Post on 02-Feb-2016
description
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Masalah
Perkembangan komunikasi telah mempengaruhi perkembangan ekonomi.
Transaksi jual beli yang sebelumnya hanya bisa dilakukan secara langsung maupun
tidak langsung (telepon) menjadi sesuatu yang sangat konservatif dengan adanya
media komunikasi seperti media massa, yaitu media elektronik dan media cetak. Di
Indonesia saat ini peran media massa sangatlah penting. Hal ini dikarenakan media
massa merupakan tempat tercepat, terakurat, dan dapat di pertanggungjawabkan
beritanya.
Joseph A Devito mengemukakan komunikasi sebagai transaksi. Transaksi
yang dimaksudkannya bahwa komunikasi merupakan suatu proses dimana
komponen-komponennya saling terkait dan bahwa para komunikatornya beraksi
dan bereaksi sebagai suatu kesatuan dan keseluruhan. Dalam setiap proses
transaksi, setiap elemen berkaitan secara integral dengan elemen lain(Suprapto,
2006 : 5).
Khususnya internet, kehadiran teknologi informasi mempengaruhi tradisi
komunikasi bisnis. Internet menjadikan pertukaran informasi lebih cepat serta
kegiatan komunikasi pun menjadi lebih efisien dan efektif. Belum lagi karakteristik
interaksinya yang memungkinkan komunikasi dua arah berjalan secara langsung
tanpa mengenal batas jarak. Dalam jurnal international menyebutkan sebagai hal baru
manfaat internet belum banyak dioptimalkan oleh pelaku usaha di Indonesia.
Wawasan berkenaan dengan pemanfaatan internet dalam kegiatan komunikasi
pemasaran pun masih terbatas(Georgiades,et al,2000).
Dalam hal ini, internet memiliki kemungkinan dijadikan sebagai media
komunikasi pemasaran terpadu. Marketing online mulai populer sejalan dengan makin
populernya penggunaan internet. Ribuan pemasar telah beralih ke internet sebagai
calon media untuk mempromosikan merek mereka dan melakukan transaksi penjualan
(Shimp, 2003 : 542). Strategi pemasaran yang kreatif namun tetap efektif dan efisien
mutlak diperlukan dalam upaya meningkatkan brand awareness dan merebut mind
share masyarakat. Salah satu strategi yang kerap diterapkan para produsen adalah
menggunakan peran iklan dalam memasarkan atau mempromosikan produknya.
Internet mengubah banyak hal yang dulunya tidak mungkin sekarang telah
menjadi keharusan. Perilaku dan pola pikir yang berkaitan dengan aktivitas
keseharian maupun bisnis telah mengalami revolusi dramatis. Internet sangat popular
khususnya dikalangan muda. Internet dapat digunakan siapapun, bahkan mereka yang
mempunyai pengetahuan relatif minim. Internet dapat pula menjadi ajang gaul yang
murah, tempat mencari informasi gaul, serta pendidikan dan lowongan kerja yang up
to date (Oetomo,et.al., 2006 : 2).
Dengan kehadiran media massa sebagai media yang berfungsi menyajikan
informasi kepada masyarakat mengenai berbagai hal yang terjadi di tengah-tengah
kehidupan mereka yang menyangkut berbagai aspek kehidupan, baik sosial, politik,
ekonomi, budaya, kesehatan, pendidikan maupun teknologi, setidaknya ada beberapa
peranan yang dimainkan oleh media massa tersebut.
Media adalah sarana yang membawa pesan. Media massa utama adalah
buku, majalah, koran, TV, radio, rekaman, film, dan website. (Vivian, 2008 :
453). Media elektronik kini telah menjadi pilihan untuk tempat melakukan proses
jual beli. Salah satunya adalah dengan berbelanja online melalui media website.
Sistem ini menawarkan efisiensi dan pengendalian pasar melalui kecepatan dan
kemudahan akses, keleluasaan jangkauan pasar, serta penghematan waktu dan biaya.
Seperti yang kita telah ketahui begitu banyak saat ini berkembang media website yang
dapat mempermudah kita untuk memperoleh berbagai kebutuhan dan keinginan, salah
satunya adalah di Blibli.com .
Media web menjadi pilihan blibli.com untuk membantu dan mempermudah
para wanita khususnya dikalangan karyawati. Dengan adanya program rabu cantik
para wanita yang ingin bergaya, memiliki penghasilan, dan tidak memiliki cukup
waktu untuk menghabiskan dirinya di pusat perbelanjaan dapat menjadikan blibli.com
sarana pengganti untuk berbelanja. Tidak hanya berkaitan dengan pakaian, pada
program ini pun dijual berbagai kebutuhan untuk kesehatan dan kecantikan.
Dalam studi media, dikenal istilah media exposure (terpaan media). Media
exposure menurut Jalaludin Rakhmat (1989) di artikan sebagai terpaan media,
sedangkan menurut Masri Singaribun (1982) mengartikan dengan sentuhan media
(Prastyono, 1955:23). Terpaan media adalah lebih lengkap dari akses. Terpaan media
tidak hanya menyangkut apakah seseorang secara fisik cukup dekat dengan kehadiran
media, tetapi juga apakah seseorang itu benar-benar terbuka dengan pesan tersebut.
Terpaan merupakan kegiatan mendengar, melihat, dan membaca pesan maupun
mempunyai pengalaman dan perhatian terhadap pesan tersebut yang dapat terjadi
pada individu atau kelompok(Rakhmat,2005:23).
Terpaan media menurut Shore (1985:26) tidak hanya menyangkut apakah
seseorang secara fisik cukup dekat dengan kehadiran media massa, tetapi apakah
seseorang itu benar-benar terbuka terhadap pesan-pesan media tersebut. Terpaan
media merupakan kegiatan mendengarkan, melihat, dan membaca pesan media massa
ataupun mempunyai pengalaman dan perhatian terhadap pesan tersebut, yang dapat
terjadi pada tingkat individu maupun kelompok.
Terpaan media program rabu cantik pada iklan baris diharapkan dapat
menimbulkan sikap positif sehingga mempengaruhi keputusan pembelian. Exposure
secara sederhana adalah konsumen berinteraksi dengan pesan dari pemasar (mereka
melihat iklan). Walaupun exposure merupakan tahap awal yang penting menuju
tahap-tahap selanjutnya dari proses informasi, fakta yang ada adalah mengekspos
konsumen kepada pesan komunikator pemasaran tidak menjamin bahwa pesan akan
memberikan pengaruh. Memperoleh exposure adalah suatu keharusan namun tidak
cukup untuk mencapai keberhasilan komunikasi (Shimp, 2003 : 182).
Blibli.com menjadi contoh salah satu media massa yang memberikan
informasi-informasinya secara satu arah dan dapat melihat efek terhadap terpaan
media tersebut(dalam hal ini blibli.com) berdasarkan seberapa banyak konsumen yang
berbelanja di blibli.com. Terpaan media program rabu cantik pada iklan baris
diharapkan dapat menimbulkan sikap positif sehingga mempengaruhi keputusan
pembelian. Exposure secara sederhana adalah konsumen berinteraksi dengan pesan
dari pemasar (mereka melihat iklan). Walaupun exposure merupakan tahap awal
yang penting menuju tahap-tahap selanjutnya dari proses informasi, fakta yang ada
adalah mengekspos konsumen kepada pesan komunikator pemasaran tidak menjamin
bahwa pesan akan memberikan pengaruh. Memperoleh exposure adalah suatu
keharusan namun tidak cukup untuk mencapai keberhasilan komunikasi (Shimp, 2003
: 182).
Blibli.com adalah salah satu E-commerce di Indonesia dengan konsep belanja
online ala mall. Dengan konsep tersebut blibli mengharapkan masyarakat Indonesia
yang terbiasa belanja di mall bisa menemukan barang yang mereka cari dengan
mudah dan menyenangkan dimanapun dan kapanpun.
Blibli adalah produk pertama PT Global Digital Niaga yang merupakan anak
perusahaan Djarum dibidang digital yang didirikan pada tahun 2010. Blili bekerja
sama dengan teknologi provider kelas dunia, mitra logistik, banking partner serta
merchant partner dengan standar tertentu untuk menciptakan sistem back-end yang
bisa memenuhi kebutuhan pengguna blibli. Program rabu cantik adalah program yang
dihadirkan blibli.com sejak satu tahun yang lalu. Program ini di tujukan kepada para
wanita untuk memenuhi segala kebutuhan dan keinginannya. Tidak hanya itu pada
program ini terdapat juga promo-promo menarik dengan adanya promo cicilan hingga
12 bulan atau cashback secara langsung.
Data dari lembaga riset ICD memprediksi bahwa pasar e-commerce di
Indonesia akan tumbuh 42% dari tahun 2012-2015. Angka ini lebih tinggi jika
dibandingkan negara lain seperti Malaysia (14%), Thailand (22%), dan Filipina (28%)
Tentulah nilai sebesar ini sangat menggoda bagi sebagian investor, baik dalam
maupun luar negeri. Berdasarkan data dari Bolton Consulting Group (BCG), pada
tahun 2013 golongan kelas menengah di Indonesia sudah mencapai angka 74 juta
orang dan diprediksi pada tahun 2020, angka ini naik menjadi 141 juta orang atau
sekitar 54% dari total penduduk di Indonesia. Melihat dari data ini, sudah jelas dan
bisa dipastikan bahwa potensi pasar e-commerce di Indonesia sangatlah besar.
Dengan meningkatnya golongan kelas menengah, orang-orang tidak akan segan untuk
mengkonsumsi uang mereka untuk membeli berbagai macam barang yang mereka
inginkan.(www.startupbisnis.com)
Berbelanja memiliki keidentikan dengan wanita karena mayoritas yang
memiliki kesenangan untuk berbelanja adalah wanita, baik ibu rumah tangga maupun
wanita karir. Dengan begitu banyaknya kebutuhan wanita dari ujung kepala hingga
ujung kaki, dapat di perkirakan berapa banyak rupiah yang harus dikeluarkan untuk
memenuhi kebutuhannya. Keinginan untuk bergaya yang lebih tetapi waktu yang
kurang di rasakan oleh wanita karir saat ini. Perkembangan zaman membuat
seseorang bekerja tanpa kenal waktu sehingga untuk memuaskan keinginannya pun
tidak terwujud. Peneliti mengambil sampel kepada wanita karir yang bekerja di
Jakarta Selatan. Berpenampilan menarik menjadi ciri khas mereka. Karena letak
Jakarta Selatan pun yang memiliki nilai prestige yang tinggi. Di tambah lagi dengan
banyaknya perkantoran yang berada di Jakarta Selatan.
Dengan berbelanja secara online nilai kepraktisan menjadi hal utama yang
didapatkan konsumen. Seperti pada penelitian ini yang berbelanja melalu website
blibli.com. Konsumen hanya perlu memilih barang sesuai dengan yang diinginkan
kemudian cukup “klik” , melakukan transaksi pembayaran, dan barang yang kita
pilih pun akan langsung kita terima di rumah/kantor tanpa ongkos kirim.
Sikap merupakan kombinasi antara tindakan, motivasi, emosi, presepsi dan
proses pemahaman terhadap beberapa aspek dari lingkungan sekitar kita yang dapat
menghasilkan opini positif atau negative ( Kinnear, 1995 : 304). Sikap merupakan
faktor yang berasal dari individu dan dapat mempengaruhi konsumen dalam membuat
keputusan pembelian. Konsumen akan menilai suatu produk sesuai dengan
pengalamannya lalu mencari informasi lebih lanjut atau bahkan memilih satu dari
berbagai alternatif produk yang ditawarkan (Engel, 1995 : 11).
Rasa nyaman dan puas yang diharapkan blibli.com terhadap konsumennya
merupakan langkah untuk mencapai loyalitas konsumen. Sehingga konsumen tidak
hanya satu kali berbelanja di blibli.com tetapi mengikuti berbagai program promo
yang di tampilkan di iklan baris pada halaman depan web kemudian berbelanja
kembali, sehingga timbullah yang dinamakan loyalitas.
Loyalitas pelanggan adalah tindakan konsumen yang melakukan pembelian
ulang secara teratur dalam waktu yang panjang berdasarkan pada unit pengambilan
keputusan. Dua kondisi penting yang berhubungan dengan loyalitas adalah retensi
pelanggan (customer retention) dan total pangsa pelanggan (total share of customer).
Menurut Ali Hasan (2008:83) Loyalitas pelanggan didefinisikan sebagai
orang yang membeli, khususnya yang membeli secara teratur dan berulang-ulang.
Pelanggan merupakan seseorang yang terus menerus dan berulang kali datang ke
suatu tempat yang sama untuk memuaskan keinginannya dengan memiliki suatu
produk atau mendapatkan suatu jasa dan membayar produk atau jasa tersebut.
Loyalitas pelanggan menjadi sangat penting bagi perusahaan jasa tidak hanya
mempertahankan customer yang sudah ada saja yang perlu diperhatikan, tetapi yang
lebih penting adalah bagaimana konsumen tersebut menjadi loyal terhadap
perusahaan agar nantinya perusahaan tidak kehilangan pelanggan-pelanggan setianya.
Kepuasaan blibli.com bukan sekedar rasa loyalitas konsumen semata tetapi
melihat juga pada target konsumen. Target konsumen ini dapat dilihat dari jumlah
pendapatan yang diterima blibli.com apakah mengalami peningkatan dengan adanya
program rabu cantik di hari rabu tersebut.
Pembelian secara online kini menjadi pilihan konsumen untuk memenuhi
keinginannya. Lebih daripada itu begitu banyak program-program promo yang
ditawarkan sehingga menarik konsumen untuk lebih memilih berbelanja secara
online. Nilai kepraktisan juga menjadi kunci penyebab mengapa konsumen lebih
memilih secara online.
2. Perumusan Masalah
Perkembangan zaman saat ini banyak melibatkan teknologi salah satunya
adalah proses jual beli. Wanita saat ini pun dapat dikatakan hidup secara mandiri
dengan menjadi wanita karir. Meskipun menjadi seorang wanita karir, penampilan
bagi wanita merupakan hal utama yang dapat menunjang pekerjaannya dan kehidupan
sosialnya. Jakarta Selatan merupakan bagian dari Jakarta yang dapat dikatakan maju,
baik dalam pusat perkantoran, perbelanjaan, perumahan, cafe, restoran, dan juga
fashion.
Pelanggan merupakan hal terpenting bagi setiap perusahaan, oleh karenanya
pelanggan harus tetap selalu dipegang dan dijaga kepuasannya agar tidak berpindah
dan beralih menjadi pelanggan dari perusahaan lain. Setiap perusahaan harus
menciptakan hubungan baik dengan pelanggannya sehingga mereka menjadi
pelanggan setia. Pelanggan yang setia atau loyal terhadap perusahaan akan selalu
mengutamakan perusahaan yang mereka telah percaya untuk menjadi pilihan utama.
Oleh karena itu, blibli.com sebagai salah satu perusahaan e-commerce
membuat program yang dinamakan rabu cantik setiap hari rabu untuk para wanita
yang begitu padat dengan segala aktivitasnya dan menyadari pentingnya keberadaan
pelanggan bagi suatu perusahaan, maka blibli.com berupaya mengetahui kebutuhan
dan keinginan pelanggan dalam rangka memberikan pelayanan terbaik perusahaan
dan menjalin hubungan jangka panjang melalui proses interaksi kepada pelanggan
sehingga dapat mengarah kepada pembentukan loyalitas. Salah satu cara yang dapat
dilakukan perusahaan adalah dengan membuat program rabu cantik.
Dengan rumusan masalah yang telah dijelaskan, maka peneliti ingin
mengetahui : Seberapa besar pengaruh terpaan media program rabu cantik di website
blibli.com terhadap loyalitas konsumen.
3. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka identifikasi permasalahan
dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Apakah program rabu cantik berpengaruh terhadap loyalitas konsumen?
2. Seberapa besar pengaruh terpaan media program rabu cantik di website
blibli.com terhadap loyalitas konsumen ?
4. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan permasalahan yang telah dirumuskan dalam identifikasi
masalah, maka tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui apakah program rabu cantik berpengaruh terhadap loyalitas
konsumen.
2. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh terpaan media program “rabu
cantik” di website blibli.com terhadap loyalitas konsumen.
5. Manfaat Penelitian
Penelitian ini memiliki manfaat yang signifikan dan berhubungan dengan
manfaat akademis dan praktis.
1. Manfaat Akademis
Dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dan
wawasan ilmu pengetahuan dibidang komunikasi dan dapat menjadi bahan
penelitian awal terutama yang berkaitan ilmu kehumasan khususnya yang
berkaitan dengan pengaruh terpaan media program rabu cantik di website
blibli.com terhadap loyalitas konsumen.
2. Manfaat Praktis
Dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan yang bermanfaat
bagi kemajuan blibli dan memberikan pemikiran dan masukan yang lebih baik
mengenai pengaruh terpaan media program rabu cantik di website blibli.com
terhadap loyalitas konsumen.
6. Batasan Penelitian
Agar penelitian terfokus peneliti membatasi penelitian untuk memperjelas
lingkup masalah yang akan dibahas. Peneliti ingin mengetahui pengaruh terpaan
media program rabu cantik di website blibli.com terhadap loyalitas konsumen.
Penelitian ini sesuai dengan proses kerja public relations yaitu melakukan penelitian
dan pengamatan sikap dan reaksi masyarakat terhadap program yang dibuat oleh
blibli.com.
7. Sistematika Penulisan
Bab I Pendahuluan, bab ini menguraikan latar belakang permasalahan dengan
merumuskan masalah, tujuan dari penelitian dan manfaat-manfaat yang bias di ambil
dari penelitian tersebut serta yang terakhir dari Bab I pendahuluan adalah sistematika
penulisan.
Bab II Landasan Konseptual, Bab ini memuat konsep-konsep yang berkaitan
dengan penelitian ini. Tujuannya adalah untuk memberikan pemahaman mengenai
landasan-landasan yang digunakan. Konsep-konsep yang digunakan yaitu konsep
Media Massa, Terpaan Media, dan Loyalitas Konsumen. Selain itu pada bab ini juga
berisikan hipotesis, kerangka berpikir, model analisa, definisi konsep, dan
operasionalisasi konsep pada penelitian ini.
Kemudian Bab III Metodologi Penelitian ini menguraikan penjelasan
mengenai pendekatan penelitisn, jenis penelitian, dan sifat penelitian yang digunakan.
Lalu lokasi dan waktu penelitian, populasi dan sampel, teknik sampling, hipotesis
penelitian, hipotesis statistik, kemudian teknik pengumpulan, teknik analisis data, dan
keterbatasan penelitian.
Di dalam Bab IV hasil penelitian, bab ini menguraikan sekilas tentang
program rabu cantik di website blibli.com, hasil analisa data melalui univariat dan
bivariat, serta interpretasi data dari keseluruhan hasil SPSS yang dihubungkan dengan
konsep yang digunakan peneliti.
Dan dalam Bab V Penutup, bab ini berisikan mengenai kesimpulan dan saran.
Peneliti mengumpulkan implikasi dan studinya, baik secara praktis maupun akademis
dan kemudian mengajukan saran kepada blibli.com, untuk penyempurnaan
kesuksesan terpaan media program rabu cantik di website blibli.com.
BAB II
Landasan Konseptual
I. Konsep Komunikasi
A. Definisi Komunikasi
Komunikasi adalah ilmu dasar dari semua ilmu. Manusia hidup
bergantung satu dengan lainnya, tanpa komunikasi manusia tidak akan
dapat melanjutkan kehidupannya. Bentuk umum komunikasi manusia
termasuk bahasa sinyal, bicara, tulisan, gerakan, dan penyiaran.
Komunikasi dapat berupa interaktif, transaktif, bertujuan, atau tak
bertujuan. Melalui komunikasi, sikap dan perasaan seseorang atau
sekelompok orang dapat dipahami oleh pihak lain. Akan tetapi,
komunikasi hanya akan efektif apabila pesan yang disampaikan dapat
dimengerti oleh penerima pesan tersebut. Komunikasi terus mengalami
perkembangan dari waktu ke waktu, hal ini dikarenakan peningkatan
teknologi komunikasi yang berkembang dengan sangat cepat seperti radio,
televisi, telepon, satelit dan jaringan komputer seiring dengan
modernisasi yang terjadi di dunia ini.
Berikut ini adalah pendapat dari beberapa ahli mengenai definisi
komunikasi :
1. Wilbur Schramm menyatakan komunikasi sebagai suatu proses berbagi
(sharing process). Schramm mendefinisikannya sebagai berikut :
“ Komunikasi berasal dari kata – kata (bahasa) Latin communis yang
berarti umum (common) atau bersama. Hakikat sebuah komunikasi
adalah usaha membuat penerima atau pemberi komunikasi memiliki
pengertian/ pemahaman yang sama terhadap pesan tertentu” (Suprapto,
2006 : 2 – 3).
2. Berelson dan Stainer (1964) : Komunikasi adalah proses penyampaian
informasi, gagasan, emosi, keahlian dan lain-lain. Melalui penggunaan
simbol-simbol seperti kata – kata, gambar – gambar, angka – angka dan
lain – lain.
Dilihat dari beberapa definisi komunikasi menurut para ahli
diatas dapat disimpulkan bahwa tiap ahli memiliki pandangan masing –
masing mengenai definisi komunikasi. Komunikasi terlihat sebagai kata
yang abstrak sehingga memiliki banyak arti. Sehingga untuk menetapkan
satu definisi tunggal tidaklah mudah.
Ilmu komunikasi adalah ilmu komunikasi yang bersifat
multidisipliner sehingga definisi komunikasi pun menjadi banyak dan
beragam. Masing – masing definisi memiliki penekanan arti yang berbeda
satu sama lain, tetapi pada dasarnya berbagai definisi komunikasi yang
telah ada sesungguhnya saling melengkapi dan menyempurnakan sejalan
dengan perkembangan ilmu komunikasi itu sendiri.
Komunikasi dalam tingkat akademi dibagi – bagi menjadi
komunikasi massa, komunikasi bagi pembawa acara (broadcast), humas
dan lainnya. Pekerjaan dalam dunia komunikasi mencerminkan
keberagaman komunikasi itu sendiri.
Dalam proses terjadinya komunikasi ada unsur – unsur yang
membuat proses itu terjadi. Menurut Harold Laswell unsur – unsur
komunikasi tersebut adalah sebagai berikut :
1. Sumber (Who)
Sumber adalah pihak yang berinisiatif atau mempunyai kebutuhan
untuk berkomunikasi. Sumber boleh jadi seseorang individu,
kelompok, organisasi, perusahaan atau bahkan suatu Negara. Dalam
mennyampaikan informasi, sumber harus mengubah apa yang ada
dalam pikiran dan perasaannya ke dalam symbol verbal dan
nonverbal sehingga dapat dipahami oleh penerima pesan. Sumber di
sebut juga sebagai komunikator.
2. Pesan (Says What)
Pesan adalah apa yang dikomunikasikan oleh sumber kepada
penerima. Pesan dapat berupa verbal maupun nonverbal yang
mewakili perasaan, nilai, gagasan dan pikiran narasumber.
3. Saluran atau media (In Which Channel)
Saluran atau media merupakan alat atau wahana yang digunakan
sumber untuk menyampaikan pesannya kepada penerima. Media
dapat berupa media cetak (surat kabar, majalah) dan media
elektronik (radio dan televisi) atau juga harus bertatap langsung
(tatap muka).
4. Penerima (To Whom)
Penerima (receiver), sering juga disebut sasaran/ tujuan (destination),
komunikan (communicate), penyandi – balik (decorder) atau khalayak
(audience), pendengar (listener), penafsir (interpreter), yakni orang
yang menerima pesan verbal dan nonverbal dari sumber yang
menjadi suatu gagasan yang ia pahami.
5. Efek (With What Effect)
Efek adalah apa yang terjadi pada penerima setelah ia menerima
pesan tersebut. Efek tersebut misalnya penambahan pengetahuan
(dari tidak tahu menjadi tahu), terhibur, perubahan sikap (dari tidak
setuju menjadi setuju), perubahan keyakinan, perubahan perilaku, dan
lain sebagainya(Mulyana, 2009 : 147 – 148).
Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa proses penyampaian lambang-
lambang kepada khayalak ditujukan untuk merubah perilaku khayalak tersebut.
Dalam arti menimbulkan perilaku positif atau perilaku negatif sehubungan dengan
pesan yang diterima melalui proses komunikasi.
Tujuan utama komunikasi adalah membangun atau menciptakan pemahamam
dan pengertian bersama. Saling memahami atau mengerti bukan berarti harus
menyetujui tetapi mungkin dengan komunikasi terjadi suatu perubahan sikap,
pendapat, perilaku ataupun perubahan secara sosial:
a. Perubahan sikap (attitude change)
Seseorang komunikan setelah menerima pesan, kemudian sikapnya
berubah, baik positif maupun negatif. Dalam berbagai situasi, kita
berusaha mempengaruhi sikap orang lain dan berusaha agar orang lain
bersikap positif sesuai dengan keinginan kita.
b. Perubahan pendapat (opinion change)
Dalam komunikasi berusaha menciptakan pemahaman. Pemahaman
ialah kemampuan memahami pesan secara cermat sebagaimana
dimaksudkan komunikator. Setelah memahami arti komunikator maka
akan tercipta pendapat yang berbeda-beda bagi komunikan.
c. Perubahan perilaku (behavior change)
Komunikasi bertujuan untuk mengubah perilaku ataupun tindakan
seseorang.
d. Perubahan sosial (social change)
Membangun dan memelihara ikatan hubungan dengan orang lain
sehingga menjadi hubungan yang semakin baik. Dalam proses
komunikasi yang efektif secara tidak sengaja meningkatkan kadar
hubungan interpersonal(Daryanto, 2010: 148-149).
Secara umum menurut Wilbur Schram (1974), tujuan komunikasi dapat dilihat
dari dua perspektif kepentingan yakni: kepentingan sumber/ pengirim/ komunikator
dan kepentingan penerima/ komunikan. Dengan demikian maka tujuan komunikasi
yang ingin dicapai dapat digambarkan sebagai berikut:
Tabel 2.1: Tujuan Komunikasi
Tujuan komunikasi dari sudut kepentingan sumber
Tujuan komunikasi dari sudut kepentingan bersama
1) Memberikan informasi 1) Memahami komunikasi2) Mendidik 2) Mempelajari3) Menyenangkan/
menghibur3) Menikmati
4) Menganjurkan suatu tindakan/ persuasi
4) Menerima atau menolak anjuran
(Widjaja, 2000: 109) Judul buku Ilmu Komunikasi
Menurut Onong Uchjana Effendy, terdapat beberapa fungsi
komunikasi yaitu sebagai berikut:
A. Menginformasikan (to inform)
Memberikan informasi kepada masyarakat. Karena perilaku
menerima informasi merupakan perilaku alamiah masyarakat.
Dengan menerima informasi yang benar masyarakat akan merasa
aman tentram. Informasi akurat diperlukan oleh beberapa bagian
masyarakat untuk bahan dalam pembuatan keputusan. Informasi
dapat dikaji secara mendalam sehingga melahirkan teori baru
dengan demikian akan menambah perkembangan ilmu pengetahuan.
Informasi disampaikan pada masyarakat melalui berbagai tatanan
komunikasi, tetapi yang lebih banyak melalui kegiatan mass
communication .
B. Mendidik (to educate)
Mendidik masyarakat. Kegiatan komunikasi pada masyarakat
dengan memberikan berbagai informasi tidak lain agar masyarakat
menjadi lebih baik, lebih maju, lebih berkembang kebudayaannya.
Kegiatan mendidik masyarakat dalam arti luas adalah memberikan
berbagai informasi yang dapat menambah kemajuan masyarakat
dengan tatanan komunikasi massa. Sedangkan kegiatan mendidik
masyarakat dalam arti sempit adalah memberikan berbagai
informasi dan juga berbagai ilmu pengetahuan melalui berbagai
tatanan komunikasi kelompok pada pertemuan-pertemuan, kelas-
kelas, dan sebagainya.
C. Menghibur (to entertain)
Menghibur masyarakat. Perilaku masyarakat menerima informasi
selain untuk memenuhi rasa aman juga menjadi sarana hiburan
masyarakat. Apalagi pada masa sekarang ini banyak penyajian
informasi melalui sarana seni hiburan.
D. Mempengaruhi (to influence)
Mempengaruhi masyarakat. Kegiatan memberikan berbagai
informasi pada masyarakat juga dapat dijadikan sarana untuk
mempengaruhi masyarakat tersebut ke arah perubahan sikap dan
perilaku yang diharapkan. (Effendy, 2003 : 31 – 32)
Tipe Komunikasi dibagi atas empat macam tipe, yakni:
1) Komunikasi Intrapersonal, yaitu proses komunikasi yang terjadi di dalam diri
individu atau dengan kata lain proses berkomunikasi dengan diri sendiri
2) Komunikasi Interpersonal, yaitu proses komunikasi yang berlangsung antara
dua orang atau lebih secara tatap muka, seperti yang dinyatakan R. Wayne
Pace (1979) bahwa “interpersonal communication is communication involving
two or more people in a face to face setting”.
3) Komunikasi Massa, yaitu proses komunikasi yang berlangsung di mana
pesannya dikirim dari sumber yang melembaga kepada khalayak yang sifatnya
massal melalui alat-alat yang bersifat mekanisme seperti radio, televise, surat
kabar, dan film.
4) Komunikasi Publik, yaitu proses komunikasi dimana pesan-pesan disampaikan
oleh pembicara dalam situasi tatap muka di depan khalayak yang lebih besar
(Canggara, 2008:30-37)
II. Komunikasi Massa
Komunikasi massa adalah Komunikasi massa diartikan sebagai jenis
komunikasi yang ditujukan kepada sejumlah khalayak yang tersebar, heterogen dan
anonim melalui media cetak atau elektronik sehingga pesan yang sama dapat diterima
secara serentak dan sesaat (Rakhmat, 1996 : 214 ).
Berdasarkan pendapat para ahli tersebut maka peneliti menyimpulkan bahwa
komunikasi massa harus menggunakan media massa. Jadi bila komunikasi
disampaikan kepada khalayak luas, seperti terpaan media program rabu cantik
diwebsite blibli.com tanpa melalui media massa maka itu bukan komunikasi
massa. Istilah tersebar menunjukkan bahwa komunikan sebagai pihak penerima
pesan tidak berada di suatu tempat, melainkan tersebar di berbagai tempat.
Berikut ini adalah ciri – ciri Komunikasi Massa :
1. Komunikasi massa bersifat umum, yang artinya bahwa pesan komunikasi yang
disampaikan melalui media massa adalah terbuka untuk semua orang.
keterbukaan ini semakin didukung oleh penggunaan lebih banyak media audio
visual, kemajuan teknik untuk mencapai jarak jauh.
2. Komunikasi bersifat heterogen, massa dalam komunikasi massa terjadi dari
orang-orang yang heterogen, meliputi penduduk yang bertempat tinggal dalam
kondisi yang sangat berbeda dengan kebudayaan yang beragam, berasal dari
berbagai lapisan masyarakat dan mempunyai pekerjaan yang berjenis-jenis.
3. Media massa menimbulkan keserempakan, artinya keserempakan kontak
dengan sejumlah besar penduduk dalam jarak yang jauh dari komunikator dan
penduduk tersebut satu sama lain dalam keadaan terpisah (Fajar, 2009 : 226).
Ada 6 komponen komunikasi massa yaitu :
1. Komunikator
Komunikator adalah jantung komunikasi massa. Komunikator massa
adalah orang-orang yang memproduksi pesan yang disampaikan lewat
media massa. Dari definisi tersebut yang termasuk komunikator
adalah jurnalis, peneliti lagu, penyiar TV dan radio, peneliti nasksh
film, praktisi public relations, orang orang periklanan, penyunting,
dan lain sebagainya. (Vivian, 2008 : 451 – 452)
2. Pesan
Pesan adalah hal-hal yang dikomunikasikan, yakni item berita,
seperti film, lagu rekaman, iklan billboard, novel, dll.
3. Media
Media adalah sarana yang membawa pesan. Media massa utama
adalah buku, majalah, koran, TV, radio, rekaman, film, dan website.
(Vivian, 2008 : 453)
4. Audience
Audience atau komunikan adalah khalayak penerima pesan media
massa yang bersifat berjumlah besar, anonim, heterogen, & berubah-
ubah. (Vivian, 2008 : 454)
5. Gatekeeper dan Regulator
Istilah Gatekeeper pertama kali digunakan oleh Kurt Lewin dalam
bukunya Human Relation. Istilah ini mengacu pada proses: 1. Suatu
pesan berjalan melalui berbagai pintu, selain juga pada 2. orang atau
kelompok yang memungkinkan pesan lewat. Gatekeepers dapat
berupa seseorang atau satu kelompok yang dilalui suatu pesan dalam
perjalanannya dari sumber kepada penerima. Fungsi utama
gatekeeper adalah menyaring pesan yang diterima seseorang.
Gatekeeper membatasi pesan yang diterima komunikan, seperti editor
surat kabar, majalah, penerbitan. Seorang gatekeepers dapat memilih,
mengubah, bahkan menolak pesan yang disampaikan kepada
penerima. Regulator adalah orang non-media dan institusi non-media
yang mempengaruhi pesan komunikasi massa sebelum pesan sampai
ke tujuan. (Vivian, 2008 : 459)
6. Filter
Filter adalah faktor penerimaan yang mengganggu komunikasi.
Menurut John Vivian ada tiga jenis filter:
1. Filter informasional, yakni faktor pengetahuan penerima yang
membatasi pemahaman simbol.
2. Filter fisik, yakni tingkat kesadaran fisik yang membatasi
memahami pesan, seperti sakit, dll.
3. Filter psikologis, yakni keadaan pikiran penerima yang
mempengaruhi pemahaman simbol. (Vivian, 2008 : 462)
Menurut John Vivian dalam bukunya Teori Komunikasi Massa (2008)
fungsi komunikasi massa adalah sebagai berikut :
providing information,
providing entertainment,
helping to persuade,
contributing to social cohesion
Komunikasi massa memiliki tiga efek yaitu :
1. Efek Kognitif (Pengetahuan)
Efek yang timbul pada diri komunikan yang sifatnya informatif bagi
dirinya. Dalam efek kognitif ini akan dibahas tentang bagaimana media
massa dapat membantu khalayak dalam mempelajari informasi yang
bermanfaat dalam mengembangkan keterampilan kognitifnya. Gapaian
komunikator dalam efek kognitif ini hanya sampai batas memberi tahu
saja. (Ardianto, 2005 : 50)
2. Efek Afektif (Perasaan)
Efek afektif berkaitan dengan perasaan. Akibat dari penggunaan media
massa timbul perasaan tertentu pada khalayak. Perasaan akibat terpaan
media massa itu bisa bermacam – macam, senang sehingga tertawa
terbahak – bahak, sedih hingga menangis, takut sampai merinding, dan lain
– lain. (Effendy, 2000 : 319)
3. Efek Behavioral (Perilaku)
Efek behavioral merupakan akibat yang timbul pada diri khalayak dalam
bentuk perilaku, tindakan, atau kegiatan. (Ardianto, 2004 : 56)
Efek behavioral tidak langsung timbul sebagai akibat terpaan media massa,
melainkan didahului oleh efek kognitif dan atau efek afektif. Dengan lain perkataan,
timbulnya efek behavioral setelah muncul kognitif dan atau efek afektif. Dampak
behavioral adalah dampak yang timbul pada komunikan dalam bentuk perilaku,
tindakan, atau kegiatan. (Effendy, 2000 : 318)
Dalam proses komunikasinya komunikasi massa selalu menyertakan adanya
suatu media komunikasi atau sarana penyampai pesan kepada khayalak yang
mengiringi. Media komunikasi sendiri terbagi menjadi dua above the line (lini
atas) dan below the line (lini bawah).
1. Media lini atas terdiri dari iklan-iklan yang dimuat didalam media cetak, media
elektronik (radio, tv, dan bioskop), Luar ruang (papan reklame dan angkutan), serta
internet.
2. Media lini bawah terdiri dari seluruh media selain media lini atas seperti direct
mail, pameran, point of sale display material, kalender, agenda, gantung kunci
atau tanda mata .(Kasali, 1995 : 23)
III. Internet
Saluran komunikasi yang digunakan adalah media elektronik berupa internet
yang didalamnya terdapat website blibli.com yang menjadi ruang penyebaran
informasi. Internet merupakan jaringan global dari komputer-komputer yang saling
terhubung dimana satu individu yang terhubung dengan sebuah jaringan dapat
bercakap-cakap dengan komputer mana pun dari ribuan komputer lain (Monle Lee,
2007 : 382).
IV. Online Advertising Sebagai Media Komunikasi Massa
Komunikasi merupakan sesuatu yang sangat esensial dalam kehidupan
manusia. Berbagai bidang komunikasi tumbuh dan berkembang sejalan dengan
perkembangan yang dicapai manusia. Salah satu bidang komunikasi tersebut adalah
bidang periklanan. Iklan merupakan bagian penting dalam kegiatan perdagangan.
Produsen menggunakan iklan untuk mempengaruhi calon konsumen agar
mereka tertarik untuk membeli produknya. WH Van Baarle dan FE Hollander
dalam Reclamekunde menyatakan bahwa : Iklan adalah suatu kekuatan yang
menarik ditujukan kepada kelompok pembeli tertentu, dilakukan oleh
produsen/pedagang agar dengan demikian dapat mempengaruhi penjualan barang-
barang/jasa-jasa yang menguntungkan baginya (Nuryanto, 1997 : 5).
Dengan internet, sebuah perusahaan dapat menyajikan kombinasi iklan,
informasi, dan hiburan yang berhubungan dengan produk mereka kepada para
konsumen. Para konsumen mampu mengendalikan penampakan produk pada mereka
dan akhirnya memutuskan apakah mereka ingin lebih mengetahui atau bahkan
memesannya (Monle Lee, 2007 : 40).
Internet memainkan peran yang besar dalam dunia penjualan barang. Beberapa
keuntungan yang didapatkan dalam melakukan penjualan melalui internet antara lain
konsumen yang lebih luas, biaya yang relatif murah, lebih efektif dan kemudahan
perusahaan dalam membentuk image yang baik dihadapan para konsumen. Internet
mempermudah pola komunaikasi antara produsen dan konsumen. Konsumen akan
lebih mudah mencari produk yang diinginkan dan mengetahui deskripsi dari produk
tersebut serta pilihan-pilihan harga yang lebih kompetitif. Namun demikian, internet
juga memiliki kekurangan. Dari sisi keamanan transaksi, internet memiliki
kerawanan, yaitu pencurian terhadap e-payment, serta maraknya penipuan terhadap
produk yang dijual di internet (www. dento.com/evolution).
Iklan termasuk dalam pemasaran dengan maksud memperoleh respon kognitif,
afektif dan behavioral. Proses komunikasi tersebut menggunakan model Hierarchy
of Effects.
V. Model Hierarchy of Effects
Perubahan perilaku manusia akan terlihat setelah diterpa pesan media
(Rakhmat, 1996 : 218). Khalayak menyaring informasi melalui proses yang disebut
terpaan selektif (selective exposure) dan persepsi selektif (selective
perception) (Rakhmat, 1996 : 198). Dimana khlayak dapat menyeleksi pengaruh
media yang ada dan dapat mempersepsikan sajauh mana media ini dapat
mempengaruhinya.
Sikap sangat penting dalam pengambilan keputusan pemasaran karena
hubungan yang diasumsikan antara perilaku dan sikap. Hal ini berkaitan dengan
komponen kognitif dan afektif dari sikap pembeli, hasil pengukuran dapat
didayagunakan untuk meramalkan perilaku pembelian dimasa yang akan datang
(Kinnear, 1995 : 304).
Dalam penelitian ini setelah kesadaran dan pengetahuan berhasil ditumbuhkan
melalui penggunaan iklan baris lewat website blibli.com untuk selanjutnya dalam
menghubungkan dengan sikap digunakan model Lavidge-Gary Steiner dua nama
pelopor dari psikologi sosial melihat enam tahap yang harus dilalui dalam proses
komunikasi (Khasali, 1998 : 53-54).
Tahapan-tahapan model Hierarchy of Effects (Kinnear,1995: 305) dapat
dilihat sebagai berikut :
Gambar 2.2
MasukanBauran Pemasaran Faktor-Faktor Situasional
Respon PerilakuKomponen Efek Hierarki model pengaruh
Kognitif
Awareness
Knowledge
Afektif
Liking
Preference
ConvictionBehavioral Purchase
Setelah komponen efek kognitif berhasil ditumbuhkan komunikan dapat
menentukan sikap, disini peneliti ingin mengetahui seberapa besar afeksi terhadap
iklan baris rabu cantik lewat website blibli, jika sikap komunikan positif berarti
mereka mempunyai keinginan untuk mengetahui lebih lanjut pesan yang disampaikan
(Effendy, 2004 : 25).
Suatu keinginan berhubungan dengan pengambilan keputusan, tanda- tanda
umumnya adalah : (1).keputusan merupakan hasil berpikir, hasil usaha intelektual, (2)
keputusan selalu melibatkan pilihan dari berbagai alternatif, (3) keputusan selalu
melibatkan tindakan nyata, walaupun pelaksanannya boleh ditangguhkan atau
dilupakan (Rahmat, 1996 : 68).
VI. Terpaan Media (Media Exposure)
Media massa memiliki kekuatan dan peranan penting dalam pembentukan
opini publik atau suatu isu atau informasi. Kekuatan dan peranan penting tersebut
mampu mempengaruhi sikap audiens dan dapat membawa dampak positif maupun
negatif. Di era globalisasi dan teknologi yang semakin canggih ini khlayak semakin
membutuhkan informasi dan berbagai media massa sehingga konsumsi akan media
massa pun menjadi semakin bertambah. Konsumsi yang semakin tinggi akan media
massa ini membuat khalayak “terhipnotis” oleh terpaan pesan yang terdapat dalam
informasi yang disampaikan oleh media massa tersebut. Keadaan inilah yang disebut
terpaan media (Effendy, 1993:178)
Johnston dan Bartels (2010) menyatakan bahwa informasi yang disampaikan
oleh sebuah media dapat berpengaruh terhadap opini, pengetahuan dan perilaku
masyarakat. Penggunaan media seperti TV kabel, radio, surat kabar dan internet akan
sangat berpengaruh terhadap cara pandang masyarakat terhadap suatu hal. Terpaan
media terhadap perilaku individu akan sangat dipengaruhi oleh intensitas interaksi
antara manusia dan media tersebut. Semakin besar interaksi yang terjadi maka akan
semakin terpengaruh baik dalam pola pikir, cara pandang dan perilaku.
Disini muncul ukuran terpaan media menjadi lama mendengar siaran radio,
lama memonitor siaran televisi, menggunakan internet, dan membaca surat kabar
yang dilihat perhari, perminggu, perbulan, atau pertahun. Dilain pihak menyebutkan,
pengukuran frekuensi penggunaan atau pemanfaatan media dapat dilihat dari
pengumpulan data khalayak tentang beberapa kali atau seringnya khalayak
menggunakan media. Sedangkan pengukuran variabel durasi penggunaan media
adalah menghitung seberapa lama khalayak nergabung dalam menggunakan suatu
media.
Selanjutnya menurut Rosengren, terpaan media terdiri dari jumlah waktu yang
digunakan, jenis atau media yang dikonsumsi atau berbagai hubungan antara individu
konsumen media dengan isi media yang dikonsumsi atau dengan media secara
keseluruhan. (Rakhmat, 2004;66)
Menurut Rakhmat, media exposure dapat dioperasionalkan sebagai
frekuensi individu dalam menonton televisi, film, membaca majalah atau surat kabar,
maupun mendengarkan radio. Selain itu, media exposure berusaha mencari data
audiens tentang penggunaan media, baik jenis media, frekuensi penggunaan, maupun
durasi penggunaan atau longevity (Prastyono, 1995:24).
Berdasarkan penelitian dari Sulistyadewi yang mengatakan bahwa intensitas
dapat dipakai untuk melihat sejauh mana terpaan media dapat dijangkau publik
dengan memakai parameter-parameter baku seperti frekuensi, durasi, dan bagaimana
cara individu menggunakan media. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa
terpaan media dapat diukur menggunakan frekuensi, durasi, dan cara mengekspos
media. (Sulistyadewi,1995:23)
Elemen “pola terpaan media yang berlainan” pada teori uses and gratification
berkaitan dengan media exposure atau terpaan media, karena mengacu pada kegiatan
menggunakan media. Adapun batasan exposure menurut Shore (1985) :
“Exposure is more complicated than accsess because its deal not only with what a person is within physically (range of the particular mess medium) but also wether a person is actually expose no message. Exposure is hearing, seeing, reading, or most generally, experiencing. With a least minimal amount of interest, the mass media message. This exposure might occure at an individual or group level”. (Kriyantono, 2006 : 204).
Sehingga exposure lebih dari sekedar mengakses media. Exposure tidak hanya
menyangkut apakah seseorang secara fisik cukup dekat dengan kehadiran media
massa, akan tetapi apakah seseorang itu benar-benar terbuka terhadap pesan media
massa tersebut. Exposure merupakan kegiatan mendengar, melihat, dan membaca
pesan-pesan media massa ataupun mempunyai pengalaman dan perhatian terhadap
pesan tersebut yang terjadi pada individu atau kelompok.
Frank Biocca dalam Littlejohn (Rahayu, 2009: 28) menyatakan bahwa
karakteristik terpaan media dapat diukur melalui dimensi-dimensi seperti:
1. Selectivity (kemampuan memilih) yaitu kemampuan audiens dalam
menetapkan pilihan terhadap media dan isi yang akan dieksposnya.
2. Intentionally (kesengajaan) yaitu tingkat kesengajaan audiens dalam
menggunakan media atau kemampuan dalam mengungkapkan tujuan- tujuan
penggunaan media.
3. Utilitarianism (pemanfaatan) yaitu kemampuan audiens untuk mendapatkan
manfaat dari penggunaan media.
4. Involvement (keterlibatan) yaitu keikutsertaan pikiran dan perasaan audiens
dalam menggunakan media dan pesan media yang diukur melalui frekuensi
maupun intensitas.
5. Previous to influence yaitu kemampuan untuk melawan arus pengaruh
media.
A. Tiga Macam Bagian Exposure
1. Physical Exposure
Physical exposure berarti bahwa antara pesan dan individu menempati
space fisik yang sama dalam satuan waktu, dengan demikian space dan
waktu di anggap suatu hambatan terhadap exposure physical proximity
merupakan necessary cunational untuk media exposure namun bukan
merupakan sufficient condition.
2. Perceptual Exposure
Perceptual Exposure mengacu pada human sensory bahwa kemampuan
unutk menerima input sensory yang tepat melalui indra visual dan
audiotiory. Namun terdapat keterbatasan dalam human space organ, maka
dengan demikian setiap sinyal audiotiory atau pun visual yang terjadi
diluar indera kemampuan organ tubuh untuk menerima dapat
dikategorikan sebagai nonexposure. Namun demikian pertanyaan diatas
tidak berarti semua exposure merupakan concious.
3. Psychological Exposure
Psychological Exposure tipe ini terjadi jika terdapat beberapa trance
element yang tercipta dalam pikiran seseorang. Elemen ini dapat berupa
image, sound, emosi, dan lain sebagainya. Jenis exposure ini dapat
tersimpan dalam waktu yang singkat ataupun seumur hidup dan juga
exposure ini dapat masuk kedalam pikiran individu secara conscious
maupun unconscious.
Terpaan media berusaha mencari data audiens tentang penggunaan
media baik jenis frekuensi penggunaan maupun durasi penggunaan
(longevity). Penggunaan jenis media massa meliputi media audio, media
audio visual, dan print media. Frekuensi penggunaan media
menguumpulkan data audiens tentang berapa kali (hari) seseorang
menggunakan media dalam satu minggu (untuk meneliti program harian),
berapa kali (seminggu ) seseorang menggunakan media dalam satu bulan
(untuk program mingguan), serta berapa kali seseorang menggunakan
media dalam satu tahun (untuk program bulanan). Dari ketiga pola ini
yang sering dilakukan adalah pengukuran frekuensi program, pengukuran
variabel durasi, pengukuran media menghitung berapa lama audiens
bergabung dengan suatu media. Sedangkan pengukuran variabel durasi
penggunaan media menghitung berapa lama audiens mengikuti suatu
program (berapa menit audiens mengikuti suatu acara).
B. Dimensi-dimensi yang terdapat dalam suatu Media Exposure:
1. Timing / frekuensi terpaan
Frekuensi yakni sejumlah waktu saat khalayak sasaran di terpa oleh
suatu pesan. Frekuensi dapat diartikan dengan kekerapan atau kejarangan
kerapnya, frekuensi yang dimaksud adalah seringnya kegiatan itu dilakukan
dalam periode waktu tertentu.
2. Intensitas
Intensitas berarti kualitas dari tingkat kedalaman: kemampuan,
kekuatan, daya atau konsentrasi terhadap sesuatu atau tingkat keseringan atau
kedalaman cara atau sikap perilaku seseorang. Intensitas adalah kebulatan
tenaga yang dikerahkan untuk suatu usaha. Jadi intensitas secara sederhana
dapat diartikan sebagai usaha yang dilakukan oleh seseorang dengan penuh
semangat untuk mencapai tujuan. Perkataan intensitas sangat erat kaitannya
dengan motivasi karena tidak dapat dipisahkan. Intensitas merupakan realitas
dari motivasi dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan yaitu
peningkatan prestasi, sebab seseorang melakukan usaha dengan penuh
semangat karena adanya motivasi sebagai pendorong pencapaian prestasi.
Nuraini (2011:12) menyatakan intensitas memiliki beberapa indicator
yaitu sebagai berikut:
a) Motivasi
Pengertian dasar motivasi adalah keadaan internal organisme (baik
manusia maupun hewan) yang mendorongnya untuk melakukan sesuatu.
Disini motivasi berarti pemasok daya untuk berbuat ayau bertingkah lau
secara terarah. Motivasi dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu motivasi
intristik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi intristik adalah keadaan yang
berasal dari dalam diri individu yang dapat melakukan tindakan termasuk di
dalamnya adalah perasaan menyukai materi dan kebutuhannya terhadap
materi tersebut. Sedangkan motivasi ekstrinsik adalah hal atau keadaan yang
mendorong untuk melakukan tindakan karena adanya rangsangan dari luar
individu.
b) Durasi
Durasi yaitu berapa lamanya kemampuan penggunaan untuk
melakukan kegiatan. Dari indikator ini dapat dipahami bahwa motivasi akan
terlihat dari kemampuan seseorang menggunakan waktunya untuk
melakukan kegiatan.
c) Perhatian
Perhatian merupakan pemusatan psikis, salah satu aspek psikologis
yang tertuju pada suatu objek yang dating dari dalam dan luar diri individu.
Dengan perhatian dapat digunakan untuk meramalkan tingkah laku atau
perbuatan manusia dalam kehidupan sehari-hari. Perhatian akan memberikan
warna dan corak bahkan arah tingkah laku seseorang. Dengan perhatian,
seseorang akan mendapatkan gambaran kemungkinan rangsangan yang akan
timbul sebagai respon terhadap masalah atau keadaan yang dihadapkan
kepadanya. Terhadap ketidakmudahan itu disebabkan antara lain oleh
beberapa hal yaitu penggunaan perhatian yang kurang tepat oleh masyarakat.
Seringkali orang menyamakan perhatian dengan motif, motivasi, maupun
empati.
Usaha-usaha yang dapat dilakukan dalam membuat perhatian konsumen
blibli.com yaitu penggunaan metode penyajian gambar, tulisan, dan warna pada iklan
baris di website blibli.com yang dapat diterima oleh konsumen. Penerimaan ini akan
efektif apabila iklan yang disajikan menarik dan memicu minat konsumen untuk
membeli. Adapun macam-macam perhatian yang tepat dilakukan dalam belajar
menurut Suryabrata (1989:37) adalah:
a. Perhatian intensif perlu digunakan karena kegiatan yang disertai dengan
perhatian intensif akan lebih terarah.
b. Perhatian yang disengaja perlu digunakan karena kesengajaan dalam
kegiatan akan mengembangkan pemberitaan yang ada.
c. Perhatian spontan perlu dilakukan karena perhatian yang spontan
cenderung dapat berlangsung lebih lama dan intensif daripada perhatian
yang disengaja.
VII. Loyalitas Konsumen
A. Pengertian Loyalitas Konsumen
Gramer dan Brown (dalam Utomo 2006: 27) memberikan definisi mengenai
Loyalitas (loytalitas jasa), yaitu derajat sejauh mana seorang konsumen menunjukkan
perilaku pembelian berulang dari suatu penyedia jasa, memiliki suatu desposisi atau
kecenderungan sikap positif terhadap penyedia jasa, dan hanya mempertimbangkan
untuk menggunakan penyedia jasa ini pada saat muncul kebutuhan untuk memakai
jasa ini. Dari definisi yang disampaikan Gramer dan Brown, konsumen yang loyal
tidak hanya seorang pembeli yang melakukan pembelian berulang, tetapi juga
mempertahankan sikap positif terhadap penyedia jasa.
Menurut Wahyu Nugroho (2005:11) loyalitas konsumen didefinisikan sebagai
suatu ukuran kesetiaan dari pelanggan dalam menggunakan suatu merek produk atau
merek jasa pada kurun waktu tertentu pada situasi dimana banyak pilihan produk
ataupun jasa yang dapat memenuhi kebutuhannya dan pelanggan memiliki
kemampuan mendapatkannya (http://puslit2.petra.ac.id/ejournal/index.php/man/a
rticle/viewFile/1561/1563) .
Berdasarkan beberapa definisi loyalitas konsumen diatas dapat disimpulkan
bahwa loyalitas konsumen adalah kesetiaan konsumen yang dipresentasikan dalam
pembelian yang konsisten terhadap produk atau jasa sepanjang waktu dan ada sikap
yang baik untuk merekomendasikan orang lain untuk membeli produk. Indikasi
loyalitas yang sesunggunhnya diperlukan suatu pengukuran terhadap sikap yang
dikombinasikan dengan pengukuran terhadap perilaku.
b. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Loyalitas Konsumen
Marconi (dalam Priyanto Doyo 1998:45 ) menyebutkan bahwa faktor-faktor
yang berpengaruh terhadap suatu produk atau jasa adalah sebagai berikut :
1) Nilai
Waktu yang lama akan mengarahkan pada loyalitas, karena itu pihak
perusahaan harus bertanggung jawab untuk menjaga merek tersebut. Perlu
diperhatikan, pengurangan standar kualitas dari suatu merek akan
mengecewakan konsumen bahkan konsumen yang paling loyal sekalipun
begitu juga dengan perubahan harga. Karena itu pihak perusahaan harus
mengontrol kualitas merek beserta harganya.
2) Citra (baik dari kepribadian yang dimilikinya dan reputasi dari merek
tersebut), citra dari perusahaan dan merek diawali dengan kesadaran. Produk
yang memiliki citra yang baik akan dapat menimbulkan loyalitas konsumen
pada merek.
3) Kenyamanan dan kemudahan untuk mendapatkan produk-produk yang
ditawarkan pada program rabu cantik. Dalam situasi yang penuh tekanan dan
permintaan terhadap pasar yang menuntut akan adanya kemudahan, pihak
perusahaan dituntut untuk menyediakan produk yang nyaman dan mudah
untuk didapatkan.
4) Kepuasan yang dirasakan oleh konsumen.
5) Pelayanan, dengan kualitas pelayanan yang baik yang ditawarkan oleh
blibli.com dapat mempengaruhi loyalitas konsumen.
6) Garansi dan jaminan yang diberikan oleh blibli.com
Menurut Aaker (dalam Joko Riyadi 1999: 58) faktor-faktor yang
mempengaruhi kesetiaan konsumen sebagai berikut :
1. Kepuasan (Satisfaction)
Konsumen akan loyal terhadap suatu produk bila ia mendapatkan
kepuasan dari produk tersebut. Karena itu, bila konsumen mencoba beberapa
macam produk melampaui kriteria kepuasan kepuasan produk atau tidak. Bila
setelah mencoba dan responnya baik, maka berarti konsumen tersebut puas
sehingga akan memutuskan membeli produk tersebut secara konsisten
sepanjang waktu. Ini berarti telah tercipta kesetiaan konsumen terhadap
produk tersebut.
2. Perilaku Kebiasaan (Habitual Behavior)
Kesetiaan konsumen dapat dibentuk karena kebiasaan konsumen.
Apabila yang dilakukan sudah merupakan kebiasaan, maka pembeli tersebut
tidak melalui tidak lagi melalui pengambilan keputusan yang panjang. Pada
kondidi ini, dapat dikatakan bahwa konsumen akan tetap membeli produk
tersebut,yaitu konsumen akan tetap membeli produkyang sama untuk suatu
jenis produk dan cenderung tidak berganti-ganti produk.
3. Komitmen (Commitment)
Dalam suatu produk yang kuat terdapat konsumen yang memiliki
komitmen dalam jumlah yang banyak. Kesetiaan konsumen akan timbul bila
ada kepercayaan dari konsumen terhadap produk-produk sehingga ada
komunikasi dan interaksi diantara konsumennya, yaitu dengan membicarakan
produk tersebut.
4. Kesukaan Produk (Linking of The Brand)
Kesetiaan yang terbentuk dan dipengaruhi oleh tingkat kesetiaan
konsumen secara umum. Tingkat kesetiaan tersebut dapat diukur mulai
timbulnya kesukaan terhadap produk sampai ada kepercayaan dari produk
tersebut berkenaan dari kinerja dari produk-produk tersebut. Konsumen yang
dikatakan loyal adalah konsumen yang berulang kali membeli produk tersebut
bukan karena adanya penawaran khusus, tetapi karena konsumen percaya
terhadap produk tersebut memiliki kualitas yang sama sehingga member
tingkatan yang sama pada produknya.
5. Biaya Pengalihan ( Switching Cost)
Adanya perbedaan pengorbanan dan atau resiko kegagalan, biaya, energi,
dan fisik yang dikeluarkan konsumen karena dia memilih salah satu alternatif.
Bila biaya pengalihan besar, maka konsumen akan berhati-hati untuk
berpindah ke produk yang lain karena resiko kegagalan yang juga besar
sehingga konsumen cenderung loyal.
Faktor-faktor yang mempengaruhi loyalitas konsumen (Jill Griffin: 20-24) adalah
sebagai berikut :
1.Keterikatan (attachment)
Keterikatan yang dirasakan pelanggan terhadap produk atau jasa dibentuk oleh
dua dimensi: tingkat referensi (seberapa besar keyakinan pelanggan terhadap produk
atau jasa tertentu) dan tingkat diferensiasi produk yang dipersepsikan (seberapa
signifikan pelanggan membedakan produk atau jasa tertentu dari alternative-alternatif
lain). Keterikatan (attachment) adalah paling tinggi bila pelanggan mempunyai
preferensi yang kuat akan produk atau jasa tertentu dan dapat secara jelas
membedakannya dari produk – produk pesaing.
2.Pembelian Berulang
Empat jenis loyalitas yang berbeda muncul bila keterkaitan rendah dan tinggi
diklasifikasi-silang dengan pola pembelian ulang yang rendah dan tinggi.
a) Tanpa Loyalitas
Untuk berbagai alasan, beberapa pelanggan tidak mengembangkan loyalitas
terhadap produk atau jasa tertentu. Tantangannya adalah menghindari membidik
sebanyak mungkin orang-orang seperti itu dan lebih memilih pelanggan yang
loyalitasnya dapat dikembangkan.
b) Loyalitas yang lemah
Keterkaitan yang rendah digabung dengan pembelian berulang yang tinggi
menghasilkan loyalitas yang lemah (inertia loyalty). Pelanggan ini membeli karena
kebiasaan. Loyalitas jenis ini paling umum terjadi pada produk atau jasa yang sering
dibeli.
c) Loyalitas Tersembunyi
Tingkat preferensi yang relatif tinggi digabung dengan tingkat pembelian
berulang yang rendah menunjukkan loyalitas tersembunyi (latent loyalty). Bila
pelanggan memiliki loyalitas tersembunyi, pengaruh situasi dan bukan pengaruh sikap
yang menentukan pembelian berulang.
d) Loyalitas Premium
Jenis loyalitas yang paling dapat ditingkatkan, terjadi bila ada tingkat
keterkaitan yang tinggi dan tingkat pembelian berulang yang juga tinggi. Ini
merupakan jenis loyalitas yang paling disukai untuk semua pelanggan disetiap
perusahaan.
Assael (1992) dalam buku Sutisna (2001: 42) mengemukakan empat hal yang
menunjukkan kecenderungan konsumen yang loyal sebagai berikut:
1) Konsumen yang loyal terhadap merek cenderung lebih percaya diri terhadap
pilihannya.
2) Konsumen yang loyal lebih memungkinkan merasakan tingkat risiko yang lebih
tinggi dalam pembeliannya.
3) Konsumen yang loyal terhadap suatu merek juga lebih memungkinkan loyal
terhadap toko.
5) Kelompok konsumen yang minoritas cenderung untuk lebih loyal terhadap merek.
Amin widjaja menyebutkan bahwa ada dua cara utama untuk mendefinisikan dan
mengukur kesetiaan, yaitu berdasarkan perilaku dan sikap konsumen :
a. Berdasarkan Perilaku (behavior)
Perilaku konsumen yang loyal diukur berdasarkan perilaku beli konsumen yang
ditunjukan dengan tingginya frekuensi konsumen datang ke sebuah toko atau
membeli suatu produk. Ada dua dimensi yang harus dikaji dalam kaitannya
dengan perilaku loyal, yaitu apakah konsumen masih aktif dan apakah konsumen
masih membelanjakan uang mereka untuk membeli suatu jasa atau produk.
Banyak perusahaan yang bergerak dalam bisnis direct marketing menggunakan
metode RFM untuk mengukur perilaku loyal konsumen. Konsumen yang paling
setia adalah yang mendapatkan skor tertinggi ada tiga variabel, yaitu :
a. Recency of Purchase, kapan terakhir kali mereka membeli
b. Frequency of Purchase, seberapa sering mereka membeli
c. Monetary value of Purchase, berapa banyak yang mereka belanjakan
B. Berdasarkan Sikap Konsumen
Sikap loyal (attitudinal loyalty) diukur dengan mengacu pada komponen-
komponen sikap seperti keyakinan, perasaan dan kehendak untuk melakukan
pembelian. Konsumen yang lebih menyukai salah satu supplier, melibatkan
diri dengan bisnis supplier itu serta berkomitmen untuk berbelanja disana
dikategorikan sebagai konsumen yang bersikap loyal (Widjaja, Amin. 2008:7-
8)
Kotler dan Keller juga mengungkapkan dimensi dari loyalitas pelanggan yaitu
sebagai berikut :
a. Repeat purchase (kesetiaan terhadap pembelian produk)
b. Retention (ketahanan terhadap pengaruh yang negative mengenai
perusahaan)
c. Referrals (mereferensikan secara total eksistensi perusahaan,
VIII. Perilaku Konsumen
Perubahan sikap konsumen setelah melihat pesan iklan merupakan efek dari
pesan media massa, yang dimulai dari efek kognitif hingga sampai pada efek afektif.
Efek kognitif terjadi bila ada perubahan pada apa yang diketahui, dipahami atau
dipersepsi khayalak. Efek ini berkaitan dengan transmisi pengetahuan, ketrampilan,
kepercayaan atau informasi. Efek afektif timbul bila ada perubahan pada apa yang
dirasakan, disenangi, atau dibenci khayalak. Efek ini ada hubungannya dengan emosi,
sikap atau nilai (Rahmat, 1996 : 219).
Sikap bersumber pada organisasi kognitif pada informasi dan pengetahuan
yang kita miliki. Sikap pada seseorang atau sesuatu bergantung pada citra/ persepsi
kita tentang orang atau objek tesebut (Rahmat, 1996 : 39).
Efek yang ketiga adalah efek behavioral yang merujuk pada'perilaku nyata
yang dapat diamati, yang meliputi pola tindakan, kegiatan atau kebiasan berperilaku.
Selanjutnya sikap konsumen tadi sangat menentukan dalam proses
pengambilan keputusan membeli yang tahap-tahapnya adalah :
1. Pengenalan masalah, yaitu berupa desakan yang membangkitkan tindakan
untuk memenuhi dan memuaskan kebutuhannya.
2. Mencari informasi tentang produk atau jasa yang dibutuhkan, dilanjutkan
dengan tahap evaluasi alternatif yang berupa penyeleksian.
3. Evaluasi alternatif yaitu konsumen mengevaluasi pilihan berkenaan dengan
manfaat yang diharapkan dan menyepitkan pilihan hingga alternatif yang
dipilih.
4. Keputusan pembelian dan diakhiri dengan perilaku sesudah pembelian dimana
membeli lagi atau tidak tergantung dari tingkat kepuasan yang didapat dari
produk atau jasa tersebut (Angel, 1995 :31).
IX. Model Penelitian
Tabel 2.2
Model Penelitian
X. Kerangka Pemikiran
Dalam fokus penelitian ini yakni terpaan media program rabu cantik di
website yang diterapkan oleh blibli.com dan loyalitas dari konsumennya,
maka peneliti menggunakan kerangka pemikiran untuk mengaplikasikan
program rabu cantik yang diterapkan blili.com proses pelaksanaan serta efek
yang tersebut yakni pembentukan dan pertumbuhan loyalitas dari
konsumennya.
1. Terpaan Media
Variabel Independen
Terpaan Media
a. Frekuensi
b. Intensitas
c. Perhatian berita
Variabel Dependen
Loyalitas Konsumen
a. customer retention
b. repeat purchase
c. customer referrals
1.
Stimulus yang dimaksud adalah pesan yang mempunyai rangsangan.
Pesan yang diberikan komunikator dalam hal ini blibli.com adalah
program rabu cantik setiap hari rabu.
2. Khalayak Sasaran
Yang dimaksud dengan khalayak sasaran adalah komunikannya. Yang
menjadi khalayak sasaran dalam proses komunikasi /penyampaian
program rabu cantik yang diterapkan blibli.com ini adalah para
konsumennya. Pesan yang berupa program rabu cantik ini akan diterima
oleh para pelanggan melalui proses perhatian, pengertian, dan
penerimaan.
3. Tanggapan Khalayak Sasaran
Tanggapan khalayak sasaran dalam penelitian ini berupa reaksi/tanggapan
yang timbul pasca pelaksaan program rabu cantik yang diterapkan
blibli.com. Respons tersebut berupa tanggapan yang dapat
menggambarkan keberadaan yakni pembentukan dan pertumbuhan
loyalitas dari konsumen blibli.com
XI. Definisi dan Operasionalisasi Konsep
1. Definisi Konsep
Dalam penelitian ini, konsep yang dioperasionalisasikan adalah sebagai
berikut:
a. Terpaan Media
Terpaan media adalah terdiri dari jumlah waktu yang digunakan, jenis
atau media yang dikonsumsi atau berbagai hubungan antara individu
konsumen media dengan isi media yang dikonsumsi atau dengan
media secara keseluruhan(Rakhmat, 2004:66). Di operasionalisasikan
menggunakan konsep tiga dimensi utama,yaitu :
1) Frekuensi
2) Intensitas
3) Perhatian berita
b. Loyalitas konsumen
Yang dimaksud loyalitas adalah konsumen melakukan pembelian
ulang secara teratur atau regular dalam waktu yang panjang
berdasarkan pada unit pengambilan keputusan yang di
operasionalisasikan menggunakan tiga dimensi utama, yaitu:
1) Customer retention
2) Repeat purchase
3) Customer referral
2. Operasionalisasi Konsep
Variabel X Dimensi Indikator
Terpaan Media
Frekuensi
1. Saya sering melihat program rabu cantik di website blibli.com dalam sebulan2. Dengan rutin membuka website blibli.com, saya mengetahui informasi mengenai program rabu cantik
3. Untuk mencari tahu promo tentang wanita, saya membuka website blibli.com seminggu sekali
Intensitas (Durasi Membaca)
1. Saya pernah melihat iklan baris program rabu cantik selama 5 detik dalam satu hari
2. Saya membuka website blibli.com selama 3 menit untuk mengetahui program rabu cantik
3. Saya membaca isi program rabu cantik selama 2 menit untuk mengetahui promo dari blibli.com
Intesitas ( Motivasi)
1. Program rabu cantik pada website blibli.com mendorong saya untuk berbelanja di hari rabu
2. Saya berbelanja di blibli.com pada hari rabu untuk mendapatkan potongan harga
3. Saya berbelanja pada hari rabu karena banyak pilihan untuk produk wanita
Perhatian terhadap berita (Perhatian Intensif)
1. Saya membuka program rabu cantik untuk mengtahui informasi terbaru tentang produk wanita
2. Dengan saya melihat program rabu cantik, saya menjadi tahu tentang program lainnya di blibli.com
3. Saya memilih blibli.com untuk mencari produk pada program rabu cantik
Perhatian Terhadap Berita (Perhatian Sengaja)
1. Saya sengaja membuka website blibli.com untuk melihat produk-produk di program rabu cantik
2. Saya sengaja membuka website blibli.com untuk mencari tahu produk-produk promo terbaru di program rabu cantik
3. Saya sengaja membuka website blibli.com untuk berbelanja di program rabu cantik
Perhatian Terhadap Berita (Perhatian Spontan)
1. Saya membeli produk wanita di blibli.com setelah melihat program rabu cantik
2. Program rabu cantik pada tayangan iklan baris di website blibli.com memliki daya tarik tersendiri
3. Promo Produk-produk wanita di program rabu cantik di blibli.com berbeda dengan online store lain yang menyajikan promo produk yang sama
Variabel Y Dimensi Indikator
Loyalitas Pelanggan Customer retention1. saya berbelanja online hanya di blibli.com
2. Saya tidak beralih ke online store lain
3. Pelayanan yang diberikan blibli.com membuat konsumen setia
Repeat purchase
1. Dalam satu bulan saya membeli produk di blibli.com
2. Proporsi produk yang saya beli di blibli.com meningkat
3. Jenis produk yang saya beli di blibli.com variatif
4. Saya suka membeli semua produk di blibli.com
Customer referrals
1. Saya menceritakan pengalaman tentang berbelanja produk blibli.com kepada orang lain2. Saya menceritakan pengalaman tentang layanan blibli.com kepada orang lain3. Saya mereferensikan blibli.com kepada orang lain
4. Saya mengajak kenalan untuk mencoba membeli produk di blibli.com
XII. Hipotesis Penelitian
Penelitian ini mempunyai hipotesis sebagai berikut :
Ha: Ada pengaruh antara terpaan media(X) terhadap loyalitas
konsumennya(Y)
Ho: Tidak ada pengaruh antara terpaan media (X) terhadap loyalitas
konsumennya (Y)
Untuk menjawab hipotesis penelitian ini, maka asumsinya adalah sebagai
berikut :
Ho : P = 0, 0 berarti tidak ada hubungan
Ha : P ≠ 0, “tidak sama dengan nol” berarti lebih besar atau kurang (-) dari
nol berarti ada hubungan , P = nilai korelasi dalam formulasi yang
dihipotesiskan.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
1. Pendekatan penelitan
Dalam penelitiian ini, peneliti menggunakan pendekatan penelitian
kuantitatif, karena ingin melihat, mengukur membuktikan dan menguji hipotesis
melalui perhitungan dalam jumlah angka, juga karena responden dalam penelitian
ini banyak, sehingga kuesioner disajikan instrumen untuk pengumpulan
data(Sugiyono, 2006:18).
Penelitian kuantitatif adalah penelitian yang menggambarkan atau
menjelaskan suatu masalah yang hasilnya dapat digeneralisasikan. Dengan
demikian penelitian kuantitatif tidak terlalu mementingkan kedalaman data atau
analisis. Penelitian lebih mementingkan aspek keluasan data, sehingga data atau
hasil riset dianggap merupakan representasi dari seluruh populasi(Kriyanto, 2006:
57).
Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif, karena
hendak mengukur variabel-variabel dan tingkat hubungan pengaruh antara variabel
yang satu terhadap yang lain, yakni pengaruh variabel terpaan media program rabu
cantik di website blibli.com terhadap loyalitas konsumen.
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah survei eksplanatif. Jenis survei ini digunakan
bila peneliti ingin mengetahui mengapa situasi atau kondisi tertentu terjadi atau
apa yang mempengaruhi terjadinya sesuatu (Kriyantono, 2009:60).
Penelitian survei merupakan suatu penelitian kuantitatif dengan menggunakan
pertanyaan terstruktur/sistematis yang sama kepada banyak orang, untuk
kemudian diolah, dan dianalisis. Pertanyaan terstruktur/sistematis tersebut dikenal
dengan istilah kuesioner (Prasetyo, 2006:143).
Penelitian ini menggunakan metode survei karena peneliti bertujuan untuk
mengukur besarnya pengaruh terpaan media tayangan iklan baris program rabu
cantik terhadap loyalitas konsumen dan untuk mencapai tujuan tersebut peneliti
membutuhkan pendapat sampel yang dikumpulkan melalui instrumen penelitian
berupa angket/kuesioner menggunakan pertanyaan tertutup. Untuk pertanyaan
jenis ini, option jawaban sudah ditentukan seluruhnya terlebih dahulu, responden
tidak diberi kesempatan untuk memberikan jawaban lain (Suyanto, 2006:64).
2. Sifat penelitian
Dilihat dari sifatnya, penelitian ini merupakan penelitian eksplanatif.
Format eksplanatif dimaksud untuk menjelaskan suatu generalisasi dari suatu
sampel terhadap populasinya atau menjelaskan hubungan, perbedaan, pengaruh
satu variabel dengan variabel lainnya melalui uji hipotesis. (Bungin, 2005:36)
Dikatakan eksplanasi, karena penelitian ini memiliki kredibilitas untuk
mengukur, menguji, hubungan sebab-akibat (hubungan kausal) dari dua atau
beberapa variabel dengan menggunakan analisis statistik inferensial.
Penelitian eksplonatoris ini tidak hanya memperkecil penyimpangan atau
terjadinya bias, tetapi lebih meningkatkan nilai kepercayaan dan untuk menguji
hipotesis atau hubungan sebab akibat (penelitian penjelasan) dengan melakukan
eksperimen dan cara ini merupakan cara penelitian yang paling tepat dalam
penelitian eksplanatif. Penelitian eksplanatif seing disebut juga dengan penelitian
eksperimen yang memungkinkan untuk mengetahui adanya hubungan sebab
akibat terhadap suatu objek penelitian (Ruslan, 2004: 13-14).
Sifat penelitian menggunakan eksplanatif penelitian ini memiliki
kredibilitas untuk mengukur, menguji, hubungan sebab-akibat (hubungan kausal)
dari dua atau beberapa variabel dengan menggunakan analisis statistik inferensial
mengenai pengaruh terpaan media tayangan iklan baris program rabu cantik
terhadap loyalitas konsumen.
4. Tempat Dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada wanita yang bekerja di Jakarta
Selatan.Waktu penelitian dilakukan dari bulan Mei 2015 sampai bulan Agustus
2015.
5. Populasi dan Sampel
a. Populasi
Populasi adalah totalitas semua nilai yang mungkin, baik dari hasil
menghitung ataupun pengukuran, kuantitatif maupun kualitatif daripada
karakteristik tertentu mengenai sekumpulan objek yang lengkap dan jelas
(Nawawi, 2003: 141).
Menurut Ali (1985:54) populasi penelitian adalah keseluruhan objek
penelitian, atau disebut juga universe. Populasi dirumuskan sebagai anggota
“semua anggota sekelompok orang kejadian atau objek yang telah dirumuskan
secara jelas.” Atau menurut Furchan (2005: 193) kelompok yang lebih besar
yang menjadi sasaran generalisasi (Taniredja, 2011: 33).
Jadi, yang menjadi sasaran populasi dalam penelitian ini adalah wanita yang
bekerja di Jakarta Selatan berusia 25 - 35 tahun dan memiliki penghasilan.
Dalam bulan Juli transaksi setiap hari rabu nya berjumlah 1248 dalam semua
kategori. Untuk yang berusia 25-35 tahun berjumlah 811. Inilah yang menjadi
populasi dalam penelitian ini.
b. Sampel
Sampel secara sederhana dapat diartikan sebagai bagian dari populasi yang
menjadi sumber data sebenarnya dalam suatu penelitian. Dengan kata lain
sampel adalah sebagian dari populasi untuk mewakili seluruh populasi dengan
menggunakan cara-cara tertentu (Nawawi, 2003:144). Sampel menurut
Rakhmat adalah bagian dari populasi yang menjadi objek pengamatan peneliti
(Rakhmat, 2005:78).
Sampel penelitian menurut Ali (1985:54) adalah sebagian yang diambil dari
keseluruhan objek yang diteliti yang dianggap mewakili terhadap seluruh
populasi dan diambil dengan menggunakan teknik tertentu (Taniredja, 2011:
34).
Alasan digunakannya sampel karena seringkali populasi penelitian cukup
besar sehingga tidak mungkin unutk diteliti seluruhnya dengan waktu, biaya
dan tenaga yang tersedia.
Sampel yang diperoleh dapat menggunakan rumus Taro Yamane yang diambil
dalam buku Metode dan Teknik Menyusun Tesis. Rumus dari Taro Yamane
dalam Rakhmat yang dikutip oleh Riduwan adalah sebagai berikut: (Riduwan,
2004: 65)
Ket:
n = jumlah sampel
N = jumlah populasi
d = presisi yang ditetapkan (10%)
n= 811/811.(0,1)2+1= 89
a. Teknik Sampling
Teknik Sampling merupakan teknik pengambilan sampel yang terdiri dari dua
jenis, yakni, Probability Sampling dan Nonprobability Sampling. Probability
Sampling adalah teknik pengambilan sampel yang memberikan peluang yang
sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi anggota
sampel. Nonprobability Sampling (Teknik pengambilan sampel
nonprobabilita) adalah suatu teknik penarikan sampel yang mendasarkan pada
setiap anggota populasi tidak memilii kesempatan yang sama (Prasetyo, 2006:
122-123). Peneliti memilih teknik probability sampling karena setiap
anggota populasi yaitu karyawati yang berada di Jakarta selatan yang
pernah berbelanja di blibli.com memiliki hak yang sama. (untuk mengisi
kuesioner).
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan Stratifie Random Sampling
untuk dapat menggambarkan secara tepat mengenai sifat-sifat populasi yang
heterogen, maka populasi yang bersangkutan harus dibagi-bagi dalam lapisan
dapat diambil sampel secara acak. Dalam sampel berlapis, peluang untuk terpilih
antara strata dengan yang lain mungkin sama, mungkin pula berbeda
(Singarimbun, 1996:172).
2. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data ialah teknik atau cara-cara yang dapat digunakan
peneliti untuk mengumpulkan data. Metode (cara atau teknik) menunjuk suatu
kata yang abstrak dan tidak dapat diwujudkan dalam benda, tetapi hanya dapat
dilihatkan penggunaannya melalui: angket, wawancara, pengamatan, ujian (tes),
dokumentasi, dan lainnya. Peneliti dapat menggunakan salah satu atau gabungan
tergantung dari masalah yang dihadapi (Riduwan, 2004: 97).
a. Data Primer
Data primer adalah data yang berasal dari sumber asli atau pertama. Data ini
tidak tersedia dalam bentuk terkompilasi ataupun dalam bentuk file-file. Data ini
harus dicari melalui nara sumber atau dalam istilahnya teknis responden, yaitu
orang yang kita jadikan objek penelitian atau orang yang kita jadikan sebagai
sarana mendapatkan informasi atau data (Sarwono, 2006: 129).
Dalam penelitian, responden adalah orang yang diminta memberikan
keterangan tentang suatu fakta atau pendapat. Keterangan tersebut dapat
disampaikan dalam bentuk tulisan, yaitu ketika mengisi angket, atau lisan, ketika
menjawab wawancara (Arikunto, 2010:188).
Oleh karena itu, dalam penelitian ini data primer diperoleh melalui angket/
kuesioner yang disebarkan langsung kepada responden. Angket (Self-
administered questionnaire) adalah teknik pengumpulan data dengan
menyerahkan atau mengirimkan daftar pertanyaan untuk diisi sendiri oleh
responden. (Soehartono, 2002: 65).
Menurut Riduwan dalam bukunya Metode dan Teknik Menyusun Tesis,
angket adalah daftar pertanyaan yang diberikan kepada orang lain yang bersedia
memberikan respon (responden) sesuai dengan permintaan pada pengguna.
Sedangkan, menurut Sugiyono, kuesioner adalah merupakan teknik pengumpulan
data yang dilakukan dengan cara memberikan seperangkat pertanyaan atau
pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya (Sugiyono, 2004: 135).
Angket dibedakan menjadi dua jenis, yaitu angket terbuka adalah angket yang
disajikan dalam bentuk sederhana sehingga responden dapat memberikan isian
sesuai dengan kehendak dan keadaannya dan angket tertutup adalah angket yang
disajikan dalam bentuk sedemikian rupa sehingga responden diminta untuk
memilih salah satu jawaban yang sesuai dengan karakteristik dirinya dengan cara
memberikan tanda silang atau checklist (Riduwan, 2004:99)
Kuesioner yang digunakan oleh peneliti berupa pertanyaan tertutup. Angket
tertutup adalah angket yang dirancang sedemikian rupa untuk merekam data
tentang keadaan yang dialami oleh responden sendiri. Kemudian semua alternatif
jawaban yang harus dijawab responden telah tertera dalam angket tersebut.
Penelitian ini menggunakan skala Likert pada jawaban guna memudahkan
peneliti membuat kesimpulan dan analisis secara kuantitatif. Skala likert
digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau
sekelompok orang tentang fenomena sosial (Sugiyono, 2006:93). Jawaban
penelitian responden akan diberi skor 1 sampai dengan 5, seperti ini :
Tabel 3.1
Skala Likert
Skor Kategori
1 Sangat Tidak Setuju (STS)
2 Tidak Setuju (TS)
3 Ragu-Ragu (RR)
4 Setuju (S)
5 Sangat Setuju (SS)
(Sumber : Sugiyono, 2006:94)
Skala Likert digunakan untuk mngukur sikap responden mengenai ada atau
tidaknya pengaruh terpaan media program rabu cantik di website blibli.com
terhadap loyalitas konsumen.
c. Data Sekunder
Data sekunder merupakan data yang tidak langsung diberikan dari sumber
kepada pengumpul data, melainkan diperoleh dari buku jurnal, dokumen,
internet, artikel, surat kabar atau tulisan-tulisan lain yang relevan. (Sugiyono,
2005:129)
Untuk melengkapi data primer, peneliti membaca dan mencari sumber-sumber
media cetak dan elektronik maupun sumber-sumber tertulis yaitu buku, internet,
literatur, majalah, surat kabar maupun penerbitan dan dokumentasi yang
berhubungan dengan masalah yang diteliti dan dapat digunakan sebagai analisa
terhadap masalah yang diteliti serta bertujuan untuk memperoleh wacana dan
bahasan teori praktis yang akan berguna bagi peneliti.
6. Hipotesis penelitian
Hipotesis riset merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah
penelitian, oleh karena itu rumusan masalah penelitian biasanya disusun dalam
kalimat pertanyaan. Jadi hipotesa riset juga dapat dinyatakan sebagai jawaban
teoritis terhadap rumusan masalah penelitian, belum jawaban yang empiric
(Sugiyono, 2006:64).
Ha ≠ 0, yang artinya ada pengaruh terpaan media program rabu cantik di
website blibli.com (X) terhadap loyalitas konsumen (Y)
H0 = 0, yang artinya tidak ada pengaruh terpaan media program rabu cantik di
website blibli.com (X) terhadap loyalitas konsumen (Y)
7. Hipotesis statistik
Hipotesis statistik adalah pertanyaan statistik tentang populasi yang diteliti.
Hipotesa statistik diperlukan untuk menguji apakah hipotesis penelitian hanya
dituliskan salah satu saja yaitu hipotesis alternatif (Ha) atau hipotesis Nol (H0).
Sedangkan dalam hipotesis statistik keduanya dipasangkan sehingga dapat diambil
keputusan dengan tegas yaitu menerima H0 berarti menolak Ha begiitu juga
sebaliknya, apabila menolak H0 berarti menerima Ha. Hipotesis statistik ini
dirumuskan untuk menjelaskan gambaran dan parameter apa dari populasi.
(Riduwan, 2006:42)
Penelitian ini memiliki hipotesis statistik sebagai berikut:
Ha : r ≥ 0, yang artinya terdapat pengaruh antara tayangan iklan baris program
rabu cantik di kalangan karyawati Jakarta Selatan.
H0 : r ≤ 0, yang artinya tidak terdapat pengaruh antara tayangan iklan baris
program rabu cantik di kalangan karyawati Jakarta Selatan.
8. Uji Instrumen
a. Uji Validitas
Validitas berasal dari kata validity yang memiliki arti ketepatan dan kecermatan
suatu alat ukur dalam mengukur data. Hasil penelitian dikatakan valid bila terdapat
kesamaan antara data yang terkumpul dengan data yang sesungguhnya terjadi pada
objek yang diteliti (Sugiyono, 2006:122)
Validitas instrumen penelitian akan diuji dengan analisis faktor. Perlu diketahui
bahwa analisis faktor merupakan suatu teknik statistik untuk mengidentifikasi jumlah
faktor yang relatif kecil yang dapat digunakan untuk menggambarkan hubungan
antara hubungan antara beberapa variabel yang berhubungan. Analisis faktor
menghasilkan suatu tabel dimana baris menunjukkan variabel indikator mentah yang
diamati dan kolom menunjukkan faktor atau variabel tersembunyi yang menjelaskan
sebanyak mungkin perbedaan di dalam variabel ini. Dengan teknik ini akan diperoleh
nilai Kaiser Meyer Oklin (KMO). Yaitu uji statistik yang digunakan untuk
menunjukan ketepatan analisis faktor terhadap variabel-variabel yang diukur. Bila
nikai KMO > 0,5 dengan nilai signifikasi < 0,05 maka variabel tersebut layak untuk
diuji dengan menggunakan analisis faktor. (Singarimbun, 1995: 122)
Tabel 3.2: Interpretasi KMO
Ukuran Validitas
Nilai KMO Tingkatan Varian
0.90 – 1.00 Marvellous (Sangat bermafaat)
0.80 – 0.89 Meritorious (Bermanfaat)
0.70 – 0.79 Middling (Cukup bermanfaat)
0.60 – 0.69 Mediocre (Sedang)
0.50 – 0.59 Miserable (Tidak bermanfaat)
0.49 – 0.49 Unacceptable (Tidak bisa diterima)
Sumber : Kaiser 1974
(Ghozali, 2005:42) Keputusan untuk validitas :
i. Jika t hitung > 0,5 berarti dinyatakan valid
ii. Jika t hitung < 0,5 berarti dinyatakan tidak valid
b. Uji Realibilitas
Instrumen yang realibel adalah intrumen yang apabila digunakan berapa
kalipun untuk mengukur objek yang sama maka akan menghasilkan data yang
sama. Dengan menggunakan instrumen yang valid dan realibel dalam
pengumpulan data, maka diharapkan hasil penelitian akan menjadi valid dan
realibel. Instrumen yang realibel belum tentu valid oleh karena itu walaupun
instrumen yang valid umumnya realibel, tetapi pengujian realibilitas instrumen
perlu dilakukan (Sugiyono, 2009: 121-122).
Untuk selanjutnya dilakukan pengujian realibility utnuk menguji konsistensi
jawaban reponden. Dalam menguji realibilitas peneliti menggunakan Cronbach’s
Alpha Method dengan menguji satu persatu dimensi. Standar nilai X yang
digunakan untuk menunjukan bahwa instrumen atau alat ukur tersebut akan
menjadi baik jika sama dengan atau lebih dari 0,6. Jadi semakin mendekati 1.00
maka pernyataan yang tercantum akan semakin realible dan apabila hasil nilai
diperoleh berada dibawah 0,6 maka alat ukur tersebut dikatakan tidak realible
(Suharsimi, 2002: 154).
c. Uji Regresi
Regresi atau peramalan adalah suatu proses memperkirakan secara sistematis
tentang apa yang paling mungkin terjadi di masa yang akan datang berdasarkan
informasi masa lalu yang dimiliki agar dapat memperkirakan perubahan
(Riduwan, 2004:145).
Supaya tidak salah satu paham bahwa peramalan tidak memberikan jawaban
pasti tentang apa yang akan terjadi. Jadi regresi mengemukakan tentang
keningintahuan apa yang terjadi di masa depan untuk meberikan kontribusi
menentukan keputusan yang terbaik.
Peneliti akan mengemukakan analisis regresi linier sederhana, dalam analisis
regresi linier sederhana hanya ada satu variabel dependen. Kegunaannya yaitu
untuk meramalkan nilai variabel terkait (Y) apabila variabel bebas (X) minimal
dua atau lebih.
Untuk memulai analisis regresi diawali dengan uji analisis korelasi, karena
kedua model analisa ini akan memunjukkan bagaimana sifat hubungan antara dua
variabel tersebut. Untuk menentukan regresi pada persamaan garis berdasarkan
suatu rumus matematik yang menunjukkan hubungan antara variabel yang
diketahui dengan variable yang belum diketahui, sedang analisa korelasi akan
menunjukkan berapa besar tingkat hubungan variabel. Persamaan umum regresi :
Y = a+bX
Dimana :
Y = subyek dalam variabel dependen yang diprediksikan
a = harga Y bila X = 0 (harga konstan)
b = angka arah atau koefisien regresi, yang menunjukkan angka
peningkatan ataupun penurunan variabel dependen yang didasarkan pada
variabel independen. Bila b (+) maka naik, bila (-) maka jadi penurunan.
X = subyek pada variabel independen yang mempunyai nilai tertentu
Uji regresi sederhana dilakukan untuk menampilkan nilai-nilain berikut:
i. Nilai signifikasi anova yaitu 0,05 (melihat pengaruh antara variabel
dependen dengan variabel independen)
ii. Nilai R model summary (melihat kekuatan hubungan antara variabel
dependen dengan variabel independen)
9. Keterbatasan Penelitian
Setiap penelitian tidak terlepas dari berbagai kelemahan dan keterbatasan
penelitian yang dapat mempengaruhi keabsahan penelitian. Adapaun keterbatasan
penelitian ini adalah sebagai berikut:
i. Pengisian kuesioner oleh responden memungkinkan adanya perbedaan
persepsi.
ii. Keterbatasan peneliti dalam menggunakan konsep atau teori mengenai media
massa, terpaan media dan loyalitas konsumen.