MANAJEMEN SUMBER DAYA PENDIDIK DALAM …core.ac.uk/download/pdf/270193684.pdfAL-QUR’AN (Studi...
Transcript of MANAJEMEN SUMBER DAYA PENDIDIK DALAM …core.ac.uk/download/pdf/270193684.pdfAL-QUR’AN (Studi...
184
MANAJEMEN SUMBER DAYA PENDIDIK DALAM PEMBELAJARAN
AL-QUR’AN
(Studi Kasus di Taman Pendidikan Al-Qur’an Yasinat Jember)”
Oleh:
Fikri Farikhin
Institut Agama Islam (IAI) Al-Qodiri Jember
ABSTRAK
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan; 1) Lembaga TPQ
Yasinat telah mampu merancang dan menyusun perencanaan sumber daya pendidik
secara sistematis. Hal ini terbukti adanya langkah-langkah yang dilakukan pihak
lembaga dalam perencanaan sumber daya pendidik, yaitu : menganalisa faktor-faktor
penyebab perubahan kebutuhan sumber daya pendidik, meramalkan kebutuhan
sumber daya pendidik, menentukan kebutuhan sumber daya pendidik, menganalisa
ketersediaan sumber daya pendidik. 2) Pola rekrutmen sumber daya pendidik
dilakukan oleh Lembaga TPQ Yasinat dengan secara terbuka dan tertutup. Sedangkan
pelaksanaan seleksi dianggap telah memenuhi unsur-unsur profesionalitas.3) Upaya
TPQ Yasinat dalam memperkenalkan kondisi lingkungan, budaya, rekan kerja, tugas
atau pekerjaan dilakukan dengan memberikan orientasi meski tidak formal. 4)
Pengelolaan Kompensasi di TPQ Yasinat dengan cara menganalisa jabatan,
mengevaluasi jabatan, mensurvei gaji dan menentukan tingkat gaji, baik kompensasi
yang bersifat langsung maupun tidak langsung.
Kata Kunci: Manajemenm, Sumber daya Pendidik, Al-Qur`an.
A. PENDAHULUAN
1. Konsep Manajemen Sumber Daya Pendidik
Secara etimologis manajemen sumber daya manusia merupakan integralisasi
dari dua konsep yang secara maknawiah memiliki pengertian yang berbeda. Kedua
konsep tersebut adalah manajemen dan sumber daya manusia.
Manajemen berasal dari kata “Manus” yang berarti “tangan”, berarti
menangani sesuatu, mengatur, membuat sesuatu menjadi seperti yang diinginkan
dengan mendayagunakan seluruh sumberdaya manusia yang ada(Sofyan Amri:
2012:10).
Menurut Ricky W.Griffin (1997:5) manajemen adalah seperangkat
aktivitas yang meliputi: perencanaan dan pengambilan keputusan, pengorganisasian,
pengarahan, dan pengawasan yang dilaksanakan langsung oleh suatu sumberdaya
organisasi (manusia, uang, benda-benda fisik, dan informasi).
185
Engkoswara dan Komariah (2010:87) juga menyatakan bahwa manajemen
merupakan suatu proses yang kontinu yang bermuatan kemampuan, keterampilan,
khusus yang yang dimiliki oleh seseorang untuk melakukan suatu kegiatan baik
secara perorangan maupun bersama orang lain atau melalui orang lain dalam
mengkoordinasikan dan menggunakan segala sumber untuk mencapai tujuan
organisasi secara produktif, dan efisien.
Wagner dan Hollenbeck (1995:49), manajemen adalah suatu proses
perencanaan, pengorganisasi dalam rangka mencapai tujuan melalui pembagian
kerja.
Hasibuan (2013:9) mengemukakan “Manajemen terdiri dari enam unsur (6
M) yaitu: men, money, method, materials, machines, dan market” . Unsur men
(manusia) kemudian berkembang menjadi suatu disiplin ilmu tersendiri yang disebut
manajemen sumber daya manusia.
Saefullah (2012:2) mengemukakan, manajemen adalah ilmu dan seni
mengatur proses pemanfaatan sumberdaya manusia secara efektif, yang didukung
oleh sumber-sumber lain dalam organisasi untuk mencapai tujuan tertentu.
Manajemen sering diartikan sebagai ilmu, kiat, dan profesi. Dikatakan
sebagai ilmu oleh Luther Gulick karena manajemen dipandang sebagai suatu bidang
pengetahuan yang secara sistematik berusaha mamhami mengapa dan bagaimana
orang bekerjasama. Dikatakan sebagai kiat oleh Follet karena manajemen mencapai
sasaran malalui cara-cara dengan mengatur orang lain dalam menjalankan tugas.
Dipandang sebagai profesi karena manajemen dilandasi oleh keahlian khusus untuk
mencapai suatu prestasi manajer, dan para profesional dituntun oleh suatu kode etik
(Nanang fattah, 2004:1).
Menurut G.R. Terry, sebagaimana dijelaskan oleh Malayu SP Hasibuan;
“Manajemen merupakan suatu proses yang khas terdiri dari tindakan-tindakan
perencanaan, pengorganisasian, menggerakkan dan mengendalikan, yang dilakukan
untuk menentukan serta untuk mencapai sasaran atau tujuan yang telah ditentukan
melalui pemanfaatan SDM dan sumberdaya lainnya” (Hasibuan,1990:2)
Menurut Jhon D. Millet sebagaimana dikutip Sukarna:
“Manajemen adalah proses pembimbingan dan pemberian fasilitas terhadap
pekerjaan orang-orang yang terorganisir dalam kelompok formil untuk mencapai
suatu tujuan yang dikehendaki”(Sukarna,1992:2).
186
Berdasarkan beberapa pengertian diatatas, penulis menyimpulkan bahwa
manajemen merupakan suatu proses yang meliputi beberapa tahap kegiatan dengan
mendayagunakan sumber-sumber yang tersedia dalam rangka mencapai tujuan yang
telah ditetapkan.
Kemudian sumber daya manusia meliputi semua orang yang berstatus
sebagai anggota organisasi yang masing-masing memiliki peran dan fungsi. Sunyoto
(2012:3) mengemukakan “ Sumber daya organisasi secara garis besar dapat
dibedakan ke dalam dua kelompok, yaitu sumber daya manusia (human resources),
dan sumber daya non manusia (non human resources)”.
Sumber daya pendidik dalam organisasi sekolah merupakan komponen
utama bagi keberlangsungan hidupnya. Faktor sarana dan prasarana, sistem, serta
bahan merupakan komponen pelengkap terhadap SDM. Sumber daya pendidik
dipahami sebagai kekuatan yang bersumber pada potensi manusia yang ada dalam
organisasi, dan merupakan modal dasar organisasi untuk melakukan aktivitas dalam
mencapai tujuannya.
Sebagaimana Sunyoto (2012:3) menjelaskan bahwa “Sumber daya
manusia adalah potensi yang merupakan aset dan berfungsi modal(non material atau
non financial) di dalam organisasi bisnis, yang dapat mewujudkan menjadi potensi
nyata secara fisik dan non fisik dalam mewujudkan eksistensi organisasi”.
Eksistensi sumber daya pendidik sebagai salah satu faktor produksi sangat
penting artinya bagi sekolah. Dalam perkembangannya, organisasi akan menghadapi
permasalahan tenaga kerja yang semakin kompleks, dengan demikian pengelolaan
sumber daya pendidik mutlak harus dilakukan secara profesional. Meskipun
mengelola sumber daya pendidik di era kompetetif ini bukan merupakan hal yang
mudah, Oleh karena itu berbagai macam suprastruktur dan infrastruktur perlu
dipersiapkan untuk mendukung proses terwujudnya sumber daya pendidik yang
berkualitas. Maka disinilah urgenitas peran manajemen sumber daya pendidik dalam
sebuah organisasi pendidikan tidak kecil.
Keberadaan sumberdaya Manusia merupakan bagian integral dalam
kehidupan suatu madrasah. Karena masing-masing SDM mempunyai peranan yang
strategis, oleh sebab itu, pembinaan terhadapa personal yang ada menjadi tanggung
jawab kepala madrasah sebagai pimpinan tertinggi di suatu madrasah.
Konsekuensinya setiap kepala madrasah harus memahami benar mengenai lingkup
atau dimensi-dimensi kepegawaian (Fatah Yasin, 2012:7).
187
Nawawi (2000:274) mengemukakan bahwa sumber daya manusia secara
sederhana adalah personalia atau pegawai atau juga karyawan yang bekerja di
lingkungan organisasi. Pengertian yang sederhana itu cenderung berdampak pada
pengelolaan SDM di lingkungan organisasi yang harus serasi dan dapat memenuhi
hakikat, harkat dan martabat serta kebutuhan yang bersifat universal dari makhluk
yang berpredikat manusia tersebut.
Jadi sumber daya manusia, dalam hal ini adalah pendidik merupakan
sumber daya pendidikan yang akan menentukan tercapainya tujuan pendidikan.
Suatu lembaga pendidikan yang dilengkapai dengan fasilitas, sarana dan prasarana
yang canggih, tetapi tanpa tenaga pendidik yang baik, kemungkinan besar sulit
mencapai tujuan. Walhasil, sumber daya pendidik dapat dipahami sebagai kekuatan
yang bersumber pada potensi manusia yang ada dalam lembaga pendidikan dan
merupakan modal dasar lembaga pendidikan untuk melakukan aktivitas dalam
mencapai tujuan.
Maka yang perlu dilakukan adalah mempersiapkan dan memanfaatkan
sumber daya pendidik secara khusus dalam konteks manajemen. Artinya, diperlukan
sistem pengelolaan sumber daya pendidik yang bersifat strategis, terintegrasi, saling
berkaitan , dan bersatu-padu melalui manajemen sumber daya pendidik.
Sebagaimana Sule mengemukakan (2009:194) “Manajemen sumber daya
manusia bisa didefinisikan sebagai proses serta upaya untuk merekrut,
mengembangkan, memotivasi, serta mengevaluasi keseluruhan sumber daya
manusia yang diperlukan perusahaan dalam pencapaian tujuan”.
Moses N. Kiggundu (Sunyoto, 2012:2) juga mendifinisikan :” Human
resource management is the development and utilization of personnel for the effective
achievement of individual, organizational, community, national, and international
goals and objectives” (manajemen sumber daya manusia adalah pengembangan dan
pemanfaatan personel bagi pencapaian yang efektif mengenai sasaran-sasaran dan
tujuan-tujuan individu, organisasi, masyarakat, nasional dan internasional).
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa manajemen sumber daya
pendidik adalah kegiatan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan
pengendalian atas pendidik untuk mencapai sasaran, atau dengan kata lain
manajemen sumber daya pendidik dapat diartikan sebagai kegiatan perencanaan,
pengadaan, pengembangan, pemeliharaan dan penggunaan pendidik dalam upaya
mencapai tujuan individual maupun organisasional.
188
Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM) adalah segala kegiatan yang
berkaitan dengan pengakuan pada pentingnya pendidik pada suatu lembaga sebagai
sumber daya manusia yang vital, yang memberikan sumbangan terhadap tujuan
lembaga, dan memanfaatkan fungsi dan kegiatan yang menjamin bahwa sumber daya
manusia dimanfaatkan secara efektif dan adil demi kemaslahatan individu, lembaga,
dan masyarakat. Dalam pengertian ini, posisi sumber daya manusia tidak bisa
digantikan oleh faktor-faktor lain dilihat dari nilai sumbangannya terhadap lembaga.
Seorang pendidik dinyatakan memiliki nilai sumbangan kepada lembaga apabila
kehadirannya diperlukan, memiliki nilai tambah terhadap produktivitas lembaga dan
kegiatannya berada dalam mata rantai keutuhan sistem lembaga itu. Tingkat
keberhasilan manajemen sumber daya manusia dalam satu lembaga dapat dikaji dari
ketepatan melaksanakan fungsi-fungsi MSDM. Kemaslahatan seorang pendidik
harus dilihat dari kepentingan dan kebermaknaan bagi dirinya sendiri,
produktivitaslembagadan pihak-pihak yang memperoleh jasa layanan lembaga itu.
2. Fungsi-fungsi Manajemen Sumber Daya Pendidik
Pentingnya sumber daya pendidik dalam organisasi sekolah adalah untuk
merespon perkembangan lingkungan kerja yang terjadi dalam dunia pendidikan,
sehingga dengan demikian organisasi sebuah lembaga harus dapat menaruh perhatian
terhadap urgennya pengelolaan sumber daya pendidik melalui manajemen SDM.
Oleh karena itu fungsi-fungsi manajemen sumber daya pendidik harus
dilaksanakan dengan baik dan benar mulai dari perencanaan, pengadaan, pembinaan
dan pengembangan, kompensasi ataupun penilaian.
Hasibuan (2013:21-23) mengemukakan bahwa fungsi-fungsi manajemen
SDM mencangkup ; perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pengendalian,
pengadaan (rekrutment dan seleksi, orientasi dan penempatan), pengembangan,
kompensasi, pengintegrasian, pemeliharaan, kedisiplinan dan pemberhentian.
Namun pada bagian ini bahasan lebih difokuskan pada empat fungsi
manajemen yaitu : (1) Perencanaan sumber daya pendidik, (2) rekrutment dan seleksi
sumber daya pendidik, (3) Orientasi dan penempatan sumber daya pendidik, dan (4)
Kompensasi sumber daya pendidik. Mengingat keempat hal ini diindikasikan sebagai
indikator yang nampak jelas penyebab kurang berkualitasnnya suatu lembaga.
a. Perencanaan Sumber Daya Pendidik
Suatu organisasi tidak dapat menunggu untuk mendapatkan orang-orang
yang kompeten dalam mengisi posisi tertentu. Organisasi harus berusaha untuk
merencanakan kebutuhan SDM di masa yang akan datang.
189
Perencanaan pendidik merupakan kegiatan untuk menentukan kebutuhan
terhadap pendidik, baik secara kuantitatif maupun kualitatif untuk sekarang dan masa
akan datang. Penyusunan rencana pendidik yang baik dan tepat memerlukan
informasi yang lengkap dan jelas tentang pekerjaan atau tugas yang harus dilakukan
dalam setiap lembaga pendidikan.
Sule mengemukakan (2009:197) “Setiap aktivitas manajemen biasanya
diawali dengan planning, sebagaimana adagium dalam teori manajemen: if we fail to
plan, we will plan to fail, sekiranya kita gagal dalam merencanakan, maka pada
hakekatnya telah merencanakan kegagalan.”
Menurut William Werther dan Keith Davis (Sunyoto,2012:35) “Perencanaan
sumber daya manusia adalah proses yang sistematis untuk meramalkan kebutuhan
pegawai (demand) dan ketersediaan (supply) pada masa yang akan datang, baik
jumlah maupun jenisnya, sehingga departemen sumber daya manusia dapat
merencanakan pelaksanaan rekrutmen, seleksi, pelatihan, dan aktivitas yang lain
dengan baik”
Jadi, perencanaan dalam kaitannya dengan SDM merupakan fardu ain dalam
operasional suatu organisasi.
Sule (2009:197) juga menambahkan bahwa “perencanaan SDM adalah
perencanaan strategis untuk mendapatkan dan memelihara kualifikasi SDM yang
diperlukan bagi organisasi perusahaan dalam mencapai tujuan perusahaan”.
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa perencanaan sumber daya
pendidik adalah proses yang sistematis untuk meramalkan kebutuhan pendidik
(demand) dan ketersediaan (supply) pada masa depan, baik jumlah maupun jenisnya,
sehingga lembaga pendidikan dapat merencanakan pelaksanaan rekrutmen, seleksi,
pelatihan, dan aktivitas yang lain dengan baik .
Oleh karena itu, perencanaan pendidik merupakan langkah pertama yang
diperlukan dalam program personalia yang lebih efektif. Karena perencanaan sumber
daya pendidik berfungsi untuk membantu suatu lembaga dalam mencapai tujuannya.
Hasibuan (2013:250) secara detail menjelaskan tujuan perencanaan SDM, yaitu :
1) untuk menentukan kualitas dan kuantitas pegawai.
2) untuk menjamin tersedianya tenaga kerja masa kini maupun masa
depan.
3) untuk menghindari terjadinya kesalahan manajemen dan tumpang tindih dalam
pelaksanaan tugas.
190
4) untuk mempermudah koordinasi, integrasi dan singkronisasi sehingga produktivitas
kerja meningkat.
5) untuk menghindari kekurangan dan atau kelebihan pegawai.
6) menjadi pedoman dalam menetapkan program penarikan, seleksi, pengembangan,
kompensasi, pengintegrasian, pemeliharaan, pendisiplinan dan pemberhentian
pegawai.
7) menjadi pedoman dalam melaksanakan mutasi dan pensiun pegawai.
8) menjadi dasar melakukan penilaian pegawai.
Mengingat perencanaan sumber daya pendidik merupakan kegiatan yang
sistematik, maka kegiatan-kegiatan dalam penyusunan perencanaan mutlak
membutuhkan langkah-langkah strategis sehingga tujuan dalam perencanaan sumber
daya pendidik dapat tercapai dengan maksimal.
Dalam pandangan Islam, obyektivitas perencanaan dapat dijelaskan dengan
melihat firman Allah swt Q.S Yusuf:47-49 di bawah ini.
Yang artinya:
“Yusuf berkata: “Supaya kamu bertanam tujuh tahun (lamanya) sebagaimana biasa;
Maka apa yang kamu tuai hendaklah kamu biarkan dibulirnya kecuali sedikit untuk
kamu makan. Kemudian sesudah itu akan datang tujuh tahun yang amat sulit, yang
menghabiskan apa yang kamu simpan untuk menghadapinya (tahun sulit), kecuali
sedikit dari (bibit gandum) yang kamu simpan. Kemudian setelah itu akan datang tahun
yang padanya menusia diberi hujan (dengan cukup) dan dimasa itu mereka memeras
anggur.
Dari ayat ini menunjukkan bahwa Nabi Yusuf as merencanakan program untuk
beberapa tahun ke depan. Bahwa perencanaan tidak menafikan keimanan tetapi
merupakan salah satu bentuk amal kebajikan yang berupa ittikhadz al asbab
(menjalankan sebab). Perencanaan akan memberikan gambaran utuh dan menyeluruh
bagi masa depan sehingga mendorong seseorang untuk bekerja secara maksimal dan
optimal dalam merealisasikan tujuan yang telah ditetapkan.
Kandungan makna perencanaan juga tampak pada ayat Al-Qur’an Surat Al-
Hasyr ayat 18.
Yang artinya:
“Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dan hendaklah Setiap diri
memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari Esok (akhirat); dan
bertaqwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui yang kamu
kerjakan”
191
Yang dimaksud hari esok dalam ayat tersebut, dapat berarti akhirat tetapi
dapat juga berarti hari-hari yang akan datang saat masih di dunia. Dan, mempersiapkan
segala sesuatu untuk hari yang belum datang, dapat disebut perencanaan.
b. Rekrutment dan Seleksi
Ketersediaan sumber daya pendidik menurut kualifikasi tertentu merupakan
konsekuensi logis dan implikasi dari adanya perencanaan sumber daya pendidik.
Setelah perencanaan sumber daya pendidik dibuat, langkah selanjutnya adalah
penyediaan sumber daya pendidik “ personnel procurement” (Sule, 2009:201).
Penyediaan sumber daya pendidik merupakan kegiatan untuk memenuhi
kebutuhan sumber daya pendidik pada suatu lembaga pendidikan, baik jumlah maupun
kualitasnya. Pendidik yang baik dan memenuhi standar kualifikasi, hanya akan dapat
diperoleh melalui upaya rekrutmen dan seleksi yang efektif.
Mulyasa (2009: 153) mengemukakan “Untuk mendapatkan tenaga
kependidikan yang sesuai dengan kebutuhan, dilakukan rekrutment dan seleksi”
Ada beberapa aktivitas dalam penyediaan sumber daya pendidik ini,
diantaranya adalah : rekrutment dan seleksi.
1) Rekrutment
Menurut Simamora (1995:212), rekrutment adalah serangkaian aktivitas
mencari dan memikat pelamar kerja dengan motivasi, kemampuan, keahlian, dan
pengetahuan yang diperlukan guna menutupi kekurangan yang diidentifikasikan
dalam perencanaan kepegawaian. Pendapat lain di kemukakan William (1981:126),
dalam dunia pendidikan rekrutment diartikan sebagai kegiatan untuk menarik
sejumlah pagawai yang dibutuhkan dalam suatu sistem pendidikan, disamping
memenuhi kualitas tertentu.
Menurut Hadari Nawawi (2001:169), rekrutmen adalah proses
mendapatkan sejumlah calon tenaga kerja yang kualifaid untuk jabatan/pekerjaan
utama di lingkungan suatu organisasi.
Mulyasa (2009:153) mengemukakan “ rekrutment yaitu suatu upaya untuk
mencari dan mendapatkan calon-calon tenaga kependidikan yang memenuhi
persyaratan sebanyak mungkin.
Sutrisno (2009:45) Rekrutmen merupakan suatu proses mencari,
mengadakan, menemukan, dan menarik para pelamar untuk dipekerjakan dalam suatu
organisasi.
192
Subekhi dan Mohammad Jauhar (2012) mengemukakan bahwa
Rekrutmen adalah kegiatan identifikasi dan membuat calon pekerja tertarik untuk
mengisi pekerjaan, baik yang tersedia sekarang, maupun yang akan datang.
Nawawi (2000: 328) mengungkapkan “ Rekrutment adalah proses
mendapatkan sejumlah pegawai/karyawan yang kualifaid untuk pekerjaan
kunci/utama dalam memberikan pelayanan umum (public service) dan pelaksanaan
pembangunan sesuai bidang kerja sebuah organisasi non profit”.
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa rekrutment adalah proses
menghasilkan SDM yang memenuhi syarat untuk bekerja dalam suatu organisasi.
Rekrutment penting untuk dilakukan dalam manajemen SDM sebagai awal untuk
mendapatkan pegawai yang tepat.
Rekrutment menjadi salah satu kegiatan yang penting dalam manajemen
SDM sebab sebagai awal dari kegiatan yang dilakukan organisasi suatu lembaga untuk
mendapatkan sumber daya pendidik yang tepat untuk mengisi jabatan kosong, hal ini
menjadi sangat penting, khususnya ketika suply sumber daya pendidik terbatas,
dimana hanya sedikit jumlah pendidik yang tersedia sedangkan banyak lembaga-
lembaga pendidikan lain yang membutuhkan tenaga kerja tersebut, sehingga lembaga-
lembaga tersebut bersaing untuk menarik calon pendidik yang terbaik.
Sehingga jelaslah, bahwa secara umum rekrutment bertujuan untuk
menyiapkan sejumlah calon pendidik yang berkualitas dan potensial bagi suatu
lembaga, yang secara spesifik tujuan rekrutment minimal sebagai berikut :
a) Untuk menetapkan kebutuhan rekrutmen sekolah masa sekarang dan yang akan
datang hubungannya dengan perencanaan SDM dan job analysis.
b) Untuk meningkatkan sejumlah calon tenaga pendidik dengan biaya minimum.
c) Untuk membantu meningkatkan angka keberhasilan dari proses seleksi dengan
menurunkan sejumlah tenaga pendidik yang bermutu rendah (underqualified) atau
bermutu terlalu tinggi (overqualified) dengan jelas.
d) Untuk membantu menurunkan kemungkinan tenaga pendidik yang setelah direkrut
dan diseleksi, akan hengkang dari sekolah setelah beberapa saat kemudian.
e) Untuk mengawali identifikasi dan menyiapkan tenaga pendidik potensial yang akan
menjadi calon tenaga pendidik yang sesuai.
f) Untuk mengevaluasi keefektifan teknik dan pencarian rekrutmen yang beragam dari
semua jenis tenaga pendidik dan kependidikan.
Kamudian menurut Stoner (1987:71), tujuan dari rekrutemen adalah
menyediakan kelompok calon tenaga kerja yang cukup agar manajer dapat memilih
193
pegawai yang mempunyai kualifikasi yang diperlukan. Sedangkan tujuan yang
spesifik, menurut Randal (1997:228), yaitu:
a) Agar konsistensi dengan strategi, wawasan, dan nilai organisasi.
b) Untuk menentukan kebutuhan rekrutmen organisasi di masa sekarang dan masa yang
akan datang berkaitan dengan perubahan besar dalam organisasi, perencanaan SDM,
pekerjaan, dan analisis jabatan.
c) Untuk meningkatkan calon pegawai yang memenuhi syarat seefisien mungkin.
d) Untuk mendukung meningkatkan inisiatif organisasi dalam mengelola tenaga kerja
yang beragam.
e) Untuk membantu meningkatkan keberhasilan proses seleksi dengan mengurangi
calon pegawai yang sudah jelas tidak memnuhi syarat atau yang terlalu tinggi
kualifikasinya.
f) Untuk membantu mengurangi kemungkinan keluarnya pegawai yang belum bekerja.
g) Untuk mengkoordinasikan upaya rekrutmen dengan program seleksi dan pelatihan.
h) Untuk mengawasi efektif tidaknya berbagai teknik dan lokasi rekrutmen bagi semua
jenis pelamar kerja.
Proses Rekrutmen dimulai ketika pelamar dicari dan berakhir bila lamaran-lamaran
(aplikasi) diserahkan. Hasilnya adalah sekumpulan pencari kerja dari mana pagawai
baru diseleksi.
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa rekrutmen adalah merupakan
proses dalam manajemen pengadaan pegawai yang berupaya mencari dan memikat
pegawai yang mampu dan tertarik untuk melamar pekerjaan guna mengisi lowongan
dan menutupi kekurangan yang tersedia dan telah diidentifikasi sebelumnya. Hal
tersebut dilakukian agar tidak terjadinya konflik dalam merekrutmen tenaga pegawai.
Munculnya konflik dilatarbelakangi oleh adanya ketidakcocokan atau perbedaan
dalam hal nilai, tujuan, status, dan budaya.
Dalam kegiatan rekrutment, ada berbagai aktivitas yang harus dilakukan ,
sebagaimana berikut (Hariandja, 2005: 105) :
a) Penentuan jabatan kosong
Hal ini dilakukan bilamana ada jabatan kosong yang disebabkan diantaranya adalah
adanya pegawai yang memundurkan diri, pensiun, mutasi, meninggal dunia, dan
akibat adanya pengembangan sekolah.
b) Penentuan persyaratan jabatan
194
Persyaratan jabatan ini tentu saja harus ditentukan dalam rangka membantu
mengidentifikasi pegawai yang dibutuhkan yang meliputi keahlian, pengetahuan,
keterampilan dan pengalaman yang diperlukan untuk melakukan pekerjaan.
c) Penentuan sumber dan metode rekrutment
Sumber dan metode rekrutment sangat penting untuk dilakukan sebagai langkah
terakhir dari aktivitas rekrutment. Oleh karena itu, sumber dan metodenya harus
efektif dan efisien sehingga didapatkan calon pengawai yang paling baik dengan
waktu yang minim dan biaya yang sedikit.
Sumber rekrutment menurut Hasibuan (2013:42) mencangkup sumber
internal dan eksternal. Sumber internal adalah karyawan yang akan mengisi
lowongan kerja dalam perusahaan tersebut. Artinya orang-orang yang telah menjadi
pegawai dalam sekolah dan menduduki jabatan tertentu yang memungkinkan untuk
ditransfer, dipromosikan untuk mengisi jabatan yang kosong melalui proses seleksi.
Sedangkan sumber eksternal adalah karyawan yang yang akan mengisi jabatan yang
lowong dilakukan penarikan dari sumber-sumber tenaga kerja di luar perusahaan,
artinya orang-orang yang belum menjadi pegawai di sekolah, yang akan ditarik
menjadi calon.
Kemudian untuk metode rekrutment, Hasibuan (2013: 44)
mengklasifikasikan menjadi dua yaitu metode tertutup dan terbuka. Metode Tertutup
adalah ketika penarikan hanya diinformasikan kepada para karyawan atau orang
tertentu saja, artinya calon diperoleh dengan cara pimpinan memberikan atau
menominasikan beberapa orang sebagai calon untuk dipromosikan. Sedangkan
metode terbuka adalah ketika penarikan diinformasikan secara luas, baik dengan
iklan atau media massa, artinya organisasi sekolah mengumumkan jabatan kosong
ke masyarkat luas sehingga memberikan kesempatan pada semua masyarakaat untuk
mengajukan lamaran.
Dalam pandangan Islam, Islam sangat mendorong umatnya untuk melihat
calon pegawai berdasarkan pengertahuanm, pengalaman, dan kemampuan teknis
yang dimilikinya. Hal tersebut sesuai dengan firman Allah swt dalam Al-Qur’an Q.S
Al-Qashash ayat :26
Yang artinya:
“Salah seorang dari kedua wanita itu berkata: “Yaa Bapakku ambillah ia
sebagai orang yang bekerja (pada kita), karena sesungguhnya orang yang paling baik
yang kamu ambil untuk bekerja (pada kita) ialah orang yang kuat lagi dipercaya”(Q.S
Al-Qashash ayat :26)
195
Pemahaman kekuatan yang dimaksud bisa berbeda sesuai dengan
perbedaan jenis pekerjaan, kewajiban, dna tanggung jawab yang dipikulnya. Amanah
merupakan faktor penting untuk menentukan kepatuhan dan kelayakan calon
pagawai. Hal ini bisa diartikan dengan melaksanakan segala kewajiban sesuai dengan
ketentuan Allah swt dan takut terhadap aturan-Nya.
Calon pegawai harus dipilih berdasarkan kepatutan dan kelayakan,
persoalan ini pernah diingatkan Rasulullah Muhammad saw dalam sabdanya,
“Barangsiapa mempekerjakan orang karena ada unsur nepotisme, padahal di sana
terdapat orang yang lebih baik daripada orang tersebut, maka ia telah menghianati
amanah yang diberikan Allah swt, Rasul-Nya dan Kaum Muslimin (Meldona,
2009:153).
Dalam riwayat lain Rasulullah saw juga menyatakan tentang pentingnya
penerapan kaidah kepatuhan dan kelayakan pegawai, seperti yang terdapat dalam
Shahih Muslim sebagia berikut “Yaa Rasulallah mengapa engkau tidak
mengangkatku sebagai pegawai?” kemudian berkata: “wahai Abu Dzar,
sesungguhnya kamu itu lemah, sedang yang kamu minta itu adalah Amanah, tidak
lain hal itu hanyalah kehinaan dan penyesalan pada hari kiamat, kecuali orang yang
mengambilnya dengan haknya dan menunaikan kewajiban di dalamnya”(Meldona,
2009:153).
Dari Hadis tersebut dapat ditarik sebuah pelajaran, bahwa standar
pengangkatan pegawai adalah kepatutan dan kelayakan seseorang untuk memikul
tanggung jawab pekerjaan yang akan diberikan kepadanya. Sebagaimana nasihat
Rasulullah kepada sahabatnya tersebut, bahwa jabatan bisa menjadi nikmat tetapi
bisa pula membawa kehinaan dan penyesalan.
2) Seleksi
Seleksi adalah langkah selanjutnya setelah rekrutment yang harus dilakukan
dalam suatu organisasi. Seleksi berarti memilih pegawai baru yang benar-benar
memiliki kualifikasi yang ditentukan oleh organisasi. Jadi seleksi merupakan
kegiatan yang tidak terpisahkan dari proses rekrutment.
Meldona (2009:157) menegaskan, “ seleksi adalah proses dengannya
perusahaan dapat memilih dari sekelompok pelamar yang paling memenuhi kreteria
seleksi untuk posisi yang tersedia berdasarkan kondisi yang ada saat ini”
196
W.F.Casio (Nawawi, 2000: 334) mengemukakan “ Seleksi adalah proses
untuk memperoleh pegawai/karyawan baru dengan menetapkan diterima atau ditolak
untuk mengisi jabatan/pekerjaan yang kosong”
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa seleksi adalah
serangkai kegiatan yang dilaksanakan untuk memutuskan apakah seseorang pelamar
diterima atau tidak sesuai kreteria yang ditentukan.
Seleksi dilakukan dalam upaya untuk mengetahui kesesuaian atau tidaknya
antara individu, pekerjaan, organisasi dan lingkungan. Oleh sebab itu, seleksi bukan
sebatas memilih pegawai berdasarkan perspektif organiasi, tetapi juga berdasarkan
perspektif pelamar. Hal ini penting sebab kinerja seseorang tidak hanya dipengaruhi
oleh kemampuannya, tetapi juga sikapnya terhadap organisasi. Maka agar seleksi
pendidik mencapai sasaran yang diharapkan, ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan dalam aktivitas seleksi yaitu ; dasar dan tujuan seleksi, penetapan
jumlah pendidik, cara/metode seleksi, kualifikasi seleksi dan langkah-langkah seleksi
(Hasibuan, 2013:48 – 58).
a) Dasar dan tujuan seleksi
Dasar seleksi berarti penerimaan pendidik baru hendaknya berpedoman
kepada dasar-dasar yang telah ditentukan oleh internal maupun eksternal lembaga
pendidikan agar hasil seleksi dapat dipertanggungjawabkan baik secara hukum
maupun ekonomis. Dasar dasar tersebut antara lain ; kebijakan pemerintah, job
specification atau jabatan, ekonomis rasional, dan etika sosial.
Dalam melaksanakan seleksi tenaga pendidik, manajemen pendidik
haruslah selalu memperhatikan peraturan dan ketentuan yang berlaku, baik yang
dikeluarkan sekolah maupun pemerintah, baik tertulis maupun tidak tertulis. Artinya,
pelaksanaan seleksi pendidik tidak boleh melanggar peraturan dan ketentuan
tersebut. Misalnya, ketentuan internasional dan pemerintah Indonesia melarang
sekolah memperkerjakan pendidik dan tenaga kependidikankan di bawah umur.
Meskipun dalam analisis pendidik tidak disebutkan secara jelas larangan tersebut,
manajemen pendidik khususnya bagian seleksi harus memahaminya. Konsekuensi
akibat ketidakcermatan dalam memegang teguh norma yang berlaku dapat
mengakibatkan pemberian sanksi oleh pemerintah terhadap sekolah atas kelalaian
pada peraturan dan ketentuan yang telah berlaku.
Job specification atau jabatan harus dijadikan pedoman dalam seleksi
pendidik. Dalam spesifikasi, telah ditetapkan persyaratan dan kualifikasi minimum
calon pendidik. Oleh karena itu, uraian/deskripsi pendidik dan
197
kualifikasi/persyaratan pendidik harus dijadikan pedoman dalam seleksi pendidik
dan kependidikan. Selain itu, rencana perekrutan pendidik yang ditetapkan
sebelumnya harus dijadikan pedoman, agar efektivitas seleksi pendidik dapat dijamin
keberhasilannya. Tanpa berpedoman pada laporan analisis pendidik dan rencana
perekrutan pendidik dan kependidikan, seleksi pendidik dan kependidikan yang
dilakukan kemungkinkan tidak akan berhasil.
Ekonomis berarti pelaksanaan seleksi diharapkan agar biaya, waktu dan
pemikiran dapat dimanfaatkan secara efektif sehingga hasil seleksi dapat
dipertanggungjawabkan. Sebagaimana Hasibuan (2013: 49) mengemukakan bahwa
“Mengadakan seleksi harus dengan cara yang paling efektif dengan biaya yang
serendah-rendahnya untuk mendapatkan karyawan yang sebaik-baiknya”.
Sedangkan rasional berarti metode dan prosedur yang ditempuh dalam seleksi
pendidik dapat diterima akal sehat dan tidak terkesan dibuat-buat dengan maksud
menyulitkan calon pendidik. Oleh karena itu, agar metode dan prosedur seleksi
pendidik rasional, perlu ditangani oleh yang benar-benar profesional sehingga tahu
ruang lingkup seleksi pendidik.
Seleksi harus didasarkan pada etika seosial, sebagaimana Hasibuan (2013:
49) mengemukakan “ Artinya, memperhatikan norma-norma hukum, agama,
kebudayaan dan adat istiadat masyarakat serta hukum yang berlaku di negara yang
bersangkutan”.
Sedangkan tujuan seleksi penerimaan pendidik baru adalah untuk
mendapatkan pendidik yang qualifiied, potensial, jujur, disiplin, tanggung jawab dan
lain sebagainya.
b) Penetapan jumlah karyawan
Setelah dasar dan tujuan seleksi diketahui, langkah selanjutnya adalah
penetapan jumlah karyawan yang dibutuhkan oleh lembaga pendidikan. Hal ini perlu
dilakukan agar a pendidik yang akan diterima tetap sesuai dengan volume yang
pekerjaan.
Hasibuan (2013: 50) mengemukakan bahwa dalam penentuan jumlah
karyawan dapat dilakukan dengan metode nonilmiah dan ilmiah. Metode nonilmiah
berarti jumlah pendidik didasarkan atas perkiraan saja, bukan berdasarkan atas
kebutuhan jumlah pekerjaan dan standar prestasi kerja. Sedangkan metode ilmiah
berarti jumlah pendidik yang akan diterima berdasarkan analisis beban kerja dan
standar prestasi kerja.
c) Cara seleksi
198
Ada dua cara seleksi yang dapat dilakukan oleh sebuah organisasi
sebagaimana diungkap oleh Hasibuan (2013:52) yaitu metode nonilmiah dan metode
ilmiah. Seleksi dengan cara nonilmiah adalah seleksi yang dilaksanakan tidak
didasarkan kepada kreteria, standar, atau spesifikasi kebutuhan, tetapi hanya
didasarkan kepada perkiraan dan pengalaman saja. Seleksi nonilmiah ini sering
menimbulkan mismanajemen penempatan karyawan baru yang diterima. Bahkan,
karyawan tersebut tidak mampu menyelesaikan pekerjaan yang ditugaskan
kepadanya.
Seleksi dengan metode ilmiah adalah seleksi yang didasarkan kepada job
specification dan kebutuhan jabatan yang akan diisi serta berpedoman kepada kriteria
dan standar yang ditetapkan. Sehingga diharapkan diperoleh karyawan yang
qualified dengan penempatan yang tepat, sehingga pembinaan dan
pengembangannya relatif lebih mudah (Hasibuan, 2013:54)
d) Kualifikasi seleksi
Penyeleksian harus mengetahui secara jelas kualifikasi yang akan diseleksi.
Hal ini penting dilakukan supaya sasaran dapat tercapai dengan baik. Kualifikasi
seleksi meliputi umur, keahlian, kesehatan fisik, pendidikan, jenis kelamin, bakat,
temperamen, karakter, pengalaman kerja, kerja sama, kejujuran, kedisiplinan, insiatif
dan kreativitas.
Dalam Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang SISDIKNAS
pasal 24 ayat 2 dinyatakan bahwa “ Pendidik harus memiliki kualifikasi akademik
dan kompetensi sebagai agen pembelajaran, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki
kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan”.
Selanjutnya pandangan Islam tentang seleksi pegawai di jelaskan oleh Sinn
(2006:108) bahwa memberikan ujian seleksi kepada calon pegawai adalah persoalan
pokok dalam Islam. Hal tersebut setidaknya tercermin dari sikap Rasulullah Shalalhu
‘Alaihi Wasallam ketika akan mengangkat Muadz bin Jabal menjadi pejabat
kehakiman. Rasulullah Shalalhu ‘Alaihi Wasallam bertanya kepada Muadz: “dengan
apa engkau memutuskan perkara Hukum? “Muadz menjawab: “Dengan Kitab
Allah.” Rasulullah saw bertanya: “jika kamu tidak menemukan?” Muadz menjawab
lagi, “Dengan Sunnah Rasulullah.” Rasulullah bertanya lagi: “Jika kamu tidak
menemukannya?”Muadz menjawab: “Aku akan berjihad dengan pendapatku.
Rasulullah saw bersabda: “Alhamdulillah, Allah swt telah menolong Rasulullah
menjalankan agama sesuai dengan apa yang diridhai Allah dan Rasul-Nya (Sinn,
2006: 108).
199
c. Orientasi dan Penempatan Sumber Daya Pendidik
Setelah seleksi dilakukan, maka langkah berikutnya adalah penempatan
pendidik. Perlu digaris bawahi bahwa adaptasi merupakan hal yang alamiah untuk
dilakukan oleh tenaga kerja. Oleh sebab itu suatu organisasi perlu benar-benar
memastikan bahwa tenaga kerja yang direkrutnya benar-benar siap, tidak saja dilihat
dari sisi kualifikasinya, tetapi juga dilihat dari kesiapannya untuk berkerja secara tim.
Maka dalam hal ini suatu lembaga perlu untuk mengadakan orientation training yang
bertujuan untuk mengadaptasikan tenaga kerja dengan lingkungan.
Sebagaimana Nawawi (2005:350) mengemukakan bahwa “orientasi pada
dasarnya merupakan usaha dalam membantu pegawai baru untuk mengenali dan
memahami tugas-tugas mereka, kondisi organisasi, kebijakan organiasai, rekan
sekerja, nilai-nilai keyakinan dan lain-lain”.
Senada dengan dikemukakan oleh Sule (2009:126) bahwa “ orientasi adalah
program yang dirancang untuk menolong karyawan baru (yang lulus seleksi)
mengenai pekerjaan dan perusahaan tempat kerjanya.
Meldona (2009: 199) secara spesifik menegaskan tujuan orientasi adalah :
1) Untuk mempelajari prosedur pekerjaan.
2) Perjalinan hubungan antara bawahan dan atasan.
3) Memberikan karyawan perasaan kesadaran memiliki dengan memperhatikan
bagaimana pekerjaan mereka sejalan dengan keseluruhan organisasi.
4) Mengurangi jumlah stres dan kegelisahan yang dialami oleh karyawan baru.
Berdasarkan uraian diatas dapat dipahami secara sederhana bahwa kegiatan
orientasi adalah upaya suatu lembaga untuk memperkenalkan pendidik baru terhadap
situasi dan kondisi pekerjaan atau jabatanya dan lingkungan lembaga.
Setelah proses orientasi, maka langkah selanjutnya adalah penempatan.
Penempatan merupakan tindakan pengaturan atas seseorang untuk menempati suatu
posisi. Meskipun tindakan penempatan ini mengandung unsur uji coba yang
menyebabkan adanya tindakan penempatan kembali, namun pada dasarnya
penempatan merupakan tindakan yang menentukan apakah yang bersangkutan tetap
berada berposisi sebagaimana penugasan pertama atau sementara
(promosi,pengalihan) atau bahkan penurunan dan pemutusan hubungan kerja.
Sebagaimana Meldona (2009: 217) mengemukakan bahwa “ dalam teori
manajemen sumber daya manusia yang mutakhir menekankan bahwa penempatan
200
tidak hanya berlaku bagi karyawan baru, akan tetapi berlaku pula bagi pegawai lama
yang mengalami alih tugas dan mutasi”
Sunyoto (2012: 122) mendifinisakan bahwa “ penempatan adalah
merupakan proses atau pengisian jabatan atau penugasan kembali pegawai pada
tugas atau jabatan baru atau jabatan yang berbeda”.
Jadi, penempatan sebenarnya bukan akhir dari proses seleksi, artinya jika
seluruh proses seleksi telah dilakukan dan seseorang maka ia akan ditempatkan pada
posisi dan tugas tertentu, ini berlaku bagi pegawai baru. Hanya saja dalam teori
manajemen SDM yang mutkahir menekankan bahwa penempatan tidak hanya
berlaku pada karyawan baru, tapi juga bagi karyawan lama yang mengalami alih
tugas dan mutasi. Berarti konsep penempatan mencangkup promosi, transfer dan
demosi.
d. Kompensasi Sumber Daya Pendidik
Pendidik (guru) adalah tenaga fungsional lapangan yang langsung
melaksanakan proses pendidikan. Jadi, pendidiklah yang bertindak sebagai ujung
tombak keberhasilan pendidikan. Sehingga pendidik berkewajiban melaksanakan
tugas dengan penuh tanggung jawab dan pengabdian, artinya pendidik harus tulus
mengabdikan dirinya, memusatkan perhatian sepenuhnya kepada pendidikan. Akan
tetapi untuk dapat menjadikan pendidik yang demikian tidaklah semudah
membalikkan telapak tangan.
Rohmad (2009: 65) mengemukakan : ”Guru membutuhkan kondisi positif
yang memungkinkan ia mengembang tugas secara kretatif guna mengoptimalkan
kemampuan pengabdiannya. Ini dapat diupayakan pemenuhannya kalau ada
pengakuan dan penghargaan yang memadai melalui pemberian kesejahteraan yang
memadai”.
Hal inipun juga ditegaskan dalam Undang-undang RI No 20 Tahun 2003
tentang SISDIKNAS Bab XI Pasal 40 bahwa “Pendidik dan tenaga kependidikan
berhak memperoleh :
a. Penghasilan dan jaminan kesejahteraan sosial yang pantas dan memadai.
b. Penghargaan sesui dengan tugas dan prestasi kerja “
Manajemen sumber daya pendidik bertujuan salah satunya adalah untuk
memastikan lembaga memiliki pendidik yang bermotivasi dan berkinerja tinggi, serta
dilengkapi dengan sarana untuk menghadapi perubahan yang dapat memenuhi
kebutuhan pekerjanya. Salah satu untuk meningkatkan prestasi kerja dan motivasi
adalah melalui kompensasi.
201
Masalah kompensasi merupakan tantangan tersendiri dalam konteks
manajemen, karena imbalan para perkerja tidak lagi dipandang sebagai alat pemuas
kebutuhan material, tetapi ini terkait dengan harkat dan martabat manusia (Mulyasa,
2012: 45).
Kompensasi bagi lembaga merupakan salah satu untuk mempertahankan
sumber daya pendidik yang ada di lembaga, walaupun bukan merupakan satu-
satunya cara meningkatkatkan motivasi pendidik, sehingga mereka dapat tetap betah
di lembaga. Meski demikian, penulis menyakini bahwa kompensasi adalah faktor
urgen untuk mempertahankan pendidik di suatu lembaga, karena kompensasi
merupakan faktor penting dalam kehidupan yang dapat meningkatkan motivasi
walaupun sulit untuk dapat memuaskan manusia.
Suyanto (2001: 147) mengemukakan bahwa “Memang tidak dapat dinyakini
bahwa dengan perbaikan nasib dan kesejahteraan guru akan serta merta memperbaiki
kualitas guru. Tetapi dengan kesejahteraan yang memadai, setidaknya guru akan
dapat lebih berkonsentrasi pada tugas-tugas profesionalnya”.
Rasulullah selalu mendorong para majikan untuk memberikan upah terhadap
para pegawainya setelah mereka menyelesaikan pekerjaannya. Beliau bersabda:
“Berilah upah kepada mereka sebelum keringatnya kering”.
Ketentuan ini menghilangkan keraguan pekerja atau kekhawatiran bahwa
upah mereka tidak akan dibayar. Pemberian upah yang sesuai juga akan
meningkatkan motivasi kerja. Upah ditentukan atas dasar jenis pekerjaannya, ini
ketentuan upah sebagaimana tercantum dalam Al-Qur’an berikut:
“Dan bagi masing-masing mereka derajat menurut apa yang telah mereka
kerjakan dan agar Allah mencukupkan bagi mereka (balasan) pekerjaan-pekerjaan
mereka sedang mereka tiada dirugikan”.(Q.S. Al-Ahqaf:19)
e. Pembelajaran Al-Qur’an
Sebagai sumber utama dalam Islam, al-Qur`an memiliki posisi istimewa
bagi kaum Muslimin baik dalam struktur keimanan (teologis) maupun dalam
rumusan kehidupan (sosial) mereka. Secara teologis, ini berkaitan dengan hakikat
al-Qur`an itu sendiri yang merupakan kalam Allah (wahyu) yang disampaikan
kepada manusia melalui Nabi-Nya, Muhammad SAW, sebagai pedoman dan
petunjuk (hudan) dalam mengarungi kehidupan ini. Implikasinya, secara sosiologis,
al-Qur`an menjadi sumber nilai, norma, hukum, paradigma dan inspirasi bagi
seorang Muslim dalam mengkonstruk bangunan hidup dan kehidupannya,
202
kapanpun dan di manapun sebagai wujud dari sifat al-Qur`an yang rahmatan li al-
'alamin.
Keistimewaan al-Qur`an tersebut memunculkan usaha kaum muslimin
untuk mempelajari kandungannya dari berbagai aspek keilmuan yang berkembang
dalam khazanah intelektualitas muslim. Karenanya, muncul berbagai
lembaga/program pendidikan al-Qur`an dari tingkat pemula sampai tingkat
lanjutan. Di antaranya dalam lingkungan masyarakat Muslim Indonesia ialah
Taman Pendidikan Al-Qur`an (TPQ). Sebuah institusi non-formal yang mengelola
pembelajaran Qur`an.
Istilah pembelajaran berhubungan erat dengan pengertian belajar dan
mengajar. Belajar, mengajar dan pembelajaran terjadi bersama-sama. Belajar dapat
terjadi tanpa guru atau tanpa kegiatan mengajar dan pembelajaran formal lain.
Sedangkan mengajar meliputi segala hal yang guru lakukan di dalam kelas.
Beberapa pendapat mengenai pengertian pembelajaran, diantaranya: (a)
Menurut Sujana, pembelajaran adalah setiap upaya yang sistematik dan disengaja
oleh pendidik untuk menciptakan kondisi-kondisi agar peserta didik melakukan
kegiatan mengajar (Sudjana, 2001); (b) Menurut E. Mulyasa, pembelajaran
merupakan aktualisasi kurikulum yang menuntut keaktifan guru dalam
menciptakan dan menumbuhkan kegiatan peserta didik sesuai dengan rencana yang
telah diprogramkan (Mulyasa, 2004); (c) Menurut Oemar Hamalik, pembelajaran
adalah sebuah kombinasi yang tersusun dari unsur-unsur manusiawi, material,
fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang saling mempengaruhi untuk mencapai
tujuan pembelajaran (Hamalik, 2001).
Dengan demikian dapat diambil pengertian bahwa pembelajaran adalah
suatu aktivitas atau proses perubahan status siswa (pengetahuan, sikap dan perilaku)
yang menuntut keaktifan guru untuk memodifikasi berbagai kondisi, melibatkan
unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas dan prosedur yang saling mempengaruhi
untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Sedangkan membaca menurut I Gusti Ngurah Oka adalah proses pengolahan
bacaan secara kritis dan kreatif yang dilakukan dengan tujuan memperoleh
pemahaman yang bersifat menyeluruh tentang bacaan itu, dan penilaian terhadap
keadaan, nilai, fungsi, dan dampak dari bacaan itu
Dan menurut Sudarso, membaca adalah proses melisankan paparan bahasa
tulis melalui aktivitas yang kompleks yakni harus menggunakan pengertian,
hayalan, menghayati, dan mengingat-ingat hasil bacaan
203
Dari kedua pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa membaca adalah
suatu kegiatan mempersepsi tuturan tertulis melalui pengolahan bacaan secara kritis
dan kreatif agar memperoleh pemahaman yang bersifat menyeluruh tentang bacaan
itu.
Secara keseluruhan yang dimaksud dengan pembelajaran membaca al-
Qur’an adalah sebuah proses yang menghasilkan perubahan-perubahan
kemampuan melafalkan kata-kata, huruf atau abjad al-Qur’an yang diawali huruf
a’ (أ) sampai dengan ya’ (ي) yang dilihatnya dengan mengerahkan beberapa
tindakan melalui pengertian dan mengingat-ingat
Tujuan dalam proses belajar mengajar merupakan komponen pertama yang
harus ditetapkan yang berfungsi sebagai indikator keberhasilan pengajaran. Dalam
tujuan ini terhimpun sejumlah norma yang akan ditanamkan dalam anak didik.
Sehingga berhasil atau tidaknya tujuan pembelajaran dapat diketahui dari
penguasaan anak didik terhadap bahan yang diberikan selama proses belajar
mengajar berlangsung (Sudjana, 1995).
Menurut Abdurrahman an-Nahlawi tujuan adanya pendidikan al-Qur’an
termasuk di dalamnya pembelajaran membaca al-Qur’an diharapkan santri mampu
membaca al-Qur’an dengan baik dan benar sesuai dengan kaidah ilmu tajwid,
memahami dengan baik dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari
Sedangkan tujuan pembelajaran membaca al-Qur’an menurut Mardiyo,
Murid dapat membaca al-Qur’an dengan mantap, baik dari segi ketepatan harakat,
saktah (tempat-tempat berhenti), menyembunyikan huruf-huruf dengan
makhrajnya dan persepsi maknanya, mengerti makna al-Qur’an dan terkesan dalam
jiwanya, mampu menimbulkan rasa haru, khusuk, dan tenang jiwanya serta takut
kepada Allah, membiasakan santri membaca pada mushaf dan memperkenalkan
istilah-istilah yang tertulis baik untuk waqaf, mad dan idghom.
B. METODE PENELITIAN
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan diskripsi mendalam dan utuh
tentang manajemen sumber daya pendidik di TPQ Yasinatdengan pendekatan
kualitatif.Menurut Amirul Hadidan Haryono (2013:13).Penelitiankualitatifinisering
pula disebutmetodeetonografik, fenomenologis, ataumetodeimpresionaistik.
Pemilihan metode ini didasarkan atas pertimbangan bahwa yang hendak dicari adalah
data yang memberikan gambaran dan melukiskan kondisi alami tentang manajemen
sumber daya pendidik di TPQ Yasinat.
204
Sebagaimana Sugiyono (2012:9) mengemukakan bahwa penelitian
kualitatif memiliki karakteristik sebagai berikut :
1. Dilakukan pada kondisi yang alamiah (sebagai lawannya adalah eksperimen),
langsung ke narasumber data dan peneliti adalah instrumen kunci.
2. Penelitian kualitatif bersifat diskriptif. Data yang terkumpul berbentuk kata-kata atau
gambar, sehingga tidak menekankan pada angka.
Jenis penelitian ini adalah diskriptif, karena penelitian berusaha untuk
mendiskripsikan fakta suatu kejadian, objek, aktivitas, proses, dan manusia secara
“apa adanya” yang berhubungan dengan manajemen sumber daya pendidik di TPQ
Yasinat. Sebagaimana Arikunto (2005:234) mengemukakan bahwa “Penelitian
diskriptif merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi
mengenai status suatu gejala yang ada, yaitu keadaan gejala menurut apa adanya pada
saat penelitian dilakukan”.
2. KEHADIRAN PENELITI
Dalam penelitian kualitatif, kedudukan peneliti adalah sebagai perencana,
pelaksana pengumpul data, analisis data, penafsir data, pada akhirnya menjadi
pelapor hasil penelitiannya. Instrumen utama dalam penelitian tentang Strategi
Kepala Madrasah Dalam Meningkatkan Partisipasi Masyarakat untuk peningkatan
mutu pendidikan adalah peneliti itu sendiri.
Penelitian kualitatif sering diragukan kevalidan datanya karena data
tersebut hanya subyektif para informan dan bahkan diragukan karena subyektifitas
penelitiannya. Anggapan tersebut perlu dihadapi dengan penuh kesadaran bahwa
para informan adalah manusia dan penelitipun juga manusia maka kecenderungan
untuk memberikan data yang bias memang ada. Tetapi, apabila peneliti benar-benar
ada yang dia cari dalam mengerjakan penelitian benar-benar sadar bahwa yang dia
cari dalam penelitian adalah kebenaran, maka ia berusaha sekuat-kuatnya untuk
memperolehnya. Oleh karen itu, peneliti sebagai instrumen utama juga harus dapat
mempersiapkan seberapa jauh dapat melakukan penelitian yang selanjutnya hadir ke
lapangan.
Persiapan peneliti sebagai instrumen utama harus mampu memahami
metode penelitian kualitatif, menguasai bidang yang diteliti dan selalu siap
memasuki obyek penelitian. Jadi, kehadiran peneliti dilapangan sangat berarti dalam
melakukan validasi melalui evaluasi diri, karena peneliti itu sendiri bertindak sebagai
instrumen kunci (Sugiono : 2005).
205
Peneliti hadir dalam penelitian ini dengan cara datang langsung di TPQ
Yasinat Jember dan mengadakan komunikasi langsung dengan kepala Lembaga,
pengurus yayasan, guru-guru yang akan diteliti, TU, orang tua siswa, Tokoh
masyarakat, sebagian siswa. Selama penelitian, peneliti berada di TPQ Yasinata
mengadakan pengamatan secara langsung dan mengadakan wawancara serta
mencatat dokumen-dokumen yang berhubungan dengan penyajian data. Untuk
menghindari perasaan terganggu oleh kehadiran peneliti, maka peneliti
menyesuaikan waktu luang atau istirahat disela-sela mengajar/ sebelum mengajar.
Untuk mendapatkan informasi data selengkap mungkin, peneliti mengkaji
kembali data-data yang telah diperoleh, baik melalui pengamatan, wawancara,
dokumentasi, maupun bukti-bukti fisik yang ada. Peneliti menetapkan apakah suatu
data yang diperoleh masih bersifat umum atau sudah mencukupi sesuai dengan fokus
penelitian atau masih perlu ditambah lagi. Oleh karena itu, peneliti membutuhkan
informan tambahan untuk menjaring data yang belum lengkap dengan memposisikan
informan dalam kondisi dan situasi seperti biasanya atau berjalan secara alami.
3. LOKASI PENELITIAN
TPQ Yasinat adalah lembaga yang didirikan Oleh Pondok Pesantren
Yasinat , tepatnya pada tahun 1989 Sebagaimana hasil wawancara dengan kepala
lembaga TPQ yasinat sebagai berikut:
TPQ Yasinat didirikan tepatnya tanggal 3 april 1994 oleh Bupati , yang
mana keberadaannya sangat diharapkan masyarakat sekitar yang sudah berganti
metode dua kali, yang pertama dengan menggunakan metode Qiraati,dan beberapa
tahun kemudian berganti dengan menggunakan metode yanbu’a.(Bashiroh Burhan,
Wawancara, Kesilir, Selasa 1 Oktober, 2013).
Nama “Yasinat” merupakan singkatan dariYayasan Islam Nahdlatut
tholabah. Di tengah masyarakat nama dalam bentuk singkatan“Yasinat” lebih
dikenal, dan nama tersebut digunakan untuk menyebut nama lembaga induk dan
nama-nama satuan lembaga.
Dari pernyataan diatas dapat diketahui bahwa TPQ Yasinat sejak berdirinya
hingga sekarang sudah 19 tahun dan telah berganti dua kali metode hingga
sekarang.
a. Letak Geografis
Berdasarkanhasilobservasipeneliti, bahwa TPQ Yasinatberlokasi di Komplek
PP.Yasinat.Ditinjaudariletakgeografisnyaberada di sebelahselatandarijantungkota
.
206
b. Visidan Misi lembaga
Berdasarkandokumenprofil TPQ yasinat, VisidanMisinyaadalahsebagaiberikut:
1) Visi
Membentuk generasi Qur’ani, yang dapat mengenal, membaca, memahami,
mengamalkan, dan memasyarakatkan Al-Qur’an.
2) Misi
a) Memberantas buta huruf Al-Qur’an.
b) Mengenalkan dan menanamkan Al-Qur’an sebagai pedoman hidup Muslim
sejak usia dini.
c) Amar ma’ruf nahi munkar.
c. Struktur Organisasi
Struktur diartikan sebagai pola hubungan komponen atau bagian
organisasi. Struktur merupakan formal hubungan kerja yang membagi dan
mengkoordinasikan tugas orang dan kelompok agar mencapai sebuah tujuan.
Sesuai hasil wawancara dengan kepala lembaga, bahwa secara garis
besar berfungsi sebagai berikut :
1) Melaksanakanpendidikansesuaijenisdanjenjang yang diadakanlembaga.
2) Melaksanakanpembelajaransesuaidengankurikulum yang
berlakudaripusat.
3) Melaksanakanbimbingankhususbagisiswa yang kurangpandai.
4) Memberikanlaporannilaihasilbelajarkepada orang tuasetiapakhirmateri
yang telahdiberikan.
5) Membinakerjasamadengan orang tuasantri/murid.
6) BertanggungjawabkepadakantorKementerian Agama kabupaten
(BushirahBurhan, wawancara, Jum’at 04 Oktober, 2013).
Adapun komposisi pengelola TPQ Yasinat berdasarkan hasil
observasi yang berupa dokumen profil adalah sebagai berkut :
Kepala lembaga : Ustd.BashirahBurhan.
W.K Kurikululm : Kiai Imam Baghowi Al-Hafidz.
W.K Sarana Prasarana : Ahmad KhozinAkif.
W.K. Pengembangan : Ust. Imam Bayhaqi,S.Pd.I.
Kepala Tata Usaha : Ust. Ramadhan Abdul Jabbar.
d. Keadaan Guru dan Karyawan
207
Eksistensi guru merupakan subsistem-subsistem urgen dalam sistem
organisasi sebuahlembaga. Oleh karena itu, jumlah dan mutu guru menjadi
salah satu ukuran perkembangan suatulembaga.
Berdasarkan wawancarapenulis, keadaan guru di TPQ Yasinat pada
saat ini berjumlah 34 orang. Semua guru(ustad/ustadzah) ini telah
ditashih oleh ahli Al-Qur’an di Pondok Yasinat, yaitu Kiai Imam Baghowi
Burhan, atau lebih akrab dengan panggilan Abah Baghowi sebagaimana
pernyataaan salah seorang ustad TPQ Yasinat dari hasil wawancara Jum’at
04 Oktober 2013.
Tabel3.1
Keadaan Guru
No Guru Jumlah Keterangan
1. Putra 12
2. Putri 22
Jumlah 34
(Dokumentasi TPQ Yasinat)
Dilihat dari kondisi guru-gurunya yang semua bacaan Al-Qur’annya
sudah di tashihkan ke ahli Al-Qur’annya, bisa dipastikan kualitasnya
sudah memenuhi persyaratan.
Keberadaan pendidik di atas tentunya memerlukan tenaga lain yang
juga mempunyai peran strategis dalam usaha mencapai tujuan lembaga.
Keberhasilan yang telah dicapai saat ini tidak terlepas pula dari peran Tata
Usaha (TU).
Adapun para karyawan tersebut dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel3.2
Keadaan TenagaUmum
No Tata usaha(TU) Jumlah
1. Putra 2
2. Putri 3
Jumlah 5
(Dokumentasi TPQ Yasinat)
e. Keadaan Siswa
Sejakawalberdirinya, jumlahsiswadansiswi yang belajar di TPQ
Yasinatterusmenunjukkanperkembangan.Dan data
208
siswapadatahunPelajaran 2012/2013 berjumlah
343.Sebagaimanatabelberikut:
Tabel3.3
Keadaan Siswa-siswi
No Kelas Jumlah
Ruangbelajar
L P Jumlah
1 TPQ 18 79 137 216
2 PASCA TPQ 7 31 87 118
Jumlah 25 110 224 334
(Dokumentasi TU TPQ Yasinat)
f. Prestasi Yang Diraih
Prestasi yang telahdiraiholehparasiswa-siswi TPQ
yasinatadalahsebagaiberikut.
Tabel3.4
Daftar Prestasi Siswa
No Jenis Lomba Juara Tingkat
1
MTQ II propinsi
2
Bahana Muharram I Kabupaten
3 Tahfidzul Qur’an Anak-Anak
1 Kabupaten
4 Bahana Muharram
I Kabupaten
5 Lombahadisdandoaharian
III kecamatan
6 MTQ
III propinsi
7
Lombacerdascermatanak Al-
Qur’an
I kecamatan
Dan masihbanyaklagi.
(Dokumentasi TU TPQ Yasinat)
g. Sarana dan Prasarana
Suatu lembaga adalah diselenggarakan oleh sejumlah orang
dalam bentuk kerjasama dalam mencapai tujuan bersama.Untuk dapat
209
melaksanakan kegiatan itu, maka diperlukan sarana prasarana guna
untuk mencapai tujuan pendidikan yang diselenggarakan. Untuk lebih
detilnya sebagaimana dalam tabel berikut :
Tabel3.5
SaranaPrasarana
NO NAMA BARANG
KONDISI BARANG
KET
BAIK RUSAK
RINGAN
RUSAK
BERAT
1 KOMPUTER 1
2 PRINTER 1
10 KURSI GURU DAN TU 35
11 MEJA GURU DAN TU 12
12 BRANKAS 5
14 LEMARI 5
15 RAK BUKU 2
17 MEJA SISWA 250
(Dokumentasi TU TPQ Yasinat)
4. SUMBER DATA
Sumber data dalam penelitian ini dapat dibedakan menjadi dua, yaitu
manusia/orang dan bukan manusia. Sumber data berfungsi sebagai subyek atau
informan kunci (key informans). Sedangkan sumber data bukan manusia berupa
dokumen yang relevan dengan fokus penelitian, seperti gambar, foto, catatan
rapat atau tulisan-tulisan yang ada kaitannya dengan fokus penelitian.
Sebagaimana Arikunto (2010:172) mendefiniskan “sumber data dalam
penelitian adalah subyek dari mana data dapat diperoleh, baik berupa orang atau
tempat”.
Maka dalam hal ini, untuk memilih dan menentukan informan dalam
penelitian ini, peneliti menggunakan tehnik purpossive sampling. Sebagaimana
Sugiyono mengemukakan “ purposive sampling adalah teknik pengambilan
sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu, seperti orang yang dianggap
paling tahu tentang yang kita harapkan, sehingga memudahkan peneliti
menjelajahi obyek sosial yagn diteliti”.
Maka Dalam penelitian tentang Manajemen Sumber Daya Tenaga
Pendidik di di TPQ Yasinatyang menjadi informan adalah adalah kepala
210
lembaga, wakil kepala lembaga, kepala Tata Usaha (TU) dan para Guru, siswa-
siswi.
Latar belakang ditetapkannya kepala lembaga, wakil kepala lembaga,
kepala TU dan para guru sebagai informan bagi peneliti adalah karena; pertama,
mereka sebagai pelaku yang terlibat langsung dalam setiap kegiatan di lembaga,
khsusunya manajemen sumber daya pendidik. Kedua, mereka mengetahui secara
langsung tentang persoalan yang akan diteliti, ketiga,mereka lebih menguasai
berbagai informasi secara akurat berkenaan dengan sumber daya manusia.
5. Prosedur Pengumpulan Data
Peneliti akan mendapatkan data yang memenuhi standar yang
ditetapkan jika mengetahui dan menguasai teknik pengumpulan data.
Untuk mendapatkan data yang valid dan relevan, penulis memandang
perlu menggunakan beberapa metode pengumpulan data dalam penelitian ini.
Adapun metode-metode tersebut adalah :
1. Ovservasi
Sebagai metode ilmiah, observasi diartikan sebagai pengamatan dan
pencatatan terhadap fenomena yang diselidiki.
Dalam metode ini peneliti menggunakan teknik observasi
partisipatif pasif, artinya peneliti tidak terlibat langsung dalam proses
kegiatan yang dilakukan hanya mengamati dan mempelajari kegiatan untuk
memahami, mencari jawaban dan mencari bukti-bukti tentang aktifitas
manajemen sumber daya manusia. ( Sugiyono,2012:66)
Maka langkah awal yang diakukan adalah observasi untuk
mendapatkan diskripsi umum TPQ Yasinatbaik fisik maupun nonfisik yang
nantinya dapat melengkapi dan menyempurnakan data-data yang diperoleh
melalui wawancara.
Sehingga dengan observasi ini didapatkan diskripsi tentang kondisi
lingkungan di TPQ Yasinat, data-data yang berhubungan dengan profil
lembaga dan lain-lain, termasuk informasi tentang aktivitas-aktivitas
manajemen sumber daya tenaga pendidik di TPQ Yasinatyang terdiri dari
pelaksanaan perencanaan sumber daya pendidik , rekrutmen dan seleksi
sumber daya pendidik, orientasi dan penempatan sumber daya pendidik, serta
kompensasi sumber daya pendidik.
211
2. Wawancara
Wawancara adalah kegiatan yang tidak kalah urgennya dengan
observasi. Dalam kegiatan ini, penelitian. dapat berdialog langsung dengan
nara sumber untuk menggali dan mengungkap informasi yang diharapkan.
Teknik ini digunakan dalam pengumpulan data untuk melakukan studi
pendahuluan dalam menemukan permasalahan yang diteliti, disamping juga
untuk mengetahui hal-hal yang spesifik dari responden. ( Sugiyono:2012:72)
Dalam penelitian ini peneliti memperoleh informasi langsung dari
kepala lembaga yang berperan langsung dalam aktivitas manajemen sumber
daya manusia lembaga. dan beberapa wakil kepala lembaga serta guru.
Dalam melakukan wawancara, peneliti berpedoman pada kisi-kisi
pengumpulan data. Pedoman tersebut sangat diperlukan dalam proses
berjalannya wawancara, sehingga wawancara tetap berada pada fokus
permasalahan. Walaupun demikian, wawancara akan berkembang dengan
memunculkan pertanyaan-pertanyaan baru sesuai dengan konteks. Jadi
wawancara yang digunakan oleh peneliti adalan wawancara terstruktur dan
semiterstruktur.
Dengan tekhnik ini diperoleh data-data dari kepala lembaga, waka
kurikulum, guru dan Kepala Tata Usaha (K.TU)tentang pelaksanaan fungsi-
fungsi manajamen sumber daya pendidik yang meliputi perencanaan,
rekrutment, seleksi, orientasi dan penempatan, serta kompensi di TPQ
Yasinat.
3. Dokumentasi
Dokumentasi adalah suatu teknik pengumpulan data yang diperoleh
dari dokumen-dokumen yang ada pada benda-benda tertulis seperti buku-
buku notulen, makalah, peraturan-peraturan, buletin,catatan-catatan dan lain
sebagainya
Sugiyono mengemukakan (2012:82) Dokumen merupakan catatan
peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau
karya-karya monumental dari seseorang.
Jadi dengan teknik ini, peneliti memperoleh dokumen berupa
pengumuman, instruksi atau aturan, laporan, termasuk didalamya foto-foto,
catatan-catatan, dan dokumen-dokumen yang berhubungan manajemen
sumber daya pendidik di di Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPQ) Yayasan
212
Islam Nahdlatuth Tholabah (Yasinat), yang secara detail data-data tersebut
adalah sebagai berikut :
a. Profil dan Struktur di TPQ Yasinat.
b. Keadaan guru, sarana dan siswa di TPQ Yasinat.
c. Perencanaan stratejik di TPQ Yasinat2012-13
d. Ketentuan penerimaan guru baru
e. Struktur kepanitiaan rekrutmen di TPQ Yasinat.
6. Analisis Data.
Setelah peneliti mengumpulkan data dan informasi, maka langkah
selanjutnya adalah menganalisa data untuk menemukan makna empiris.
Analisa data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang
diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan dan dokumentasi dengan
mengorganisasikan data dan memilih data mana yang penting untuk dibuat
kesimpulan sehingga mudah dipahami ( Sugiyono, 2012: 89)
Proses analisa data dilakukan bersamaan dengan pengumpulan
data melalui beberapa tahapan mulai dari proses pengumpulan data, reduksi
data, penyajian data dan verifikasi atau penarikan kesimpulan.
1. Data reduction (reduksi data )
Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok,
memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya
sehingga akan memberikan gambaran yang lebih jelas dan mempermudah
peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya yang dibutuhkan.
(Sugiyono:2012: 92 )
Maka dalam penelitian ini, peneliti menyederhanakan dan
menyusun secara sistematis dalam dimensi manajemen sumber daya
pendidik di TPQ Yasinat.
2. Data display (penyajian data)
Penyajian data dilakukan setelah proses reduksi. Dalam
penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian
singkat, bagan, hubungan antara kategori, flowchart dan sejenisnya.
(Sugiyono, 2012:95)
Dengan display data, maka akan memudahkan peneliti untuk
memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan
apa yang yang telah dipahami. Untuk penyajian data peneliti
213
menggunakan uraian secara naratif, dengan tujuan agar dapat mengetahui
sejauh mana aktivitas manajemen sumber daya pendidik di TPQ Yasinat.
3. Verification (kesimpulan)
Langkah berikutnya yang dilakukan peneliti dalam analisis data
adalah verifikasi, yaitu menarik kesimpulan. Kesimpulan yang diambil
harus didukung oleh data-data yang valid dan konsisten, sehingga
kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan kridibel.
Kesimpulan yang diperoleh merupakan jawaban dari fokus penelitian yang
telah dirumuskan sejak awal dan dapat berkembang sesuai dengan kondisi
di lapangan.
Sugiyono mengemukakan :“ Dengan demikian kesimpulan
dalam penelitian kualitatif mungkin dapat menjawab rumusan masalah
yang dirumuskan sejak awal, tetapi mungkin juga tidak, karena seperti
telah dikemukakan bahwa masalah dan rumusan masalah dalam penelitian
kualitatif masih bersifat sementara dan akan berkembang setelah
penelitian berkembang” (2012:99)
7. Keabsahan Data
Dalam pengecekan data, peneliti memerlukan teknik pemeriksaan.
Pelaksanaan teknik pemeriksaan didasarkan atas kriteria tertentu agar data
yang dihasilkan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
Maka dalam proses pengecekan keabsahan data dalam penelitian
ini, peneliti menggunakan teknik pengecekan keabsahan data, yaitu :
1. Kredibilitas
Kriteria kredibilitas data digunakan untuk menjamin bahwa data
yang dikumpulkan peneliti mengandung nilai kebenaran. Sehingga data
yang dihasilkan dapat dipercaya dan dipertanggungjawabkan secara
ilmiah. Upaya yang dilakukan peneliti dalam proses pengecekan
keabsahan data dalam penelitian ini digunakan beberapa teknik
pengecekan keabsahan data, yaitu :
a. Perpanjangan Pengamatan
Dengan perpanjangan pengamatan, berarti peneliti kembali ke
lapangan untuk melakukan pengamatan, wawancara lagi dengan
sumber data sehingga hubungan peneliti dengan nara sumber akan
semakin berbentuk raport, semakin akrab, semakin terbuka, saling
214
mempercayai, yang pada akhirnya tidak ada informasi yang
disembunyikan lagi. ( Sugiyono,2012:122)
Cara ini dilakukan oleh peneliti dengan maksud menyakinkan
bahwa temuan yang diperoleh benar-benar memiliki kridibelitas yang
tinggi.
b. Meningkatkan ketekunan
Sugiyono mengemukakan, Menigkatkan ketekunan berarti
melakukan pengamatan secara lebih cermat dan berkesinambungan
(2012:124). Peneliti menggunakan cara ini secara terus menerus
terhadap subjek dalam rangka mempertajam dan memperdalam
pemahaman tentang data yang diperoleh. Sehingga dapat diketahui
apakah data itu salah atau tidak dan peneliti dapat memberikan
deskripsi data yang akurat dan sistematis.
c. Triangulasi
Triangulasi dalam pengujian kredibilitas ini diartikan sebagai
pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara, dan
berbagai waktu. Dengan demikian terdapat triangulasi sumber,
triangulasi teknik pengumpulan data dan waktu ( Sugiyono, 2012: 125)
1). Triangulasi Sumber
Triangulasi sumber digunakan untuk menguji kredibilitas
data dengan cara mengecek data yang diperoleh melalui beberapa
sumber. Misalnya peneliti mencari informasi tentang pelaksanaan
kompensasi guru dengan tiga sumber data yang berbeda untuk
kemudian didiskripsikan, dikategorikan, mana pandangan yang
sama dan yang berbeda sehingga pada akhirnya jawaban yang
diberikan informan sama atau hampir sama. ( Sugiyono; 2012:
1297 )
2). Triangulasi Teknik
Triangulasi teknik merupakan teknik untuk menguji
keabsahan data dengan cara mengecek data kepada sumber yang
sama dengan teknik yang berbeda ( Sugiyono;2012:127). Jadi
peneliti berupaya untuk mengecek keabsahan data melalui
pengecekan kembali apakah prosedur dan proses pengumpulan
data sesuai dengan metode yang absah. Misalnya data yang
diperoleh melalui wawancara dengan kepala lembaga tentang
215
rekrutmen dan seleksi guru, selanjutnya data tersebut dicek dengan
metode dokumentasi dan observasi. Bila dengan tiga teknik
tersebut menghasilkan data yang berbeda, maka peneliti
melakukan diskusi kepada sumber data untuk memastikan data
yang benar.
2. Konfirmabilitas (pemeriksaan hasil penelitian)
Cara ini dilakukan oleh peneliti untuk melihat tingkat
kesesuaian antara temuan-temuan dengan data yang telah terkumpul
sebagai pendukung. Jika hasilnya menunjukkan ada kesesuaian, maka
temuan tersebut dapat diterima, namun jika ternyata tidak ada kesesuaian,
maka sebaliknya. Konsekwensinya adalah peneliti harus turun ke lapangan
untuk memperoleh data yang sesungguhnya.
Sugiyono mengemukakan “Menguji konfirmability berarti
menguji hasil penelitian, dikaitkan dengan proses yang dilakukan”.Jadi
peneliti perlu memeriksa kembali data lapangan, baik catatan lapangan
maupun data yang telah direduksi, kemudian mencocokan data tersebut
dengan temuan-temuan yang telah dirumuskan.
8. Tahapan-tahapan Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan melalui tiga tahap, yaitu: (1) tahap
persiapan, (2) tahap eksplorasi umum, dan (3) tahap ekplorasi terfokus.
1. Tahap persiapan atau studi orientasi
Tahapan ini dilakukuan peneliti untuk menyusun proposal penelitian
dan mengumpulkan sumber pendukung yang diperlukan.
2. Tahap eksplorasi umum
Aktivitas yang dilakukan peneliti dalam tahap ini adalah ; (1)
mengurus perizinan dengan pihak yang berwenang sebagai dasar studi
lapangan, (2) observasi dan wawancara secara global terhadap obyek
penelitian, (3) mengadakan studi leteratur dan menentukan kembali fokus
penelitian, (4) melakukan konsultasi dengan kontinyu untuk memperoleh
legitimasi guna melanjutkan penelitian.
3. Tahap eksplorasi terfokus.
Aktivitas yang dilakukan peneliti dalam tahapan ini adalah ; (1)
pengumpulan data secara rinci dan mendalam guna menemukan kerangka
konseptual tema-tema lapangan, (2) melakukan pengumpulan dan analisis
data secara bersama-sama, (3) melakukan pengecekan dan temuan penelitian,
216
(4) menulis laporan hasil penelitian untuk diajukan pada tahap pengujian
tesis.
B. Pembahasan
Mengamati dan menelaah hasil observasi dan wawancara mendalam
terdahulu dengan beberapa nara sumber yang dilengkapi studi dokumentasi,
maka telah dapat dideskripsikan secara umum tentang temuan dan hasil
penelitian yang berhubungan dengan manajemen sumber daya pendidik di TPQ
Yasinat yang meliputi perencanaan, rekrutmen dan seleksi, orientasi dan
penempatan, dan kompensasi.
Berdasarkan hasil temuan tersebut, kemudian peneliti berupaya untuk
melakukan sebuah analisis hasil penelitian terkait dengan pelaksanaan
manajemen sumber daya pendidik di TPQ Yasinat. Analisis ini dilakukan
dengan melihat fakta-fakta dan temuan lapangan sebagaimana yang telah
didiskripsikan sebelumnya, dan mengkomparasikan dengan teori-teori yang
terkonsep dalam manajemen sumber daya manusia. Kemudian peneliti akan
memfokuskan pembahasan sesuai dengan permasalahan penelitian ini, yaitu
tentang pelaksanaan manajemen sumber daya pendidik di TPQ Yasinat, yang
secara detail akan dikemukakan sebagai berikut :
A. Perencanaan Sumber Daya Pendidik di TPQ Yasinat
Berdasarkan kajian yang telah peneliti lakukan terhadap hasil
wawancara dengan nara sumber, terdapat temuan-temuan penelitian sebagai
berikut : 1) Perencanaan sumber daya pendidik dilakukan dengan menganalisa
faktor-faktor penyebab perubahan kebutuhan sumber daya pendidik
2) Meramalkan kebutuhan sumber daya pendidik dengan cara diperkirakan
oleh kepala lembaga berdasarkan informasi dari anggota pengelola lainnya. 3)
Menentukan kebutuhan Sumber daya pendidik, baik kuantitas maupun
kualitasnya.
Perencanaan dalam konteks manajemen sumber daya manusia
merupakan aktivitas awal yang akan menentukan langkah selanjutnya,
sekiranya kita gagal dalam merencanakan, pada hakekanya telah
merencanakan kegagalan. Sunyoto ( 2012:35) bahwa “ Perencanaan sumber
daya manusia adalah proses yang sistematis untuk meramalkan kebutuhan
pegawai (demand) dan ketersediaan (supply) pada masa yang akan datang, baik
jumlah maupun jenisnya, sehingga departemen sumber daya manusia dapat
217
merencanakan pelaksanaan rekrutmen, seleksi, pelatihan, dan aktivitas yang
lain dengan baik”.
Hasil temuan penelitian yang telah dilakukan peneliti tentang
perencanaan sumber daya pendidik di TPQ Yasinat tersebut diatas secara
umum sesuai dengan langkah-langkah yang harus dilakukan dalam proses
perencanaan menurut Hariandja (2005: 77) yaitu ; pertama, menganalisi faktor
penyebab perubahan sumber daya manusia. Kedua, peramalan kebutuhan
sumber daya manusia. Ketiga menentukan kebutuhan sumber daya manusia
Keempat, menganilisis ketersediaan sumber daya manusia.
Analisis faktor penyebab perubahan tenaga kerja yang dilakukan
oleh pihak TPQ Yasinat. Apakah perubahan tersebut disebabkan oleh adanya
program baru, anggaran (internal) atau perubahan tersebut disebabkan oleh hal-
hal diluar lembaga (ekternal). Hal ini relevan dengan apa yang dikemukakan
oleh Sunyoto (2012: 40-41) bahwa faktor-faktor yang dapat mempengaruhi
suatu organisasi dapat mengakibatkan pula perubahan kebutuhan SDM, baik
faktor internal maupun ekternal.
Langkah selanjutnya setelah menganalisa berbagai faktor perubahan
kebutuhan sumber daya pendidik adalah pihak lembaga meramalkan
kebutuhan sumber daya pendidik , baik secara kuantitas maupun kualitas untuk
kemudian kepala lembaga melakukan perencanaan untuk menentukan
kebutuhan akan sumber daya pendidik berdasarkan informasi-informasi dari
anggota pengelola lembaga.
Setelah menentukan kebutuhan sumber daya pendidik, langkah
selanjutnya yang dilakukan pihak lembaga adalah melakukan analisis sumber
internal sebelum mengimplementasikan rekrutmen dan seleksi. Sesuai dengan
pandangan Hasibuan (2010: 42) bahwa sumber internal yang dimaksud adalah
karyawan yang akan mengisi lowongan pekerjaan yang diambil dalam
perusahaan tersebut. Dimana tujuan analisis ini adalah untuk melihat formasi
tenaga di dalam lembaga terkait dengan ada tidaknya tenaga yang dapat dan
mampu menutupi kebutuhan dengan cara memberikan tugas baru kepada
personel tersebut.
Upaya perencanaan yang dilakukan oleh pihak lembaga terhadap
kebutuhan sumber daya pendidik menurut peneliti memiliki kepositifan
diantaranya; pertama, TPQ Yasinat meskipun sebagai lembaga swasta tetapi
dalam hal pengadaan sumber daya pendidik tidak dengan serta merta dilakukan
218
begitu saja tanpa adanya konsep yang jelas, tetapi pihak lembaga melakukan
perencanaan sumber daya pendidik untuk memenuhi sumber kebutuhan
terhadap sumber daya pendidik baik secara kuantitaf maupun kualitatif dengan
cara menyusun rencana dengan baik dan tepat. Setidaknya langkah-langkah
dalam perencanaan itu dilakukan oleh pihak lembaga meskipun pelaksanaan
masih sederhana. Kedua, merupakan langkah awal sekaligus diskripsi awal
untuk mendapatkan sumber daya pendidik dengan Standar dan kualifikasi yang
dibutuhkan.
B. Rekrutmen dan Seleksi Sumber Daya Pendidik di TPQ Yasinat
Pengadaan sumber daya pendidik merupakan kegiatan untuk memenuhi
kebutuhan sumber daya pendidik, ada suatu lembaga pendidikan, baik jumlah
maupun kualitasnya. Untuk mendapatkan sumber daya pendidik yang sesuai
dengan kebutuhan, maka perlu sekali dilakukan rekrutment, yaitu upaya untuk
mencari calon-calon pendidik untuk kemudian dipilih. Untuk keperluan itulah
maka langkah selanjutnya adalah melakukan seleksi.
a. Rekrutmen Sumber Daya Pendidik di TPQ Yasinat
Berdasarkan paparan data dan temuan penelitian yang berkaitan
dengan rekrutmen sumber daya pendidik di TPQ Yasinat adalah : 1) Proses
rekrutmen pendidik baru yang dilakukan TPQ Yasinat dilaksanakan oleh
kepanitian yang dibentuk secara khusus untuk menangani kegiatan tersebut.
2) Pola rekrutmen yang dilakukan secara terbuka, meskipun dalam skala
kecil. 3) Dalam proses rekrutmen, pihak TPQ Yasinat menerapkan prinsip
profesionalisme dan transparansi, maksudnya pihak lembaga memberikan
kesempatan secara terbuka kepada para calon pelamar yang memiliki
kemampuan untuk melamar sesuai yang dibutuhkan lembaga dengan syarat-
sarat tertentu.
Dalam proses rekrutmen, pihak lembaga menentukan terlebih
dahulu tentang jabatan/pekerjaan yang kosong dan persyaratan yang
dibutuhkan bagi tenaga yang akan dipekerjakan di lembaga. Persyaratan
jabatan merupakan kreteria yang dapat meliputi keahlian, pengetahuan,
keterampilan dan pengalaman yang diperlukan untuk melakukan pekerjaan.
Persyaratan jabatan ini tentu saja harus ditentukan sebab hal itu akan
membantu mengidentifikasi personel yang dibutuhkan (Hariandja, 2005:
105)
219
Disamping sumber internal yang memang menjadi skala prioritas
dalam rekrutmen sumber daya pendidik , TPQ Yasinat juga berupaya untuk
merekrut tenaga-tenaga baru yang berasal dari luar, yang menurut Hasibuan
(2010: 42) disebut sumber eksternal, yaitu orang-orang yang belum menjadi
pegawai di suatu lembaga, yang akan ditarik menjadi calon. Dalam hal ini,
pihak lembaga berupaya untuk memberikan kesempatan yang secara terbuka
( meskipun dalam skala kecil ) kepada calon pelamar yang memiliki
kemampuan dalam bidang yang dibutuhkan pihak lembaga untuk
mengajukan lamaran berdasarkan ketentuan yang diberlakukan pihak
lembaga.
Berdasarkan analisis diatas dapat diketahui bahwa metode
rekrutmen yang dilakukan oleh TPQ Yasinat relevan dengan pendapatnya
Hariandja (2005:105) tentang langkah-langkah yang harus diperhatikan
dalam merekrut SDM dalam rekrutmen, yaitu : penentuan jabatan kosong,
penentuan persyaratan jabatan, dan penentuan sumber dan metode rekrutmen.
Maka upaya yang dilakukan oleh TPQ Yasinat terhadap kebutuhan
sumber daya pendidik memiliki beberapa manfaat yaitu : 1) pihak lembaga
dapat lebih cepat untuk menentukan calon guru sesuai dengan standar dan
kualifikasi yang dibutuhkan. 2) efesiensi waktu dalam proses rekrutmen,
terutama pada saat mendesak untuk membutuhkan guru. 3) pihak lembaga
dapat menilai sendiri kapasitas calon guru melalui proses seleksi, baik
kemampuan profesioanal dan komitmennya. Sehingga dalam hal ini pihak
lembaga menetapkan standar-standar tertentu sesuai yang dibutuhkan
lembaga tersebut.
b. Seleksi Sumber Daya Pendidik di TPQ Yasinat
Kegiatan seleksi yang dilakukan oleh pihak TPQ Yasinat
sebenarnya adalah untuk menyaring pelamar dengan setepat mungkin
sehinnga calon tenaga baru sesuai dengan yang diharapkan, baik kuantitas
maupun kualitasnya. Sebagaimana yang dikemukakan Meldona (2009:157)
menegaskan, “ seleksi adalah proses dengannya perusahaan dapat memilih
dari sekelompok pelamar yang paling memenuhi kreteria seleksi untuk posisi
yang tersedia berdasarkan kondisi yang ada saat ini”
Dalam melaksanakan seleksi, TPQ Yasinat berpedoman terhadap
ketentuan yang berlaku secara umum, disamping peraturan-peraturan
internal, disamping itu juga berpedoman kepada job specification yang berisi
220
tentang diskripsi dan kualifikasi minimum pendidik. Oleh karena itu, TPQ
Yasinat berupaya bagaimana proses seleksi ini dilakukan dengan profesional,
artinya prosedur yang ditempuh dalam seleksi tenaga kerja dapat diterima
akal sehat dan tidak terkesan dibuat-buat.
Selanjutnya dalam penetapan jumlah sumber daya pendidik, TPQ
Yasinat berupaya untuk melakukannya dengan metode ilmiah, yaitu
menentukan jumlah sumber daya pendidik berdasarkan kebutuhan jumlah
dan standar pekerjaan yang dibutuhkan sehingga pendidik yang akan diterima
sesuai dengan volume pekerjaannya.
Upaya TPQ Yasinat melakukan proses seleksi setidak-tidaknya
memiliki beberapa manfaat yaitu ; mengetahui kesesuaian atau tidaknya
antara individu, pekerjaan, organisasi dan lingkungan, karena seleksi bukan
sebatas memilih calon pendidik berdasarkan perspektif organisasi, tetapi juga
berdasarkan perpektif pelamar, karena kinerja seorang pendidik tidak hanya
dipengaruhi oleh kemampuannya, tapi juga sikapnya terhadap orgasinasi.
Maka seleksi yang dilakukan di TPQ Yasinat sangat memperhatikan dasar
dan tujuan seleksi, penetapan jumlah pendidik, metode seleksi, kualifikasi
seleksi dan langkah-langkah dalam seleksi.
C. Orientasi dan Penempatan Sumber Daya Pendidik di TPQ Yasinat
Adanya personel baru yang direkrut dan diseleksi serta terdapatnya
tantangan baru dalam lingkungan kerja mengakibatkan pihak TPQ Yasinat harus
melakukan penempatan bagi personel baru ataupun personel lama untuk posisi
baru. Sebelum melakukan penempatan, terlebih dahulu pihak TPQ Yasinat
mensosialisasikan personelnya pada pekerjaan baru melalui kegiatan orientasi.
Berdasarkan temuan penelitian dalam orientasi dan penempatan pendidik
baru di TPQ Yasinat sebagai berikut : 1) orientasi terhadap pendidik baru
diberikan secara nonformal dan yang bersangkutan diharapkan untuk proaktif
untuk melaksanakan adaptasi terhadap lingkungan lembaga. 2) Untuk tahap
penempatan ada dua cara yang dilakukan TPQ Yasinat, yaitu : Pertama, dengan
melakukan penempatan atau pengisian jabatan kosong bagi guru baru. Kedua,
dengan memberikan penugasan kembali kepada guru lama atas tugas atau
jabatan baru yang berbeda. Untuk penempatan ini pihak lembaga tidak melihat
apakah karyawan baru atau lama, yang paling penting adalah berdasarkan
kualifikasi dan kompetensinya.
221
Dari temuan penelitian diatas nampak jelas bahwa kegiatan orientasi di
TPQ Yasinat masih belum mendapatkan perhatian secara khusus. Meskipun
demikian, masih ada upaya-upaya untuk memperkenalkan dengan lingkungan,
budaya, rekan kerja, sehingga tidak perlu dilakukan secara formal. Guru
diharapkan langsung bekerja dan dibiarkan berusaha sendiri, dengan asumsi
perlahan-lahan akan mengetahui sendiri tugas-tugasnya dan kondisi lainnya di
lingkungan lembaga. Hal ini berbeda dengan yang dikemukakan oleh Nawawi
(2005: 350) “orientasi pada dasarnya merupakan usaha dalam membantu
pegawai baru untuk mengenali dan memahami tugas-tugas mereka, kondisi
organisasi, kebijakan organiasai, rekan sekerja, nilai-nilai keyakinan dan lain-
lain”.
D. Kompensasi Sumber Daya Pendidik di TPQ Yasinat
Masalah kompensasi merupakan salah satu bentuk tantangan yang harus
dihadapi manajemen. Dikatakan tantangan karena imbalan oleh para pekerja
tidak lagi dipandang semata-mata sebagai alat pemuas kebutuhan materialnya,
tetapi sudah dikaitkan dengan harkat dan martabat manusia (Mulyasa, 2012: 45)
Berdasarkan konsep tersebut diatas maka TPQ Yasinat menyadari bahwa
pendidik adalah ujung tombak keberhasilan suatu pendidikan, karena merekalah
yang bersentuhan langsung dengan proses pendidikan. Maka menjadi keharusan
bagi TPQ Yasinat untuk benar-benar memperhatikan kesejahteraan mereka. Hal
ini dilakukan bukan semata-semata karena berhubungan dengan hak-hak asasi
manusia, tapi TPQ Yasinat sebagai sebuah organisasi harus juga memandang
kompensasi dalam konteks manajemen. Paling tidak manfaat dari pemberian
kompensasi secara organisasi adalah : ikatan kerja sama, motivasi dalam tugas,
guru konsentrasi pada tugas-tugas secara profesional.
Oleh karena itu, maka kompensasi di sebuah lembaga harus dikelola
dengan baik dan profesioanal. Sule (2012: 158) mengemukakan bahwa ada
langkah-langkah dalam menentukan kompensansi yaitu : analisis jabatan,
evaluasi jabatan, survei gaji dan menentukan tingkat gaji.
Berdasarkan temuan penelitian, konsep tersebut diatas sejalan dengan apa
yang ada di TPQ Yasinat, yaitu bahwa kompensasi yang dilakukan di TPQ
Yasinat tidak langsung begitu saja ditentukan, tapi paling tidak ada empat
langkah yaitu : 1) Pengelola lembaga menganalisa tugas dengan mencari
informasi tentang tugas-tugas tertentu, seperti jumlah jam mengajar, sebagai
waka kurikulum,dan lain lain. 2) Mengevaluasi jabatan/tugas tertentu. 3) Pihak
222
lembaga mencari informasi jumlah gaji yang berlaku umum di lembaga lain
yang. 4) menetapkan jumlah gaji.
Selanjutnya, berdasarkan temuan di lapangan bahwa bentuk-bentuk
kompensasi yang dilakukan oleh TPQ Yasinat adalah pemberian kompensasi
pada waktu tertentu, seperti gaji, tunjangan transport, tunjangan jabatan yang
diberikan setiap bulan. Sedangkan untuk kegiatan-kegiatan diluar kegiatan
pokok, pihak lembaga memberikan insentif.
Upaya untuk memberikan kompensasi yang dilakukan oleh TPQ Yasinat
bagi guru-guru ini telah semaksimal mungkin dilakukan sesuai dengan
kemampuan finansial lembaga. Meski demikian, secara umum para guru
menyadari bahwa finansial bukan satu-satunya ukuran kepuasan hidup, tapi
kebersamaan untuk mendidik peserta didik adalah suatu kepuasaan tersendiri
yang tidak dapat diukur dengan materi.
C. KESIMPULAN DAN SARAN TINDAK LANJUT
a. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian, pengolahan dan analisis data yang telah
peneliti lakukan terkait dengan manajemen sumber daya pendidik di TPQ
Yasinat, maka pada bab ini peneliti dapat menyimpulkan bahwa secara
konseptual pelaksanaan manajemen sumber daya pendidik di TPQ
Yasinatsebagai berikut :
1. TPQ Yasinat melalui kemandiriannya telah mampu merancang dan
menyusun perencanaan sumber daya pendidik secara sistematis. Hal ini
terbukti adanya langkah-langkah yang dilakukan TPQ Yasinat dalam
perencanaan sumber daya pendidik, yaitu menganalisis faktor perubahan
kebutuhan sumber daya pendidik, meramalkan kebutuhan sumber daya
pendidik, penentuan kebutuhan sumber daya pendidik dan menganalisis
ketersedian sumber daya pendidik.
2. Pola rekrutmen sumber daya pendidik dilakukan oleh TPQ Yasinat dengan
secara terbuka dan tertutup. Artinya TPQ Yasinat membuka peluang
meskipun dalam skala kecil, disamping secara tertutup yang memprioritaskan
sumber-sumber internal lembaga.
Sedangkan Pelaksanaan seleksi dianggap telah memenuhi unsur-unsur
profesionalitas, indikatornya TPQ Yasinatdalam seleksi meskipun tidak
dilakukan secara formal, tapi setidaknya seleksi calon pendidik baru
dilaksanakan kapada kreteria, standar dan spesifikasi.
223
Upaya TPQ Yasinatdalam memperkenalkan kondisi lingkungan, budaya,
rekan kerja, tugas/pekerjaan dilakukan dengan memberikan orientasi meski
tidak formal, tapi dilakukan melalui forum-forum rapat.
3. Upaya TPQ Yasinat dalam memperkenalkan kondisi lingkungan, budaya,
rekan kerja, tugas/pekerjaan dilakukan dengan memberikan orientasi meski
tidak formal.
4. Pengelolaan Kompensasi di TPQ Yasinatdengan cara menganalisa jabatan,
mengevaluasi jabatan, mensurvei gaji dan menentukan tingkat gaji, baik
kompensasi yang bersifat langsung maupun tidak langsung.
b. Saran Tindak Lanjut
Berdasarkan data yang ditemukan peneliti menyarankan beberapa hal
terkait dengan manajemen sumber daya pendidik di TPQ Yasinatsebagai
berikut:
1. Kepala lembaga perlu memahami lebih komprehensif tentang konsep
manajemen sumber daya pendidik dengan meninjau kembali pelaksanaan
manajemen sumber daya pendidik yang dilaksanakan untuk kemudian
ditingkatkan sehingga tujuan dari manajemen sumber daya pendidik tercapai
sesuai dengan harapan.
2. Setiap lembaga pendidikan, agar lebih intensif mengelola dan mengevaluasi
pelaksanaan manajemen sumber daya pendidik, karena problem yang nampak
penyebab tidak berkembangnya lembaga adalah terletak pada SDMnya.
3. Sebagai tenaga profesional sekaligus ujung tombak keberhasilan pendidikan,
maka hendaklah guru melaksanakan tugas dengan penuh tanggung jawab dan
pengabdian, artinya pendidik harus tulus mengabdikan dirinya, memusatkan
perhatian sepenuhnya kepada pendidikan.
4. Bagi para peneliti hendaklah menindaklanjuti penelitian ini dengan
mengadakan penelitian-penelitian yang komprehensif, baik model penelitian,
atau obyek penelitiannya yang disesuaikan dengan perubahan dan tuntutan
zaman.
224
DAFTAR PUSTAKA
Abbas, Syahrizal, 2009, Manajemen Perguruan Tinggi, Jakarta, Kencana Prenada
Media Group
Akdon, 2009, Strategic Management for Education Management, Bandung,
Alfabeta
Arikunto, Suharsimi. 2005. Manajemen Penelitian. Jakarta:Renika Cipta.
Ash-Shabuuniy, Ali, Studi Ilmu Al-Qur’an, Bandung, Pustaka Setia
Asmani, Jamal Ma’mur, 2010, Tips Aplikasi Manajemen Sekolah, jogjakarta,Diva
Press.
Bogdan, Robert.1992. Introduction to Qualitative Research Methods, Terjemah
Arief Furhan.Surabaya:Usaha Nasioanl.
Daryanto, S, 2008, Kamus Bahasa Indonesia Lengkap, Surabaya: Apollo
Depag RI, 2005, Al-Qur’an danTerjemah, Jakarta
Engkoswara dan Komariah, 2010, Administrasi Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Fattah, Nanang, 2004, Landasan Manajemen Pendidikan, Bandung, Remaja
Rosdakarya.
Griffin, Ricky W. & Moorhead, Gregory, 2007, Organization Behavior:
Managing People and Organization, USA, Houghteen Miffin Company
Griffin, Ricky W. 1997, Management, New Delhi: Houghton Miffin Company
Hadi, Amirul, 2005, Metodologi Penelitian Pendidikan, Bandung, CV Pustaka
Setia
Hariandja, Marihot Tua Efendi. 2005. Manajemen Sumber Daya Manusia.
Jakarta:Grasindo.
Hasibuan, Malayu, 2013,Manajemen Sumber Daya Manusia, Edisi Revisi, Jakarta,
Bumi Aksara
Janah, Fathul, 2009, Manajemen Akademik, Yogyakarta, Safiria Insania Press
Madjid, Nurcholish,1993, Islam Doktrin dan Peradaban. Jakarta: Yayasan Wakaf
Paramadina.
Maisah, 2013,Manajemen pendidikan, Ciputat, Gaung Persada Press Group.
Mastuhu,1994,Dinamika Sistem Pendidikan Pesantren, Jakarta:INIS
Masyhuri, Rahim, 2007, Administrasi Manajemen dan Supervisi Pendidikan,
Jember
Mathis, Jackson, 2009, Human Resources Management, Jakarta, Salemba Empat
Meldona. 2009. Manajemen Sumber Daya Manusia Perspektif Integratif.
Malang:UIN Malang Press.
Moleong, Lexy J, 2005, Metodologi Penelitian Kualitatatif, Bandung:
RemajaRoesdakarya
Mulyasa, E. 2009. Menjadi Kepala Sekolah Profesional. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Mulyasa, E. 2012. Manajemen Berbasis Sekolah. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Nasution, S.2004. Metode Research, (Penelitian Ilmiah). Jakarta:PT. Bumi Akasar
Nawawi Hadari, 2001, Manajemen Sumberdaya Manusia Untuk Bisnis Kompetitif,
Yogyakarta: Gajah Mada Universitas Press.
225
Nawawi, Hadari .2000. Manajemen Stratetegik Organisasi Non Profit Bidang
Pemerintah.Yogyakarta: Gajahmada University Press .
Notoatmodjo, Soekidjo. 1998. Pengembangan Sumber Daya Manusia. Jakarta :
Renika Cipta.
Prabowo, Sugeng, 2009, Implementasi System Manajemen Mutu, Malang, UIN-
Malang Press
Qori, Islam, 2006, Al-Ajwibatul Hassan Liman Araada Hifzhul Qur’an, Jakarta,
gema Insani
Rohmad, Ali. 2009. Kapita Selekta Pendidikan. Yogyakarta: Teras
Rohman, Amri, Manajemen Pendidikan, Jakarta, PT. Prestasi Pustakaraya
Rosyada, Dede. 2004. Paradigma Pendidikan Demokratis. Jakarta:Prenada Media.
Saefullah, U.2012. Manajemen Pendidikan Islam. Bandung:CV Pustaka Setia
Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Jember. 2012. Pedoman Penulisan Karya
Ilmiah Program Pascasarjana. Jember: Pascasarjana STAIN Jember
Shihab, Quraish, 2010. Membumikan Al-Qur’an, Jakarta, Mizan
Siagian, Sondang, 2010, Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta,Bumi Aksara
Simanjutak, Payaman, 2005, Manajemen Dan Evaluasi Kinerja, Jakarta, Fakultas
Ekonomi Universitas Indonesia
Sinn, Abu, Manajemen Syariah, 2006, Manajemen Syariah: Sebuah
Kajian Historis dan Komplementer, Jakarta, Raja Grafindo Persada.
Sirozi, M.2005. Politik Pendidikan. Jakarta:PT RajaGrafindo Persada
Stoner, James F and R Edward Freeman,1992, Management, New Jersey:
Englewood Cliff.
Subekhi, Jauhar, Pengantar Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM), Jakarta,
Pustakaraya
Sudjana, H.D, 2010, Manajemen Program Pendidikan, Jakarta, Falah Production
Sugiyono. 2012. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung : Alfabeta.
Sule, Dkk. 2009. Pengantar Manajemen. Jakarta: Predana Media Group.
Sunyoto, Danang. 2012. Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta:CAPS
Sutrisno, Edy, 2009, Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta, Kencana Prenada
Media Group
Tilaar, H.A.R.1999. Beberapa Agenda Reformasi Pendidikan Nasional Dalam
Perspektif Abad 21. Magelang:Indonesia Tera
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003.2011..
Yogyakarta:Pustaka Belajar.
Wagner, Jhon A. III and John R. Hollenbeck,1995, Management Organizational
Behavior. New Jersey: Englewood Prentice Hall.
Walid, M. 2009, Mengajar, Seni, atau Profesi, Jember, Pena salsabila.
Winoto, Suhadi, Manajemen Berbasis Sekolah, Jember, Pena Salsabila
Yasin, Fatah,2012, Pengembangan Sumberdaya Manusia, Malang, UIN-MALIKI
PRESS.
Yusuf, Choirul Fuad, dkk. 2006. Potret Madrasah Dalam Media Masa. Jakarta:
Puslitbang Pendidikan Agama dan Keagamaan Badan Litbang dan Diklat
Departemen Agama RI.