Post on 27-Dec-2015
Laporan Kunjungan Kasus Diabetes Miletus, Hipertensi dan Obesitas Ny. S Dengan Pendekatan Kedokteran Keluarga di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Kronjo, di Desa Muncung, Kampung Gabral Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten, Periode 9 Mei 2014 – 5 Juli 2014
BAB I
PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Dokter keluarga adalah dokter praktek umum yang menyelenggarakan pelayanan primer
yang komprehensif, kontinu, mengutamakan pencegahan, koordinatif, mempertimbangkan
keluarga, komunitas dan lingkungannya dilandasi ketrampilan dan keilmuan yang mapan.
Tujuan pelayanan dokter keluarga dalam skala kecil adalah mewujudkan keadaan sehat bagi
setiap anggota keluarga dan mewujudkan keluarga sehat sejahtera. Sedangkan dalam skala besar
adalah pemerataan pelayanan yang manusiawi, bermutu, efektif, efisien, dan merata bagi seluruh
rakyat Indonesia. (Kementrian Kesehatan,2012)
Kunjungan kasus merupakan bagian dari kedokteran keluarga, yang bertujuan untuk
melaksanakan kegiatan perawatan penderita, melakukan pendidikan dan nasehat mengenai
kesehatan bagi penderita, keluarga, dan masyarakat sekitarnya, sehingga dapat mengatasi
berbagai masalah kesehatan yang dihadapi. Kunjungan kasus ini bertujuan untuk lebih mengenal
kehidupan pasien dan keluarganya sehingga diharapkan dapat mengetahui segala aspek
kehidupan pasien agar dapat membantu keberhasilan pengobatan, dimana pada kedokteran
keluarga tidak hanya melihat dari satu sudut pandang saja, tetapi secara holistik atau menyeluruh
pada segala aspek yang ada dalam diri pasien.(Azwar,2010)
Diabetes melitus (DM) adalah penyakit gangguan metabolisme karbohidrat, lemak, dan
protein yang berhubungan dengan kerusakan sekresi insulin , kerja insulin atau keduanya
ditandai dengan hiperglikemia/peningkatan kadar glukosa darah di atas nilai normal (American
Diabetes Association 2008, Awad dkk, 2013). DM Tipe 2 adalah jenis DM yang paling banyak
ditemukan di masyarakat (Trisnawati, 2013). Menurut data dari ( International
Diabetes Federation (IDF) 2012) menyebutkan bahwa lebih dari 371 juta orang di dunia
menderita penyakitdiabetes. Berdasarkan data tersebut 8,3% dari populasi di dunia
telahmengidap penyakit diabetes melitus (International working group on thediabetic
foot (IWGDF), 2012). WHO memperkirakan pada tahun
2030 jumlah penderita DM akan semakin meningkat hingga mencapai 438 jutaorang.Indonesia
sendiri menduduki peringkat ke-7 penderita diabetes terbanyak di dunia dengan jumlah penderita
mencapai 7,6 juta orang padarentang usia sekitar 20-79 tahun (IDF Atlas, 2012). Angka ini
diperkirakanakan terus meningkat mencapai 21.257.000 penderita diabetes di Indonesia pada
Bagian Ilmu Kesehatan MasyarakatFakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara 1Jakarta 2014
Laporan Kunjungan Kasus Diabetes Miletus, Hipertensi dan Obesitas Ny. S Dengan Pendekatan Kedokteran Keluarga di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Kronjo, di Desa Muncung, Kampung Gabral Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten, Periode 9 Mei 2014 – 5 Juli 2014
tahun 2030. Selain itu diabetes melitus menduduki peringkat ke enam penyebab
kematian terbesar di Indonesia (The centers for disease controland prevention (CDC ), 2012.
Pada tahun 2013, proporsi penduduk Indonesia yang berusia ≥15 tahun dengan DM adalah 6,9
persen. Prevalensi diabetes yang terdiagnosis dokter tertinggi terdapat di DI Yogyakarta (2,6%),
DKI Jakarta (2,5%), Sulawesi Utara (2,4%), dan Kalimantan Timur (2,3%). Prevalensi diabetes
yang terdiagnosis dokter atau berdasarkan gejala, tertinggi terdapat di Sulawesi Tengah (3,7%),
Sulawesi Utara (3,6%), Sulawesi Selatan (3,4%) dan Nusa Tenggara Timur (3,3%)
(Kemenkes, 2013).
Hipertensi merupakan salah satu penyakit dengan angka kesakitan yang tinggi. Dalam
skala dunia, pada tahun 2008, prevalensi keseluruhan dari hipertensi pada orang dewasa berumur
25 tahun ke atas sekitar 40% (WHO, 2013). Sedangkan prevalensi hipertensi di AsiaTenggara
mencapai 37,3% untuk laki-laki dan 34,9% untuk perempuan pada tahun
2008(WHO,2013). Menurut hasil Survey Kesehatan Rumah Tangga tahun 2008, prevalensi
hipertensi di Indonesia cukup tinggi, yaitu mencapai 16-18% dari seluruh anggota rumah tangga
(Departemen Kesehatan, 2008)
Data pasien hipertensi di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) yang
mengunjungi poli rawat jalan maupun rawat inap periode tahun 2010-2012 sebanyak lebih dari
15.000 kunjungan penderita. Berdasarkan hasil pendataan pasien hipertensi yang datang ke
puskesmas ternyata tahun 2012, terdapat 1573 pasien hipertensi di wilayah kerja Puskesmas
Kecamatan Kronjo.Angka ini menurun dibandingkan tahun 2011 berjumah 1824 orang.
(Puskesmas Kecamatan Kronjo2013 ), (Puskesmas Kecamatan Kronjo, 2013)
Obesitas merupakan penyakit metabolik yang terjadi di seluruh dunia dan secara
progresif berperan terhadap beberapa penyakit seperti Diabetes Mellitus (DM) tipe 2, hipertensi,
dislipidemia dan penyakit kardiovaskular (PKV) (1). Obesitas dikarakterisasi oleh rendahnya
regulasi keseimbangan antara asupan energy (konsumsi makanan) dan energi yang dipakai (2).
Prevalensi obesitas di seluruh dunia selalu meningkat dari tahun ke tahun.
Menurut penelitian Malnick dan Kobler (2006), dibandingkan antara tahun 1976- 1980
dengan tahun 1999-2000 terdapat peningkatan prevalensi overweight dari 46% menjadi 64,5%.
Demikian halnya dengan prevalensi obesitas yang meningkat dua kali lipat menjadi 30,5%.
World Health Organization (WHO) pada tahun 2003 mencatat bahwa sekitar satu milyar
penduduk dunia mengalami overweight dan sedikitnya 300 juta menderita obesitas secara klinis.
Bagian Ilmu Kesehatan MasyarakatFakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara 2Jakarta 2014
Laporan Kunjungan Kasus Diabetes Miletus, Hipertensi dan Obesitas Ny. S Dengan Pendekatan Kedokteran Keluarga di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Kronjo, di Desa Muncung, Kampung Gabral Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten, Periode 9 Mei 2014 – 5 Juli 2014
WHO juga memprediksikan bahwa pada tahun 2015, 2,3 milyar orang dewasa akan mengalami
overweight dan 700 juta yang mengalami obesitas.
Jumlah penduduk Indonesia yang mengalami obesitas meningkat dari tahun ke tahun.
Pada tahun 1997, hasil riset Departemen Kesehatan menunjukkan bahwa 17,5% jumlah orang
dewasa di Indonesia termasuk kategori kelebihan berat badan dan 4,7% (9,8 juta jiwa) termasuk
kategori obesitas. Sedangkan dari hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Indonesia tahun 2010
menunjukkan angka kelebihan berat badan dan obesitas pada penduduk dewasa di atas usia 18
tahun besarnya 21,7%, dimana 11,7% (27,7 juta jiwa) adalah obesitas.
Apabila dibandingkan dengan data pada tahun 1998, angka kejadian obesitas pada pria
meningkat hingga mencapai 9,16% (1998 : 2,5%) dan 11,02% pada wanita (1998 : 5,9%)
(HISOBI, 2004). Prevalensi nasional obesitas umum (usia >15 tahun) di Indonesia diperkirakan
sebesar 19,1% (8,8% overweight dan 10,3% obes) dan prevalensi obesitas sentral sebesar 18,8%
(KemenKes, 2010). Prevalensi obesitas nasional di Indonesia lebih besar pada wanita (23,8%)
dibanding pria (13,9%). Jadi, terdapat peningkatan cukup tinggi angka penduduk yang
mengalami obesitas di Indonesia.
Alasan penulis mengunjungi pasien ini karena pasien ini menderita diabetes melitus,
disertai dengan hipertensi yang tidak terkontrol disertai obesitas. Pasien juga baru mulai rutin
berobat ke puskesmas dalam 5 bulan terakhir setelah 5 bulan yang lalu ibu pasien meninggal
karena DM. Dalam 5 bulan itu pun pasien mengaku terkadang tidak kotrol dikarenakan rumah
pasien jauh dan tidak ada yang mengantar. Dan pasien tidak mengetahui secara jelas sebenarny
apa penyakit yang dideritanya tersebut dan apa komplikasi dari penyakitnya. Pasien hanya tahu
harus minum obat rutin agar tidak terkena stroke., dan juga tidak ada upaya pasien untuk
menurunkan berat badan. Selain itu dikhawatirkan dapat terjadi berbagai komplikasi akibat
penyakit yang dideritanya tersebut.
I.2. Perumusan Masalah
I.2.1. Pernyataan Masalah
Tidak tercapainya penurunan kadar glukosa, tekanan darah, dan berat badan setelah
berobat ke puskesmas selama 3 tahun.
I.2.2. Pertanyaan Masalah
Bagian Ilmu Kesehatan MasyarakatFakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara 3Jakarta 2014
Laporan Kunjungan Kasus Diabetes Miletus, Hipertensi dan Obesitas Ny. S Dengan Pendekatan Kedokteran Keluarga di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Kronjo, di Desa Muncung, Kampung Gabral Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten, Periode 9 Mei 2014 – 5 Juli 2014
Apakah faktor-faktor yang menyebabkan Gula darah, tekanan darah dan berat badan
Ny.S tidak terkontrol?
Apakah faktor internal & eksternal yang mempengaruhi kondisi kesehatan Ny S ?
Apakah alternatif jalan keluar dari masalah yang dihadapi oleh Ny.S?
I.3. Tujuan
I.3.1. Tujuan Umum
Terkontrolnya gula darah serta tekanan darah Ny S dan tercapainya penurunan berat badan.
I.3.2.Tujuan Khusus
Diketahuinya faktor-faktor yang menyebabkan Glukosa darah Ny. S tidak terkontrol
Diketahuinya faktor-faktor yang menyebabkan Tekanan darah Ny S tidak terkontrol.
Diketahuinya faktor-faktor yang menyebabkan Berat badan Ny. S tidak menurun
Diketahuinya faktor-faktor internal & eksternal yang mempengaruhi kondisi kesehatan Ny. S ?
Diketahuinya jalan keluar untuk memecahkan masalah kesehatan yang dihadapi oleh Ny.S.
Bagian Ilmu Kesehatan MasyarakatFakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara 4Jakarta 2014
Laporan Kunjungan Kasus Diabetes Miletus, Hipertensi dan Obesitas Ny. S Dengan Pendekatan Kedokteran Keluarga di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Kronjo, di Desa Muncung, Kampung Gabral Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten, Periode 9 Mei 2014 – 5 Juli 2014
BAB II
KERANGKA TEORI
II. 1. Definisi Hipertensi
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana upaya penurunan tekanan darah akan
memberikan manfaat lebih besar dibandingkan dengan tidak melakukan upaya tersebut.
Penatalaksanaan hipertensi bertujuan untuk menurunkan morbiditas dan mortalitas akibat
kerusakan target.
II. 2. Klasifikasi Hipertensi
Diagnosis hipertensi ditegakkan bila tekanan darah ≥140/90. Tingkatan hipertensi
ditentukan berdasarkan ukuran tekanan darah sistolik dan diastolik.
Tabel II.1. Klasifikasi Hipertensi ( JNC 8 )
Kategori TD Sistolik TD Diastolik
Optimal <120 Dan/atau <80
Normal 120-129 Dan/atau 80-84
Normal Tinggi 130-139 Dan/atau 85-89
HT Tk. 1 140-159 Dan/atau 90-99
HT Tk. 2 160-179 Dan/atau 100-109
HT Tk. 3 ≥180 Dan/atau ≥110
HT Isolated systolic ≥140 Dan/atau <90
II. 1.2 Risiko Kardiovaskuler
Pendekatakan untuk mengurangi kejadian penyakit kardio-serebro-vaskuler diterapkan
melalui penilaian faktor resiko global kardiovaskuler. Strategi terapi hipertensi tidak hanya
menilai derajat tekanan darah namun juga mempertimbangkan faktor resiko kardiovaskuler total.
Model stratifikasi faktor resiko global kardiovaskuler membagi penderita hipertensi menjadi
resiko rendah, sedang, tinggi, dan sangat tinggi untuk mengalami penyakit kardiovaskuler dalam
10 tahun ke depan.
Bagian Ilmu Kesehatan MasyarakatFakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara 5Jakarta 2014
Laporan Kunjungan Kasus Diabetes Miletus, Hipertensi dan Obesitas Ny. S Dengan Pendekatan Kedokteran Keluarga di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Kronjo, di Desa Muncung, Kampung Gabral Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten, Periode 9 Mei 2014 – 5 Juli 2014
Tabel II. 1. 2 Model Stratifikasi Faktor Risiko Global Kardiovaskuler
Faktor risiko lain,
kerusakan organ
target atau
penyakit
Tekanan Darah ( mmHg )
Normal tinggi
TDS 130-139 atau
TDD 85-89
Hipertensi derajat
1 TDS 140-159
atau TDD 90-99
Hipertensi derajat
2 TDS 160-179
atau TDD 100-109
Hiperteni derajat 3
TDS ≥180 atau
TDD ≥110
Tidak ada faktor
resiko lain
Risiko rendah Risiko sedang Risiko tinggi
1-2 faktor risiko Risiko rendah Risiko sedang Risiko sedang
dampai tinggi
Risiko tinggi
≥3 faktor risiko Risiko rendah
sampai sedang
Risiko sedang
sammpai tinggi
Risiko tinggi Risiko tinggi
Kerusakan organ,
PGK derajat 3atau
DM
Risiko sedang
samai tinggi
Risiko tinggi Risiko tinggi Risiko tinggi
sampai sangat
tinggi
PKV simstomatik,
PGK derajat ≥4
atau DM dengan
kerusakan
organ/faktor risiko
Tabel II. 1.3 Faktor selain TD yang Mempengaruhi Prognosis yang digunakan pada
Stratifikasi Faktor Risiko GLobal Kardiovaskuler
Faktor Risiko
Laki laki
Umur ( laki-laki ≥55 tahun ; perempuan ≥65 tahun )
Merokok
Dislipedmia
- Kolesterol Total > 190mg/dL , dan/atau
-Kolesterol LDL > 115 mg/dL , dan/atau
-Kolesterol HDL : laki-laki <40mg/dL ; perempuan <46mg/dL , dan/atau
-Trigliserida >150mg/dL
Gula darah puasa 102-125 mg/dL
Uji toleransi glukosa abnormal
Obesitas (Indeks Masa Tubuh ≥25kg/m2
Bagian Ilmu Kesehatan MasyarakatFakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara 6Jakarta 2014
Laporan Kunjungan Kasus Diabetes Miletus, Hipertensi dan Obesitas Ny. S Dengan Pendekatan Kedokteran Keluarga di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Kronjo, di Desa Muncung, Kampung Gabral Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten, Periode 9 Mei 2014 – 5 Juli 2014
Riwayat keluarga PKV dini ( laki-laki usia <55 tahun ; perempuan usia <65 tahun)
Kerusakan organ asimptomatik
Tekanan nadi ≥ 60mmHg (pada usia tua)
Hipertrofi ventrikel kiri dari EKG (indeks Sokolow Lyon) atau
Hipertrofi venntrikel kiri dari ekokardiografi (massa ventrikel kiri : laki-laki >115g/m2 ; perempuan
95g/m2 )
Penebalan dinding karotis ( IMT >0,9mm atau plak
Carotid-femoral PWV > 10m/s
Indeks Ankle Brachial <0,9
PGK dengan eGFR <60ml/menit/1,73m2
Mikroalbuminuria (30-300mg/24jam), atau rasio albumin-kreatinin (30-300mg/g ; 3,4-34mg/mmol),
disarankan untuk pengambilan pada urin pagi hari
Diabetes Melitus
GDP ≥ 126mg/dL atau GDS ≥200mg/dL dengan gejala klasik DM atau
GDP ≥126mg/dL atau GDS ≥200mg/dL dalam 2 kali pemeriksaan atau
Kadar gula plasma 2 jam pada TTGO ≥200mg/dL atau
HbA1c >6,5%
Penyakit kardiovaskuler atau ginjal yang sudah terdiagnosis
Penyakit serebrovaskuler : stroke iskemik, stroke perdarahan, TIA
Penyakit jantung koroner : infark miokard, angina, revaskularisasi miokardial dengan PCI atau CABG
Gagal jantung
Penyakit pembuluh darah perifer ekstremitas bawah yang simptomatis
PGK dengan eGFR <60mL.menit.1,73m2 , proteinuria (>300mg/24jam)
Retinopati lanjut : perdarahan, ekksudat, papiledema
Keterangan : CABG = coronary artery bypass graft; eGFR=estimated glomerular filtration rate;
HbA1c = glycated haemoglobin; PCI = percutaneous coronary intervention; PWV= pulse wave
velocity
II.2. Diabetes Melitus
Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit kronis yang ditandai dengan hiperglikemia
dan intoleransi glukosa yang terjadi karena kelenjar pankreas tidak dapat memproduksi insulin
secara adekuat yang atau karena tubuh tidak dapat menggunakan insulin yang diproduksi secara
efektif atau kedua-duanya. Diabetes Melitus diklasifikasikan menjadi DM tipe 1, yang dikenal
sebagai insulin-dependent atau childhood onset diabetes, ditandai dengan kurangnya produksi
Bagian Ilmu Kesehatan MasyarakatFakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara 7Jakarta 2014
Laporan Kunjungan Kasus Diabetes Miletus, Hipertensi dan Obesitas Ny. S Dengan Pendekatan Kedokteran Keluarga di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Kronjo, di Desa Muncung, Kampung Gabral Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten, Periode 9 Mei 2014 – 5 Juli 2014
insulin dan DM tipe 2, yang dikenal dengan non-insulin-dependent atau adult-onset diabetes,
disebabkan ketidakmampuan tubuh menggunakan insulin secara efektif yang kemudian
mengakibatkan kelebihan berat badan dan kurang aktivitas fisik. Sedangkan diabetes gestasional
adalah hiperglikemia yang diketahui pertama kali saat kehamilan
Tingginya prevalensi DM yang sebagian besar tergolong dalam DM tipe 2 disebabkan
oleh interaksi antara faktor-faktor kerentanan genetis dan paparan terhadap lingkungan. Faktor
lingkungan yang diperkirakan dapat meningkatkan risiko DM tipe 2 adalah perpindahan dari
pedesaan ke perkotaan atau urbanisasi yang kemudian menyebabkan perubahan gaya hidup
seseorang. Di antaranya adalah kebiasaan makan yang tidak seimbang akan menyebabkan
obesitas. Kondisi obesitas tersebut akan memicu timbulnya DM tipe 2. Pada orang dewasa,
obesitas akan memiliki risiko timbulnya DM tipe 2 4 kali lebih besar dibandingkan dengan orang
dengan status gizi normal.
Selain pola makan yang tidak seimbang dan gizi lebih, aktivitas fisik juga merupakan
faktor risiko mayor dalam memicu terjadinya DM. Latihan fisik yang teratur dapat meningkatkan
kualitas pembuluh darah dan memperbaiki semua aspek metabolik, termasuk meningkatkan
kepekaan insulin serta memperbaiki toleransi glukosa.
II.2.1 Klasifikasi Diabetes Melitus
Diabetes tipe 1 biasanya terjadi sejak usia kecil. Tetapi kebanyakannya didiagnosis pada
usia lebih 20 tahun. Pada diabetes mellitus tipe 1, badan kurang atau tidak menghasilkan insulin.
Ini mungkin karena masalah genetic, virus atau penyakit autoimun. Injeksi insulin diperlukan
setiap hari untuk pasien diabetes mellitus tipe 1. Diabetes tipe 2 adalah lebih umum dari diabetes
mellitus tipe 1. Biasanya terjadi pada usia dewasa tetapi remaja juga banyak didiagnosa dengan
diabetes tipe 2 sejak kebelakangan ini. Kebanyakan kasus diabetes mellitus adalah kasus diabetes
tipe 2. Pankreas tidak menghasilkan cukup insulin agar kadar gula darah normal, selalunya
karena badan tidak respon terhadap insulin. Ramai yang tidak tahu mereka menderita diabetes
mellitus tipe 2. Diabetes tipe 2 menjadi semakin umum oleh karena factor resikonya yaitu
obesitas dan kekurangan olahraga.Gestasional diabetes adalah kadar gula darh tinggi yang terjadi
semasa masa kehamilan pada wanita yang tidak mempunyai diabetes mellitus. Wanita yang
Universitas Sumatera Utaramempunyai gestasional diabetes bisa mendapat diabetes mellitus tipe
2 dan penyakit kardiovaskuler (David Zieve, 2009).
Bagian Ilmu Kesehatan MasyarakatFakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara 8Jakarta 2014
Laporan Kunjungan Kasus Diabetes Miletus, Hipertensi dan Obesitas Ny. S Dengan Pendekatan Kedokteran Keluarga di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Kronjo, di Desa Muncung, Kampung Gabral Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten, Periode 9 Mei 2014 – 5 Juli 2014
Tabel II.2.1 Klasifikasi Diabetes Melitus
II. 2.2 Penegakan Diagnosis
Diagnosis DM ditegakkan atas dasar pemeriksaan kadar glukosa darah. Diagnosis tidak
dapat ditegakkan atas dasar adanya glukosuria. Guna penentuan diagnosis DM, pemeriksaan
glukosa darah yangdianjurkan adalah pemeriksaan glukosa secara enzimatik dengan bahandarah
plasma vena. Penggunaan bahan darah utuh (whole blood), vena,ataupun kapiler tetap dapat
dipergunakan dengan memperhatikan angka-angka kriteria diagnostik yang berbeda sesuai
pembakuan oleh WHO. Sedangkan untuk tujuan pemantauan hasil pengobatan dapat dilakukan
dengan menggunakan pemeriksaan glukosa darah kapiler dengan glukometer.
II. 2.3. Diagnosis Diabetes Melitus
Berbagai keluhan dapat ditemukan pada penyandang diabetes. Kecurigaan adanya DM
perlu dipikirkan apabila terdapat keluhan klasik DM seperti di bawah ini:
Keluhan klasik DM berupa: poliuria, polidipsia, polifagia, dan penurunan berat badan
yang tidak dapat dijelaskan sebabnya
Keluhan lain dapat berupa: lemah badan, kesemutan, gatal, mata kabur, dan disfungsi
ereksi pada pria, serta pruritus vulvae pada wanita
Bagian Ilmu Kesehatan MasyarakatFakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara 9Jakarta 2014
Laporan Kunjungan Kasus Diabetes Miletus, Hipertensi dan Obesitas Ny. S Dengan Pendekatan Kedokteran Keluarga di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Kronjo, di Desa Muncung, Kampung Gabral Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten, Periode 9 Mei 2014 – 5 Juli 2014
Diagnosis DM dapat ditegakkan melalui tiga cara:
1. Jika keluhan klasik ditemukan, maka pemeriksaan glukosa plasma sewaktu >200 mg/dL
sudah cukup untuk menegakkan diagnosis DM
2. Pemeriksaan glukosa plasma puasa ≥ 126 mg/dL dengan adanya keluhan klasik.
3. Tes toleransi glukosa oral (TTGO). Meskipun TTGO dengan beban 75 g glukosa lebih
sensitif dan spesifik dibanding dengan pemeriksaan glukosa plasma puasa, namun
pemeriksaan ini memiliki keterbatasan tersendiri. TTGO sulit untuk dilakukan berulang-
ulang dan dalam praktek sangat jarang dilakukan karena membutuhkan persiapan khusus.
Langkah-langkah diagnostik DM dan gangguan toleransi glukosa dapat dilihat pada
bagan 1. Kriteria diagnosis Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 DM
untuk dewasa tidak hamil dapat dilihat pada tabel-2. Apabila hasil pemeriksaan tidak memenuhi
kriteria normal atau DM, bergantung pada hasil yang diperoleh, maka dapat digolongkan ke
dalam kelompok toleransi glukosa terganggu (TGT) atau glukosa darah puasa terganggu
(GDPT).
1. TGT: Diagnosis TGT ditegakkan bila setelah pemeriksaan TTGO didapatkan glukosa
plasma 2 jam setelah beban antara 140 – 199 mg/dL (7,8-11,0 mmol/L).
2. GDPT: Diagnosis GDPT ditegakkan bila setelah pemeriksaan glukosa plasma puasa
didapatkan antara 100 – 125 mg/dL (5,6 – 6,9 mmol/L) dan pemeriksaan TTGO gula
darah 2 jam < 140mg/dL.
Kriteria diagnosis DM
1. Gejala klasik DM + glukosa plasma sewaktu ≥ 200 mg/dL (11,1 mmol/L) Glukosa
plasma sewaktu merupakan hasil pemeriksaan sesaat pada suatu hari tanpa
memperhatikan waktu makan terakhir Atau
2. Gejala klasik DM + Kadar glukosa plasma puasa ≥126 mg/dL (7.0 mmol/L) Puasa
diartikan pasien tak mendapat kalori tambahan sedikitnya 8 jam Atau
3. Kadar gula plasma 2 jam pada TTGO ≥200 mg/dL (11,1 mmol/L) TTGO yang dilakukan
dengan standar WHO, menggunakan beban glukosa yang setara dengan 75 g glukosa
anhidrus yang dilarutkan ke dalam air.
* Pemeriksaan HbA1c (>6.5%) oleh ADA 2011 sudah dimasukkan menjadi salah satu kriteria
diagnosis DM, jika dilakukan pada sarana laboratorium yang telah terstandardisasi dengan
baik.
Bagian Ilmu Kesehatan MasyarakatFakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara 10Jakarta 2014
Laporan Kunjungan Kasus Diabetes Miletus, Hipertensi dan Obesitas Ny. S Dengan Pendekatan Kedokteran Keluarga di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Kronjo, di Desa Muncung, Kampung Gabral Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten, Periode 9 Mei 2014 – 5 Juli 2014
Cara pelaksanaan TTGO (WHO, 1994):
Tiga hari sebelum pemeriksaan, pasien tetap makan seperti kebiasaan sehari-hari (dengan
karbohidrat yang cukup) dan tetap melakukan kegiatan jasmani seperti biasa 8 Konsensus
Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2
Berpuasa paling sedikit 8 jam (mulai malam hari) sebelum pemeriksaan, minum air putih
tanpa gula tetap diperbolehkan
Diperiksa kadar glukosa darah puasa
Diberikan glukosa 75 gram (orang dewasa), atau 1,75gram/kgBB (anak-anak), dilarutkan
dalam air 250 mL dan diminum dalam waktu 5 menit
Berpuasa kembali sampai pengambilan sampel darah untuk pemeriksaan 2 jam setelah
minum larutan glukosa selesai
Diperiksa kadar glukosa darah 2 (dua) jam sesudah beban glukosa
Selama proses pemeriksaan, subjek yang diperiksa tetap istirahat dan tidak merokok
II.2.4. Pemeriksaan penyaring
Pemeriksaan penyaring dilakukan pada mereka yang mempunyai risiko DM, namun tidak
menunjukkan adanya gejala DM. Pemeriksaan penyaring bertujuan untuk menemukan pasien
dengan DM, TGT, maupun GDPT, sehingga dapat ditangani lebih dini secara tepat. Pasien
dengan TGT dan GDPT juga disebut sebagai intoleransi glukosa, merupakan tahapan sementara
menuju DM. Kedua keadaan tersebut juga merupakan faktor risiko untuk terjadinya DM dan
penyakit kardiovaskular dikemudian hari. Pemeriksaan penyaring dapat dilakukan melalui
pemeriksaan kadar glukosa darah sewaktu atau kadar glukosa darah puasa.
Pemeriksaan penyaring untuk tujuan penjaringan masal (mass screening) tidak dianjurkan
mengingat biaya yang mahal, yang pada umumnya tidak diikuti dengan rencana tindak lanjut
bagi mereka yang diketemukan adanya kelainan. Pemeriksaan penyaring dianjurkan dikerjakan
pada saat pemeriksaan untuk penyakit lain atau general check-up.
Bagian Ilmu Kesehatan MasyarakatFakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara 11Jakarta 2014
Laporan Kunjungan Kasus Diabetes Miletus, Hipertensi dan Obesitas Ny. S Dengan Pendekatan Kedokteran Keluarga di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Kronjo, di Desa Muncung, Kampung Gabral Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten, Periode 9 Mei 2014 – 5 Juli 2014
Tabel II.2.4
Catatan :
Untuk kelompok risiko tinggi yang tidak menunjukkan kelainan hasil, dilakukan ulangan tiap
tahun. Bagi mereka yang berusia >45 tahun tanpa faktor risiko lain, pemeriksaan penyaring dapat
dilakukan setiap 3 tahun.
II.2.5 Penatalaksanaan
Tujuan penatalaksanaan secara umum adalah meningkatkan kualitas hidup penyandang diabetes.
Bagian Ilmu Kesehatan MasyarakatFakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara 12Jakarta 2014
Laporan Kunjungan Kasus Diabetes Miletus, Hipertensi dan Obesitas Ny. S Dengan Pendekatan Kedokteran Keluarga di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Kronjo, di Desa Muncung, Kampung Gabral Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten, Periode 9 Mei 2014 – 5 Juli 2014
Tabel II.2.5 Langkah langkah Diagnostik DM dan Gangguan Toleransi Glukosa
II.2.6. Tujuan penatalaksanaan
Jangka pendek: menghilangkan keluhan dan tanda DM, mempertahankan rasa nyaman,
dan mencapai target pengendalian glukosa darah.
Jangka panjang: mencegah dan menghambat progresivitas penyulit mikroangiopati,
makroangiopati, dan neuropati.
Bagian Ilmu Kesehatan MasyarakatFakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara 13Jakarta 2014
Laporan Kunjungan Kasus Diabetes Miletus, Hipertensi dan Obesitas Ny. S Dengan Pendekatan Kedokteran Keluarga di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Kronjo, di Desa Muncung, Kampung Gabral Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten, Periode 9 Mei 2014 – 5 Juli 2014
Tujuan akhir pengelolaan adalah turunnya morbiditas dan mortalitas DM.
Untuk mencapai tujuan tersebut perlu dilakukan pengendalian glukosa darah, tekanan darah,
berat badan, dan profil lipid, melalui pengelolaan pasien secara holistik dengan mengajarkan
perawatan mandiri dan perubahan perilaku.
II.3. Obesitas
Obesitas merupakan manifestasi dari kelebihan berat badan yang artinya mempunyai
lemak tubuh terlalu banyak. Obesitas berbeda dengan overweight yang ‘hanya’ kelebihan berat
badan, karena kelebihan berat badan bisa dimungkinkan karena adanya massa otot, tulang atau
air yang berlebih (misalnya pada kasus atlet binaraga). Meskipun kedua istilah tersebut (obesitas
dan overweight) sama-sama bermakna seseorang yang mempunyai berat badan melebihi berat
badan yang normal sesuai tinggi badannya.
World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa obesitas merupakan salah satu
dari 10 kondisi yang berisiko di seluruh dunia dan salah satu dari 5 kondisi yang berisiko di
negara-negara berkembang. Di seluruh dunia, lebih dari 1 milyar orang dewasa adalah
overweight dan lebih dari 300 juta adalah obese.
Berdasarkan data dari WHO tahun 2008, prevalensi obesitas pada usia dewasa di Indonesia
sebesar 9,4% dengan pembagian pada pria mencapai 2,5% dan pada wanita 6,9%.1 Survey
sebelumnya pada tahun 2000, persentase penduduk indonesia yang obesitas hanya 4,7% (±9,8
juta jiwa).2 Ternyata hanya dalam 8 tahun prevalensi obesitas di Indonesia telah meningkat dua
kali lipatnya. Sehingga kita perlu mewaspai peningkatan yang lebih pesat dikarenakan gaya
hidup sekarang yang semakin sedentary (santai dan bermalas-malasan) sebagai akibat dari
kemudahan teknologi.
Bagian Ilmu Kesehatan MasyarakatFakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara 14Jakarta 2014
Laporan Kunjungan Kasus Diabetes Miletus, Hipertensi dan Obesitas Ny. S Dengan Pendekatan Kedokteran Keluarga di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Kronjo, di Desa Muncung, Kampung Gabral Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten, Periode 9 Mei 2014 – 5 Juli 2014
II.3.1 Kriteria Penilaian Status Gizi Berdasarkan hasil IMT
Kriteria obesitas adalah berdasarkan Indeks Massa Tubuh (IMT). IMT merupakan
perbandingan antara berat badan dengan tinggi badan. Cara menghitung IMT adalah sebagai
berikut: Berat Badan (kg)/ (Tinggi Badan (m) x Tinggi Badan (m))
II.3.2 Bahaya Obesitas
Obesitas dapat terjadi akibat ketidakseimbangan energi yang masuk dan energi yang
digunakan. Peningkatan angka obesitas secara global di dunia dapat disebabkan oleh beberapa
faktor, antara lain peningkatan konsumsi makanan padat energi, tinggi lemak dan gula namun
rendah kandungan vitamin, mineral dan zat gizi mikro lainnya. Selain itu adanya suatu tren
penurunan aktivitas fisik yang disebabkan oleh gaya hidup yang santai dan bermalas-malasan
(sedentary), pekerjaan yang padat, perubahan model transportasi dan peningkatan urbanisasi.3
Obesitas yang tidak ditangani dapat berdampak serius terhadap kesehatan. Bebagai hasil
penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan erat antara obesitas dengan faktor resiko
penyakit degeneratif seperti diabetes mellitus tipe II, hipertensi, dislipidemia, jantung bahkan
kanker.
II.3.3. Obesitas menjadi faktor resiko berbagai penyakit
II.3.3.1 Obesitas dan Diabetes Mellitus
Diabetes, terutama Diabetes Mellitus Tipe II sangat erat hubungannya dengan obesitas.
Hasil prediksi statistik menunjukkan bahwa tahun 2008 terdapat 110 juta penderita diabetes tipe
II, yang diprediksi akan bertambah menjadi 180 juta pada tahun 2010, dan akan melonjak sampai
330 juta pada tahun 2025, dimana 80-90 persen diantaranya mengalami obesitas. Berdasarkan
laporan International Diabetes Foundation (IDF) tahun 2004 menunjukkan bahwa 80% dari
penderita diabetes mempunyai berat badan berlebih.4
Bagian Ilmu Kesehatan MasyarakatFakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara 15Jakarta 2014
Laporan Kunjungan Kasus Diabetes Miletus, Hipertensi dan Obesitas Ny. S Dengan Pendekatan Kedokteran Keluarga di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Kronjo, di Desa Muncung, Kampung Gabral Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten, Periode 9 Mei 2014 – 5 Juli 2014
Pada orang yang mengalami obesitas, terdapat kelebihan kalori akibat makan yang
berlebih menimbulkan penimbunan lemak di jaringan kulit. Resistensi insulin akan timbul pada
daerah yang mengalami penimbunan lemak sehingga akan menghambat kerja insulin di jaringan
tubuh dan otot yang menyebabkan glukosa tidak dapat diangkat ke dalam sel dan menimbun di
dalam pembuluh darah. Penumpukan glukosa ini akan meningkatkan glukosa dalam darah.
II.3.3.2 Obesitas dan Hipertensi
Hipertensi dan obesitas merupakan suatu keadaan yang sering dihubungkan dengan
peningkatan risiko penyakit kardiovaskular. Prevalensi kedua keadaan ini adalah cukup tinggi
dan makin meningkat dari tahun ke tahun. Swedish Obese Study melaporkan angka kejadian
hipertensi pada obesitas adalah sekitar 13,6 % dan Framingham study mendapatkan peningkatan
insidens hipertensi, diabetes mellitus dan angina pektoris pada organ dengan obesitas dan resiko
ini akan lebih tinggi lagi pada obesitas tipe sentral.6
Obesitas terutama tipe sentral/abdominal sering dihubungkan dengan beberapa keadaan
seperti diabetes melitus, hiperlipidemia, penyakit jantung, hipertensi, penyakit hepatobiliar dan
peningkatan resiko mortalitas dan morbiditas.Swedish Obese Study (1999) mendapatkan kejadian
hipertensi pada 13,6% populasi obesitas sedangkan Tromo study membuktikan adanya hubungan
antara peningkatan indeks massa dengan peningkatan tekanan darah baik pada laki-laki dan
wanita. Peningkatan risiko ini juga seiring dengan peningkatan waist -hip- ratio (WHR)
dan waist circumferencedimana dikatakan risiko tinggi bila memiliki WHR > 0,95 untuk laki-
laki dan > 0,85 untuk wanita, serta waist circumference > 102 cm untuk laki-laki dan > 88 cm
untuk wanita. Laki-laki memiliki resiko angka kejadian penyakit kardiovaskular yang lebih
tinggi dibanding wanita, karena obesitas tipe sentral ini lebih banyak terjadi pada laki-laki
dibanding wanita. Hal ini disebabkan adanya perbedaan distribusi lemak tubuh antara laki-laki
dan wanita. Pada laki-laki distribusi lemak tubuh terutama pada daerah abdomen sedangkan
wanita lebih banyak pada daerah gluteal dan femoral.
II.3.4 Rekomendasi pola makan dan gaya hidup (American Heart Association 2006)
II.3.4.1 Seimbangkan asupan kalori dan aktivitas fisik untuk mencapai dan menjaga berat
badan yang ideal
Gizi seimbang merupakan kata kunci untuk melepaskan diri dari obesitas. Menjaga
keseimbangan asupan energi yang masuk dan yang dikeluarkan untuk beraktifitas. Penambahan
Bagian Ilmu Kesehatan MasyarakatFakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara 16Jakarta 2014
Laporan Kunjungan Kasus Diabetes Miletus, Hipertensi dan Obesitas Ny. S Dengan Pendekatan Kedokteran Keluarga di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Kronjo, di Desa Muncung, Kampung Gabral Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten, Periode 9 Mei 2014 – 5 Juli 2014
aktifitas penting dilakukan dalam rangka usaha menurunkan berat badan. Aktifitas fisik
memerlukan energi di luar kebutuhan untuk metabolisme basal, banyaknya energi yang
dibutuhkan bergantung pada berapa banyak otot yang bergerak, berapa lama dan berapa berat
pekerjaan yang dilakukan. Pada seorang obese menggunakan lebih banyak energi untuk
melakukan suatu pekerjaan dibandingkan dengan orang yang kurus. Bersepeda dengan kecepatan
sedang selama satu jam pada orang obese dengan berat badan 100kg akan membakar 250 kkal.
Membiasakan olahraga setiap hari sangat baik untuk membantu menyeimbangkan energi yang
masuk dan energi yang keluar sehingga orang obese dapat mencapai berat badan yang ideal.
II.3.4.2 Konsumsi diet yang kaya buah-buahan dan sayuran
Sebagian besar sayur dan buah kaya akan zat gizi, rendah kalori dan tinggi serat.
Sehingga diet yang kaya sayur dan buah mencukupi kebutuhan zat gizi mikro, makro, dan serat
tanpa penambahan jumlah konsumsi energi total secara substansial. Berdasarkan hasil penelitian
dalam jangka pendek, diet yang kaya akan sayur dan buah menunjukkan penurunan tekanan
darah dan faktor resiko penyakit kardiovaskuler lain. Dalam penelitian longitudinal diet kaya
sayur dan buah menurunkan resiko perkembangan penyakit kardiovaskuler terutama stroke.
Variasi sayur dan buah sangat direkomendasikan. Sayuran dan buah yang berwarna mencolok
(misal bayam, wortel, peach, strawberry) lebih ditekankan karena kandungan zat gizi mikronya
cenderung lebih tinggi bila dibandingkan sayuran dan buah lain seperti kentang dan jagung. Jus
buah kurang bisa menyamai kandungan serat pada buah segar. Diet kaya sayur dan buah
merupakan strategi untuk menurunkan densitas energi diet untuk mengontrol asupan kalori.
II.3.4.3 Pilihlah makanan dari biji-bijian utuh (whole-grain) yang kaya serat
Pola makan sehari-hari yang kaya akan produk biji-bijian dan serat berhubungan dengan
peningkatan kualitas diet dan menurunkan resiko penyakit kardiovaskular. Konsumsi serat
membuat perut terasa kenyang dengan memperlambat pengosongan lambung sehingga dapat
menurunkan asupan kalori. Serat yang larut dapat meningkatkan sintesis asam lemak rantai
pendek sehingga menurunkan produksi kolesterol endogenik. American Heart Association
merekomendasikan sedikitnya setengah dari asupan gandum atau sumber karbohidrat berasal
dari biji-bijian utuh.
Bagian Ilmu Kesehatan MasyarakatFakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara 17Jakarta 2014
Laporan Kunjungan Kasus Diabetes Miletus, Hipertensi dan Obesitas Ny. S Dengan Pendekatan Kedokteran Keluarga di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Kronjo, di Desa Muncung, Kampung Gabral Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten, Periode 9 Mei 2014 – 5 Juli 2014
II.3.4.4 Konsumsi ikan, sedikitnya dua kali seminggu
Ikan, terutama yang berlemak sangat kaya akan asam lemak rantai panjang PUFA
omega-3 , eicosapentanoic acid (EPA), dan docosahexaenoic acid (DHA). Mengkonsumsi ikan
yang kaya EPA dan DHA dua porsi dalam seminggu berhubungan dengan penurunan resiko
meninggal secara mendadak (suddent death) dan meninggal akibat penyakit jantung koroner
pada orang dewasa. Cara pengolahan ikan juga penting untuk diperhatikan, dalam mengolah
harus diminimalisir penggunaan asam lemak jenuh dan asam lemak trans tambahan seperti yang
terdapat dalam lemak hidrogenasi (mentega, margarin), dan saus krim yang kaya lemak jenuh.
Food and Drug Association (FDA) menyarankan untuk menghindari konsumsi ikan yang
potensial mengandung kontaminasi merkuri tertinggi (seperti ikan hiu dan mackarel) dan
menggantinya dengan ikan yang lebih sedikit kemungkinan kontaminasinya seperti ikan tuna,
lele, dan salmon.
II.3.3.5 Batasi asupan lemak jenuh, lemak trans, dan kolesterol
Batasilah asupan lemak jenuh sampai 7% dari energi, lemak trans sampai 1% dari energi
dan kolesterol 300 mg per hari dengan memilih daging yang tidak berlemak, sayuran, skim, atau
produk susu dan olahannya yang rendah lemak, minimalisir lemak terhidrogenasi. Diet yang
rendah asam lemak jenuh, asama lemak trans dan kolesterol dapat menurunkan resiko terkena
penyakit kardiovaskular.
Usaha untuk mengurangi asupan lemak jenuh dan kolesterol dapat dilakukan dengan
mengganti pangan hewani ke pangan nabati atau memilih produk yang berlabel rendah lemak
atau bebas kolesterol. Untuk mengurangi asupan lemak trans adalah dengan mengurangi produk
lemak hidrogenasi seperti pada makanan yang digoreng.
II.3.3.6 Minimalisir asupan minuman dan makanan yang menggunakan pemanis
tambahan.
Alasan utama mengurangi asupan minuman dan makanan yang mengandung gula
tambahan adalah untuk mengurangi jumlah total kalori yang masuk. Seseorang yang terbiasa
mengkonsumsi minuman dan makanan dengan gula atau pemanis tambahan cenderung ingin
mengkonsumsi lagi dan lagi. Hal inilah yang dapat menimbulkan peningkatan berat badan.
II.3.3.7 Pilihlah dan masaklah makanan dengan menggunakan sedikit atau tanpa garam.
Bagian Ilmu Kesehatan MasyarakatFakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara 18Jakarta 2014
Laporan Kunjungan Kasus Diabetes Miletus, Hipertensi dan Obesitas Ny. S Dengan Pendekatan Kedokteran Keluarga di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Kronjo, di Desa Muncung, Kampung Gabral Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten, Periode 9 Mei 2014 – 5 Juli 2014
Peningkatan asupan garam (sodium klorida) akan diikuti oleh peningkatan tekanan darah.
Pengurangan garam dapat mencegah hipertensi dan dapat memfasilitasi kontrol tekanan darah.
Dengan tekanan darah yang normal maka dapat mengurangi resiko terkena penyakit
kardiovaskular dan gagal jantung kongestif.
II.3.3.8 Jika anda mengkonsumsi alkohol, kurangi jumlah dan frekuensinya
Konsumsi alkohol berhubungan dengan peningkatan resiko berbagai penyakit. Berhenti
mengkonsumsi lebih baik dilakukan untk meningkatkan kualitas hidup sehat.
Dengan mengikuti rekomendasi diet dan gaya hidup sehat ini diharapkan terjadi penurunan
resiko dari penyakit kardoivaskular dan penyakit degeneratif lainnya. Obesitas merupakan
manifestasi dari kelebihan berat badan yang artinya mempunyai lemak tubuh terlalu banyak.
Obesitas berbeda dengan overweight yang ‘hanya’ kelebihan berat badan, karena
kelebihan berat badan bisa dimungkinkan karena adanya massa otot, tulang atau air yang
berlebih (misalnya pada kasus atlet binaraga). Meskipun kedua istilah tersebut (obesitas dan
overweight) sama-sama bermakna seseorang yang mempunyai berat badan melebihi berat badan
yang normal sesuai tinggi badannya.
World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa obesitas merupakan salah satu
dari 10 kondisi yang berisiko di seluruh dunia dan salah satu dari 5 kondisi yang berisiko di
negara-negara berkembang. Di seluruh dunia, lebih dari 1 milyar orang dewasa adalah
overweight dan lebih dari 300 juta adalah obese.
Berdasarkan data dari WHO tahun 2008, prevalensi obesitas pada usia dewasa di Indonesia
sebesar 9,4% dengan pembagian pada pria mencapai 2,5% dan pada wanita 6,9%. Survey
sebelumnya pada tahun 2000, persentase penduduk indonesia yang obesitas hanya 4,7% (±9,8
juta jiwa). Ternyata hanya dalam 8 tahun prevalensi obesitas di Indonesia telah meningkat dua
kali lipatnya. Sehingga kita perlu mewaspai peningkatan yang lebih pesat dikarenakan gaya
hidup sekarang yang semakin sedentary (santai dan bermalas-malasan) sebagai akibat dari
kemudahan teknologi.
Bagian Ilmu Kesehatan MasyarakatFakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara 19Jakarta 2014
Laporan Kunjungan Kasus Diabetes Miletus, Hipertensi dan Obesitas Ny. S Dengan Pendekatan Kedokteran Keluarga di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Kronjo, di Desa Muncung, Kampung Gabral Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten, Periode 9 Mei 2014 – 5 Juli 2014
BAB III
DATA KLINIS
III.1. Identitas
Nama Pasien : Ny. Saidah
Nama Kepala Keluarga : Tn. Saban
Umur Pasien : 42 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Kampung Gabral
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Agama : Islam
Suku bangsa : Jawa
Pendidikan : SD
Status : Menikah
III.2. Anamnesa
Autoanamnesa dan Alloanamnesa dengan anak pasien.
Dilakukan pada :
Tanggal 6 Mei 2014 pukul 11.00 WIB di Balai Pengobatan Puskesmas Kronjo
Tanggal 8 Mei 2014 pukul 11.30 WIB di rumah pasien
III.2.1. Keluhan Utama:
Sakit kepala
III.2.2. Riwayat Perjalanan Penyakit :
Os datang ke Balai Pengobatan Puskesmas Kecamatan Kronjo dengan keluhan sakit
kepala disertai punggung pegal. Keluhan seperti ini dirasakan hilang timbul sejak tahun 2013,
tidak dipengaruhi waktu maupun aktivitas. Terkadang os juga merasa kesemutan pada tungkai
bawah sampai jari kaki kanan dan kiri sejak ± 5 bulan terakhir.
Sejak tahun 2011, os merasa mudah haus, mudah lapar dan menjadi lebih sering buang
air kecil dan terbangun pada malam hari untuk berkemih. Os juga sering merasa gatal pada
kemaluannya disertai keputihan berwarna seperti susu basi. Kemudian os disarankan oleh
Bagian Ilmu Kesehatan MasyarakatFakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara 20Jakarta 2014
Laporan Kunjungan Kasus Diabetes Miletus, Hipertensi dan Obesitas Ny. S Dengan Pendekatan Kedokteran Keluarga di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Kronjo, di Desa Muncung, Kampung Gabral Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten, Periode 9 Mei 2014 – 5 Juli 2014
keluarganya untuk memeriksakan keluhannya tersebut ke dokter. Setelah dilakukan pemeriksaan
darah, kemudian os di diagnosa mempunyai penyakit kencing manis. Os disaranakan untuk
memeriksakan diri secara rutin untuk mengkontrol gula darah, namun os kurang peduli akan
penyakitnya. Sehari-hari os tidak ada pantangan dalam konsumsi makan dan minum sehingga
berat badan pasien mulai meningkat terutama sejak melahirkan anak ketiga (12 tahun yang lalu).
Tahun 2012, os mulai diberi tambahan terapi darah tinggi. Os sudah diberi penjelasan
tentang penyakitnya oleh petugas kesehatan dan disarankan untuk lebih rajin kontrol ke
puskesmas, namun os malas kontrol dengan alasan rumah yang jauh dari puskesmas dan tidak
ada yang mengantar.
Awal tahun 2014, ibu os meninggal karena penyakit kencing manis disertai borok pada
kakinya. Sejak saat itu, os mulai peduli akan penyakit yang dideritanya, namun dengan alasan
yang sama os masih malas untuk kontrol puskesmas.
III.2.3. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat alergi : disangkal
Riwayat asma : disangkal
Riwayat penyakit jantung : disangkal
Riwayat penyakit paru : disangkal
III.2.4. Riwayat Penyakit Keluarga
Penyakit Kencing Manis : ibu pasien, sepupu pasien
Penyakit Darah Tinggi : disangkal
Obesitas : disangkal
Penyakit Asma : disangkal
Penyakit Paru : disangkal
III.2.5. Riwayat Pertumbuhan
BB saat lahir : os tidak tahu
BB saat balita : os tidak tahu
BB saat remaja : os tidak tahu
BB saat dewasa : 60 kg
Menstruasi pertama : 13 tahun
Bagian Ilmu Kesehatan MasyarakatFakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara 21Jakarta 2014
Laporan Kunjungan Kasus Diabetes Miletus, Hipertensi dan Obesitas Ny. S Dengan Pendekatan Kedokteran Keluarga di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Kronjo, di Desa Muncung, Kampung Gabral Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten, Periode 9 Mei 2014 – 5 Juli 2014
Kesan : Riwayat pertumbuhan sulit dinilai
III.2.6. Riwayat Kehamilan
Os dengan P4A4
Perawatan antenatal: kontrol ke bidan, rutin setiap bulan.
Penyakit kehamilan: tidak ada
III.3 Pemeriksaan Fisik
Tanggal : 8 Mei 2014
Pukul : 11.30 WIB
Tempat : Rumah pasien
Keadaan umum : tidak tampak sakit
Kesadaran : compos mentis
Status generalis
o Tekanan Darah : 150/90 mm/Hg
o Nadi : 82 x/menit
o Pernafasan : 18 x/menit
o Suhu : 36,8°C
Data Antropometri
o Berat badan : 90 kg
o Panjang badan : 160 cm
o Lingkar lengan atas : 40 cm
o IMT : BB = 90 = 35,15 kg/m2
TB2 (1,60)2
Berdasarkan IMT, pasien termasuk ke dalam kategori :overweight.
Tabel III.3. Indeks Masa Tubuh Menurut WHO, 1995
IMT 17-18.5 Kurus
IMT 18.5-25.00 Normal
Bagian Ilmu Kesehatan MasyarakatFakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara 22Jakarta 2014
Laporan Kunjungan Kasus Diabetes Miletus, Hipertensi dan Obesitas Ny. S Dengan Pendekatan Kedokteran Keluarga di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Kronjo, di Desa Muncung, Kampung Gabral Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten, Periode 9 Mei 2014 – 5 Juli 2014
IMT 25.00-27.00 Overweight
IMT ≥ 27 Obesitas
Status Internis :
1. Kepala :Bentuk normal, tidak teraba benjolam, rambut hitam panjang terdistribusi
merata dan tidak mudah dicabut.
2. Mata :Bentuk normal, palpebra superior et inferior tidak edem, konjungtiva
tidak anemis, sklera tidak ikterik, pupil bulat, isokor, diameter 3 mm, refleks cahaya
+/+.
3. Telinga :Bentuk normal, liang telinga lapang, tidak ada sekret, tidak ada serumen,
kelenjar getah bening pre-retro-infra aurikuler tidak teraba membesar.
4. Hidung :Bentuk normal, tidak ada septum deviasi, tidak ada pernafasan cuping
hidung.
5. Mulut :Tidak ada perioral sianosis, lidah tidak kotor, tonsil T1-T1 tidak hiperemis,
faring tidak hiperemis.
6. Leher :Trakea di tengah, kelenjar tiroid tidak teraba membesar, KGB supra-infra
clavikula dan servical tidak teraba membesar.
7. Thorax :
Paru-Paru :
Inspeksi: Simetris dalam diam dan pergerakan nafas.
Palpasi : Stem fremitus kanan, kiri, depan, belakang sama kuat.
Perkusi: Sonor, batas paru-hepar di ICS VI MCL dekstra
Auskultasi: Vesikuler, ronkhi -/-, wheezing -/-.
Jantung :
Inspeksi: Pulsasi ictus cordis tidak tampak.
Palpasi : Pulsasi ictus cordis teraba di ICS V MCL sinistra.
Perkusi: Redup
Batas jantung atas: di ICS III parasternal line sinistra.
Batas jantung kanan: di mediastinum.
Batas jantung kiri: di ICS V MCL sinistra.
Auskultasi: Bunyi jantung I dan II normal, murmur (-), gallop(-)
Abdomen :
Inspeksi : Tampak buncit
Bagian Ilmu Kesehatan MasyarakatFakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara 23Jakarta 2014
Laporan Kunjungan Kasus Diabetes Miletus, Hipertensi dan Obesitas Ny. S Dengan Pendekatan Kedokteran Keluarga di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Kronjo, di Desa Muncung, Kampung Gabral Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten, Periode 9 Mei 2014 – 5 Juli 2014
Palpasi : Supel, turgor kulit baik, hepar-lien sulit dinilai
Perkusi : Timpani.
Auskultasi : Bising usus (+) normal.
8. Ekstremitas :Superior et inferior kanan dan kiri tidak tampak deformitas, tidak edem,
akral hangat.
Status Neurologis
1. Kesadaran : compos mentis
2. Rangsang meningeal : ( - )
3. Peningkatan TIK : ( - )
4. N.Cranialis : baik
5. Pupil : bulat, isokor diameter 3 mm, reflek
cahaya +/+
6. Sensorik : baik
7. Motorik : baik
8. Fs. Cerebelum & koordinasi : baik
9. Fs. Luhur : baik
10. Reflek fisiologis : + / +
11. Reflek patologis : - / -
III.5.Pemeriksaan Penunjang
Tanggal 6 Mei 2014
Glukosa Darah Sewaktu : 306 mg/dL
III.6. Diagnosa Kerja
Hipertensi grade I (JNC VIII)
Diabetes Melitus tipe II
Obesitas
III.7. Terapi yang telah diberikan oleh Puskesmas Kecamatan Kronjo
Farmakologis:
Bagian Ilmu Kesehatan MasyarakatFakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara 24Jakarta 2014
Laporan Kunjungan Kasus Diabetes Miletus, Hipertensi dan Obesitas Ny. S Dengan Pendekatan Kedokteran Keluarga di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Kronjo, di Desa Muncung, Kampung Gabral Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten, Periode 9 Mei 2014 – 5 Juli 2014
-Metformin 2x500mg PO
-Captopril 2x12,5mg PO
-Meloxicam 2x15mg PO
Non-farmakologis:
Memberikan edukasi :
- Menjelaskan pada pasien dan keluarga tentang penyakitnya (faktor resiko,
komplikasi)
- Membatasi konsumsi garam (garam dapur, vetsin, soda, bahan pengawet seperti
natrium benzoat dan natrium nitrit)
- Penyuluhan tentang perawatan DM secara mandiri, pengaturan diet sehari-hari,
pemanis yang dapat digunakan sebagai pengganti gula, program latihan jasmani
- Modifikasi gaya hidup (olah raga teratur, restriksi kalori dengan well balance
diet)
Bagian Ilmu Kesehatan MasyarakatFakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara 25Jakarta 2014
Laporan Kunjungan Kasus Diabetes Miletus, Hipertensi dan Obesitas Ny. S Dengan Pendekatan Kedokteran Keluarga di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Kronjo, di Desa Muncung, Kampung Gabral Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten, Periode 9 Mei 2014 – 5 Juli 2014
BAB IV
DATA KELUARGA DAN LINGKUNGAN
III.1 Struktur Keluarga
Pasien merupakan anak pertama dari 3 bersaudara. Orang tua pasien yaitu ibu
sudah meninggal sejak 5 bulan yang lalu dan bapak pasien tinggal dengan adik
pasien yang rumahnya jauh dari rumah pasien. Saat ini pasien tinggal bersama
suami, anak-anak, menantu dan cucunya.
Tabel 1. Daftar Anggota Keluarga Ny.S menurut Jenis Kelamin, Umur, Pekerjaan
Pokok, Pendidik
an Terakhir dan Hubungan Keluarga.
No Nama L/P Umur
(tahun)
Pekerjaan
pokok
Pendidikan
terakhir
Hubungan
dengan
pasien
Ketererangan
1 Tn. Saban L 55 Petani SD Suami
2 Ny. Saidah P 42 IRT Tidak
sekolah
Pasien
3 Tn. Sahroni L 25 Supir Truk SD Anak
4 Ny. Asminah P 25 Buruh pabrik
sepatu
SD Menantu
5 An. Sartini P 15 TKW SD Anak Saat ini
bekerja di
Arab Saudi
6 An. Sahrowi L 12 - 5 SD Anak
7 An. Sanaji P 3 - - Anak
Bagian Ilmu Kesehatan MasyarakatFakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara 26Jakarta 2014
Laporan Kunjungan Kasus Diabetes Miletus, Hipertensi dan Obesitas Ny. S Dengan Pendekatan Kedokteran Keluarga di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Kronjo, di Desa Muncung, Kampung Gabral Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten, Periode 9 Mei 2014 – 5 Juli 2014
8 An. Eliza Pijah P 8 bln - - Cucu
III.2 Genogram Keluarga
Gambar 1. Genogram Keluarga Ny.S
III.3 Riwayat Imunisasi dan Kesehatan Keluarga
Tabel 2. Riwayat Imunisasi dan Kesehatan Keluarga
Daftar Keluarga JK Umur
(Th)
Vaksinasi Keadaan
Sekarang
Campak BCG DPT Polio HepB
Tn. Saban L 55 Lupa Lupa Lupa Lupa Lupa Sehat
Ny. Saidah P 42 Lupa Lupa Lupa Lupa Lupa Sehat
Tn. Sahroni L 25 9 bln 2 bln 1,2,4,6 bln 1,2,4,6
bln
0,2,6
bln
Sehat
Ny. Asminah P 25 Lupa Lupa Lupa Lupa Lupa Sehat
An. Sartini P 15 9 bln 2 bln 1,2,4,6 bln 1,2,4,6
bln
0,2,6
bln
Sehat
An. Sarowi L 12 9 bln 2 bln 1,2,4,6 bln 1,2,4,6
bln
0,2,6
bln
Sehat
An. Sanaji L 3 9 bln 2bln 1,2,4,6 bln 1,2,4,6
bln
0,2,6
bln
Sehat
An. Eliza pijah P 8 bln Belum 2bln 1,2,4,6 bln 1,2,4,6
bln
0,2,6
bln
Sehat
Jk : Jenis Kelamin
Bagian Ilmu Kesehatan MasyarakatFakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara 27Jakarta 2014
Laporan Kunjungan Kasus Diabetes Miletus, Hipertensi dan Obesitas Ny. S Dengan Pendekatan Kedokteran Keluarga di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Kronjo, di Desa Muncung, Kampung Gabral Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten, Periode 9 Mei 2014 – 5 Juli 2014
HepB : Hepatitis B
BCG : Bacile-Calmette Guerin
DPT : Diptheri Pertussis Tetanus
L : Laki-laki
P : Perempuan
III.4 Status Sosial Ekonomi
Penghasilan keluarga adalah berasal dari suami pasien. Rata-rata penghasilan
pasien Rp 20.000,- per hari (1 bulan = ± Rp 500.000 – Rp 1.000.000,-).
Kebutuhan sehari-harinya di penuhi dari hasil kerja sebagai petani.
Perincian pengeluaran rutin tiap bulan :
Makanan : Rp 650.000,-
Tagihan Rekening listrik : Rp 50.000,-
Biaya air bersih untuk minum, masak : Rp 40.000,-
Biaya transportasi : Rp 20.000,-
Biaya kesehatan : Rp 0,00,-
Total : Rp 715.000
Ditinjau dari pengeluaran tidak jauh berbeda dari pemasukan maka
keseimbangan penghasilan / pengeluaran di golongkan pas-pasan.
III.5 Pembiayaan Kesehatan
Pasien dan keluarganya berobat di Puskesmas Kecamatan Kronjo.
Pembiayaan kesehatan melalui Kartu Sehat.
III.6 Pola Makan Sehari-hari
III.6.1 Pola Makan Pasien
Makan pagi : 1 piring nasi goreng + 1 ikan goreng
Tabel ... Perhitungan total kalori, lemak, protein dan karohidrat Ny. S per
makan
Bagian Ilmu Kesehatan MasyarakatFakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara 28Jakarta 2014
Laporan Kunjungan Kasus Diabetes Miletus, Hipertensi dan Obesitas Ny. S Dengan Pendekatan Kedokteran Keluarga di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Kronjo, di Desa Muncung, Kampung Gabral Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten, Periode 9 Mei 2014 – 5 Juli 2014
III.6.2 Pola Makan Keluarga
Makanan yang di makan oleh keluarga, di masak oleh pasien sendiri.
Bahan makanan yang di beli di pasar terdekat dan di cuci dengan air
bersih yang di beli pasien di pinggir jalan. Sehari keluarga pasien makan
3x sehari dengan nasi, ikan, krupuk dan terkadang seminggu sekali pasien
makan daging.
Contoh menu makanan keluarga pasien dalam sehari :
Makan pagi : 1 piring nasi goreng+ 1 krupuk.
Selingan : bala-bala + krupuk
Makan siang : 1 piring nasi + 1 ikan goreng + 1 potong tempe goreng + 1
potong tahu goreng.
Makan malam sama dengan makan siang.
III.6.3 Kebiasaan Minum Keluarga
Keperluan minum sehari-hari di dapat dari air galon isi ulang.
III.7 Kondisi Rumah
III.7.1 Perumahan
◦ Status rumah : Milik suami pasien
◦ Lokasi Rumah : Terletak 4000 meter dari jalan raya, jalan menuju
rumah pasien tidak dapat di lewati oleh mobil, dan letak rumah pasien
dengan tetangga kanan-kiri saling berdekatan.
Kondisi bangunan
Luas bangunan : 6 x 8 meter = 48 meter²
Luas tanah : 6 x 10 meter = 60 meter²
Rumah terdiri dari : 1 lantai
Jumlah ruangan : 6 ruang (3 kamar tidur, 1 kamar mandi, 1 dapur
Kebersihan ruangan : Kurang
Dinding rumah : terbuat dari bata-bata
Atap rumah : Terbuat dari genteng
Langit-langit : Tidak ada
Bagian Ilmu Kesehatan MasyarakatFakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara 29Jakarta 2014
Laporan Kunjungan Kasus Diabetes Miletus, Hipertensi dan Obesitas Ny. S Dengan Pendekatan Kedokteran Keluarga di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Kronjo, di Desa Muncung, Kampung Gabral Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten, Periode 9 Mei 2014 – 5 Juli 2014
Lantai Rumah : Semua bagian rumah ubin terkecuali dapur
Jumlah orang dalam rumah : 7 orang
Jumlah keluarga dalam rumah : 2 keluarga
III.7.2 Alat Kesejahteraan Dalam Keluarga
Di dalam rumah terdapat 1 buah televisi, 1 buah rice-cooker 4 buah kasur
kapuk, 2 buah lemari baju
III.7.3 Ventilasi
Insidentil :
◦ Pintu depan 2 buah : (2 x 1) m² x 2 pintu = 4 meter²
◦ Pintu belakang (dapur) : (0,5 x 2) meter² = 1 meter²
Permanen :
◦ Lubang angin persegi panjang 6 buah = (0,15x0,15) meter²
III.7.4 Pencahayaan
Pencahayaan rumah kurang karena sinar matahari yang masuk ke ruangan.
Penggunaan listrik hanya di gunakan pada sore hari dan malam hari.
III.7.5 Jamban
Tidak ada.
III.7.6 Kamar Mandi
Rumah pasien hanya memiliki 1 kamar mandi yang terdiri dari 1 bak
penampungan air berukuran 80 x 80 x 100 cm, 1 gayung, 1 closet jongkok,
dinding kamar mandi terbuat dari bata dan semen, dan pintu kamar mandi
terbuat dari kayu.
III.7.7 Sumur
Tidak ada
Bagian Ilmu Kesehatan MasyarakatFakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara 30Jakarta 2014
Laporan Kunjungan Kasus Diabetes Miletus, Hipertensi dan Obesitas Ny. S Dengan Pendekatan Kedokteran Keluarga di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Kronjo, di Desa Muncung, Kampung Gabral Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten, Periode 9 Mei 2014 – 5 Juli 2014
III.7.8 Air Bersih
Penggunaan air
◦ Air galon isi ulang
Dipakai umtuk memasak dan minum.
Kriteria air : baik, kualitas jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak
berasa
◦ Air sumur
Di pakai untuk mandi dan mencuci pakaian
Kriteria air bersih : baik, kualitas air jernih, sedikit keruh, tidak berbau,
terasa asin.
III.7.9 Pembuangan Sampah
Sampah dikumpulkan di lahan terbuka dan dibakar seminggu sekali di
tempat pembuangan sampah yang jaraknya 2 meter dari tempat tinggal.
III.7.10 Halaman Rumah
Terdapat halaman rumah sekaligus tempat menjemur pakaian seluas 1
meter
III.8 Denah Lokasi
Gambar 2. Denah lokasi Rumah Ny. S
III.9 Denah Rumah
Gambar 3. Denah Rumah Ny. S
III.10 Mandala of Health Pasien
Body : Pasien Ny.S wanita usia 42 tahun menderita obesitas, diabetes melitus
dan hipertensi.
Mind : tidak dapat di nilai
Spirit : -
Level pertama :
Bagian Ilmu Kesehatan MasyarakatFakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara 31Jakarta 2014
Laporan Kunjungan Kasus Diabetes Miletus, Hipertensi dan Obesitas Ny. S Dengan Pendekatan Kedokteran Keluarga di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Kronjo, di Desa Muncung, Kampung Gabral Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten, Periode 9 Mei 2014 – 5 Juli 2014
Human Biology :
◦ Diabetes melitus terdiagnosa pada ibu dan sepupu pasien.
Family :
◦ Kurangnya pengetahuan keluarga tentang obesitas dan penyakit
diabetes melitus dan hipertensi. Keluarga hanya sebatas tahu bahwa
pasien mempunyai berat badan yang berlebihan, penyakit kencing
manis dan tekanan darah tinggi.
◦ Kurangnya pengetahuan pasien dalam pengaturan pola makan.
◦ Kurangnya minat pasien untuk memeriksakan diri ke puskesmas,
dengan alasan rumah jauh dan tidak ada yang mengantar.
Personal Behavior :
◦ Kurangnya minat pasien dalam mengatur pola diet untuk obesitas,
diabetes melitus dan hipertensi.
Psycho-socio-economic environment :
◦ Status socio-economy keluarga pasien kurang
Physical environment :
◦ Rumah dengan pencahayaan yang kurang.
◦ Rumah dengan jumlah ventilasi yang tidak mencukupi.
Level kedua :
Sick care system :
◦ Jarak rumah pasien dengan puskesmas yang cukup jauh terutama dalam
melakukan kontrol serta memantau kesehatan pasien
◦ Terapi yang cukup memakan waktu
Work : Tidak bekerja
Bagian Ilmu Kesehatan MasyarakatFakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara 32Jakarta 2014
Laporan Kunjungan Kasus Diabetes Miletus, Hipertensi dan Obesitas Ny. S Dengan Pendekatan Kedokteran Keluarga di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Kronjo, di Desa Muncung, Kampung Gabral Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten, Periode 9 Mei 2014 – 5 Juli 2014
Life style :
◦ Pasien sehari-hari tidak melakukan olahraga. Aktifitas sehari-hari
pasien berjalan kurang lebih 1 meter sehari, memasak, mencuci dengan
mesin cuci, menyapu, membersihkan rumah selama kurang lebih 1 jam.
◦ Pasien sehari-hari selain melakukan aktivtas rumah tangga, sisa
waktunya dirumah digunakan untuk beristirahat dan menonton tv.
Level ketiga :
The community :
Masyarakat social economy sedang
The Human Made Environment :
Culture :
◦ Belum adanya kesadaran akan pentingnya memonitor berat badan,
kadar gula darah dan tekanan darah.
Biosphere :
◦ Lokasi tempat tinggal adalah daerah pesisir sehingga sumber air tanah
asin.
.
Bagian Ilmu Kesehatan MasyarakatFakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara 33Jakarta 2014
Laporan Kunjungan Kasus Diabetes Miletus, Hipertensi dan Obesitas Ny. S Dengan Pendekatan Kedokteran Keluarga di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Kronjo, di Desa Muncung, Kampung Gabral Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten, Periode 9 Mei 2014 – 5 Juli 2014
BAB V
DIAGNOSIS HOLISTIK
V.1. Resume
Telah diperiksa seorang ibu berumur 42 tahun dengan inisial Ny. SD dengan
keluhan sakit kepala disertai pegal pada punggung. hilang timbul sejak tahun 2013, tidak
dipengaruhi waktu maupun aktivitas. Terkadang pasien juga merasa kesemutan pada tungkai
bawah sampai jari kaki kanan dan kiri sejak ± 5 bulan terakhir.
Sejak tahun 2011, pasien merasa mudah haus, mudah lapar dan menjadi lebih sering
buang air kecil dan terbangun 4 – 6 kali pada malam hari untuk berkemih. Gatal pada kemaluan
dirsakan disertai keputihan berwarna seperti susu basi. Pasien di diagnosa mempunyai penyakit
kencing manis dan diberi obat metformin 2x1tablet/hari.
Tahun 2012, pasien sering merasa sakit kepala disertai rasa pegal pada leher dan
punggung. Pasien dikatakan memiliki darah tinggi dan diberi terapi captopril 1x1tablet/hari, lupa
dosisnya. Berat badan pasien mulai meningkat dari 50 kg menjadi 90 kg, terutama sejak
melahirkan anak ketiga (12 tahun yang lalu).
Riwayat Penyakit Keluarga
o Penyakit Kencing Manis : ibu pasien, sepupu pasien
Status generalis
o Tekanan Darah : 150/90 mm/Hg
Data Antropometri
o IMT : BB = 90 = 35,15 kg/m2
TB2 (1,60)2
Berdasarkan IMT, pasien termasuk ke dalam kategori :overweight.
Indeks Masa Tubuh Menurut WHO, 1995
IMT ≥ 27 Obesitas
Bagian Ilmu Kesehatan MasyarakatFakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara 34Jakarta 2014
Laporan Kunjungan Kasus Diabetes Miletus, Hipertensi dan Obesitas Ny. S Dengan Pendekatan Kedokteran Keluarga di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Kronjo, di Desa Muncung, Kampung Gabral Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten, Periode 9 Mei 2014 – 5 Juli 2014
Status Internis :
Thorax :
Paru-Paru :
Inspeksi: Simetris dalam diam dan pergerakan nafas.
Palpasi : Stem fremitus kanan, kiri, depan, belakang sama kuat.
Perkusi: Sonor, batas paru-hepar di ICS VI MCL dekstra
Auskultasi: Vesikuler, ronkhi -/-, wheezing -/-.
Jantung :
Inspeksi: Pulsasi ictus cordis tidak tampak.
Palpasi : Pulsasi ictus cordis teraba di ICS V MCL sinistra.
Perkusi: Redup
Batas jantung atas: di ICS III parasternal line sinistra.
Batas jantung kanan: di mediastinum.
Batas jantung kiri: di ICS V MCL sinistra.
Auskultasi: Bunyi jantung I dan II normal, murmur (-), gallop(-)
Kesan : tidak ada pembesaran jantung.
Abdomen :
Inspeksi : Tampak buncit
Palpasi : Supel, turgor kulit baik, hepar-lien sulit dinilai
Perkusi : Timpani.
Auskultasi : Bising usus (+) normal.
Status Neurologis
Sensorik : neuropati diabetik -/-
Pemeriksaan Penunjang
Tanggal 6 Mei 2014
Glukosa Darah Sewaktu : 306 mg/dL
Tanggal 19 Mei 2014
Glukosa Darah Sewaktu : 206 mg/dL
Bagian Ilmu Kesehatan MasyarakatFakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara 35Jakarta 2014
Laporan Kunjungan Kasus Diabetes Miletus, Hipertensi dan Obesitas Ny. S Dengan Pendekatan Kedokteran Keluarga di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Kronjo, di Desa Muncung, Kampung Gabral Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten, Periode 9 Mei 2014 – 5 Juli 2014
Diagnosa Kerja
Diabetes Melitus tipe II
Hipertensi grade I (JNC VIII)
Obesitas
Diagnosa Banding : -
Terapi yang telah diberikan oleh Puskesmas Kecamatan Kronjo
Farmakologis:
-Metformin 2x500mg PO
-Captopril 2x12,5mg PO
-Meloxicam 2x15mg PO
Non-farmakologis:
Memberikan edukasi :
- Menjelaskan pada pasien dan keluarga tentang penyakitnya (faktor resiko,
komplikasi)
- Membatasi konsumsi garam (garam dapur, vetsin, soda, bahan pengawet seperti
natrium benzoat dan natrium nitrit)
- Penyuluhan tentang perawatan DM secara mandiri, pengaturan diet sehari-hari,
pemanis yang dapat digunakan sebagai pengganti gula, program latihan jasmani
- Modifikasi gaya hidup (olah raga teratur, restriksi kalori dengan well balance
diet)
Bagian Ilmu Kesehatan MasyarakatFakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara 36Jakarta 2014
Laporan Kunjungan Kasus Diabetes Miletus, Hipertensi dan Obesitas Ny. S Dengan Pendekatan Kedokteran Keluarga di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Kronjo, di Desa Muncung, Kampung Gabral Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten, Periode 9 Mei 2014 – 5 Juli 2014
V.2. Diagnosis Holistik
V.2.1. Aspek Personal
Pasien sakit kepala dan pegal-pegal pada punggung hilang timbul sejak tahun
2013
Pasien merasa berat badan berlebih dan mau untuk mengurangi berat badan
tapi susah untuk memulainya.
Pasien takut meninggal karena kencing manis seperti ibunya ( alrmarhum 5
bulan yang lalu )
V.2.2. Aspek Klinis
Diagnosa : Diabetes Melitus Type 2, Hipertensi Grade 1 ( JNC 8 ) , Obesitas
( IMT 35kg/m2 )
Differensiasi Diagnosa : -
V.2.3. Aspek Internal
Pasien tidak makan obat teratur karena saat merasa sembuh pasien berhenti
minum obat.
Pasien malas untuk pergi berobat ke puskemas karena jarak yang jauh dan
tidak ada yang mengantar.
Pasien merasa dengan minum obat, pasien masih dapat konsumsi makanan
seperti biasa tanpa dikurangi walau sudah dinsehati menantunya.
Pasien ingin mengurangi berat badan tapi malas berolahraga dan mengatur
pola makannya.
V.2.4. Aspek Eksternal
Jarak rumah yang jauh dengan puskesmas
Sosial ekonomi rendah
Lingkungan rumah berdeketan dengan rumah lain dengan jalanan tanah
V.2.5. Aspek Status Fungsional Pasien
Pasien dapat berbaur dengan masyarakat sekitar dan melakukan aktivitas sehari
hari tanpa bantuan orang lain.
Bagian Ilmu Kesehatan MasyarakatFakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara 37Jakarta 2014