BAB 1 PENDAHULUAN 1eprints.itenas.ac.id/408/4/04 Bab 1 212015142.pdf · 2019. 8. 20. · Permainan...

17
2 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Judul Proyek Rancangan Hotel dan Resort Bukit Kahuripan Kota Bandung dengan Pendekatan Arsitektur Kontemporer Sunda” 1.2 Definisi Judul 1.2.1 Hotel Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), hotel adalah bangunan berkamar banyak yang disewakan sebagai tempat untuk menginap dan tempat makan orang yang sedang dalam perjalanan; bentuk akomodasi yang dikelola secara komersial, disediakan bagi setiap orang untuk memperoleh pelayanan, penginapan, makan, minum. Dari sudut arsitektur, menurut pendapat Prof. Fred Lawson hotel is defined a public establishment offering travelers, against payment, two basic services accomodation and catering(Hotel adalah sebuah perusahaan yang bergerak di bidang jasa akomodasi serta pelayanan makan dan minum bagi para pelancong dengan imbalan pembayaran). Menurut SK Menparpostel No.KM37/PW.340/MPPT-86 tentang peraturan usaha dan pengelolaan hotel menyebutkan bahwa hotel adalah suatu jenis akomodasi yang mempergunakan sebagian atau seluruh bangunannya untuk menyediakan jasa penginapan, makanan dan minuman serta jasa penunjang lainnya bagi umum yang dikelola secara komersial. Pengertian hotel menurut Peraturan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia Nomor PM.53/HM.001/MPEK/2013 Bab 1 Pasal 1, usaha hotel adalah usaha penyediaan akomodasi berupa kamar-kamar di dalam suatu bangunan, yang dapat dilengkapi dengan jasa pelayanan makan dan minum, kegiatan hiburan dan atau fasilitas lainnya secara harian dengan tujuan memperoleh keuntungan.

Transcript of BAB 1 PENDAHULUAN 1eprints.itenas.ac.id/408/4/04 Bab 1 212015142.pdf · 2019. 8. 20. · Permainan...

Page 1: BAB 1 PENDAHULUAN 1eprints.itenas.ac.id/408/4/04 Bab 1 212015142.pdf · 2019. 8. 20. · Permainan warna dan bentuk menjadi modal menciptakan daya tarik bangunan. Selain itu permainan

2

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Judul Proyek

“Rancangan Hotel dan Resort Bukit Kahuripan Kota Bandung dengan Pendekatan

Arsitektur Kontemporer Sunda”

1.2 Definisi Judul

1.2.1 Hotel

Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), hotel adalah bangunan

berkamar banyak yang disewakan sebagai tempat untuk menginap dan tempat

makan orang yang sedang dalam perjalanan; bentuk akomodasi yang dikelola

secara komersial, disediakan bagi setiap orang untuk memperoleh pelayanan,

penginapan, makan, minum.

Dari sudut arsitektur, menurut pendapat Prof. Fred Lawson “hotel is defined a

public establishment offering travelers, against payment, two basic services

accomodation and catering” (Hotel adalah sebuah perusahaan yang bergerak di

bidang jasa akomodasi serta pelayanan makan dan minum bagi para pelancong

dengan imbalan pembayaran).

Menurut SK Menparpostel No.KM37/PW.340/MPPT-86 tentang peraturan usaha

dan pengelolaan hotel menyebutkan bahwa hotel adalah suatu jenis akomodasi yang

mempergunakan sebagian atau seluruh bangunannya untuk menyediakan jasa

penginapan, makanan dan minuman serta jasa penunjang lainnya bagi umum yang

dikelola secara komersial.

Pengertian hotel menurut Peraturan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif

Republik Indonesia Nomor PM.53/HM.001/MPEK/2013 Bab 1 Pasal 1, usaha

hotel adalah usaha penyediaan akomodasi berupa kamar-kamar di dalam suatu

bangunan, yang dapat dilengkapi dengan jasa pelayanan makan dan minum,

kegiatan hiburan dan atau fasilitas lainnya secara harian dengan tujuan memperoleh

keuntungan.

Page 2: BAB 1 PENDAHULUAN 1eprints.itenas.ac.id/408/4/04 Bab 1 212015142.pdf · 2019. 8. 20. · Permainan warna dan bentuk menjadi modal menciptakan daya tarik bangunan. Selain itu permainan

3

Berdasarkan beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa hotel merupakan

sebuah bangunan fisik yang menyediakan jasa penginapan, makanan, dan minuman

serta jasa lainnya yang diperuntukan bagi masyarakat umum, dan dikelola secara

komersial.

1.3 Klasifikasi Hotel

Usaha hotel dapat diklasifikasikan menjadi macam hotel yang berbeda, baik

berdasarkan bintang, plan, ukuran, lokasi, area, maksud kunjungan tamu, lamanya

tamu menginap, dan berdasarkan aspek bentuk bangunan. Berikut adalah beberapa

pengklasifikasian hotel menurut Ni Wayan Suwithi dalam buku Akomodasi

Perhotelan :

1.3.1 Hotel Bintang

1. Pengklasifikasian Hotel Berdasarkan Bintang

Dalam pengklasifikasian sistem hotel bintang, terdapat dua cakupan, yaitu hotel

bintang dan hotel non bintang. Hotel Bintang adalah hotel yang telah memenuhi

kriteria penilaian penggolongan kelas hotel bintang satu, dua, tiga, empat, dan

bintang lima.

Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Hotel bintang adalah hotel

yang dalam susunan, pengaturan, dan manajemennya memenuhi standar

internasional pada tingkat tertentu, baik hotel bintang satu, dua, dan lainnya.

a. Disebutkan pada Peraturan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik

Indonesia Nomor PM.53/HM.001/MPEK/2013 tentang standar usaha hotel,

hotel bintang sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a, memiliki

penggolongan kelas hotel bintang satu;

b. hotel bintang dua;

c. hotel bintang tiga;

d. hotel bintang empat; dan

e. hotel bintang lima.

Page 3: BAB 1 PENDAHULUAN 1eprints.itenas.ac.id/408/4/04 Bab 1 212015142.pdf · 2019. 8. 20. · Permainan warna dan bentuk menjadi modal menciptakan daya tarik bangunan. Selain itu permainan

4

Berdasarkan keputusan Dirjen Pariwisata No. 14/U/II/1988, tentang usaha dan

pengelolaan hotel, klasifikasi hotel bintang secara garis besar dinyatakan sebagai

berikut:

a) Hotel bintang satu, dengan konsep sebagai berikut: jumlah kamar standar

minimal 15 kamar dan semua kamar dilengkapi kamar mandi didalam, ukuran

kamar minimum termasuk kamar mandi 20 m2 untuk kamar double dan 18 m2

untuk kamar single, ruang public luas 3m2 x jumlah kamar tidur tidur, minimal

terdiri dari lobby, ruang makan (> 30m2) dan bar dan pelayanan akomodasi

yaitu berupa penitipan barang berharga.

b) Hotel bintang dua, dengan konsep sebagai berikut: jumlah kamar standar

minimal 20 kamar (termasuk minimal 1 suite room, 44 m2), ukuran kamar

minimum termasuk kamar mandi 20m2 untuk kamar double dan 18 m2 untuk

kamar single, ruang public luas 3m2 x jumlah kamar tidur, minimal terdiri dari

lobby, ruang makan (>75m2) dan bar san pelayanan akomodasi yaitu berupa

penitipan barang, dan antar jemput.

c) Hotel bintang tiga, dengan konsep sebagai berikut: jumlah kamar minimal 30

kamar (termasuk minimal 2 suite room, 48m2), ukuran kamar minimum 11

termasuk kamar mandi 22m2 untuk kamar single dan 26m2 untuk kamar

double, ruang publik luas 3m2 x jumlah kamar tidur, minimal terdiri dari lobby,

ruang makan (>75m2) dan bar dan pelayanan akomodasi yaitu berupa penitipan

barang berharga, dan antar jemput.

d) Hotel bintang empat, dengan konsep sebagai berikut: jumlah kamar minimal

50 kamar (termasuk minimal 3 suite room, 48 m2), ukuran kamar minimum

termasuk kamar mandi 24 m2 untuk kamar single dan 28 m2 untuk kamar

double, ruang publik luas 3m2 x jumlah kamar tidur, minimal terdiri dari kamar

mandi, ruang makan (>100 m2) dan bar (>45m2), pelayanan akomodasi yaitu

berupa penitipan barang berharga, penukaran uang asing, postal service dan

antar jemput, fasilitas penunjang berupa ruang linen (>0,5m2 x jumlah kamar),

ruang laundry (>40m2), dry cleaning (>20m2), dapur (>60% dari seluruh luas

lantai ruang makan) dan fasilitas tambahan : pertokoan souvenir, salon, function

room, banquet hall, serta fasilitas olahraga dan sauna.

Page 4: BAB 1 PENDAHULUAN 1eprints.itenas.ac.id/408/4/04 Bab 1 212015142.pdf · 2019. 8. 20. · Permainan warna dan bentuk menjadi modal menciptakan daya tarik bangunan. Selain itu permainan

5

e) Hotel bintang lima, dengan konsep sebagai berikut: jumlah kamar minimal

100 kamar (termasuk minimal 4 suite room, 58m2), ukuran kamar minimum

termasuk kamar mandi 26 m2 untuk kamar single dan 52m2 untuk kamar

double, ruang public luas 3m2 x jumlah kamar tidur, minimal terdiri dari lobby,

ruang makan (>135m2) dan bar (>75m2), pelayanan akomodasi yaitu berupa

penitipan barang berharga dan antar jemput, fasilitas penunjang berupa ruang

linen (>0,5m2 x jumlah kamar), ruang 12 laundry (>40m2), dry cleaning

(>30m2), dapur (>60% dari seluruh luas lantai ruang makan), fasilitas

tambahan: pertokoan souvenir, salon, function room, banquet hall, serta

fasilitas olahraga dan sauna. Dengan adanya klasifikasi hotel tersebut dapat

melindungi konsumen dalam memperoleh fasilitas yang sesuai dengan

keinginan. Memberikan bimbingan pada pengusaha hotel serta tercapainya

mutu pelayanan baik.

2. Berdasarkan Plan

a. American Plan

- Full American Plan

Harga kamar sudah termasuk 3 kali makan (pagi, siang dan malam)

- Modified American Plan

Harga kamar sudah termasuk dengan dua kali makan, dimana salah satu

diantaranya harus makan pagi (breakfast); mis: (room + breakfast +

lunch) dan (room + breakfast + dinner)

b. Continental Plan/Bermuda Plan

Harga kamar sudah termasuk kontinental breakfast

c. European Plan

Tamu yang menginap hanya membayar kamar saja.

3. Berdasarkan Ukuran

a. Small Hotel :

Hotel kecil dengan jumlah kamar di bawah 150 kamar

Page 5: BAB 1 PENDAHULUAN 1eprints.itenas.ac.id/408/4/04 Bab 1 212015142.pdf · 2019. 8. 20. · Permainan warna dan bentuk menjadi modal menciptakan daya tarik bangunan. Selain itu permainan

6

b. Medium Hotel

Hotel dengan ukuran sedang. Medium hotel ini dapat dikategorikan jadi dua:

- Average hotel (jumlah kamar antara 150 s.d 299 kamar)

- Above average hotel (jumlah kamar antara 300 s.d 600 kamar)

c. Large Hotel

Hotel besar dengan jumlah kamar di atas 600 kamar

4. Berdasarkan Lokasi

Hotel berdasarkan lokasi dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu :

a. City Hotel

Hotel yang terletak di dalam kota, dimana sebagian besar tamu yang menginap

mempunyai kegiatan bisnis.

b. Resort Hotel

Hotel yang terletak di kawasan wisata, dimana sebagian besar tamunya tidak

melakukan kegiatan bisnis, tetapi lebih banyak untuk rekreasi. Hotel-hotel

tersebut antara lain:

- Mountain Hotel

- Beach Hotel

- Lake Hotel

- Hill Hotel

- Forest Hotel

5. Berdasarkan Area

a. Suburb Hotel

Hotel yang berlokasi di pinggiran kota, yang merupakan kota satelit.

b. Airport Hotel

Hotel yang berada dalam satu kompleks bangunan atau area bandara atau

sekitar bandara

c. Urban Hotel

Hotel yang berlokasi di pedesaan dan jauh dari kota.

Page 6: BAB 1 PENDAHULUAN 1eprints.itenas.ac.id/408/4/04 Bab 1 212015142.pdf · 2019. 8. 20. · Permainan warna dan bentuk menjadi modal menciptakan daya tarik bangunan. Selain itu permainan

7

6. Berdasarkan Maksud Kunjungan Tamu

a. Business Hotel

Hotel yang sebagian besar tamunya melakukan kegiatan bisnis

b. Resort/Tourism Hotel

Hotel yang kebanyakan tamunya adalah wisatawan, domestik-mancanegara

c. Casino Hotel

Hotel yang sebagian tempatnya berfungsi untuk kegiatan perjudian.

d. Pilgrim Hotel

Hotel yang sebagain tempatnya berfungsi sebagai tempat beribadah.

e. Cure Hotel

Hotel yang sebagian tamunya adalah tamu yang sedang dalam proses

pengobatan atau penyembuhan dari suatu penyakit.

7. Berdasarkan Lamanya Tamu Menginap

a. Transit Hotel

Tamu yang meginap di hotel ini biasanya dalam waktu singkat, rata-rata satu

malam

b. Semi residential Hotel

Tamu yang menginap di hotel ini biasanya lebih dari satu malam. Tetapi ada

yang tinggal antara satu minggu s.d satu bulan.

c. Residential Hotel

Tamu yang menginap di hotel ini cukup lama, paling sedikit satu bulan

8. Berdasarkan Aspek Bentuk Bangunan

a. Pondok Wisata

Merupakan suatu usaha perseorangan dengan mempergunakan sebagian dari

rumah tinggalnya untuk inapan bagi setiap orang dengan memperhitungkan

pembayaran harian.

b. Cottage

Adalah suatu bentuk bangunan yang dipergunakan untuk usaha pelayanan

akomodasi dengan fasilitas-fasilitas tambahan lainnya. Fasilitas tambahan

Page 7: BAB 1 PENDAHULUAN 1eprints.itenas.ac.id/408/4/04 Bab 1 212015142.pdf · 2019. 8. 20. · Permainan warna dan bentuk menjadi modal menciptakan daya tarik bangunan. Selain itu permainan

8

yang dimaksud bisa berupa peminjaman sepeda secara gratis, atau fasilitas

dayung apabila cottage terletak di tepi danau.

c. Motel (Motor Hotel)

Adalah suatu bentuk bangunan yang digunakan untuk usaha perhotelan dengan

sarana tambahan adanya garasi di setiap kamarnya. Biasanya motel ini

bertingkat dua, bagian atas sebagai kamar, dan bagian bawah berupa garasi

mobil.

1.3.2 Hotel Bintang Empat

Hotel Bintang Empat adalah hotel dengan penggolongan kelas yang dinilai cukup

baik, hampir menyamai standar Hotel Bintang Lima (lihat halaman 13). Hotel

jenis ini mempunyai bangunan yang cukup luas dan besar, dekat dengan tempat

wisata, tempat belanja, dan pusat hiburan. Karyawan di hotel bintang empat

dibekali informasi mengenai tempat wisata di sekitar hotel. Pelayanan yang

diberikan hotel bintang empat pun pastinya di atas rata-rata.

1.4 Tujuan Pemilihan Tema dan Judul

1.4.1 Alasan Pemilihan Judul

Lokasi tempat perancangan hotel ini didirikan menjadi faktor utama nama judul.

Dikarenakan lokasi hotel ini berada di Kota Bandung yang merupakan salah satu

daerah Sunda, nama Sunda pun dipilih oleh penulis, yakni Bukit Kahuripan. Bukit

Kahuripan sendiri memiliki arti ‘Bukit Kehidupan’ di mana perancang

mengharapkan nantinya rancangan bangunan hotel bintang empat yang dirancang

akan menjadi tempat istirahat singgah sementara wisatawan Bandung untuk

melepas penat kehidupan perkotaan sehari-hari, dan dapat kembali menyegarkan

pikiran di penginapan yang asri ini.

1.4.2 Alasan Pemilihan Lokasi Proyek

Lokasi proyek Hotel Bukit Kahuripan ini berada di Jl. Sersan Sodik,

Gudangkahuripan, Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Kota Bandung, Jawa

Barat yang merupakan kawasan wisata, perkebunan, dan perhunian penduduk.

Lokasi bangunan hotel ini berada di lahan berkontur dengan view menghadap

Page 8: BAB 1 PENDAHULUAN 1eprints.itenas.ac.id/408/4/04 Bab 1 212015142.pdf · 2019. 8. 20. · Permainan warna dan bentuk menjadi modal menciptakan daya tarik bangunan. Selain itu permainan

9

lembah bukit yang asri, juga memiliki akses yang terbilang cukup dekat dengan

beberapa destinasi wisata terkenal Lembang Bandung saat ini, sehingga dapat

menjadi nilai tambah pemilihan lokasi hotel. Selain itu juga, lokasi site berada dekat

dengan pemukiman penduduk yang rata-rata masih berkegiatan cocok tanam dan

usaha kecil, sehingga hal ini dapat dimanfaatkan dan menjadi potensi yang sangat

baik untuk menunjang aktifitas maupun sebagai daya tarik pengunjung hotel untuk

mampir kepada tempat usaha mereka.

1.4.3 Alasan Proyek Perlu Diadakan

Pemilihan proyek ini dikarenakan kebutuhan untuk mewadahi kegiatan inap

wisatawan baik wisatawan lokal dan mancanegara yang datang untuk berwisata ke

destinasi wisata Lembang, Kota Bandung. Dengan adanya pembangunan hotel ini

pun maka akan menghidupkan ekonomi masyarakat sekitar yang memiliki usaha,

baik skala kecil maupun besar. Dengan begitu, pembangunan Hotel Bukit

Kahuripan juga turut andil dalam program pemerintah Jawa Barat dalam

memberdayakan masyarakat untuk memiliki jiwa wirausaha kreatif khususnya

destinasi wisata sehingga dapat bersaing di skala nasional maupun skala

internasional, serta sebagai bentuk untuk lebih mengembangkan usahan kecilnya

ke dalam bentuk yang lebih baik.

1.4.4 Alasan Pemilihan Tema

Selain sebagai bangunan yang mewadahi kegiatan inap sementara komersial, hotel

ini juga harus memiliki identitas yang menjadi ciri dari fungsi bangunan itu sendiri

juga lingkungan. Dalam hal ini karena fungsi bangunan adalah gedung hotel

bintang empat resort di Lembang, maka unsur penataan kontur, estetika, dan

penerapan konsep lokal harus diterapkan pada bangunan.

Dengan pemilihan konsep Kontemporer Sunda adalah salah satu bentuk upaya

perancang untuk meningkatkan kembali kepedulian masyarakat terhadap tradisi

berarsitektur Nusantara Sunda. Dengan begitu, desain bangunan pun dapat

memiliki desain yang bersifat modern mengikuti zaman namun juga tetap selaras

dengan bangunan sekitar, baik adat maupun budaya, sehingga desain Hotel Bintang

Empat ini pun memiliki sarat makna.

Page 9: BAB 1 PENDAHULUAN 1eprints.itenas.ac.id/408/4/04 Bab 1 212015142.pdf · 2019. 8. 20. · Permainan warna dan bentuk menjadi modal menciptakan daya tarik bangunan. Selain itu permainan

10

1.5 Tema Perancangan

1.5.1 Tema

Tema perancangan yang diambil adalah Arsitektur Kontemporer Nusantara. Gaya

Kontemporer sendiri merupakan istilah yang bebas dipakai untuk sejumlah gaya

yang berkembang antara tahun 1940-1980an. Gaya kontemporer sering

diterjemahkan sebagai arsitektur modern (Illustrated Dictionary of Architecture,

Ernest Burden).

Walaupun istilah kontemporer sama artinya dengan modern, tapi dalam desain

kerap dibedakan. Desain kontemporer memiliki desain yang lebih maju, variatif,

fleksibel dan inovatif, baik secara bentuk maupun tampilan, jenis material,

pengolahan material, maupun teknologi yang dipakai. Arsitektur kontemporer ini

menonjolkan bentuk unik, di luar kebiasaan, atraktif, dan sangat komplek.

Permainan warna dan bentuk menjadi modal menciptakan daya tarik bangunan.

Selain itu permainan tekstur juga sangat dibutuhkan.

Berikut merupakan prinsip Arsitektur Kontemporer menurut Ogin Schimrbeck:

1. Bangunan kokoh

2. Gubahan yang ekspresif dan dinamis

3. Konsep ruang terkesan terbuka

4. Harmonisasi ruangan yang menyatu dengan ruang luar

5. Memiliki fasad yang transparan

6. Kenyamanan hakiki

7. Eksplorasi elemen lanskap area yang berstruktur

Menurut Budi Pradono, Arsitektur Nusantara adalah bagian dari tradisi. Tradisi

sebetulnya bersifat dinamik, dari waktu ke waktu mengalami perubahan, dari

tempat ke tempat lain mengalami penyesuaian. Metode penerapannya kini adalah

bagaimana mengkonsepkan dan membuatnya lugas dinamik sesuai dengan

aktivitasnya.

Dikarenakan lokasi perancangan ada di daerah Jawa Barat, tepatnya Kota Bandung,

perancang ingin membawa konsep desain yang sarat akan budaya Sunda.

Mengimplementasikan konsep yang berkaitan dengan aspek bentuk arsitektur

Page 10: BAB 1 PENDAHULUAN 1eprints.itenas.ac.id/408/4/04 Bab 1 212015142.pdf · 2019. 8. 20. · Permainan warna dan bentuk menjadi modal menciptakan daya tarik bangunan. Selain itu permainan

11

Sunda, juga penggunaan konsep-konsep nilai seperti Lemah Cai, Luhur Handap,

Kaca-kaca, dan Wadah eusi pada perancangan bangunan, sehingga kesan bangunan

hotel yang biasanya dikenal bersifat modern namun tidak menghilangkan

peradaban arsitektur lokal yang dimiliki wilayah Jawa Barat, arsitektur Sunda.

Dengan menggunakan tema desain kontemporer yang bersifat modern dan menarik,

dapat mengangkat, juga menyegarkan desain etnik lokal Nusantara, khususnya

arsitektur Sunda. Selain sebagai upaya pelestarian budaya lokal, bangunan hotel

yang didesain ini juga dapat mencerminkan identitas lingkungan hotel didirikan,

dan diharapkan dapat menjadi ikon atau ciri khas Kota Bandung, Jawa Barat.

1.5.2 Karakteristik Arsitektur Sunda

Konsep dasar rancangan arsitektur tradisional masyarakat Sunda adalah menyatu

dengan alam yang merupakan sebuah potensi, kekuatan yang mesti dihormati serta

dimanfaatkan secara tepat di dalam kehidupan. Ungkapan rasa hormat tersebut

tercermin pada sebutan bumi bagi alam yang menunjukan pula bahwa alam adalah

tempat tinggal bagi masyarakat Sunda karena istilah bumi juga digunakan untuk

menyebut secara halus rumah atau tempat tinggal orang Sunda (Gatot Suharjanto,

Konsep Arsitektur Tradisional Sunda Masa Lalu dan Masa Kini).

Cara penataan bangunan kompleks melingkar membentuk huruf U atau disebut

ngariung (berkumpul, menyatu) menunjukan sistem tatanan sosial atau kekerabatan

yang erat antara para penghuninya. Menurut Mangunwijaya rumah yang kita

bangun ialah rumah manusia, merupakan sesuatu yang selalu dinapasi kehidupan

manusia, oleh watak dan kecenderungan-kecenderungan, oleh nafsu dan cita-

citanya. Rumah adalah citra sang manusia pembangunnya (Mangunwijaya, 1995).

Secara umum rumah tradisional Sunda merupakan sebuah rumah panggung seperti

rumah – rumah tradisional lainnya yang ada di Indonesia. Bentuk ini bertujuan

untuk menghindari masalah – masalah dari lingkungan yang bisa mengancam

penghuninya. Seperti bahaya gempa bumi, longsor, atau perubahan suhu pada iklim

tropis. Jenis rumah tradisional sunda dapat dibedakan dari dua jenis yaitu dari

bentuk atap dan pintu masuk. Istilah bentuk atap yang ada pada rumah tradisional

Page 11: BAB 1 PENDAHULUAN 1eprints.itenas.ac.id/408/4/04 Bab 1 212015142.pdf · 2019. 8. 20. · Permainan warna dan bentuk menjadi modal menciptakan daya tarik bangunan. Selain itu permainan

12

sunda seperti suhunan jalopong, tagog (jogo)-anjing, badak-heuay, perahu-

kumereb, jubleg-nangkub/capit gunting, dan julang-ngapak. Sedangkan dari pintu

masuk dikenal istilah buka-palayu, dan buka-pongpok. Bagian penutup atap terbuat

dari talahab yaitu penutup atap yang terbuat dari bilahan bambu. Berikut dapat

dilihat ciri khas dari bentuk rumah adat Sunda pada gambar 1.1 dan gambar 1.2.

Rumah adat Sunda pun memiliki nilai-nilai konsep seperti :

a. Lemah-cai

Pemahaman terhadap konsep ini yaitu tempat kelahiran atau kampung halaman.

Lemah-cai mengandung arti dibutuhkan dua elemen komplementer sebagai syarat

suatu pemukiman, yaitu lemah (tanah) yang layak huni dan layak dijadikan ladang,

serta cai (air) yang tersedia-misalnya mata air dan balong-untuk menghidupi tanah

dan manusia.

b. Luhur-handap

Luhur handap merupakan salah satu ciri konsep orientasi pada patempatan, ialah

keyakinan bahwa yang diluhur (di atas) dinilai lebih tinggi nialinya. Contoh, kepala

(ada di luhur) lebih tinggi nilainya daripada kaki (ada dihandap) aplikasinya berupa

bangunan yang memiliki fungsi lebih tinggi seperti rumah kuncen atau masjid

berada di area yang lebih tinggi.

c. Wadah-eusi

Wadah-eusi berarti bahwa setiap tempat selalu menjadi suatu wadah sekaligus

mempunyai eusi atau kekuatan supranatural. Walaupun eusi selalu butuh wadah, ia

dapat bertukar wadah. Proses pemilihan lokasi selalu berlandas pada konsepsi ini.

Gambar 1.1 Teori Rumah Adat Sunda

Sumber : Deny, Martinus. Jurnal Rumah

Tradisional Sunda Dalam Perspektif Teori

Paradoks

Gambar 1.2 Jenis Atap Rumah Adat Sunda

(1) Jolopong (2) Perahu Kumureb (3) Julang Ngapak

(4) Badak Heuay (5) Tagog Anjing (6) Capit Gunting

Sumber : Maurina, Anastasia. Komparasi Tektonika

Bambu Pada Rumah Adat di Tataran Sunda

Page 12: BAB 1 PENDAHULUAN 1eprints.itenas.ac.id/408/4/04 Bab 1 212015142.pdf · 2019. 8. 20. · Permainan warna dan bentuk menjadi modal menciptakan daya tarik bangunan. Selain itu permainan

13

d. Kaca-kaca

Konsep kaca-kaca dipahami sebagai batas dalam arti luas, ia dapat berarti batas

antara ketinggian tempat, perbedaan material tempat, juga sesuatu benda yang

diletakan pada tempat tertentu sebagai symbol dari dua area berbeda. Misalnya

batas kampung menggunakan tanda umbul-umbul. Konsep kaca-kaca ini juga

dipahami sebagai cara melihat penciptaan wadah fisik. Bagaimana menyambung

dua material baik yang berbeda atau sama dalam suatu rumah lebih dipandang

penting daripada material itu.

Berdasarkan teori-teori tersebut, teori yang akan diimplementasikan ke dalam

desain rancangan Hotel Bintang Empat ini berupa konsep-konsep nilai Lemah Cai,

Luhur Handap, Kaca-kaca, dan Wadah eusi. Penerapan bentuk atap tradisional

Sunda dan memodifikasinya menjadi bangunan kontemporer pada ruangan-

ruangan fasilitas umum, misalkan gazebo. Selain itu perancang juga akan

menerapkan penggunaan material khas rumah adat Sunda untuk dekorasi interior

hotel, seperti penggunaan bambu, juga dinding anyam khas sunda.

1.6. Tujuan Proyek

1.6.1. Aspek Perancangan

1. Mengikuti ketentuan regulasi yang berlaku di daerah Bandung

2. Desain urban dan dinamis sesuai konsep Kontemporer Sunda yang

menyesuaikan dengan kondisi geografis dan iklim lingkungan yang tropis.

3. Menciptakan desain yang dapat memberi kenyamanan pada area sekitar site.

4. Mendesain bangunan hotel semenarik mungkin, menggunakan konsep

Kontemporer Nusantara Sunda agar bangunan tersebut menjadi ikon daerah

1.6.2. Aspek Bangunan

1. Penerapan tema dan konsep desain bangunan yang dapat menciptakan sebuah

sarana fasilitas penginapan hotel sesuai dengan kebutuhan pengguna hotel.

2. Memperhatikan estetika bangunan yang mengusung konsep Kontemporer

Sunda tanpa mengabaikan nilai aspek struktur.

Page 13: BAB 1 PENDAHULUAN 1eprints.itenas.ac.id/408/4/04 Bab 1 212015142.pdf · 2019. 8. 20. · Permainan warna dan bentuk menjadi modal menciptakan daya tarik bangunan. Selain itu permainan

14

3. Merancang bangunan agar memiliki potensi dari segi ekonomis dan komersil.

1.6.3. Aspek Lingkungan dan Tapak

1. Desain menyikapi potensi dan kendala yang ada pada site, baik berdasarkan

iklim dan keadaan geografis lingkungan.

2. Memperhatikan hubungan antara sirkulasi dalam bangunan dan sirkulasi luar

bangunan, sehingga tercipta harmonisasi ruang yang seirama.

3. Memperhatikan penataan lansekap agar menarik bagi pengunjung yang datang.

4. Memperhatikan dampak bangunan terhadap lingkungan agar tidak berdampak

negatif terhadap bangunan sekitar.

1.7. Tujuan Proyek

1.7.1. Tujuan Umum :

1. Menyediakan sarana kamar sewa sebagai tempat menginap bagi orang yang

sedang dalam perjalanan.

2. Menyediakan sarana tempat makan bagi orang yang sedang dalam perjalanan

dalam bentuk akomodasi yang dikelola secara komersial.

3. Penyediaan ruang yang memadai untuk aktifitas penyewa kamar hotel dan

pengelola

1.7.2. Tujuan Khusus :

Terciptanya desain hotel yang baik, tepat dan efisien serta berkesinambungan baik

dengan lingkungan sekitar, baik secara fungsi dengan wujud bangunan yang

berkonteks Kontemporer Nusantara.

1.8. Visi dan Misi Proyek

Visi : “Menyediakan fasilitas hotel yang mampu mewujudkan keamanan dan

kenyaman bagi pengguna hotel dan pengelola sehingga tercipta suasana

harmonis dan stabil.”

Misi :

1. Memenuhi kebutuhan sarana penginapan sewa hotel bagi masyarakat.

2. Memberikan tingkat kepuasan dengan desain yang diberikan.

3. Meningkatkan rasa kebanggaan bagi pengguna hotel.

Page 14: BAB 1 PENDAHULUAN 1eprints.itenas.ac.id/408/4/04 Bab 1 212015142.pdf · 2019. 8. 20. · Permainan warna dan bentuk menjadi modal menciptakan daya tarik bangunan. Selain itu permainan

15

1.9. Deskripsi Proyek

Nama proyek : Hotel dan Resort Bukit Kahuripan Bandung

Sifat proyek : Fiktif

Owner : Kepemilikan Swasta

Sumber dana : Anggaran Swasta

Lokasi : Jl. Sersan Sodik, Gudangkahuripan, Lembang, Kabupaten

Bandung Barat, Kota Bandung, Jawa Barat

Luas Site : 21.600 𝑚2

KDB : 20% x 21.600 = 4.320 𝑚2

KLB : 0,7

KDH minimum : 76%

GSB : 10 m dan 4 m

1.10. Pengenalan / Pemahaman Proyek

Hotel Bukit Kahuripan merupakan hotel berbintang empat resort yang berada di

Gudangkahuripan, Lembang, Bandung. Hotel ini memiliki sasaran pasar utama

wisatawan yang berwisata ke Lembang. Sebagai bangunan inap komersil, hotel ini

harus menyediakan fasilitas baik sarana prasarana yang sesuai dengan persyaratan

sebuah hotel bintang empat agar dapat menunjang dengan baik kegiatan pengguna.

1.11. Aktifitas Pengguna Hotel

Kegiatan di Hotel Bintang Empat meliputi:

a) Kegiatan Pokok

- Melakukan registrasi administrasi penginapan hotel

- Melakukan kegiatan inap, rekreasi hotel

- Memberikan pelayanan kepada pengguna hotel

- Menjaga keamanan dan ketertiban, dan menjaga kebersihan lingkungan.

b) Kegiatan Usaha Penunjang

Kegiatan usaha penunjang penyelenggaraan hotel dilakukan untuk mendukung

fasilitas hotel. Kegiatan usaha penunjang dapat dilakukan oleh pihak lain dengan

persetujuan pengelola hotel, seperti misalnya pada kegiatan usaha penunjang

Page 15: BAB 1 PENDAHULUAN 1eprints.itenas.ac.id/408/4/04 Bab 1 212015142.pdf · 2019. 8. 20. · Permainan warna dan bentuk menjadi modal menciptakan daya tarik bangunan. Selain itu permainan

16

restoran, toko souvenir, dan fasilitas spa dan sauna. Penyelenggara prasarana hotel

dalam melaksanakan kegiatan usaha penunjang harus mengutamakan

pemanfaatan ruang untuk keperluan kegiatan pokok hotel.

1.12. Tinjauan Tapak

Lokasi site berada di Lembang, Kota Bandung yang umumnya diperuntukkan

sebagai kawasan hunian kepadatan sedang. Kecamatan Lembang sendiri berada

pada ketinggian +/- 1.241 meter di atas permukaan laut. Titik tertingginya ada di

puncak Gunung Tangkuban Parahu. Sebagai daerah yang terletak di pegunungan,

suhu rata-rata pertahunnya minimum 16.8 °C dan maksimal 23.6 °C.

Keadaan geologis dan tanah yang ada di kota Bandung dan sekitarnya terbentuk

pada zaman kwartier dan mempunyai lapisan tanah alluvial hasil letusan Gunung

Tangkuban Parahu. Jenis material di bagian ini berjenis andosol begitu juga pada

kawasan di bagian tengah dan barat, sedangkan kawasan di bagian selatan serta

timur, jenis alluvial kelabu, bahan endapan tanah liat. Berikut dapat dilihat pada

gambar 1.3, gambar 1.4, dan gambar 1.5 merupakan pemetaan lokasi site ;

Batas Tapak :

a. Utara : Perumahan Warga Kepadatan Sedang

b. Selatan : El Dorado dan Perumahan Warga

c. Timur : Lembah Bukit

d. Barat : Lingkungan Perumahan Warga

Gambar 1.4 Peta Jawa Barat

(http://peta-kota.blogspot.com/)

Gambar 1.3 Peta Pulau Jawa

(Sumber : id.wikipedia.org)

Gambar 1.5 Peta Kota Bandung

(https://www.google.com/maps/

place/Bandung,+Kota+Bandung,

+Jawa+Barat/

Page 16: BAB 1 PENDAHULUAN 1eprints.itenas.ac.id/408/4/04 Bab 1 212015142.pdf · 2019. 8. 20. · Permainan warna dan bentuk menjadi modal menciptakan daya tarik bangunan. Selain itu permainan

17

1.13. Metode Pengumpulan Data

Berdasarkan persoalan di atas, maka metoda pendekatan perancangan yang

digunakan dalam merancang Hotel Bintang Empat di Kota Bandung ini adalah

sebagai berikut:

a. Menciptakan alur sirkulasi dalam maupun luar hotel yang nyaman bagi

pengguna hotel maupun pengelola hotel.

b. Menganalisa kondisi site sehingga dapat diketahui kendala dan potensi yang

dapat dijadikan bahan pertimbangan untuk memperoleh usulan desain yang

baik.

c. Merancang desain hotel dengan konsep Kontemporer Sunda, dengan harapan

dapat menjadi daya tarik tersendiri pada bangunan.

d. Penerapan Zoning (privat, publik, servis) pada site dan dalam bangunan.

Dengan demikian, pembagian ruang pun akan lebih teratur dan tidak akan

tercipta ruang negatif.

Pengumpulan data yang dilakukan meliputi data primer dan skunder dengan cara:

a. Data primer

- Pengamatan secara langsung di lapangan

- Pengumpulan data cuaca, iklim, dan data geologis lapangan

- Studi banding, dengan mempelajari bangunan lain yang memiliki fungsi yang

sama sebagai referensi dalam mendesain

b. Data Sekunder

- Pengumpulan data sekunder dilakukan dengan cara mempelajari buku - buku

yang berkaitan dengan teori, konsep, standar perencanaan dan perancangan

fasilitas museum berskala nasional.

- Pencarian data online dilakukan dengan mencari referensi, kajian teori, jurnal

dengan masing-masing keyword yang diperlukan, dan juga mencari peta lokasi.

1.14. Skema Pemikiran

Berikut pada diagram 1.1 adalah skema pemikiran pada perancangan Hotel

dan Resorts Bukit Kahuripan :

Page 17: BAB 1 PENDAHULUAN 1eprints.itenas.ac.id/408/4/04 Bab 1 212015142.pdf · 2019. 8. 20. · Permainan warna dan bentuk menjadi modal menciptakan daya tarik bangunan. Selain itu permainan

18

Dia

gra

m 1

.1 S

kem

a P

emik

iran