Post on 19-Dec-2020
2
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Judul Proyek
“Rancangan Hotel dan Resort Bukit Kahuripan Kota Bandung dengan Pendekatan
Arsitektur Kontemporer Sunda”
1.2 Definisi Judul
1.2.1 Hotel
Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), hotel adalah bangunan
berkamar banyak yang disewakan sebagai tempat untuk menginap dan tempat
makan orang yang sedang dalam perjalanan; bentuk akomodasi yang dikelola
secara komersial, disediakan bagi setiap orang untuk memperoleh pelayanan,
penginapan, makan, minum.
Dari sudut arsitektur, menurut pendapat Prof. Fred Lawson “hotel is defined a
public establishment offering travelers, against payment, two basic services
accomodation and catering” (Hotel adalah sebuah perusahaan yang bergerak di
bidang jasa akomodasi serta pelayanan makan dan minum bagi para pelancong
dengan imbalan pembayaran).
Menurut SK Menparpostel No.KM37/PW.340/MPPT-86 tentang peraturan usaha
dan pengelolaan hotel menyebutkan bahwa hotel adalah suatu jenis akomodasi yang
mempergunakan sebagian atau seluruh bangunannya untuk menyediakan jasa
penginapan, makanan dan minuman serta jasa penunjang lainnya bagi umum yang
dikelola secara komersial.
Pengertian hotel menurut Peraturan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif
Republik Indonesia Nomor PM.53/HM.001/MPEK/2013 Bab 1 Pasal 1, usaha
hotel adalah usaha penyediaan akomodasi berupa kamar-kamar di dalam suatu
bangunan, yang dapat dilengkapi dengan jasa pelayanan makan dan minum,
kegiatan hiburan dan atau fasilitas lainnya secara harian dengan tujuan memperoleh
keuntungan.
3
Berdasarkan beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa hotel merupakan
sebuah bangunan fisik yang menyediakan jasa penginapan, makanan, dan minuman
serta jasa lainnya yang diperuntukan bagi masyarakat umum, dan dikelola secara
komersial.
1.3 Klasifikasi Hotel
Usaha hotel dapat diklasifikasikan menjadi macam hotel yang berbeda, baik
berdasarkan bintang, plan, ukuran, lokasi, area, maksud kunjungan tamu, lamanya
tamu menginap, dan berdasarkan aspek bentuk bangunan. Berikut adalah beberapa
pengklasifikasian hotel menurut Ni Wayan Suwithi dalam buku Akomodasi
Perhotelan :
1.3.1 Hotel Bintang
1. Pengklasifikasian Hotel Berdasarkan Bintang
Dalam pengklasifikasian sistem hotel bintang, terdapat dua cakupan, yaitu hotel
bintang dan hotel non bintang. Hotel Bintang adalah hotel yang telah memenuhi
kriteria penilaian penggolongan kelas hotel bintang satu, dua, tiga, empat, dan
bintang lima.
Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Hotel bintang adalah hotel
yang dalam susunan, pengaturan, dan manajemennya memenuhi standar
internasional pada tingkat tertentu, baik hotel bintang satu, dua, dan lainnya.
a. Disebutkan pada Peraturan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik
Indonesia Nomor PM.53/HM.001/MPEK/2013 tentang standar usaha hotel,
hotel bintang sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a, memiliki
penggolongan kelas hotel bintang satu;
b. hotel bintang dua;
c. hotel bintang tiga;
d. hotel bintang empat; dan
e. hotel bintang lima.
4
Berdasarkan keputusan Dirjen Pariwisata No. 14/U/II/1988, tentang usaha dan
pengelolaan hotel, klasifikasi hotel bintang secara garis besar dinyatakan sebagai
berikut:
a) Hotel bintang satu, dengan konsep sebagai berikut: jumlah kamar standar
minimal 15 kamar dan semua kamar dilengkapi kamar mandi didalam, ukuran
kamar minimum termasuk kamar mandi 20 m2 untuk kamar double dan 18 m2
untuk kamar single, ruang public luas 3m2 x jumlah kamar tidur tidur, minimal
terdiri dari lobby, ruang makan (> 30m2) dan bar dan pelayanan akomodasi
yaitu berupa penitipan barang berharga.
b) Hotel bintang dua, dengan konsep sebagai berikut: jumlah kamar standar
minimal 20 kamar (termasuk minimal 1 suite room, 44 m2), ukuran kamar
minimum termasuk kamar mandi 20m2 untuk kamar double dan 18 m2 untuk
kamar single, ruang public luas 3m2 x jumlah kamar tidur, minimal terdiri dari
lobby, ruang makan (>75m2) dan bar san pelayanan akomodasi yaitu berupa
penitipan barang, dan antar jemput.
c) Hotel bintang tiga, dengan konsep sebagai berikut: jumlah kamar minimal 30
kamar (termasuk minimal 2 suite room, 48m2), ukuran kamar minimum 11
termasuk kamar mandi 22m2 untuk kamar single dan 26m2 untuk kamar
double, ruang publik luas 3m2 x jumlah kamar tidur, minimal terdiri dari lobby,
ruang makan (>75m2) dan bar dan pelayanan akomodasi yaitu berupa penitipan
barang berharga, dan antar jemput.
d) Hotel bintang empat, dengan konsep sebagai berikut: jumlah kamar minimal
50 kamar (termasuk minimal 3 suite room, 48 m2), ukuran kamar minimum
termasuk kamar mandi 24 m2 untuk kamar single dan 28 m2 untuk kamar
double, ruang publik luas 3m2 x jumlah kamar tidur, minimal terdiri dari kamar
mandi, ruang makan (>100 m2) dan bar (>45m2), pelayanan akomodasi yaitu
berupa penitipan barang berharga, penukaran uang asing, postal service dan
antar jemput, fasilitas penunjang berupa ruang linen (>0,5m2 x jumlah kamar),
ruang laundry (>40m2), dry cleaning (>20m2), dapur (>60% dari seluruh luas
lantai ruang makan) dan fasilitas tambahan : pertokoan souvenir, salon, function
room, banquet hall, serta fasilitas olahraga dan sauna.
5
e) Hotel bintang lima, dengan konsep sebagai berikut: jumlah kamar minimal
100 kamar (termasuk minimal 4 suite room, 58m2), ukuran kamar minimum
termasuk kamar mandi 26 m2 untuk kamar single dan 52m2 untuk kamar
double, ruang public luas 3m2 x jumlah kamar tidur, minimal terdiri dari lobby,
ruang makan (>135m2) dan bar (>75m2), pelayanan akomodasi yaitu berupa
penitipan barang berharga dan antar jemput, fasilitas penunjang berupa ruang
linen (>0,5m2 x jumlah kamar), ruang 12 laundry (>40m2), dry cleaning
(>30m2), dapur (>60% dari seluruh luas lantai ruang makan), fasilitas
tambahan: pertokoan souvenir, salon, function room, banquet hall, serta
fasilitas olahraga dan sauna. Dengan adanya klasifikasi hotel tersebut dapat
melindungi konsumen dalam memperoleh fasilitas yang sesuai dengan
keinginan. Memberikan bimbingan pada pengusaha hotel serta tercapainya
mutu pelayanan baik.
2. Berdasarkan Plan
a. American Plan
- Full American Plan
Harga kamar sudah termasuk 3 kali makan (pagi, siang dan malam)
- Modified American Plan
Harga kamar sudah termasuk dengan dua kali makan, dimana salah satu
diantaranya harus makan pagi (breakfast); mis: (room + breakfast +
lunch) dan (room + breakfast + dinner)
b. Continental Plan/Bermuda Plan
Harga kamar sudah termasuk kontinental breakfast
c. European Plan
Tamu yang menginap hanya membayar kamar saja.
3. Berdasarkan Ukuran
a. Small Hotel :
Hotel kecil dengan jumlah kamar di bawah 150 kamar
6
b. Medium Hotel
Hotel dengan ukuran sedang. Medium hotel ini dapat dikategorikan jadi dua:
- Average hotel (jumlah kamar antara 150 s.d 299 kamar)
- Above average hotel (jumlah kamar antara 300 s.d 600 kamar)
c. Large Hotel
Hotel besar dengan jumlah kamar di atas 600 kamar
4. Berdasarkan Lokasi
Hotel berdasarkan lokasi dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu :
a. City Hotel
Hotel yang terletak di dalam kota, dimana sebagian besar tamu yang menginap
mempunyai kegiatan bisnis.
b. Resort Hotel
Hotel yang terletak di kawasan wisata, dimana sebagian besar tamunya tidak
melakukan kegiatan bisnis, tetapi lebih banyak untuk rekreasi. Hotel-hotel
tersebut antara lain:
- Mountain Hotel
- Beach Hotel
- Lake Hotel
- Hill Hotel
- Forest Hotel
5. Berdasarkan Area
a. Suburb Hotel
Hotel yang berlokasi di pinggiran kota, yang merupakan kota satelit.
b. Airport Hotel
Hotel yang berada dalam satu kompleks bangunan atau area bandara atau
sekitar bandara
c. Urban Hotel
Hotel yang berlokasi di pedesaan dan jauh dari kota.
7
6. Berdasarkan Maksud Kunjungan Tamu
a. Business Hotel
Hotel yang sebagian besar tamunya melakukan kegiatan bisnis
b. Resort/Tourism Hotel
Hotel yang kebanyakan tamunya adalah wisatawan, domestik-mancanegara
c. Casino Hotel
Hotel yang sebagian tempatnya berfungsi untuk kegiatan perjudian.
d. Pilgrim Hotel
Hotel yang sebagain tempatnya berfungsi sebagai tempat beribadah.
e. Cure Hotel
Hotel yang sebagian tamunya adalah tamu yang sedang dalam proses
pengobatan atau penyembuhan dari suatu penyakit.
7. Berdasarkan Lamanya Tamu Menginap
a. Transit Hotel
Tamu yang meginap di hotel ini biasanya dalam waktu singkat, rata-rata satu
malam
b. Semi residential Hotel
Tamu yang menginap di hotel ini biasanya lebih dari satu malam. Tetapi ada
yang tinggal antara satu minggu s.d satu bulan.
c. Residential Hotel
Tamu yang menginap di hotel ini cukup lama, paling sedikit satu bulan
8. Berdasarkan Aspek Bentuk Bangunan
a. Pondok Wisata
Merupakan suatu usaha perseorangan dengan mempergunakan sebagian dari
rumah tinggalnya untuk inapan bagi setiap orang dengan memperhitungkan
pembayaran harian.
b. Cottage
Adalah suatu bentuk bangunan yang dipergunakan untuk usaha pelayanan
akomodasi dengan fasilitas-fasilitas tambahan lainnya. Fasilitas tambahan
8
yang dimaksud bisa berupa peminjaman sepeda secara gratis, atau fasilitas
dayung apabila cottage terletak di tepi danau.
c. Motel (Motor Hotel)
Adalah suatu bentuk bangunan yang digunakan untuk usaha perhotelan dengan
sarana tambahan adanya garasi di setiap kamarnya. Biasanya motel ini
bertingkat dua, bagian atas sebagai kamar, dan bagian bawah berupa garasi
mobil.
1.3.2 Hotel Bintang Empat
Hotel Bintang Empat adalah hotel dengan penggolongan kelas yang dinilai cukup
baik, hampir menyamai standar Hotel Bintang Lima (lihat halaman 13). Hotel
jenis ini mempunyai bangunan yang cukup luas dan besar, dekat dengan tempat
wisata, tempat belanja, dan pusat hiburan. Karyawan di hotel bintang empat
dibekali informasi mengenai tempat wisata di sekitar hotel. Pelayanan yang
diberikan hotel bintang empat pun pastinya di atas rata-rata.
1.4 Tujuan Pemilihan Tema dan Judul
1.4.1 Alasan Pemilihan Judul
Lokasi tempat perancangan hotel ini didirikan menjadi faktor utama nama judul.
Dikarenakan lokasi hotel ini berada di Kota Bandung yang merupakan salah satu
daerah Sunda, nama Sunda pun dipilih oleh penulis, yakni Bukit Kahuripan. Bukit
Kahuripan sendiri memiliki arti ‘Bukit Kehidupan’ di mana perancang
mengharapkan nantinya rancangan bangunan hotel bintang empat yang dirancang
akan menjadi tempat istirahat singgah sementara wisatawan Bandung untuk
melepas penat kehidupan perkotaan sehari-hari, dan dapat kembali menyegarkan
pikiran di penginapan yang asri ini.
1.4.2 Alasan Pemilihan Lokasi Proyek
Lokasi proyek Hotel Bukit Kahuripan ini berada di Jl. Sersan Sodik,
Gudangkahuripan, Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Kota Bandung, Jawa
Barat yang merupakan kawasan wisata, perkebunan, dan perhunian penduduk.
Lokasi bangunan hotel ini berada di lahan berkontur dengan view menghadap
9
lembah bukit yang asri, juga memiliki akses yang terbilang cukup dekat dengan
beberapa destinasi wisata terkenal Lembang Bandung saat ini, sehingga dapat
menjadi nilai tambah pemilihan lokasi hotel. Selain itu juga, lokasi site berada dekat
dengan pemukiman penduduk yang rata-rata masih berkegiatan cocok tanam dan
usaha kecil, sehingga hal ini dapat dimanfaatkan dan menjadi potensi yang sangat
baik untuk menunjang aktifitas maupun sebagai daya tarik pengunjung hotel untuk
mampir kepada tempat usaha mereka.
1.4.3 Alasan Proyek Perlu Diadakan
Pemilihan proyek ini dikarenakan kebutuhan untuk mewadahi kegiatan inap
wisatawan baik wisatawan lokal dan mancanegara yang datang untuk berwisata ke
destinasi wisata Lembang, Kota Bandung. Dengan adanya pembangunan hotel ini
pun maka akan menghidupkan ekonomi masyarakat sekitar yang memiliki usaha,
baik skala kecil maupun besar. Dengan begitu, pembangunan Hotel Bukit
Kahuripan juga turut andil dalam program pemerintah Jawa Barat dalam
memberdayakan masyarakat untuk memiliki jiwa wirausaha kreatif khususnya
destinasi wisata sehingga dapat bersaing di skala nasional maupun skala
internasional, serta sebagai bentuk untuk lebih mengembangkan usahan kecilnya
ke dalam bentuk yang lebih baik.
1.4.4 Alasan Pemilihan Tema
Selain sebagai bangunan yang mewadahi kegiatan inap sementara komersial, hotel
ini juga harus memiliki identitas yang menjadi ciri dari fungsi bangunan itu sendiri
juga lingkungan. Dalam hal ini karena fungsi bangunan adalah gedung hotel
bintang empat resort di Lembang, maka unsur penataan kontur, estetika, dan
penerapan konsep lokal harus diterapkan pada bangunan.
Dengan pemilihan konsep Kontemporer Sunda adalah salah satu bentuk upaya
perancang untuk meningkatkan kembali kepedulian masyarakat terhadap tradisi
berarsitektur Nusantara Sunda. Dengan begitu, desain bangunan pun dapat
memiliki desain yang bersifat modern mengikuti zaman namun juga tetap selaras
dengan bangunan sekitar, baik adat maupun budaya, sehingga desain Hotel Bintang
Empat ini pun memiliki sarat makna.
10
1.5 Tema Perancangan
1.5.1 Tema
Tema perancangan yang diambil adalah Arsitektur Kontemporer Nusantara. Gaya
Kontemporer sendiri merupakan istilah yang bebas dipakai untuk sejumlah gaya
yang berkembang antara tahun 1940-1980an. Gaya kontemporer sering
diterjemahkan sebagai arsitektur modern (Illustrated Dictionary of Architecture,
Ernest Burden).
Walaupun istilah kontemporer sama artinya dengan modern, tapi dalam desain
kerap dibedakan. Desain kontemporer memiliki desain yang lebih maju, variatif,
fleksibel dan inovatif, baik secara bentuk maupun tampilan, jenis material,
pengolahan material, maupun teknologi yang dipakai. Arsitektur kontemporer ini
menonjolkan bentuk unik, di luar kebiasaan, atraktif, dan sangat komplek.
Permainan warna dan bentuk menjadi modal menciptakan daya tarik bangunan.
Selain itu permainan tekstur juga sangat dibutuhkan.
Berikut merupakan prinsip Arsitektur Kontemporer menurut Ogin Schimrbeck:
1. Bangunan kokoh
2. Gubahan yang ekspresif dan dinamis
3. Konsep ruang terkesan terbuka
4. Harmonisasi ruangan yang menyatu dengan ruang luar
5. Memiliki fasad yang transparan
6. Kenyamanan hakiki
7. Eksplorasi elemen lanskap area yang berstruktur
Menurut Budi Pradono, Arsitektur Nusantara adalah bagian dari tradisi. Tradisi
sebetulnya bersifat dinamik, dari waktu ke waktu mengalami perubahan, dari
tempat ke tempat lain mengalami penyesuaian. Metode penerapannya kini adalah
bagaimana mengkonsepkan dan membuatnya lugas dinamik sesuai dengan
aktivitasnya.
Dikarenakan lokasi perancangan ada di daerah Jawa Barat, tepatnya Kota Bandung,
perancang ingin membawa konsep desain yang sarat akan budaya Sunda.
Mengimplementasikan konsep yang berkaitan dengan aspek bentuk arsitektur
11
Sunda, juga penggunaan konsep-konsep nilai seperti Lemah Cai, Luhur Handap,
Kaca-kaca, dan Wadah eusi pada perancangan bangunan, sehingga kesan bangunan
hotel yang biasanya dikenal bersifat modern namun tidak menghilangkan
peradaban arsitektur lokal yang dimiliki wilayah Jawa Barat, arsitektur Sunda.
Dengan menggunakan tema desain kontemporer yang bersifat modern dan menarik,
dapat mengangkat, juga menyegarkan desain etnik lokal Nusantara, khususnya
arsitektur Sunda. Selain sebagai upaya pelestarian budaya lokal, bangunan hotel
yang didesain ini juga dapat mencerminkan identitas lingkungan hotel didirikan,
dan diharapkan dapat menjadi ikon atau ciri khas Kota Bandung, Jawa Barat.
1.5.2 Karakteristik Arsitektur Sunda
Konsep dasar rancangan arsitektur tradisional masyarakat Sunda adalah menyatu
dengan alam yang merupakan sebuah potensi, kekuatan yang mesti dihormati serta
dimanfaatkan secara tepat di dalam kehidupan. Ungkapan rasa hormat tersebut
tercermin pada sebutan bumi bagi alam yang menunjukan pula bahwa alam adalah
tempat tinggal bagi masyarakat Sunda karena istilah bumi juga digunakan untuk
menyebut secara halus rumah atau tempat tinggal orang Sunda (Gatot Suharjanto,
Konsep Arsitektur Tradisional Sunda Masa Lalu dan Masa Kini).
Cara penataan bangunan kompleks melingkar membentuk huruf U atau disebut
ngariung (berkumpul, menyatu) menunjukan sistem tatanan sosial atau kekerabatan
yang erat antara para penghuninya. Menurut Mangunwijaya rumah yang kita
bangun ialah rumah manusia, merupakan sesuatu yang selalu dinapasi kehidupan
manusia, oleh watak dan kecenderungan-kecenderungan, oleh nafsu dan cita-
citanya. Rumah adalah citra sang manusia pembangunnya (Mangunwijaya, 1995).
Secara umum rumah tradisional Sunda merupakan sebuah rumah panggung seperti
rumah – rumah tradisional lainnya yang ada di Indonesia. Bentuk ini bertujuan
untuk menghindari masalah – masalah dari lingkungan yang bisa mengancam
penghuninya. Seperti bahaya gempa bumi, longsor, atau perubahan suhu pada iklim
tropis. Jenis rumah tradisional sunda dapat dibedakan dari dua jenis yaitu dari
bentuk atap dan pintu masuk. Istilah bentuk atap yang ada pada rumah tradisional
12
sunda seperti suhunan jalopong, tagog (jogo)-anjing, badak-heuay, perahu-
kumereb, jubleg-nangkub/capit gunting, dan julang-ngapak. Sedangkan dari pintu
masuk dikenal istilah buka-palayu, dan buka-pongpok. Bagian penutup atap terbuat
dari talahab yaitu penutup atap yang terbuat dari bilahan bambu. Berikut dapat
dilihat ciri khas dari bentuk rumah adat Sunda pada gambar 1.1 dan gambar 1.2.
Rumah adat Sunda pun memiliki nilai-nilai konsep seperti :
a. Lemah-cai
Pemahaman terhadap konsep ini yaitu tempat kelahiran atau kampung halaman.
Lemah-cai mengandung arti dibutuhkan dua elemen komplementer sebagai syarat
suatu pemukiman, yaitu lemah (tanah) yang layak huni dan layak dijadikan ladang,
serta cai (air) yang tersedia-misalnya mata air dan balong-untuk menghidupi tanah
dan manusia.
b. Luhur-handap
Luhur handap merupakan salah satu ciri konsep orientasi pada patempatan, ialah
keyakinan bahwa yang diluhur (di atas) dinilai lebih tinggi nialinya. Contoh, kepala
(ada di luhur) lebih tinggi nilainya daripada kaki (ada dihandap) aplikasinya berupa
bangunan yang memiliki fungsi lebih tinggi seperti rumah kuncen atau masjid
berada di area yang lebih tinggi.
c. Wadah-eusi
Wadah-eusi berarti bahwa setiap tempat selalu menjadi suatu wadah sekaligus
mempunyai eusi atau kekuatan supranatural. Walaupun eusi selalu butuh wadah, ia
dapat bertukar wadah. Proses pemilihan lokasi selalu berlandas pada konsepsi ini.
Gambar 1.1 Teori Rumah Adat Sunda
Sumber : Deny, Martinus. Jurnal Rumah
Tradisional Sunda Dalam Perspektif Teori
Paradoks
Gambar 1.2 Jenis Atap Rumah Adat Sunda
(1) Jolopong (2) Perahu Kumureb (3) Julang Ngapak
(4) Badak Heuay (5) Tagog Anjing (6) Capit Gunting
Sumber : Maurina, Anastasia. Komparasi Tektonika
Bambu Pada Rumah Adat di Tataran Sunda
13
d. Kaca-kaca
Konsep kaca-kaca dipahami sebagai batas dalam arti luas, ia dapat berarti batas
antara ketinggian tempat, perbedaan material tempat, juga sesuatu benda yang
diletakan pada tempat tertentu sebagai symbol dari dua area berbeda. Misalnya
batas kampung menggunakan tanda umbul-umbul. Konsep kaca-kaca ini juga
dipahami sebagai cara melihat penciptaan wadah fisik. Bagaimana menyambung
dua material baik yang berbeda atau sama dalam suatu rumah lebih dipandang
penting daripada material itu.
Berdasarkan teori-teori tersebut, teori yang akan diimplementasikan ke dalam
desain rancangan Hotel Bintang Empat ini berupa konsep-konsep nilai Lemah Cai,
Luhur Handap, Kaca-kaca, dan Wadah eusi. Penerapan bentuk atap tradisional
Sunda dan memodifikasinya menjadi bangunan kontemporer pada ruangan-
ruangan fasilitas umum, misalkan gazebo. Selain itu perancang juga akan
menerapkan penggunaan material khas rumah adat Sunda untuk dekorasi interior
hotel, seperti penggunaan bambu, juga dinding anyam khas sunda.
1.6. Tujuan Proyek
1.6.1. Aspek Perancangan
1. Mengikuti ketentuan regulasi yang berlaku di daerah Bandung
2. Desain urban dan dinamis sesuai konsep Kontemporer Sunda yang
menyesuaikan dengan kondisi geografis dan iklim lingkungan yang tropis.
3. Menciptakan desain yang dapat memberi kenyamanan pada area sekitar site.
4. Mendesain bangunan hotel semenarik mungkin, menggunakan konsep
Kontemporer Nusantara Sunda agar bangunan tersebut menjadi ikon daerah
1.6.2. Aspek Bangunan
1. Penerapan tema dan konsep desain bangunan yang dapat menciptakan sebuah
sarana fasilitas penginapan hotel sesuai dengan kebutuhan pengguna hotel.
2. Memperhatikan estetika bangunan yang mengusung konsep Kontemporer
Sunda tanpa mengabaikan nilai aspek struktur.
14
3. Merancang bangunan agar memiliki potensi dari segi ekonomis dan komersil.
1.6.3. Aspek Lingkungan dan Tapak
1. Desain menyikapi potensi dan kendala yang ada pada site, baik berdasarkan
iklim dan keadaan geografis lingkungan.
2. Memperhatikan hubungan antara sirkulasi dalam bangunan dan sirkulasi luar
bangunan, sehingga tercipta harmonisasi ruang yang seirama.
3. Memperhatikan penataan lansekap agar menarik bagi pengunjung yang datang.
4. Memperhatikan dampak bangunan terhadap lingkungan agar tidak berdampak
negatif terhadap bangunan sekitar.
1.7. Tujuan Proyek
1.7.1. Tujuan Umum :
1. Menyediakan sarana kamar sewa sebagai tempat menginap bagi orang yang
sedang dalam perjalanan.
2. Menyediakan sarana tempat makan bagi orang yang sedang dalam perjalanan
dalam bentuk akomodasi yang dikelola secara komersial.
3. Penyediaan ruang yang memadai untuk aktifitas penyewa kamar hotel dan
pengelola
1.7.2. Tujuan Khusus :
Terciptanya desain hotel yang baik, tepat dan efisien serta berkesinambungan baik
dengan lingkungan sekitar, baik secara fungsi dengan wujud bangunan yang
berkonteks Kontemporer Nusantara.
1.8. Visi dan Misi Proyek
Visi : “Menyediakan fasilitas hotel yang mampu mewujudkan keamanan dan
kenyaman bagi pengguna hotel dan pengelola sehingga tercipta suasana
harmonis dan stabil.”
Misi :
1. Memenuhi kebutuhan sarana penginapan sewa hotel bagi masyarakat.
2. Memberikan tingkat kepuasan dengan desain yang diberikan.
3. Meningkatkan rasa kebanggaan bagi pengguna hotel.
15
1.9. Deskripsi Proyek
Nama proyek : Hotel dan Resort Bukit Kahuripan Bandung
Sifat proyek : Fiktif
Owner : Kepemilikan Swasta
Sumber dana : Anggaran Swasta
Lokasi : Jl. Sersan Sodik, Gudangkahuripan, Lembang, Kabupaten
Bandung Barat, Kota Bandung, Jawa Barat
Luas Site : 21.600 𝑚2
KDB : 20% x 21.600 = 4.320 𝑚2
KLB : 0,7
KDH minimum : 76%
GSB : 10 m dan 4 m
1.10. Pengenalan / Pemahaman Proyek
Hotel Bukit Kahuripan merupakan hotel berbintang empat resort yang berada di
Gudangkahuripan, Lembang, Bandung. Hotel ini memiliki sasaran pasar utama
wisatawan yang berwisata ke Lembang. Sebagai bangunan inap komersil, hotel ini
harus menyediakan fasilitas baik sarana prasarana yang sesuai dengan persyaratan
sebuah hotel bintang empat agar dapat menunjang dengan baik kegiatan pengguna.
1.11. Aktifitas Pengguna Hotel
Kegiatan di Hotel Bintang Empat meliputi:
a) Kegiatan Pokok
- Melakukan registrasi administrasi penginapan hotel
- Melakukan kegiatan inap, rekreasi hotel
- Memberikan pelayanan kepada pengguna hotel
- Menjaga keamanan dan ketertiban, dan menjaga kebersihan lingkungan.
b) Kegiatan Usaha Penunjang
Kegiatan usaha penunjang penyelenggaraan hotel dilakukan untuk mendukung
fasilitas hotel. Kegiatan usaha penunjang dapat dilakukan oleh pihak lain dengan
persetujuan pengelola hotel, seperti misalnya pada kegiatan usaha penunjang
16
restoran, toko souvenir, dan fasilitas spa dan sauna. Penyelenggara prasarana hotel
dalam melaksanakan kegiatan usaha penunjang harus mengutamakan
pemanfaatan ruang untuk keperluan kegiatan pokok hotel.
1.12. Tinjauan Tapak
Lokasi site berada di Lembang, Kota Bandung yang umumnya diperuntukkan
sebagai kawasan hunian kepadatan sedang. Kecamatan Lembang sendiri berada
pada ketinggian +/- 1.241 meter di atas permukaan laut. Titik tertingginya ada di
puncak Gunung Tangkuban Parahu. Sebagai daerah yang terletak di pegunungan,
suhu rata-rata pertahunnya minimum 16.8 °C dan maksimal 23.6 °C.
Keadaan geologis dan tanah yang ada di kota Bandung dan sekitarnya terbentuk
pada zaman kwartier dan mempunyai lapisan tanah alluvial hasil letusan Gunung
Tangkuban Parahu. Jenis material di bagian ini berjenis andosol begitu juga pada
kawasan di bagian tengah dan barat, sedangkan kawasan di bagian selatan serta
timur, jenis alluvial kelabu, bahan endapan tanah liat. Berikut dapat dilihat pada
gambar 1.3, gambar 1.4, dan gambar 1.5 merupakan pemetaan lokasi site ;
Batas Tapak :
a. Utara : Perumahan Warga Kepadatan Sedang
b. Selatan : El Dorado dan Perumahan Warga
c. Timur : Lembah Bukit
d. Barat : Lingkungan Perumahan Warga
Gambar 1.4 Peta Jawa Barat
(http://peta-kota.blogspot.com/)
Gambar 1.3 Peta Pulau Jawa
(Sumber : id.wikipedia.org)
Gambar 1.5 Peta Kota Bandung
(https://www.google.com/maps/
place/Bandung,+Kota+Bandung,
+Jawa+Barat/
17
1.13. Metode Pengumpulan Data
Berdasarkan persoalan di atas, maka metoda pendekatan perancangan yang
digunakan dalam merancang Hotel Bintang Empat di Kota Bandung ini adalah
sebagai berikut:
a. Menciptakan alur sirkulasi dalam maupun luar hotel yang nyaman bagi
pengguna hotel maupun pengelola hotel.
b. Menganalisa kondisi site sehingga dapat diketahui kendala dan potensi yang
dapat dijadikan bahan pertimbangan untuk memperoleh usulan desain yang
baik.
c. Merancang desain hotel dengan konsep Kontemporer Sunda, dengan harapan
dapat menjadi daya tarik tersendiri pada bangunan.
d. Penerapan Zoning (privat, publik, servis) pada site dan dalam bangunan.
Dengan demikian, pembagian ruang pun akan lebih teratur dan tidak akan
tercipta ruang negatif.
Pengumpulan data yang dilakukan meliputi data primer dan skunder dengan cara:
a. Data primer
- Pengamatan secara langsung di lapangan
- Pengumpulan data cuaca, iklim, dan data geologis lapangan
- Studi banding, dengan mempelajari bangunan lain yang memiliki fungsi yang
sama sebagai referensi dalam mendesain
b. Data Sekunder
- Pengumpulan data sekunder dilakukan dengan cara mempelajari buku - buku
yang berkaitan dengan teori, konsep, standar perencanaan dan perancangan
fasilitas museum berskala nasional.
- Pencarian data online dilakukan dengan mencari referensi, kajian teori, jurnal
dengan masing-masing keyword yang diperlukan, dan juga mencari peta lokasi.
1.14. Skema Pemikiran
Berikut pada diagram 1.1 adalah skema pemikiran pada perancangan Hotel
dan Resorts Bukit Kahuripan :
18
Dia
gra
m 1
.1 S
kem
a P
emik
iran