BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pendidikan ...repository.ump.ac.id/1190/3/BAB II.pdf ·...

28
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pendidikan Karakter a. Pengertian Pendidikan Karakter Pendidikan karakter merupakan sebuah istilah yang semakin mendapat pengakuan dari masyarakat saat ini. Pendidikan karakter yang saat ini mulai diterapakan di sekolah-sekolah formal memiliki tujuan menanamkan kebiasan yang baik, merasakan dan mau melakukan hal yang baik dalam hidupnya. Hakikat dari pendidikan karakter dalam konteks pendidikan di Indonesia adalah pendidikan nilai, yakni pendidikan nilai-nilai luhur yang bersumber dari karakter bangsa Indonesia sendiri, dalam rangka membina kepribadian generasi muda. Kesuma, dkk (2011: 7) menyatakan bahwa Pendidikan yang berorientasi pada watak peserta didik merupakan suatu hal yang tepat, tetapi perlu diperjelas mengenai istilah perlakuan terhadap „watak”. Apakah watak itu harus “dikembangkan”, “dibentuk”, atau “difasilitasi”. Perspektif pedagogik, lebih memandang bahwa pendidikan itu mengembangkan/menguatkan/memfasilitasi watak, bukan hanya membentuk watak. Jika watak hanya dibentuk, maka tidak ada proses pedagogik/pendidikan, yang terjadi hanyalah 8 Peningkatan Rasa Tanggung..., Zamkhoironi, FKIP, UMP, 2017

Transcript of BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pendidikan ...repository.ump.ac.id/1190/3/BAB II.pdf ·...

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pendidikan ...repository.ump.ac.id/1190/3/BAB II.pdf · 5) Mengembangkan lingkungan kehidupan sekolah sebagai lingkungan belajar yang aman,

36

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Pendidikan Karakter

a. Pengertian Pendidikan Karakter

Pendidikan karakter merupakan sebuah istilah yang semakin

mendapat pengakuan dari masyarakat saat ini. Pendidikan karakter

yang saat ini mulai diterapakan di sekolah-sekolah formal memiliki

tujuan menanamkan kebiasan yang baik, merasakan dan mau

melakukan hal yang baik dalam hidupnya. Hakikat dari pendidikan

karakter dalam konteks pendidikan di Indonesia adalah pendidikan

nilai, yakni pendidikan nilai-nilai luhur yang bersumber dari karakter

bangsa Indonesia sendiri, dalam rangka membina kepribadian generasi

muda.

Kesuma, dkk (2011: 7) menyatakan bahwa Pendidikan yang

berorientasi pada watak peserta didik merupakan suatu hal yang tepat,

tetapi perlu diperjelas mengenai istilah perlakuan terhadap „watak”.

Apakah watak itu harus “dikembangkan”, “dibentuk”, atau

“difasilitasi”. Perspektif pedagogik, lebih memandang bahwa

pendidikan itu mengembangkan/menguatkan/memfasilitasi watak,

bukan hanya membentuk watak. Jika watak hanya dibentuk, maka

tidak ada proses pedagogik/pendidikan, yang terjadi hanyalah

8

Peningkatan Rasa Tanggung..., Zamkhoironi, FKIP, UMP, 2017

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pendidikan ...repository.ump.ac.id/1190/3/BAB II.pdf · 5) Mengembangkan lingkungan kehidupan sekolah sebagai lingkungan belajar yang aman,

9

pengajaran. Pada dasarnya perspektif pedagogik memandang dan

mensyaratkan untuk terjadinya proses pendidikan harus ada kebebasan

peserta didik sebagai subjek didik, bukan sebagai objek. Jika peserta

didik dijadikan sebagai objek, maka pendidikan nantinya akan bertolak

belakang dengan fungsinya dalam mengembangkan kemampuan.

Samani (2012:43) pendidikan karakter merupakan sesuatu yang

positif dilakukan oleh guru dan berpengaruh terhadap karakter siswa

yang diajarnya. Megawangi (Kesuma, 2012:5) pendidikan karakter

adalah sebuah usaha untuk mendidik anak-anak agar dapat mengambil

keputusan dengan bijak dan mempraktikannya dalam kehidupan

sehari-hari, sehingga mereka dapat memberikan kontribusi yang positif

kepada lingkunganya. Pengertian tersebut dijelaskan lebih luas lagi

oleh Likcona (2012:5) manyatakan bahwa ”Character education is the

deliberate effort to cultivate virtue—that is objectively good human

qualities—that are good for the individual person and good for the

whole society“ yang memiliki makna bahwa pendidikan karakter

adalah usaha sengaja (sadar) untuk mewujudkan kebajikan, yaitu

kualitas kemanusiaan yang baik secara objektif, bukan hanya baik

untuk individu perseorangan, tetapi juga baik untuk masyarakat secara

keseluruhan.

Pengertian pendidikan karakter dari para ahli di atas dapat

disimpulkan bahwa pendidikan karakter adalah usaha sadar yang

dilatih, membentuk dan merupakan usaha yang sungguh-sungguh

Peningkatan Rasa Tanggung..., Zamkhoironi, FKIP, UMP, 2017

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pendidikan ...repository.ump.ac.id/1190/3/BAB II.pdf · 5) Mengembangkan lingkungan kehidupan sekolah sebagai lingkungan belajar yang aman,

10

untuk memahami, memupuk nilai-nilai etika, baik untuk diri sendiri

maupun untuk semua warga masyarakat secara keseluruhan.

b. Tujuan Pendidikan Karakter

Seperti yang tertuang dalam pedoman Kemendiknas (2010: 7)

disebutkan bahwa tujuan pendidikan budaya dan karakter bangsa

adalah :

1) Mengembangkan potensi kalbu atau nurani atau afektif peserta

didik sebagai manusia dan warga negara yang memiliki nilai-nilai

budaya dan karakter bangsa;

2) Mengembangkan kebiasaan dan perilaku peserta didik yang terpuji

dan sejalan dengan nilai-nilai universal dan tradisi budaya bangsa

yang religius;

3) Menanamkan jiwa kepemimpinan dan tanggung jawab peserta

didik sebagai generasi penerus bangsa;

4) Mengembangkan kemampuan peserta didik menjadi manusia yang

mandiri, kreatif, berwawasan kebangsaan; dan

5) Mengembangkan lingkungan kehidupan sekolah sebagai

lingkungan belajar yang aman, jujur, penuh kreativitas dan

persahabatan, serta dengan rasa kebangsaan yang tinggi dan penuh

kekuatan (dignity).

Jadi tujuan pendidikan karakter adalah membentuk peserta

didik agar menjadi manusia yang berakhlak mulia kepada Allah SWT

dan sesama manusia. Selain itu, siswa memiliki kemampuan kognitif

Peningkatan Rasa Tanggung..., Zamkhoironi, FKIP, UMP, 2017

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pendidikan ...repository.ump.ac.id/1190/3/BAB II.pdf · 5) Mengembangkan lingkungan kehidupan sekolah sebagai lingkungan belajar yang aman,

11

yang tinggi dengan diimbangi kemampuan afektif atau manusia

berkarakter positif menjadi tujuan yang diharapkan.

c. Prinsip Pengembangan Pendidikan Karakter

Dalam proses pengembangan pendidikan karakter, terdapat

beberapa prinsip yang harus dipahami oleh guru, seperti yang tertuang

dalam aturan/pedoman Kemendiknas (2010: 11) bahwa empat prinsip

pengembangan pendidikan karakter, yaitu :

1) Berkelanjutan; mengandung makna bahwa proses pengembangan

nilai-nilai budaya dan karakter bangsa merupakan sebuah proses

panjang, dimulai dari awal peserta didik masuk sampai selesai dari

suatu satuan pendidikan.

2) Melalui semua mata pelajaran, pengembangan diri, dan

budaya sekolah; mensyaratkan bahwa proses pengembangan

nilai-nilai budaya dan karakter bangsa dilakukan melalui setiap

mata pelajaran, dan dalam setiap kegiatan kurikuler dan

ekstrakurikuler.

3) Nilai tidak diajarkan tapi dikembangkan; mengandung makna

bahwa materi nilai budaya dan karakter bangsa bukanlah bahan

ajar biasa; artinya, nilai-nilai itu tidak dijadikan pokok bahasan

yang dikemukakan seperti halnya ketika mengajarkan suatu

konsep, teori, prosedur, ataupun fakta seperti dalam mata pelajaran

agama, bahasa Indonesia, PKn, IPA, IPS, Matematika, pendidikan

jasmani dan kesehatan, seni, dan ketrampilan.

Peningkatan Rasa Tanggung..., Zamkhoironi, FKIP, UMP, 2017

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pendidikan ...repository.ump.ac.id/1190/3/BAB II.pdf · 5) Mengembangkan lingkungan kehidupan sekolah sebagai lingkungan belajar yang aman,

12

4) Proses pendidikan dilakukan peserta didik secara aktif dan

menyenangkan; prinsip ini menyatakan bahwa proses pendidikan

nilai budaya dan karakter bangsa dilakukan oleh peserta didik

bukan oleh guru.

Jadi prinsip pengembangan karakter antara lain: berkelanjutan;

melalui semua mata pelajaran, pengembangan diri, dan budaya

sekolah; nilai tidak diajarkan tapi dikembangkan; proses pendidikan

dilakukan peserta didik secara aktif dan menyenangkan.

d. Tanggung Jawab

Tanggung jawab adalah sikap dan perilaku seseorang untuk

melaksanakan tugas dan kewajiban yang seharusnya dilakukan, baik

terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial, dan

budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa (Kemendiknas, 2010: 30).

Dengan kata lain sikap tanggung jawab mempunyai pengaruh yang

penting dalam kehidupan manusia, karena menyangkut tanggung

jawab pada diri sendiri, lingkungan, masyarakat serta dengan Tuhan.

Masing-masing tanggung jawab tersebut hendaknya dilakukan dengan

keikhlasan dan kesadaran pribadi, sehingga akan tercipta

keseimbangan antara hak dan kewajiban manusia. Oleh karena itu,

penanaman pembelajaran dengan mengedepankan prinsip-prinip nilai

tanggung jawab perlu dibuat sedemikian rupa sehingga Peserta didik

mampu mengaplikasikan nilai tanggung jawab atas apa yang telah

dilakukannya.

Peningkatan Rasa Tanggung..., Zamkhoironi, FKIP, UMP, 2017

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pendidikan ...repository.ump.ac.id/1190/3/BAB II.pdf · 5) Mengembangkan lingkungan kehidupan sekolah sebagai lingkungan belajar yang aman,

13

Nilai tanggung jawab menurut Kemendiknas (2010: 30) dapat

ditanamkan kepada Peserta didik dengan cara: (1) memfasilitasi

Peserta didik untuk membuat laporan setiap kegiatan baik dalam

bentuk lisan maupun tulisan, (2) membiasakan Peserta didik untuk

melakukan tugas tanpa disuruh, dan (3) membiasakan Peserta didik

untuk melaksanakan piket secara teratur. Hal tersebut sebagaimana

yang diungkapkan oleh Masnur Muslich (2011: 177) bahwa “nilai

tanggung jawab dapat diintegrasikan pada saat tugas piket kebersihan

kelas dan dalam menyelesaikan tugas yang diberikan guru.”

Bertanggung jawab adalah sikap dan perilaku seseorang untuk

melaksanakan tugas dan kewajibannya sebagaimana yang seharusnya

dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam,

sosial, dan budaya), Negara dan Tuhan.

e. Indikator Keberhasilan Sekolah dan Kelas dalam Pengembangan

Pendidikan Karakter Bangsa Rasa Tanggung Jawab

Keberhasilan pengembangan pendidikan karakter dapat dilihat

dari indikator yang ditetapkan di setiap sekolah. Indikator berfungsi

bagi guru sebagai kriteria untuk memberikan pertimbangan tentang

perilaku nilai tertentu yang dimiliki siswa. Salah satu indikator yang

ditetapkan di SD adalah indikator nilai tanggung jawab. Menurut Fitri

(2012 : 43) indikator dari rasa tanggung jawab sebagai salah satu dari

pendidikan karakter bangsa dapat dilihat pada tabel 2.1. di bawah ini.

Peningkatan Rasa Tanggung..., Zamkhoironi, FKIP, UMP, 2017

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pendidikan ...repository.ump.ac.id/1190/3/BAB II.pdf · 5) Mengembangkan lingkungan kehidupan sekolah sebagai lingkungan belajar yang aman,

14

Tabel 2.1. Indikator Rasa Tanggung Jawab

Nilai Indikator

Tanggung Jawab Mengerjakan tugas dan pekerjaan

rumah dengan baik

Bertanggungjawab terhadap setiap

perbuatan

Mengerjakan tugas kelompok secara

bersama-sama

Melakukan piket sesuai dengan

jadwal yang telah ditetapkan

Dari tabel di atas maka dapat disimpulkan bahwa indikator

keberhasilan sekolah dan kelas nilai tanggung jawab mencakup

aktivitas sehari-hari siswa di lingkungan sekolah. Selain itu juga siswa

dituntut untuk bisa bertanggungjawab terhadap diri sendiri,

masyarakat dan Tuhan YME.

2. Prestasi Belajar

a. Pengertian Prestasi

Prestasi belajar merupakan ukuran keberhasilan yang diperoleh

seseorang selama proses belajarnya, ukuran keberhasilan tersebut

dapat dilihat dari seberapa jauh pemahaman siswa dalam penguasaan

materi pembelajaran selama periode tertentu. Dengan nilai rapor dapat

diketahui prestasi belajar, siswa yang nilai rapornya tinggi dapat

dikatakan prestasinya tinggi, sedangkan yang nilainya jelek dikatakan

prestasi belajarnya rendah.

Arifin (2013: 12) mengatakan bahwa kata prestasi berasal dari

bahasa Belanda yaitu prestatie dan dalam bahasa Indonesia menjadi

Peningkatan Rasa Tanggung..., Zamkhoironi, FKIP, UMP, 2017

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pendidikan ...repository.ump.ac.id/1190/3/BAB II.pdf · 5) Mengembangkan lingkungan kehidupan sekolah sebagai lingkungan belajar yang aman,

15

prestasi yang berarti hasil usaha. Kata prestasi banyak digunakan

dalam berbagai bidang dan kegiatan antara lain dalam kesenian, olah

raga dan pendidikan, khususnya pembelajaran. Seseorang harus

melakukan suatu kegiatan untuk memperoleh prestasi. Hal tersebut

senada dengan pendapat Hamdani (2011: 137) yang menyatakan

bahwa prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan,

diciptakan, baik secara individual maupun kelompok. Prestasi tidak

akan pernah dihasilkan selama seseorang tidak melakukan kegiatan.

Belajar merupakan tahapan yang harus dilalui untuk

memperoleh prestasi belajar. Prestasi belajar dikatakan baik tidaknya

tergantung dari serius tidaknya seseorang dalam melakukan kegiatan

belajar. Seseorang bersungguh-sungguh dalam belajar maka akan

memperoleh prestasi belajar yang baik. Hamdani (2011: 138)

menyebutkan bahwa “prestasi belajar adalah hasil pengukuran dari

penilaian usaha belajar yang dinyatakan dalam bentuk simbol, huruf,

maupun kalimat yang menceritakan hasil yang sudah dicapai oleh

setiap anak pada periode tertentu”. Pendapat tersebut diperkuat oleh

pendapat Mulyasa (2014: 189) yang menyatakan bahwa prestasi

belajar adalah hasil yang diperoleh seseorang setelah menempuh

kegiatan belajar.

Arifin (2013: 12) menyebutkan bahwa fungsi utama prestasi

belajar (achievement) antara lain:

Peningkatan Rasa Tanggung..., Zamkhoironi, FKIP, UMP, 2017

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pendidikan ...repository.ump.ac.id/1190/3/BAB II.pdf · 5) Mengembangkan lingkungan kehidupan sekolah sebagai lingkungan belajar yang aman,

16

1) Prestasi belajar sebagai indikator kualitas dan kuantitas

pengetahuan yang telah dikuasai peserta didik.

2) Prestasi belajar sebagai lambang pemuasan hasrat ingin tahu. Para

ahli psikologi biasanya menyebut hal ini sebagai “tendensi

keingintahuan (couriosity) dan merupakan kebutuhan umum

manusia”.

3) Prestasi belajar sebagai bahan informasi dalam inovasi pendidikan.

Prestasi belajar dapat dijadikan pendorong bagi peserta didik dalam

meningkatkan ilmu pengetahuan dan teknologi dan berperan

sebagai umpan balik (feedback) dalam meningkatkan mutu

pendidikan.

4) Prestasi belajar sebagai indikator intern dan ekstern dari suatu

institusi pendidikan.

5) Prestasi belajar dapat dijadikan indikator daya serap (kecerdasan)

peserta didik. Dalam proses pembelajaran, peserta didik menjadi

fokus utama yang harus diperhatikan, karena peserta didik yang

diharapkan dapat menyerap seluruh materi pelajaran

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa prestasi

adalah hasil dari usaha yang telah dilakukan siswa atau kelompok

siswa berkenaan dengan pelajaran yang telah diajarkan yang

menunjukkan pada kemajuan dan perkembangan yang dialami siswa.

Prestasi akan mengiringi apabila seseorang telah melakukan suatu

usaha secara maksimal. Prestasi belajar bermanfaat sebagai umpan

balik bagi guru dalam melaksanakan proses pembelajaran sehingga

dapat menentukan apakah perlu melakukan diagnosis, penempatan,

Peningkatan Rasa Tanggung..., Zamkhoironi, FKIP, UMP, 2017

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pendidikan ...repository.ump.ac.id/1190/3/BAB II.pdf · 5) Mengembangkan lingkungan kehidupan sekolah sebagai lingkungan belajar yang aman,

17

atau bimbingan terhadap siswa. Guru perlu mengetahui dan memahami

prestasi belajar setiap siswa. Berhasil atau tidaknya suatu proses

pembelajaran dapat diukur dari prestasi belajar yang diperoleh dari

setiap siswa.

b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Prestasi belajar merupakan hasil dari sebuah proses

pembelajaran. Prestasi belajar yang diraih oleh siswa bukan hanya

dipengaruhi oleh faktor dari individu siswa tetapi ada beberapa faktor

dari luar yang mempengaruhinya, seperti faktor keluarga, lingkungan,

dan pergaulan. Faktor-faktor tersebut baik secara terpisah maupun

bersama-sama memberikan kontribusi tertentu terhadap prestasi belajar

siswa.

Slameto (2010: 54), menyebutkan bahwa faktor-faktor yang

mempengaruhi prestasi belajar digolongkan menjadi dua golongan,

yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern adalah faktor yang

ada dalam diri individu yang sedang belajar, sedangkan faktor ekstern

adalah faktor yang ada di luar individu.

Faktor intern dikelompokkan menjadi tiga faktor, yaitu: 1)

faktor jasmaniah yang terdiri dari faktor kesehatan dan cacat tubuh; 2)

faktor psikologis yang terdiri dari intelegensi, perhatian, minat, bakat,

motif, kematangan, dan kesiapan; 3) faktor kelelahan.

Faktor ekstern dikelompokkan menjadi tiga faktor, yaitu: 1)

faktor keluarga yang terdiri dari cara orang tua mendidik, relasi antar

Peningkatan Rasa Tanggung..., Zamkhoironi, FKIP, UMP, 2017

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pendidikan ...repository.ump.ac.id/1190/3/BAB II.pdf · 5) Mengembangkan lingkungan kehidupan sekolah sebagai lingkungan belajar yang aman,

18

anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga,

pengertian orang tua, dan latar belakang kebudayaan; 2) faktor sekolah

yang terdiri dari metode mengajar, kurikulum, relasi guru dan siswa,

relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu

sekolah, standar pelajaran di atas ukuran, keadaan gedung, metode

belajar, dan tugas rumah; 3) faktor masyarakat yang terdiri dari

kegiatan siswa dalam masyarakat, mass media, teman bergaul, dan

bentuk kehidupan masyarakat.

Dari faktor belajar yang telah disebutkan dapat disimpulkan

bahwa terdapat dua faktor yang sangat berpengaruh terhadap

keberhasilan belajar siswa, yaitu: faktor intern (ada di dalam diri

siswa) dan faktor ekstern (ada di luar diri siswa).

c. Prinsip-Prinsip Pengukuran Prestasi Belajar

Hasil tes prestasi belajar merupakan salah satu informasi

penting guna pengambilan keputusan pendidikan. Informasi tersebut

harus didapat dari informasi yang benar dan dapat dipercaya. Tes

prestasi yang layak tentulah dapat diperoleh apabila penyusunanya

didasari oleh prinsip-prinsip pengukuran yang berlaku.

Gronlund (Azwar, 2011: 18), merumuskan beberapa prinsip

dasar dalam pengukuran prestasi sebagai berikut :

1) Tes prestasi harus mengukur hasil belajar yang telah dibatasi

secara jelas sesuai dengan tujuan istruksional.

Peningkatan Rasa Tanggung..., Zamkhoironi, FKIP, UMP, 2017

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pendidikan ...repository.ump.ac.id/1190/3/BAB II.pdf · 5) Mengembangkan lingkungan kehidupan sekolah sebagai lingkungan belajar yang aman,

19

2) Tes prestasi harus mengukur suatu sampel yang representatif dari

hasil belajar dan dari materi yang dicakup oleh program

instruksional atau pengajaran.

3) Tes prestasi harus berisi item-item dengan tipe yang paling cocok

guna mengukur hasil belajar yang diinginkan.

4) Tes prestasi harus dirancang sedemikian rupa agar sesuai dengan

tujuan penggunaan hasilnya.

5) Reliabilitas tes prestasi harus diusahakan setinggi mungkin dan

hasil ukurnya harus ditafsirkan dengan hati-hati.

6) Tes prestasi harus dapat digunakan untuk meningkatkan belajar

para anak didik.

Dari prinsip-prinsip dasar pengukuran tes yang telah dijelaskan

di atas, maka dapat disimpulkan bahwa sebuah tes harus sesuai

dengan apa yang akan diukur sehingga dapat memberikan informasi

yang benar. Dengan kata lain, sebuah tes adalah alat yang dipakai

untuk mengetahui ketercapaian keadaan yang diingankan. Sebuah tes

harus dibuat berdasarkan ketentuan-ketentuan atau prinsip tertentu

yang sesuai dengan perlakuan yang diberikan kepada objek sehingga

informasi yang dihasilkan dapat dipercaya.

3. Ilmu Pengetahun Alam

a. Pengertian IPA

IPA merupakan suatu cara mencari tahu tentang alam. Menurut

Trianto (2010: 135) IPA merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan atau

Peningkatan Rasa Tanggung..., Zamkhoironi, FKIP, UMP, 2017

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pendidikan ...repository.ump.ac.id/1190/3/BAB II.pdf · 5) Mengembangkan lingkungan kehidupan sekolah sebagai lingkungan belajar yang aman,

20

Sains yang semula berasal dari bahasa inggris science. Kata science

sendiri berasal dari bahasa latin scientia yang berarti saya tahu. Science

terdiri dari social sciences (ilmu pengetahuan sosial) dan nature science

(ilmu pengetahuan alam). Namun dalam perkembangannya science

sering diterjemahkan sebagai sains yang berarti IPA. IPA adalah suatu

kumpulan teori yang sistematis, penerapannya secara umum terbatas

pada gejala-gejala alam, lahir dan berkembang, melalui metode ilmiah

seperti observasi dan eksperimen serta menuntut sikap alamiah seperti

rasa ingin tahu, terbuka, jujur, dan segalanya.

Menurut Aly dan Rahma (2010:18), IPA adalah suatu

pengetahuan teoritis yang diperoleh/disusun dengan cara yang

khas/khusus, yaitu melakukan observasi eksperimentasi, penyimpulan,

penyusunan teori, eksperimentasi, observasi dan demikian seterusnya

kait-mengkait antara cara yang satu dengan cara yang lain.

Simpulan yang dapat diambil dari beberapa pendapat di atas

yaitu IPA merupakan suatu pengetahuan teoritis yang diperoleh secara

khusus yang mempelajari alam semesta beserta gejala-gejalanya dengan

menggunakan metode ilmiah.

b. Hakikat IPA

Donosepoetro (Trianto, 2010:137) mengemukakan bahwa

hakikat IPA dibangun atas dasar produk ilmiah, proses ilmiah, dan

sikap ilmiah. Selain itu, IPA dipandang juga sebagai proses, produk,

dan sebagai prosedur. Sebagai proses diartikan semua kegiatan ilmiah

Peningkatan Rasa Tanggung..., Zamkhoironi, FKIP, UMP, 2017

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pendidikan ...repository.ump.ac.id/1190/3/BAB II.pdf · 5) Mengembangkan lingkungan kehidupan sekolah sebagai lingkungan belajar yang aman,

21

untuk menyempurnakan pengetahuan tentang alam maupun untuk

menemukan pengetahuan baru. Sebagai produk diartikan sebagai hasil

proses, berupa pengetahuan yang diajarkan dalam sekolah atau diluar

sekolah ataupun bahan bacaan untuk penyebaran atau disiminasi

pengetahuan. Sebagai prosedur dimaksudkan sebagai metodologi atau

cara yang dipakai untuk mengetahui sesuatu (riset pada umumnya)

yang lazim disebut metode ilmiah.

IPA memiliki tiga bidang ilmu dasar. Menurut Trianto (2010:

136) secara umum IPA meliputi tiga bidang ilmu dasar, yaitu, fisika,dan

kimia. Fisika merupakan salah satu cabang dari IPA, dan merupakan

ilmu yang lahir dan berkembang lewat langkah-langkah observasi,

perumusan masalah, penyusunan hipotesis, pengujian hipotesis melalui

eksperimen, penarikan kesimpulan, serta penemuan teori dan konsep.

Secara khusus fungsi dan tujuan IPA berdasarkan kurikulum

berbasis kompetensi (Depdiknas, 2003: 2) adalah sebagai berikut:

1) Menanamkan keyakinan terhadap Tuhan YME,

2) Mengembangkan keterampilan, sikap, dan nilai ilmiah,

3) Mempersiapkan siswa menjadi warga negara yang sadar sains dan

teknologi,

4) Menguasai konsep sains untuk bekal hidup di masyarakat dan

melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.

Berdasarkan uraian tersebut maka dapat disimpulkan tujuan dari

pembelajaran IPA yaitu membentuk siswa untuk dapat

Peningkatan Rasa Tanggung..., Zamkhoironi, FKIP, UMP, 2017

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pendidikan ...repository.ump.ac.id/1190/3/BAB II.pdf · 5) Mengembangkan lingkungan kehidupan sekolah sebagai lingkungan belajar yang aman,

22

mengembangkan keterampilan proses ilmiahnya untuk menyelidiki

alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan,

mengembangkan kesadaran tentang peran dan pentingnya IPA dalam

kehidupan sehari-hari, serta menumbuhkan rasa tanggung jawab untuk

ikut serta dalam memelihara, menjaga, melestarikan lingkungan alam

dan menghargai berbagai macam bentuk ciptaan Tuhan di alam semesta

ini.

c. Hakikat Pembelajaran IPA

Secara umum IPA dipahami sebagai ilmu kealaman, yaitu ilmu

tentang dunia zat, baik mahluk hidup maupun benda mati yang diamati.

Secara umum IPA dipahami sebagai ilmu yang lahir dan berkembang

lewat langkah-langkah observasi, perumusan masalah, penyusunan

hipotesis, pengujian hipotesis melalui eksperimen, penarikan

kesimpulan, serta penemuan teori dan konsep. Trianto (2010: 141)

mengemukakan bahwa hakikat IPA adalah ilmu pengetahuan yang

mempelajari gejala-gejala melalui serangkaian proses yang dikenal

dengan proses ilmiah yang dibangun atas dasar sikap ilmiah dan

hasilnya terwujud sebagai produk ilmiah yang tersusun atas 3

komponen terpenting berupa konsep, prinsip, teori yang berlaku secara

universal.

Merujuk pada hakikat IPA sebagaimana dijelaskan di atas, maka

nilai-nilai IPA yang dapat ditanamkan dalam pembelajaran IPA antara

lain sebagai berikut:

Peningkatan Rasa Tanggung..., Zamkhoironi, FKIP, UMP, 2017

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pendidikan ...repository.ump.ac.id/1190/3/BAB II.pdf · 5) Mengembangkan lingkungan kehidupan sekolah sebagai lingkungan belajar yang aman,

23

a) Kecakapan bekerja dan berpikir secara teratur dan sistematis

menurut langkah-langkah metode ilmiah.

b) Keterampilan dan kecakapan dalam mengadakan pengamatan,

mempergunakan alat-alat eksperimen untuk memecahkan masalah.

c) Memiliki sikap ilmiah yang diperlukan dalam memecahkan masalah

baik dalam kaitannya dengan pelajaran sains maupun dalam

kehidupan

Sebagai alat pendidikan yang berguna untuk mencapai tujuan

pendidikan, maka pendidikan IPA di sekolah mempunyai tujuan-tujuan

tertentu, yaitu:

a) Memberikan pengetahuan kepada siswa tentang dunia tempat hidup

dan bagaimana bersikap

b) Menanamkan sikap hidup ilmiah

c) Memberikan keterampilan untuk melakukan pengamatan

d) Mendidik siswa untuk menangani, mengetahui cara kerja serta

menghargai para ilmuan penemunya.

e) Menggunakan dan menerapkan metode ilmiah dalam memecahkan

permasalahan. Tabel 2.2 berikut mendeskripsikan SK dan KD materi

IPA:

Peningkatan Rasa Tanggung..., Zamkhoironi, FKIP, UMP, 2017

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pendidikan ...repository.ump.ac.id/1190/3/BAB II.pdf · 5) Mengembangkan lingkungan kehidupan sekolah sebagai lingkungan belajar yang aman,

24

Tabel 2.2 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

7. Memahami perubahan yang

terjadi di alam dan

hubungannya dengan

penggunaan sumber daya

alam

7.4 Mendeskripsikan proses daur

air dan kegiatan manusia yang

dapat mempengaruhinya

7.5 Mendeskripsikan perlunya

penghematan air

d. Materi Daur Air

Air mempunyai peranan yang penting dalam kehidupan

makhluk hidup. Air termasuk dalam kebutuhan primer manusia.

Kegunaan air yaitu untuk minum, keperluan sehari-hari (mandi,

mencuci, memasak), alat pembersih, fasilitas olahraga, dan sebagainya.

1) Daur air

Tahapan-tahapan daur air:

a) Air yang terkena panas matahari akan menguap membentuk

uap air. Peristiwa penguapan ini disebut evaporasi.

b) Uap air naik ke udara membentuk awan.

c) Semakin ke atas, udara semakin dingin sehingga terjadi

kondensasi dan terbentuklah embun.

d) Embun berubah menjadi titik-titik air.

e) Titik-titik air yang jenuh akan jatuh ke bumi. Peristiwa inilah

yang disebut hujan. Sebagian air hujan meresap ke dalam

Peningkatan Rasa Tanggung..., Zamkhoironi, FKIP, UMP, 2017

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pendidikan ...repository.ump.ac.id/1190/3/BAB II.pdf · 5) Mengembangkan lingkungan kehidupan sekolah sebagai lingkungan belajar yang aman,

25

tanah. Sebagian lagi akan mengalir di permukaan tanah (laut,

sungai, danau, dan sebagainya)

2) Kegiatan manusia yang mempengaruhi proses daur air

Pertumbuhan populasi manusia yang semakin banyak,

mengakibatkan perlunya perluasan lahan. Salah satunya dengan

membuka lahan. Pembukaan lahan yang tidak terkendali dapat

mengakibatkan hutan gundul. Akibat hutan yang gundul akan

mengakibatkan bencana bagi manusia.

Perkembangan di kota juga sangat berpengaruh. Lahan-

lahan kosong daerah resapan air akan hilang. Pengaruh inilah yang

membuat danau dan sungai kering. Kekeringan sungai dan danau

dapat mempengaruhi penguapan air. kurangnya penguapan air

mempengaruhi curah hujan yang turun.

3) Penghematan air

Tindakan penghematan air yang dapat dilakukan sebagai berikut:

a) Gunakan air sepenuhnya, jangan berlebihan.

b) Matikan kran air selesai digunakan.

c) Menggunakan air bekas cucian sayuran untuk keperluan lain.

d) Mendukung gerakan menanam pohon.

e) Membuat tandon air hujan.

Peningkatan Rasa Tanggung..., Zamkhoironi, FKIP, UMP, 2017

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pendidikan ...repository.ump.ac.id/1190/3/BAB II.pdf · 5) Mengembangkan lingkungan kehidupan sekolah sebagai lingkungan belajar yang aman,

26

4. Model Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif muncul karena adanya perkembangan

dalam sistem pembelajaran yang ada. Menurut Sanjaya (Rusman, 2014:

203) model pembelajaran kooperatif adalah rangkaian kegiatan belajar

yang dilakukan oleh siswa dalam kelompok-kelompok tertentu untuk

mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan. Menurut Abdulhak

(Rusman, 2014: 203) pembelajaran kooperatif dilaksanakan melalui

sharing proses antara siswa, sehingga dapat mewujudkan pemahaman

bersama diantara siswa itu sendiri.

Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang

mengutamakan kerjasama diantara siswa untuk mencapai tujuan

pembelajaran. Karakteristik pembelajaran kooperatif adalah siswa bekerja

dalam kelompok kooperatif untuk menguasai materi akademis, anggota-

anggota dalam kelompok diatur terdiri dari siswa yang berkemampuan

rendah, sedang, dan tinggi, serta sistem penghargaan yang berorientasi

pada kelompok dari pada individu. Isjoni (2010: 20) menyebutkan

beberapa ciri dari pembelajaran kooperatif adalah setiap anggota memiliki

peran, terjadi hubungan interaksi langsung diantara siswa, setiap anggota

kelompok bertanggung jawab atas belajarnya dan juga teman

sekelompoknya, guru membantu mengembangkan keterampilan-

keterampilan interpersonal kelompok dan guru hanya berinteraksi dengan

kelompok saat diperlukan. Menurut Suprijono (2012: 65) sintak model

pembelajaran kooperatif terdiri dari 6 fase, yaitu:

Peningkatan Rasa Tanggung..., Zamkhoironi, FKIP, UMP, 2017

Page 20: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pendidikan ...repository.ump.ac.id/1190/3/BAB II.pdf · 5) Mengembangkan lingkungan kehidupan sekolah sebagai lingkungan belajar yang aman,

27

1) Fase 1, menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa

Guru menjelaskan tujuan yang ingin dicapai dan mempersiapkan

siswa agar siap dalam mengikuti proses pembelajaran. Hal ini penting

untuk dilakukan karena siswa harus memahami dengan jelas prosedur

dan aturan dalam pembelajaran.

2) Fase 2, menyajikan informasi

Guru menyampaikan materi kepada siswa. Fase ini guru harus

melakukannya dengan maksimal agar siswa dapat memahami materi

yang diajarkan.

3) Fase 3, mengorganisir siswa ke dalam tim-tim belajar

Guru membagi siswa ke dalam kelompok-kelompok, pada fase ini

guru harus menjelaskan bahwa siswa harus saling bekerja sama di

dalam kelompok.

4) Fase 4, membantu kerja tim dan belajar

Guru mendampingi kelompok-kelompok, mengingatkan tentang

tugas-tugas yang dikerjakan siswa dan waktu yang dialokasikan.

5) Fase 5, mengevaluasi

Guru melakukan evaluasi pembelajaran. Evaluasi dilakukan untuk

mengetahui tingkat pemahaman siswa pada materi yang diajarkan.

6) Fase 6, memberikan pengakuan atau penghargaan

Guru memberikan reward kepada siswa, reward diberikan sebagai

motivasi agar siswa lebih semangat dalam mengikuti proses

pembelajaran.

Peningkatan Rasa Tanggung..., Zamkhoironi, FKIP, UMP, 2017

Page 21: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pendidikan ...repository.ump.ac.id/1190/3/BAB II.pdf · 5) Mengembangkan lingkungan kehidupan sekolah sebagai lingkungan belajar yang aman,

28

Berdasarkan uraian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa

pembelajaran kooperatif yaitu pembelajaran yang lebih mengutamakan

kerjasama kelompok. Guru mengawali dengan menyampaikan tujuan,

menyajikan materi dan tugas guru selanjutnya hanya mendampingi agar

diskusi dapat berjalan dengan lancar. Akhir pembelajaran kooperatif

ditutup dengan kegiatan evaluasi, hal tersebut bertujuan untuk mengetahui

tingkat pemahaman siswa terhadap materi yang telah disampaikan oleh

guru.

5. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe The Power of Two

The Power of Two (kekuatan dua kepala) termasuk bagian dari

pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran kooperatif tipe the power of

two merupakan salah satu strategi belajar dalam kelompok kecil dengan

menumbuhkan kerjasama secara maksimal melalui kegiatan pembelajaran

dengan anggota dua orang. Model pembelajaran kooperatif tipe the power

of two ini dirancang untuk memaksimalkan belajar kolaboratif (bersama)

dan meminimalkan kesenjangan antara siswa yang satu dengan siswa yang

lain. Menurut Zaini (2008: 52) pembelajaran the power of two adalah

pembelajaran berkelompok yang digunakan untuk memperkuat arti

penting serta manfaat sinergi dua orang dimana berpikir berdua jauh lebih

baik dari pada berpikir sendiri.

Pembelajaran menggunakan model kooperatif tipe the power of two

ini menuntut siswa agar lebih aktif dalam proses belajar mengajar

Peningkatan Rasa Tanggung..., Zamkhoironi, FKIP, UMP, 2017

Page 22: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pendidikan ...repository.ump.ac.id/1190/3/BAB II.pdf · 5) Mengembangkan lingkungan kehidupan sekolah sebagai lingkungan belajar yang aman,

29

sehingga siswa tidak merasa bosan karena pembelajaran lebih menarik dan

menuntut partisipasi siswa terhadap materi pelajaran. Pembelajaran the

power of two bertujuan agar membiasakan siswa aktif baik secara individu

maupun kelompok dan membantu siswa agar dapat bekerjasama dengan

orang lain.

Menurut Zaini (2008: 52) langkah-langkah pembelajaran

kooperatif tipe The Power Of Two adalah sebagai berikut:

1) Fase 1, membuat problem. Dalam proses belajar, guru memberikan satu

atau lebih pertanyaan kepada siswa yang membutuhkan refleksi dalam

menentukan jawaban.

2) Fase 2, guru meminta siswa untuk merenung dan menjawab pertanyaan

secara individu.

3) Fase 3, guru membagi peserta didik berpasang-pasangan. Pasangan

kelompok ditentukan berdasarkan tempat duduk atau bisa diacak.

4) Fase 4, guru meminta pasangan untuk berdiskusi mencari jawaban baru.

Jawaban baru untuk masing-masing pertanyaan dengan memperbaiki

respon masing-masing individu.

5) Fase 5, guru meminta siswa untuk mendiskusikan hasil sharingnya.

Semua pasangan membandingkan jawaban dari masing-masing

pasangan ke pasangan yang lain.

Pembelajaran The Power Of Two memiliki beberapa keunggulan

antara lain pertama, siswa tidak terlalu menggantungkan guru, akan tetapi

dapat menambah kepercayaan diri siswa dalam berpikir, menemukan

Peningkatan Rasa Tanggung..., Zamkhoironi, FKIP, UMP, 2017

Page 23: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pendidikan ...repository.ump.ac.id/1190/3/BAB II.pdf · 5) Mengembangkan lingkungan kehidupan sekolah sebagai lingkungan belajar yang aman,

30

informasi dan belajar dari siswa lain. Kedua, mengembangkan

kemampuan dalam mengungkapkan ide atau gagasan kemudian

membandingkannya dengan orang lain. Ketiga, membantu siswa untuk

dapat bekerjasama dengan orang lain. Keempat, membantu siswa untuk

lebih bertanggungjawab dalam melaksanakan tugasnya. Kelima,

meningkatkan motivasi dan rangsangan untuk berpikir. Keenam,

meningkatkan prestasi akademik serta kemampuan sosialnya.

6. Implementasi Pembelajaran Kooperatif Tipe The Power Of Two pada

Materi Daur Air untuk Meningkatkan Rasa Tanggung Jawab dan

Prestasi Belajar

Pembelajaran kooperatif tipe The Power Of Two merupakan

sebuah model pembelajaran yang mengutamakan kerjasama kelompok.

Pembelajaran ini mempunyai langkah-langkah atau prosedur yang harus

dilakukan guru dalam proses pembelajaran, yaitu sebagai berikut:

1) Langkah pertama

Langkah pertama yang dilakukan guru adalah memberikan satu atau

lebih pertanyaan tentang materi daur air. Guru memberikan

pertanyaan “mengapa kincir air dapat memberikan manfaat bagi

manusia?”

2) Langkah kedua

Langkah kedua guru meminta siswa untuk menjawab pertanyaan

secara individu. Siswa dilarang saling bekerjasama. Hal tersebut

Peningkatan Rasa Tanggung..., Zamkhoironi, FKIP, UMP, 2017

Page 24: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pendidikan ...repository.ump.ac.id/1190/3/BAB II.pdf · 5) Mengembangkan lingkungan kehidupan sekolah sebagai lingkungan belajar yang aman,

31

bertujuan agar siswa menjawab jawaban dengan pemikirannya sendiri

dan untuk mengetahui bagaimana rasa tanggung jawab siswa terhadap

dirinya sendiri. Rasa tanggung jawab siswa dapat diketahui dengan

melihat siswa ketika mengerjakan soal individu, apakah benar-benar

mengerjakan sendiri atau melihat jawaban dari temannya.

3) Langkah ketiga

Guru membagi siswa berpasang-pasangan. pembagian kelompok

dilakukan setelah semua siswa menyelesaikan tugas individunya.

Setiap kelompok diminta untuk saling mengutarakan jawaban masing-

masing.

4) Langkah keempat

Guru meminta pasangan untuk berdiskusi mencari jawaban dari soal

yang diberikan guru tentang materi daur air. Setiap pasangan harus

saling menjelaskan jawaban masing-masing kemudian menyusun

jawaban baru yang disepakati bersama. Setiap siswa harus mempunyai

rasa tanggung jawab terhadap kelompoknya yaitu dengan cara aktif

dalam berdiskusi.

5) Langkah kelima

Guru meminta siswa untuk mendiskusikan hasil sharingnya. Dalam

proses pembelajaran siswa diajak berdiskusi secara klasikal untuk

membahas masalah yang belum jelas atau yang kurang dimengerti.

Semua pasangan membandingkan jawaban dari masing-masing

pasangan ke pasangan yang lain. Untuk mengakhiri pembelajaran

Peningkatan Rasa Tanggung..., Zamkhoironi, FKIP, UMP, 2017

Page 25: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pendidikan ...repository.ump.ac.id/1190/3/BAB II.pdf · 5) Mengembangkan lingkungan kehidupan sekolah sebagai lingkungan belajar yang aman,

32

guru bersama-sama dengan siswa menyimpulkan materi

pembelajaran.

Berdasarkan penjabaran di atas, maka dapat disimpulkan bahwa

implementasi pembelajaran kooperatif The Power Of Two pada materi

daur air di sekolah dasar dapat dilakukan dalam beberapa langkah.

Langkah-langkah tersebut harus dilakukan secara maksimal agar dapat

tercapainya tujuan pembelajaran yang diinginkan. Pembelajaran kooperatif

The Power Of Two lebih menekankan pada aktivitas yang dilakukan secara

berpasangan dan lebih mengutamakan kerjasama tim dalam menyelesaikan

masalah. Adanya kerjasama tim dalam pembelajaran The Power Of Two

diharapkan dapat meningkatkan rasa tanggung jawab siswa dalam

mengikuti proses pembelajaran. Pembelajaran kooperatif tipe The Power

Of Two memungkinkan siswa bisa lebih memahami materi yang

disampaikan oleh guru, hal itu karena pada pembelajaran ini siswa saling

berdiskusi, bertukar informasi, dan merumuskan jawaban baru berdasarkan

hasil diskusi yang telah disepakati bersama dengan teman sekolompoknya.

B. Penelitian yang Relevan

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Ali, J. dkk (2012) dalam

Jurnal Pendidikan Matematika dengan judul “Strategi Pembelajaran Aktif The

Power Of Two dan Kemampuan Komunikasi Matematika” dalam

kesimpulannya menyatakan bahwa model pembelajaran aktif The Power Of

Peningkatan Rasa Tanggung..., Zamkhoironi, FKIP, UMP, 2017

Page 26: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pendidikan ...repository.ump.ac.id/1190/3/BAB II.pdf · 5) Mengembangkan lingkungan kehidupan sekolah sebagai lingkungan belajar yang aman,

33

Two dapat meningkatkan kemampuan komunikasi matematika siswa dari

pada yang hanya menggunakan metode pembelajaran konvensional.

Selain itu, berdasarkan penelitian yang dilakukan Aryawan, I. P. E.,

dkk (2014) tentang “Pengaruh Strategi Pembelajaran The Power Of Two

Berbantuan Media Belajar Manipulatif Terhadap Hasil Belajar Matematika”

menyatakan bahwa hasil belajar matematika kelompok siswa yang mengikuti

pembelajaran The Power Of Two berbantuan media belajar manipulatif

tergolong pada kriteria tinggi. Hal tersebut dapat dilihat dari data hasil post

test siswa, yang menunjukkan skor rata-rata hasil belajar matematika siswa

tergolong tinggi.

Berdasarkan hasil penelitian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa

penggunaan model pembelajaran The Power Of Two dapat meningkatkan

hasil pembelajaran dibandingkan dengan pembelajaran konvensional. Hal itu

karena pembelajaran The Power Of Two dirancang untuk membuat siswa

aktif dan berpikir kritis sehingga memungkinkan siswa memahami dengan

baik materi yang diberikan guru.

Hasil dari penelitian di atas menjadi salah satu referensi dan dasar

bagi peneliti untuk melakukan penelitian dengan menggunakan model

pembelajaran The Power Of Two dalam PTK ini.

C. Kerangka Pikir

Penggunaan model pembelajaran model kooperatif tipe the power of

two memungkinkan siswa lebih mudah memahami materi ajar yang akan

Peningkatan Rasa Tanggung..., Zamkhoironi, FKIP, UMP, 2017

Page 27: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pendidikan ...repository.ump.ac.id/1190/3/BAB II.pdf · 5) Mengembangkan lingkungan kehidupan sekolah sebagai lingkungan belajar yang aman,

34

disampaikan. Model pembelajaran the power of two merupakan salah satu

model yang dianggap cocok untuk diterapkan pada siswa SD kelas tinggi.

Model pembelajaran ini dimulai dengan guru memberikan motivasi,

menyampaikan informasi atau materi pembelajaran, memberikan masalah

untuk perenungan (refleksi) dan pemikiran. Kemudian siswa menyelesaikan

secara individu, setelah itu siswa membentuk pasangan dan mendiskusikan

jawaban dari pertanyaan yang diberikan guru. Pembelajaran kooperatif tipe

the power of two menekankan pada kesadaran siswa untuk belajar berpikir,

memecahkan masalah IPA, dengan kata lain dalam pembelajaran the power

of two siswa saling tolong menolong dan bekerjasama untuk memecahkan

masalah yang dihadapi. Berdasarkan proses pembelajaran tersebut diharapkan

akan meningkatkan rasa tanggung jawab dan prestasi belajar siswa.

Gambar 2.1 Skema Kerangka Pikir

Kondisi akhir: meningkatkan rasa tangggung jawab dan prestasi

belajar siswa pada mata pelajaran IPA

Kondisi awal: tanggung jawab dan

prestasi belajar rendah pada mata

pelajaran IPA

Tindakan

Siklus 1: Guru menerapkan model

pembelajaran the power of two

Siklus 2: Guru menerapkan model

pembelajaran the power of two

Peningkatan Rasa Tanggung..., Zamkhoironi, FKIP, UMP, 2017

Page 28: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pendidikan ...repository.ump.ac.id/1190/3/BAB II.pdf · 5) Mengembangkan lingkungan kehidupan sekolah sebagai lingkungan belajar yang aman,

35

D. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan dasar teori, hasil penelitian yang relevan, dan kerangka

berpikir, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut :

1. Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe The Power Of Two di

kelas V A SD Negeri Pangebatan dapat meningkatkan rasa tanggung jawab

siswa.

2. Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe The Power Of Two di

kelas V A SD Negeri Pangebatan dapat meningkatkan prestasi belajar IPA

siswa.

Peningkatan Rasa Tanggung..., Zamkhoironi, FKIP, UMP, 2017