repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 257 › is… · Web view I.I...

207
1 BAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Zaman kala masyarakat senantiasa tidaklah stagnan pada kondisi keseharian yang dimiliki, menjadikannya sebuah fenomena pantas untuk dikaji. Dinamika yang berkembang tersebut seringkali tidak terlepas dari peranan struktur makro yang mengatur sebuah masyarakat tertentu. Pemerintah dan aparatur penyokongnya merupakan salah satu faktor makro tersebut yang wajib ditekankan sebagai salah satu faktor penyokong bergeraknya arus dinamika tersebut. Sejak terbukanya sejarah mengenai pemerintahan satu persatu teori mengenai fungsi dan peran pemerintah berjejal, dinamikanya berlangsung dengan mobilitas yang cepat. Masalah yang mendera juga satu per satu datang pasca kedatangan sistem pemerintahan. Sontak sistem tersebut mendapatkan tekanan sebagai institusi berwenang menyelesaikan setiap persoalan.

Transcript of repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 257 › is… · Web view I.I...

Page 1: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 257 › is… · Web view I.I Latar BelakangBAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Zaman kala masyarakat senantiasa

1

BAB I

PENDAHULUAN

I.I Latar Belakang

Zaman kala masyarakat senantiasa tidaklah stagnan pada kondisi

keseharian yang dimiliki, menjadikannya sebuah fenomena pantas untuk

dikaji. Dinamika yang berkembang tersebut seringkali tidak terlepas dari

peranan struktur makro yang mengatur sebuah masyarakat tertentu.

Pemerintah dan aparatur penyokongnya merupakan salah satu faktor

makro tersebut yang wajib ditekankan sebagai salah satu faktor

penyokong bergeraknya arus dinamika tersebut. Sejak terbukanya sejarah

mengenai pemerintahan satu persatu teori mengenai fungsi dan peran

pemerintah berjejal, dinamikanya berlangsung dengan mobilitas yang

cepat. Masalah yang mendera juga satu per satu datang pasca

kedatangan sistem pemerintahan. Sontak sistem tersebut mendapatkan

tekanan sebagai institusi berwenang menyelesaikan setiap persoalan.

Salah satu wacana mengemuka mengenai kota Makassar ialah

mengenai beberapa peristiwa yang menarik pandangan nasional hingga

internasional adalah kekerasan massa dalam bentuk perkelahian antar

kelompok yang kerap terjadi. Mencoba berasumsi penulis memposisikan

masyarakat Indonesia kini beranggapan bahwa kekerasan di kota

Makassar telah menjadi hal yang lazim terjadi. Ada anekdot sehari-hari

yang mengatakan bahwa kekerasan massa yang kerap terjadi di kota ini

telah tergambar dari nama kota Makassar itu sendiri.

Page 2: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 257 › is… · Web view I.I Latar BelakangBAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Zaman kala masyarakat senantiasa

2

Menurut Budi Hardiman sebuah masyarakat yang tidak

mempersoalkan kekerasan sudah kehilangan keberadabannya1. Karena

itu, pertanyaan mengenai mengapa perkelahian antar kelompok itu terjadi

sangat penting untuk dilontarkan dan dijawab.

Kita ingat kembali katalog kekerasan massa di kota ini: kerusuhan

April 1996 di kampus Universitas Muslim Indonesia yang menewaskan

mahasiswa, kerusuhan dengan target etnis China dalam kurun waktu

1997-19982, Bentrokan berkali-kali antara aparat keamanan dan

mahasiswa yang tak sedikit menimbulkan korban dalam kurun waktu

2007-hingga sekarang. Dalam pertarungan politik kecemasan akan

kekerasan massa tak juga dapat terhindarkan. Ingat saja kasus

pengrusakan show room milik mantan wakil Presiden Jusuf Kalla dalam

momentum PILGUB Sulawesi Selatan. Hingga maraknya penghakiman

massa maupun perkelahian antar kelompok warga membuat kota ini

kemudian termasyhur dengan konflik fisik yang melibatkan banyak

individu yang tergabung dalam beberapa kelompok atau yang biasa

disebut dengan kekerasan massa.

1 Dikutip dari artikel Memahami akar-akar kekerasan massa, 28 Juli 2008 2 Perseteruan antara pribumi dan etnis tionghoa ditandai dalam peristiwa Toko LA, pada

peristiwa tersebut terjadi pembantaian dan pembakaran terhadap pemukiman etnis

tionghoa di Makassar. Peristiwa yang melibatkan etnis tionghoa berlanjut ketika terjadi

pembunuhan terhadap seorang anak kecil oleh salah satu keturunan tionghoa yang

diindikasikan menderita gangguan jiwa. Lebih lengkap lihat di, Sukriansyah S.Latif dan

Tomi Lebang, Amuk Makassar, Institute studi arus informasi, Makassar, 1998 hal. 35

dan 127.

Page 3: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 257 › is… · Web view I.I Latar BelakangBAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Zaman kala masyarakat senantiasa

3

Yang ganjil dalam perilaku massa adalah ciri psikologis yang

ditimbulkan, para pelaku mengalami penumpulan rasa salah atas tindakan

kekerasan mereka. Akal sehat disingkirkan dan digantikan dengan

moralitas lemah yang menjauhi konteks budaya dimana moralitas tersebut

dibangun. Berjarak dari peristiwa itu, beberapa analis yang ahli dalam

bidang ini maupun masyarakat biasa pemerhati persoalan sosial lalu

mengatakan bahwa individu terseret oleh desakan kebersamaan mereka

sehingga tak bisa lain kecuali melakukan seperti yang dilakukan orang

yang lain. Seperti kesadaran in group yang diungkapkan oleh sosiolog

sekelas Soerjono Soekanto maupun Selo Soemardjan Individu yang

terlibat dalam kekerasan massa secara massif dipindahkan dari ruang

kontak sehari-hari ke dalam suatu ruang peleburan kolektif yang mengisap

ciri-ciri personalnya sebagai seorang individu. Penulis menyebutnya

“ruang kolektif’ karena ruang ini diproduksi oleh kebersamaan dan menjadi

tempat bergeraknya tindakan-tindakan kolektif walaupun dalam beberapa

analisis ada juga yang menyebutnya sebagai ruang massa.

Ada kecenderungan yang kemudian terjadi, bahwa perkelahian

antar kelompok dalam beberapa penelitian ternyata tidak terlepas dari

heterogennya sebuah masyarakat. Masyarakat perkotaan seperti di kota

Makassar pun memiliki kecenderungan tingkat kekerasan massa yang

tinggi ketimbang dengan daerah lain yang belum begitu terjejal arus

modernisasi.

Page 4: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 257 › is… · Web view I.I Latar BelakangBAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Zaman kala masyarakat senantiasa

4

Kehidupan perkotaan yang lebih dekat dengan kebijakan

pemerintah pusat kemudian akan sangat mudah terciptanya arus balik

dari masyarakat di dalamnya. Tanggapan dari masyarakat akan lebih

cepat timbul belum lagi ketika kita meminjam teori Johan Galtung3

mengenai korelasi antara kekerasan itu sendiri dengan kekerasan

struktural, dalam teorinya dikatakan bahwa kekerasan yang selama ini

terjadi di masyarakat khususnya masyarakat kota tak terlepas dari wujud

kekerasan rezim penguasa setempat terhadap rakyatnya, Kemarahan

rakyat pun terlontar dalam bentuk beragam, dimulai dengan aksi protes

hingga bentuk-bentuk destruktif berupa pengrusakan yang dilakukan oleh

massa4.

Beberapa pengamat kekerasan massa hingga budayawan

menganggap bahwa siklus kekerasan yang terjadi di makassar tidak

terlepas dari mental masyarakat Makassar itu sendiri yang dibangun dari

konsep siri’dan pacce5. Budaya ini kemudian oleh sebagian orang

dijadikan sebagai pembenar maraknya tindak kekerasan di kota ini. Pada

tahun 2008 dari semua jenis konflik kekerasan yang melibatkan massa, di

3 Johan Galtung membagi tiga bentuk kekerasan: kekerasan itu sendiri, kekerasan

struktural dan kekerasan kultural. Lihat di Sunardi, Keselamatan kapitalisme dan

kekerasan, LKIS, Yogyakarta, 1996 hal 1654 Lebih lengkap baca di Froom, Akar Kekerasan, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2008 hal

137. Kemarahan merupakan dorongan psikologis yang berbentuk agresi darip tekanan

yang dialami, lebih lengkap dalam buku tersebut banyak diceritakan mengenai dorongan

psikologis untuk melakukan tindak kekerasan. Buku tersebut diantaranya mengambil

pemikiran Freud dan Lorenz. 5 Siri’ dan pacce merupakan ikatan budaya masyarakat Sulawesi Selatan yang mengatur

tata pergaulan, lebih lengkapnya akan dijelaskan pada BAB III.

Page 5: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 257 › is… · Web view I.I Latar BelakangBAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Zaman kala masyarakat senantiasa

5

Negeri ini terjadi sebanyak 1136 kasus kekerasan yang sempat terdata.

Sulawesi Selatan ternyata berada di peringkat kedua setelah Jawa Barat

yang hanya berselisih satu kasus. 124 jumlah kasus yang terjadi di

Sulawesi Selatan pada tahun 2008 itu, ternyata diramaikan jumlahnya

oleh kasus tawuran yang begitu banyak melebihi konfik kekerasan agama,

politik, pengeroyokan hingga penghakiman massa6.

Ternyata dari data tersebut, 85% dari semua kasus kekerasan di

Sulawesi Selatan terjadi di kota Makassar sebagai Ibukota provinsi. Dari

semua narasi tersebut, penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang

faktor-faktor apa yang menyebabkan maraknya kekerasan itu menghiasi

keseharian masyarakat di kota ini. Benarkah bahwa ritus kekerasan

tersebut merupakan produk kebudayaan masyarakat Makassar ataukah

bentuk agresi sebagaimana yang diutarakan oleh Erich Fromm7 akibat

kekerasan struktural pemerintah sebagaimana yang disampaikan oleh

Johan Galtung8.

Pemerintah kota Makassar sebagai institusi kuasa yang berada di

kota ini seharusnya menyadari persoalan krusial ini, tugas pemerintah

yang seharusnya memberikan jaminan keamanan bagi setiap warga

negara seyogyanya diperankan dengan maksimal. Sebenarnya

pemerintah kota Makassar sudah melakukan banyak upaya

penanggulangan maraknya terjadinya kekerasan massa. Dalam program

6 Data didapat dari hasil penelitian Warta Titian Damai, Februari 20097 Lebih lengkap baca di Froom, Akar Kekerasan, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2008.

Banyak bentuk-bentuk agresi yang dijelaskan lengkap dalam buku ini.8 Lihat Sunardi, Keselamatan kapitalisme dan kekerasan, LKIS, Yogyakarta, 1996 hal 165

Page 6: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 257 › is… · Web view I.I Latar BelakangBAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Zaman kala masyarakat senantiasa

6

Makassar Great Expectation9, kasus kekerasan yang kerap terjadi di

jalanan ketika terjadi aksi unjuk rasa menjadi titik perhatian mengingat,

bahwa kejadian tersebut bisa merusak wajah Makassar sebagai pintu

gerbang di Indonesia bagian timur.

Fokus pada penelitian ini akhirnya mengambil salah satu bentuk

kekerasan massa yang cukup meresahkan. Perkelahian antar kelompok

merupakan penyakit masyarakat yang sering menjadi bahan pembicaraan

di kota ini. Tak jarang dengan menggunakan senjata tajam yang berujung

pada timbulnya korban jiwa. Perkelahian antar kelompok pun mengalir

dengan berbagai motif dari pelakunya. Sebagian besar dari pelakunya

didominasi oleh kaum remaja.

Berbagai penelitian sosial menganalisa perilaku keterlibatan remaja

dalam perkelahian antar kelompok. Namun perkelahian ini juga tak bisa

dilepas oleh mereka yang telah melewati masa remaja. Maraknya

perkelahian antar kelompok yang melibatkan masyarakat miskin atau

mereka yang berkemampuan ekonomi menengah ke bawah, menjadi

salah satu indikasi bahwa perkelahian antar kelompok sebagai salah satu

bentuk kekerasan massa diakibatkan oleh adanya kesenjangan yang

akibat pembangunan tidak berimbang di sebuah kota besar.

9 Makassar Great Expectation adalah nama program pemerintah kota untuk menjadikan

kota Makassar menuju kota dunia dalam jargon ini pemerintah kota Makassar

mengikutkan banyak program termasuk pembangunan fisik, nilai dalam masyarakat dan

yang terpenting dalam sektor budaya. Lebih jelas, silahkan kunjungi situs resmi

pemerintah kota Makassar (www.makassarkota.go.id).

Page 7: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 257 › is… · Web view I.I Latar BelakangBAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Zaman kala masyarakat senantiasa

7

Ada pula beberapa contoh kasus yang memberikan bantahan

terhadap “postulat” pelaku perkelahian antar kelompok diatas10. Masuknya

perkelahian tersebut ke ranah institusi pendidikan seperti kampus dan

sekolah memberikan contoh yang setidaknya mendobrak pernyataan

mengenai tingkat pendidikan yang menjadi salah satu pemicu terjadinya

tindak kekerasan.

Dalam banyak kasus kekerasan yang terjadi, banyak pertanyaan

yang timbul dalam diri penulis mengenai apakah sebenarnya peran

pemerintah yang seharusnya memberikan jaminan keamanan bagi

masyarakatnya. Untuk itu diperlukan korelasi antara apa yang menjadi

faktor antar kelompok yang kerap terjadi dengan peran-peran yang

dilakukan oleh pemerintah dalam menanggulanginya.

Ketertarikan penulis membahas persoalan ini, dengan harapan

tidak ada lagi sikap menduga-duga dari masyarakat pada umumnya

mengenai apakah pemerintah kota mengambil sikap dan berperan

menanggulangi kasus yang terjadi. Lemahnya peran institusi pemerintah

dalam mengambil langkah dalam beberapa penyelesaian kasus

perkelahian terus berulang terlontar ketika kecelakaan sosial ini kembali

muncul dipermukaaan. Perkelahian antar kelompok setiap saat bisa saja

terjadi dengan berbagai potensi yang diredam untuk beberapa saat saja. 10 Pencantuman tanda kutip pada kata postulat bahwa makna dari kata tersebut tidak lagi

sebagaimana artinya sebagai sebuah kesimpulan teori. Banyak isu berkembang

mengenai perkelahian yang sering terjadi di kampus, mengindikasikan terbentunya

anggapan masyarakat bahwa tingkat pendidikan bukanlah faktor penyebab terjadinya

tindak kekerasan. Lebih jelas baca di, Sukriansyah S.Latif dan Tomi Lebang, Amuk

Makassar, Institute studi arus informasi, Makassar, 1998 hal. 35 dan 127.

Page 8: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 257 › is… · Web view I.I Latar BelakangBAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Zaman kala masyarakat senantiasa

8

Ketika keran penyebab perkelahian itu terbuka, sontak massa pun kembali

mengambil posisi dalam menyelesaikan persoalan yang sudah tidak bisa

lagi diselesaikan dengan bahasa verbal.

Adanya disparitas antara penyelesaian kasus kekerasan dengan

faktor penyebabnya cenderung membuat perkelahian tersebut hanya

selesai pada permukaan dan tidak menyentuh akar persoalan.

Perkelahian antar kelompok dapat ditanggulangi ketika akar penyebab

kekerasan itu terjadi sudah diketahui, banyak referensi yang bisa dijadikan

acuan dalam menelaah akar kekerasan seperti ini yang kerap terjadi

sebagai suatu produk sosial masyarakat kota.

Pemerintah kota yang melakukan berbagai upaya penanggulangan

akan diteliti perannya oleh penulis sebagai salah satu bentuk upaya

pemerintah dalam menjalankan tugasnya. Penelitian ini membuka

persoalan yang sudah dibahas sebelumnya dengan memfokuskan

penelitian pada tahun 2010 dalam judul:

Analisis Peran Pemerintah Kota

terhadap Perkelahian antar Kelompok di Kota Makassar

I.II Rumusan Masalah

Memperhatikan uraian di atas terlihat bahwa perkelahian antar

kelompok merupakan persoalan esensial yang patut bagi pemerintah

daerah untuk segera memaksimalkan potensi dan peran yang dimiliki

Page 9: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 257 › is… · Web view I.I Latar BelakangBAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Zaman kala masyarakat senantiasa

9

dengan membuat perencanaan strategis untuk menanggulangi sirkulasi

kekerasan yang merebak di masyarakat. Bilamana telah terjadi penurunan

angka perkelahian antar kelompok, maka patut pula untuk mengetahui

upaya apa yang telah dilakukan sebagai bahan evaluasi kebijakan ke

depannya.

Berdasarkan hal tersebut, maka permasalahan yang menjadi fokus

perhatian dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Faktor-faktor apa saja yang menjadi penyebab perkelahian antar

kelompok di Kota Makassar?

2. Bagaimana peran pemerintah kota Makassar dalam menanggulangi

persoalan perkelahian antar kelompok yang kerap terjadi?

I.III Tujuan penelitian

Penelitian ini bertujuan:

1. Mengakarnya pandangan masyarakat yang hanya bisa menerka

penyebab timbulnya perkelahian, oleh karena itu penelitian ini

bertujuan untuk mengetahui dan menjelaskan faktor-faktor yang

menyebabkan terjadinya perkelahian antar kelompok di kota

Makassar.

2. Untuk memperoleh gambaran dan penjelasan tentang peran

pemerintah kota Makassar dalam menanggulangi kekerasan massa

dalam bentuk perkelahian antar kelompok.

I.IV Manfaat Penelitian

Page 10: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 257 › is… · Web view I.I Latar BelakangBAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Zaman kala masyarakat senantiasa

10

1. Dari segi teoritis, memberikan informasi mengenai bentuk-bentuk

peran pemerintah kota Makassar dalam menanggulangi kekerasan

massa dalam bentuk perkelahian antar kelompok. Selain itu juga

memberikan sedikit gambaran mengenai penyebab kekerasan massa

yang kerap terjadi di masyarakat. Hasil dari penelitian ini juga

diharapkan dapat bermanfaat bagi perkembangan khasanah ilmu

pemerintahan terutama kajian tentang strategi peran pemerintah dalam

menangani kasus tertentu.

2. Dari segi metodologis, hasil dari penelitian ini diharapkan memberi nilai

tambah yang selanjutnya dapat dikomparasikan dengan penelitian-

penelitian ilmiah lainnya, khususnya yang mengkaji masalah peran

strategis pemerintah dan penanggulangan kekerasan massa di

masyarakat.

3. Dari segi praktis, hasil dari penelitian ini diharapkan menjadi informasi

bagi masyarakat tentang peran pemerintah kota Makassar dalam

menanggulangi kekerasan massa dalam bentuk perkelahian antar

kelompok yang kerap mengganggu. Terkhusus bagi pemerintah

khususnya Pemerintah kota Makassar, hasil dari penelitian ini dapat

dijadikan bahan masukan dalam perumusan kebijakan dalam rangka

penanggulangan perkelahian antar kelompok.

I.V Kerangka Pemikiran

Page 11: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 257 › is… · Web view I.I Latar BelakangBAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Zaman kala masyarakat senantiasa

11

Dalam penelitian ini, peneliti akan memulai dengan mencari

informasi dari para ahli, serta masyarakat mengenai penyebab

perkelahian antar kelompok itu terjadi, kemudian mencari informasi dari

pemerintah kota sebagai badan negara di daerah yang bertanggung

jawab dalam penanggulangan kekerasan massa terkhusus pada

perkelahian antar kelompok. Pencarian sebab yang dimulai dengan

masuk pada beberapa wilayah yang pernah dekat dengan konflik tersebut.

Sekaligus mencari tahu apakah pemerintah pernah mengadakan upaya

penanganan langsung dalam kasus perkelahian di wilayahnya.

Banyaknya institusi yang dekat pada persoalan perkelahian ini,

sehingga penelitian juga menyentuh semua institusi tersebut seperti

kepolisian dalam hal ini POLRESTABES Makassar dan pelaksana tugas

pembuat regulasi dan legislasi DPRD kota Makassar untuk menggali

tentang peran apa saja yang telah dilakukan. Kemudian membandingkan

dan menganalisis apakah upaya penanggulangan yang dilakukan oleh

pemerintah kota di tahun 2010 sudah searah dengan faktor-faktor yang

menyebabkan perkelahian antar kelompok itu terjadi. Selain itu penelitian

ini juga berupaya mencari solusi tepat dari faktor-faktor yang telah

didapatkan.

Berikut bagan alur pikir dalam penelitian:

Page 12: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 257 › is… · Web view I.I Latar BelakangBAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Zaman kala masyarakat senantiasa

Perkelahian antar kelompok

Peran pemerintah kota dalam penanggulangan Perkelahian antar kelompok di kota Makassar

(Kesbang, DPRD, Dinas Sosial)

Faktor Penyebab *Perubahan sosial yang cepat*Populasi yang padat*Kondisi perkampungan yang buruk*Perekonomian penduduk yang sangat rendah

Analisis

12

Bagan I.I

I.VI Metodologi Penelitian

Penelitian ini berfokus pada program pemerintah terhadap

penanggulangan perkelahian antar kelompok pada tahun 2010. Pada

bagian ini dijelaskan gambaran metode penulis yang digunakan sebagai

acuan penelitian selama mengadakan penelitian. Penulis membaginya

menjadi lima bagian. Pertama adalah gambaran lokasi penelitian serta

alasan mengapa lokasi ini menarik untuk diteliti, kemudian yang kedua

ialah tipe penelitian dan dasar penelitian yang digunakan. Ketiga adalah

sumber-sumber data yang akan dikumpulkan dalam penulisan dan teknik

yang digunakan untuk pengumpulan data. Keempat, yakni informan

penelitian, Kelima, teknik analisis data yang digunakan. Keenam, yakni

defenisi operasional. Berikut adalah penjabaran lebih lanjut:

Page 13: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 257 › is… · Web view I.I Latar BelakangBAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Zaman kala masyarakat senantiasa

13

I.VI.I. Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di wilayah kota Makassar. Kota Makassar yang

dalam banyak pemberitaan media kemudian dikenal sebagai kota dengan

tingkat kejadian kekerasan massa yang tinggi. Penulis juga beranggapan

bahwa penelitian ini sangat berguna untuk dijadikan bahan acuan

penanggulangan kekerasan massa dalam bentuk perkelahian antar

kelompok sebagai perwujudan tanggung jawab sosial setiap warga negara

dalam memutus mata rantai kekerasan.

Menekankan lokus penelitian pada pemerintah kota sebagai

perwujudan negara di daerah yang wajib melindungi masyarakatnya.

Penelitian ini banyak dilakukan di kantor PEMKOT Makassar terkhusus di

kantor Kesatuan Bangsa (KESBANG) sebagai institusi yang mengurusi

secara konseptual masalah perlindungan masyarakat termasuk mengenai

isu kekerasan. Kemudian penelitian ini juga menitikberatkan di lingkungan

dinas terkait masalah penanggulangan kekekerasan yakni dinas sosial

kota Makassar. Yang merupakan rekomendasi dari kantor KESBANG

untuk mencari beberapa datang yang bisa melengkapi penelitian ini.

Perilaku perkelahian antar kelompok di kota ini langsung ditangani

di lapangan oleh aparat kepolisian untuk segera mengamankan masalah

tersebut. Penelitian pun penulis lakukan di unit reserse dan kriminal (Dit

RESKRIM) POLRESTABES Makassar. Disana peneliti banyak

mendapatkan data angka tingkat kekerasan di beberapa bagian wilayah

kota Makassar. Secara legislasi peneliti juga mencari informasi dari DPRD

Page 14: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 257 › is… · Web view I.I Latar BelakangBAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Zaman kala masyarakat senantiasa

14

kota Makassar untuk mengetahui apakah ada regulasi mengenai

perkelahian antar kelompok ini. Penelitian di DPRD kota Makassar

memfokuskan pengambilan informasi pada komisi A bidang pemerintahan

yang tak lain juga mengurusi masalah perlindungan pemerintah terhadap

masyarakatnya.

Perkelahian antar kelompok ini menjadi salah satu persoalan yang

pelik untuk dicarikan bentuk solusi yang pas. Berbedanya konteks

masalah dalam setiap konflik yang terjadi serta motif pelaku yang

beragam membuat pemerintah kota perlu berbagai senjata dalam

penyelesaian konflik ini. Sehingga mengetahui pola kerja sama antar

berbagai instansi terkait juga perlu dipahami sebagai bentuk penyelesaian

konflik yang menyeluruh dan tidak partikulir11.

I.VI.II. Dasar dan Tipe Penelitian

Dasar penelitian yang dilakukan adalah observasi melalui

wawancara dengan pertanyaan terbuka yaitu penelitian dengan

mengumpulkan data dari informan atau menemukan ruang lingkup dan

fokus persoalan tertentu sebagai sampel yang dianggap representatif.

Tipe Penelitian adalah tipe penelitian deskriptif analisis yaitu suatu tipe

penelitian yang bertujuan untuk memberikan gambaran atau lukisan

situasi secara sistematis, faktual dan akurat mengenai objek yang

diselidiki di mana hasil eksplorasi merupakan jawaban dari pertanyaan

11 Lebih rinci akan dijelaskan di BAB III tentang data lokasi penelitian

Page 15: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 257 › is… · Web view I.I Latar BelakangBAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Zaman kala masyarakat senantiasa

15

yang telah dirumuskan dilanjutkan dengan penjelasan secara rinci dan

mendetail tentang situasi perkelahian antar kelompok dan strategi peran

yang diterapkan.

I.VI.III. Sumber dan Teknik Pengumpulan Data

Sumber Data dalam penelitian ini adalah:

a. Data primer

Data primer adalah data yang diperoleh melalui lapangan atau daerah

penelitian. Peneliti turun langsung ke instansi yang telah disebutkan

untuk mengumpulkan data dengan cara observasi serta wawancara

mendalam.

b. Data Sekunder

Penulis juga melakukan telaah pustaka, yaitu mengumpulkan data

dari penelitian sebelumnya berupa buku, jurnal, koran, dokumentasi,

foto, internet dan sumber informasi lainnya yang ada kaitannya

dengan masalah perkelahian antar kelompok ini.

Dalam penelitian digunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut :

a. Studi Kepustakaan (library research)

Pengumpulan data dilakukan dengan cara membaca literatur-literatur

yang berhubungan tentang buku/artikel kebijakan pemerintahan,

problem kekerasan di daerah, buku/artikel tentang ilmu pemerintahan

serta dokumen-dokumen yang ada relevansinya dengan topik yang

Page 16: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 257 › is… · Web view I.I Latar BelakangBAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Zaman kala masyarakat senantiasa

16

dibahas dalam penelitian ini. Data yang diperoleh dari kepustakaan ini

merupakan data sekunder.

b. Penelitian Lapangan (field research)

Studi lapang ini dimaksudkan bahwa penulis langsung melakukan

penelitian pada lokasi atau objek yang telah ditentukan. Studi lapang

ditempuh dengan cara sebagai berikut;

Wawancara Mendalam

Penulis akan melakukan pengumpulan data dengan cara wawancara

mendalam, yaitu menggali informasi sebanyak-banyaknya semua

informasi yang berkaitan dengan perkelahian antar kelompok dan

peran pemerintah kota dalam penanggulangannnya dari informan

yang telah ditentukan. Proses wawancara ini menggunakan pedoman

wawancara (interview guide) sebagai alat penelitian, agar wawancara

tetap berada pada fokus penelitian.

I.VI.IV. Informan Penelitian

Informan yang penulis wawancarai untuk pengumpulan data ini

terdiri dari lima komponen masyarakat, yaitu:

● Pemerintah dalam hal ini pejabat pemerintah Kota Makassar, yang

difokuskan pada kantor KESBANG kota Makassar terkhusus seksi

LINMAS serta dinas dibawah PEMKOT yakni Dinas Sosial

● Kepolisian dalam hal ini POLRESTABES Makassar

Page 17: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 257 › is… · Web view I.I Latar BelakangBAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Zaman kala masyarakat senantiasa

17

● DPRD kota Makassar terkhusus komisi A bidang pemerintahan

● Masyarakat sekitar areal perkelahian antar kelompok yang pernah

terjadi

● Beberapa pelaku perkelahian antar kelompok yang tidak kami sebutkan

namanya.

Pemilihan informan berkembang dan berubah sesuai dengan

kebutuhan penelitian dalam memperoleh data yang akurat. Peneliti juga

menggunakan cara pemilihan informan yang didasarkan atas petunjuk

informan I (pertama) ke informan II (kedua) dan seterusnya dan tidak

terencana sebelumnya akhirnya diperoleh data yang lebih lengkap dan

mendalam berkenaan dengan masalah perkelahian antar kelompok. Jadi

meskipun telah ditetapkan informan sebelumnya, beberapa informan lain

didapatkan dari sejumlah informasi selama berada di lokasi penelitian.

I.VI.V. Analisis Data

Analisis data dilakukan dengan metode deskriptif kualitatif. Hal ini

dimaksudkan agar tetap berada dalam fokus penelitian, penulis

menggambarkan masalah yang terjadi menggunakan argumen yang jelas

dan memfokuskan perhatian pada pengumpulan data serta informasi

melalui observasi dan wawancara mendalam. Selanjutnya data dan

informasi tersebut dianalisa secara kualitatif. Proses analisa data dimulai

dengan menelaah terlebih dahulu seluruh data yang tersedia, kemudian

akan dilakukan penarikan kesimpulan secara induktif.

Page 18: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 257 › is… · Web view I.I Latar BelakangBAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Zaman kala masyarakat senantiasa

18

Karena analisa penelitian ini bersifat deskriptif, maka penyajian

data disajikan dalam bentuk narasi yaitu berusaha mendeskripsikan atau

menggambarkan kekerasan massa dan salah satu bentuknya yakni

perkelahian antar kelompok kemudian menjelaskan penyebab terjadinya,

namun memfokuskan pembahasan pada peran pemerintah kota dalam

penanggulangannya.

Proses analisa data dilakukan pada waktu bersamaan dengan

proses pengumpulan data berlangsung. Analisa data dilakukan melalui

tiga alur, yakni: (1) reduksi data, (2) sajian data, dan (3) penarikan

kesimpulan ataupun verifikasi.

Reduksi data

Pada tahap ini dilakukan proses penyeleksian, pemfokusan,

penyederhanaan pengabstraksian data dari catatan lapangan (field note).

Proses ini berlangsung sepanjang penelitian yang dilakukan sekitar

sebulan, dimulai dengan membuat singkatan, kategorisasi, memusatkan

tema, menentukan batas-batas permasalahan dan menulis memo.

Proses reduksi ini berlangsung terus sampai laporan akhir

penelitian ini selesai ditulis. Reduksi data merupakan bentuk analisis yang

mempertegas, memperpendek, membuat fokus, membuang hal yang tidak

penting dan mengatur sedemikian rupa sampai kesimpulan akhir

didapatkan.

Sajian data

Page 19: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 257 › is… · Web view I.I Latar BelakangBAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Zaman kala masyarakat senantiasa

19

Sajian data adalah suatu susunan informasi yang memungkinkan

kesimpulan penelitian dapat dilakukan. Dengan melihat sajian data,

penulis mencoba lebih memahami berbagai hal yang terjadi dan

memungkinkan untuk mengerjakan sesuatu pada analisis atau pun

tindakan lain berdasarkan pemahaman tersebut. Sajian data yang baik

dan jelas sistematikanya tentunya akan banyak membantu.

Sajian data meliputi deskripsi, matriks, gambar/skema, dan tabel

yang diperoleh dari berbagai instansi dimana penelitian ini berlangsung.

Kesemuanya itu dirancang guna merakit informasi secara teratur supaya

mudah dilihat dan dimengerti dalam bentuk yang kompak.

Penarikan Kesimpulan

Dari awal pengumpulan data, peneliti sudah mencoba memahami

apa arti dari berbagai hal yang ia temui dengan mulai melakukan

pencatatan pola-pola, pernyataan-pernyataan, konfigurasi-konfigurasi, alur

sebab-akibat dan berbagai proposisi. Hal itu diverifikasi dengan temuan-

temuan data selanjutnya dan akhirnya sampai pada penarikan kesimpulan

akhir.

I.VI.VI. Defenisi Operasional

Setelah beberepa defenisi dan maksud persoalan dari tinjauan

pustaka, maka defenisi operasional ini dibuat dengan maksud untuk

mempermudah tercapainya tujuan penelitian, serta memberikan penjelas

mengenai fokus penelitian. Berikut uraiannya:

Page 20: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 257 › is… · Web view I.I Latar BelakangBAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Zaman kala masyarakat senantiasa

20

1. Peran ialah segala sesuatu yang dapat dilakukan oleh individu dalam

masyarakat sebagai organisasi. Selain itu dapat juga diartikan sebagai

peran individu sesuai dengan tuntutan sosial yang memberikan peran

tersebut. Oleh karena itu, penulis menganggap bahwa peran

pemerintah kota disini ialah segala tindakan baik dalam bentuk

kebijakan strategis maupun kebijakan teknis ataupun peran dalam

bentuk kerja sama dengan institusi negara yang lain.

2. Pemerintah kota yang dimaksud ialah pemerintahan daerah yang

melingkupi wilayah kota Makassar. Dalam makna umum pemerintah

mencakup tiga unsur dalam trias politica (ekskutif, legislatif dan

yudikatif). Penelitian ini mengambil konsep pemerintah tadi dalam tiga

unsur tersebut. Eksekutif diperankan oleh pemerintah kota dan dinas

terkait yakni dinas sosial, legislatif diperankan oleh DPRD kota

Makassar namun pada unsur yudikatif penelitian ini tidak mengikutkan

peran lembaga peradilan melainkan mengikutkan kepolisian sebagai

pengadil di lapangan..

3. Penulis memasukkan kata penanggulangan. Penanggulangan ialah

kembali mengulangi maksud penanggulangan pada tinjauan pustaka,

maka penanggulangan yang dimaksud ialah semua tindakan

pencegahan untuk memutus mata rantai sebuah masalah. Hal ini

sangat berbeda dengan istilah penanganan yang cenderung lebih

dekat pada pengertian ketika sebuah masalah itu sedang terjadi,

Page 21: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 257 › is… · Web view I.I Latar BelakangBAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Zaman kala masyarakat senantiasa

21

penanggulangan dapat berupa kebijakan atau upaya tertentu yang

bisa dilakukan.

4. Perkelahian berasal dari kata kelahi yang berarti pertengkaran adu

kata-kata dan pertengkaran dengan adu tenaga. Jadi perkelahian

antar kelompok adalah perihal berkelahi atau pertengkaran yang

dilakukan dua orang atau lebih dengan melibatkan kelompok secara

langsung yang beradu tenaga.

BAB II

Page 22: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 257 › is… · Web view I.I Latar BelakangBAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Zaman kala masyarakat senantiasa

22

TINJAUAN PUSTAKA

Pada bagian ini penulis mengutarakan mengenai tinjauan pustaka

dari masalah yang diteliti, didalamnya juga tertera mengenai batasan

masalah yang diteliti serta fokus masalah tersebut. Sebagai penelitian

dalam program studi Ilmu pemerintahan penelitian ini terfokus pada peran

pemerintah itu sendiri dalam menghadapi persoalan sosial berupa

kekerasan. Dimulai dengan memahami konsep Pemerintah dalam teori

kontrak sosial J.J Rosseau. Serta fungsi pemerintahan dalam teori yang

diungkapkan oleh Ryas Rasyid.

Tinjauan pustaka ini akan sedikit mengupas seluk beluk

pemerintahan kota yang tentunya sangat berbeda dengan pemerintahan

daerah lainnya dari segi kompleksitas masalah yang ditangani.

Kemudian maksud dari peran yang diutarakan dengan singkat

untuk memperjelas maksud dari penelitian pada pemerintah kota, lalu

tinjauan pustaka ini akan ditutup dengan penjelas mengenai kekerasan

massa dalam bentuk perkelahian antar kelompok itu sendiri serta

beberapa faktor-faktor penyebab dari para ahli seperti, Dom Helder

Camara, Johan Galtung, Erich Fromm dan para pakar sosiologi, psikologi

sosial.

Untuk mengkaji masalah faktor-faktor perkelahian antar kelompok

penulis mengerucutkannya pada teori subkultur delinkuen.

II.I Peran (Role)

Page 23: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 257 › is… · Web view I.I Latar BelakangBAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Zaman kala masyarakat senantiasa

23

Setiap individu dalam masyarakat memiliki sumbangsih penting

dalam sistem masyarakat setempat. Individu tersebut kemudian

membentuk sub sistem sebagai fondasi dari sistem yang ada. Individu

dalam masyarakat tentunya memiliki peran yang berbeda-beda antar satu

sama lain tergantung dari tuntutan sistem yang memaksa individu tersebut

bertindak dan menunjukkan peran. Dalam kehidupan manusia dan

hubungannya dalam kelompok tertentu sering kali dibarengi dengan

tindakan interaksi yang berpola, baik resmi maupun yang tidak resmi.

Sistem pola resmi yang dianut warga suatu masyarakat untuk berinteraksi

dalam sosiologi dan antropologi disebut pranata.

Orang yang bertindak dalam pranata tersebut biasanya

menganggap dirinya menempati suatu kedudukan sosial tertentu, tindakan

tersebut dibentuk oleh norma-norma yang mengatur. Kedudukan (status)

menjadi bagian penting dalam setiap upaya untuk menganalisa

masyarakat. Tingkah laku seseorang yang memainkan suatu kedudukan

tertentu itulah yang disebut sebagai peranan sosial12.

Peranan berarti tidak bisa dipisahkan dari kedudukan, eratnya

kaitan bagi keduanya. Status tertentu akan membutuhkan peran tertentu.

Semakin berat peran yang dimainkan maka semakin tinggi pula statusnya

dalam masyarakat. Dan sebaliknya bila semakin minim peran yang

dilakukan maka semakin rendah pula kedudukan atau statusnya dalam

masyarakat. Menurut Robert M. Z. Lawang, peran diartikan sebagai suatu

12 Koentjaraningrat. Pengantar Antropologi I, Rieneka Cipta, Jakarta, 2003 hal:136

Page 24: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 257 › is… · Web view I.I Latar BelakangBAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Zaman kala masyarakat senantiasa

24

pola perilaku yang diharapkan dari sesorang yang memiliki status atau

posisi tertentu dalam organisasi13.

Peranan terkadang pula diikuti oleh tuntutan masyarakat yang

telah memberikan kepercayaan kepada individu yang menempati status

tertentu. Pengharapan masyarakat pada status tertentu langsung maupun

tidak memberikan beban bagi pelaksana peran yang dimaksud. Mengutip

J.J Rosseau dengan teori kontrak sosialnya. Tugas dari peran yang

diemban oleh individu merupakan hasil kontrak dengan masyarakat yang

telah memberikan wewenang itu dengan kontrak yang telah disepakati

melalui mekanisme yang telah disepakati pula. Oleh karena itu, perlu

dipahami bagaimanakah masyarakat menentukan harapan-harapannya

terhadap para pemegang peran tersebut.

Peranan sebagai seorang walikota dapat diartikan sebagai

harapan-harapan dari seluruh masyarakat pada sebuah wilayah

kotamadya, para pejabat publik dibawahnya, para aparatur hingga

tingkatan terendah dan kelompok lain yang punya pengaruh yang berarti

sebagai generalised other bagi peranan walikota tersebut. Setiap

kelompok ini merupakan kelompok referensi bagi walikota tersebut dan ia

memperhitungkan harapan-harapan dari tiap kelompok dalam

menjalankan peranannya.

Peranan yang terdapat pada seseorang perlu dibedakan dengan

posisi dalam interaksi kemasyarakatannya. Posisi ini dalam masyarakat

13 Lihat Lawang, Robert M Z. Pengantar Sosiologi, PT. Karunika Universitas terbuka,

Jakarta, 1985 hal:89.

Page 25: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 257 › is… · Web view I.I Latar BelakangBAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Zaman kala masyarakat senantiasa

25

merupakan sebuah unsur statis yang menunjukkan tempat individu pada

organisasi masyarakat. Peranan lebih banyak menunjuk pada fungsi,

penyesuaian diri dan sebagai suatu proses14. Jadi, seseorang menduduki

suatu posisi dalam masyarakat serta menjalankan suatu peranan.

Dikutip oleh Sooerjono Soekanto dari buku “Role, Personality and

Social Structure” karya Levinson, peranan dapat mencakup tiga hal

berikut:

a. Peranan meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau

tempat seseorang dalam masyarakat. Peranan arti ini merupakan

rangkaian peraturan-peraturan yang membimbing sesorang dalam

kehidupan kemasyarakatan.

b. Peranan adalah suatu konsep tentang apa yang dapat dilakukan oleh

individu dalam masyarakat sebagai organisasi.

c. Peranan juga dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang penting

bagi struktur sosial masyarakat15.

Melekatnya peran pada individu dalam kondisi sebuah masyarakat

kadang menimbulkan ketidaksesuaian yang diakibatkan tidak

dijalankannya peran tersebut oleh individu yang bersangkutan. Inilah oleh

Soekanto disebut dengan role distance16. Keterpisahan antara individu

dengan perannya kadang ditimbulkan dengan ketidakmampuan individu

14 Soekanto, Soerjono, Sosiologi Suatu Pengantar, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta,

2007 hal. 213-21415 ibid16 ibid

Page 26: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 257 › is… · Web view I.I Latar BelakangBAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Zaman kala masyarakat senantiasa

Perkelahian antar kelompok di perkotaan

Tokoh Masyarakat

DPRD kotaPemerintah

Kota

26

dalam melaksanakan peran yang diberikan oleh masyarakat. Cenderung

menyembunyikan diri dan akhirnya peran yang dibebankan tidak berjalan

atau berjalan dengan tidak sempurna.

Setiap individu yang menjalankan peran cenderung tidak sendiri

dalam melaksanakan peran sosialnya. Soekanto menyebut bahwa ada

lingkaran sosial (Social Circle) yaitu tempat dimana seseorang

mendapatkan dan melaksanakan peran sosialnya17. Peranan tentunya

mengaitkan banyak pihak yang terkait pada peran yang dilaksanakan

tergantung dari besar tidaknya peran yang diberikan. Seorang polisi

tentunya tidak bisa lepas dengan beberapa bagian masyarakat yang lain

dalam menangani kasus perkelahian atau tawuran warga. Pemerintah

setempat serta institusi terkait lainnya tentunya juga memiliki peran

penting dan bagian yang berbeda-beda dengan polisi dalam

melaksanakan peran.

Pemerintah kota pun demikian, dalam melaksanakan perannya

untuk menjaga ketertiban dan keamanan penduduk dari perkelahian antar

kelompok tentunya tidak bia dilepaskan dengan peran kepolisian, dinas

sosial, lembaga peradilan maupun lembaga penyalur aspirasi seperti

DPRD.

Bagan II.I

17 ibid

Page 27: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 257 › is… · Web view I.I Latar BelakangBAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Zaman kala masyarakat senantiasa

27

Pada masyarakat kita terkhusus di kota Makassar terdapat

kecenderungan untuk lebih mementingkan kedudukan ketimbang

melaksanakan peran yang dibebankan oleh masyarakat. Kondisi tersebut

kadang ditimbulkan dengan hasutan kebutuhan material, sehingga

prestise dengan tinggi rendahnya kadang ditentukan dengan seberapa

besar jabatan ataupun pangkat yang dimiliki oleh seseorang. Belum lagi

bila kita memasukkan variabel kemewahan dalam posisi yang dimiliki

tersebut. Sehingga tak heran bila peranan mendapat tempat yang lebih

rendah ketimbang kedudukan dan akhirnya para pemilik kedudukan

tersebut lebih banyak meminta kepada masyarakat berupa penghargaan

walaupun dengan peran yang sangat minim.

Peran dan defenisinya memberikan pahaman bahwa dalam setiap

kelompok masyarakat setiap individu dituntut untuk menjalankan perannya

masing-masing. Kesinambungan sistem sosial tentunya dipengaruhi oleh

berjalannya peran-peran dari individu. Mandegnya sistem peran akan

sangat berpengaruh pada sistem sosial sebuah masyarakat. Ketika salah

Page 28: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 257 › is… · Web view I.I Latar BelakangBAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Zaman kala masyarakat senantiasa

28

satu sistem peran tidak berjalan maka sistem peran yang lain akan

dipengaruhi oleh sistem peran yang tidak berjalan tersebut. Maka tak

jarang menimbulkan persoalan sosial dalam masyarakat. Lemahnya peran

pemerintah kota dalam menjalankan perannya untuk menjaga ketertiban

dan keamanan warganya akan menimbulkan peran yang tidak seimbang

oleh para pelaku kejahatan.

II.II Pemerintah kota

Berangkat dari kebutuhan individu dalam sebuah sistem sosial,

baik yang bersifat primer maupun yang bersifat sekunder. Pemenuhan

kebutuhan tersebut menjadikan setiap individu untuk mencari cara dalam

proses pemenuhan kebutuhannya. Terkadang ada beberapa diantara

pemenuhan kebutuhan yang perlu melibatkan individu yang lain. Selain

itu, ada juga dari kebutuhan-kebutuhan tersebut justru bersinggungan

dengan kebutuhan individu yang lain. Muncullah kemudian sebuah solusi

dalam peradaban kehidupan manusia untuk membentuk sebuah

kelompok yang diakui untuk membantu proses pemenuhan kebutuhan.

Persinggungan dalam kebutuhan antar individu maupun proses

pemenuhannya diharapkan juga mampu menyelesaikan konflik dalam

pemenuhan kebutuhan ini.

Masyarakat kemudian menyebutnya Pemerintah. Pemerintah

kemudian menjadi gejala yang berlangsung dalam kehidupan

bermasyarakat pada mulanya. Masyarakat sebagai suatu gabungan dari

Page 29: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 257 › is… · Web view I.I Latar BelakangBAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Zaman kala masyarakat senantiasa

29

sistem sosial, senantiasa menyangkutkan dengan unsur-unsur

pemenuhan kebutuhan dasar manusia seperti keselamatan, pakaian dan

makanan kepada kelompok pemerintah ini. Dalam memenuhi kebutuhan

dasar itu, manusia bekerja sama dan berkelompok dengan orang lain; dan

bagi kebutuhan sekunder maka diperlukan bahasa untuk berkomunikasi

menurut makna yang disepakati bersama, dan institusi sosial baru

tersebut kemudian berlaku untuk menjalankan fungsi kontrol dalam

aktivitas dan mengembangkan masyarakat tadi. Kebutuhan tersebut

adalah kebutuhan untuk bekerjasama, menyelesaikan konflik, dan

interaksi antar sesama warga masyarakat.

Pemerintah kemudian dijadikan sebagai pedoman bagi masyarakat

dalam menjalankan kegiatan bekerja sama maupun kegiatan pemenuhan

kebutuhan. Lalu bagaimana sebuah kelompok kontrol tersebut dibentuk?.

Mengutip Rosseau,

“Membentuk institusi-institusi tersebut, masyarakat membuat kesepakatan atau perjanjian diantara mereka”18.

Adanya kesepakatan yang kemudian dikenal dengan sebutan

kontrak sosial (social contract) tersebut kemudian diberikan kekuasaan

legal dengan mekanisme beragam seperti yang kita kenal sekarang

semisal pemilihan umum yang selanjutnya melahirkan kekuasan dan

institusi pemerintahan.

18 Jean Jacques Rousseau, Kontrak Sosial, Terjemahan Sumarjo, Erlangga, Jakarta,.

1986 hal:15

Page 30: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 257 › is… · Web view I.I Latar BelakangBAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Zaman kala masyarakat senantiasa

30

Kebutuhan terhadap pemerintahan pada beberapa kondisi selain

untuk membantu pemenuhan kebutuhan juga dijadikan sebagai institusi

yang diharapkan mampu menciptakan ketertiban dalam masyarakat,

sehingga masyarakat tersebut terhindar dari benturan yang melibatkan

antar individu di dalamnya. Masuknya zaman modern semakin

menguatkan peran pemerintah untuk tidak hanya menciptakan ketertiban

dalam masyarakat. Meningkatnya kebutuhan masyarakat membuat peran

pemerintah perlahan juga untuk menjadi pelayan masyarakat.

Tetap pada kontrak sosial, pemerintah pada hakekatnya dibentuk

oleh masyarakat oleh karena itu sangatlah tidak pantas bila pemerintah

hanya melayani diri sendiri, melainkan juga harus melayani masyarakat

sebagai pemberi mandat, menciptakan kondisi yang memungkinkan

setiap anggota mengembangkan kemampuan dan kreatifitasnya demi

mencapai kemajuan bersama19.

Dengan begitu kelahiran pemerintahan membawa pelajaran bahwa

kehadirannya merupakan perwujudan kehendak masyarakat yang

menyetujui secara bersama tentang kepentingan bersama mereka untuk

diatur oleh pemerintah mandataris rakyat, Dari situ pemerintahan bisa

mencakup mengenai bagaimana sebuah pelayanan masyarakat dikelola

dan karena mencakup kepercayaan masyarakat sebagai manusia, maka

nilai kemanusiaan wajib dimiliki oleh pemerintah.

19 Lihat Rasyid,Ryas. Makna Pemerintahan ditinjau dari Segi Etika dan Kepemimpinan,

PT. Yarsif Watampone, 1997 hal 1

Page 31: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 257 › is… · Web view I.I Latar BelakangBAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Zaman kala masyarakat senantiasa

31

Pelayanan oleh pemerintah tentunya memerlukan cara untuk

menyalurkan pelayanan tersebut, karenanya pemerintah juga sepatutnya

memahami cara pendekatan kepada masyarakat dalam proses distribusi

pelayanan. Psikologi masyarakat pada sebuah wilayah tentunya berbeda

dan secara sosiologis pola pergaulan yang dicetak dalam kehidupan

sehari-hari masyarakat tidak lepas pula dari corak psikis tersebut yang

tentunya berangkat dari adat istiadat setempat.

Penggambaran diatas yang diawali dengan konsepsi pemerintahan

ala Rosseau menjelaskan peran dan posisi masyarakat yang sebetulnya

memegang penuh posisi yang telah dimandatkan kepada institusi

pemerintahan, yang mana bangunan komitmen tersebut hanya dapat

dipegang apabila rakyat dapat merasa bahwa pemerintah itu memang

diperlukan untuk melindungi, memberdayakan dan mensejahterakan

rakyat. Ndraha mengatakan bahwa pemerintah memegang

pertanggungjawaban atas kepentingan rakyat. Dalam bukunya

kybernology 1 Ndraha juga mengatakan bahwa pemerintah adalah semua

beban yang memproduksi, mendistribusikan, atau menjual alat

pemenuhan kebutuhan masyarakat berbentuk jasa publik dan layanan

civil20.

Pendahuluan kepentingan umum yang telah ditekankan pada

paragraf sebelumnya tak lain sebagai upaya untuk memberikan kepuasan

20 Lihat Ndraha,Talidziduhu. Kybernology (ilmu pemerintahan baru). Penerbit Rineka

Cipta. 2000. Hal: 115

Page 32: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 257 › is… · Web view I.I Latar BelakangBAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Zaman kala masyarakat senantiasa

32

kepada publik, melalui kekuasaan yang telah dimandatkan maka tugas

mengatur bagi pemerintah seyogyanya telah dijalankan.

Ryaas Rasyid21 mengemukakan tugas-tugas pokok pemerintahan:

1. Menjamin keamanan negara dari segala kemungkinan serangan dari

luar, dan menjaga agar tidak terjadi pemberontakan dari dalam yang

dapat menggulingkan pemerintahan yang sah melalui cara-cara

kekerasan.

2. Memelihara ketertiban dengan mencegah terjadinya gontokgontokan

diantara warga masyarakat, menjamin agar perubahan apapun yang

terjadi di dalam masyarakat dapat berlangsung secara damai.

3. Menjamin diterapkannya perlakuan yang adil kepada setiap warga

masyarakat tanpa membedakan status apapun yang melatarbelakangi

keberadaan mereka.

4. Melakukan pekerjaan umum dan memberikan pelayanan dalam bidang-

bidang yang tidak mungkin dikerjakan oleh lembaga non pemerintahan,

atau yang akan lebih baik jika dikerjakan oleh pemerintah.

5. Melakukan upaya-upaya untuk meningkatkan kesejahteraan sosial:

membantu orang miskin dan memelihara orang cacat, jompo dan anak

terlantar: menampung serta menyalurkan para gelandangan ke sektor

kegiatan yang produktif, dan semacamnya.

6. Menerapkan kebijakan ekonomi yang menguntungkan masyarakat luas,

seperti mengendalikan laju inflasi, mendorong penciptaan lapangan

21 Lihat Rasyid,Ryas. Makna Pemerintahan ditinjau dari Segi Etika dan Kepemimpinan,

PT. Yarsif Watampone, 1997 hal 11-12

Page 33: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 257 › is… · Web view I.I Latar BelakangBAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Zaman kala masyarakat senantiasa

33

kerja baru, memajukan perdagangan domestic dan antar bangsa, serta

kebijakan lain yang secara langsung menjamin peningkatan ketahanan

ekonomi negara dan masyarakat.

7. Menerapkan kebijakan untuk memelihara sumber daya alam dan

lingkungan hidup hidup, seperti air, tanah dan hutan.

Singkatnya tugas-tugas pokok tersebut diringkas menjadi 3 (tiga)

fungsi yaitu: pelayanan (service), pemberdayaan (empowerment), dan

pembangunan (development)22. Pelayanan akan membuahkan keadilan

dalam masyarakat, pemberdayaan akan mendorong kemandirian

masyarakat, dan pembangunan akan menciptakan kemakmuran dalam

masyarakat. Pandangan yang berbeda dan memasukkan variabel

birokrasi yang datang pada masa modern era Max Weber, oleh Ndraha

fungsi pemerintahan tersebut kemudian dibagi menjadi 2 (dua) macam

fungsi, yaitu: Pertama, pemerintah mempunyai fungsi primer atau fungsi

pelayanan (service), sebagai provider jasa publik yang baik

diprivatisasikan dan layanan civil termasuk layanan birokrasi. Kedua,

pemerintah mempunyai fungsi sekunder atau fungsi pemberdayaan

(empowerment), sebagai penyelenggara pembangunan dan melakukan

program pemberdayaan23.

Pendekatan dalam sebuah keputusan yang dibuat oleh pemerintah

karena didasarkan pada pemberian mandat oleh rakyat tadi, maka dalam

22 Ibid lihat 2223 Lihat Ndraha,Talidziduhu. Kybernology (ilmu pemerintahan baru). Penerbit Rineka

Cipta. 2000. Hal: 76

Page 34: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 257 › is… · Web view I.I Latar BelakangBAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Zaman kala masyarakat senantiasa

34

prosesnya semua harus dimulai dengan pertanyaan apa yang diinginkan

oleh masyarakat dan pertanyaan tersebut ditujukan kepada masyarakat.

Kemudian bila muncul pertanyaan mengenai apakah sebuah masyarakat

mampu hidup dan mengatur dirinya sendiri tanpa ada sebuah institusi

yang sengaja dibuat untuk mengatur pola interaksi dalam masyarakat.

Tingkat partisipasi dan kemudahan dalam pengambilan keputusan

memang sangat bergantung pada populasi penduduk dalam sebuah

wilayah. Semakin sedikit jumlah penduduk maka semakin cepat pula

proses pengambilan keputusan dan semakin mudah pula regulasi

dijalankan. Namun menurut Inu kencana:

Tetapi, walaupun demikian dalam kelompok masyarakat itu bagaimanapun kecilnya, ada sekelompok yang inti yang menjadi elit pemerintahan yang memerintah di satu pihak, sedangkan kelompok yang lebih banyak jumlahnya adalah masyarakat biasa yang diperintah. Karena walaupun partisipasi masih mudah dibangkitkan, karena kesibukan sehari-hari manusia yang paling sederhana sekalipun tidak seluruhnya berkecimpung dalam bidang pengaturan serta pengurusan negara24.

Apa yang dikatakan oleh Inu Kencana dalam bukunya tersebut

setidaknya memberikan gambaran bahwa dalam sebuah masyarakat

dengan tingkat persoalan yang belum terlalu kompleks setidaknya juga

membutuhkan elit atau minimal akan ada elit dalam masyarakat yang

muncul dengan sendirinya untuk memimpin kelompok mayoritas dengan

elit yang minimal tadi. Pola keseharian masyarakat dengan tingkat

kesibukan terendah sekalipun belum cukup untuk memberikan luang

24 Lihat, Kencana,Inu. Ilmu Politik.Penerbit Rineka Cipta.Jakarta. 1997 hal:79

Page 35: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 257 › is… · Web view I.I Latar BelakangBAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Zaman kala masyarakat senantiasa

35

waktu tersendiri dalam mengatur hubungan antar individu, melainkan

membutuhkan individu ataupun kelompok khusus yang mengatur

hubungan tadi.

Melawati perdebatan tentang kebutuhan pemerintah dengan tidak,

maka masuk pada defenisi pemerintah dengan meminjam defenisi

pemerintah dari Bayu Suryaningrat bahwa pemerintah bisa diartikan

sebagai badan tertinggi yang memerintah suatu wilayah25.

Untuk kemudian mencari apa yang dimaksud dengan pemerintah

kota maka beralih menuju pengertian kota itu sendiri, Sebuah kota seperti

yang diketahui bersama adalah relatif besar dan bersifat permanen pada

pemukiman penduduknya. Penentuan kota bisa dilihat dari kompleksitas

mata pencaharian penduduknya selain itu bisa pula dilihat dari tingkat

pembangunan dan bahkan bisa dilihat dari pola interaksi masyarakatnya,

hingga yang paling ekstrim bisa ditinjau dari tingkat kriminalitas sebuah

wilayahnya. Semakin tinggi tingkat kriminalitas sebuah wilayah maka itu

bisa dikatakan sebagai wajah lain dari sebuah perkotaan.

Terkait mengenai asumsi yang terakhir, banyak kemudian faktor

yang mengakibatkan tingginya angka kriminalitas sebuah kota populasi

penduduk yang melimpah sehingga sangat mudah untuk melahirkan

gesekan, tingkat kebutuhan masyarakat yang sangat tinggi yang tak

jarang bersinggungan dengan antar individu dalam pencapaian kebutuhan

masing-masing dan ada pula yang menganggap bahwa penyebabnya

25 Lihat Suryaningrat,Bayu. Mengenal Ilmu Pemerintahan. PT.rineka Cipta.Jakarta.1992

hal: 10

Page 36: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 257 › is… · Web view I.I Latar BelakangBAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Zaman kala masyarakat senantiasa

36

adalah tingkat kesenjangan antara si kaya dan si miskin dengan interval

yang sangat jauh.

Dalam buku manajemen kota yang dikarang oleh Hadi Sabari

Yunus di dalamnya ada pengertian kota secara sosio kultural menurut

beberapa ahli diantaranya:

Menurut Sujarto (1970), kota merupakan kesatuan masyarakat yang heterogen dan masyarakat kota memiliki tingkat kebutuhan yang lebih banyak apabila dibandingkan dengan penduduk pedesaan26.

Selain itu menurut Bintarto (1977), kota adalah sebuah bentang budaya yang ditimbulkan oleh unsur-unsur alami dan non alami dengan gejala pemusatan penduduk yang cukup besar dan corak kehidupan yang bersifat heterogen dan materialistis dibandingkan dengan daerah belakangnya27.

Jadi bila mengurai dua penjelasan mengenai pemerintah dan kota,

maka bisa disimpulkan bahwa pemerintah kota adalah institusi yang telah

dipercayakan untuk memerintah pada sebuah wilayah kota yang telah

ditentukan batasan-batasannya dengan corak penduduk yang bersifat

heterogen.

Dalam melaksanakan tugasnya pemerintah kota yang masuk dalam

jajaran pemerintahan di daerah tentunya memilki tugas sesuai apa yang

menjadi embanan tugas pemerintah daerah. Pembagian urusan

pemerintahan sesuai dengan yang termaktub dalam UU 32 tahun 2004

tentang pemerintahan daerah28, tentunya pemerintah kota tidak lagi 26 Sabari, Yunus. Manajemen Kota. Pustaka Pelajar.Yogyakarta.2008 hal 3927 ibid28 Lihat Undang-undang 32 tahun 2004 tentang pemerintahan daerah pasal 10.

Page 37: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 257 › is… · Web view I.I Latar BelakangBAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Zaman kala masyarakat senantiasa

37

mengurusi tentang: Politik luar negeri, Pertahanan, Keamanan, Yusitisi ,

Moneter dan Fiskal nasional, serta urusan agama.

Ada pula hubungan yang menuntut pemerintah pusat dan

pemerintah kota untuk melaksanakan tugas secara bersama-sama baik

dengan pola desentralisasi, maupun dekonsentrasi29.

Hubungan wewenang antara pemerintah pusat dan pemerintah

daerah provinsi, dan kota atau antara provinsi dan kota, diatur dengan

undang-undang dengan memperhatikan kekhususan dan keragaman

daerah.

Hubungan keuangan, pelayanan umum, pemanfatan sumber daya

alam dan sumber daya lainnya antara pemerintah pusat dan

pemerintahan daerah diatur dan dilaksanakan secara adil dan selaras

berdasarkan undang-undang tersebut.

Penyelenggaraan urusan pemerintahan dibagi berdasarkan kriteria

eksternalitas, akuntabilitas, dan efisiensi dengan memperhatikan

keserasian hubungan antar susunan pemerintahan. Urusan pemerintahan

yang menjadi kewenangan pemerintahan daerah, yang diselenggarakan

berdasarkan kriteria di atas terdiri atas urusan wajib dan urusan pilihan.

Mengingat bahwa dalam penelitian ini, yang menjadi lokusnya yakni

pemerintah kota oleh karena itu urusan wajib yang menjadi

kewenangannya ialah urusan wajib yang terdapat dalam UU

pemerintahan daerah untuk pemerintahan daerah kabupaten atau daerah

29 Ibid, lihat pasal 1 tentang ketentuan umum

Page 38: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 257 › is… · Web view I.I Latar BelakangBAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Zaman kala masyarakat senantiasa

38

kota. Urusan pemerintah kota tersebut meliputi 16 buah urusan30. Selain

itu urusan pemerintah kota yang bersifat pilihan tidak menutup

kemungkinan untuk dilaksanakan ketika secara nyata terdapat dan

berpotensi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat sesuai dengan

kondisi, kekhasan, dan potensi unggulan daerah/kota yang bersangkutan.

Dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan pemerintah kota

menjalankan tugasnya berdasarkan asas otonomi daerah dengan hak

untuk mengurusi urusan daerah dengan kewenangan yang seluas-

luasnya. Namun walaupun demikian ada pula urusan yang menjadi

kewenangan pemerintah pusat, juga perlu dilakukan oleh pemerintah

daerah sebagai bagian dari sebuah negara kesatuan.

Seperti yang telah diutarakan sebelumnya pemerintah perlu

menjamin ketertiban dan keamanan warganya. Sejalan dengan paparan 30 Pada pasal 14 aturan perundang-undangan tersebut diantara 16 tugas tersebut ialah:

1. Perencanaan dan pengendalian pembangunan

2. Perencanaan, pemanfaatan dan pengawasan tata ruang

3. Penyeleggaraan keteriban umum dan ketentraman masyarakat

4. Penyediaan sarana dan prasarana umum

5. Penanganan bidang kesehatan

6. Penyelenggaraan pendidikan

7. Penanggulangan masalah sosial

8. Pelayanan bidang ketenagakerjaan

9. Fasilitasi pembangunan koperasi, usaha kecil dan menengah

10. Pengendalian lingkungan hidup

11. Pelayanan pertanahan

12. Pelayanan kependudukan dan catatan sipil

13. Pelayanan adminstrasi umum pemerintahan

14. Pelayanan administrasi penanaman modal

15. Penyelenggaraan pelayanan dasar lainnnya; dan

16. Urusan wajib lainnya yang diamanatkan oleh perundang-undangan.

Page 39: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 257 › is… · Web view I.I Latar BelakangBAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Zaman kala masyarakat senantiasa

UU 32 Tahun 2004

Menjaga ketertiban dan kemanan masyarakat

Pemerintah Daerah

Tupoksi PemerintahService

DevelopmentEmpowerment

39

tersebut, maka pemerintah daerah yang merupakan perpanjangan tangan

pemerintah pusat untuk menjaga keamanan masyarakat layaknya

memiliki program yang mengarah pada pencapaian perwujudan ketertiban

masyarakat.

Dengan demikian selain telah melaksanakan 16 peran pemerintah

daerah, pemerintah kota juga telah melaksanakan fungsi pemerintah

pusat di wilayahnya untuk menjaga keamanan negara dari potensi

kekerasan dalam negeri.

Bagan II.II

II.III Perkelahian antar Kelompok

Page 40: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 257 › is… · Web view I.I Latar BelakangBAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Zaman kala masyarakat senantiasa

40

Penanggulangan dalam bahasa sehari-hari ialah tindakan yang

dilakukan untuk mencegah sebuah kejadian. Biasanya kata ini diikuti oleh

kata yang akan dicegah tersebut. Sedangkan perkelahian adalah kegiatan

adu mulut maupun fisik yang melibatkan dua orang atau lebih yang saling

bertengkar31. Penanggulangan perkelahian antar kelompok bisa

menimbulkan dua interpretasi, yang pertama ialah kegiatan pencegahan

sebelum perkelahian antar kelompok itu terjadi dan yang kedua ialah

bagaimana tindakan yang dilakukan untuk menghentikan ketika

perkelahian itu berlangsung. Mengenai perkelahian antar kelompok

penulis memasukkan kata dan mentikberatkan penanggulangan pada

interpretasi yang pertama dengan asumsi, bahwa tugas itu memang

diperankan oleh pemerintah kota. Sedangkan interpretasi yang kedua

merupakan tugas dari satuan pengamanan negara seperti kepolisian.

Kita membicarakan di sini bukan kekerasan individual-yaitu

kekerasan yang dilakukan oleh individu, seperti membunuh karena

dendam pribadi, atau merampok-melainkan kekerasan massa, yakni

kekerasan yang dilakukan oleh massa. Kekerasan jenis ini berbeda dari

kekerasan yang dilakukan individu karena para pelaku melakukan

kekerasan itu tidak semata-mata atas dasar dendam atau kebencian

personal, melainkan banyak dipengaruhi dinamika sebuah kelompok.

Perkelahian antar kelompok merupakan salah satu bentuk kekerasan

massa atau kekerasan kolektif. Kekerasan individual terliput oleh hukum

31 Lihat di Kamus Bahasa Indonesia, DEPDIKBUD, 1996

Page 41: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 257 › is… · Web view I.I Latar BelakangBAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Zaman kala masyarakat senantiasa

41

pidana dan situasi sehari-hari, tetapi kekerasan massa sering melampaui

hukum positif itu.

Sulit menghukum demikian banyaknya pelaku. Semakin kurang

personal motif kekerasan dan semakin merasa benarlah para pelaku

kekerasan itu. Kekerasan massa tidak beroperasi di dalam hukum, tetapi

melawan dan melampaui tatanan hukum itu sendiri. Karena kompleksnya

peristiwa ini, akar-akar penyebabnya juga kompleks.

Namun, dalam ulasan ini saya akan menarik gagasan Budi

Hardiman yang banyak mengambil gagasan dari para pemikir

psikoanalisa pada tiga akar kekerasan yang terkait dengan conditio

humana, yaitu: yang bersifat epistemologis, antropologis, dan sosiologis32.

Secara epistemologis kekerasan massa atau perkelahian antar

kelompok terjadi karena menganggap orang atau kelompok lain berada

dari luar dirinya33. Jadi kekerasan dilakukan bukan terhadap yang sesama,

melainkan yang lain. Contoh: Mahasiswa Fakultas Teknik UNHAS yang

dari tahun ke tahun dikenal sering berbenturan dengan mahasiswa FISIP

UNHAS tentunya kedua kelompok tersebut akan melihat kelompok yang

lain berbeda dengan dirinya34. Solidaritas fakultas kemudian menjadi

tembok pemisah kedua kelompok hingga akhirnya benturan pun terjadi.

32 Dikutip dari artikel Memahami akar-akar kekerasan massa, 28 Juli 200833 ibid34 Sejarah perkelahian yang paling tersohor yang melibatkan dua fakultas tersebut

bernama Black September, kejadian yang terjadi pada tahun 1992 dan puncaknya pada

tanggal 2 September ini menimbulkan kerugian hingga 1 miliar rupiah akibat perkelahian

yang merusak banyak fasilitas kampus UNHAS. Lebih jelas lihat di Sukriansyah S.Latif

dan Tomi Lebang, Amuk Makassar, Institute studi arus informasi, Makassar, 1998

Page 42: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 257 › is… · Web view I.I Latar BelakangBAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Zaman kala masyarakat senantiasa

42

Kelompok-kelompok pelajar yang melakukan tawuran juga mengalami

kondisi yang sama. Dibumbui dengan semangat kesadaran-kekamian

mereka berkelompok berkelahi dengan kelompok yang lain untuk

mengangkat derajat kelompoknya35. Dalam kondisi kelompok, manusia-

manusia tidak mengenal satu sama lain sebagai individu-individu, tetapi

sebagai elemen massa.

Dalam perspektif antropologis, individu tidak akan bergabung ke

dalam massa dan melakukan kekerasan kolektif semata-mata spontan

dan naluriah. “Kewajaran” dalam melukai atau melakukan kekerasan

dimungkinkan karena individu-individu memandang tindakan

kekerasannya sebagai sesuatu yang bernilai36. Karena itu, menemukan

bagaimana sebuah sistem nilai memotivasi manusia untuk melakukan

kekerasan terhadap sesamanya adalah langkah penting untuk

menemukan akar psikologis kekerasan. Manusia akan melakukan

kekerasan tanpa merasa bersalah jika tindakan itu dipandang sebagai

realisasi suatu nilai. Kekerasan adalah bentuk realisasi diri.

Demonstrasi yang berujung pada bentrok dengan aparat

pengamanan, bagi para demonstran cenderung dianggap sebagai

sesuatu yang tidak keliru. Ini dikarenakan karena demonstrasi dianggap

adalah wujud permintaan masyarakat banyak, maka ketika ada sesuatu

yang dianggap menghalangi maka tindakan kekerasan pun akan

35 Lihat, Kartini,Kartono. Kenakalan Remaja (Patologi sosial 2). Rajawali Press.

Jakarta.2010 hal: 10636 Ibid 32

Page 43: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 257 › is… · Web view I.I Latar BelakangBAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Zaman kala masyarakat senantiasa

43

cenderung muncul. Begitupun dengan kaum fundamentalis yang bersedia

mati demi agamanya, mereka membayangkan kematian sebagai suatu

jalan yang bernilai. Belum lagi dalam kasus di Indonesia agama yang

dirawat oleh masyarakat pun berubah menjadi salah satu bagian dalam

pembangunan, hingga tak jarang agama digunakan sebagai salah satu

pembenar kekerasan itu37.

Kembali melihat bagaimana pertahanan nilai itu bisa menjadi

embrio kekerasan. Jika nilai-nilai moral kehilangan daya gigitnya karena

oportunisme merajalela, suatu disorientasi nilai akan dialami individu.

Inkosistensi dan inkoherensi nilai-nilai menimbulkan rasa ketidakpastian

yang mendorong panik massa. Kerinduan akan kepastian yang muncul

merupakan bahan bakar bagi setiap ideologi massa yang memotivasi

kekerasan kolektif. Fanatisme pendukung sepakbola, radikalisme

demonstran, ataupun fundamentalisme beragama adalah gaya berpikir

untuk lari dari rasa ketidakpastian itu. Mereka akan mencari jalan untuk

mendapatkan kepastian itu dengan caranya terlebih bila ada institusi yang

diberi kepercayaan untuk menghilangkan rasa ketidakpastian itu, namun

tidak dapat mengemban amanah.

Untuk menemukan akar sosiologis kekerasan, kita harus bertolak

dari pengalaman isolasi itu karena isolasi yang menyentuh jiwa itu

bersumber dari kondisi-kondisi struktural masyarakat. Artinya, tatanan

masyarakat itulah yang menjadi sumber kekerasan38. Banyak ahli yang

37 Lihat Sunardi, Keselamatan kapitalisme dan kekerasan, LKIS, Yogyakarta, 1996 hal 16938 Ibid 32

Page 44: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 257 › is… · Web view I.I Latar BelakangBAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Zaman kala masyarakat senantiasa

44

menyatakan bahwa ketimpangan sosial memicu aksi kekerasan massa

dan perkelahian antar kelompok, karena mereka yang dimarjinalisasikan,

didikriminasikan dan direpresi lalu akan memobilisasi diri sebagai massa.

Tindakan kekerasan dapat dilihat di sini sebagai strategi protes. Johan

Galtung menyatakan bahwa represi, diskriminasi, dan marjinalisasi adalah

hasil kekerasan legitimatif atau yang biasa disebut dengan negara.

Bahkan Louis Althusser menyatakan bahwa negara senantiasa menggunakan kuasa melalui aparatusnya untuk menjaga kekuasaan itu39.

Jadi, bila ada yang menguasai maka spontan hadirlah yang

dikuasai. Pemerintah dalam hal ini yang seharusnya menjadi pengaman

bagi rakyatnya justru menjadi pemicu dimana kekerasan itu bermula.

Dalam kondisi demikian, kita harus membaca gagasan Johan

Galtung tentang segitiga kekerasan yang mempertautkan kekerasan

langsung, kekerasan struktural, dan kekerasan kultural. Mereka yang

tewas, korban-korban yang terluka parah, harta benda yang terbakar,

kaum terbuang, dan apa pun yang menghancurkan peradaban adalah

kekerasan langsung.

Kekerasan yang bersifat kasat mata itu tidaklah berdiri sendiri.

Kekerasan itu adalah akibat dari kekerasan struktural dan kekerasan

kultural yang tidak terlihat. Jalinan yang terjadi antara kekerasan yang

tidak terlihat dengan kekerasan yang konkret sebegitu akrab. Kekerasan

39 Lebih jelasnya baca Althusser,Louis. Tentang Ideologi (Marxisme Strukturalis,

Psikoanalisis, Cultural Studies). Terjemahan Essay on Ideology 1984.

Jalasutra.Yogyakarta

Page 45: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 257 › is… · Web view I.I Latar BelakangBAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Zaman kala masyarakat senantiasa

45

struktural terbangun dalam sistem sosial dan mengekspresikan dirinya

pada distribusi kekuasaan yang timpang. Kenyataan ini dapat diidentifikasi

dengan merebaknya kesenjangan untuk mendapatkan penghasilan,

ketimpangan di bidang pendidikan, atau eksploitasi yang tidak pernah

berhenti. Kekerasan struktural adalah nama lain dari ketidakadilan sosial.

Sedangkan kekerasan kultural merupakan aspek-aspek budaya yang

dipakai untuk membenarkan dan melegitimasi pemakaian kekerasan

langsung atau kekerasan struktural. Setiap pihak mempunyai nilai-nilai

rujukan untuk mengobarkan kekerasan.

Konflik, perselesihan, percekcokan, pertentangan dan perkelahian,

merupakan pengalaman hidup yang cukup mendasar, karena meskipun

tidak harus, tetapi mungkin bahkan amat mungkin terjadi. Seperti

pengalaman hidup yang lain, konflik tidak dapat dirumuskan secara ketat.

Lebih tepat bila konflik itu diuraikan dan dilukiskan.

Dahrendorf membahas suatu tendensi yang melekat pada konflik di

dalam masyarakat. Kelompok-kelompok yang memegang kekuasaan

akan memperjuangkan kepentingan-kepentinganya, dan kelompok yang

tak memiliki kekuasaan akan berjuang, dan kepentingan-kepentingan

mereka sering berbeda, bahkan saling bertentangan. Cepat atau lambat

menurut Dahrendorf di dalam beberapa sistem yang kekuasaannya kuat

mungkin secara cermat membuat kubu-keseimbangan antara kekuasaan

dan perubahan oposisi, dan masyarakat berubah. Jadi, konflik adalah

“kekuasaan yang kreatif dari sejarah manusia”40.40 Lihat Ritzer dan Goodman. Teori Sosiologi Modern. Kencana. Jakarta. 2010 hal: 153

Page 46: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 257 › is… · Web view I.I Latar BelakangBAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Zaman kala masyarakat senantiasa

46

Dari uraian di atas kesimpulannya, konflik ialah proses atau

keadaan dimana dua atau lebih dari pihak-pihak itu melakukan

persaingan, pertentangan, perselisihan dan perseteruan. Berusaha

menggagalkan tujuan masing-masing pihak dan hal itu merupakan

“kekuasaan yang kreatif dari sejarah manusia”.

II.IV Faktor Penyebab Perkelahian antar Kelompok

Faktor yang melatarbelakangi terjadinya konflik perkelahian antar

kelompok adalah suatu peristiwa yang merupakan dorongan dimana

dorongan tersebut dapat mempengaruhi dan menyebabkan konflik

perkelahian antar kelompok.

Dahrendof41 mengemukakan ciri-ciri konflik dalam organisasi sosial

sebagai berikut:

a. Sistem sosial senantiasa berada dalam keadaan konflik

b. Konflik-konflik tersebut disebabkan karena adanya kepentingan-

kepentingan yang bertentangan yang tidak dapat dicegah dalam

struktur sosial masyarakat.

c. Kepentingan-kepentingan itu cenderung berpolarisasi dalam dua

kelompok yang saling bertentangan.

d. Kepentingan-kepentingan yang saling bertentangan mencerminkan

deferensial distribusi kekuasaan di antara kelompok-kelompok yang

berkuasa dan dikuasai

41 Dalam Soekanto, Soerjono, Sosiologi Suatu Pengantar, PT. Raja Grafindo Persada,

Jakarta, 2007 hal 79

Page 47: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 257 › is… · Web view I.I Latar BelakangBAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Zaman kala masyarakat senantiasa

47

e. Penjelasan suatu konflik akan menimbulkan perangkat kepentingan

baru yang saling bertentangan, yang dalam kondisi tertentu

menimbulkan konflik

f. Perubahan sosial merupakan akibat-akibat konflik yang tidak dapat

dicegah pada berbagai tipe pola-pola yang telah melembaga.

Suatu konflik yang terjadi antar kelompok menjadi tidak sehat

apabila masing-masing pihak di dalam mencari pemecahanya tidak lagi

bersifat rasional tapi lebih bersifat emosional. Akibatnya yang terjadi

adalah seperti tawuran, penjarahan, perusakan rumah warga, perkelahian

antar kelompok di dalam masyarakat. Kekerasan sudah dijadikan sebagai

media penyelesaian masalah.

Bagi masyarakat perkotaaan, apa yang dikatakan oleh Dom Helder

Camara secara induktif menjelaskan mengenai faktor pembentuk

kekerasan setidaknya menjadi salah satu faktor penting mengapa

kekerasan kelompok terjadi dalam masyarakat. Untuk itu penulis mencoba

mengurai faktor pembentuk terjadinya perkelahian antar kelompok

sebagai salah satu bentuk kekerasan massa dalam berbagai pandangan

salah satunya ialah pandangan bahwa kekerasan merupakan buah dari

kekerasan struktural.

Johan Galtung, senada dengan pemikiran Dom Helder Camara

bahwa kekerasan yang terjadi di masyarakat pada dasarnya dibentuk dari

kekerasan struktural yang tidak terlihat. Untuk kasus masyarakat

perkotaan. Sebuah kota cenderung memiliki pemerintah yang lamban

Page 48: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 257 › is… · Web view I.I Latar BelakangBAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Zaman kala masyarakat senantiasa

48

dalam menyelesaikan sebuah persoalan yang terjadi. Oleh karena itu

terkadang sebuah masyarakat mengambil tindakan demi kepastian

penyelesaian persoalan. Lalu menurut Helder Camara sendiri, tidak

seorang pun yang ingin menjadi budak42. Inilah yang kemudian dikatakan

oleh dua pemikir diatas yang menaganggap bahwa embrio kekerasan

berawal dari kekerasan struktural, yakni kekerasan akibat ketidakadilan

penguasa setempat. Perkotaan semakin sering menyajikan hal demikian.

Jauhnya margin sosial antara si kaya yang sedikit dan si miskin yang

berjumlah banyak menjadi faktor yang diawali dengan rasa kecemburuan

ditambah lagi dengan peliknya hidup yang dihadapi.

Ada pula alur yang dijelaskan oleh Camara yang menyebabkan

perkelahian antar kelompok terjadi. Diawali dengan bentuk protes

terhadap kekerasan struktural tadi. Masyarakat kemudian berbondong-

bondong untuk mencari penyelesaian masalah yang dihadapi dan

menuntut pemerintah untuk bertanggung jawab terhadap persoalan

tersebut. Namun terkadang pemerintah tidak ingin untuk menjadi biang

persoalan. Maka timbul represi dari pemerintah sebagai bentuk kekerasan

ketiga dari tanggapan masyarakat tadi. Berikut adalah sebuah

pemberitaan yang menceritakan bagaimana sebuah perkelahian itu

terjadi43.

42 Lihat Camara, Dom Helder. Spiral Kekerasan.Resist Book. Yogyakarta.2005 hal 3143 Bersambung di halaman berikut

Page 49: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 257 › is… · Web view I.I Latar BelakangBAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Zaman kala masyarakat senantiasa

49

Tawuran Antarpemuda, Satu KritisSelasa, 1 September 2009 | 06:41 WIBMAKASSAR, KOMPAS.com — Tawuran yang melibatkan dua kelompok pemuda dari Jalan Rajawali depan Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Rajawali, Makassar, Senin (31/8) malam, mengakibatkan satu orang pemuda kritis dan dilarikan ke Rumah Sakit (RS) Stella Maris Makassar untuk dirawat intensif.

Informasi yang dihimpun di tempat kejadian menyebutkan, tawuran ini berawal dari penikaman Dedy R Umar (19) sebanyak dua kali di punggungnya oleh empat orang pemuda dari Jalan Rajawali Lorong 13, Makassar, Senin (31/8) sekitar pukul 23.30 Wita di dalam Pasar Lelong.

Penikaman warga Jalan Rajawali Lorong 29 menyulut kemarahan warga lainnya sehingga ratusan pemuda dari pasar tersebut ke luar dan melawan kelompok pemuda yang sudah bersiap-siap di depan TPI Rajawali Makassar yang tidak jauh dari anjungan Pantai Losari ini.

Saling serang dengan batu dan busur panah yang melibatkan dua kelompok pemuda dari Jalan Rajawali Lorong 29 atau Kampung Kokolojia dan Rajawali Lorong 13 atau Mariso di depan TPI Rajawali, Kecamatan Mariso, ini pun tak terhindarkan.

Sekitar satu jam, puluhan petugas dari Polresta Makassar Barat datang melerai mereka dan mengamankan empat pemuda yang diduga sebagai tersangka perkelahian kelompok yang sudah berlarut-larut terjadi di Kelurahan Tamarunang, Kecamatan Mariso, Makassar.

Dua orang warga Kampung Kokolojia, Ulis dan Syarifuddin, mengungkapkan bahwa perkelahian kelompok kali ini adalah tawuran pertama selama bulan Ramadhan dan perkelahian yang paling mencekam akibat jatuhnya korban kritis dari kelompok di dalam pasar ini. “Dedy tiba-tiba ditikam saat dia dan beberapa temannya main domino di depan rumah warga. Pelaku penikaman itu datang dengan mengendarai dua sepeda motor. Mereka berasal dari kelompok pemuda Rajawali Lorong 13,” kata Syarifuddin.

Menurutnya, empat pelaku penikaman mengendarai sepeda motor Yamaha RX King dan sepeda motor jenis bebek masuk lewat belakang pasar dan langsung menusuk punggung Dedy saat main domino.

Dedy kini dalam perawatan intensif di Unit Gawat Darurat RS Stella Maris. Tim medis menemukan dua luka tikaman di punggung Dedy dengan kedalaman sekitar 10 sentimeter dan lebar satu sentimeter.

Selain Dedy, Fajar (19), warga Kokolojia, juga mengalami luka di pelipis kanannya akibat hantaman batu.

Sementara pihak kepolisian mengamankan Agus (18), warga Jalan Rajawali Lorong 13; Junaidy (20) dan Wariska (19); keduanya warga Lorong 29; dan Bustam (32), warga Asrama Lompobattang.

Page 50: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 257 › is… · Web view I.I Latar BelakangBAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Zaman kala masyarakat senantiasa

50

Berita tersebut adalah salah satu peristiwa perkelahian antar

kelompok di kota Makassar yang terjadi pada tahun 2009. Dalam peristiwa

tersebut pada awalnya hanya dimulai dengan persoalan individu dan

kemudian merebak pada persoalan kolektif dimana individu bermukim.

Beberapa kasus perkelahian antar kelompok kadang dimulai

masalahnya dengan individu yang mewakili salah satu kelompok.

Informasi akhirnya tersebar sedemikian rupa dan akhirnya membentuk

kesadaran kelompok. Inilah yang disebut Soekanto sebagai bentuk

kesadaran in group dan out group.

Kesadaran in group adalah kelompok sosial di mana individu mengidentifikasi dirinya. Out group adalah kelompok sosial yang oleh individu diartikan sebagai lawan in groupnya. Perasaan in group dan out group didasari dengan suatu sikap yang dinamakan etnosentris, yaitu adanya anggapan bahwa kebiasaan dalam kelompoknya merupakan yang terbaik dibanding dengan kelompok lainnya44.

44 LihatSoekanto, Soerjono, Sosiologi Suatu Pengantar, PT. Raja Grafindo Persada,

Jakarta, 2007 hal 109

Tawuran Antarpemuda, Satu KritisSelasa, 1 September 2009 | 06:41 WIBMAKASSAR, KOMPAS.com — Tawuran yang melibatkan dua kelompok pemuda dari Jalan Rajawali depan Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Rajawali, Makassar, Senin (31/8) malam, mengakibatkan satu orang pemuda kritis dan dilarikan ke Rumah Sakit (RS) Stella Maris Makassar untuk dirawat intensif.

Informasi yang dihimpun di tempat kejadian menyebutkan, tawuran ini berawal dari penikaman Dedy R Umar (19) sebanyak dua kali di punggungnya oleh empat orang pemuda dari Jalan Rajawali Lorong 13, Makassar, Senin (31/8) sekitar pukul 23.30 Wita di dalam Pasar Lelong.

Penikaman warga Jalan Rajawali Lorong 29 menyulut kemarahan warga lainnya sehingga ratusan pemuda dari pasar tersebut ke luar dan melawan kelompok pemuda yang sudah bersiap-siap di depan TPI Rajawali Makassar yang tidak jauh dari anjungan Pantai Losari ini.

Saling serang dengan batu dan busur panah yang melibatkan dua kelompok pemuda dari Jalan Rajawali Lorong 29 atau Kampung Kokolojia dan Rajawali Lorong 13 atau Mariso di depan TPI Rajawali, Kecamatan Mariso, ini pun tak terhindarkan.

Sekitar satu jam, puluhan petugas dari Polresta Makassar Barat datang melerai mereka dan mengamankan empat pemuda yang diduga sebagai tersangka perkelahian kelompok yang sudah berlarut-larut terjadi di Kelurahan Tamarunang, Kecamatan Mariso, Makassar.

Dua orang warga Kampung Kokolojia, Ulis dan Syarifuddin, mengungkapkan bahwa perkelahian kelompok kali ini adalah tawuran pertama selama bulan Ramadhan dan perkelahian yang paling mencekam akibat jatuhnya korban kritis dari kelompok di dalam pasar ini. “Dedy tiba-tiba ditikam saat dia dan beberapa temannya main domino di depan rumah warga. Pelaku penikaman itu datang dengan mengendarai dua sepeda motor. Mereka berasal dari kelompok pemuda Rajawali Lorong 13,” kata Syarifuddin.

Menurutnya, empat pelaku penikaman mengendarai sepeda motor Yamaha RX King dan sepeda motor jenis bebek masuk lewat belakang pasar dan langsung menusuk punggung Dedy saat main domino.

Dedy kini dalam perawatan intensif di Unit Gawat Darurat RS Stella Maris. Tim medis menemukan dua luka tikaman di punggung Dedy dengan kedalaman sekitar 10 sentimeter dan lebar satu sentimeter.

Selain Dedy, Fajar (19), warga Kokolojia, juga mengalami luka di pelipis kanannya akibat hantaman batu.

Sementara pihak kepolisian mengamankan Agus (18), warga Jalan Rajawali Lorong 13; Junaidy (20) dan Wariska (19); keduanya warga Lorong 29; dan Bustam (32), warga Asrama Lompobattang.

Page 51: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 257 › is… · Web view I.I Latar BelakangBAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Zaman kala masyarakat senantiasa

51

Pada kasus yang diulas koran kompas pada halaman sebelumnya

setidaknya menjadi pembenar faktor perkelahian antar kelompok di kota

ini yang disebabkan karena adanya kesadaran kelompok.

Lingkungan juga tidak bisa dilepas sebagai distributor kekerasan itu

sendiri. Selain kesadaran kelompok yang terbentuk dalam masyarakat

ada pula faktor yang menyebabkan terjadinya perkelahian antar kelompok

karena lingkungan. Secara sosiologis seorang individu akan cenderung

menyesuakan diri dengan lingkungan dimana individu bermukim.

Dalam pilot study yang dilakukan penulis dengan menanyakan dan

mencari informasi dimana posisi kekerasan antar kelompok sering terjadi.

Maka penulis menemukan dua tempat di kota Makassar yakni wilayah

Pampang (pemukiman di belakang kampus Universitas Muslim Indonesia)

dan wilayah kecamatan Makassar meliputi jalan karuwisi, jalan maccini

dan kampung Bara-baraya. Lingkungan tersebut dari tahun ke tahun

dianggap sebagai tempat dimana kekerasan kelompok sering terjadi.

Teori Subkultur Delinkuensi memasukkan bahwa kepadatan

penduduk menjadi salah satu variabel terjadinya kriminalitas dalam

masyarakat45. Tingginya persaingan dalam masyarakat yang dikarenakan

45 Ada empat variabel yang menentukan tingkat kekerasan dalam sebuah masyarakat

berikut:

1. Punya populasi yang padat

2. Status sosial dan ekonomi penduduk yang rendah

3. Kondisi fisik perkampungan yang sangat buruk

4. Banyak disorganisasi familiaal dan sosial bertingkat tinggi

Lebih jelas lihat di Kartini,Kartono. Kenakalan Remaja (Patologi sosial 2). Rajawali Press.

Jakarta.2010 hal 32

Page 52: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 257 › is… · Web view I.I Latar BelakangBAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Zaman kala masyarakat senantiasa

52

padatnya sebuah pemukiman berimbas pada tingginya upaya yang

dilakukan untuk memenuhi kebutuhan.

Lain pula bila kekerasan itu dipandang dalam perspektif psikologi.

Menurut Fromm, dalam ceritanya agresi merupakan kegiatan di luar

rencan akibat dorongan-dorongan tertentu46.

Penulis menekankan faktor-faktor perkelahian pada penelitian ini

dari data motif terjadinya tindak perkelahian antar kelompok tersebut.

Selain itu juga menggunakan teori subkultur delinkuen untuk mengkaji

bagaimana peran institusi sosial membangun pranata yang justru

meningkatkan angka kriminalitas dalam masyarakat.

Lalu bagaimana dengan solusi perkelahian antar kelompok

tersebut? .Bila merujuk pada penyelesaian yang bersifat pada kejadian

yang berlangsung maka ada beberapa solusi yang bisa diterapkan seperti

mediasi. Menurut Angela Garcia (1991) dalam sebuah perjalanannya di

California dia menyimpulkan bahwa keberadaan lembaga penengah

membuat penyelesaian konflik jauh lebih mudah47.

Solusi tersebut masih bersifat mikro karena hanya menyelesaikan

masalah dari kejadian yang berlangsung. Mengangkat kembali paradigma

sosial dalam membangun pranata masyarakat maka konflik juga bisa

dibentuk oleh kondisi sosial itu sendiri. Ketimpangan dan diskriminasi

yang diturunkan dalam bentuk yang terlihat seperti dalam teori subkultur

46 Lihat Froom,Erich. Akar Kekerasan.Pustaka Pelajar. Yogyakarta.2008. hal:25747 lihat 40 hal 345

Page 53: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 257 › is… · Web view I.I Latar BelakangBAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Zaman kala masyarakat senantiasa

53

delinkuen, maka untuk menyelesaikannya perlu kemiskinan48 perlu

diretas.

BAB III

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

III.I Keadaan Geografi, kependudukan, Sosial, Ekonomi dan

Pemerintahan Kota Makassar

Pada bagian ini penulis menaruh gambaran lokasi penelitian dari

berbagai sudut. Dimulai dari kondisi geografis hingga kondisi

pemerintahan di kota ini. Semua ulasan tersebut bagi penulis sangat

berhubungan dengan faktor-faktor perkelahian penduduk seperti

kepadatan, kondisi sosial dan kondisi perekonomian.

III.I.I Keadaan Geografis

48 Suharto, Edy. Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat; Refika Aditama.

Bandung 2009. Hal 132

Dalam buku tersebut disebutkan pespektif kemiskinan oleh David Cox diantaranya

kemiskinan yang disebabkan ooleh globalisasi, kemiskinan yang berkaitan dengan

pembangunan, kemiskinan sosial dan kemiskinan konsekuensial.

Page 54: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 257 › is… · Web view I.I Latar BelakangBAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Zaman kala masyarakat senantiasa

54

Memiliki posisi strategis karena berada di persimpangan jalur lalu

lintas dari arah selatan dan utara dalam propinsi di Sulawesi, dari wilayah

kawasan Barat ke wilayah kawasan Timur Indonesia dan dari wilayah

utara ke wilayah selatan Indonesia. Dengan kata lain, wilayah kota

Makassar berada pada koordinat 119 derajat bujur timur dan 5,8 derajat

lintang selatan dengan ketinggian yang bervariasi antara 1-25 meter dari

permukaan laut. Kota Makassar merupakan daerah pantai yang datar

dengan kemiringan 0 - 5 derajat ke arah barat, diapit dua muara sungai

yakni sungai Tallo yang bermuara di bagian utara kota dan sungai

Jeneberang yang bermuara di selatan kota. Luas wilayah kota Makassar

seluruhnya berjumlah kurang lebih 175,77 Km2 daratan dan termasuk 11

pulau di selat Makassar ditambah luas wilayah perairan kurang lebih 100

Km².

Jumlah kecamatan di kota Makassar sebanyak 14 kecamatan dan

memiliki 143 kelurahan. Diantara kecamatan tersebut, ada tujuh

kecamatan yang berbatasan dengan pantai yaitu kecamatan Tamalate,

Mariso, Wajo, Ujung Tanah, Tallo, Tamalanrea dan Biringkanaya.

Kota Makassar sendiri berdekatan dengan sejumlah kabupaten

yakni sebelah utara dengan kabupaten Pangkep, sebelah timur dengan

kabupaten Maros, sebelah selatan dengan kabupaten Gowa dan sebelah

barat dengan Selat Makassar.

Dari gambaran selintas mengenai lokasi dan kondisi geografis

Makassar, memberi penjelasan bahwa secara geografis, kota Makassar

Page 55: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 257 › is… · Web view I.I Latar BelakangBAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Zaman kala masyarakat senantiasa

55

memang sangat strategis dilihat dari sisi kepentingan ekonomi maupun

politik.

Dari sisi ekonomi, Makassar menjadi simpul jasa distribusi yang

tentunya akan lebih efisien dibandingkan daerah lain. Mengembangkan

Makassar, otomatis akan sangat berpengaruh terhadap peningkatan

kesejahteraan masyarakat di kawasan timur Indonesia dan percepatan

pembangunan.

Dengan demikian, dilihat dari sisi letak dan kondisi geografis

Makassar memiliki keunggulan komparatif dibanding wilayah lain di

kawasan Timur Indonesia. Saat ini kota Makassar dijadikan inti

pengembangan wilayah terpadu Mamminasata.

Dari fakta di lapangan terlihat bahwa pada wilayah perkotaan

seperti Kota Makassar sudah jarang terdapat lahan kosong milik negara

atau lahan-lahan mentah lainnya. Maka akan lebih mengena jika lahan

yang ada dikategorikan berdasarkan kriteria-kriteria yang mengarah pada

trend dan visualisasi psikologis dari area-area yang ada dan membaginya

dalam bentuk tipologi kawasan, dibanding metode tradisional yang hanya

mengandalkan pengkategorian pada visual lahan yang masih kosong, ada

vegetasi, atau terbangun.

Sehingga bila dilihat berdasarkan keadaan litologi, topografi, jenis

tanah, iklim dan vegetasi yang ada, Kota Makassar direkomendasikan

sebagian besar untuk kawasan pengembangan budidaya karena tidak ada

syarat yang memenuhi sebagai kawasan lindung. Mencermati pembagian

Page 56: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 257 › is… · Web view I.I Latar BelakangBAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Zaman kala masyarakat senantiasa

56

lahan dalam wilayah Makassar dibagi dengan peruntukan kawasan

sebagai berikut, Kawasan Mantap 38 %, Kawasan Peralihan 11 %, dan

Kawasan Dinamis 51 %49.

Wilayah daratan Kota Makassar dirinci menurut kecamatan dapat

dilihat pada tabel berikut50 :

TABEL III.I.

Luas Wilayah Dan Persentase Terhadap Luas Wilayah Menurut

Kecamatan Di Kota Makassar51

Kode

Wilayah

Kecamatan Luas

area(km2)

Persentase terhadap luas Kota

Makassar(%)

(1) (2) (3) (4)

010

020

030031

040

050

060

070

MARISO

MAMAJANG

TAMALATE

RAPPOCINI

MAKASSAR

UJUNG PANDANG

1,82

2,25

20,21

9,23

2,52

2,63

1,04

1,28

11,50

5,25

1,43

1,50

49 Semua data geografis kota Makassar diikuti dari buku Makassar dalam angka 2010 hal

1-950 Tabel pada halaman berikut51 Bersumber dari buku Makassar dalam angka tahun 2010

Page 57: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 257 › is… · Web view I.I Latar BelakangBAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Zaman kala masyarakat senantiasa

57

080

090

100

110

101

111

WAJO

BONTOALA

UJUNG TANAH

TALLO

PANAKKUKANG

MANGGALA

BIRINGKANAYA

TAMALANREA

1,99

2,10

5,94

5,83

17,05

24,14

48,22

31,84

1,13

1,19

3,38

3,32

9,70

13,73

27,43

18,11

7371 MAKASSAR 175,77 100,00

.

III.I.II Kondisi kependudukan Kota Makassar52

Penduduk Kota Makassar tahun 2009 tercatat sebanyak 1.272.349

jiwa yang terdiri dari 610.270 laki-laki dan 662.079 perempuan. Sementara

itu jumlah penduduk Kota Makassar tahun 2008 tercatat sebanyak

1.253.656 jiwa Komposisi penduduk menurut jenis kelamin dapat

ditunjukkan dengan rasio jenis kelamin Rasio jenis kelamin penduduk

Kota Makassar yaitu sekitar 92,17 persen, yang berarti setiap 100

penduduk wanita terdapat 92 penduduk laki-laki.

Penyebaran penduduk Kota Makassar dirinci menurut kecamatan,

menunjukkan bahwa penduduk masih terkonsentrasi diwilayah kecamatan

Tamalate, yaitu sebanyak 154.464 atau sekitar 12,14 persen dari total

penduduk, disusul kecamatan Rappocini sebanyak 145.090 jiwa (11,40

persen). Kecamatan Panakkukang sebanyak 136.555 jiwa (10,73 persen),

dan yang terendah adalah kecamatan Ujung Pandang sebanyak 29.064

jiwa (2,28 persen).

52 Semua data kependudukan kota Makassar dirangkum dari buku Makassar dalam

Angka 2010 hal: 22-111

Page 58: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 257 › is… · Web view I.I Latar BelakangBAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Zaman kala masyarakat senantiasa

58

Ditinjau dari kepadatan penduduk kecamatan Makassar adalah

terpadat yaitu 33.390 jiwa per km persegi, disusul kecamatan Mariso

(30.457 jiwa per km persegi), kecamatan Bontoala (29.872 jiwa per km

persegi). Sedang kecamatan Biringkanaya merupakan kecamatan dengan

kepadatan penduduk terendah yaitu sekitar 2.709 jiwa per km persegi,

kemudian kecamatan Tamalanrea 2.841 jiwa per km persegi), Manggala

(4.163 jiwa per km persegi), kecamatan Ujung Tanah (8.266 jiwa per km

persegi), kecamatan Panakkukang 8.009 jiwa per km persegi.

Bagian ini dijadikan catatan bagi penulis untuk menelaah faktor-

faktor perkelahian antara kelompok.

Tabel III.II

Jumlah Penduduk Dirinci Menurut Kecamatan di Kota Makassar 2008-200953

Kode Wilayah

Kecamatan Laju Pertumbuhan

Penduduk

2008

Laju Pertumbuhan

Penduduk

2009

Laju Pertumbuhan

Penduduk 2000-2009

10

020

030

031

040

050

060

Mariso

Mamajang

Tamalate

Rappocini

Makassar

Ujung pandang

Wajo

54.616

60.394

152.197

142.958

82.907

28.637

35.011

55.431

61.294

154.464

145.090

84.143

29.064

35.533

0,930,45

2,08

1,62

0,54

0,51

0,45

53 Sumber: Makassar Dalam angka 2010

Page 59: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 257 › is… · Web view I.I Latar BelakangBAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Zaman kala masyarakat senantiasa

1.235.239

1.253.656

1.272.349

59

070

080

090

100

101

110

111

Bontoala

Ujung tanah

Tallo

Panakkukang

Manggala

Biringkanaya

Tamalanrea

61.809

48.382

135.315

134.548

99.008

128.731

89.143

62.731

49.103

137.333

136.555

100.484

130.651

90.473

1,09

1,21

1,94

1,09

2,98

3,57

1,15

7371 Makassar 1.253.656 1.272.349 1,63

Untuk lebih jelasnya penulis kemudian mengikutkan diagram dapat

kita lihat pada bagan berikut ini :

Bagan III.I

Page 60: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 257 › is… · Web view I.I Latar BelakangBAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Zaman kala masyarakat senantiasa

60

Tabel III.III

Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin diKota

Makassar pada Tahun 200954.

Kelompok Umur Laki-Laki Perempuan Jumlah

(1) (2) (3) (4)

0 – 4

5 - 9

10 – 14

15 – 19

20 – 24

25 – 29

30 – 34

35 – 39

40 – 44

45 – 49

50 – 54

55 – 59

67.309

63.494

61.488

60.285

66.806

56.272

55.521

45.491

37.014

25.729

56.306

66.162

56.040

72.389

87.280

71.356

56.561

52.304

29.526

29.164

123.615

129.656

117.528

132.674

154.086

127.628

112.082

97.795

66.540

54.893

54 Sumber : Makassar dalam angka tahun 2010

Page 61: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 257 › is… · Web view I.I Latar BelakangBAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Zaman kala masyarakat senantiasa

61

60 – 64

65+

18.456

15.296

18.558

18.551

24.183

19.563

17.179

24.066

42.639

34.859

35.737

42.617

Jumlah/Total 610.270 662.079 1.272.349

III.I.III Kondisi Sosial Kota Makassar55

Pembangunan bidang pendidikan bertujuan untuk mencerdaskan

kehidupan bangsa. Pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM) suatu

negara akan menentukan karakter dari pembangunan ekonomi dan sosial,

karena manusia pelaku aktif dari seluruh kegiatan tersebut.

Pada tahun 2009/2010 di Kota Makassar, jumlah Sekolah Dasar

sebanyak 459 unit dengan jumlah guru sebanyak 6.542 orang dan jumlah

murid sebanyak 145.749 orang. Jumlah SLTP sebanyak 171 unit dengan

jumlah guru sebanyak 4.630 orang dan jumlah murid sebanyak 59.101

orang. Jumlah SLTA 112 unit dengan jumlah guru sebanyak 4.817 orang

dan jumlah murid sebanyak 65.277 orang.

Di kota Makassar pada tahun 2009 jumlah anak asuh yang tercatat

yang ditampung di 83 Panti Asuhan ada sebanyak 4.034 anak yang

diasuh. Sedangkan jumlah gelandangan/ pengemis dan anak jalanan di

Kota Makassar tahun 2009 sebanyak 144 orang dan 870 orang.

Tahun 2009 di Kota Makassar jumlah keluarga pra keluarga

sejahtera 63.964 keluarga dan keluarga sejahtera I sebanyak 52.700

keluarga dengan jumlah kepala keluarga sebanyak 254.868. Jumlah

55 Semua data kondisi sosial dirangkum dari Makassar dalam Angka 2010 hal:112-229

Page 62: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 257 › is… · Web view I.I Latar BelakangBAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Zaman kala masyarakat senantiasa

62

narapidana menurut jenis hukuman dilembaga pemasyarakatan ada 464

orang (laki-laki 464 orang dan tidak ada perempuan).

Jumlah tersebut, terkhusus mengenai anak jalanan dan anak

terlantar selanjutnya akan dikaji dikarenakan berhubungan dengan

pembahasan tulisan ini terkait pelaku konflik.

III.I.IV Kondisi Perekonomian Masyarakat di kota Makassar56

Sejalan dengan perkembangan Kota Makassar, kegiatan ekonomi

juga semakin pesat ,ini ditandai dengan meningkatnya jumlah perusahaan

perdagangan yang sekarang telah mencapai 14.584 unit usaha yang

terdiri dari 1.460 perdagangan besar, 5.550 perdagangan menengah dan

7.574 perdagangan kecil. Kemudian terdapat 21 industri besar dan 40

industri sedang yang terkonsentrasi di kecamatan Biringkanaya dan

konsentrasi industri besar kedua terdapat di kecamatan Tamalanrea dan

kecamatan Panakkukang masing-masing 5 unit.

Sementara itu kawasan perdagangan utama Kota Makassar

terdapat di Pasar Sentral (Makassar Mall) sebagai pusat dan wilayah

Panakkukang dan Daya sebagai sub pusat pelayanan selain itu terdapat 4

Mall (Mall Ratu Indah, Mall panakkukang, Makassar town square,

Makassar trade center) dan kawasan perdagangan Somba Opu,

sedangkan JI. Jend. Sudirman, jl. DR. Ratulangi cenderung untuk berubah

menjadi kawasan perdagangan.

56 Semua data perekonomian diambil dari Makassar dalam angka 2010

Page 63: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 257 › is… · Web view I.I Latar BelakangBAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Zaman kala masyarakat senantiasa

63

Selain dari jumlah industri yang ada di kota Makassar

pembangunan ekonomi yang selama ini mengalami kemajuan yang

signifikan dapat disorot dengan menggunakan indikator ekonomi makro

terutama dari produk domestik regional bruto(PDRB) dan pertumbuhan

ekonomi, kenaikan PDRB menunjukkan bahwa perekonomian Kota

Makassar berjalan dengan produktif.

Kondisi perekonomian bisa dilihat sebagai penjelas kesenjangan

atau posisi pusat modern di wilayah ini di tengah maraknya bangunan

kumuh yang menghiasi kota Makassar. Dalam paparan teori penulis

disparitas tersebut merupakan penopang meningkatnya angka kriminalitas

dalam masyarakat.

III.II. Visi, Misi Serta Nilai-Nilai Budaya

III.II.I Visi dan Misi Kota Makassar57

Dalam konteks ini pemerintah kota Makassar tahun 2010, sesuai

rencana pembangunan jangka menengah daerah Kota Makassar

(RPJMD) tahun 2005 - 2010 memiliki visi dengan rumusan: ”Terwujudnya

Makassar Sebagai Kota Maritim, Niaga, Pendidikan Yang

Bermartabat Dan Manusiawi”.

Berdasarkan visi pemerintah kota Makassar tersebut pada

hakekatnya diarahkan untuk mendukung terwujudnya visi Kota Makassar

57 Lebih jelas lihat (PERDA No. 9 Tahun 2006) kota Makassar. Lihat pula di situs resmi

kota pemerintah kota Makassar

Page 64: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 257 › is… · Web view I.I Latar BelakangBAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Zaman kala masyarakat senantiasa

64

kedepan, maka dirumuskan misi kota Makassar tahun 2010 sebagai

berikut :

1. Mengembangkan kultur maritim dengan dukungan infrastruktur bagi

kepentingan lokal, regional, nasional dan internasional;

2. Mendorong tumbuhnya pusat-pusat perniagaan melalui optimalisasi

potensi lokal;

3. Mendorong peningkatan kualitas manusia melalui pemerataan

pelayaan pendidikan, peningkatan derajat kesehatan dan

kesejahteraan masyarakat;

4. Mengembangkan apresiasi budaya dan pengamalan nilai-nilai agama

berbasis kemajemukan masyarakat;

5. Mengembangkan sistem Pemerintahan yang baik, bersih dan

berwibawa, melalui peningkatan profesionalisme aparatur;

6. Mendorong terciptanya stabilitas, kenyamanan dan tertib lingkungan

7. Peningkatan infrastruktur Kota dan pelayanan publik.

III.II.II Nilai-Nilai Budaya Masyarakat Kota Makassar

Orang-orang Makassar mengutamakan sifat-sifat harga diri dan

kesetiakawanan (loyalitas), yang di nilai sebagai unsur Siri’ dan Pacce

atau Passe. Walaupun semua suku di Sulawesi Selatan (Mandar, Toraja,

Bugis dan Makassar) menggunakan tatanan budaya tersebut.

Siri’ adalah kebanggaan atau keagungan harga diri. Bagi orang-

orang suku Bugis-Makassar diwariskan amanah oleh leluhurnya untuk

Page 65: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 257 › is… · Web view I.I Latar BelakangBAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Zaman kala masyarakat senantiasa

65

menjunjung tinggi adat-istiadatnya yang didalamnya terpatri pula sendi-

sendi siri’ tersebut58.

Manakala harga diri tersebut disinggung yang karenanya

melahirkan aspek-aspek Siri’,maka diwajibkan bagi yang tertimpa Siri’ itu

untuk Melakukan aksi-aksi tantangan. Dapat berupa aksi (perlawanan)

seseorang atau aksi (perlawanan) kelompok masing-masing.Terserah

pada mutu nilai Siri’ yang timbul sebagai ekses-ekses kasus yang lahir

karenanya.

Bagi pihak-pihak yang terkena Siri’ tetapi hanya diam dijuluki

sebagai: tau tena Siri’na59.

Pacce dan pesse adalah suatu perasaan yang menyayat hati, pilu

bagaikan tersayat sembilu apabila sesama warga masyarakat ditimba

kemalangan60.

Perasaan yang demikian ini merupakan suatu pendorong kearah

solidaritas dalam berbagai bentuk terhadap mereka yang dulunya ditimpa

kemalangan itu seperti diperkosa dan sebagainya, maka dapat

disimpulkan bahwa siri’ atau pacce atau pesse tersebut adalah sama

tetapi yang terakhir ini lebih rendah tingkatannya61.

III.II.II.i SIRI’

58 Lihat di Wahid, Sugira. Yang berjudul Manusia Makassar. 59 tau kurang Siri’ berarti orang yang tak ada harga diri60 Ibid 5561 ibid

Page 66: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 257 › is… · Web view I.I Latar BelakangBAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Zaman kala masyarakat senantiasa

66

Siri’ adalah ethos kultur, berisi pandangan hidup dan pandangan dunia

yang melekat pada sistim nilai yang terjelma dalam sistem budaya, sistim

sosial, dan sistim kepribadian (Personality) masyarakat62.

Siri’ secara harfiah adalah suatu perasan malu. Jawaban menurut

arti kata mungkin tepat secara harfiah tetapi tidak cukup mewakili makna

sebenarnya. Sedangkan jiwanya dirumuskan dalam suatu batasan,inipun

akan terbatas pada aspek tertentu saja yang mewakili sesuai pendekatan

objek tersebut63.

III.II.II.ii PACCE/PESSE

Pacce/Pesse secara harfiah bermakna perasaan pedih dan perih

yang dirasakan meresap dalam kalbu seseorang karena melihat

penderitaan orang lain. Pacce ini berfungsi sebagai alat penggalang

persatuan, solidaritas, kebersamaan, rasa kemanusiaan, dan memberi

motivasi pula untuk berusaha, sekalipun dalam keadaan yang sangat

pelik dan berbahaya64.

Pacce sebagai aspek yang hakiki dari pada sirik itu, bukan berarti

kesetiaan kawanan dalam membelah kehormatan, melainkan ia

mengandung makna: kepedihan yang tiada taranya, karena martabat

harkat diri tersinggungan. Ia tersayat-sayat menjangkau jauh kedalam

62 ibid63 ibid64 ibid

Page 67: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 257 › is… · Web view I.I Latar BelakangBAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Zaman kala masyarakat senantiasa

67

lubuk hati. Itulah hakekat dasar yang disebut pacce. Sebagai perwujudan

lanjut (inti sari) dari pada siri’ tersebut65.

Dari pengertian tersebut, maka jelasnya bahwa pacce itu dapat

memupuk rasa persatuan dan kesatuan bangsa, membina solidaritas

antara manusia agar mau membantu seseorang yang mengalami

kesulitan. Sebagai contoh, seseorang mengalami musibah, jelas

masyarakat lainnya turut merasakan penderitaan yang dialami rekannya

itu. Segera pada saat itu pula mengambil tindakan untuk membantunya,

pakah berupa materi atau nonmateri.

III.II.II.iii SIPAKATAU

Sesungguhnya budaya Makassar mengandung esensi nilai luhur

yang universal, namun kurang teraktualisasi secara sadar dan dihayati

dalam kehidupan sehari-hari. Kalau kita menelusuri secara mendalam,

dapat ditemukan bahwa hakikat inti kebudayaan Makassar itu sebenarnya

adalah bertitik sentral pada konsepsi mengenai “tau”(manusia), yang

manusia dalam konteks ini, dalam pergaulan sosial, amat dijunjung tinggi

keberadaannya66.

Dari konsep “tau” inilah sebagai esensi pokok yang mendasari

pandangan hidup orang Makassar, yang melahirkan penghargaan atas

sesama manusia. Bentuk penghargaan itu dimanifestasikan melalui sikap

65 ibid66 ibid

Page 68: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 257 › is… · Web view I.I Latar BelakangBAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Zaman kala masyarakat senantiasa

68

budaya “sipakatau”. Artinya, saling memahami dan menghargai secara

manusiawi67.

Dengan pendekatan sipakatau, maka kehidupan orang Makassar

dapat mencapaui keharmonisan, dan memungkinkan segala kegiatan

kemasyarakatan berjalan dengan sewajarnya sesuai hakikat martabat

manusia. Seluruh perbedaan derajat sosial tercairkan, turunan bangsawan

dan rakyat biasa, dan sebagainya. Yang dinilai atas diri seseorang adalah

kepribadiannya yang dilandasi sifat budaya manusiawinya.

Sikap Budaya Sipakatau dalam kehidupan orang Makassar

dijabarkan ke dalam konsepsi Siri’ na Pacce. Dengan menegakkan prinsip

Siri’ na Pacce secara positif, berarti seseorang telah meneapkan sikap

Sipakatau dalam kehidupan pergaulan kemasyarakatan. Hanya dalam

lingkunagn orang-orang yang menghayati dan mampu mengamalkan

sikap hidup Sipakatau yang dapat secara terbuka saling menerima

hubungan kekerabatan dan kekeluargaan.

Sipakatau dalam kegiatan ekonomi, sangat mencela adanya

kegiatan yang selalu hendak “annunggalengi” (egois), atau memonopoli

lapangan hidup yang terbuka secara kodrati bagi setiap manusia. Azas

Sipakatau akan menciptakan iklim yang terbuka untuk saling “sikatallassa”

(saling menghidupi), tolong-menolong, dan bekerjasama membangun

kehidupan ekonomi masyarakat secara adil dan merata68.

67 ibid68 ibid

Page 69: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 257 › is… · Web view I.I Latar BelakangBAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Zaman kala masyarakat senantiasa

69

Demikianlah Sipakatau menjadi nilai etika pergaualan orang

Makassar yang patut diaktualisasikan di segala sektor kehidupan. Di

tengah pengaruh budaya asing cenderung menenggelamkan

penghargaan atas sesama manusia, maka sikap Sipakatau merupakan

suatu kendali moral yang harus senantiasa menjadi landasan.

III.III Institusi-institusi Pemerintahan Terkait yang Menangani Masalah

Perkelahian antar Kelompok.

III.III.I Pemerintah Kota Makassar dalam Hal ini Ditangani Kantor

Kesbang

Kedudukan kantor Kesatuan Bangsa merupakan unsur pendukung

dalam melaksanakan tugas tertentu, dipimpin oleh seorang Kepala yang

berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Walikota melalui

Sekretaris Daerah. Tugas Pokok Kantor Kesatuan Bangsa mempunyai

tugas melaksanakan perumusan kebijakan, koordinasi dan pengendalian

di bidang kesatuan bangsa.

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana sebagaimana yang

tercantum dalam perda kota Makassar kantor kesbang, Kantor Kesatuan

Bangsa menyelenggarakan fungsi69:

a. penyiapan bahan perumusan kebijaksanaan teknis strategis

pembangunan kesatuan bangsa;

69 Lihat perda no. 3 tahun 2009 kota Makassar tentang kantor KESBANG

Page 70: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 257 › is… · Web view I.I Latar BelakangBAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Zaman kala masyarakat senantiasa

70

b. penyiapan bahan penyusunan rencana dan program pelaksanaan

fasilitasi penyelenggaraan pendidikan dan pengembangan sistem

politik;

c. penyiapan bahan bimbingan pelaksanaan fasilitasi kegiatan kesatuan

bangsa;

d. penyiapan bahan bimbingan pelaksanaan kajian strategis di bidang

kesatuan bangsa;

e. penyiapan bahan bimbingan pengkoordinasian kegiatan kesatuan

bangsa dengan instansi dan atau lembaga terkait;

f. penyiapan bahan bimbingan pelaksanaan evaluasi dan pelaporan

kegiatan kesatuan bangsa;

g. pengelolaan administrasi urusan tertentu.

Susunan Organisasi Kantor Kesatuan Bangsa terdiri dari:

a. Kepala Kantor;

b. Subbagian Tata Usaha;

c. Seksi Hubungan Antar Lembaga;

d. Seksi Wawasan Nusantara;

e. Seksi Penanganan Masalah Aktual;

f. Kelompok Jabatan Fungsional.

Page 71: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 257 › is… · Web view I.I Latar BelakangBAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Zaman kala masyarakat senantiasa

Kepala KantorDrs.H.A.Rompegading Patiroy

Tata UsahaDrs.Hasan Sulaiman

Kelompok Jabatan Fungsional

Seksi Perlindungan Masyarakat

Muchlis S.Sos

Seksi Ketahanan Sosial dan EkonomiIbrahim Chaidar, S,IP M.Si

Seksi Ideologi dan Kewaspadaan nasionalAndi Suliana, SP

71

Berikut adalah bagan struktur Kantor KESBANG kota Makassar

berdasarkan perda no. 3 tahun 200970:

Bagan III.II

III.III.II Dinas Sosial Kota Makassar

Dinas Sosial merupakan unsur pelaksana Pemerintah Kota

dipimpin oleh seorang Kepala yang berada di bawah dan bertanggung

jawab kepada Walikota melalui Sekretaris Daerah. Dinas Sosial

70 Bagan di halaman berikut

Page 72: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 257 › is… · Web view I.I Latar BelakangBAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Zaman kala masyarakat senantiasa

72

mempunyai tugas pokok merumuskan, membina dan mengendalikan

kebijakan di bidang sosial meliputi usaha kesejahteraan sosial, rehabilitasi

sosial, bantuan dan jaminan kesejahteraan sosial dan bimbingan

organisasi sosial.

Dalam melaksanakan tugas Dinas Sosial menyelenggarakan fungsi71 :

a. penyusunan rumusan kebijaksanaan teknis di bidang usaha

kesejahteraan sosial, rehabilitasi sosial, bantuan dan jaminan

kesejahteraan sosial dan bimbingan organisasi sosial.

b. penyusunan rencana dan program di bidang usaha kesejahteraan

sosial, rehabilitasi sosial, bantuan dan jaminan kesejahteraan sosial

dan bimbingan organisasi sosial.

c. pelaksanaan pengendalian dan pengamanan teknis operasional di

bidang usaha kesejahteraan sosial, rehabilitasi sosial, bantuan dan

jaminan kesejahteraan sosial dan bimbingan organisasi sosial;

pengelolaan urusan ketatausahaan, pelaksanaan kepegawaian,

keuangan, perlengkapan, urusan umum dan rumah tangga serta

mengkoordinasikan perumusan program kerja;

d. pembinaan unit pelaksana teknis.

Susunan Organisasi Dinas Sosial terdiri dari72 :

a. Kepala Dinas;

b. Bagian Tata Usaha terdiri dari :

71 Lihat Peraturan daerah kota Makassar nomor 22 tahun 2005 tentang

pembentukan ,susunan organisasi dan tata kerja dinas sosial kota Makassar.72 ibid

Page 73: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 257 › is… · Web view I.I Latar BelakangBAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Zaman kala masyarakat senantiasa

73

c. Bidang Usaha Kesejahteraan Sosial terdiri dari :

d. Bidang Rehabilitasi Sosial terdiri dari :

e. Bidang Bantuan dan Jaminan Kesejahteraan Sosial terdiri dari :

f. Bidang Bimbingan Organisasi terdiri dari :

g. UPTD.

III.III.III Kepolisian Resort Kota Besar Makassar (POLRESTABES) Unit

Reserse dan Kriminal73

Unit Reserse dan Kriminal atau disingkat Reskrim bertugas membina

fungsi dan menyelenggarakan kegiatan-kegiatan penyelidikan dan

penyidikan tindak pidana termasuk fungsi Identifikasi dan fungsi

Laboratorium Forensik lapangan dalam rangka penegakan hukum ,

koordinasi dan pengawasan operasional.

Dalam menyelenggaraka tugas dimaksud Unit Reskrim

menyelenggarakan fungsi sbb :

Pembinaan fungsi / penyelidikan tindak pidana, termasuk fungsi

identifikasi dan fungsi laboratorium forensik lapangan serta

kegiatan-kegiatan lain yang menjadi tugas unit Reskrim , dalam

lingkungan Polrestabes

Penyelenggaraan kegiatan-kegiatan penyelidikan / penyidikan

tindak pidana umum dan tertentu , dengan memberikan pelayanan /

perlindungan khusus kepada korban / pelaku remaja , anak dan

73 Data diambil dari situs resmi POLRI

Page 74: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 257 › is… · Web view I.I Latar BelakangBAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Zaman kala masyarakat senantiasa

74

wanita, dalam rangka penegakan hukum sesuai ketentuan hukum

yang berlaku.

Penyelenggaraan fungsi Identifikasi baik untuk kepentingan

penyidikan maupun pelayan umum.

Penyelenggaraan pembinaan teknis dan koordinasi dan

pengawasan operasional dan administrasi penyidak PPNS.

Pelaksanaan analisis setiap kasus dan isu-isu menonjol beserta

penanganannya dan mempelajari / mengkaji efektifitas

pelaksanaan tugas satuan-satuan fungsi Reskrim.

Unit Reskrim dipimpin oleh kepala unit Reskrim , disingkat Kanit Reskrim ,

yang bertanggung jawab kepada Kapolrestabes dan dalam pelaksanaan

tugas sehari-hari berada dibawah kendali Wakapolrestabes.

III.III.IV Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Makassar

Jumlah anggota DPRD Kota Makassar tahun 2009 sebanyak 50

orang merupakan wakil dari 7 fraksi, 7 orang adalah perempuan, hal ini

menunjukkan bahwa kaum perempuan telah diperhitungkan untuk

menduduki jabatan legislatif sekalipun porsinya masih relatif kecil sebesar

14 %.

Dalam menjalankan tugasnya DPRD Kota Makassar pada tahun

2009 telah menghasilkan 17 peraturan daerah, 33 keputusan dewan dan

29 keputusan pimpinan dewan74.

74 Data diambil dari buku Makassar Dalam Angka 2010 halaman 10

Page 75: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 257 › is… · Web view I.I Latar BelakangBAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Zaman kala masyarakat senantiasa

75

Penelitian ini dilakukan di komisi A DPRD kota Makassar. Berikut

nama-nama anggota komisi A bidang pemerintahan:

Tabel III.IV

No. Nama Asal Parpol Jabatan

1. Rahman Pina, S.IP GOLKAR Ketua Komisi A

2. Busranuddin BT, SE PPP Wakil Ketua Komisi A

3. Mustagfir Sabry, S.Ag, M.Si PDK Sekretaris Komisi A

4. Yusuf Gunco, SH, MH GOLKAR Anggota Komisi A

5. Drs. H.A.Hasir, HS GOLKAR Anggota Komisi A

6. A.Fadly F.Dharwis, SE P.Demokrat Anggota Komisi A

7. Imran Mangkona, SH P.Demokrat Anggota Komisi A

8. Drs.Abd.Rauf Rachman,SH PAN Anggota Komisi A

9. Asriady Samad, A.Md PKS Anggota Komisi A

10. H.Muh.Arfan Fajar, SE PBR Anggota Komisi A

11. Kartini E Galung, SS GERINDRA Anggota Komisi A

12. Nurmiati,SE HANURA Anggota Komisi A

Page 76: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 257 › is… · Web view I.I Latar BelakangBAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Zaman kala masyarakat senantiasa

76

BAB IV

HASIL-HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.I Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya perkelahian antar

kelompok

Perkelahian antar kelompok kerap hanya dijadikan persoalan

sepele ketika persoalan tersebut bisa dikatakan belum berdampak besar

pada kondisi masyarakat perkotaan. Timbulnya korban jiwa dari

perkelahian tersebut. Justru baru akan mengundang tindakan pemerintah

kota untuk segera menyelesaikan persoalan. Penelitian yang ditempatkan

di empat instansi ini membuka beberapa pandangan dari informan baik

dari kantor Kesatuan Bangsa (KESBANG) kota Makassar, Dinas Sosial

kota Makassar, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) kota Makassar

maupun dari pihak kepolisian dalam hal ini Kepolisian Resort Kota Besar

(POLRESTABES) Makassar.

Seperti apa yang dipahami dalam kajian teoritis pada bab

sebelumnya. Perkelahian yang terjadi dalam masyarakat maupun tindak

kekerasan lainnya semuanya tidak pernah berdiri sendiri atau dalam artian

terdapat penyebab yang menimbulkan terjadinya tindak kekerasan.

Kota Makassar dengan segala kondisi urban yang dimiliki terus

mengemban beban sosial yang sangat besar. Pembangunan yang bisa

disaksikan begitu tidak berimbang dengan jumlah pemukiman kumuh

Page 77: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 257 › is… · Web view I.I Latar BelakangBAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Zaman kala masyarakat senantiasa

77

yang semrawut dalam tata kelolanya. Belum lagi ketika para penduduk

miskin harus dihadapkan pada kebutuhan yang sangat pelik.

Kekerasan kolektif menggores luka besar dalam pemerintahan di

kota ini, hingga akhirnya berbagai data mengenai kasus kekerasan yang

dilakukan oleh kelompok tertentu baik warga, mahasiswa hingga aparat

keamanan itu sendiri memberi bukti bahwa kekerasan antar kelompok

dalam bentuk perkelahian bisa saja dialami dan dilakukan oleh berbagai

pihak. Perkelahian antar kelompok tersebut kini di kota Makassar sudah

menyentuh berbagai kalangan seperti yang disebutkan sebelumnya. Coba

kita ingat dengan kasus yang menimpa Universitas Hasanuddin dengan

perkelahian antara fakultas ilmu sosial dan ilmu politik (FISIP) dengan

fakultas Teknik yang tidak sedikit menimbulkan korban jiwa dan kerugian

akibat rusaknya fasilitas kampus karena lemparan batu dan benda keras

Belum cukup sampai di situ selain perkelahian antar kelompok

warga yang memang kerap terjadi di wilayah pemukiman padat seperti

kecamatan Makassar tekhusus wilayah Jalan Maccini dan Abu Bakar

Lambogo serta wilayah sekitar areal belakang kampus Universitas Muslim

Indonesia (UMI). Perkelahian antar aparat yang melibatkan pihak

kepolisian dan Tentara Nasional Indonesia (TNI) pernah terjadi pada

tahun 201075. Sebuah sajian miris dan menurut peneliti itu adalah hal 75 Peristiwa April Makassar berdarah (Amarah) diperingati tiap tahunnya pada tanggal 24

april sebagai peristiwa kekerasan aparat pertama di kampus di kota Makassar yang

menimbulkan korban jiwa. Peristiwa yang terjadi pada tahun 1996 ini empat orang

mahasiswa ditemukan tewas mengapung di sungai pampang. Lihat, Sukriansyah S.Latif

dan Tomi Lebang, Amuk Makassar, Institute studi arus informasi, Makassar, 1998 hal

109

Page 78: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 257 › is… · Web view I.I Latar BelakangBAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Zaman kala masyarakat senantiasa

78

wajar ketika faktor-faktor yang menimbulkan perkelahian kolektif itu telah

terpenuhi. Berikut adalah data yang didapatkan mengenai perkelahian

antar kelompok yang terjadi di kota Makassar pada tahun 201076:

Tabel IV.I

Pihak Yang Berkonflik

Warga Mahasiswa Aparat Jumlah

Warga 10 2 - 12

Mahasiswa - 9 3 12

Aparat - - 1 1

Dari data tersebut, ditemukan bahwa jumlah kasus perkelahian

antar kelompok yang terjadi sepanjang tahun 2010 berjumlah 25 kasus.

Dari data tersebut bisa didapatkan bahwa mahasiswa dan warga yang

paling sering menjadi pelaku perkelahian antar kelompok, keduanya pun

pernah mengalami bentrok sebanyak 2 kali perkelahian tersebut keduanya

melibatkan mahasiswa Universitas Negeri Makassar dengan warga sekitar

kampus tersebut utamanya penduduk yang bermukim di jalan Alauddin77.

Namun perkelahian antar warga yang kemudian menjadi jumlah

perkelahian terbanyak pada kurun waktu tersebut sebanyak 10 kasus.

Beberapa tempat perkelahian penulis temukan dari penelusuran data 76 Data ini merupakan hasil olahan dari Intelijen POLRESTABES dan Inteldim Kodam

Makassar. Penulis hanya diperkenankan untuk menghitung jumlah kasus dan penyebab

perkelahian. Nama dan identitas pelaku tidak dapat dilampirkan pada penelitian ini.77 Walaupun terhitung sebagai perkelahian antara mahasiswa dengan warga namun

hingga kini masih ada perdebatan tentang siapa sebenarnya warga yang terlibat. Dari

pernyataan salah seorang warga di Jalan Manuruki bahwa mereka tidak mengenali

mereka yang mengaku warga dan terlibat dalam perkelahian. Disinyalir ada beberapa

orang yang tidak dikenal dengan sengaja memancing bentrok dan memulai perkelahian

dengan mahasiswa.

Page 79: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 257 › is… · Web view I.I Latar BelakangBAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Zaman kala masyarakat senantiasa

79

yang diperoleh. Diantaranya perkelahian antara mahasiswa semuanya

terjadi beberapa diantaranya terjadi di dalam kampus dan beberapa terjadi

di luar kampus78.

Selanjutnya mengenai perkelahian antar mahasiswa dan aparat

keamanan semuanya berawal dari unjuk rasa yang kemudian berujung

pada bentrok kedua belah pihak. Perkelahian tersebut terjadi sebanyak 3

kali dan selalu menghasilkan penangkapan oleh pihak kepolisian yang

biasa ditugaskan untuk mengamankan unjuk rasa terhadap beberapa

mahasiswa yang dianggap sebagai biang kerok kerusuhan.

Perkelahian antar aparat keamanan yang terjadi sekali melibatkan

antara aparat TNI dengan kepolisian. Kejadiannya bertempat di stadion A.

Mattalatta Mattoanging.

Bagan IV.I

78 Untuk lokasi perkelahian di kampus, terjadi setidaknya di empat Universitas:

Universitas Hasanuddin, Universitas Muslim Indonesia, Universitas 45 dan Universitas

Negeri Makassar

Warga vs warga40%

Mahasiswa vs mahasiswa

36%

Mahasiswa vs aparat13%

Warga vs ma-hasiswa

10%

Aparat vs aparat8%

Persentase Pelaku Perkelahian di Kota Makassar Tahun 2010

Page 80: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 257 › is… · Web view I.I Latar BelakangBAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Zaman kala masyarakat senantiasa

80

Bagan diatas adalah persentase dari dua pihak yang melakukan

perkelahian di kota ini pada tahun 2010. Bagan tersebut menunjukkan

bahwa perkelahian antar warga mendominasi daftar pelaku perkelahian di

kota metropolitan ini. 40% dari seluruh kasus yang merupakan

perkelahian antar warga, selanjutnya diikuti dengan perkelahian antar

mahasiswa yang mencapai 36% dari seluruh kasus. Kemudian yang

terkecil dalam persentase perkelahian tersebut ialah perkelahian antar

aparat keamanan dengan 8%.

Dari data yang didapatkan dan telah dihitung persentasenya,

ditemukan bahwa terdapat 7 motif terjadinya sebuah perkelahian. Data

hasil olahan tersebut merupakan hasil dari pengintaian intelijen baik dari

kodam Makassar maupun POLRESTABES79.

Berikut adalah faktor perkelahian antar kelompok yang ditinjau dari

motif kejadian:

1. Ketersinggungan kelompok

Sejarah yang membekas dalam sistem sosial masyarakat tertentu

menjadi salah satu penyebab terjadinya perkelahian antar kelompok

dalam masyarakat kita. Solidaritas kelompok terbangun dalam pola

kehidupan sehari-hari. Interaksi antar warga mulai membangun kedekatan

dengan saling membantu dalam mengerjakan urusan bersama. Sebuah

pemukiman dengan corak masyarakat yang cenderung homogen seperti

79 Ibid lihat 75

Page 81: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 257 › is… · Web view I.I Latar BelakangBAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Zaman kala masyarakat senantiasa

81

pemukiman padat penduduk dengan tingkat ekonomi yang hampir setara.

Pola interaksi yang terbangun cenderung sangat intim.

Peneliti yang menemukan kondisi ini di areal pemukiman padat

Bara-baraya tepatnya kecamatan Makassar80. Penduduk kecamatan

Makassar yang terbilang padat ketimbang wilayah kecamatan lainnnya di

kota Makassar, walaupun penduduknya memiliki mata pencaharian yang

berbeda-beda namun ikatan sosial dan kekerabatan tetap terbangun.

Ikatan sosial tersebut nampak terlihat dari pola pergaulan mereka yang

berumur di atas 18 hingga 25 tahun. Seringkali bila selepas maghrib

beberapa pemuda sudah terlihat duduk di pinggiran jalan. Hal yang lain

pula nampak ketika mereka mengerjakan beberapa pembangunan sarana

penduduk untuk kepentingan bersama seperti pembangunan polisi tidur81,

bahkan bila salah satu penduduk meminta bantuan dari warga sekitar

untuk membantu mengerjakan pembangunan pagar rumah maka dengan

upah seadanya mereka rela untuk membantu penduduk yang meminta

bantuan tersebut.

Kehidupan sehari-sehari penduduk di pemukiman padat dengan

tingkat kemampuan ekonomi menengah ke bawah seperti yang

diceritakan bila mengutip kembali apa yang diutarakan oleh Soerjono

Soekanto tentang kesadaran in group82. Maka kesadaran kesamaan

80 Lihat tabel kependudukan pada BAB III 81 Ini sebutan untuk gundukan kecil diatas aspal yang dibuat secara sengaja dengan

maksud kendaraan yang melaluinya akan berjalan lamban. 82 Lihat BAB II tentang perkelahian antar kelompok dan faktor-faktor penyebab

perkelahian antar kelompok.

Page 82: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 257 › is… · Web view I.I Latar BelakangBAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Zaman kala masyarakat senantiasa

82

kondisi dengan masyarakat lain dalam areal maupun komunitas tertentu

seperti contoh kasus kampung Bara-baraya tadi terbangun dengan

sendirinya dan itu akan semakin kuat bila terdapat tekanan maupun

gangguan dari kelompok eksternal. Gangguan yang datang dari kelompok

luar tentunya juga memiliki kondisi yang sama yakni kepemilikan akan

solidaritas kelompok untuk mempertahankan kelompoknya.

Persinggungan antar kelompok bagi masyarakat kota merupakan

hal lazim bagi masyarakat kecamatan Makassar. Bahkan hanya dengan

dengungan suara motor yang keras dihadapan beberapa pemuda yang

sedang berkumpul maka perkelahian bisa langsung terjadi.

“Biasa gara-gara gas motorji, atau pakai kata-kata kotor atau kalau tidak saling kenal biasanya berkelahi mi” Ungkap SF83.

Apa yang diungkapkan oleh SF sebagai salah salah satu warga RK

3 Perkelahian di Kelurahan Bara-baraya merupakan sebuah kejadian

yang berulang-ulang. Masyarakat kecamatan Makassar dengan ragam

komunitas yang dimiliki sangat mudah terpicu konflik dengan maslah

sepele tersebut84. Bila salah seorang dari luar kelompoknya memicu

amarah, maka kelompok tersebut biasanya menghardik orang tersebut

dan bila komunikasi tidak berjalan baik yang bersangkutan kemudian juga

memanggil kelompoknya hingga akhirnya perkelahian antar kelompok pun

terjadi.

83 (wawancara SF, 11 juni 2011)84 Pemuda di kecamatan Makassar biasa menyebut komunitas tersebut dengan kampung

karena pembatasan wilayah komunitas berdasarkan batasan teritorial seperti jalan atau

rukun kampung.

Page 83: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 257 › is… · Web view I.I Latar BelakangBAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Zaman kala masyarakat senantiasa

83

2. Faktor dendam

Salah satu faktor yang menjadi pemicu timbulnya perkelahian antar

kelompok ialah dendam yang kemudian mengalir secara turun temurun

diantara dua kelompok. Kita ingat saja apa yang kemudian menjadikan

fakultas FISIP dan Teknik di Universitas Hasanuddin begitu gampang

tersulut walau hanya diawali dengan persoalan yang sangat sepele.

Dendam lama yang sudah terawat sejak puluhan tahun hingga ditandai

dengan beberapa peristiwa besar seperti black september membuat

stimulus yang mampu menjadikan pertikaian dua kelompok terus bergulir

hingga saat ini.

Hal yang serupa juga terjadi di kecamatan Makassar maupun di

Jalan Pampang yang sejak tahun 1990-an telah menanam embrio

dendam kepada kelompok lain untuk saling memusuhi. Kembali

mengambil contoh pada beberapa kelompok di kecamatan Makassar, ada

beberapa kelompok yang karena telah menanam dendam lama pada

kelompok lain bisa saja membantu kelompok yang menjadi lawan dari

musuhnya walaupun kelompok tersebut sama sekali tidak memiliki

hubungan dengan persoalan yang menjadi pemicu terjadinya perkelahian.

“Kalau berkelahi biasanya ada bantuan dari luar seperti anak Balaburu (Kelapa tiga) dibantu anak RK 4, anak RK 3 Jalan M.Yamin dibantu sama anak Maccini”85.

85 (wawancara dengan SL, 11 Juni 2011)

Page 84: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 257 › is… · Web view I.I Latar BelakangBAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Zaman kala masyarakat senantiasa

84

Faktor dendam lama pada kondisi di kampus UNHAS, kecamatan

Makassar serta dendam yang terawat kecamatan Panakukang terkhusus

di jalan Pampang menunjukkan bukti bahwa belum ada upaya maksimal

untuk menghalangi ritual perkelahian yang terus terjadi. Kejadian terakhir

yang penulis temukan di tempat-tempat texas86 tersebut adalah

menghangatnya kembali dendam lama antara pemuda Maccini dan

pemuda Karuwisi yang dimulai dengan perselisihan kecil pada awal Juni

2011.

3. Minuman keras

Perbincangan dengan beberapa pemuda pemukim sepanjang

kanal di jalan M.Yamin yang diikuti oleh penulis tentang perkelahian antar

kelompok ditemukan sebuah kondisi yang menunjukkan bahwa minuman

keras menjadi salah satu motif yang nampak untuk menimbulkan

perkelahian antar kelompok. Untuk kota besar seperti Makassar, minuman

keras merupakan hal yang lazim. Walaupun oleh beberapa teoritikus

delinquen (kenakalan), minuman keras pada awalnya hanya sebagai

bahan pengisi waktu senggang untuk melepas penat dalam kelaziman

aktivitas sehari-hari.

Beberapa tempat penjualan minuman keras yang begitu tersohor di

kota ini membuka gerainya selama 24 jam yang kapanpun bisa diakses

86 Nama Texaz lazim dalam bahasa pergaulan anak muda di Makassar sebagai

penyebutan untuk wilayah yang dianggap memiliki tingkat kerawanan kriminal yang

tinggi.

Page 85: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 257 › is… · Web view I.I Latar BelakangBAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Zaman kala masyarakat senantiasa

85

oleh para konsumen. Ditambah lagi dengan beberapa distributor minuman

keras yang belum memperoleh izin sangat mudah untuk didapatkan

melalui informasi mulut ke mulut. Jalan batu putih bagi para pemuda yang

biasa menenggak minuman keras tentunya sudah sangat terkenal. Disana

berbagai jenis minuman keras bisa diperoleh juga dengan beragam harga

sesuai kemampuan. Beberapa pemuda yang bermukim jauh dari jalan

batu putih tersebut biasanya hanya mendatangi gerai kecil di sekitar

pemukiman mereka. Cara menemukan gerai tersebut pun sangatlah

gampang, cukup dengan menanyakan gerai kecil yang masih buka hingga

dini hari kepada orang yang berlalu lalang di luar rumah juga pada waktu

tersebut. Penulis menemukan jumlah kios penjualan minuman keras pada

tahun 2009 yang mendapat izin dari pemerintah kota mencapai angka 150

kios87.

“Kalau disini ada penjual di jalan Kerung-kerung, tapi kalau mau banyak biasanya beli di Batu Putih. Kalau di pampang itu ballo’88 banyak”89.

SF yang sejak tahun 90-an sudah mulai menenggak minuman

keras begitu cakap ketika menceritakan berbagai tempat dimana minuman

keras sangat mudah untuk didapatkan. Harga minuman yang sangat

murah menjadi salah satu variabel para pemuda semakin sering

menjadikan minuman keras sebagai alat solidaritas mempertemukan

cerita-cerita mereka. Mengumpulkan uang dari kantong masing-masing 87 Sumber data pernyataan KASI LINMAS KESBANG Kota Makassar88 Ballo’ merupakan jenis minuman lokal yang terbuat dari pohon aren ada pula yang

terbuat dari buah tala. Minuman tersebut difermentasikan dan disimpan pada suatu

tempat dengan suhu tertentu sehingga sifatnya menjadi memabukkan.89 (wawancara dengan SL, 11 Juni 2011)

Page 86: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 257 › is… · Web view I.I Latar BelakangBAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Zaman kala masyarakat senantiasa

86

menjadi awal cerita minum, bila uang yang terkumpul tidak mencapai

harga untuk membeli harga beberapa botol minuman yang memang

harganya telah melonjak sekitar tahun 2008, maka ballo’ bisa menjadi

pilihan. Cukup dengan Rp. 5000,- maka sekitar 2 liter ballo’ sudah bisa

diperoleh.

Berikut adalah cerita SL bagaimana minuman keras menjadi faktor

penyebab perkelahian kelompok terjadi:

“Waktu habis minum di Monginsidi, ada cewek lewat sama pacarnya. Diganggumi toh, memang mabuk itu waktu. Langsung marah cowoknya. Anak RK 7 cowoknya itu. Keluar mi kata-kata kotor toh. Itu cowoknya pergimi panggil temannya anak RK 7. Berkelahi mi orang, adami badiq, kayu dipakai. Tapi tidak adaji yang kena badiq. Pasa datang polisi lari semua miki. Tapi kebetulan ditangkap ka’ saya sendiri sama polisi waktu itu. Menginap ka’ itu malam di Polsek Kerung-kerung.Waktu itu saya sama anak monginsidi sekitar 10 orang terus anak RK 7 ada mungkin diatas 10 orang. Warga yang kasih tahu polisi itu. Waktu diperiksa, dipaksaka’ sebut teman-teman ku tapi tidak kubilang. Dipukuli ka’ sama polisi, disuruhka’ juga bersihkan WC”90.

Minuman keras dari unsur yang terdapat dalam ragam cairan

didalamnya memang menghilangkan kesadaran. Sehingga kadang

tindakan di luar kontrol tersebut keluar dengan sendirinya. Kadang pula

bila sedang ingin melakukan sesuatu yang membutuhkan nyali ekstra

maka biasanya minuman keras digunakan untuk memperbesar nyali

tersebut. Sejalan dengan apa yang dikatakan oleh anggota komisi A

DPRD kota Makassar Mustagfyr Sabri:

90 ibid

Page 87: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 257 › is… · Web view I.I Latar BelakangBAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Zaman kala masyarakat senantiasa

87

“Minuman keras dan obat-obatan menjadi salah satu pemicu terjadinya perkelahian”91.

4. Perselisihan

Ketika masalah kecil yang bersifat personal dimulai maka seketika

itu pula bantuan datang dalam proses penyelesaiannya. Tetap pada

kesadarn kelompok tadi perselisihan kecil seperti pembangunan parit di

pemukiman penduduk yang harus menyenggol sedikit lahan pekarangan

bisa menjadi embrio konflik. Ataupun persoalan anak kecil yang kemudian

berkelahi. Bagaimana tidak seorang anak berumur sekitar 8 tahun mampu

membuat perkelahian antar kelompok menjadi besar.

“Perselisihan kecil merupakan sumber perkelahian terbesar” ungkap Kasi LINMAS KESBANG92.

Ego yang terbangun untuk saling mempertahankan pendapat

maupun harga diri ataupun siri’ yang disalahgunakan menjadi akar dari

perselisihan personal. Dan kelompoknya pun secara spontan terbangun

kesadarannya. Hampis serupa dengan bagaimana ketersinggungan

kelompok itu terjadi pada faktor yang pertama, namun yang membedakan

persoalan perselisihan lebih mendekati persoalan personal pada awal

kejadiannya.

5. Penganiayaan

Ada beberapa alasan mengapa tindak penganiayaan atau

pengeroyokan oleh massa terjadi dalam masyarakat di kota Makassar. 91 (wawancara, 24 Mei 2011).92 (wawancara, 18 mei 2011)

Page 88: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 257 › is… · Web view I.I Latar BelakangBAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Zaman kala masyarakat senantiasa

88

Beberapa petinggi kantor KESBANG mencoba menanggapi akan

beberapa tudingan yang dilayangkan kepada pemerintah kota tentang

keterlambatannya untuk menangani beberapa kasus tertentu. Adapula

tudingan kepolisian setempat yang cenderung memandang remeh laporan

warga bila ditemukan indikasi tindakan kriminal. Kembali pada sumber

penganiayaan atau pengeroyokan. Sebuah tindakan kriminal seperti

pencurian maupun tindak kriminal personal lainnya tentunya akan sangat

meresahkan masyarakat. Biasanya masyarakat akan menghubungi pihak

kepolisian atau mengadakan upaya pengamanan sendiri seperti membuat

pos keamanan lingkungan (pos KAMLING) dan mengadakan ronda setiap

hari dengan jadwal ronda yang sudah diatur.

Ketika ada kondisi yang dianggap mengganggu keamanan

kampung maka tindak main hakim sendiri pada pelaku kejahatan yang

tertangkap akan terlahir dengan sendirinya. Pelaku kejahatan tersebut

akan mendapat “pidana” versi kampung setempat. Pelaku kejahatan akan

pulang dan melapor pada kelompoknya ketika apa yang dilakukan oleh

kelompok yang telah memberikan sanksi tersebut tidak diterima. Maka

perkelahian antar kelompok pun kadang terjadi.

Berbeda lagi dengan kondisi pengeroyokan seorang pemuda yang

masuk pada wilayah kelompok tertentu, dari situ pula seorang pemuda

yang bersangkutan akan memanggil kawanya sebagai bentuk

pembalasan dari tindakan kelompok lawan.

Page 89: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 257 › is… · Web view I.I Latar BelakangBAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Zaman kala masyarakat senantiasa

89

Di kota Makassar sudah banyak data mengenai tindak

penganiayaan itu sendiri, baik yang berupa pengeroyokan massa maupun

yang berujung pada perkelahian antar kelompok dari penganiayaan yang

berlanjut pada penghadiran massa.

6. Perebutan Lahan

Dari beberapa data yang ditemukan oleh intelijen baik dari KODAM

maupun kepolisian. Perebutan lahan menjadi salah satu faktor

perkelahian antar kelompok dari dari segi awal terjadinya sebuah kasus

perkelahian. Serupa dengan perkelahian yang disebabkan oleh

perselisihan. Perebutan lahan merupakan wujud dari perselisihan

tersebut. Namun yang membedakan, perselisihan menyentuh sumber

persoalan yang lain di luar dari sengketa tanah yang biasa terjadi pada

masyarakat Makassar. Maraknya pembangunan menurut penulis disinyalir

menjadi faktor utama terjadinya sengketa lahan di masyarakat. Seiring

pembangunan harga tanah kemudian melonjak tinggi terlebih lagi bila

tanah tersebut mendekati areal pembangunan sarana umum ataupun

sarana umum yang telah ada sebelumnya. Di jalan pandang raya

kecamatan Panakukang misalnya, wilayah yang kemudian menjadi areal

pusat perbelanjaan tersohor di kota Makassar. Selama 2010 sudah tiga

kali terjadi perkelahian besar antara pihak tergugat yakni warga yang

bermukim di areal pemukiman kumuh Jalan pandang raya dengan pihak

penggugat yang biasanya datang bersama aparat kepolisian.

Page 90: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 257 › is… · Web view I.I Latar BelakangBAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Zaman kala masyarakat senantiasa

90

Hal yang sangat masuk akal, ketika berkaitan dengan

keberlangsungan hidup maka serta merta segala upaya pun dilakukan

untuk mempertahankan hidup. Kebutuhan akan tempat tinggal menjadi

sangat urgen. Kejadian di pandang raya begitu gampang tersulut sebab

yang terlibat hampir semua penduduk yang bermukim di wilayah kumuh

tersebut. Persatuan untuk bersama-sama mempertahankan hidup terjalin

dengan membangun berbagai upaya perlawanan. Ketika jalur litigasi yang

diupayakan tidak berhasil maka. Upaya fisik melalui jalur kekerasan pun

dilakukan demi mempertahankan tempat tinggal yang telah didiami sejak

puluhan tahun.

Tindak kekerasan tersebut sebenarnya justru diawali dengan

tindakan represi aparat keamanan yang akan melakukan eksekusi setelah

penggugat lahan dinyatakan menang. Maka sejalan dengan teori spiral

kekerasan Dom Helder Camara93, kekerasan kedua pun timbul dari

kekerasan strutural yang pertama. Masyarakat pandang raya

menganggap bahwa sistem peradilan cenderung menguntungkan para

pemilik modal atau mereka pemilik kemampuan perekonomian mapan

untuk mengambil lahan mereka. Protes pun berlangsung hingga

munculnya represi aparat demi meredam gejolak protes yang dibawa oleh

warga setempat.

Perebutan lahan memang tidak memiliki persentase yang tinggi

untuk menjadi potensi terjadinya konflik ketimbang beberapa motif

perkelahian yang sudah disebutkan sebelumnya. Namun dalam kajian 93 Lihat kembali BAB II tentang perkelahian antar kelompok

Page 91: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 257 › is… · Web view I.I Latar BelakangBAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Zaman kala masyarakat senantiasa

91

analisis penulis yang diperhadapkan pada kondisi pembangunan kota

yang massif, perkelahian antar kelompok bisa didukung dengan rencana

pembangunan tersebut. Mengapa demikian, pembangunan tentunya

membutuhkan lahan dan bila pola pembagian lahan untuk pembangunan

infrastuktur dan pemukiman penduduk tidak adil dan merata bagi seluruh

warga dengan status ekonomi manapun maka kelak perkelahian atau

potensi bencana sosial yang lain tidak dapat dipungkiri akan terjadi.

7. Unjuk rasa

Unjuk rasa merupakan salah satu bentuk gerakan sosial yang

melibatkan massa, dalam hal ini peserta unjuk rasa lebih dari satu orang.

Kota Makassar begitu tersohor dengan predikat sebagai kota demonstrasi.

Bagaimana tidak, perhatian nasional kemudian mengarah kepada kota ini

ketika sebuah isu nasional terangkat maka seantero kampus hingga

ormas kemasyarakatan kemudian meramaikan jalan. Sangat berbeda

dengan apa yang terjadi di belahan Indonesia yang lain. Bayangkan saja,

untuk tahun 2010 dari data yang didapatkan unjuk rasa di kota Makassar

mencapai angka 450 unjuk rasa dengan rata-rata perbulannya sebanyak

40 unjuk rasa.

“Angka unjuk rasa tertinggi itu bulan maret, mencapai angka 80 dengan isu dominan mengenai penuntasan kasus bank Century” Ungkap Muhlis, KASI LINMAS KESBANG.94

94 (wawancara, 28 mei 2011)

Page 92: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 257 › is… · Web view I.I Latar BelakangBAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Zaman kala masyarakat senantiasa

92

Bila dimulai dengan beberapa teori dan disesuaikan dengan apa

yang terjadi di kota Makassar. Kita bisa mengutip teori stimulus dan

respon. Adanya unjuk rasa di kota Makassar disebabkan oleh adanya

rangsangan berupa kebijakan yang diterima oleh sekelompok orang dan

kemudian rangsangan tersebut ditanggapi dengan penyampaian

pendapat.

Tindakan di luar batas seperti apa yang biasa diutarakan oleh

beberapa media lokal mengenai perilaku unjuk rasa anarkis di kota ini bila

dilihat dalam kaca mata psikologi massa, maka itu semata-mata

diakibatkan oleh tidak ditanggapinya pernyataan pendapat yang bersifat

verbal.

Sejalan dengan apa yang diutarakan oleh beberapa petinggi kantor

KESBANG kota Makassar dalam diskusi dengan penulis disitu dinyatakan

bahwa unjuk rasa dengan batu sebenarnya adalah bentuk komunikasi

ketika bahasa verbal tidak lagi didengar atau dengan kata lain bahasa

tersebut adalah bahasa batu diluar dari bahasa verbal.

Perkelahian yang biasa terjadi dalam unjuk rasa biasanya

melibatkan antara mahasiswa dan aparat keamanan yang mengamankan

unjuk rasa. Lebih tepat lagi seperti apa yang diungkapkan oleh FL salah

satu petinggi lembaga kemahasiswaan di salah satu fakultas di

Universitas Hasanuddin menyatakan bahwa tindakan mahasiswa untuk

kemudian menggunakan batu seperti yang pernah terjadi biasanya

disebabkan oleh adanya provokasi dari aparat keamanan itu sendiri

Page 93: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 257 › is… · Web view I.I Latar BelakangBAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Zaman kala masyarakat senantiasa

93

ataupun tuntutan yang berkali-kali disampaikan namun tidak mendapat

tanggapan sedikit pun95

Menarik dari apa yang diutarakan oleh dua informan pada bagian

ini menunjukkan bahwa perilaku amuk massa di kota ini sama sekali tidak

berdiri sendiri melainkan disebabkan oleh faktor pemicu yang terjadi di

lapangan. Berikut ke-7 faktor perkelahian antar kelompok di kota ini dilihat

dari segi motif terjadinya kejadian. Untuk lebih jelasnya penulis

melengkapi informasi ini dengan persentase terjadinya perkelahian antar

kelompok dari faktor faktor tersebut.

Bagan IV.II

95 (Wawancara, 23 Juli 2010).

Keters-inggun-

gan Kelompok

16%

Dendam20%

Pengaruh Minuman Keras/Obat-obatan

16%

Perselisihan28%

Penga-niayaan

12%

Perebu-tan lahan

4%

Unjuk rasa anarkis4%

Persentase Motif Perkelahian antar kelompok

Page 94: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 257 › is… · Web view I.I Latar BelakangBAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Zaman kala masyarakat senantiasa

94

Penulis kemudian mengolah dari data yang ditemukan dan

akhirnya mengambil kesimpulan mengenai faktor-faktor apa yang dimiliki

oleh sebuah masyarakat untuk kemudian menanam embrio perkelahian di

dalamnya. Angka perkelahian antar kelompok berbanding lurus dengan

angka kriminal di sebuah wilayah dan berikut empat faktor besar yang

menjadi sumber perkelahian antar kelompok:

1. Perubahan sosial yang sangat cepat

Faktor ini didapatkan atas pemikiran induktif penulis setelah

mengawinkan banyak data yang didapatkan, mulai dari jumlah penduduk

di sebuah wilayah kecamatan hingga tingkat pendidikan. Mobilitas

pembangunan kota kembali penulis gunakan untuk menjelaskan faktor ini.

Bisa dilihat dengan keinginan pemerintah kota untuk menjadikan

Makassar sebagai salah satu kota dunia di wilayah bagian timur Indonesia

maka pembangunan infrastruktur modern menjadi salah satu kunci untuk

mendapatkan predikat tersebut. Dalam beberapa penelitian membuktikan

bahwa beberapa perubahan sosial yang cepat di sebuah wilayah akan

menimbulkan shock dalam diri masyarakat ketika percepatan tersebut

tidak dapat diimbangi.

Tingginya persaingan menuntut setiap orang untuk bekerja keras

agar dapat bertahan hidup. Fasilitas publik yang dikomersialisasikan

seperti pembangunan lapangan karebosi hingga berjejalnya pusat

perbelanjaan modern di kota ini tentunya tidak menggunakan biaya yang

Page 95: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 257 › is… · Web view I.I Latar BelakangBAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Zaman kala masyarakat senantiasa

95

rendah untuk dapat menyentuh tempat-tempat tersebut. Beberapa tempat

yang penulis anggap begitu jelas menjabarkan tentang kepemilikan

potensi penyakit sosial tersebut ialah wilayah dengan tingkat kepadatan

penduduk yang sangat tinggi, selain itu kawasan pusat perdagangan

seperti pasar juga wilayah kawasan transportasi seperti terminal dan

pelabuhan laut. Biasanya tempat-tempat tersebut dijadikan sebagai

kawasan penting mengingat banyaknya aktivitas penduduk yang bergulir

setiap harinya pada kawasan-kawasan tersebut.

Kecamatan Panakukang yang disulap menjadi kawasan

perbelanjaan modern di kota ini membuktikan betapa tingkat kesenjangan

itu terbentuk antara si kaya dan si miskin. Mall yang berjejal hingga tempat

karaoke terbangun megah di tengah kawasan pemukiman kumuh yang

masih bisa didapatkan seperti di jalan pandang raya dan beberapa tempat

lainnya. interval kemampuan ekonomi yang sangat jauh antara penduduk

pemukiman elit dan pemukiman kumuh memicu meningkatnya angka

kriminal. Seperti pada apa yang telah dipaparkan sebelumnya keiniginan

untuk memenuhi kebutuhan akan sangat dipangaruhi oleh kondisi sekitar.

Gaya hidup kawasan modern seperti Panakukang tentunya juga akan

mempengaruhi anggota masyarakat untuk menyesuaikan diri. Namun bila

kemampuan untuk memenuhi kebutuhan tersebut tidak mencukupi maka

cara mudah untuk mendapatkannya adalah dengan tindakan kriminal.

Bila si miskin bertemu dengan kebutuhan si miskin yang lain maka

tak pelak perkelahian pun bisa terjadi dikarenakan solusi penyelesaian

Page 96: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 257 › is… · Web view I.I Latar BelakangBAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Zaman kala masyarakat senantiasa

96

kebutuhan yang sangat minim kecuali dengan cara berebutan. Inilah apa

yang dikatakan oleh Fromm96 sebagai bentuk pemenuhan kebutuhan.

Ketika pemenuhan kebutuhan tersebut dihalangi dengan mahalnya biaya

pemenuhan atau kelompok lain yang juga memerlukan kebutuhan yang

sama maka agresi pun muncul dengan sendirinya dengan cara yang

bermacam-macam bahkan menjurus pada pertumpahan darah.

Belum lagi bila itu dikaitkan dengan pertahanan hidup. Kawasan

Panakukang serta kecamatan lain di kota Makassar yang dipandang perlu

oleh pemerintah untuk mendapatkan pembangunan ekstra cepat akan

memanggil para pemilik modal untuk berinvestasi atau membuka ruang

usaha pada kawasan tersebut. Lagi-lagi pemilik modal atau para

pengusaha ini akan berhadapan dengan mereka para pemukim kumuh

yang pemukimannya akan disulap menjadi kawasan komersil. Apabila

paradigma pembangunan pemerintah kota disokong dengan cara berfikir

yang mengedepankan keuntungan demi menambah pendapatan daerah

maka tentunya pemukiman kumuh tersebut akan dikesampingkan demi

kepentingan pembangunan.

Selanjutnya kita bisa menebak apa yang akan terjadi dari ilustrasi

nyata pada paragraf sebelumnya. Gejolak sosial akan bermunculan

seiring dengan tekanan yang didera akibat tidak semua kelompok

masyarakat mendapatkan kesempatan yang sama.

96 Lihat kembali BAB II tentang faktor penyebab perkelahian antar kelompok

Page 97: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 257 › is… · Web view I.I Latar BelakangBAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Zaman kala masyarakat senantiasa

97

2. Populasi yang padat

Wilayah kecamatan di kota Makassar yang memiliki angka jumlah

penduduk yang tinggi ditunjukkan oleh kecamatan seperti Tamalate

dengan 154.454 jiwa penduduk, diikuti Rappocini, Makassar, Tallo,

Biringkanaya dan Panakukang. Namun jumlah penduduk bukan berarti

serta merta memicu angka kriminalitas. Luas wilayah sebuah kecamatan

menjadi variabel untung menghitung kepadatan sebuah wilayah. Wilayah

kecamatan Makassar yang hanya memiliki luas wilayah 2,52 km2 bisa

dilihat bagaimana tingkat kepadatan penduduk pada wilayah tersebut.

Sebagai kota metropolitan angka urbanisasi meningkat seiring daya

pikat yang dipoles tiap harinya melalui pembangunan. Memang benar

bahwa perputaran uang akan terjadi sangat banyak di kota namun belum

tentu sebuah kota kemudian memberikan kesempatan pada setiap orang

untuk menyentuh uang tersebut.

Memang kota besar memiliki tingkat kemajemukan penduduk yang

sangat tinggi97. Wajar bila hal itu terjadi, daya pikat membuat segala

penduduk segala penjuru di sekitar wilayah perkotaan akan mengarahkan

perhatiannya pada kota ini.

Bayangkan saja kota Makassar merupakan kota ikon bagian timur

Indonesia, maka jangan heran bila puluhan etnis berkumpul dalam satu

kota dengan kelompoknya masing-masing. Kecamatan Tamalanrea

misalnya, setiap tahunnya sebagai kawasan pendidikan kawasan ini akan

97 Lihat kembali BAB II tentang Pemerintah kota

Page 98: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 257 › is… · Web view I.I Latar BelakangBAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Zaman kala masyarakat senantiasa

98

menerima puluhan ribu pendatang untuk menempuh pendidikan pada

beberapa kapus yang tersebar. Belum lagi dengan beberapa wilayah lain

yang juga demikian, mereka menerima para pencari kerja yang kemudian

berpotensi menjadi embrio penyakit sosial baru di kota.

“Contohnya itu asrama-asrama daerah itu potensi konflik. Kenapa begitu mereka itu membawa ego kedaerahan dan bila ketemu dengan daerah lain biasa berkelahi mi”98.

Sebuah pandangan pejabat teras pemerintah kota tentang deraan

primordialisme yang tumbuh subur hingga menjadi pertarungan fisik antar

kelompok. Dari data menunjukkan bahwa sebagian besar pertarungan

fisik antar mahasiswa dilandasi karena pertarungan etnis. Kadang

diantara mereka melabeli tindakan mereka dengan tindakan penghargaan

terhadap siri’ 99 atau jargon kebudayaan daerah yang lain.

Anggota komisi A dari fraksi partai demokrasi kebangsaan (PDK)

kemudian berujar tentang fenomena siri’ yang disalahgunakan.

Menurutnya dalam kitab lontara’100 dan kisah kepahlawanan daerah yang

lain sama sekali tidak pernah ada ajaran yang menganjurkan kita untuk

saling berseteru. Melainkan siri’ itu bermakna untuk malu berbuat untuk

saling menyakiti satu sama lain, singkatnya siri’ menurutnya telah

disalahkaprahkan.

98 (Wawancara kepala kantor KESBANG kota Makassar 20 mei 2011)99 Lihat Kembali BAB III tentang nilai budaya masyarakat Makassar100 Lontara adalah hikayat cerita bugis makassar yang mengisahkan tokoh La Galigo yang

dipercayai oeh masyarakat suku bugis dan makassar. Di dalamnya jug bercerita tentang

pesan untuk menjaga kedamaian antar sesama makhluk.

Page 99: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 257 › is… · Web view I.I Latar BelakangBAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Zaman kala masyarakat senantiasa

99

Terlepas dari peran para pendatang yang membawa ego

kedaerahan kota juga menciptakan kemajemukan dalam berbagai

kategori seperti kelompok hobby maupun ikatan persatuan dengan tujuan

beragam.

Pada awalnya kemajemukan tersebut sangatlah berguna untuk

memperkaya khasanah kebudayaan dan pencapaian tujuan yang tidak

bisa diperoleh secara personal. Namun lambat laun perselisihan terjadi

akibat adanya kepentingan yang sama dan sangat sedikit

ketersediaannya. Intinya kepadatan penduduk pada suatu wilayah

memberikan jaminan persinggungan antara satu sama lain dengan

beragam cara dan alasan.

3. Status sosial ekonomi penduduk yang rendah

Semua individu menginginkan kehidupan yang sejahtera dan salah

satunya mencakupi kebutuhan ekonomi yang terpenuhi. Sama dengan

apa yang disebutkan pada faktor yakni perubahan sosial yang begitu

cepat, untuk kota besar kesenjangan pasti selalu ada. Beberapa pakar

ekonomi politik menyatakan bahwa konsep ekonomi terbuka yang hampir

seluruh negara telah menganutnya ternyata membuat kesenjangan antara

si kaya dan si miskin. Ketidakadilan untuk berpartisipasi dalam kompetisi

hidup dimulai sejak lahir. Seorang bayi kaya akan dipertontonkan

ketercukupan hidup dan seorang bayi miskin mungkin saja akan

Page 100: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 257 › is… · Web view I.I Latar BelakangBAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Zaman kala masyarakat senantiasa

100

dipertontonkan dengan ayah yang keluar masuk penjara untuk sekedar

memenuhi kebutuhan susunya.

Dalam ketidakberdayaan untuk memenuhi kebutuhan setiap orang

akan berfikir untuk menggunakan cara apapun. Bila kesempatan dengan

jalur yang telah disediakan telah tertutup maka seseorang tidak akan

segan untuk membuka jalur pemenuhan kebutuhan yang lain. Kemiskinan

merupakan faktor yang memicu tingkat kekerasan dalam masyarakat dan

bila kondisi itu dialami bersama maka tingkat kekerasan kelompok akan

terbentuk dengan sendirinya.

Tingkat kekerabatan kaum terpinggirkan akan sangat gampang

terbentuk dan menjadi sebuah ikatan solidaritas bila dibandingkan dengan

mereka pemilik ekonomi mapan karena dengan cukup mengandalkan

kemampuan pribadi dari kekayaannya, seorang kaya sudah bisa membeli

apapun. Ketimbang kau terpinggir yakni mereka para miskin kota akan

sangat gampang baik memobilisasi diri sendiri maupun dimobilisasi oleh

kelompok tertentu.

Beberapa wadah pemanusiaan diri tidak dapat diraih karena

keterbatasan ekonomi seperti sekolah, bahkan untuk beribadah karena

waktu telah habis digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup. Pada

tahun 2010 dari data dinas sosial kota Makassar menunjukkan bahwa

angka kemiskinan di kecamatan Panakukang sebagai kawasan pusat

perbelanjaan modern ternyata menjadi wilayah dengan angka kemiskinan

yang sangat tinggi, 8233 KK di kecamatan ini tercatat sebagai keluarga

Page 101: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 257 › is… · Web view I.I Latar BelakangBAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Zaman kala masyarakat senantiasa

101

fakir miskin. Alhasil anak terlantar yang biasa menjadi biang kerok

perkelahian melebihi angka 1000 anak. Untuk melengkapi argumen

penulis beriku kami cukupkan dengan pernyataan Kasi LINMAS

KESBANG kota Makassar:

“Ketika kondisi sosial sangat labil maka potensi konflik gampang terbentuk, Ketidakadilan atau kemiskinan juga itu menjadi potensi besar konflik”101.

Beberapa ilustrasi dan kejadian nyata bagaimana tingkat ekonomi

yang rendah begitu berperan untuk mengintroduksi seseorang melakukan

tindak kriminal baik secara psikologi maupun pengaruh sosiologis

setidaknya telah cukup menjadi salah satu faktor pendukung maraknya

perkelahian antar kelompok di masyarakat.

4. Kondisi perkampungan yang sangat buruk

Banyak pembeda antara pemukiman kumuh dan pemukiman elit di

kota Makassar. Kesibukan sehari-hari penduduk di pemukiman elit

membuat interkasi dengan tetangga sangat jarang terjadi, walhasil

solidaritas di dalamnya tidak begitu erat. Berbeda dengan apa yang terjadi

pada pemukiman kumuh dengan pola interaksi terbuka satu sama lain.

Rumah yang kadang tidak memiliki pagar halaman menjadi penjelas

bahwa tidak ada sekat antara rumah yang satu dengan yang lainnya.

Berarti interkasi antara satu sama lain menjadi erat. Kesamaan

penderitaan yang dialami mewujudkan solidaritas tersebut

101 (wawancara, 18 mei 2011).

Page 102: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 257 › is… · Web view I.I Latar BelakangBAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Zaman kala masyarakat senantiasa

102

Pengamatan penulis membawanya untuk melihat kondisi sekitar

kanal besar yang memotong jalan M.Yamin, Pelita Raya, Landak baru,

Maccini dan beberapa jalan lainnya yang dilalui. Dari situ terlihat jelas

pemukiman sekitar areal kanal yang sangat buruk bahkan bisa dikatakan

sebagian besar rumah masih bersifat semi permanen dengan konstruksi

seadanya.

Kecamatan Panakukang, Makassar dan Tallo secara berurutan tiga

kecamatan tersebut merupakan kecamatan dengan angka rumah tidak

layak huni di kota Makassar. Bisa dibuktikan bahwa kondisi pemukiman

yang buruk juga menjadi faktor timbulnya tindak kriminal dengan melihat

jumlah anak terlantar yang juga lumayan tinggi dari ketiga kecamatan

tersebut.

Seperti dengan kota besar yang lain, wilayah pemukiman yang

berjejer dipinggiran sungai atau kanal besar cenderung kurang mendapat

perhatian. Di kota Makassar pemukiman pinggiran kanal adalah pilihan

terakhir ketika kemampuan ekonomi tidak mencukupi untuk mendapatkan

hunian yang layak. Kondisi pemukiman rentan penyakit serta rentan

bencana bila sewaktu-waktu air kanal meluap begitu lekat dirasakan oleh

mereka para penghuni pinggiran kanal.

“Daerah konflik tertinggi sepanjang kanal itu, memang paling sering terjadi konflik” ungkap KASI LINMAS KESBANG102.

Ungkapan diatas merupakan hasil observasi yang telah dilakukan

setelah mencocokkan data dari bagian intelijen baik dari KODAM 102 (wawancara, 28 mei 2011)

Page 103: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 257 › is… · Web view I.I Latar BelakangBAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Zaman kala masyarakat senantiasa

103

Makassar maupun dari POLRESTABES tentang posisi perkelahian antar

kelompok.

Berikut keempat faktor yang menjadi pendukung terjadinya

perkelahian antar kelompok secara garis besar dari berbagai macam

pandangan baik dalam perspektif ekonomi, sosial dan pemerintahan.

Apabila sebuah wilayah telah memiliki keempat faktor tersebut maka tak

pelak potensi kriminal di dalamnya akan tumbuh dengan sendirinya.

Walaupun tidak memenuhi semua faktor yang telah disebutkan, terdapat

pula beberapa wilayah yang bisa tersulut dan menimbulkan konflik.

Untuk faktor pertama yakni perubahan sosial yang cepat dalam

suatu wilayah memang tidak semua wilayah konflik di kota Makassar

mengalaminya. Karena perubahan sosial yang cepat biasa dimiliki oleh

daerah peperangan maupun wilayah yang baru didera oleh bencana alam.

Namun perubahan sosial yang cepat bisa juga diterang dari

pembangunan pesat pada sebuah perkampungan yang pada awalnya

sangat jauh dari kriteria modern.

Untuk melengkapi argumen penulis maka berikut diikutkan tabel

kemiskinan di kota Makassar pada tahun 2010 sebagai bahan analisa

untuk mendalami faktor-faktor terjadinya perkelahian antar kelompok103:

103 Tabel halaman berikut

Page 104: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 257 › is… · Web view I.I Latar BelakangBAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Zaman kala masyarakat senantiasa

104

Tabel IV.II

Kemiskinan di Kota Makassar 2010104

Kecamatan

Keluarga Fakir Miskin

(Dalam KK)

Rumah tidak Layak Huni

(Dalam Unit)

Bontoala 2712 134

Biringkanaya 410 3

Mamajang 516 23

Makassar 2150 349

Mariso 1210 Belum diketahui

Manggala 1325 84

Panakukang 8233 1038

Rappocini 2108 39

Tamalate 2038 63

Tamalanrea 3159 96

Tallo 2626 168

Ujung Pandang 987 23

Ujung Tanah 992 1

Wajo 284 9

Jumlah 28750 2030

IV.II Peran Pemerintah Kota Makassar terhadap Perkelahian antar

Kelompok

104 Data merupakan hasil olahan data dinas sosial. Penulis hanya mengumpulkan data

yang berhubungan dengan penelitian ini.

Page 105: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 257 › is… · Web view I.I Latar BelakangBAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Zaman kala masyarakat senantiasa

105

Pemerintah kota Makassar dalam situs resminya menyatakan

bahwa unjuk rasa merupakan salah satu tantangan terbesar

pembangunan105. Wacana unjuk rasa memang selalu menarik perhatian

pemerintah kota. Dalam analisa penulis, wacana unjuk rasa lebih mudah

untuk menjadi bahan perhatian karena secara strategis selalu

bersinggungan dengan kebijakan pemerintah dan apabila bersinggungan

dengan kebijakan maka secara langsung akan bersinggungan dengan

kekuasaan. Hal yang berbeda ketika kegaduhan massa itu bersifat

perkelahian antara dua kelompok dan sama sekali tidak ditimbulkan dan

berdampak pada alasan politik kekuasaan.

Perkelahian antar kelompok tidak begitu mendapat perhitungan.

Ketika sebuah perkelahian hanya terjadi sekali tidak berdampak pada citra

buruk pemerintahan maka perilaku itu dipandang sebagai sesuatu yang

tidak berbahaya. Namun ketika perkelahian dalam sebuah wilayah terjadi

berulang kali dan berujung pada cap buruk pemerintahan yang berkuasa

pada wilayah tersebut barulah perkelahian mendapatkan perhatian.

Kembali diulangi, pemerintahan pada hakekatnya dibutuhkan untuk

menjaga harmonisasi dalam masyarakat serta lepas dari segala

persinggungan internal masyarakat. Perkelahian dalam faktor penyebab

yang telah disimpulkan oleh penulis bisa diakibatkan oleh beberapa

elemen di luar masyarakat itu sendiri. Adanya aktor luar bisa memicu

perkelahian itu terjadi. Bila dilihat dari pola kemiskinan yang mendera di

kota Makassar, peran pemerintah tentunya tidak lepas dari situ. 105 Lihat halaman utama situs resmi pemerintah kota Makassar (www.kotamakassar.go.id)

Page 106: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 257 › is… · Web view I.I Latar BelakangBAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Zaman kala masyarakat senantiasa

106

Mendistribusikan kekayaan secara adil adalah bagian tugas dari

pemerintah sebagai bentuk pelayanan kepada masyarakatnya. Namun

yang tampak jelas pada beberapa kecamatan dengan rasio peningkatan

jumlah penduduk yang tinggi ternyata diikuti dengan jumlah penduduk

miskin ketika pembangunan infrastuktur modern begitu cepat memenuhi

wilayah tersebut.

Penduduk tentunya akan mendatangi tempat metropolis baru

tersebut, sebagai asumsi untuk mendapatkan penghasilan di tengah

kemegahan kota. Contoh saja Dg. Sule seorang peminta-minta di sekitar

taman areal Balaikota Makassar yang meninggalkan kegiatan bertaninya

di Takalar untuk mencari pekerjaan dengan kemampuan seadanya.

Akhirnya beliau hanya bisa menerima nasib sebagai peminta-minta

dengan tempat tinggal yang tidak tetap. Kondisi yang dialami oleh Dg.

Sule tentu saja diikuti oleh banyak dari mereka yang memiliki mimpi

serupa. Perlahan kejahatan pun terbentuk seiring dengan meningkatnya

daya pikat kota yang ternyata tidak bisa dinikmati oleh semua pihak.

Istilah to caddi106 bagi masyarakat miskin keluar sebagai bentuk

penerimaan nasib yang mereka alami. Mereka pun mengakui pengusaha,

pemilik modal, pejabat pemerintah sebagai orang besar yang sangat

sedikit jumlahnya bila dibandingkan dengan keluarga miskin yang tersebar

di 14 kecamatan.

106 Dalam bahasa Makassar berarti orang kecil, biasanya digunakan ketika berhubungan

dengan kekuasaan. Orang kecil yang dimaksud adalah mereka rakyat biasa yang

menjadi subordinat dari pemerintah.

Page 107: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 257 › is… · Web view I.I Latar BelakangBAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Zaman kala masyarakat senantiasa

107

Pemerintah semestinya memiliki program untuk menangani tindak

kejahatan yang terjadi termasuk perkelahian antar kelompok yang

merebak di masyarakat kota Makassar. Apa yang terjadi di kota Jakarta

dan kota besar lain yang memiliki tingkat ketimpangan ekonomi yang

tinggi setidaknya menjadi contoh bagi pemerintah kita untuk segera

mengambil tindakan penanggulangan107. Walaupun perkelahian antar

kelompok dianggap belum terlalu besar setidaknya ada upaya untuk

mencegah potensi-potensi yang bisa saja berbuah di kemudian hari

menjadi kegaduhan sosial dalam masyarakat.

Pada bagian ini penulis membagi pemerintah dalam dua bagian

sebagaimana apa yang tertera pada bab II bahwa batasan pemerintah

merunut pemerintahan dalam skala besar yakni Eksekutif dan Legislatif.

Penulis tidak memasukkan lembaga peradilan sebagai representasi

yudikasi di negeri ini mengingat perkelahian antar kelompok sangat sulit

untuk diadili karena banyaknya jumlah orang yang terlibat. Oleh karena itu

penulis menggantikan peran tersebut dengan memasukkan kepolisian

kota yakni POLRESTABES dalam upayanya menangani tidak kekerasan

massa namun tidak penjabaran mengenai perannya hanya dimasukkan

dalam pembahasan diantara dua bagian pemerintah dalam skala besar

tadi. Selain itu penulis juga menemukan adanya jalinan kerjasama antar

pemerintah kota dengan pihak kepolisian untuk bahu membahu

menangani kasus perkelahian antar kelompok ini.

IV.II.I Peran Ekeskutif di Kota Makassar107 Lebih jelas baca Tadie, Jerome. Wilayah kekerasan Jakarta. Masup. Jakarta.2009

Page 108: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 257 › is… · Web view I.I Latar BelakangBAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Zaman kala masyarakat senantiasa

108

Sesuai lokus penelitian terdapat dua lembaga dalam lingkup

pemerintahan kota Makassar yang berhubungan tentang perilaku sosial

yang dicap buruk oleh masyarakat dan pemerintah itu sendiri. Dua

lembaga tersebut ialah kantor kesatuan bangsa (KESBANG) dan dinas

sosial. Berikut adalah uraian upaya yang dilakukan oleh dua lembaga

tersebut dalam menangani perkelahian antar kelompok.

1. Kantor Kesatuan Bangsa

Seperti apa yang telah dipaparkan pada BAB II108 tentang tugas

dan fungsi KESBANG, tentunya segala program menjaga ketertiban dan

keamanan dalam masyarakat disesuaikan dengan tugas dan fungsinya.

Menurut kepala kantor KESBANG Rompegading Patiroy, tugas kesbang

ialah menjaga keamanan dan ketertiban kota. Sedangkan pola tindakan

yang dilakukan lebih dalam dijelaskan oleh beliau bahwa kantor yang

dipimpinnya itu lebih bersifat konsep dan preventif selanjutnya dalam

penerapan di lapangan terkait bila peristiwa perkelahian berlangsung

maka itu merupakan tugas dari kepolisian.

“Kita melakukan pendekatan sosialisasi aturan seperti aturan tentang terorisme, agama dan aturan mengenai ketertiban dan keamanan”109.

Melengkapi pernyataan pimpinannya, salah satu staf administrasi di

kantor ini berujar bahwa KESBANG juga bertindak memfasilitasi

108 Lihat BAB III tentang KESBANG109 (wawancara dengan kepala kantor KESBANG, 20 mei 2011)

Page 109: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 257 › is… · Web view I.I Latar BelakangBAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Zaman kala masyarakat senantiasa

109

hubungan antar lembaga terkhusus untuk pencapaian ketahanan internal

dalam masyarakat. Selain itu menurutnya KESBANG merupakan

organisasi penegak kewaspadaan nasional, penegakan hak asasi

manusia (HAM) serta upaya ketahanan sosial ekonomi. Lebih dalam lagi

Muchlis S.Sos menyatakan bahwa KESBANG bertugas untuk

mengantisipasi dua bentuk bencana yakni bencana alam dan bencana

sosial.

Lembaga pemerintah di bawah naungan PEMKOT Makassar ini

lebih mengutamakan pola penyampaian konsep masyarakat damai

kepada berbagai elemen serta bersifat investigatif terhadap potensi konflik

yang akan terjadi. Selain itu, program juga dikhususkan pada beberapa

wilayah yang memang dekat dengan siklus perkelahian antar kelompok.

Namun selain dari program pelatihan dan sosialisasi, KESBANG

juga mengadakan kerjasama dengan beberapa pihak untuk mewaspadai

terjadinya tindak perkelahian sebelum konflik itu terjadi. Oleh karena itu

KESBANG bersama lembaga kepolisian (POLRESTABES), TNI (Kodam

VII Wirabuana) dan badan intelijen negara (BIN) bahu membahu

mengupayakan cara penanganan kasus perkelahian antar kelompok dan

bentuk kekerasan massa yang lain. Walaupun pihak KESBANG sama

sekali tidak memberi kategorisasi mengenai program yang dilaksanakan,

namun penulis mencoba memberi kategorisasi peran pemerintah terhadap

perkelahian antar kelompok dari segi waktu pelaksanaan yang diukur dari

Page 110: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 257 › is… · Web view I.I Latar BelakangBAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Zaman kala masyarakat senantiasa

110

kejadian sebuah kasus. Berikut kategorisasinya yang terbagi atas dua

yakni upaya preventif dan investigasi:

a. Upaya Preventif dan Pasca Kejadian

Penulis menyebutnya dengan istilah preventif karena program yang

akan dijabarkan berikut bersifat mendahului sebelum terjadinya sebuah

perkelahian. Selain itu, pada kategori program ini dimasukkan pula

beberapa program dari upaya preventif untuk menjaga perkelahian

tersebut untuk tidak terjadi lagi:

Sosialisasi regulasi

Kegiatan ini dilakukan ketika turunnya sebuah kebijakan dalam

bentuk regulasi hukum yang mengatur dan bersinggungan dengan

keamanan dan ketertiban masyarakat. Perkelahian antar kelompok jelas

terkait di dalamnya. Contoh salah satu sosialisasi perundang-undangan

yang diadakan oleh kantor KESBANG ialah sosialisasi UU tata cara

penyampaian pendapat di depan umum. Kencangnya upaya ini dilakukan

di kampus-kampus ternama di kota Makassar setelah mendapati tingginya

angka unjuk rasa dan perilaku anarkis yang sering terjadi ketika

berlangsungnya demonstrasi.

Dalam mengadakan program ini, pihak KESBANG tidak

mengadakan kerja sama dengan pihak manapun, pihak luar hanya

dibutuhkan sebagai pembicara dalam diskusi saat diadakannya sosialisasi

regulasi.

Page 111: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 257 › is… · Web view I.I Latar BelakangBAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Zaman kala masyarakat senantiasa

111

“Tidak melibatkan orang luar karena aturan, tidak ada pihak ketiga mengenai pelaksanaan keuangan ketika program dilaksanakan”110.

Tujuan dari kegiatan ini adalah memberikan upaya pemahaman

peraturan kepada masyarakat. Sementara bentuk kegiatan sosialisasi

regulasi ini menyerupai seminar dengan menghadirkan peserta sesuai

dengan keterkaitan jenis regulasi yang disosialisasikan. Beberapa organ

maupun yang bersifat personal pernah ikut dalam proses sosialisasi ini

diantaranya ormas keagamaan, lembaga mahasiswa, pejabat

pemerintahan hingga tingkatan terendah ataupun masyarakat yang

diundang untuk mengadiri acara tersebut.

Pembinaan Teknis Resolusi Konflik

Inilah satu-satunya kegiatan yang berbentuk seremonial yang

diadakan oleh kantor KESBANG khusus untuk menangani masalah

perkelahian antar kelompok. Kegiatan ini adalah kegiatan pertama selama

masa pemerintahan periode ke dua yang dijabat oleh walikota Ilham Arif

Sirajuddin. Kegiatan yang disingkat dengan BINTEK resolusi konflk ini

bertujuan agar kiranya perserta kegiatan dalam bentuk seminar sehari ini

pada garis besarnya mampu meredam konflik yang timbul di masyarakat.

Berikut uraian tujuan program ini:

Bagaimana peserta kegiatan ini memiliki kemampuan teknis

mengenai penyelesaian konflik

110 ibid

Page 112: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 257 › is… · Web view I.I Latar BelakangBAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Zaman kala masyarakat senantiasa

112

Bagaimana peserta mengetahui langkah-langkah apa yang akan

diambil ketika terjadi tawuran antar warga

Bagaimana cara untuk meredam ekskalasi konflik

Peserta diharapkan memiliki kemampuan untuk mendiagnosa

konflik

Bagaimana cara membangun kehidupan baru pasca konflik

Kegiatan ini melibatkan banyak pihak antara lain lembaga swadaya

masyarakat (LSM), dan tokoh masyarakat yang ditemui langsung di 14

kecamatan. Pemilihan tokoh masyarakat ini dilihat dari seberapa besar

pengaruh tokoh tersebut untuk memediasi ketika terdapat dua pihak yang

berkonflik. Jadi untuk beberapa kecamatan di kota Makassar ada

beberapa wilayah yang diwakili lebih dari 3 orang tergantung dari

intensitas konflik wilayah kecamatan yang bersangkutan.

Sedangkan pelibatan unsur lain di luar LSM dan tokoh masyarakat

sebagai pemateri pada kegiatan ini diantaranya komando distrik militer

(KODIM) Makassar, POLRESTABES, BIN, kantor KESBANG provinsi

sulawesi selatan serta beberapa akademisi dari berbagai kampus di

Makassar.

b. Upaya investigasi

Kategori kedua program yang dilaksanakan oleh KESBANG ini

merupakan program kerja sama yang melibatkan tiga institusi di luar

KESBANG itu sendiri. Tiga institusi tersebut adalah Kodam VII Wirabuana

Makassar, POLRESTABES Makassar dan Badan Intelijen Negara (BIN).

Page 113: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 257 › is… · Web view I.I Latar BelakangBAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Zaman kala masyarakat senantiasa

113

Bersama tiga institusi ini KESBANG mengadakan pola investigasi ketika

konflik telah terdapat di permukaan. Dengan kerja intelijen konflik yang

terlihat di lapangan itu sebisa mungkin dikendalikan sebelum meledak

pada perkelahian.

Dari keempat lembaga ini pun melalui KESBANG mampu

mengumpulkan data kekerasan yang terjadi di kota Makassar dilengkapi

dengan motif serta dalang perkelahian. Dalam proses pengerjaannya bagi

tiga institusi selain KESBANG yang lebih dulu menemukan potensi konflik

maka akan segera melaporkannya kepada PEMKOT dalam hal ini

KESBANG. Selanjutnya bila potensi kasus tersebut meledak maka

PEMKOT membawa laporan kepada pihak kepolisian untuk segera

mengadakan penangkapan atau pun pengamanan.

“Karena intelijen tidak bisa menangkap, maka itu dilaporkan ke pihak yang berwajib ,kepada pihak kepolisian”111.

Seperti yang diakui oleh KASI LINMAS KESBANG, program ini

baru terbilang efektif pada tahun 2010, di tahun sebelumnya belum ada

pengolahan data dari bahan intelijen yang sudah didapatkan. Barulah

pada tahun 2010 KESBANG memiliki data perkelahian antar kelompok

untuk kemudian dijadikan bahan acuan pembuatan program berikutnya.

111 ibid

Page 114: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 257 › is… · Web view I.I Latar BelakangBAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Zaman kala masyarakat senantiasa

114

2. Dinas Sosial

Setelah membaca buku mengenai yang berdasarkan

KEPMENSOS Nomor 25/huk/2003112, penulis menemukan pembahasan

mengenai pengembangan ketahanan sosial masyarakat serta bantuan

sosial korban bencana sosial. Untuk itu penulis kemudian ingin mencari

tahu apakah dinas sosial kota Makassar melaksanakan program tersebut

karena di dalamnya terkait dengan perkelahian antar kelompok. Setelah

menemui beberapa pegawai di dinas sosial, penulis mendapati bahwa

dinas sosial sama sekali tidak mengurusi apa yang dijabarkan pada buku

tersebut melainkan mengurusi mereka yang berumur di bawah 18 tahun

dan tergolong sebagai anak nakal dan anak terlantar.

Secara tidak langsung menangani persoalan perkelahian antar

kelompok namun DINSOS ternyata mengurusi pelaku tindak kriminal yang

juga merupakan pelaku tindak perkelahian antar kelompok di masyarakat.

Dinas sosial kemudian menggolongkan beberapa kategori anak yang

dianggap terlantar dan nakal. Setidaknya pada pembahasan ini kita dapat

mengetahui pelaku dari perkelahian antar kelompok di kota Makassar.

“Anak-anak SMP biasa, diatas 25 tahun itu jarang mi pelakunya, dan rata-rata itu tidak sekolah” Ujar SF warga Bara-baraya yang ditemui di kediamannya113.

112 Dalam buku ini terdapat panduan penanganan dinas sosial serta masalah yang perlu

ditangani.113 (wawancara, 11 Juni 2011)

Page 115: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 257 › is… · Web view I.I Latar BelakangBAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Zaman kala masyarakat senantiasa

115

Sebelum mengutarakan apa saja program yang diprakarsai oleh

DINSOS dalam pemberdayaan anak terlantar dan anak jalanan. Maka

sebelumnya kita lebih dahulu memahami anak mana saja yang

dikategorikan sebagai anak terlantar dan anak nakal. Anak terlantar

menurut A. Taty sebagai salah satu staf di DINSOS kota Makassar yang

ditemui di ruang kerjanya ialah anak dibawah umur 18 tahun yang tidak

terpenuhi kebutuhan dasarnya seperti sandang maupun pangan.

Sedangkan menurutnya pula anak nakal ialah mereka yang juga berumur

dibawah delapan belas tahun uang sering terlibat dalam tindak kriminal

atau berpotensi melakukan tindak kriminal.

Pada petunjuk teknis pelaksanaan masalah sosial anak nakal yang

menjadi bahan rujukan DINSOS kota Makassar dalam pembuatan

program pembinaan terhadap anak nakal, disitu dinyatakan bahwa anak

nakal ialah anak yang berperilaku menyimpang dari norma-norma

masyarakat, mengganggu ketertiban namun masih dibawah kategori yang

dapat dituntut secara hukum.

Dalam menangani biang masalah sosial ini DINSOS hanya memiliki

satu program yang dilaksanakan tiap tahunnya dan mereka sebut dengan

PELAYANAN REHABILITASI SOSIAL KENAKALAN ANAK DAN

REMAJA. Rehabilitasi sosial sendiri dalam pengertiannya merupakan

proses pemulihan harga diri, kesadaran, serta tanggung jawab sosial

pelaku kenakalan sehingga terbebas dari perbuatan kenakalan secara

wajar. Sedangkan kenakalan remaja ialah perilaku remaja yang

Page 116: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 257 › is… · Web view I.I Latar BelakangBAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Zaman kala masyarakat senantiasa

116

menyimpang atau melanggar nilai-nilai atau norma-norma masyarakat.

DINSOS dengan kegiatan ini bertujuan untuk memulihkan kondisi

psikologi dan kondisi sosial serta pulihnya fungsi kualitas sosial remaja

sehingga mereka dapat hidup wajar di masyarakat serta menjadi sumber

daya manusia yang berguna produktif dan berkualitas tinggi. Jadi pada

dasarnya kegiatan ini dibuat untuk mereka anak nakal dan remaja yang

dianggap berpotensi melakukan atau telah melakukan tindakan kriminal

termasuk salah satunya tindak perkelahian antar kelompok yag sering

mereka lakukan.

Orang tua serta lingkungan sosial mereka juga diikutkan dalam

program ini seperti lingkungan sebaya, lingkungan sekolah atau pekerjaan

dan keluarga serta tetangga. Untuk mereka anak nakal dan remaja yang

dilibatkan dalam proram ini lebih sering disebut dengan istilah korban.

Oleh karena itu bisa dianalisa bahwa ada yang menjadi penyebab

kerusakan nilai sosial dan mental mereka.

Keseluruhan rangkaian proses rehablitasi ini terdiri atas 6 tahapan

yang harus dilalui berikut tahapannya:

1. Tahap pendekatan awal

Ini merupakan awal dari program rehablitasi pada bagian ini akan

diawali dengan orinetasi dan konsultasi yang melibatkan PEMKOT

Makassar, DINSOS itu sendiri, dinas pendidikan, dinas kesehatan,

departemen agama, departemen kehakiman, departemen tenaga kerja,

perguruan tinggi di Makassar, Lembaga Swadaya masyarakat (LSM),

Page 117: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 257 › is… · Web view I.I Latar BelakangBAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Zaman kala masyarakat senantiasa

117

tokoh masyarakat serta orang tua anak yang bersangkutan. Tahap ini

menjadi tahap proses pencarian dukungan dan bantuan dari PEMKOT

dan lembaga terkait. Setelah mendapatkan dukungan maka mulailah

dengan tahap mengidentifikasi calon korban yang akan direhabilitasi.

“Data diambil dari kepolisian, bila belum ada maka ada staf yang diutus, tenaga kesejahteraan sosial kecamatan (TKSK) untuk mengambil data di kelurahan”114.

Data yang sudah didapatkan kemudian dianalisa dan

dikelompokkan, setelah itu barulah kunjungan tehadap rumah korban/klien

dilakukan selain itu ada pula observasi dilakukan terhadap lingkungan

tempat tingal korban. Menemui calon korban/klien tentunya ditemukan

beberapa kendala diantaranya keengganan calon klien untuk mengikti

program rehabilitasi. Maka biasanya akan dilakukan upaya motivasi dan

penyadaran bagi calon klien, misalnya dengan menemui secara langsung

atupun berbicara dengan orang tua mereka.

2. Tahap Penerimaan

Pada tahap ini klien yang sudah diidentifikasi maka akan melalui

proses registrasi dan pengungkapan masalah yang diderita. Diantara

informasi yang biasanya dicari oleh DINSOS antara lain mengenai tingkah

laku sehari-hari klien, pergaulan dengan rekan sebaya, keadaan keluarga

dengan keadaan lingkungan. Banyak cara yang digunakan untuk

mengetahui informasi-informasi tersebut dari para anak/remaja nakal yang

sudah didaftarkan masuk dalam program rehabilitasi, dua diantaranya

114 (wawancara Andi Taty staf DINSOS kota Makassar, 6 juni 2011)

Page 118: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 257 › is… · Web view I.I Latar BelakangBAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Zaman kala masyarakat senantiasa

118

seperti dengan wawancara atau mengunjungi langsung kediaman

anak/remaja tersebut.

3. Tahap Assesment

Barulah setelah mendapatkan informasi maka anak/remaja tersebut

akan diwawancarai untuk mengetahui latar belakang masalah sosial yang

dialami. Selain itu pula akan digali informasi mengenai bakat, potensi-

potensi yang dimiliki, kemampuan dan renacana masa depan mereka.

DINSOS menyediakan panti khusus untuk prgram rehabilitasi ini untuk

menampung para anak/remaja nakal. Disanalah mereka selanjutnya akan

mendapatkan rehabilitasi sosial.

4. Tahap Pembinaan dan bimbingan sosial

Pembinaan yang dimaksud lebih mengarah pada pembinaan fisik.

Anak/remaja tersebut akan dibina untuk kembali pulih kesehatan dan

kesegaran jasmaninya. Biasanya mereka yang mendapatkan pembinaan

seperti ini adalah anak/remaja yang pernah terlibat dalam praktek minum-

minuman keras atau mengkonsumsi obat-obat terlarang. Selain

pembinaan fisik para peserta yang telah ditampung akan mendapatkan

bimbingan mental, psikologis, agama dan sosial. DINSOS mendatangkan

langsung sarjana konselor maupun psikolog dari Universitas Negeri

Makassar (UNM) yang memang memiliki fakultas psikologi dan konseling.

Untuk pembinaan keagamaan DINSOS yang sudah bekerja sama dengan

Departemen agama akan mendatangkan tokoh-tokoh agama dari anggota

masyarakat atau organisasi sosial keagamaan.

Page 119: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 257 › is… · Web view I.I Latar BelakangBAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Zaman kala masyarakat senantiasa

119

Ada pula pembelajaran yang diberikan sehingga para peserta mau

bertingkah lau yang baik dan kembali memainkan peran sosialnya secara

wajar serta kembali berbaur dengan anggota keluarga yang lain dan

masyarakatnya.

Mereka pun akan diberikan pelatihan keterampilan seperti

keterampilan usaha dan bagi mereka yang berumur sekolah akan

disekolahkan dengan harapan masa depan mereka akan kembali cerah.

5. Tahap resosialisasi/Integrasi

Pada tahap kelima ini DINSOS dengan program rehabilitasi ini

akan meminta kesiapan keluarga, sekolah dan masyarakat untuk

menerimanya kembali para anak/remaja yang sudah melalui proses

pembinaan. Harapannya semua lembaga sosial tersebut akan membantu

proses integrasi anak/remaja sehingga timbul kepercayaan dirinya serta

tanggung jawab sosial. Dalam masyarakat, kiranya akan menerima

mereka dengan wajar sebagai manusia yang tidak lagi bermasalah.

6. Tahap rujukan dan pembinaan lanjut

Ini merupakan tahap terakhir pada tahap ini diharapkan para

peserta rehabilitasi telah mantap dari segi kesembuhan sehingga tidak

akan kembali lagi menjadi nakal. Pada tahap ini para peserta yang telah

dipulangkan akan dikunjungi secara berkala untuk melihat apakah klien

telah mampu mandiri dan telah mampu melaksanakan fungsi sosialnya

dalam tatanan kehidupan dan penghidupan masyarakat.

Page 120: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 257 › is… · Web view I.I Latar BelakangBAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Zaman kala masyarakat senantiasa

120

Berikut diatas tahapan kegiatan dalam progrm rehabilitasi oleh

DINSOS, kegiatan yang biasa dilaksanakan dalam jangka waktu 6-12

bulan ini mendapat dana dari PEMKOT Makassar melalui alokasi APBD.

Tiap tahunnya DINSOS akan memasukkan nama, alamat serta masalah

yang bersangkutan untuk direhabilitasi. Selanjutnya pendanaan akan

keluar sesuai dengan pendanaan yang diminta.

“Tiap tahun ada pembahasan konsep program untuk mengambil dana APBD dengan melengkapi by the name, the address dan by problem” Ujar Andi Taty115.

Untuk melengkapi penjabaran program oleh DINSOS berikut penulis akan

mengikutkan tabel jumlah anak nakal dan anak terlantar di kota

Makassar116.

Tabel IV.III115 ibid116 Tabel di halaman berikut

Page 121: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 257 › is… · Web view I.I Latar BelakangBAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Zaman kala masyarakat senantiasa

121

Jumlah anak terlantar dan anak nakal di kota Makassar 2010117

No. Kecamatan Anak Nakal Anak Terlantar

1. Bontoala Belum diketahui 38

2. Biringkanaya 1 359

3. Mamajang 5 204

4. Makassar 151 167

5. Mariso Belum diketahui 27

6. Manggala 7 1994

7. Panakukang 99 1024

8. Rappocini 4 724

9. Tamalate Belum diketahui 673

10. Tamalanrea Belum diketahui 2149

11. Tallo 10 2694

12. Ujung Pandang Belum diketahui 206

13. Ujung Tanah Belum diketahui 1239

14. Wajo Belum diketahui 593

Jumlah 277 12091

IV.II.II Peran Legislatif di Kota Makassar

1. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Makassar

Untuk mengetahui apakah pemerintah kota Makassar membuat

peraturan daerah mengenai perkelahian antar kelompok atau setidaknya

PERDA yang mengatur mengenai keamanan dan ketertiban penduduk

kota. Penulis kemudian mendatangi komisi A bidang pemerintahan DPRD

kota Makassar untuk mencari tahu peran lembaga legislasi ini untuk

menangani perkelahian antar kelompok.

Dari pernyataan salah satu anggota komisi A penulis menemukan

bahwa belum ada sama sekali peraturan daerah mengenai perkelahian

117 Data merupakan hasil olahan data dinas sosial. Penulis hanya mengumpulkan data

yang berhubungan dengan penelitian ini.

Page 122: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 257 › is… · Web view I.I Latar BelakangBAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Zaman kala masyarakat senantiasa

122

antar kelompok atau setidaknya membicarakan mengenai keamanan dan

ketertiban masyarakat.

Selanjutnya untuk mengetahui bagaimana bentuk peran DPRD

dalam penanggulangan kasus perkelahian antar kelompok, penulis

mempertanyakan bentuk peran yang dimainkan oleh DPRD. Belum

banyak jumlah reses yang dilakukan di beberapa kecamatan yang

dianggap sebagai kecamatan dengan angka tawuran yang tinggi. Terbukti

selama masa jabatan DPRD 2009-2014 hanya 2 kali reses dilakukan ke

wilayah konflik.

Mengenai kemiskinan yang juga diakui oleh Mustagfyr Syabri

sebagai pemicu terjadinya tindak perkelahian di masyarakat sudah ada

upaya untuk menanganinya. Bentuk program yang dirancang oleh DPRD

yaitu pembuatan bengekel ekonomi pemuda di tiap kecamatan di kota ini.

Bengkel ekonomi yang dimaksud ialah tempat dimana para pemuda akan

dibimbing untuk bagaimana berwirausaha demi mendapati penghidupan

yang layak.

Penulis pun mempertanyakan mengenai kerjasama tiga institusi

negara untuk menangani masalah kekerasan kolektif. Menurutnya, telah

ada pembicaraan yang melibatkan pemerintah kota, kepolisian dan DPRD

itu sendiri untuk membicarakan mengenai prilaku perkelahian antar

kelompok.

Page 123: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 257 › is… · Web view I.I Latar BelakangBAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Zaman kala masyarakat senantiasa

123

IV.III Analisis Peran Pemerintah Kota Makassar terhadap Perkelahian

antar Kelompok

Setiap tindakan pasti ada penyebabnya, begitupun yang kita sebut

dengan kejahatan. Semua tindak kejahatan tidak pernah bernah diri

sendiri melainkan adanya hubungan sebab pada posisi yang pertama dan

akibat pada posisi yang kedua. Posisi kejahatan selalu berada pada posisi

yang kedua, posisi yang berarti terdapat hal yang menyebabkannya.

Seorang pencuri tidak akan serta merta melakukan tindak pencurian

kecuali karena kebutuhan yang tidak bisa dipenuhi dengan jalan yang kita

sebut wajar. Tindakan mencuri sebagai tindakan yang tidak wajar

merupakan pola yang terbentuk dengan sendirinya di luar jalan yang wajar

tadi. Apa yang kita sebut dengan jalan wajar semisal bekerja pada sebuah

instansi atau perusahaan, bila mujur mungkin dengan berkah modal yang

dimiliki mungkin kita akan membuka usaha demi memperpanjang hidup

dengan kebutuhan yang menjepit.

Apalah daya ternyata semua orang di muka bumi terkhusus kota

Makassar tercinta ini tidak memiliki kemampuan yang sama untuk

menempuh jalan yang wajar. Kecamatan Panakukang dan yang nampak

di wilayah kecamatan Makassar adalah contoh riil banyaknya diantara

mereka yang terpaksa menempuh jalan yang tidak wajar. Angka kriminal

pada dua kecamatan melesat jauh seiring tingginya kepadatan penduduk

pada dua wilayah tersebut. Pemukiman yang kumuh serta ketimpangan

Page 124: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 257 › is… · Web view I.I Latar BelakangBAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Zaman kala masyarakat senantiasa

124

yang dimeriahkan dengan bangunan megah perumahan elit dan pusat

perbelanjaan modern ditengah pemukiman lusuh yang berjejer tidak rapi.

Sosialisasi dalam upaya pemenuhan kebutuhan dengan

kesempatan yang sempit itu terbangun diantara mereka. Bagi yang

mendapati sosialisasi yang baik maka akan mendapatkan kelompok dan

mereka yang tidak mampu masuk dalam kelompok tersebut akan

membuat kelompok lain demi pencapaian tujuan. Ada pula dalam pola

pembentukan kelompok tidak semata-mata karena adanya kebutuhan

hidup secara personal yang harus diupayakan secara bersama-sama.

Namun kesamaan derajat dan kemampuan juga bisa memicu

terbentuknya sebuah kelompok dalam masyarakat miskin. Rumah yang

berdekatan dalam pemukiman kumuh membangun perasaan berbaur satu

sama lain bagi masyarakat yang bermukim disana.

Kelompok yang lain pun demikian. Terciptanya beragam kelompok

tidak bisa dilepaskan dari pembentuk ikatan kelompok yang juga berbeda.

Ada yang berdasarkan batas teritorial, ada yang berdasarkan kesamaan

suku, kebiasaan hidup hingga kegemaran yang dimiliki oleh tiap individu.

Persinggungan antar kelompok terjadi dengan tingginya ekslusifisme

kelompok yang terbangun, lahiriah tiap individu dalam kelompok tentunya

akan menjunjung tinggi kelompoknya dibanding kelompok lain. Itu terjadi

karena hanya kelompoklah yang bisa dijadikan sebagai bahan untuk

menunjukkan identitas pribadi yang hanya bisa dilakukan oleh mereka

Page 125: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 257 › is… · Web view I.I Latar BelakangBAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Zaman kala masyarakat senantiasa

125

yang mampu dalam segi ekonomi, memiliki kekuasaan dan instrumen lain

yang bisa menonjolkan diri.

Perkelahian antar kelompok dalam narasi diatas mengenai

terbentuknya memiliki beragam akar persoalan. Ada yang disebabkan

karena persoalan ketersinggungan, minuman keras, sengketa, hingga

dendam yang memborok dalam kehidupan sosial masyarakat. Namun

dalam penelitian ini penulis menemukan fakta dari dua kecamatan dengan

tingkat perkelahian antar kelompok tertinggi bahwa kemiskinan

merupakan embrio tindakan kriminal termasuk perkelahian antar

kelompok. Berikut ini pernyataan beberapa informan yang membenarkan

kesimpulan tersebut.

“Kesiapan materi juga berpengaruh. Kriminalisasi terjadi karena tuntutan ekonomi yang tidak bisa dipenuhi” (Mustagfyr Syabri, anggota komisi A DPRD kota Makassar)

“Ketidakadilan dan kemiskinan menjadi potensi besar konflik”(Muchlis , S.Sos, KASI LINMAS KESBANG)

“Kemiskinan menjadi faktor penting hancurnya remaja” (Andi Taty, Staf DINSOS Makassar).

Dari sini penulis kemudian menganalisis mengenai peran apa yang

seharusnya diperankan oleh PEMKOT Makassar dengan berbagai

instansi yang dimiliki. KESBANG dan Dinas Sosial memang dibentuk

untuk menghilangkan semua persoalan sosial namun pada dasarnya

peneliti menemukan bahwa banyak dari beberapa program yang belum

Page 126: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 257 › is… · Web view I.I Latar BelakangBAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Zaman kala masyarakat senantiasa

126

maksimal dan serius untuk benar-benar menyelesaikan persoalan

perkelahian antar kelompok.

Untuk kegiatan seminar dan sosialisasi regulasi yang diadakan oleh

KESBANG misalnya cenderung hanya akan dapat dicerna oleh kalangan

berpendidikan atau setidaknya pernah mengenyam sekolah formal.

Namun bagi masyarkat ekonomi tingkat bawah tentunya kegiatan seperti

itu hanyalah kegiatan buang waktu dan akan lebih memilih untuk mencari

cara bagaimana menghidupi keluarga untuk bertahan hidup pada hari itu.

Regulasi bagi mereka adalah hal sia-sia ketimbang isi perut dan anaknya

yang menangis meminta susu.

Seharusnyalah pemerintah yang mengaplikasikan itu dalam

tindakan nyata mengurangi tindak kejahatan kelompok bukan dengan

memberikan sosialisasi regulasi. Kebutuhan masyarakat miskin hanyalah

penghidupan yang layak dan hanya bisa dipenuhi oleh pemerintah

sebagai pengatur agar kiranya penghidupan yang layak itu bisa terbagi

secara merata.

Mengenai pembinaan teknis resolusi konflik oleh KESBANG, dari

paparan beberapa informan kondisi forum sehari tersebut hanya bersifat

monolog alias satu arah para tokoh masyarakat yang dilibatkan sangat

sedikit diberi peluang untuk mengeluarkan pendapat mengenai

penyelesaian perkelahian antar kelompok. Kegiatan seperti itu sangatlah

berguna, namun akan lebih baik bila kesempatan bicara lebih banyak

Page 127: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 257 › is… · Web view I.I Latar BelakangBAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Zaman kala masyarakat senantiasa

127

dimiliki oleh mereka yang biasa terlibat langsung dalam penyelesaian

perkelahian antar kelompok.

Program pemerintah kota memang cenderung menganggap bahwa

masyarakat kecil tidak memiliki kemampuan untuk menyelesaikan

masalah sendiri, padahal faktanya para tokoh masyarakatlah yang lebih

sering turun langsung dalam proses resolusi konflik ketika terjadi di areal

pemukimannya. Hingga akhirnya kesempatan bicara pun akan dikurangi

seiring pandangan yang terbangun bahwa pemerintahlah yang terbaik

untuk menyelesaikan masalah tersebut.

Bukti bahwa minimnya perhatian pemerintah terhadap wilayah

konflik ini ditunjukkan dengan jumlah kunjungan yang sangat minim.

Penulis mempertanyakan kepada beberapa warga di kecamatan

Panakukang dan kecamatan Makassar bahwa pemerintah kota sama

sekali tidak pernah datang ke tempatnya kecuali bila perhelatan politik

berlangsung seperti pemilukada atau pemilihan legislatif. Itupun diakui

oleh salah satu anggota komisi A yang hanya memiliki dua kali reses di

dua kecamatan tersebut.

Setelah menemui salah satu tokoh masyarakat di keluarahan Bara-

baraya kecamatan Makassar yang biasa turun langsung untuk

mendamaikan perkelahian yang terjadi sekitar pemukimannya. Peneliti

mendapati peran besar beliau yang biasa dipanggil pak Ode ini untuk

mendamaikan konflik yang biasa terjadi. Salah satu yang menurut peneliti

kurang diperhatikan oleh PEMKOT adalah perhatian kepada mereka para

Page 128: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 257 › is… · Web view I.I Latar BelakangBAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Zaman kala masyarakat senantiasa

128

tokoh masyarakat atau mereka para pejabat pemerintahan tingkatan

rukun kampung (RK), rukun warga (RW) ataupun rukun tetangga (RT).

Adanya sikap yang cenderung lamban dalam mengambil tindakan

juga menjadi salah satu kekurangan pemerintah. Tindakan pembiaran

terhadap konflik kelompok dalam analisa penulis dianggap sebagai bentuk

tindakan pula bagi pemerintah. Padahal bagi masyarakat dalam sebuah

pemerintahan yang diakui tentunya akan mengharapkan tindakan nyata

dari mereka yang telah mendapatkan mandat mengemban amanah rakyat

termasuk menjamin keamanan dan kondusifitas sebuah pemukiman.

Sikap lamban tersebut akhirnya berbuah pada pengambilan keputusan

sendiri oleh masyarakat untuk menyelesaikan masalahnya.

Salah satu misalnya ketika terjadi sebuah perkelahian antar

kelompok yang didasarkan pada penjunjungan martabat atau siri’ dalam

masyarakat Makassar, bila pemerintah kota tidak segera melakukan

tindakan dalam pendamaian kedua belah pihak dan bertindak

memperbaiki konsep siri’ yang mulai bergeser dari landasan budayanya.

Maka jangan heran masyarakat akan bertindak sendiri sesuai pahaman

budaya mereka yang masih sangat sempit.

Terkait mengenai siri’ yang oleh banyak pihak mengganggap telah

melenceng dari dasarnya. Kini dalam beberapa hal pada perwujudannya

lebih sering menjurus pada arah yang negatif. Ini bisa terjadi bila

penafsiran terhadap sebuah konsep kebudayaan telah dipengaruhi oleh

lingkungan yang tidak dapat melestarikan nilai asli sebuah kebudayaan.

Page 129: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 257 › is… · Web view I.I Latar BelakangBAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Zaman kala masyarakat senantiasa

129

Menurut penulis, siri’ bergeser di masyarakat Makassar karena

adanya ruang masyarakat yang tidak lagi terbangun dari nilai budaya itu

sendiri. Seperti yang diketahui perilaku masyarakat urban sebagai kota

yang mulai merias diri menuju kota dunia tentunya akan terbawa arus

modernisasi yang sangat jauh dari perilaku kebudayaan asli Makassar.

Bertolak dari hakekat siri’, maka siri’ seyogyanya merupakan

panduan jitu bila itu berhasil dikembangkan bagi masyarakat yang

terlembagakan dengan tatanan nilai-nilai budaya ini. Siri’ yang pada

pokoknya bersumber dari nilai ikatan masyarakat Makassar bisa dijadikan

sebagai bahan ajaran untuk mentaati hukum, peraturan, perjanjian dan

bentuk ikatan lain demi penciptaan kedamaian di dalamnya tanpa

persinggungan antara satu sama lain.

Siri’ pun bisa dijadikan sebagai alat untuk mendorong masyarakat

meningkatkan potensi kelompok dengan kemampuan yang dimiliki. Bila

siri’ berhasil untuk ”dikuasai” maka motivasi akan timbul sendiri dalam

perseteruan antar kelompok tapi didasarkan pada prestasi dari tiap-tiap

kelompok tersebut. Hidup berkelompok dengan pandangan siri’

merupakan peruwujudan sebuah lembaga positif dalam masyarakat

Sulawesi selatan yang didasarkan pada kemampuan dan dengan

sendirinya martabat akan terangkat.

Bagi masyarakat Makassar rasa solidaritas sangat mungkin

terbangun dengan peta siri’ yang dimiliki. Bila solidaritas tersebut

Page 130: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 257 › is… · Web view I.I Latar BelakangBAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Zaman kala masyarakat senantiasa

130

terbangun maka kesatuan Makassar akan terwujud sehingga tidak ada

lagi percekcokan yang timbul di kota ini.

Siri’ bagi masyarakat di kota ini telah dianggap sebagai salah satu nilai

yang patut untuk dipegang erat. Namun itu ternyata tidak menjelaskan

mengenai kondisi keseharian masyarakat di kota ini yang karena hanya

persoalan sepele bisa memicu sebuah perkelahian besar.

Dibalik semua potensi dari siri’ maka ada pula potensi yang miris

yang masih mungkin terjadi lagi. Siri’ yang kini telah banyak

diselewengkan dalm pribadi hingga konstruksi tatanan sosial yang

timpang ini membuat harkat siri’ meninggalkan aspek kebudayaan nilainya

yang luhur.

Kembali pada beberapa program yang dilayangkan oleh

pemerintah kepada mereka para pelaku, atau dalam hal ini banyak

diperankan oleh Dinas Sosial. Banyak diantara pelakau yang sama sekali

tidak mampu untuk terjauhkan dari sikap lamanya. Keonaran dalam

masyarakat kembali terjadi. Itupun diakui oleh para beberapa petinggi

DINSOS yang menganggap program rehabilitasi anak/remaja nakal tidak

seperti dengan apa yang dilakukan dinas lain yang bekerja pada

pembangunan fisik. Untuk masalah sosial kadang ada diantara mereka

yang justru kembali pada pola hidup yang dianggap tidak wajar oleh

pemerintah ini.

Pemerintah kemudian terjebak pada program seremonial seperti

seminar atau bentuk acara pelatihan lainnnya. Padahal perkelahian antar

Page 131: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 257 › is… · Web view I.I Latar BelakangBAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Zaman kala masyarakat senantiasa

131

kelompok ternyata bermula pada pengaruh lingkungan yang bersifat

sosiologis. Psikologi pelaku tindak perkelahian dibangun dari lingkungan

tersebut. Lalu pemerintah, setidaknya membuat program yang bisa

meminimalisir tingkat depresi masyarakat terhadap lingkungannya.

Mencoba mengukur tingkat keberhasilan pemerintah kota dalam

menangani kasus perkelahian antar kelompok dengan melihat

membandingkan rasio tindak kriminal kolektif pada tahun 2009 dan 2010.

Data ini dilihat dari jumlah pelaporan dan jumlah kasus yang diselesaikan

oleh wilayah yang telah dibagi kepolisian.

Walaupun data ini tidak mencantumkan secara spesifik mengenai

perkelahian antar kelompok dikarenakan belum adanya data perkelahian

pada tahun 2009. Selain itu Unit Reskrim POLRESTABES kota Makassar

juga tidak memiliki data spesifik perkelahian antar kelompok melainkan

beberapa tindak kriminal yang melibatkan massa yang berujung pada

perkelahian massa. Berikut datanya118:

118 Tabel di halaman berikut

Page 132: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 257 › is… · Web view I.I Latar BelakangBAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Zaman kala masyarakat senantiasa

132

Tabel V.I

Data Kasus Kekerasan Kolektif di Kota Makassar 2009

No. Wilayah Jenis tindakkekerasan kolektif

Jumlah Laporan

kasus selesai

Kasus tidak

selesai1. Makassar Barat Pembakaran 1 1 -

Pengrusakan 15 13 2

Pengeroyokan 37 35 2

2. Makassar Timur Unjuk Rasa 3 3 -

Pengrusakan 66 43 23

Pengeroyokan 118 96 22

3. Makassar kota besar

Unjuk Rasa 1 1 -

Pengrusakan 17 10 7

Pengeroyokan 3 2 1

4. wilayah pelabuhan Pengrusakan 2 - 2

Pengeroyokan 21 12 9

JUMLAH 284 216 68

Tabel V.II

Data Kekerasan Kolektif di Kota Makassar Tahun 2010

Page 133: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 257 › is… · Web view I.I Latar BelakangBAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Zaman kala masyarakat senantiasa

133

No. Wilayah Jenis tindakkekerasan kolektif

Jumlah Laporan

kasus selesai

Kasus tidak

selesai1. Makassar Barat Pembakaran 1 1 -

Pengrusakan 5 4 1

Pengeroyokan 13 12 1

2. Makassar Timur Pengrusakan 30 30 -

Pengeroyokan 72 54 18

3. Makassar kota besar

Pembakaran 1 1 -

Pengrusakan 22 4 18

Pengeroyokan 20 3 17

JUMLAH 164 109 55

Semua jenis tindak kriminal yang tercantum diatas ada diantaranya

yang berujung pada perkelahian antar kelompok, ataupun diawali dengan

perkelahian antar kelompok pula.

Bila dilihat dari jumlah tindak kekerasan kolektif dan

membandingkan dari dua periode data diatas, maka bisa dikatakan bahwa

tindak kekerasan kolektif itu menurun pada tahun 2010. Jumlah tindak

kriminal kolektif turun hingga hampir mencapai angka 45% pada tahun

2010 dari jumlah kasus pada tahun sebelumnya. Mungkin kita akan

berfikir bahwa beberapa lembaga negara terkait setidaknya telah berhasil

menurunkan angka kekerasan tersebut.

Namun angka perkelahian antar kelompok yang mencapai 25

kasus masih merupakan angka yang besar dengan segala potensi kota

yang masih bisa memicu angka perkelahian yang begitu besar.

Pemerintah setidaknya dengan program yang dimiliki perlu

Page 134: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 257 › is… · Web view I.I Latar BelakangBAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Zaman kala masyarakat senantiasa

134

memaksimalkan diri dengan mengupayakan program yang lebih akurat.

Demi pencapaian kedamaian di kota Makassar.

Beberapa kecamatan yang tergabung dalam wilyah tugas

kepolisian Makassar timur seperti kecamatan Panakukang menyimpan

banyak potensi menuju tindak perkelahian yang sangat tinggi. Yang harus

dipahami bahwa data kepolisian tersebut merupakan pelaporan. Jadi

kasus perkelahian dan tindak kekerasan lainnya yang diluar pelaporan

tidak tercatat dan pastinya lebih besar jumlahnya bila ditambahkan pada

tabel tersebut.

Mengenai program yang sudah dirancang oleh pemerintah.

Program-program tersebut merupakan rancangan program yang sudah

dilakukan di tiap tahunnya. Kreativitas pemerintah dibutuhkan untuk

menyelesaikan konflik yang tidak lagi berbasis pelaku melainkan

pengentasan konflik yang berbasis penciptaan lingkungan yang jauh dari

potensi konflik.

Dengan memperhatikan kontur wilayah konflik di kota Makassar

maka pemerintah menurut penulis bisa memulai programnya dari faktor-

faktor pemicu konflik dari kondisi di wilayah tersebut. Selain itu, dengan

melihat faktor-faktor tersebut pemerintah juga bisa mencegah terjadinya

konflik tersebut menyebar dan menjamur di wilayah lain.

Page 135: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 257 › is… · Web view I.I Latar BelakangBAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Zaman kala masyarakat senantiasa

135

 BAB V

PENUTUP

V.I KESIMPULAN

Ketakutan dari konlik yang timbul di masyarakat adalah ketika

konflik tersebut berjalan serupa spiral konflik yang tak berhenti. Pertikaian

Page 136: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 257 › is… · Web view I.I Latar BelakangBAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Zaman kala masyarakat senantiasa

136

antar kelompok yang dikatikan dengan suku, agama, ras, dan antar

golongan. Merupakan konflik yang sangat gampang untuk terulang di

tempat yang sama. Pada uraian BAB sebelumnya banyak faktor yang

diutarakan yang kemudian menjadi faktor simultansi perkelahian itu

sendiri. Lau apa dampak ketika perkelahian itu kemudian terjadi berulang?

Sesungguhnya, di balik berulangnya tindak kekerasan perkelahian

massa tersimpan persoalan yang sangat pelik. Itu menunjukkan bahwa

sebuah wilayah telah kehilangan modal sosial, nilai kemasyarakatan yang

dianut, musyawarah dan toleransi antar sesama yang diakui sebagai

perekat nilai kebangsaan kita.

Pemerintah kota yang bertugas melindungi dan mengayomi warga

ternyata belum dapat menemukan solusi yang pas dalam menangani

perkelahian antar kelompok. Banyak fakta yang memperlihatkan mereka

yang kemudian direhabilitasi justru keluar kembali sebagai penyakit di

masyarakatnya. Solusi kemudian tidak menyentuh lingkungan pelaku tapi

masih bersifat personall dan cenderung lebih sulit untuk dikontrol

pelaksanaanya.

Makassar menjadi salah satu ikon kekerasan di kota ini dan

pemerintah setidaknya tidak lagi menerapkan cara penanggulangan yang

bersifat personal. Namun melihat konflik antar kelompok sebagai buah

sosial yang menyimpang. Pemerintah kota Makassar yang telah

mengupayakan beberapa cara, baru mulai terlihat upayanya di tahun 2010

Page 137: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 257 › is… · Web view I.I Latar BelakangBAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Zaman kala masyarakat senantiasa

137

yang fokus pada perkelahian antar kelompok. Beberapa data sudah mulai

dimunculkan walaupun masih sangat lemah dalam prose pengolahan.

Beberapa tempat yang menjadi langganan konflik sama sekali tidak

mendapatkan perhatian lebih untuk dilihat faktor penyebab atau

lingkungan yang membangun konflik di tempat tersebut. Kecamatan

Makassar dan Kecamatan Panakukang hampir dalam setahun tidak lebih

dari tiga kunjungan oleh instansi pemerintah menyambangi dua

kecamatan ini.

Selain itu koordinasi antara instansi di tingkatan kota yang

mengurusi perkelahian antar kelompok masih sangat renggang.

Kepolisian masih menjadi sentrum penyelesaian persoalan yang justru

masih bersifat personal seperti yang dikritik oleh penulis. Solusi yang

bersifat sosiologis yang dijewantahkan dalam bentuk kebijakan

pemberdayaan masyarakat kota seharusnya telah dipertimbangkan sebaik

mungkin.

Diantara kelebihan dari peran pemerintah dalam menangani

persoalan perkelahian antar kelompok dari segi basis data yang mulai

terlihat maju. Dalam analisa penulis pada bab sebelumnya ditemukan

beberapa program yang tidak maksimal karena hanya bersifat seremonial

dan bersifat personal. Dari segi program seperti yang disebut diatas juga

tidak lepas dari koordinasi yang sangat minim dari beberapa lembaga

yang mengurusi perkelahian antar kelompok ini.

Page 138: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 257 › is… · Web view I.I Latar BelakangBAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Zaman kala masyarakat senantiasa

138

Walaupun sebenarnya juga pemerintah kota terlihat menunggu

persoalan membesar untuk kemudian ditangani dengan cara yang pasti

bersifat represif karena desakan kejadian.

V.II SARAN

Terkait mengenai resolusi konflik dari kejadian yang sedang

berlangsung maka penulis mengikutkan beberapa solusi dari penelusuran

pustaka dan beberapa pengalaman resolusi konflik di beberapa tempat di

Indonesia yang pertama itu:

1. Konsiliasi

Resolusi ini terwujud dengan pelibatan lembaga-lembaga tertentu

yang memungkinkan munculnya urung rembuk dalam pihak yang bertikai.

Dimungkinkan dari sini akan terdapat pengambilan keputusan. Pemerintah

kota atau setidaknya bagian terkecil hingga tingkatan tokoh masyarakat

merupakan lembaga yang paling cocok untuk memainkan peran ini.

2. Mediasi

Pihak ketiga sebagai bagian yang melihat konflik dengan kaca

mata berimbang sangat berguna untuk memunculkan win-win solution.

Bentuk ini juga sebaiknya dimainkan oleh pemerintah kota tanpa harus

memperlambat langkah dengan memainkan struktur pemerintahan

terdekat dari wilayah konflik

3. Perwasitan

Page 139: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 257 › is… · Web view I.I Latar BelakangBAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Zaman kala masyarakat senantiasa

139

Biasanya dilewati dengan jalur litigasi, tapi tidak menutup

kemungkinan dengan melibatkan pihak yang sama sekali tidak memiliki

kapasitas pelaksana hukum formal. Pada solusi ini kedua belah pihak

yang bertentangan bersepakat untukmenerima hadirnya pihak ketiga yang

akan memberikan keputusan-keputusan tertentu untuk menyelesaikan

konflik yang diantara mereka.

Walaupun konflik telah berhasil diselesaikan ketika sebuah

kejadian telah berlangsung, namun dalam analisa penulis konflik

bermunculan dengan dipenuhinya empat faktor yang disebutkan pada

BAB sebelumnya. Oleh karena itu faktor-faktor tersebut kiranya diretas

dengan solusi tanpa harus menyentuh langsung konflik yang sedang

terjadi karena secara tidak langsung itu telah menyentuk persoalan

mendasar dari konflik.

Konflik bisa diretas dengan menangani persoalan kemiskinan

terlebih dahulu. Institusi seperti KESBANG dan Dinas Sosial tidak perlu

menangani konflik secara langsung melainkan melakukan kerja sama

dengan instansi lain untuk membuka jeratan kemiskinan dalam

masyarakat. Berikut beberapa kekurangan menurut penulis yang dimiliki

oleh para pengambil kebijakan hari ini dan dari situ dijadikan acuan untuk

memangkas konflik dari akarnya:

1. Minimnya basis data pemerintah

Belum ada penelitian mendalam mengenai faktor-faktor terjadinya

konflik, setidaknya data pemerintah tidak lagi hanya berisi jumlah

Page 140: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 257 › is… · Web view I.I Latar BelakangBAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Zaman kala masyarakat senantiasa

140

perkelahian. Melainkan juga memiliki data mengenai daftar tokoh

masyarakat yang biasa menangani konflik.

2. Minimnya tindakan preventif

Pemerintah cenderung menunggu hingga masalah konflik meletus

ditengah-tengah masyarakat. Untuk itu tindakan preventif sangat

penting untuk mencegah kekerasan itu terjadi

3. Membuat pahaman yang membangun kebersamaaan tanpa sekat

kelompok

Yang perlu dipahami bahwa budaya adalah pertahanan terakhir

masyarakat kita terhadap serangan modernisasi. Budaya siri’ perlu

direvitalisasi untuk memaknainya kembali secara jernih. Pendidikan

muatan lokal di sekolah-sekolah dan kampanye budaya sangat

penting untuk membangun ikatan kekerabatan kita.

4. Meminimalisir angka kemiskinan

Inilah faktor penting yang perlu diretas untuk mencegah perkelahian

antar kelompok. Memperbaiki tata kota dengan mengatur pemukiman

penduduk yang semrawut. Tentunya kemiskinan ataupun persoalan

sosial yang lain tidak hanya bisa selesai bila melibatkan 1-2 instansi

pemerintahan dalam arti luas termasuk tokoh masyarakat juga perlu

dilibatkan. Termasuk dengan dinas tata kota misalnya yang kemudian

diharapkan mampu menciptakan suasana kota yang kondusif.

5. Membuat lapangan pekerjaan

Tindakan kriminal terjadi karena tertutupnya akses terhadap mata

pencaharian untuk bertahan hidup. Kiranya PEMKOT memperhatikan

Page 141: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 257 › is… · Web view I.I Latar BelakangBAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Zaman kala masyarakat senantiasa

141

hal tersebut demi penciptaan lapangan kerja yang bisa disentuh oleh

berbagai kalangan.

DAFTAR PUSTAKA

BukuAlthusser,Louis. Tentang Ideologi (Marxisme Strukturalis, Psikoanalisis,

Cultural Studies).Terjemahan Essay on Ideology 1984.

Jalasutra.Yogyakarta

Page 142: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 257 › is… · Web view I.I Latar BelakangBAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Zaman kala masyarakat senantiasa

142

Dom Helder. Spiral Kekerasan.Resist Book. Yogyakarta.2005

Froom, Akar Kekerasan, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2008

Jacques, Jean Rousseau, Kontrak Sosial, Terjemahan Sumarjo, Erlangga,

Jakarta. 1986

-------------. Kamus Bahasa Indonesia, DEPDIKBUD, 1996

Kartini,Kartono. Kenakalan Remaja (Patologi sosial 2). Rajawali Press.

Jakarta.2010

Kencana,Inu. Ilmu Politik.Penerbit Rineka Cipta.Jakarta. 1997

Koentjaraningrat. Pengantar Antropologi I, Rieneka Cipta, Jakarta, 2003

Lawang, Robert M Z. Pengantar Sosiologi, PT. Karunika Universitas

terbuka, Jakarta, 1985

Lexy, J Moleong, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosda

Karya, 1991

---------------. Makassar dalam Angka 2010

Ndraha,Talidziduhu. Kybernology 1 dan 2 (ilmu pemerintahan baru).

Penerbit Rineka Cipta. 2000

---------------. Petunjuk Teknis Penanganan Masalah Sosial Anak Nakal,

DEPSOS RI, 1997

Rasyid, Ryas. Makna Pemerintahan ditinjau dari Segi Etika dan

Kepemimpinan, PT. Yarsif Watampone

Ritzer dan Goodman. Teori Sosiologi Modern. Kencana. Jakarta. 2010

Sabari, Yunus. Manajemen Kota. Pustaka Pelajar.Yogyakarta.2008

Soekanto, Soerjono, Memperkenalkan Sosiologi, PT. Raja Grafindo

Persada, Jakarta, 1982

Page 143: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 257 › is… · Web view I.I Latar BelakangBAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Zaman kala masyarakat senantiasa

143

Soekanto, Soerjono, Sosiologi Suatu Pengantar, PT. Raja Grafindo

Persada, Jakarta, 2007

Suharto, Edy. Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat; Refika

Aditama. Bandung 2009.

Sukriansyah S.Latif dan Tomi Lebang, Amuk Makassar, Institute studi

arus informasi, Makassar, 1998

Sunardi, Keselamatan kapitalisme dan kekerasan, LKIS, Yogyakarta,

1996

Suryaningrat ,Bayu. Mengenal Ilmu Pemerintahan. PT.rineka

Cipta.Jakarta.1992

Tadie, Jerome. Wilayah kekerasan Jakarta. Masup. Jakarta.2009

Wahid, Sugira. Manusia Makassar

Artikel/Jurnal

Budi Hardiman, Memahami akar-akar kekerasan massa, 28 Juli 2008

--------------. Warta Titian Damai, Februari 2009

Situs

Situs resmi pemerintah kota Makassar

Situs resmi POLRI

Peraturan/Perundang-undangan

KEPMENSOS Nomor 25/huk/2003

Perda No. 3 tahun 2009 kota Makassar tentang kantor KESBANG

Perda kota Makassar nomor 22 tahun 2005 tentang pembentukan

susunan organisasi dan tata kerja dinas sosial kota Makassar.

Page 144: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 257 › is… · Web view I.I Latar BelakangBAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Zaman kala masyarakat senantiasa

144

Undang-undang 32 tahun 2004 tentang pemerintahan daerah

LAMPIRAN

Lampiran I

Page 145: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 257 › is… · Web view I.I Latar BelakangBAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Zaman kala masyarakat senantiasa

145

Peta Wilayah Kota Makassar

Lampiran II

Page 146: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 257 › is… · Web view I.I Latar BelakangBAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Zaman kala masyarakat senantiasa

146

Panduan Wawancara

Informan: Masyarakat I: penduduk sekitar1. Apakah sampai sekarang perkelahian masih sering terjadi di tempat

ini?2. Jika masih, siapa saja dan berapa jumlah orang yang sering terlibat

dalam perkelahian tersebut?3. Dengan siapa saja perkelahian itu terjadi?4. Atas dasar apa sebuah perkelahian biasa terjadi?5. Apa saja yang digunakan bila perkelahian terjadi?6. Berapa lama biasanya sebuah perkelahian itu berlangsung?7. Bagaimana sebuah perkelahian itu berlangsung?8. Siapa pemimpin dalam perkelahian tersebut?9. Pernahkah ada upaya masyarakat untuk melerai perkelahian?10. Kalau ada siapa dan bagaimana cara melerai perkelahian?11.Pernahkah ada upaya untuk mencegah perkelahian?12.Kalau ada siapa dan bagaimana upaya pencegahannya?13.Pernahkah ada pejabat yang datang untuk melihat tempat ini? 14. Apa yang seharusnya dilakukan oleh pemerintah?15.Apa harapan anda melihat kondisi yang anda lihat?

Masyarakat II: pelaku1. Dengan siapa perkelahian biasa anda lakukan?2. Kelompok mana saja yang menjadi lawan dalam perkelahian?3. Berapa kali anda ikut dalam perkelahian?4. Benda apa saja yang digunakan dalam perkelahian?5. Sampai sekarang sudah berapa jumlah korban dalam perkelahian di

tempat ini?6. Berapa lama biasanya anda melakukan perkelahian tersebut?7. Alasan apa yang biasanya mendasari perkelahian tersebut?8. Apakah ada upaya dari masyarakat sekitar untuk menghentikan

perkelahian?9. Pernahkah ada pejabat pemerintah yang datang ke tempat ini untuk

menyelesaikan pertikaian?

Masyarakat III: Pemerhati masalah kekerasan1. Apa yang mendasari perkelahian antar kelompok biasa terjadi?2. Dimana biasanya perkelahian berpotensi terjadi?3. Siapa saja yang berpotensi melakukan tindak kekerasan seperti itu?4. Mengapa kekerasan kolektif sering terjadi di kota Makassar?

Page 147: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 257 › is… · Web view I.I Latar BelakangBAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Zaman kala masyarakat senantiasa

147

5. Apakah budaya merupakan alasan kekerasan terjadi di kota Makassar?

6. Bagaimana cara untuk menghentikan tindak perkelahian tersebut?7. Apa harapan anda melihat situasi ini di kota Makassar8. Bagaimana seharusnya pemerintah bertindak?

Informan: Kepolisian Reserse dan Kriminal1. Apa saja peran kepolisian dalam menghadapi perkelahian antar

kelompok?2. Apakah ada kerja sama dengan pemerintah dalam menghadapi

perkelahian antar kelompok?3. Apa yang seharusnya dilakukan oleh pemerintah dalam menangani

persoalan ini?

Informan: Pemerintah Kota dan DINSOS (Kantor KESBANG Kota Makassar)

1. Apa yang mendasari perkelahian antar kelompok terjadi?2. Siapa saja yang biasa melakukan perkelahian tersebut?3. Apa dampak perkelahian tersebut bagi pemerintah kota?4. Apa upaya pemerintah untuk menangani persoalan tersebut?5. Apa yang seharusnya dilakukan oleh masyarakat sekitar?6. Apakah ada perda mengenai kekerasan massa seperti itu?