Post on 15-Aug-2021
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER
MODUL MANAJEMEN KEPERAWATAN (PRAKTIKUM)
No. 0080117253
Status Dokumen : c Master c Salinan No.
Nomor Revisi : 00
Tanggal Terbit : 12 Agustus 2017
Jumlah Halaman :
Dibuat oleh : Diperiksa oleh:
Nama ASMUJI, M.Kep. Nama Ns. Susi Wahyuning A, M.Kep.
Jabatan PJMK Jabatan Ka Prodi Ners
Tanggal 12 Agustus 2017 Tanggal 12 Agustus 2017
Disetujui oleh:
Nama Ns. Awatiful Azza, M.Kep., Sp.Kep.Mat
Jabatan Dekan
Tanggal 12 Agustus 2017
Isi dokumen ini sepenuhnya merupakan rahasia Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Jember dan tidak boleh
diperbanyak, baik sebagian maupun seluruhnya kepada pihak lain tanpa ijin tertulis dari Rektor Universitas Muhammadiyah Jember.
DAFTAR REVISI
No.Rev Tanggal Halaman Tertulis Revisi
DAFTAR ISI
Halaman Judul dan Persetujuan
……………………………………………………………. 1
Daftar Revisi
……………………………………………………………. 2
Daftar Isi
Visi dan Misi
Kemampuan Akhir Yang
Diharapkan
…………………………………………………………….
…………………………………………………………….
…………………………………………………………….
3
4
5
Deskripsi Mata Kuliah
Isi Modul
…………………………………………………………….
…………………………………………………………….
6
7
VISIMISI
PROGRAMSTUDINERSFAKULTASILMUKESEHATAN
UNIVERSITASMUHAMMADIYAHJEMBER
VISIPROGRAMSTUDINERSMenjadiprogramstudiungguldalampendidikanprofesikeperawatanyangberjiwaentrepreneurditingkatAsiaTenggaraberdasarkannilai-nilaike-Islamantahun2030
MISIPROGRAMSTUDINERS
1. Menyelenggarakan pendidikan keperawatan yang profesional, berkualitas,dan bermartabat serta menghasilkan lulusan berdaya saing di tingkat AsiaTenggara.
2. Menyelenggarakan penelitian dan pengabdian kepada masyarakatberdasarkan nilai-nilai ke-islaman yang berkonsentrasi kepadapengembanganilmupengetahuan,danteknologibidangkeperawatan.
3. Menyelenggarakan dan mengembangkan atmosfir akademik yang kondusif,dan berfikir kritis guna menghasilkan lulusan sebagai tenaga keperawatanprofesional yang berjiwa entrepreneurship mengedepankan nilai nilaikeislaman.
4. Menyelengarakan sistem manajemen kinerja berbasis standar mutupendidikantinggi
5. Menyelenggarakan kerjasama kemitraan lintas program dan lintas sektoraldalam upaya pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi bidangkeperawatan.
TUJUANPROGRAMSTUDINERS
1. Menghasilkan lulusan perawat profesional yang kreatif, kompetetif, bermoral, berwawasan luas, dan mampu beradaptasi dengan lingkungannya, dan mampu bersaing di tingkat Asia Tenggara.
2. Menghasilkan lulusan yang berjiwa entrepeneur yang berpegang teguh pada nilai-nilai Al-Islam dan Kemuhammadiyahan.
3. Menghasilkan penelitian secara aktif dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta keterampilan keperawatan.
4. Menghasilkan kegiatan pengabmas yang secara dinamis mampu menyelesaikan masalah-masalah kesehatan dan atau keperawatan yang dihadapi masyarakat sebagai upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
5. Terwujudnya atmosfir akademik yang kondusif berbasis budaya akademik islami (BUDAI).
6. Menghasilkan sistem manajemen kinerja berbasis standar akreditasi 7. Terjalinnya kerjasama lintas program dan lintas sektoral dalam bidang kesehatan dan
keperawatan
CONTOH LAPORAN DAN ANALISIS MANAJEMEN
1.1 Latar Belakang
BAB I
PENDAHULUAN
Pembangunan kesehatan merupakan tercapainya kemampuan untuk hidup sehat bagi
setiap penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal sebagai
salah satu unsur kesejahteraan umum dari tujuan nasional. Untuk itu, perlu ditingkatkan upaya
untuk memperluas dan mendekatkan pelayanan kesehatan kepada masyarakat dengan mutu
baik. Sejalan dengan meningkatnya pendidikan, perubahan sosial budaya, masyarakat dan
perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi maka sistem nilaipun mulai berubah. Adanya
tuntutan terhadap kualitas pelayanan keperawatan dirasakan sebagai suatu fenomena yang
harus di respon oleh perawat. Pelayanan keperawatan secara profesional perlu mendapatkan
perhatian dalam pengembangan dunia keperawatan dengan mengoptimalkan manajemen
keperawatan.
Manajemen merupakan suatu pendekatan yang dinamis dan proaktif dalam
menjalankan suatu kegiatan di organisasi. Manajemen tersebut mencakup kegiatan planning,
organizing. Actuating, controlling terhadap staf sarana, dan prasarana dalam mencapai
organisasi (Grant dan Massye. 1999 dalam Nursalam, 2011). Manajer keperawatan dituntut
untuk merencanakan, mengorganisasi, memimpin, dan mengevaluasi sarana dan prasarana
yang tersedia untuk dapat memberikan asuhan keperawatan yang seefektif dan seefisien
mungkin bagi individu, keluarga dan masyarakat.
Manajemen didefinisikan sebagai proses menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain
untuk mencapai tujuan organisasi dalam suatu lingkungan yang berubah. Dalam manajemen
terdapat suatu proses yang mengubah suatu input menjadi suatu output yang diharapkan. Input
manajemen terdiri dari manusia, material/ alat, metode dan lingkungan yang selanjutnya akan
mengalami proses manajemen sehingga tercapai output. Output pada manajemen berupa
efisiensi dalam pelayanan dan staf yang kompoten dan ahli. Pada manajemen keperawatan,
kegiatan ini terintegrasi pada praktek yang nyata dalam pengelolaan klien, sehingga dihasilkan
suatu pelayanan keperawatan yang efektif dan efisien yang terdapat diterapkan kepada klien,
keluarga klien dan masyarakat.
Proses manajemen keperawatan sejalan dengan proses keperawatan sebagai metode
pelaksanaan asuhan keperawatan secara profesional, sehingga diharapkan keduanya dapat
saling mendukung. Adanya manajemen keperawatan dapat membantu Adanya tuntutan kualitas
terhadap pelayanan keperawatan. Pelayanan keperawatan dirasakan sebagai satu phenomena
yang harus direspon oleh perawat. Pelayanan keperawatan secara profesional perlu
mendapatkan perhatian dalam pengembangan dunia keperawatan. Salah satu strategi untuk
mengoptimalkan peran dan fungsi perawat dalam pelayanan keperawatan adalah melakukan
manajemen keperawatan dengan harapan adanya factor kelola yang optimal mampu
meningkatkan keefektifan pembagian pelayanan keperawatan sekaligus lebih menjamin
kepuasan klien terhadap pelayanan keperawatan.
Pelayananan asuhan keperawatan yang optimal akan terus menjadi tuntutan bagi
organisasi pelayanan kesehatan.. Pelayanan kesehatan kemudian menjadi hak yang paling
mendasar bagi semua orang dan memberikan pelayanan kesehatam desentralisasi, dengan
meningkatnya pendidikan bagi perawatan , diharapkan dapat memberikan arah terhadap
pelayanan keperawatan berdasarkan isu di masyarakat.
Pelayanan kesehatan yang memadai ditentukan sebagian besar oleh gambaran
pelayanan keperawatan yang terdapat di dalamnya. Era globalisasi dan perkembangan ilmu
dan teknologi kesehatan menuntut perawat, sebagai suatu profesi, memberi pelayanan
kesehatan yang optimal. Praktek keperawatan ditentukan dalam standar organisasi profesi dan
system pengaturan serta pengendaliannya melalui perundang-undangan keperawatan (Nursing
Act), dimanapun perawat itu bekerja (Nursalam 2015).
RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe merupakan rumah sakit negeri kelas B, rumah sakit
ini mampu menampung pelayanan rujukan dari rumah sakit kabupaten. Rumah sakit ini
memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat dengan mutu baik sehingga selalu
dilakukan pembenahan baik dari segi sarana/prasarana, sumber daya manusia serta jenis
pelayanan yang diberikan selain itu pula banyak tantangan yang dihadapi oleh rumah Sakit
Umum Daerah Prof. Dr. H. Aloei Saboe dan untuk mengatasi tantangan dan hambatan tersebut
diperlukan komitmen terhadap semua pihak baik fungsional maupun pihak manajemen. Salah
satu strategi untuk mengoptimalkan peran dan fungsi perawat dalam pelayanan keperawatan
adalah melakukan manajemen keperawatan dengan harapan adanya faktor kelola yang optimal
mampu meningkatkan keefektifan pembagian pelayanan keperawatan sekaligus lebih
menjamin kepuasan klien terhadap pelayanan keperawatan.
Ruangan atau bangsal sebagai salah satu unit terkecil pelayanan kesehatan di rumah
sakit Umum Daerah Prof. Dr. H. Aloei Saboe yang merupakan tempat untuk menerapkan ilmu
dan kiatnya secara optimal. Namun perlu disadari tanpa adanya tata kelola yang memadai
kemauan, dan kemampuan yang kuat, serta peran aktif dari semua pihak maka pelayanan
keperawatan profesional hanyalah akan menjadi teori semata. Untuk tenaga perawat di rumah
sakit ini perlu mengupayakan kegiatan penyelengaraan Sistem Pemberian Pelayanan
Keperawatan profesional (SP2KP) yang merupakan penataan sistem pemberian pelayanan
keperawatan melalui pengembangan model praktik keperawatan yang ilmiah. Model ini sangat
menekankan pada kualitas kinerja tenaga keperawatan yang berfokus pada profesionalisme
keperawatan antara lain melalui penataan dan fungsi setiap jenjang tenaga keperawatan, sistem
pengembalian keputusan, sistem penugasan, dan sistem penghargaan yang memadai.
Pada penerapan SP2KP ini dikembangkan menajemen kegiatan keperawatan
berdasarkan 4 pilar nilai professional, yaitu pendekatan manajemen (Management Approach),
kompensasi dan penghargaan (Compensatory Reward), hubungan professional relation sif dan
pemberioan asuhan keperawatan (patien care delivery).
System pemberian pelayanan keperawatan professional (SP2KP) merupakan
pengembangan dari model praktik keperawatan professional (MPKP) dirumah sakit umum
daerah prof. Dr. H. Aloei Saboe yang sudah diterapkan sejak tahun 2006 yang bertujuan :
a. Meningkatkan kualitas asuhan pelayanan professional yang berdampak pada kepuasan
pelanggan.
b. Penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi keperawatan yang professional bagi tenaga
keperawatan
c. Meningkatkan kemandirian perawat dalam melaksanakan tindakan keperawatan
professional, akuntabilitas dan kapabilitas
d. Meningkatkan kepuasan kinerja perawat
e. Peningkatkan komunikasi yang efektif antara perawat, pasien/keluarga dan tim kesehatan
lainnya
f. Menentukan dan merencanakan fasilitas peralatan keperawatan dalam menunjang
pelayanan keperawatan
Ruangan SP2KP Anak merupakan salah satu pelayanan rawat inap yang ada di RSUD
Prof.Dr.H Aloei Saboe, Sistem pemberian pelayanan keperawatan profesional (SP2KP)
merupakan pengembangan dari model praktik keperawatan profesional (MPKP) di rumah sakit
daerah Prof. Dr.H. Aloei Saboe. Berdasarkan berbagai pemikiran tersebut maka mahasiswa
melaksanakan praktek profesi manajemen keperawatan di ruangan SP2KP Anak RSUD Prof.
Dr. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo dapat memberikan pengalaman pengelolaan pada salah satu
unit pelayanan kesehatan, sekaligus berkontribusi meningkatkan kualitas pelayanan di rumah
sakit.
Berdasarkan berbagai pemikiran tersebut maka mahasiswa melaksanakan praktek profesi
manajemen keperawatan di ruang SP2KP Anak Rumah Sakit Umum Daerah Prof. Dr. H. Aloei
Saboe sehingga dapat memberikan pengalaman pengelolaan pada salah satu unit pelayanan
kesehatan, sekaligus berkontribusi meningkatkan kualitas pelayanan di rumah sakit.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Setelah menyelesaikan praktek profesi manajemen keperawatan, mahasiswa mampu
menerapkan konsep dan prinsip manajemen keperawatan dan menjadi “ Change Agent” pada
unit pelayanan kesehatan secara nyata dan meningkatkan mutu pelayanan kesehatan di Ruang
SP2KP Anak Rumah Sakit Umum Daerah Prof. Dr. H. Aloei Saboe
1.2.2 Tujuan Khusus
Setelah menyelesaikan praktek profesi keperawatan Manajemen Keperawatan mahasiswa
mampu:
1. Melakukan pengkajian di ruang rawat SP2KP Anak
2. Melaksanakan analisis situasi dan identifikasi masalah manajemen keperawatan.
3. Melakukan kegiatan manajemen keperawatan di ruangan SP2KP Anak dalam bentuk:
A. Mampu membuat fungsi perencanaan sistem pemberian pelayanan keperawatan
profesional diruangan dalam bentuk :
a) Mampu menyiapkan perangkat kegiatan sistem pemberian pelayanan keperawatan
profesional diruangan
b) Mampu mengembangkan sistem informasi manajemen keperawatan diruangan
dalam menerapkan sistem pemberian pelayanan keperawatan profesional.
B. Mampu melaksanakan fungsi pengorganisasian diruangan sistem pemberian pelayanan
keperawatan profesional antara lain:
a) Membuat struktur organisasi diruang sistem pemberian pelayanan keperawatan
professional
b) Membuat daftar dinas di ruang berdasarkan tim di ruang sistem pemberian pelayanan
keperawatan professional
c) Membuat daftar pasien berdasarkan tim diruang sistem pemberian pelayanan
keperawatan professional
d) Menyarankan sarana dan prasarana yang belum lengkap di ruangan SP2KP Anak
C. Melaksanakan fungsi pengarahan dalam ruangan di ruang sistem pemberian pelayanan
keperawatan profesional antara lain:
a) Mampu menerapkan pemberian motivasi
b) Mampu membentuk manajemen konflik
c) Mampu melakukan pendelegasian dengan baik
D. Mampu melakukan komunikasi efektif antara lain:
a) Operan.
b) Pre Confrence.
c) Post Confrence.
d) Ronde Keperawatan.
e) Supervisi Keperawatan.
f) Discharge Planning.
g) Dokumentasi keperawatan.
E. Melaksanakan fungsi pengendalian dalam bentuk audit hasil di ruangan sistem
pemberian pelayanan keperawatan profesional antara lain:
a) Mampu memperhitungkan BOR (Bed Occupancy Rate), yaitu pemakaian tempat
tidur pada satu satuan waktu.
b) Mampu menghitung ALOS (Average Lenght Of Stay), yaitu rata-rata lama rawat
seorang pasien.
c) Mampu menghitung TOI (Turn Over Interval), rata-rata hari tempat tidur tidak
ditempati dari saat diisi kesaat terisi berikutnya.
d) Mampu melakukan survey masalah baru.
e) Mampu menganalisis kepuasan pasien dan keluarga.
1.3 Manfaat
1. Bagi Pasien
Dengan adanya praktek manajemen di Rumah sakit diharapkan pasien merasakan
pelayanan yang optimal, serta mendapat kenyamanan dalam pemberian asuhan
keperawatan sehingga tercapai kepuasan klien yang optimal.
2. Bagi Perawat
a) Tercapainya tingkat kepuasan kerja perawat yang optimal.
b) Terbinanya hubungan antara perawat dengan perawat, perawat dengan tim
kesehatan yang lain, dan perawat dengan pasien serta keluarga.
c) Tumbuh dan tertibnya akuntabilitas dan disiplin diri perawat.
d) Meningkatkan profesionalisme keperawatan.
3. Bagi Rumah Sakit
a) Mengetahui masalah-masalah yang ada diruang perawatan yang berkaitan dengan
pelaksanaan asuhan keperawatan professional.
b) Dapat menganalisis masalah yang ada dengan metode SWOT serta menyusun
rencana strategi.
c) Mempelajari penerapan asuhan keperawatan profesional secara optimal
4. Bagi Mahasiswa
Mengerti dan memahami penerapan atau aplikasi asuhan keperawatan profesional di
dalam rumah sakit.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Manajemen Keperawatan
2.1.1 Definisi
Manajemen keperawatan adalah proses kerja setiap perawat untuk memberikan
pengobatan dan kenyamanan terhadap pasien. Tugas manager keperawatan adalah
merencanakan, mengatur, mengarahkan dan mengawasi keuangan yang ada, peralatan dan
sumber daya manusia untuk memberikan pengobatan yang efektif dan ekonomis kepada pasien
(Gillies, 2006).
Manejemen keperawatan adalah suatu proses bekerja melalui anggota staf keperawatan
untuk memberikan asuhan keperawatan secara profesional (Nursalam, 2007). Manejemen
keperawatan adalah suatu tugas khusus yang harus dilaksanakan oleh pengelola keperawatan
untuk merencanakan, mengorganisasi, mengarahkan serta mengawasi sumber-sumber yang ada
baik sumber daya manusia, alat, maupun dana sehingga dapat memberikan pelayanan
keperawatan yang efektif, baik kepada pasien, keluarga dan masyarakat.
Manajemen keperawatan memahami dan memfasilitasi pekerjaan perawat pelaksana serta
mengelola kegiatan keperawatan. Suyanto (2009) menyatakan bahwa lingkup manajemen
keperawatan adalah manajemen pelayanan kesehatan dan manajemen asuhan keperawatan.
Manajemen pelayanan keperawatan adalah pelayanan di rumah sakit yang dikelola oleh bidang
perawatan melalui tiga tingkatan manajerial yaitu manajemen puncak (kepala bidang
keperawatan), manajemen menegah (kepala unit pelayanan atau supervisor), dan manajemen
bawah (kepala ruang perawatan). Keberhasilan pelayanan keperawatan sangat dipengaruhi oleh
manajer keperawatan melaksanakan peran dan fungsinya.
2.1.2 Prinsip manajemen Keperawatan
a. Pengkajian – pengumpulan data
Proses adalah suatu rangkaian tindakan yang mengarah pada suatu tujuan proses
manajemen seperti proses keperawatan , mencakup pengumpulan data, fakta-fakta,
masalah-masalah diagnosa, perencanaan tindakan, pelaksanaan rencana-rencana dan
evaluasi hasil.
b. Perencanaan
Dimaksudkan untuk menyusun suatu perencanaan yang strategis dalam mencapai tujuan
organisasi yang telah diterapkan. Perencanaan disini dimaksudkan untuk menentukan
kebutuhan dalam asuhan keperawatan kepada semua pasien, menegakan tujuan,
mengalokasi anggaran belanja, memutusan ukuran dan tipe tenaga keperawatan yang
dibutuhkan, membuat pola struktur organisasi yang dapat mengoptimalkan efektifitas
staf serta menegakan kebijaksanan dan prosedur operasional untuk mencapai visi dan
misi institusi yang telah diterapkan.
c. Pelaksanaan
Karena manajemen membutuhkan kerja sama dengan orang lain, pelaksanaan langkah
proses manajemen menyangkut pengarahan kelompok-kelompok perawatan untuk
melaksanakan tindakan-tindakan yang telah direncanaakan. Pengarahan karyawan
mencakup pengarahan komunikasi dan motivasi.
d. Evaluasi
Tahap akhir dari proses manajerial adalah mengevaluasi seluruh kegiatan yang telah
dilaksanakan. Tujuan evaluasi disini adalah untuk menilai seberapa jauh staf mampu
melaksaanan peranannya sesuai dengan tujuan organisasi yang telah ditetapkan serta
mengidentifikasi faktor-faktor yang menghambat dan mendukung dalam pelaksanaan.
2.1.3 Peran manajemen keperawatan
Perawat professional diharapkan menjadi manajer dan leader yang efektif dalam
keperawatan. Hal-hal yang harus dilakukan yang terkait perannya sebagai manajer keperawatan
adalah kompetensi yang harus dimilikinya agar menjadi seseorang leader yang efektif :
a. Kepemimpinan
1) Berkomunikasi tentang organisasi, kegiatan organisasi dan pelaksanaan perubahan
2) Mendelegasikan tugas dan menerima tanggung jawab
3) Menciptakan budaya organisasi yang kondusif dan efektif
4) Melibatkan staf dalam pengembagan organisasi
5) Fleksibilitas dalam pelaksanaan peraturan
b. Pengambilan keputusan dan perencanan
1) Berfikir ulang dan menyusun kembali prioritas organisasi.
2) Cepat tanggap terhadap perubahan yang tidak diharapkan.
3) Mengantifikasi perencanaan perubahan anggaran.
4) Memberikan pedoman tentang keputusan organisasi.
5) Menginterpretasikan perubahan ekonomi staf.
c. Hubungan / komunikasi
1) Empati, mendengar dan tanggap pernyataan staf
2) Menciptakan situasi kondusif dalam komunikasi
3) Menunjukan rasa percaya diri melalui kemampuaan berkomunikasi
4) Mengembangkan proses hubungan yang baik dalam organisasi
d. Anggaran
1) Mengontrol budget
2) Mengintrespretasikan penggunaan anggaran sesuai kebutuhan
3) Merencanakan anggaran tahunan (5 tahun)
4) Mengonsultasikan masalah keuangan
e. Pengembangan
1) Mengembangkan tim kerja yang efektif
2) Mengembangkan hubungan professional antar staf
3) Memberikan umpan balik yang positif
4) Menggunakan system pemberian penghargaan yang baik
f. Personality
1) Mengambil keputusan yang tepat
2) Mengelola stres individu
3) Menggunakan koping yang efektif dalam setiap masalah
g. Negosiasi
1) Mengidentifikasi dan mengelolah konflik
2) Memfasilitasi perubahan
3) Melakukan negosiasi dengan baik terhadap staf, kelompok,dan organisasi
4) Mengklarifikasi kejadian yang melibatkan staf
5) Menjadi mediator bila terjadi konflik antara staf atau kelompok
2.2 Konsep Kepemimpinan
2.2.1 Definisi
Menurut George R. terry kepemimpinan itu adalah hubungan yang ada dalam diri
seseorang atau pemimpin, mempengaruhi orang lain untuk bekerja secara standar dalam
hubungan tugas untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Kepemimpinan adalah suatu proses
yang mempengaruhi aktivitas kelompok yang diatur untuk mencapai tujuan bersama.
2.2.2 Tugas Dan Peran Pemimpin
Menurut James A.F Stoner, tugas utama seorang pemimpin adalah :
a. Pemimpin bekerja dengan orang lain
Seorang pemimpin bertanggung jawab untuk bekerja dengan orang lain, salah satunya
atasannya, staf, teman bekerja atau dengan atasan lain dalam organisasi baik orang diluar
organisasi.
b. Pemimpin adalah tanggung jawab dan mempertanggung jawabkan
Seorang pemimpin bertanggung jawab untuk menyusun tugas menjalankan tugas,
mengadakan evaluasi, untuk mencapai outcome yang terbaik.
c. Pemimpin menyeimbangkan pencapaiaan tujuan dan perioritas
Proses kepemimpinan dibatasi sumber, jadi pemimpin harus dapat menyusun tugas dengan
mendahulukan prioritas.
d. Pemimpin harus berfikir secara analitis dan konseptual
Seorang pemimpin harus menjadi seorang pemikir yang analitis dan konseptual. Selanjutnya
dapat mengidentifikasi masalah dengan akurat.
e. Manajer adalah seorang mediator
Pemimpin harus menjadi seorang penengah dalam terjadi konflik.
f. Pemimpin adalah politisi dan diplomat
Seorang pemimpin harus mampu mengajak dan melakukan kompromi.
g. Pemimpin membuat keputusan yang sulit
Seorang pemimpin harus memecahkan masalah
2.2.3 Gaya kepemimpinan
Kepemimpinan dipengaruhi oleh sifat dan perilaku yang memiliki pemimpin :
1. Autokratik
1) Pemimpin membuat keputusan sendiri
2) Lebih memperlihatkan hasil dari pada terhadap karyawannya
3) Dapat menimbulkan permusuhan, agresifitas/ sebaliknya menghilangkan inisiatif dan
apatis
2. Demokratis
1) Pengambilan keputusan melibatkan bawahan
2) Berorientasi kepada bawahan dan menitik beratkan hubungan antar manusia dan kerja
kelompok.
3) Dapat menimbulkan/ meningkatkan produktifitas, inisiatif dan kepuasan kerja.
3. Laissez faire
1) Memberikan banyak keputusan
2) Pantang memberikan bimbingan
3) Bermaksud membuat orang senang dan bebas
4) Dapat menyebabkan : produktifitas rendah, karyawan frustasi,tidak ada pegangan
4. Kecakapan kepemimpinan
1) Kecakapan konvensional (conceptual skil)
a) Kemampuan mengetahui kebijaksanaan organisasi secara keseluruhan
b) Hal ini penting pemimpin tingkat atas
2) Kecakapan kemanusiaan (human skill)
a) Kemampuan untuk bekerja didalam kelompok atau dengan kelompok
b) Untuk membangun suatu usaha koordinasi dalam suatu tim dimana ia sebagai
pemimpin.
3) Kecakapan tehnik (tehnical skill)
Penting sebagai pimpinan tingkat middle managemen level dan pimpinan tingkat bawah.
2.3 Konsep Change Agent
2.3.1 Definisi Perubahan
Perubahan merupakan suatu proses dimana terjadinya peralihan atau perpindahan dari
status tetap (statis) menjadi yang bersifat dinamis , artinya dapat menyesuaikan diri dengan
lingkungan yang ada.perubahan dapat mencangkup keseimbangan personal, sosial maupun
organisasi untuk dapat menjadi perbaikan atau penyempurnaan serta dapat menerapkan ide atau
konsep terbaru dalam mencapai tujuan tertentu.
2.3.2 Tahap-tahap dalam perubahan
Secara umum tahap-tahap perubahan akan meliputi tiga tahap :
a) Tahap persiapan, dilakukan berbagai kontak melalui ceramah, pertemuan, maupun
komunikasi tertulis. Tujuan agar tercapai kesadaran akan pentingnya perubahan.
b) Tahap penerimaan, pemahaman yang dibentuk akan bermuara ke dalam dua kutub, yaitu
persepsi yang positif di satu sisi atau presepsi negatif di sisi lain. Persepsi negatif akan
melahirkan keputusan untuk tidak mendukung perubahan, sebaliknya persepsi positif
yang melahirkan keputusan untuk memulai perubahan dan merupakan suatu bentuk
komitmen untuk berubah.
c) Tahap komitmen, melalui beberapa langkah yaitu instalasi, adopsi, instusionalisasi, dan
anaklisasi. Langkah instalasi merupakan periode percobaan terhadap perubahan yang
merupakan Preminary testing terhadap dua konsekuensi dari langkah ini. Konsekuensi
yang pertama, perubahan dapat diadopsi untuk pengujian jangka panjang. Kedua,
perubahan gugur setelah implementasi pendahuluan yang mungkin disebabkan oleh
masalah ekonomi-finasial-politik, perubahan dalam tujuan strategis dan tingginya vested
interest
2.3.3 Jenis-jenis perubahan
a) Perubahan bersifat berkembang
Perubahaan merupakan suatu proses dimana terjadinya peralihan atau perpindahan dari
status tetap (statis) menjadi yang bersifat dinamis, artinya dapat menyesuaikan diri dengan
lingkungan yang ada.
b) Perubahan bersifat spontan
Sifat perubahan ini terjadi karena keadaan yang dapat memberikaan respon tersendiri
Tahap Penjelasan
Tahap I
Mengidentifikasi tujuan perubahan,
melakukan pengkajian pada orang yang
layak, menguji dokumen dan menulis
bahan-bahan yang sudah dikembangkan
dan secara konsisten menetap keadaan
sesuai visi yang telah ditetapkan
Tahap II Meyakinkan tentang kesesuaian tujuan
perubahan dengan strategi organisasi
Tahap III
Dimana tujuan akan dapat dilaksanakan
dengan baik dan orang yang telibat
didalamnya
Tahap IV
Menentukan siapa yang akan memiliki
perubahan, pemimpinan harus
mengkomunikasikan visi secara efektif
kepada setiap orang tatanan jabatan
organisasi dan sebagai pelatih,mentor,
pendengar dan mendukunng kerja
kelompok
Tahap V Memfasilitaskan komitmen semua pihak
yang terlibat
Tahap VI
Mengidentifikasi instrument tujuan yang
sefesifik yang dipergunakan sebagai tolak
ukur mempunyai perubahan
Tahap VII
Membangun suatu system kerja yang
solid. Tim kerja tersebut harus
mempunyai tanggung jawab yang jelas,
mampu berkomunikasi dengan lainnya,
terhadap kejadian-kejadian yang bersifat alamiah yang diluar kehendak manusia,yang tidak
dapat
diramalkan atau diprediksikan sehingga sulit untuk diadaptasi seperti perubahan keadaan alam,
tanah longsor ,banjir dan lain-lain.
c) Perubahan bersifat direncanakan
Perubahan bersifat direncakan ini dilakukan bagi individu, kelompok atau masyarakat
yang ingin mengadakan perubahan kearah yang lebih maju atau mencapai tingkat
perkembangan yang lebih baik dari keadaan sebelumnya, sebagaimana perkembangan profesi
keperawatan tidak terlepas dari konsep berubah yang dimiliki oleh para praktisi, akademik atau
seseorang yang masih ingin mengembangkan keperawatan, yang memiliki keyakinan dan teori
perubahan yang dimiliki.
2.3.4 Faktor yang mendukung perubahan
a. Perubahan dipandang sebagai sesuatu yang positif oleh target berubah
b. Perubahan sesuai dengan nilai-nilai dan norma yang diyakini
c. Perubahan sederhana dan konkrit
d. Target berubah dilibatkan sejak fase awal
e. Perubahan dilakukan dalam skala kecil
f. Pemimpin dan tokoh kelompok dilibatkan
g. Komunikasi terbuka antara target berubah dan innovator
h. Evaluasi sebagai bagian dari proses berubah
2.3.5 Faktor penghambat perubahan
Menurut new dan Coullard (2008), faktor penghambat (restraining force) yaitu :
a. Mengancam kepentingan pribadi.
b. Persepsi yang kurang tepat.
c. Reaksi psikologis.
d. Toleransi untuk berubah.
2.4 Konsep SP2KP
2.4.1 Definisi
dan juga harus mampu negosiasi dan
penyelesaian masalah.
Tahap VIII
Melibatkan semua tim kesehatan yang
terlibat dalam praktik keperawatan
professional kepada pasien, dan tim
tersebut harus mendukung dan terlibat
dalam perubahan diharapkan oleh
organisasi
SP2KP adalah sistem pemberian pelayanan keperawatan profesional yang merupakan
pengembangan dari MPKP (Model Praktek Keperawatan Profesional) dimana dalam SP2KP
ini terjadi kerjasama profesional antara perawat primer (PP) dan perawat asosiet (PA) serta
tenaga kesehatan lainnya.
2.4.2 Manajemen Keperawatan Di Ruang SP2KP
Manajemen keperawatan adalah suatu proses bekerja melalui anggota staf keperawatan
untuk memberikan asuhan keperawatan secara professional (Nursalam, 2007). Manajemen
keperawatan adalah suatu tugas khusus yang harus dilaksanakan oleh pengelola keperawatan
untuk merencanakan, mengorganisasi, mengarahkan, serta mengawasi sumber-sumber yang
ada baik SDM, alat, maupun dana sehingga dapat memberikan pelayanan keperawatan yang
efektif, baik kepada pasien, keluarga dan masyarakat.
SP2KP menempatkan pendekatan manajemen (management approach) sebagai pilar
praktek profesional yang pertama. Oleh sebab itu, proses manajemen harus dilaksanakan
dengan disiplin demi menjamin pelayanan yang diberikan kepada pasien dan atau keluarga.
Di ruang SP2KP pendekatan manajemen diterapkan dalam bentuk fungsi manajemen
yang terdiri dari :
1. Perencanaan (Planning)
Kegiatan perencanaan yang dipakai di ruang SP2KP meliputi perumusan visi, misi, filosofi
dan kebijakan. Sedangkan untuk jenis perencanaan yang diterapkan adalah perencanaan jangka
pendek yang meliputi rencana kegiatan harian, dan tahunan.
a. Visi
Visi adalah pernyatan singkat yang menyatakan alasan dan tujuan organisasi tersebut
dibentuk. Visi harus dirumuskan sebagai landasan perencanaan organisasi. Visi RSUD Prof
Dr. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo adalah sebagai berikut : “ Rumah sakit terbaik diprovinsi
gorontalo dan kawasan teluk tomini”.
b. Misi
Misi adalah pernyataan yang menjalankan tujuan organisasi dalam mencapai visi yang
telah ditetapkan, adapun misi RSUD Prof Dr. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo adalah sebagai
berikut :” Peningkatan mutu pelayanan rumah sakit yang berwawasan lingkungan”.
c. Filosofi
Filosofi adalah seperangkat nilai yang mengakar dan menjadi rujukan semua kegiatan
dalam organisasi dan menjadi landasan serta arahan seluruh rencana jangka panjang. Nilai-
nilai dalam filosofi dapat lebih dari satu. Filosofo di ruang SP2KP adalah sebagai berikut
(filosofi perawatan) :
1. Keperawatan adalah bantuan bagi umat manusia yang bertujuan untuk meningkatkan
derajat kesehatan secara optimal kepada semua yang membutuhkan yang tidak
membedakan bagsa, suku, agama/kepercayaan dan statusnya disetiap tempat pelayanan
kesehatan.
2. Manusia adalah individu yang memilki bio, psiko, dan spritual yang unik, keputusan ini
harus selalu dipertimbangkan oleh setiap pemberi asuhan keperawatan
3. Tujuan asuhan keperawatan dapat dicapai melalui asuhan bersama dari semua anggota
tim kesehatan dan pasien/keluarga.
4. Dalam memberikan asuhan keperawatan perawat menggunakan proses keperawatan
dengan 5 tahapan untuk memenuhi kebutuhan pasien/keluarga
5. Perawat bertanggung jawab dan bertanggung gugat memilki wewenang melakukan
asuhan keperawatan secara utuh berdasarkan standar asuhan keperawatan
6. Pendidikan keperawatan berkelanjutan harus dilaksanakan secara terus menerus untuk
pertumbuhan dan perkembangan staf pelayanan keperawatan.
d. Kebijakan
Kebijakan adalah peryataan yang menjadi acuan dalam pengambilan keputusan.
Kebijakan diruang SP2KP adalah : kepala ruangan dan staf keperawatan bertugas
berdasarkan surat keputusan (SK).
e. Rencana jangka pendek
Rencana jangka pendek yang dterapkan diruangan SP2KP terdiri dari rencana harian,
bulanan, dan tahunan.
1. Rencana Harian
Rencana harian adalah kegiatan yang akan dilaksanakan oleh perawat sesuai dengan
perannya masing-masing, yang dibuat pada setiap shift. Isi kegiatan disesuaikan dengan
peran dan fungsi perawat. Rencana harian dibuat sebelum operan dilakukan dan dilengkapi
pada saat operan dan pre comference.
a. Perencana Harian Kepala Ruangan
1. Asuhan keperawatan
2. Supervisi katim dan perawat pelaksana
3. Supervisi tenaga selain perawat dan kerja sama dengan unit lain yang terkait.
Kegiatan tersebut meliputi :
a) Operan (Hand Over)
b) Pre Conference dan Post Conference
c) Mengecek SDM dan sarana prasarana
d) Melakukan interaksi dengan pasien baru atau pasien yang memerlukan perhatian khusus
e) Melakukan supervisi pada ketua tim/perawat pelaksana
f) Hubungan dengan bagian lain terkait rapat-rapat terstruktur/insidentil
g) Mengecek kembali keadaan pasien, perawat, lingkungan yang belum teratasi
h) Mempersiapkan dan merencanakan kegiatan asuhan keperawatan untuk sore, malam, dan
besok sesuai tingkat ketergantungan pasien.
b. Rencana Harian Ketua Tim
1. Penyelenggaraan asuhan keperawatan pasien pada tim yang menjadi tanggung jawabnya
2. Melakukan supervisi perawat pelaksana
3. Kolaborasi dengan dokteratau tim kesehatan lain
4. Alokasi pasien sesuai perawat yang dinas.
Kegiatan tersebut meliputi antara lain :
a) Operan (Hand Over)
b) Pre Conference dan Post Conference
c) Merencanakan asuhan keperawatan
d) Melakukan supervisi perawat pelaksana
e) Mendokumentasikan asuhan keperawatan
f) Memeriksa kelengkapan dokumentasi asuhan keperawatan
g) Alokasi pasien sesuai dengan perawat yang dinas.
c. Rencana Harian Perawat Pelaksana
Isi rencana harian perawat pelaksana adalah tindakan keperawatan untuk sejumlah pasien
yang dirawat pada shift dinasnya. Rencana harian perawat pelaksana shift sore dan malam
agak berbeda jika hanya satu orang dalam satu tim maka perawat tersebut berperan sebagai
ketua tim dan perawat pelaksana sehingga tidak ada kegiatan pre Conference.
Kegiatan tersebut meliputi antara lain :
1. Operan (Hand Over)
2. Pre Conference dan Post Conference
3. Melakukan intervensi keperawatan
4. Mendokumentasikan asuhan keperawatan
d. Penilaian Rencana Harian Perawat
Untuk menilai keberhasilan dari rencana harian, observasi dilakukan dengan
menggunakan instrumen jurnal rencana harian. Setiap ketua tim memiliki instrumen dan
mengisi setiap hari. Pada akhir bulan, presentase pembuatan rencanan harian masing-masing
dapat dihitung.
2. Rencana Bulanan
Rencana bulanan merupakan rencana tindak lanjut yang dibuat oleh kepala ruanagan dan ketua
tim.
a. Rencana bulanan kepala ruangan
Setiap akhir bulan kepala ruangan (karu) melakukan evaluasi hasil keempat pilar atau nilai
SP2KP dan berdasarkan hasil evaluasi tersebut. Karu akan membuat rencana tindak lanjut untu
meningkatkan kualitas hasil.
Kegiatan yang mencakup rencana bulanan karu adalah sebagai berikut
1. Membuat jadwal dinas
2. Membuat jadwal dan memimpin pendidikan kesehatan kelompok keluarga
3. Membuat jadwal yang memimpin rapat bulanan perawat
4. Membuat jadwal dan memimpin rapat tim kesehatan
5. Membuat jadwal supervisi dan penilaian kinerja ketua tim dan perawat pelaksana
6. Melakukan audit dokumentasi
7. Membuat laporan bulanan
b. Rencanan bulanan ketua tim
Setiap akhir bulan ketua tim melakukan evaluasi tentang keberhasilan kegiatan yang dilakukan
oleh timnya. Kegiatan yang mencakup rencana bulanan katim adalah sebagai berikut :
1. Mempersentasikan kasus dalam case comference
2. Memimpin pendidikan kesehatan kelompok keluarga
3. Melakukan supervisi perawat pelaksana
3. Rencana tahunan
Setiap akhir tahun, kepala ruangan melakukan evaluasi hasi kegiatan dalam satu tahun yang
dijadikan sebagai acuan rencana tahunan berikutnya. Rencana kegiatan tahunan mencakup hal-hal
berikut :
a. Menyusun laporan tahunan yang berisi tentang kinerja SP2KP baik proses kegiatan (kegiata 4
pilar praktik profesional yang sudah dilakukan)maupun evaluasi mutu pelayanan.
b. Melaksanakan rotasi tim untuk penyegaran anggota masing-masing tim.
c. Penyegaran terkait materi SP2KP khusus kegiatan pencapaian rendah. Hal ini bertujuan
mempertahankan kinerja yang telah dicapai SP2KP bahkan meningkatkannya dimasa mendatang
d. Pengembangan SDM dalam bentuk rekomendasi peningkatan jenjang karier perawat (perawat
pelaksana menjadi katim, katim menjadi karu), rekomendasi untuk melanjutkan pendidikan
formal, membuat jadwal untuk mengikuti pelatihan.
2. Pengorganisasian (organizing)
Pengorganisasian adalah pengelompokan aktivitas untuk mencapai tujuan, penugasan suatu
kelompok tenaga keperawatan, menentukan cara dari pengkoordanisasian aktivitas yang tepat, baik
vertikal maupun horizontal, yang bertanggung jawab untuk mencapai tujuan organisasi.
Pengorganisasian kegiatan dan tenaga perawat di ruang SP2KP menggunakan pendekatan sistem
penugasan modifikasi keperawatan tim primer secara vertikal ada kepala ruangan, ketua tim dan
perawat pelaksana. Setiap tim bertanggung jawab terhadap pasien. Pengorganisasian di ruangan SP2KP
terdiri dari :
a. Struktur organisasi
Struktur organisasi adalah susunan komponen dalam suatu organisasi (Sutopo, 2000). Pada
pengertian organisasi menunjukkan adanya pembagian kerja dan menunjukkan bagaimana fungsi-
fungsi atau kegiatan yang berbeda-beda diintegrasikan atau dikoordinasikan. Struktur organisasi
juga menunjukkan spesialisasi pekerjaan.
b. Daftrar dinas ruangan
Daftar yang berisi jadwal dinas, perawat yang bertugas, penanggung jawab dinas/shift
c. Daftar pasien
Daftar pasien adalah daftar yang berisi nama pasien, nama dokter, nama perawat dalam tim,
penanggung jawab pasien dan alokasi perawat saat menjalankan dinas ditiap shift.
Struktur Organisasi Ruang SP2KP
Struktur organisasi runag SP2KP menggunakan sistem penugasan tim primer keperawatan. Ruang
SP2KP dipimpin sebagai ruangan membawahi tiga atau lebih ketua tim. Ketua tim berperan sebagai
perawat primer membawahi beberapa perawat pelaksana yang memberikan asuhan keperawatan secara
menyeluruh kepada sekelompok pasien. Struktur organisasi tersebut dapat digambarkan dalam bagan:
ekanisme pelaksanaan pengorganisasian diruang SP2KP:
a. Kepala ruangan membagi perawat menjadi 2-3 tim dan tiap tim diketuai masing-masing oleh
seorang ketua tim yang terpilih
b. Kepala ruangan bekerja sama dengan ketua tim mengatur jadwal dinas (pagi, sore, malam).
c. Kepala ruangan membagi pasien masing-masing tim
d. Apabila suatu ketika satu tim kekurangan perawat pelaksana karna kondisi tertentu, kepala ruangan
dapat memindahkan perawat pelaksana dari tim yang satu ketim yang mengalami kekurangan
anggota
e. Kepala ruangan menunjuk penanggung jawab shift sore, malam, dan shift pagi apabila sesuatu hal
kepala ruangan sedang tidak bertugas. Untuk itu yang dipilih adalah perawat yang paling kompoten
dari perawat yang ada. Sebagai pengganti kepala ruangan adalah ketua tim, sedangkan jika ketua
tim berhalangan, tugasnya digantikan oleh anggota tim (perawat pelaksana) yang paling kompoten
diantara anggota lain.
f. Ketua tim menetapkan perawat pelaksana untuk masing-masing pasien.
g. Ketua tim mengendalikan asuhan keperawatan yang doberikan kepada pasien baik yang diterapkan
oleh dirinya maupun oleh perawat pelaksana anggota timnya
h. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain dilakukan oleh ketua tim. Bila ketua tim karena suatu hal
tidak sedang bertugas maka tanggung jawabnya didelegasikan kepada perawat pelaksana paling
kompoten yang ada didalam tim
i. Masing-masing tim memiliki buku kominukasi.
j. Perawat pelaksana melaksanakan asuhan keperawatan kepada pasien yang menjadi tanggung
jawabnya.
3. Pengarahan (directing)
Pengarahan adalah langkah keempat dari fungsi manajemen yaitu penerapan perencanaan dalam
bentuk tindakan untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan sebelumnya istilah lain yang
digunakan sebagai padanan pengarahan adalah pengorganisasian dan pengaktifan apapun istilah yang
digunakan pada akhirnya akan berakhir pada malaksanakan kegiatan yang telah di rencanakan
sebelumnya.
Diruang SP2KP pengarahan diterapkan dalam bentuk kegiatan sebagai berikut :
a. Menciptakan budaya motivasi
b. Komunikasi efektif pada operan antar shift
c. Komunikasi efektif pada pre conference
d. Komunikasi efektif pada post conference
e. Manajemen konflik
f. Supervisi
g. Pendelegasian
4. Pengendalian (Controlling)
Proses terakhir dari manajemen adalah pengendalian atau kontrol , (Fayol ,2003) mendefinisikan
kontrol sebagai “ pemeriksaan mengenai apakah segala sesuatunya terjadi sesuai rencana yang telah
disepakati, instruksi yang dikeluarkan, dan prinsip- prinsip yang ditentukan, yang bertujuan
menunjukan kekurangan dan kesalahan agar dapat diperbaiki dan tidak terjadi lagi. Pengendalian harus
dilakukan untuk mengetahui fakta yang ada sehingga apabila muncul isu dapat segera direspon dengan
mendiskusikan bersama. Pada SP2KP kegiatan pengendalian diterapkan dalam bentuk kegiatan
pengukuran ysng meliputi :
a. Indikator Umum
1) Jumlah tempat tidur terpakai (Bed Occupancy Rate/ BOR)
BOR adalah presentase pemakaian tempat tidur pada satu satuan waktu tertentu. Indikator ini
memberikan gambaran tinggi rendahnya tingkat pemanfaatan tempat tidur rumah sakit. Standar
nasional BOR adalah 70- 80 %.
Jumlah hari perawatan
BOR = x 100%
Jumlah TT x jumlah hari per satuan waktu
Keterangan :
- Jumlah hari perawatan adalah total pasien dalam satu hari dikali jumlah hari dalam satuan waktu
- Jumlah hari per satuan waktu. Pada jumlah hari jika dihitung per satu bulan, jumlahnya 28- 31
hari bergantung pada jumlah hari dalam satu bulan tersebut.
2) Rata- rata lama rawat (Average Length Of Stay / ALOS)
ALOS adalah rata- rata lama hari seorang pasien dirawat. Indikator ini selain memberikan
gambaran mutu pelayanan jika diterapkan pada diagnosis tertentu yang masih membutuhkan
pemeriksaan lebih lanjut. Secara ALOS yang ideal antara 6-9 hari. Dalam SP2KP pengukuran
ALOS dilakukan oleh kepala ruangan dan dibuat setiap bulan dengan rumus dibawah ini.
Jumlah hari perawatan pasien keluar
ALOS = x 100%
Jumlah Ttpasien keluar hidup mati
Keterangan :
- Jumlah hari perawatan pasien keluar adalah jumlah hari perawatan pasien keluar hidup atau
mati dalam satu periode waktu
- Jumlah pasien keluar (hidup atau mati) adalah jumlah pasien yang pulang atau meninggal
dalam satu periode waktu.
3) Penghitungan lama tempat tidur tidak terisi (Turn Over Interval/ TOI)
TOI adalah rata- rata jumlah hari tempat tidur tidak ditempati dari saat diisi hingga saat terisi
berikutnya, indikator ini dapat memberikan gambaran tingkat efisiensi penggunaan tempat tidur.
Idealnya, tempat tidur kosong hanya dalam waktu 1-3 hari. Dalam SP2KP pengkuran TOI
dilakukan oleh kepala rungan dan dibuat setiap bulan dengan rumus berikut.
(Jumlah TTx hari)- hari perawatan
TOI =
Keterangan :
Jumlah pasien keluar (hidup + mati)
- Jumlah TT adalah jumlah total kapasitas tempat tidur yang dimiliki.
- Hari perawatan adalah jumlah total hari perawatan pasien keluar hidup dan mati
- Jumlah pasien keluar adalah jumlah pasien yang memutasikan keluar, baik Pulang
mutasi, lari atau meninggal.
4) Indicator Mutu Rumah Sakit
a) Angka kejadian dekubitus.
b) Angka kejadian kesalahan pada pemberian obat oleh perawat.
c) Angka kejadian pasien jatuh.
d) Angka kejadian cedera akibat restrain.
e) Angka kejadian plebitis.
f) Angka kejadian infeksi paska operasi.
g) Perawatan diri.
5) Kondisi pasien :
a) Audit dokumentasi asuhan keperawatan.
b) Survei masalah baru.
c) Kepuasan pasien dan keluarga.
d) Penilaian kempuan pasien dan keluarga.
Kompensasi dan penghargaan Di Ruang SP2KP
1. Proses perekrutan tenaga perawat di ruang SP2KP
Perekrutan di ruang SP2KP berfokus pada perekrutan perawat yang ada di rumah sakit bukan
mencari tenaga yang baru dari luar rumah sakit proses perekrutan perawat di ruang SP2KP
adalah sebagai berikut :
a. Seluruh perawat di rumah sakit harus menyepakati ruangan SP2KP yang akan dipilih,
disesuaikan dengan sumber daya keperawatan yang ada di rumah sakit tersebut.
b. Setelah ruang SP2KP disepakati. Kepala bidang keperawatan melakukan sosialisasi
pembentukan ruang SP2KP kepada pimpinan dan pejabat struktural yang ada di rumah sakit
untuk mendapatkan komitmen dan dukungan
c. Kepala ruangan melakukan sosialisasi kepada semua perawat yang ada di di ruangan tentang
pembentukan SP2KP disertai kriteria perawat yang dibutuhkan dengan tujuan merekrut
perawat yang memenuhi kriteria. Kepala ruangan memotivasi perawat diruangannya yang
memenuhi kriteria untuk mendaftarkan dengan mengisi formulir pendaftaran dan biodata.
2. Kriteria perawat yang bekerja di ruangan SP2KP adalah sebagai berikut :
a. Kepala ruangan
1) Pendidikan minimal S1 Ners Keperawatan.
2) Pengalaman menjadi kepala rungan minimal 2 tahun.
3) Sehat jasmani dan rohani.
4) Pernah mengikuti pelatihan.
5) Lulus tes tulis.
6) Lulus wawancara.
7) Lulus tes presentasi.
b. Ketua Tim
1) Pendidikan minimal S1 keperawatan ners jika belum ada minimal DIII keperawatan.
2) Pengalaman kerja minimal 3 bulan untuk S1 keperawatan dan 2 tahun untuk DIII
keperawatan.
3) Sehat jasmani dan rohani.
4) Pernah mengikuti pelatihan tes tulis.
5) Lulus tes wawancara.
c. Perawat pelaksana
1) Pendidikan minimal DIII keperawatan.
2) Pengalaman kerja minimal 1 tahun.
3) Sehat jasmani dan rohani.
4) Pernah mengikuti pelatihan penerapan SP2KP.
5) Lulus tes tulis.
6) Lulus wawancara.
3. Proses seleksi tenaga perawat di ruangan SP2KP
Tenaga perawat yang akan bekerja di ruang SP2KP dituntut mengikuti seleksi :
1) Proses seleksi dimulai dari peninjauan dokumen untuk menetapkan perawat yang
memenuhi syarat menjadi kepala ruangan, ketua tim dan perawat pelaksana.
2) Semua perawat yang memenuhi kriteria, di panggil untuk tes tulis, hasil tes tulis
menetapkan perawat pelaksana yang memenuhi kriteria dan calon ketua tim serta kepala
ruangan.
3) Perawat yang lulus tes tulis mengikuti tes wawancara.
4) Tahap selanjutnya adalah presentase.
4. Penilaian kinerja
Penilaian atau evaluasi kinerja di ruang SP2KP ditunjukan kepada kepala ruangan, ketua tim
dan perawat pelaksana. Kemapuan SDM dievaluasi dengan menggunakan supervisi baik secara
langsung maupun tidak langsung. Kinerja kepala ruangan dievaluasi oleh kepala bidang
keperawatan dan konsultan; kinerja ketua tim dievaluasi oleh kepala bidang keperawatan,
konsultan, dan kepala ruangan ; kepala bidang keperawatan , konsultan dan kepala ruangan;
kepala bidang keperawatan bertanggung jawab mengobservasi dan menilai keberlangsungan
seluruh aktivitas di ruangan SP2KP. Selama melakukan supevisi di ruang SP2KP, kepala
bidang keperawatan didampingi konsultan.
Hubungan Profesional Diruang SP2KP
Hubungan profesional yang terjadi di ruang SP2KP yaitu
1. Rapat perawat ruangan
Rapat tim keperawatan adalah suatu media komunikasi untuk menyampaikan informasi
permasalahan yang ditemukan pada pasien, evaluasi hasil kerja secara keseluruhan,
informasi / peraturan / perkembangan IPTEK dan lain-lain. Fokus pembicaraan adalah
membahas hasil-hasil kerja keperawatan selama sebulan mengenai semua aktivitas ruang
SP2KP (laporan bulanan).
2. Case conference
Case conference (conference kasus) adalah diskusi kelompok tentang kasus asuhan
keperawatan pasien / keluarga. Dilakukan dua kali per bulan dan kasusnya bergantian antar
tim.
3. Rapat tim kesehatan
Rapat tim kesehatan adalah media komunikasi antara tim kesehatan (rapat multidisiplin)
untuk membahas manajerial ruang SP2KP. Fokus pembicaraan rapat adalah semua hal yang
berkaitan dengan manajerial.
4. Visite dokter
Visite dokter adalah kunjungan dokter ke ruangan untuk melakukan pemeriksaan
kesehatan pada pasien, dan ketua tim bertanggung jawab melakukan kolaborasi serta
mendampingi dokter saat melakukan pemeriksaan dan menyampaikan informasi tentang
pasien.
5. Konsultasi via telepon
Konsultasi via telepon adalah tindakan melaporkan kondisi pasien kepada dokter
melalui telepon. Konsultasi via telepon dilakukan jika menurut perawat, kondisi pasien
membutuhkan tindakan kedokteran.
Manajemen Asuhan Keperawatan Diruang SP2KP
Manajemen asuhan keperawatan yang baik sangat dibutuhkan dalam memberikan asuhan
keperawatan kepada pasien secara sistematis dan terorganisasi. Manajemen asuhan
keperawatan merupakan pengaturan sumber daya dalam menjalankan kegiatan keperawatan
untuk memenuhi kebutuhan pasien atau menyelesaikan masalah pasien. Tiga komponen
penting dalam manajemen asuhan keperawatan, yaitu manajemen sumber daya manusia
(perawat), yang menggunakan sistem pengorganisasian pekerjaan perawat (asuhan
keperawatan) dan system klasifikasi kebutuhan pasien (proses keperawatan).
1. Proses keperawatan
Proses keperawatan adalah pendekatan penyelesaian masalah yang sistematis dalam
pemberian asuhan keperawatan. Kebutuhan dan masalah pasien merupakan hal yang penting
dalam proses penyelesaian masalah.
2. Rencana keperawatan
Rencana keperawatan mencakup perumusan diagnosa, tujuan (NOC) serta tindakan
keperawatan (NIC) yang telah distandarisasi oleh tim kelompok kerja SP2KP.
3. Tindakan keperawatan
Tindakan keperawatan atau implementasi merupakan suatu implementasi merupakan suatu
tindakan yang dilakukan langsung pasien, keluarga dan komunitas berdasarkan rencana
keperawatan yang dibuat.
3.1 Gambaran Umum
BAB III
ANALISA SITUASI
Rumah Sakit Umum Prof. DR. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo yang awalnya berlokasi di
Jalan Sultan Botutihe Nomor 7 Kelurahan Heledulaa Selatan Kecamatan Kota Timur telah
berpindah alamat di Jalan Prof. Dr. H. Aloei Saboe Kelurahan Wongkaditi Timur Kecamatan
Kota Utara Kota Gorontalo dengan luas lahan 5,4 Ha.
Pada tanggal 29 Januari 2009 Rumah Sakit Prof. Dr. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo
ditetapkan sebagai Rumah Sakit kelas B berdasarkan SK MENKES Nomor 084 /
MENKES/SK/I/2009.
Status pengelolaan Rumah Sakit Umum Daerah Prof. Dr. H. Aloei Saboe sejak bulan
Desember 2009 telah ditetapkan sebagai penyelenggaraan pola pengelolaan keuangan BLU
Daerah (PPK-BLUD) melalui surat keputusan Walikota Gorontalo Nomor : 318 Tahun 2009
tanggal 30 Desember 2009.
Ruangan SP2KP Anak merupakan salah satu pelayanan rawat inap yang tersedia di RSUD
Prof.Dr.H. Aloei Saboe. System pemberian pelayanan keperawatan professional (SP2KP)
merupakan pengembangan dari model praktik keperawatan professional (MPKP) dirumah sakit
umum daerah prof. Dr. H. Aloei Saboe yang sudah diterapkan sejak tahun 2006 yang bertujuan:
a. Meningkatkan kualitas asuhan pelayanan professional yang berdampak pada kepuasan
pelanggan.
b. Penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi keperawatan yang professional bagi tenaga
keperawatan
c. Meningkatkan kemandirian perawat dalam melaksanakan tindakan keperawatan
professional, akuntabilitas dan kapabilitas
d. Meningkatkan kepuasan kinerja perawat
e. Peningkatkan komunikasi yang efektif antara perawat, pasien/keluarga dan tim kesehatan
lainnya
f. Menentukan dan merencanakan fasilitas peralatan keperawatan dalam menunjang
pelayanan keperawatan
Pada penerapan SP2KP ini dikembangkan menajemen kegiatan keperawatan berdasarkan
4 pilar nilai professional, yaitu pendekatan manajemen (Management Approach), kompensasi
dan penghargaan (Compensatory Reward), hubungan professional relation sif dan pemberioan
asuhan keperawatan (patien care delivery).
Visi dan Msi
Dengan kondisi tingkat pelayanan saat ini dan dibarengi pula oleh berbagai perubahan
yang terjadi, RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo memiliki komitmen dan
keinginan untuk mendambakan suatu tingkat pelayanan lebih optimal (Prima) yang
diformulasikan dalam Visi dan Misi, sebagai berikut ;
Visi
“ Rumah Sakit Rujukan Dengan Pelayanan Prima ”
Misi
1. Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan secara Komprehensif
2. Mengembangkan Profesionalisme Karyawan Secara Berkelanjutan
3. Meningkatkan Kesejahteraan Karyawan Sesuai Kinerja
4. Mengembangkan Sistem Manajemen Keuangan
5. Mengembangkan Sistem Informasi Manajemen Berbasis Teknologi Informasi.
Tujuan
1. Meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan dan sistem rujukan secara komprehensif
2. Meningkatkan profesionalisme dan kualitas sumber daya manusia
3. Menciptakan sistem manajemen dan informasi yang optimal
3.2 Gambaran Pelaksanaan Kegiatan Ruangan SP2KP Anak
A. Sumber daya manusia (M1-MAN)
Di ruang SP2KP anak atas RSUD Prof.Aloei Saboe saat ini memiliki 19 perawat yang terdiri
dari 1 orang kepala ruangan dengan pendidikan S.Kep Ners, Ketua Tim 1,Tim 2 dan Tim 3.
Proses perekrutan tenaga perawat secara umum di RSUD.Prof Aloei Saboe melalui proses
seleksi tenaga perawat di ruang SP2KP. Tenaga perawat yang akan bekerja diruang SP2KP
anak dituntut mengikuti seleksi berikut .Berikut ini adalah proses seleksi :
a) Proses seleksi dimulai dari peninjauan dokumen untuk menetapkan perawat yang
memenuhi syarat menjadi kepala ruangan, ketua tim dan PA
b) Semua perawat yang memenuhi kriteria, dipanggil untuk tes tertulis, hasil tes tulis
menetapkan perawat pelaksana yang memnuhi kriteria dan calon ketua tim serta kepala
ruangan
c) Perawat yang lulus tes tertulis mengikuti tes wawancara
d) Tahap seleksi selanjutnya adalah presentasi yang diikuti oleh perawat yang memenuhi
kriteria kepala ruangan dan ketua tim. Untuk memilih karu dan katim
Tes tertulis dilakukan oleh orang yang independen materi yang diujikan adalah pengetahuan
perawat terkait dengan konsep SP2KP tes ini bertujuan untuk mempengaruhi sejauh mana
pengetahuan perawat tentang konsep SP2KP. Jumlah yang lulus disesuaikan dengan jumlah
perawat diruang SP2KP. Jumlah yang lulus diseduaikan dengan wawancara dilakukan oleh tim
rumah sakit yang terdiri dari bagian wawancara. Tes wawancara diikuti oleh calon karu, katim
dan pa. Tujuan wawancara calon karu dan katim adalah menegtahui sejauh mana pengetahuan
mereka terhadap konsep manajemen, askep, kemampuan menyelesaikan konflik, motivasi, dan
disiplin,
Wawancara dengan calon perawat pelaksana bertujuan mengetahui sejauh mana
penegtahuannya terhadap pengelolaan askep, motivasi dan disiplin. Presentasi dilakukan oleh
calon karu dan katim. Tim penilai terdiri dari konsultan, bidang keperawatan, bagian
kepegawaian, pimpinan rumah sakit, presentasi berisi visi, misi dan program kerja sesuai
standar SP2KP yang akan dijalankan jika terpilih sebagai karu, semua nilai direkapitulasi dan
hasilnya dikonsultasikan kepada pimpinan rumah sakit untuk menetapkan kepala ruangan jika
nama dan jumlah perawat telah ditetapkan sesuai dengan hasil tes, pimpinan rumah sakit
membuat surat (SK) penempatan perawat bekerja diruang SP2KP.
Sebelum perawat bekerja diruang SP2KP, mereka diminta membuat pernyataan akan
kesediaanya bekerja dan mengembangkan ruang SP2KP serta menndatanganinya perawat
diberikan penjelasan tentang lingkup kerja dan pengembangan karir.
STRUKTUR ORGANISASI RUANGAN SP2KP ANAK RUMAH SAKIT PROF.DR.H.ALOE SABOE KOTA GORONTALO
Direktur dr. Andang Ilato
Instalasi rawat inap
dr.Ucok Sofyan Lubis, SP.PD
Kepala Ruangan Nurhayati Matoka, S.Kep, Ns
TIM 1 TIM 2 TIM 3
Ketua TIM Tuti Abudi, Amd.Kep
Ketua TIM
Henny Pua, Amd.Kep
Ketua TIM
Wahida Zakaria, S.Kep, Ns
LEADER
Fitri Maloho, A.Md.Kep
ANGGOTA Zuriati Liputo, A.Md.Kep
Noviralia Hasan, A.Md.Kep Ramlah. T. Ali, A.Md.Kep
Ruslinawati Adam, A.Md.Kep Nurvita Bumulo, A.Md.Kep
Administrasi : Nelmis Lamuhu Herlina Ismail
Pekarya/Evakuasi : Yusuf Moki Royman A. Adam
3.3 MAN
a) Tenaga Keperawatan
Tabel 1.1 Tenaga Keperawatan di Ruang SP2KP Anak RSUD Prof. Dr. H.
Aloei Saboe Kota Gorontalo
No
Nama
Job
Descriptions
Pendidikan
Terakhir
Status
Lama
Kerja
Jenis
Pelatihan
Yang
Dikuti
1 Nurhayati Matoka,
S.Kep, Ns
Karu Profesi Ners PNS 20
Tahun
GIBUR,
PPI,
Jabatan
fungsional
,TOTSKP,
BTCLS,
Manajeme
n Bangsal
2 Tuti Abudi,
Amd.Kep
Katim DIII
Keperawatan
3
tahun
BTCLS,
SP2K, PPI
3 Zohra Mahmud,
A.Md.Kep
Leader DIII
Keperawatan
PNS 9
tahun
PPL, BHD
4 Nelawati
Kiayi,Amd.Kep
PA DIII
Keperawatan
5 Amengku Bagoes,
A.Md.Kep
PA DIII
Keperawatan
HONO
RER
1
tahun
BTCLS,
PPI
6 Fadlun Lapaleo, S.
Kep, Ns
PA Profesi Ners HONO
RER
1
tahun
BTCLS
7 Henny Pua,
Amd.Kep
Katim DIII
Keperawatan
18
tahun
BLS, PPI,
Patient
Safety
8 Ade Rahmatia
Podungge, S.Kep,
Ns
Leader Profesi Ners HONO
RER
1
tahun
BTCLS
9 Rolan F. Gobel,
A.Md.Kep
PA DIII
Keperawatan
HONO
RER
8
tahun
BHD, PPI
10 Andrianto
Abdullah, S.Kep,
Ns
PA Profesi Ners 1
tahun
BTCLS,
CWCCA
11 Ferawati Olii,
A.Md.Kep
PA DIII
Keperawatan
5
tahun
12 Yurika Lamusu,
A.Md.Kep
PA DIII
Keperawatan
HONO
RER
1
tahun
SP2KP,
BHD
13 Wahida Zakaria,
S.Kep, Ns
Katim Profesi Ners PNS 26
tahun
BTCLS,
SP2KP,
Manajeme
n bangsal
14 Fitri Maloho,
A.Md.Kep
Leader DIII
Keperawatan
Honore
r
4
tahun
PPI
15 Zuriati Liputo,
A.Md.Kep
PA DIII
Keperawatan
16 Noviralia Hasan,
A.Md.Kep
PA DIII
Keperawatan
17 Ramlah. T. Ali,
A.Md.Kep
PA DIII
Keperawatan
10
bulan
BTCLS
18 Ruslinawati Adam,
A.Md.Kep
PA DIII
Keperawatan
Honore
r
3
tahun
SP2KP,
PPI, BHD
19 Nurvita Bumulo,
A.Md.Kep
PA DIII
Keperawatan
1
tahun
BLS, PPI,
K3RS
Berdasarkan tabel diatas disimpulkan bahwa diruangan SP2KP Anakterdapat
kepala ruangan 1 orang, Ketua tim 3 orang, perawat associated 12 orang dan 3 orang
leader di masing – masing shift.
b) Tenaga Non Keperawatan
Tabel 1.2 Tenaga Non Keperawatan di SP2KP Anak RSUD Prof. Dr. H. Aloei
Saboe Kota Gorontalo
No Nama Job
Descriptions
Pendidikan
Terakhir
Golongan Lama Kerja
1. Nelmis Lamuhu Administrasi
2 Herlina Ismail Administrasi D1 HONORER 3 TAHUN
Tabel 1.2 Data primer ketenagaan SP2KP Anak
Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa di ruang SP2KP Anak
memiliki tenaga administrasi berjumlah 2 Orang.
c) Tenaga Evakuasi Dan Pekarya
Tabel 1.3 Tenaga Evakuasi dan Pekarya di Ruang SP2KP Anak RSUD Prof.
Dr. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo
No Nama Job Descriptions Pendidikan
Terakhir
Golongan Lama
Kerja
1. Yusuf Moki Evakuasi/Pekarya SMA HONORER 2 TAHUN
2. Royman A. Adam Evakuasi/Pekarya D1 HONORER 6 TAHUN
Tabel 1.3 Data primer ketenagaan SP2KP Anak
Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa di ruang SP2KP Anak
tenaga evakuasi dan pekarya berjumlah 2 orang.
4. Karakteristik ketenagaan berdasarkan tingkat pendidikan
Tabel 1.2 Distribusi Tenaga Keperawatan Berdasarkan Tingkat
Pendidikan di Ruang Perawatan Anak Tahun 2016
No Pendidikan Jumlah Persen
1 Profesi Ners 5 26,3 %
2 S1- Keperawatan 0 0 %
3 D3- Keperawatan 14 73,7%
Jumlah 19 100 %
Sumber : Data Primer 2016
Berdasarkan tabel 1.2 diatas, sebagian besar (73,3%) ketenagaan di
ruang perawatan memilki jenjang pendidikan Diploma III. Untuk tingkat
pendidikan Profesi ners adalah sebesar (26,3%), dan tingkat pendidikan
Sarjana yaitu (0%). Hal ini belum sesuai, dikarenakan berdasarkan
pembagian tenaga keperawatan berdasarkan intermountain health care
seharusnya komposisi tenaga keperawatan yang diperlukan yakni 58%
profesi Ners atau sejumlah 58% x 19 = 11 orang, dan 26 % D III
Keperawatan atau sejumlah 26 % x 19 = 4.94 atau 5 orang, sehingga
diperlukan adanya tambahan tenaga keperawatn dengan latar belakang
pendidikan Profesi Ners.
5. Karakteristik tenaga keperawatan berdasarkan masa kerja
Tabel 1.3 Distribusi Tenaga Keperawatan Berdasarkan
Masa Kerja di Ruang Perawatan Tahun 2016
No Masa Kerja Jumlah Persen
1 < 5 tahun 12 63.2 %
2 = 5 tahun-10 tahun 4 21.1 %
3 ≥10 Tahun 3 15.8 %
Jumlah 19 100 %
Sumber : Data Primer 2016
Berdasarkan tabel 1.3 di atas, sebagian besar (63,2%) tenaga
keperawatan di ruang perawatan anak memiliki pengalaman kerja < 5
tahun, dan (21,1%) memiliki pengalaman = 5 tahun-10 tahun, dan (15,8%)
memiliki pengalaman kerja ≥10 Tahun. Pembagian masa kerja dalam 3
kategori berdasarkan hasil pembagian oleh Wasis (2006) dalam buku
Pedoman Riset Praktis Untuk Profesi Perawat.
6. Karakteristik tenaga keperawatan berdasarkan pelatihan yang
diperoleh
Tabel 1.4 Distribusi Tenaga Keperawatan Berdasarkan
Pernah Mengikuti Pelatihan Keperawatan
di Ruang Perawatan Anak Tahun 2016
No Pelatihan Jumlah Persen
1 Pernah 15 78.9 %
2 Tidak pernah 4 21,1 %
Jumlah 19 100 %
Sumber : Data Primer 2016
Berdasarkan tabel 1.4 diatas, sebagian besar (21,1%) tenaga
keperawatan di Ruang Perawatan Anak belum mengikuti pelatihan terkait
dengan keperawatan dan (78,9%) diantaranya pernah mengikuti pelatihan
keperawatan misalnya BTCLS. Hal ini berarti bahwa masih kurangnya
tenaga perawat yang mengikuti pelatihan, pengembangan diri berupa
pelatihan sangatlah penting hal ini dikarenan dengan adanya pelatihan
perawat dapat mengembangkan serta meningkatkan pengetahuan, dan
keterampilan. Hal ini didukung oleh Hariandja (2002) yang menjelaskan
bahwa pelatihan merupakan upaya untuk mengembangkan sumber daya
manusia, terutama untuk mengembangkan kemampuan intelektual dan
kepribadian, juga meningkatkan keterampilan khusus seseorang. Seorang
perawat, baik perawat manajer ataupun perawat pelaksana tentunya harus
berubah sesuai dengan dinamika waktu dan tuntutan pelayanan keperawatan
yang semakin kompleks sehungga diperlukan pelatihan dan pengembangan
perawat agar kemampuan kognitif, efektif, dan psikomotornya sesuai
dengan kebutuhan areanya. Dengan hal ini maka perawat ruangan
perawatan anak perlu diikutkan dalam berbagai jenis pelatihan terutama
mengenai pelatihan manajemen ataupun PPI (Pencegahan dan Pengendalian
Infeksi) guna meningkatkan kemampuan dan pengetahuan perawat
sehingga dapat meningkatkan sumber daya manusia.
7. Pengaturan Ketenagaan
Jumlah tenaga yang diperlukan bergantung dari jumlah pasien dan tingkat
ketergantungannya. Pengkajian tingkat ketergantungan pasien dikaji dengan
menggunakan penilaian klasifikasi tingkat ketergantungan pasien rosyidi 2013.
Klasifikasi derajat ketergantungan pasien dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu :
1. Perawatan minimal, memerlukan waktu 1-2 jam
2. Perawatan partial, memerlukan waktu 3-5 jam
3. Perawatan total, memerlukan waktu 6-8 jam
Namun kelompok mengadaptasi system yang digunakan di lahan praktek
yaitu di RSAS Kota Gorontalo Untuk mengetahui jumlah tenaga yang dibutuhkan
kelompok menggunakan cara perhitungan kebutuhan tenaga perawat dengan rumus
Depkes RI 2005.Adapun kebutuhan perawat di Ruang SP2KP Anakatas dari hasil
pengkajian adalah sebagai berikut :
Tabel 1.4 Distribusi BOR Pasien di Ruang SP2KP AnakRSUD Prof. Dr. H.
Aloei Saboe Kota Gorontalo
No
Periode
Jumlah
Hari
Rawat
Jumlah
Bed
BOR
1.
September
1104
hari
47 bed
BOR = 1104
x 100% 47 TT x 30 Mari
= 1104
x 100% = 78, 2% 1410
2.
Oktober
725
hari
47 bed
BOR = 725
x 100% 47 TT x 31 Mari
= 725
x 100% = 49, 7% 1457
3.
November
972
hari
47 bed
BOR = 972
x 100% 47 TT X 30 Mari
= 972
x 100% = 68, 9% 1410
Total
2801
hari
47 Bed BOR =
2801 x 100%
47 TT x 91 Mari =
2801 x 100% = 65, 4 %
4277
Didapatkan bahwa nilai BOR di SP2KP Anak adalah 65,4 % sehingga > 60
%. nilai BOR optimal adalah 60%-85%. Presentase BOR 60% - 85% per tahun
merupakan standar nilai dari departemen kesehatan RI, Apabila rata-rata tingkat
penggunaan tempat tidur di bawah 60% berarti tempat tidur yang tersedia di rumah
sakit belum dapat dimanfaatkan sebagaimana mestinya dan apabila lebih dari 85%
maka hal itu akan mengakibatkan tempat tidur yang seharusnya bisa digunakan
untuk kejadian luar biasa (KLB) akan terisi penuh sehingga rumah sakit tidak akan
mampu menampung pasien yang akan dirawat dengan Kejadian luar biasa (KLB)
tersebut. Selain itu juga untuk menghindari ketidakadanya waktu untuk
pembersihan kamar pasien yang dirawat karena hampir semua tempat tidur per
harinya lebih 85 persen sehingga dapat menyebabkan terjadinya peningkatan
infeksi nosokomial.(Depkes RI, 2005)
8. Analisis kebutuhan tenaga keperatan di ruang anak
a) Analisa kebutuhan tenaga perawat di Ruang anakberdasarkan Rumus Gillies
adalah sebagai berikut :
Rumus Gillies
Σ jam kep yg dibutuhkan klien/hr X rata-rata klien/hr X Σ hr/tahun
Σ hr/tahun – hr libur perawat X Σ jam kerja/hari
= Σ jam kep yg dibutuhkan klien / tahun
Σ jam kerja / tahun
1. Jam Perawatan yang dibutuhkan pasien perhari, yaitu :
a. Keperawatan Langsung
Keperawatan mandiri 0 orang x 2 jam = 0 jam
Keperawatan sebagian 20 orang x 3 jam = 60 jam
Keperawatan total 0 orang x 6 jam = 0 jam
hari
Jumlah = 60 jam
b. Keperawatan tidak lagsung: 20 orang x 1 jam = 20 jam
c. Penyuluhan kesehatan : 20 orang x 0.25 jam= 5 jam
Total jam keseluruhan adalah 85 jam
2. Menentukan jumlah total jam keperawatan yang dibutuhkan
per pasien perhari adalah 85 jam : 20 = 4. 25 jam
3. Menentukan jumlah kebutuhan tenaga keperawatan pada
ruangan tersebut adalah langsung dengan menggunakan rumus
gilies di atas , sehingga didapatkan hasil sebagai berikut : 4.25 jaN s 20 pacien s 365 hari klien =
(365–128 hr/thn s7 jaN 31025 jaN/hri
1659 jaN/thn
= 18.7 (19 orang)
= 19 orang +20%
= 19 + 3.8
= 22.8 orang
atau 23 orang
4. Menentukan jumlah kebutuhan tenaga keperawatan yang
dibutuhkan perhari yaitu :
RMS=
rata–rata klien s rata–rata jaN perawatan/har
juNSa jaN kerja/hari
= 20 orang s 4.25 jaN 7 jaN
= 12.14 orang ( 12 orang)
Maka jumlah perawat yang dibutuhkan adalah :
= 12+ 1 (kepala ruangan ) = 13 orang
Menurut Douglas
b) Menentukan jumlah tenaga keperawatan yang dibutuhkan per sihift ,
yaitu dengan ketentuan WARSTLER yaitu
Maka berdasakan kondisi diatas didapatkan
a. Shift pagi = 42 % x 20 orang = 8.4 ( 8 orang)
b. Shift sore = 36% x 20 orang = 7.2 orang ( 7 orang)
c. Shift malam = 17% x 20 orang = 3.4 ( 3 orang)
Jadi jumlah tenaga perawat yang dibtuhkan yakni : 18 orang
c) Kebutuhan tenaga perawat rumus Douglas
Pada suatu pelayanan professional jumlah tenaga yang dibutuhkan
tergantung pada jumlah pasien dan derajat ketergantungan pasien.
Menurut Douglas (1984), Loveridge & Cumming (1996) klasifikasi dan
derajat keteRuangantungan pasien dibagi 3 kategori.
Tabel 1.5. Klasifikasi dan Derajat KeteRuangantungan Pasien
Berdasarkan pengkajian yang dilkaukan didapatkan jumlah
rata klien /hari yakni berjumlah 20 orang/hari, hasil ini didapatkan
dari : ( BOR x Jumlah TT). Maka jumlah tenaga yang di butuhkan
berdasarkan tingkat ketergantungan pasien yakni : 20 pasien
dengan perawatan parsial, :
1. Jumlah tenaga perawat shift pagi = 20 x 0.27
= 5.4 atau 5 orang
2. Jumlah tenaga perawat shift siang = 20 x 0. 15
= 3 orang
3. Jumlah tenaga perawat shift malam = 20 x 0.10
= 2 orang
Jadi jumlah tenaga perawat yang dibutuhkan 10 orang
d) Kebutuhan tenaga keperawatan pada ruangan anak dengan
menggunakan rumus Depkes 2005, yaitu :
• BOR Ruangan : 65,4 %
• Jumlah tempat tidur : 47
• Rata-rata jam perawatan : 4,25
• Jam kerja perawatan/ hari : 7 jam
• Kebutuhan tenaga perawat :
n = (BOR x Jumlah TT)x rata − rata jam perawatan
Jam Kerja
(65,4 % x 47)x 4.25 n = 7 jam
= 18,6 orang
= 19 orang
• Faktor resiko
n = 52 + 12 + 14
279
x 19
=5.31 orang
Jumlah tenaga keperawatan yang mengerjakan tugas non
keperawatan :
= (19+5,31) x 25%
= 6,0
Jumlah tenaga perawat yang diperlukan
= tenaga yang tersedia + faktor koreksi
= 18,6 + 6,0 = 24,6 atau 25 orang
Menurut kami penggunaan metode perhitungan tenaga keperawatan
berdasarkan Depkes paling efektif, berdasarkan perhitungan diatas didapatkan
bahwa jumlah tenaga perawat di ruangan perawatan II masih kurang, penggunaan
metode ini didukung oleh Hendrich, et. al., (2008) dimana dengan menggunakan
metode ini dapat memperhitungkan beban kerja perawat, dan juga
memperhitungkan jam kerja serta loss day dan faktor resiko sehingga lebih
mempertimbangkan beban kerja perawat, dimana tidak semua waktu digunakan
sepenuhnya oleh seorang perawat untuk bekerja. Ada waktu yang dihabiskan untuk
libur, sakit, melanjutkan pendidikan dan sebagainya, oleh sebab itu waktu produktif
seorang perawat dalam satu tahun diperkirakan sebesar 85% yaitu 1768 jam/tahun.
Maka dengan ini jumlah perawat di ruangan harus ditambah sehingga dapat
memenuhi kebutuhan tenaga keperawatan yang ideal.
3.4 Mataerial 1. Lokasi dan denah ruangan
Lokasi penerapan proses management keperawatan yang digunakan dalam
kegiatan pembelajaran managemen keperawatan mahasiswa PROFESI NERS UNG
diruang G1 Perawatan Anak RSAS dengan uraian sebagai berikut:
a) Timur : Ruang perawatan [Tangga yang menghubungkan G1 atas dan bawah]
b) Barat : Ruangan belakang Ruang perawatan Anak [Tangga yang
menghubungkan G1 atas dan bawah]
c) Selatan : Pantri , Ruang Pertemuan dan Ruang Dokter.
d) Utara : sebagai pintu masuk ke dalam ruangan dan berdampingan dengan SP2KP Bedah atas
2. Denah Ruang Perawatan Anak
3. Peralatan dan Fasilitas a. Fasilitas untuk Pasien
NO NAMA
BARANG JUMLAH KONDISI IDEAL USULAN
1 Tempat Tidur 47 unit Jumlah tempat tidur
yang ada pegangan
sebanyak 26 buah
tempat tidur (55,3%).
Jumlah tempat tidur
yang tidak ada
pegangan sebanyak 21
buah (44,7%)
1 : 1 -
2 Kamar Mandi
& WC
16 Unit Baik -
3 Lemari Pasien 47 Unit Baik 1 : 1 -
4 Kipas Angin 1 Unit Baik 4/ruangan Ditambahkan
5 Brankar 2 Unit Baik 1/ruangan -
6 Kursi Roda 2 Unit Baik 1/ruangan -
7 Jam Dinding - - 1/ruangan Ditambahkan
8 Kursi 10 Unit
(Ruangan
Kelas I)
Baik - -
9 AC 5 Unit
(Ruangan
Kelas I)
Rusak - Diperbaiki
10 TV 5 Unit Baik - -
b. Fasilitas untuk Petugas Kesehatan
a) Ruang KARU terpisah dengan nurse station.
b) Ruang administrasi terpisah dengan nurse station.
c) Pantry berada disebelah ruang dokter dan ruang pertemuan
d) Kamar mandi dan WC (2 unit) terpisah dengan ruang KARU.
e) Ruang dokter bergabung dengan ruang pertemuan
f) Nurse station berada pada bagian tengah ruangan.
NO NAMA BARANG JUMLAH KONDISI
1 Meja Tim 3 Unit Baik
2 Meja Panjang Bersama 4 Unit Baik
3 Wastafel 2 Unit Baik
4 Tempat Sampah 5 Unit Baik
5 Lemari Peralatan 2 Unit Baik
6 Tempat BHP 1 Unit Baik
7 Tempat Obat 1 Unit Baik
8 Bangku Panjang 3 Unit Baik
9 Kursi 8 Unit Baik
10 Kipas Angin 5 Unit Baik
11 Jam Dinding 1 Unit Baik
12 Komputer 1 Unit Baik
13 Telephone 1 Unit Baik
c. Alat Kesehatan yang Ada Di Ruangan SP2KP Anak
NO NAMA
BARANG JUMLAH KONDISI IDEAL USULAN
1 Suction 2 Unit Baik 2/ruangan -
2 Tensimeter 2 Unit Baik 2/ruangan -
3 Stetoskop 2 Unit Baik 2/ruangan -
4 Termometer 1 Unit Baik 5/ruangan Ditambahkan 4
5 Kursi Roda 2 Unit Baik 2/ruangan -
6 Korentang 2 Unit Baik 2/ruangan -
7 Gunting
Verban
1 Unit Baik 2/ruangan Ditambahkan 1
8 Nierbeken 1 Unit Cukup Baik 2/ruangan Ditambahkan 1
9 Tromol kasa 2 Unit Baik 2/ruangan -
10 Nebulizer 2 Unit Baik 1/ruangan -
11 Tabung O² 4 Unit Baik 2/ruangan -
12 Dorongan
instrument
1 Unit Baik 2/ruangan -
13 Timbangan
Anak
1 Unit Baik - -
14 Timbangan
Bayi
1 Unit Baik - -
15 Ambubag - - - Diadakan
16 EKG - - - -
d. Administrasi Penunjang
1. Ringkasan rawat kunjungan / dokter
2. Rekam medic pasien gawat darurat
3. Lembar persetujuan pasien
4. Ringkasan masuk dan keluar
5. Lembar pengkajian dokter
6. Pengkajian keperawatan
7. Lembar hasil laboratorium
8. SOAP dokter dan perawat
9. Kurva vital sign, obat-obatan
10. Tindakan keperawatan
11. Pendidikan pasien dan keluarga
12. Discharge planning
13. Resume medic
14. Catatan pemberian obat
15. Pencegahan dan pengendalian infeksi
16. Lembar transfer anakl
3.5 METODE
a. Penerapan SP2KP
SP2KP adalah sistem pemberian pelayanan keperawatan profesional yang
merupakan pengembangan dari MPKP (Model Praktek Keperawatan
Profesional) dimana dalam SP2KP ini terjadi kerjasama profesional antara
perawat primer (PP) dan perawat asosiet (PA) serta tenaga kesehatan lainnya
(Perry, Potter. 2009).
Visi, Misi dan Falsafah
• Visi dan Misi di RSUD. PROF. DR. H. ALOEI SABOE KOTA
GORONTALO
Visi Rumah Sakit Terbaik Di Provinsi Gorontalo dan Kawasan
Teluk Tomini
Misi Meningkatkan Mutu Pelayanan Rumah Sakit yang
Berwawasan Lingkungan
Motto Tekadku adalah Pelayanan Terbaik
Falsafah Pelayanan Berlandaskan Etika, Profesionalisme dan
Berorientasi pada Kepuasan Masyarakat
Tujuan Peningkatan Mutu Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit
a. Perencanaan (Planning)
Perencanaan dapat diartikan sebagai suatu rencana kegiatan tentang apa
yang harus dilakukan, bagaimana kegiatan itu dilaksanakan, dimana kegiatan
itu dilakukan. Perencanaan yang matang akan memberi petunjuk dan
mempermudah pelaksanaan suatu kegiatan. Kegiatan perencanaan dalam
praktik keperawatan professional merupakan upaya meningkatkan professional
dalam pelayanan keperawatan sehingga mutu pelayanan bukan saja dapat
dipertahankan, tapi dapat terus meningkat sampai tercapai derajat kepuasan
tertinggi bagi penerima jasa pelayanan keperawatan dan pelaksana pelayanan
itu sendiri (Pedoman Penerapan SP2KP RSAS Gorontalo).
Jenis perencanaan yang diterapkan di ruang SP2KP Anak adalah
perencanaan jangka pendek. Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala
ruangan SP2KP Anak diperoleh informasi bahwa rencana kegiatan yang
dijalankan adalah rencana bulanan dan tahunan. Rencana kegiatan bulanan
yang dilakukan meliputi penyusunan jadwal dinas, rapat bulanan perawat,
jadwal supervisi, serta penilaian kinerja ketua tim dan perawat pelaksana.
Sedangkan rencana kegiatan tahunan, kepala ruangan menyusun laporan
tahunan yang berisi tentang kinerja SP2KP, melaksanakan rotasi tim untuk
penyegaran masing-masing anggota tim, serta membuat perencanaaan SDM
dengan mengusulkan jumlah tenaga yang sesuai dengan standar. Terkait
perencanaan fasilitas, kepala ruangan membuat perencanaan fasilitas dan
sarana dalam menunjang kegiatan pelayanan keperawatan dengan cara
mengusulkan fasilitas berupa alat dan bahan sesuai standar.
b. Pengorganisasian (Organizing)
Pengorganisasian adalah pengelompokkan aktivitas untuk mencapai
tujuan, penugasan suatu kelompok tenaga keperawatan, menentukan cara dari
pengkoordinasian aktivitas yang tepat, baik vertikal maupun horizontal yang
bertanggung jawab untuk mencapai tujuan organisasi (Pedoman Penerapan
SP2KP RSAS Gorontalo).
Pengorganisasian kegiatan dan tenaga perawat di ruang SP2KP Anak
menggunakan pendekatan sistem penugasan metode tim. Berdasarkan hasil
wawancara dengan salah seorang ketua tim, diperoleh informasi bahwa metode
pemberian asuhan keperawatan di ruang SP2KP anak saat ini menggunakan
metode tim.
Metode tim adalah metode penugasan asuhan keperawatan yang terdiri
atas anggota yang berbeda-beda dalam memberikan asuhan keperawatan
terhadap sekelompok pasien (Nursalam, 2014).
Pengorganisasian di ruang SP2KP anak terdiri dari struktur organisasi, dan
daftar dinas ruangan. Struktur organisasi menunjukkan adanya pembagian
kerja dan menunjukkan bagaimana fungsi-fungsi atau kegiatan yang berbeda-
beda diintegrasikan atau dikoordinasikan. Daftar dinas ruangan disusun
berdasarkan tim, dibuat dalam jangka waktu 1 bulan, sehingga perawat sudah
mengetahui dan mempersiapkan dirinya untuk menjalankan dinas.
Sedangkan daftar pasien adalah daftar yang berisi nama pasien, nama dokter
penanggung jawab, dan nama perawat dalam tim (Pedoman Penerapan SP2KP
RSAS Gorontalo).
Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala ruangan diperoleh informasi
bahwa struktur organisasi saat ini telah mengalami perubahan, sehingga
direncanakan akan dilakukan pembaharuan.
c. Pengarahan (Directing)
Kegiatan pengarahan yang diterapkan di ruang SP2KP Anak meliputi:
1) Menciptakan budaya motivasi
Motivasi adalah karakteristik psikologis manusia yang memberi
kontribusi pada tingkat komitmen seseorang. Motivasi adalah perasaan
atau pikiran yang mendorong seseorang melakukan pekerjaan atau
menjalankan kekuasaan, terutama dalam berperilaku (Nursalam, 2014).
Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala ruang diperoleh
informasi bahwa kepala ruangan memberikan reward dalam bentuk lisan
kepada staf yang berprestasi, serta memberikan punishment berupa teguran
lisan maupun tulisan kepada staf yang kurang disiplin menjalankan tugas.
2) Komunikasi efektif pada operan antar shift
Operan atau timbang terima merupakan teknik atau cara untuk
menyampaikan dan menerima sesuatu (laporan) yang berkaitan dengan
keadaan pasien. Timbang terima dilakukan oleh oleh perawat primer
keperawatan kepada perawat primer (penanggung jawab) dinas sore atau
dinas malam secara tertulis dan lisan (Nursalam, 2014).
Berdasarkan hasil observasi pada 12-17 Desember 2016 di ruang
SP2KP anak, ditemukan bahwa operan antar shift/ timbang terima
dilakukan setiap pergantian shift sebanyak 3 kali, yakni shift pagi ke sore
(pukul 14.00 wita), shift sore ke malam (pukul 21.00 wita), dan shift
malam ke pagi (pukul 08.00 wita). Pelaksanaan timbang terima sudah
berjalan dengan baik, namun kadang belum dijalankan sesuai dengan
standar prosedur operasional yang telah ditetapkan. Pendokumentasian
timbang terima menggunakan metode SBAR, namun pada pelaporan
secara lisan, perawat tidak menyampaikan backround (tindakan
keperawatan yang telah dilakukan) dan recomendation (tindakan
keperawatan yang belum dilakukan). Hal ini disebabkan oleh karena
tingginya beban kerja perawat, sehingga sering hanya menyampaikan
identitas pasien dan rencana tindakan medis yang akan dilakukan seperti
pengobatan dan persiapan lainnya.
Alur operan antar shift adalah sebagai berikut (Nursalam, 2014)
Tahap Kegiatan
Persiapan 1) Timbang terima dilaksanakan setiap pergantuan shift.
2) Prinsip timbang terima, semua pasien baru masuk dan pasien yang dilakukan timbang terima khususnya pasien yang memiliki permasalahan yang belum/ dapat teratasi serta yang membutuhkan observasi lebih lanjut.
3) PA/PP menyampaikan timbang terima kepada PP (yang menerima pendelegasian) berikutnya, hal yang perlu disampaikan dalam timbang terima: � Aspek umu yang meliputi: M1 s/d M5 � Jumlah pasien � Identitas pasien dan diagnose medis � Data (keluhan/ subjektif dan objektif) � Masalah keperawatan yang masih
muncul � Intervensi keperawatan yang sudah dan
belum dilaksanakan (secara umum) � Intervensi kolaboratif dan dependen � Rencana umum dan persiapan yang perlu
dilakukan (persiapan operasi, pemeriksaan penunjang, dan program lainnya)
Pelaksanaan Nurse station 1. Kedua kelompok dinas sudah siap ( shift
jaga)
2. Kelompok yang akan bertugas menyiapkan buku catatan
3. Kepala ruangan membuka acara timbang terima
4. Penyampaian yang jelas, singkat dan padat oleh perawat jaga (NIC)
5. Perawat jaga shift selanjutnya dapat melakukan klarifikasi, tanya jawab dan melakukan validasi terhadap hal-hal yang telah ditimbang terimakan dan berhak menanyakan mengenai hal-hal yang kurang jelas.
Di Bed Pasien 6. Kepala ruangan menyampaikan salam dan
PP menanyakan kebutuhan dasar pasien 7. Perawat jaga selanjutnya mengkaji secara
penuh terhadap masalah keperawatan, kebutuhan, dan tindakan yang telah/belum dilaksanakan, serta hal-hal penting lainnya selama masa perawatan.
8. Hal-hal yang sifanya khusus dan memerlukan perincian yang matang sebaiknya dicatat secara khusus untuk kemudian diserahterimakan kepada petugas berikutnya
Post- timbang terima 1) Diskusi 2) Pelaporan untuk timbang terima dituliskan
secara langsung pada format timbang yang ditandatangani oleh PP yang jaga saat itu dan PP yang jaga berikutnya diketahui oleh kepala ruangan
3) Ditutup oleh kepala ruangan Format pelaporan timbang terima di ruangan tidak lagi menggunakan
buku operan akan tetapi sudah menggunakan format SBAR. Hal ini sudah
sesuai dengan panduan SP2KP rumah sakit. Penggunaan SBAR ini adalah
ketika pasien dalam jumlah yang banyak, olehnya perawat saat pelaporan
hanya memberikan penekanan pada pasien-pasien yang memerlukan
perhatian khusus.
3) Komunikasi efektif pada pre conference dan post conference
Pre conference adalah komunikasi katim dan perawat pelaksana
setelah selesai timbang terima untuk rencana kegiatan pada shift tersebut
yang dipimpin oleh ketua tim atau penanggung jawab tim. Post conference
adalah komunikasi katim dan perawat pelaksana tentang hasil kegiatan
sepanjang shift dan sebelum timbang terima pada shift berikut. Secara
umum tujuan conference adalah untuk menganalisa masalah-masalah secara
kritis dan menjabarkan alternative penyelesaian masalah, mendapat gambar
berbagai situasi lapangan yang dapat menjadi masukan untuk menyusun
rencana antisipasi sehingga dapat meningkatkan kesiapan diri dalam
pemberian asuhan keperawatan dan merupakan cara yang efektif untuk
menghasilkan perubahan non kognitif (Seniwati, 2012).
Berdasarkan hasil observasi pada 12-17 Desember 2016 di ruang
SP2KP anak, ditemukan bahwa pelaksanaan pre dan post conference sudah
berjalan dengan baik. Pre dan post conference di ruang SP2KP Anak tidak
dilakukan atau ditiadakan bila hanya satu perawat yang dinas pada tim
tersebut.
4) Ronde keperawatan
Ronde keperawatan adalah kegiatan yang bertujuan untuk mengatasi
masalah keperawatan pasien yang dilaksanakan oleh perawat disamping
melibatkan pasien untuk membahas dan melaksanakan asuhan keperawatan.
Pada kasus tertentu harus dilakukan oleh perawat primer, atau konselor,
kepala ruangan, perawat pelaksana yang perlu juga melibatkan seluruh
anggota tim kesehatan. Ronde mempunyai tujuan untuk menyelesaikan
masalah pasien melalui pendekatan berprikir kritis (Nursalam,2014).
Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala ruangan SP2KP Anak
didapatkan informasi bahwa kegiatan ronde keperawatan belum optimal
karena jarang dilakukan, sebab pelaksanaannya hanya pada saat ditemukan
kasus/masalah pasien yang memenuhi kriteria diadakannya ronde
keperawatan. Berdasarkan hasil observasi pada 12-17 Desember 2016
bahwa rata-rata hari rawat pasien di ruang SP2KP Anak adalah 3-5 hari,
sehingga sangat jarang ditemukan masalah keperawatan pasien yang tidak
teratasi dalam waktu yang lama. Hal ini dapat menyebabkan menurunnya
kemampuan perawat dalam melaksanakan ronde keperawatan yang dapat
melatih perawat dalam berpikir kritis dan memberikan justifikasi terkait
keadaan pasien.
5) Menejemen konflik
Konflik diindikasikan sebagai suatu kelemahan manajemen pada
suatu organisasi yang harus dihindari. Keharmonisan suatu organisasi
sangat diharapkan, tetapi konflik selalu akan merusaknya. Konfliks
sebenarnya dapat dihindari dengan mengarahkan staf kepada tujuan yang
jelas dalam melaksanakan tugas dan memfasilitasi agar staf dapat
mengekspresikan ketidakpuasannya secara langsung, sehingga masalah
tidak menumpuk dan bertambah banyak (Nursalam, 2014).
Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala ruangan diperoleh
informasi bahwa penerapan menejemen konflik di ruang SP2KP anak
menggunakan pendekatan penyelesaian masalah, yakni dengan cara
mengkomunikasikan masalah yang terjadi.
6) Supervisi
Supervisi keperawatan adalah suatu proses pemberian sumber-sumber
yang dibutuhkan untuk menyelesaikan tugas dalam rangka mencapai tujuan.
tujuan supervisi adalah pemenuhan dan peningkatan pelayanan pada klien
dan keluarga yang berfokus pada kebutuhan, keterampilan, dan kemampuan
perawat dalam melaksanakan tugas (Nursalam, 2014).
Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala ruangan SP2KP Anak,
supervisi dilakukan oleh kepala ruangan sesuai jadwal bulanan yang telah
dibuat. Supervisi dilakukan oleh kepala ruangan secara langsung kepada
ketua tim dan ketua tim secara langsung melakukan supervisi kepada
perawat pelaksana. Kepala ruangan memberikan umpan balik pada saat
supervisi dengan cara memberikan penjelasan tentang hasil supervisi,
memberikan reward kepada staf yang berprestasi dan punishment kepada
staf yang kurang disiplin, serta memotivasi staf untuk bekerja lebih baik.
7) Pendelegasian
Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala ruangan diperoleh
informasi bahwa pendelegasian wewenang dilaksanakan dengan cara
menunjuk ketua tim atau penanggung jawab shif yang bertugas pada saat
itu.
d. Pengendalian (Controlling)
Pengendalian menejemen adalah proses untuk memastikan bahwa
aktivitas sebenarnya sesuai dengan aktivitas yang direncanakan dan berfungsi
untuk menjamin kualitas serta serta pengevaluasi penampilan (Pedoman
Penerapan SP2KP RSAS Gorontalo).
Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala ruangan dan ketua tim
diperoleh informasi bahwa ruang SP2KP Anak memiliki program
pengendalian mutu yang telah dijalankan sesuai dengan standar prosedur
operasional yang telah ditetapkan, seperti jumlah BOR (Bed Occupancy Ratio),
jumlah ALOS (Average Length of Stay), TOI (Turn Ober Interval), BTO (Bed
Turn Over), dan NDR (Net Death Rate).
e. Audit Dokumentasi Asuhan Keperawatan
Audit dokumentasi adalah kegiatan mengevaluasi dokumen asuhan
keperawatan yang telah dilaksanakan oleh perawat pelaksana. Berdasarkan
hasil wawancara dengan kepala ruangan diperoleh informasi bahwa kegiatan
audit dilakukan untuk memeriksa rekam medik pasien yang telah pulang atau
meninggal. Audit dokumentasi asuhan keperawatan dilakukan untuk
memperbaiki kesalahan yang terjadi dalam pendokumentasian. Kepala ruangan
melakukan penilaian penampilan kerja staf dengan cara melihat hasil kerja staf
setiap bulan.
1. Sentralisasi Obat
Sentralisasi obat adalah pengelolaan obat dimana seluruh obat yang akan
diberikan kepada pasien diserahkan pengelolaan sepenhnya oleh perawat.
Tujuan pengelolaan obat adalah menggunakan obat secara bijaksana dan
menghindarkan pemborosan, sehingga kebutuhan asuhan keperawatan pasien
dapat terpenuhi (Nursalam, 2011).
Sentralisasi obat di ruangan SP2KP Anak, baik obat-obatan oral maupun
obat injeksi sudah ditempatkan di nurse station dimana obat-obatan tersebut
ditempatkan pada tempat obat yang sesuai dengan jam pemberian obat, dengan
catatan obat diberi label nama pasien dan ruangan.
Alur sentralisasi obat adalah obat diresepkan oleh dokter dan diberikan
kepada perawat. Oleh perawat, diberikan resep tersebut kepada keluarga pasien
untuk ditebus di depo farmasi. Setelah itu keluarga membawa obat yang
dibagikan tersebut untuk diserahkan kepada perawat. Oleh perawat, obat yang
diserahkan dipilah sesuai dengan waktu pemberian dengan tidak melupakan
label identitas pasien pada obat yang diberikan.
2. Discharge Planning
Discharge planning adalah merupakan bagian terpenting dari program
keperawatan pasien yang dimulai segera setelah pasien masuk Rumah Sakit.
Hal ini merupakan suatu proses yang menggambarkan usaha kerja sama antara
tim kesehatan, keluarga, pasien, dan orang yang penting bagi pasien. Tujuan
discharge planning adalah menyiapkan pasien dan keluarga secara fisik,
psikologis, dan social; meningkatkan kemandirian pasien dan keluarga; serta
meningkatkan kepercayaan keperawatan yang berkelanjutan pada pasien
(Nursalam, 2014).
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan pada 12-17 Desember 2016
di ruang SP2KP anak, perencanaan pulang sudah dilaksanakan oleh perawat,
namun belum maksimal karena tidak memberikan brosur atau leafleat pada
pasien, sehingga memungkinkan pasien lupa tentang penjelasan yang diberikan
oleh perawat. Hal ini disebabkan oleh karena keterbatasan ketersediaan leaflet
di ruang SP2KP Anak, sehingga pelaksanaan discharge planning secara tertulis
tidak dapat dilakukan. Perencanaan pulang didokumentasikan pada format
discharge planning yang digunakan oleh Rumah Sakit.
3. Dokumentasi Keperawatan
Dokumentasi keperawatan adalah suatu rangkaian kegiatan yang rumit
dan sangat beragam serta memelukan waktu yang cukup banyak dalam proses
pembuatannya. Suatu dokumen atau data yang berisi data tentang keadaan
pasien yang dilihat tidak saja dari tingkat kesakitan dan tetapi juga dilihat dari
jenis, kualitas, dan kuantitas dari layanan yang telah diberikan perawat dalam
memenuhi kebutuhan pasien (Ali,2010).
Menurut Nursalam (2008), terdapat beberapa model dari penerapan dari
dokumentasi asuhan keperawatan yang sering diterapkan ditempat praktik
yaitu: (1) catatan yang berorientasi pada sumber (Source oriented Record), (2)
catatan yang berorientasi pada perkembangan dari kemajuan pasien (Progress
Oriented Record), (3) charting by exception (CBE), (4) problem Intervention
Evaluation (PIE), (5) Process oriented Sistem. Dimana Progress Oriented
record merupakan pencatatan yang berorientasi pada perkembangan yang
terjadi pada pasien/klien. Model ini berisi tentang perkembangan atau
kemajuan dari tiap masalah yang telah dilakukan tindakan, disusun oleh semua
anggota yang terlibat dengan menambahkan catatan perkembangan pada
lembar yang sama.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara pada 15 Desember 2016 di
Ruang SP2KP anak, dokumentasi keperawatan yang dilakukan meliputi
pengkajian yang menggunakan review of system, pengkajian kebutuhan dasar,
serta diagnosis keperawatan sampai dengan evaluasi menggunakan SOAP.
Pendokumentasian pengkajian keperawatan, NOC dan NIC terdapat dalam
lembar MRA06 dan MRA07, tindakan keperawatan terdapat dalam lembar
MRA011, sedangkan evaluasi keperawatan dicatat dalam catatan
perkembangan pasien terintegrasi pada lembar MRA09.
Catatan keperawatan berisikan Instruksi Dokter, catatan mandiri Perawat,
catatan perkembangan TTV, tetapi belum semua tindakan didokumentasikan.
Dokumentasi keperawatan di Ruang SP2KP Anak dilaksanakan segera setelah
pasien masuk di ruangan.
Masalah-masalah yang muncul pada M3 (Metode) :
1. Belum dilakukannya pembaharuan pada struktur organisasi ruangan SP2KP
Anak sebagai acuan dalam pembagian kerja dan fungsi masing-masing anggota
2. Belum optimalnya pelaksanaan operan shift atau timbang terima karena belum
dijalankan sesuai dengan standar prosedur operasional.
3. Belum optimalnya pelaksanaan ronde keperawatan karena jarang ditemukan
kasus pasien yang memenuhi kriteria diadakannya ronde keperawatan.
3.6 MONEY
Berdasarkan hasil wawancara dengan Perawat ruangan sumber
pembiayaan ruang SP2KP Anak memilki sistem keuangan yang diatur langsung
oleh pihak rumah sakit baik untuk pelayanan maupun penggajian pegawai ruangan,
sedangkan pembiayaan pasien sebagian besar dari BPJS, Kartu Indonesia Sehat,
JKN, Kartu Sejahtera, dan sisanya dari dana umum (biaya sendiri). perencanaan
anggaran untuk ruangan, perencanaan fasilitas dan sarana dalam menunjang
kegiatan pelayanan keperawatan telah dibuat dan diajukan kepada bidang
keuangan, bidang pelayanan dan bidang sarana dan prasarana. Akan tetapi di ruang
SP2KP Anak belum memiliki alokasi dana bulanan/tahunan.
Berdasarkan peraturan daerah (PERDA) kota gorontalo.
1. Tenaga perawat yang PNS memperoleh gaji sesuai dengan golongan
masing-masing yang diberikan tunjangan-tunjangan beserta jasa baik
umum maupun BPJS.
2. Pegawai honor daerah/kontrak memperoleh gaji pokok beserta jasa baik
umum maupun BPJS.
Tabel Daftar Gaji Perbuan Pegawai RSUD Prof. Dr. Aloei Saboe
Golongan Gaji perbulan
- PNS Sesuai golongan
- Honorer S1/ Ners Rp. 700.000 /bulan
- Honorer D3 Rp. 650.000 /bulan
- jaga malam perawat Rp. 35.000 /malam
- jasa perbulan untuk perawat Rp. 750.000 – 3.000.000 /bulan
(ket : di hitung sesuai jumlah pasien
perbulan / dihitung sesuai jumlah klem
yang dimasukkan oleh perawat)
Bedasarkan tabel diatas bahwa jumlah gaji PNS tetap di sesuaikan dengan
golongan, untuk honorer S1/Ners Rp.700.000/ bulan dan D3 sebesar Rp.650.000/
bulan, adapun uang jasa perawat biasanya mendapatkan uang sekitar ± 750.000 –
3.000.000 namun hal ini tak menentu tergantung dari jumlah pasien perbulan dan
jumlah klem yang dimasukkan oleh perawat itu sendiri Sedangkan uang jaga malam
Rp 35.000 /malam. Sistem pembagian jasa perawat langsung dibagikan oleh kepala
ruangan begitupun uang jaga malam. Dari hasil pengkajian didapatkan masalah
tentang penerimaan atau waktu pemberian jasa yang tidak menentu, untuk jumlah
jasa tergantung jumlah tindakan yang dilakukan oleh perawat tapi ada perawat yang
tidak melakukan pendokumentasian setiap melakukan tindakan jadi hal itu
berpengaruh di jumlah klem dan jumlah jasa yang diterima.
Sistem pembayaran pasien juga dikelolah langsung oleh bagian keuangan
rumah sakit dan jenis pembayaran tergantung pada jaminan yang digunakan oleh
pasien anatar lain: Untuk pasien BPJS/JKN,KIS,Kartu Sejahtera, biaya perawatan
ditanggung oleh jaminan tersebut dengan mengikuti prosedur yang berlaku dimana
batas waktu pengurusan hanya 3 hari sejak pasien masuk rumah sakit, untuk pasien
umum seluruh biaya perawatan ditanggung sepenuhya oleh pasien/ keluarga (biaya
sendiri), untuk batas waktu pulang pasien adalah jam 14.00 wita, dan bila melewati
jam tersebut, maka tarif perawatan ditambah satu hari, pasien tidak diperkenankan
pulang pada sore hari, malam hari, atau hari libur dan Biaya perawatan disesuaikan
dengan jaminan kelas yang ditentukan oleh kartu jaminan kesehatan yang dimiliki
oleh pasien itu sendiri
Pembiayaan pasien (perawatan) yang berlaku saat ini sesuai kelas perawatan
di Ruang SP2KP Anak ada tiga kelas yaitu kelas I, II, dan III dengan rincian sebagai
berikut :
Tabel Rincian Biaya Perawatan Diruang SP2KP Anak RSUD. Prof. Dr. H.
Aloei Saboe
NO
Rincian tagihan
Biaya Keterangan Kelas
1
Kelas
II
Kelas
III
1 Rawat inap Rp 137.000 Rp. 76.320 Rp 55.800 perhari
2 Tindakan medik IVFD
Tindakan Medik NGT
Tindakan medik DK
Tindakan medik rawat luka
Tindakan medik nebulizer
Tindakan Pemasangan O2
Rp 34.500
Rp. 34.500
Rp 34.500
Rp 34.500
Rp 91.750
Rp 7.500
Rp 22.750
Rp. 22.750
Rp 22.750
Rp 22.750
Rp 55.800
Rp 7.500
Rp. 15.000
Rp. 15.000
Rp 15.000
Rp 15.000
Rp 36.600
Rp 7.500
Per tindakan
Per tindakan
Per tindakan
Per tindakan
Per tindakan
Per jam
3 Konsultasi Rp 67.500 Rp 41.500 Rp 27.300 -
4 Rawat bersama Rp 23.914 Rp 12.593 Rp 13.811 -
5 Laboratorium
a. Sederhana (DL,UL)
b. Sedang (Widal,DDR)
c. Canggih (Kimia darah
dan elektrolit)
Rp. 24.700
Rp. 52.500
Rp. 84.000
Rp. 18.200
Rp. 38.350
Rp. 62.400
Rp. 13.200
Rp.28.200
Rp. 48.600
Per item
Per item
Per item
6 Elektromedik (EKG) Rp 81.750 Rp 55.900 Rp. 36.600
7 Radiologi (THORAX) Rp. 96.750 Rp. 72.150 Rp. 55.800
8 Rehab Medik (FISIOTH) Rp. -
Rp. -
Rp. -
Bukti
Tindakan
7 Asuhan keperawatan
a. Total care
b. Partial care
c. Self care
Rp 20.250
Rp 15.750
Rp 12.000
Rp 12.075
Rp 9.775
Rp 6.900
Rp. 8.600
Rp 6.600
Rp 4.800
Per hari
Per hari
Per hari
8 Medical record Rp 9.050 Rp 7.900 Rp 5.500 Per hari
Catatan :
Untuk pasien BPJS/JKN
3. Golongan III Dan IV Hak Rawatan Kelas I
4. Golongan I Dan Golongan II Hak Rawatan Kelas II
5. Untuk Pemeriksaan Penunjang Lainnya Termaksud Dalam Paket BPJS / JKN
6. Untuk Pasien Jamkesmas Hak Rawatan Kelas III
7. Hak Perawatan Lainnya Ditentukan Oleh Jaminan BPJS/JKN, KIS,JKN dan
Kartu Sejahtera
No Data Masalah Landasan Teori
M1 : MAN
1 Sebagian besar 14 orang (73,3%)
ketenagaan di ruang perawatan
memilki jenjang pendidikan
Diploma III. Untuk tingkat
pendidikan Profesi ners adalah
sebanyak 5 orang (26,3%).
Cat: 1 perawat sementara studi
melanjutkan ke jenjang profesi
Kurangnya tenaga keperawatan berlatar
pendidikan S-1 dan Ners
Pembagian tenaga keperawatan berdasarkan
intermountain health care seharusnya komposisi tenaga
keperawatan yang diperlukan yakni 58% S1 Keperawatan
atau sejumlah 58% x 19 = 11 orang, dan 26 % D III
Keperawatan atau sejumlah 26 % x 19 = 4.94 atau 5
orang
2 Sebagian besar perawat belum mengikuti pelatihan perawatan dasar anak dan BHD pada anak.
Masih kurangnya tenaga perawat yang mengikuti pelatihan khususnya mengenai pelatihan perawatan dasar anak dan BHD pada anak.
Pelatihan bagi perawat sangatlah penting hal ini
dikarenan dengan adanya pelatihan perawat dapat
mengembangakan serta meningkatkkan pengetahuan,
dan keterampilan. Hal ini didukung oleh Hariandja
(2002) yang menjelaskan bahwa pelatihan merupakan
upaya untuk mengembangkan sumber daya manusia,
terutama untuk mengembangkan kemampuan intelektual
dan kepribadian, juga meningkatkan keterampilan khusus
seseorang
3 Jumlah perawat yang berada di
ruangan SP2KP anak hanya 17
orang perawat tetap, dan 2 perawat
orientasi jika disesuaikan dengan
jumlah BOR 65,4% seharusnya
jumlah perawat adalah 19 perawat
dan ditambah dengan faktor koreksi
menjadi 25 perawat. Maka masih
dibutuhkan 6 perawat.
Tenaga perawat yang ada tidak sesuai
dengan jumlah BOR yang ada. Dimana
dengan BOR 65,4% seharusnya jumlah
perawat adalah 19 perawat dan ditambah
dengan faktor koreksi menjadi 25
perawat.
Penggunaan metode perhitungan tenaga keperawatan
berdasarkan Depkes paling efektif, berdasarkan
perhitungan diatas didapatkan bahwa jumlah tenaga
perawat di ruangan perawatan II masih kurang,
penggunaan metode ini didukung oleh Hendrich, et. al.,
(2008) dimana dengan menggunakan metode ini dapat
memperhitungkan beban kerja perawat, dan juga
memperhitungkan jam kerja serta loss day dan faktor
resiko sehingga lebih mempertimbangkan beban kerja
perawat, dimana tidak semua waktu digunakan
sepenuhnya oleh seorang perawat untuk bekerja.
M2 (MATERIAL)
1. Fasilitas pasien
• Ruang SP2KP anak yang terdiri dari kelas I, II dan III.
Fasilitas Pasien
• Jumlah tempat tidur yang ada pegangan sebanyak 26 buah
Menurut undang undang Rumah Sakit tahun 2009 pasal 7
diterangkan bahwa rumah sakit harus memenuhi
persyaratan lokasi, bangunan, prasarana, sumber daya
manusia, kefarmasian, dan peralatan. Lokasi bangunan
• Kamar mandi dan WC berada dalam masing- masing ruangan.
• Jumlah total tempat tidur
sebanyak 47 buah. Adapun
jumlah ideal menggunakan standar Depkes 2004 adalah
kelas I, II dan III : 1 : 2/3
• Jumlah tempat tidur yang ada pegangan sebanyak 26
buah tempat tidur (55,3%).
tempat tidur (55,3%). Jumlah
tempat tidur yang tidak ada
pegangan sebanyak 21 buah
(44,7%)
juga harus memenuhi bangunan mengenai kesehatan,
keselamatan lingkungan, dan tata ruangan, serta sesuai
dengan hasil kajian kebutuhan dan kelayakan dan
penyelenggaraan rumah sakit.
Dalam kajian kebutuhan penyelenggaraan Rumah Sakit
harus didasarkan pada studi kelayakan dengan
menggunakan prinsip pemerataan pelayanan, efisiensi
dan efektifitas serta demografi. Bangunan rumah sakit
harus dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan
pelayanan kesehatan yang paripurna, pendidikan dan
pelatihan, serta penelitian dan pengembangan ilmu
Jumlah tempat tidur yang
tidak ada pegangan
pengetahuan dan teknologi kesehatan.
sebanyak 21 buah (44,7%).
• Lemari pasien sebanyak 47
buah. Adapun jumlah ideal
menggunakan standar
Depkes, 2004 adalah 1 : 1.
• Kamar mandi 16 kamar.
Adapun jumlah ideal
menggunakan standar Depkes, 2004 adalah kelas II
1:2, kelas I 1:5.
• Ruang SP2KP anak sudah
difasilitasi dengan ruang
bermain, tetapi perlu ditata
kembali dan disesuaikan dengan kebutuhan motorik
kasar dan halus
• Perlu penataan kembali di ruang bermain dan disesuaikan dengan kebutuhan motorik kasar dan halus
kegiatan bermain harus menjadi bagian integral dari
pelayanan kesehatan anak di rumah sakit, sehingga
kondisi tersebut mendorong rumah sakit untuk
menyediakan ruangan khusus untuk terapi bermain serta
melakukan terapi bermain untuk mengurangi stress atau
kecemasan pada anak (Soetjiningsih, 2014).
2. Inventaris Ruangan
• Tensimeter sebanyak 2
buah. Adapun jumlah ideal
menggunakan standar Depkes,2004 adalah 1:1/10
• Stetoskop sebanyak 2 buah.
Adapun jumlah ideal
Inventaris Ruangan
• Tensimeter sebanyak 2 buah.
Adapun jumlah ideal
menggunakan standar Depkes,2004 adalah 1:1/10
• Stetoskop sebanyak 2 buah.
Adapun jumlah ideal
menggunakan standar
Depkes,2004 adalah 1:1/10
• Thermometer sebanyak 1 buah. Adapun jumlah ideal menggunakan standar
menggunakan standar
Depkes,2004 adalah 1:1/10
• Thermometer sebanyak 1 buah.
Adapun jumlah ideal
menggunakan standar
Depkes,2004 adalah 2/ruangan.
• Suction sebanyak 2 buah.
Adapun jumlah ideal
Depkes,2004 adalah 2/ruangan.
• Tidak terdapat ambubag
anak/bayi. Adapun jumlah ideal
menggunakan standar
menggunakan standar
Depkes,2004 adalah 1:1/20
• Tidak terdapat ambubag
anak/bayi. Adapun jumlah
Depkes,2004 adalah 2/ruangan.
• Troli instrument sebanyak 1
buah. Adapun jumlah ideal
menggunakan standar
ideal menggunakan standar
Depkes,2004 adalah
2/ruangan.
• Troli instrument sebanyak 1
buah. Adapun jumlah ideal
Depkes,2004 adalah 3/tim
menggunakan standar
Depkes,2004 adalah 3/tim
• Ruang bermain
M3 (METHOD)
1. Belum optimalnya pelaksanaan ronde keperawatan
Belum Optimalnya Ronde Keperawatan Ronde keperawatan adalah kegiatan yang bertujuan untuk
mengatasi masalah keperawatan pasien yang
dilaksanakan oleh perawat disamping melibatkan pasien
untuk membahas dan melaksanakan asuhan keperawatan.
Pada kasus tertentu harus dilakukan oleh perawat primer,
atau konselor, kepala ruangan, perawat pelaksana yang
perlu juga melibatkan seluruh anggota tim kesehatan.
Ronde mempunyai tujuan untuk menyelesaikan masalah
pasien melalui pendekatan berprikir kritis
(Nursalam,2014).
2 Belum dilakukannya pembaharuan
pada struktur organisasi ruangan
SP2KP Anak sebagai acuan dalam
Struktur Organisasi di dalam ruangan
sudah tidak sesuai :
1. Perubahan struktur instalasi
rawat
Pengadaan Struktur organisasi di dalam ruangan penting
hal ini dikarenakan dengan adanya struktur organisasi
dapat menjelaskan pembagian aktivitas kerja, serta dapat
memperhatikan hubungan fungsi dan aktivitas sampai
pembagian kerja dan fungsi masing-
masing anggota 2. Perubahan jumlah perawat batas tertentu, selain itu struktur organisasi menjelaskan
hirarki dan susunan kewenangan, serta hubungan
pelaporan (Husein, 2003)
3 Belum optimalnya pelaksanaan
operan shift atau timbang terima karena belum dijalankan sesuai
dengan standar prosedur
operasional.
Operan atau timbang terima merupakan teknik atau cara
untuk menyampaikan dan menerima sesuatu (laporan)
yang berkaitan dengan keadaan pasien. Timbang terima
dilakukan oleh oleh perawat primer keperawatan kepada
perawat primer (penanggung jawab) dinas sore atau dinas
malam secara tertulis dan lisan (Nursalam, 2014)
M4 (MONEY)
1. Dari hasil pengkajian dan
wawancara pada perawat di ruangan
SP2KP anak didapatkan bahwa
waktu penerimaan jasa perawat dan
dokter tidak menentu. Siapa yang
bagi jasa, uang simpanan/kas, uang
lain lain
Tidak menentunya waktu penerimaan
jasa perawat dan dokter.
-
M5 (MARKETING)
1. Ruang bermain berdasarkan hasil observasi tampak sudah tidak terawat, dengan bebrerapa permainan yang sudah tidak tertata rapi, dan keadaan sedikit kotor.
Perlu adanya modifikasi Ruang Bermain Anak
Kebutuhan bermain mengacu pada tahapan tumbuh kembang anak, sedangkan tujuan yang ditetapkan harus memperhatikan prinsip bermain bagi anak di rumah sakit yaitu menekankan pada upaya ekspresi sekaligus relaksasi dan distraksi dari perasaan takut, cemas, sedih, tegang dan nyeri.
PATIENT SAFETY
1. Perawat sudah melakukan
identifikasi pasien dengan tepat.
Tidak ada masalah
2 Perawat memberikan penjelasan
kepada pasien tentang tindakan
yang akan dilakukan
Tidak ada masalah
3 Perawat menyimpan obat resiko
tinggi dan jenis elektrolit
konsentrasi pada tempat yang aman
dan pada area yang dibatasi ketat
Tidak ada masalah
4. 20 persen perawat pelaksana belum
melakukan hand hygiene pada
momment sebelum kontak pasien
dan sebelum melakukan tindakan.
Dengan tingginya beban kerja perawat
terkadang perawat mengedepankan
tindakan/kebutuhan pasien dari pada
keseluruhan prosedur hand hygiene
5. Tidak terdapat evaluasi resiko jatuh
untuk pasien dengan resiko jatuh.
Tidak terdapat evaluasi resiko jatuh
untuk pasien dengan resiko jatuh
Skoring Prioritas Masalah Manajemen di Ruang SP2KP Anak
No Masalah Manajemen Mg S Mn NC A Total Prioritas 1 Jumlah perawat yang berada di ruangan SP2KP anak hanya 17 orang perawat tetap,
dan 2 perawat orientasi jika disesuaikan dengan jumlah BOR 65,4% seharusnya jumlah perawat adalah 19 perawat dan ditambah dengan faktor koreksi menjadi 25 perawat. Maka masih dibutuhkan 6 perawat.
4
5
2
5
4
20
V
2 Sebagian besar perawat belum mengikuti pelatihan perawatan dasar anak dan BHD pada anak.
4 5 3 4 4 20 VI
3 Belum optimalnya pelaksanaan evaluasi pada pasien resiko jatuh. 5 5 4 5 4 23 IV 4 20 persen perawat pelaksana belum melakukan hand hygiene pada momment
sebelum kontak pasien dan sebelum melakukan tindakan.
5
4
5
5
5
24
II 5 Belum dilakukannya pembaharuan pada struktur organisasi ruangan SP2KP Anak
sebagai acuan dalam pembagian kerja dan fungsi masing-masing anggota
4
2
5
5
4
20
VII 6 Belum optimalnya pelaksanaan operan shift atau timbang terima karena terkadang
belum dijalankan sesuai dengan standar prosedur operasional.
5
5
5
5
5
25
I 7 Perlu adanya modifikasi Ruang Bermain Anak 5 2 4 4 4 19 VIII 8 Belum optimal pelaksanaan ronde keperawatan 5 3 5 5 5 23 III
KETERANGAN: Magnitude : besanya masalah Severity : besarnya kerugian Managebility : Bisa dipecahkan Nursing Concern : adanya perhatian dari bidang perawatan Affordability : ketersediaan sumber daya
PERENCANAAN
Prioritas MASALAH PERENCANAAN 1 Belum optimalnya pelaksanaan operan shift atau timbang terima karena
terkadang belum dijalankan sesuai dengan standar prosedur operasional.
Dalam memaksimalkan operan shift atau timbang
terima diruangan SP2KP Anak, dapat dilakukan
sosialisasi tentang tehnik pelaksanaan timbang
terima melalui role play oleh mahasiswa, dan juga
pembuatan alur timbang terima. Serta Advokasi
kepada kepala ruangan untuk lebih mempressure
perawat pelaksana dalam pelaksanaan timbang
terima.
2 20% perawat pelaksana belum melakukan hand hygiene pada momment
sebelum kontak pasien dan sebelum melakukan tindakan.
1. Pengadaan sticker hand hygiene dan five
moment untuk meningkatkan kepatuhan cuci
tangan perawat
2. Pelaksanaan kegiatan pembubuhan tanda
tangan petugas kesehatan pada kain spanduk
sebagai bentuk komitmen dalam mencuci
tangan terutama pada 5 momen penting
3. Advokasi kepada kepala ruangan untuk lebih
mempressure perawat pelaksana dalam
kepatuhan 5 momen.
3 Belum optimal pelaksanaan ronde keperawatan Dalam memaksimalkan pelaksanaan ronde
keperawatan diruangan SP2KP Anak, dapat dilakukan sosialisasi tentang tehnik pelaksanaan
ronde keperawatan melalui role play oleh
mahasiswa dan pembuatan alur ronde.
4 Belum optimalnya pelaksanaan evaluasi pada pasien resiko jatuh. Sosialisasi pengisian format evaluasi pada pasien
resiko jatuh
5 Jumlah perawat yang berada di ruangan SP2KP anak hanya 17 orang perawat
tetap, dan 2 perawat orientasi jika disesuaikan dengan jumlah BOR 65,4%
seharusnya jumlah perawat adalah 19 perawat dan ditambah dengan faktor
koreksi menjadi 25 perawat. Maka masih dibutuhkan 6 perawat.
Kerja sama dengan Kepala Ruangan SP2KP Anak
terkait pengusulan penambahan jumlah perawat
kepada Bidang Keperawatan Rumah Sakit Aloei
Saboe Kota Gorontalo
6 Sebagian besar perawat belum mengikuti pelatihan perawatan dasar anak dan
BHD pada anak.
Kerja sama dengan Kepala Ruangan SP2KP Anak
terkait pengusulan kepada pihak Rumah Sakit
dalam memberikan kesempatan kepada perawat
untuk mengikuti pelatihan perawatan dasar dan
BHD pada anak demi meningkatkan kualitas
kinerja perawat
7 Belum dilakukannya pembaharuan pada struktur organisasi ruangan SP2KP
Anak sebagai acuan dalam pembagian kerja dan fungsi masing-masing
anggota
Pembuatan Struktur Organisasi Baru yang sesuai
dengan struktur ketenagaan yang sekarang
8 Perlu adanya modifikasi Ruang Bermain Anak Memodifikasi ruang bermain, mendekorasi
kembali, memilah permainan sesuai kriteria anak,
membuat buku registrasi dan membuat contoh sap
bermain.
POA RUANGAN SP2KP ANAK RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PROF. DR. H. ALOEI SABOE MAHASISWA PROFESI NERS UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
No Masalah Uraian Kegiatan
Tujuan Sasaran Metode Media Dana Waktu PJ Target pencapaian
1 Belum Optimalnya
Operan
Bermain Peran
(Role Play)
Agar Perawat Mampu
Melakukan Operan Sesuai
Standar dan Panduan SP2KP
Perawat di
Ruangan SP2KP Anak
Sosialis asi
Buku Laporan Pasien
-
27/12/1 6
Nindriyani Posangi
Operan dilaksanakan sesuai standar SOP yang telah di buat
2 20 persen perawat
pelaksana belum
melakukan hand
hygiene pada
momment sebelum kontak
pasien dan sebelum
melakukan tindakan.
Tanda tangan
komitmen cuci tangan
Pembuatan stiker five moment
Pemberian
pin bagi perawat yang
rajin cuci tangan
Agar perawat
melakukan cuci tangan pada 5
moment
Perawat di
Ruangan SP2KP Anak
Sosialis asi
Banner
Dana Pribadi
28/12/1
6
Moh. Rifki abdurahman dan Erwin Podungge
Perawat melakukan cuci tangan pada 5 moment
3 Belum Optimalnya
Ronde Keperawatan
Bermain Peran
(Role Play)
Agar Perawat Mampu
Melakukan Ronde Sesuai Standar
Perawat di
Ruangan
Sosialis asi
- Pasien Dengan Kasus yang
- 29/1/17 Fatimah Umar
dilaksanakannya ronde keperawatan
dan Panduan SP2KP
SP2KP Anak
Telah Ditentukan
- Materi Ronde Keperawata n
4 Belum
optimalnya
pelaksanaa
n evaluasi
Pembuatan
format evaluasi
pasien resiko jatuh
Agar perawat
dapat melakukan evaluasi pada pasien yang resiko jatuh
Perawat di
Ruangan SP2KP Anak
Sosialis
asi
Lembaran format evaluasi resiko jatuh
30/1/17 Ilhamdi Pramana
Adanya evaluasi pada pasien resiko jatuh
pada pasien
resiko
jatuh.
5 Jumlah
tenaga
perawat
yang belum
Memberikan advokasi Kepada Kepala
Ruangan
Agar jumlah perawat sesuai dengan jumlah BOR yang ada
Karu
Ruangan SP2KP Anak
Advoka si
Laporan/ surat
30/1/16
Istivanti Dunggio
Pengadaan surat/ laporan
sesuai
dengan
BOR
6 Sebagian
besar
perawat
belum
mengikuti
Memberikan advokasi Kepada Kepala
Ruangan
Agar perawat mendapatkan
pelatihan BHD pada anak
Karu Ruangan SP2KP Anak
Advoka si
Laporan/ surat
30/1/17
Ayu P. Akuba
Pengadaan surat/ laporan
pelatihan
perawatan
dasar anak
dan BHD
pada anak.
7 Belum
dilakukann
ya
pembaharu
an pada
Membuat struktur
organisasi
sebagai acuan
dalam pembagian kerja
dan fungsi masing-masing
anggota
Ruangan SP2KP Anak
Spanduk
Spanduk
Dana
Pribadi
31/1/17
Ilhamdi Pramana
Pengadaan struktur organisasi
struktur
organisasi
8 Perlu adanya modifikasi
Memodifikasi ruangan agar
Modifik
asi
Buku registrasi,
1/1/17 Sri Fatmi Yahya
Ruang tertata
bermain
dan
Ruang Bermain Anak
Memodifikas i ruang bermain
Membuat
SOP bermain dan SAP
baku
terlihat lebih nyaman, serta
pembuatan SOP sebagai acuan dalam rencana terapi bermain
Ruangan terapi
bermain
alat dan bahan dekorasi
memiliki dokumentasi
Membuat buku
registrasi ruang
bermain
1.7 Implementasi
1.7.1 Ketenagaan (M1- Man) 1) Ketersediaan Sumber Daya Manusia
Ketersediaan sumber daya manusia sangat penting dalam pelaksanaan
fungsi manajemen Rumah Sakit, mengingat bahwa manusia sebagai agen
pembaharu, sehingga dalam pelaksanaan fungsi manajemen, ketersediaan
sumber daya menjadi penting demi terselenggaranya fungsi manajemen dalam
meningkatkan mutu pelayanan Rumah Sakit.
Berdasarkan identifikasi masalah didapatkan bahwa jumlah perawat yang
berada di ruangan SP2KP anak hanya 17 orang perawat tetap, dan 2 perawat
orientasi jika disesuaikan dengan jumlah BOR 65,4% seharusnya jumlah
perawat adalah 19 perawat dan ditambah dengan faktor koreksi menjadi 25
perawat. Maka masih dibutuhkan 6 perawat (Depkes RI, 2008)
Untuk mengatasi hal tersebut, maka mahasiswa ners bekerja sama dengan
kepala Ruangan SP2KP anak terkait pengusulan penambahan jumlah perawat
kepada Bidang Keperawatan Rumah Sakit Aloei Saboe Kota Gorontalo.
2) Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia
Kualitas Sumber daya merupakan salah satu indikator dalam menilai mutu
pelayanan kesehatan Rumah Sakit. Tenaga kesehatan terutama perawat
diharapkan memiliki kompetensi dalam memberikan pelayanan keperawatan
kepada pasien sesuai dengan standar keprofesiannya. Salah satu cara dalam
meningkatkan kompetensi perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan
adalah dengan mengikuti pelatihan-pelatihan kesehatan.
Berdasarkan identifikasi masalah ditemukan bahwa sebagian besar perawat
belum mengikuti pelatihan perawatan dasar anak dan BHD pada anak. Hal ini
tentu sangat membutuhkan perhatian dari Rumah Sakit dalam hal peningkatan
kompetensi dan kinerja perawat dalam menunjang mutu pelayanan Rumah
Sakit. Untuk mengatasi hal tersebut, maka mahasiswa ners bekerja sama dengan
Kepala Ruangan SP2KP Anak terkait pengusulan kepada pihak Rumah Sakit
dalam memberikan kesempatan kepada perawat untuk mengikuti pelatihan
perawatan dasar dan BHD pada anak demi meningkatkan kualitas kinerja
perawat.
1.7.2 Metode Asuhan Keperawatan (M3 - Method) 1. Pengorganisasian
Berdasarkan identifikasi masalah diperoleh bahwa belum dilakukan
pembaharuan pada struktur organisasi ruangan SP2KP Anak sebagai acuan
dalam pembagian kerja dan fungsi masing-masing anggota. Untuk itu,
penyelesaian masalah terkait struktur organisasi di ruang SP2KP Anak,
mahasiswa profesi ners membuat papan struktur organisasi baru yang sesuai
dengan struktur ketenagaan saat ini, sehingga masing-masing anggota/perawat
mengetahui pembagian kerja, tugas dan fungsi masing-masing. Dengan adanya
struktur organisasi, maka fungsi pengorganisasian di ruang SP2KP anak dapat
berjalan dengan baik.
2. Operan (Timbang Terima)
Operan atau timbang terima merupakan teknik atau cara untuk
menyampaikan dan menerima sesuatu (laporan) yang berkaitan dengan keadaan
pasien.Berdasarkan identifikasi masalah diperoleh bahwapelaksanaan operan
shift atau timbang terima karena belum dijalankan sesuai dengan standar
prosedur operasional. Pendokumentasian timbang terima menggunakan metode
SBAR, namun pada pelaporan secara lisan, perawat tidak menyampaikan
backround (tindakan keperawatan yang telah dilakukan) dan recomendation
(tindakan keperawatan yang belum dilakukan).
Untuk menyelesaikan masalah komunikasi efektif dalam operan shift
perawat di Ruang SP2KP Anak, maka dilakukan role playtimbang terima oleh
mahasiswa profesi ners pada 30 Desember 2016 yang sesuai dengan standar
prosedur operasional menurut Mursalam (2014), yakni pelaporan dan
pendokumentasian timbang terima menggunakan metode SBAR.
3. Ronde Keperawatan
Ronde keperawatan merupakan kegiatan perawat yang bertujuan untuk
memecahkan masalah klien yang belum teratasi dan secara langsung
melibatkan klien sendiri dan keluarganya. Berdasarkan identifikasi masalah
diperoleh bahwa belum optimalnya pelaksanaan ronde keperawatan karena
jarang ditemukan kasus pasien yang memenuhi kriteria diadakannya ronde
keperawatan. Hal ini dapat menyebabkan menurunnya kemampuan perawat
dalam melaksanakan ronde keperawatan yang dapat melatih perawat dalam
berpikir kritis dan memberikan justifikasi terkait keadaan pasien.
Penyelesaian masalah terkait pelaksanaan ronde keperawatan yang belum
optimal, maka mahasiswa profesi ners melakukan role play ronde keperawatan
pada 03 Januari 2017 yang sesuai dengan standar prosedur operasional menurut
Mursalam (2014), yang terdiri dari pra ronde, intra ronde (pelaksanaan di nurse
station dan di bed pasien), dan post ronde. Selain itu, untuk mempermudah
perawat dalam menginagt alur ronde keperawatan, maka mahasiswa profesi
ners membuat poster alur pelaksanaan ronde keperawatan yang ditempatkan
langsung di nurse stasion.
1.7.3 Pemasaran (M5 - Marketing)
1. Memodifikasi Ruang Bermain Anak
Ruang bermain merupakan sarana yang digunakan untuk mengatasi
kecemasan anak akibat hospitalisasi. Mengingat bahwa pada saat dirawat di
Rumah Sakit, anak akan mengalami berbagai perasaan yang tidak
menyenangkan, seperti marah, takut, cemas, sedih, dan nyeri. Perasaan
tersebut merupakan dampak dari hospitalisasi yang dialami anak karena
beberapa stressor yang ada di lingkungan Rumah Sakit. Oleh karena itu,
dengan bermain anak akan terlepas dari ketegangan dan stress yang dialaminya
karena dengan melakukan permainan anak akan dapat mengalihkan rasa
sakitnya dan berelaksasi melaui kesenangannya melakukan permainan. Selain
itu, aktivitas bermain adalah salah satu terapi untuk merangsang
perkembangan sensorik-motorik, intelektual, sosial, kreatifitas, kesadaran diri
serta perkembangan moral anak, sehingga meskipun dalam keadaan sakit,
tahap perkembangan anak tidak akan mengalami masalah.
Berdasarkan hasil observasi, ditemukan bahwa ruang bermain anak belum
tertata dengan baik sehingga terapi bermain untuk anak tidak dijalankan
dengan optimal. Oleh karena itu, untuk mengatasi masalah terkait program
bermain anak, maka mahasiswa ners memodifikasi ruang bermain sehingga
terlihat lebih menarik, seperti mengelompokkan jenis permainan berdasarkan
usia anak, membuat SAP bermain, serta membuat buku register terapi bermain.
1.7.4 Keselamatan Pasien (Patient Safety)
1. Pengurangan Resiko Infeksi terkait Pelayanan Kesehatan
Pengurangan resiko infeksi terkait pelayanan kesehatan merupakan salah
satu indikator dalam Anaktional Patient Safety Goals, dimana perilaku perawat
sangat penting dalam pencegahan resiko infeksi pasien. Berdasarkan hasil
kuesioner terkait pengetahuan perawat tentang patient safety diperoleh hasil
100% pengetahuan perawat cukup baik, sedangkan berdasarkan hasil observasi
pada 18-19 Desember 2016, didapatkan bahwa 20% perawat pelaksana belum
melakukan hand hygiene pada momen sebelum kontak pasien dan sebelum
melakukan tindakan. Hal ini disebabkan oleh karena tingginya beban kerja
perawat sehingga sering melupakan cuci tangan pada 5 momen.
Oleh karena itu, dalam mengatasi masalah tersebut, mahasiswa ners bekerja
sama dengan kepala ruangan SP2KP anak untuk memberikan reward terhadap
perawat yang rajin melakukan cuci tangan pada 5 momen. Bentuk reward yang
diberikan adalah dengan memberikan pin yang bertuliskan “Best Five
Moment” kepada perawat yang rajin melakukan cuci tangan pada 5 momen.
Diharapkan dengan adanya reward tersebut dapat meningkatkan kesadaran
perawat terhadap pentingnya cuci tangan pada 5 momen. Selain itu, mahasiswa
ners membuat spanduk yang akan dibubuhi tanda tangan petugas kesehatan
sebagai bentuk komitmen untuk cuci tangan pada 5 momen.
2. Pengurangan Resiko jatuh
Pengurangan resiko jatuh merupakan indikator kelima dalam Anaktional
Patient Safety Goals, dimana pengkajian dan intervensi pencegahan resiko
jatuh pada pasien sangat penting diperhatikan oleh perawat sehingga dapat
mengurangi kejadian tidak diharapkan (KTD).
Berdasarkan hasil observasi ditemukan bahwa belum adanya
pendokumentasian evaluasi pasien resiko jatuh pada setiap shift jaga, perawat
melakukan pengkajian dan pendokumentasian skala resiko jatuh menggunakan
skala humpty dumpty, namun belum mendokumentasikan intervensi resiko
jatuh yang dilakukan, sehingga memungkinkan untuk tidak dilakukannya
evaluasi terhadap implementasi intervensi resiko jatuh. Untuk mengatasi
masalah tersebut, mahasiswa ners melakukan sosialisasi terkait pengisian
format evaluasi pada pasien resiko jatuh yang dimodifikasi, yakni dengan
mencantumkan skala humpty dumpty, serta intervensi keperawatan untuk
resiko jatuh sedang dan tinggi pada setiap sift jaga perawat.
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Kesenjangan Teori, Penyelesaian dan Analisis
1. Belum Optimalnya Pelaksanaan Timbang Terima/ Operan
Profesionalisme dalam pelayanan keperawatan dapat dicapai dengan
mengoptimalkan peran dan fungsi perawat, terutama peran dan fungsi
mandiri perawat. Hal ini dapat diwujudkan dengan baik melalui komunikasi
yang efektif antar perawat, maupun dengan tim kesehatan yang lain. Salah
satu bentuk komunikasi yang harus ditingkatkan keefektivitasannya adalah
saat pergantian shift/ operan shift.
Operan memiliki beberapa istilah diantaranya handover, handoffs,shift
report, signout, signover dan cross coverage. Clair dan Trussel (Kerr, 2001)
menyusun pengertian dari handover adalah komunikasi oral dari informasi
tentang pasien yang dilakukan oleh perawat pada pergantian shift jaga.
Friesen (2008) menyebutkan tentang definisi dari handover adalah transfer
tentang informasi (termasuk tanggungjawab dan tanggunggugat) selama
perpindahan perawatan yang berkelanjutan yang mencakup peluang tentang
pertanyaan, klarifikasi dan konfirmasi tentang pasien.
Menurut Mursalam (2014) bahwa operan atau timbang terima
merupakan teknik atau cara untuk menyampaikan dan menerima sesuatu
(laporan) yang berkaitan dengan keadaan pasien. Timbang terima dilakukan
oleh oleh perawat primer keperawatan kepada perawat primer (penanggung
jawab) dinas sore atau dinas malam secara tertulis dan lisan.
Ruangan SP2KP Anak RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe telah memiliki
standar prosedur operasional timbang terima dan pendokumentasian
berdasarkan metode SBAR yang telah dijalankan sejak tahun 2016, namun
dalam implementasinya, pada pelaporan secara lisan, perawat sering tidak
menyampaikan backround (tindakan keperawatan yang telah dilakukan)
dan recomendation (tindakan keperawatan yang belum dilakukan). Hal ini
disebabkan oleh karena tingginya beban kerja perawat, sehingga sering
hanya menyampaikan identitas pasien dan rencana tindakan medis yang
akan dilakukan seperti pengobatan dan persiapan lainnya. Berdasarkan hasil
observasi diperoleh bahwa operan shift yang dilakukan oleh perawat lebih
sering hanya menyampaikan rencana tindakan medis, perawat jarang
menyampaikan masalah keperawatan serta intervensi keperawatan yang
sudah dan belum dilakukan.
Hal ini tentu akan jauh dari tugas perawat, dimana dalam memberikan
asuhan keperawatan, tindakan keperawatan mandirilah yang perlu
dititikberatkan dengan tetap memperhatikan tindakan kolaborasi. Dengan
menyampaikan masalah dan intervensi keperawatan pasien saat timbang
terima, dapat memungkinkan perawat shift berikutnya mengetahui riwayat
keperawatan pasien serta rencana intervensi keperawatan yang akan
dilakukan selanjutnya, sehingga proses asuhan keperawatan pasien dapat
berjalan dengan baik.
Setelah dilakukan implementasi berupa role play timbang terima sesuai
SPO pada tanggal 30 Desember 2016 sebanyak 2 kali, perawat ruangan
SP2KP anak mengikuti dan memperhatikan dengan baik teknik timbang
terima pasien. Hasil evaluasi menunjukkan bahwa masih ada perawat yang
belum melaksanakan timbang terima dengan benar, perawat masih belum
menyampaikan masalah keperawatan pasien, serta intervensi keperawatan
yang sudah dan belum dilaksanakan. Menurut asumsi peneliti bahwa
perlunya adanya motivasi dari kepala ruangan kepada perawat sehingga
dapat menjalankan timbang terima dengan lebih optimal.
2. Pengurangan Resiko Infeksi Pasien ( Hand hygiene on five momment ) Pengurangan resiko infeksi terkait pelayanan kesehatan merupakan
salah satu indikator dalam Anaktional Patient Safety Goals, dimana perilaku
perawat sangat penting dalam pencegahan resiko infeksi pasien. Langkah
cuci tangan menurut WHO terdiri dari 6 langkah, yakni pertama: tuangkan
cairan handrub pada telapak tangan secara lembut dengan arah memutar,
kedua: usap dan gosok juga kedua punggung tangan secara bergantian,
ketiga: gosok sela-sela jari tangan hingga bersih, empat: bersihkan ujung
jari secara bergantian dengan posisi saling mengunci, kelima: gosok dan
putar kedua ibu jari secara bergantian, dan yang keenam: letakkan ujung jari
ke telapak tangan kemudian gosok perlahan. Cuci tangan menggunakan
handrub dilakukan selama 20-30 detik, sedangkan handwash dilakukan
selama 40-60 detik. Cuci tangan yang benar dan tepat dapat mencegah
pajanan infeksi bakteri baik dari pemberi pelayanan kesehatan maupun dari
pasien itu sendiri, sehingga dapat menurunkan kejadian infeksi nosokomial
di Rumah Sakit.
Berdasarkan hasil kuesioner terkait pengetahuan perawat tentang
patient safety diperoleh hasil 100% pengetahuan perawat cukup baik,
sedangkan berdasarkan hasil observasi pada 18-19 Desember 2016,
didapatkan bahwa 20% perawat pelaksana belum melakukan hand hygiene
pada momen sebelum kontak pasien dan sebelum melakukan tindakan. Hal
ini disebabkan oleh karena tingginya beban kerja perawat sehingga sering
melupakan cuci tangan pada 5 momen.
Oleh karena itu, dalam mengatasi masalah tersebut, mahasiswa ners
bekerja sama dengan kepala ruangan SP2KP anak untuk memberikan
reward terhadap perawat yang rajin melakukan cuci tangan pada 5 momen.
Bentuk reward yang diberikan adalah dengan memberikan pin yang
bertuliskan “Best Five Moment” kepada perawat yang rajin melakukan cuci
tangan pada 5 momen. Diharapkan dengan adanya reward tersebut dapat
meningkatkan kesadaran perawat terhadap pentingnya cuci tangan pada 5
momen. Selain itu, mahasiswa ners membuat spanduk yang akan dibubuhi
tanda tangan petugas kesehatan sebagai bentuk komitmen untuk cuci tangan
pada 5 momen.
3. Belum Optimalnya Pelaksanaan Ronde Keperawatan Di era modernisasi saat ini, tuntutan masyarakat terhadap peningkatan
mutu pelayanan asuhan keperawatan semakin tinggi sejalan dengan
perkembangan iptek. Pengembangan dan pelaksanaan suatu model asuhan
keperawatan professional yang efektif dan efisien sangat penting untuk
meningkatkan mutu pelayanan asuhan keperawatan. Salah satu metode
pemberian pelayanan keperawatan professional adalah melaksanakan
kegiatan ronde keprawatan.
Ronde keperawatan adalah kegiatan yang bertujuan untuk mengatasi
masalah keperawatan pasien yang dilaksanakan oleh perawat disamping
melibatkan pasien untuk membahas dan melaksanakan asuhan keperawatan.
Pada kasus tertentu harus dilakukan oleh perawat primer, atau konselor,
kepala ruangan, perawat pelaksana yang perlu juga melibatkan seluruh
anggota tim kesehatan. Ronde mempunyai tujuan untuk menyelesaikan
masalah pasien melalui pendekatan berprikir kritis (Nursalam,2014).
Berdasarkan pedoman SP2KP Rumah Sakit Aloei Saboe, kegiatan
ronde keperawatan merupakan salah satu penerapan komunikasi efektif
dalam fungsi manajemen. Dalam pedomen SP2KP Rumah Sakit tidak
mencantumkan dengan pasti berapa kali harus dilakukan ronde
keperawatan, namun dilaksanakan hanya bila menemukan kasus pasien
yang memenuhi syarat diadakannya ronde keperawatan. Hal ini sejalan
dengan yang dikemukakan oleh Nursalam (2014) bahwa standar
pelaksanaan ronde keperawatan tidak memiliki ketetapan untuk berapa kali
harus dilakukan ronde keperawatan, akan tetapi dapat dilakukan bila
ditemukan klien dengan masalah keperawatan yang belum teratasi
meskipun sudah dilakukan tindakan keperawatan, serta pada pasien-pasien
dengan kasus baru atau langkah.
Menurut kepala ruangan bahwa kegiatan ronde keperawatan belum
optimal dijalankan di ruangan SP2KP anak karena sangat jarang
menemukan kasus pasien yang tidak ada perkembangan. Sedangkan
menurut asumsi peneliti, belum optimalnya pelaksanaan ronde keperawatan
disebakan oleh tingginya beban kerja perawat yang memungkinkan masih
kurangnya kesiapan perawat sehingga ronde keperawatan kurang optimal
dalam pelaksanaannya. Kurang optimalnya pelaksanaan ronde
keperawatan, maka kemampuan perawatpun akan kurang terlatih dalam
berfikir kritis, mengingat manfaat ronde keperawatan adalah menumbuhkan
kepekaan berpikir kritis, kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor
melaui pengaplikasian pengetahuan dan konsep teori ke dalam praktik
keperawatan.
Saat dilakukan implementasi berupa role play pelaksanaan ronde
keperawatan pada tanggal 03 Januari 2017, perawat ruangan SP2KP anak
mengikuti dan memperhatikan dengan baik teknik pelaksanaan ronde
keprawatan. Diharapkan dengan adanya role play pelaksanaan ronde
keperawatan, perawat ruangan SP2KP anak dapat mengoptimalkan jalannya
kegiatan ronde keperawatan, tentunya tidak luput dari motivasi dan
pengawasan dari kepala ruangan yang juga sangat membantu dalam
mengoptimalkan kegiatan ronde keperawatan. Selain itu, mengingat
tingginya beban kerja perawat, sehingga terkadang memungkinkan perawat
untuk melupakan alur ronde keperawatan dengan benar, maka diadakannya
poster yang mencantumkan alur ronde keperawatan yang ditempatkan
langsung di nurse station, sehingga diharapkan perawat dapat selalu
mengingat alur pelaksanaan ronde keperawatan.
4. Belum optimalnya pendokumentasian evaluasi pada pasien resiko
jatuh
Pengurangan resiko jatuh merupakan indikator kelima dalam
Anaktional Patient Safety Goals, dimana pengkajian dan intervensi
pencegahan resiko jatuh pada pasien sangat penting diperhatikan oleh
perawat sehingga dapat mengurangi kejadian tidak diharapkan (KTD).
Berdasarkan hasil observasi ditemukan bahwa belum adanya
pendokumentasian evaluasi pasien resiko jatuh pada setiap shift jaga,
perawat melakukan pengkajian dan pendokumentasian skala resiko jatuh
menggunakan skala humpty dumpty, namun belum mendokumentasikan
intervensi resiko jatuh yang dilakukan, sehingga memungkinkan untuk
tidak dilakukannya evaluasi terhadap implementasi intervensi resiko jatuh.
Untuk mengatasi masalah tersebut, mahasiswa ners melakukan sosialisasi
terkait pengisian format evaluasi pada pasien resiko jatuh yang
dimodifikasi, yakni dengan mencantumkan skala humpty dumpty, serta
intervensi keperawatan untuk resiko jatuh sedang dan tinggi pada setiap sift
jaga perawat. Diharapkan dengan adanya sosialisasi pengisian format
evaluasi resiko jatuh pasien dapat mengoptimalkan pelaksanaan
keselamatan pasien sehingga dapat meningkatakan mtu pelayanan Rumah
Sakit.
5. Modifikasi Ruang Bermain Anak Ruang bermain merupakan sarana yang digunakan untuk mengatasi
kecemasan anak akibat hospitalisasi. Mengingat bahwa pada saat dirawat di
Rumah Sakit, anak akan mengalami berbagai perasaan yang tidak
menyenangkan, seperti marah, takut, cemas, sedih, dan nyeri. Perasaan
tersebut merupakan dampak dari hospitalisasi yang dialami anak karena
beberapa stressor yang ada di lingkungan Rumah Sakit. Oleh karena itu,
dengan bermain anak akan terlepas dari ketegangan dan stress yang
dialaminya karena dengan melakukan permainan anak akan dapat
mengalihkan rasa sakitnya dan berelaksasi melaui kesenangannya
melakukan permainan. Selain itu, aktivitas bermain adalah salah satu terapi
untuk merangsang perkembangan sensorik-motorik, intelektual, sosial,
kreatifitas, kesadaran diri serta perkembangan moral anak, sehingga
meskipun dalam keadaan sakit, tahap perkembangan anak tidak akan
mengalami masalah.
Berdasarkan hasil observasi, ditemukan bahwa ruang bermain anak
belum tertata dengan baik sehingga terapi bermain untuk anak tidak
dijalankan dengan optimal. Oleh karena itu, untuk mengatasi masalah
terkait program bermain anak, maka mahasiswa ners memodifikasi ruang
bermain sehingga terlihat lebih menarik, seperti mengelompokkan jenis
permainan berdasarkan usia anak, membuat SAP bermain, serta membuat
buku register terapi bermain.
Diharapkan dengan adanya modifikasi ruang bermain anak, dapat
mengoptimalkan terapi bermain anak sebagai salah satu terapi dalam
mengatasi berbagai masalah anak akibat hospitalisasi. Hal ini dapat
meningkatkan fungsi marketing dalam menejemen Rumah Sakit, karena
dengan optimalnya pelaksanaan terapi bermain dalam mengatasi dampak
hospitalisasi anak, maka dapat meningkatkan mutu pelayanan Rumah Sakit,
sehingga daya minat masyarakat untuk mendapatkan pelayanan kesehatan
di Rumah Sakit Aloei Saboe lebih tinggi dibandingkan dengan tempat
pelayanan kesehatan lainnya yang belum mengoptimalkan terapi bermain
pada anak.
6. Pembuatan/ Pengadaan Struktur Organisasi Ruangan
Pengorganisasian adalah pengelompokkan aktivitas untuk mencapai
tujuan, penugasan suatu kelompok tenaga keperawatan, menentukan cara
dari pengkoordinasian aktivitas yang tepat, baik vertikal maupun horizontal
yang bertanggung jawab untuk mencapai tujuan organisasi (Pedoman
Penerapan SP2KP RSAS Gorontalo).
Pengorganisasian di ruang SP2KP anak terdiri dari struktur organisasi,
dan daftar dinas ruangan. Struktur organisasi menunjukkan adanya
pembagian kerja dan menunjukkan bagaimana fungsi-fungsi atau kegiatan
yang berbeda-beda diintegrasikan atau dikoordinasikan. Daftar dinas
ruangan disusun berdasarkan tim, dibuat dalam jangka waktu 1 bulan,
sehingga perawat sudah mengetahui dan mempersiapkan dirinya untuk
menjalankan dinas.
Berdasarkan identifikasi masalah diperoleh bahwa belum dilakukan
pembaharuan pada struktur organisasi ruangan SP2KP Anak sebagai acuan
dalam pembagian kerja dan fungsi masing-masing anggota. Untuk itu,
penyelesaian masalah terkait struktur organisasi di ruang SP2KP Anak,
mahasiswa profesi ners membuat papan struktur organisasi baru yang sesuai
dengan struktur ketenagaan saat ini, sehingga masing-masing
anggota/perawat mengetahui pembagian kerja, tugas dan fungsi masing-
masing.Diharapkan dengan adanya struktur organisasi, maka fungsi
pengorganisasian di ruang SP2KP anak dapat berjalan dengan baik.
BAB V
PENUTUP
5.1 Simpulan
Manajemen keperawatan adalah suatu proses bekerja melalui anggota staf
keperatan untuk memberikan asuhan keperawatan secara professional
(Nursalam, 2007). Manajemen keperawatan adalah suatu tugas khusus yang
harus dilaksanakan oleh pengelola keperawatan untuk merencakan,
mengorganisasi, mengarahkan serta mengawasi sumber – sumber yang ada
baik SDM, Alat, maupun Dana sehingga dapat memberikan pelayanan
keperawatan yang efektif, baik kepada pasien, keluarga dan masyarakat.
SP2KP menempatkan pendekatan manajemen (manajemen approach)
sebagai pilar praktik yang professional yang pertama. Oleh sebab itu proses
manajemen harus dilaksanakan dengan disiplin demi menjamin pelayanan
yang diberikan kepada pasien dan/atau keluarga.
5.2 Saran 1. Bagi Pasien
Diharapkan dengan adanya praktek manajemen di Rumah sakit, pasien
mendapatkan dan merasakan pelayanan yang optimal, serta mendapat
kenyamanan dalam pemberian asuhan keperawatan sehingga tercapai
kepuasan klien yang optimal.
2. Bagi Perawat
Diharapkan dengan adanya praktek manajemen di Rumah sakit dapat
terjalin hubungan antara tim kesehatan maupun hubungan dengan pasien,
tercapainya tingkat kepuasan pasien rawat yang optimal, tumbuhnya
akuntabilitas dan kedispilinan perawat, serta meningkatkan profesionalisme
keperawatan
3. Bagi Mahasiswa
Diharapkan dengan adanya praktek manajemen di Rumah sakit mahasis
mengerti dan memahami penerapan atau aplikasi asuhan keperawatan
profesional di dalam rumah sakit.
5. Bagi Rumah Sakit
Diharapkan dengan adanya praktek menejemen, Rumah Sakit dapat
menerapkan fungsi manajemen dengan tepat dan benar berdasarkan teori-
teori manajemen.