Post on 13-Nov-2020
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pembangunan Nasional Indonesia telah mempunyai arah dan tujuan yang
jelas dan terarah, yaitu untuk mencapai suatu keadaan masyarakat Indonesia
yang adil dan makmur secara merata baik materil maupun spiritual. Indonesia
adalah negara yang berdasar atas hukum (rechtsstaat). yaitu Negara Indonesia
berdasar atas hukum (rechtsstaat), dan tidak berdasarkan pada kekuasaan
belaka (machtsstaat). Kalimat tersebut mempunyai makna bahwa Republik
Indonesia ialah negara hukum yang demokratis, menjunjung tinggi hak asasi
manusia dan menjamin segala warga negara bersamaan kedudukannya di dalam
hukum dan pemerintahan, serta wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu
dengan tidak ada kecualinya.1
Penegakan hukum dalam negara hukum seperti Indonesia, merupakan hal
yang penting untuk dapat menciptakan keadilan dalam masyarakat sesuai
dengan tujuan pembangunan Nasional Indonesia. Pengadilan merupakan
lembaga yang tepat untuk penegakan hukum tersebut karena pengadilan adalah
suatu badan peradilan yang merupakan tumpuan harapan untuk mencari
keadilan dan merupakan jalan yang terbaik untuk menyelesaikan seluruh
perkara dalam negara hukum.2
Di Indonesia hukum dipandang sebagai panglima hukum terhadap pelaku
tindak pidana. Salah satu tindak pidala adalah pengeroyokan. Tindak pidana
1C.S.T. Kansil. 1989.Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka.
Hal. 346 2Ibid.,hal 56
2
pengeroykan akhir-akhir ini banyak terjadi karena tindakan dari seseorang
kepada orang lain di luar batas kewajaran. Tindak pidana yang sering terjadi
adalah pengeroyokan yang diatur dalam kitab undang-undang hukum pidana
yaitu pasal 170 kuhp. Biasanya tindak pidana pengeroyokan di lakukan lebih
dari satu orang pelaku dan sudah direncanakan menggunakan alat seperti
balok,kayu atau senjata tajam lainnya.3
Hakim dalam melakukan pemeriksaan terhadap terdakwa pelaku tindak
pidana pengeroyokan, senantiasa memperlakukan dan memperhatikan terdakwa
sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, sehingga terpenuhi
hak-hak terdakwa sebagaimana yang tercantum dalam KUHAP yang salah
satunya adalah pasal (51 KUHAP)4 yang di mana berbunyi “tersangka berhak
untuk di beritahukan dengan jelas dalam bahasa yang di mengerti olehnya
tentang apa yang disangkakan kepadanya pada waktu pemeriksaanya di mulai”
Akibat dari terjadinya suatu perbuatan tindak pidana adanya pihak yang
dirugikan yakni korban. Salah satu akibat dari korban tindak pidana yang
mendapat perhatian adalah penderitaan, kerugian mental, kerugian fisik,
kerugian sosial.Dari korban dapat di terpenuhi prilaku kita sehari-hari
dipengaruhi oleh banyak norma yang tidak tercantum dalam undang-undang,
yang kadang-kadang tidak diakui oleh hukum dan bahkan tidak diungkapkan,
hanya sebagian norma-norma yang mengatur perilaku manusia adalah norma
3Leden Marpaung. 1992. Proses Penanganan Perkara Pidana. Jakarta:Sinar Grafika.
4Damang . 2011. Hak-hak Tersangka Terdakwa Secara Umum Dalam KUHAP.
http//www.damang.web.id hak-hak-tersangka-terdakwa-secara-umum-dalam-kuhap. Diakses
tanggal 28Maret 2016 pukul 20.00
3
hukum, yaitu yang oleh pembentuk undang-undang dimasukkan dalam
ketentuan undang-undang dan diterapkan oleh hakim dalam persengketaan.
Salah satu peraturan perundang-undangan yang berlaku di Negara
Republik Indonesia ini yang melarang terjadinya suatu tindak pidana adalah
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP), yang mengatur jenis-jenis
tindak pidana yang bersifat umum. Diantara tindak pidana yang terjadi adalah
tindak pidana pengeroyokan (Pasal 170 (1) KUHP). Perbuatan tersebut
termasuk unsur diancam pidana oleh undang-undang dan kesalahan yang dapat
dipertanggungjawabkan. Maka dibutuhkan pembuktian dihadapan hakim,
sehingga hakim memegang peranan penting dalam pembuktian apakah
seseorang bersalah atau tidak5
Dalam kasus perkara pada Putusan No.559/Pid.B/2014.PN.Mlg tentang
tindak pidana pengeroyokan sebagaimana diatur dan di ancam Pidana susuai
dengan Pasal 170 (1) KUHP. Penuntut umum didalam isi berkas dakwaan
menuntut menjatuhkan pidana terhadap terdakwa Abdullah alias Aziz alias
Wasis dan Ahmad Risky Husti alias Ambon dengan pidana penjara selama 1
(satu) tahun. hal ini sangat berbeda jauh dari pemidanaan pasal 170 ayat (1)
yaitu 5 (lima) tahun 6 (enam) bulan. Jika dilihat dari fakta-fakta yang terbukti di
persidangan perbuatan pelaku tersebut merupakan tindak pidana yang
mengakibatkan korbannya kehilangan nyawa.
Padahal dalam lingkungan pelaksanan tugas aparatur penegak hukum,
yaitu Kepolisian, Kejaksaan dan Pengadilan, masing-masing memiliki
5D.E Wijayanto. 2014.Analisis Yuridis Tindak Pidana Pengeroyokan.
http//www.jurnal.unisla.com. Diakses tanggal 16 Maret 2016 pukul 21.43 WIB.
4
kewenangan dan tindakan yang berbeda yaitu meliputi penyelidikan,
penyidikan, penuntutan, pemeriksaan di pengadilan, sampai pada pelaksanaan
putusan hakim. Dalam hal ini kejaksaan menduduki posisi kunci karena dalam
proses penyelesaian suatu perkara, jaksa penuntut umum mempunyai fungsi
yang berada di tengah-tengah penyidik dan hakim. Penuntut umum adalah
instansi yang diberi wewenang oleh undang-undang untuk melakukan
penuntutan dan melaksanakan putusan serta penetapan pengadilan.
Salah satu wewenang penuntut umum adalah melakukan penuntutan,
namun sebelum melakukan penuntutan, seorang penuntut umum harus
melakukan prapenuntutan yaitu tindakan penuntut umum untuk memberi
petunjuk dalam rangka penyempurnaan penyidikan oleh penyidik.6 Dalam hal
ini penuntut umum melakukan penelitian terhadap berkas perkara yang diterima
dari penyidik untuk mengetahui apakah telah memenuhi kelengkapan formal
dan material, kemudian dari hasil penyidikan inilah penuntut umum akan
menyusun surat dakwaan. Penuntut umum dalam membuat surat dakwaan harus
jelas dan sesuai dengan fakta-fakta yang ada surat dakwaan harus memenuhi
syarat formil dan materil.
Dalam kasus perkara pada Putusan No.559/Pid.B/2014.PN.Mlg tentang
tindak pidana pengeroyokan. Lemahnya dakwaanpenuntut umum yang
memberikan pasal 170 (1) KUHP dengan hukuman 1 (tahun) kurungan penjara
hal ini sangat kurang efektif seharusnya penuntut umum bisa memberikan
hukuman lebih berat dari dakwaan seharunya, karena bila di lihat dari fakta-
6Andi Hamzah. 1987. Surat Dakwaan. Bandung : Alumni. Hal. 160-161
5
fakta yang sebenarna bahwa pengeroyokan yang di lakukan terdakwa Abdullah
alias Aziz alias Wasis dan Ahmad Risky Husti alias Ambon adalah salah satu
tindak pidana pengeroyokan dan berat karena menyebahkan seseorang
menalami luka-luka bahkan setelah beberapa hari kemudian korban meninggal
dunia. Lagipula dalam kenyataannya para terdakwa melakukan tindakan
pengerokan tersebut di pengaruhin oleh minuman berakohol yang di minum
beramai-ramai sebelum korban mengalami pengeroyokan hal ini di mata hukum
sudah salah apalagi sebelum pengeroyokan terjadi para terdakwa dan teman-
temannya merencanakan pengeroyokan.
Dalam uraiaan kasusnya dalam berkas putusan para terdakwa dan teman-
temannya berkumpul di rumah salah satu terdakwa untuk pesta minumam keras
dan melakukan pengeroyokan terhadap korban. Maka dari itupenuntut umum
harus lebih teliti dan jelas dalam memberikan dakwaanagar hakim bisa
mengambil keputusan sesuai dengan apa yang seharusnya dalam hal ini begitu
juga dengan hakim yang memberikan hukuman lebih ringan dari dakwaan
penuntut umum seharusnya hakim lebih teliti dalam mengambil keputusan
walaupun memang hakim dalam putusannya ada hal yang memberatkat dan
meringankan tetapi pada hakekatnya hakim, mempunyai tugas memeriksa,
menyelesaikan, dan memutus setiap perkara yang diajukan kepadanya. Hakim
harus dapat memberikan putusan yang seadil-adilnya, yang dapat
dipertanggungjawabkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, dan
masyarakat.
6
Dari putusan tersebut penulis tertarik mengakat masalah karena beberapa
aspek antara lain
Pertama salahnya penerapan pasal yang di berikan oleh hakim yang
memutus dengan pasal 170 (1) seharusnya hakim bisa memberikan dan
memutus lebih berat dari seharunya karena di lihat dari faktanya bahwa korban
setelah terjadi pengeroyokan korban meninggal dunia seharusnya bisa
menghukum lebih berat dan memberikan pasal 170 (2) ke (3e)
Kedua tidak konsistennya pertimbangan hakim dengan fakta di
persidangan bahwa di lihat dari kasus posisi yang korban mengalami
pendarahan setelah pemukulan tetapi pada persidangan di sebutkan korban
tidak mengalami pendarahan pada saat pemukulan.
Dalam menjatuhkan putusan pidana, hakim harus mempertimbangkan
tujuan dari pemidanaan itu sendiri, yaitu membuat pelaku tindak pidana jera
dan tidak akan mengulangi perbuatannya lagi. Hakim tidak boleh hanya
memperhatikan kepentingan seseorang sebagai pelaku tindak pidana.
Dari paparan masalah di atas maka penulis dalam tugas akhir hendak menganalis
kasus tersebut dengan judul „‟PENULISAN HUKUM ANALISIS YURIDIS
PUTUSAN PENGADILAN DALAM TINDAK PIDANA KEKERASAN YANG
DI LAKUKAN SECARA BERSAMA-SAMA DI TINJAU DARI ASPEK
KEPASTIAN DAN KEADILAN HUKUM‟‟ (Studi Putusan Nomor
559/Pid.B/2014/PN.Mlg)
7
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah penerapan pasal 170 (1) KUHP dalam putusan nomor
559/Pid.B/2014/PN.Mlg mengenai tindak pidana kekerasan yang di
lakukan secara bersama-sama yang di tinjau dari aspek kepastian dan
keadilan hukum.?
2. Bagaimanakah kesesuaian antara penerapan pasal, pertimbangan hakim dan
penjatuhan putusan pidana kepada terdakwa kasus pidana kekerasan yang
di lakukan secara bersama-sama dengan putusan pemidanaan 11 (sebelas)
bulan penjara dalam putusan Nomor : 559/Pid.B/2014/PN.Mlg
C. Tujuan Penelitian
Suatu penelitian harus mempunyai tujuan yang jelas. Tujuan penelitian
adalah untuk memecahkan agar suatu penelitian agar lebih terarah dalam
menyajikan data akurat dan dapat memberikan manfaat. Berdasarkan hal
tersebut maka penulisan hukum ini mempunyai tujuan sebagai berikut
1. Mengetahui bagaimana penerapkan pasal 170 (1) KUHP dalam putusan
nomor 559/Pid.B/2014/PN.Mlg mengenai tindak pidana kekerasan yang
di lakukan secara bersama-samayang di tinjau dari aspek kepastian dan
keadilan hukum.
2. Mengetahui pemenuhan kesesuaian antara penerapan pasal,
pertimbangan hakim dan penjatuhan pidana dalam putusan Nomor :
559/Pid.B/2014/PN.Mlg. dilihat berdasarkan aspek yang tercantum
8
dalam putusan, seperti fakta-fakta yang terbukti di persidangan dan
pertimbangan hakim.
D. Manfaat Penelitian
Dengan tercapainya tujuan dari penelitian ini, maka Penulis berharap
penelitian ini bisa memberikan manfaat dalam aspek-aspek sebagai berikut:
1. Aspek Akademis
Hasil dari penelitian ini mampu menjadi sumbangan wacana
pengetahuan mengenai hal-hal yang berhubungan dengan pidana
khususnya tindak pidana kekerasan yang di lakukan secara bersama-
samaTerutama terhadap dakwaan penuntut umum dan pertimbangan
hakim guna terwujudnya aspek kepastian dan keadilan hukum.
2. Aspek Praktis
Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu
acuan atau referensi bagi mahasiswa, akademisi, masyarakat, dan
pihak lembaga peradilan terkait tuntutanserta pertimbangan hakim
yang menyebabkan timbulnya ketidaksesuaian dalam memberian
putusan dalam putusan nomor 559/Pid.B/2014.PN.Mlg
E. Kegunaan Penelitian
Dengan tercapainya penelitian ini, maka Penulis berharap penelitian ini
dapat memberikan beberapa kegunaan diantaranya :
1. Kegunaan Praktis
9
a. Bagi Penulis
Karya tulis ini dibuat dengan harapan dapat memberikan beberapa
pemahaman dan sumbangsih pemikiran mengenai penerapan pasal
yang digunakan oleh penuntut umum dalam dakwaannya serta
pertimbangan hukum yang digunakan oleh hakim yang menimbulkan
ketidaksesuaian dalam memberikan putusan
b. Bagi Instansi Penegak Hukum
Karya tulis ini dibuat dengan harapan dapat memberikan
sumbangsih pemikiran yang dapat digunakan oleh instansi penegak
hukum sebagai wacana untuk membenahi penegakan hukum sesuai
dengan peraturan perundang-undangan.
c. Bagi Masyarakat
Karya tulis ini dibuat dengan harapan dapat memberikan
pengetahuan kepada masyarakat terhadap kasus-kasus yang
berhubungan dengan tindak pidana pengeroyokan serta sebagai
wacana pengetahuan terhadap masyarakat mengenai penerapan aspek
kepastian dan keadilan hukum dalam putusan hakim.
2. Kegunaan Teoritis
Karya tulis ini dibuat dengan harapan dapat memberikan
pandangan, manfaat serta sumbangsih yang benar-benar berguna bagi
pihak akademisi, instansi penegak hukum, masyarakat maupun
penulis terhadap rangkuman permasalahan yang diangkat dalam karya
tulis ini.
10
F. Metode Penulisan
Penulisan karya ilmiah ini akan dibuat dalam bentuk penelitian yang juga
membutuhkan beberapa terapan ilmu demi memudahkan tercapainya
penelitian yang ilmiah dan dapat menjadi sumber data dan sumber ilmu yang
akurat. Penelitian dalam ilmu hukum adalah keseluruhan aktivitas berdasarkan
disiplin ilmiah untuk mengumpulkan, mengklasifikasikan, menganalisis dan
menginterpretasi fakta serta hubungan di lapangan hukum yang relevan bagi
kehidupan hukum, dan berdasarkan pengetahuan yang diperoleh dapat
dikembangkan prinsip-prinsip ilmu pengetahuan dan cara-cara ilmiah untuk
menanggapi berbagai fakta dan hubungan tersebut7. Penulis menggunakan
metode penelitian yang dapat mendukung karya tulis ini diantaranya :
1. Penelitian Hukum Normatif ( normatif legal research)
Untuk mencapai tujuan sesuai dengan harapan penulis maka penulis
menggunakan penelitian yuridis normatif. Penelitian yuridis normatif
membahas doktrin-doktrin atau asas-asas dalam ilmu hukum.8
a. Metode Pendekatan
Metode pendekatan yang digunakan oleh penulis ialah metode
pendekatan yuridis normatif.Sesuai dengan rumusan masalah
dalam karya tulis ini maka metode pendekatan yuridis normatif ini
akan dibahas oleh penulis berdasarkan bahan hukum kepustakaan.
7Zainudin Ali. 2013. Metode Penelitian Hukum (Cetakan keempat).Jakarta: Sinar Grafika. hal. 18.
Berdasarkan sumber dari Teuku Mohammad Radhie. Penelitian Hukum dalam Pembinaan dan
Pembaharuan Hukum Nasional. Makalah. Disampaikan dalam Seminar Hukum Nasional ke III.
(Jakarta: BPHN, Departemen Kehakiman, 1974). hal. 14 8Ibid., hal.24
11
b. Jenis Bahan Hukum
1) Bahan Hukum Primer, bahan hukum pertama dan sangat
penting yang digunakan oleh penulis.Penulis akan
menggunakan Putusan Nomor 559/Pid.B/2014.PN.Mlg tentang
tindak pidana pengeroyokan serta beberapa peraturan yang
dimungkinkan penggunaannya dalam pembahasan.
2) Bahan hukum Sekunder, merupakan sumberdata yang memiliki
posisi kedua, tepat setelah data primer. Sebagai data sekunder
peneliti menggunakan beberapa sumber, diantaranyabuku,
jurnal, karya ilmiah maupun majalah serta surat kabar, artikel,
putusan dan pendapat para ahli yang memiliki relevansi
terhadap permasalahan yang diangkat oleh penulis.
3) Bahan Hukum Tersier
Merupakan bahan hukum penunjang yang dapat digunakan
penulis sebagai bahan hukum penunjang untuk dijadikan
sebagai penjelasan maupun petunjuk mengenai sumber hukum
primer dan sumber hukum sekunder, seperti ensiklopedi,
kamus dan lain sebagainya.
c. Teknik Pengumpulan Bahan Hukum
1) Studi Dokumen, dalam penelitian ini penulis akan mengkaji
tentang putusan pengadilan, melakukan pengkajian dari
beberapa sumber yang berkaitan erat dengan putusan Nomor :
559/Pid.B/2014.PN.Mlg tentang tindak pidana
12
pengeroyokan.putusan tersebut didapatkan oleh penulis dari
Websitedirektori putusan Mahkamah Agung pada kolom
Pidana milik Pengadilan Negeri Malang
2) Studi Pustaka, dalam penelitian ini penulis akan mengkaji dari
beberapa sumber data kepustakaan (library research) yang
berhubungan dengan Putusan Nomor : 559/Pid.B/2014.PN.Mlg
tentang tindak pidana pengeroyokan Pada studi pustaka ini
maka penulis akan mengaitkan putusan tersebut dengan aspek
kepastian dan keadilan hukum yang akan dilihat dari penulis
dari segi barang bukti, lamanya penggunaan, pasal yang
didakwakan, pertimbangan hakim hingga pengenaan pasal yang
diputus oleh hakim terhadapputusan tersebut.Bukan hanya itu
akan tetapi penulis juga akan menganalisis putusan tersebut
apakah sesuai antara dakwaan dengan pasal yang digunakan
hakim dalam putusan atau putusan tersebuttelah sesuai dengan
kebebasan hakim dalam memeriksa dan mengadili suatu
perkara.
d. Teknik Analisa Bahan Hukum
Analisis data adalah tahap yang paling penting dan
menentukan karena dalam tahap ini terjadi proses pengolahan
data, dalam sebuah penelitian hukum normatif pengelolahan
data pada hakekatnya berarti kegiatan mengadakan sistematis
bahan-bahan hukum tertulis
13
Dalam penulisan hukum ini penulis akan menggunkan
teknis anlisis isi (content of analysis) berdasarkan prinsip logis
sistematis yang hasil penelitiannya akan di jelaskan dalam
hubungannya dengan kerangka teoritik atau tinjauan pustaka9
G. Sistematika Penulisan
Penulisan hukum ini akan di susun dalam 4 (empat) bab yang akan di bagi
dalam sub-sub bab untuk mempermudah dalam memahami materi, yang kan di
rinci sebagai berikut :
BAB I : PENDAHULUAN
Dalam bab ini penulis akan menemukakan gambaran umum
mengenai penulisan hukum yang mencakup latar belakang
maslah rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat
penelitian metode penelitian yang di gunakan, dan
sintematika penulisan hukum
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
a. Kerangka Teori
Kerangka teori yang akan menjelaskan teori-teori yang
berhubungan dengan judul . pada bab II memberikan
penjelasan mengenai tinjauan hukum tentang putusan
hakim tinjauan hukum tentang tindak pidana dan
tinjauan hukum tentang tindak pidana pengeroyokan
9Soerjono Soekanto, 1986. Pengantar Penelitian Hukum.Penerbit Universitas Indonesia.UI-Press.
Hal 251
14
b. Kerangka Pemikiran
Berisi alur pemikiran yang hendak di tempuh oleh
penulis yang di tuangkan dalam bentuk skema/bagan
BAB III : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Dalam bab ini, penulis akan menyajikan hasil penelitian
dasar pertimbangan hakim pengadilan Negri Malang dalam
memberikan putusan pemidanaan dalam perkara
pengeroyokan dengan terdakwa Abdullah alias Aziz alias
Wasis dan Ahmad Risky Husti alias Ambon dan putusan
hakim Pengadilan Negri Malang tersebut apakah sudah
sesuai dengan perundang-undangan yang yang ada
khususnya pasal 170 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
(KUHP)
BAB IV : PENUTUP
Pada bab ini berisi simpulan dari hasil penelitian beserta
saran-saran yang penulis berikan