BAB 1

Post on 24-Nov-2015

23 views 3 download

Transcript of BAB 1

2

PENYALURAN ZAKAT KONSUMTIF UNTUK FAKIR UZUR OLEH BAITUL MAL ACEH

A. Latar BelakangZakat termasuk salah satu rukun Islam, zakat mulai disyariatkan pada bulan Syawal tahun ke-2 Hijriah sesudah pada bulan Ramadhannya diwajibkan zakat fitrah. Jadi mula-mula diwajibkan zakat fitrah, baru kemudian diwajibkan zakat mal atau kekayaan[footnoteRef:2]. [2: Teuku Muhammad Hasbi Ash Shiddiqy, Pedoman Zakat, (Semarang : PT. Pustaka Rizki Putra), Cet. Ke-10, 2006, hlm.3.]

Zakat diwajibkan atas orang Islam yang mempunyai kekayaan yang cukup nishab, yaitu jumlah minimal harta yang wajib di keluarkan zakatnya. Jika kurang dari itu kekayaan belum dikenai zakat. Adapun saat haul ialah waktu wajib mengeluarkan zakat yang telah memenuhi nishabnya (dimiliki cukup dalam waktu setahun)[footnoteRef:3]. [3: Ibid, hlm. 117]

Di dalam Alquran, Allah SWT telah menyebutkan tentang zakat dan shalat. Dari sini dapat disimpulkan bahwa setelah shalat, zakat merupakan rukun Islam terpenting. Zakat dan shalat dalam Quran dan Hadis dijadikan sebagai pelambang keseluruhan ajaran Islam. Pelaksanaan shalat melambangkan baiknya hubungan seorang dengan Tuhannya, sedangkan zakat adalah lambang harmonisnya hubungan antara sesama manusia. Oleh karena itu zakat dan shalat merupakan pilar-pilar berdirinya bangunan Islam, Jika keduanya hancur, Islam sulit untuk bertaphan[footnoteRef:4]. [4: Muhammad, zakat Profesi: Wacana Pemikiran Dalam Fiqh Kontemporer, (Jakarta: Salemba Diniyah, 2002), hlm. 12.]

Zakat secara bahasa, berarti kesuburan, kesucian, keberkahan, dan berarti juga mensucikan. Penjelasan makna secara harfiah tersebut mengerucut pada pengertian zakat sebagai proses pembersihan diri yang di dapatkan setelah pelaksanaan kewajiban membayar zakat[footnoteRef:5]. [5: Fazlur Rahman, hlm. 235.]

Para pemikir ekonomi Islam kontemporer menyatakan bahwa zakat dialokasikan untuk memenuhi kebutuhan delapan golongan yang telah ditentukan dalam Alquran[footnoteRef:6]. Dalam Q.S. At-Taubah Ayat 60, yang merupakan dasar hukum distribusi zakat, memang tidak di sebutkan secara langsung mengenai zakat sebagai hak delapan golongan penerimanya. [6: Nuruddin Mhd. Ali, Zakat sebagai Instrumen Kebijakan Fiskal, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada), Cet ke-1, 2006, hlm.7.]

Dari penjelasan di atas dapat diketahui dan diperkuat bahwa zakat merupakan hak bagi golongan penerimanya. Setelah zakat diberikan kepada delapan golongan, maka hak penggunaan tergantung kepada keinginan dari delapan golongan penerima tersebut yang pada dasarnya berhubungan dengan upaya pemenuhan kebutuhan golongan penerima. Pada intinya, melalui syariat zakat, kehidupan orang-orang fakir, miskin, dan orang-orang menderita lainnya, akan terperhatikan dengan baik[footnoteRef:7]. [7: Didin Hafidhuddin, Zakat dalam Perekonomian Modern, (Jakarta: Gema Insani, 2002), hlm. 12.]

Zakat sebagai salah satu ibadah bagi umat Islam memiliki perkembangan pelaksanaannya. Pada awal mula munculnya syariat zakat, belum ada ketentuan mengenai besarnya zakat dan waktu pelaksanaannya[footnoteRef:8]. Hal ini terjadi pada saat periode perkembangan awal Islam di Mekkah (sebelum hijriah). Zakat pada saat itu hanya bentuk ibadah yang diperuntukkan bagi umat Islam yang kaya dan di peruntukkan bagi umat Islam yang kurang mampu dan biaya jihad. Sedangkan pada masa perkembangan Islam di Madinah, zakat sudah memiliki ketentuan mengenai jenis harta, batasan harta, besarnya zakat, dan distribusi kepada penerimanya. [8: Yusuf Qardawi, Fiqhus Zakat, Terj. Salman Harun, et.al., Hukum Zakat, (Bogor: Pustaka Litera Antar Nusa), Cet. Ke-10, 2007.]

Pendistribusian zakat merupakan penyaluran atau pembagian dana zakat kepada mereka yang berhak menerimanya. Distribusi zakat mempunyai sasaran dan tujuan. Sasaran di sini adalah pihak-pihak yang diperbolehkan menerima zakat, sedangkan tujuannya adalah meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang memerlukan bantuan dengan segera atau hal-hal yang bersifat darurat (zakat konsumtif).Distribusi zakat pada masa sekarang tidak lagi menggabungkan antara pembagian dengan fungsi konsumtif dan produktif, termasuk Baitul Mal Aceh. Untuk fungsi produktif di kelola oleh Lembaga Keuangan Mikro Syariah, sedangkat fungsi konsumtif dikelola oleh Baitul Mal Aceh.Dalam laporan ini penulis membahas mengenai Zakat Konsumtif, karena selama melakukan Kerja Praktek di Baitul Mal Aceh penulis di tempatkan di bagian penyaluran, penulis mengamati secara langsung bagaimana proses penyaluran dana zakat, khususnya zakat konsumtif.Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk menyusun Laporan Kerja Praktik (LKP) ini dengan judul PENYALURAN ZAKAT KONSUMTIF UNTUK FAKIR UZUR OLEH BAITUL MAL ACEH.

B. Tujuan Kerja PraktikTujuan penulis melaksanakan kerja praktik adalah sebagai berikut:1. Mengetahui serta memahami proses kerja atau kegiatan yang sesungguhnya dari suatu instansi tempat melakukan kerja praktik didalam mengelola suatu usaha.2. Untuk mengetahui berbagai tahapan-tahapan dalam pelaksanaan suatu kegiatan kerja serta mempelajari mekanisme kerja suatu instansi dengan melihat dan mempelajari secara langsung tentang prinsipprinsip kerjanya.3. Agar penulis memiliki kemampuan secara professional dengan mempelajari suatu sistem pada suatu perusahaan/lembaga/instansi serta memberikan alternatif solusi atas permasalahan yang ada dan melaporkannya dalam bentuk karya ilmiah.4. Melaksanakan bagian dari Tri Dharma Perguruan Tinggi yakni pengabdian kepada masyarakat.5. Untuk memenuhi persyaratan kurikulum mata kuliah Jurusan D-III Perbankan Syariah.

C. Kegunaan Kerja Praktik1. Khazanah Ilmu PengetahuanKegunaan Kerja Praktik (KP) bagi khasanah ilmu pengetahuan terutama untuk lingkungan kampus UIN Ar-Raniry yakni untuk dapat membina komunikasi serta hubungan baik secara akademis maupun sosial antara mahasiswa Diploma III Perbankan Syariah dengan lembaga keuangan khususnya Baitul Mal Aceh, yang merupakan tempat penulis melakukan praktik kerja dan diharapkan hasil laporan Kerja Praktik ini dapat menjadi sumber bacaan bagi mahasiswa khususnya Diploma III Perbankan Syariah dalam mengetahui bagaimana Penyaluran Zakat Konsumtif Untuk Fakir Uzur Oleh Baitul Mal Aceh.

2. MasyarakatDiharapkan dengan adanya laporan kerja praktik ini akan dapat memberikan informasi dan manfaat bagi masyarakat luas baik dalam bentuk teori maupun praktiknya untuk dapat memahami tentang Penyaluran Zakat Konsumtif Untuk Fakir Uzur Oleh Baitul Mal Aceh.

3. Instansi Tempat Kerja PraktikKegunaan Kerja Praktik (KP) bagi instansi tempat penulis melakukan praktik magang yakni untuk membantu meringankan pekerjaan staf atau karyawan pada Baitul Mal Aceh.Diharapkan dengan adanya kerja praktik yang penulis lakukan dapat memberikan konstribusi positif baik berupa usaha, saran maupun kritikan yang membangun kepada pihak Baitul Mal Aceh yang sesuai dengan prinsip syariah untuk kemudian agar dapat diaplikasikan dalam melangsungkan kegiatan usaha kedepannya.

4. PenulisManfaat Kerja Praktik (KP) bagi penulis secara pribadi yakni untuk memberikan gambaran nyata bagi penulis mengenai penerapan sistem dalam dunia kerja sesungguhnya terutama yang berkaitan dengan Baitul Mal Aceh, serta memberikan wawasan yang luas serta pengalaman bagi penulis didalam melihat perbedaan yang terjadi antara dunia kerja yang sesungguhnya dengan berbagai teori yang dijumpai selama ini. Penulis mampu melihat, mengamati dan membandingkan antara teori yang ditemui dalam proses bangku perkuliahan dengan teknis pelaksanaan kerja di lapangan. Untuk meningkatkan profesionalisme bagi penulis ketika terjun dalam dunia kerja, serta meningkatkan wawasan pengetahuan dan keterampilan penulis.

D. Prosedur Pelaksanaan Kerja PraktikPelaksanaan Kerja Praktik (KP) yang penulis lakukan telah melalui beberapa tahap hingga dapat sampai pada penyusunan laporan kerja praktik ini. Tahapan tersebut diantaranya yakni, sebelum melakukan Kerja Praktik (KP) penulis terlebih dahulu mengisi/merencanakan untuk mengambil mata kuliah Kerja Praktik (KP) pada saat mengisi Kartu Rencana Studi (KRS). Hal ini penting karena merupakan syarat yang harus dilakukan sebelum melakukan Kerja Praktik (KP).Penulis sebagai salah seorang mahasiswa Program Diploma III Perbankan Syariah Fakultas Syariah dan Ekonomi Islam UIN Ar-Raniry baru dapat mengikuti Kerja Praktik apabila telah memenuhi ketentuan-ketentuan berikut: Penulis merupakan mahasiswa aktif (dibuktikan dengan fotocopy slip SPP terbaru atau media lain); Penulis telah lulus semua mata kuliah; Nilai D tidak lebih dari 5% dari total SKS yang diwajibkan; Memperoleh nilai mata kuliah Metode Penulisan Laporan minimal C; dan Menunjukkan KHS asli, KRS beserta transkrip nilai yang dibuat dan telah diverifikasi oleh jurusan.Setelah melalui semua tahapan yang telah dijelaskan diatas, selanjutnya untuk dapat mengaplikasikan teori yang telah diperoleh penulis selama duduk di bangku perkuliahan, maka diperlukan media pengaplikasian yakni berupa sebuah instansi atau perusahaan. Instansi atau perusahaan yang dipilih adalah instansi atau perusahaan yang bergerak di bidang Lembaga Keuangan Bank/Non Bank yang berprinsip syariah. Instansi tersebut dapat bersifat pemerintahan maupun swasta. Selanjutnya setelah penulis mendapatkan Instansi tempat Kerja Praktik (KP) dilakukannya tahap Persuratan Akademik-Instansi/Perusahaan Kerja Praktik. Tahap ini mencakup urusan perizinan karena Kerja Praktik (KP) adalah kegiatan yang bersifat resmi atau legal. Pertama-tama yang dilakukan adalah mengurus persuratan dari pihak jurusan untuk disampaikan ke pihak instansi atau perusahaan yang ingin dijadikan tempat melakukan Kerja Praktik (KP), surat ini harus disetujui oleh pihak fakultas. Setelah urusan persuratan di fakultas selesai, kemudian membawanya ke pihak instansi atau perusahaan kemudian akan direspon kembali oleh pihak instansi atau perusahaan mengenai persetujuan mereka menerima mahasiswa untuk melakukan Kerja Praktik (KP) di Instansi atau Perusahaan yang ditempati Kerja Praktik (KP).Selama mengikuti kegiatan Kerja Praktik (KP) kurang lebih selama satu setengah bulan atau sama dengan 30 hari kerja efektif, setiap harinya penulis melakukan tahap pelaporan kepada pihak universitas berupa Penulisan Laporan Harian yang disetujui oleh Supervisor di tempat penulis melakukan Job Training yakni pada Baitul Mal Aceh dan ditandatangani oleh Ketua Jurusan Program Studi Diploma III Perbankan Syariah. Setelah selesai melakukan Kerja Praktik (KP) penulis diwajibkan membuat Laporan Kerja Praktik (LKP) sebagai bentuk pertanggungjawaban kepada pihak Universitas. Penulis berkonsultasi dengan Ketua Lab untuk memastikan bahwa judul LKP yang penulis ajukan telah memenuhi kriteria dan sesuai dengan buku Pedoman Kerja Praktik serta Format Penulisan Laporan Program Diploma III Perbankan Syariah. Selanjutnya, penulis membuat Laporan Awal LKP yang di dalamnya memuat Latar Belakang, Tujuan Kerja Praktik, Kegunaan Kerja Praktik, Prosedur Kerja Praktik, Landasan Teori, Daftar Pustaka beserta outline. Setelah laporan awal LKP dipastikan telah memenuhi segala ketentuan dan syarat, maka barulah kemudian Ketua Lab memberikan dosen pembimbing yang akan membimbing penulis dalam mempersiapkan Laporan Kerja Praktik (LKP). Setelah memperoleh SK bimbingan LKP penulis dapat memulai proses bimbingan dengan dosen yang telah ditentukan. Penulis menjumpai pembimbing utama dan kedua selambat-lambatnya 15 hari setelah SK bimbingan diterima pihak jurusan. Waktu dan tata cara bimbingan dilakukan berdasarkan kesepakatan penulis dengan pembimbing. Tanggung jawab pembimbing dianggap selesai setelah perbaikan LKP dilakukan pasca seminar hasil.

E. Landasan Teori 1. Zakat KonsumtifDalam terminologi fiqih, zakat berarti sejumlah harta tertentu yang diwajibkan Allah SWT untuk diserahkan kepada orang-orang yang berhak menerimanya, jumlah yang dikeluarkan dari kekayaan itu disebut zakat karena yang dikeluarkan itu menambah banyak, membuat lebih berarti, dan melindungi kekayaan itu dari kebinasaan. Sedangkan menurut terminologi syariat, zakat adalah nama bagi sejumlah harta tertentu yang telah mencapai syariat tertentu yang diwajibkan oleh Allah untuk dikeluarkan dan diberikan kepada yang berhak menerimanya dengan persyaratan tertentu pula[footnoteRef:9]. [9: Yusuf Qardawi,Hukum Zakat, (Bogor: Pustaka Litera Antar Nusa,2004), Hal : 21]

Zakat konsumtif yaitu zakat yang diberikan kepada mustahiq untuk dimanfaatkan langsung oleh yang bersangkutan. seperti zakat fitrah yang dibagikan langsung kepada fakir miskin untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari,atau zakat harta yang diberikan kepada korban bencana alam seperti gempa, banjir dan gelombang tsunami di Aceh, yaitu zakat yang di berikan kepada mustahiq untuk dimanfaatkan langsung oleh yang bersangkutan[footnoteRef:10]. [10: http://www.salafy.or.id]

2. Fakir Menurut Al-Syarkoni seperti yang dikutip oleh Hasbi Ash Shiddieqy, mengatakan bahwa zakat adalah memberikan sebagian harta yang cukup nisab kepada orang fakir dan sebagainya yang tidak berhalangan secara syara[footnoteRef:11]. Fakir uzur adalah orang yang tidak mampu lagi untuk bekerja dan tidak pula memiliki harta untuk membiayai hidupnya. [11: Wahba Al-Zahayly,Zakat Kajian Berbagai Mazhab, (Bandung PT Remaja Rosda Karya 1997), Hal : 29-31]

1