Post on 02-Mar-2019
1
BAB I
PENDAHULUAN
I.I. Latar Belakang Penelitian
Indonesia khususnya Pulau Jawa memiliki banyak gunung api karena
berada pada wilayah tektonik aktif yang dikenal dengan zona subduksi. Gunung
api yang terbentuk dari proses subduksi memiliki umur yang bervariasi, mulai dari
Tersier hingga Kuarter dan dapat terbentuk pada lingkungan darat maupun laut.
Besarnya proses eksogenik yang terjadi di Indonesia, mengakibatkan morfologi
gunung api yang berumur Tersier secara umum sudah tidak utuh lagi, namun
masih bisa dilakukan identifikasi suatu gunung api purba dengan melakukan
pendekatan-pendekatan yang sama dengan pengidentifikasian gunung api masa
kini, sehingga dapat diidentifikasi karakteristik maupun pelamparan dari suatu
gunung api purba secara detail (Bronto, 2010).
Penelitian berada pada Kecamatan Loano dan sekitarnya, Kabupaten
Purworejo. Daerah penelitian menyingkap batuan vulkanik dari Formasi Andesit
Tua. Berdasarkan Peta geologi Regional Lembar Yogyakarta (Rahardjo, dkk
1995), Formasi Andesit Tua tersingkap pada area yang luas. Luasnya pelamparan
formasi ini menyebabkan dugaan sumber gunung api pembentuk formasi ini lebih
dari satu. Pada daerah penelitian belum terdapat penelitian detail yang membahas
hubungan antara sumber gunung api dengan batuan vulkaniknya, sehingga sisi ini
diangkat penulis untuk dijadikan tema penelitian. Dalam ilmu geologi, studi ini
menjadi hal yang menarik dimana dapat dikembangkan untuk mengetahui adanya
potensi geologi dari suatu sistem gunung api di sekitar lokasi penelitian, misalkan
dalam hal potensi alterasi, mineralisasi, hingga adanya potensi panas bumi.
2
I.2. Maksud dan Tujuan Penelitian
Maksud dari penelitian ini untuk memberikan deskripsi detail hubungan
antara batuan vulkanik dengan gunung api purba yang ada di daerah penelitian.
Tujuan penelitian yang akan ditempuh adalah mengidentifikasi karakteristik
sumber gunung api purba yang membentuk litologi daerah penelitian, melakukan
pembagian fasies gunung api purba dengan cara pembuatan peta fasies gunung api
purba, serta mengetahui mekanisme pembentukan / genesis batuan gunung api
berdasarkan karakteristiknya.
I.3. Batasan Masalah
Penelitian ini secara umum dibatasi pada 3 aspek, berupa aspek lokasi
daerah yang diteliti, aspek objek yang diteliti, serta aspek metode yang digunakan.
1. Aspek lokasi yang diteliti. Penelitian dilakukan di Desa Banyuasin
Separe dan sekitarnya, Kecamatan Loano dan sekitarnya Kabupaten
Purworejo, Provinsi Jawa Tengah.
2. Objek yang diteliti pada daerah penelitian ini adalah singkapan
batuan vulkanik pada Formasi Andesit Tua. Analisis datanya dibatasi
pada aspek karakteristik dan mekanisme pembentukan batuan
vulkanik pada daerah penelitian, serta identifikasi fasies vulkanik.
3. Metode yang digunakan pada penelitian ini dibagi menjadi dua
bagian yakni pengambilan data dan analisis data. Pada metode
pengambilan data hanya dilakukan dengan pengambilan data
permukaan yaitu dengan melakukan pemetaan geologi. Pada
metode analisis data metode yang digunakan berdasarkan
pengamatan petrografi maupun metode XRF.
3
PETA LOKASI PENELITIANDAERAH BANYUASIN SEPARE DAN SEKITARNYA, KECAMATAN LOANO,
KABUPATEN PURWOREJO, PROVINSI JAWA TENGAH
0 km 4 km
U
Lokasi Daerah Penelitian
I.4 Lokasi dan Kesampaian Daerah 3
Gambar 1.1. Peta Indeks dan Peta Lokasi Daerah Penelitian
4
Lokasi penelitian secara administratif meliputi Desa Kedung Loteng, Desa
Cacaban Kidul, Desa Benowo, Desa Kali Urip, Desa Kedung Puang, Desa Mudal
Rejo, Desa Ngargo Sari, Desa Banyu Asin Kembaran, Desa Kali Semo, Desa
Kemejing, Desa Kali Tepas, Desa Sedayu, Desa Guyangan, Desa Wadas, Desa
Banyu Asin Sepae, Desa Pagerharjo, Desa Kali Semo, Desa Kali Glagah, Desa
Tepan Sari, Desa Tridadi, Desa Kali Kalong, Desa Ngadi Rejo, Desa Rimun,
Desa Dono Rati, Desa Hardi Mulyo, Desa Sudogoro, Desa Somowono, Desa
Tlogo Bulu, Desa Gunung Wangi, Desa Jelok, Desa Sudi Moro, Kecamatan
Loano dan sekitarnya Kabupaten Purworejo, Provinsi Jawa Tengah. Daerah
penelitian berada pada Peta Rupa Bumi Digital Indonesia lembar 1408-231
Purworejo . Luas daerah pemetaan ini kurang lebih 63 km2.
Lokasi penelitian dapat dicapai dengan kendaraan pribadi (sepeda motor
atau mobil) kurang lebih 1 jam 30 menit dari Yogyakarta. Secara umum lokasi
penelitian mudah jika berusaha dicapai dengan kendaraan roda dua dan terdapat
juga beberapa lokasi yang harus ditempuh dengan jalan kaki. Penyusun berusaha
memanfaatkan kendaraan roda dua pada daerah-daerah yang relatif bisa dijangkau
dengan kendaraan dan berjalan kaki pada lokasi-lokasi yang sulit dijangkau
dengan kendaraan roda dua.
I.5. Manfaat Penelitian
Penelitian bermanfaat untuk memberikan gambaran hubungan antara
batuan vulkanik daerah penelitian tentang sumber batuan vulkanik tersebut dilihat
dari sisi fasies batuan vulkanik tersebut. Hubungan ini menjadi penting karena
jika dapat diidentifikasi luas pelamparan gunung api purba dengan menggunakan
5
data batuan vulkanik yang ada, nantinya dapat dilihat potensi ekonomis yang
mungkin terdapat di gunung api purba tersebut, seperti potensi mineralisasi.
I.6. Peneliti Terdahulu
Beberapa penelitian yang telah dilakukan oleh beberapa ahli antara lain :
1. Bemmelen (1949) menyatakan bahwa Kulon Progo merupakan bagian dari
Zona Pegunungan Serayu Selatan bagian timur dan merupakan suatu kubah
(dome).
2. Bemmelen (1949) menyatakan ada tiga gunungapi purba di Kulon Progo,
yaitu (dari tua ke muda) (1) Gunung Gajah yang terletak di tengah dan
menghasilkan aliran lava dan breksi andesit piroksen basaltik, (2) Gunung Ijo
yang terletak di selatan yang menghasilkan andesit piroksen basaltik
kemudian menjadi andesit augit hornblenda dan yang paling akhir adalah
intrusi dasit, serta (3) Gunung Menoreh di sebelah utara yang menghasilkan
batuan andesit augit hornblenda yang diikuti intrusi dasit dan trakhiandesit.
3. Sujanto dan Roskamil (1975) membuat urutan stratigrafi regional pada
Kompleks Pegunungan Kulon Progo. Formasi Nanggulan merupakan formasi
tertua dan berumur Eosen, kemudian terbentuk Formasi Andesit Tua yang
berumur Oligosen dan memiliki hubungan tidak selaras dengan formasi
Nanggulan. Pada Miosen awal hingga Miosen akhir terbentuk formasi
Sentolo yang pada Miosen awal juga terbentuk formasi Sambipitu. Kedua
formasi ini memiliki hubungan menjari. Diatas formasi Sambipitu terbentuk
formasi Jonggrangan dan memiliki hubungan selaras. Pada Pliosen awal
terbentuk formasi Wonosari. Akhir dari stratigrafi Pegunungan Kulon Progo
ditandai dengan adanya endapan endapan vulkanik yang berumur Kuarter.
6
4. Rahardjo (1995) mengadakan penelitian dan membuat peta geologi lembar
Yogyakarta berskala 1:100.000.
5. Setiadji et al. (2006) menyatakan bahwa magmatisme di Jawa dihasilkan pada
seting tektonik island arcs. Magmatisme pada Tersier Bawah didominasi oleh
magmatisme toleitik dan pada Miosen Atas didominasi oleh kalk-alkalin.
Sumber magma di Jawa berasal dari partial melting dari mantle wedge yang
menghasilkan magma basaltik. Proses diferensiasi magma yang bekerja yaitu
fraksional kristalisasi. Magma primer ini mengalami perubahan yang sangat
besar sebelum erupsi.
6. Setijadji dan Watanabe (2009) menyatakan daerah Kulon Progo memiliki tiga
pusat gunung api dengan umur 25,4 - 29,6 jtl (Oligosen Atas) yaitu pada
sampel di Gunung Ijo pada Kulon Progo Selatan 17,0±2,0 sampai 16,0±2,2 jtl
(Miosen Bawah) pada sampel di Gunung Gajah (Kulon Progo) dan 11,4±0,7
sampai 12,4±0.7 jtl (Miosen Atas) pada sampel Gunung Menoreh
(Borobudur).
7. Bronto (2010) menyatakan identifikasi suatu gunung api purba dapat
dilakukan dengan berbagai cara, yaitu dengan pendekatan morfologi, struktur
geologi, litofasies, struktur dan tekstur batuan, geokimia, maupun pendekatan
geofisika. Bronto melakukan pembagian, deliniasi, dan identifikasi
karakteristik gunung api purba di daerah Jawa Tengah dan Sekitarnya, namun
untuk daerah kulon Progo hanya dilakukan pembagian dan deliniasi gunung
api purba. Gunung Ijo berada pada bagian selatan, gunung Gajah pada bagian
tengah, dan gunung Menoreh pada bagian utara.