Post on 12-Apr-2017
BAB I
PENDAHULUANA. Latar Belakang
Rumitnya tubuh manusia dan adanya kekhususan sel dan jaringan
memerlukan komunikasi internal yang bisa mengatur berbagai proses dalam tubuh.
Hal ini penting supaya bagian tubuh dapat berfungsi sebagai satu unit dalam
memenuhi kebutuhan tubuh tertentu. Ada dua sistem tubuh yang bisa mengatur
macam-macam proses ini, yaitu sistem endokrin dan sistem persarafan. Kedua sistem
ini dapat bekerja samauntuk mengkoordinasi fungsi tubuh sehingga tubuh bisa
mengadakan respons yang sesuai terhadap perubahan lingkungan.
Sistem endokrin terdiri atas hipofisis anterior dan posterior, tiroid, paratiroid,
korteks adrenal, medula adrenal, pankreas, gonad, badan pineal, serta timus. Selain
itu, masih ada sel endokrin khusus yang terdapat pada traktus gastrointestinal.
Hormon kelenjar endokrin adalah vital dalam mempertahankan kehidupan, termasuk
fungsi diferensiasi, reproduksi, adaptasi, pertumbuhan, perkembangan, adan proses
menua (senescence).
Sistem endokrin mengoordinasi fungsi tubuh dengan memproduksi dan
mengeluarkan (sekresi) hormon. Hormon adalah zat yang dikeluarkan oleh sel
endokrin ke dalam darah agar zat ini bisa mengadakan perubahandi tempat yang
dituju. Hormon bisa mempengaruhi sel atau jaringan tertentu apabila sel atau jaringan
tersebut mempunyai reseptor (penerima) untuk hormon tertentu. Sel, jaringan, atau
organ yang mengadakan respon terhadap hormon tertentu disebut sel target atau
organ target.
Kadar hormon harus dipertahankan pada batas yang tepat karena jumlah
hormon yang tepat sangat perlu untuk mempertahankan kesehatan sel atau organ
tertentu.
Pada bagian kepala, terdapat salah satu sistem endokrin yang dikenal dengan nama
Hipotalamus. Walaupun hipotalamus adalah bagian terkecil otak, hipotalamus
menerima input baik langsung maupun tidak langsung dari semua bagian otak.
Hipotalamus juga pengendali utama hipofisis anterior dan posterior. Dengan
demikian hipotalamus menjadi pengendali global semua sitem endokrin.
Kelenjar hipofisis mempunyai dua komponen dan dua komponen ini
mempunyai fungsi yang tidak sama. Komponen ini adalah adenohipofisis (hipofisis
anterior) dan neurohipofisis (hipofisis posterior). Hipotalamus berhubungan dengan
1
dengan hipofisis posterior melalui sistem persarafan, sedangkan berhubungan dengan
hipofisis anterior adalah melalui pembuluh darah. Hormon hipofisis posteroior
dihasilkan oleh hipotalamus, kemudian melalui akson dari saraf dibawa dan disimpan
ke dalam kelenjar hipofisis posterior.
Darah yang mengalir ke dalam kelenjar hipofisis anterior harus melewati
hipotalamus terlebih dahulu. Hipotalamus mengendalikan hipofisis anterior dengan
menghasilkan dan mengeluarkan hormon releasing atau inhibiting ke dalam darah.
Melalui peredaran darah hormon ini disimpan ke dalam hipofisis anterior.
Kelenjar hipofisis posterior menyimpan dan mengeluarkan dua hormon,
hormon antidiuretik atau vasopresin (ADH) dan oksitosin. Kedua hormon ini
dihasilkan oleh hipotalamus. Organ target hormon ADH atau vasopresin adalah ginjal
dan funsi utamanya adalah: mengatur osmolalitas dan volume air dalam tubuh,
meningkatkan permeabilitas tubula ginjal terhadap air sehingga lebih banyak air yang
direabsorsi, menstimulasi rasa haus. Organ target oksitosin adalah payudara dan
uterus, fungsinya: pengeluaran air susu ibu (ASI) yang sedang laktasi dan
meningkatkan kontraksi uterus bila sudah ada his.
Hormon yang dihasilkan oleh hipofisis anterior meliputi: Growth Hormone
(GH) atau hormon pertumbuhan dengan organ targetnya adalah seluruh tubuh.
Prolaktin (PRL), thyroid-stimulating hormone (TSH), adrenocorticotrophic hormone
(ACTH). Gonadotropin, terdiri atas follicle stimulating hormone (FSH) dan
luteinizing hormone (LH). (Mary Baradero dkk, 2005)
Maka apabila semua sistem endokrin tersebut di atas mengalami gangguan
yang disebabkan oleh berbagai kondisi patologis, terlebih lagi pada bagian
hipotalamus yang terkhusus pada kelenjar hipofisis baik posterior maupun anterior
akan sangat mempengaruhi berbagai fungsi tubuh dalam memenuhi kebutuhan tubuh
tertentu yang sangat berpengaruh pada tingkat kesehatan. Oleh karena itu, maka
sangat perlu dibahas lebih jauh dan lebih dalam lagi mengenai konsep penyakit
hipofisis yang sesuai dengan tugas yang telah diberikan kepada kelompok kami
untuk membahas tentang konsep Hiperpituitari dan konsep asuhan keperawatannya.
B. TujuanTujuan penulisan makalah ini yaitu:
1. Untuk memenuhi tugas Mata Kuliah KMB I sebagai salah kriteria standar dalam
penilaian secara berkelompok.
2
2. Membahas tentang konsep penyakit Hiperpituitari seperti yang telah ditugaskan
kepada kelompok kami yang meliputi:
Pengertian
Anatomi fisiologi
Etiologi
Manifestasi klinis
Patofisiologi
Komplikasi
Pemeriksaan penunjang, dan
Penatalaksanaan medis.
3. Menuliskan konsep asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan hiperpituitari
yang dimulai dari pengakajian, diagnosa, dan intervensi.
C. PermasalahanBerdasarkan tujuan di atas, maka yang menjadi permasalahan yang akan
dibahas dalam makalah ini yaitu mengenai:
a. Konsep penyakit hiperpituitari yang meliputi, pengertian, anatomi fisiologi,
etiologi, manifestasi klinis, patofisiologi, komplikasi, pemeriksaan penunjang, dan
penatalaksanaan medis.
b. Konsep Asuhan Keperawatan Pada klien Dengan Masalah Hiperpituitari.
D. Manfaat
Manfaat secara umum dengan adanya makalah ini tentunya dapat menjadi sumber
pengetahuan bagi semua pihak demi pengembangan wawasan dan ilmu pengetahuan
dalam bidang keperawatan khususnya bagi para mahasiswa dan mahsiswi
keperawatan sebagai bekal kedepannya ketika terjun di masyarakat.
3
BAB II
KONSEP PENYAKIT HIPERPITUITARIA. Pengertian
Hiperpituitary adalah suatu kondisi patologis yang terjadi akibat tumor atau
hiperplasi hipofisisme sehingga menyebabkan peningkatkan sekresi salah satu
hormone hipofise atau lebih yang dikeluarkan oleh kelenjar pituitari . Hormon–
hormon hipofisis lainnya sering dikeluarkan dalam kadar yang lebih rendah. (Asuhan
Keperawatan Klien Dengan Gangguan Kelenjar Hipofise, Hotma Rumahardo, 2000 :
36).
Hiperpituitary adalah suatu keadaan dimana terjadi sekresi yang berlebihan
satu atau lebih hormone-hormone yang disekresikan oleh kelenjar pituitary{ hipofise}
biasanya berupa hormone - hormone hipofise anterior.
(http://www.askep.hiperpituitaryi.com/2008).
Hiperpitutari adalah suatu kondisi patologis yang terjadi akibat tumor atau
hiperplasi hipofise sehingga menyebabkan peningkatan sekresi salah satu hormone
atau lebih.
B. Anatomi Fisiologi
(www.google.com)
Kelenjar hipofisis disebut juga master gland sistem endokrin. Kelenjar ini
menyekresi hormon-hormon yang selanjutnya akan mengendalikan sekresi hormon
4
oleh kelenjar endokrin lainnya. Kelenjar hipofisis sendiri sebagian besar dikontrol
oleh hipotalamus, suatu daerah otak di dekat kelenjar tersebut.
Kelenjar hipofisis merupakan struktur berbentuk bulat dengan ukuran kurang-
lebih 1,27 cm (1/2 inci) yang terletak pada permukaan inferior otak dan dihubungkan
dengan hipotalamus melalui tangkai hipofisis. Kelenjar hipofisis dibagi menjadi lobus
anterior dan posterior. (Keperawatan Medikal- Bedah, Brunner & Suddarth 1997:
1291-1292)
Kelenjar hipofisis posterior menyimpan dan mengeluarkan dua hormon,
hormon antidiuretik atau vasopresin (ADH) dan oksitosin. Kedua hormon ini
dihasilkan oleh hipotalamus. Organ target hormon ADH atau vasopresin adalah ginjal
dengan fungsi: mengatur osmolalitas dan volume air dalam tubuh, meningkatkan
permeabilitas tubula ginjal terhadap air sehingga lebih banyak air yang direabsorsi,
menstimulasi rasa haus. Organ target hormon oksitosin adalah payudara dan uterus
dengan fungsi: pengeluaran air susu ibu (ASI) yang sedang laktasi, dan meningkatkan
kontraksi uterus bila sudah ada his.
Sedangkan untuk hipofisis anterior menyimpan dan mengeluarkan beberapa
hormon yakni, Growth Hormone (GH) atau hormon pertumbuhan. Organ targetnya
adalah seluruh tubuh dengan fungsi: pertumbuhan sel dan tulang, mempengaruhi
metabolisme karbohidrat, protein, dan lemak. Kemudian hormon Prolaktin (PRL)
dengan organ targetnya adalah payudara dan gonad dengan fungsi: untuk
perkembangan payudara dan laktasi, pengatur organ reproduksi wanita dan pria.
Selanjutnya thyroid stimulating hormone (TSH) dengan organ target adalah kelenjar
tiroid, fungsinya: untuk pertumbuhan dan fungsi tiroid, mengendalikan semua fungsi
tiroid. Adrenocorticotrophic hormone (ACTH) dengan organ target adalah korteks
adrenal yang berfungsi: untuk pertumbuhan dan mempertahankan besar korteks
adrenal, mengendalikan keluarnya (release) glukokortikoid (kortisol) dan adrenal
androgen (sifat kejantanan). Selanjutnya hormon Gonadotropin yang terdirir atas
follicle stimulating hormone (FSH), dan liteunizing hormone (LH) dimana organ
targetnya adalah gonad yang berfungsi: menstimulasi gametogenesis dan produksi
steroid seks pada pria dan wanita. ( Seri Asuhan Keperawatan KLIEN DENGAN
GANGGUAN SISTEM ENDOKRIN, Mary Baradero dkk, 2005: 4-6)
Fungsi Hipofisis yang Abnormal
Abnormalis funsi hipofisis disebabkan oleh hipersekresi atau hiposekresi
setiap hormon yang diproduksi atau dilepas oleh kelenjar tersebut. Kelainan lobus
5
anterior dan posterior hipofisis dapat terjadi tanpa tergantung satu sama lain.
Hipersekresi paling sering mengenai ACTH atau hormon pertumbuhan yang
menimbulkan keadaan yang masing-masing dikenal dengan nama penyakit Cushing
dan akromegali. (Keperawatan Medikal- Bedah, Brunner & Suddarth 1997: 1293)
C. Etiologi
Hiperpituitari dapat terjadi akibat malfungsi kelenjar hipofisis atau hipotalamus,
penyebab mencakup :
Adenoma primer salah satu jenis sel penghasil hormone, biasanya sel penghasil
GH,ACTH atau prolakter.
Tidak ada umpan balik kelenjar sasaran, misalnya peningkatan kadar TSH terjadi
apabila sekresi kelenjar tiroid menurun atau tidak ada. (Buku Saku Patofisiologis,
Elisabeth, Endah P. 2000. Jakarta : EGC)
D. Manifestasi Klinis
Perubahan bentuk dan ukuran tubuh serta organ – organ dalam (seperti tangan,
kaki, jari – jari tangan, lidah, rahang, kardiomegali)
Impotensi
Visus berkurang
Nyeri kepala dan somnolent
Perubahan siklus menstruasi (pada klien wanita), infertilitas
Libido seksual menurun
Kelemahan otot, kelelahan dan letargi (Hotman Rumahardo, 2000 : 39)
E. Patofisiologi
Hiperfungsi hipofise dapat terjadi dalam beberapa bentuk bergantung pada sel
mana dari kelima sel-sel hipofise yang mengalami hiperfungsi. Kelenjar biasanya
mengalami pembesaran disebut adenoma makroskopik bila diameternya lebih dari 10
mm atau adenoma mikroskopik bila diameternya kurang dari 10 mm, yang terdiri atas
1 jenis sel atau beberapa jenis sel. Adenoma hipofisis merupakan penyebab utama
hiperpituitarisme.penyebab adenoma hipofisis belum diketahui. Adenoma ini hampir
selalu menyekresi hormon sehingga sering disebut functioning tumor.
Kebanyakan adalah tumor yang terdiri atas sel-sel penyekresi GH,ACTH dan
prolaktin. Tumor yang terdiri atas sel-sel pensekresi TSH-,LH- atau FSH- sangat
6
jarang terjadi. Functioning tumor yang sering di temukan pada hipofisis anterior
adalah:
1. prolactin-secreting tumors ( tumor penyekresi prolaktin ) atau prolaktinoma.
Prolaktinoma (adenoma laktotropin) biasanya adalah tumor kecil, jinak, yang
terdiri atas sel-sel pensekresi prolaktin. Gejala khas pada kondisi ini sangat jelas pada
wanita usia reproduktif dan dimana terjadi tidak menstruasi, yang bersifat primer dan
sekunder, galaktorea (sekresi ASI spontan yang tidak ada hubungannya dengan
kehamilan), dan infertilitas.
2. somatotroph tumors ( hipersekresi pertumbuhan )
Adenoma somatotropik terdiri atas sel-sel yang mengsekresi hormon
pertumbuhan. Gejala klinik hipersekresi hormon pertumbuhan bergantung pada usia
klien saat terjadi kondisi ini.
Misalnya saja pada klien prepubertas,dimana lempeng epifise tulang panjang
belum menutup, mengakibatkan pertumbuhan tulang-tulang memanjang sehingga
mengakibatkan gigantisme. Pada klien postpubertas, adenoma somatotropik
mengakibatkan akromegali, yang ditandai dengan perbesaran ektremitas ( jari,
tangan, kaki ), lidah, rahang, dan hidung. Organ-organ dalam juga turut membesar
( misal; kardiomegali).
Kelebihan hormon pertumbuhan menyebabkan gangguan metabolik, seperti
hiperglikemia dan hiperkalsemia. Pengangkatan tumor dengan pembedahan
merupakan pengobatan pilihan. Gejala metabolik dengan tindakan ini dapat
mengalami perbaikan, namun perubahan tulang tidak mengalami reproduksi.
3. corticotroph tumors ( menyekresi ardenokortikotrofik /ACTH )
Adenoma kortikotropik terdiri atas sel-sel pensekresi ACTH. Kebanyakan
tumor ini adalah mikroadonema dan secara klinis dikenal dengan tanda khas penyakit
Cushing’s.
Ada dua perubahan fisiologis karena tumor hipofisis:
1. perubahan yang timbul karena adanya space-occupying mass dalam kranium.
2. perubahan yang di akibatkan oleh hipersekresi hormone dari tumornya itu sendiri.
Adenoma hipofisis adalah adenoma intraselular (tumor didalam sella tursika ),
dengan besar diameter kurang dari 1cm dengan tanda-tanda hipersekresi hormone.
Klasifikasi hipofisis/ adenoma hipofisis.
1. encapsulated (tidak ada metastasis dalam sella tursika )
7
2. invasive ( sella tursika rusak karena metastasis )
3. mikroadenoma ( encapsulate tumor dengan diameter kurang dari 10 mm )
4. makroadenoma ( encapsulate tumor dengan diameter lebih dari 10mm).
Tumor ini bisa sampai ke suprasellar.
Perubahan neurologis bisa terjadi akibat tekanan jaringan tumor yang semakin
membesar tekanan ini bisa terjadi saraf optic, saraf kranial III (okulomotor ), saraf
kranial IV ( troklear ), dan saraf kranial V (trigeminal).tumor yang sangat besar bisa
menginfiltrasi hipotalamus.
F. Komplikasi
SIADH
Galaktore
Gigantisme
Akromegali
kardiomegali
G. Pemeriksaan Penunjang
o Pemeriksaan fungsi target organ
o Kadar prolaktin serum ; ACTH, GH, TSH, FSH dan LH
o CT – Scan / MRI
o Pengukuran lapang pandang
o Pemeriksaan hormon
o Angiografi
o Tes toleransi glukosa
o Tes supresi dengan dexamethason (Hotman Rumahardo, 2000 : 39).
H. Penatalaksanaan Medis
1. Hipofisektomi melalui nasal atau jalur transkranial (pembedahan)
2. Kolaborasi pemberian obat – obatan seperti bromokriptin (parlodel)
3. Observasi efek samping pemberian bromokriptin
4. Kolaborasi pemberian terapi radiasi
5. Awal efek samping terapi radiasi. (Nelson, 2000 : 227)
8
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN
DENGAN GANGGUAN HIPERPITUITARI
A. Pengkajian
Pengkajian perawatan secara umum
o Pemantauan akan potensial komplikasi kelainan endokrin dan pengelolaannya
o Pemantauan akan tanda – tanda dan gejala klinik yang menunjukkan adanya
ketidakseimbangan hormonal
o Mengetahui persepsi pasien dan keluarga pasien mengenai masalah kesehatan,
pengelolaan dan bantuan yang diperlukan
o Menentukan narasumber yang diperlukan pasien dan keluarganya untuk dapat
mengatasi penyakitnya dan untuk pengelolaannya di rumah sakit dan setelah
pulang dari rumah sakit
o pengkajian psikologis dan sosial
Pengkajian keperawatan secara khusus
Demografi1. Kaji usia, jenis kelamin dan riwayat penyakit yang sama dalam keluarga
2. Kaji riwayat penyakit, Tanyakan manifestasi klinis dari peningkatan prolaktin, GH
dan ACTH mulai dirasakan
Biodata
Identitas Klien
Nama :
Umur :
Jenis Kelamin :
Status Perkawinan :
Agama :
Suku/bangsa :
Pendidikan :
Pekerjaan :
Pendapatan :
Alamat :
Identitas penanggung
Nama :
9
Umur :
Jenis Kelamin :
Status Perkawinan :
Agama :
Suku/bangsa :
Pendidikan :
Pekerjaan :
Pendapatan :
Hub. Dengan Klien :
Alamat :
Klien dengan hiperpituitari dapat terjadi di wilayah manapun, dan penyakit ini
dapat terjadi pada pria dan wanita pada umunya terjadi pada orang dewasa.
3. Riwayat Penyakit sekarang
- Keluhan utama : nyeri
- Riwyat Keluhan utama:
P : nyeri
Q : seperti ditusuk-tusuk
Setiap 2 jam
R : Kepala
S : 3 (0-5)
T : Pada Saat beraktivitas
4. Pemeriksaan fisik dan masalah klinik yang sering di jumpai, meliputi :
Amati dan palpasi daerah kepala, biasanya ada nyeri tekan akibat penekanan oleh
tumor
Amati bentuk wajah, khas apabila ada hipersekresi GH seperti bibir dan hidung
besar, dagu menjorok ke depan
Amati adanya kesulitan mengunyah dan geligi yang tidak tumbuh dengan baik
Pemeriksaan ketajaman penglihatan akibat kompresi saraf optikus, akan dijumpai
penurunan visus
Amati perubahan pada persendian dimana klien mengeluh nyeri dan sulit bergerak
Peningkatan perspirasi pada kulit menyebabkan kulit basah karena berkeringat
Suara membesar karena hipertropi laring
Pada palpasi abdomen, didapat hepatomegali dan splenomegali
Hipertensi
10
Disfagia akibat lidah membesar
Pada perkusi dada dijumpai jantung membesar
Kelemahan
Perubahan nutrisi
Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit
Perubahan karakteristik tubuh
Intoleransi terhadap stress
Ketidakstabilan emosional
Klasifikasi Data
Data Subjektif
Klien mengatakan nyeri di kepala
Klien mengatakan nyeri apabila beraktivitas
Klien mengatakan nyeri seperti ditusuk-tusuk
Klien mengatakan malu dengan adanya perubahan pada bentuk tubuhnya
Klien mengatakan malu untuk berinteraksi dengan orang lain
Klien mengatakan kesulitan dalam melakukan hubungan seks
Klien mengatakan gairah seksualnya menurun.
Data Objektif
Nyeri tekan pada daerah kepala
Skala nyeri 3(0-5)
Ekspresi wajah nampak meringis
Ekspresi klien tampak bersedih dan menarik diri
Bentuk wajah, lidah, kedua tangan dan kaki klien tampak membesar
Rahang bawah atau dagu klien menjadi besar
Rambut badan klien semakin kasar
Klien tampak letih, lemah, dan lesuh
Klien tampak tidak bersemangat
Analisis Data
11
1
.
DS :
Klien mengatakan nyeri di
kepala
Klien mengatakan nyeri
apabila beraktivitas
Klien mengatakan nyeri
seperti ditusuk-tusuk
DO:
Nyeri tekan pada daerah
kepala
Skala nyeri 3(0-5)
Ekspresi wajah nampak
meringis
Adenoma Hipofisis
function hormon
Tumor/perbesaran kelenjar
Hipersekresi hormon
Penekananan jaringan
intrakranial oleh tumor
nyeri
2
.
DS:
Klien mengatakan malu
dengan adanya perubahan
pada bentuk tubuhnya
Klien mengatakan malu
untuk berinteraksi dengan
orang lain
DO:
Ekspresi klien tampak
bersedih dan menarik diri
Bentuk wajah, lidah,
kedua tangan dan kaki
klien tampak membesar
Rahang bawah atau dagu
klien menjadi besar
Rambut badan klien
semakin kasar
Hiperfungsi hipofisis
(hipofisis anterior)
Adenoma hipofisis
Hiperekskresi hormon
pertumbuhan
Perubahan bentuk abnormal
tubuh yang makin
membesar
Perubahan citra tubuh
Perubahan citra tubuh
3
.
DS:
Klien mengatakan
kesulitan dalam
melakukan hubungan seks
Adenoma hipofisis anterior
Function hormon
Disfungsi seksual
12
Klien mengatakan gairah
seksualnya menurun.
DO:
Klien tampak letih, lemah,
dan lesuh
Klien tampak tidak
bersemangat
Hiperekskresi hormon TSH,
FSH, LH
Libido menurun
Disfungsi seksual
Prioritas masalah:
Nyeri
Perubahan citra tubuh
Disfungsi seksual
B. Diagnosa Keperawatan
o Nyeri kepala yang berhubungan dengan penekanan jaringan oleh tumor
ditandai dengan:
DS:
Klien mengatakan nyeri di kepala
Klien mengatakan nyeri apabila beraktivitas
Klien mengatakan nyeri seperti ditusuk-tusuk
DO:
Nyeri tekan pada daerah kepala
Skala nyeri 3(0-5)
Ekspresi wajah nampak meringis
o Perubahan citra tubuh yang berhubungan dengan perubahan penampilan fisik
ditandai dengan:
DS:
Klien mengatakan malu dengan adanya perubahan pada bentuk
tubuhnya
Klien mengatakan malu untuk berinteraksi dengan orang lain
DO:
Ekspresi klien tampak bersedih dan menarik diri
13
Bentuk wajah, lidah, kedua tangan dan kaki klien tampak membesar
Rahang bawah atau dagu klien menjadi besar
Rambut badan klien semakin kasar
o Disfungsi seksual yang berhubungan dengan penurunan libido ditandai
dengan:
DS:
Klien mengatakan kesulitan dalam melakukan hubungan seks
Klien mengatakan gairah seksualnya menurun.
DO:
Klien tampak letih, lemah, dan lesuh
Klien tampak tidak bersemangat
C. Intervensi Keperawatan
Rencana Keperawatan
Tujuan Intervensi Rasional
Tupan:
Setelah diberikan
asuhan keperawatan
selama 5 hari nyeri
teratasi
Tupen:
Setelah diberikan
asuhan keperawatan
selama 4 jam nyeri
berkurang, dengan
kriteria:
o Klien mengatakan
nyeri berkurang
o Ekspresi wajah
tenang
1. Dorong klien agar mau
mengungkapkan apa yang dirasakan
2.Kaji skala nyeri
3. Berikan tehnik relaksasi dan
distraksi
4. Kolaborasi pemberian analgetik
untuk mengurangi rasa nyeri.
1.agar perawat
mengetahui apa
yang dirasakan
klien
2. untuk
mengetahui
intensitas dari nyeri
dan untuk
menentukan
intervensi
selanjutnya
3. pengalihan
perhatian dapat
mengurangi rasa
nyeri.
4. pemberian obat
analgetik untuk
14
mengurangi nyeri
Tupan:
Setelah diberikan
asuhan keperawatan
selama 2 sampai 3
minggu klien akan
memiliki kembali
citra tubuh yang
positif
Tupen:
Setelah diberikan
asuhan keperawatan
selama 5 hari
penampilan fisik klien
dapat lebih membaik
dengan kriteria hasi:
o Ukuran tubuh
pasien yang
memebesar
berangsur-angsur
membaik
o Klien mengatakan
merasa lebih baik
dengan perubahan
keadaan tubuhnya
yang membaik.
Klien dengan kelebihan GH
1. Dorong klien agar mau
mengungkapkan pikiran dan
perasaannya terhadap perubahan
penampilan tubuhnya
2. Bantu klien mengidentifikasi
kekuatannya serta segi-segi positif
yang dapat dikembangkan oleh klien
Klien dengan kelebihan prolaktin
1.Yakinkan klien bahwa sebagian
gejala dapat berkurang dengan
pengobatan (ginekomastia, galaktorea)
2. Dorong klien untuk
mengungkapkan perasaanya.
Pemberian obat-obatan
1. Kolaborasi pemberian obat-obat
1. Agar perawat
dapat mengetahui
apa yang dirasakan
oleh klien
sehubungan
perubahan
tubuhnya
2. Agar klien
mampu
mengembangkan
dirinya kembali
1. agar klien tetap
optimis dan berfikir
positif selama
pengobatan.
2. Agar perawat
dapat mengetahui
apa yang dirasakan
oleh klien
1. obat-obatan
seperti:
bromokriptin
(parloden).
Merupakan obat
pilihan pada
kelebihan
prolaktin. Pada
mikroadenoma,
prolaktin dapat
normal kembali.
Juga diberikan
pada klien dengan
15
2. Observasi efek samping pemberian
obat
3. Kolaborasi pemberian terapi radiasi.
4. Awasi efek samping terapi radiasi
akromegali, untuk
mengurangi ukuran
tumor.
2. efek samping
Obat seperti
bromokriptin mis:
hipotensi ortostatik,
iritasi lambung,
mual, kram
abdomen,
konstipasi, bila ada
efek samping di
atas kolaborasi
dengan dokter,
berikan obat-
obatan setelah klien
makan (tidak
diberikan di antara
waktu makan)
3. Radiasi
memberikan
manfaat pengecilan
tumor, menurunkan
kadar GH , tetapi
dapat pula
mempengaruhi
fungsi hipofisis.
4. mencegah
terjadi efek
samping seperti:
hipopituitarisme,
kerusaka nervus
optikus, disfungsi
okulomotorius,
perubahan lapang
16
pandang
Tupan:
Setelah diberikan
asuhan keperawatan
selama 7 hari klien
dapat mencapai
tingkat kepuasan
pribadi dari fungsi
seksual
Tupen:
Setelah diberikan
asuhan keperawatan
selama 3 hari masalah
penurunan libido
klien berangsur-
angsur dapat kembali
normal dengan
kriteria hasil:
o Klien mengatakan
merasa lebih baik
dalam kegiatan
seksualnya
o Klien tampak lebih
bersemangat
1. Identifikasi masalah spesifik yang
berhubungan dengan pengalaman pada
klien terhadap fungsi seksualnya
2. Dorong klien agar mau
mendiskusikan masalah tersebut
dengan pasangannya.
3. Kolaborasi pemberian obat – obatan
bromokriptin dan gonadotropin
1. agar perawat
dapat mengetahui
masalah seksual
klien dan lebih
terbuka kepada
perawat.
2. agar klien
mendapat hasil
mufakat bersama
pasangannya.
17
BAB IV
PENUTUPA. Kesimpulan
Hiperpituitary adalah suatu kondisi patologis yang terjadi akibat tumor atau
hiperplasi hipofisisme sehingga menyebabkan peningkatkan sekresi salah satu
hormone hipofise atau lebih yang dikeluarkan oleh kelenjar pituitari. Kondisi ini juga
bisa disebabkan oleh karena tidak adanya umpan balik oleh organ target sebagai
penerima hormon yang disekresi oleh kelenjar pituitari.
B. SaranSemoga makalah ini dapat dimanfaatkan sesuai dengan kebutuhan dan
sasarannya. Kami selalu membuka diri untuk menerima saran dan kritik dari semua
pihak yang sama-sama bertujuan membangun makalah ini demi perbaikan dan
penyempurnaan dalam pembuatan makalah kami ke depannya.
18
DAFTAR PUSTAKA
Nelson, Ilmu Kesehatan Anak. 2001. Bag.3. Penerbit Buku Kedokteran Elisabeth
J. Corwin, patofisiologi.
Elisabeth j. Corwin. 2000. Buku Saku Patofisiologis. Jakarta : EGC.
Hotman Rumahardo. 2002. Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem Endrokin. Jakarta : EGC.
Marry Baradero, dkk. 2005. Seri Asuhan Keperawatan KLIEN DENGAN
GANGGUAN SISTEM ENDOKRIN. Jakarta: EGC.
Brunner & Suddarth, 1997. Keperawatan Medikal-Bedah. Jakarta: EGC.
19
Tugas Mata Kuliah : KMB I
Dosen : Ns. Shanty, S.Kep.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN
GANGGUAN SISTEM ENDOKRIN
“HIPERPITUITARI”
O LE H :
K EL O M P O K 1
La Ode Muhamad Tahir
Aman Sabara
Judianto Rinjani
Syadaria Muhiddin
Esti
Puji Hastuti
AKADEMI KEPERAWATAN
PEMKAB. MUNA
20
2011.
KATA PENGANTARPuji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas limpahan
rahmat dan hidayahnya serta taufiknya, akhirnya kami dapat menyelesaikan tugas
Mata Kuliah KMB I yang berjudul ”Asuhan Keperawatan pada Klien Dengan
Gangguan Hiperpituitari”. Tugas makalah ini disusun dengan menggunakan bahasa
yang sederhana dan mudah dimengerti.
Tulisan ini dibuat guna memenuhi tugas yang merupakan salah satu standar
atau kriteria penilaian dari Mata Kuliah KMB I yang telah dipercayakan kepada
kelompok kami yakni Kelompok 1.
Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada Ibu Ns. Shanty, S.Kep.
Selaku salah satu dosen pembimbing mata kuliah KMB I di Akper Pemkab. Muna
yang telah banyak mebimbing dan mengarahkan kami sehingga kami dapat
menyelesaikan tugas makalah ini. Tak lupa pula kami juga mengucapkan terima kasih
kepada pihak-pihak yang telah banyak membantu kami dalam menyelasaikan tugas
makalah ini.
Kami menyadari kekurangan kami sebagai manusia biasa dan oleh karena
keterbatasan sumber referensi yang kami miliki sehingga kiranya dalam makalah ini
masih banyak terdapat kesalahan, kekeliruan, dan kekurangan baik dalam penyusunan
maupun isinya. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan adanya saran dan kritik
dari Ibu Dosen Pembimbing dan dari pihak-pihak lain atau sesama teman mahasiswa
untuk dapat menambahkan sesuatu yang kiranya dianggap masih kurang atau
memperbaiki sesuatu yang dianggap salah dalam tulisan ini.
Akhirnya kami mengucapkan banyak terima kasih. Dan semoga makalah ini
dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua sebagai bahan tambahan pengetahuan
untuk lebih memperluas wawasan kita dalam ilmu Keperawatan.
Raha, November 2011.
21
Penyusun.
DAFTAR ISIKATA PENGANTAR.........................................................................................
DAFTAR ISI.......................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.........................................................................................
B. Tujuan......................................................................................................
C. Permasalahan...........................................................................................
D. Manfaat....................................................................................................
BAB II KONSEP PENYAKIT HIPERPITUITARI
A. Pengertian................................................................................................
B. Anatomi Fisiologi....................................................................................
C. Etiologi....................................................................................................
D. Manifestasi Klinis....................................................................................
E. Patofisiologi.............................................................................................
F. Komplikasi...............................................................................................
G. Pemeriksaan Penunjang...........................................................................
H. Penatalaksanaan Medis............................................................................
BAB III KONSEP ASKEP KLIEN DENGAN GANGGUAN SISTEM
ENDOKRIN (HIPERPITUITARI)
A. Pengkajian................................................................................................
B. Diagnosa Keperawatan............................................................................
C. Intervensi.................................................................................................
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan..............................................................................................
B. Saran........................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
i
ii
1
2
3
3
4
4
6
6
6
8
8
8
9
13
14
18
18
22
23