikian rupa agar sesuai dengan
tujuan penggunaan hasilnya.
5) Reliabilitas tes prestasi harus diusahakan setinggi mungkin dan
hasil ukurnya harus ditafsirkan dengan hati-hati.
6) Tes prestasi harus dapat digunakan untuk meningkatkan belajar
para anak didik.
Dari prinsip-prinsip dasar pengukuran tes yang telah dijelaskan
di atas, maka dapat disimpulkan bahwa sebuah tes harus sesuai
dengan apa yang akan diukur sehingga dapat memberikan informasi
yang benar. Dengan kata lain, sebuah tes adalah alat yang dipakai
untuk mengetahui ketercapaian keadaan yang diingankan. Sebuah tes
harus dibuat berdasarkan ketentuan-ketentuan atau prinsip tertentu
yang sesuai dengan perlakuan yang diberikan kepada objek sehingga
informasi yang dihasilkan dapat dipercaya.
3. Ilmu Pengetahun Alam
a. Pengertian IPA
IPA merupakan suatu cara mencari tahu tentang alam. Menurut
Trianto (2010: 135) IPA merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan atau
Peningkatan Rasa Tanggung..., Zamkhoironi, FKIP, UMP, 2017
20
Sains yang semula berasal dari bahasa inggris science. Kata science
sendiri berasal dari bahasa latin scientia yang berarti saya tahu. Science
terdiri dari social sciences (ilmu pengetahuan sosial) dan nature science
(ilmu pengetahuan alam). Namun dalam perkembangannya science
sering diterjemahkan sebagai sains yang berarti IPA. IPA adalah suatu
kumpulan teori yang sistematis, penerapannya secara umum terbatas
pada gejala-gejala alam, lahir dan berkembang, melalui metode ilmiah
seperti observasi dan eksperimen serta menuntut sikap alamiah seperti
rasa ingin tahu, terbuka, jujur, dan segalanya.
Menurut Aly dan Rahma (2010:18), IPA adalah suatu
pengetahuan teoritis yang diperoleh/disusun dengan cara yang
khas/khusus, yaitu melakukan observasi eksperimentasi, penyimpulan,
penyusunan teori, eksperimentasi, observasi dan demikian seterusnya
kait-mengkait antara cara yang satu dengan cara yang lain.
Simpulan yang dapat diambil dari beberapa pendapat di atas
yaitu IPA merupakan suatu pengetahuan teoritis yang diperoleh secara
khusus yang mempelajari alam semesta beserta gejala-gejalanya dengan
menggunakan metode ilmiah.
b. Hakikat IPA
Donosepoetro (Trianto, 2010:137) mengemukakan bahwa
hakikat IPA dibangun atas dasar produk ilmiah, proses ilmiah, dan
sikap ilmiah. Selain itu, IPA dipandang juga sebagai proses, produk,
dan sebagai prosedur. Sebagai proses diartikan semua kegiatan ilmiah
Peningkatan Rasa Tanggung..., Zamkhoironi, FKIP, UMP, 2017
21
untuk menyempurnakan pengetahuan tentang alam maupun untuk
menemukan pengetahuan baru. Sebagai produk diartikan sebagai hasil
proses, berupa pengetahuan yang diajarkan dalam sekolah atau diluar
sekolah ataupun bahan bacaan untuk penyebaran atau disiminasi
pengetahuan. Sebagai prosedur dimaksudkan sebagai metodologi atau
cara yang dipakai untuk mengetahui sesuatu (riset pada umumnya)
yang lazim disebut metode ilmiah.
IPA memiliki tiga bidang ilmu dasar. Menurut Trianto (2010:
136) secara umum IPA meliputi tiga bidang ilmu dasar, yaitu, fisika,dan
kimia. Fisika merupakan salah satu cabang dari IPA, dan merupakan
ilmu yang lahir dan berkembang lewat langkah-langkah observasi,
perumusan masalah, penyusunan hipotesis, pengujian hipotesis melalui
eksperimen, penarikan kesimpulan, serta penemuan teori dan konsep.
Secara khusus fungsi dan tujuan IPA berdasarkan kurikulum
berbasis kompetensi (Depdiknas, 2003: 2) adalah sebagai berikut:
1) Menanamkan keyakinan terhadap Tuhan YME,
2) Mengembangkan keterampilan, sikap, dan nilai ilmiah,
3) Mempersiapkan siswa menjadi warga negara yang sadar sains dan
teknologi,
4) Menguasai konsep sains untuk bekal hidup di masyarakat dan
melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
Berdasarkan uraian tersebut maka dapat disimpulkan tujuan dari
pembelajaran IPA yaitu membentuk siswa untuk dapat
Peningkatan Rasa Tanggung..., Zamkhoironi, FKIP, UMP, 2017
22
mengembangkan keterampilan proses ilmiahnya untuk menyelidiki
alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan,
mengembangkan kesadaran tentang peran dan pentingnya IPA dalam
kehidupan sehari-hari, serta menumbuhkan rasa tanggung jawab untuk
ikut serta dalam memelihara, menjaga, melestarikan lingkungan alam
dan menghargai berbagai macam bentuk ciptaan Tuhan di alam semesta
ini.
c. Hakikat Pembelajaran IPA
Secara umum IPA dipahami sebagai ilmu kealaman, yaitu ilmu
tentang dunia zat, baik mahluk hidup maupun benda mati yang diamati.
Secara umum IPA dipahami sebagai ilmu yang lahir dan berkembang
lewat langkah-langkah observasi, perumusan masalah, penyusunan
hipotesis, pengujian hipotesis melalui eksperimen, penarikan
kesimpulan, serta penemuan teori dan konsep. Trianto (2010: 141)
mengemukakan bahwa hakikat IPA adalah ilmu pengetahuan yang
mempelajari gejala-gejala melalui serangkaian proses yang dikenal
dengan proses ilmiah yang dibangun atas dasar sikap ilmiah dan
hasilnya terwujud sebagai produk ilmiah yang tersusun atas 3
komponen terpenting berupa konsep, prinsip, teori yang berlaku secara
universal.
Merujuk pada hakikat IPA sebagaimana dijelaskan di atas, maka
nilai-nilai IPA yang dapat ditanamkan dalam pembelajaran IPA antara
lain sebagai berikut:
Peningkatan Rasa Tanggung..., Zamkhoironi, FKIP, UMP, 2017
23
a) Kecakapan bekerja dan berpikir secara teratur dan sistematis
menurut langkah-langkah metode ilmiah.
b) Keterampilan dan kecakapan dalam mengadakan pengamatan,
mempergunakan alat-alat eksperimen untuk memecahkan masalah.
c) Memiliki sikap ilmiah yang diperlukan dalam memecahkan masalah
baik dalam kaitannya dengan pelajaran sains maupun dalam
kehidupan
Sebagai alat pendidikan yang berguna untuk mencapai tujuan
pendidikan, maka pendidikan IPA di sekolah mempunyai tujuan-tujuan
tertentu, yaitu:
a) Memberikan pengetahuan kepada siswa tentang dunia tempat hidup
dan bagaimana bersikap
b) Menanamkan sikap hidup ilmiah
c) Memberikan keterampilan untuk melakukan pengamatan
d) Mendidik siswa untuk menangani, mengetahui cara kerja serta
menghargai para ilmuan penemunya.
e) Menggunakan dan menerapkan metode ilmiah dalam memecahkan
permasalahan. Tabel 2.2 berikut mendeskripsikan SK dan KD materi
IPA:
Peningkatan Rasa Tanggung..., Zamkhoironi, FKIP, UMP, 2017
24
Tabel 2.2 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
7. Memahami perubahan yang
terjadi di alam dan
hubungannya dengan
penggunaan sumber daya
alam
7.4 Mendeskripsikan proses daur
air dan kegiatan manusia yang
dapat mempengaruhinya
7.5 Mendeskripsikan perlunya
penghematan air
d. Materi Daur Air
Air mempunyai peranan yang penting dalam kehidupan
makhluk hidup. Air termasuk dalam kebutuhan primer manusia.
Kegunaan air yaitu untuk minum, keperluan sehari-hari (mandi,
mencuci, memasak), alat pembersih, fasilitas olahraga, dan sebagainya.
1) Daur air
Tahapan-tahapan daur air:
a) Air yang terkena panas matahari akan menguap membentuk
uap air. Peristiwa penguapan ini disebut evaporasi.
b) Uap air naik ke udara membentuk awan.
c) Semakin ke atas, udara semakin dingin sehingga terjadi
kondensasi dan terbentuklah embun.
d) Embun berubah menjadi titik-titik air.
e) Titik-titik air yang jenuh akan jatuh ke bumi. Peristiwa inilah
yang disebut hujan. Sebagian air hujan meresap ke dalam
Peningkatan Rasa Tanggung..., Zamkhoironi, FKIP, UMP, 2017
25
tanah. Sebagian lagi akan mengalir di permukaan tanah (laut,
sungai, danau, dan sebagainya)
2) Kegiatan manusia yang mempengaruhi proses daur air
Pertumbuhan populasi manusia yang semakin banyak,
mengakibatkan perlunya perluasan lahan. Salah satunya dengan
membuka lahan. Pembukaan lahan yang tidak terkendali dapat
mengakibatkan hutan gundul. Akibat hutan yang gundul akan
mengakibatkan bencana bagi manusia.
Perkembangan di kota juga sangat berpengaruh. Lahan-
lahan kosong daerah resapan air akan hilang. Pengaruh inilah yang
membuat danau dan sungai kering. Kekeringan sungai dan danau
dapat mempengaruhi penguapan air. kurangnya penguapan air
mempengaruhi curah hujan yang turun.
3) Penghematan air
Tindakan penghematan air yang dapat dilakukan sebagai berikut:
a) Gunakan air sepenuhnya, jangan berlebihan.
b) Matikan kran air selesai digunakan.
c) Menggunakan air bekas cucian sayuran untuk keperluan lain.
d) Mendukung gerakan menanam pohon.
e) Membuat tandon air hujan.
Peningkatan Rasa Tanggung..., Zamkhoironi, FKIP, UMP, 2017
26
4. Model Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif muncul karena adanya perkembangan
dalam sistem pembelajaran yang ada. Menurut Sanjaya (Rusman, 2014:
203) model pembelajaran kooperatif adalah rangkaian kegiatan belajar
yang dilakukan oleh siswa dalam kelompok-kelompok tertentu untuk
mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan. Menurut Abdulhak
(Rusman, 2014: 203) pembelajaran kooperatif dilaksanakan melalui
sharing proses antara siswa, sehingga dapat mewujudkan pemahaman
bersama diantara siswa itu sendiri.
Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang
mengutamakan kerjasama diantara siswa untuk mencapai tujuan
pembelajaran. Karakteristik pembelajaran kooperatif adalah siswa bekerja
dalam kelompok kooperatif untuk menguasai materi akademis, anggota-
anggota dalam kelompok diatur terdiri dari siswa yang berkemampuan
rendah, sedang, dan tinggi, serta sistem penghargaan yang berorientasi
pada kelompok dari pada individu. Isjoni (2010: 20) menyebutkan
beberapa ciri dari pembelajaran kooperatif adalah setiap anggota memiliki
peran, terjadi hubungan interaksi langsung diantara siswa, setiap anggota
kelompok bertanggung jawab atas belajarnya dan juga teman
sekelompoknya, guru membantu mengembangkan keterampilan-
keterampilan interpersonal kelompok dan guru hanya berinteraksi dengan
kelompok saat diperlukan. Menurut Suprijono (2012: 65) sintak model
pembelajaran kooperatif terdiri dari 6 fase, yaitu:
Peningkatan Rasa Tanggung..., Zamkhoironi, FKIP, UMP, 2017
27
1) Fase 1, menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa
Guru menjelaskan tujuan yang ingin dicapai dan mempersiapkan
siswa agar siap dalam mengikuti proses pembelajaran. Hal ini penting
untuk dilakukan karena siswa harus memahami dengan jelas prosedur
dan aturan dalam pembelajaran.
2) Fase 2, menyajikan informasi
Guru menyampaikan materi kepada siswa. Fase ini guru harus
melakukannya dengan maksimal agar siswa dapat memahami materi
yang diajarkan.
3) Fase 3, mengorganisir siswa ke dalam tim-tim belajar
Guru membagi siswa ke dalam kelompok-kelompok, pada fase ini
guru harus menjelaskan bahwa siswa harus saling bekerja sama di
dalam kelompok.
4) Fase 4, membantu kerja tim dan belajar
Guru mendampingi kelompok-kelompok, mengingatkan tentang
tugas-tugas yang dikerjakan siswa dan waktu yang dialokasikan.
5) Fase 5, mengevaluasi
Guru melakukan evaluasi pembelajaran. Evaluasi dilakukan untuk
mengetahui tingkat pemahaman siswa pada materi yang diajarkan.
6) Fase 6, memberikan pengakuan atau penghargaan
Guru memberikan reward kepada siswa, reward diberikan sebagai
motivasi agar siswa lebih semangat dalam mengikuti proses
pembelajaran.
Peningkatan Rasa Tanggung..., Zamkhoironi, FKIP, UMP, 2017
28
Berdasarkan uraian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran kooperatif yaitu pembelajaran yang lebih mengutamakan
kerjasama kelompok. Guru mengawali dengan menyampaikan tujuan,
menyajikan materi dan tugas guru selanjutnya hanya mendampingi agar
diskusi dapat berjalan dengan lancar. Akhir pembelajaran kooperatif
ditutup dengan kegiatan evaluasi, hal tersebut bertujuan untuk mengetahui
tingkat pemahaman siswa terhadap materi yang telah disampaikan oleh
guru.
5. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe The Power of Two
The Power of Two (kekuatan dua kepala) termasuk bagian dari
pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran kooperatif tipe the power of
two merupakan salah satu strategi belajar dalam kelompok kecil dengan
menumbuhkan kerjasama secara maksimal melalui kegiatan pembelajaran
dengan anggota dua orang. Model pembelajaran kooperatif tipe the power
of two ini dirancang untuk memaksimalkan belajar kolaboratif (bersama)
dan meminimalkan kesenjangan antara siswa yang satu dengan siswa yang
lain. Menurut Zaini (2008: 52) pembelajaran the power of two adalah
pembelajaran berkelompok yang digunakan untuk memperkuat arti
penting serta manfaat sinergi dua orang dimana berpikir berdua jauh lebih
baik dari pada berpikir sendiri.
Pembelajaran menggunakan model kooperatif tipe the power of two
ini menuntut siswa agar lebih aktif dalam proses belajar mengajar
Peningkatan Rasa Tanggung..., Zamkhoironi, FKIP, UMP, 2017
29
sehingga siswa tidak merasa bosan karena pembelajaran lebih menarik dan
menuntut partisipasi siswa terhadap materi pelajaran. Pembelajaran the
power of two bertujuan agar membiasakan siswa aktif baik secara individu
maupun kelompok dan membantu siswa agar dapat bekerjasama dengan
orang lain.
Menurut Zaini (2008: 52) langkah-langkah pembelajaran
kooperatif tipe The Power Of Two adalah sebagai berikut:
1) Fase 1, membuat problem. Dalam proses belajar, guru memberikan satu
atau lebih pertanyaan kepada siswa yang membutuhkan refleksi dalam
menentukan jawaban.
2) Fase 2, guru meminta siswa untuk merenung dan menjawab pertanyaan
secara individu.
3) Fase 3, guru membagi peserta didik berpasang-pasangan. Pasangan
kelompok ditentukan berdasarkan tempat duduk atau bisa diacak.
4) Fase 4, guru meminta pasangan untuk berdiskusi mencari jawaban baru.
Jawaban baru untuk masing-masing pertanyaan dengan memperbaiki
respon masing-masing individu.
5) Fase 5, guru meminta siswa untuk mendiskusikan hasil sharingnya.
Semua pasangan membandingkan jawaban dari masing-masing
pasangan ke pasangan yang lain.
Pembelajaran The Power Of Two memiliki beberapa keunggulan
antara lain pertama, siswa tidak terlalu menggantungkan guru, akan tetapi
dapat menambah kepercayaan diri siswa dalam berpikir, menemukan
Peningkatan Rasa Tanggung..., Zamkhoironi, FKIP, UMP, 2017
30
informasi dan belajar dari siswa lain. Kedua, mengembangkan
kemampuan dalam mengungkapkan ide atau gagasan kemudian
membandingkannya dengan orang lain. Ketiga, membantu siswa untuk
dapat bekerjasama dengan orang lain. Keempat, membantu siswa untuk
lebih bertanggungjawab dalam melaksanakan tugasnya. Kelima,
meningkatkan motivasi dan rangsangan untuk berpikir. Keenam,
meningkatkan prestasi akademik serta kemampuan sosialnya.
6. Implementasi Pembelajaran Kooperatif Tipe The Power Of Two pada
Materi Daur Air untuk Meningkatkan Rasa Tanggung Jawab dan
Prestasi Belajar
Pembelajaran kooperatif tipe The Power Of Two merupakan
sebuah model pembelajaran yang mengutamakan kerjasama kelompok.
Pembelajaran ini mempunyai langkah-langkah atau prosedur yang harus
dilakukan guru dalam proses pembelajaran, yaitu sebagai berikut:
1) Langkah pertama
Langkah pertama yang dilakukan guru adalah memberikan satu atau
lebih pertanyaan tentang materi daur air. Guru memberikan
pertanyaan “mengapa kincir air dapat memberikan manfaat bagi
manusia?”
2) Langkah kedua
Langkah kedua guru meminta siswa untuk menjawab pertanyaan
secara individu. Siswa dilarang saling bekerjasama. Hal tersebut
Peningkatan Rasa Tanggung..., Zamkhoironi, FKIP, UMP, 2017
31
bertujuan agar siswa menjawab jawaban dengan pemikirannya sendiri
dan untuk mengetahui bagaimana rasa tanggung jawab siswa terhadap
dirinya sendiri. Rasa tanggung jawab siswa dapat diketahui dengan
melihat siswa ketika mengerjakan soal individu, apakah benar-benar
mengerjakan sendiri atau melihat jawaban dari temannya.
3) Langkah ketiga
Guru membagi siswa berpasang-pasangan. pembagian kelompok
dilakukan setelah semua siswa menyelesaikan tugas individunya.
Setiap kelompok diminta untuk saling mengutarakan jawaban masing-
masing.
4) Langkah keempat
Guru meminta pasangan untuk berdiskusi mencari jawaban dari soal
yang diberikan guru tentang materi daur air. Setiap pasangan harus
saling menjelaskan jawaban masing-masing kemudian menyusun
jawaban baru yang disepakati bersama. Setiap siswa harus mempunyai
rasa tanggung jawab terhadap kelompoknya yaitu dengan cara aktif
dalam berdiskusi.
5) Langkah kelima
Guru meminta siswa untuk mendiskusikan hasil sharingnya. Dalam
proses pembelajaran siswa diajak berdiskusi secara klasikal untuk
membahas masalah yang belum jelas atau yang kurang dimengerti.
Semua pasangan membandingkan jawaban dari masing-masing
pasangan ke pasangan yang lain. Untuk mengakhiri pembelajaran
Peningkatan Rasa Tanggung..., Zamkhoironi, FKIP, UMP, 2017
32
guru bersama-sama dengan siswa menyimpulkan materi
pembelajaran.
Berdasarkan penjabaran di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
implementasi pembelajaran kooperatif The Power Of Two pada materi
daur air di sekolah dasar dapat dilakukan dalam beberapa langkah.
Langkah-langkah tersebut harus dilakukan secara maksimal agar dapat
tercapainya tujuan pembelajaran yang diinginkan. Pembelajaran kooperatif
The Power Of Two lebih menekankan pada aktivitas yang dilakukan secara
berpasangan dan lebih mengutamakan kerjasama tim dalam menyelesaikan
masalah. Adanya kerjasama tim dalam pembelajaran The Power Of Two
diharapkan dapat meningkatkan rasa tanggung jawab siswa dalam
mengikuti proses pembelajaran. Pembelajaran kooperatif tipe The Power
Of Two memungkinkan siswa bisa lebih memahami materi yang
disampaikan oleh guru, hal itu karena pada pembelajaran ini siswa saling
berdiskusi, bertukar informasi, dan merumuskan jawaban baru berdasarkan
hasil diskusi yang telah disepakati bersama dengan teman sekolompoknya.
B. Penelitian yang Relevan
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Ali, J. dkk (2012) dalam
Jurnal Pendidikan Matematika dengan judul “Strategi Pembelajaran Aktif The
Power Of Two dan Kemampuan Komunikasi Matematika” dalam
kesimpulannya menyatakan bahwa model pembelajaran aktif The Power Of
Peningkatan Rasa Tanggung..., Zamkhoironi, FKIP, UMP, 2017
33
Two dapat meningkatkan kemampuan komunikasi matematika siswa dari
pada yang hanya menggunakan metode pembelajaran konvensional.
Selain itu, berdasarkan penelitian yang dilakukan Aryawan, I. P. E.,
dkk (2014) tentang “Pengaruh Strategi Pembelajaran The Power Of Two
Berbantuan Media Belajar Manipulatif Terhadap Hasil Belajar Matematika”
menyatakan bahwa hasil belajar matematika kelompok siswa yang mengikuti
pembelajaran The Power Of Two berbantuan media belajar manipulatif
tergolong pada kriteria tinggi. Hal tersebut dapat dilihat dari data hasil post
test siswa, yang menunjukkan skor rata-rata hasil belajar matematika siswa
tergolong tinggi.
Berdasarkan hasil penelitian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa
penggunaan model pembelajaran The Power Of Two dapat meningkatkan
hasil pembelajaran dibandingkan dengan pembelajaran konvensional. Hal itu
karena pembelajaran The Power Of Two dirancang untuk membuat siswa
aktif dan berpikir kritis sehingga memungkinkan siswa memahami dengan
baik materi yang diberikan guru.
Hasil dari penelitian di atas menjadi salah satu referensi dan dasar
bagi peneliti untuk melakukan penelitian dengan menggunakan model
pembelajaran The Power Of Two dalam PTK ini.
C. Kerangka Pikir
Penggunaan model pembelajaran model kooperatif tipe the power of
two memungkinkan siswa lebih mudah memahami materi ajar yang akan
Peningkatan Rasa Tanggung..., Zamkhoironi, FKIP, UMP, 2017
34
disampaikan. Model pembelajaran the power of two merupakan salah satu
model yang dianggap cocok untuk diterapkan pada siswa SD kelas tinggi.
Model pembelajaran ini dimulai dengan guru memberikan motivasi,
menyampaikan informasi atau materi pembelajaran, memberikan masalah
untuk perenungan (refleksi) dan pemikiran. Kemudian siswa menyelesaikan
secara individu, setelah itu siswa membentuk pasangan dan mendiskusikan
jawaban dari pertanyaan yang diberikan guru. Pembelajaran kooperatif tipe
the power of two menekankan pada kesadaran siswa untuk belajar berpikir,
memecahkan masalah IPA, dengan kata lain dalam pembelajaran the power
of two siswa saling tolong menolong dan bekerjasama untuk memecahkan
masalah yang dihadapi. Berdasarkan proses pembelajaran tersebut diharapkan
akan meningkatkan rasa tanggung jawab dan prestasi belajar siswa.
Gambar 2.1 Skema Kerangka Pikir
Kondisi akhir: meningkatkan rasa tangggung jawab dan prestasi
belajar siswa pada mata pelajaran IPA
Kondisi awal: tanggung jawab dan
prestasi belajar rendah pada mata
pelajaran IPA
Tindakan
Siklus 1: Guru menerapkan model
pembelajaran the power of two
Siklus 2: Guru menerapkan model
pembelajaran the power of two
Peningkatan Rasa Tanggung..., Zamkhoironi, FKIP, UMP, 2017
35
D. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan dasar teori, hasil penelitian yang relevan, dan kerangka
berpikir, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut :
1. Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe The Power Of Two di
kelas V A SD Negeri Pangebatan dapat meningkatkan rasa tanggung jawab
siswa.
2. Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe The Power Of Two di
kelas V A SD Negeri Pangebatan dapat meningkatkan prestasi belajar IPA
siswa.
Peningkatan Rasa Tanggung..., Zamkhoironi, FKIP, UMP, 2017