Post on 06-Feb-2018
Bab I
Pendahuluan
1.1. Latar Belakang
Perkembangan kepariwisataan dunia yang terus bergerak dinamis dan
kecenderungan wisatawan untuk melakukan perjalanan pariwisata dalam berbagai
pola yang berbeda merupakan peluang sekaligus tantangan bagi kepariwisataan
Pulau Bali. Salah satu pola perjalanan wisatawan adalah menggunakan kapal
pesiar (cruise line). Pulau Bali yang telah dikenal di penjuru dunia, memiliki
potensi untuk menjadi tempat persinggahan dan tujuan dari pelayaran pariwisata
internasional.
Pemerintah melalui Departemen Budaya dan Pariwisata telah menangkap
potensi tersebut dan berniat untuk menjadikan Pelabuhan Benoa sebagai
pelabuhan pariwisata yang menjadi tempat persinggahan kapal pesiar (cruise line)
internasional di Pulau Bali1. Seiring dengan rencana tersebut, PT. Pelabuhan
Indonesia III selaku pengelola Pelabuhan Benoa, memiliki visi untuk menjadikan
Pelabuhan Benoa sebagai pelabuhan pariwisata berkelas internasional yang
mampu mengantisipasi perkembangan arus wisata daerah Bali dan sekitarnya.
Untuk menunjang visi tersebut maka PT. Pelabuhan Indonesia III, dalam
usulan rencana induk (master plan) Pelabuhan Benoa tahun 2005, membagi
pelabuhan menjadi empat zona, yaitu: (1) Zona Pelabuhan Umum dan Pariwisata,
(2) Zona Marina, (3) Zona Perikanan dan (4) Zona Penunjang Kepelabuhan. Zona
pelabuhan umum dan pariwisata akan ditingkatkan pelayanannya dari port of call
menjadi turnaround port, yang diharapkan dapat meningkatkan intensitas
kedatangan wisatawan ke Bali. Zona marina akan meyediakan akomodasi bagi
wisatawan yang datang, serta menjadi area bisnis dan rekreasi bagi masyarakat
dan wisatawan. Zona perikanan akan menjadi atraksi wisata dengan berbagai
1 Menurut Sekretaris Jenderal Departemen Budaya dan Pariwisata Republik Indonesia, Sapta Nirwandar, menjelaskan kepada Bisnis Indonesia (2005), “saat ini terdapat tiga perusahaan international yang menyatakan berminat untuk menjadikan Bali sebagai turnaround port, yang artinya Bali tidak lagi hanya sekedar cruise stop, tapi menjadi titik awal dan akhir dari pelayaran. Sumber: http://www.balidiscovery.com/
1
kegiatan nelayan dan fish market-nya. Zona penunjang kepelabuhan akan
menyediakan perkantoran sewa bagi cruise line dan berbagai pihak yang
berhubungan dengan pelabuhan.
Turnaround cruise port merupakan pelabuhan pariwisata yang melayani
naik turunnya wisatawan yang ingin berwisata dengan kapal pesiar (cruise line)
internasional. Akan tetapi pelabuhan pariwisata tidak hanya sekedar fasilitas
transit yang melayani pergantian moda transportasi dari darat ke laut atau
sebaliknya. Penumpang kapal pesiar yang merupakan wisatawan menginginkan
pengalaman yang menyenangkan selama transit baik yang baru tiba atau pun yang
akan berangkat. Selama transit ini berbagai kebutuhan wisatawan harus terpenuhi,
mulai dari akomodasi hotel sampai berbelanja cindera mata. Untuk memenuhi
kebutuhan tersebut maka pada pelabuhan harus dikembangkan fungsi campuran,
yang meliputi fungsi hunian, komersial, dan rekreasi.
Gambar 1.1. Lingkup makro kajian yaitu Kawasan Teluk Benoa yang strategis
(sumber http://www.googleearth.com)
2
Pelabuhan Benoa agar dapat berfungsi sebagai pelabuhan pariwisata
internasional, pada perancangannya harus memperhatikan hal-hal berikut. Pertama
adalah integrasi berbagai fungsi baru dengan fungsi eksisting yang harus
menunjang satu sama lain. Pengunjung atau wisatwan harus terjaga kenyamanan,
keselamatan dan keamanannya tanpa mengganggu aktifitas pelabuhan, bahkan
aktifitas pelabuhan itu sendiri dapat menjadi atraksi wisata yang menarik bagi
pengunjung. Kedua adalah sense of place kawasan harus kuat. Pelabuhan
merupakan gerbang internasional bagi pengunjung yang menggunakan moda
transportasi laut2, sehingga saat pengunjung tiba, mereka harus mendapatkan
gambaran suasana Pulau Bali secara keseluruhan dan akan tertarik untuk
menjelajah lebih jauh. Begitu pula saat berangkat, mereka harus mendapatkan
suasana yang berkesan sehingga memutuskan untuk datang lagi dikemudian hari.
Ketiga adalah penataan sistem sirkulasi kendaraan. Aktivitas pelabuhan ikan dan
pelabuhan petikemas melibatkan penggunaan alat transportasi berupa truk-truk
besar, sehingga sirkulasi kendaraan ini harus dipisahkan dengan sirkulasi
kendaraan yang mengangkut wisatawan. Penataan ini dimaksudkan agar
kenyamanan dan kelancaran berbagai macam aktivitas pelabuhan dapat
terpelihara dengan baik.
Uraian diatas menggambarkan bahwa seluruh kawasan Pelabuhan Benoa
merupakan tujuan wisata, yang selanjutnya dapat dianalogikan sebagai sebuah
resor. Di sisi yang lain Pelabuhan Benoa merupakan bagian dari jaringan fasilitas
infrastruktur publik yang dikelola oleh badan usaha milik negara, yang dalam
perkembangan kedepan akan menampung fungsi mulai dari bongkar muat barang,
rekreasi sampai hunian. Perkembangan tersebut menunjukkan bahwa kawasan
Pelabuhan Benoa merupakan kawasan urban. Dengan demikian perancangan
pelabuhan pariwisata internasional pada Pelabuhan Benoa merupakan
perancangan sebuah resor urban. Resor urban adalah sebuah kawasan perkotaan
yang digunakan untuk berwisata, yang memiliki atraksi dan berbagai sarana
pendukung pariwisata yang lengkap.
2 Kajian Dampak Ekonomi Pembangunan Turnaround Cruise Port di Indonsesia. PT. (Persero)
Pelabuhan Indonesia III. 2006.
3
Sebuah kawasan urban yang baik, menurut English Partnership dalam
Urban Design Compendium (2000), harus memenuhi kriteria berupa: integrasi
dengan kawasan sekitar, efesiensi fungsi, lingkungan yang harmonis, sense of
place dan kelayakan secara komersial. Perancangan pelabuhan pariwisata pada
kawasan Teluk Benoa juga berhubungan dengan kriteria perancangan yang
disebutkan diatas, yaitu:
1. Integrasi berbagai fungsi eksisting dengan fungsi baru yang ditunjukkan
pada pengaturan tata guna lahan serta keterhubungan antar berbagai fungsi
dan fasilitas pendukung pada kawasan.
2. Efisiensi fungsi dengan menyediakan fungsi-fungsi penunjang yang
dibutuhkan oleh pelabuhan pariwisata internasional.
3. Lingkungan yang harmonis dan sensitif terhadap kondisi ekologi kawasan
Teluk Benoa.
4. Karakter kawasan yang ditunjukkan dengan peningkatan kualitas
lingkungan dari kawasan pergudangan menjadi kawasan tujuan wisata
yang memiliki sense of place lokal Bali.
Isu yang paling menonjol dari perancangan pelabuhan pariwisata
internasional di Pelabuhan Benoa ini adalah mengenai sense of place. Sense of
place tidak hanya mengenai material bangunan atau langgam arsitektur tapi juga
menyangkut kehidupan sosial-budaya masyarakat setempat. Pada perancangannya
sense of place ini meliputi semua komponen, mulai dari tata guna lahan, tata
bangunan, sampai aktivitas pendukung yang melibatkan masyarakat setempat.
Pada tesis ini sense of place tersebut akan dicapai dengan memadukan (simbiosis)
antara kaidah-kaidah tata ruang tradisional Bali dengan teori rancang kota.
Simbiosis antara tradisional dan modern tersebut akan saling melengkapi sehingga
menghasilkan kawasan resor urban yang terintegrasi dan efisien sekaligus
memiliki sense of place Bali yang kuat. Tesis ini akan membuktikan bahwa tata
ruang tradisional Bali dapat diaplikasikan ke dalam kawasan pelabuhan yang
merupakan kawasan urban yang berfungsi sebagai pelabuhan pariwisata
internasional.
4
1.2. Tujuan
Tujuan dari penulisan tesis ini adalah:
1. Menyusun gagasan dan konsep pengembangan turnaround cruise port di
Pelabuhan Benoa Bali, sebagai model acuan pengembangan turnaround
cruise port di Indonesia
2. Mensimulasikan perancangan turnaround cruise port pada Pelabuhan
Benoa dengan segala fasilitasnya dan menjawab permasalahan yang
berkaitan dengan penurunan kualitas ruang, integrasi berbagai fungsi yang
berbeda, peralihan darat-laut, sistem sirkulasi dan sense of place pada
kawasan dalam upaya untuk menjadikan Pelabuhan Benoa sebagai
pelabuhan pariwisata yang bertaraf internasional.
1.3. Permasalahan Perancangan
Permasalahan yang dihadapi dalam perancangan pelabuhan pariwisata
internasional pada kawasan Teluk Benoa adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana mengintegrasikan kaidah tata ruang ruang tradisional Bali pada
kawasan pelabuhan yang merupakan kawasan urban yang memiliki fungsi
utama sebagai pelabuhan pariwisata internasional?
2. Bagaimana merancang pencapaian pengunjung yang menerus ke arah
badan air tanpa mengganggu aktivitas pelabuhan?
3. Fungsi dan fasilitas apa saja yang harus disediakan sehingga pelabuhan
menjadi tujuan wisata bertaraf internasional?
4. Bagimana merancang ruang-ruang publik pelabuhan yang memiliki sense
of place yang berciri Bali?
1.4. Lingkup Kajian dan Perancangan
1.4.1. Lingkup Kajian
Lingkup kajian yang dibahas pada tesis ini adalah:
1. Lingkup makro, yang meliputi kawasan Teluk Benoa dengan berbagai
rencana pengembangan yang sudah dan akan direncanakan yang
mempengaruhi perancangan pelabuhan wisata internasional.
5
2. Lingkup meso, yang meliputi kawasan Pelabuhan Benoa secara
keseluruhan untuk menciptakan integrasi yang baik dengan berbagai
fungsi baru yang akan dikembangkan.
3. Lingkup mikro, yang meliputi zona pelabuhan yang dikembangkan
menjadi fungsi pendukung pelabuhan wisata internasional.
1.4.2. Lingkup Perancangan
Perancangan pelabuhan pariwisata internasional ini melingkupi enam dari
delapan komponen perancangan kota yang dikemukakan oleh Shirvani (1985).
Komponen-komponen perancangan kota tersebut yaitu:
1. Tata guna lahan
Penataan lahan yang menampung berbagai fungsi baru agar dapat
terintegrasi dengan fungsi eksisting.
2. Tata massa dan bentuk bangunan
Penataan berbagai bangunan untuk menghasilkan karakter lingkungan
yang khas.
3. Sistem sirkulasi dan parkir
Pengaturan sistem sirkulasi kendaraan yang efisien dan efektif dengan
jumlah parkir yang cukup.
4. Jalur pejalan kaki
Pengaturan sistem sirkulasi pejalan kaki untuk menghindari konflik
dengan sikulasi kendaraan dan merangsang orang untuk berjalan kaki.
5. Ruang terbuka
Penataan ruang terbuka sebagai ruang peralihan antar fungsi dan tempat
bersosialisasi yang nyaman bagi publik.
6. Kegiatan penunjang
Mengakomodasi berbagai kegiatan penunjang yang dapat meningkatkan
vitalitas kawasan.
Keluaran dari tesis ini adalah simulasi perancangan pelabuhan pariwisata
internasional yang meliputi gambar rencana tapak, gambar tampak – potongan dan
detail perancangan, perspektif suasana dan sikuen kawasan perancangan.
6
1.4.3. Batasan Objek Perancangan
Perancangan difokuskan pada lingkup mikro yang meliputi zona marina,
perkantoran dan terminal penumpang. Sedangkan penataan atau revitalisai
diusulkan mencakup seluruh area pelabuhan (lingkup mezo) agar tercipta suatu
kawasan yang terintegrasi baik secara fungsi maupun visual. Luas lahan yang
dijadikan objek perancangan adalah 225.209 m2 daratan dan 90.320 m2 perairan.
Lahan merupakan milik PT. Pelabuhan Indonesia III Cabang Benoa. Batas fisik
kawasan perencanaan yaitu:
1. Utara: perairan dangkal dan hutan bakau
2. Timur: laut dan Pulau Serangan
3. Selatan: lapangan penumpukan petikemas pada zona pelabuhan umum
4. Barat: boulevard pelabuhan dan zona perikanan
Gambar 1.3. Batas-batas area perancangan
(Sumber PT. (Persero) Pelindo III )
7
1.5. Metodologi Perancangan
1.5.1. Metoda Pembahasan
Metoda pembahasan yang digunakan adalah modifikasi dari metoda
synoptic (Shirvani, 1985). Metoda synoptic merupakan metoda yang
menggunakan langkah-langkah rasional dan komprehensif untuk menghasilkan
solusi perancangan yang objektif. Langkah-langkahnya terlihat pada bagan
berikut:
1. Pengumpulan data dan survei lapangan
2. Analisa data dan identifikasi persoalan
3. Perumusan tujuan serta sasaran.
4. Penyusunan konsep perancangan
5. Evaluasi konsep perancangan
6. Simulasi desain.
Gambar 1.2. Langkah-langkah metoda synoptic
(sumber: Shirvani, 1985)
1.5.2. Pendekatan Perancangan
1. Pendekatan normatif fungsional.
Pendekatan ini menggunakan berbagai macam teori perancangan kota
yang berhubungan dengan pengembangan pelabuhan menjadi tujuan
wisata. Teori-teori tersebut antara lain: Transit, Mixed-use Development,
Linkage, Place, dan pengembangan kawasan waterfront
2. Pendekatan normatif adat
Penggunaan pendekatan ini bertujuan untuk menciptakan sense of place
pada kawasan pelabuhan wisata yang memiliki berbagai fungsi yang
belum dikenal dalam konsep tata ruang tradisonal Bali. Konsep-konsep
tersebut yaitu, sanga mandala, pempatan agung, nyegara gunung dan
sebagainya.
8
3. Pendekatan analogi
Pendekatan ini bertujuan mencari solusi dari berbagai persoalan pada
pelabuhan yang berhubungan dengan kegiatan pariwisata, yaitu dengan
menganalogikan kawasan pelabuhan sebagai sebuah resor urban
4. Pendekatan program ruang
Pendekatan ini bertujuan untuk merumuskan berbagai fungsi baru yang
akan dikembangkan, sehingga dapat terintegrasi dengan berbagai fungsi
eksisting pelabuhan.
5. Pendekatan tapak
Kondisi tapak sangat mempengaruhi hasil akhir perancangan. Pendekatan
ini bertujuan untuk mencari solusi yang terbaik dari berbagai potensi dan
permasalahan yang dimiliki oleh tapak, sehingga dapat memberikan
keuntungan yang maksimum dan eksternalitas negatif yang minimum.
1.5.3. Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran dalam penulisan tesis ini adalah sebagai berikut:
Simulasi Perancangan
Visi Pelabuhan Pariwisata Internasional
Tinjauan Kawasan Teluk Benoa
Identifikasi Potensi dan
Permasalahan pada Kawasan Pelabuhan
Benoa Kriteria Perancangan
Prinsip Perancangan Kawasan Pelabuhan Benoa
Konsep Perancangan Pelabuhan Pariwisata
Internasional
Kebijakan PT. Pelindo III
dan Pemerintah
Teori Rancang Kota
Kajian Preseden
Tata Ruang Tradisonal
Kajian Literatur dan Preseden
Gambar 1.4. Bagan kerangka pemikiran
9
1.6. Sistematika Pembahasan
Sistematika pembahasan tesis ini adalah sebagai berikut:
Bab I Pendahuluan
Pada bab ini berisi mengenai latar belakang dan tujuan penulisan tesis, identifikasi
permasalahan yang terdapat pada area perancangan dan metodologi pembahasan
yang digunakan pada tesis ini.
Bab II Kajian Literatur
Kajian literatur yang dianggap relevan dengan isu perancangan kawasan, yaitu
pengembangan area pelabuhan pariwisata dengan fungsi campuran dan
berorientasi pada transit yang memiliki sense of place. Juga dilakukan studi
banding pada kasus sejenis yang memiliki pendekatan yang sama.
Bab III Tinjauan Umum dan Analisis
Gambaran umum kondisi awal, batas fisik kawasan perancangan, permasalahan,
potensi kawasan serta analisis secara makro dan mikro sebagai dasar bagi simulasi
perancangan.
Bab IV Simulasi Perancangan
Merupakan perumusan konsep perancangan terinci selanjutnya dituangkan pada
simulasi perancangan untuk memunculkan bentukan ruang secara tiga dimensi
guna memperlihatkan kualitas ruang secara visual.
Bab V Kesimpulan dan Saran
Merumuskan secara umum keberhasilan konsep perancangan yang diterapkan
pada area perancangan serta memberikan beberapa saran dan rekomendasi
mengenai studi lanjutan pengembangan Pelabuhan Pariwisata Internasional
10