Post on 02-Nov-2020
9
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Geometri
2.1.1 Pengertian Geometri
Dari sudut pandang psikologi, geometri berupa pengalaman visual
dan spasial, misalnya bidang, pola, pengukuran dan pemetaan.
Sedangkan dari sudut pandang matematik, geometri menyediakan
pendekatan-pendekatan untuk pemecahan masalah, misalnya gambar-
gambar, diagram, sistem koordinat, vektor, dan transformasi (Burger
dan Shaughnessy dalam Widiyanto dan Rofiah, 2012)
Geometri menurut Clements (dalam Nidho, 2013) membangun
konsep dimulai dengan mengidentifikasi bentuk-bentuk dan menyelidiki
bangunan dan memisahkan gambar-gambar seperti segi empat,
lingkaran, segitiga. Ismiyani (dalam Faudiyah Nidho, 2013)
Menyatakan bahwa geometri adalah pemahaman konsep berbagai
bentuk geometri bangun datar dan bangun ruang. Mengenal nama dan
ciri-ciri berbagai bentuk geometri itu serta mencari bentuk-bentuk yang
sama dengan masing-masing bentuk tersebut dalam dunia nyata.
Pembelajaran secara kongkrit benda-benda yang dikenalkannya
memudahkan untuk anak lebih cepat memahami dari perbedaan bentuk,
ciri-ciri dan sifat dari suatu benda.
Geometri merupakan salah satu cabang ilmu matematika yang
sangat terkait dengan bentuk, ukuran, dan pemposisian. Menurut Juwita,
10
(2010: 266) Geometri adalah studi hubungan ruang. Pembelajaran anak
usia dini termasuk pendalaman benda-benda serta hubungan-
hubungannya, sekaligus pengakuan bentuk dan pola. Anak mampu
mengenali, mengelompokkan, dan menyebutkan nama-nama bentuk
bangun, baik bangun datar ataupun bangun ruang yang bermacam-
macam ukuran dan bentuknya. Geometri adalah membangun konsep
dimulai dengan mengidentifikasi bentuk-bentuk dan menyelidiki
bangunan dan memisahkan gambar-gambar seperti segi empat,
lingkaran, segitiga.
Dari beberapa pendapat yang dinyatakan diatas, maka dapat
disimpulkan bahwa, geometri adalah pendekatan untuk memecahkan
suatu masalah dalam mengenali bentuk benda-benda, membandingkan,
membedakan, dan juga membedakan kesamaan dan perbedaan bentuk
suatu benda yang ada disekitar.
2.1.2 Pengenalan Geometri
Gardner (dalam Triharso, 2013: 62), menjelaskan bahwa
pengenalan bentuk geometri yang baik, selain dapat meningkatkan
kemampuan kognitifnya, anak dapat memahami lingkungannya. Selain
itu anak mampu berpikir matematis logis dan dapat memahami konsep
sederhana dalam kehidupan sehari-hari, seperti ketika anak melihat koin
uang logam anak akan tahu kalau bentuknya lingkaran (bulat), buku
bentuknya seperti segi empat, atap rumah bentuknya segitiga dan
11
sebagainya. Dengan kemampuan berpikir matematis logis yang terasah
dan terarah anak akan dapat berpikir secara logis dan rasional.
2.1.2.1 Pengertian Kemampuan Mengenal Bentuk Geometri Anak Usia
Dini
Lestari, (2011: 4), menjelaskan bahwa mengenal bentuk geometri pada
anak usia dini adalah kemampuan anak mengenal, menunjuk,
menyebutkan serta mengumpulkan benda-benda di sekitar berdasarkan
bentuk geometri. Pendapat lain yang diungkapkan oleh Triharso (2013:
50), menyatakan bahwa dalam membangun konsep geometri pada anak
dimulai dari mengidentifikasi bentuk-bentuk, menyelidiki bangunan dan
memisahkan gambar - gambar biasa seperti, segi empat, lingkaran, dan
segitiga. Belajar konsep letak, seperti di bawah, di atas, kiri, kanan,
meletakkan dasar awal memahami geometri. Tarigan (2006:32),
menjelaskan bahwa belajar geometri adalah berpikir matematis, yaitu
meletakkan struktur hirarki dari konsep-konsep lebih tinggi yang
terbentuk berdasarkan apa yang telah terbentuk sebelumnya,
sehinggadalam belajar geometri seseorang harus mampu menciptakan
kembali semua konsep yang ada dalam pikirannya. Mengenalkan
berbagai macam bentuk.
2.1.2.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kemampuan Mengenal
Bentuk Geometri
Jamaris (2006: 44), menjelaskan bahwa kemampuan dasar matematika
pada anak TK berada pada fase praoperasional yang diwarnai oleh
12
perkembangan kemampuan berpikir secara simbolis. Kemampuan dasar
geometri dikembangkan melalui pengenalan anak terhadap kemampuan
spasialnya, yaitu kemampuan yang berkaitan dengan bentuk benda dan
tempat di mana benda tersebut berada, dan kemampuan berpikirnya
adalah berpikir secara simbolis. Hal ini dapat dilihat dari kemampuan
anak untuk dapat membayangkan benda-benda yang ada di sekitarnya.
Pembelajaran melalui kegiatan bermain untuk mengenal bentuk
geometri dapat membantu anak untuk memahami, menggambarkan, dan
mendeskripsikan benda-benda yang ada di sekitarnya. Selain itu
dipengaruhi oleh kemampuan berpikir intuitif yaitu kemampuan untuk
menciptakan sesuatu, seperti menggambar atau menyusun sesuatu.
Keterkaitan faktor yang mempengaruhi kemampuan mengenal bentuk
geometri tidak lepas dari faktor yang mempengaruhi perkembangan
kognitif pada anak. Kemampuan berpikir secara simbolis dan
kemampuan spasial dipengaruhin oleh faktor hereditas/keturunan, faktor
lingkungan (psikososial), faktor asupan gizi, dan faktor pembentukan
(Izzaty, dkk (2008: 8)). Dari pemaparan di atas dapat disimpulkan
bahwa faktor yang mempengaruhi kemampuan mengenal bentuk
geometri pada anak TK adalah cara berpikir simbolis, intuitif serta
kemampuan spasialnya untuk dapat mengetahui, memahami, dan
menerapkan konsep bentuk geometri dalam kehidupan sehari-hari.
13
2.1.3 Perkembangan Mengenal Bentuk Geometri Pada AUD
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (permendikbud 146
tahun 2014) tentang Standar Pendidikan Anak Usia Dini, perkembangan
geometri anak usia dini mencakup indikator-indikator sebagai berikut:
Tingkat Pencapaian Perkembangan
Lingkup
Perkembangan
Tingkat Pencapaian Perkembangan
Usia 5- ≤ 6 tahun
Konsep
bentuk,
warna, ukuran
danpola
1. Mengenal perbedaan berdasarkan ukuran: “lebih dari”;
“kurang dari”; dan “paling/terendah”.
2. Mengklasifikasikan benda berdasarkan warna, bentuk,
dan ukuran (3 variasi)
3. Mengklasifikasikan benda yang lebih banyak ke dalam
kelompok yang sama atau kelompok yang sejenis, atau
kelompok berpasangan yang lebih dari 3 variasi.
4. Mengurutkan benda berdasarkan ukuran dari paling
kecil ke paling besar atau sebaliknya
2.2 Permainan
2.2.1 Pengertian Permainan
Menurut Piaget (dalam Mutiah, 2010) permainan sebagai suatu
media yang meningkatkan perkembangan kognitif anak-anak. Menurut
Freud dan Erikson (Mutiah, 2010) bentuk penyesuaian diri manusia
yang sangat berguna dan menolong anak untuk menguasai kecemasan
14
dan konflik disebut permainan.Menurut Vygotsky (Mutiah, 2010)
permainan adalah suatu setting yang sangat bagus bagi perkembangan
kognitif khususnya pada aspek-aspek simbolis dan khayalan suatu
permainan.
Dari berbagai pengertian di atas, peneliti menyimpulkan bahwa
permainan adalah kegiatan yangmenyenangkan sebagai sarana untuk
bersosialisasi dengan ingkungan sosial dan sebagai sarana dalam
meningkatkan kemampuan anak.
2.2.2 Jenis-jenis Permainan
Menurut Sumaroka dan Bornstein (2008) jenis-jenis permainan
antara lain(dalam Santrock, 2012):
1) Permainan sensorimotor (sensorimotor play)
Yaitu perilaku yang dilakukan bayi untuk memperoleh kesenangan
melalui skema-skemasensorimotornya.
2) Permainan praktis (practice play)
Yaitu kegiatan bermain yang melibatkan pengulangan perilaku yang
terjadi ketika sejumlah ketrampilan baru sedang dipelajari, atau ketika
anak dituntut untuk memiliki penguasan fisik ataupun mental dan
mengoordinasi ketrampilannya yang diperlukan untuk games atau
olahraga.
3) Permainan pura-pura/simbolik (pretense/symbolic play)
Terjadi ketika seorang anak mulai mengubah lingkungan fisik
menjadi sebuah simbol. Mereka belajar mengubah objek menganggap
15
objek itu sebagai pengganti objek lain, serta memperlakukan objek itu
seolah-olah objek lainnya itu.
4) Permainan sosial (social play)
Yaitu kegiatan bermain yang melibatkan interaksi sosial dengan
kawan-kawan sebaya.
5) Permainan kontruktif (constructive play)
Yaitu kegiatan bermain yang mengkombinasikan aktivitas
sensorimotor dengan aktivitas repetitive yang disertai dengan
representasi ide-ide simbolik.
6) Games (games)
Yaitu aktivitas yang digunakan untuk memperoleh kesenangan dan
memiliki aturan-aturan dan bersifat kompetitif.
Dari berbagai penjelasan di atas, peneliti menggunakan jenis
permainan symbolic guna meningkatkan pemahaman anak terhadap
pengenalan bentuk geometri.
2.2.3 Fungsi Permainan
Permainan memiliki peran penting dalam perkembangan anak pada
hampir semua bidang perkembangan, bidang perkembangan anak antara
lain (Suryanto, 2005):
1) Kemampuan Motorik
Melalui permainan anak belajar mengontrol gerakannya menjadi
gerakan terkoordinasi. Saat bermain anak berlatih menyesuaikan antara
pikiran dan gerakan menjadi suatu keseimbangan.
16
2) Kemampuan Kognitif
Permainan sangat penting dalam mengembangkan kemampuan berpikir
logis, imajiantif, dan kreatif. Saat bermain pikiran anak terbebas dari
situasi kehidupan nyata yang menghambat anak berpikir abstrak.
3) Kemampuan Afektif
Permainan akan melatih anak menyadari adanya aturan dan pentingnya
mematuhi aturan. Hal itu merupakan tahap awal dari perkembangan
moral.
4) Kemampuan Bahasa
Ketika anak melakukan permainan dengan temannya mereka juga saling
berkomunikasi dengan menggunakan bahasa anak, dan itu berarti secara
tidak langsung anak belajar bahasa.
5) Kemampuan Sosial
Saat bermain anak berinteraksi dengan anak yang lain, dan interaksi
tersebutmengajarkan anak cara merespon, memberi, menerima, menolak
atau setuju dengan ide dan perilaku anak lain.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa permainan memiliki
arti penting bagi tumbuh kembang anak karena pengalaman bermain
yang menyenangkan dengan benda, anak lain, dan dukungan orang
dewasa membantu anak-anak berkembang secara optimal.
2.2.4 Tahapan Permainan Lempar Dadu Geometri
Ada pun cara permainan lempar dadu geometri menurut Nurbayani
(2011) :
17
1. Memperkenalkan kepada anak alat permainan yang dipakai yaitu dadu.
2. Menjelaskan kepada anak, bahwa dadu mempunyai enam sisi yang
bertempelkan bentuk geometri yang berbeda – beda warnanya.
3. Dadu dikelompokkan menjadi dua yaitu kelompok satu adalah
kelompok dadu yang warnanya sama dan kelompok dua dadu dengan
bentuk – bentuk geometri yang warnanya berbeda – beda .
4. Anak mengambil dadu dan melempar dadu.
5. Anak mengamati dan menyebutkan bentuk atau warna apa yang muncul
yang berada posisi atas.
6. Permainan ini dilakukan berulang – ulang secara bergantian.
Prosedur mengenalkan bentuk-bentuk geometri melalui
permainan dadu geometri dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Guru memposisikan semua anak dengan posisi sejajar.
2. Guru membagi wilayah petak lantai untuk masing-masing benda
geometri yang teracak
3. Guru mengajak anak untuk melakukan permainan dadu geometri.
4. Setiap anak yang berhasil melakukan sesuai perintah dengan benar,
maka akan diberi sticker reward sebagai penguatan atau motivasi.
2.3 Penelitian Yang Relevan
Penelitian yang relevan merupakan penelitian terdahulu yang
telah dilakukan sebelum penelitian ini. Ada pun penelitian terdahulu
yang telah dilakukan adalah:
18
1) Nursanti (2014) “Upaya Meningkatkan Kreativitas Anak Melalui
Bermain Mencipta Bidang Dari Kepingan Geometri Pada Kelompok B
Tk IT Permata Bunda Mranggen Demak Tahun Ajaran 2014/2015”,
hasilnya menunjukan bahwa ada pengaruh kepingan geometri terhadap
kreativitas anak. Dari penelitian tindakan kelas dari pra siklus (kondisi
awal) 38%. setelah dilakukan perbaikan pada siklus I sebesar 75 %
terdapat kenaikan dari pra siklus ke siklus I sebesar 37% atau kurang
dari kriteria pencapaian 80% indikator keberhasilan, maka dilanjutkan
pada siklus II sebesar dan siklus II 81,25 % lebih dari kriteria
pencapaian 80% indikator keberhasilan, sehingga siklus II terdapat
menaikan dari siklus I sebesar 6,25%.Persamaan penelitian ini dengan
penelitian yang relevan adalah dengan kepingan geometri.
2) Rustiyanti (2014) dengan penelitiannya yang berjudul “Peningkatan
Kemampuan Mengenal Bentuk Geometri Melalui
Permainan Dakon Geometri Pada Anak Kelompok A Di Tk Arum
Puspita Triharjo Pandak Bantul”, hasilnya menunjukan bahwa ada
peningkatan kemampuan anak mengenal bentuk geometri dari kondisi
awal ke siklus I-II. Kondisi awal kemampuan anak mengenal bilangan
siklus I 61,11%, siklus II 86,66%. Persamaan penelitian ini dengan
penelitian yang relevan adalah pada sasarannnya yaitu pengenalan
bentuk geometri melalui permainan dakon untuk anak TK.
19
3) Fuadiyah (2013) dengan penelitiannya yang berjudul “ Upaya
Meningkatkan Pengenalan Geometri Dengan Permainan Puzzle
Bervariasi Pada Kelompok B TK Al-Hikmah Randudongkal-Pemalang
Tahun Ajaran 2012/2013”, hasilnya menunjukan bahwa ada
peningkatan kemampuan anak mengenal bentuk geometri dari kondisi
awal ke siklus I-II. Kondisi awal kemampuan anak mengenal bilangan
siklus I 62%, siklus II 82%. Persamaan penelitian ini dengan penelitian
yang relevan adalah pada sasarannnya yaitu pengenalan bentuk geometri
melalui permainan puzzle.
2.4 Kerangka Berpikir
Ada pun skema alur kerangka pemikiran dalam penelitian ini
adalah:
Gambar 2.1
Awalnya tingkat kemampuan anak masih rendah dalam
pengenalan bentuk geometri dan mengakibatkan hasil belajar anak
menjadi rendah, kemudian diadakan perbaikan dengan PTK yaitu
Kondisi Awal 1. Kemampuan pemahaman bentuk geometri
masih rendah
2. Hasil belajar rendah
1. Kemampuan pemahaman bentuk geometri
sudah meningkat, namun belum optimal 2. Hasil belajar meningkat namun belum
optimal
1. Kemampuan pemahaman bentuk geometri sudah optimal
2. Hasil belajar optimal
Dilakukan perbaikan dengan
PTK
Kondisi Akhir
20
penerapan permainan dadu geometri pada pengenalan bentuk geometri.
Setelah diadakan perbaikan dengan PTK, maka terjadi peningkatan
dalam pemahaman pengenalan bentk geometri sehingga hasil belajar
menjadi optimal.
2.5 Hipotesis
Berdasarkan uraian pada landasan teori dan kerangka berpikir, maka
disusun hipotesis yaitu penerapan permainan dadu geometri dapat
meningkatkan kemampuan anak dalam pengenalan bentuk geometri di
RA Mluweh Ungaran Timur Semester II Tahun Pelajaran 2015/2016.