Post on 02-Oct-2021
1
Aspek Hukum Pembubaran Koperasi Pasif di Indonesia
(Studi Kasus Koperasi di Kota Depok)
Achmad Afrizal, Myra Rosana B. Setiawan, Yetty Komalasari Dewi
Fakultas Hukum, Universitas Indonesia, Depok, Indonesia
ri1zal@yahoo.com
Abstrak
Skripsi ini membahas ketentuan pembubaran koperasi pasif oleh Pemerintah Kota Depok. Hasil penelitian yuridis normatif menunjukkan bahwa pembubaran dilakukan karena 3 (tiga) alasan yaitu koperasi tidak melaksanakan Rapat Anggota selama 2 (dua) tahun berturut-turut; keberadaan koperasi tidak lagi dapat memenuhi tujuan pendirian koperasi yaitu mensejahterakan para anggota; serta koperasi tidak melaksanakan kegiatan usaha walaupun telah diberikan pembinaan. Prosedur pembubaran berdasarkan Keputusan Menteri Koperasi dan Pembinaan Pengusaha Kecil Nomor: 269/M/IX/1994 harus memenuhi 5 (lima) tahapan, yaitu penelitian kepatuhan oleh pejabat koperasi; pengumuman Rencana Pembubaran; periode pengajuan keberatan pembubaran; penerbitan Surat Keputusan Pembubaran; dan pemberitahuan pembubaran kepada kreditor. Dalam membubarkan koperasi, Pemerintah Kota Depok menghadapi hambatan hukum yaitu tidak dapat diselesaikannya hutang piutang dengan kreditor karena sistem pencatatan keuangan yang tidak tertib; dan hambatan non-hukum yaitu sistem administrasi data anggota yang tidak akurat. Untuk menghindari adanya koperasi pasif, Pemerintah perlu melakukan pengawasan berkala terhadap koperasi yang terdaftar dan lebih berhati-hati dalam memberikan persetujuan pendirian koperasi baru.
Kata Kunci: Koperasi pasif; pembubaran koperasi; Rapat Anggota
The Legal Aspects of The Dissolution of a Passive Cooperative in Indonesia (A Case
Study of The Cooperative in The City of Depok)
Abstract
This thesis discusses the provisions of the dissolution of passive cooperative by the Government of the city of Depok. Normative legal research indicate that the reasons to dissolve a passive cooperative, at least, for three reasons namely: failure to conduct the Member Meeting for 2 (two) years consecutively; the existence of a cooperative is no longer able to meet the purpose of its establishment; that is providing the welfare of the members; and the cooperative could not continue its business activities although it has been provided capacity building. Dissolution procedure is governed by the Decree of the Minister of Cooperatives and Small Entrepreneur Development Number: 269/M/IX/1994 which must meet five (5) stages, namely: compliance research by cooperative officials; dissolution plan announcement; appeal period; issuance of a dissolution decree; then dissolution notification to the creditors. To dissolve the cooperative, the Government of Depok City has to solve two obstacles; legal and non-legal obstacle. Legal obstacle refers to inability to solve the debts with creditors because the financial record-keeping systems are not properly in place; and non-legal obstacle refers to improperly members data base in the administration system. To avoid the passive cooperative, the Government needs to supervise the listed cooperative periodically and more prudent in granting the approval for the establishment of new cooperative.
Aspek hukum…, Achmad Afrizal, FH UI, 2014
2
Key Words: Passive cooperative; dissolution of the cooperative; meeting of Members
Pendahuluan
Koperasi di Indonesia merupakan salah satu badan usaha yang terbentuk sebagai salah
satu jalan untuk mewujudkan tujuan nasional seperti tercantum dalam Pembukaan Undang-
Undang Dasar 1945, yaitu untuk tercapainya masyarakat yang adil dan makmur.1 Keberadaan
koperasi sebagai badan usaha adalah wadah untuk menyusun perekonomian rakyat yang
berdasarkan kekeluargaan dan kegotong royongan serta merupakan ciri khas dari tata
kehidupan bangsa Indonesia dengan tidak memandang golongan, aliran maupun
kepercayaan.2 Hal tersebut sesuai dengan landasan filosofis dari koperasi yaitu Pancasila,
sehingga koperasi harus memiliki nilai-nilai yang terkandung di dalam Pancasila sila ke-4 dan
sila ke-5 yaitu, nilai kebersamaan, gotong-royong, kekeluargaan dan keadilan sosial.
Idealnya koperasi yang sehat adalah koperasi yang dijalankan sesuai dengan prinsip-
prinsip dan nilai-nilai koperasi. Kesehatan koperasi adalah kondisi atau keadaan koperasi
yang dinyatakan sehat, cukup sehat, kurang sehat, tidak sehat dan sangat tidak sehat.3
Namun perkembangan koperasi di Indonesia saat ini menunjukkan bahwa koperasi
belum memiliki kemampuan untuk menjalankan peranannya secara efektif.4 Dengan tidak
efektifnya usaha koperasi tersebut mengakibatkan kinerja koperasi tidak dapat berjalan
dengan baik. Ditinjau dari kinerjanya, Dinas Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah
memberikan suatu penggolongan secara konsep administratif atas koperasi tersebut yaitu
koperasi aktif5, pasif dan beku6. Terhadap penggolongan koperasi pasif, penggolongan
tersebut tidak menyebabkan perbedaan akibat hukum artinya bagi koperasi yang
diklasifikasikan pasif karena tidak pernah melaksanakan rapat anggota tidak menyebabkan
1 R.T Sutantya Rahardja Hadhikusuma, Hukum Koperasi Indonesia, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,
2005), hlm. 31. 2 Arifinal Chaniago, Perkoperasian Indonesia, (Bandung: Angkasa, 1984), hlm. 17. 3 Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia, Peraturan Menteri
Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia tentang Pedoman Penilaian Kesehatan Koperasi Simpan Pinjam dan Unit Simpan Pinjam Koperasi, Permen Nomor 20/Per/M.UMKM/XI/2008, Pasal 1 angka 8.
4 Panji Anoraga dan Ninik Widiyanti, Dinamika Koperasi, (Jakarta: PT Asdi Mahasatya, 2003), hlm. 127.
5 Koperasi aktif ialah koperasi yang melaksanakan Rapat Anggota minimal Rapat Anggota Tahunan (RAT) dan membuat laporan keuangan. Lihat Widiastuti, “Masalah Hukum Koperasi Berbadan Hukum yang Berstatus Pasif dan Beku,” Wacana Hukum Volume VII No. 2, (Oktober 2008), hlm. 46.
6 Koperasi beku adalah koperasi tidak lagi memiliki anggota, sehingga tidak melaksanakan Rapat Anggota tetapi hanya memiliki pengurus. Lihat Widiastuti, “Masalah Hukum Koperasi Berbadan Hukum yang Berstatus Pasif dan Beku,” Wacana Hukum Volume VII No. 2, (Oktober 2008), hlm. 46.
Aspek hukum…, Achmad Afrizal, FH UI, 2014
3
koperasi yang bersangkutan kehilangan status badan hukumnya.7 Padahal apabila dikaji
menurut Undang-Undang Perkoperasian klasifikasi tersebut tidak memenuhi kriteria sebagai
badan hukum.
Koperasi pasif ialah koperasi yang membuat laporan keuangan tetapi tidak pernah
menyelenggarakan Rapat Anggota walaupun masih memiliki anggota.8 Rapat Anggota
merupakan salah satu alat perlengkapan organisasi koperasi, sehingga kalau suatu koperasi
tidak pernah menyelenggarakan Rapat Anggota berarti salah satu alat perangkat organisasi
koperasi yang bersangkutan tidak berfungsi, walaupun secara normatif dalam Anggaran
Dasar/Anggaran Rumah Tangga-nya diakui keberadaan dan peran Rapat Anggota. Dengan
demikian, koperasi yang bersangkutan dapat dikategorikan melanggar Pasal 31 Undang-
Undang Perkoperasian yang menyatakan bahwa alat perangkat organisasi koperasi terdiri dari
Rapat Anggota, Pengawas, dan Pengurus.
Kondisi koperasi pasif sebagai koperasi yang tidak pernah menyelenggarakan Rapat
Anggota sebagai suatu perangkat organisasi, merupakan salah satu dasar bagi Pemerintah
dalam melakukan pembubaran koperasi. Hal tersebut sesuai berdasarkan Pasal 105 huruf b
bahwa koperasi dapat dibubarkan apabila tidak dapat menjalankan kegiatan organisasi dan
usahanya selama 2 (dua) tahun berturut-turut.9
Namun, penjatuhan sanksi pembubaran koperasi oleh Pemerintah tersebut merupakan
upaya terakhir yang dilakukan setelah upaya pembinaan kemudian sanksi administratif10
dilaksanakan namun tidak berhasil.
Depok sebagai salah satu kota administasi, juga memiliki koperasi aktif dan pasif.
Jumlah koperasi di Pemerintah Kota Depok per April 2014 sebanyak 608 yang terdiri dari 377
koperasi aktif dan 231 koperasi tidak aktif.11 Dari jumlah koperasi tidak aktif tersebut,
penelitian sementara menunjukkan bahwa keberadaan koperasi pasif tersebut mengalami
7 Menurut Drs Edy Handoyo, selaku Kepala Bidang Koperasi dan UMKM Kabupaten Rembang,
dengan lembaga koperasi pasif telah berbadan hukum yang tercatat dalam lembaran negara sehingga pembubaran koperasi pasif menjadi hal yang tidak gampang. Keterangan diambil dari http://wartamerdeka.blogspot.com/2010/10/dinperindakop-dan-umkm-rembang-temukan.html, diakses pada 2 April 2014.
8 Widiastuti, “Masalah Hukum Koperasi Berbadan Hukum yang Berstatus Pasif dan Beku,” Wacana Hukum Volume VII No. 2, (Oktober 2008), hlm. 46.
9 Indonesia (1), Ibid., Pasal 105 huruf b. 10 Sanksi administratif sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2012 tentang
Perkoperasian berupa: teguran tertulis sekurang-kurangnya 2 (dua) kali, larangan untuk menjalankan fungsi sebagai Pengurus atau Pengawas Koperasi, Pencabutan Izin Usaha, dan pembubaran oleh Menteri. Lihat Indonesia (1), Undang-Undang Perkoperasian, UU No. 17 Tahun 2012, LN No. 212 Tahun 2012, TLN 5355, Pasal 120 ayat (2).
11Situs Dinas Koperasi, UMKM dan Pasar Pemerintah Kota Depok, http://kukmp.depok.go.id/apps2/?ref=koperasi, diakses pada 15 April 2014.
Aspek hukum…, Achmad Afrizal, FH UI, 2014
4
permasalahan hukum yaitu tidak adanya penyelenggaraan Rapat Anggota.12 Bertitik tolak
pada ketentuan Pasal 105 huruf b tersebut di atas sepatutnya Dinas Koperasi dan UKM dapat
membubarkan koperasi pasif, karena koperasi ini tidaklah memenuhi kriteria yang diwajibkan
dalam Undang-Undang Perkoperasian dan Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga-nya,
yaitu penyelenggaraan Rapat Anggota. Selain itu, berdasarkan hasil pembinaan dan advokasi
terhadap koperasi tidak aktif perlu untuk dilakukan pembubaran.13 Namun demikian, dalam
pelaksanaan pembubaran koperasi tidak aktif tersebut, Dinas Koperasi, UMKM dan Pasar
Kota Depok menemukan permasalahan karena terdapat beberapa hambatan yang muncul
dalam pelaksanaan pembubaran koperasi yaitu diantaranya menyangkut permasalahan
pengurusan hutang piutang koperasi dengan pihak ketiga.14
Berdasarkan permasalahan yang telah dipaparkan di atas, penulis tertarik untuk
mengkaji lebih dalam mengenai pelaksanaan pembubaran koperasi oleh Pemerintah dengan
studi kasus koperasi pasif yang terdaftar di Dinas Koperasi, UMKM dan Pasar Kota Depok
sebagai salah satu karya ilmiah dalam bentuk skripsi dengan judul ” ASPEK HUKUM
PEMBUBARAN KOPERASI PASIF DI INDONESIA (STUDI KASUS KOPERASI DI
KOTA DEPOK)”.
Pokok Permasalahan
Berdasarkan latar belakang diatas, penulis bermaksud melakukan penelitian untuk
dapat memperoleh jawaban atas beberapa pokok permasalahan, yaitu sebagai berikut:
1. Mengapa koperasi pasif di Kota Depok perlu dibubarkan?
2. Bagaimana prosedur pelaksanaan pembubaran koperasi pasif di Kota Depok?
3. Hambatan-hambatan apa yang dihadapi dalam rangka pelaksanaan pembubaran
koperasi pasif di Kota Depok?
Tujuan Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran dan memperjelas pemahaman
mengenai bagaimana hambatan implementasi pelaksanaan Bab XIII Undang-Undang Nomor
12 http://malang.loveindonesia.com/news/id/news/detail/368245/ratusan-koperasi-di-depok-terancam-
dibubarkan, diakses pada 3 Mei 2014. 13 Surat Keputusan Kepala Dinas Koperasi, UMKM dan Pasar Kota Depok a/n Menteri Negara
Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia Nomor 518/1008/KPTS/XII/DKUP-2012 tentang Pembubaran Koperasi di Kota Depok Tahun 2012.
14 Andi Kuswandi S.E., Kepala Seksi Bina Lembaga Koperasi Dinas Koperasi, UMKM dan Pasar Kota Depok, wawancara tanggal 8 Mei 2014.
Aspek hukum…, Achmad Afrizal, FH UI, 2014
5
17 Tahun 2012 terhadap koperasi pasif. Adapun yang menjadi tujuan penulisan skripsi ini
adalah sebagai berikut:
1. Untuk menganalisis alasan perlunya koperasi pasif di Kota Depok dibubarkan;
2. Untuk menjelaskan prosedur pelaksanaan pembubaran koperasi pasif di Kota Depok;
3. Untuk menganalisis hambatan yang dihadapi dalam rangka pelaksanaan pembubaran
koperasi berstatus pasif di Kota Depok?
Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian yuridis normatif karena mengkaji peraturan
perundang-undangan mengenai aspek hukum pembubaran koperasi pasif. Penelitian ini
menggunakan data sekunder yang terdiri dari bahan hukum primer dan bahan hukum
sekunder.15
Bahan hukum primer yang digunakan adalah Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2012
tentang Perkoperasian16, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 1994
tentang Pembubaran Koperasi oleh Pemerintah17, Keputusan Menteri Koperasi dan
Pembinaan Pengusaha Kecil Republik Indonesia No.269/M/IX/1994 tentang Petunjuk Teknis
Pembubaran Koperasi18.
Bahan hukum sekunder yang digunakan diantaranya adalah buku berjudul, Hukum
Koperasi Indonesia, karangan R.T. Sutantya Rahardja Hadhikusuma, yang pada intinya
menjelaskan tentang ruang lingkup perkoperasian, landasan dan asas perkoperasian, tujuan
dan fungsi adanya badan usaha koperasi, serta peran dan fungsi koperasi ditinjau dari doktrin
dan peraturan perundang-undangan19 dan buku berjudul Koperasi: Asas-asas, Teori dan
Praktik karangan Hendrojogi yang menjelaskan mengenai perkoperasian secara teori dan
praktik, serta menguraikan mengenai aspek manajerial dan permodalan dalam koperasi20.
Selain itu digunakan pula berbagai artikel dan atau makalah dari jurnal nasional dan
internasional diantaranya jurnal berjudul The Principles of Cooperation: A Look at the ICA
15 Sri Mamudji, et. al.,Metode Penelitian dan Penulisan Hukum, (Jakarta: Badan Penerbit Fakultas
Hukum Universitas Indonesia, 2005), hlm. 6. 16 Indonesia, Undang-Undang Perkoperasian, UU No. 17 Tahun 2012, LN No. 212 Tahun 2012, TLN
No. 5355. 17 Indonesia, Peraturan Pemerintah tentang Pembubaran Koperasi oleh Pemerintah, PP No. 17 Tahun
1994, LN No. 116 Tahun 1992, TLN No. 3502. 18 Kementerian Koperasi dan Pembinaan Pengusaha Kecil, Keputusan Menteri Koperasi dan
Pembinaan Pengusaha Kecil tentang Petunjuk Teknis Pembubaran Koperasi, Kepmen Nomor 269/M/IX/1994. 19 R.T Sutantya Rahardja Hadhikusuma, Hukum Koperasi Indonesia, (Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada, 2005). 20 Hendrojogi, Koperasi: Asas-asas, Teori, dan Praktik, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2007).
Aspek hukum…, Achmad Afrizal, FH UI, 2014
6
Cooperative Identity Statement karangan Daman Prakash21, serta berbagai karya tulis ilmiah
diantaranya skripsi berjudul Analisis Yuridis Kepailitan Badan Hukum Koperasi oleh Ray
Stenly Titalessy yang menguraikan dasar perkoperasian menurut doktrin dan dasar hukum
serta menjabarkan tinjauan mengenai status pailit yang dialami badan hukum koperasi.22
Data sekunder tersebut didapatkan dengan cara studi dokumen dan wawancara.23 Studi
dokumen dilakukan untuk mengumpulkan atau mencari berbagai peraturan perundang-
undangan. Namun untuk mendukung bahan - bahan tersebut, Penulis juga melakukan
wawancara dengan Bapak Andi Kuswandi S.E., yang merupakan Kepala Seksi Bina Lembaga
Dinas Koperasi, UMKM dan Pasar Kota Depok terkait pembubaran koperasi di Depok ini.
Berdasarkan sifatnya, penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Penelitian
deskriptif bertujuan menggambarkan secara tepat sifat suatu individu, keadaaan, gejala atau
kelompok tertentu atau untuk menentukan frekuensi suatu gejala.24 Oleh karena itu akan
memperoleh gambaran mengenai kondisi dan aspek hukum atas pembubaran koperasi pasif
yang terdaftar di Kota Depok.
Tinjauan Teoritis
Pembubaran adalah suatu tindakan yang mengakibatkan eksistensi koperasi berhenti
dan tidak dapat lagi menjalankan kegiatan bisnis untuk selama-lamanya. Pembubaran
koperasi yang dimaksud adalah suatu kesepakatan para anggotanya melalui Rapat Anggota
atau atas dasar keputusan Pemerintah untuk membubarkan koperasi dengan alasan sebagai
berikut:25
1. Koperasi tidak memenuhi ketentuan di dalam Undang-Undang Perkoperasian, dan atau tidak melaksanakan ketentuan dalam Anggaran Dasar koperasi yang bersangkutan; atau
2. Kegiatan koperasi tersebut bertentangan dengan ketertiban umum dan atau kesusilaan yang dinyatakan berdasarkan keputusan Pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap; atau
21 Daman Prakash, The Principles of Cooperation: A Look at the ICA Cooperative Identity Statement,
(India: PAMDA-Network International, 2003). 22 Ray Stenly Titalessy, “Analisis Yuridis Kepailitan Badan Hukum Koperasi,” (Skripsi Sarjana
Universitas Indonesia, Depok, 2010). 23 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, cet. 3, (Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia,
1986), hlm. 43. 24 Sri Mamudji, et. al., Metode Penelitian dan Penulisan Hukum, cet. 1, (Jakarta: Badan Penerbit
Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2005), hlm. 4. 25 Indonesia (2), Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 1994 tentang Pembubaran Koperasi oleh
Pemerintah, Pasal 3.
Aspek hukum…, Achmad Afrizal, FH UI, 2014
7
3. Koperasi dinyatakan pailit26 berdasarkan putusan Pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap; dan atau
4. Koperasi tidak dapat menjalankan kegiatan organisasi dan usahanya selama 2 (dua) tahun berturu-turut terhitung sejak tanggal pengesahan Akta Pendirian Koperasi.
Undang-Undang Perkoperasian mengatur dasar-dasar dari dibubarkannya koperasi.
Berdasarkan Pasal 102 Undang-Undang Perkoperasian, pembubaran koperasi dapat dilakukan
berdasarkan:27
1. Keputusan Rapat Anggota;
2. Jangka waktu berdirinya telah berakhir; dan/atau
3. Keputusan Menteri.
Pembahasan
Alasan Pembubaran Koperasi Pasif di Kota Depok
Koperasi pasif merupakan bentuk penggolongan koperasi berdasarkan kinerjanya.
Penggolongan tersebut dibentuk oleh Dinas Koperasi, Usaha Mikro Kecil dan Menengah
selaku lembaga yang diberikan wewenang dalam melakukan pembinaan termasuk
pembubaran terhadap koperasi. Penggolongan koperasi pasif tersebut merupakan
penggolongan berdasarkan konsep administrasi. Koperasi pasif yaitu koperasi yang membuat
laporan keuangan tetapi tidak pernah menyelenggarakan Rapat Anggota walaupun masih
memiliki anggota.28
Terdapat beberapa hal yang melatari mengapa koperasi menjadi sebagai koperasi
pasif, yaitu:29
1. Koperasi tidak pernah menyelenggarakan Rapat Anggota.
Rapat Anggota30 merupakan salah satu alat perlengkapan organisasi koperasi,
sehingga kalau suatu koperasi tidak pernah menyelenggarakan Rapat Anggota
26 Jika koperasi tidak lagi dapat memenuhi hutangnya terhadap para kreditur, atau jika seluruh jumlah
hutangnya melebihi presentase tertentu dari harta kekayaannya termasuk hutang-hutang perorangan para anggotanya, pengurus koperasi itu harus mengajukan permohonan kepailitan. Setelah permohonan itu diajukan oleh koperasi atau oleh seorang krediturnya, kreditur perorangan tidak dapat lagi memaksakan tuntutannnya terhadap koperasi itu. Lihat Hans H. Munkner, Hukum Koperasi [Co-operative Law], diterjemahkan oleh Abdulkadir Muhammad, (Bandung: Penerbit Alumni, 1982), hlm. 173.
27 Indonesia (1), Op. Cit., Pasal 102. 28 Widiastuti, Op. Cit., hlm. 46. 29 Andi Kuswandi S.E., Kepala Seksi Bina Lembaga Koperasi Dinas Koperasi, UMKM dan Pasar Kota
Depok, wawancara tanggal 8 Mei 2014, data primer telah diolah. 30 Secara hukum anggota koperasi adalah pemilik dari koperasi dan usahanya, dan anggotalah yang
mempunyai wewenang mengendalikan koperasi bukan pengurus dan bukan pula manajer. Oleh karena itu tidaklah salah kalau dikatakan bahwa kunci dari keberhasilan koperasi terletak pada anggota. Para anggota koperasi bertemu pada waktu-waktu tertentu pada suatu rapat, yang selanjutnya disebut Rapat Anggota, waktu-waktu mana telah diatur dalam Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga. Lihat Hendrojogi, Op. Cit., hlm. 145.
Aspek hukum…, Achmad Afrizal, FH UI, 2014
8
berarti salah satu alat perangkat organisasi koperasi yang bersangkutan tidak
berfungsi, walaupun secara normatif dalam Anggaran Dasar/Anggaran Rumah
Tangga-nya diakui keberadaan dan peran Rapat Anggota.
2. Koperasi tidak dapat melakukan aktivitas koperasi, baik bersifat keorganisasian31,
manajemen, maupun usaha sehingga ketiga hal tersebut tidak berjalan dengan
sebagaimana mestinya.
3. Permasalahan dari dalam (intern) koperasi yang bersangkutan yaitu:
1. Ketidakpahaman para pengawas, anggota dan khususnya pengurus koperasi
mengenai koperasi.
Ketidakpahaman ini mulai dari pengertian dan fungsi dari badan usaha
koperasi, ketidakpahaman dalam pengelolaan dan pengurusan koperasi, serta
tidak adanya Standard of Procedure (SOP) dalam manajemen koperasi.
2. Kurangnya kualitas kompetensi dari sumber daya manusia pengelola dan
pengurus koperasi.
Dengan kondisi ini mengakibatkan operasional koperasi menjadi tidak berjalan
dengan baik.
4. Pola pikir para pendiri koperasi, yaitu adanya kecenderungan bahwa awal
pendirian badan usaha koperasi sebagai ajang atau wadah untuk bersilaturahim dan
lebih bersifat paguyuban. Sehingga bukan sebagai entitas bisnis yang
mengakibatkan tidak berjalannya bisnis usaha koperasi dengan profesional. Selain
itu, karena seringkali koperasi dipandang sebelah mata sebagai usaha sampingan
yang tidak profit oriented membuat pelaksanaan usaha koperasi tidak maksimal.
5. Permodalan koperasi.
Sebagai badan usaha koperasi tentu memerlukan permodalan sehingga dapat
menjalankan usaha perekonomiannya tersebut. Sehingga dengan demikian faktor
modal dalam usaha koperasi ini merupakan salah satu alat yang ikut menentukan
maju mundurnya koperasi. Namun demikian, dengan terbatasnya permodalan yang
31 Seorang ilmuwan teori organisasi, Amitai Etzioni, melihat organisasi sebagai hubungan kerja sama
antara pengurus yang menjalankan kekuasaan di satu pihak dan pengikut atau anggota yang melakukan peran serta dalam hubungan itu. Dengan konsep ini, maka kegiatan, sarana, prosedur, dan cara tertentu yang harus dilaksanakan oleh setiap anggota dan haknya untuk memperoleh segala sesuatu yang sudah ditentukan itu secara bertanggung jawab merupakan peran serta atau partisipasi anggota untuk mencapai tujuan anggota dan tujuan organisasi. Lihat Panji Anoraga dan Ninik Widayanti, Dinamika Koperasi, (Jakarta: PT Asdi Mahasatya, 2003), hlm. 113.
Aspek hukum…, Achmad Afrizal, FH UI, 2014
9
dimiliki koperasi yang bersangkutan sehingga menyebabkan kemunduran dari
usaha koperasi sehingga koperasi menjadi pasif.
6. Persaingan antar badan usaha.
Keberadaan koperasi di dominasi oleh jenis koperasi simpan pinjam. Hal itu
dilatari oleh pemikiran adanya kemudahan dalam hubungan hukum pinjam-
meminjam dana ke koperasi simpan pinjam dibanding ke Bank. Namun demikian,
dengan semakin adanya kemudahan dalam melakukan peminjaman dana ke Bank
mengakibatkan turunnya kemampuan persaingan peluang usaha tersebut sehingga
kinerja koperasi menjadi pasif.
Terhadap keberadaan koperasi pasif tersebut, Pemerintah Kota Depok terlebih dahulu
mengusahakan adanya upaya pembinaan dan advokasi. Namun, apabila upaya tersebut tidak
berhasil maka Pemerintah Kota Depok melakukan upaya pembubaran koperasi pasif.
Pembubaran koperasi tersebut setidaknya karena memenuhi 3 (tiga) alasan sebagai berikut:32
1. Koperasi tersebut telah melanggar ketentuan peraturan perundang-undangan
perkoperasian yaitu tidak melaksanakan Rapat Anggota Tahunan berturut-turut
lebih dari 2 (dua) tahun;
2. Keberadaan koperasi tidak lagi dapat memenuhi tujuan pendirian koperasi yaitu
dalam mensejahterakan para anggota;
3. Koperasi tidak melaksanakan kegiatan usaha walaupun telah diberikan pembinaan.
Prosedur Pelaksanaan Pembubaran Koperasi Pasif di Kota Depok
Pembubaran adalah suatu tindakan yang mengakibatkan eksistensi koperasi berhenti
dan tidak dapat lagi menjalankan kegiatan bisnis untuk selama-lamanya. Prosedur
pelaksanaan pembubaran koperasi pasif di Kota Depok mengacu kepada Keputusan Menteri
Koperasi dan Pembinaan Pengusaha Kecil Republik Indonesia Nomor: 269/M/IX/199 tentang
Petunjuk Teknis Pembubaran Koperasi. Prosedur tersebut meliputi tahapan-tahapan sebagai
berikut :
1. Penelitian oleh Pejabat
Sebelum melakukan pembubaran koperasi, Dinas Koperasi,UMKM dan Pasar Kota
Depok terlebih dahulu melakukan penelitian dengan cara melakukan pemeriksaan kesehatan
koperasi sesuai dengan Peraturan Menteri Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah Nomor:
20/Per/M.KUKM/XI/2008 Tentang Pedoman Penilaian Kesehatan Koperasi Simpan Pinjam
32 Andi Kuswandi S.E., Kepala Seksi Bina Lembaga Koperasi Dinas Koperasi, UMKM dan Pasar Kota
Depok, wawancara tanggal 8 Mei 2014, data primer telah diolah.
Aspek hukum…, Achmad Afrizal, FH UI, 2014
10
Dan Unit Simpan Pinjam Koperasi33 dan pemeringkatan koperasi sesuai dengan Peraturan
Menteri Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah Nomor: 22/Per/M.KUKM/IV/2007 Tentang
Pedoman Pemeringkatan Koperasi.34
Penelitian tersebut bertujuan untuk mengetahui keadaan koperasi apakah koperasi
dalam keadaan sehat atau tidak. Selain itu juga untuk mengetahui apakah koperasi yang
bersangkutan telah melakukan kegiatan koperasi sesuai dengan Undang-Undang
Perkoperasian dan Anggaran Dasar Koperasi.
Penelitian terhadap koperasi juga dilakukan untuk memperoleh bukti yang kuat bahwa
koperasi yang bersangkutan telah memenuhi syarat-syarat pembubaran koperasi oleh
Pemerintah. Selain itu, penelitian tersebut penting dilakukan untuk menghindari adanya
maksud pembubaran yang didasarkan pada kemauan atau kepentingan yang bersifat subyektif.
Penelitian ini diawali dengan proses verifikasi data koperasi se-Kota Depok. Dinas
Koperasi, UMKM dan Pasar Kota Depok akan melakukan verifikasi data koperasi se-Kota
Depok sampai ke tingkat Rukun Tetangga (RT) dan Rukun Warga (RW). Dari hasil verifikasi
diperoleh hasil sebanyak 35 koperasi telah membubarkan diri dan sebanyak 321 koperasi
terbukti pasif tidak melakukan kegiatan usaha dan/atau tidak memiliki alamat yang jelas
sesuai keterangan dari RW setempat.35
Koperasi yang terbukti pasif tidak melakukan kegiatan usaha inilah kemudian akan
dibubarkan oleh Pemerintah dengan alasan-alasan sebagai berikut:36
1. Terbukti bahwa Koperasi yang bersangkutan tidak memenuhi ketentuan Undang-
Undang Perkoperasian dan atau tidak melaksanakan ketentuan dalam Anggaran
Dasarnya (tidak melaksanakan Rapat Anggota Tahunan (RAT) berturut-turut lebih dua
tahun).
2. Kelangsungan hidupnya tidak dapat lagi diharapkan, karena selama dua tahun
berturut-turut tidak melakukan kegiatan usaha secara nyata terhitung sejak tanggal
pengesahan Akta Pendirian Koperasi.
Dalam pelaksanaan pembubaran koperasi oleh Pemerintah tersebut, Pemerintah
terlebih dahulu mengusahakan adanya upaya pembinaan terhadap koperasi pasif tersebut.
33 Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah, Peraturan Menteri Koperasi, Usaha Kecil
dan Menengah tentang Pedoman Penilaian Kesehatan Koperasi Simpan Pinjam dan Unit Simpan Pinjam Koperasi, Permen No. 20/Per/M.KUKM/XI/2008.
34 Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah, Peraturan Menteri Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah tentang Pedoman Pemeringkatan Koperasi, Permen No. 22/Per/M.KUKM/IV/2007.
35http://www.depok.go.id/20/01/2013/10-ekonomi-kota-depok/pembubaran-345-koperasi-upaya-mewujudkan-sistem-perkoperasian-depok-yang-sehat-efisien-tangguh-dan-mandiri, diakses pada 29 Mei 2014.
36 Andi Kuswandi S.E., Kepala Seksi Bina Lembaga Koperasi Dinas Koperasi, UMKM dan Pasar Kota Depok, wawancara tanggal 8 Mei 2014, data primer telah diolah.
Aspek hukum…, Achmad Afrizal, FH UI, 2014
11
Namun, apabila koperasi tersebut tidak dapat dibina dan tidak dapat diharapkan kelangsungan
hidupnya, maka Dinas Koperasi Dan UMKM akan melakukan pembubaran koperasi.
2. Pengumuman Surat Pemberitahuan Rencana Pembubaran Koperasi
Setelah dilakukan tahapan penelitian di atas, jika hasil penelitian menunjukan bahwa
koperasi yang bersangkutan ternyata memenuhi salah satu atau beberapa alasan pembubaran
koperasi oleh Pemerintah, maka Kepala Dinas Koperasi, UMKM dan Pasar Pemerintah Kota
Depok menyampaikan Rencana pembubaran secara tertulis dengan surat tercatat kepada
Pengurus koperasi.
Dalam hal alamat pengurus koperasi tidak diketahui, maka Surat Pemberitahuan
Rencana Pembubaran Koperasi tersebut disampaikan kepada anggota yang masih ada.
Sedangkan dalam hal alamat anggota koperasi tidak diketahui, rencana pembubaran koperasi
tersebut diumumkan dengan cara menempelkan Surat Pemberitahuan Rencana Pembubaran
Koperasi pada papan pengumuman yang terletak di Kantor Kecamatan dan atau Kantor
Kelurahan tempat kedudukan koperasi serta dimuat di media massa harian umum Monitor
Depok selama 6 (enam) bulan.37
3. Pengajuan Keberatan Pembubaran Koperasi
Pengurus atau anggota koperasi yang menerima pemberitahuan rencana pembubaran
tersebut dapat mengajukan pernyataan keberatan secara tertulis dengan surat tercatat beserta
alasan-alasannya kepada Kepala Dinas Koperasi, UMKM dan Pasar Pemerintah Kota Depok.
Surat pernyataan keberatan tersebut harus disampaikan dalam jangka waktu paling
lama 2 (dua) bulan terhitung sejak tanggal diterimanya Surat Pemberitahuan Rencana Pembu-
baran oleh pengurus atau anggota koperasi, atau sejak pemberitahuan Rencana Pembubaran
pada papan pengumuman yang terletak di Kantor Kecamatan dan atau Kantor Kelurahan
tempat kedudukan koperasi.38
Dalam hal pernyataan keberatan tersebut diajukan oleh anggota koperasi, maka
anggota tersebut terlebih dahulu harus mendapatkan persetujuan dari anggota lain untuk
bertindak atas nama koperasi dalam mengajukan pernyataan keberatan dimaksud. Kemudian,
Kepala Dinas Koperasi, UMKM dan Pasar Pemerintah Kota Depok memberikan Surat Tanda
Penerimaan atas pernyataan keberatan dimaksud.
Dalam jangka waktu paling lama 1 (satu) bulan terhitung sejak tanggal diterimanya
pengajuan keberatan tersebut, Kepala Dinas Koperasi, UMKM dan Pasar Pemerintah Kota
37 Surat Keputusan Pembubaran Koperasi di Kota Depok Tahun 2012 No. 518/1008/KPTS/XII/DKUP-2012.
38 Kementerian Koperasi dan Pembinaan Pengusaha Kecil, Keputusan Menteri Koperasi dan Pembinaan Pengusaha Kecil tentang Petunjuk Teknis Pembubaran Koperasi, Kepmen Nomor. 269/M/IX/1994.
Aspek hukum…, Achmad Afrizal, FH UI, 2014
12
Depok harus membuat keputusan dengan mengeluarkan surat yang menyatakan menerima
atau menolak keberatan tersebut.
4. Pengumuman Keputusan Pembubaran.
Dalam hal pernyataan keberatan tersebut diterima maka Kepala Dinas Koperasi,
UMKM dan Pasar Pemerintah Kota Depok menetapkan keputusan dengan mengeluarkan
surat yang menyatakan menerima keberatan tersebut. Atas dasar surat tersebut, kemudian
dikeluarkan Surat Pembatalan Rencana Pembubaran Koperasi dan menyampaikan secara
tertulis dengan surat tercatat kepada pengurus atau anggota koperasi atau sejak waktu paling
lama I (satu) bulan terhitung sejak tanggal keputusan untuk menerima keberatan ditetapkan.
Dalam hal keberatan tersebut ditolak maka Kepala Dinas Koperasi, UMKM dan Pasar
Pemerintah Kota Depok menetapkan keputusan dengan mengeluarkan surat yang menyatakan
menolak keberatan tersebut. Atas dasar surat tersebut, Kepala Dinas Koperasi, UMKM dan
Pasar Pemerintah Kota Depok mengeluarkan Surat Keputusan Pembubaran Koperasi berikut
alasan penolakannya dalam jangka waktu paling lama I (satu) bulan terhitung sejak tanggal
keputusan untuk menolak Keberatan ditetapkan.
Keputusan pembubaran koperasi tersebut disampaikan secara tertulis dengan surat
tercatat kepada pengurus atau anggota koperasi dalam jangka waktu paling lama 14 (empat
betas) hari terhitung sejak tanggal dikeluarkannya Surat Keputusan Pembubaran Koperasi.
Keputusan Kepala Dinas Koperasi, UMKM dan Pasar Pemerintah Kota Depok mengenai
Keputusan pembubaran koperasi merupakan keputusan akhir dan tidak dapat dilakukan upaya
banding oleh Koperasi yang bersangkutan.
Dalam hal Pengurus atau Anggota Koperasi tidak diketahui alamatnya, maka Kepala
Dinas Koperasi, UMKM dan Pasar Pemerintah Kota Depok mengumumkan pembubaran
koperasi tersebut pada papan pengumuman yang terletak pada Kantor Kecamatan dan atau
Kantor Kelurahan tempat kedudukan koperasi.
Dalam hal tidak ada pernyataan keberatan yang diajukan oieh koperasi yang
bersangkutan, maka Kepala Dinas Koperasi, UMKM dan Pasar Pemerintah Kota Depok wajib
mengeluarkan Surat Keputusan Pembubaran Koperasi dalam jangka waktu paling lama 4
(empat) bulan terhitung sejak tanggal diterimanya Surat Pemberitahuan Rencana Pembubaran.
Dalam hal Kepala Dinas Koperasi, UMKM dan Pasar Pemerintah Kota Depok tidak
mengeluarkan Keputusan Pembubaran Koperasi atau tidak menyampaikan Surat Pembatalan
Rencana Pembubaran Koperasi dalam jangka waktu paling lama 1 (satu) bulan, maka rencana
pembubaran koperasi tersebut dinyatakan batal.
Setiap Surat Keputusan Pembubaran Koperasi yang dikeluarkan oleh Kepala Dinas
Aspek hukum…, Achmad Afrizal, FH UI, 2014
13
Koperasi, UMKM dan Pasar Pemerintah Kota Depok akan diumumkan dalam Berita Negara
Republik Indonesia.
Pengumuman dalam Berita Negara Republik Indonesia memuat nama, alamat, nomor
dan tanggal Pengesahan Akta Pendirian serta nomor dan tanggal Surat Keputusan
Pembubaran Koperasi yang bersangkutan.
Sejak tanggal pengumuman Pembubaran Koperasi dalam Berita Negara Republik
Indonesia, maka status badan hukum koperasi yang bersangkutan hapus.
5. Pemberitahuan Pembubaran Koperasi Kepada Kreditor.
Keputusan Pembubaran Koperasi tersebut diberitahukan oleh Tim Penyelesai kepada
semua kreditor dengan surat tercatat dalam jangka waktu paling lama 14 (empat belas) hari
terhitung sejak tanggal dikeluarkannya Keputusan Pembubaran Koperasi.
Dalam hal alamat kreditor tidak diketahui, maka pembubaran koperasi diumumkan
secara luas dengan menempelkan Keputusan Pembubaran Koperasi pada papan pengumuman
yang terletak pada Kantor Kecamatan dan atau Kantor Kelurahan tempat kedudukan koperasi
dengan memperhatikan jangka waktu paling lama 14 (empat belas) hari terhitung sejak
tanggal dikeluarkannya Keputusan Pembubaran Koperasi. Pengumuman pembubaran
Koperasi ini dilakukan selama proses pembubaran berlangsung.
Untuk melindungi kepentingan pihak kreditor. maka selama pemberitahuan
pembubaran koperasi belum diterima oleh kreditor, pembubaran koperasi tersebut belum
berlaku baginya.
Pemberitahuan pembubaran koperasi kepada kreditor tersebut menyebutkan nama dan
alamat Tim Penyelesai, serta ketentuan bahwa semua kreditor dapat mengajukan tagihan
dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan sesudah tanggal diterimanya Surat Pemberitahuan
Pembubaran.
6. Penyelesaian Pembubaran Koperasi Pasif
Untuk penyelesaian terhadap pembubaran koperasi, maka harus dibentuk Tim
Penyelesai. Anggota Tim Penyelesai ditunjuk oleh Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan
Menengah atau sebagai atas nama Menteri yaitu Kepala Dinas Koperasi, UMKM dan Pasar
Provinsi dan nama anggota Tim Penyelesai tersebut dicantumkan dalam Surat Keputusan
Pembubaran Koperasi. Di samping itu, jangka waktu pelaksanaan tugas Tim Penyelesai juga
dicantumkan dalam Surat Keputusan Pembubaran Koperasi, dengan ketentuan tidak lebih
lama dari 2 (dua) tahun terhitung sejak tanggal Surat Keputusan Pembubaran Koperasi
Aspek hukum…, Achmad Afrizal, FH UI, 2014
14
dikeluarkan.39
Tim Penyelesai untuk penyelesaian terhadap pembubaran berdasarkan Rapat Anggota
dan berakhirnya jangka waktu berdiri ditunjuk oleh Kuasa Rapat Anggota. Sedangkan Tim
Penyelesai untuk penyelesaian terhadap pembubaran berdasarkan keputusan Pemerintah
ditunjuk Kepala Dinas Koperasi, UMKM dan Pasar Pemerintah Kota Depok.
Selama dalam proses penyelesaian terhadap pembubaran koperasi tersebut tetap ada
dengan status “Koperasi dalam Penyelesaian”40. Selama proses ini, koperasi tidak
diperbolehkan melakukan perbuatan hukum, kecuali untuk memperlancar proses
penyelesaian.
Hambatan Pelaksanaan Pembubaran Koperasi Pasif di Kota Depok
Dalam pelaksanaan pembubaran koperasi pasif tersebut, Dinas Koperasi, UMKM dan
Pasar Pemerintah Kota Depok tidak terlepas dari hambatan yang muncul, baik hambatan yang
berasal dari Dinas Koperasi, UMKM dan Pasar Pemerintah Kota Depok maupun hambatan
dari koperasi yang akan dibubarkan.
Hambatan tersebut meliputi hambatan hukum dan hambatan non-hukum yaitu:41
1. Hambatan Hukum
1.1 Pelaksanaan hutang piutang dengan kreditor koperasi
Dalam pembubaran koperasi, penyelesaian pembubaran melingkupi penyelesaian
dengan berbagai pihak ketiga seperti kreditor koperasi. Namun, pada koperasi pasif yang ada
di Depok, tidak tertibnya sistem pencatatan keuangan koperasi meliputi hutang piutang
koperasi mengakibatkan penyelesaian hukum hutang piutang dengan kreditor menjadi
terhambat.
1.2 Substansi hukum yang ada mengenai perkoperasian
Substansi hukum yaitu meliputi keseluruhan aturan hukum, norma hukum dan asas
hukum, baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis, termasuk putusan pengadilan. Dalam
pelaksanaan pembubaran koperasi pasif ini, terdapat hambatan dari segi substansi hukum
yaitu belum dibentuknya peraturan pelaksana dari Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2012
tentang Perkoperasian, sehingga untuk menghindari kekosongan hukum, maka Dinas
39 Kementerian Koperasi dan Pembinaan Pengusaha Kecil, Keputusan Menteri Koperasi dan Pembinaan Pengusaha Kecil tentang Petunjuk Teknis Pembubaran Koperasi, Kepmen Nomor 269/M/IX/1994.
40 Indonesia (1), Op. Cit., Pasal 106 ayat (4). Penjelasan Pasal 106 ayat (4) menyebutkan bahwa ketentuan ini menegaskan bahwa hak dan kewajiban koperasi yang berstatus “Koperasi dalam Penyelesaian”, masih tetap ada untuk menyelesaikan seluruh urusannya. Agar masyarakat mengetahuinya, di depan kantor koperasi dipasang pengumuman yang memuat frasa “Koperasi dalam Penyelesaian”.
41 Andi Kuswandi S.E., Kepala Seksi Bina Lembaga Koperasi Dinas Koperasi, UMKM dan Pasar Kota Depok, wawancara tanggal 8 Mei 2014, data primer telah diolah.
Aspek hukum…, Achmad Afrizal, FH UI, 2014
15
Koperasi, UMKM dan Pasar Pemerintah Kota Depok masih menggunakan peraturan
pelaksana dari Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian.
1.2 Kurangnya pemahaman akan peraturan perundang-undangan
Dalam hal ini, kurangnya pengetahuan hukum yaitu mengenai peraturan perundang-
undangan perkoperasian baik oleh para petugas Dinas Koperasi, UMKM dan Pasar
Pemerintah Kota Depok maupun oleh anggota koperasi pasif sehingga pelaksanaan
pembubaran menjadi terhambat.
2. Hambatan Non-Hukum
2.1 Sistem administrasi yang tidak tertib dari koperasi yang bersangkutan.
Tidak adanya administrasi data anggota koperasi yang teratur sehingga proses
pembubaran koperasi menjadi terhambat. Dalam pembubaran koperasi memerlukan peran
serta anggota koperasi sebagai pemilik koperasi sehingga data anggota koperasi merupakan
hal yang penting.
Kesimpulan
1. Alasan-alasan koperasi pasif di Kota Depok perlu dibubarkan ialah setidaknya
karena memenuhi 3 (tiga) alasan yaitu koperasi tersebut telah melanggar ketentuan
peraturan perundang-undangan perkoperasian yaitu tidak melaksanakan Rapat
Anggota Tahunan berturut-turut lebih dari 2 (dua) tahun; keberadaan koperasi
tidak lagi dapat memenuhi tujuan pendirian koperasi yaitu dalam mensejahterakan
para anggota; serta koperasi tidak dapat melaksanakan kegiatan usaha walaupun
telah diberikan pembinaan.
2. Prosedur pelaksanaan pembubaran koperasi pasif di Kota Depok ialah mengacu
kepada Keputusan Menteri Koperasi dan Pembinaan Pengusaha Kecil Republik
Indonesia Nomor: 269/M/IX/199 tentang Petunjuk Teknis Pembubaran Koperasi.
Prosedur pelaksanaan pembubaran koperasi tersebut diawali dengan tahapan
penelitian oleh pejabat koperasi terkait untuk mengetahui apakah koperasi yang
bersangkutan telah melakukan kegiatan koperasi sesuai dengan Undang-Undang
Perkoperasian dan Anggaran Dasar Koperasi; pengumuman Rencana Pembubaran
koperasi secara tertulis sebagai upaya publikasi dan sosialisasi kebijakan
perkoperasian; periode pengajuan keberatan pembubaran untuk upaya hukum atas
kebijakan perkoperasian tersebut; mengeluarkan Surat Keputusan Pembubaran
koperasi; pemberitahuan pembubaran koperasi kepada kreditor untuk
Aspek hukum…, Achmad Afrizal, FH UI, 2014
16
menyelesaikan dan melindungi kepentingan pihak kreditor; kemudian,
pengumuman Surat Keputusan Pembubaran koperasi di Lembaran Berita Negara
Republik Indonesia sebagai upaya pengesahan pencabutan status badan hukum
koperasi tersebut.
3. Dalam melaksanakan pembubaran koperasi pasif, Dinas Koperasi, UMKM dan
Pasar Pemerintah Kota Depok menghadapi hambatan baik hambatan hukum dan
hambatan non-hukum. Hambatan hukum yaitu tidak dapat diselesaikannya hutang
piutang dengan kreditor koperasi karena sistem pencatatan keuangan koperasi
yang tidak tertib, substansi hukum yang ada mengenai belum terbentuknya
peraturan pelaksana dari Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2012 tentang
Perkoperasian, dan kurangnya pemahaman akan peraturan perundang-undangan
perkoperasian baik oleh para petugas Dinas Koperasi, UMKM dan Pasar
Pemerintah Kota Depok maupun oleh para anggota koperasi pasif tersebut.
Sedangkan hambatan non-hukum yaitu mengenai sistem administrasi data anggota
yang tidak tertib dari koperasi yang bersangkutan sehingga menghambat
penyelesaian pembubaran koperasi pasif.
Saran
1. Dinas Koperasi, UMKM dan Pasar Pemerintah Kota Depok hendaknya melakukan
pengawasan secara berkala terhadap kondisi koperasi yang terdaftar. Pengawasan
tersebut diantaranya meliputi pengawasan terhadap pelaksanaan agar koperasi
dapat melakukan kegiatan koperasi sesuai dengan ketentuan peraturan
perkoperasian.
2. Dinas Koperasi, UMKM dan Pasar Pemerintah Kota Depok hendaknya lebih
selektif lagi dalam memberikan izin pendirian koperasi, untuk meminimalisasi
adanya koperasi yang bertentangan dengan Undang-Undang Perkoperasian dan
Anggaran Dasar koperasi agar tidak menimbulkan kerugian bagi anggota koperasi.
Aspek hukum…, Achmad Afrizal, FH UI, 2014
17
DAFTAR REFERENSI
Anoraga, Panji dan Ninik Widiyanti. Dinamika Koperasi. Jakarta: PT Asdi Mahasatya, 2003. Chaniago, Arifinal. Perkoperasian Indonesia. Bandung: Angkasa, 1984. Hadhikusuma, R.T Sutantya Rahardja. Hukum Koperasi Indonesia. Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada, 2005. Hendrojogi. Koperasi: Asas-asas, Teori, dan Praktik. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,
2007. G. Kartasapoetra, A. G. Kartasapoetra, Bambang S., dan A. Setiady, Koperasi Indonesia,
(Jakarta: Rineka Cipta, 2003), hlm. 119. Pachta, Andjar, Myra Rosana Bachtiar dan Nadia Maulisa Benemay. Hukum Koperasi
Indonesia Pemahaman, Regulasi, Pendirian, dan Modal Usaha. Jakarta: Kencana, 2007. Widiastuti. “Masalah Hukum Koperasi Berbadan Hukum yang Berstatus Pasif dan Beku,”
Wacana Hukum Volume VII No. 2, Oktober 2008. http://kukmp.depok.go.id/apps2/?ref=koperasi, diakses pada 15 April 2014. http://malang.loveindonesia.com/news/id/news/detail/368245/ratusan-koperasi-di-depok-
terancam-dibubarkan, diakses pada 3 Mei 2014. http://www.solopos.com/2012/07/07/70-koperasi-di-indonesia-hanya-papan-nama-309234,
diakses pada 5 Mei 2014. http://www.depok.go.id/20/01/2013/10-ekonomi-kota-depok/pembubaran-345-koperasi-
upaya-mewujudkan-sistem-perkoperasian-depok-yang-sehat-efisien-tangguh-dan-mandiri, diakses pada 29 Mei 2014.
Indonesia. Peraturan Pemerintah tentang Pembubaran Koperasi oleh Pemerintah, PP No. 17
Tahun 1994, LN No. 116 Tahun 1992, TLN No. 3502.
Indonesia. Undang-Undang Perkoperasian, UU No. 17 Tahun 2012, LN No. 212 Tahun 2012, TLN 5355.
Kementerian Koperasi dan Pembinaan Pengusaha Kecil. Keputusan Menteri Koperasi dan
Pembinaan Pengusaha Kecil tentang Petunjuk Teknis Pembubaran Koperasi. Kepmen Nomor. 269/M/IX/1994.
Surat Keputusan Kepala Dinas Koperasi, UMKM dan Pasar Kota Depok a/n Menteri Negara
Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia Nomor 518/1008/KPTS/XII/DKUP-2012 tentang Pembubaran Koperasi di Kota Depok Tahun 2012.
Aspek hukum…, Achmad Afrizal, FH UI, 2014
18
Surat Keputusan Pembubaran Koperasi di Kota Depok Tahun 2012 No. 518/1008/KPTS/XII/DKUP-2012.
Aspek hukum…, Achmad Afrizal, FH UI, 2014