Post on 14-Mar-2019
16
BAB II
JENIS-JENIS TINDAK TUTUR YANG
DIGUNAKAN AHOK
2.1 Pengantar
Bab ini membahas jenis tindak tutur yang digunakan Ahok saat
berkomunikasi, khususnya perilaku berbahasa Ahok yang ada di youtube dengan
topik permasalahan APBD dengan DPRD DKI Jakarta. Teori yang digunakan dalam
menganalisis permasalahan tersebut adalah teori yang dikemukakan oleh Searle
(dalam Geoffrey Leech, 1993: 164—165) mengklasifikasikan tindakan ilokusi
didasarkan pada berbagai kriteria yaitu sebagai berikut. (1) asertif (assertives): pada
ilokusi ini terikat pada kebenaran proposisi yang diungkapkan, misalnya menyatakan,
mengusulkan, membual, mengeluh, mengemukakan pendapat, melaporkan. Dari segi
sopan santun ilokusi ini cenderung netral, yakni, mereka termasuk kategori bekerja
sama. Tetapi ada beberapa perkecualian: misalnya membual biasanya dianggap tidak
sopan. Dari segi semantik ilokusi asertif bersifat proposisional. (2) direktif
(directives): ilokusi ini bertujuan menghasilkan suatu efek berupa tindakan yang
dilakukan oleh petutur; ilokusi ini, misalnya, memesan, memerintah, memohon,
menuntut, memberi nasihat. Jenis ilokusi ini sering dapat dimasukkan ke dalam
kategori kompetitif karena itu mencakup juga kategori-kategori ilokusi yang
membutuhkan sopan santun negatif. Namun di pihak lain terdapat juga beberapa
ilokusi direktif (seperti, mengundang) yang secara intrinsik memang sopan. (3)
17
komisif (commissives): pada ilokusi ini terikat pada suatu tindakan di masa depan,
misalnya, menjanjikan menawarkan, berkaul. Jenis ilokusi ini cenderung berfungsi
menyenangkan dan kurang bersifat kompetitif, karena tidak mengacu pada
kepentingan penutur tapi pada kepentingan petutur. (4) ekspresif (expressives): fungsi
ilokusi ini ialah mengungkapkan atau mengutarakan sikap psikologis penutur
terhadap keadaan yang tersirat dalam ilokusi, misalnya mengucapkan terima kasih,
mengucapkan selamat, memberi maaf, mengecam, memuji, mengucapkan
belasungkawa. Sebagaimana juga dengan ilokusi komisif, ilokusi ekspresif cenderung
menyenangkan, karena itu secara instrinsik ilokusi ini sopan, kecuali ilokusi-ilokusi
ekpresif seperti mengecam dan menuduh. (5) deklarasi (declarations): berhasilnya
pelaksanaan ilokusi ini akan mengakibatkan adanya kesesuaian an4ara isi proposisi
dengan realitas, misalnya, mengundurkan diri, membabtis, memecat, memberi nama,
menjatuhkan hukuman, mengucilkan/membuang, mengangkat. Searle mengatakan
bahwa tindakan-tindakan ini merupakan kategori tindak ujar yang sangat khusus.
2.2 Tindak Tutur Asertif
Tindak tutur asertif, yaitu bentuk tutur yang mengikat penutur pada kebenaran
proposisi yang diungkapkan, misalnya menyatakan (stating), menyarankan
(suggesting), mengeluh (complaining), mengklaim (claiming), membual (boasting).
Data yang telah diklasifikasikan berdasarkan jenis tindak tutur, maka tindak tutur
18
asertif yang digunakan Ahok selama bertutur sebanyak 27 tuturan, dan untuk lebih
jelasnya perhatikan beberapa kutipan data di bawah ini.
Tuturan: Sayangnya anggota DPRD itu mengira ga ada Gubernur yang
berani, berani melawan seluruh parpol, berani seluruh
Indonesia, saya siap.
Konteks: Tuturan Ahok saat diwawancarai dalam acara Metro siang
dengan judul “Ahok bongkar triliunan dana siluman APBD
DKI Jakarta”.
Tuturan di atas termasuk tindak tutur ilokusi asertif, karena pada tuturan di
atas Ahok (penutur) terikat atas kebenaran apa yang telah dituturkannya sehingga dia
harus bertanggung jawab atas tuturan tersebut, yaitu jika seluruh parpol dan seluruh
Indonesia melakukan perlawanan terhadap seluruh kebijakan yang dibuat oleh
penutur maka penutur harus siap untuk menghadapi mitra tutur tersebut yaitu
melawan seluruh Indonesia dengan bukti tuturan “melawan seluruh Indonesia, saya
siap”, dan tuturan di atas juga termasuk tuturan yang mengandung makna
menyatakan (stating) pendapat penutur tentang mitra tutur atau penilaian penutur
terhadap mitra tutur dengan bukti tuturan “DPRD itu mengira ga ada gubernur yang
berani”. Tuturan tersebut mengandung maksud bahwa mitra tutur (DPRD)
beranggapan tidak mungkin seorang gubernur (penutur) berani ribut melawan orang
yang sama-sama memiliki jabatan penting di DKI Jakarta. Dengan adanya tuturan
seperti ini, penutur menginginkan mitra tutur melakukan atau mengetahui sesuatu
tentang penutur, yaitu penutur berani melawan mitra tutur walaupun kedua belah
pihak memiliki kedudukan sama penting dalam pemerintahan, bahkan penutur
19
mengaitkan pihak ketiga (seluruh Indonesia) dalam mempertahankan kedudukan dan
citra diri penutur. Berdasarkan konteks tuturan, penutur dan mitra tutur sama-sama
memiliki status yang sama sehingga tuturan tersebut dapat dikatakan sebagai tuturan
yang dapat menjadi sebuah ancaman terhadap mitra tutur. Tuturan sejenis dapat
dilihat di bawah ini.
Tuturan: Kalau saya disumpah jadi gubernur tidak mengamankan duit
untuk rakyat untuk apa saya jadi gubernur?
Konteks: Tuturan Ahok saat diwawancarai oleh Aviani Malik di kantor
kerja Ahok di Balai kota, dengan judul “Akhir Drama APBD
DKI Jakarta”.
Tuturan di atas juga termasuk tuturan asertif karena pada tuturan di atas Ahok
(penutur) terikat atas kebenaran yang telah dituturkannya sehingga dia harus
bertanggung jawab atas apa yang telah dituturkannya yaitu selama penutur berstatus
sebagai gubernur maka penutur harus membuktikan kebenaran tuturannya yaitu
mengamankan uang rakyat Indonesia tetapi tuturan di atas memiliki makna sebagai
tuturan bersifat bualan (boasting) yang digunakan penutur dalam mempertahankan
harga diri dan kedudukannya. Keinganan penutur dilihat dari isi tuturan yaitu “Kalau
saya disumpah jadi gubernur tidak mengamankan duit untuk rakyat untuk apa saya
jadi gubernur?”. Kenyataan dari tuturan tersebut belum dapat dipastikan
kebenarannya karena dalam kenyataannya penutur belum melaksanakan atau
menunjukkan kebenaran dari tuturan tersebut. Penutur dalam tuturan tersebut
menginginkan mitra tutur (DPRD) untuk melakukan atau mengetahui sesuatu terkait
20
tuturan tersebut. Berdasarkan konteks maka tuturan tersebut menjadi sebuah ancaman
untuk mitra tutur dan sebuah janji penutur untuk pihak ketiga (masyarakat).
Tuturan: Gila beli UPS kok 5,2 Miliar di sekolah? Jenis UPS apa itu?
Konteks: Tuturan Ahok saat sedang memimpin rapat dengan tim kerjanya
dengan judul “Basuki TP (Ahok) Beberkan Permainan Anggaran
Siluman APBD DKI Jakarta”.
Tuturan di atas merupakan tuturan ilokusi asertif, karena merupakan tuturan
yang mengandung makna ketidakpercayaan penutur terhadap yang dilakukan mitra
tutur (DPRD), penutur mengklaim (claiming) tindakan mitra tutur tersebut dengan
bukti tuturan “gila beli UPS kok 5,2 miliar di sekolah? Jenis UPS apa itu?”. Penutur
tidak percaya dengan harga sedemikian hanya untuk membeli UPS sekolah yang ada
di Jakarta. Penutur mengklaim karena harga UPS tidak sebanding dengan keadaan
bangunan sekolah di Jakarta yang pada umumnya masih banyak yang rusak, dan
harga tersebut tidak layak hanya untuk membeli UPS. Dengan tuturan tersebut maka
penutur (Ahok) terikat atas kebenaran apa yang telah dituturkan atau harus bisa
membuktikan bahwa yang dilakukan mitra tutur adalah kurang tepat, untuk membeli
UPS tidak semahal yang dituturkan mitra tutur. Berdasarkan konteksnya, tuturan
tersebut ditujukan untuk mitra tutur (DPRD) maka tuturan tersebut merupakan sebuah
tuturan yang merendahkan kedudukan mitra tutur.
Tuturan: Jadi kalau Bapak/ Ibu ketemu salah dengan saya begitu kasar,
sakit hati sama saya, lawan saya. Silahkan. Kalau anda punya
21
data bagus, betul. Silahkan lawan saya, masa satu orang saja
takut. Saya buka kesempatan, tapi saya juga, akan buka data
anda untuk melawan.
Konteks: Tuturan Ahok saat sedang memimpin rapat dengan tim kerjanya
dengan judul “Basuki TP (Ahok) Beberkan Permainan
Anggaran Siluman APBD DKI Jakarta”.
Tuturan di atas termasuk jenis tuturan ilokusi asertif, dikatakan demikian
karena penutur (Ahok) terikat atas kebenaran yang telah dituturkannya sehingga
penutur harus mempertanggungjawabkan tuturannya, yaitu penutur harus siap
melawan mitra tutur (tim kerjanya), karena penutur telah mempersilahkan atau
memberikan kesempatan mitra tutur untuk melawan penutur. Berbeda dengan tuturan
sebelumnya, tuturan di atas merupakan sebuah tuturan yang memiliki makna
menyarankan (suggesting) mitra tutur untuk melakukan tindakan sesuai keinginan
penutur tersebut. Dengan bukti tuturan “Jadi kalau Bapak/ Ibu ketemu salah dengan
saya begitu kasar, sakit hati sama saya, lawan saya. Silahkan”. Penutur
menyarankan mitra tutur untuk melawan, jika memang mitra tutur memiliki data yang
bagus untuk melawan, tetapi penutur juga akan melawan mitra tutur jika dia
memiliki data yang lengkap. Dengan tuturan tersebut maka penutur mengharapkan
suatu tindakan yang akan dilakukan oleh mitra tutur. Berdasarkan konteks, bahwa
penutur memiliki jabatan tertinggi dibandingkan mitra tutur, maka tuturan tersebut
dapat dikatakan sebagai tuturan perintah dengan bukti tuturan “lawan saya.
Silahkan” tetapi tuturan tersebut juga sebagai ancaman untuk mitra tutur karena jika
22
penutur melawan penutur, maka penutur juga akan melawan mitra tutur dengan bukti
tuturan “tapi saya juga, akan buka data anda untuk melawan”.
Tuturan: Bagaimana anda yang mengcrop uang pokir-pokir ini bisa seolah-
olah tidak ada masalah dan mengatakan dari dulu juga sama gara-
gara kamu aja e-bajeting - e- bajeting bikin rumit gitu loh, kan
diomongin kan di TV, di mana-mana seolah saya yang salah ga
bisa komunikasi.
Konteks: Tuturan Ahok saat diwawancarai oleh Aviani Malik di kantor
kerja Ahok di Balai kota, dengan judul “Akhir Drama APBD
DKI Jakarta”.
Tuturan di atas merupakan tuturan ilokusi asertif karena tuturan tersebut
penutur (Ahok) terikat atas kebenaran yang telah dituturkan. Penutur harus
bertanggungjawab atas tuturan tersebut, dimana penutur harus membuktikan bahwa
yang salah selama ini adalah mitra tutur (DPRD) dan tindakan yang dilakukan mitra
tutur adalah tindakan yang menjatuhkan citra diri penutur. Berbeda dengan tuturan
sebelumnya, tuturan di atas merupakan tuturan yang mengandung makna
mengeluhkan (complaining) tindakan mitra tutur. Penutur menginginkan mitra tutur
untuk melakukan suatu tindakan terhadap tuturan tersebut. Tuturan tersebut
mengandung makna bahwa mitra tutur dianggap telah menjatuhkan kedudukan atau
harga diri penutur dengan bukti tuturan adalah “kan diomongin kan di TV, di mana-
mana seolah saya yang salah ga bisa komunikasi”. Namun, dengan bertutur
demikian maka kedudukan mitra tutur juga telah dijatuhkan oleh penutur yang
membeberkan bahwa mitra tutur telah menghilangkan jejak bukti dengan mengcrop
23
uang pokok-pokok pikiran (pokir) yang membuat jumlah APBD DKI menjadi besar,
dan setelah bukti tersebut dihilangkan maka mitra tutur menyatakan bahwa penutur
yang bersalah atas masalah tersebut, dengan bukti tuturan penutur “Bagaimana anda
yang mengcrop uang pokir-pokir ini bisa seolah-olah tidak ada masalah”. Maka
tuturan tersebut adalah tuturan yang bertujuan untuk menjatuhkan citra diri mitra
tutur. Berdasarkan konteks, bahwa penutur dan mitra tutur sama-sama memiliki
jabatan penting maka tuturan tersebut merupakan tuturan yang bersifat menjatuhkan
citra diri mitra tutur, demi kenyamanan dalam bekerja sama, tidak selayaknya kedua
pihak tidak saling menjatuhkan dan sudah seharusnya sama-sama memelihara citra
diri, tetapi melalui bukti tuturan tersebut, kedua belah pihak tidak saling menghargai
kedudukanya.
2. 3 Tindak Tutur Direktif
Tindak tutur direktif adalah bentuk tindak tutur yang dimaksudkan penuturnya
untuk membuat pengaruh agar mitra tutur melakukan tindakan atau tindak tutur yang
memiliki makna memerintah mitra tutur atau melakukan sesuatu untuk penutur yang
bersifat verbal dan nonverbal. Misalnya, memesan (ordering), memerintah
(commanding), memohon (requesting), menasihati (advising), dan merekomendasi
(recommending). Dari data yang telah diperoleh bentuk tindak tutur direktif dapat
dilihat pada kutipan data berikut ini.
24
Tuturan: Bagi saya untuk warga tentu kita untuk himbau perlakuan yang
tertib ya, jangan buang sampah, jangan motong arah-arah lalu
lintas, itukan jelas.
Konteks: Tuturan Ahok saat diwawancarai oleh Aviani Malik di kantor
kerja Ahok di Balai kota, dengan judul “Akhir drama APBD
DKI Jakarta”.
Tuturan di atas merupakan salah satu jenis tuturan direktif karena dalam
tuturan tersebut penutur memerintah atau meminta mitra tutur (masyarakat DKI
Jakarta) melakukan sesuatu sesuai dengan keinginan penutur. Tuturan di atas juga
memiliki makna menasihati (advising) mitra tutur untuk melakukan sesuai yang
diinginkan penutur yaitu mitra tutur mengikuti peraturan yang telah ada dalam
mendukung kinerja yang telah dibuat oleh penutur, salah satunya tindak nyata yang
diinginkan penutur adalah mitra tutur tidak membuang sampah sembarangan dan
mengikuti peraturan lalu lintas untuk menghindari ibukota banjir dan padat dengan
kendaraan, bukti tuturannya adalah “Bagi saya untuk warga tentu kita untuk himbau
perlakuan yang tertib ya, jangan buang sampah, jangan motong arah-arah lalu
lintas”, dan dengan tuturan tersebut penutur berharap mitra tutur melakukan hal
tersebut, dengan demikian tujuan dari penutur akan tercapai. Berdasarkan segi
konteks, tuturan tersebut merupakan sebuah perintah karena penutur memiliki
wewenang untuk menasihati atau memerintah mitra tutur. Status penutur lebih tinggi
daripada mitra tutur dan tuturan tersebut tidak mengandung unsur paksaan untuk
mitra tutur karena tidak ada yang dirugikan dari tuturan tersebut.
25
Tuturan: Jangan cuma marah-marah ini substansinya gitu loh, saya sedang
menyalamatkan uang anda saya ga mampu mengawasi 80rb kan
saya kerja auditornya satu orang ga sanggup urusin itu banyak, ya
mari anda awasin, anda lapor kepada saya kalau masih ada yang
kecolongan saya akan kunci itu.
Konteks: Tuturan Ahok saat diwawancarai oleh Aviani Malik di kantor
kerja Ahok di Balai kota, dengan judul “Akhir Drama APBD
DKI Jakarta”.
Tuturan di atas termasuk tuturan direktif karena tuturan tersebut meminta
mitra tutur untuk melakukan sesuatu untuk penutur, melalui tuturan yang memiliki
maksud untuk menasihati (advising) mitra tutur (masyarakat DKI Jakarta), dengan
bukti tuturan “Jangan cuma marah-marah ini substansinya gitu loh, saya sedang
menyalamatkan uang anda saya ga mampu mengawasi 80.000 kan saya kerja
auditornya satu orang ga sanggup urusin itu banyak, ya mari anda awasin, anda
lapor kepada saya kalau masih ada yang kecolongan”. Penutur menasehati supaya
warga DKI Jakarta jangan hanya marah-marah atau menuntut pemerintahannya tanpa
ikut ambil bagian dalam membentuk Jakarta yang damai dan terlepas dari kemiskinan
sedangkan yang diawasi pemerintah begitu banyak sedangkan jumlah pemerintah
sangat terbatas. Untuk itu Ahok menginginkan warga DKI Jakara melapor ke mitra
tutur jika ada yang kecolongan dari dana APBD DKI Jakarta. Dari segi konteks,
penutur memiliki kedudukan lebih tinggi dari mitra tutur maka tuturan tersebut
memiliki makna memerintah.
26
Tuturan: Saya ingin BUMN bersihkan semua, pak! Bapak cari siapa pun
yang pernah terlibat dipengalihan barang itu, di staffkan. Kalau dia
staff langsung dia di nonjobkan, suruh dia ke diklat baca buku,
semua tunjangan dicopot.
Konteks: Tuturan Ahok saat sedang memimpin rapat dengan tim kerjanya
dengan judul “Basuki TP (Ahok) Beberkan Permainan Anggaran
Siluman APBD DKI Jakarta”.
Tuturan di atas merupakan salah satu data yang termasuk dalam bagian
tuturan direktif karena tuturan tersebut meminta mitra tutur (peserta rapat) untuk
melakukan sesuatu untuk penutur. Tuturan tersebut mengandung makna memerintah
(commanding) mitra tutur. Penutur memerintahkan BUMN untuk mencari orang yang
terlibat dalam pengalihan barang, setelah menemukan orang tersebut maka segala
tunjangan akan diberhentikan serta menonaktifkan orang tersebut, bukti tuturan
“Saya ingin BUMN bersihkan semua, pak! Bapak cari siapa pun yang pernah
terlibat dipengalihan barang itu, di staffkan”. Bagi mitra tutur tuturan (BUMN)
tersebut adalah sebuah tuturan yang bersifat memerintah tetapi bagi pihak ketiga
(orang yang dicari yang terlibat dalam pengalihan barang) tuturan tersebut bersifat
sebuah ancaman karena pihak ketiga akan distaffkan dan tunjangan pribadi akan
dicopot. Berdasarkan konteksnya, untuk mitra tutur ini merupakan sebuah perintah
dari penutur sedangkan untuk pihak yang ketiga (orang yang akan dicari) ini
merupakan sebuah ancaman terhadap harga diri dan kedudukan atau statusnya.
27
Tuturan: Tolong Pak, siapkan. kalau ini disiapkan, gugatan harus disiapkan
ya bu Ayu, kalau siapkan gugatan bahwa mereka itu menurut versi
kita menipu kita yang kop itu semua.
Konteks: Tuturan Ahok saat sedang memimpin rapat dengan tim kerjanya
dengan judul “Basuki TP (Ahok) Beberkan Permainan
Anggaran Siluman APBD DKI Jakarta”.
Tuturan diklasifikasikan ke dalam tuturan direktif karena dalam tuturan
tersebut tersirat makna memohon (requesting) atau tuturan yang meminta lawan tutur
melakukan sesuatu untuk penutur melalui tuturan yang memiliki maksud memohon
atau dengan tuturan yang lebih sopan. Penutur memohon kepada mitra tutur untuk
melakukan sesuatu yaitu menyiapkan gugatan untuk melawan pihak ketiga (DPRD)
dengan bukti tuturan “Tolong Pak, siapkan”. Jika berdasarkan status atau kedudukan,
penutur tidak perlu meminta tolong untuk melakukan hal tersebut karena memang
mitra tutur sudah selayaknya melakukan hal tersebut, tetapi dalam tuturan di atas
penutur meniadakan statusnya dalam bertutur, dan mematuhi kesantunan dalam
berkomunikasi. Berdasarkan konteks tuturannya maka tuturan tersebut merupakan
sebuah perintah karena kedudukan penutur lebih tinggi dari mitra tutur.
Tuturan: Orang bilang saya komunikasi kurang baik dengan DPRD. Saya
komunikasi baik kok, DPRD sering datang, lihat saja CCTV kami,
saya punya bukti CCTV kok.
Konteks: Tuturan Ahok saat diwawancarai dalam acara Metro siang
dengan judul “Ahok Bongkar Triliunan Dana Siluman APBD
DKI Jakarta”.
28
Tuturan di atas merupakan tindak tutur direktif karena tuturan tersebut
memberi pengaruh kepada mitra tutur untuk melakukan sesuatu, melalui tuturan yang
memiliki maksud untuk merekomendasikan (recommending) mitra tutur. Dalam
tuturan di atas penutur merekomendasikan mitra tutur untuk melihat CCTV yang
mendukung keinginan penutur bahwa DPRD (pihak ketiga) sering datang ketempat
kerja penutur dan keadaan mereka selama ini baik-baik saja, bukti tuturannya adalah
“DPRD sering datang, lihat saja CCTV kami”. Tuturan tersebut bertujuan untuk
meyakinkan mitra tutur atas apa yang telah dituturkan oleh penutur dan untuk
mempertahankan citra diri penutur. Berdasarkan segi konteksnya kedudukan penutur
lebih tinggi dari mitra tutur, maka tuturan tersebut berubah makna menjadi sebuah
suruhan atau perintah untuk mitra tutur.
2.4 Tindak Tutur Ekspresif
Tindak tutur ekspresif, yaitu bentuk tuturan yang berfungsi untuk menyatakan
atau menunjukkan sikap psikologis penutur terhadap suatu keadaan misalnya
berterima kasih (thanking), memberi selamat (congratulating), meminta maaf
(pardoning), dan memuji (praising). Data yang terkumpul menunjukkan ada
beberapa tuturan yang termasuk tuturan ekspresif. Berikut data yang tergolong
tuturan ekpresif.
Tuturan: Boleh ga DPRD ikut campur?Ya ga boleh, dia cuma mengawasin
yang masuk akal dan tidak masuk akal, itu urusan kita. Dia
29
tugasnya ngawasin kita terus Muslemdang, saya harap tahun ini
Muslemdang harus jalan
Konteks: Tuturan Ahok saat sedang memimpin rapat dengan tim kerjanya
dengan judul “Basuki TP (Ahok) Beberkan Permainan
Anggaran Siluman APBD DKI Jakarta”.
Tuturan di atas merupakan tuturan ekspresif karena dalam tuturan tersebut
penutur mengekspresikan sikap psikologisnya terhadap mitra tutur (DPRD) melalui
tuturan yang mengandung makna menyalahkan (blaming) mitra tutur. Bukti tuturan
“Boleh ga DPRD ikut campur? Ya ga boleh, dia cuma mengawasin”. Disaat bertutur,
penutur juga mengekspresikan dengan senyuman yang bermakna sinis. Dalam
tuturannya penutur tetap mempertahankan kedudukan dan citra diri penutur. Tuturan
di atas menyatakan keadaan mitra tutur (DPRD) seharusnya tidak boleh ikut campur
dalam membuat APBD, tugas dari DPRD hanya sebagai pengawas tetapi pada
kenyataannya mitra tutur ikut ambil bagian dalam pembuatan APBD tersebut.
Penutur menyalahkan keikutsertaan dari mitra tutur. Dengan adanya tuturan tersebut,
kedudukan penutur jelas lebih tinggi dari kedudukan mitra tutur dalam pembuatan
APBD DKI Jakarta. Berdasarkan konteks, penutur dan mitra tutur sama-sama
memiliki kedudukan yang sama penting maka tuturan tersebut merupakan sebuah
ancaman untuk mitra tutur.
Tuturan: Habis seperti itu, justru Pak Jokowi orangnya agak unik nih,beliau
putusin, kalau begitu kita pecat saja, supaya kita buktikan tanpa
nya kita bisa. Sebelumnya saya sudah mau sikat di 2013 kan? Pak
Jokowi bilang jangan, polisi bukan teman yang jelas jaksa semua
30
Mendagri presiden pun bukan orang kita nih, jadi jangan dulu
donk, 2014 kan saya sudah dapat nih, kan mau masuk kan waktu itu
pak Jokowi pasti capres gitu loh, saya sudah mau hajar juga. Tapi
pak Jokowi bilang tunggu saya nyebrang dulu katanya.
Konteks: Tuturan Ahok saat diwawancarai oleh Aviani Malik di kantor
kerja Ahok di balai kota, dengan judul “Akhir Drama APBD
DKI Jakarta”.
Tuturan di atas merupakan jenis tuturan ekpresif, penutur mengungkapkan
sikap atau perasaannya terhadap mitra tutur melalui tuturan yang memiliki makna
memuji (praising) atau memberikan apresiasi terhadap tindakan atau apa yang telah
dilakukan oleh mitra tutur. Dalam tuturan di atas penutur memuji tindakan pak
Jokowi yang unik. Maksud tuturan di atas adalah saat penutur (Ahok) akan
melakukan perlawanan atau membeberkan semua kesalahan terkait APBD DKI
Jakarta pada tahun 2012, namun pada saat itu penutur (Ahok) berstatus sebagai wakil
gubernur Bapak Jokowi. Malah pak Jokowi yang melarang untuk melakukakannya
dengan alasan waktu yang belum tepat dengan bukti tuturan “Pak Jokowi bilang
jangan, polisi bukan teman yang jelas jaksa semua Mendagri presiden pun bukan
orang kita nih, jadi jangan dulu donk, 2014 kan saya sudah dapat nih, kan mau
masuk kan waktu itu pak Jokowi pasti capres gitu loh, saya sudah mau hajar juga.
Tapi pak Jokowi bilang tunggu saya nyebrang dulu katanya”. Berdasarkan
konteksnya maka tuturan tersebut termasuk sebuah pujian karena kedudukan penutur
lebih rendah daripada mitra tutur, dan tuturan juga tidak menjatuhkan kedudukan atau
harga diri mitra tutur.
31
Tuturan: Lalu 2014 dengan begitu bangga tidak bisa masuk pak, semua ga
mau input, waktu itu BPKD wah gini-gini terus, ya sudah copot.
Masukin pak Heru, makasih pak Heru sama bu Tuty partner tim
anggaran ini.
Konteks: Tuturan Ahok saat sedang memimpin rapat dengan tim kerjanya
dengan judul “Basuki TP (Ahok) Beberkan Permainan
Anggaran Siluman APBD DKI Jakarta”.
Tuturan di atas merupakan jenis tindak tutur ekspresif, melalui tuturan
tersebut penutur mengekspresikan perasaan dan sikap terhadap mitra tutur melalui
tuturan yang mengandung maksud berterima kasih (thinking) untuk mitra tutur karena
telah melaksanakan keinginan penutur dengan bukti tuturan “makasih pak Heru sama
bu Tuty partner tim anggaran ini”. Penutur berterimakasih kepada tim kerjanya
karena mau ikut ambil bagian dalam upaya pembuatan e-bajeting APBD DKI Jakarta
yang sebelumnya tim BPKD membuat lama proses e-bajeting sehingga penutur
segera ambil bagian dalam proses pembuatan e-bajeting tersebut dengan
mengikutsertakan mitra tutur dan dengan keikutsertaan mitra tutur maka penutur
berterima kasih akan hal tersebut. Berdasarkan konteksnya, penutur memiliki status
atau kedudukan lebih tinggi daripada mitra tutur karena tuturan tersebut menunjukkan
ungkapan rasa terima kasih atasan kepada bawahan.
2.4 Tindak Tutur Komisif
Tindak tutur komisif adalah bentuk tutur yang berfungsi untuk menyatakan
janji atau penawaran, atau tindak tutur yang mendorong penutur melakukan sesuatu,
32
dan biasanya tuturan ini bersifat menyenangkan mitra tutur. Misalnya, berjanji
(promising), bersumpah (vowing), dan menawarkan sesuatu (offering). Data yang
telah diklasifikasikan maka yang termasuk tindak tutur komisif adalah sebagai
berikut.
Tuturan: Dengan senang dan bangga saya untuk mati untuk ini kalau
memang saya ditakdirkan untuk mati martil untuk urusan ini.
Mungkin punya jiwa punya roh untuk mati martil, senang saya.
Konteks: Tuturan Ahok saat sedang memimpin rapat dengan tim kerjanya
dengan judul “Basuki TP (Ahok) Beberkan Permainan
Anggaran Siluman APBD DKI Jakarta”.
Tuturan di atas merupakan tindak tutur komisif, dalam tuturan di atas penutur
akan melakukan sesuatu untuk mitra tutur (masyarakat DKI Jakarta) melalui tuturan
yang bersifat memberi sebuah janji (promising) dalam mempertahankan hak mitra
tutur, penutur mempertaruhkan nyawanya. Penutur menyatakan janji dengan bukti
tuturan “Dengan senang dan bangga saya untuk mati untuk ini kalau memang saya
ditakdirkan untuk mati martil untuk urusan ini”. Secara tersirat penutur rela mati
martil hanya untuk urusan atau masalah APBD DKI Jakarta jika memang terbukti
penutur yang bersalah. Dalam mempertahankan harga diri dan kedudukan penutur
bertutur dengan mempertaruhkan nyawanya. Berdasarkan konteks tuturan, maka
tuturan tersebut merupakan sebuah janji penutur untuk mitra tutur dan pihak ketiga
(masyarakat DKI Jakarta) karena penutur memiliki jabatan atau status tertinggi
dibandingkan mitra tutur.
33
Tuturan: Ini kalau SKPD merasa saya mengancam Bapak-bapak, Ibu- ibu,
Bapak ibu salah kalau sampai ini kasus dibongkar yang masuk
penjara itu SKPD loh
Konteks: Tuturan Ahok saat sedang memimpin rapat dengan tim kerjanya
dengan judul “Basuki TP (Ahok) Beberkan Permainan
Anggaran Siluman APBD DKI Jakarta”.
Tuturan di atas merupakan data yang tergolong jenis tindak tutur komisif
karena dalam tuturan tersebut penutur telah mendorong mitra tutur untuk melakukan
sesuatu melalui tuturan yang memiliki maksud menawarkan sesuatu (offering) untuk
mitra tutur yaitu mitra tutur tidak akan masuk penjara jika kasus APBD terbongkar,
tetapi SKPD yang akan dipenjarakan. Dengan adanya tuturan tersebut maka mitra
tutur tidak akan mengalami ketakutan lagi dalam melaksanakan keinginan penutur.
Dalam tuturan tersebut tmemiliki makna yang menyatakan kebebasan atau
menawarkan sesuatu keadaan yang lebih baik untuk mitra tutur, dengan bukti tuturan
adalah “SKPD merasa saya mengancam Bapak-bapak, Ibu-ibu, Bapak ibu salah
kalau sampai ini kasus dibongkar yang masuk penjara itu SKPD loh” dalam
mempertahankan citra diri, penutur telah menjatuhkan kedudukan atau citra diri orang
ketiga (SKPD). Berdasarkan konteksnya dimana penutur memiliki status atau
kedudukan yang lebih tinggi daripada mitra tutur maka tuturan tersebut adalah sebuah
janji untuk mitra tutur.
Tuturan: Bapak-Ibu tinggal pilih mau ikut lawan saya atau dipihak saya.
Saya ga maksa, sederhana saja kok, kalau bapak merasa benar
masa melawan satu orang aja merasa takut? Orang partai ga usah
ikut dah, saya sendiri.
34
Konteks: Tuturan Ahok saat sedang memimpin rapat dengan tim kerjanya
dengan judul “Basuki TP (Ahok) Beberkan Permainan
Anggaran Siluman APBD DKI Jakarta”.
Tuturan di atas termasuk tindak tutur komisif, sama halnya dengan tuturan di
atas, penutur mendorong mitra tutur untuk melakukan suatu hal. Dalam tuturan di
atas mengandung maksud menawarkan atau menyatakan sesuatu kepada mitra tutur
yaitu, mitra tutur bisa memilih untuk melawan penutur atau ikut bekerja sama dengan
penutur, dengan bukti tuturan sebagi berikut “Bapak-Ibu tinggal pilih mau ikut lawan
saya atau dipihak saya”. Penutur juga memberikan sebuah tantangan atau
perlawanan kepada mitra tutur, yaitu melawan penutur jikalau mitra tutur merasa
benar, maka penutur akan melawan mitra tutur dengan bukti tuturan “kalau bapak
merasa benar masa melawan satu orang aja merasa takut? Orang partai ga usah
ikut dah, saya sendiri”. Berdasarkan konteks tuturan maka tuturan tersebut adalah
sebuah tuturan perintah, karena kedudukan penutur lebih tinggi dari mitra tutur.
2.5 Tindak Tutur Deklarasi
Tindak tutur deklarasi adalah bentuk tuturan yang menghubungkan isi tuturan
dengan kenyataannya. Misalnya, mengucilkan (excomunicating), menghukum
(sentencing), memecat (dismissing), dan mengangkat (appointing). Data yang
terkumpul membuktikan bahwa ada beberapa tuturan yang termasuk tindak tutur
deklarasi. Untuk lebih jelasnya perhatikan tindak tutur di bawah ini.
35
Tuturan: Ga heran, dinas pendidikan itu paling goblok. Anggaran begitu
besar, kita bayangin lagi duit begitu banyak, di Jakarta itu sekolah
46% hancur. Apa ga goblok?
Konteks: Tuturan Ahok saat memimpin rapat dengan tim kerjanya
dengan judul “Basuki TP (Ahok) Beberkan Permainan
Anggaran Siluman APBD DKI Jakarta”.
Tuturan di atas adalah salah satu jenis data tindak tutur deklarasi karena dalam
tuturan tersebut penutur menghubungkan kenyataan yang sebenarnya melalui tuturan
yang memiliki maksud mengucilkan (excommunicating) mitra tutur dengan bukti
tuturan “Ga heran, dinas pendidikan itu paling goblok. anggaran begitu besar, kita
bayangin lagi duit begitu banyak, di Jakarta itu sekolah 46% hancur.” Dalam
mempertahankan kedudukannya penutur langsung menyebutkan merek atau nama
(dinas pendidikan) yang dituju, ini adalah salah satu bukti bahwa tuturan tersebut
merupakan tuturan yang mengucilkan. Dalam tuturan tersebut penutur tidak
mempertahankan citra diri dan kedudukan dari mitra tutur, dan penutur juga tidak
berusaha dalam mengikuti kaidah kesantuan dalam berbicara melalui pilihan kata
yang digunakan saat bertutur. Tuturan seperti di atas jika didengarkan oleh anak-anak
di Indonesia maka sangat dikhawatirkan akan dicontoh dan digunakan saat
berkomunikasi, inilah salah satu bentuk kekhawatiran orangtua di Indonesia.
Berdasarkan segi konteks nya maka dimana kedudukan atau status penutur lebih
tinggi dari mitra tutur, tuturan tersebut dapat dikatakan sebagai tuturan ancaman
untuk mitra tutur. Dengan tuturan tersebut maka mitra tutur akan melakukan sesuatu
36
sesuai dengan keinginan penutur atau penutur akan melakukan sesuatu kepada mitra
tutur.
Tuturan: Itu dia ga ngerti plus ini, minus ini xl itu rumus paling mudah
itu.
Konteks: Tuturan Ahok saat sedang memimpin rapat dengan tim kerjanya
dengan judul “Basuki TP (Ahok) Beberkan Permainan
Anggaran Siluman APBD DKI Jakarta”.
Tuturan di atas termasuk tuturan deklarasi, penutur memberitahukan atau
menghubungkan tuturan tersebut terhadap kenyataan dari tindakan mitra tutur.
Penutur bertutur melalui tuturan yang memiliki maksud mengucilkan
(excommunicating) mitra tutur untuk mempertahankan dan tetap menjaga citra diri
penutur, dengan bukti tuturan “Itu dia ga ngerti plus ini, minus ini” dan penutur
memperjelas mengucilkan kedudukan mitra tutur dengan tuturan “xl itu rumus paling
mudah itu”, untuk menjaga citra diri mitra tutur tidak seharusnya penutur bertutur
demikian, karena tuturan tersebut dapat merusak hubungan mitra tutur dan penutur
dan harga diri mitra tutur jadi buruk untuk masyarakat Indonesia. Berdasarkan segi
konteksnya dimana penutur dan mitra tutur memiliki status dan kedudukan yang
sama penting maka tuturan tersebut termasuk tuturan yang mengucilkan mitra tutur
atau dengan kata lain meminimalkan kedudukan dan status mitra tutur.
37
Tuturan: Soal APBD ini semua pak wali , tolong ini proyek paling besar ini,
permainannya lumayan gede loh Pak, wali kota bagian Barat ini
paling gila ini, termasuk sekolah, pendidikan, bayangkan aja
kebudayaan juga sama ini.
Konteks: Tuturan Ahok saat sedang memimpin rapat dengan tim kerjanya
dengan judul “Basuki TP (Ahok) Beberkan Permainan
Anggaran Siluman APBD DKI Jakarta”.
Tuturan di atas adalah jenis tuturan deklarasi yang memiliki maksud tuturan
untuk mengucilkan mitra tutur, dengan bukti tuturan sebagai berikut “Wali kota
bagian Barat ini paling gila ini, termasuk sekolah, pendidikan,” karena tuturan
tersebut langsung menunjuk mitra tutur secara langsung, dan dengan tuturan tersebut
mitra tutur tidak memiliki pilihan karena penutur langsung menyebutkan nama atau
instansi yang dimaksudkan, jika diteliti dari segi konteksnya, dimana penutur
memiliki kedudukan atau status lebih tinggi dari mitra tutur, maka tuturan tersebut
menjadi sebuah ancaman bagi mitra tutur.
Tuturan: Kalau Bapak ga bisa jawab ini kalau bapak terlibat, hari ini
saya staffkan Bapak.
Konteks: Tuturan Ahok saat sedang memimpin rapat dengan tim kerjanya
dengan judul “Basuki TP (Ahok) Beberkan Permainan
Anggaran Siluman APBD DKI Jakarta”.
Tuturan di atas salah satu bentuk tindak tutur deklarasi, penutur
menghubungkan tuturan tersebut dengan kenyataan yang akan diterima oleh penutur
melalui tuturan yang memiliki maksud menghukum (sentencing) langsung mitra
38
tutur, dari tuturan tersebut juga tidak memiliki banyak tindakan yang bisa dilakukan
oleh mitra tutur, terbuki dari tuturan “kalau Bapak ga bisa jawab ini kalau bapak
terlibat, hari ini saya staffkan bapak”. Dalam mempertahankan keinginannya penutur
atau untuk mmpertahankan citra diri penutur langsung mengambil keputusan untuk
menstaffkan mitra tutur. Dalam hal ini juga penutur tidak mempertahankan
kedudukan mitra tutur karena penutur langsung bertutur seperti itu di depan khalayak
umum, dan dampak dari tuturan tersebut adalah semakin rendahnya kedudukan mitra
tutur didepan pihak ketiga (tim kerja yang lainnya). Berdasarkan segi konteksnya,
kedudukan penutur lebih tinggi dari kedudukan mitra tutur, maka tuturan tersebut
dikatakan sebagai ancaman untuk mitra tutur.
Tuturan: Nah disitulah saya lihat ini pasti keras ini, saya paksa kalau kalian
ga mau ikutin saya e-bajeting saya akan pecat lagi.
Konteks: Tuturan Ahok saat sedang memimpin rapat dengan tim kerjanya
dengan judul “Basuki TP (Ahok) Beberkan Permainan
Anggaran Siluman APBD DKI Jakarta”.
Tuturan di atas di klasifikasikan dalam data jenis tuturan deklarasi karena
tuturan tersebut mengandung maksud memecat (dismissing) dan tuturan tersebut
memberikan dampak kepada mitra tutur untuk melakukan keinginan dengan bukti
tuturan “saya paksa kalau kalian ga mau ikutin saya e-bajeting saya akan pecat
lagi”. Tuturan tersebut secara tersirat telah memaksakan mitra tutur untuk melakukan
keinginan penutur dan mitra tutur tidak memiliki pilihan lain kecuali dipecat dari
kedudukan mitra tutur. Dalam mempertahankan keinginan penutur, maka penutur
39
memberikan pilihan yang berat untuk dilakukan mitra tutur. Jika dinilai dari segi
konteks, dimana kedudukan penutur lebih tinggi dari mitra tutur maka tuturan
tersebut dikatakan sebagai ancaman untuk mitra tutur.
Tuturan: Ya saya marah, saya ga berani minta maaf untuk orang-orang
seperti itu, dan menurut saya kata-kata saya yang pake toilet-toilet
itu masih lebih halus, udah saya halusin itu lalu kenapa saya minta
maaf, saya berpikir setelah beberapa orang komentar khawair
anak-anak kebiasaan menggunakan kalimat itu,ya sudah kalau gitu
untuk orang tua yang khawatir saya harus mau minta maaf, tapi
sebetulnya harusnya kita harus lebih khawatir orang tua yang
korup, yang gajinya kecil, hidupnya mewah itu lebih merusak
mental anak-anaknya.
Konteks: Tuturan Ahok saat sedang memimpin rapat dengan tim kerjanya
dengan judul “Basuki TP (Ahok) Beberkan Permainan
Anggaran Siluman APBD DKI Jakarta”.
Tuturan di atas merupakan tuturan deklarasi yang ditunjukkan melalui tuturan
yang memiliki maksud mengangkat (appointing), atau mempertahankan kedudukan
atau mempertahankan citra dirinya di depan banyak orang. Bukti tuturan tersebut
adalah sebagai berikut “menurut saya kata-kata saya yang pake toilet-toilet itu masih
lebih halus, udah saya halusin itu lalu kenapa saya minta maaf, saya berpikir setelah
beberapa orang komentar khawatir anak-anak kebiasaan menggunakan kalimat itu,
ya sudah kalau gitu untuk orang tua yang khawatir saya harus mau minta maaf, tapi
sebetulnya harusnya kita harus lebih khawatir orang tua yang korup, yang gajinya
kecil, hidupnya mewah itu lebih merusak mental anak-anaknya.” Tuturan tersebut
mengandung makna melindungi penutur dari apa yang telah dilakukan, yaitu meminta
40
maaf kepada mitra tutur, dan penutur menjelaskan bahwa tindakan yang dilakukan
yaitu minta maaf bukan untuk DPRD melainkan untuk masyarakat, dimana penutur
meminta maaf gegara menggunakan bahasa toilet saat sedang rapat dengan DPRD.
Jika dilihat dari konteksnya dimana penutur dan mitra tutur memiliki kedudukan
sama-sama penting, maka tuturan tersebut memiliki arti mengangkat harga diri atau
kedudukan penutur dimata mitra tutur.
Tuturan: Saya Lebih baik saya disingkirin jadi gubernur, tapi seluruh
Indonesia bisa menilai sendiri.
Konteks: Tuturan Ahok saat diwawancarai dalam acara Metro siang
dengan judul “Ahok Bongkar Triliunan Dana Siluman APBD
DKI Jakarta”.
Tuturan di atas dikategorikan tindak tutur deklarasi. Dalam tuturan tersebut
penutur memberikan kenyataan tuturan tersebut melalui tindakan yang akan
dilakukan dan tuturan tersebut mengandung maksud berpasrah (resigning) atas apa
yang dilakukan oleh penutur dan ini adalah salah satu cara penutur dalam
mempertahankan keinginannya, dari tuturan tersebut dapat diartikan bahwa tuturan
tersebut menggambarkan keberserahan penutur jika keinginan penutur tidak
dilakukan oleh pihak kedua (tim kerja) bukti dari keberserahan penutur adalah “Saya
Lebih baik saya disingkirin jadi gubernur”. Jika dilihat dari segi konteksnya, penutur
memiliki kedudukan lebih tinggi maka tuturan tersebut adalah tuturan yang
menyatakan keberserahan atau menjatuhkan kedudukan atau status penutur.