Post on 24-Apr-2018
ASUHAN KEBIDANAN BAYI BARU LAHIR PADA BAYI
Ny. S DENGAN ASFIKSIA RINGAN DI
RSUD SURAKARTA
KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat Tugas Akhir
Pendidikan Diploma III Kebidanan
Disusun oleh :
ZAAHIDAH MANSYUROH
NIM B12057
PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2015
ii
HALAMAN PERSETUJUAN
Karya Tulis Ilmiah
ASUHAN KEBIDANAN BAYI BARU LAHIR PADA BAYI
Ny. S DENGAN ASFIKSIA RINGAN DI
RSUD SURAKARTA
Diajukan Oleh :
Zaahidah Mansyuroh
NIM B12057
Telah diperiksa dan disetujui
Pada tanggal 2015
Pembimbing
Retno Wulandari, S.ST
NIK 200985034
iii
HALAMAN PENGESAHAN
ASUHAN KEBIDANAN BAYI BARU LAHIR PADA BAYI
Ny. S DENGAN ASFIKSIA RINGAN DI
RSUD SURAKARTA
Karya Tulis Ilmiah
DisusunOleh :
Zaahidah Mansyuroh
NIM B12057
Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji
Ujian Akhir Program D III Kebidanan
Pada Tanggal .........................
PENGUJI I PENGUJI II
Kartika Dian Listyaningsih, S.ST.,M.Sc Retno Wulandari, S.ST
NIK 200884032 NIK 200985034
Tugas Akhir ini telah diterima sebagai salah satu persyaratan
untuk memperoleh gelar Ahli Madya Kebidanan
Mengetahui,
Ka Prodi D III Kebidanan
Retno Wulandari, S.ST
NIK 200985034
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan KTI yang berjudul
“Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir Pada Bayi Ny. S dengan Asfiksia Ringan di RSUD
Surakarta”. KTI ini disusun dengan maksud untuk memenuhi tugas akhir sebagai salah
satu syarat kelulusan Prodi D III Kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta.
Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan pengarahan dari berbagai pihak, KTI
ini tidak dapat diselesaikan dengan baik. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima
kasih kepada :
1. Ibu Dra. Agnes Sri Harti, MSi, selaku Ketua STIKes Kusuma Husada Surakarta.
2. Ibu Retno Wulandari, S.ST, selaku Ka. Prodi D III Kebidanan STIKes Kusuma
Husada Surakarta dan Dosen Pembimbing yang telah meluangkan waktu untuk
memberikan petunjuk dan bimbingan kepada penulis.
3. Dr. Willy Handoko Widjaya, MARS, selaku direktur RSUD Surakarta yang telah
bersedia memberikan ijin kepada penulis dan pengambilan data.
4. Seluruh dosen dan staff Prodi D III Kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta
atas segala bantuan yang telah diberikan.
5. Semua pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan dalam menyelesaikan
KTI ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu, Penulis membuka saran demi kemajuan penelitian selanjutnya. Semoga KTI
ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Surakarta, 2015
Penulis
v
Prodi D III Kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta
Karya Tulis Ilmiah, juli 2015
Zaahidah Mansyuroh
B12057
ASUHAN KEBIDANAN BAYI BARU LAHIR PADA BAYI Ny. S DENGAN
ASFIKSIA RINGAN DI RSUD SURAKARTA
TAHUN 2013
xii + 102 halaman + 14 lampiran + 4 tabel + 1 gambar
INTISARI
Latar Belakang : Angka Kematian Bayi di Indonesia masih sangat tinggi, sebesar 32 per
1000 kelahiran hidup. Salah satu penyebabnya adalah asfiksia. Asfiksia adalah keadaan
bayi baru lahir yang tidak dapat bernafas secara spontan dan teratur segera setelah lahir.
Asfiksia ringan memerlukan penanganan yang segera supaya bayi dapat bertahan hidup.
Angka kejadian bayi asfiksia ringan di RSUD Surakarta pada tahun 2014 sebesar 61 bayi
(39,35%).
Tujuan :Mampu melakukan pengkajian, interprestasi data, diagnosa potensial, antisipasi,
perencanaan, pelaksanaan, evalusi dan menganalisis kesenjangan antara teori dan praktek
pada bayi Ny.S dengan asfiksia ringan.
Metode Penelitian : Jenis laporan studi kasus dengan metode deskriptif. Lokasi studi
kasus di RSUD Surakarta waktu pada tanggal 17-18 April 2015. Subjek adalah Bayi Ny.
S dengan asfiksia ringan, instrumen yang digunakan adalah format asuhan kebidanan.
Teknik pengumpulan data menggunakan data primer dan data sekunder.
Hasil Studi Kasus : Dari pengkajian pada bayi Ny. S dengan asfiksia ringan diketahui
nilai APGAR score pada menit pertama yaitu 7, tubuh merah muda seluruhnya, denyut
jantung 120x/ menit, gerakan sedikit, tonus otot ekstremitas fleksi sedikit, pernafasan
lambat tidak teratur. Asuhan yang diberikan yaitu keringkan tubuh bayi, potong tali pusat,
bersihkan jalan nafas dari mulut hingga hidung, menilai APGAR score pada menit kelima
dan kesepuluh.
Setelah dilakukan penanganan asfiksia ringan pada bayi Ny. S, asfiksia ringan telah
teratasi dengan hasil APGAR score pada menit kelima dan ke sepuluh adalah 8 dan 9,
bayi dapat menangis dengan kuat dan setelah diberikan asuhan selama 2 hari kondisi
asfiksia ringan dapat teratasi dan kondisi bayi normal.
Kesimpulan :Asuhan kebidanan pada bayi baru lahir Ny. S dengan asfiksia ringan dalam
pelaksanaannya tidak ada kesenjangan antar teori dan praktek di lapangan.
Kata kunci : Asuhan kebidanan, bayi baru lahir, asfiksia ringan.
Kepustakaan : 26 literatur ( 2006 s/d 2013 )
vi
MOTTO
“Sesungguhnya aku diberi harta hanyalah karena ilmu yang ada padaku”
(Al-Qashash: 78)
“ketahuilah seberat apapun ujian yang kita hadapi saat ini sempatkanlah
tersenyum untuk oranga lain, karna orang lain tidak akan pernah tau suasana hati kita
yang sebenarnya tanpa kita mengucap kata” (Penulis)
PERSEMBAHAN
1. Alhamdulillahirobbil alamin terimakasih ya Allah, Akhirnya selesai juga karya tulis
ini. Sebelumnya terimakasih untuk dosen pembimbing, Pegawai RSUD Surakarta,
Kampus-kampus, Foto copyan stone dan rosid, Semua temanku tanpa terkecuali
entah di kampus atau dimanapun terimakasih banyak di sela-sela tugas dan beban
menumpuk kita masih bisa menghibur diri kita dengan bercanda dan tertawa
bersama.
2. KTI ini saya persembahkan untuk wanita kuat yang menafkahi saya dan si kembar
dari kecil sampai sekarang, Wanita yang mengangkat saya untuk berdiri tegak ketika
saya rapuh oleh kerasnya kehidupan dunia, Wanita yang mengajarkan saya menjadi
wanita mandiri, Wanita yang tak pernah punya rasa malu dan takut demi
memperjuangkan kebahagian anak-anaknya, Dia adalah ibuku “Umy Harsiwin”.
3. Untuk dek kembar Shofiyyah Zunaizah dan Latifah Zunairoh maafkan mbk belum
bisa menguliahkan kalian tapi mbk janji sayang, Suatu saat nanti mbk akan
menjadikan kalian sebagai wanita sukses sekalipun itu nyawa mbk taruhannya,
Karna kalian lah alasan mbk tetap kuat sampai saat ini.
4. Terimakasih untuk laki-laki yang pernah bersedia menjadi ayah untuk kami di masa
kecil kami, Sebenarnya tak pantas nama Aby saya sebut dalam persembahan ini tapi
saya tidak boleh menyalahi takdir yang mengatakan bahwa Aby tetaplah ayahku
seperti apapun keadaannya, Kenapa saya berkata seperti ini because my mom is my
hero, I’m sorry mom, I love you mom, I love you sisters and i love you dad but just
in my memory when i was child. Mom you are my everything, Thanks.
vii
viii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ................................................................................................. i
HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................... iii
KATA PENGANTAR ............................................................................................... iv
INTISARI .................................................................................................................. v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN............................................................................ vi
CURICULUM VITAE .............................................................................................. vii
DAFTAR ISI.............................................................................................................. viii
DAFTAR TABEL ..................................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................. xi
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................. xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ..................................................................... 3
C. Tujuan Studi Kasus .................................................................... 3
D. Manfaat Studi Kasus .................................................................. 4
E. Keaslian Studi Kasus ................................................................. 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori ........................................................................... 7
1. Bayi Baru Lahir ................................................................. 7
2. Asfiksia .............................................................................. 20
B. Teori Manajemen Kebidanan .................................................... 34
C. Landasan Hukum ....................................................................... 59
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Studi Kasus ....................................................................... 60
B. Lokasi Studi Kasus .................................................................... 60
C. Subjek Studi Kasus .................................................................... 60
D. Waktu Studi Kasus .................................................................... 61
E. Instrumen Studi Kasus ............................................................... 61
F. Teknik Pengumpulan Data ........................................................ 61
G. Alat – alat Yang Dibutuhkan ..................................................... 64
ix
BAB IV TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN
A. Tinjauan Kasus .......................................................................... 66
B. Pembahasan ............................................................................... 90
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................ 99
B. Saran .......................................................................................... 101
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
x
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 APGAR Score ............................................................................................. 14
Tabel 2.2 APGAR Score ............................................................................................. 41
Tabel 4.1 APGAR Score ............................................................................................. 70
Tabel 4.2 APGAR Score ............................................................................................. 77
xi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Manajemen Asfiksia Bayi Baru Lahir ..................................................... 33
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Jadwal Penyusunan Karya Tulis Ilmiah (Dalam Bentuk Tabel)
Lampiran 2. Surat Permohonan Ijin Studi Pendahuluan
Lampiran 3. Surat Balasan Ijin Studi Pendahuluan
Lampiran 4. Surat Permohonan Ijin Penggunaan Lahan
Lampiran 5. Surat Balasan Ijin Penggunaan Lahan
Lampiran 6. Surat Permohonan Menjadi Pasien
Lampiran 7. Surat Persetujuan Pasien (Informed Consent)
Lampiran 8. Lembar Pedoman Wawancara (Format Askeb)
Lampiran 9. Lembar Observasi
Lampiran 10. Satuan Acara Penyuluhan Perawatan Tali Pusat Dan Leaflet
Lampiran 11. Satuan Acara Penyuluhan Asi Eksklusif Dan Leaflet
Lampiran 12. Satuan Acara Pnyuluhan Perawatan Bayi Sehari-Hari Dan Leaflet
Lampiran 13. Dokumentasi Studi Kasus
Lampiran 14. Lembar Konsultasi Data Lampiran Terakhir
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia masih sangat tinggi.
Menurut Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012,
sekitar 146.000 bayi usia 0-1 tahun dan 86.000 bayi baru lahir (0-28 hari)
meninggal setiap tahun di Indonesia. Angka kematian bayi adalah 32 per
1000 kelahiran hidup (Helmizar, 2014). Menurut WHO, setiap tahunnya,
kira-kira 3% (3,6 juta) dari 120 juta bayi lahir mengalami asfiksia, hampir
1 juta bayi ini kemudian meninggal. Di Indonesia, dari seluruh kematian
bayi, sebanyak 57% meninggal pada masa bayi baru lahir (usia di bawah 1
bulan). Setiap 6 menit terdapat satu bayi baru lahir yang meninggal.
Penyebab kematian bayi baru lahir di Indonesia adalah bayi berat lahir
rendah (29%), asfiksia (27%), trauma lahir, tetanus neonatorum, infeksi
lain dan kelainan kongenital (JNPK-KR, 2008).
Salah satu tujuan Millenium Development Goals (MDGs) 2015
yaitu Angka Kematian Bayi (AKB) turun menjadi 16 per 1.000 kelahiran
hidup pada tahun 2015. Untuk mencapai tujuan itu ada beberapa sasaran
antara yang harus dicapai, diantaranya pertolongan persalinan oleh tenaga
kesehatan berkualitas (Helmizar, 2014).
Asfiksia adalah keadaan di mana bayi lahir tidak dapat bernafas
secara spontan dan teratur yang ditandai dengan hipoksemia, hiperkarbia,
2
dan asidosis. Asfiksia ini dapat terjadi karena kurangnya kemampuan
organ pernafasan bayi dalam menjalankan fungsinya, seperti
pengembangan paru (Indrayani, 2013).
Setelah melihat banyaknya kematian bayi baru lahir karena asfiksia
serta dampak yang ditimbulkan oleh asfiksia, maka diperlukan upaya
pencegahan dan penanganan yang tepat terhadap kasus tersebut. Tenaga
kesehatan dituntut untuk meningkatkan pelayanan pada bayi baru lahir
dengan baik dan memberikan asuhan yang tepat, penyelenggaraan praktek
berdasarkan pada permenkes No. 1464/Menkes/Per/X/2010 pasal 16 ayat
2 yaitu pelayanan kebidanan kepada anak (Kepmenkes, 2010).
Di dalam setiap persalinan, penolong harus selalu siap melakukan
tindakan resusitasi bayi baru lahir. Kesiapan untuk bertindak dapat
menghindarkan kehilangan waktu yang sangat berharga bagi upaya
penolong. Walaupun hanya beberapa menit tidak bernapas, bayi baru lahir
dapat mengalami kerusakan otak yang berat atau meninggal
(Indrayani, 2013).
Berdasarkan data dari RSUD Surakarta dari bulan Januari –
September 2014 didapatkan jumlah bayi lahir sebanyak 1.308 bayi. Dari
1.308 bayi ada 3 bayi meninggal dunia disebabkan oleh asfiksia berat.
Jumlah bayi normal sebanyak 737 bayi (56,35%). Sedangkan bayi tidak
normal sebanyak 571 bayi (43,65%). Penyebab bayi tidak normal tersebut
di antaranya BBLR 202 bayi (35,38%), BBLB 169 bayi (29,60%), asfiksia
155 bayi (27,15%), ikterus 40 bayi (7,00%), dan tetanus 5 bayi (,87%).
3
Jumlah bayi dengan asfiksia tersebut terdiri dari asfiksia sedang sebanyak
79 bayi (50,97%), asfiksia ringan sebanyak 61 bayi (39,35%), dan asfiksia
berat sebanyak 15 bayi (9,68%).
Berdasarkan latar belakang diatas angka kematian bayi yang
disebabkan karena asfiksia masih tinggi, serta didukung dari hasil studi
pendahuluan di atas maka penulis tertarik untuk mengambil studi kasus
dengan judul “Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir pada Bayi Ny. S
dengan Asfiksia Ringan di RSUD Surakarta”.
B. Perumusan Masalah
“Bagaimana asuhan kebidanan pada bayi baru lahir By. Ny. S
dengan asfiksia ringan di RSUD Surakarta ?”
C. Tujuan Studi Kasus
1. Tujuan Umum
Mampu melaksanakan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir
By Ny. S dengan Asfiksia Ringan di RSUD Surakarta dengan
menggunakan pendekatan manajemen kebidanan Varney.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu :
1) Melakukan pengkajian data pada bayi baru lahir By. Ny. S
dengan Asfiksia Ringan di RSUD Surakarta.
4
2) Melakukan interpretasi data pada bayi baru lahir By. Ny. S
dengan Asfiksia Ringan di RSUD Surakarta.
3) Menentukan diagnosa potensial pada bayi baru lahir By. Ny.
S dengan Asfiksia Ringan di RSUD Surakarta.
4) Melakukan antisipasi atau tindakan segera bayi baru lahir
pada By. Ny. S dengan Asfiksia Ringan di RSUD Surakarta.
5) Merencanakan asuhan yang menyeluruh pada bayi baru lahir
By. Ny. S dengan Asfiksia Ringan di RSUD Surakarta.
6) Melaksanakan perencanaan secara efisien pada bayi baru
lahir By. Ny. S dengan Asfiksia Ringan di RSUD Surakarta.
7) Mengevaluasi asuhan yang diberikan pada bayi baru lahir By.
Ny. S dengan Asfiksia Ringan di RSUD Surakarta.
b. Mampu menganalisis kesenjangan antara teori dan praktek nyata
di lapangan pada bayi baru lahir By. Ny. S dengan Asfiksia
Ringan di RSUD Surakarta termasuk faktor pendukung dan
penghambat.
D. Manfaat Studi Kasus
1. Bagi Penulis
Dapat mengaplikasikan ilmu yang diperoleh di bangku kuliah
serta sebagai pengalaman nyata dalam melakukan studi kasus.
5
2. Bagi Profesi
Diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan untuk penerapan
asuhan pada bayi baru lahir dengan asfiksia ringan.
3. Bagi Institusi
a. Rumah sakit
Diharapkan dapat sebagai bahan pertimbangan untuk
mengevaluasi mutu pelayanan kesehatan khususnya pada kasus
bayi baru lahir dengan asfiksia ringan.
b. Bagi institusi pendidikan
Diharapkan dapat menambah bahan bacaan yang
bermanfaat tentang asfiksia ringan.
E. Keaslian Studi Kasus
Studi kasus serupa tentang asuhan kebidanan bayi baru lahir
dengan asfiksia sudah pernah dilakukan oleh :
1. Diva Oktikasari (2013), STIKes Kusuma Husada Surakarta dengan
judul “Asuhan Kebidanan pada Bayi Baru Lahir Bayi Ny. B dengan
Asfiksia Ringan di RSUD Dr. MOEWARDI” dari pengkajian
diketahui nilai APGAR score pada menit pertama yaitu 7, warna kulit
tubuh merah muda, ekstremitas biru, hidung terdapat secret, mulut
kebiruan dan aktifitas kurang. dengan asuhan yang diberikan yaitu
mengeringkan tubuh bayi, memotong tali pusat, meletakkan bayi
dimeja resusitasi, berikan lampu sorot, bersihkan jalan nafas dari
6
mulut hingga hidung, menilai APGAR score pada menit kelima dan
kesepuluh setelah diberikan asuhan selama 2 hari kondisi asfiksia
dapat teratasi dan kondisi bayi normal.
2. Claudia Jilly Setiawan (2013), Fakultas Kedokteran Universitas
Sebelas Maret Surakarta Program Studi Diploma III Kebidanan
dengan judul “Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir Pada By. Ny. H
dengan Asfiksia Sedang. Ruang PICU/NICU. RSUD Sukoharjo."
Bayi lahir dengan presentasi bokong, dengan asfiksia sedang APGAR
score 1 menit pertama 5. Dengan asuhan yang di berikan
Memindahkan bayi ke ruang PICU/NICU, Merawat bayi dalam
inkubator, Memberi O2 nassal dengan kecepatan 1,5 liter/menit,
setelah ditegakkan diagnosa dan diberikan penanganan resusitasi
segera keadaan bayi semakin membaik. Keadaan umum bayi baik,
denyut jantung lebih dari 100 kali permenit, menangis kuat, nafas
teratur, gerak aktif, dan tidak sianosis.
Persamaan studi kasus ini dengan peneliti sebelumnya adalah
metode penelitian, subyek studi kasus, cara pengambilan data dengan
cara wawancara, observasi, dan studi dokumentasi rekamedik.
Perbedaan studi kasus ini dengan peneliti sebelumnya adalah pada
tempat, waktu, responden penelitian.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. TINJAUAN TEORI
1. Bayi baru lahir
a. Pengertian
Bayi baru lahir disebut juga dengan neonatus merupakan
individu yang sedang bertumbuh dan baru saja mengalami trauma
kelahiran serta harus dapat melakukan penyesuaian diri dari
kehidupan intrauterine ke kehidupan ekstrauterin (Dewi, 2013).
Bayi baru lahir (BBL) normal adalah bayi yang lahir dari
kehamilan 37 minggu sampai 42 minggu dan berat badan lahir
2500 gram sampai dengan 4000 gram, bayi baru lahir (newborn
[inggris] atau neonatus [latin]) adalah bayi yang baru di lahirkan
sampai dengan usia empat minggu (Wahyuni, 2011).
b. Ciri-ciri bayi baru lahir normal
1) Berat badan 2500 – 4000 gram.
2) Panjang badan lahir 48 – 52 cm.
3) Lingkar dada 30 – 38 cm.
4) Lingkar kepala 33 – 35 cm.
8
5) Bunyi jantung dalam menit pertama kira-kira 180
denyut/menit, kemudian menurun sampai 120-140
denyut/menit.
6) Pernapasan pada menit pertama cepat kira-kira 80 kali/menit,
kemudian menurun setelah tenang kira-kira 40 kali/menit.
7) Kulit kemerah-merahan dan licin karena jaringan subkutan
cukup terbentuk dan diikuti verniks kaseosa.
8) Rambut lanugo tidak terlihat lagi, rambut kepala biasanya
telah sempurna.
9) Kuku telah agak panjang dan lunak.
10) Genetalia : labia mayora sudah menutupi labia minora (pada
perempuan), testis sudah turun (pada anak laki-laki).
11) Refleks isap dan meneran sudah terbentuk dengan baik.
12) Refleks moro sudah baik, bayi ketika terkejut akan
memperlihatkan gerakan tangan seperti memeluk.
13) Eliminasi baik, urine dan mekonium akan keluar dalam 48
jam pertama, mekonium berwarna hitam kecokelatan
(Wahyuni, 2011).
c. Perubahan fisiologis pada bayi baru lahir
Menurut Dewi (2013), merupakan ilmu yang mempelajari fungsi
dan proses vital neonatus.
9
1) Sistem pernapasan
Selama dalam uterus, janin mendapatkan oksigen dari
pertukaran gas melalui plasenta dan setelah bayi lahir,
pertukaran gas harus melalui paru-paru bayi.
Rangsangan gerakan pernapasan pertama terjadi
karena beberapa hal berikut :
a) Tekanan mekanik dari torak sewaktu melalui jalan lahir
(stimulasi mekanik).
b) Penurunan PaO2 dan peningkatan PaCO2 merangsang
kemoreseptor yang terletak di sinus karotikus (stimulasi
kimiawi).
c) Rangsangan dingin di daerah muka dan perubahan suhu
di dalam uterus (stimulasi sensorik).
d) Refleks deflasi hering breur.
Pernapasan pertama pada bayi normal terjadi
dalam waktu 30 menit pertama sesudah lahir usaha bayi
pertama kali untuk mempertahankan tekanan alveoli,
selain karena adanya surfaktan, juga karena adanya
tarikan napas dan pengeluaran napas dengan merintih
sehingga udara bisa bertahan di dalam.
10
2) Peredaran darah
Setelah bayi lahir, paru akan berkembang yang akan
mengakibatkan tekanan arteriol dalam paru menurun yang
diikuti dengan menurunnya tekanan pada jantung kanan.
Kondisi ini menyebabkan tekanan jantung kiri lebih besar
dibandingkan dengan tekanan jantung kanan, dan hal
tersebutlah yang membuat foramen ovale secara fungsional
menutup. Hal ini terjadi pada jam-jam pertama setelah lahir.
3) Suhu tubuh
Empat kemungkinan mekanisme yang dapat
menyebabkan bayi baru lahir kehilangan panas tubuhnya.
a) Konduksi
Panas dihantarkan dari tubuh bayi ke benda sekitarnya
yang kontak langsung dengan tubuh bayi (pemindahan
panas dari tubuh bayi ke objek lain melalui kontak
langsung).
b) Konveksi
Panas hilang dari tubuh bayi ke udara sekitarnya yang
sedang bergerak (jumlah panas yang hilang bergantung
pada kecepatan dan suhu udara).
11
c) Radiasi
Panas dipancarkan dari BBL keluar tubuhnya ke
lingkungan yang lebih dingin (pemindahan antara 2
objek yang mempunyai suhu berbeda).
d) Evaporasi
Panas hilang melalui proses penguapan yang bergantung
pada kecepatan dan kelembapan udara.
4) Metabolisme
Luas permukaan tubuh neonatus relatif lebih luas dari
tubuh orang dewasa, sehingga metabolisme basal per kg berat
badan akan lebih besar. Pada jam-jam pertama kehidupan,
energi didapatkan dari perubahan karbohidrat. Pada hari
kedua, energi berasal dari pembakaran lemak.
5) Keseimbangan air dan fungsi ginjal
Tubuh BBL mengandung relatif banyak air. Fungsi
ginjal karena :
a) Jumlah nefron masih belum sebanyak orang dewasa.
b) Ketidak seimbangan luas permukaan glumerulus dan
volume tubulus proksimal.
c) renal blood flow relatif kurang bila dibandingkan dengan
orang dewasa.
12
6) Imunoglobulin
Bayi baru lahir tidak memiliki sel plasma pada
sumsum tulang juga tidak memiliki lamina propia ilium dan
apendiks. Plasenta merupakan sawar, sehingga fetus bebas
dari antigen dan stres imunologis. Pada BBL hanya terdapat
gamaglobulin G, sehingga imunologi dari ibu dapat
berpindah melalui plasenta karena berat molekulnya kecil.
7) Traktus digestivus
Traktus digestivus relatif lebih berat dan lebih
panjang dibandingkan dengan orang dewasa. Pada neonatus,
traktus digestivus mengandung zat bewarna hitam kehijauan
yang terdiri atas mukopolisakarida atau disebut juga dengan
mekonium. Pengeluaran mekonium biasanya pada 10 jam
pertama kehidupan dan dalam 4 hari setelah kelahiran
biasanya feses sudah berbentuk dan bewarna biasa.
8) Hati
Segera setelah lahir, hati menunjukkan perubahan
kimia dan morfologis yang berupa kenaikan kadar protein
dan penurunan kadar lemak serta glikogen.
13
9) Keseimbangan asam basa
Tingkat keasaman (pH) darah pada waktu lahir
umumnya rendah karena glikolisis anaerobik. Namun, dalam
waktu 24 jam, neonatus telah mengompensasi asidosis ini.
d. Penilaian APGAR pada bayi baru lahir
Menurut Sumarah dkk (2009), APGAR adalah penilaian
keadaan umum bayi dinilai satu menit setelah lahir dengan
penggunaan nilai APGAR. Penilaian ini perlu untuk menilai bayi
apakah bayi menderita asfiksia atau tidak. Adapun penilaian
meliputi frekuensi jantung (heart rate),usaha nafas (respiratory
effort), tonus otot (muscle tone), warna kulit (colour), dan reaksi
terhadap rangsangan (respon to stimulasi) yaitu dengan
memasukkan keteter ke lubang hidung setelah jalan nafas
dibersihkan. Setiap penilaian diberi angka 0, 1 dan 2. Dari hasil
penilaian tersebut dapat diketahui apakah bayi normal.
Menurut Kurniawati dan Mirzanie (2009), asfiksia ringan
(nilai apgar 7 – 10), asfiksia sedang (nilai APGAR 4 – 6), asfiksia
berat (nilai APGAR 0 – 3).
14
Tabel 2.1 APGAR Score
Pemeriksaan 0 1 2
Denyut jantung
Usaha nafas
Tonus otot
Refleks
Warna kulit
Tidak ada
Tidak ada
Lumpuh
Tidak bereaksi
Seluruh tubuh
biru/pucat
<100
Lambat
Ekstremitas
sedikit fleksi
Gerakan
sedikit
Tubuh, merah
ekstremitas biru
>100
Menangis
Reaksi
melawan
Reakasi
melawan
Seluruh tubuh
kemerahan Sumber : Kurniawati dan Mirzanie, (2009)
e. Asuhan Bayi Baru Lahir Normal
Menurut Saifuddin dkk (2012), Asuhan segera pada bayi
baru lahir adalah asuhan yang diberikan pada bayi tersebut selama
jam pertama setelah kelahiran. Aspek-aspek penting dari asuhan
segera bayi yang baru lahir :
1) Menjaga bayi agar tetap hangat
a) Memastikan bayi tersebut tetap hangat dan terjadi kontak
antara kulit bayi dengan kulit ibu.
b) Mengganti handuk atau kain yang basah, dan bungkus
bayi tersebut dengan selimut dan memastikan bahwa
kepala telah terlindung dengan baik untuk mencegah
keluarnya panas tubuh.
c) Memastikan bayi tetap hangat dengan memeriksa telapak
bayi setiap 15 menit :
(1) Apabila telapak bayi terasa dingin, Periksa suhu
aksila bayi.
15
(2) Apabila suhu bayi kurang dari 36,5oC, segera
menghangatkan bayi tersebut.
2) Mengusahakan kontak dini dengan ibu
a) Memberikan bayi kepada ibunya secepat mungkin.
Kontak dini antara ibu dan bayi penting untuk :
(1) Kehangatan : mempertahankan panas yang benar
pada bayi baru lahir.
(2) Ikatan batin dan pemberian ASI.
b) Memberi dorongan ibu untuk menyusui bayinya apabila
bayi telah “siap” (dengan menunjukkan refleks rooting),
jangan paksakan bayi untuk menyusu.
3) Menjaga pernapasan
Sebagian bayi akan bernafas secara spontan. Pernapasan bayi
sebaiknya diperiksa secara teratur untuk mengetahui adanya
masalah.
a) Memeriksa pernapasan serta warna kulit bayi setiap 5
menit.
b) Jika bayi tidak segera bernapas melakukan hal-hal
berikut :
(1) Mengeringkan bayi dengan selimut atau handuk
yang hangat.
(2) Menggosok punggung bayi dengan lembut.
16
c) Jika bayi masih belum mulai bernapas setelah 60 detik
mulai resusitasi.
d) Apabila bayi sianosis (kulit biru) atau sukar bernafas
(frekuensi pernapasan kurang dari 30 atau lebih dari 60
kali/menit), berikan oksigen kepada bayi dengan kateter
nasal atau nasal progs.
4) Merawat mata
Obat mata eritromisin 0,5% atau tetrasiklin 1% dianjurkan
untuk pencegahan penyakit mata karena klamidia (penyakit
menular seksual). Obat mata di berikan pada jam pertama
setelah persalinan. Yang lazim dipakai adalah larutan perak
nitrat atau neosporin dan langsung diteteskan pada mata bayi
segera setelah bayi lahir.
f. Masalah pada bayi baru lahir
Menurut Dewi (2013), masalah bayi baru lahir yang perlu
tindakan segera dalam 1 jam pertama.
1) Tindakan bernafas atau sulit bernafas
Penanganan umum yang biasa diberikan :
a) Keringkan bayi dan bungkus dengan kain yang hangat dan
bersih.
b) Segera klem dan potong tali pusat.
c) Letakkan bayi pada tempat yang hangat dan keras.
17
d) Lakukan pencegahan infeksi jika melakukan penanganan.
e) Lakukan resusitasi bila terdeteksi terjadi kegagalan napas.
f) Jika resusitasi gagal lakukan ventilasi.
2) Sianosis/ kebiruan dan sukar bernafas
Jika bayi mengalami sianosis / kebiruan, sukar bernapas
(frekuensi kurang dari 30 atau lebih dari 60 x/menit), ada
tarikan dinding dada kedalam, atau merintih maka tindakan
yang perlu dilakukan :
a) Isap mulut dan hidung dan pastikan jalan nafas tidak
tersumbat.
b) Berikan oksigen 0,5 Liter/menit.
c) Rujuk kekamar bayi atau ruangan yang mendukung
kondisi bayi.
d) Tetap menjaga kehangatan bayi.
3) BBLR (Bayi Berat Lahir Rendah)
BBLR adalah bayi baru lahir dengan berat badan lahir kurang
dari 2500 gram. Ada dua macam BBLR, yang pertama akibat
kurang bulan dan yang kedua bayi lahir kecil dengan berat
badan kurang dari 2500 gram yang seharusnya masa gestasi
(dismatur).
a) Bayi lahir kecil akibat kurang bulan (prematur) yaitu Masa
gestasi kurang dari 37 minggu. Faktor penyebabnya ibu
18
mengalami perdarahan antepartum, trauma
fisik/psikologis, DM, Atau usia ibu masih terlalu muda
(kurang dari 20 tahun) dan multigravida dengan jarak
kehamilan dekat.
b) Bayi lahir kecil dengan berat badan yang harusnya untuk
masa gestasi (dismatur). Kondisi ini dapat terjadi preterm,
aterem maupun posterm. Bayi yang lahir dengan berat
sangat kecil (berat badan kurang dari 1500 gram dan usia
kehamilan kurang dari 32 minggu) sering mengalami
masalah berat seperti sukar bernafas, sukar menghisap,
ikterus berat, infeksi, rentan hipotermi. Segera rujuk bila
bayi mengalami kondisi-kondisi tersebut.
4) Letargi
Tonus otot rendah dan tidak ada gerakan sehingga sangat
mungkin bayi sedang sakit berat. Jika ditemukan kondisi
demikian maka segera rujuk.
5) Hipotermi
Bayi mengalami hipotermi berat jika suhu aksila kurang 35ºC.
Untuk mengatasi kondisi ini tindakan yang dilakukan
menggunakan alat dan incubator, radian heater, kamar hangat
atau tempat tidur hangat, merujuk ke pelayanan kesehatan
yang mempunyai Neonatal Instentif Care Unit (NICU).
19
6) Neonatus resiko tinggi
Berikut ini kondisi-kondisi yang menjadikan neonatus beresiko
tinggi:
a) Asfiksia neonaturum
Suatu keadaan bayi yang gagal bernafas spontan dan
teratur segera setelah lahir sehingga bayi tidak dapat
memasukan oksigen dan tidak dapat mengeluarkan zat
asam arang dalam tubuhnya.
b) Perdarahan tali pusat
Perdarahan yang terjadi pada tali pusat bisa timbul karena
trauma pengikatan tali pusat yang kurang baik atau
kegagalan proses pembentukan thrombus normal.
c) Kejang neonatus
Kejang dalam neonatus bukan suatu penyakit, namun
merupakan suatu gejala adanya penyakit lain sebagai
penyebab kejang atau ada kelainan susunan saraf pusat.
Penyebab utama terjadinya kejang adalah kelainan bawaan
pada otak, sedangkan penyebab sekunder adalah gangguan
metabolik atau penyakit lain seperti penyakit infeksi.
20
2. Asfiksia
a. Pengertian
Asfiksia neonatorum merupakan suatu keadaan pada bayi
baru lahir yang mengalami gagal bernafas secara spontan dan
teratur segera setelah lahir. Sehingga bayi tidak dapat memasukan
oksigen dan tidak dapat mengeluarkan zat asam arang dalam
tubuhnya (Dewi, 2013).
Asfiksia adalah suatu keadaan di mana bayi baru lahir tidak
dapat bernapas secara spontan dan teratur yang di tandai dengan
hipoksemia, hiperkarbia dan asidosis. Asfiksia ini dapat terjadi
karena kurangnya kemampuan organ pernapasan bayi dalam
menjalankan fungsinya, seperti pengembangan paru
(Indrayani & Djami, 2013).
Asfiksia adalah keadaan bayi tidak bernapas secara spontan
dan teratur segera setelah lahir. sering kali bayi yang sebelumnya
mengalami gawat janin akan mengalami asfiksia sesudah
persalinan. Mesalah ini mungkin berkaitan dengan keadaan ibu,
tali pusat atau masalah pada bayi selama atau sesudah persalinan
(JNPR-KR, 2008).
Asfiksia adalah hipoksia yang progestif, penimbunan CO2
dan asidosis. Bila proses ini berlangsung terlalu jauh dapat
mengakibatkan kerusakan otak atau kematian
21
(Prawirohardjo, 2006).
b. Etiologi dan faktor prediposisi
Penyebab asfiksia adalah gangguan pada aliran
darah umbilikal maupun plasenta dari ibu ke janin
(Indrayani & Djami, 2013).
Menurut Dewi (2013), penggolongan penyebab asfiksia pada bayi
adalah :
1) Gangguan sirkulasi dari ibu ke janin disebabkan oleh :
a) Gangguan aliran pada tali pusat, hal ini biasanya
berhubungan dengan adanya lilitan tali pusat, tekanan
yang kuat pada tali pusat, ketuban telah pecah yang
menyebabkan tali pusat menumbang, dan kehamilan
lebih bulan (post-term).
b) Adanya pengaruh obat misalnya pada tindakan SC yang
menggunakan narkosa.
2) Faktor dari ibu selama kehamilan
a) Gangguan his, misalnya karena atonia uteri yang dapat
menyebabkan hipertoni.
b) Adanya perdarahan pada plasenta previa dan solusio
plasenta yang dapat menyebabkan turunnya tekanan
darah secara mendadak.
22
c) Vosakontruksi arterial pada kasus hipertensi kehamilan
dan preeklamsi dan eklamsia.
d) Kasus solusio plasenta yang dapat menyebabkan
gangguan pertukaran gas (oksigen dan zat asam arang).
3) Menurut towel dalam Dewi (2013), Asfiksia bisa disebabkan
oleh beberapa faktor, yaitu faktor ibu, plasenta, fetus, dan
neonatus.
a) Ibu
Apabila ibu mengalami hipoksia, maka janin juga akan
mengalami hipoksia yang dapat berkelanjutan menjadi
asfiksia dan komplikasi lain.
b) Plasenta
Pertukaran gas antara ibu dan janin dipengaruhi oleh luas
dan kondisi plasenta, misalnya solusio plasenta,
perdarahan plasenta dan lain lain.
c) Fetus
Kompresi umbilikus akan dapat mengakibatkan
terganggunya aliran darah dalam pembuluh darah
umbilikus dan menghambat pertukaran gas antara ibu
dan janin.
23
d) Neonatus
Depresi pusat pernapasan pada bayi baru lahir dapat
terjadi karena beberapa hal berikut :
(1) Pemakaian anastesi yang berlebihan pada ibu.
(2) Trauma yang terjadi selama persalinan.
(3) Kelainan kongenital pada bayi.
c. Patofisiologi
Menurut Sondakh (2013), patofisiologis yang
menyebabkan asfiksia meliputi kurangnya oksigenasi sel, retensi
karbon dioksida berlebihan, dan asidosis metabolik. Kombinasi
ketiga peristiwa tersebut menyebabkan kerusakan sel dan
lingkungan biokimia yang tidak cocok dengan kehidupan. Tujuan
resusitasi adalah intervensi tepat untuk membalikkan efek-efek
biokimia asfiksi, sehingga mencegah kerusakan otak dan organ
yang iriversibel. Pada awalanya, frekuensi jantung dan tekanan
darah akan meningkat dan bayi melakukan upaya megap-megap
(gasping). Bayi kemudian masuk pada periode apnea primer.
Bayi yang menerima stimulasi adekuat selama apnea primer akan
melakukan usaha nafas dan bayi yang mengalami asfiksia jauh
lebih berbeda dalam tahap apnea sekunder. Apnea sekunder cepat
menyebabkan kematian kalau tidak dibantu dengan pernafasan
buatan dan warna bayi berubah dari biru menjadi putih karena
24
bayi baru lahir menutupi sirkulasi perifer sebagai upaya
memaksimalkan aliran darah keorgan-organ, seperti jantung dan
ginjal. Penurunan oksigen yang tersedia menyebabkan pembuluh
darah diparu-paru mengalami konstriksi. Konstriksi ini
meyebabkan paru-paru resistian terhadap ekspansi sehingga
mempersulit kerja resusitasi janin yang persisten.
Kurangnya oksigen dalam periode singkat menyebabkan
metabolisme pada bayi baru lahir berubah menjadi metabolisme
anaerob, terutama karena kurangnya glukosa yang dibutuhkan
sebagai sumber energi pada saat darurat. Hal ini mengakibatkan
akumulasi asam laktat dan asidosis metabolik, dan hanya akan
hilang setelah periode waktu yang signifikan. Efek hipoksia
terhadap otak sangat terlihat. Aliran darah ke otak meningkat,
sebagai bagian dari mekanisme kompensasi, kondisi ini hanya
dapat memberikan penyesuaian sebagian. Jika hipoksia berlanjut
maka tidak akan terjadi penyesuaian akibat hipoksia pada sel-sel
otak. Beberapa efek hipoksian yang paling berat muncul akibat
tidak adanya zat penyedia energi, seperti; berhentinya kerja
pompa ion-ion transeluler, akumulasi air, natrium, dan kalsium,
dan kerusakan akibat radikal bebas oksigen.
25
d. Klasifikasi serta Tanda dan Gejala
Menurut Dewi (2013), klasifikasi serta tanda dan gejala asfiksia
meliputi :
1) Asfiksia berat (nilai APGAR 0 – 3)
Pada kasus asfiksia berat, bayi akan mengalami asidosis,
sehingga memerlukan perbaikan dan resusitasi aktif dengan
segera. Tanda dan gejala yang muncul pada asfiksia berat
meliputi :
a) Frekuensi jantung kecil, yaitu < 40 kali per menit.
b) Tidak ada usaha napas.
c) Tonus otot lemah bahkan hampir tidak ada.
d) Bayi tidak dapat memberikan reaksi jika diberikan
rangsangan.
e) Bayi tampak pucat bahkan sampai berwarna kelabu.
f) Terjadi kekurangan oksigen yang berlanjut sebelum
atau sesudah persalinan.
2) Asfiksia sedang (nilai APGAR 4 – 6)
Pada asfiksia sedang, tanda dan gejala yang muncul
meliputi :
a) Frekuensi jantung menurun menjadi 60 – 80 kali per
menit.
b) Usaha napas lambat.
26
c) Tonus otot biasanya dalam keadaan baik.
d) Bayi masih bisa bereaksi terhadap rangsangan yang
diberikan.
e) Bayi tampak sianosis.
f) Tidak terjadi kekurangan oksigen yang bermakna selama
proses persalinan.
3) Asfiksia ringan (nilai APGAR 7 – 10)
Pada asfiksia ringan, tanda dan gejala yang muncul
meliputi :
a) Takipnea dengan napas lebih dari 60 kali per menit.
b) Bayi tampak sianosis.
c) Adanya retraksi sela iga.
d) Bayi merintih.
e) Adanya pernapasan cuping hidung.
f) Bayi kurang aktivitas.
g) Dari pemeriksaan auskultasi diperoleh hasil ronchi,
rales, dan
h) wheezing positif.
e. Diagnosa
Aspek yang sangat penting dari resusitasi adalah menilai
bayi, menentukan tindakan yang akan dilakukan dan akhirnya
melaksanakan tindakan. Nilai APGAR pada umumnya
27
dilaksanakan pada 1 menit, 5 menit, 10 menit sesudah bayi lahir.
Akan tetapi, penilaian bayi harus dimulai segera sesudah bayi
lahir. Apabila bayi memerlukan intervensi berdasarkan penilaian
pernafasan, denyut jantung atau warna bayi, maka penilaian ini
harus dilakukan segera.Walaupun nilai APGAR tidak penting
dalam pengambilan keputusan pada awal resusitasi, tetapi dapat
menentukan tingkat asfiksia bayi dengan penilaian score APGAR.
Biasanya dinilai 1 menit setelah bayi lahir lengkap dan 5 menit
setelah bayi lahir (Sondakh, 2013).
f. Penanganan
1) Tindakan yang dapat dilakukan pada bayi asfiksia
neonaturum menurut Dewi (2013), adalah sebagai berikut :
a) Segera membaringkan dengan kepala bayi sedikit
ekstensi dan penolong berdiri disisi kepala bayi dan
bersihkan kepala dari sisa air ketuban.
b) Memiringkan kepala bayi.
c) Membersihan mulut dengan kasa yang dibalut pada jari
telunjuk.
d) Menghisap cairan dari mulut dan hidung.
e) Melanjutkan menilai status pernapasan dengan menilai
status pernapasan apabila masih ada tanda asfiksia,
caranya dengan menggosok punggung bayi (melakukan
28
rangsangan taktil). Bila tidak terjadi perubahan berikan
napas buatan.
2) Menurut Jitowiyono & Kristiyanasari (2010), Tindakan pada
asfiksia berat
a) Membersihkan jalan nafas dengan penghisapan lendir
dan kassa steril seperti penatalaksanaan pada bayi
normal.
b) Potong lati pusat dengan teknik aseptik dan dengan
antiseptik.
c) Apabila bayi tidak menangis lakukan cara berikut :
(1) Rangsang taktil dengan cara menepuk-nepuk kaki,
mengelus-elus dada, perut atau punggung.
(2) Bila dengan rangsangan taktil belum menangis
lakukan resusitasi mouth to mouth.
(3) Pertahankan suhu tubuh agar tidak memperburuk
keadaan asfiksia dengan cara :
(a) Membungkus bayi dengan kain hangat.
(b) Badan bayi harus dalam keadaan kering.
(c) Jangan memandikan bayi dengan air dinggin
gunakan minyak atau baby oil untuk
membersihkan tubuhnya.
29
(d) Kepala bayi ditutup dengan baik atau topi
kepala yang terbuat dari plastik.
(4) Apabila nilai apgar pada menit pertama sudah baik
(7-10) lakukan perawatan selanjutnya :
(a) Membersihkan badan bayi.
(b) Perawatan tali pusat.
(c) Pemberian ASI sedini mungkin dan adekuat.
(d) Melaksanakan antopometri dan pengkajian
kesehatan.
(e) Memasang pakaian bayi.
(f) Memasang peneng (tanda pengenal) bayi.
(5) Apabila nilai apgar pada menit kelima belum
mencapai normal, persiapkan bayi untuk dirujuk
kerumah sakit. Beri penjelasan pada keluarga alasan
dirujuk ke rumah sakit.
3) Menurut Wiknjosastro (2010), Tindakan pada asfiksia ringan-
sedang antara lain :
a) Membungkus bayi dengan kain lalu dibawa ke meja
resusitasi.
b) Membersihkan jalan nafas dengan menghisap lendir
menggunakan sucktion pada hidung kemudian disekitar
mulut.
30
c) Apabila berhasil meneruskan dengan perawatan
selanjutnya yaitu membersihkan badan bayi, perawatan
tali pusat, melakukan inisiasi menyusu dini selama satu
jam, pemeriksaan antropometri, pemberian vitamin K,
pemberian salep mata dan melakukan rawat gabung
antara ibu dan bayi.
d) Mengobservasi suhu tubuh, untuk sementara waktu
memasukkan bayi didalam inkubator.
4) Menurut Arief dan Kristiyanasari (2009), Tindakan pada
asfiksia ringan antara lain :
a) Melakukan perawatan
(1) Membersihkan jalan napas dengan menghisap lendir
dan kassa steril (cara penatalaksanaan seperti pada
bayi normal).
(2) Potong tali pusat dengan teknik aseptic dan
antiseptic.
(3) Apabila bayi tidak menangis rangsang taktil dengan
cara menepuk-nepuk kaki, mengelus-elus dada,
perut atau punggung.
(4) Apabila dengan rangsangan taktil belum menangis
lakukan mouth to mouth (napas buatan mulut ke
mulut).
31
(5) Membungkus bayi dengan kain hangat.
(6) Badan bayi harus dalam keadaan kering.
(7) Jangan memandikan bayi dengan air dingin gunakan
minyak atau baby oil untuk membersihkan
tubuhnya.
(8) Kepala bayi ditutup dengan baik atau topi kepala
yang terbuat dari plastik.
(9) Membersihkan badan bayi.
(10) Perawatan tali pusat.
(11) Pemberian ASI sedini mungkin dan adekuat.
(12) Melaksanakan antropometri dan pengkajian
kesehatan.
(13) Memasang pakaian bayi.
(14) Memasang peneng (tanda pengenal) bayi.
b) Penanganan setelah asfiksia ringan
Mengajarkan orang tua/ibu cara :
(1) Membersihkan jalan nafas.
(2) Menetekkan yang baik.
(3) Perawatan tali pusat.
(4) Memandikan bayi.
(5) Mengobservasi keadaan pernapasan bayi.
32
Menjelaskan pentingnya :
(1) Pemberian ASI sedini mungkin sampai usia 2 tahun.
(2) Makanan bergizi bagi ibu.
(3) Makanan tambahan buat bayi diatas usia kurang
lebih 4 bulan.
33
Gambar 2.1 Manajemen Asfiksia Bayi Baru Lahir
Bila tidak mau dirujuk dan tidak berhasil
1) Sesudah 10 menit pertimbangkan untuk
menghentikan resusitasi
2) Konseling
3) Pencatatan dan pelaporan
Dirujuk
Asuhan Bayi
Normal
Bayi Bernafas Normal Asuhan Pasca
resusitasi:
1) Pamantauan
2) Pencegahan hipotermi
3) Inisiasi menyesui dini
4) Pemberian vitamin K1
5) Pencegahan infeksi
6) Pemeriksaan fisik
7) Pencatatan dan pelaporan
Konseling
1) Lanjutkan resusitasi
2) Pemantauan
3) Pencegahan hipotermi
4) Pemberian vitamin K
5) Pencegahan infeksi
6) Pencatatan dan pelaporan
Bayi tidak bernafas atau megap-megap Ventilasi
1) Pasang sungkup perhatikan lekatan
2) Ventilasi 2x dengan tekanan 30 cmH2O
3) Bila dada mengembang lakukan ventilasi dengan
tekanan 20 cmH2O selama 30 detik
NILAI NAPAS
Bayi yang tidak bernafas/megap-megap
1) Ulangi ventilasi sebanyak 20 kali selama 30 detik
2) Hentikan ventilasi dan nilai kembali napas tiap 30
detik
3) Bila bayi tidak bernapas spontan sesudah 2 menit
resusitasi, siapkan rujukan
Bayi tidak menangis, tidak bernapas atau megap-megap,
sambil menilai, lakukan hal berikut:
1) Letakkan bayi diatas perut ibu atau dekat perineum
2) Selimuti bayi
3) Pindahkan bayi ketempat resusitasi
4) Otot tonus baik
LANGKAH AWAL
1) Jaga bayi tetap hangat
2) Atur posisi bayi
3) Isap lendir
4) Keringkan dan rangsang taktil
5) Reposisi
NILAI NAPAS
BAYI LAHIR
Ya
Tidak
Sumber : Sondakh, 2013
34
B. Teori Manajemen Kebidanan
1. Pengertian Manajemen Kebidanana
Menurut IBI (2007), dalam buku Estiwidani dkk (2008),
Manajemen kebidanan adalah pendekatan yang dilakukan oleh bidan
dalam menerapkan metode pemecahan masalah secara sistematis
mulai dari pengkajian, analisa data, diagnosa kebidanan, perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi.
2. Proses manajemen kebidanan
Menurut Helen Varney, ia mengembangkan proses manajemen
kebidanan ini dari 5 langkah menjadi 7 langkah yaitu dari
pengumpulan data sampai dengan evaluasi.
Langkah–langkah tersebut antara lain:
a. Langkah pertama: Pengumpulan Data Dasar
1) Data Subyektif
Data subyektif adalah pendokumentasian manajemen
kebidanan menurut helen varney langkah pertama
(pengkajian data), terutama data yang diperoleh melalui
anamnesis, data subjektif ini berhubungan dengan masalah
dari sudut pandang pasien (Muslihatun, 2010)
Dalam hal ini data yang diperoleh dari wawancara
dengan keluarga dan tim kesehatan yang lain, dimana
wawancara tersebut untuk mengetahui pada ibu meliputi:
35
a) Biodata
Menggunakan Identitas menurut Sondakh (2013), antara
lain :
Identitas bayi
(1) Nama Bayi : Untuk menghindari
kekeliruan.
(2) Tanggal/jam/lahir : Untuk mengetahui usia
neonatus.
(3) Jenis kelamin : untuk mengetahui jenis
kelamin bayi.
(4) Umur Bayi : Untuk mengetahui usia bayi,
pada bayi dengan asfiksia
terjadi pada bayi baru lahir.
(5) Alamat : untuk memudahkan kun-
jungan rumah.
Identitas ibu
(1) Nama ibu : untuk memudahkan me-
manggil atau menghindari
kekeliruan.
(2) Umur : untuk mengetahui apakah ibu
termasuk beresiko tinggi atau
tidak.
36
(3) Pekerjaan : untuk mengetahui tingkat
sosial ekonomi.
(4) Pendidikan : untuk memudahkan pem-
berian KIE.
(5) Agama : untuk mengetahui keper-
cayaan yang dianut ibu.
(6) Alamat : untuk memudahkan ko-
munikasi dan kunjungan
rumah.
Identitas ayah
(1) Nama ayah : untuk menghindari ter-
jadinya kekeliruan.
(2) umur : untuk mengetahui usia ayah.
(3) Pekerjaan : untuk mengetahui tingkat
sosial ekonomi.
(4) Pendidikan : untuk memudahkan pem-
berian KIE.
(5) Alamat : untuk memudahkan komu-
nikasi dan kunjungan rumah.
b) Riwayat persalinan
Dikaji untuk mengetahui riwayat persalinan yang
lalu, untuk mengetahui anak keberapa, berapa usia
37
kehamilan, jenis persalinan, ditolong oleh siapa, apakah
ada komplikasi persalinan, tempat persalinan, lama kala
I, lama kala II, BB bayi, PB bayi, denyut jantung,
respirasi, suhu, bagaimana ketuban, jam berapa waktu
persalinan, berapa nilai APGAR untuk bayi, laktasi, dan
bagaimana keadaan anak sekarang, (Sondakh, 2013).
Menurut Sondakh (2013), pada kasus asfiksia
biasanya terjadi pada kasus persalinan dengan :
(1) Pre-eklamsia dan eklamsia.
(2) Perdarahan abnormal (plasenta previa atau solusio
plasenta).
(3) Demam selama persalinan.
(4) Infeksi berat (malaria, sifilis, TBC, HIV).
(5) Kehamilan postmatur (sesudah 42 minggu
kehamilan).
c) Riwayat kehamilan sekarang
(1) Hari Pertama Haid Terakhir (HPHT)
Sesuai dengan aturan Naegele, yaitu dari hari
pertama haid terakhir ditambah 7 hari dikurangi 3
bulan ditambah 1 tahun (Medforth dkk, 2011).
38
Hari perkiraan lahir (HPL)
Untuk mengetahui taksiran persalinan
(Varney, 2007). Pada bayi baru lahir dengan asfiksia
biasa terjadi pada kelahiran dengan umur kehamilan
kurang dari 37 minggu, karena masih membutuhkan
bantuan pernafasan (Lissauer & Fanaroff, 2009).
(2) Keluhan pada kehamilan
Menurut Varney (2007) dalam buku Estiwidani dkk
(2008), Berisikan keluhan, pemakaian obat-obatan,
maupun penyakit pada saat hamil, mulai dari
trimester I, II dan III.
(3) Ante Natal Care (ANC)
Asuhan yang diberikan pada ibu hamil sejak mulai
konsepsi sampai sebelum kelahiran bayi
(Muslihatun dkk, 2009).
(4) Penyuluhan
Apakah ibu sudah mendapatkan penyuluhan tentang
gizi, aktifitas selama hamil dan tanda-tanda bahaya
kehamilan (Saifuddin, 2012).
39
(5) Imunisasi Tetanus Toksoid (TT)
Untuk memberikan perlindungan bagi bayi yang
akan dilahirkan nanti dari kejadian tetanus
neonatorum (Muslihatun dkk, 2009).
(6) Kebiasaan ibu sewaktu hamil
(a) Pola nutrisi
Menggambarkan tentang pola makan dan
minum, frekuensi, banyaknya,
jenis makanan, makanan pantangan
(Ambarwati & Wulandari, 2010).
(b) Pola eliminasi
Menggambarkan pola fungsi sekresi yaitu
kebiasaan buang air besar meliputi frekuensi,
jumlah, konsistensi dan bau serta kebiasaan
buang air kecil meliputi frekuensi warna jumlah
(Ambarwati & Wulandari, 2010).
(c) Pola istirahat
Menggambarkan pola istirahat dan tidur pasien,
berapa jam pasien tidur, kebiasaan sebelum
tidur misalnya membaca, mendengarkan musik,
kebiasaan mengonsumsi obat tidur, kebiasaan
40
tidur siang, penggunaan waktu luang
(Ambarwati & Wulandari, 2010).
(d) Pola seksualitas
Dikaji untuk mengetahui berapa kali ibu
melakukan hubungan seksualitas dalam
seminggu, ada keluhan atau tidak
(Mufdlilah, 2009).
(e) Personal Hygiene
Dikaji untuk mengetahui apakah ibu selalu
menjaga kebersihan tubuh terutama pada daerah
genetalia (Ambarwati & Wulandari, 2010).
(f) Psikologi budaya
Untuk mengetahui apakah ibu ada pantangan
makanan dan kebiasaan selama hamil yang
tidak diperbolehkan dalam adat masyarakat
setempat, tentang kehamilan ini diharapkan atau
tidak, jenis kelamin yang diharapkan, dukungan
keluarga dalam kehamilan ini, keluarga lain
yang tinggal serumah menurut Varney (2007)
dalam buku Estiwidani dkk (2008).
41
(g) Perokok dan pemakaian obat-obatan
Dikaji untuk mengetahui apakah ibu merokok
atau tidak dan ibu menggunakan obat-obatan
dan alkhol yang mengakibatkan abortus dan
kerusakan janin (Mufdlilah, 2009).
2) Data Obyektif
Data obyektif adalah pendokumentasian manajemen
kebidanan menurut Helen Varney pertama (pengkajian data),
terutama data yang diperoleh melalui hasil observasi yang
jujur dari pemeriksaan fisik pasien, pemeriksaan laboratorium
atau pemeriksaan diagnostik lain (Muslihatun, 2010).
Hal ini diperoleh dari pemeriksaan bayi yang meliputi:
a) Pemeriksaan khusus
Dilakukan dengan pemeriksaan APGAR pada
menit pertama, ke-5, ke-10.
Tabel 2.2 APGAR Score
Pemeriksaan 0 1 2
Denyut jantung
Usaha nafas
Tonus otot
Refleks
Warna kulit
Tidak ada
Tidak ada
Lumpuh
Tidak bereaksi
Seluruh tubuh
biru/pucat
<100
Lambat
Ekstremitas
sedikit fleksi
Gerakan
sedikit
Tubuh, merah
ekstremitas biru
>100
Menangis
Reaksi
melawan
Reakasi
melawan
Seluruh tubuh
kemerahan Sumber : Kurniawati & Mirzanie, (2009).
42
b) Pemeriksaan umum
Menurut Sondakh (2013), Untuk mengetahui keadaan
umum bayi meliputi :
(1) Kesadaran : untuk mengetahui kesadaran
bayi (sadar penuh, apatis,
gelisah, koma).
(2) Suhu : untuk mengetahui suhu bayi,
normal (36,5-37oC).
(3) pernafasan : untuk mengetahui pernafasan
bayi, normal (40-60 kali/menit)
Pada kasus asfiksia ringan
untuk pernapasanya lebih dari
60 x/menit, adanya pernapasan
cuping hidung (Dewi, 2013).
(4) Denyut jantung : untuk mengetahui denyut
jantung bayi, normal (130-160
kali/menit). Pada asfiksia
kurang dari 100 kali per menit.
c) Pemeriksaan fisik sistematis menurut Dewi (2013)
adalah :
(1) Kepala : Adakah mesochepal atau
mekrochepal serta adakah
43
kelainan cephal hema-toma,
caput succedaneum..
(2) Mata : Adakah kotoran di mata, adakah
warna kuning di sclera dan
warna putih pucat di
konjungtiva.
(3) Telinga : Adakah kotoran atau cairan,
simetris atau tidak.
(4) Hidung : Adakah nafas cuping, kotoran
yang menyumbat jalan nafas.
Pada kasus asfiksia ringan ada
pernapasan cuping hidung
(Dewi, 2013).
(5) Mulut : Adakah sianosis dan bibir
kering. Adakah kelainan seperti
labioskizis atau labiopalatoskzis
(Dewi, 2013).
(6) Leher : Adakah pembesaran kelenjar
thyroid, dan pembesaran vena
jugularis (Sondakh, 2013).
(7) Dada : Simetris atau tidak, retraksi,
frekuensi bunyi jantung, adakah
44
kelainan. Pada kasus asfiksia
ringan ada retraksi pada sela iga
(Dewi, 2013).
(8) Abdomen : simetris, tidak ada massa, tidak
ada infeksi (Sondakh, 2013).
(9) Kulit : Warna, apakah kulit kencang
atau keriput dan rambut lanugo,
pada asfiksia ringan kulit
berwarna agak kebiruan
(sianosis) (Dewi, 2013).
(10) Genetalia : untuk bayi laki-laki testis sudah
turun, untuk bayi perempuan
labia mayora sudah menutupi
labia minora (Sondakh, 2013).
(11) Ekstermitas : Adakah oedema, tanda sianosis,
akral dingin, apakah kuku sudah
melebihi jari-jari, apakah ada
kelainan polidaktili atau
sindaktili. Pada kasus asfiksia
ringan bayi tampak sianosis
(Dewi, 2013).
45
(12) Tulang punggung : Adakah pembengkakan atau ada
cekungan (Dewi, 2013).
(13) Anus : Apakah anus berlubang atau
tidak (Dewi, 2013).
d) Pemeriksaan reflek
(1) Reflek moro
Untuk mengetahui apabila bayi diberi sentuhan
mendadak terutama dengan jari dan tangan, maka
akan menimbulkan gerak terkejut (Sondakh, 2013).
(2) Reflek rooting
Untuk mengetahui cara mencari puting apabila pipi
bayi disentuh oleh jari atau puting ibu, maka ia akan
menoleh dan mencari sentuhan itu (Sondakh, 2013).
(3) Reflek sucking
Untuk mengetahui apakah reflek isap bayi bagus
ketika bayi diberi puting, maka ia berusaha untuk
mengisap (Sondakh, 2013).
(4) Reflek tonik neck
Untuk mengetahui otot leher bayi, apabila bayi
diangkat dari tempat tidur (digendong), maka ia
akan berusaha mengangkat kepalanya
(Sondakh, 2013).
46
(5) Reflek menggenggam
Untuk mengetahui apabila telapak tangan bayi
disentuh dengan jari pemeriksa, maka ia akan
berusaha menggenggam jari pemeriksa
(Sondakh, 2013).
(6) Reflek glabella
Untuk mengetahui apabila bayi disentuh pada daerah
os glabella dengan jari tangan pemeriksa, maka ia
akan mengerutkan keningnya dan mengedipkan
matanya (Sondakh, 2013).
Menurut Dewi (2013), pada pemeriksaan
reflek bayi salah satu tanda asfiksia ringan yaitu bayi
kurang beraktifitas.
e) Pemeriksaan Antropometeri.
Menurut Sondakh (2013), pemeriksaan antropometri
meliputi :
(1) Lingkar Kepala : Untuk mengetahui pertumbuhan
otak (normal 33 – 38cm).
(2) Lingkar dada : Untuk mengetahui keterlambatan
pertumbuhan (normal 33 – 35cm)
(Dewi, 2010).
(3) Panjang badan : Panjang badan bayi lahir normal
47
(48 – 50cm).
(4) Berat badan : Berat badan bayi normal (2500 –
4000 gram).
(5) Lingkar lengan atas : pada bayi normal (10-11
cm).
f) Pemeriksaan tingkat perkembangan
(1) Adaptasi sosial : sejauh mana bayi dapat beradaptasi
sosial secara baik dengan orangtua, keluarga,
maupun orang lain (Sondakh, 2013).
(2) Bahasa : kemampuan bayi untuk mengungkapkan
perasaannya melalui tangisan untuk menyatakan rasa
lapar, BAB, BAK, dan kesakitan (Sondakh, 2013).
(3) Motorik halus : kemampuan bayi untuk
menggerakkan bagian kecil dari anggota badannya
(Sondakh, 2013).
(4) Motorik kasar : kemampuan bayi untuk melakukan
aktivitas dengan menggerakkan anggota tubuhnya
(Sondakh, 2013).
g) Pemeriksaan penunjang adalah pasien harus menjalani
beberapa pemeriksaan penunjang untuk melengkapi data
yang telah dikumpulkan dan keperluan menegakkan
diagnosis pasien (Muslihatun dkk, 2009).
48
Pada kasus bayi baru lahir dengan asfiksia ringan tidak
memerlukan pemeriksaan penunjang.
b. Langkah kedua : Interpretasi data
Pada langkah interpretasi data ini dilakukan identifikasi
yang benar terhadap diagnosa atau masalah dan kebutuhan klien
berdasarkan interpretasi yang benar atas dasar data-data yang
telah dikumpulkan (Muslihatun, 2009).
1) Diagnosa kebidanan
Diagnosa kebidanan adalah diagnosa yang ditegakkan
bidan dalam lingkup praktek kebidanan dan memenuhi
standar nomenklatur diagnosa kebidanan
(Estiwidani dkk, 2008).
Bayi Ny. X dengan Asfiksia ringan.
Data Dasar :
a) Data Subjektif
(1) Ibu mengatakan baru saja melahirkan.
(2) Ibu mengatakan bayinya tidak menangis dengan
segera setelah lahir.
b) Data Obyektif
(1) Keadaan umum : lemah
49
(2) TTV :
pernafasan : Pada kasus asfiksia ringan untuk
pernapasanya lebih dari 60 x/menit, adanya
pernapasan cuping hidung.
Denyut jantung : Pada asfiksia kurang dari 100 kali
per menit.
(3) Bayi lahir tidak dapat bernafas spontan dan teratur.
(4) Bayi tampak sianosis.
(5) Adanya retraksi sela iga.
(6) Bayi merintih.
(7) Bayi kurang aktivitas.
(8) Dari pemeriksaan auskultasi diperoleh hasil ronchi,
rales, dan wheezing positif.
2) Masalah
Masalah adalah hal-hal yang berkaitan dengan
pengalaman klien yang ditemukan dari hasil pengkajian atau
yang menyertai diagnose (Varney, 2007) dalam buku
(Estiwidani dkk, 2008).
Masalah tidak dapat diidentifikasi seperti diagnosa
tetapi membutuhkan penanganan. Masalah yang mungkin
muncul pada bayi baru lahir dengan asfiksia ringan yaitu
pernafasan kurang, bayi tampak sianosis (Saifuddin, 2012).
50
3) Kebutuhan
Kebutuhan adalah hal-hal yang dibutuhkan oleh klien
dan belum teridentifikasi dalam diagnosa dan masalah yang
didapatkan dengan melaksanakan analisis data. Kebutuhan
pada bayi lahir dengan asfiksia ringan antara lain pemberian
O2, rasa nyaman, kehangatan dan pemenuhan nutrisi menurut
Varney, (2007) dalam buku Estiwidani dkk, (2008).
c. Langkah ketiga: Diagnosa Potensial
Diagnosa potensial adalah mengidentifikasikan dengan
hati-hati tanda dan gejala yang memerlukan tindakan kebidanan
untuk membantu pasien mengatasi atau mencegah masalah-
masalah yang spesifik (Estiwidani dkk, 2008)
Diangnosa potensial pada bayi baru lahir dengan asfiksia
ringan adalah asfiksia sedang (Surasmi, 2003).
d. Langkah Keempat: identifikasi dan menetapkan kebutuhan yang
memerlukan penanganan segera
Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau
dokter dan atau ada hal yang perlu dikonsultasiakan atau
ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan lain sesuai
kondisi bayi, contohnya adalah bayi tidak segera bernapas
spontan dalam 30 detik, segera lakukan resusitasi
(Muslihatun, 2010).
51
e. Langkah 5: Merencanakan asuhan yang menyeluruh
Pada langkah ini direncanakan tindakan yang menyeluruh
yang merupakan kelanjutan dari manajemen terhadap diagnosa
yang telah teridentifikasi. Tindakan yang dapat dilakukan berupa
observasi, penyuluhan atau pendidikan kesehatan dan pengobatan
sesuai dengan advis dokter.
Menurut Arief dan Kristiyanasari (2009), Merencanakan
asuhan yang menyeluruh yang rasional sesuai dengan temuan
pada langkah sebelumnya.
1) Lakukan perawatan
a) Membersihkan jalan napas dengan menghisap lendir dan
kassa steril (cara penatalaksanaan seperti pada bayi
normal).
b) Memotong tali pusat dengan teknik aseptic dan
antiseptic.
c) Apabiala bayi tidak menangis merangsang taktil dengan
cara menepuk-nepuk kaki, mengelus-elus dada, perut
atau punggung.
d) Apabila dengan rangsangan taktil belum menangis
melakukan mouth to mouth(napas buatan mulut ke
mulut).
e) Membungkus bayi dengan kain hangat.
52
f) Badan bayi harus dalam keadaan kering.
g) Jangan memandikan bayi dengan air dingin gunakan
minyak atau baby oil untuk membersihkan tubuhnya.
h) Menutupi kepala bayi dengan baik atau topi kepala yang
terbuat dari plastik.
i) Membersihkan badan bayi.
j) Perawatan tali pusat.
k) Pemberian ASI sedini mungkin dan adekuat.
l) Melaksanakan antropometri dan pengkajian kesehatan.
m) Memasang pakaian bayi.
n) Memasang peneng (tanda pengenal) bayi.
2) Penanganan setelah asfiksia ringan
Ajarkan orang tua/ibu cara :
a) Membersihkan jalan nafas.
b) Menetekkan yang baik.
c) Perawatan talipusat.
d) Memandikan bayi.
e) Mengobservasi keadaan pernapasan bayi.
Jelaskan pentingnya :
a) Pemberian ASI sedini mungkin sampai usia 2 tahun.
b) Makanan bergizi bagi ibu.
53
c) Makanan tambahan buat bayi diatas usia kurang lebih 4
bulan.
Setiap rencana harus disetujui oleh kedua belah pihak, yaitu
bidan dan klien agar dapat dilaksanakan dengan efektif karena
klien juga akan melaksanakan rencana tersebut
(Estiwidani dkk, 2008).
Rencana yang dapat dilakukan pada bayi baru lahir dengan
asfiksia ringan adalah sebagai berikut :
Menurut Arief dan Kristiyanasari (2009), Tindakan pada asfiksia
ringan antara lain :
1) Lakukan perawatan
a) Bersihkan jalan napas dengan menghisap lendir dan
kassa steril (cara penatalaksanaan seperti pada bayi
normal).
b) Potong tali pusat dengan teknik aseptic dan antiseptic.
c) Apabila bayi tidak menangis rangsang taktil dengan cara
menepuk-nepuk kaki, mengelus-elus dada, perut atau
punggung.
d) Apabila dengan rangsangan taktil belum menangis
lakukan mouth to mouth (napas buatan mulut ke mulut).
e) Bungkus bayi dengan kain hangat.
54
f) Badan bayi harus dalam keadaan kering.
g) Jangan mandikan bayi dengan air dingin gunakan
minyak atau baby oil untuk membersihkan tubuhnya.
h) Kepala bayi ditutup dengan baik atau topi kepala yang
terbuat dari plastik.
i) Bersihkan badan bayi.
j) Perawatan tali pusat.
k) Pemberian ASI sedini mungkin dan adekuat.
l) Laksanakan antropometri dan pengkajian kesehatan.
m) Pasang pakaian bayi.
n) Pasang peneng (tanda pengenal) bayi.
2) Penanganan setelah asfiksia ringan
Ajarkan orang tua/ibu cara :
a) Membersihkan jalan nafas.
b) Menetekkan yang baik.
c) Perawatan talipusat.
d) Memandikan bayi.
e) Mengobservasi keadaan pernapasan bayi.
Jelaskan pentingnya :
d) Pemberian ASI sedini mungkin sampai usia 2 tahun.
e) Makanan bergizi bagi ibu.
55
f) Makanan tambahan buat bayi diatas usia kurang lebih 4
bulan.
f. Langkah 6 : Implementasi
Pada langkah keenam ini rencana asuhan yang menyeluruh
seperti diuraikan pada langkah kelima dilaksanakan oleh bidan
pasien secara efisen dan aman yaitu :
1) Melakukan perawatan
a) Membersihkan jalan napas dengan menghisap lendir dan
kassa steril (cara penatalaksanaan seperti pada bayi
normal).
b) Memotong tali pusat dengan teknik aseptic dan
antiseptic.
c) Apabila bayi tidak menangis rangsang taktil dengan cara
menepuk-nepuk kaki, mengelus-elus dada, perut atau
punggung.
d) Apabila dengan rangsangan taktil belum menangis
lakukan mouth to mouth (napas buatan mulut ke mulut).
e) Membungkus bayi dengan kain hangat.
f) Badan bayi harus dalam keadaan kering.
g) Jangan memandikan bayi dengan air dingin gunakan
minyak atau baby oil untuk membersihkan tubuhnya.
56
h) Menutup kepala bayi dengan baik atau topi kepala yang
terbuat dari plastik.
i) Membersihkan badan bayi.
j) Merawat tali pusat.
k) Memberikan ASI sedini mungkin dan adekuat.
l) Melaksanakan antropometri dan pengkajian kesehatan.
m) Memasang pakaian bayi.
n) Memasang peneng (tanda pengenal) bayi.
2) Penanganan setelah asfiksia ringan
Mengajarkan orang tua/ibu cara :
a) Membersihkan jalan nafas.
b) Menetekkan yang baik.
c) Merawat tali pusat.
d) Memandikan bayi.
e) Mengobservasi keadaan pernapasan bayi.
Menjelaskan pentingnya :
a) Pemberian ASI sedini mungkin sampai usia 2 tahun.
b) Makanan bergizi bagi ibu.
c) Makanan tambahan buat bayi diatas usia kurang lebih 4
bulan.
57
g. Langkah 7 :Evaluasi
Tujuan evaluasi adalah tindakan pengukuran antara
keberhasilan dan rencana. Jadi tujuan evaluasi adalah untuk
mengetahui sejauh mana keberhasilan tindakan kebidanan yang
dilakukan (Estiwidani dkk, 2008).
Hasil yang diharapkan dari asuhan kebidanan pada bayi
baru lahir dengan asfiksia ringan adalah bayi sudah bisa bernafas
dengan baik, bayi sudah bisa menangis, kehangatan bayi sudah
terjaga, nutrisi bayi terpenuhi, dan bayi mulai bergerak aktif.
Hasil penanganan setelah asfiksia ringan adalah orang
tua/ibu sudah mengetahui cara membersihkan, meneteki bayi
yang benar, merawat tali pusat, memandikan bayi, dan
mengobservasi pernafasan bayi. Dan ibu sudah mengetahui
pentingnya pemberian ASI sampai usia 2 tahun, makanan bergizi
bagi ibu, dan makanan tambahan bagi bayi diusia kurang lebih 4
bulan, juga mengikuti program KB.
3. Data Perkembangan
Metode pendekomentasian untuk data perkembangan dalam
asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan asfiksia ringan ini
menggunakan SOAP menurut Muslihatun (2010), yaitu :
58
S : Subyektif
Merupakan pendokumentasian menejemen kebidanan menurut
Helen Varney langkah pertama (pengkajian data), terutama data
yang diperoleh melalui anamnesis.
O : Obyektif
Merupakan pendokumentasian manajemen kebidanan menurut
Helen Varney pertama (pengkajian data), terutama data yang
diperoleh melalui hasil observasi yang jujur dari pemeriksaan
fisik pasien, pemeriksaan laboratorium atau pemeriksaan
diagnostik lain.
A : Assesment atau Analisa
Merupakan pendokumentasian manajemen kebidanan menurut
Helen Varney langkah kedua, ketiga dan keempat sehingga
mencakup hal-hal berikut ini diagnosis/masalah kebidanan,
diagnosis/masalah potensial serta perlunya mengidentifikasi
kebutuhan tindakan segera untuk antisipasi diagnosis atau
masalah potensial. Kebutuhan tindakan segera harus diidentifikasi
menurut kewenangan bidan, meliputi tindakan mandiri, tindakan
kolaborasi dan tindakan merujuk klien.
59
P : Plan
Perencanaan adalah membuat rencana asuhan saat ini dan yang
akan datang. Rencana asuhan disusun berdasarkan hasil analisis
dan interpretasi data.
C. Landasan Hukum
Bidan dalam menyelenggarakan prakteknya berlandaskan pada
Permenkes No. 1464/Menkes/Per/X/2010 pasal 16 ayat 2 yaitu pelayanan
kebidanan kepada anak meliputi :
1. Perawatan Bayi Baru Lahir.
2. Perawatan tali pusat.
3. Perawatan bayi.
4. Resusitasi pada bayi baru lahir.
5. Pemantauan tumbuh kembang anak.
6. Pemberian imunisasi.
7. Pemberian penyuluhan
(Kepmenkes, 2010).
60
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Studi Kasus
Jenis penelitian yang digunakan penulis dalam menyusun studi kasus
ini adalah dengan cara meneliti suatu permasalahan melalui suatu kasus yang
terdiri dari unit tunggal, unit tunggal disini dapat berarti satu orang.
(Notoatmodjo, 2012). Jenis studi kasus yang digunakan yaitu observasional
deskriptif dengan pendekatan studi kasus. Studi kasus ini menggambarkan
asuhan kebidanan bayi baru lahir pada bayi Ny. S dengan asfiksia ringan di
RSUD Surakarta.
B. Lokasi Studi Kasus
Lokasi merupakan tempat atau lokasi tersebut dilakukan
(Notoatmodjo, 2012). Tempat yang digunakan untuk penelitian ini yaitu di
ruang perina RSUD Surakarta.
C. Subjek Studi Kasus
Subjek merupakan orang yang dijadikan sebagai responden untuk
mengambil kasus (Notoatmodjo, 2012). Pada penyusunan Studi Kasus ini
penulis mengambil subyek penelitian Bayi Baru Lahir Ny. S dengan asfiksia
ringan.
61
D. Waktu Studi Kasus
Waktu studi kasus adalah rentang waktu yang digunakan penulis
untuk mencari kasus (Notoatmodjo, 2012). Studi kasus ini dilaksanakan pada:
1. Pengambilan data awal Oktober 2014.
2. Pengambilan kasus 17 April 2015 – 18 April 2015.
3. Penyusunan Karya Tulis Ilmiah 18 April 2015 – 23 Juni 2015.
E. Instrumen studi kasus
Instrumen studi kasus adalah alat atau fasilitas yang di gunakan untuk
mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih
banyak dalam arti lebih cepat, lengkap dan sistematis sehingga lebih mudah
diolah (Arikunto, 2010).
Instrumen yang digunakan selama melakukan laporan kasus ini adalah
dengan menggunakan format asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dan data
perkembangan menggunakan SOAP.
F. Teknik Pengumpulan Data
Pada penyusunan studi kasus ini penulis menggunakan sumber data
yang berupa data primer dan data sekunder.
1. Data Primer
Data primer adalah data tangan pertama, data primer diperoleh
langsung dari subjek penelitian dengan mengenakan alat pengukuran atau
alat pengambilan data, langsung dari subjek sebagai sumber informasi
62
yang dicari (Saryono, 2011). Data primer dapat diperoleh dari :
a. Wawancara
Wawancara adalah suatu metode yang dipergunakan untuk
mengumpulkan data, dimana penelitian mendapatkan keterangan atau
informasi secara lisan dari seseorang sasaran penelitian (responden),
atau bercakap-cakap berhadapan muka dengan orang tersebut (face to
face) (Notoatmodjo, 2012). Pada kasus ini wawancara dilakukan pada
keluarga pasien yaitu ibu Bayi Baru Lahir Ny. S dan bidan.
b. Observasi
Observasi adalah suatu prosedur yang terencana, yang antara
lain meliputi: melihat, mendengar, mencatat sejumlah dan taraf
aktifitas tertentu atau situasi tertentu yang ada hubungannya dengan
masalah yang diteliti (Notoatmodjo, 2012).
Untuk memperoleh data objektif peneliti melakukan
pengamatan langsung untuk mengetahui perkembangan dan perawatan
yang telah diberikan pada pasien. Pada kasus ini yang diobservasi
adalah nilai APGAR.
c. Pemeriksaan fisik
Menurut Nursalam (2008), pemeriksaan fisik dipergunakan
untuk mengetahui keadaan fisik pasien secara sistematis dengan cara :
1) Inspeksi
Inspeksi adalah suatu proses observasi yang dilaksanakan
secara sistematis dengan menggunakan indra penglihatan,
63
pandangan dan penciuman sebagai suatu alat untuk mengumpulkan
data. Inspeksi dilakukan secara berurutan mulai dari kepala sampai
kaki.
2) Palpasi
Palpasi adalah suatu pemeriksaan seluruh bagian tubuh
yang dapat teraba dengan menggunakan bagian tangan yang
berbeda untuk mendeteksi jaringan, bentuk tubuh, persepsi getaran
atau pergerakan dan konsistensi. Palpasi ini digunakan untuk
memeriksa turgor kulit bayi.
3) Auskultasi
Auskultasi adalah mendengarkan bunyi yang terbentuk
dalam organ tubuh untuk mendeteksi perbedaan dari normal.
Auskultasi dilakukan untuk memeriksa detak jantung bayi.
4) Perkusi
Perkusi adalah suatu tindakan pemeriksaan dengan
mendengarkan bunyi getaran atau gelombang suara yang
dihantarkan kepermukaan tubuh dari bagian tubuh yang diperiksa.
Pemeriksaan dilakukan dengan ketokan jari atau tangan pada
permukaan tubuh. Perkusi dilakukan untuk memeriksa reflek bayi.
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data tangan kedua, data yang diperoleh
lewat pihak lain, tidak langsung diperoleh oleh peneliti dari subjek
penelitiannya (Saryono, 2011). Data sekunder dapat diperoleh dari :
64
a. Studi Dokumentasi
Studi dokumentasi adalah semua bentuk sumber informasi
yang berhubungan dengan dokumen (Notoatmodjo, 2012). Dalam
studi ini dokumentasi dilakukan dengan pengumpulan data yang
diambil dari catatan kebidanan dan rekam medik.
b. Studi Kepustakaan
Studi kepustakan adalah semua literatur atau bacaan yang
digunakan untuk mendukung dalam penyusunan proposal tersebut
(Notoatmodjo, 2012).
Pada studi kasus yang digunakan kepustakaan adalah buku-
buku dari tahun 2006 - 2013 dan keaslian yang pernah melakukan
studi pendahuluan yaitu Diva Oktikasari dan Claudia Jilly Setiawan.
G. Alat-alat yang dibutuhkan
Alat dan bahan yang dibutuhkan dalam teknik pengumpulan data antara lain :
1. Alat-alat yang dibutuhkan dalam wawancara antara lain :
a. Lembar format asuhan kebidanan pada bayi baru lahir
b. Buku tulis
c. Bolpoint
2. Alat-alat yang dibutuhkan dalam pelaksanaan asuhan observasi
(pengamatan) antara lain :
a. Termometer
b. Stetoskop
65
c. Jam tangan
d. Timbangan bayi
e. Metline
Menggunakan alat :
1) 1 helai bedong dan 1 helai handuk untuk mengeringkan bayi
2) Alat penghisap lendir (suction).
66
BAB IV
TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN
A. TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEBIDANAN BAYI BARU LAHIR PADA BAYI Ny. S
DENGAN ASFIKSIA RINGAN DI RSUD SURAKARTA
Ruang : PERINA RSUD Surakarta
Tanggal masuk : 17 April 2015
No. Register : 00051960
I. PENGKAJIAN
Tanggal : 17 April 2015 Pukul : 02.31 WIB
A. IDENTITAS BAYI
1. Nama Bayi : Bayi Ny. S
2. Umur Bayi : 1 menit
3. Tanggal/pukul lahir : 17 April 2015 / 02.30 WIB
4. Jenis kelamin : Perempuan
IDENTITAS IBU IDENTITAS AYAH
1. Nama ibu : Ny. S Nama suami : Tn. W
2. Umur : 40 th Umur : 39 th
3. Agama : Islam Agama : Islam
4. Suku/bangsa : Jawa/Indonesia Suku/bangsa : Jawa/Indonesia
5. Pendidikan : SMP Pendidikan : SMU
67
6. Pekerjaan : Swasta Pekerjaan : Swasta
7. Alamat rumah : Debegan Rt 06 Rw 06 Mojosongo
B. ANAMNESA (DATA SUBYEKTIF)
PADA IBU
1. Keluhan utama waktu masuk
Bayi baru lahir di VK lahir spontan, presentasi kepala, pada tanggal
17 April 2015 pukul 02.30 WIB dengan asfiksia ringan.
2. Riwayat kehamilan sekarang
a. HPHT : 11 Juli 2014
b. HPL : 18 April 2015
c. Keluhan – keluhan pada
Trimester I : Ibu mengatakan mual
Trimester II : Ibu mengatakan tidak ada keluhan
Trimester III : Ibu mengatakan tidak ada keluhan
d. ANC : 9x di bidan dan dokter teratur, yaitu pada umur
kehamilan 1 bulan, 2 bulan, 3 bulan, 4 bulan,
bulan, 6 bulan, 7 bulan, 8 bulan, dan 9 bulan
sebanyak 2 kali.
e. Penyuluhan yang pernah didapat :
Ibu mengatakan pernah mendapatkan penyuluhan tentang gizi ibu
hamil.
f. Imunisasi TT : 2 kali pada saat akan menikah dan umur
kehamilan 4 bulan di bidan.
68
3. Riwayat persalinan sekarang
a. Tempat persalinan : RSUD Surakarta
b. Jenis persalinan : Spontan
c. Penolong : Bidan
d. Lama Persalinan : Kala I = 8 jam
Kala II = 30 menit
e. Air ketuban : Jernih, volume + 1000 cc
f. Keadaan Anak : Hidup, menangis, pernafasan lambat tidak
teratur, ekstremitas sedikit fleksi, gerakan
sedikit, tubuh merah muda seluruhnya.
g. Komplikasi : Adanya lilitan tali pusat dan umur
kehamilan lebih dari perkiraan lahir.
4. Riwayat penyakit
a. Riwayat penyakit saat hamil :
Ibu mengatakan saat hamil tidak pernah menderita penyakit yang
menyertai kehamilannya seperti : flu, batuk, dan pilek.
b. Riwayat penykit sistemik :
1) Jantung : Ibu mengatakan tidak pernah merasa cepat
lelah, jantung berdebar-debar, nyeri dada
kiri, dan tidak berkeringat dingin bagian
tangan.
2) Ginjal : Ibu mengatakan saat hamil tidak pernah sakit
pada bagian pinggang kanan dan kiri.
69
3) Asma/ TBC : Ibu mengatakan saat hamil tidak pernah
sesak nafas dan tidak pernah batuk lebih dari
2 minggu disertai keluar darah.
4) Hepatitis : Ibu mengatakan saat hamil tidak pernah
terlihat kuning pada daerah mata, ujung
kuku, dan kulit.
5) DM : Ibu mengatakan saat hamil tidak pernah
menderita penyakit gula dengan tanda gejala
: Sering haus, lapar, dan sering kencing di
malam hari.
6) Hipertensi : Ibu mengatakan saat hamil tekanan darah
tidak pernah lebih dari 140/90 mmHg.
7) Epilepsi : Ibu mengtakan saat hamil tidak pernah
kejang – kejang sampai mengeluarkan busa
dari mulut.
8) Lain-lain : Ibu mengatakan tidak pernah menderita
penyakit lainnya.
c. Riwayat penyakit keluarga :
1) Menular
Ibu mengatakan dalam keluarganya dan kelarga suaminya
tidak ada yang memiliki penyakit menular seperti : TBC,
hepatitis, HIV/AIDS.
70
2) Menurun
Ibu mengatakan dalam kelarganya dan keluarga suaminya
tidak ada yang menderita penyakit menurun seperti : jantung,
DM, asma, hipertensi.
d. Riwayat keturunan kembar
Ibu mengatakan dalam keluarga maupun keluarga suaminya tidak
ada yang memiliki riwayat keturunan kembar.
e. Riwayat operasi
Ibu mengatakan tidak pernah melakukan operasi apapun.
C. PEMERIKSAAN FISIK BAYI
1. Riwayat pemeriksaan Khusus (APGAR SCORE)
Tabel 4.1 APGAR Score By. Ny. S 1 Menit Pertama
Yang Dinilai 0 1 2 1’I
1. Appearance
(warna
kulit)
Biru/ pucat Badan merah
muda
ekstremitas biru
Badan dan
ekstremitas
merah muda
2
2. Pulse
(denyut
jantung)
Tidak
teraba
< 100 x/menit >100 x/menit 2
3. Grimace
(reflek)
Tidak ada Lambat Menangis kuat 1
4. Activity
(aktivitas)
Lemas /
lumpuh
Gerakan sedikit /
fleksi tungkai
Aktif / fleksi
tungkai baik /
reaksi
melawan
1
5. Respiratory
(pernafasa)
Tidak ada Lambat, tidak
teratur
Baik,
menangis kuat
1
JUMLAH 7
(Sumber : By. Ny. S, 2015)
71
2. Pemeriksaan Umum
a. Keadaan umum : Lemah
b. Kesadaran : Composmentis
c. Vital sign : Denyut jantung : 120 x/menit
Pernapasan : 38 x/menit
3. Pemeriksaan fisik sistematis
a. Kepala : Belum dilakukan.
b. Ubun – ubun : Belum dilakukan.
c. Muka : Belum dilakukan.
d. Mata : Belum dilakukan.
e. Telinga : Belum dilakukan.
f. Hidung : Terdapat seckret
g. Mulut : Warna kebiruan
h. Leher : Belum dilakukan.
i. Dada : Gerakan dada lambat tidak teratur, tidak ada
retraksi pada sela iga.
j. Perut : Belum dilakukan.
k. Tali pusat : Belum dilakukan.
l. Punggung : Belum dilakukan.
m. Ekstremitas : Warna merah muda.
n. Genetalia : Belum dilakukan.
o. Anus : Belum dilakukan.
72
4. Reflek
a. Reflek morro : Belum dilakukan.
b. Reflek rooting : Bayi belum di susukan.
c. Reflek sucking : Bayi belum di susukan.
d. Reflek grapsing : Belum dilakukan.
e. Reflek babinski : Belum dilakukan.
f. Reflek tonick neck : Belum dilakukan.
5. Antropometri
a. Lingkar kepala : Belum dilakukan.
b. Lingkar dada : Belum dilakukan.
c. LLA : Belum dilakukan.
d. BB / PB : Belum dilakukan.
6. Eliminasi
a. Urine : Belum dilakukan.
b. Mekonium : Belum dilakukan.
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan laboratorium : Tidak dilakukan
2. Pemeriksaan penunjang lain : Tidak dilakukan
II. INTERPRETASI DATA
Tanggal : 17 April 2015 Pukul : 02.32 WIB
a. Diagnosa Kebidanan
Bayi Ny. S baru lahir umur 2 menit dengan asfiksia ringan.
73
Data Dasar :
1) Dasar Subjektif
a) Ibu mengatakan bahwa ia baru saja melahirkan bayinya pada
tanggal 17 April 2015 pukul 02.30 WIB.
b) Ibu mengatakan bayinya tidak menangis dengan spontan saat
lahir dan hanya merintih.
2) Dasar Objektif
a) Keadaan umum : Baik
b) Kesadaran : Composmentis
c) Nilai APGAR score satu menit pertama 7 yaitu
(1) Tubuh merah muda seluruhnya, nilai : 2
(2) Denyut jantung 120 x/ menit, nilai : 2
(3) Gerakan sedikit, nilai : 1
(4) Tonus otot ekstremitas fleksi sedikit,nilai : 1
(5) Pernafasan lambat tidak teratur nilai : 1
d) Pemeriksaan fisik
(1) Warna kulit : Warna merah muda seluruhnya.
(2) Hidung : Terdapat seckret.
(3) Mulut : Warna kebiruan.
(4) Ekstremitas : Warna merah muda.
(5) Dada : Gerakan dada agak lambat tidak teratur,
tidak ada retraksi.
74
e) Vital sign
Denyut jantung : Belum dilakukan.
Pernafasan : Lambat tidak teratur.
f) Pemeriksaan reflek
Belum dilakukan
3) Masalah
Bayi terjadi gangguan pernafasan.
4) Kebutuhan
Membersihkan jalan nafas.
III. DIAGNOSA POTENSIAL
Potensial terjadi asfiksia sedang.
IV. TINDAKAN SEGERA
a. Pembersihan jalan nafas dengan menggunakan selang dee lee.
b. Menjaga agar suhu tetap hangat.
V. RENCANA TINDAKAN
Tanggal : 17 april 2015 pukul : 02.33 WIB
a. Potong tali pusat dengan menggunakan gunting tali pusat.
b. Letakkan bayi di depan tempat bersalin ibu kemudian mengeringkan
tubuh bayi dengan menggunakan handuk kering.
c. Nilai APGAR score pada menit kelima
d. Bersihkan jalan nafas dari mulut dengan kedalaman selang 5 cm dan
hidung dengan kedalaman selang 3 cm menggunakan selang dee lee.
75
e. Memberikan rangsangan taktil pada telapak kaki dengan cara
menepuk kedua telapak kaki dan menggosok punggung bayi dengan
telapak tangan.
f. Pakaikan baju, popok, sarung tangan,sarung kaki, popok dan topi bayi
dan ganti handuk basah dengan gedong kering untuk membungkus
bayi supaya hangat.
g. Letakkan bayi di bok hangat dengan jarak 60 cm di bawah lampu
yang berdaya 60 wath.
h. Nilai APGAR score pada menit ke sepuluh
VI. PELAKSANAAN.
Tanggal : 17 april 2015
a. Pukul : 02.34 WIB Memotong tali pusat dengan menggunakan
gunting tali pusat.
b. Pukul : 02.34 WIB Meletakkan bayi di depan tempat bersalin ibu
kemudian mengeringkan tubuh bayi dengan menggunakan handuk
kering.
c. Pukul : 02.35 WIB Nilai APGAR score pada menit kelima.
d. Pukul : 02.36 WIB Membersihkan jalan nafas dari mulut dengan
kedalaman selang 5 cm dan hidung dengan kedalaman selang 3 cm
menggunakan selang dee lee.
e. Pukul : 02.37 WIB Memberikan rangsangan taktil pada telapak kaki
dengan cara menepuk kedua telapak kaki dan menggosok punggung
bayi dengan telapak tangan.
76
f. Pukul: 02.38 WIB Memakaikan baju, popok, sarung tangan,sarung
kaki, popok dan topi bayi dan ganti handuk basah dengan gedong
kering untuk membungkus bayi supaya hangat.
g. Pukul: 02.39 WIB Meletakkan bayi di bok hangat dengan jarak 60 cm
di bawah lampu yang berdaya 60 wath.
h. Pukul : 02.40 WIB Menilai APGAR score pada menit ke sepuluh.
VII. EVALUASI
Tanggal : 17 april 2015
a. Pukul : 02.34 WIB Tali pusat bayi telah terpotong.
b. Pukul : 02.35 WIB Tubuh bayi telah kering.
c. Pukul : 02.36 WIB Nilai APGAR score pada menit kelima adalah 8.
d. Pukul : 02.37 WIB Jalan nafas bayi telah dibersihkan menggunakan
selang dee lee.
e. Pukul : 02.38 WIB Bayi telah diberikan rangsangan pada telapak kaki dan
punggung, bayi dapat menangis dengan kuat.
f. Pukul : 02.39 WIB Bayi sudah dalam keadaan hangat dengan
memakaikan baju dan membedong bayi menggunakan kain kering.
g. Pukul : 02.40 WIB Bayi telah di letakkan di bok hangat dengan jarak 60
cm di bawah lampu yang berdaya 60 wath..
h. Pukul : 02.41 WIB Nilai APGAR score pada menit ke sepuluh adalah 9.
77
Tabel 4.2 APGAR Score By. Ny. S 5 Menit Pertama dan kedua
Yang Dinilai 0 1 2 5’I 5’II
1. Appearance
(warna kulit)
Biru/
pucat
Badan merah
muda
ekstremitas biru
Badan dan
ekstremitas
merah muda
2 2
2. Pulse
(denyut
jantung)
Tidak
teraba
< 100 x/menit >100 x/menit 2 2
3. Grimace
(reflek)
Tidak ada Lambat Menangis kuat 1 2
4. Activity
(aktivitas)
Lemas /
lumpuh
Gerakan sedikit /
fleksi tungkai
Aktif / fleksi
tungkai baik /
reaksi
melawan
2 2
5. Respiratory
(pernafasan)
Tidak ada Lambat, tidak
teratur
Baik,
menangis kuat
1 1
JUMLAH 8 9
(Sumber : By. Ny. S, 2015)
78
DATA PERKEMBANGAN I
Tanggal: 17 April 2015 pukul : 03.30 WIB
S : Subyektif
1. Ibu mengatakan merasakan senang karena bayinya sudah menangis dengan
kuat.
2. Ibu mengatakan bayi belum disusukan.
O : Obyektif
1. Keadaan umum bayi baik dan bergerak aktif.
2. Tanda- tanda vital bayi:
a. Denyut jantung : 120 x/menit.
b. Respirasi : 48 x/menit.
c. Suhu : 36,4 ºC.
3. Warna kulit kemerahan.
4. Pemeriksaan fisik sistematis
a. Kepala : Normal, Bentuk mesochepal, tidak ada
pembesaran caput succedanum, dan chepal
hematoma.
b. Ubun – ubun : Datar, berdenyut, dan belum menutup.
c. Muka : Simetris tidak ada oedema.
d. Mata : Simetris antara kanan dan kiri, sklera
berwarna putih (tidak ikterik), conjunctiva
merah muda (tidak anemis)
79
e. Telinga : Bersih, Simetris antara kanan dan kiri, tidak
ada serumen
f. Hidung : Tidak ada seckret, Berlubang, tidak ada polip
g. Mulut : Kebiruan, Tidak ada labioskizis ataupun
labiopalatoskizis.
h. Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid
maupun kelenjar limfe, tidak teraba massa
i. Dada : Gerakan dada sesuai pola napas, tidak ada
retraksi pada sela iga, puting susu simetris
antara kanan dan kiri.
j. Perut : Tidak ada perdarahan dan tidak ada
pembesaran hati dan limpa.
k. Tali pusat : Tali pusat masih basah, dan belum
terbungkus kassa steril.
l. Punggung : Tidak ada pembengkaan pada daerah
punggung.
m. Ekstremitas : Simetris, warna merah muda, jari tangan dan
kaki lengkap.
n. Genetalia : Labia mayora menutupi labia minora, tidak
ada kelainan.
o. Anus : Positif berlubang.
80
5. Reflek
a. Reflek morro : Positif, ketika jari tangan bayi disentuh
maka bayi seperti terkejut.
b. Reflek rooting : Positif, ketika jari kelingking pemeriksa di
taruh di ujung bibir bayi maka bayi
berusaha untuk mencarinya.
c. Reflek sucking : Belum dilakukan, karena bayi belum
disusukan.
d. Reflek grapsing : Positif, Ketika telapak tangan bayi
disentuh pemeriksa maka ia berusaha
menggenggam jari pemeriksa.
e. Reflek babinski : Positif, Bayi sudah bisa berkedip
f. Reflek tonick neck : Positif, Bayi berusaha mengangkat
kepalanya ketika di angkat dari tempat
tidur.
6. Antropometri
a. Lingkar kepala : 32 cm
b. Lingkar dada : 32 cm
c. LLA : 11 cm
d. BB / PB : 2930 gram / 46 cm
7. Eliminasi
a. Urine : Belum keluar
b. Mekonium : Sudah keluar
81
A : Assesment
Bayi Ny. S Umur 21 menit dengan riwayat asfiksia ringan.
P : Planing
Tanggal : 17 April 2015
1. Pukul: 03.30 WIB Membungkus tali pusat dengan kassa steril.
2. Pukul: 03.30 WIB Memberikan injeksi Vitamin K 1 mg secara IM di
paha kiri bagian luar dengan cara bersihkan terlebih dahulu area suntik
(sekitar 2 inchi) dengan kapas alkohol, dengan arah melingkar dari
dalam ke luar kemudian suntikkan jarum dengan sudut 900
kemudian
aspirasi apabila tidak ada darah maka masukkan vitamin kemudian
cabut jarum dan dep menggunakan tupres.
3. Pukul: 03.40 WIB Memberikan salep mata eritromisin 0,5% pada
bayi.
4. Pukul: 04.41 WIB Melakukan rawat gabung dengan ibu.
5. Pukul: 04.41 WIB Menganjurkan ibu untuk memberikan ASI sesuai
kebutuhan bayi.
6. Pukul: 04.42 WIB Memberitahu ibu tentang tanda bahaya bayi baru
lahir :
a. Pernafasan sulit atau lebih dari 60 x/menit.
b. Suhu kurang dari 36ºC dan lebih dari 38ºC.
c. Warna kulit kuning dan biru, pucat.
d. Tali pusat merah, berbau busuk dan keluar cairan atau darah.
82
Evaluasi
Tanggal: 17 April 2015
1. Pukul: 03.30 WIB Tali pusat bayi telah dibungkus dengan kassa steril.
2. Pukul: 03.30 WIB Bayi telah diberikan injeksi vitamin K 1 mg secara
IM dipaha kiri bagian luar.
3. Pukul: 03.40 WIB Bayi sudah diberikan salep mata eritromisin 0,5 %.
4. Pukul: 04.41 WIB Bayi telah dilakukan rawat gabung dengan ibu.
5. Pukul: 04.41 WIB Ibu bersedia memberikan ASI sesuai kebutuhan
bayi.
6. Pukul: 05.42 WIB Ibu sudah mengerti tentang tanda bahaya bayi baru
lahir.
83
DATA PERKEMBANGAN II
Tanggal : 17 April 2015 Pukul: 16.00 WIB
S: Subyektif
1. Ibu mengatakan sudah mulai memberikan ASI kepada bayinya setiap 2 jam
selama 10 menit di setiap payudara dimulai dari pagi pukul 05.00 WIB,
Tetapi ASI tidak lancar. Dari jam 05.00-16.00 bayi menyusu sebanyak 5
kali.
2. Ibu mengatakan bayinya sudah dimandikan pada pukul 09.30 WIB.
3. Ibu mengatakan bayi sudah dirawat gabung.
O: Obyektif
1. KU bayi : baik.
2. Tanda- tanda vital bayi :
Denyut jantung : 124 x/menit.
Respirasi : 50 x/menit.
Suhu : 36,6 ºC.
3. Warna kulit bayi : Kemerah-merahan.
4. Gerakan dada sesuai pola pernapasan.
5. Pergerakan tangan dan reflek baik dan aktifitas bayi aktif.
6. Observasi eliminasi pada bayi dengan hasil :
a. BAK
1) Pukul: 05.00 WIB
Frekuensi : 1 kali.
Warna : Kuning jernih.
84
Popok : Diganti
2) Pukul: 06.00 WIB
Frekuensi : 1 kali.
Warna : Kuning jernih.
Popok : Diganti
3) Pukul: 16.00 WIB
Frekuensi : 1 kali.
Warna : Kuning jernih.
Popok : Diganti
b. BAB
1) Pukul: 02.41 WIB
Frekuensi : 1 kali.
Konsistensi : Lunak.
Warna : Coklat, kehitaman.
Popok : Diganti
A : Assesment
Bayi Ny.S Umur 13 jam lebih 30 menit dengan riwayat asfiksia ringan.
P : Planing
Tanggal : 17 April 2015
1. Pukul: 16.01 WIB Memberitahu ibu hasil pemeriksaan bahwa kondisi bayi
sudah stabil.
85
2. Pukul: 16.02 WIB Menganjurkan ibu untuk menjaga kehangatan bayi
dengan cara mempertahankan suhu tubuh bayi dengan menjaga bayi tetap
terbungkus agar suhu tubuh bayi tetap normal.
3. Pukul: 16.03 WIB Mengobservasi eliminasi pada bayi.
4. Pukul: 16.04 WIB Memberikan pendidikan kesehatan pada ibu tentang cara
merawat tali pusat dan memandikan bayi.
5. Pukul: 16.05 WIB Menganjurkan ibu untuk tetap memberikan ASI sesuai
kebutuhan bayi.
6. Pukul: 16.07 WIB Memberitahu ibu bahwa kalau keadaan bayi tetap stabil
ibu boleh segera pulang.
Evaluasi
Tanggal : 17 April 2015
1. Pukul: 16.01 WIB Ibu telah mengetahui hasil pemeriksaan bahwa
kondisi bayi sudah stabil.
2. Pukul: 16.02 WIB Ibu sudah menjaga kehangatan bayi dengan cara
mempertahankan suhu tubuh bayi dengan menjaga bayi tetap
terbungkus agar suhu tubuh bayi tetap normal.
3. Pukul: 16.03 WIB Telah dilakukan observasi eliminasi pada bayi.
4. Pukul: 16.04 WIB Ibu telah mengerti dan paham bagaimana cara
merawat tali pusat dan memandikan bayi.
5. Pukul: 16.05 WIB Ibu sudah menyusui bayinya setiap saat bayi
menginginkan dan tidak menjadwalnya.
86
6. Pukul: 16.07 WIB Ibu faham atas penjelasan bidan bahwa apabila
keadaan bayi tetap stabil ibu dan bayi bisa segera pulang.
87
DATA PERKEMBANGAN III
Tanggal : 18 April 2015 Pukul : 08.00 WIB
S: Subjektif
1. Ibu mengatakan bayi menangis kuat dan gerakan aktif.
2. Ibu mengatakan bayi telah dimandikan pukul 06.00 WIB serta pakaian dan
popok telah diganti.
3. Ibu mengatakan sudah menggedong bayinya.
4. Ibu mengatakan bayi sudah digendong ibunya.
5. Ibu mengatakan sudah menyusui bayinya setiap 2 jam sekali selama 10 -
15 menit pada kedua payudara secara bergantian.
O: Objektif
1. Keadaan umum bayi : baik
2. Tanda-tanda vital bayi :
Denyut jantung : 120 x/ menit BB: 3000 gram
Pernapasan : 48 x/ menit. PB: 46 cm
Suhu : 36,7 °C
3. Warna kulit bayi : Kemerahan, tidak ada sianosis, tidak tampak ikterik.
4. Gerakan dada sesuai pola pernapasan.
5. refleks hisap dan telan kuat.
6. BAB (+) Pukul 06.00 WIB: Konsistensi lembek, warna hitam kehijauan
BAK (+) Pukul 06.00 WIB: Warna kuning jernih
A: Assesment
Bayi Ny. S umur 1 hari dengan riwayat asfiksia ringan.
88
P: Planing
1. Pukul: 08.00 WIB Memberitahu ibu hasil pemeriksaan bahwa kondisi
bayinya sudah stabil.
2. Pukul: 08.10 WIB Menjaga personal hygiene bayi serta mengganti pakaian
dan popok.
3. Pukul: 08.12 WIB Menjaga kehangatan pada bayi.
4. Pukul: 08.15 WIB Memenuhi kebutuhan nutrisi dengan ASI menetek ibu
dan mengobservasi muntah pada bayi.
5. Pukul: 08.20 WIB Melaksanakan advice dari Dokter Spesialis Anak: bayi
diperbolehkan pulang besok pagi tanggal 19 April 2015.
6. Pukul: 13.00 WIB Mengajarkan ibu merawat tali pusat dengan
membungkus tali pusat menggunakan kassa steril yang kering.
7. Pukul: 13.01 WIB Menganjurkan ibu menjaga kebersihan bayinya dengan
selalu memandikan setiap pagi dan sore serta mengganti pakaian yang
kotor/basah atau sesuai kondisi.
8. Pukul: 13.03 WIB Menganjurkan ibu untuk memberikan ASI saja kepada
bayinya sampai bayi berusia 6 bulan (ASI eksklusif), memenuhi kebutuhan
nutrisi bayi dengan memberikan ASI setiap 2 jam sekali selama 10-15
menit pada masing-masing payudara, usahakan untuk menyusukan kedua
payudaranya secara bergantian dan susui bayi setiap bayi menginginkan
(ASI on demand).
9. Pukul 13.04 WIB
Menganjurkan ibu untuk melakukan kunjungan ulang bayi 1 minggu lagi.
89
Evaluasi
Tanggal : 18 April 2015
1. Pukul: 08.00 WIB Ibu telah mengetahui hasil pemeriksaan bahwa
kondisi bayi sudah stabil.
2. Pukul: 08.10 WIB
Ibu selalu mengganti popok bayi setiap kali bayi BAB dan BAK.
3. Pukul: 08.12 WIB Ibu sudah menjaga kehangatan bayi dengan cara
mempertahankan suhu tubuh bayi dengan menjaga bayi tetap
terbungkus agar suhu tubuh bayi tetap normal.
4. Pukul: 08.15 WIB
Pukul 08.15: menetek ibu + 20 menit, bayi menghisap kuat, muntah (-)
Pukul 11.00: menetek ibu +30 menit. bayi menghisap kuat, muntah (-)
5. Pukul: 08.20 WIB Ibu telah mengerti bahwa tanggal 19 April 2015
bayinya sudah boleh dibawa pulang.
6. Pukul: 13.00 WIB Ibu bersedia akan merawat tali pusat dengan benar
yaitu cara mencuci atau membersihkan tali pusat bayi dari bagian ujung
ke bagian pangkal, dikeringkan dan dibungkus dengan kassa steril.
7. Pukul: 13.01 WIB Ibu bersedia akan tetap menjaga kebersihan bayinya.
8. Pukul: 13.03 WIB Ibu bersedia memberikan ASI saja kepada bayinya
selama 6 bulan penuh tanpa makanan pendamping dan disusui setiap 2
jam sekali atau bila bayi menginginkan selama 10-15 menit pada 1
payudara dan akan disusukan kedua payudaranya secara bergantian.
9. Pukul: 13.04 WIB Bayi akan dibawa ke Rumah Sakit untuk kontrol
ulang 1 minggu lagi.
90
B. PEMBAHASAN
Pada bab ini penulis akan membahas kasus tentang bayi baru lahir
dengan asfiksia ringan yang ada di lahan klinik dengan teori yang ada. Karena
penulis menggunakan manajemen kebidanan tujuh langkah dari Varney,
maka pembahasan akan diuraikan langkah demi langkah sebagai berikut :
1. Pengkajian
Pengkajian dengan pengumpulan data dasar yang merupakan data
awal dari manajemen kebidanan secara Varney, dilaksanakan dengan
wawancara, observasi, pemeriksaan fisik.
Menurut Indrayani & Djami (2013) asfiksia adalah suatu keadaan
dimana bayi baru lahir tidak dapat bernapas secara spontan dan teratur
yang di tandai dengan hipoksemia, hiperkarbia dan asidosis. Asfiksia ini
dapat terjadi karena kurangnya kemampuan orang pernapasan bayi dalam
menjalankan fungsinya, seperti pengembangan paru.
Menurut Dewi (2013), bayi baru lahir dengan asfiksia merupakan
suatu keadaan pada bayi baru lahir yang mengalami gagal bernafas
secara spontan dan teratur segera setelah lahir sehingga bayi tidak dapat
memasukkan oksigen dan tidak dapat mengeluarkan zat asam arang
ditubuhnya. Dengan nilai pemeriksaan fisik APGAR score 7- 10,
ditandai adanya gejala takipnea dengan napas lebih dari 60 kali per
menit, bayi tampak sianosis, adanya retraksi sela iga, bayi merintih,
adanya pernapasan cuping hidung, bayi kurang aktivitas dan dari
91
pemeriksaan auskultasi diperoleh hasil ronchi, rales dan wheezing
positif.
Pada pengkajian Bayi Ny. S umur 1 menit dengan asfiksia ringan
diperoleh data subyektif dengan keluhan bayi tidak dapat menangis
secara spontan. Data obyektif dilakukan pemeriksaan khusus APGAR
score diperoleh hasil nilai APGAR score satu menit pertama 7 yaitu
a. Tubuh merah muda seluruhnya, nilai : 2
b. Denyut jantung 120 x/ menit, nilai : 2
c. Gerakan sedikit, nilai : 1
d. Tonus otot ekstremitas fleksi sedikit, nilai : 1
e. Pernafasan lambat tidak teratur nilai : 1
Jadi dalam pengkajian tidak terdapat kesenjangan antara teori dan
praktek dilapangan.
2. Interpretasi Data
Interpretasi data terdiri dari penentuan diagnosa kebidanan,
menentukan masalah, dan kebutuhan pada bayi baru lahir dengan asfiksia
ringan.
Menurut teori diagnosa kebidanan yang muncul yaitu Bayi Ny. X
dengan asfiksia ringan, Masalah yang mungkin muncul pada bayi baru
lahir dengan asfiksia ringan yaitu pernafasan kurang, bayi tampak
sianosis, Kebutuhan pada bayi lahir dengan asfiksia ringan antara lain
pemberian O2, rasa nyaman, kehangatan dan pemenuhan nutrisi.
92
Pada kasus ini penulis menentukan diagnosa kebidanan bayi Ny.S
umur 2 menit dengan asfiksia ringan. Masalah yang ditemukan pada bayi
Ny. S dengan asfiksia ringan adalah bayi terjadi gangguan pernafasan.
Kebutuhan yang diberikan adalah membersihkan jalan nafas.
Pada langkah ini tidak terdapat kesenjangan antara teori dan
kasus.
3. Diagnosa Potensial
Menurut teori bahwa diagnosa potesial asfiksia ringan adalah
asfiksia sedang. Pada kasus bayi Ny. S dengan asfiksia ringan diagnosa
potensial terjadi asfiksia sedang, jadi sudah sesuai dengan teori. Pada
kasus ini tidak terjadi diagnosa potensial karena dapat ditangani dengan
baik sehingga bayi dapat bernapas dengan spontan. Jadi pada langkah
tidak terdapat kesenjangan antara teori dan praktek dilapangan.
4. Antisipasi
Menurut teori antisipasi yang dilakukan yaitu perawatan bayi,
pembersihan jalan nafas, dan menjaga agar suhu tetap hangat. Pada kasus
bayi Ny. S dengan asfiksia ringan antisipasi yang dilakukan adalah
pembersihan jalan napas dan menjaga agar suhu tetap hangat. Antisipasi
yang diberikan pada kasus ini sudah sesuai dengan teori. Jadi pada
langkah tidak terdapat kesenjangan antara teori dan praktek dilapangan.
5. Perencanaan
Menurut Arief dan Kristiyanasari (2009), Merencanakan asuhan
yang menyeluruh yang rasional sesuai dengan temuan pada langkah
93
sebelumnya. Rencana yang dapat dilakukan pada bayi baru lahir dengan
asfiksia ringan adalah sebagai berikut :
3) Lakukan perawatan
1) Bersihkan jalan napas dengan menghisap lendir dan kassa steril
(cara penatalaksanaan seperti pada bayi normal).
2) Potong tali pusat dengan teknik aseptic dan antiseptic.
3) Apabila bayi tidak menangis rangsang taktil dengan cara
menepuk-nepuk kaki, mengelus-elus dada, perut atau punggung.
4) Apabila dengan rangsangan taktil belum menangis lakukan
mouth to mouth (napas buatan mulut ke mulut).
5) Bungkus bayi dengan kain hangat.
6) Badan bayi harus dalam keadaan kering.
7) Jangan mandikan bayi dengan air dingin gunakan minyak atau
baby oil untuk membersihkan tubuhnya.
8) Kepala bayi ditutup dengan baik atau topi kepala yang terbuat
dari plastik.
9) Bersihkan badan bayi.
10) Perawatan tali pusat.
11) Pemberian ASI sedini mungkin dan adekuat.
12) Laksanakan antropometri dan pengkajian kesehatan.
13) Pasang pakaian bayi.
14) Pasang peneng (tanda pengenal) bayi.
94
4) Penanganan setelah asfiksia ringan
Ajarkan orang tua/ibu cara :
1) Membersihkan jalan nafas.
2) Menetekkan yang baik.
3) Perawatan talipusat.
4) Memandikan bayi.
5) Mengobservasi keadaan pernapasan bayi.
Jelaskan pentingnya :
1) Pemberian ASI sedini mungkin sampai usia 2 tahun.
2) Makanan bergizi bagi ibu.
3) Makanan tambahan buat bayi diatas usia kurang lebih 4 bulan.
Pada kasus bayi Ny. S dengan Asfiksia ringan ini rencana tindakan
yang dilakukan adalah :
a. Potong tali pusat dengan gunting tali pusat.
b. Letakkan bayi di depan tempat bersalin ibu kemudian mengeringkan
tubuh bayi dengan menggunakan handuk kering.
c. Nilai APGAR score pada menit kelima.
d. Bersihkan jalan nafas dari mulut hingga hidung dengan selang dee
lee.
e. Berikan rangsangan taktil pada telapak kaki dan punggung bayi.
f. Pakaikan baju, popok, sarung tangan, sarung kaki, popok dan topi
bayi dan mengganti handuk basah dengan gedong kering untuk
mebungkus bayi supaya hangat.
95
g. Letakkan bayi di bok hangat dengan jarak 60 cm dibawah lampu
yang berdaya 60 wath.
h. Nilai APGAR score pada menit ke sepuluh.
Jika dibandingkan dengan teori pada langkah ini tidak ada
kesenjangan antara teori dan praktek di lapangan.
6. Pelaksanaan
Pada langkah keenam ini rencana asuhan yang menyeluruh seperti
diuraikan pada langkah kelima dilaksanakan oleh bidan kepada pasien
secara efisen dan aman yaitu :
a. Melakukan perawatan
1) Membersihkan jalan napas dengan menghisap lendir dan kassa
steril (cara penatalaksaan seperti pada bayi normal).
2) Pemotongan tali pusat dengan teknik aseptic dan antiseptic.
3) Apabila bayi tidak menangis merangsang taktil dengan cara
menepuk-nepuk kaki, mengelus-elus dada, perut atau punggung.
4) Apabila dengan rangsangan taktil belum menangis melakukan
mouth to mouth (napas buatan mulut ke mulut).
5) Membungkus bayi dengan kain hangat.
6) Badan bayi harus dalam kadaan kering.
7) Jangan memandikan bayi dengan air dingin gunakan minyak
atau baby oil untuk membersihkan tubuhnya.
8) Menutupi kepala bayi dengan baik atau topi kepala yang terbuat
dari plastik.
96
9) Membersihkan badan bayi.
10) Perawatan tali pusat.
11) Pemberian ASI sedini mungkin dan adekuat.
12) Melaksanakan antopometri dan pengkajian kesehatan.
13) Memasang pakaian bayi.
14) Memasang peneng (tanda pengenal) bayi.
b. Penanganan setelah asfiksia ringan
Mengajarkan orang tua/ibu cara :
1) Membersihkan jalan nafas.
2) Menetekkan yang baik.
3) Merawat tali pusat.
4) Memandikan bayi.
5) Mengobservasi keadaan pernapasan bayi.
Menjelaskan pentingnya :
1) Pemberian ASI sedini mungkin sampai usia 2 tahun.
2) Makanan bergizi bagi ibu.
3) Makanan tambahan buat bayi diatas usia kurang lebih 4 bulan.
Pada kasus bayi Ny. S dengan Asfiksia ringan ini tindakan yang
dilakukan adalah :
a. Memotong tali pusat dengan gunting tali pusat.
b. Meletakkan bayi di depan tempat bersalin ibu kemudian
mengeringkan tubuh bayi dengan menggunakan handuk kering.
c. Menilai APGAR score pada menit kelima.
97
d. Membersihkan jalan nafas dari mulut hingga hidung dengan selang
dee lee.
e. Memberikan rangsangan taktil pada telapak kaki dan punggung bayi.
f. Memakaikan baju, popok, sarung tangan, sarung kaki, topi bayi dan
mengganti handuk basah dengan gedong kering untuk mebungkus
bayi supaya hangat.
g. Meletakkan bayi di bok hangat dengan jarak 60 cm dibawah lampu
yang berdaya 60 wath.
h. Menilai APGAR score pada menit ke sepuluh.
Jika dibandingkan dengan teori sudah sesuai dengan yang
dilakukan dilahan praktek, Jadi pada langkah ini tidak ada kesenjangan
antara teori dan praktek.
7. Evaluasi
Tujuan evaluasi adalah tindakan pengukuran antara keberhasilan
dan rencana. Jadi tujuan evaluasi adalah untuk mengetahui sejauh mana
keberhasilan tindakan kebidanan yang dilakukan (Estiwidani dkk, 2008).
Hasil yang diharapkan dari asuhan kebidanan pada bayi baru lahir
dengan asfiksia ringan adalah bayi sudah bisa bernafas dengan baik, bayi
sudah bisa menangis, kehangatan bayi sudah terjaga, nutrisi bayi
terpenuhi, dan bayi mulai bergerak aktif.
Hasil penanganan setelah asfiksia ringan adalah orang tua/ibu
sudah mengetahui cara membersihkan, meneteki bayi yang benar,
merawat tali pusat, memandikan bayi, dan mengobservasi pernafasan
98
bayi. Dan ibu sudah mengetahui pentingnya pemberian ASI sampai usia
2 tahun, makanan bergizi bagi ibu, dan makanan tambahan bagi bayi
diusia kurang lebih 4 bulan, juga mengikuti program KB.
Berdasarkan hasil asuhan yang diberikan pada bayi Ny. S dengan
asfiksia ringan Setelah dilakukan penanganan asfiksia ringan pada bayi
Ny. S, asfiksia ringan telah teratasi dengan hasil APGAR score pada
menit kelima dan ke sepuluh adalah 8 dan 9, bayi dapat menangis dengan
kuat, tidak ada hambatan dan masalah yang terjadi pada bayi dapat
teratasi. Setelah asuhan tersebut diberikan, dilanjutkan dengan asuhan
perawatan bayi baru lahir, pemantauan nutrisi dan pemantauan eliminasi.
Hasilnya bayi dalam kondisi normal, nutrisi dan eliminasi baik.
Berdasarkan hasil asuhan selama 2 hari masalah bayi teratasi dan
bayi dalam keadaan normal. Evaluasi pada kasus ini yang dihasilkan
sudah sesuai dan bayi dapat bernapas dengan normal, tidak hipotermi,
tidak infeksi, nutrisi dan vital sign baik.
99
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah penulis melaksanakan observasi dengan memberikan
manajemen asuhan kebidanan bayi baru lahir pada Bayi Ny. S dengan
asfiksia ringan di Ruang PERINA RSUD Surakarta melalui tujuh langkah
Varney, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Dari pengkajian pada bayi Ny. S dengan asfiksia ringan diketahui nilai
APGAR score pada menit pertama 7 yaitu: Tubuh merah muda
seluruhnya dengan nilai : 2, Denyut jantung 120 x/ menit dengan nilai : 2,
Gerakan sedikit dengan nilai : 1, Tonus otot ekstremitas fleksi sedikit
dengan nilai : 1, Pernafasan lambat tidak teratur dengan nilai : 1 dan ibu
mengatakan tidak mendengar tangisan bayinya secara sepontan ketika
lahir.
2. Dari interpretasi data ditegakan diagnosa kebidanan bayi Ny. S umur satu
menit dengan Asfiksia ringan. Masalah yang timbul adalah gangguan
pernafasan pada bayi, kebutuhan yang diberikan adalah membersihkan
jalan nafas bayi dan menghangatkan bayi.
3. Diagnosa potensial pada bayi Ny. S dengan asfiksia ringan adalah
asfiksia sedang dan tidak terjadi asfiksia sedang.
100
4. Antisipasi yang dilakukan pada bayi Ny. S dengan asfiksia ringan adalah
pembersihan jalan nafas dengan menggunakan selang dee lee dan
menjaga agar suhu tetap hangat.
5. Rencana asuhan kebidanan pada bayi Ny. S dengan asfiksia ringan
dilakukan secara menyeluruh yaitu
a. Potong tali pusat dengan menggunakan gunting tali pusat.
b. Letakkan bayi di depan tempat bersalin ibu kemudian mengeringkan
tubuh bayi dengan menggunakan handuk kering.
c. Nilai APGAR score pada menit kelima, Bersihkan jalan nafas dari
mulut dengan kedalaman selang 5 cm dan hidung dengan kedalaman
selang 3 cm menggunakan selang dee lee.
d. Memberikan rangsangan taktil pada telapak kaki dengan cara
menepuk kedua telapak kaki dan menggosok punggung bayi dengan
telapak tangan.
e. Pakaikan baju, popok, sarung tangan, sarung kaki, popok dan topi
bayi dan ganti handuk basah dengan gedong kering untuk
membungkus bayi supaya hangat.
f. Letakkan bayi di bok hangat dengan jarak 60 cm di bawah lampu
yang berdaya 60 wath.
g. Nilai APGAR score pada menit ke sepuluh.
6. Pelaksanaan asuhan yang diberikan pada bayi Ny. S dengan asfiksia
ringan sesuai dengan rencana yang sudah dibuat.
101
7. Setelah dilakukan penanganan asfiksia ringan pada bayi Ny. S, asfiksia
ringan telah teratasi dengan hasil APGAR score pada menit kelima dan
ke sepuluh adalah 8 dan 9, bayi dapat menangis dengan kuat dan setelah
dilakukan pemeriksaan bayi baru lahir dan perawatan bayi selama 2 hari
hasilnya kondisi asfiksia ringan pada bayi dapat teratasi dan kondisi bayi
normal, nutrisi dan eliminasi baik. Jadi asuhan yang diberikan pada bayi
Ny. S dapat berhasil dengan baik.
8. Berdasarkan hasil asuhan kebidanan yang diberikan pada bayi Ny. S
dengan asfiksia ringan dalam perencanaan dan pelaksanaannya tidak ada
kesenjangan antara teori dan praktek di lapangan.
B. Saran
Berdasarkan studi kasus yang sudah dilaksanakan maka penulis
dapat memberikan saran sebagai berikut:
1. Bagi profesi
Bidan diharapkan untuk menjaga standar pelayanan kebidanan
yang sesuai dengan pendekatan manajemen kebidanan tujuh langkah
Varney sehingga pelayanan yang dihasilkan efektif dan efisien dapat
tercapai pada klien.
102
2. Bagi institusi
a. RSUD Surakarta
Diharapkan untuk lebih meningkatkan mutu pelayanan
kesehatan khususnya dalam asuhan kebidanan bayi baru lahir dengan
asfiksia ringan.
3. Bagi keluarga
Bagi ibu pasien apabila hamil lagi di usahakan untuk
memeriksakan kehamilannya secara rutin ke dokter atau bidan supaya
apa bila terjadi penyulit dalam persalinan dapat terdeteksi lebih awal.
DAFTAR PUSTAKA
Ambarwati dan Wulandari. 2010. Asuhan Kebidanan Nifas. Jogjakarta: Nuha
Medika.
Arif dan Kristiyanasari. 2009. Neonatus Dan Asuhan Keperawatan Anak.
Yogyakarta: Nuha Medika.
Azzahra, S. 2012. Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir Pada Bayi Ny. B Dengan
Asfiksia Ringan Di Rs Assalam Sragen. Jurnal Ilmiah Kebianan Vol.2, No.1,
oktober 2012. Staf Perawat RS Assalam.
Dewi, V, N, L. 2013 .Asuhan Neonatus Bayi Dan Anak Balita. Jakarta: Salemba
Medika.
Estiwidani Dkk. 2008. Konsep Kebidanan. Yogyakarta: Fitramaya.
Helmizar. 2014. Jurnal Kesehatan
Masyarakat.Http://Journal.Unnes.Ac.Id./Nju/Index.Php/Kemas Diakses
Tanggal : 5 november 2014.
Indrayani dan Djami. 2013. Asuhan Persalinan Dan Bayi Baru Lahir. Jakarta: Cv.
Trans Info Media.
Jaringan Nasional Pelatihan Klinik – Kesehatan Reproduksi Depertemen
Kesehatan Republik Indonesia. 2008. Pelatihan Klinik Asuhan
Persalinan Normal. Jakarta.
Jitowiyono dan Kristiyanasari. 2010. Asuhan Keperawatan Neonatus Dan Anak.
Yogyakarta: Nuha Medika.
Kurniawati dan Mirzanie. 2009. Obgynacea. Yogyakarta : Toska.
Lissauer, T dan Fanaroff, A, A. 2009. At a Glance Neonatologi. Erlangga
Kepmenkes, 2010. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1464/MENKES/PER/X/2010.
Medforth, J dkk. 2011. Kebidanan Okford. Jakarta: Egc.
Mufdlilah, 2009. Panduan Asuhan Kebidanan Ibu Hamil. Jogjakarta : Muha
Medika Press.
Muslihatun. 2010. Asuhan Neonatus Bayi Dan Balita. Yogyakarta: Fitramaya.
Muslihatun dkk. 2009. Dokumentasi Kebidanan. Yokyakarta : Fritamaya.
Notoatmodjo. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Oktikasari, D. 2013. Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir Dengan Asfiksia
Ringan. Di RSUD Dr. Moewardi. Surakarta. Stikes Kusuma Husada.
Prawirohardjo. 2010. Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal. Jakarta: Pt
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Saifuddin dkk. 2012. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal Dan
Neonatal. Jakarta: Pt Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Saryono. 2011. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jogjakarta: Mitra Cendikia.
Setiawan, C, J. 2013. Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir Pada By. Ny. H
Dengan Asfiksia Sedang. Ruang PICU/NICU. RSUD Sukoharjo.
Surakarta. Program Studi Diploma III Kebidanan Fakultas Kedokteran
Universitas Sebelas Maret.
Sondakh. 2013. Asuhan Kebidanan Persalinandan Bayi Baru Lahir. Jakarta :
Erlangga.
Sumaroh, Dkk. 2009. Perawatan Ibu Bersalin. Yokyakarta: Fitramaya.
Tom Lissauer dan Avroy Fanaroff. 2009. At A Glance Neonatologi. Erlangga.
Wahyuni. 2011. Asuhan Neonatus, Bayi, & Balita. Jakarta: Egc.