BAB I TARIK

20
 BAB I Pengujian Tarik I-1 BAB I PENGUJIAN TARIK I.1 Tujuan Pengujian 1. Mahas iswa men getahu i pros edur pen guji an tarik 2. Mahas iswa mampu men golah dan men ganalis is data hasil pengu jjan tarik 3. Mahas iswa men getahu i sifat-s ifat mek anik bah an I.2 Dasar Teori Tujua n dari dilak ukan nya suatu  pengujia n mekanik adalah untuk menentukan respon material dari suatu konstruksi, komponen atau rakitan fabrikasi pada saat dikenakan beban atau deformasi dari luar . Dalam hal ini akan ditentukan seberapa jauh  perilaku inheren (sifat yang lebih merupakan ket ergant ung an atas fenome na atomik mau pun mik ros kop is dan bukan di pe ngar uh i be nt uk at au uk uran be nd a uj i) da ri ma te ri al terh adap  pembebanan tersebut. Diantara semua pengujian mekanis tersebut, pengujian tari k mer upakan jenis pen guj ian yan g pal ing ban yak dil akukan kar ena mampu memberikan informasi representatif dari perilaku mekanis material. Prinsip Pengujian Sampel atau benda uji dengan ukuran dan bentuk tertentu ditarik dengan  beban kontinyu sambil diukur pertambahan panjangnya. Data yang didapat berupa  peru bahan panjang dan perubahan beban yang selanjutny a ditampilkan dalam  bent uk grafik tegangan-reg angan , sebag aimana ditun jukk an oleh Gambar 1.1. Dat a-da ta pen ting yan g dih ara pka n did apa t dar i pen guj ian tar ik ini ada lah:  perilaku mekanik material dan karakteristik perpatahan. 1. Perilaku meka nik material Pengujian tarik yang dilakukan pada suatu material padatan (logam dan nonlogam) dapat memberikan keterangan yang relatif lengkap men gen ai per ila ku mate rial ter sebut ter hadap pembeb anan mek ani s. Laporan Praktikum Pengetahuan Bahan Teknik Teknik Industri - Universitas Surabaya

Transcript of BAB I TARIK

5/11/2018 BAB I TARIK - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-tarik 1/20

 

BAB I – Pengujian Tarik I-1

BAB I

PENGUJIAN TARIK 

I.1 Tujuan Pengujian

1. Mahasiswa mengetahui prosedur pengujian tarik 

2. Mahasiswa mampu mengolah dan menganalisis data hasil pengujjan tarik 

3. Mahasiswa mengetahui sifat-sifat mekanik bahan

I.2 Dasar Teori

Tujuan dari dilakukannya suatu   pengujian mekanik adalah untuk 

menentukan respon material  dari suatu konstruksi, komponen atau rakitan

fabrikasi pada saat dikenakan beban atau deformasi dari luar . Dalam hal ini

akan ditentukan seberapa jauh  perilaku inheren (sifat yang lebih merupakan

ketergantungan atas fenomena atomik maupun mikroskopis dan bukan

dipengaruhi bentuk atau ukuran benda uji) dari material terhadap

 pembebanan tersebut. Diantara semua pengujian mekanis tersebut, pengujian

tarik merupakan jenis pengujian yang paling banyak dilakukan karena

mampu memberikan informasi representatif dari perilaku mekanis material.

Prinsip Pengujian

Sampel atau benda uji dengan ukuran dan bentuk tertentu ditarik dengan

 beban kontinyu sambil diukur pertambahan panjangnya. Data yang didapat berupa

  perubahan panjang dan perubahan beban yang selanjutnya ditampilkan dalam

  bentuk grafik tegangan-regangan, sebagaimana ditunjukkan oleh Gambar 1.1.

Data-data penting yang diharapkan didapat dari pengujian tarik ini adalah:

 perilaku mekanik material dan karakteristik perpatahan.

1. Perilaku mekanik material

Pengujian tarik yang dilakukan pada suatu material padatan

(logam dan nonlogam) dapat memberikan keterangan yang relatif lengkap

mengenai perilaku material tersebut terhadap pembebanan mekanis.

Laporan Praktikum Pengetahuan Bahan Teknik 

Teknik Industri - Universitas Surabaya

5/11/2018 BAB I TARIK - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-tarik 2/20

 

BAB I – Pengujian Tarik I-2

Informasi penting yang bisa didapat adalah:

a. Batas proporsionalitas (proportionality limit)

Merupakan daerah batas dimana tegangan dan regangan

mempunyai hubungan proporsionalitas satu dengan lainnya. Setiap

  penambahan tegangan akan diikuti dengan penambahan regangan

secara proporsional dalam hubungan linier σ = E ε (bandingkan dengan

hubungan y = mx ; dimana  y mewakili tegangan;  x mewakili regangan

dan m mewakili slope kemiringan dari modulus kekakuan). Titik P pada

Gambar 1.1 di bawah ini menunjukkan batas proporsionalitas dari

kurva tegangan-regangan.

Gambar 1.1. gambar kurva tegangan-regangan dari sebuah

benda uji terbuat baja ulet 

b. Batas elatis (elastic limit)

Daerah elastis adalah daerah dimana bahan akan kembali

kepada panjang semula bila tegangan luar dihilangkan. Daerah

 proporsionalitas merupakan bahagian dari batas elastik ini. Selanjutnya

 bila bahan terus diberikan tegangan (deformasi dari luar) maka batas

elastis akan terlampaui pada akhirnya sehingga bahan tidak akan

kembali kepada ukuran semula. Dengan kata lain dapat didefinisikan

  bahwa batas elastis merupakan suatu titik dimana tegangan yang

Laporan Praktikum Pengetahuan Bahan Teknik 

Teknik Industri - Universitas Surabaya

5/11/2018 BAB I TARIK - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-tarik 3/20

 

BAB I – Pengujian Tarik I-3

diberikan akan menyebabkan terjadinya deformasi permanen (plastis)

  pertama kalinya. Kebanyakan material teknik memiliki batas elastis

yang hampir berimpitan dengan batas proporsionalitasnya.

c. Titik luluh (yield point) dan kekuatan luluh (yield strength)

Titik ini merupakan suatu batas dimana material akan terus

mengalami deformasi tanpa adanya penambahan beban. Tegangan

( stress) yang mengakibatkan bahan menunjukkan mekanisme luluh ini

disebut tegangan luluh (yield stress). Titik luluh ditunjukkan oleh titik 

Y pada Gambar 1.1 di atas. Gejala luluh umumnya hanya ditunjukkan

oleh logam-logam ulet dengan struktur kristal BCC dan FCC yang

membentuk interstitial solid solution dari atom-atom carbon, boron,

hidrogen dan oksigen. Interaksi antara dislokasi dan atom-atom tersebut

menyebabkan baja ulet eperti mild steel menunjukkan titik luluh bawah

(lower yield point ) dan titik luluh atas (upper yield point ).

Baja berkekuatan tinggi dan besi tuang yang getas umumnya

tidak memperlihatkan batas luluh yang jelas. Untuk menentukan

kekuatan luluh material seperti ini maka digunakan suatu metode yang

dikenal sebagai Metode Offset . Dengan metode ini kekuatan luluh

(yield strength) ditentukan sebagai tegangan dimana bahan

memperlihatkan batas penyimpangan/deviasi tertentu dari

 proporsionalitas tegangan dan regangan . Pada Gambar 1.2 di bawah ini

garis offset OX ditarik paralel dengan OP, sehingga perpotongan XW

dan kurva tegangan-regangan memberikan titik Y sebagai kekuatan

luluh. Umumnya garis offset OX diambil 0.1 – 0.2% dari regangan totaldimulai dari titik O.

Laporan Praktikum Pengetahuan Bahan Teknik 

Teknik Industri - Universitas Surabaya

5/11/2018 BAB I TARIK - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-tarik 4/20

 

BAB I – Pengujian Tarik I-4

Gambar 1.2.  gambar kurva tegangan-regangan dari sebuah benda uji

terbuat dari bahan getas

Kekuatan luluh atau titik luluh merupakan suatu gambaran

kemampuan bahan menahan deformasi permanen bila digunakan dalam

 penggunaan struktural yang melibatkan pembebanan mekanik seperti

tarik, tekan bending atau puntiran. Di sisi lain, batas luluh ini harus

dicapai ataupun dilewati bila bahan (logam) dipakai dalam proses

manufaktur produk-produk logam seperti proses rolling , drawing ,

 stretching  dan sebagainya. Dapat dikatakan bahwa titik luluh adalah

suatu tingkat tegangan yang:

• Tidak boleh dilewati dalam penggunaan struktural(inservice)

• Harus dilewati dalam proses manufaktur logam ( forming process)

d. Kekuatan tarik maksimum (ultimate tensile strength)

Merupakan tegangan maksiumum yang dapat ditanggung oleh

material sebelum terjadinyaperpatahan ( fracture). Nilai kekuatan tarik 

maksimum σ uts ditentukan dari beban maksiumFmaks dibagi luas

 penampang awal Ao.

Laporan Praktikum Pengetahuan Bahan Teknik 

Teknik Industri - Universitas Surabaya

5/11/2018 BAB I TARIK - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-tarik 5/20

 

BAB I – Pengujian Tarik I-5

UTS = Fmaks (1.1)

Ao

Pada bahan ulet tegangan maksimum ini ditunjukkan oleh titik 

M (Gambar 1.1) dan Selanjutnya bahan akan terus berdeformasi

hingga titik B. Bahan yang bersifat getas memberikan perilaku yang

  berbeda dimana tegangan maksimum sekaligus tegangan perpatahan

(titik B pada Gambar 1.2). Dalam kaitannya dengan penggunaan

struktural maupun dalam proses forming bahan, kekuatan maksimum

adalah batas tegangan yang sama  sekali tidak boleh dilewati.

e. Kekuatan putus (breaking strength)

Kekuatan putus ditentukan dengan membagi beban pada saat

 benda uji putus (Fbreaking ) dengan luas penampang awal  Ao. Untuk 

 bahan yang bersifat ulet pada saat beban maksimum M terlampaui dan

 bahan terus terdeformasi hingga titik putus B maka terjadi mekanisme

  penciutan (necking ) sebagai akibat adanya suatu deformasi yang

terlokalisasi. Pada bahan ulet kekuatan putus adalah lebih kecil

daripada kekuatan maksimum sementara pada bahan getas kekuatan

 putus adalah sama dengan kekuatan maksimumnya.

  f. Keuletan (ductility)

Keuletan merupakan suatu sifat yang menggambarkan

kemampuan logam menahan deformasi hingga terjadinya perpatahan.

Sifat ini , dalam beberapa tingkatan, harus dimiliki oleh bahan bila

ingin dibentuk ( forming ) melalui proses rolling , bending ,  stretching ,drawing , hammering , cutting  dan sebagainya. Pengujian tarik 

memberikan dua metode pengukuran keuletan bahan yaitu:

• Persentase perpanjangan (elongation)

Diukur sebagai penambahan panjang ukur setelah perpatahan

terhadap panjang awalnya.

 Elongasi,ε

(%) = [(Lf-Lo)/Lo] x 100%(1.2)

Laporan Praktikum Pengetahuan Bahan Teknik 

Teknik Industri - Universitas Surabaya

5/11/2018 BAB I TARIK - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-tarik 6/20

 

BAB I – Pengujian Tarik I-6

dimana  Lf  adalah panjang akhir dan  Lo  panjang awal dari benda

uji.

• Persentase pengurangan/reduksi penampang (Area Reduction)

Diukur sebagai pengurangan luas penampang (cross-section)

setelah perpatahan terhadap luas penampang awalnya.

 Reduksi penampang,  R (%) = [(Ao-Af)/Ao] x 100% (1.3)

dimana  Af  adalah luas penampang akhir dan  Ao luas penampang

awal.

 g. Modulus elastisitas (E)

Modulus elastisitas atau modulus Young merupakan ukuran

kekakuan suatu material. Semakin besar harga modulus ini maka

semakin kecil regangan elastis yang terjadi pada suatu tingkat

 pembebanan tertentu, atau dapat dikatakan material tersebut semakin

kaku ( stiff ). Pada grafik tegangan-regangan (Gambar 1.1 dan 1.2),

modulus kekakuan tersebut dapat dihitung dari slope kemiringan garis

elastis yang linier, diberikan oleh:

E = σ/ε atau E = tan α (1.4)

dimana α adalah sudut yang dibentuk oleh daerah elastis kurvategangan-regangan. Modulus elastisitas suatu material ditentukan oleh

energi ikat antar atom-atom, sehingga besarnya nilai modulus ini tidak 

dapat dirubah oleh suatu proses tanpa merubah struktur bahan. Sebagai

contoh diberikan oleh Gambar 1.3 di bawah ini yang menunjukkan

grafik tegangan-regangan beberapa jenis baja:

Laporan Praktikum Pengetahuan Bahan Teknik 

Teknik Industri - Universitas Surabaya

5/11/2018 BAB I TARIK - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-tarik 7/20

 

BAB I – Pengujian Tarik I-7

Gambar 1.3.   gambar grafik tegangan-regangan beberapa baja yang 

memperlihatkan kesamaan modulus kekakuan

h. Modulus kelentingan (modulus of resilience)

Mewakili kemampuan material untuk menyerap energi dari

luar tanpa terjadinya kerusakan. Nilai modulus dapat diperoleh dari luas

segitiga yang dibentuk oleh area elastik  diagram tegangan-regangan

 pada Gambar 1.1.

i. Modulus ketangguhan (modulus of toughness)

Merupakan kemampuan material dalam menyerap energi

hingga terjadinya perpatahan. Secara kuantitatif dapat ditentukan dari

luas area keseluruhan di bawah kurva teganganregangan hasil pengujian

tarik seperti Gambar 1.1. Pertimbangan disain yang mengikut sertakanmodulus ketangguhan menjadi sangat penting untuk komponen-

komponen yang mungkin mengalami pembebanan berlebih secara tidak 

disengaja. Material dengan modulus ketangguhan yang tinggi akan

mengalami distorsi yang besar karena pembebanan berlebih, tetapi hal

ini tetap disukai dibandingkan material dengan modulus yang rendah

dimana perpatahan akan terjadi tanpa suatu peringatan terlebih dahulu.

Laporan Praktikum Pengetahuan Bahan Teknik 

Teknik Industri - Universitas Surabaya

5/11/2018 BAB I TARIK - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-tarik 8/20

 

BAB I – Pengujian Tarik I-8

 j. Kurva tegangan-regangan rekayasa dan sesungguhnya

Kurva tegangan-regangan rekayasa didasarkan atas dimensi

awal (luas area dan panjang) dari benda uji, sementara untuk 

mendapatkan kurva tegangan-regangan sesungguhnya diperlukan luas

area dan panjang aktual pada saat pembebanan setiap saat terukur.

Perbedaan kedua kurva tidaklah terlampau besar pada regangan yang

kecil, tetapi menjadi signifikan pada rentang terjadinya pengerasan

regangan ( strain hardening ), yaitu setelah titik luluh terlampaui. Secara

khusus perbedaan menjadi demikian besar di dalam daerah necking.

Pada kurva tegangan-regangan rekayasa, dapat diketahui bahwa benda

uji secara aktual mampu menahan turunnya beban karena luas area awal

 Ao   bernilai konstan pada saat penghitungan tegangan σ = P/Ao.

Sementara pada kurva tegangan-regangan sesungguhnya luas area

aktual adalah selalu turun hingga terjadinya perpatahan dan benda uji

mampu menahan peningkatan tegangan karena σ = P/A. Gambar 1.4 di

  bawah ini memperlihatkan contoh kedua kurva tegangan-regangan

tersebut pada baja karbon rendah (mild steel ).

Gambar 1.4.  gambar perbandingan antara kurva tegangan-regangan

rekayasa dan sesungguhnya dari baja karbon rendah (mild steel)

Laporan Praktikum Pengetahuan Bahan Teknik 

Teknik Industri - Universitas Surabaya

5/11/2018 BAB I TARIK - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-tarik 9/20

 

BAB I – Pengujian Tarik I-9

2. Mode perpatahan Material

Sampel hasil pengujian tarik dapat menunjukkan beberapa

tampilan perpatahan seperti diilustrasikan oleh Gambar 1.5 di bawah ini:

 Sangat ulet Sangat getas

Gambar 1.5. gambar penampang samping bentuk perpatahan

benda uji tarik sesuai dengan tingkat keuletan/kegetasan

Perpatahan ulet memberikan karakteristk berserabut ( fibrous) dan

gelap (dull ), sementara perpatahan getas ditandai dengan permukaan

 patahan yang berbutir ( granular ) dan terang. Perpatahan ulet umumnya

lebih disukai karena bahan ulet umumnya lebih tangguh dan memberikan

 peringatan lebih dahulu sebelum terjadinya kerusakan.

Pengamatan kedua tampilan perpatahan itu dapat dilakukan baik 

dengan mata telanjang maupun dengan bantuan  stereoscan macroscope.

Pengamatan lebih detil dimungkinkan dengan penggunaan SEM

(Scanning Electron Microscope).

a. Perpatahan ulet 

Gambar 1.6 di bawah ini memberikan ilustrasi skematis terjadinya

 perpatahan ulet pada suatu spesimen yang diberikan pembebanan tarik:

Laporan Praktikum Pengetahuan Bahan Teknik 

Teknik Industri - Universitas Surabaya

5/11/2018 BAB I TARIK - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-tarik 10/20

 

BAB I – Pengujian Tarik I-10

Gambar 1.6 . gambar tahapan terjadinya perpatahan ulet pada

 sampel uji tarik:

(a) Penyempitan awal;

(b) Pembentukan rongga-rongga kecil (cavity);

(c) Penyatuan rongga-rongga membentuk suatu retakan;(d) Perambatan retak;

(e) Perpatahan geser akhir pada sudut 45°.

b. Perpatahan getas

Perpatahan getas memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

1. Tidak ada atau sedikit sekali deformasi plastis yang terjadi pada

material

2. Retak/perpatahan merambat sepanjang bidang-bidang kristalin

membelah atom-atom material (transgranular ).

3. Pada material lunak dengan butir kasar (coarse-grain) maka

dapat dilihat pola-pola yang dinamakan chevrons or  fan-like

 pattern yang berkembang keluar dari daerah awal kegagalan.

4. Material keras dengan butir halus ( fine-grain) tidak memiliki

 pola-pola yang mudah dibedakan.

5. Material amorphous (seperti gelas) memiliki permukaan patahan

yang bercahaya dan mulus

Contoh perpatahan getas dari suatu benda uji intergranular pada baja

304 S diberikan oleh Gambar 1.7 di bawah ini.

Laporan Praktikum Pengetahuan Bahan Teknik 

Teknik Industri - Universitas Surabaya

5/11/2018 BAB I TARIK - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-tarik 11/20

 

BAB I – Pengujian Tarik I-11

Gambar 1.7  gambar patahan getas pada baja 304 S  

1. Tidak ada reduksi luas penampang patahan.

2. Patahan tampak lebih mengkilap dan bidang patahan

relatif tegak lurus terhadap tegangan tarik.

3. Disebabkan oleh pembebanan dinamis dan

temperatur kerja yang rendah (contoh : Kasus yang

terjadi pada Kapal Titanic).

I.3 Prosedur Pengujian

1. Mengukur dimensi spesimen uji menggunakan jangka sorong,

sesuai dengan data yang diminta pada lembar kerja.

2. Menyiapkan kertas grafik dan bolpen pada mesin plotter mesin uji

tarik.

3. Memasang spesimen uji pada mesin uji tarik dengan jarak ±2cm

dari pencekam.

4. Menyalakan mesin digitalnya. Tekan arah kiri sampai lampu pada

max load. Tekan xero lalu masukkan 5000, lalu tekan area start 2x dan

tekan load.

5. Menekan return dan mencatat hasilnya pada P max, setelah

spesimen uji patah.

6. Mengambil spesimen patahan, menyambungkan lagi kemudian

mengukur kwmbali dimensi-dimensinya sesuai dengan yang diminta

 pada lembar kerja untuk mendapatkan ∆L.

Laporan Praktikum Pengetahuan Bahan Teknik 

Teknik Industri - Universitas Surabaya

5/11/2018 BAB I TARIK - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-tarik 12/20

 

BAB I – Pengujian Tarik I-12

I.4 Pengolahan dan Analisa Data

Material 1 :

Lo = 88.6 mm

do = 7.35 mm

Ao = 2

  = 42.41 mm2

P ΔL σt εt σs εs

0 0 0 0 0 0

A 170.58 0.679

4.02216

5 0.007664 4.052989 0.007634

B 426.45 0.97

10.0554

1 0.010948 10.1655 0.010889

Yield 1535.22 2.231

36.1994

8 0.025181 36.5958 0.024869

C 1620.51 3.298

38.2105

6 0.037223 38.6289 0.036547

D 1705.8 4.947

40.2216

5 0.055835 40.662 0.054332

Max 1791 6.014

42.2306

1 0.067878 42.69295 0.065674

E 1705.8 6.402

40.2216

5 0.072257 40.662 0.069766

F 1023.48 6.79

24.1329

9 0.076637 24.3972 0.073842

Break 255.87 7 6.03324 0.079007 6.099299 0.076041

Laporan Praktikum Pengetahuan Bahan Teknik 

Teknik Industri - Universitas Surabaya

5/11/2018 BAB I TARIK - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-tarik 13/20

 

BAB I – Pengujian Tarik I-13

7

Tabel 1.1 tabel perhitungan uji tarik untuk material 1

Gambar 1.8. gambar P vs ∆L

Gambar 1.9. gambar σ t vs εt 

Laporan Praktikum Pengetahuan Bahan Teknik 

Teknik Industri - Universitas Surabaya

5/11/2018 BAB I TARIK - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-tarik 14/20

 

BAB I – Pengujian Tarik I-14

Gambar 1.10. gambar σ  s vs ε s

a. Yield

σy = εy =

=

= 36.2 kgf/mm = 2.5181%

 b. Tegangan Maksimal

σu =

=

= 42.23 kgf/mm2

c. Modulus Elastisitas Bahan

E =

=

= 1437.57 kgf/mm2

d. Elongation

Laporan Praktikum Pengetahuan Bahan Teknik 

Teknik Industri - Universitas Surabaya

5/11/2018 BAB I TARIK - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-tarik 15/20

 

BAB I – Pengujian Tarik I-15

De =

=

= 7.9 %

e. Reduction of Area

Da =

=

= 66.56 %

f. Modulus KetangguhanMoT = ⅔ x σu x εf 

  = ⅔ x 42.23 x 0.079007

  = 2.224 kgf/mm2

g. Sifat Bahan

Getas. Prosentase elongation pada spesimen 1 lebih kecil daripada

spesimen 2, sehingga makin kecil perpanjangan sebelum patah bahan

dikatakan getas, dan prosentase reduction of area pada spesimen 1 lebih

 besar daripada spesimen 2, sehingga makin luas luasannya makin getas

sifat bahannya.

Material 2

Lo = 64.2 mm

do = 7.25 mm

Ao = 2

 

= 41.26 mm2

P ΔL σt εt σs εs

0 0 0 0 0 0

A 246 0.31

5.80051

9

0.00349

9

5.82081

4 0.003493

B 820 0.755

19.3350

6

0.00852

1

19.4998

3 0.008485

Yield 1394 1.55 32.8696 0.01749 33.1497 0.017343

Laporan Praktikum Pengetahuan Bahan Teknik 

Teknik Industri - Universitas Surabaya

5/11/2018 BAB I TARIK - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-tarik 16/20

 

BAB I – Pengujian Tarik I-16

1 4

C 1558 2.635

36.7366

2 0.02974

37.0496

7 0.029307

D 1640 3.25538.6701

20.03673

838.9996

5 0.036079

Max 1722 7.285

40.6036

3

0.08222

3

40.9496

3 0.079018

E 1394 8.06

32.8696

1

0.09097

1 33.1497 0.087068

F 1312 8.525 30.9361

0.09621

9

31.1997

2 0.091867

Break 328 8.85

7.73402

5

0.09988

7 7.79993 0.095208

Tabel 1.2. tabel perhitungan uji tarik untuk material 2

Gambar 1.11. gambar P vs ∆L

Laporan Praktikum Pengetahuan Bahan Teknik 

Teknik Industri - Universitas Surabaya

5/11/2018 BAB I TARIK - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-tarik 17/20

 

BAB I – Pengujian Tarik I-17

Gambar 1.12. gambar σ t vs εt 

Gambar 1.13. gambar σ  s vs ε s

a. Yield

σy= εy =

=

= 33.79 kgf/mm = 2.414%

 b. Tegangan Maksimal

Laporan Praktikum Pengetahuan Bahan Teknik 

Teknik Industri - Universitas Surabaya

5/11/2018 BAB I TARIK - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-tarik 18/20

 

BAB I – Pengujian Tarik I-18

σu =

=

= 41.74 kgf/mm2

c. Modulus Elastisitas Bahan

E =

=

= 1399.75 kgf/mm2

d. Elongation

De =

=

= 13.79 %

e. Reduction of Area

Da =

=

= 65.63 %

f. Modulus Ketangguhan

MoT = 2/3 x σu x εf 

  = 2/3 x 41.74 x 0.099887

  = 2.78 kgf/mm2

g. Sifat Bahan

Ulet. Prosentase elongation pada spesimen 2 lebih besar daripada spesimen

1, sehingga makin besar perpanjangan sebelum patah bahan dikatakan

ulet, dan prosentase reduction of area pada spesimen 2 lebih kecil

daripada spesimen 1, sehingga makin sempit luasannya makin ulet sifat

 bahannya.

Laporan Praktikum Pengetahuan Bahan Teknik 

Teknik Industri - Universitas Surabaya

5/11/2018 BAB I TARIK - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-tarik 19/20

 

BAB I – Pengujian Tarik I-19

I.5 Jawaban Laporan Akhir

1. Kesimpulan dari hasil pengujian tarik adalah material I bersifat getas

karena elongation prosentase pada material I lebih kecil dibanding

material II sehingga makin kecil perpanjangan sebelum patah bahan

dikatakan semakin getas. Material II bersifat ulet karena elongation

 presentase pada material II lebih besar dari pada material I sehingga makin

 besar perpanjangan sebelum patah bahan dikatakan semakin ulet. Suatu

material dapat ditentukan sifatnya melalui elongation presentasinya

(perpanjangan material sebelum patah).

2. a. Tegangan sebenarnya:Tegangan yang didapat dari perhitungan yang

didasarkan pada batang uji pada saat menerima

 beban.

 b.  Tegangan Nominal : Tegangan yang didapat dari perhitungan yang

didasarkan pada ukuran semula atau nominal

dari batang uji.

Tegangan sebenarnya selalu lebih besar dari pada tegangan

nominal karena pada tegangan sebenarnya terjadi pengecilan penampang

 pada spesimen.

3. Do = 8 mm

E = 210.000 MPa = 210.000 N/mm2

L = 5 m = 5.000 mm

P = 800 Kg = 800 x 10 = 8.000 N

Jawab:

E =

210.000 =

= 0,00076

4. Jika % elongation pada spesimen lebih kecil dari spesimen 2 sehingga

makin kecil perpanjangan sebelum patah bahan dikatakan semakin

getas,dan % pengurangan area lebih besar daripada spesimen 2 sehingga

Laporan Praktikum Pengetahuan Bahan Teknik 

Teknik Industri - Universitas Surabaya

5/11/2018 BAB I TARIK - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-tarik 20/20

 

BAB I – Pengujian Tarik I-20

makin luas area sebelum patah maka semakin getas, begitu juga

sebaliknya.

 Nilai % elongation dan % pengurangan area adalah berbeda karena %

elongation adalah nilai perpanjangan material tersebut sedangkan %

 pengurangan area adalah nilai pengurangan luas penampangnya setelah

mengalami deformasi plastis.

5. Jika kita mengetahui titik luluh, modulus elastisitas, tensile strength dan

 breaking strength maka kita dapat mengetahui batas maksimal elastisitas

dari suatu bahan material, batas maksimal kekuatan tarik dari suatu bahan

material, dan waktu patah dari suatu bahan material. Dengan begitu kita

dapat mengetahui kapan bahan material itu dapat diganti atau kita dapat

mengukur kekuatan bahan material tersebut sehingga dapat meminimalkan

kecelakaan pada saat bekerja.

6. a. Kekuatan Tarik : Tegangan maksimum yang dapat ditanggung

material sebelum terjadinya perpatahan

  b. Keuletan : Suatu sifat yang menggambarkan kemampuan

logam menahan deformasi hingga terjadinya

  perpatahan. Sifat ini harus dimiliki oleh suatu

  bahan material apabila material tersebut ingin di

 bentuk melalui proses rolling, bending, streching,

drawing, hammering, cutting, dsb.

c. Elongation : Pertambahan panjang material sebelum mengalami

deformasi plastis. Semakin besar pertambahan

  panjang material sebelum mengalami deformasi

 plastis maka material tersebut dikatakan semakinulet, begitu juga sebaliknya.

d. Modulus Young : Ukuran kekakuan suatu material dimana semakin

  besar harga modulus young nya maka semakin

kecil regangan elastis yang terjadi pada suatu

tingkat pembebanan tertentu atau dapat dikatakan

material tersebut semakin kaku.

Laporan Praktikum Pengetahuan Bahan Teknik 

Teknik Industri - Universitas Surabaya