BAB II JENIS-JENIS TINDAK TUTUR YANG DIGUNAKAN … · menginginkan mitra tutur (DPRD) untuk...

25
16 BAB II JENIS-JENIS TINDAK TUTUR YANG DIGUNAKAN AHOK 2.1 Pengantar Bab ini membahas jenis tindak tutur yang digunakan Ahok saat berkomunikasi, khususnya perilaku berbahasa Ahok yang ada di youtube dengan topik permasalahan APBD dengan DPRD DKI Jakarta. Teori yang digunakan dalam menganalisis permasalahan tersebut adalah teori yang dikemukakan oleh Searle (dalam Geoffrey Leech, 1993: 164165) mengklasifikasikan tindakan ilokusi didasarkan pada berbagai kriteria yaitu sebagai berikut. (1) asertif (assertives): pada ilokusi ini terikat pada kebenaran proposisi yang diungkapkan, misalnya menyatakan, mengusulkan, membual, mengeluh, mengemukakan pendapat, melaporkan. Dari segi sopan santun ilokusi ini cenderung netral, yakni, mereka termasuk kategori bekerja sama. Tetapi ada beberapa perkecualian: misalnya membual biasanya dianggap tidak sopan. Dari segi semantik ilokusi asertif bersifat proposisional. (2) direktif (directives): ilokusi ini bertujuan menghasilkan suatu efek berupa tindakan yang dilakukan oleh petutur; ilokusi ini, misalnya, memesan, memerintah, memohon, menuntut, memberi nasihat. Jenis ilokusi ini sering dapat dimasukkan ke dalam kategori kompetitif karena itu mencakup juga kategori-kategori ilokusi yang membutuhkan sopan santun negatif. Namun di pihak lain terdapat juga beberapa ilokusi direktif (seperti, mengundang) yang secara intrinsik memang sopan. (3)

Transcript of BAB II JENIS-JENIS TINDAK TUTUR YANG DIGUNAKAN … · menginginkan mitra tutur (DPRD) untuk...

16

BAB II

JENIS-JENIS TINDAK TUTUR YANG

DIGUNAKAN AHOK

2.1 Pengantar

Bab ini membahas jenis tindak tutur yang digunakan Ahok saat

berkomunikasi, khususnya perilaku berbahasa Ahok yang ada di youtube dengan

topik permasalahan APBD dengan DPRD DKI Jakarta. Teori yang digunakan dalam

menganalisis permasalahan tersebut adalah teori yang dikemukakan oleh Searle

(dalam Geoffrey Leech, 1993: 164—165) mengklasifikasikan tindakan ilokusi

didasarkan pada berbagai kriteria yaitu sebagai berikut. (1) asertif (assertives): pada

ilokusi ini terikat pada kebenaran proposisi yang diungkapkan, misalnya menyatakan,

mengusulkan, membual, mengeluh, mengemukakan pendapat, melaporkan. Dari segi

sopan santun ilokusi ini cenderung netral, yakni, mereka termasuk kategori bekerja

sama. Tetapi ada beberapa perkecualian: misalnya membual biasanya dianggap tidak

sopan. Dari segi semantik ilokusi asertif bersifat proposisional. (2) direktif

(directives): ilokusi ini bertujuan menghasilkan suatu efek berupa tindakan yang

dilakukan oleh petutur; ilokusi ini, misalnya, memesan, memerintah, memohon,

menuntut, memberi nasihat. Jenis ilokusi ini sering dapat dimasukkan ke dalam

kategori kompetitif karena itu mencakup juga kategori-kategori ilokusi yang

membutuhkan sopan santun negatif. Namun di pihak lain terdapat juga beberapa

ilokusi direktif (seperti, mengundang) yang secara intrinsik memang sopan. (3)

17

komisif (commissives): pada ilokusi ini terikat pada suatu tindakan di masa depan,

misalnya, menjanjikan menawarkan, berkaul. Jenis ilokusi ini cenderung berfungsi

menyenangkan dan kurang bersifat kompetitif, karena tidak mengacu pada

kepentingan penutur tapi pada kepentingan petutur. (4) ekspresif (expressives): fungsi

ilokusi ini ialah mengungkapkan atau mengutarakan sikap psikologis penutur

terhadap keadaan yang tersirat dalam ilokusi, misalnya mengucapkan terima kasih,

mengucapkan selamat, memberi maaf, mengecam, memuji, mengucapkan

belasungkawa. Sebagaimana juga dengan ilokusi komisif, ilokusi ekspresif cenderung

menyenangkan, karena itu secara instrinsik ilokusi ini sopan, kecuali ilokusi-ilokusi

ekpresif seperti mengecam dan menuduh. (5) deklarasi (declarations): berhasilnya

pelaksanaan ilokusi ini akan mengakibatkan adanya kesesuaian an4ara isi proposisi

dengan realitas, misalnya, mengundurkan diri, membabtis, memecat, memberi nama,

menjatuhkan hukuman, mengucilkan/membuang, mengangkat. Searle mengatakan

bahwa tindakan-tindakan ini merupakan kategori tindak ujar yang sangat khusus.

2.2 Tindak Tutur Asertif

Tindak tutur asertif, yaitu bentuk tutur yang mengikat penutur pada kebenaran

proposisi yang diungkapkan, misalnya menyatakan (stating), menyarankan

(suggesting), mengeluh (complaining), mengklaim (claiming), membual (boasting).

Data yang telah diklasifikasikan berdasarkan jenis tindak tutur, maka tindak tutur

18

asertif yang digunakan Ahok selama bertutur sebanyak 27 tuturan, dan untuk lebih

jelasnya perhatikan beberapa kutipan data di bawah ini.

Tuturan: Sayangnya anggota DPRD itu mengira ga ada Gubernur yang

berani, berani melawan seluruh parpol, berani seluruh

Indonesia, saya siap.

Konteks: Tuturan Ahok saat diwawancarai dalam acara Metro siang

dengan judul “Ahok bongkar triliunan dana siluman APBD

DKI Jakarta”.

Tuturan di atas termasuk tindak tutur ilokusi asertif, karena pada tuturan di

atas Ahok (penutur) terikat atas kebenaran apa yang telah dituturkannya sehingga dia

harus bertanggung jawab atas tuturan tersebut, yaitu jika seluruh parpol dan seluruh

Indonesia melakukan perlawanan terhadap seluruh kebijakan yang dibuat oleh

penutur maka penutur harus siap untuk menghadapi mitra tutur tersebut yaitu

melawan seluruh Indonesia dengan bukti tuturan “melawan seluruh Indonesia, saya

siap”, dan tuturan di atas juga termasuk tuturan yang mengandung makna

menyatakan (stating) pendapat penutur tentang mitra tutur atau penilaian penutur

terhadap mitra tutur dengan bukti tuturan “DPRD itu mengira ga ada gubernur yang

berani”. Tuturan tersebut mengandung maksud bahwa mitra tutur (DPRD)

beranggapan tidak mungkin seorang gubernur (penutur) berani ribut melawan orang

yang sama-sama memiliki jabatan penting di DKI Jakarta. Dengan adanya tuturan

seperti ini, penutur menginginkan mitra tutur melakukan atau mengetahui sesuatu

tentang penutur, yaitu penutur berani melawan mitra tutur walaupun kedua belah

pihak memiliki kedudukan sama penting dalam pemerintahan, bahkan penutur

19

mengaitkan pihak ketiga (seluruh Indonesia) dalam mempertahankan kedudukan dan

citra diri penutur. Berdasarkan konteks tuturan, penutur dan mitra tutur sama-sama

memiliki status yang sama sehingga tuturan tersebut dapat dikatakan sebagai tuturan

yang dapat menjadi sebuah ancaman terhadap mitra tutur. Tuturan sejenis dapat

dilihat di bawah ini.

Tuturan: Kalau saya disumpah jadi gubernur tidak mengamankan duit

untuk rakyat untuk apa saya jadi gubernur?

Konteks: Tuturan Ahok saat diwawancarai oleh Aviani Malik di kantor

kerja Ahok di Balai kota, dengan judul “Akhir Drama APBD

DKI Jakarta”.

Tuturan di atas juga termasuk tuturan asertif karena pada tuturan di atas Ahok

(penutur) terikat atas kebenaran yang telah dituturkannya sehingga dia harus

bertanggung jawab atas apa yang telah dituturkannya yaitu selama penutur berstatus

sebagai gubernur maka penutur harus membuktikan kebenaran tuturannya yaitu

mengamankan uang rakyat Indonesia tetapi tuturan di atas memiliki makna sebagai

tuturan bersifat bualan (boasting) yang digunakan penutur dalam mempertahankan

harga diri dan kedudukannya. Keinganan penutur dilihat dari isi tuturan yaitu “Kalau

saya disumpah jadi gubernur tidak mengamankan duit untuk rakyat untuk apa saya

jadi gubernur?”. Kenyataan dari tuturan tersebut belum dapat dipastikan

kebenarannya karena dalam kenyataannya penutur belum melaksanakan atau

menunjukkan kebenaran dari tuturan tersebut. Penutur dalam tuturan tersebut

menginginkan mitra tutur (DPRD) untuk melakukan atau mengetahui sesuatu terkait

20

tuturan tersebut. Berdasarkan konteks maka tuturan tersebut menjadi sebuah ancaman

untuk mitra tutur dan sebuah janji penutur untuk pihak ketiga (masyarakat).

Tuturan: Gila beli UPS kok 5,2 Miliar di sekolah? Jenis UPS apa itu?

Konteks: Tuturan Ahok saat sedang memimpin rapat dengan tim kerjanya

dengan judul “Basuki TP (Ahok) Beberkan Permainan Anggaran

Siluman APBD DKI Jakarta”.

Tuturan di atas merupakan tuturan ilokusi asertif, karena merupakan tuturan

yang mengandung makna ketidakpercayaan penutur terhadap yang dilakukan mitra

tutur (DPRD), penutur mengklaim (claiming) tindakan mitra tutur tersebut dengan

bukti tuturan “gila beli UPS kok 5,2 miliar di sekolah? Jenis UPS apa itu?”. Penutur

tidak percaya dengan harga sedemikian hanya untuk membeli UPS sekolah yang ada

di Jakarta. Penutur mengklaim karena harga UPS tidak sebanding dengan keadaan

bangunan sekolah di Jakarta yang pada umumnya masih banyak yang rusak, dan

harga tersebut tidak layak hanya untuk membeli UPS. Dengan tuturan tersebut maka

penutur (Ahok) terikat atas kebenaran apa yang telah dituturkan atau harus bisa

membuktikan bahwa yang dilakukan mitra tutur adalah kurang tepat, untuk membeli

UPS tidak semahal yang dituturkan mitra tutur. Berdasarkan konteksnya, tuturan

tersebut ditujukan untuk mitra tutur (DPRD) maka tuturan tersebut merupakan sebuah

tuturan yang merendahkan kedudukan mitra tutur.

Tuturan: Jadi kalau Bapak/ Ibu ketemu salah dengan saya begitu kasar,

sakit hati sama saya, lawan saya. Silahkan. Kalau anda punya

21

data bagus, betul. Silahkan lawan saya, masa satu orang saja

takut. Saya buka kesempatan, tapi saya juga, akan buka data

anda untuk melawan.

Konteks: Tuturan Ahok saat sedang memimpin rapat dengan tim kerjanya

dengan judul “Basuki TP (Ahok) Beberkan Permainan

Anggaran Siluman APBD DKI Jakarta”.

Tuturan di atas termasuk jenis tuturan ilokusi asertif, dikatakan demikian

karena penutur (Ahok) terikat atas kebenaran yang telah dituturkannya sehingga

penutur harus mempertanggungjawabkan tuturannya, yaitu penutur harus siap

melawan mitra tutur (tim kerjanya), karena penutur telah mempersilahkan atau

memberikan kesempatan mitra tutur untuk melawan penutur. Berbeda dengan tuturan

sebelumnya, tuturan di atas merupakan sebuah tuturan yang memiliki makna

menyarankan (suggesting) mitra tutur untuk melakukan tindakan sesuai keinginan

penutur tersebut. Dengan bukti tuturan “Jadi kalau Bapak/ Ibu ketemu salah dengan

saya begitu kasar, sakit hati sama saya, lawan saya. Silahkan”. Penutur

menyarankan mitra tutur untuk melawan, jika memang mitra tutur memiliki data yang

bagus untuk melawan, tetapi penutur juga akan melawan mitra tutur jika dia

memiliki data yang lengkap. Dengan tuturan tersebut maka penutur mengharapkan

suatu tindakan yang akan dilakukan oleh mitra tutur. Berdasarkan konteks, bahwa

penutur memiliki jabatan tertinggi dibandingkan mitra tutur, maka tuturan tersebut

dapat dikatakan sebagai tuturan perintah dengan bukti tuturan “lawan saya.

Silahkan” tetapi tuturan tersebut juga sebagai ancaman untuk mitra tutur karena jika

22

penutur melawan penutur, maka penutur juga akan melawan mitra tutur dengan bukti

tuturan “tapi saya juga, akan buka data anda untuk melawan”.

Tuturan: Bagaimana anda yang mengcrop uang pokir-pokir ini bisa seolah-

olah tidak ada masalah dan mengatakan dari dulu juga sama gara-

gara kamu aja e-bajeting - e- bajeting bikin rumit gitu loh, kan

diomongin kan di TV, di mana-mana seolah saya yang salah ga

bisa komunikasi.

Konteks: Tuturan Ahok saat diwawancarai oleh Aviani Malik di kantor

kerja Ahok di Balai kota, dengan judul “Akhir Drama APBD

DKI Jakarta”.

Tuturan di atas merupakan tuturan ilokusi asertif karena tuturan tersebut

penutur (Ahok) terikat atas kebenaran yang telah dituturkan. Penutur harus

bertanggungjawab atas tuturan tersebut, dimana penutur harus membuktikan bahwa

yang salah selama ini adalah mitra tutur (DPRD) dan tindakan yang dilakukan mitra

tutur adalah tindakan yang menjatuhkan citra diri penutur. Berbeda dengan tuturan

sebelumnya, tuturan di atas merupakan tuturan yang mengandung makna

mengeluhkan (complaining) tindakan mitra tutur. Penutur menginginkan mitra tutur

untuk melakukan suatu tindakan terhadap tuturan tersebut. Tuturan tersebut

mengandung makna bahwa mitra tutur dianggap telah menjatuhkan kedudukan atau

harga diri penutur dengan bukti tuturan adalah “kan diomongin kan di TV, di mana-

mana seolah saya yang salah ga bisa komunikasi”. Namun, dengan bertutur

demikian maka kedudukan mitra tutur juga telah dijatuhkan oleh penutur yang

membeberkan bahwa mitra tutur telah menghilangkan jejak bukti dengan mengcrop

23

uang pokok-pokok pikiran (pokir) yang membuat jumlah APBD DKI menjadi besar,

dan setelah bukti tersebut dihilangkan maka mitra tutur menyatakan bahwa penutur

yang bersalah atas masalah tersebut, dengan bukti tuturan penutur “Bagaimana anda

yang mengcrop uang pokir-pokir ini bisa seolah-olah tidak ada masalah”. Maka

tuturan tersebut adalah tuturan yang bertujuan untuk menjatuhkan citra diri mitra

tutur. Berdasarkan konteks, bahwa penutur dan mitra tutur sama-sama memiliki

jabatan penting maka tuturan tersebut merupakan tuturan yang bersifat menjatuhkan

citra diri mitra tutur, demi kenyamanan dalam bekerja sama, tidak selayaknya kedua

pihak tidak saling menjatuhkan dan sudah seharusnya sama-sama memelihara citra

diri, tetapi melalui bukti tuturan tersebut, kedua belah pihak tidak saling menghargai

kedudukanya.

2. 3 Tindak Tutur Direktif

Tindak tutur direktif adalah bentuk tindak tutur yang dimaksudkan penuturnya

untuk membuat pengaruh agar mitra tutur melakukan tindakan atau tindak tutur yang

memiliki makna memerintah mitra tutur atau melakukan sesuatu untuk penutur yang

bersifat verbal dan nonverbal. Misalnya, memesan (ordering), memerintah

(commanding), memohon (requesting), menasihati (advising), dan merekomendasi

(recommending). Dari data yang telah diperoleh bentuk tindak tutur direktif dapat

dilihat pada kutipan data berikut ini.

24

Tuturan: Bagi saya untuk warga tentu kita untuk himbau perlakuan yang

tertib ya, jangan buang sampah, jangan motong arah-arah lalu

lintas, itukan jelas.

Konteks: Tuturan Ahok saat diwawancarai oleh Aviani Malik di kantor

kerja Ahok di Balai kota, dengan judul “Akhir drama APBD

DKI Jakarta”.

Tuturan di atas merupakan salah satu jenis tuturan direktif karena dalam

tuturan tersebut penutur memerintah atau meminta mitra tutur (masyarakat DKI

Jakarta) melakukan sesuatu sesuai dengan keinginan penutur. Tuturan di atas juga

memiliki makna menasihati (advising) mitra tutur untuk melakukan sesuai yang

diinginkan penutur yaitu mitra tutur mengikuti peraturan yang telah ada dalam

mendukung kinerja yang telah dibuat oleh penutur, salah satunya tindak nyata yang

diinginkan penutur adalah mitra tutur tidak membuang sampah sembarangan dan

mengikuti peraturan lalu lintas untuk menghindari ibukota banjir dan padat dengan

kendaraan, bukti tuturannya adalah “Bagi saya untuk warga tentu kita untuk himbau

perlakuan yang tertib ya, jangan buang sampah, jangan motong arah-arah lalu

lintas”, dan dengan tuturan tersebut penutur berharap mitra tutur melakukan hal

tersebut, dengan demikian tujuan dari penutur akan tercapai. Berdasarkan segi

konteks, tuturan tersebut merupakan sebuah perintah karena penutur memiliki

wewenang untuk menasihati atau memerintah mitra tutur. Status penutur lebih tinggi

daripada mitra tutur dan tuturan tersebut tidak mengandung unsur paksaan untuk

mitra tutur karena tidak ada yang dirugikan dari tuturan tersebut.

25

Tuturan: Jangan cuma marah-marah ini substansinya gitu loh, saya sedang

menyalamatkan uang anda saya ga mampu mengawasi 80rb kan

saya kerja auditornya satu orang ga sanggup urusin itu banyak, ya

mari anda awasin, anda lapor kepada saya kalau masih ada yang

kecolongan saya akan kunci itu.

Konteks: Tuturan Ahok saat diwawancarai oleh Aviani Malik di kantor

kerja Ahok di Balai kota, dengan judul “Akhir Drama APBD

DKI Jakarta”.

Tuturan di atas termasuk tuturan direktif karena tuturan tersebut meminta

mitra tutur untuk melakukan sesuatu untuk penutur, melalui tuturan yang memiliki

maksud untuk menasihati (advising) mitra tutur (masyarakat DKI Jakarta), dengan

bukti tuturan “Jangan cuma marah-marah ini substansinya gitu loh, saya sedang

menyalamatkan uang anda saya ga mampu mengawasi 80.000 kan saya kerja

auditornya satu orang ga sanggup urusin itu banyak, ya mari anda awasin, anda

lapor kepada saya kalau masih ada yang kecolongan”. Penutur menasehati supaya

warga DKI Jakarta jangan hanya marah-marah atau menuntut pemerintahannya tanpa

ikut ambil bagian dalam membentuk Jakarta yang damai dan terlepas dari kemiskinan

sedangkan yang diawasi pemerintah begitu banyak sedangkan jumlah pemerintah

sangat terbatas. Untuk itu Ahok menginginkan warga DKI Jakara melapor ke mitra

tutur jika ada yang kecolongan dari dana APBD DKI Jakarta. Dari segi konteks,

penutur memiliki kedudukan lebih tinggi dari mitra tutur maka tuturan tersebut

memiliki makna memerintah.

26

Tuturan: Saya ingin BUMN bersihkan semua, pak! Bapak cari siapa pun

yang pernah terlibat dipengalihan barang itu, di staffkan. Kalau dia

staff langsung dia di nonjobkan, suruh dia ke diklat baca buku,

semua tunjangan dicopot.

Konteks: Tuturan Ahok saat sedang memimpin rapat dengan tim kerjanya

dengan judul “Basuki TP (Ahok) Beberkan Permainan Anggaran

Siluman APBD DKI Jakarta”.

Tuturan di atas merupakan salah satu data yang termasuk dalam bagian

tuturan direktif karena tuturan tersebut meminta mitra tutur (peserta rapat) untuk

melakukan sesuatu untuk penutur. Tuturan tersebut mengandung makna memerintah

(commanding) mitra tutur. Penutur memerintahkan BUMN untuk mencari orang yang

terlibat dalam pengalihan barang, setelah menemukan orang tersebut maka segala

tunjangan akan diberhentikan serta menonaktifkan orang tersebut, bukti tuturan

“Saya ingin BUMN bersihkan semua, pak! Bapak cari siapa pun yang pernah

terlibat dipengalihan barang itu, di staffkan”. Bagi mitra tutur tuturan (BUMN)

tersebut adalah sebuah tuturan yang bersifat memerintah tetapi bagi pihak ketiga

(orang yang dicari yang terlibat dalam pengalihan barang) tuturan tersebut bersifat

sebuah ancaman karena pihak ketiga akan distaffkan dan tunjangan pribadi akan

dicopot. Berdasarkan konteksnya, untuk mitra tutur ini merupakan sebuah perintah

dari penutur sedangkan untuk pihak yang ketiga (orang yang akan dicari) ini

merupakan sebuah ancaman terhadap harga diri dan kedudukan atau statusnya.

27

Tuturan: Tolong Pak, siapkan. kalau ini disiapkan, gugatan harus disiapkan

ya bu Ayu, kalau siapkan gugatan bahwa mereka itu menurut versi

kita menipu kita yang kop itu semua.

Konteks: Tuturan Ahok saat sedang memimpin rapat dengan tim kerjanya

dengan judul “Basuki TP (Ahok) Beberkan Permainan

Anggaran Siluman APBD DKI Jakarta”.

Tuturan diklasifikasikan ke dalam tuturan direktif karena dalam tuturan

tersebut tersirat makna memohon (requesting) atau tuturan yang meminta lawan tutur

melakukan sesuatu untuk penutur melalui tuturan yang memiliki maksud memohon

atau dengan tuturan yang lebih sopan. Penutur memohon kepada mitra tutur untuk

melakukan sesuatu yaitu menyiapkan gugatan untuk melawan pihak ketiga (DPRD)

dengan bukti tuturan “Tolong Pak, siapkan”. Jika berdasarkan status atau kedudukan,

penutur tidak perlu meminta tolong untuk melakukan hal tersebut karena memang

mitra tutur sudah selayaknya melakukan hal tersebut, tetapi dalam tuturan di atas

penutur meniadakan statusnya dalam bertutur, dan mematuhi kesantunan dalam

berkomunikasi. Berdasarkan konteks tuturannya maka tuturan tersebut merupakan

sebuah perintah karena kedudukan penutur lebih tinggi dari mitra tutur.

Tuturan: Orang bilang saya komunikasi kurang baik dengan DPRD. Saya

komunikasi baik kok, DPRD sering datang, lihat saja CCTV kami,

saya punya bukti CCTV kok.

Konteks: Tuturan Ahok saat diwawancarai dalam acara Metro siang

dengan judul “Ahok Bongkar Triliunan Dana Siluman APBD

DKI Jakarta”.

28

Tuturan di atas merupakan tindak tutur direktif karena tuturan tersebut

memberi pengaruh kepada mitra tutur untuk melakukan sesuatu, melalui tuturan yang

memiliki maksud untuk merekomendasikan (recommending) mitra tutur. Dalam

tuturan di atas penutur merekomendasikan mitra tutur untuk melihat CCTV yang

mendukung keinginan penutur bahwa DPRD (pihak ketiga) sering datang ketempat

kerja penutur dan keadaan mereka selama ini baik-baik saja, bukti tuturannya adalah

“DPRD sering datang, lihat saja CCTV kami”. Tuturan tersebut bertujuan untuk

meyakinkan mitra tutur atas apa yang telah dituturkan oleh penutur dan untuk

mempertahankan citra diri penutur. Berdasarkan segi konteksnya kedudukan penutur

lebih tinggi dari mitra tutur, maka tuturan tersebut berubah makna menjadi sebuah

suruhan atau perintah untuk mitra tutur.

2.4 Tindak Tutur Ekspresif

Tindak tutur ekspresif, yaitu bentuk tuturan yang berfungsi untuk menyatakan

atau menunjukkan sikap psikologis penutur terhadap suatu keadaan misalnya

berterima kasih (thanking), memberi selamat (congratulating), meminta maaf

(pardoning), dan memuji (praising). Data yang terkumpul menunjukkan ada

beberapa tuturan yang termasuk tuturan ekspresif. Berikut data yang tergolong

tuturan ekpresif.

Tuturan: Boleh ga DPRD ikut campur?Ya ga boleh, dia cuma mengawasin

yang masuk akal dan tidak masuk akal, itu urusan kita. Dia

29

tugasnya ngawasin kita terus Muslemdang, saya harap tahun ini

Muslemdang harus jalan

Konteks: Tuturan Ahok saat sedang memimpin rapat dengan tim kerjanya

dengan judul “Basuki TP (Ahok) Beberkan Permainan

Anggaran Siluman APBD DKI Jakarta”.

Tuturan di atas merupakan tuturan ekspresif karena dalam tuturan tersebut

penutur mengekspresikan sikap psikologisnya terhadap mitra tutur (DPRD) melalui

tuturan yang mengandung makna menyalahkan (blaming) mitra tutur. Bukti tuturan

“Boleh ga DPRD ikut campur? Ya ga boleh, dia cuma mengawasin”. Disaat bertutur,

penutur juga mengekspresikan dengan senyuman yang bermakna sinis. Dalam

tuturannya penutur tetap mempertahankan kedudukan dan citra diri penutur. Tuturan

di atas menyatakan keadaan mitra tutur (DPRD) seharusnya tidak boleh ikut campur

dalam membuat APBD, tugas dari DPRD hanya sebagai pengawas tetapi pada

kenyataannya mitra tutur ikut ambil bagian dalam pembuatan APBD tersebut.

Penutur menyalahkan keikutsertaan dari mitra tutur. Dengan adanya tuturan tersebut,

kedudukan penutur jelas lebih tinggi dari kedudukan mitra tutur dalam pembuatan

APBD DKI Jakarta. Berdasarkan konteks, penutur dan mitra tutur sama-sama

memiliki kedudukan yang sama penting maka tuturan tersebut merupakan sebuah

ancaman untuk mitra tutur.

Tuturan: Habis seperti itu, justru Pak Jokowi orangnya agak unik nih,beliau

putusin, kalau begitu kita pecat saja, supaya kita buktikan tanpa

nya kita bisa. Sebelumnya saya sudah mau sikat di 2013 kan? Pak

Jokowi bilang jangan, polisi bukan teman yang jelas jaksa semua

30

Mendagri presiden pun bukan orang kita nih, jadi jangan dulu

donk, 2014 kan saya sudah dapat nih, kan mau masuk kan waktu itu

pak Jokowi pasti capres gitu loh, saya sudah mau hajar juga. Tapi

pak Jokowi bilang tunggu saya nyebrang dulu katanya.

Konteks: Tuturan Ahok saat diwawancarai oleh Aviani Malik di kantor

kerja Ahok di balai kota, dengan judul “Akhir Drama APBD

DKI Jakarta”.

Tuturan di atas merupakan jenis tuturan ekpresif, penutur mengungkapkan

sikap atau perasaannya terhadap mitra tutur melalui tuturan yang memiliki makna

memuji (praising) atau memberikan apresiasi terhadap tindakan atau apa yang telah

dilakukan oleh mitra tutur. Dalam tuturan di atas penutur memuji tindakan pak

Jokowi yang unik. Maksud tuturan di atas adalah saat penutur (Ahok) akan

melakukan perlawanan atau membeberkan semua kesalahan terkait APBD DKI

Jakarta pada tahun 2012, namun pada saat itu penutur (Ahok) berstatus sebagai wakil

gubernur Bapak Jokowi. Malah pak Jokowi yang melarang untuk melakukakannya

dengan alasan waktu yang belum tepat dengan bukti tuturan “Pak Jokowi bilang

jangan, polisi bukan teman yang jelas jaksa semua Mendagri presiden pun bukan

orang kita nih, jadi jangan dulu donk, 2014 kan saya sudah dapat nih, kan mau

masuk kan waktu itu pak Jokowi pasti capres gitu loh, saya sudah mau hajar juga.

Tapi pak Jokowi bilang tunggu saya nyebrang dulu katanya”. Berdasarkan

konteksnya maka tuturan tersebut termasuk sebuah pujian karena kedudukan penutur

lebih rendah daripada mitra tutur, dan tuturan juga tidak menjatuhkan kedudukan atau

harga diri mitra tutur.

31

Tuturan: Lalu 2014 dengan begitu bangga tidak bisa masuk pak, semua ga

mau input, waktu itu BPKD wah gini-gini terus, ya sudah copot.

Masukin pak Heru, makasih pak Heru sama bu Tuty partner tim

anggaran ini.

Konteks: Tuturan Ahok saat sedang memimpin rapat dengan tim kerjanya

dengan judul “Basuki TP (Ahok) Beberkan Permainan

Anggaran Siluman APBD DKI Jakarta”.

Tuturan di atas merupakan jenis tindak tutur ekspresif, melalui tuturan

tersebut penutur mengekspresikan perasaan dan sikap terhadap mitra tutur melalui

tuturan yang mengandung maksud berterima kasih (thinking) untuk mitra tutur karena

telah melaksanakan keinginan penutur dengan bukti tuturan “makasih pak Heru sama

bu Tuty partner tim anggaran ini”. Penutur berterimakasih kepada tim kerjanya

karena mau ikut ambil bagian dalam upaya pembuatan e-bajeting APBD DKI Jakarta

yang sebelumnya tim BPKD membuat lama proses e-bajeting sehingga penutur

segera ambil bagian dalam proses pembuatan e-bajeting tersebut dengan

mengikutsertakan mitra tutur dan dengan keikutsertaan mitra tutur maka penutur

berterima kasih akan hal tersebut. Berdasarkan konteksnya, penutur memiliki status

atau kedudukan lebih tinggi daripada mitra tutur karena tuturan tersebut menunjukkan

ungkapan rasa terima kasih atasan kepada bawahan.

2.4 Tindak Tutur Komisif

Tindak tutur komisif adalah bentuk tutur yang berfungsi untuk menyatakan

janji atau penawaran, atau tindak tutur yang mendorong penutur melakukan sesuatu,

32

dan biasanya tuturan ini bersifat menyenangkan mitra tutur. Misalnya, berjanji

(promising), bersumpah (vowing), dan menawarkan sesuatu (offering). Data yang

telah diklasifikasikan maka yang termasuk tindak tutur komisif adalah sebagai

berikut.

Tuturan: Dengan senang dan bangga saya untuk mati untuk ini kalau

memang saya ditakdirkan untuk mati martil untuk urusan ini.

Mungkin punya jiwa punya roh untuk mati martil, senang saya.

Konteks: Tuturan Ahok saat sedang memimpin rapat dengan tim kerjanya

dengan judul “Basuki TP (Ahok) Beberkan Permainan

Anggaran Siluman APBD DKI Jakarta”.

Tuturan di atas merupakan tindak tutur komisif, dalam tuturan di atas penutur

akan melakukan sesuatu untuk mitra tutur (masyarakat DKI Jakarta) melalui tuturan

yang bersifat memberi sebuah janji (promising) dalam mempertahankan hak mitra

tutur, penutur mempertaruhkan nyawanya. Penutur menyatakan janji dengan bukti

tuturan “Dengan senang dan bangga saya untuk mati untuk ini kalau memang saya

ditakdirkan untuk mati martil untuk urusan ini”. Secara tersirat penutur rela mati

martil hanya untuk urusan atau masalah APBD DKI Jakarta jika memang terbukti

penutur yang bersalah. Dalam mempertahankan harga diri dan kedudukan penutur

bertutur dengan mempertaruhkan nyawanya. Berdasarkan konteks tuturan, maka

tuturan tersebut merupakan sebuah janji penutur untuk mitra tutur dan pihak ketiga

(masyarakat DKI Jakarta) karena penutur memiliki jabatan atau status tertinggi

dibandingkan mitra tutur.

33

Tuturan: Ini kalau SKPD merasa saya mengancam Bapak-bapak, Ibu- ibu,

Bapak ibu salah kalau sampai ini kasus dibongkar yang masuk

penjara itu SKPD loh

Konteks: Tuturan Ahok saat sedang memimpin rapat dengan tim kerjanya

dengan judul “Basuki TP (Ahok) Beberkan Permainan

Anggaran Siluman APBD DKI Jakarta”.

Tuturan di atas merupakan data yang tergolong jenis tindak tutur komisif

karena dalam tuturan tersebut penutur telah mendorong mitra tutur untuk melakukan

sesuatu melalui tuturan yang memiliki maksud menawarkan sesuatu (offering) untuk

mitra tutur yaitu mitra tutur tidak akan masuk penjara jika kasus APBD terbongkar,

tetapi SKPD yang akan dipenjarakan. Dengan adanya tuturan tersebut maka mitra

tutur tidak akan mengalami ketakutan lagi dalam melaksanakan keinginan penutur.

Dalam tuturan tersebut tmemiliki makna yang menyatakan kebebasan atau

menawarkan sesuatu keadaan yang lebih baik untuk mitra tutur, dengan bukti tuturan

adalah “SKPD merasa saya mengancam Bapak-bapak, Ibu-ibu, Bapak ibu salah

kalau sampai ini kasus dibongkar yang masuk penjara itu SKPD loh” dalam

mempertahankan citra diri, penutur telah menjatuhkan kedudukan atau citra diri orang

ketiga (SKPD). Berdasarkan konteksnya dimana penutur memiliki status atau

kedudukan yang lebih tinggi daripada mitra tutur maka tuturan tersebut adalah sebuah

janji untuk mitra tutur.

Tuturan: Bapak-Ibu tinggal pilih mau ikut lawan saya atau dipihak saya.

Saya ga maksa, sederhana saja kok, kalau bapak merasa benar

masa melawan satu orang aja merasa takut? Orang partai ga usah

ikut dah, saya sendiri.

34

Konteks: Tuturan Ahok saat sedang memimpin rapat dengan tim kerjanya

dengan judul “Basuki TP (Ahok) Beberkan Permainan

Anggaran Siluman APBD DKI Jakarta”.

Tuturan di atas termasuk tindak tutur komisif, sama halnya dengan tuturan di

atas, penutur mendorong mitra tutur untuk melakukan suatu hal. Dalam tuturan di

atas mengandung maksud menawarkan atau menyatakan sesuatu kepada mitra tutur

yaitu, mitra tutur bisa memilih untuk melawan penutur atau ikut bekerja sama dengan

penutur, dengan bukti tuturan sebagi berikut “Bapak-Ibu tinggal pilih mau ikut lawan

saya atau dipihak saya”. Penutur juga memberikan sebuah tantangan atau

perlawanan kepada mitra tutur, yaitu melawan penutur jikalau mitra tutur merasa

benar, maka penutur akan melawan mitra tutur dengan bukti tuturan “kalau bapak

merasa benar masa melawan satu orang aja merasa takut? Orang partai ga usah

ikut dah, saya sendiri”. Berdasarkan konteks tuturan maka tuturan tersebut adalah

sebuah tuturan perintah, karena kedudukan penutur lebih tinggi dari mitra tutur.

2.5 Tindak Tutur Deklarasi

Tindak tutur deklarasi adalah bentuk tuturan yang menghubungkan isi tuturan

dengan kenyataannya. Misalnya, mengucilkan (excomunicating), menghukum

(sentencing), memecat (dismissing), dan mengangkat (appointing). Data yang

terkumpul membuktikan bahwa ada beberapa tuturan yang termasuk tindak tutur

deklarasi. Untuk lebih jelasnya perhatikan tindak tutur di bawah ini.

35

Tuturan: Ga heran, dinas pendidikan itu paling goblok. Anggaran begitu

besar, kita bayangin lagi duit begitu banyak, di Jakarta itu sekolah

46% hancur. Apa ga goblok?

Konteks: Tuturan Ahok saat memimpin rapat dengan tim kerjanya

dengan judul “Basuki TP (Ahok) Beberkan Permainan

Anggaran Siluman APBD DKI Jakarta”.

Tuturan di atas adalah salah satu jenis data tindak tutur deklarasi karena dalam

tuturan tersebut penutur menghubungkan kenyataan yang sebenarnya melalui tuturan

yang memiliki maksud mengucilkan (excommunicating) mitra tutur dengan bukti

tuturan “Ga heran, dinas pendidikan itu paling goblok. anggaran begitu besar, kita

bayangin lagi duit begitu banyak, di Jakarta itu sekolah 46% hancur.” Dalam

mempertahankan kedudukannya penutur langsung menyebutkan merek atau nama

(dinas pendidikan) yang dituju, ini adalah salah satu bukti bahwa tuturan tersebut

merupakan tuturan yang mengucilkan. Dalam tuturan tersebut penutur tidak

mempertahankan citra diri dan kedudukan dari mitra tutur, dan penutur juga tidak

berusaha dalam mengikuti kaidah kesantuan dalam berbicara melalui pilihan kata

yang digunakan saat bertutur. Tuturan seperti di atas jika didengarkan oleh anak-anak

di Indonesia maka sangat dikhawatirkan akan dicontoh dan digunakan saat

berkomunikasi, inilah salah satu bentuk kekhawatiran orangtua di Indonesia.

Berdasarkan segi konteks nya maka dimana kedudukan atau status penutur lebih

tinggi dari mitra tutur, tuturan tersebut dapat dikatakan sebagai tuturan ancaman

untuk mitra tutur. Dengan tuturan tersebut maka mitra tutur akan melakukan sesuatu

36

sesuai dengan keinginan penutur atau penutur akan melakukan sesuatu kepada mitra

tutur.

Tuturan: Itu dia ga ngerti plus ini, minus ini xl itu rumus paling mudah

itu.

Konteks: Tuturan Ahok saat sedang memimpin rapat dengan tim kerjanya

dengan judul “Basuki TP (Ahok) Beberkan Permainan

Anggaran Siluman APBD DKI Jakarta”.

Tuturan di atas termasuk tuturan deklarasi, penutur memberitahukan atau

menghubungkan tuturan tersebut terhadap kenyataan dari tindakan mitra tutur.

Penutur bertutur melalui tuturan yang memiliki maksud mengucilkan

(excommunicating) mitra tutur untuk mempertahankan dan tetap menjaga citra diri

penutur, dengan bukti tuturan “Itu dia ga ngerti plus ini, minus ini” dan penutur

memperjelas mengucilkan kedudukan mitra tutur dengan tuturan “xl itu rumus paling

mudah itu”, untuk menjaga citra diri mitra tutur tidak seharusnya penutur bertutur

demikian, karena tuturan tersebut dapat merusak hubungan mitra tutur dan penutur

dan harga diri mitra tutur jadi buruk untuk masyarakat Indonesia. Berdasarkan segi

konteksnya dimana penutur dan mitra tutur memiliki status dan kedudukan yang

sama penting maka tuturan tersebut termasuk tuturan yang mengucilkan mitra tutur

atau dengan kata lain meminimalkan kedudukan dan status mitra tutur.

37

Tuturan: Soal APBD ini semua pak wali , tolong ini proyek paling besar ini,

permainannya lumayan gede loh Pak, wali kota bagian Barat ini

paling gila ini, termasuk sekolah, pendidikan, bayangkan aja

kebudayaan juga sama ini.

Konteks: Tuturan Ahok saat sedang memimpin rapat dengan tim kerjanya

dengan judul “Basuki TP (Ahok) Beberkan Permainan

Anggaran Siluman APBD DKI Jakarta”.

Tuturan di atas adalah jenis tuturan deklarasi yang memiliki maksud tuturan

untuk mengucilkan mitra tutur, dengan bukti tuturan sebagai berikut “Wali kota

bagian Barat ini paling gila ini, termasuk sekolah, pendidikan,” karena tuturan

tersebut langsung menunjuk mitra tutur secara langsung, dan dengan tuturan tersebut

mitra tutur tidak memiliki pilihan karena penutur langsung menyebutkan nama atau

instansi yang dimaksudkan, jika diteliti dari segi konteksnya, dimana penutur

memiliki kedudukan atau status lebih tinggi dari mitra tutur, maka tuturan tersebut

menjadi sebuah ancaman bagi mitra tutur.

Tuturan: Kalau Bapak ga bisa jawab ini kalau bapak terlibat, hari ini

saya staffkan Bapak.

Konteks: Tuturan Ahok saat sedang memimpin rapat dengan tim kerjanya

dengan judul “Basuki TP (Ahok) Beberkan Permainan

Anggaran Siluman APBD DKI Jakarta”.

Tuturan di atas salah satu bentuk tindak tutur deklarasi, penutur

menghubungkan tuturan tersebut dengan kenyataan yang akan diterima oleh penutur

melalui tuturan yang memiliki maksud menghukum (sentencing) langsung mitra

38

tutur, dari tuturan tersebut juga tidak memiliki banyak tindakan yang bisa dilakukan

oleh mitra tutur, terbuki dari tuturan “kalau Bapak ga bisa jawab ini kalau bapak

terlibat, hari ini saya staffkan bapak”. Dalam mempertahankan keinginannya penutur

atau untuk mmpertahankan citra diri penutur langsung mengambil keputusan untuk

menstaffkan mitra tutur. Dalam hal ini juga penutur tidak mempertahankan

kedudukan mitra tutur karena penutur langsung bertutur seperti itu di depan khalayak

umum, dan dampak dari tuturan tersebut adalah semakin rendahnya kedudukan mitra

tutur didepan pihak ketiga (tim kerja yang lainnya). Berdasarkan segi konteksnya,

kedudukan penutur lebih tinggi dari kedudukan mitra tutur, maka tuturan tersebut

dikatakan sebagai ancaman untuk mitra tutur.

Tuturan: Nah disitulah saya lihat ini pasti keras ini, saya paksa kalau kalian

ga mau ikutin saya e-bajeting saya akan pecat lagi.

Konteks: Tuturan Ahok saat sedang memimpin rapat dengan tim kerjanya

dengan judul “Basuki TP (Ahok) Beberkan Permainan

Anggaran Siluman APBD DKI Jakarta”.

Tuturan di atas di klasifikasikan dalam data jenis tuturan deklarasi karena

tuturan tersebut mengandung maksud memecat (dismissing) dan tuturan tersebut

memberikan dampak kepada mitra tutur untuk melakukan keinginan dengan bukti

tuturan “saya paksa kalau kalian ga mau ikutin saya e-bajeting saya akan pecat

lagi”. Tuturan tersebut secara tersirat telah memaksakan mitra tutur untuk melakukan

keinginan penutur dan mitra tutur tidak memiliki pilihan lain kecuali dipecat dari

kedudukan mitra tutur. Dalam mempertahankan keinginan penutur, maka penutur

39

memberikan pilihan yang berat untuk dilakukan mitra tutur. Jika dinilai dari segi

konteks, dimana kedudukan penutur lebih tinggi dari mitra tutur maka tuturan

tersebut dikatakan sebagai ancaman untuk mitra tutur.

Tuturan: Ya saya marah, saya ga berani minta maaf untuk orang-orang

seperti itu, dan menurut saya kata-kata saya yang pake toilet-toilet

itu masih lebih halus, udah saya halusin itu lalu kenapa saya minta

maaf, saya berpikir setelah beberapa orang komentar khawair

anak-anak kebiasaan menggunakan kalimat itu,ya sudah kalau gitu

untuk orang tua yang khawatir saya harus mau minta maaf, tapi

sebetulnya harusnya kita harus lebih khawatir orang tua yang

korup, yang gajinya kecil, hidupnya mewah itu lebih merusak

mental anak-anaknya.

Konteks: Tuturan Ahok saat sedang memimpin rapat dengan tim kerjanya

dengan judul “Basuki TP (Ahok) Beberkan Permainan

Anggaran Siluman APBD DKI Jakarta”.

Tuturan di atas merupakan tuturan deklarasi yang ditunjukkan melalui tuturan

yang memiliki maksud mengangkat (appointing), atau mempertahankan kedudukan

atau mempertahankan citra dirinya di depan banyak orang. Bukti tuturan tersebut

adalah sebagai berikut “menurut saya kata-kata saya yang pake toilet-toilet itu masih

lebih halus, udah saya halusin itu lalu kenapa saya minta maaf, saya berpikir setelah

beberapa orang komentar khawatir anak-anak kebiasaan menggunakan kalimat itu,

ya sudah kalau gitu untuk orang tua yang khawatir saya harus mau minta maaf, tapi

sebetulnya harusnya kita harus lebih khawatir orang tua yang korup, yang gajinya

kecil, hidupnya mewah itu lebih merusak mental anak-anaknya.” Tuturan tersebut

mengandung makna melindungi penutur dari apa yang telah dilakukan, yaitu meminta

40

maaf kepada mitra tutur, dan penutur menjelaskan bahwa tindakan yang dilakukan

yaitu minta maaf bukan untuk DPRD melainkan untuk masyarakat, dimana penutur

meminta maaf gegara menggunakan bahasa toilet saat sedang rapat dengan DPRD.

Jika dilihat dari konteksnya dimana penutur dan mitra tutur memiliki kedudukan

sama-sama penting, maka tuturan tersebut memiliki arti mengangkat harga diri atau

kedudukan penutur dimata mitra tutur.

Tuturan: Saya Lebih baik saya disingkirin jadi gubernur, tapi seluruh

Indonesia bisa menilai sendiri.

Konteks: Tuturan Ahok saat diwawancarai dalam acara Metro siang

dengan judul “Ahok Bongkar Triliunan Dana Siluman APBD

DKI Jakarta”.

Tuturan di atas dikategorikan tindak tutur deklarasi. Dalam tuturan tersebut

penutur memberikan kenyataan tuturan tersebut melalui tindakan yang akan

dilakukan dan tuturan tersebut mengandung maksud berpasrah (resigning) atas apa

yang dilakukan oleh penutur dan ini adalah salah satu cara penutur dalam

mempertahankan keinginannya, dari tuturan tersebut dapat diartikan bahwa tuturan

tersebut menggambarkan keberserahan penutur jika keinginan penutur tidak

dilakukan oleh pihak kedua (tim kerja) bukti dari keberserahan penutur adalah “Saya

Lebih baik saya disingkirin jadi gubernur”. Jika dilihat dari segi konteksnya, penutur

memiliki kedudukan lebih tinggi maka tuturan tersebut adalah tuturan yang

menyatakan keberserahan atau menjatuhkan kedudukan atau status penutur.